artikel kerjasama cina

26
Hadiri Boao Forum di Cina, Indonesia akan Tingkatkan Kerjasama Ekonomi Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Dwi Murdaningsih EPA/Andrew Gombert Jusuf Kalla

Upload: dhevi-dwi

Post on 10-Jul-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

B

TRANSCRIPT

Hadiri Boao Forum di Cina, Indonesia akan

Tingkatkan Kerjasama EkonomiRep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Dwi MurdaningsihEPA/Andrew Gombert

Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) akan mewakili Indonesia untuk menghadiri Boao Forum for Asia Annual Conference di Hainan, Cina, pada 22-25 Maret 2016 nanti. Indonesia akan memanfaatkan acara ini untuk mempererat hubungan dan kerjasama dengan Cina dan negara-negara lainnya.

"Ya tentu tentang Indonesia. Bagi kita tentu semua ingin menjaga sinergi antara Cina dengan negara-negara lain, itu saja. BOAO forum itu karena diadakan di Cina tapi ketuanya Jepang. Jadi ini juga mempererat hubungan Cina dengan Jepang," ujar JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (10/3).

Dalam konferensi ini, JK pun akan memberikan pidato pembukaan terkait perkembangan kondisi Asia pada masa mendatang. Sementara itu, Duta Besar Cina untuk Indonesia Xie Feng, menambahkan JK juga akan mengunjungi Provinsi Guangzhou yang dikenal sebagai wilayah pionir sejak 1970-an. 

Ia pun menilai, kunjungan JK ke Cina ini akan memberikan banyak kesempatan positif bagi Indonesia untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dengan negara lainnya. " Saya rasa kunjungan Wapres JK ke Cina kali ini akan menjadikan hubungan antara Cina dan Indonesia lebih baik," kata dia.Home > Ekonomi > Bisnis Global

Ahad, 13 Maret 2016, 09:45 WIB

Investor Cina Siap Bangun Kawasan

IndustriRep: Rizky Jaramaya/ Red: Winda Destiana PutriReuters

Bendera Cina. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, investor Cina telah menyiapkan modal untuk membangun kawasan industri tahap awal sebesar 500 juta dolar AS. Investor tersebut telah memiliki calon mitra lokal yang juga merupakan pengembang ternama di Indonesia.

"Luas lahan kawasan industri tersebut diperkirakan akan mencapai 2 ribu hektar dengan konsep kawasan industri yang terintegrasi dengan perumahan. Rencananya perusahaan tersebut akan segera mengajukan izin prinsip melalui layanan izin investasi 3 jam," ujar Franky dalam keterangan tertulisnya, Ahad (13/3).

Franky menambahkan, investasi ini sangat positif untuk mendorong realisasi investasi Cina di Indonesia. Menurut Franky, biasanya investor akan merasa lebih nyaman bila pengelola kawasan industri tersebut berasal dari negara yang sama, sehingga lebih memahami budaya maupun kebiasaan investor setempat.Franky mencontohkan beberapa kawasan industri yang ada di Indonesia juga memiliki kekhususan, diantaranya mayoritas kawasan industri di Karawang tenantnya adalah investor Jepang. Selain itu, ada pula kawasan industri di Tangerang mayoritas adalah Cina dan India. 

"Masuknya investasi di kawasan Industri ini menjadi salah satu sinyal dari pernyataan yang disampaikan oleh duta besar Cina untuk Indonesia beberapa waktu lalu bahwa, Cina sedang melakukan upgrading industrialisasinya dan mulai melihat investasi ke luar sebagai upaya untuk mengembangkan bisnisnya," kata Franky.

Investasi Cina di Indonesia sepanjang 2015 (tidak termasuk sektor hulu migas dan keuangan) mencapai 628,3 juta dolar AS. Nilai tersebut di luar angka investasi Cina ke Indonesia yang juga tercatat melalui negara-negara lainnya sebesar 1,53 miliar dolar AS. Dengan demikian, total investasi Cina pada 2015 sebesar 2,16 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 47 persen dibandingkan tahun sebelumnya.http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/16/03/13/o3yh0m359-investor-cina-siap-bangun-kawasan-industri

3 0 0 Mail Copy 0

Home > Ekonomi > MakroKamis, 28 Januari 2016, 22:39 WIB

Indonesia akan Manfaatkan Investasi CinaRep: C37/ Red: Nur AiniAntara/M Agung Rajasa

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan kepada wartawan

tentang realisasi sementara APBNP 2015, di Jakarta, Rabu (27/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah akan mengambil kesempatan pada arah perubahan struktur ekonomi Cina dari perdagangan menjadi investasi, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2016. 

