artikel penelitian - supriyatnagus88.files.wordpress.com · artikel penelitian media pembelajaran...

18
1 ARTIKEL PENELITIAN MEDIA PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS MEDIA NON PROYEKSI DUA DIMENSI DAN TIGA DIMENSI SEBAGAI SUMBER KREATIVITAS SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN SUKATALI SUMEDANG Oleh. E, DJ. Rosala, Agus Budiman, Agus Supriyatna, ABSTRAK Pengembangan media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi merupakan salah satu program riset di dalam membantu peningkatan kualitas pembelajaran seni tari di Sekolah Dasar khususnya di kelas IV SDN Sukatali Sumedang. Penelitian ini, berangkat dari fenomena bahwa penggunaan media pembelajaran yang dilakukan oleh guru dirasakan belum mencapai hasil yang optimal, antara lain guru kurang memahami penggunaan media yang dijadikan sebagai alat bantu untuk mempertinggi tingkat keberhasilan pembelajaran. Atas dasar itu, penelitian ini merupakan salah satu upaya penggalian potensi siswa sekaligus dalam memotivasi siswa ke arah pengembangan kemampuan kreatifnya. A. PENDAHULUAN Pengembangan media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi merupakan salah satu program riset di dalam membantu peeningkatan kualitas pembelajaran seni tari di Sekolah Dasar khususnya di kelas IV SDN Sukatali Sumedang. Kendala di lapangan, penggunaan media pembelajaran masih kurang diperhatikan dan guru cenderung mengajar hanya berdasarkan pada materi teks dengan tanpa memberikan contoh konkret, baik secara konteks maupun makna dari pembelajaran. Hal demikian dapat berakibat kurangnya motivasi siswa dalam mengembangkan kreativitas pembelajaran seni tari. Di samping itu, persoalan yang dipandang perlu untuk dikaji ulang berkaitan dengan masalah metodologi pembelajaran yang didasarkan atas tujuan,materi,metode,media,dan evaluasi. Atas dasar itu, pengembangan media pembelajaran seni tari berbasis nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi dapat dijadikan sebagai sumber kreativitas siswa di sekolah. Mengingat kedudukan seni tari sebagai media pendidikan, maka dalam proses pembelajaran idealnya diarahkan pada suatu pengembangan pengalaman seni peserta didik ke arah kreatif (kreativitas) bukan sebagai performance, (penari profesional). Oleh

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    ARTIKEL PENELITIAN

    MEDIA PEMBELAJARAN SENI TARI

    BERBASIS MEDIA NON PROYEKSI DUA DIMENSI DAN TIGA DIMENSI

    SEBAGAI SUMBER KREATIVITAS SISWA SEKOLAH DASAR

    DI SDN SUKATALI SUMEDANG

    Oleh. E, DJ. Rosala, Agus Budiman, Agus Supriyatna,

    ABSTRAK

    Pengembangan media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi merupakan salah

    satu program riset di dalam membantu peningkatan kualitas pembelajaran seni tari di

    Sekolah Dasar khususnya di kelas IV SDN Sukatali Sumedang. Penelitian ini, berangkat dari

    fenomena bahwa penggunaan media pembelajaran yang dilakukan oleh guru dirasakan

    belum mencapai hasil yang optimal, antara lain guru kurang memahami penggunaan media

    yang dijadikan sebagai alat bantu untuk mempertinggi tingkat keberhasilan pembelajaran.

    Atas dasar itu, penelitian ini merupakan salah satu upaya penggalian potensi siswa sekaligus

    dalam memotivasi siswa ke arah pengembangan kemampuan kreatifnya.

    A. PENDAHULUAN

    Pengembangan media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi merupakan

    salah satu program riset di dalam membantu peeningkatan kualitas pembelajaran seni tari

    di Sekolah Dasar khususnya di kelas IV SDN Sukatali Sumedang.

    Kendala di lapangan, penggunaan media pembelajaran masih kurang

    diperhatikan dan guru cenderung mengajar hanya berdasarkan pada materi teks dengan

    tanpa memberikan contoh konkret, baik secara konteks maupun makna dari pembelajaran.

    Hal demikian dapat berakibat kurangnya motivasi siswa dalam mengembangkan

    kreativitas pembelajaran seni tari. Di samping itu, persoalan yang dipandang perlu untuk

    dikaji ulang berkaitan dengan masalah metodologi pembelajaran yang didasarkan atas

    tujuan,materi,metode,media,dan evaluasi. Atas dasar itu, pengembangan media

    pembelajaran seni tari berbasis nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi dapat dijadikan

    sebagai sumber kreativitas siswa di sekolah.

    Mengingat kedudukan seni tari sebagai media pendidikan, maka dalam proses

    pembelajaran idealnya diarahkan pada suatu pengembangan pengalaman seni peserta

    didik ke arah kreatif (kreativitas) bukan sebagai performance, (penari profesional). Oleh

  • 2

    karena itu, pengajar (guru seni tari) mesti lebih berhati-hati di dalam memilih bahan

    materi dan unsur metodologi pembelajaran lainnya agar para siswa memahami tari

    sebagai suatu cara tersendiri bagi pengungkapan kembali nilai-nilai estetis yang dijumpai

    dalam kenyataan. Fenomena ini sebagaimana dikatakan Tjetjep Rohendi Rohidi

    (2000:23) bahwa “Pendidikan melalui seni (pendidikan seni tari), diidealkan mempunyai

    peran kunci dalam pengembangan kreativitas peserta didik. Sifat-sifat yang melekat pada

    pendidikan seni antara lain : imajinasi, sensibilitas, dan kebebasan, memberi peluang bagi

    terciptanya proses pengembangan kreativitas. Peran pendidikan seni baik secara ideal

    maupun faktual dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kreativitas”.

