artikel_10300020

Upload: khilda-baiti-rohmah

Post on 20-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    1/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    JURNAL

    Abstraksi

    Cahyadi Pitoyo

    Studi Komposisi Sampah Perkotaan Pada Tingkat Rumah Tangga di kota Depok

    Skripsi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Sampah adalah sisa aktifitas dari manusia dan hewan yang berbentuk zat padat

    dan dibuang. Banyaknya jenis sampah yakni : sampah organik, sampah anorganik,

    sampah debu residu, sampah jalanan dan sampah konstruksi yang dibuang menimbulkan

    banyak masalah. Laporan ini mencoba membantu untuk mengatasi masalah penumpukandan timbulan sampah di kota Depok dengan cara pengelolaan sampah.

    Pada penulisan ini dibahas tentang bagaimana menangani masalah sampah

    perkotaan yakni sampah organik dan anorganik khususnya di kota Depok dengan Metode

    Random Samplingyang dilakukan dengan cara mengambil sampel disetiap kecamatan di

    kota Depok sebanyak sepuluh (10) rumah dengan mengambil sampah setiap rumah

    tangga perhari selama seminggu pada total 6 kecamatan yang ada di kota Depok dan

    melakukan studi banding terhadap sampah yang ada di semua tempat penampungan

    sampah sementara (TPS) yang ada di kota Depok serta melakukan survey ke tempat

    pembuangan akhir sampah (TPA) didaerah bojong.

    Berdasarkan pengambilan sampel yang dilakukan baik secara pengambilan

    sampah dari rumah tangga maupun cek ke tempat penampungan sementara sampah (TPS)

    maupun tempat pembuangan akhir sampah (TPA) didaerah bojong maka didapat hasil

    sampah terbesar yaitu sayur-mayur sebesar 26%, sampah plastik 25%, sampah kertas

    11,34%, sampah lain-lain 18,12%, sampah kardus 4,28%, sampah daun 6,18%, sampah

    kaca 7,63%, sampah almunium 0,13%, sampah besi 0,27.

    Dengan hasil ini maka pengelolaan sampah yang tepat ialah dengan cara daur ulang

    untuk sampah plastik dan pengomposan untuk sampah sayur mayur.

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    2/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sampah merupakan masalah serius yang dihadapi oleh kota-kota di

    Indonesia. Di berbagai sudut kota, terutama di dekat pasar, sampah yang

    menumpuk dan berbau merupakan pemandangan yang biasa ditemui setiap

    hari. Masalah pencemaran di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) setiap

    kali muncul ke permukaan

    1.2. Tujuan Tugas Akhir

    Tujuan tugas akhir adalah :

    1. Menentukan komposisi fisik sampah perkotaan pada tingkat rumah tangga.

    2. Menentukan tumbuhan sampah per rumah tangga.

    3. Menentukan strategi pengelolaan sampah di kota Depok.

    1.3. Batasan Penulisan Tugas

    Pada penulisan ini pembahasan dibatasi pada pengelolaan sampah di

    kota Depok dengan studi mengenai komposisi sampah perkotaan.

    1.4. Lokasi Tugas Akhir

    Penulisan tugas akhir ini mengambil lokasi pada pemukiman tempat

    tinggal dosen dan perumahan tempat tinggal warga di enam (6) kecamatan di

    kota Depok serta (TPS) tempat pembuangan sementara sampah lalu (TPA)sebagai pembuangan akhir sampah.

    1.5 Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN

    Berisi latar belakang masalah, tujuan Tugas Akhir, tinjauan

    pustaka, metologi penulisan, sistematika penulisan, dan jadwal

    penulisan Tugas Akhir.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Berisi tentang uraian masalah, teori-teori pendukung, dan metode-

    metode yang digunakan.

    BAB III METODELOGI PENELITIAN

    Berisi tentang penjelasan penelitian, cara pengumpulan data dan

    cara menganalisanya.

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    3/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    BAB IV KUMPULAN DATA-DATA

    Berisi tentang data-data yang didapat dari survey lapangan yang

    dilakukan dalam bentuk tulisan maupun non tulisan.

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    Berisi tentang kesimpulan hasil analisa dan saran hasil pembahasan

    dari data-data yang diperoleh.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Umum

    Sampah adalah sisa aktivitas dari manusia dan hewan yang

    berbentuk zat padat dan dibuang, karena sudah tidak bernilai bagi

    pemiliknya. Sampah sendiri memiliki banyak jenis, banyak sumber dan

    memiliki karakteristik yang khas, dari beberapa arti sampah mempunyai

    ciri-ciri yaitu :

    1. Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak

    digunakan lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian

    utamanya.

    2. Dari segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada

    harganya.

    3. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna

    dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada

    kelestarian lingkungan.

    Jenis Sampah dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu sampah perkotaan,

    sampah industri dan sampah berbahaya.

    2.2 Macam-macam dan Karakteristik Sampah

    Penggolongan sampah ini dapat didasarkan atas beberapa kriteria,

    yaitu didasarkan atas asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat

    dan jenisnya. Penggolongan sampah seperti itu penting sekali diketahui dan

    diadakan, selain untuk mengetahui macam-macam sampah dan sifatnya juga

    sebagai dasar penanganan dan pemanfaatan sampah.

    1. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya.

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    4/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    Sampah dapat dijumpai disegala tempat dan hampir disemua kegiatan.

