artikel pak sudung print

31
1. Tangani Sanitasi, Amankan Air Minum Untuk Mengatasi Problem Kesehatan dan Kebersihan Masyarakat Indonesia JAKARTA-Sanitasi dan Air Minum merupakan syarat mutlak bagi kehidupan bangsa. Saat ini ada jutaan warga di berbagai daerah di Tanah Air masih kesulitan mengakses air bersih karena keterbatasan infrastruktur yang ada. Untuk itu, pemerintah berkomitmen mengelola sanitasi dan kesehatan lingkungan dengan menerapkan strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat atau STBM. kemitraan jangka panjang diperlukan dalam mengelola program kebersihan dan sanitasi di Indonesia.Sejumlah strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat itu adalah, program daerah bebas dari buang air sembarangan, perilaku mencuci tangan dengan sabun untuk memutus mata rantai penularan penyakit terkait sanitasi lingkungan, pengelolaan air dan makanan dalam rumah tangga, pengelolaan limbah rumah tangga dan drainase, serta manajemen pengelolaan sampah rumah tangga. Penerapan strategi ini dinilai positif dan relevan dengan pandangan Departemen Kesehatan yaitu untuk membangun masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Tangani Sanitasi, Amankan Air Minum merupakan thema yang tepat untuk mengatasi problem kesehatan dan kebersihan masyarakat Indonesia. Ketua Tim Pengarah Pembangunan Air Minum dan Sanitasi Dedi Supriadi Supriatna mengatakan bahwa,” Perlunya mengadvokasi pembangunan air minum dan sanitasi kepada para pengambil keputusan dan pelaku pembangunan secara nasional, memperkuat komitmen pelaku pembangunan di bidang air minum dan sanitasi di tingkat pusat dan daerah, memfasilitasi terbangunnya komitmen kerja sama antar pemangku kepentingan, memperkuat dukungan penyelenggaraan pembangunan dari pelaku non pemerintah, dan menyepakati langkah-langkah sinergis dalam pembangunan air minum dan sanitasi nasional”. Pemerintah telah menetapkan target pada 2015 sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs). Yaitu sebanyak 68,87 persen total penduduk Indonesia harus memiliki akses terhadap sumber air minum layak. Sementara sebanyak 62,41 persen harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak.

Upload: lucky-andika-putra

Post on 16-Nov-2015

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ikm

TRANSCRIPT

1. Tangani Sanitasi, Amankan Air Minum Untuk Mengatasi Problem Kesehatan dan Kebersihan Masyarakat IndonesiaJAKARTA-Sanitasi dan Air Minum merupakan syarat mutlak bagi kehidupan bangsa. Saat ini ada jutaan warga di berbagai daerah di Tanah Air masih kesulitan mengakses air bersih karena keterbatasan infrastruktur yang ada. Untuk itu, pemerintah berkomitmen mengelola sanitasi dan kesehatan lingkungan dengan menerapkan strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat atau STBM.kemitraan jangka panjang diperlukan dalam mengelola program kebersihan dan sanitasi di Indonesia.Sejumlah strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat itu adalah, program daerah bebas dari buang air sembarangan, perilaku mencuci tangan dengan sabun untuk memutus mata rantai penularan penyakit terkait sanitasi lingkungan, pengelolaan air dan makanan dalam rumah tangga, pengelolaan limbah rumah tangga dan drainase, serta manajemen pengelolaan sampah rumah tangga.Penerapan strategi ini dinilai positif dan relevan dengan pandangan Departemen Kesehatan yaitu untuk membangun masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Tangani Sanitasi, Amankan Air Minum merupakan thema yang tepat untuk mengatasi problem kesehatan dan kebersihan masyarakat Indonesia.Ketua Tim Pengarah Pembangunan Air Minum dan Sanitasi Dedi Supriadi Supriatna mengatakan bahwa, Perlunya mengadvokasi pembangunan air minum dan sanitasi kepada para pengambil keputusan dan pelaku pembangunan secara nasional, memperkuat komitmen pelaku pembangunan di bidang air minum dan sanitasi di tingkat pusat dan daerah, memfasilitasi terbangunnya komitmen kerja sama antar pemangku kepentingan, memperkuat dukungan penyelenggaraan pembangunan dari pelaku non pemerintah, dan menyepakati langkah-langkah sinergis dalam pembangunan air minum dan sanitasi nasional.Pemerintah telah menetapkan target pada 2015 sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs). Yaitu sebanyak 68,87 persen total penduduk Indonesia harus memiliki akses terhadap sumber air minum layak. Sementara sebanyak 62,41 persen harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak.Pemerintah pun telah menaruh investasi untuk program infrastruktur sanitasi dari APBN sebesar Rp14 triliun, dalam kurun waktu empat tahun sejak tahun 2010.Menurut Direktur Perumahan dan Pemukiman Bappenas, Nugroho Tri Utomo, hal tersebut terkendala karena minimnya kesadaran dari berbagai pihak akan pentingnya sanitasi dan air minum yang layak. Nugroho mengatakan sebesar 75 persen air sungai di perkotaan, telah tercemar bakteri e-koli karena sanitasi yang buruk.Sebanyak 14.000 ton tinja serta 17.600 meter kubik urine mencemari air sungai setiap harinya. Oleh karena itu, Nugroho mengatakan juga pentingnya akan pemahaman perilaku hidup sehat dan bersih. Jagalah kebersihan lingkungan kita masing-masing bagi kesehatan bersama.