    Semua siswa pada dasarnya, memiliki potensi kreatif yang harus dikembangkan

    agar mampu hidup penuh gairah dan produktif dalam melaksanakan tugasnya. Kesadaran

    akan kemampuan kreativitas ini harus dibangun dan digali untuk memacu keberhasilan

    siswa dalam kerangka yang lebih panjang demi menyongsong masa depan, yaitu

    meningkatkan sumber daya manusia yang potensial guna memasuki abad 21. Fenomena

    ini mesti dimaknai oleh pengajar seni tari sebagai salah satu upaya penggalian potensi

    siswa sekaligus dalam membantu siswa ke arah pengembangan kemampuan kreatifnya.

    Proses pendidikan semacam ini harus mampu digunakan untuk “menciptakan individu

    yang lebih baik, membantu individu tumbuh, dan berkembang lebih besar, lebih tinggi,

    lebih bijaksana, lebih perspektif dan lebih kreatif dalam semua aspek kehidupann”

    (Maslow dalam Nurisisto, 2000 : 21)

    Dalam mengantisipasi kondisi di atas, perlu berinovasi dalam menciptakan dan

    mengembangkan media pembelajaran seni tari yang dapat dijadikan sebagai alat bantu

    pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Media pembelajaran

    yang dikembangkan hendaknya mampu membantu menciptakan pembelajaran bermakna

    bagi siswa dan relevan dengan kondisi perkembangan ilmu dewasa ini. Klasifikasi media

    pembelajaran dapat dikategorikan yakni media yang diproyeksikan dan tidak

    diproyeksikan (non proyeksi). Media yang diproyeksikan penekanannya pada unsur-unsur

    teknologi canggih seperti projected media, video pembelajaran, kaset dan lain sejenisnya.

    Kategori kedua, media non proyeksi penekanannya lebih mengarah pada pemangfaatan

    media yang kurang berkaitan dengan persoalan teknologi. Karakteristiknya, dapat dibagi

    ke dalam dua bagian yakni media dua dimensi dan tiga dimensi. Media pembelajaran non

    proyeksi dua dimensi contohnya seperti gambar, photo, lukisan dan lain sejenisnya,

  • 3

    sedangkan media non proyeksi tiga dimensi terdiri dari patung, robot, dan lain

    sebagainya.

    Atas dasar latar belakang masalah di atas, kami memiliki pemikiran inovasi

    dalam mengembangkan media pembelajaran seni tari berbasis media non proyeksi dua

    dimensi dan tiga dimensi sebagai salah satu alternatif untuk menjembatani persoalan atau

    kesulitan para pengajar seni dalam memilih dan menentukan media pembelajaran yang

    mampu menstimulus kompetensi kreatif siswa. Kami telah mempelajari dan menganalisis

    kurikulum baru (KTSP) yang menuntut adanya kreativitas dan produktivitas guru di

    dalam mengembangkan media dan model-model pembelajaran yang berorentasi pada

    perubahan siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik (student center).

    B. PERMASALAHAN

    Kenyataan di lapangan, komponen media kadangkala kurang diperhatikan oleh

    para pengajar seni tari di sekolah. Oleh karena, pada umumnya mereka lebih cenderung

    mengajar dengan materi dan metodologi yang memiliki sifat konvensional.

    Kecenderungan yang terjadi mereka hanya mengajarkan teks materi, tanpa mengindahkan

    konteks dan makna dari pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai hanya kecerdasan

    secara motorik, tanpa mempertimbangkan aspek lainnya seperti kecerdasan emosional,

    intelektual (estetik, etika, nilai dan makna pembelajaran yang dilaksanakan). Salah satu

    faktor yang yang menyebabkan kondisi pembelajaran seni tari tersebut adalah peranan

    media kurang memiliki kontribusi di dalam mencapai tujuan pembelajaran yang

    diharapkan. Padahal komponen media sangat berperan aktif di dalam menghidupkan

    suasana pembelajaran yang dinamis dan produktif. Di samping itu, melalui media yang

    dipersiapkan secara matang akan mampu menumbuhkembangkan potensi kreatif yang

    dimiliki anak sehingga kebiasaan berfikir kreatif akan lebih mudah menggiring

    perkembangan prilaku siswa kearah yang lebih matang.

    Atas dasar dari permasalah di atas, perlu diteliti dan dikembangkan mengenai

    media pembelajaran khususnya dalam pembelajaran seni tari. Adapun masalah yang

    diangkat adalah pengembangan media pembelajaran seni tari berbasis media non proyeksi

    dua dimensi dan tiga dimensi sebagai sumber kreativitas siswa pada tingkat sekolah

    dasar.

    Agar masalah-masalah penelitian yang akan diungkap lebih terfokus dan terarah,

    maka akan dibatasi ke dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

  • 4

    1. Bagaimana proses pembelajaran seni tari melalui stimulus media pembelajaran non

    proyeksi dua dimensi dan tiga dimensi ?

    2. Bagaimana hasil pengembangan media non proyeksi dua dimensi dan tiga dimensi

    terhadap kegiatan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari ?

    Melalui rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

    1. Memperoleh data mengenai tentang proses pembelajaran seni tari melalui stimulus

    media pembelajaran non proyeksi dua dimensi dan tiga dimensi.

    2. Mendeskripsikan hasil pengembangan media non proyeksi dua dimensi dan tiga

    dimensi terhadap kegiatan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari?