    Berdasarkan asalnya, maka dapat digolongkan sampah-sampah sebagai

    berikut :

    a. Sampah dari hasil kegiatan rumah tangga. Termasuk dalam hal iniadalah sampah dari asrama rumah sakit, hotel-hotel dan kantor.

    b. Sampah dari hasil kegiatan industri atau pabrik.

    c. Sampah dari hasil kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian meliputi

    perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sampah dari

    kegiatan pertanian sering disebut limbah hasil-hasil pertanian.

    d. Sampah dari hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar

    dan sampah toko.

    e. Sampah dari hasil kegiatan pembangunan.

    2. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya.

    Pada suatu kegiatan mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang

    sama, sehingga komponen-komponen penyusunan juga akan sama. Misalnya

    sampah yang hanya terdiri atas kertas, logam atau daun-daunan saja. Setidak-

    tidaknya apabila tercampur dengan bahan-bahan lain, maka sebagian besar

    komponennya adalah seragam. Karena itu berdasarkan komposisinya, sampahdibedakan menjadi dua macam :

    a. Sampah yang seragam; sampah dari kegiatan industri pada

    umumnya termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor

    sering hanya terdiri atas kertas, karton, kertas karbon, dan masih

    dapat digolongkan dalam golongan sampah yang seragam.

    b. Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang

    berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.

    3. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya.

    Sampah dari rumah-rumah makan pada umumnya merupakan sisa-sisa

    air pencuci, sisa-sisa makanan yang bentunya berupa cairan atau seperti

    bubur. Sedangkan beberapa pabrik menghasilkan sampah berupa gas, uap

    air, debu, atau sampah berbentuk padatan.

    Dengan demikian berdasarkan bentuknya ada tiga macam sampah, yaitu :

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    5/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    a. Sampah berbentuk padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton,

    kaleng, plastik.

    b. Sampah berbentuk cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air

    pencuci, bahan cairan yang tumpah. Limbah industri banyak jugayang berbentuk cair atau bubur, misalnya blotong (tetes) yaitu

    sampah dari pabrik gula tebu.

    c. Sampah berbentuk gas, misalnya karbon dioksida, ammonia dan

    gas-gas lainnya.

    4. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya.

    Baik dikota atau diluar kota, banyak dijumpai sampah bertumpuk-

    tumpuk.

    Berdasarkan lokasi terpadatnya sampah, dapat dibedakan :

    a. Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul dikota-kota

    besar.

    b. Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah

    diluar perkotaan, misalnya didesa, di daerah permukaan, dipantai.

    5. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya.

    Berdasarkan proses terjadinya, dibedakan antara :

    a. Sampah alami, ialah sampah yang terjadinya karena proses alami,

    misalnya rontoknya daun-daunan dipekarangan rumah.

    b. Sampah non-alami, ialah sampah yang terjadinya karena kegiatan-

    kegiatan manusia.

    6. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya.

    Terdapat dua macam sampah yang sifat-sifatnya berlainan yaitu :

    a. Sampah organik, yang terdiri dari atas daun-daunan, kayu, kertas,

    karbon, tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah. Sampah

    organik adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa

    organik, dan oleh karenanya tersusun oleh unsur-unsur karbon,

    hydrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah didegradasi oleh

    mikrobia.

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    6/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    b. Sampah anorganik, yang terdiri atas kaleng, palstik, besi dan logam

    lainnya, gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak dapat tersusun

    oleh senyawa-senyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegradasi

    oleh mikrobia.

    7. Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya.

    Berdasarkan atas jenisnya, sampah dapat digolongkan menjadi sembilan

    golongan, yaitu :

    a. Sampah makanan (sisa-sisa makanan termasuk makanan ternak )

    b. Sampah kebun atau pekarangan

    c . Sampah ker tas

    d . Sampah plast ik

    e. S am p ah k a i n

    f. Sampah kayu

    g. Sampah logam

    h. Sampah gelas dan keramik

    i . Sampah berupa abu dan debu

    Yang dimaksud karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang

    meliputi sifat-sifat fisis, kimiawi dan biologisnya. Kalau ditinjau secara

    fisis, adalah sukar untuk memerinci sifat-sifat sampah, terutama sampah yngberbentuk padatan. Ini disebabkan sampah padatan selalu tidak homogen.

    Lain halnya dengan sampah berbentuk cairan lebih mudah diadakan

    identifikasi sifat-sifat fisisnya. Demikian juga apabila diadakan peninjauan

    biologis. Sedemikian jauh masih sedikit atau boleh dikatakan belum ada

    keterangan tentang sifat-sifat fisis dan biologis sampah, baik yang padatan

    maupun yang cairan. Sedangkan hasil-hasil penelitian yang menguntungkan

    sifat kimiawi sampah juga masih jarang dijumpai.

    2.2.1 Sampah Perkotaan

    Sampah perkotaan terdiri dari berbagai jenis, yaitu :

    1 . S a m p a h o r g a n i k

    2 . Sampah non organik

    3 . Sampah debu dan res idu

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    7/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    4 . S a m p a h j a l a n a n

    5 . Sampah kon t ruks i

    Sampah organik terdiri dari sampah berupa sayuran, buah-

    buahan, dan sisa dari pemotongan hewan di pasar tradisional,

    aktivitas memasak dan aktivitas makan. Sifat dari sampah organik

    sangat mudah membusuk dan memiliki kadar yang tinggi.

    Sampah non organik merupakan sampah yang memiliki ciri

    tidak membusuk. Sampah jenis ini dibagi menjadi dua yaitu sampah

    non organik yang mudah terbakar. Sampah non organik yang mudah

    terbakar adalah sampah kertas, kardus, platik, textil, karet, kulit,

    kayu, dan furniture. Sedangkan untuk sampah non organik yang tidak

    mudah terbakar adalah gelas, tembikar, keramik dan kaleng.