Analisa:Sanitasi dan air bersih adalah sebuah kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan yang mutlak tersebut ternyata terkendala dengan minimnya infrastruktur yang memadai. Kondisi yang memprihatinkan tersebut mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan tegas untuk memperbaiki kondisi tersebut dengan cara program daerah bebas dari buang air sembarangan, perilaku mencuci tangan dengan sabun untuk memutus mata rantai penularan penyakit terkait sanitasi lingkungan, pengelolaan air dan makanan dalam rumah tangga, pengelolaan limbah rumah tangga dan drainase, serta manajemen pengelolaan sampah rumah tangga. Diharapkan kedepannya, pemerintah seharusnya lebih memperhatikan masalah sanitasi dan air bersih tersebut sebagai sebuah penunjang terciptanya masyarakat yang sehat dan berkualitas serta masyarakat menjadi semakin mengerti akan pentingnya perilaku hidup sehat dan bersih.2. Inovasi Pengelolaan Sampah di Kota Curitiba Brazil: Mungkinkah Kita Adopsi?Di Indonesia terjadi trend peningkatan volume sampah dalam 3 tahun terakhir seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun sampah tersebut belum seluruhnya dikelola dengan metode yang baik sehingga menimbulkan berbagai persoalan ekologis (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012). Pemerintah menyadari pentingnya pengelolaan sampah sehingga menetapkan UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. UU tersebut mengatur pengelolaan sampah antara lain melalui pengurangan sampah dari sumbernya menggunakan pendekatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Namun sayangnya pendekatan tersebut belum dilaksanakan secara luas akibat kurangnya sosialisasi pada masyarakat (Antara News, 2012). Untuk mencari solusi bagi permasalahan sampah tersebut, kita mungkin perlu belajar dari pengalaman bangsa lain yang telah berhasil mengatasi permasalahan sampah. Tidak ada salahnya kita menimba pengalaman dari Kota Curitiba Brazil yang telah berhasil mengatasi permasalahan sampah dengan inovasi yang ekonomis namun efisien, sehingga kita dapat melengkapi kekurangan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan pengelolaan sampah di Indonesia.INOVASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA CURITIBASebagaimana kota-kota besar lain di seluruh dunia, Kota Curitiba juga mengalami berbagai permasalahan urban, antara lain pertambahan populasi dan sampah. Jumlah penduduk Kota Curitiba yang besar menghasilkan volume sampah yang besar pula. Namun demikian Kota Curitiba tidak terpuruk dalam permasalahan sampah. Pada tahun 1989 Kota Curitiba memulai inovasi pengelolaan sampah yang ekonomis dan berwawasan lingkungan yang diberi tajuk Garbage that is not Garbage (Sampah yang Bukan Sampah). Inovasi pengelolaan sampah tersebut dapat mendaur ulang 70% sampah Kota Curitiba dan 90% penduduknya berpartisipasi dalam program daur ulang sampah. Upaya tersebut diapresiasi oleh United Nations Environment Programme (UNEP) yang pada tahun 1990 memberikan penghargaan tertinggi bidang lingkungan hidup pada Kota Curitiba (Keuhn 2007, Fazzano & Weiss 2004). Adapun empat inovasi tersebut adalah: A. THE GARBAGE PURCHASE (PEMBELIAN SAMPAH)Pada tahun 1989, Kota Curitiba membutuhkan pabrik daur ulang sampah. Sayangnya pendirian pabrik tersebut membutuhkan dana 70 juta US dollar sementara itu pemerintah Kota Curitiba tidak memiliki dana sebesar itu. Sebagai solusinya, pemerintah melakukan kampanye pemilahan sampah berdasarkan kategori organic dan non organic. Pelaksanaan kampanye program tersebut dibantu oleh Institute for Social Integration. Program ini selain bertujuan untuk memelihara kebersihan kota juga dapat mengurangi pengangguran karena melibatkan 16.000 pengumpul sampah independent yang dibayar setiap akhir pekan atau akhir bulan setelah mengumpulkan sampah dari 25 area tertentu yang sulit diakses truk pengangkut sampah. Setiap bulan ada 555 ton sampah yang dibeli melalui program ini. Pengumpul sampah independent berfungsi untuk membantu 2.000 petugas kebersihan resmi yang dipekerjakan oleh pemerintah Kota Curitiba. Di Curitiba pengumpul sampah independent mendapat posisi terhormat karena bekerja keras menjaga kebersihan kota dan mereka merupakan komponen ekonomi yang penting (Rabinovitch & Leitman, 1996; Keuhn, 2007). B. THE GREEN EXCHANGE (PENUKARAN SAMPAH)Program yang dimulai pada tahun 1991 ini ditujukan bagi masyarakat berpendapatan rendah. Kegiatannya adalah mengumpulkan, memilah dan menukar sampah rumah tangga dengan barang kebutuhan sehari-hari seperti tiket bis, buku tulis bagi anak sekolah, dan bahan makanan. Disediakan 97 lokasi penukaran sampah yang berpindah setiap dua minggu sekali. Dalam perkembangannya pemerintah Kota Curitiba mengeluarkan kebijakan menukar sampah dengan buah dan sayuran segar. Setiap empat kilogram sampah dihargai setara dengan satu kilogram buah atau sayuran segar. Melalui program ini setiap bulan ada sekitar 60.000 kilogram buah dan sayuran segar yang dibarter dengan sampah. Pemerintah Kota Curitiba membeli buah dan sayuran segar dari petani lokal. Program ini selain dapat menstabilkan perekonomian petani, sekaligus juga menyediakan bahan pangan bagi 35.000 keluarga miskin serta menjaga kebersihan lingkungan kota. Melalui program ini setiap hari ada sekitar 9 ton sampah yang berhasil dikumpulkan masyarakat Kota Curitiba (Martins 2007 dalam Keuhn, 2007; Fazzano & Weiss, 2004). C. FREE OPEN UNIVERSITY FOR ENVIRONMENT (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP/PLH)The Free Open University for the Environment yang didirikan pada tahun 1991 merupakan daya tarik ecotourist yang unik dan terkenal di Kota Curitiba. Universitas tersebut memberikan program pendidikan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup (PLH) secara gratis pada masyarakat umum. Lokasi universitas yang terletak di tengah hutan kota membedakannya dengan lembaga pendidikan pemerintah yang lain. Perusahaan pemerintah maupun swasta di sektor industri tertentu seperti kimia, lingkungan, energi dan petrokimia bahkan mensyaratkan pekerjanya untuk mengikuti program PLH di universitas tersebut. Banyak anggota masyarakat seperti ibu rumah tangga, pengawas bangunan, pelayan toko, dan sebagainya yang mengikuti PLH secara sukarela. Sedangkan bagi anak-anak sejak tahun 1989 diperkenalkan program SE-PA-RE (separate). Program SE-PA-RE ini bertujuan untuk mendidik anak-anak mengenai pentingnya memilah sampah. Sesuai dengan sasaran didiknya, program SE-PA-RE menggunakan media kartun (Rabinovitch & Leitman, 1996; McCartney 2006; Fazzano & Weiss 2004; Keuhn 2007). D. ALL CLEAN (SEMUA BERSIH)Kota Curitiba mendanai program padat karya yang dilakukan secara berkala untuk membersihkan wilayah tertentu di dalam kota yang banyak terdapat timbulan sampah namun tidak dapat dijangkau oleh system layanan pengelolaan sampah konvensional. Program ini dilakukan di 135 neighbourhoods (rukun tetangga). Selain membersihkan jalan dan tempat-tempat lain, program ini juga membuat dan memelihara kebun sayur di bekas tempat penampungan sampah. Program ini mempekerjakan para pensiunan, pengangguran, mantan pemabok dan tuna wisma yang membutuhkan pendapatan. Program ini tidak berbasis pada mekanisme modal-insentif tetapi pada partisipasi publik (Rabinovitch & Leitman, 1996; McCartney 2006).USULAN UNTUK DIDISKUSIKAN:Mungkinkah kita dapat mengadopsi inovasi pengelolaan sampah Kota Curitiba Brazil dengan modifikasi sesuai kebijakan dan sistem pengelolaan sampah dan program-program terkait yang sudah ada di Indonesia? Misalnya:A. Inovasi The Garbage Purchase dan The Green Exchange dapat diintegrasikan dengan sistem pengelolaan sampah non formal dan informal yang sudah ada seperti bank sampah dengan penyesuaian mekanisme kerja. B. Sedangkan inovasi Free Open University for Environment dapat dimodifikasi sesuai program Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang sudah dimulai di jalur pendidikan formal sejak tahun 1984 sesuai dengan program sekolah Adiwiyata. Program PLH ini dapat diperluas pada jalur pendidikan non formal dan informal dengan melibatkan organisasi masyarakat seperti LSM, PKK, PKBM, LPK dan sebagainya sehingga dapat menjangkau sasaran (peserta didik) yang lebih banyak. Selain itu PLH juga dapat diwajibkan bagi pekerja di bidang tertentu misalnya pekerja di industri yang terkait isu lingkungan seperti pengembang, kimia, petrokimia, dan sebagainya sebagimana di Kota Curitiba Brazil. C. Inovasi All Clean dapat diintegrasikan dengan program padat karya yang sudah ada yang dikelola oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan penambahan frekuensi untuk mengoptimalkan capaian. Kendala-kendala yang muncul dalam proses adopsi dapat diatasi melalui kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat sebagai wujud komitmen dari semua pihak terhadap isu pengelolaan dan perlindungan lingkungan. Apabila keempat inovasi tersebut diadopsi dan diimplementasikan secara simultan dan berkesinambungan maka membantu memelihara keberlanjutan lingkungan sebagai pendukung perikehidupan generasi sekarang dan yang akan datang.

Analisa:Permasalahan sampah adalah permasalahan serius yang tengah dihadapi oleh Indonesia. Tingginya jumlah sampah tiap harinya, ditambah dengan perilaku masyarakat yang kurang peduli kesehatan menambah jumlah sampah tiap harinya. Pemerintah sebenarnya sudah meluncurkan program untuk mendaur ulang sampah atau pemanfaatan kembali sampah sejak tahun 2008, namun program tersebut tidak berjalan baik karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Pemerintah harusnya belajar dari beberapa Negara yang telah sukses mengolah sampah dan tentunya menguntungkan pemerintah itu sendiri. Kalau boleh menjadi perhatian, Indonesia harusnya belajar dari kota Curitiba di Brasil yang telah membuat sampah yang awalnya dianggap barang yang sangat menjijikan dan tidak berguna, menjadi barang yang bernilai ekonomis dengan beberapa cara yang sangat cerdas, dari penukaran sampah hingga edukasi tentang nilai ekonomis sampah yang selama ini belum disadari oleh masyarakat Indonesia sepenuhnya.