    C. KERANGKA TEORETIK

    1. Hakekat Pendidikan Seni Tari Pada Tingkat Sekolah Dasar

    Pendidikan seni di sekolah dasar merupakan bidang pelajaran yang berfungsi

    memberikan landasan estetis, etis dan filosofis, termasuk di dalamnya bidang pelajaran

    seni tari. Kepekaan berfikir, imajinasi dan perwujudkan sikap kreatifnya lebih banyak

    dikembangkan oleh potensi sensor motorik di dalam menangkap stimulus dari

    lingkungannya. Kecenderungan proses pembelajaran yang nampak adalah siswa lebih

    banyak bermain, meniru dan merespons benda atau perbuatan yang ditangkapnya melalui

    potensi indrawinya. Peluang dalam menggali sikap-sikap kreatif dari siswa akan lebih

    banyak kesempatan dari sumber-sumber pembelajaran yang berangkat dari kemampuan

    siswa masing-masing. Dalam hal ini Sal Murgianto (1993 : 27) mengungkapkan bahwa

    “Nilai tari dalam dunia pendidikan menurut hemat kami, bukan terletak pada latihan

    kemahiran dan keterampilan gerak semata-mata tetapi lebih pada kemungkinannya untuk

    memperkembangkan daya ekspreasi anak.

    Tari sebagai suatu pengalaman kreatif menurut Alma Hawkin (2003) bahwa “Tari

    adalah ekspresi manusia yang paling dasar dan paling tua. Melalui tubuhnya, manusia

    memikirkan dan merasakan ketegangan dan ritme-ritme alam sekitarnya, dan selanjutnya

    menggunakan tubuh sebagai instrument, ia mengekspresikan respons-respons perasaan

    kepada alam sekitar. Melalui struktur persepsi-persepsi perasaannya ia menciptakan tari.

    Melalui tarinya ia dapat berhubungan dengan sesamanya dan dunianya. Motivasi

    ekspresi seperti itu, menyebabkan perkembangan tari sebagai seni. Tari sebagai karya

    seni dapat digambarkan sebagai ekspresi perasaan dalam diri manusia yang dirubah oleh

    imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak”.

  • 5

    Aktivitas kreatif menggabungkan pengetahuan kita akan suatu peristiwa yang

    merangsang dengan pengetahuan hubungan kita terhadapya. Hal ini merupakan

    identifikasi diri dengan pengalaman sebagai pusat usaha yang sangat kreatif.

    Penelitian ke dalam alam tari menghasilkan suatu filosofi yang didasarkan pada

    keyakinan yang fundamental dalam kapasitas-kapasitas artistik sifat dasar manusia serta

    dalam nilai-nilai ungkap melalui aktivitas kreatif yang hebat dari seni. Dari filosofi ini

    harus disusun suatu teori yang akan merupakan suatu tanda tujuan-tujuan dimana tari

    akan menyelesaikan sebaik mungkin sebagaimana rumusan prinsip-prinsip pokok yang

    mendasarinya. Satu contoh rumusan tersebut desakan terhadap dimana tari dialami

    sebagai suatu sarana akspresi yang cukup memadai,sehingga jika gerakan-gerakan alam

    intelektual, emosional spiritual dikoordinasikan dengan aktivitas-aktivitas gerak tubuh,

    akan menghasilkan ungkapan hidup yang dinamis (Doubler, 1985 : 17).

    Apabila dikaji lebih lanjut bahwa pola pembelajaran yang ditawarkan oleh Alma

    Hawkin lebih potensial di dalam mengembangkan suatu pembelajaran yang dianggap

    bermakna bagi siswa (meaning full). Berdasarkan pandangan para pakar di atas, dapat

    kita maknai secara mendalam bahwa perkembangan dan pertumbuhan seseorang banyak

    dipengaruhi oleh stimulus yang diterima dari sekelilingnya. Pemahaman ini dijadikan

    sebagai landasan teori sekaligus titik tolak konsep kami di dalam mengembangkan media

    pembelajaran seni tari berbasis media non proyeksi dua dimensi dan tiga dimensi sebagai

    upaya meningkatkan kompetensi kreatif siswa dan sumber kreativitas dalam

    pembelajaran.

    Pada dasarnya kedudukan media dalam pembelajaran adalah salah satu aspek

    penting pembelajaran yang mampu menstimulus siswa dalam mengikuti pembelajaran,

    termasuk dalam pembelajaran seni tari. Di samping itu, suasana pembelajaran menjadi

    lebih bergairah dan menarik perhatian siswa sehingga mampu menumbuhkan motivasi

    belajar yang tinggi. Nana Sujana (2005) mengungkapkan bahwa “penggunaan media

    pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran”. Artinya melalui

    pemangfaatan media pembelajaran secara optimal yang didesain menarik, maka akan

    membantu pengajar di dalam mencapai hasil pembelajaran yang memiliki standar

    kualitas. Pemahaman ini yang akan dikedepankan kami sebagai titik tolak di dalam

    mengembangkan media pembelajaran sebagai bagaian dari komponen yang dibutuhkan

    pada saat proses pembelajaran seni tari berlangsung sehingga pola pembelajaran menjadi

    lebih bervariatif dan menarik bagi siswa.

  • 6

    2.Kerangka Konseptual

    Pengembangan Media Pembelajaran Seni Tari

    Berangkat dari gambar di atas, kami mencoba membuat kerangka konseptual

    dalam memproposionalkan setiap komponen yang mendukung dalam pembelajaran seni

    tari. Melalui gambar di atas pula, kami mencoba menjelaskan bahwa media merupakan

    salah satu bagian penting dari komponen PBM yang turutserta mendukung keberhasilan

    pembelajaran yang dilaksanakan.

    Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang

    dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara

    pendidik dengan peserta didik (Heinich, dkk,1996). Media pembelajaran berperan sebagai

    perantara dalam pembelajaran yang dilakukan oleh antara pendidik dengan peserta didik.