    Sampah debu dan residu merupakan sampah sisa hasil

    pembakaran kayu, batubara, batu kapur, dan sebagainya. Residu dari

    pembangkit listrik seperti PLTU tidak termasuk dalam kategori ini.

    Sampah jalanan terdiri dari sampah yang ditemukan dari

    aktivitas penyapuan jalanan yang umumnya berupa dedaunan,

    kotoran, buangan sampah dari kendaraan, puntung rokok, dan sampah

    lainnya yang ditemukan di jalan.

    Sampah kontruksi merupakan sampah hasil dari aktivitas

    kontruksi, remoldeling, rehabilitas sdan pemeliharaan bangunan

    kontruksi. Biasanya sampah jenis ini lebih berupa bebatuan, beton,

    batu bata, batako, kayu pelster, papan triplek, plumbing, genteng,

    enternity, sisa bagian dari kabel, pipa dan sebagainya.

    2.2.2 Sampah IndustriSampah industri merupakan sampah yang berasal dari sisa

    aktivitas dari industri. Biasanya sampah industri berupa sisa bahan

    baku, pembungkus, bahan kimia, sampah kebun dan sisa makanan.

    2.2.3 Sampah Berbahaya

    Sampah berbahaya merupakan sampah yang memerlukan

    penanganan tersendiri. Sampah berbahaya memiliki si fat : mudah

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    8/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    menyala, korosif, reaktif dan beracun. Sampah berbahaya ini

    dikategorikan menjadi lima yaitu : bahan radio aktif, bahan kimia,

    sampah biologi, sampah lahan yang mudah terbakar, dan bahan yang

    mudah meledak.

    Kh u s u s m en g en a i s am p ah , b ah an i n i d ap a t

    menimbulkan gangguan keseimbangan lingkungan, kesehatan dan

    keamanan, serta pencemaran.

    Gangguan tersebut dapat disebutkan sebagai berikut ;

    a. Sampah dapat menimbulkan pencemaran atau pengotoran.

    Pencemaran dapat berupa udara yang kotor karena mengandung

    gas-gas yang terjadi dari perombakan sampah, bau yang tidak

    sedap, daerah yang becek dan kadang-kadang berlumpur lebih-

    lebih apabila musim hujan.

    b. Sampah bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi

    physicochemis yang tidak sesuai dengan lingkungan yang

    normal. Biasanya dapat kenaikan suhu dan perubahan PH

    menjadi terlalu asam atau terlalu basah. Keadaan demikian akan

    menyebabkan terganggunya kehidupan dilingkungan sekitarnya.

    c. Kekurangan oksigen pada daerah pembuangan sampah. Keadaan

    ini disebabkan karena selama proses perombakan sampah

    menjadi senyawa-senyawa sederhana diperlukan oksigen yang

    diambil dari udara disekitarnya. Karena kekurangan oksigen

    kehidupan flora dn fauna menjadi terdesak. Beberapa jenis

    tanaman, hewan-hewan dan ikan akan menjadi mati. Sehingga

    akan mengganggu ekologi daerah disekitar sampah. Apabila hal

    tersebut dibiarkan terus-menerus, dapat terjadi akibat yang lebih

    parah, misalnya tanah menjadi gersang (kurus).

    d. Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi sampah dapat

    membahayakan kesehatan dan bahkan kadang-kadang beracun

    serta dapat mematikan.

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    9/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    e. Berbagai penyakit dapat timbul dari sampah. Penyakit ini dapat

    ditularkan oleh lalat atau serangga lainnya, binatang-binatang

    seperti tikus dan anjing.

    f. Secara estetika, sampah tidak dapat digolongkan sebagai

    pemandangan yang nyaman untuk dinikmati.

    2.3 Timbulan Sampah Negara-negara Berkembang

    Tingkat imbulan sampah di negara-negara berkembang rata-rata masih

    di bawah negara-negara maju. Timbulan sampah sangat dipengaruhi oleh

    tingkat pendapatan suatu negara dan pola konsumtif, selain jumlah penduduk.

    Negara-negara berkembang mempunyai pendapatan nasional masih dibawah

    negra-negara maju, sehingga jumlah timbulan sampah masih dibawah negara-

    negara maju. Rata-rata jumlah timbulan sampah sebesar 0,63 kg/kap/hari dan

    jumlah penduduk sebesar 5,.04.250 dari 5 (lima) negara berkembang. Kota

    Surabaya (Indonesia) menduduki tingkat timbulan sampah tertinggi disbanding

    dengan negara-negara berkembang lainnya, bahkan hampir menyamai tingkat

    timbulan sampah di negara-negara maju.

    Tabel 2.1 Timbulan Sampah Negara-negara Berkembang

    Negara Kota Tahun Populasi

    Generation

    Rate

    (Kg/kap/hari)China Beijing 1991 11.157.000 0.88

    Shanghai 1991 8.206.000 0.6

    Wuhan 1991 6.800.000 0.6

    India New delhi 1991 8.412.000 0.48

    Bombay 1991 12.288.000 0.44

    Calcutta 1991 9.643.000 0.38

    Madras 1991 4.753.000 0.66

    Sri Langka Colombo 1991 615.000 0.98

    Kandy 1991 104.000 0.58Galle 1991 109.000 0.65

    Fhilipina Metro Manila 1991 9.452.000 0.53

    Ligan 1991 273.000 0.38

    Cagayan de Ora 1991 428.000 0.54

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    10/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    Indonesia Jakarta 1991 9.160.000 0.66

    Bandung 1991 2.368.000 0.71

    Surabaya 1991 2.700.000 1.08

    Sumber : Bank Dunia, 1999

    Negara-negara maju memiliki timbulan sampah rata -rata 1.38

    kg/kap/hari dengan rata-rata jumlah penduduk 49.439.286 dari lima negara

    maju . Kondisi tersebut sangat wajar, karena pendapatan masyarakat di negara

    tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan negara berkembang. Dari

    perbandingan 5 (lima) negara maju, negara Amerika Serikat memiliki timblan

    sampah tertinggi sebesar 2 kg/kap/hari. Sedangkan Swiss memiliki timbulan

    sampah paling sedikit yaitu 1,1 kg/kap/hari dibandingkan dengan negara -negara maju lainnya.