3. Mengolah Limbah Kebun dan Industri Kelapa Sawit sebagai Pakan TernakLuas areal lahan perkebunan kelapa sawit, potensial untuk pengembangan usaha budidaya peternakan. Sebab, sebagai agen biologis penanggulangan gulma, hingga mampu menekan jumlah biaya perawatan dan pengendalian gulma. Terlebih lagi, limbah sawit dapat diolah sebagai pakan ternak.Pemenuhan tingginya permintaan kebutuhan pasar dalam mengkonsumsi sumber protein hewani berupa daging dan susu pada upaya peningkatan taraf kehidupan masyarakat, peningkatan jumlah populasi ternak selayaknya menjadi target pembangunan sub sector peternakan. Dan, pemeliharaan ternak secara intensif menjadi solusinya.Kabupaten Labuhanbatu memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yangcukup besar dalam beberapa decade terakhir. Terlebih setelah komoditi kelapa sawit menjadi tanaman primadona. Dengan luasan areal perkebunan yang ada, baik milik perusahaan milik Negara, swasta nasional dan asing ataupun milik perseorangan (rakyat), dinilai potensial jika dimanfaatkan untuk usaha pengembangan ternak ruminansia. Seperti jenis ternak kerbau, lembu, sapi, domba dan kambing serta jenis rusa-an.Budidaya ternak di areal perkebunan sawit sangat potensi. Karena, ketersediaan jumlah tanaman hijauan sebagai pakan ternak yang efektif dalam pengendalian hama terpadu (PHT). Mampu menekan biaya penggunaan pestisida dan efisien pada penggunaan tenaga kerja.Pendekatan ekologis holistic itu mencipta hubungan harmonis antara ternak dengan tanaman. Sehingga, gulma tumbuh dapat dikendalikan pada jenis rerumputan leguminosa yang cocok dan bermutu pada ternak.Akan tetapi, sebagai kendala, bila dimusim kemarau tiba mutu tanaman hijauan berkurang jumlahnya. Disebabkan, hilangnya energi dan mineral serta protein dari tanaman akibat kekurangan air. Tentu berdampak pada pertumbuhan hewan jadi terlambat dan menurunnya berat badan ternak dan persentase karkas menjadi rendah. Namun, semakin luasnya areal perkebunan kelapa sawit yang juga menghasilkan banyaknya pangkasan pelepah sawit dan dedaunan kelapa sawit, sebagai alternatifnya. Limbah/sampah areal perkebunan itu menjadi pakan untuk ternak.Tak hanya sisa perkebunan, limbah industri pabrik kelapa sawit (PKS) juga dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Sehingga, kelapa sawit mulai dari dedaunan, pelepah hingga perasan buah sawit, bukil inti sawit dan Lumpur sawit, seoptimal mungkin dapat diolah sebagai tambahan pada pakan ternak.Sebagai pakan pengganti rumput, pengolahan limbah perkebunan dan industri kelapa sawit dapat dijadikan sebagai alterntif untuk penyediaan ransom, selain itu pengolahannya juga sangat sederhana.Pelepah SegarKulit pelepah sawit dikupas secara manual. Bagian daging pelepah dicacah dengan ukuran diameter cacahan sekitar antara 1-4 centimeter. Dapat pula digiling mencapai ukuran yang lebih halus, kemudian diberikan kepada ternak sebagai pakan dasar. Sehingga, dapat menggantikan rumputan berkisar 50-100 persen. Untuk meningkatkan konsumsi pelepah dapat dicampur dengan bahan lainnya, seperti gula, tetea/molase, dedak dan lainnya.Pelepah silaseKulit pelepah dikupas secara manual. Bagian daging dicacah dengan ukuran diameter 2-4 centimeter. Cacahan pelepah segar (300-400 kilogram) dipercikkan air larutan urea (3-4 kg urea per 100 liter air) secara merata pada cacahan. Lalu, dimasukkan kedalam drum dan ditutup rapat menghasilkan hampa udara. Proses fermentasenya dilakukan selama 2-3 minggu. Kemudian dapat diberikan sebagai pakan dasar dan untuk meningkatkan konsumsi peleph juga dapat dicampur dengan pakan lainnya. Seperti, gula, tetea/molase, dedak dan lainnya.Tujuan dari pengolahan pelepah sawit, selain mengatasi kekurangan hijauan sebagai pakan dimusim kemarau juga dapat mempergunakan sisa hasil perkebunan atau hasil ikutan perkebunan.Semen JilatSuplemen semen jilat salahsatu teknologi berbentuk balok untuk dijilat ternak ruminansia. Disamping mudah memproduksinya dan lebih menguntungkan karena bahan yang dipergunakan dalam pembuatannya juga sederhana dan mudah didapatkan di pasaran. Seperti garam beryodium, semen dan ultra mineral, ember plastic sebagai cetakan serta potongan besi yang ujungnya dibengkokkan seperti huruf C sebagai tempat gantungan.Adapun cara pembuatannya juga relative mudah. Yaitu, semen sebanyak 2,5 kg ditambah garam yodium 7 kg diaduk hingga rata. Kemudian ditambah ultra mineral sebanyak 1 kg dan diaduk hingga rata, lalu sedikit demi sedikit dicampur/tuang air hingga menjadi adonan semen.Setelah adonan merata dengan kekentalan yang relative dapat disesuaikan, dibagi menjadi tiga bagian. Satu bagian untuk satu cetakan (cetakan ember plastic ukuran 0,5 liter air). Pertama-tama potongan besi dimasukkan dengan posisi tegak berdiri, lalu sedikit demi sedikit adonan dituang kedalam ember cetakan keseluruhan. Sehingga, berat adonan lebih kurang 3 kg perbalok. Lalu dikeringkan hingga mengeras.Blok suplemen dapat diberikan kepada ternak selama 40 hari dengan jumlah ternak kambing atau domba sejumlah 10 ekor.Tujuan pemberian sumplemen semen jilat adalah untuk mengurangi ternak memakan pupuk, plastic, kain dan lainnya yang sering dijumpai di lapangan pengembalaan. Kedua, menambah unsure mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ternak. Yaitu, unsure mineral makro dan mikro.

Analisa:Luasnya wilayah perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan keuntungan financial yang besar di Indonesia. Namun, dibalik keuntungan perkebunan kelapa sawit yang besar tersebut, ternyata memiliki pesona lainnya yang sangat besar, namun belom banyak disadari oleh masyarakat Indonesia. Pesona tersebut adalah pemanfaatan limbah hasil perkebunan kelapa sawit Tak hanya sisa perkebunan, pemerintah seharusnya mendorong kreatifitas masyarakat untuk menyadari bahwa limbah industri pabrik kelapa sawit (PKS) juga dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Sehingga, kelapa sawit mulai dari dedaunan, pelepah hingga perasan buah sawit, bukil inti sawit dan Lumpur sawit, seoptimal mungkin dapat diolah sebagai tambahan pada pakan ternak.Sebagai pakan pengganti rumput, pengolahan limbah perkebunan dan industri kelapa sawit dapat dijadikan sebagai alterntif untuk penyediaan ransom, selain itu pengolahannya juga sangat sederhana.

4. Strategi Pengelolaan Pencemaran LingkunganPersoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi menyebabkan aktifitas ekonomi juga meningkat pesat. Kegiatan ekonomi/pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak. Hal tersebut merupakan beban sosial yang pada akhirnya manusia pula yang akan menanggung biaya pemulihannya.Dalam penjelasan atas Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada pembangunan industri yang diantaranya menggunakan berbagai jenis bahan kimia dan zat radioaktif.Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan ekses, antara lain dihasilkannya limbah yang apabila dibuang ke lingkungan akan dapat mengancam lingkungan hidup itu sendiri, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Pencemaran Lingkungan : Definisi, Sumber dan PengendalianPencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,zat,energi dan ataukomponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya (Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Ps 1 angka 12)Pencemaran dapat dikategorikan menjadi :-pencemaran tanah- pencemaran air- pencemaran udara1. Pencemaran Tanah Definisi pencemaran tanah adalah : Masuknya limbah ke dalam tanah yang mengakibatkan fungsi tanah turun (menjadi keras dan tidak subur) sehingga tidak mampu lagi mendukung aktivitas manusia. Sumber-sumber pencemaran tanah dapat berasal dari domestik, industri maupun pertanian.- limbah domestik misalnya buangan dapur yang mengandung minyak/lemak bila secara terus-menerusdibuang ke media tanah akan menyebabkan pori-pori tanah tertutup dan tanah menjadi keras- limbah industri yang belum diolah bila dibuang ke media tanah juga akan merusak tanah, misalnyalimbah pabrik tahu yang bersifat asam akan merusak tanah.- Aktifitas pertanian berupa pemupukan dengan pupuk kimia buatan merupakan faktor terbesar yang menyebabkan kerusakan struktur tanah pertanian.Tercemarnya tanah pada akhirnya membawa dampak bagi manusia. Tanah pertanian yang telah mengalami kerusakan (berubah struktur dan susunan kimiawinya) menjadi keras, produktifitas lahan pun akan menurun (ditunjukkan dengan hasil panen yang semakin menurun dari tahun ke tahun)