    Heinich, Molenda, & Russel mengemukakan klasifikasi media yang dapat digunakan

    dalam kegiatan pembelajaran yaitu (1) Media yang tidak diproyeksikan, (2) Media yang

    diproyeksikan (projected media), (3) Media audio, (4) Media video dan film, (5)

    Komputer, dan (6) Multimedia berbasis komputer.

    Media yang tidak diproyeksikan terdiri dari beberapa jenis yaitu : benda nyata

    (realita), replika dan model, kit multimedia, simulator, bahan cetakan (printed materials),

    foto, gambar, chart, poster dan grafik. Berdasarkan bentuknya, jenis media ini dapat

    PBM Seni Tari Media

    Pembejaran Non Proyeksi

    Tujuan

    Komponen PBM

    Standar Kompentensi

    Kreatif Siswa

    Sistem Evaluasi

  • 7

    diklasifikasikan ke dalam media dua dimensi dan media tiga dimensi. Bahan cetakan

    seperti gambar, chart, poster, foto dan grafik tergolong sebagai media dua dimensi.

    Sedangkan realia, replika, model, dan simulator dapat digolongkan sebagai media tiga

    dimensi. Setiap jenis media mempunyai karakteristik yang spesifik jika digunakan dalam

    aktivitas pembelajaran. Media dua dimensi dapat berbentuk gambar yang

    mempersentasikan suatu objek dan prosedur yang dapat dipelajari untuk menguasai suatu

    pengetahuan dan keterampilan tertentu. Dari uraian di atas, terkait dengan kepentingan

    penelitian yang akan dilaksanakan, media pembelajaran yang akan dikembangkan adalah

    media non proyeksi dua dimensi dan tiga dimensi dengan objek dan tematis yang

    berbeda. Di bawah ini adalah penjelasan klasifikasi media non proyeksi yang akan

    dikembangkan sebagai berikut :

    Klasifikasi Media Non Proyeksi Yang Akan Dikembangkan

    D. Konsep Belajar dan Proses Kreatif Pembelajaran Seni Tari

    1. Konsep Belajar

    Berbicara mengenai teori belajar tidak akan lepas dari persoalan pendidikan

    sebagai bagian intergral dari proses belajar yang menjadi salah satu bagian aktivitas

    manusia. Secara umum, banyak para pakar yang memaknai pendidikan sebagai suatu

    upaya seseorang yang dilakukan dalam keadaan sadar untuk menumbuhkembangkan

    Dua Dimensi

    Media

    Pembejaran Non Proyeksi

    Tiga Dimensi

    Contohnya :

    Gambar, Lukisan, Photo Dll

    Contohnya :

    Patung, Robot, Tanaman

    (Bunga), boneka Dll

  • 8

    segala kemampuan yang dimilikinya melalui suatu proses yang disebut kegiatan

    pengajaran. Pada hakekatnya terkandung dua konsep kependidikan yang berkaitan dengan

    lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar

    pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Menurut

    Gage (1984 : 47) mengungkapkan sebagai berikut.

    Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah prilakunya

    sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E Garret berpendapat bahwa

    belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui

    latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan

    cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.

    Apabila memperhatikan pendapat di atas, bahwa esensi dari belajar adalah

    perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara

    terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi

    apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa

    sedemikian rupa sehingga perbuatanya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi

    itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Pada tataran implementasinya konsep

    pembelajaran lebih terlihat pada proses interaksi edukatif dari kedua belah pihak yakni

    peserta didik dan pengajar (guru) yang ditunjang oleh komponen-komponen pengajaran

    lainnya.

    Dalam pandangan yang masih selaras belajar merupakan aktivitas pribadi dan

    bersama. Pengalaman individual merupakan salah satu sumber pengetahuan yang amat

    penting. Aktivitas diri merupakan dasar dari semua proses pembelajaran.Peserta didik

    belajar dengan cara kegiatan, mengalami sendiri dan dengan mengadakan percobaan-

    percobaan. Oleh karena itu, mestinya program kegiatan dan mata pelajaran disusun

    sesuai dengan minat, kematangan dan kemampuan peserta didik. Dalam hal ini Sanjaya

    (2006:100) menegaskan sebagai berikut.

    Selanjutnya ada, yang mendefinisikan; ‘’belajar adalah berubah’’. Dalam hal ini

    yang di maksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan

    membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.Perubahan tidak

    hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk

    kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian

    diri.

    Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli tersebut mengenai belajar,

    meskipun di antara mereka para ahli tersebut ada perbedaan mengenai belajar, namun

    baik secara eksplisit maupun implisit di antara mereka terdapat kesamaan maknanya,

  • 9

    yaitu definisi manapun konsep belajar itu selalu menunjukan kepada suatu proses

    perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.

    Pembelajaran pada hakekatnya merupakan upaya untuk membelajarkan seseorang

    atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan

    pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Menurut Rogers dalam

    knouwles (1979 : 59) mengungkapkan sebagai berikut.

    kegiatan belajar bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi pribadi atau

    menemukan jati dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan merupakan proces of

    becoming a person. Bukan proses pembentukan atau proses of being shaped yaitu

    proses pengendalian dan manipulasi untuk sesuai dengan orang lain; atau kalau

    meminjam istilah Maslow(1966) belajar merupakan proses untuk mencapai

    aktualisasi diri. ( self Actualization ).

    Apabila memperhatikan dari pendapat di atas, tujuan pembelajaran yang

    diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

    pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting adalah metodologi

    mengajar. Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari

    pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.