    Tabel 2.2 Tingkat timbulan Sampah di Negara-negara Maju

    Negara Kota Tahun Populasi

    Generation

    Rate

    (Kg/kap/hari)

    Jepang Tokyo 1993 8.022.000 1,5

    Yokohama 1993 3.300.000 1,2

    Nagoya 1993 2.153.000 1,16

    Perancis 1992 58.100.000 1,29

    Norwegia 1992 4.400.000 1,4

    Amerika Serikat 1992 263.100.000 2

    Swiss 1992 7.000.000 1,1

    Sumber : Bank Dunia, 1999

    2.4 Kecenderungan Pola Perubahan Komposisi Sampah

    Komposisi sampah mengalami perubahan setiap tahunnya. Perubahan

    tersebut diakibatkan adanya pola hidup masyarakat, pertumbuhan ekonomi,

    dan sebagainya. Perubahan komposisi sampah tersebut juga memberikan

    dampak terhadap strategi pengelolaan sampah perkotaan. Misalnya untuk

    komposisi sampah perkotaan yang didominasi oelh sampah organik, pola

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    11/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    pengelolaan sampah haruslah berdasarkan system pengomposan, tetapi jika

    sampah mengalami perubahan komposisi dari sampah organik ke jenis

    material sampah kertas. Maka system pengelolaan sampah harus berubah dari

    system daur ulang kertas. Jadi dapat disimpulkan system pengelolaan sampah

    perkotaan tidak bersifat tetap, tetapi berdasarkan komposisi sampah perkotaan

    yang dimiliki.

    Tabel 2.3 Komposisi Sampah Perkotaan di Kota Bandung (Indonesia)

    NO. Komposisi Tahun

    1978 1985 1988 1994

    1. Sampah Organik 80.45 77 73,35 63,56

    2. Kertas 7,7 7,96 9,74 10,42

    3. Tekstil 1 0,96 0,45 0,95

    4. Plastik/Karet 0,23 0,79 0,43 1,45

    5. Pecah belah 1,93 1,14 1,32 1,76. Logam 3,89 8,82 8,56 9,76

    7. Lain-lain 5,23 3,41 1,32 12,16

    Sumber : Pengelolaan Sampah Kota Bandung 1998/1999 : (2000)

    Pada table 3 menunjukkan perubahan komposisi sampah di Kota

    Bandung (Indonesia). Pada tahun 1978, komposisi sampah di Kota Bandung

    didominasi oleh sampah organik. Sampah organik mendominasi sebesar

    80,45%, sedangkan sampah hanya sebesar 7,5%. Perkembangan 16 tahun

    kemudian, produksi sampah kertas berkembang terus dari 7,5% ke 10,42%

    pada tahun 1994. Rata-rata perkembangan produksi material sampah kertas

    pada Kota Bandung sebesar 11,43% per tahunnya. Kondisi tersebut sangat

    positif, karena karena masyarakat kota Bandung menunj ukkan adanya budaya

    menulis dan membaca.

    2.5 Kondisi Sosial dan Budaya

    Kondisi sosial dan budaya menjadi faktor yang sangat penting untuk

    mengetahui kebiasaan dan perilaku masyarakat negara tersebut dalam

    pengelolaan sampah. Selain itu, pola konsumtif masyarakat dan gaya hidup

    masyarakat juga akan mempengaruhi besarnya timbulan sampah dan

    komposisi sampah yang dimiliki.

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    12/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    Negara-negara berkembang umumnya memandang sampah sebagai

    barang yang sudah tidak berguna dan tidak mereka inginkan, sehingga

    tindakan yang meeka lakukan adalah membuangnya. Persoalan muncul ketika

    setiap orang memperlakukan sampah sesuai dengan pemahaman mereka

    masing-masing, misalnya dengan meninggalkan atau membuang sampah di

    sembarang tempat yang mengakibatkan lingkungan menjadi kotor dan kumuh.

    Sebagian lagi membuang sampah ke selokan atau sungai , yang

    mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan saluran, yang merupakan salah

    satu penyebab banjir dan genangan di daerah perkantoran. Sementara

    kebiasaan untuk memilih sampah belum banyak dilakukan, karena tidak

    mengerti bagaimana cara pengelolaan sampah yang baik dan benar.

    Masyarakat India lebih menyukai membuang sampah di sungai, lahan

    kosong dan tepi jalan daripada berjalan 100 meter ke Tempat Penampungan

    Sampah Sementara (TPS) dari rumahnya. Masyarakat India tidak setuju untuk

    memisahkan sampah, karena membutuhkan banyak waktu dan merupakan

    pekerjaan kotor (Pune, 2004). Untuk masyarakat Indonesia, khususnya

    masyarakat Kota Depok, 21,74 tidak melakukan pemisahan sampah dan hanya

    8,22% masyarakat yang membawa sampahnya ke TPS (Pramono, 2004).

    2.6 Kondisi Tata Kota Perkotaan di Indonesia

    Kondisi perkotaan di Indonesia, khususnya kota-kota besar dibagi

    mejadi beberapa area, yaitu kawasan komersial, kawasan pertokoan dan

    kawasan perkantoran.