2.Pencemaran airMasuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih. Bagian terbesar yang menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari industri,di samping limbah padat berupa sampah domestik. Sumber-sumber Pencemaran AirPencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya disebabkan oleh limbah rumah tangga, tetapi juga olehlimbah pertanian dan limbah industri. Semakin meningkatnya perkembangan industri, dan pertanian saat ini, ternyata semakin memperparah tingkat pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran itu disebabkan oleh hasil buangan dari kegiatan tersebut.Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan air ataupun ke anah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses pengolahan yang dilakukan belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan hidup. Sumber-sumber Pencemaran Air Meliputi:a. Limbah Rumah TanggaLimbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah industri, pertanian dan bahan pencemar lainnya. Limbah rumah tangga akan mencemari selokan, sumur, sungai, dan lingkungan sekitarnya.Semakin besar populasi manusia, semakin tinggi tingkat pencemarannya. Limbah rumah tangga dapat berupa padatan (kertas, plastik dll.) maupun cairan (air cucian, minyak goring bekas, dll.). Di antara limbah tersebut ada yang mudah terurai yaitu sampah organik dan ada pula yang tidak dapat terurai. Limbah rumah tangga ada juga yang memiliki daya racun tinggi, misalnya sisa obat, baterai bekas, air aki. Limbah-limbah tersebut tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3). Tinja, air cucian, limbah kamar mandi dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis (seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya) yang akan mengikuti aliran air.b. Limbah Lalu LintasLimbah lalu lintas berupa tumpahan oli, minyak tanah, tumpahan minyak dari kapal tangker. Tumpahan minyak akibat kecelakaan mobil-mobil tangki minyak dapat mengotori air tanah. Selain terjadi di darat, pencemaran lalu lintas juga sering terjadi di lautan. Semuanya sangat berbahaya bagi kehidupan.c. Limbah PertanianLimbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang berlebihan misalnya dari pestisida danherbisida. Begitu juga pemupukan yang berlebihan. Limbah pestisida dan herbisida mempunyai sifat kimiayang stabil, yaitu tidak terurai di alam sehingga zat tersebut akan mengendap di dalam tanah, dasar sungai, danau serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme-organisme yang hidup di dalamnya. Pada pemakaian pupuk buatan yang berlebihan akan menyebabkan eutrofikasi pada badan air/perairan terbuka.Penanggulangan Pencemaran AirPenanggulangan pencemaran air dapat dilakukan melalui: Perubahan perilaku masyarakat Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair1. Perubahan Perilaku MasyarakatSecara alami, ekosistem air dapat melakukan rehabilitasi apabila terjadi pencemaran terhadap badanair. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk mencegah dan menanggulangipencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidakmembuang sampah dan limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan disembarang tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang diterapkan di lingkungan masing-masing secara konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang pada tempat yang telah ditentukan.Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang pemanfaatan sungai agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan tempat mandi-cuci-kakus (MCK). Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah industri hendaknya diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa dialirkan ke selokan-selokan atau sungai. Dengan demikian akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.Tindakan yang Perlu Dilakukan oleh Masyarakat:a. Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut dll.b. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci truk, mobil dan sepeda motorc. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak dan sebagai tempat kakusd. Tidak minum air dari sungai, danau atau sumur tanpa dimasak dahulu2 Pembuatan Kolam Pengolah Limbah CairSaat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic tank di daerah/lingkungan yang rata-rata penduduknya tidak memiliki WC. Setiap sepuluh rumah disediakan satu WC umum. Upaya demikian sangat bersahabat dengan lingkungan, murah dan sehat karena dapat menghindari pencemaran air sumur / air tanah.Selain itu, sudah saatnya diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air cucian, air kamar mandi, dan lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak langsung dialirkan ke selokan atau sungai. Untuk limbah industri dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam beberapa kolam kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi (diberi zat kimia tertentu) maupun biologis (diberi bakteri, ganggang atau tumbuhan air lainnya). Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk menguji kebersihan air dari polutan yang berbahaya. Reaksi ikan terhadap kemungkinan pengaruh polutan diteliti. Dengan demikian air yang boleh dialirkan keluar (selokan, sungai dll.) hanyalah air yang tidak tercemar. Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah sebagai berikut:a) Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-bahan padatan yang mengendap atau mengapung.b) Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan padatan secara biologis c) Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-komponen fosfor dan padatan tersuspensi, terlarut atau berwarna dan bau. Untuk itu bisa menggunakan beberapa metode bergantung pada komponen yang ingin dihilangkan.3. Pencemaran UdaraPencemaran udara adalah masuknya limbah ke dalam udara yang mengakibatkan fungsi udara turun sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia. Pencemaran udara disebabkan oleh partikel debu,asap kendaraan dan dari cerobong asap industri dan gas kimia dari industri kimia.Sumber pencemaran udara dapat dogolongkan menjadi 2, yaitu :- Sumber bergerak- Sumber tidak bergerak a. Pencemaran dari sumber bergerak, misalnya disebabkan oleh emisi dari kendaraan bermotor,terutama bila pembakaran dalam mesin kendaraan tersebut sudah tidak efisien.b. Pencemaran dari sumber tidak bergerak, misalnya asap dari sisa pembakaran pabrik.Pencemaran udara dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain:Gangguan kesehatan Debu dari pabrik (mis : pabrik semen) dapat terhirup manusia dan menimbulkan penyakit. Penyakit-penyakit mematikan dapat menghingapi manusia akibat kualitas lingkungan yang buruk dan pencemaran, seperti kanker, ginjal, kerusakan otak, dan lainnya.pneumokoniosis/ sesak napas. Gas-gas emisi kendaraan bermotor maupun carobong pabrik (misalnya karbondioksida, metan,klorofluorokarbon, oksida nitrogen, dsb) akan menimbulkan penipisan lapisan ozon/ozone depleting. Gas-gas asam misalnya asam sulfat, asam klorida dan asam nitrat dapat menimbulkan terjadinya hujan asam/acid rain.Pengendalian Pencemaran Udara Penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, serta mesin kendaraan yang efisien Pengolahan limbah udara di pabrik, misalnya dengan menggunakan alat dust collector yang dapatmenangkap debu. Menggalakkan penghijauan untuk menyerap/mengkonversi zat pencemar.Beberapa fakta terjadinya penurunan kualitas lingkungan di Kabupaten BondowosoMeskipun merupakan kota kecil dan jumlah industri tidak terlalu banyak, Bondowoso tidak luputdari masalah penurunan kualitas lingkungan antara lain: Pencemaran koliform (bakteri tinja) di Hilir Sungai Sampean mencapai 500 MPN/100 ml (MPN: Most Probable Number) Tingginya kadar BOD,COD,TDS, Phospat, dll. di beberapa titik sungai Sampean . Sumber : sampling dan analisa tahunan oleh Kantor Lingkungan Hidup Tahun 2007 Gangguan estetis berupa bau, busa maupun perubahan warna dan kekeruhan pada sepanjang kali Kijing. Sumber : Laporan Observasi peserta susur sungai Hari LH sedunia Th 2003.Staregi Pengendalian Pencemaran Berbagai upaya pengendalian pencemaran melalui berbagai Program/Kegiatan, antara lain:- Program pengembangan kinerja persampahan- Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan- Koordinasi penilaian kota sehat/adipura- Pemantauan kualitas lingkungan- Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup

Analisa:Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya adalah pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi menyebabkan aktifitas ekonomi juga meningkat pesat. Kegiatan ekonomi/pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak. Hal tersebut merupakan beban sosial yang pada akhirnya manusia pula yang akan menanggung kerugiannya.Pencemaran tersebut umumnya dikategorikan dalam beberapa aspek seperti pencemaran tanah, udara dan air. Pencemaran tersebut tidak terjadi begitu saja, namun disebabkan oleh rendahnya kesadaran warga akan pemeliharaan lingkungan serta pemahaman pentingnya lingkungan sehat sebbagai sebuah investasi warga. Pemerintah dalam hal ini harusnya memberikan sebuah regulasi tegas penanggulangan masalah lingkungan hidup ini tidak hanya sebatas AMDAL, tapi ada formula khusus yang membuat warga lebih menghargai lingkungannya dan mengurangi pencemaran tersebut.