    2. Proses Kreatif Dalam Pembelajaran Seni Tari

    Dalam dunia pendidikan istilah kreativitas selalu menjadi persoalan yang

    senantiasa diperbicangkan, diperdebatkan, dan dikembangkan. Tetapi, dalam realitas

    sehari-haripun istilah kreativitas sebetulnya sering di dengar dan diperbincangkan serta

    bukanlah suatu hal yang asing untuk dimaknai baik di lingkungan masyarakat umum,

    keluarga maupun di lingkungan pendidikan. Esensi dari kreativitas pada umumnya selalu

    dimaknai sebagai suatu kemampuan seseorang dalam mencipta sesuatu yang dianggap

    baru pada saat itu. Pernyataan tersebut sejalan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

    (2001 : 723) bahwa istilah kreativitas mempunyai pengertian “kemampuan seseorang

    untuk menciptakan sesuatu”. Akbar (2001:4) mengemukakan tiga pengertian kreativitas

    sebagai berikut.

    a. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data,

    informasi atau unsur-unsur yang ada.

    b. Kreativitas (berfikir kreatif atau berfikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan

    data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap

  • 10

    suatu masalah dimana penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan, dan

    keragaman jawaban.

    c. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang

    mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas) dan orisional dalam berfikir,

    serta kemampuan untuk mengelaborasikan (mengembangkan, memperkaya dan

    memerinci) suatu gagasan.

    Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka kreativitas merupakan salah satu

    bidang kajian yang menarik namun cukup rumit untuk dimaknai secara mendalam,

    sehingga menimbulkan berbagai perbedaan pandangan, definisi kreativitas, karakteristik

    dan korelasi. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menemukan cara-cara

    baru, melahirkan ide-ide/gagasan baru/membuat kombinasi baru untuk memberikan

    banyak alternatif jawaban terhadap penyelesaian suatu masalah melalui proses berfikir

    yaitu kelancaran, keluwesan, orisional, kemampuan mengelaborasikan (mengembangkan,

    memperkaya, memerinci) suatu gagasan serta membuat penilaian-penilaian yang logis

    dengan menggunakan daya fantasi dan imajinasi. Dalam hal Suriadi (1997:7)

    mengungkapkan bahwa kreativitas juga merupakan suatu proses yang diawali dengan

    permulaan ide-ide/ gagasan baru dari individu dan mencapai puncaknya saat dia

    menghasilkan sesuatu yang nyata seperti suatu cara yang baru dan mengatasi hubungan-

    hubungan sosial/perasaan negatif.

    Lebih jauh Guiford dalam Supriadi (1994:7) mengungkapkan ciri-ciri kemampuan

    berpikir kreatif sebagai berikut.

    Ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu kelancaran

    (fluency), keluwesan (flexcibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration),

    dan perumusan kembali (redefinition). Dari dari kelima poin tersebut dapat

    dijelaskan, yaitu kelancaran adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak

    gagasan, keluwesan adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam

    pemecahan atau pendekatan terhadap masalah, keaslian adalah kemampuan untuk

    menguraikan sesuatu secara terinci, redefinition adalah kemampuan untuk meninjau

    persoalan berdasarkan perspektif berbeda dengan apa yang sudah diketahui banyak

    orang.

    Dari pandangan di atas, menunjukan bahwa kreativitas adalah kemampuan

    orsinalitas dalam berfikir serta kemampuan dalam mengelaborasi (mengembangkan,

    memperkaya, memerinci) suatu gagasan. Kreativitas merupakan suatu kemampuan

    berpikir divergen (kelancaran, fleksibilitas, orsinalitas, dan elaboratif) yang didampingi

    sikap-sikap kreatif (rasa ingin tahu yang tinggi, keberanian, tertantang oleh kemajemukan

  • 11

    Tindakan Refleksi Perencanaan

    dan imajinatif) dan produk kreatif (kebaruan, kepraktisan, kemanfaatan) dalam kegiatan

    belajar.

    E. PEMBAHASAN

    Hasil yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian dapat dipaparkan ke dalam beberapa

    tahapan, seperti gambar disain pembelajaran berikut ini.

    Gambar dua dimensi Gambar tiga dimensi

    Desain Siklus Pembelajaran

    Siklus 1

    - Penggalian kreativitas siswa melalui pengenalan

    media pembelajaran dua

    dimensi melalui gambar

    kegiatan tematis petani.

    Refleksi 1

    Refleksi 1

    - Penggalian kreativitas siswa melalui pengenalan

    media pembelajaran tiga

    dimenasi melalui boneka

    binatang : Kelinci, Kera

    dan Harimau.

    Refleksi 2

    Siklus 2

  • 12

    Dari gambar di atas, maka dalam hal ini desain pembelajaran seni tari berbasis

    media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi yang diimplementasikan peneliti pada

    siswa kelas IV di SDN Sukatali terbagi ke dalam beberapa tahapan pembelajarannya.

    Adapun tahapan pembelajaran peneliti urutkan sebagai berikut.

    1. Penjelasan tentang tema pembelajaran.

    2. Pengenalan media

    3. Proses Pengamatan Objek

    4. Proses Analisis

    5. Proses Penafsiran

    6. Proses Pengejewantahkan

    7. Proses Pemaknaan

    Dari pembagian di atas, peneliti bagi kembali sesuai dengan jumlah pertemuan

    yang diperlukan selama penelitian dilakukan. Pada pelaksanaannya jumlah pertemuan

    yang diperlukan untuk mengimplemtasikan desain pembelajaran seni tari berbasis media

    nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi melalui metode kreatif hanya terbagai ke

    dalam dua bagian inti pertemuan. Pada pertemuan kesatu materi pembelajaran lebih

    diarahkan pada desain pembelajaran dengan menggunakan media nonproyeksi dua

    dimensi. Sedangkan Pada inti pertemuan kedua lebih ditekankan pada pengujian desain

    pembelajaran dengan menggunakan media tiga dimensi.