    Lokasi kawasan industri biasanya berada di luar kota dan kawasan

    tersebut biasanya hanya untuk lokasi industri saja, akan tetapi ada

    sebagaian yang berlokasi di dalam kota. Kawasan industri mempunyai

    tata letak bangunan yang sudah didesain berdasarkan konsep industrial

    estate, sehingga kawasan ini mempunyai ciri khas tersendiri.

    Kawasan permukaan di Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu

    kawasan pemukiman mewah, kawasan pemukiman menengah dan

    kawasan miskin kota. Kawasan pemukiman mewah biasanya berupa

    rumah-rumah tinggal di kota-kota satelit, kawasan apartemen dan

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    13/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    kawasan elit perkantoran, seperti pemukiman di BSD Lipoo Karawaci,

    Bukit Sentul, kawasan menteng serta Pesona Khayangan dan

    sebagainya. Untuk kawasan pemukiman ini sudah tersedia lengkap

    fasilitas dan infrastruktur pendukung, seperti pusat perbelanjaan, kantor

    pertokoan internet dan sebagainya. Perencanaan tata letaknya pun

    menganut system barat, sehingga lebih tertata.

    Kawasan pemukiman menengah biasanya berupa rumah-rumah

    penduduk dengan luas bangunan kurang lebih 70-45 m2. Biasanya

    perumahan ini dapat dijumpai pada perumahan-perumahan (non real

    estate) dan rumah-rumah di tepian kota. Pemukiman kelas menengah ini

    tidak didukung fasilitas dan infrastuktur pendukung seperti pada

    pemukiman mewah, akan tetapi masih mendapat pelayanan infrastruktur

    dasar, seperti telepon, listrik, sampah dan air minum.

    Kawasan pemukiman miskin kota mempunyai ciri khas yaitu

    kawasan pemukiman ini sangat padat, biasanya sebagaian besar

    bangunan pemukiman tersebut non permanen dan sisanya permanen.

    Begitu padatnya kawasan ini, akses atau jalan masuk ke kawasan ini

    tidak dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat. Pelayanan infrastruktur

    yang didapatkan hanya pelayanan listrik, akan tetapi itupun hanya

    sebagian.

    BAB III

    METODELOGI PENELITIAN

    Persiapan Awal

    Tujuan Penelitian

    Tujuan Pustaka

    Indentifikasi Masalah

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    14/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    3.1 Metode pengumpulan data

    Dalam menunjang tugas akhir ini maka metode pengumpulan data yang

    dilakukan menggunakan dua jenis data. Pengumpulan data yang

    dilakukan berupa data-data primer serta data-data sekunder, dimana

    kedua jenis data tersebut sangat mendukung ketepatan dari data-datatersebut.

    3.1.1 Metode pengumpulan data sekunder

    Pengumpulan data-data sekunder pada studi karakteristik sampah

    pada tingkat rumah tangga di Kota Depok diperoleh melalui keterangan

    serta informasi dari beberapa pihak atau instansi pemerintah yang

    bergerak dalam atau mengantur permasalah sampah pada kota Depok,

    Pengumpulan Data

    Data Info

    3. Peta

    1. Jumlah penduduk per

    kecamatan2. Volume sampah

    1. Pemda

    2. DKP Kota Depok

    3. BPSSampel 30 rumahpenduduk setiapkecamatan

    5. Komposisi sampah

    Analisa Exsiting

    Metode Pendekatan Statistika yakni Stratified Random Sampling

    Data Sekunder

    Survey lapangan

    Data Primer

    Gambaran komposisi sampah setiap kecamatan

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    15/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    diantaranya berasal dari Pemda setempat, Badan Pusat Statistik (BPS),

    Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota Depok (DPK), dari Tempat

    Pembuangan Sementara (TPS), serta dari Tempat Pembuangan Akhir

    kota Depok (TPA).

    Data sekunder tersebut dapat berupa :

    1. Gambar peta kota di Depok

    2. Jumlah peta kota di Depok

    3. Volume sampah di kota Depok

    4. Cara pembuangan sampah di kota Depok

    3.1.2 Metode Pengumpulan Data Primer

    Pengumpulan data primer ini dilakukan untuik menunjang dari data-

    data sekunder yang telah diperoleh. Data-data primer ini merupakan

    hasil pengamanan di lapangan atau hasil survey yang dilakukan selama

    beberapa jangka waktu. Data primer yang diperoleh dapat berupa :

    1. Jumlah buangan sampah penduduk di tiap kecamatan

    2. Mengetahui karakteristik sampah penduduk di kota Depok

    3. Mengetahui keadaan TPS-TPS yang ada serta TPA di kota

    Depok

    3.2 Analisa Data

    Penelitian ini memakai medote pengukuran yang frekuensi

    pengambilan sampel sebaiknya dilakukan selama 8 (delapan) hari

    berturut- turut guna menggambarkan fluktuasi dalam satu tahun.

    Penerapan yang d i laksanakan d i Indonesia b iasanya te lah

    disederhanakan, seperti :

    - Dilakukan dalam 8 hari berturut-turut.Metode yang digunakan untuk menentukan kuantitas total

    sampah yang akan dikumpulkan dan dibuang adalah sebagai berikut :

    - Rata-rata angkutan per hari dikalikan volume rata-rata pengangkutan dan

    dikonversikan ke satuan berat dengan menggunakan densitas rata-rata

    yang diperoleh melalui sampling.

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    16/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    - Mengukur berat sampel di dalam kendaraan angkut dengan menggunakan

    jembatan timbang, kemudian rata-ratanya dikalikan dengan total angkutan

    perhati.