5. Sering Makan di Food Court? Check Yuk Ada Apa di Sana!http://turcja.blog.com/2012/03/01/pest-control/Mall, adalah sebuah tempat perbelanjaan yang selalu berusaha menunjukkan nilai estetika yang tinggi, dari sisi kemewahan, kerapihan, hingga kebersihan. Kebanyakan kaum menengah ke atas lebih memilih untuk berjalan jalan di mall daripada ke supermarket biasa. Mungkin karena di mall lebih banyak pilihan dari pada pusat perbelanjaan yang lain. Termasuk untuk soal makanan. Masyarakat menengah ke atas biasanya lebih memilih makan di dalam mall daripada di pinggir jalan. Alasannya tentu karena mall dianggap menyediakan makanan yang jauh lebih bersih dan sehat dibandingkan dengan makanan yang di jajakan di pinggir jalan.Saya juga sempat berfikir tentang itu dahulu. sebelum saya benar benar memahami bagaimana kondisi yang terjadi di dalam mall. Dan apa saja yang tidak dipahami pengunjung mall tentang kondisi mall yang sebenarnya di balik keindahan serta kemewahannya.Hampir di semua mall menyediakan fasilitas food court. Food court disediakan entah hanya untuk sekedar duduk duduk sambil minum kopi, atau ditujukan untuk para pengunjung yang sengaja ingin menyantap makanan yang dijual disana.Dalam sebuah mall biasa, food court-nya mampu menampung minimal 20 restaurant. Dari makanan tradisional, hingga makanan international. Dari juice, kue, hingga makanan berat semua bisa kita temui disana.Tahun 2005 2006 saya bekerja di sebuah mall terbesar di daerah Cikarang - Bekasi. Saya bertugas sebagai receptionist management mall. Tugas saya selain menerima surat, sistem filling, handling complain, sampai dengan mengurus job description department department lain termasuk tugas bagian pest control. Pest control adalah petugas yang mengurusi kebersihan dan kenyamanan mall dari hewan hewan seperti ulat (pad a taman mall), tikus, kecoa, lalat, semut, sampai nyamuk. Walaupun itu hewan kecil, tapi pengunjung sudah pasti akan merasa risih jika menemukan hewan hewan tersebut di dalam mall.Suatu hari saya memanggil bagian pest control untuk melakukan general cleaning pada bagian food court. Karena saya mendapatkan complain dari salah satu pihak tenant (penyewa) food court yang mengatakan bahwa pada bagian dapurnya banyak ditemukan kecoa, yang bisa mengakibatkan makanan yang mereka jual menjadi tidak higienis. General cleaning dilakukan 2 3 kali dalam seminggu dan biasanya pada malam hari setelah mall tutup atau pagi pagi sekali sebelum jam operasional mall dimulai. Sebelum bagian pest control melakukan tugasnya, mereka diwajibkan melakukan pengecekan pada lokasi lokasi yang akan dibersihkan. Salah satunya adalah food court. Setelah di check, mereka harus membuat dokumentasi terlebih dahulu dengan memotret pest yang mereka temui di food court (terutama) karena itu adalah lokasi yang menjual makanan minuman. Setelah lokasi pest ditemukan itu di foto, maka general cleaning mereka mulai. Saat mereka menyerahkan hasil dokumentasi tersebut, saya sangat terkejut, karena aduan dari pihak tenant mall ternyata benar. Sejumlah kecoa dan semut berhasil terekam kamera. Saya berusaha memposisikan diri menjadi salah satu dari customer, jika melihat pastilah akan merasa jijik. Dan kemungkinan akan kapok untuk menikmati makanan di food court mall ini. Kejadian ini tidak terjadi sekali, tapi berkali kali. Mungkin karena di daerah Cikarang masih banyak tanah kosong yang memudahkan hewan hewan penganggu seperti itu mudah saja masuk ke dalam mall.Saya juga sempat membuka file file lama bagian pest control sebelum saya bekerja di mall ini, saya lihat dokumentasi dokumentasinya yang membuat saya semakin merasa jauh lebih jijik. Pernah ditemukan bangkai tikus di salah satu dapur tenant. Dan akhirnya tenant tersebut memilih untuk tidak lagi meneruskan sewa tokonya di mall ini.Kejadian ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Untung saja pihak tenant jauh lebih sigap dengan segera mengadukan kondisi ini kepada pihak manajemen mall. Jika tidak, pastinya makanan yang di sajikan di dalam mall ini bukan lagi makanan bersih dan sehat seperti harapan pengunjung.Saran saya untuk anda para pembaca yang mungkin menjadi tenan di salah satu mall, jika menemukan kondisi ini segera laporkan kepada pihak manajemen mall. Karena fasilitas kebersihan dan kenyamanan anda adalah kewajiban mereka. Uang sewa toko harusnya sudah meliputi kebersihan dan segala macam kerusakan yang terjadi di dalam toko. Untuk para pengunjung, jika menemukan kondisi tidak mengenakan seperti ini silahkan segera melaporkan pada pihak security atau bagian cleaning service. Jangan ragu. Karena ini juga demi kebaikan bersama.Dan untuk pihak pengelola mall, sebaiknya jangan hanya melakukan general cleaning beberapa kali dalam seminggu. Usahakan lakukan setiap hari. Ini mencegah kemungkinan kemungkinan yang bisa mengurangi omzet dan tingkat ketertarikan pengunjung untuk datang kembali ke mall anda. Jadi, siapa bilang makanan di mall lebih higienis daripada makanan di pinggir jalan? Semahal dan seindah apapun tampilan makanan yang disediakan di luar rumah, akan jauh lebih sehat jika kita memasak sendiri di rumah. Semoga bermanfaat.

Analisa:Mall, adalah sebuah tempat perbelanjaan yang selalu berusaha menunjukkan nilai estetika yang tinggi, dari sisi kemewahan, kerapihan, hingga kebersihan. Kebanyakan kaum menengah ke atas lebih memilih untuk berjalan jalan di mall daripada ke supermarket biasa. Mungkin karena di mall lebih banyak pilihan dari pada pusat perbelanjaan yang lain. Termasuk untuk soal makanan. Masyarakat menengah ke atas biasanya lebih memilih makan di dalam mall daripada di pinggir jalan. Alasannya tentu karena mall dianggap menyediakan makanan yang jauh lebih bersih dan sehat dibandingkan dengan makanan yang di jajakan di pinggir jalan.Namun, paradigma mall lebih higienis daripada makanan di pinggir jalan ternyata tidak selalu benar. Bahkan, di beberapa tempat justru kondisi food court justru diluar perkiraan banyak orang. Kondisi dalam dapur food court justru banyak terdapat kekotoran seperti dijumpai banyak semut, kecoa bahkan tikus yang mati. Dalam hal ini, pengelola mall seharusnya lebih giat dalam melakukan pengawasan. Pengawasan yang umumnya seminggu atau dua minggu sekali, bias lebih diintensifkan menjadi setiap hari demi kenyamanan bersama.