    1. Proses Penerapan Pengembangan Media Pembelajaran Seni Tari Berbasis

    Media Non Proyeksi Dua Dimensi dan Tiga Dimensi

    Pada saat pelaksanaan penerapan materi terhadap siswa kelas IV di SDN

    Sukatali Sumedang, waktu yang dibutuhkan peneliti untuk menyelesaikan penelitian

    dibutuhkan selama kurang lebih 1 bulan. Mulai dari adaptasi peserta didik (objek

    penelitian) sampai pada tahapan evaluasi hasil penelitian. Lamanya waktu yang

    diperlukan ini sangat erat kaitannya dengan persoalan kebutuhan desain pembelajaran

    yang akan diimplementasikan.

    Telah dijelaskan dibagian sebelumnya bahwa jumlah pertemuan dalam

    penerapan materi penelitian ini terbagi ke dalam dua bagian inti pertemuan. Akan tetapi

    pada pelaksanaannya terbagi lagi ke dalam beberapa pertemuan sesuai dengan kebutuhan

    penelitian. Hal ini berkaitan dengan masalah pembelajaran tuntas yang dilaksanakan

    peneliti. Materi yang diberikan bersifat pleksibel tetapi tetap sesuai rencana program

  • 13

    penelitian yang telah diagendakan sebelumnya. Pembagian ini disesuaikan dengan

    kebutuhan penyelesaian program penelitian. Adapun secara jelas gambaran proses

    penerapan desain pembelajaran seni tari berbasis media noproyeksi dua dimensi dan tiga

    dimensi sebagai sumber kreativitas siswa kelas IV di sekolah dasar negeri Sukatali

    Sumedang, diuraikan sebagai berikut.

    a. Analisis Kegiatan Pembelajaran Siklus I

    Mengamati peristiwa pembelajaran menggunakan media nonproyeksi dua

    dimensi yang diwakili melalui media gambar, ternyata banyak sekali aktivitas siswa yang

    unik, menarik dan kreatif. Hal ini dapat dilihat bahwa pembelajaran dapat menghidupkan

    suasana pembelajaran sehingga para siswa termotivasi terus untuk mengikuti

    pembelajaran; memberikan banyak ruang bergerak anak untuk mengaktualisasikan segala

    peristiwa emosionalnya melalui bahasa gerak yang dieksplorasinya; mendewasakan anak

    untuk berpikir kritis sehingga dapat membantu meningkatkan kecerdasan berpikir anak

    terhadap suatu persoalan yang dihadapinya; memberikan pengalaman bermakna melalui

    kegiatan kreativitas yang dilakukan oleh masing-maisng siswa sehingga pembelajaran

    menjadi lebih bermakna bagi perkembangan psikologisnya.

    Pendekatan pembelajaran tidak hanya dilakukan secara ceramah dan diskusi

    saja, tetapi didekati pula dengan kegiatan praktek yang dilakukan siswa sebagai bentuk

    implementasi hasil dari analisis mereka. Para siswa distimulus untuk berani tampil ke

    depan untuk mempraktekan apa yang mereka bicarakan tadi.

    b. Analisis Pembelajaran Siklus II

    Dilihat peristiwa pembelajaran pada siklus II, suasana pembelajaran lebih hidup

    dan proaktif antara interaksi siswa dan guru. Hal ini dapat dilihat dari antusias siswa di

    dalam mengikuti pembelajaran, misalnya siswa yang cenderung aktif mengikuti

    pembelajaran dengan memberanikan diri untuk tampil ke depan di dalam memperagakan

    beberapa gerak tari kelinci,kera dan harimau sesuai dengan interpretasi dan eksplorasinya

    sendiri. Pada saat penampilannyapun, perhatian siswa lainnya terlihat lebih apresiatif,

    bersemangat dan tertarik untuk melihat jalannya sajian pertunjukan temannya.

    Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari upaya guru di dalam memotivasi dan

    menstimulus siswa agar berani untuk mengungkapkan pendapatnya dan berani

    mempertanggungjawabkan pendapatnya dengan ditindaklanjuti untuk tampil di depan

  • 14

    teman-temanya. Peristiwa ini tidaklah mudah untuk dilakukan, oleh karena secara

    personal aplikan belum mengetahui setiap latarbelakang peserta didik. Akan tetapi

    melalui media yang ditawarkan dan upaya guru di dalam menstimulus siswa ternyata

    mampu melahirkan interaksi pembelajaran seperti yang diharapkan. Konkritnya anak

    berani mengemukakan pendapat dari tema yang disampaikan guru, anak mampu

    mengeksplorasi gerak, anak berani tampil ke depan merupakan beberapa hal penting dari

    pembelajaran yang dilakukan anak dan dianggap bermakna bagi perkembangannya.

    Pada tahapan akhir merupakan tahapan evaluasi atau pemaknaan dari

    pembelajaran yang dilakukan, dengan indikator pengamatan terhadap kemampuan siswa

    dalam menganalisis unsur-unsur penting, menginterpretasi dan mengeksplorasi gerak-

    gerak kreatif dari tema, berargumentasi, keberanian tampil dan memperagakan gerak.

    Apabila peneliti prosentasekan bahwa kemampuan kreatif siswa setelah mengikuti

    pembelajaran seni tari berbasis media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi sekitar

    25 % siswa mengalami perkembangan yang cukup signifikan baik sekali, 40 %

    mengalami perkembangan yang baik, dan yang terakhir sekitar 35 % mengalami

    perkembangan yang wajar atau cukup.

    Untuk lebih jelasnya peneliti membuat sebuah tabel data evaluasi, dari hasil

    penerapan media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi dalam pembelajaran seni tari,

    sebagai berikut.