    - Mengukur berat setiap angkutan di jembatan timbang di TPA.

    Jumlah sampah yang sampai di TPA sulit untuk dijadikan

    indikasi yang akuran mengenai timbulan sampah yang sebenarnya di

    sumber. Hal ini disebabkan oleh terjadinya kehilangan sampah di setiap

    tahapan proses operasional pengelolaan sampah tersebut, terutama karena

    adanya aktivitas pemulungan atau pemilihan sampah.

    Untuk keperluan tertentu, kisalnya menentukan volume yang

    dibutuhkan untuk pewadahan sampah atau menentukan potensi daur

    ulang, perlu diupayakan untuk mengukur jumlah sampah di sumber. Hal

    ini dapat dilakukan dengan melakukan sampling sampah langsung di

    sumbernya karena aktivitas domestik bervcariasi dari hari ke hari dengan

    siklus mingguan, sampling sampah di sumber harus dilaksanakan selama

    satu minggu (umumnya 8 hari berturut-turut).

    Penentuan jumlah sampel yang biasa digunakan dalam analis timbulan

    sampah adalah dengan pendekatan stattistika, yaitu :

    a Metode Stratified Random Sampling : Yang biasanya didasarkan pada

    komposisi pendapatan penduduk setempat, dengan anggapan habwa

    kuantitas dan kualitas sampah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan

    masyarakat.

    b. Jumlah sampel manimum : ditaksir berdasarkan berapa perbedaan yang

    bisa diterima antara yang ditaksir dengan penaksir, berapa derajat

    kepercayaan yang diinginkan, dan berapa derajat kepercayaan yang bisa

    diterima.

    c. Pendekatan praktis : dapat dilakukan dengan pengambilan sampel

    sampah berdasarkan atas jumlah minimum sampel yang dibutuhkan

    untuk penentuan komposisi sampah, yaitu minimum 500 liter atau

    sekitas 200 kg. Biasanya sampling dilakukan di TPS atau pada gerobak

    yang diketahui sumber sampahnya.

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    17/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    3.2.1 Cara menganalisanya

    Metode pengambilan dan pengukuran contoh tumbuhan dan

    komposisi sampah di Indonesia biasanya dilaksanakan berdasarkan SNI M-

    36-1991-03(22). Penentuan jumlah sampel sampah yang akan diambil

    dapat menggunakan formula berikut :

    a. Bila jumlah penduduk < 106 j iwa

    P = Cd Ps . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .( 3.2 )

    Keterangan :

    Ps = Jumlah penduduk bila < 106jiwa

    Cd = koefisien

    Cd = 1 bila kepadatan penduduk normal

    Cd < 1 bila kepadatan penduduk jarang

    Cd > 1 bila kepadatan penduduk padat

    b. Bila jumlah penduduk > 106 j iwa

    P = Cd. Cj.

    Jumlah sampel yang harus diambil dari masing-masing strata

    pendapatan yaitu :

    Untuk memprediksi timbul sampah dapat digunakan persamaan sebagai berikut :

    Q n = Q 1 ( 1 + C s )H

    ( 3 . 6 )

    Dengan

    Cs = [ 1 + Ci + Cp + Cqm / 3 ] .................. (3.7) [ 1 + ]

    dimana

    Qn : timbulan sampah pada n tahun mendatang

    Qt : timbuilan sampah pada tahun awal perhitungan

    Qs : peningkatan / pertumbuhan kota

    High income = X x 1 6 0 ( 3 . 3 ).( X Y Z )+ +

    Medium income = Y X x 1 6 0 ( 3 . 4 )( X Y Z )+ +

    Low income = Z X x 160 ......................... (3.5)( X Y Z+ + )

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    18/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    Qi : laju pertumbuhan sektor industri

    Qp : laju pertumbuhan sektor pertanian

    Qqn : laju peningkatan pendapatan per kapita

    P : laju pertumbuhan penduduk

    BAB IV

    KUMPULAN DATA

    4.1 Gambaran Umum

    Kota Depok memiliki luas wilayah 207.06 km2 dengan jumlah

    penduduk 973.03 6 jiwa hingga tahun 2000. Kota Depok terbagi kedalam

    kecamatan, yaitu kecamatan Beji, kecamatan Pancoran Mas, kecamatan

    Cimanggis, kecamatan Limo, kecamatan Sawangan dan kecamatan

    Sukmajaya.

    4.1.1 Geografi

    Kota Depok merupakan kota termuda dan kota tersebut dalam

    wilayah propinsi Jawa Barat. Kota Depok terletak pada 106o49 Bujur

    Timur dan 96

    o

    23

    Lintang Selatan. Kota Depok memiliki batas -batas wilayahsebagai berikut :

    a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kebupaten

    Tangerang dan wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

    b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota

    Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

    c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan

    Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor.

    d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Parung dan

    Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.

    4.1.2 Penduduk

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    19/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    Penduduk merupakan salah satu asset terpenting dalam

    pembangunan terutama bagi negara-negara berkembang. Pertumbuhan

    penduduk dikota Depok sebesar 6,75% setiap tahunnya.

    Tabel 4.1 Pertumbuhan jumlah penduduk kota DepokNo. Kecamatan Tahun

    1998 1999 2000

    1. Sawangan 103.784 104.92 112.852

    2. Pancoran Mas 171.176 181.027 184.407

    3. Sukmajaya 229.029 230.502 232,906

    4. Cimanggis 241.302 242.626 269,265

    5. Beji 82.986 84.897 87,3176. Limo 73.785 77.492 86,288

    Kota Depok 902.062 921.464 973.036

    Sumber : Pengelolaan Sampah Kota Bandung 1998/1999 : (2000)

    4.1.3 Sosial

    Kualitas SDM atau sumber daya manusia mempunyai peran yang

    sangat besar dalam keberhasilan suatu pembangunan. Salah satu pemacu serta

    penggerak adanya usaha peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

    tersedianya sarana dan prasarana dalam bidang pendidikan, kesehatan,

    transportasi serta ibadah.