6. KLB Keracunan Gorontalo dan Epidemiologi Kesehatan Darurat

Puluhan peserta seminar guru yang diselenggarakan di Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo keracunan usai mengkomsumsi makanan (catering) pada saat pelaksanaan seminar Selasa (25/10/2011). Ada dua orang dilaporkan meninggal dunia dan 125 orang lainnya dirawat di Rumah Sakit Dunda Limboto, Kabupaten Gorontalo. Korban yang meninggal adalah Delima Lippy, seorang guru SMP, dan Mohamad Ismail, 14, siswa SD.Bukan hanya peserta seminar guru yang mengalami keluhan sakit perut, muntah dan kejang-kejang, tetapi juga anak-anak para guru yang membawa pulang makanan dari seminar. Saat seminar berlangsung tidak semua peserta seminar makan ditempat, ada juga yang membawa pulang nasi kotak yang dibagikan panitia seminar sehingga beberapa korban keracunan satu keluarga. Banyak korban keracunan makanan mendorong pemerintah daerah setempat menetapkan kondisi luar biasa (KLB) keracunan pangan. Biasanya penetapan status KLB karena jumlah warga yang terkena banyak dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat serta pemerintah menanggung seluruh biaya pengobatan korban keracunan. Penyebab keracunan biasanya adalah virus Bacillus Cereus atau Stapyllococcus Aureus. Polisi setempat masih fokus pada investigasi asal makanan dan pihak-pihak yang menyiapkannya. Sementara pihak Dinas Kesehatan setempat belum terdengar melakukan langkah-langkah survelians epidemiologi keracunan makanan. Langkah yang harus dilakukan Dinas Kesehatan setempat adalah melakukan surveilans Epidemiologi Keracunan Pangan di tempat pelaksanaan seminar. Surveilans berguna untuk mengetahui besar dan luasnya masalah serta gambaran epidemiologi peningkatan kasus keracunan pangan pada tempat pelaksanaan seminar. Ada beberapa tujuan khusus surveilans dilakukan seperti mengetahui distribusi kasus secara epidemiologi, mengetahui Attack Rate dan relative risk kasus keracunan pangan, mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut dan memastikan KLB keracunan pangan. Surveilans KLB keracunan pangan bisa menggunakan rancangan penelitian epidemiologi deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Data primer diperoleh dengan melakukan investigasi langsung pada tempat pelaksanaan seminar.KLB Keracunan PanganKejadian keracunan makanan berhubungan dengan masalah keamanan pangan. Letusan penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian-kejadian pencemaran pangan telah menjadi masalah global, bukan hanya terjadi di berbagai negara berkembang tetapi juga terjadi pada negara-negara maju. Di negara-negara maju, diperkirakan satu dari tiga orang penduduk mengalami keracunan pangan setiap tahunnya. Sebuah sumber menyebutkan, bahwa kasus keracunan pangan di Eropa merupakan penyebab kematian kedua terbesar setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas atau ISPA.Definisi yang dikembangkan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM-RI) tentang KLB Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah mengonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber penularan. Salah satu agent penyebab KLB Keracunan Pangan adalah keberadaan bakteri pathogen yang berlebihan dalam pangan. Senyawa kimia, seperti logam berat, nitrit, toksin jamur dan residu pestisida juga merupakan penyebab KLB Keracunan Pangan. Sedangkan World Health Organization (WHO) mendefinisikan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan atau dikenal dengan istilah foodborne disease outbreak sebagai suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit setelah mengkonsumsi pangan yang secara epidemiologi terbukti sebagai sumber penularan.Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan suatu kejadian/kasus yang menunjukkan peningkatan kejadian secara luar biasa didalam suatu kelompok. Kejadian Luar Biasa ini bisa di akibatkan dari kontaminasi suatu bahan kimia dan atau disebabkan oleh mikroorganisme. Guna menghindari kejadian luar biasa keracunan khususnya dari makanan, diperlukan suatu tindakan-tindakan baik pra kejadian, saat kejadian keracunan makanan dan pasca kejadian keracunan. Diharapkan dengan melakukan tindakan-tindakan tersebut kasus atau kejadian keracunan makanan dapat ditiadakan dan diminimalisir jumlah korban keracunan makanan.Tanda-tanda klinik keracunan pangan dibagi atas enam kategori seperti : pertama, gejala pada saluran gastrointestinal atas berupa mual dan muntah; kedua, gejala pada saluran gastrointestinal bawah seperti kejang perut dan diare; ketiga, gejala infeksi umum seperti demam, menggigil, rasa tidak enak, letih, dan pembengkakan kelenjar limfe; keempat, gejala alergik misalnya wajah memerah, dan gatal-gatal; kelima, gejala neurologik misalnya gangguan penglihatan, perasaan melayang, dan paralisis; dan keenam, gejala sakit tenggorokan dan pernafasan (Gentina, dkk., 2007).Prosedur standar bila terjadi KLB keracunan pangan pada tingkat Puskesmas adalah: pertama, Petugas Puskesmas setelah menerima laporan atau informasi dari masyarakat, RS, dll, segera melakukan pengecekan ke lapangan tentang kebenaran berita kasus keracunan; Kedua, memberikan pertolongan berupa pengobatan kepada penderita keracunan, dan bila diperlukan mengirim penderita ke unit pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk referal sistem (Rumah Sakit); ketiga, mengambil contoh makanan/minuman yang diduga sebagai penyebab keracunan; keempat, mengirim contoh makanan/minuman ke Dinas Kesehatan Kab/Kota; kelima, melaporkan adanya kejadian keracunan makanan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota segera (menggunakan telepon, fax, form W1, sms, dan e-mail); keenam, bergabung dengan TIM KLB Keracunan Dinas Kesehatan Kab/Kota melakukan kajian Penyelidikan Epidemiologi.Pada tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, segera melakukan koordinasi dan pembahasan tentang kasus yang terjadi serta meneruskan contoh makanan/minuman yang diduga sebagai penyebab keracunan ke BBTKLPM/BLK/Laboratorium lain yang ditunjuk dengan menggunakan formulir Pengiriman Sampel Keracunan Makanan/Minuman. Setelah itu melakukan pengecekan ke lokasi keracunan dan memonitor kejadian keracunan serta melakukan tindakan investigasi/penyelidikan/surveilans epidemiologi untuk mengetahui attack rate, relative risk, dan lokasi/waktu kejadian keracunan. Hasil Penyelidikan Epidemiologi Tim Surveilans inilah yang digunakan Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota memberikan keterangan/ penjelasan kepada publik/ masyarakat tentang kasus yang terjadi.Pada tingkat Dinas Kesehatan Propinsi juga memiliki porsi tanggungjawab setelah mendapat laporan/ informasi surveilans epidemiologi keracunan. Bahkan bila dianggap perlu, Dinas Kesehatan Propinsi dapat membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam penyelidikan/surveilans epidemiologi kasus keracunan makanan di daerahnya dan koordinasi dengan laboratorium yang ada di Propinsi. Tanggung jawab lainnya adalah memberi bimbingan teknis dalam menyusun rencana pencegahan, penyelidikan dan penanggulangan keracunan.Sementara pada tingkat Pemerintah Pusat yakni Kementrian Kesehatan, Ditjen PPM & PL cq. Subdit HSMM dan Subdit Surveilans melakukan koordinasi setelah mendapat laporan/informasi. Bila dianggap perlu, memberikan arahan dan bimbingan teknis dalam menyusun rencana pencegahan, penyelidikan dan penanggulangan keracunan serta memantau perkembangan dan tindak lanjut dalam kasus keracunan makanan di Daerah.Sebagai antisipasi kasus keracunan pangan pada masa datang, maka pada sisi konsumen, masyarakat perlu meningkatkan pemahaman tentang Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman secara baik dan benar. Sedang pada sisi pemerintah, perlu meningkatkan supervisi pada Tempat Pengelolaan Makanan agar prinsip-prinsip Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Pemerintah juga mengemban tanggungjawab melakukan penyuluhan tentang cara mengolah, dan menyimpan makanan yang higienis.Dari kasus KLB keracunan pangan di Gorontalo, Dinas Kesehatan setempat perlu melakukan Pelatihan Asisten Epidemiologi Lapangan (PAEL) pada petugas dinas kesehatan, Pelatihan/Kursus Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman serta Pelatihan Hazard Analisys Critical Control Point (HACCP).

Analisa:

Puluhan peserta seminar guru yang diselenggarakan di Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo keracunan usai mengkomsumsi makanan (catering) pada saat pelaksanaan seminar Selasa (25/10/2011). Ada dua orang dilaporkan meninggal dunia dan 125 orang lainnya dirawat di Rumah Sakit Dunda Limboto, Kabupaten Gorontalo. Korban yang meninggal adalah Delima Lippy, seorang guru SMP, dan Mohamad Ismail, 14, siswa SD.Kejadian keracunan makanan berhubungan dengan masalah keamanan pangan. Letusan penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian-kejadian pencemaran pangan telah menjadi masalah global, bukan hanya terjadi di berbagai negara berkembang tetapi juga terjadi pada negara-negara maju. Di negara-negara maju, diperkirakan satu dari tiga orang penduduk mengalami keracunan pangan setiap tahunnya. Sebuah sumber menyebutkan, bahwa kasus keracunan pangan di Eropa merupakan penyebab kematian kedua terbesar setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas atau ISPA.Melihat kondisi tersebut, pemerintah seharusnya melakukan pengawasan ketat serta survey ke beberapa wilayah penyedia bahan makanan sehingga bisa mengecek secara berkelanjutan tentang ke higienis bahan makanan sehingga kejadian serupa tidak terjadi di kemudian hari.