    No Nama Siswa

    Kriteria Penilaian

    Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3

    C B BS C B BS C B BS

    1 Andrian √ √ √ 2 Angga Mulyana √ √ √

    3 Ari Irawan √ √ √

    4 Astri Kurnia √ √ √

    5 Cecep Dimas √ √ √

    6 Desi Rohaeni √ √ √

    7 Dewi Yulianti √ √ √

    8 Didin Hedriawan √ √ √

    9 Eri Nugraha √ √ √ 10 Fahmi Agustian √ √ √

    11 Ferra Kusmayanti √ √ √

    12 Fitri Kurniati √ √ √

    13 Hendra Hermawan √ √ √ 14 Hari Widodo √ √ √

  • 15

    15 Indah Julianti √ √ √

    16 Ira Rosdiani √ √ √

    17 Iman Darmawan √ √ √ 18 Lala Kholilah √ √ √

    19 Muhammad Ilham √ √ √ 20 Muchlis Ardian √ √ √

    21 Nengrum Rahmawati √ √ √

    22 Nova Ferdiani √ √ √

    23 Putri Silviana √ √ √

    24 Rida Astiani √ √ √

    25 Rika Daniar √ √ √

    26 Ronni Maulana √ √ √ 27 Rohman Hakim √ √ √ 28 Sely Martini √ √ √

    29 Satriadi √ √ √

    30 Tedi Purnama √ √ √

    31 Yoga Mahendra √ √ √ 32 Yudi Setiawan √ √ √

    Tabel 1

    Data evaluasi hasil penerapan media pembelajaran seni tari

    berbasis media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi

    sebagai sumber kreativitas siswa di SDN Sukatali Sumedang

    Keterangan :

    1. BS : Baik Sekali 2. B : Baik 3. C : Cukup

    Tabel di atas merupakan data hasil penelitian penerapan media pembelajaran tari

    berbasis media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi sebagai sumber kreativitas

    siswa di SDN Sukatali-Sumedang. Data tersebut merupakan hasil pengamatan peneliti

    selama proses penerapan sampai akhir. Seperti telah dijelaskan diawal bahwa sebagai

    acuan penilaian, peneliti membagi indikator pencapaian hasil ke dalam 3 wilayah

    pengamatan yakni :

    1. Pengamatan terhadap kemampuan siswa di dalam menganalisis unsur-unsur penting

    dari media yang disajikan.

    2. Pengamatan terhadap kemampuan siswa di dalam menginterpretasikan dan

    mengeksplorasi gerak-gerak kreatif dari tema yang disajikan melalui media.

    3. Pengamatan terhadap kemampuan siswa di dalam berargumentasi, keberanian untuk

    tampil di depan kelas dalam memperagakan gerak dari hasil diskusinya

  • 16

    Dari ketiga indikator dari target pencapaian hasil pembelajaran tersebut merupakan

    gambaran dari tiga ranah pencapaian hasil yakni ranah kognitif, afektif dan

    psikomotorik. Pengamatan lebih peneliti tekankan pada proses pembelajaran.

    Apabila memperhatikan dari data tabel di atas, hasil pencapaian pembelajaran

    untuk indikator 1 menunjukan hasil yang sesuai harapan. Hal ini didasarkan dari

    prosentase penilaian bahwa data nilai hasil belajar siswa menunjukan hasil maksimal.

    Target utama dari indikator satu yakni siswa memiliki kemampuan di dalam menganalisis

    unsur-unsur penting dari media yang disajikan, ternyata dapat tercapai dengan baik.

    Siswa yang jumlah keseluruhanya 32 orang hampir mayoritas memiliki kemampuan di

    dalam menganalisi unsur-unsur penting media yang disajikan aplikan sebagai tahapan

    awal dalam mengembangkan gagasan kreatif siswa menurut kemampuan apresiatif

    masing-masing terhadap media yang disajikan. Meskipun, target pencapaian dari

    pembelajaran ini siswa hanya diharapkan mampu menganalisis bagian-bagian penting

    dari media yang disajikan, akan tetapi hal ini menjadi tahapan penting untuk dimaknai

    secara mendalam sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kecerdasan anak di

    dalam mengembangkan kemampuan analisis dan sikap kritisnya.

    Analisis hasil pembelajaran untuk indikator kedua, dari data tabel di atas

    menunjukan bahwa hasil pencapaian pembelajaran untuk indikator 2 menunjukan hasil

    yang baik pula. Hal ini dapat dilihat dari prosesntase penilaian yang telah dijelaskan pada

    tabel nilai keseluruhan (lihat tabel 1), data nilai hasil belajar siswa menunjukan

    kemampuan siswa di dalam menginterpretasikan dan mengeksplorasi gerak-gerak kreatif

    melalui stimulus media yang disajikan aplikan menunjukan hasil yang optimal. Artinya

    data tersebut menunjukan hasil pembelajaran yang sesuai dengan target atau tujuan yang

    telah direncanakan. Dari keseluruhan siswa, ternyata sebagian besar memiliki

    kemampuan di dalam menginterpretasikan dan mengeksplorasi gerak-gerak kreatif

    berdasarkan tema yang dibagun melalui media yang disajikan aplikan. Target pencapaian

    dari indikator amat penting dan memiliki bobot yang lebih, karena indikator ini

    merupakan kekuatan utama dari bidang ilmu yang dikembangkan yakni seni tari dengan

    bahasa gerak tubuh menjadi media utamanya. Hal menarik dari pembelajaran indikator 2

    ini adalah keragaman potensi kreatif siswa di dalam menonjolkan kemampuan daya

    apresiatifnya terhadap media yang diamati dan dianalisinya melalui bahasa gerak

    berdasarkan kemampuannya sendiri di dalam menginterpretasikannya. Masing-masing

  • 17

    siswa memiliki kemampuan dalam mengembangkan pertimbangan estetisnya yang

    diaktualisasikan melalui bahasa gerak.