    Dikota Depok pada tahun 2000/2001 terdapat 328 sekolah dasar (SD) dengan

    jumlah murid 109.220 orang dan jumlah guru 3.2 10 orang. Sekolah lanjutan

    tingkat pertama (SLTP) berjumlah 105 sekolah dengan jumlah murid 38.816

    orang dan jumlah guru 2.592 orang. Pada tingkat sekolah lanjutan tingkat

    atas (SLTA) terdapat 77 sekolah dengan jumlah murid 29.3 85 orang danjumlah guru 1.469 orang.

    Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di kota Depok tersedia

    beberapa fasilitas kesehatan. Pada tahun 2000/200 1 di kota Depok tersedia

    beberapa fasilitas kesehatan. Pada tahun 2000/200 1 di kota Depok terdapat 7

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    20/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    rumah sakit, 24 puskesmas, 6 puskesmas pembantu dengan tenaga medis

    sekitar 29 dokter umum, 19 dokter gigi, 81 perawat, dan 87 bidan.

    4.2 Volume dan Komposisi Sampah

    Volume sampah pada Kota Depok pada tahun 1999 sekitar 1.776 m2

    / hari dan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi,

    serta pola konsumen masyarakat masyarakat akibat dari peningkatan

    kesejahteraan. Sumber dan volume sampah ditnjukan pada table 41.

    Table 4.2Volume dan komposisi sampah pada bulan Februari

    No Sumber Timbulan (m /hari) Persentase (%)

    1 Pemukiman 406 8 63 43 %2 Pasar 141 2

    22 01 %3 Pertokoan alur 57 16

    8 91 %4 Fasilitans Umum & kawasan 36 2

    5 64 %Industri

    Jumlah 641,36 100,00

    Sumber: DKP Kota Depok,2004

    Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa sumber sampah Kota Depok yang

    diangkut oleh DKP dengan volume yang cukup besar berasal dari daerah

    pemukiman yaitu sebesar 63,43 %

    Pertumbuhan volume timbulan sampah terus meningkat dari tahun

    ketahun sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Tabel 4.2 sampai dengan

    tabel 4.7 memperlihatkan perkembangan timbulan sampah dari tahun 1999-2003

    per kecamatan. Pada table 4.2 hingga table 4.7 menunjukkan bahwa jumlah

    timbulan sampah terbesar dihasilkan dari Kecamatan Cimanggis yaitu sebesar 881

    m3per hari pada tahun 2003, serta pada Kecamatan Beji jumlah timbulan sampah

    yang dihasilkan 316 m3 per hari pada tahun 2003, jumlah tersebut merupakan

    jumlah timbulan sampah terkecil yang dihasilkan dibandingkan dengan

    kecamatan lainnya.

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    21/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    Tabel 4.3Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Cimanggis

    No Tahun Volume (m /hari) Volume (m /thn) Jumlah Penduduk

    1 1999 477 171.720 242.626

    2 2000 499 179.640 269.265

    3 2001 536 192.190 331.778

    4 2002 824 296.640 343.399

    5 2003 881 317.160 363.545

    Sumber ; DKP Kota Depok, 2003

    Tabel 4.4Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Sukmajaya

    No Tahun Volume (m /hari) Volume (m /thn) Jumlah Penduduk

    1 1999 458 164.880 230.502

    2 2000 471 169.560 232.906

    3 2001 504 181.440 278.080

    4 2002 685 246.600 285.928

    5 2003 724 260.640 297.098

    Sumber ; DKP Kota Depok, 2003

    Tabel 4.5Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Pancoran Mas

    No Tahun Volume (m /hari) Volume (m /thn) Jumlah Penduduk

    1 1999 337 121.320 181.027

    2 2000 346 124.560 184.407

    3 2001 377 135.720 219.312

    4 2002 547 196.920 226.405

    5 2003 578 208.080 252.814

    Sumber ; DKP Kota Depok, 2003

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    22/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    Tabel 4.6Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Beji

    No Tahun Volume (m /hari) Volume (m /thn) Jumlah Penduduk

    1 1999 147 52.928 84.897

    2 2000 163 58.680 87.317

    3 2001 188 67.680 115.575

    4 2002 289 104.040 120.462

    5 2003 316 113.760 129.184

    Sumber ; DKP Kota Depok, 2003

    Tabel 4.7Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Limo

    No Tahun Volume (m /hari) Volume (m /thn) Jumlah Penduduk

    1 1999 158 56.880 77.492

    2 2000 157 56.520 86.288

    3 2001 173 62.280 123.078

    4 2002 307 110.520 127.828

    5 2003 330 118.800 135.769

    Sumber ; DKP Kota Depok, 2003

    Tabel 4.8Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Sawangan

    No Tahun Volume (m /hari) Volume (m /thn) Jumlah Penduduk

    1 1999 199 71.640 140.920

    2 2000 217 78.120 112.853

    3 2001 245 88.200 136.864

    4 2002 344 123.840 143.211

    5 2003 367 132.120 157.324

    Sumber ; DKP Kota Depok, 2003

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    23/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    1000

    900

    800

    700

    600

    500400

    300

    200

    100

    0

    1999 2000 2001 2002 2003

    Gambar 4.1Grafik perkembangan timbulan sampah 1999-2003

    Pada gambar 4.1 dapat terlihat bahwa pada tahun 2002 volume sampah

    mengalami peningkatan diseluruh kecamatan.