7. Mahasiswa Kesehatan Masyarakat: Mulai dari yang Sederhana

Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar, dengan jumlah penduduk yang besar. Dengan banyaknya jumlah penduduk ini, maka pemerintah Indonesia juga mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah tentunya membutuhkan bantuan dari berbagai komponen masyarakat, tidak terkecuali mahasiswa. Mahasiswa dalam masyarakat sangat penting.Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.20 Tahun 2003, pasal 20 ayat 2 dikatakan : Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.Tak bisa dipungkiri, mahasiswa memberikan peran penting untuk pembangunan masyarakat dalam beberapa aspek kehidupan, salah satu di antaranya, pendidikan. Mahasiswa mengambil andil yang krusial dalam terwujudnya kondisi akademis yang dibawa ke wilayah kemasyarakatan. Sebagaiagent of change, mahasiswa berperan sebagai pihak perubahan, yang pada awalnya banyak yang tidak diketahui, banyak yang bernilai kurang, mahasiswa memberi sesuatu yang bernilai lebih pada masyarakat.Mahasiswa yang dianggap sebagai kaum intelektual, mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk diterima dalam berbaur ditengah masyarakat. Kondisi inilah yang menunjukkan pentingnya kedudukan mahasiswa dalam proses pembangunan. Para mahasiswa dari berbagai jurusan berlomba-lomba untuk berkontribusi ditengah masyarakat, tidak terkecuali, mahasiswa kesehatan masyarakat. Perubahan itu dimulai dari diri sendiri. Kita tentu sering mendengar kalimat tersebut. Tetapi, tidak semua dari kita meresapi dan menerapkan kalimat tersebut. Jika berbicara mengenai peran mahasiswa di tengah masyarakat, kebanyakan dari mahasiswa akan menjawab dengan hal yang umum dan ruang lingkup yang besar. Tidak semua mahasiswa menyadari bahwa untuk memberikan kontribusi yang besar di masyarakat, harus dimulai dari lingkungan yang kecil terlebih dahulu, yaitu diri sendiri. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat yang berperan untukprevent, promote, danprotect, diharapkan dapat membawa perubahan yang lebih baik dalam sisi kesehatan masyarakat. Dengan masyarakat yang sehat, tentunya akan meningkatkan motivasi diri untuk bekerja dan belajar, yang akan berdampak baik pada pembangunan negara, seperti kalimat, Men sana in corpore sano(di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat).Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menciptakan lingkungan yang sehat, yang dimulai dari diri sendiri dengan menjaga kebersihan rumah, menerapkan pola hidup sehat, membuang sampah pada tempatnya, dan kegiatan lainnya yang dapat menginspirasi orang lain untuk turut menjaga kebersihan lingkungan. Jika kita sendiri sudah menyadari pentingnya kesehatan, kita dapat mengajak lingkungan sekitar untuk turut berperan menjaga kesehatan dengan cara memberikan pemahaman kepada masyarakat sekitar kita tentang konsep sanitasi lingkungan.Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003).Jika konsep sanitasi lingkungan ini tercapai, dapat terciptalah lingkungan hidup yang sehat.Untuk menciptakan lingkungan yang sehat, ada beberapa indikator yang harus diperhatikan. Menuruthttp://adimoxer.blogspot.com/p/indikator-lingkungan-sehat.html, untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator,yaitu persentase keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM).Sebagai mahasiswa yang masih mempunyai banyak kekurangan, kita dapat memulai dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal kita, dan memberikan penyuluhan sederhana tentang pentingnya kebersihan lingkungan untuk meningkatkan mutu kesehatan. Jika kita telah mampu mendorong masyarakat sekitar kita untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, diharapkan dapat menginspirasi lingkungan tempat tinggal sekitar kita dan tempat-tempat lainnya untuk turut menjaga kebersihan lingkungan, sehingga pada akhirnya semua masyarakat dapat menyadari pentingnya menciptakan lingkungan sehat, dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu kesehatan di Indonesia.

Analisa:

Indonesia sebagai sebuah Negara yang besar dengan luas wilayah dan penduduk yang besar pula, harus disokong sepenuhnya oleh rakyatnya demi menciptakan sebuah kesejahteraan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, mahasiswa menjadi lapisan terdepan yang memiliki peran sangat vital. Mahasiswa selain sebagai civitas akademi, juga merupakan agen perubahan dalam banyak aspek kehidupan secara holistic. Perubahan yang dilakukan mahasiswa tidak hanya melulu pada permasalahan politik dan pemerintahan, tetapi juga bisa dilakukan dalam bentuk kesehatan dan kebersihan melalui upaya untuk menciptakan lingkungan yang sehat, yang dimulai dari diri sendiri dengan menjaga kebersihan rumah, menerapkan pola hidup sehat, membuang sampah pada tempatnya, dan kegiatan lainnya yang dapat menginspirasi orang lain untuk turut menjaga kebersihan lingkungan