    Analisis selanjutnya adalah hasil pembelajaran untuk indikator pencapaian ketiga.

    Masih berdasarkan dari data tabel nilai keseluruhan yang diuraikan pada tabel 1, data

    hasil pencapaian pembelajaran untuk indikator 3 menunjukan hasil yang baik pula. Hal

    ini dapat dilihat dari prosentase penilaian yang telah dijelaskan pada tabel nilai

    keseluruhan (lihat tabel 1), data nilai hasil belajar siswa menunjukan hasil pembelajaran

    yang sesuai dengan target atau tujuan yang telah direncanakan. Adapun target atau tujuan

    utama dari indikator ketiga yakni siswa memiliki kemampuan di dalam mengemukakan

    pendapatnya (berargumen), memiliki keberanian untuk tampil di depan kelas dalam

    memperagakan gerak dari hasil eksplorasinya. Analisis ini dikemukakan, karena

    mayoritas dari siswa memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapatnya melalui

    stimulus yang disajikan. Selain itu, para siswa juga ternyata memiliki keberanian tampil

    di depan kelas untuk memperagakan beberapa gerak kreatif yang diciptakanya sendiri

    menurut kemampuannya masing-masing.

    F. KESIMPULAN

    Hasil penelitian yang dilakukan dengan mengembangkan media pembelajaran seni

    tari berbasis media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi sebagai sumber kreativitas

    siswa dalam pembelajaran yang dilakukan. Ternyata mampu menciptakan interaksi

    pembelajaran yang aktif, dinamis, dan menarik. Siswa tidak lagi dijadikan sebagai objek

    pendengar atau pengikut perintah guru, akan tetapi lebih menekankan bagaimana siswa

    mampu menganalisis, menginterpretasikan, mengeksplorasi, menyelesaikan sesuatu

    persoalan sendiri dan memberi makna sendiri dari kegiatan pembelajaran yang telah

    dilakukan. Selain itu, dapat mempertanggungjawabkan argument yang disampaikannya di

    depan teman-temannya merupakan salah satu peristiwa sebagai dampak positif dari hasil

    penerapan media nonproyeksi dua dimensi dan tiga dimensi dalam pembelajaran seni tari.

    Dari hasil pengolahan data secara keseluruhan menunjukan bahwa penerapan

    pengembangan media pembelajaran seni tari berbasis media nonproyeksi dua dimensi dan

    tiga dimensi diamati cukup efektif dan mampu dijadikan sebagai sumber kreativitas

    siswa.

    Sebagai saran dari peneliti saat ini bukan berarti sudah menuntaskan pengembangan

    dan peningkatan mutu pengajaran di sekolah khususnya dalam bidang pembelajaran seni

  • 18

    tari. Oleh karena, hasil dari program penelitian yang telah dilakukan masih banyak

    kekurangan dan kelemahan yang perlu diperbaiki serta ditindaklanjuti bagi calon peneliti

    selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin menyampaikan saran-saran yang

    bersifat membangun pada pihak-pihak yang terkait. Bagi sekolah memberikan peluang

    dan memotivasi lagi pada guru kesenian khususnya guru seni tari untuk mengembangkan

    media pembelajaran seni tari yang lebih mengarah pada pengembangan potensi kreatif

    siswa. Bagi peneliti berikutnya,peneliti mengharapkan adanya tindak lanjut dari para

    calon peneliti lainnya di dalam melihat peluang lebih banyak lagi sebagai upaya turut

    mengembangkan ilmu dan pengetahuan khususnya masalah pembelajaran seni tari di

    sekolah. Bagi UPI maupun instansi terkait, penelitian ini diharapkan mendapat dukungan

    dan perhatian serius terhadap produktivitas hasil-hasil riset baik secara kuantitas maupun

    kualitas.

    G. DAFTAR BACAAN

    Alma M. Hawkins, (1964), Creating Through Dance, Los Angeles : Prentice-Hall

    Amin, M. (1980).”Peranan Kreativitas Dalam Pendidikan”dalam Jurnal Analisis Pendidikan

    (1980)Relevansi Pendidikan. Depdikbud

    Dahlan, D.M. (1990).Model-model Mengajar Bandung : CV. Diponegoro

    Hamalik,Oemar.(2001).Proses Belajar Mengajar.Jakarta:PT Bumi aksara

    Hassoubah Zaenal. I, (2007), Mengasah Pikiran Kreatif Dan Kritif, Bandung : Nuansa

    Mahmud (2006), Pengantar Ilmu Psikologi Mutahir, Gramedia : Bandung.

    Mahendra,A.,dkk.(1998).Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung : IKIP Bandung

    Press (IBP).

    Poerwanti Endang.(2005). Perkembangan Peserta Didik, Malang : Universitas Muhamad

    Malang.

    Porwanto. M. Ngalim, (3003), Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Bandung : Remaja

    Rosdakarya.

    Rusliana,Iyus.(1990).Pendidikan Seni Tari.Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:

    Remadja Karya CV.

    Sagala S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alphabeta.

    Sanjaya Wina.(2006). Strategi dan Metoda Pembelajaran, Aplay Aproach

    Universitas Pendidikan Indonesia.

    Silbermen (2006) Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktive Bandung : Nusa Media.

    Suyanto Slamet.(2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Hikayat.

    Margaret Doubler (1985). Dance A. Creative Art Eksprience, London : The University of

    Wisconsin.

    Walgito Bimo (2004). Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Andi