    4.3 Daerah Pelayanan

    Daerah pelayanan kebersihan Kota Depok, meliputi seluruh wilayah Kota

    Depok dengan luas 207,06 km2, tetapi untuk daerah yang terlayani oleh DKP hanya

    1/3 dari luas daerah Kota Depok. Untuk memudahkan pengaturan operasi pelayanan

    kebersihan di wilayah Kota Depok, maka wilayah operasi pelayanan dibagi menjadi

    6 wilayah kerja yaitu :

    1. Wilayah operasi Cimanggis dengan luas wilayah 53.54 km yang terdiri dari

    daerah pemukiman, pertokoan, restoran, industri, pabrik, rumah sakit,

    jalur.

    2. Wilayah operasi Sukmajaya dengan luas wilayah 34.13 km yang terdiri dari

    daerah pemukiman, industri, rumah sakit, jalur, sekolah, hotel.

    3. Wilayah operasi Desa Limo dengan luas wilayah 22.80 km yang terdiri dari

    daerah pemukiman, kantor, sekolah industri, rumah makan, pertokoan.

    4. Wilayah operasi Sawangan dengan luas wilayah 45.69 km yang terdiri daridaerah pemukiman, pertokoan, sekolah, industri.

    5. Wilayah operasi Pancoran Mas dengan luas wilayah 29.83 km yang terdiri

    dari daerah pemukiman, kantor, rumah sakit, jalur, pertokoan, sekolah.

    Cimanggis

    Sukmajaya

    Pancoran Mas

    Beji

    Limo

    Sawangan

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    24/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    6. Wilayah operasi Beji dengan luas wilayah 14.30 km yang terdiri dari

    daerah pemukiman, jalur, sekolah, pertokoan, lantor, hotel, restorant.

    Pembagian wilayah ini dibuat agar Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

    Depok dapat memudahkan pengangkutan sampah dari TPS-TPS yang ada. Daerah-

    daerah yang belum terlayani oleh DKP Kota Depok, pengelolaannya dilakukan

    oleh masyarakat setempat dengan memanfaatkan lahan yang kos ong yang

    tersedia. Dimana pengelolaannya dengan cara dibakar maupun dengan system

    pengomposan pada lahan yang masih kosong di halaman rumah, kebun dan

    sebagainya. Adapun rangkuman tingkat pelayanaan sampah Kota Depok tahun

    1999 s/d 2003 dapat dilihat pada table 4.8.

    Tabel 4.9Tingkat pelayanaan Tahun 1999 s/d 2003

    Sumber SampahN

    Tingkat Pelayanaan

    1999 2000 2001 2002

    Luas 1 daerah

    pelayanan

    7.664.54 Ha

    Penduduk 2 terlayani 318.00 382.000 422.00 473.949

    Penduduk 3 terlayani

    terhadap jumlah

    Penduduk depok

    35% 38% 39% 38%

    Sumber ; DKP Kota Depok, 2003

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    25/26

    PDF created with FinePrint pdf Factory trial versionhttp://www.softwarelabs.com

    4.4 Sistem Pelayan Kerbersihan

    Sistem pelayanan kebersihan yang dilaksanakan sejak Kota Depok

    didirikan yaitu 1999 meliputi kegiatan penampungan, pengumpulan,

    pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Pada tahun 1999 , pelayanan

    kebersihan dirubah pola operasinya, dimana pada daerah pemukiman yang

    dimulai dengan kegiatan penyediaan peralatan pemindahan seperti kontainer bes i

    dan transfer dipo. Pengangkutan serta pengelolaan sampah ditempat pembuangan

    akhir, dilaksanankan oleh DKP, sedangkan kegiatan pengumpulan dan

    pengangkutan dari sumber sampah pemukiman sampai tempat penampungan

    sementara, menj adi tanggung jawab petugas yang dikoodinasikan dengan Rt / Rw,

    maupun LSM secara swadaya dan swadana. Pelayanan kebersihan diluar

    pemukiman seperti jalan, perkantoran, pertokoan, atau daerah perdaganganan,

    industri serta kegiatan lainya yang berkaitan dengan kebersihan, dilaksanakan

    oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanaan, mulai dari pengumpulan sampai

    pengolahan di tempat pembuangan akhir. Untuk daerah yang belum terjangkau

    oleh DKP, pengelolaan sampah dilakukan oleh masyarakat setempat dengan

    memanfaatkan lahan yang ada, kemudian ditimbun atau dikomposkan.

    4.5 Pengumpulan Sampah

    Pengumpulan sampah yang dilakukan oleh DKP meliputi penyapuan danpengumpulan sampah ja lan, dan tempat -tempat umum yang la innya.

    Mekanisme pelayanan pengumpulan sampah yang dilakukan oleh DKP Kota

    Depok yaitu :

    1. Daerah pemukiman yang teratur dengan ;

    Door to door.

    Pengangkutan dari TPS ke TPA.

    2. Daerah pemukiman tidak teratur dengan;

    Dikelola sendiri oleh warga.

    Dikumpulkan di TPS, selanjutnya diangkut ke TPA.

    3. Daerah pertokoan dengan:

    Umumnya dilakukan door to door.

    Dikumpulkan di TPS yang ada kemudian diangkut ke TPA.

  • 7/24/2019 Artikel_10300020

    26/26

    4. Jalan protokol dengan :

    Sampah hasil dari penyapuan dikumpulkan dalam bak-bak penampungan

    selanjutnya diangkut dengan truck sampah ke TPA.