8. Pencemaran Sungai: Dari Ciliwung Hingga Sungai Seine

Ada berapa jenis ikan yang hidup di Sungai Ciliwung? Mungkin ini pertanyaan konyol. Tapi, pertanyaan ini patut dicarikan jawabannya. Kenapa? Karena air sungai besar yang membelah Jakarta itu sudah tercemar berat. Menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok,Rahmat Subagio, yang didampingi Kabid Pemantauan Lingkungan,Kania Parwanti, kepada wartawan, Rabu, 21 September 2011, hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kualitas air Sungai Ciliwung sudah tidak dapat lagi dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku PDAM di Kota Depok.KandunganChemical Oxygen Demand(COD) danBiological Oxygen Demand(BOD) Sungai Ciliwung dipastikan tinggi, sehingga tidak layak dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), jelasnya, sebagaimana diberitakanpostkotapontianak.com, Kamis, 22 September 2011 - 15:14:52 WIB,Air Sungai Ciliwung Tidak Layak Menjadi Bahan Baku PDAM.Dengan tingkat pencemaran seperti itu, diperkirakan ada ikan-ikan tertentu yang sudah tidak mampu hidup di sana. Saya tidak menemukan data, ada berapa jenis ikan yang hidup di Sungai Ciliwung sebelum tercemar, dan berapa jenis ikan yang hingga kini masih bertahan. Sebagai perbandingan, mari kita cermati apa yang terjadi di Sungai Seine, Perancis. Sungai ini membelah kota Paris menjadi dua bagian yang dalam bahasa Perancis disebut dengan istilahla rive droite(tepi kanan) danla rive gauche(tepi kiri). Yang dimaksud dengan tepi kanan adalah Paris Utara dan tepi kiri adalah Paris Selatan. Paris Utara lebih makmur daripada Paris Selatan.Secara historis, hulu sungai Seine adalah tempat yang nyaman untuk bertelurnya ikan Salmon Salar atau Atlantic Salmon. Tapi, peningkatan polusi air dan pembangunan dam setelah Perang Dunia I, membuat populasi ikan tersebut terus berkurang. Sejak tahun 1995, salmon benar-benar menghilang dari perairan Seine. Dan, tiap tahun, ratusan ton ikan mati di sana. Tapi, pemerintah setempat tak tinggal diam. Hampir 15 tahun proyek bersih-bersih sungai secara besar-besaran digalakkan, termasuk pembangunan sebuah pabrik pemurnian air sungai. Hasilnya, sebagaimana diberitakan BBC London, Rabu 12 Agustus, 2009:Salmon Atlantik - terdaftar sebagai spesies terancam punah di seluruh Eropa - kembali, seperti yang dibuktikan oleh pemancing. Dan, Salmon tidak sendirian. Ratusan ikan trout laut, shad, dan belut lamprey telah terlihat berkilauan di bawah sinar matahari Paris. Jumlah spesies ikan di sungai Seine menggelembung menjadi 32 spesies.Bukan hanya itu. Kebersihan Sungai Seine telah menjadikannya pusat wisata air paling bergengsi dan bertaraf internasional. Di tengah kota metropolis, air Seine yang meluap lebih liar dari Bengawan Solo dapat dijinakkan melalui beberapa bendungan besar, dan diolah dengan sistem yang ramah lingkungan, hingga akhirnya mampu menjadi tempat yang menyenangkan.Selain airnya tetap dalam kondisi jernih, juga dapat mengantisipasi bahaya banjir yang mengancam Paris. Kalau orang Perancis bisa, mengapa kita tidak? Masalahnya, ada tidak kemauan dari semua pihak ke arah situ, kritik Pengamat sosial politik FISIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta,Prof. Dr. Andrik Purwasito, sebagaimana diberitakanharianjoglosemar.com, Minggu, 03 April 2011, 09:00 WIB,Akar Persoalan Pencemaran adalah Faktor Ekonomi.Andrik Purwasito di atas, membandingkan Sungai Seine dengan Sungai Bengawan Solo yang pencemarannya juga sudah tinggi. Pencemaran yang terjadi pada Ciliwung dan Bengawan Solo tersebut, agaknya menjadi cermin betapa tak terjaganya sungai-sungai di tanah air. Padahal, keberadaan sungai sangat vital. Baik sebagai jalur transportasi, sebagai bahan baku air minum, dan sebagai urat nadi pertanian. Sayangnya, perilaku masyarakat dan perilaku kalangan industri yang membuang limbah ke sungai, membuat kekayaan alam itu rusak.Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor,Hari Sutjahyo, di sela-sela Lokakarya Tahap IIStrategi Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Air Limbah Kota Bogor, yang digelar di IPB International Convention Center, Jl. Pajajaran, Kota Bogor, Senin, 27 Juni 2011:Rumah tangga di Kota Bogor merupakan penyumbang terbanyak pencemaran sungai yang ada di Kota Bogor. Akibatnya, kandungan bakteri E-coli pada dua sungai utama di Kota Bogor yakni Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane sangat tinggi.Dari hasil penelitian tahun 2009, kadar E-coli Ciliwung Hulu 50 ribu, di Ciliwung Tengah sebesar 40 ribu, Ciliwung Hilir sebesar 120 ribu, di Cisadane Hulu sebesar 18 ribu, Cisadane Tengah sebesar 60 ribu, dan Cisadane Hilir sebesar 90 ribu. Padahal, baku mutu yang diterapkan hanya 5.000. Artinya, bila berada di atas 5.000, air sungai tercemar parah.Ciliwung, Cisadane, dan Bengawan Solo adalah bagian dari potret rusaknya sungai-sungai di negeri ini. Tentu saja diperlukan langkah besar dengan jangka waktu yang cukup panjang untuk membenahinya agar kondisi air sungai-sungai tersebut layak sebagai bahan baku air minum. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut dan pencemaran terus meningkat, maka bukan tidak mungkin ikan-ikan yang hidup di sana akan mati seperti yang pernah terjadi di Seine. Itu otomatis juga membahayakan bagi kesehatan masyarakat yang menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Pembenahan secara menyeluruh tentulah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Gubernur Jawa Barat,Ahmad Heryawan, sebagaimana diberitakanwww.klik-galamedia.com, Selasa, 15 Maret 2011,Gubernur Minta Dana Rp 3 Triliun, meminta pemerintah pusat mengalokasikan anggaran tiga daerah aliran sungai (DAS) Citarum, Ciliwung, dan Cisanggarung sekitar Rp 3 triliun per tahun. Untuk mengimplementasikan hal ini, kami terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat, karena yang berwenang mengurusi masalah sungai adalah pusat, katanya.Pernyataan Gubernur tersebut membuat saya menghela nafas panjang. Bukan pesimis tapi saya pikir akan membutuhkan waktu yang lama untuk tersedianya dana sebanyak itu. Apalagi saat ini para politisi sedang konsentrasi penuh ancang-ancang menyambut Pemilu 2014. Jadi,boro-boromereka memikirkan pencemaran sungai. Meski begitu, bukan berarti tak ada yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengurangi pencemaran sungai tersebut. Tanpa menunggu pemerintah, masyarakat sangat bisa berperan besar mengurangi pencemaran sungai. Salah satu yang utama adalah tidak membuang sampah ke sungai. Ini membutuhkan kesadaran dari semua elemen masyarakat untuk sama-sama menjaga kebersihan sungai. Konsekuensinya, masyarakat harus mencari alternatif pengelolaan sampah yang selama ini mereka buang ke sungai.Dalam hal ini, agaknya dibutuhkan hadirnya tokoh-tokoh masyarakat sebagaimana halnya seorang budayawanY.B. Mangunwijayamenggerakkan masyarakat Yogya membenahi Kali Code. Mangunwijaya adalah pastor kelahiran Ambarawa, Jawa Tengah, 6 Mei 1929, dan kini sudah tenang di pembaringan Tuhan sejak 10 Februari 1999. Di tahun 1970-an, sungai yang membelah kota Yogya itu penuh dengan sampah rumah tangga hingga airnya sama sekali tak bisa dimanfaatkan. Langkah pertama yang dilakukan oleh Romo Mangun adalah mendekati, dan memahamkan warga yang menghuni bantaran Kali Code, agar tidak membuang sampah sembarangan. Romo Mangun rela tinggal di bantaran kali untuk memberi contoh kepada warga tentang bagiamana menjaga kali. Hasilnya adalah Kali Code menjadi bersih, indah, dan menjadi lokasi wisata alam yang menyenangkan dan menghasilkan nilai budaya, serta ekonomi warganya. Sejak saat itu, banyak turis lokal, nasional, dan internasional berkunjung menikmati indahnya alam Kali Code.Sebagai penutup catatan ini, saya kutipkan petikan tentang Romo Mangun dan Kali Code sebagaimana diberitakanKoran Jakarta, 21 Januari 2010,Belajar dari Romo Mangun: Begitulah, Kampung Code Utara yang pada 1984 dihuni 35 keluarga kini dihuni oleh 54 KK. Dengan 200-an jiwa, peninggalan Romo Mangun secara kasat mata bisa kita lihat rumah-rumah susun yang terbuat dari bambu yang dicat warna-warni, balai warga yang berarsitektur unik, tempat bermain, dan maket-maket Romo Mangun yang tersimpan di Museum Romo Mangun.Tapi, kita akan gagal mengerti, kalau hanya melihat kerapihan bangunan, jalanan kecil yang rapi dan bersih, mengenai apa yang diupayakan Romo Mangun sepanjang hidupnya di Code. Kali Code, dan bagaimana masyarakat bersama Romo Mangun dan aktivis-aktivis sosial lain di sana, memberi inspirasi kepada kita semua mengenai bagaimana seharusnya bekerja melawan kemiskinan.04-10-2011isson khairul

Analisa:

Permasalahan pencemaran air, khususnya Sungai Ciliwung merupakan masalah yang sudah sangat umum. Sungai yang membelah kota Jakarta yang melintas dari Bogor hingga utara Jakarta tersebut sudah sangat tidak layak dianggap sebagai sebuah sungai. Bahkan, ikan pun sulit untuk hidup di sungai dengan polusi yang sangat tinggi yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran menjaga lingkungan masyarakat Indonesia. Sampah menjadi hal yang sangat umum dijumpai di Jamban Raksasa tersebut yang menyebabkan terjadinya banjir tiap tahunnya, yang diperparah ulah manusia yang membangun pemukiman di bantaran kali yang mebuat lebar Ciliwung menjadi semakin kecil dan semakin dangkal oleh sampah dan tercemar tentunya.Melihat kondisi tersebut, seharusnya pemerintah melakukan tindakan terencana dalam waktu ke depan guna memperbaiki kualitas sungai di ibukota Negara secara khusus dan sungai sungai besar di Indonesia secara umum. Tekad tersebut seperti bukan hal yang mustahil, beberapa Negara di dunia khususnya eropa mengalami kerusakan sungai yang parah akibat perang Dunia namun mereka bisa bangkit dan memperbaiki semuanya.,