"Ada dua strategi yaitu mengubah strategi ekspor ke Cina, lalu menarik investasi langsung asing (FDI) dari Cina," kata Bambang di Jakarta, Rabu (27/1).

Menurutnya, meskipun mengalami keterlambatan ekonomi, Cina tetap masih dalam kondisi yang kuat. Negara tersebut mampu mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,9 persen pada 2015. Diperkirakan ke depan negara tersebut masih akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

"Cina ke depannya bisa menjadi nomor 1, sehingga pemerintah Indonesia harus menjaga hubungan bilateral yang baik," ujar Bambang.

Bambang menjelaskan, di masa lalu Indonesia hanya mengandalkan ekspor komoditas mentah, seperti batu bara, minyak sawit dan sumber daya lain, tanpa fokus terhadap produk jadi dan barang konsumsi untuk diekspor. Sementara negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam

sudah mengekspor produk jadi ke Cina. Sehingga ketika Cina mengalami perlambatan ekonomi, ekspor-ekspor negara tersebut ke Cina mengalami peningkatan.

"Ini sedikit ironis, Cina melambat tapi ekspor ke Cina malah meningkat. Artinya mereka sudah melakukan strategi yang benar dalam ekspor. Sementara, ekspor Indonesia dalam PDB pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang negatif karena permintaan yang rendah dari China," jelas Bambang.

Menurutnya, pola hubungan ekonomi Indonesia-Cina yang didominasi perdagangan harus diubah menjadi pola hubungan investasi. Apalagi, realisasi investasi Cina 10 persen lebih rendah dibanding Jepang yang menduduki urutan pertama sekitar 40-50 persen, dengan 10 investasi yang terealisasi dari 100 komitmen investasi Cina.

"Jadi, kalau Cina dan Indonesia punya hubungan yang baik dalam investasi maka itu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi kedua negara, termasuk dunia. Untuk itu bagaimana kita bisa membuat komitmen investasi dari Cina menjadi realisasi," ujarnya. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/01/28/o1o66k382-indonesia-akan-manfaatkan-investasi-cina

Investasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat rencana investasi pemilik modal asing (PMA) paling banyak berasal dari Cina. Pengajuan izin prinsip dari Cina pada 2015 naik 67 persen dibandingkan pada 2014 yakni sebesar Rp 166,21 triliun.

Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, tingginya pengajuan izin prinsip dari Cina menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara tujuan utama investasi. Menurutnya, BKPM akan terus mendorong rencana investasi tersebut agar dapat terealisasi. Data BKPM menyebutkan, rasio realisasi investasi Cina hanya 7 persen dan masih lebih rendah dibandingkan negara mitra investasi lainnya seperti Jepang, Singapura, dan Korea Selatan yang mencapai 60 persen. "Dalam setahun terakhir investor dari Cina memang cukup agresif, dan kami akan mendorong agar rencana investasi yang sudah diajukan ke BKPM dapat terealisasikan sehingga realisasi investasi dari Cina dapat meningkat," ujar Franky, Selasa (5/1).Franky menambahkan, sektor-sektor yang diminati oleh investor Cina sebagian besar yakni infrastruktur. Rencana investasi terbesar yang diajukan oleh investor Cina adalah sektor kelistrikan sebesar Rp 150,89 triliun atau 54,36 persen dari total rencana investasi Cina. Diikuti oleh sektor angkutan kereta api sebesar Rp 73,90 triliun atau 26,62 persen, sektor industri logam dasar Rp 16,78 triliun atau 6,04 persen, sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran Rp 13,96 triliun atau 5,03 persen serta sektor perdagangan sebesar Rp 9,32 triliun atau 3,36 persen. 

"Tingginya minat investasi di sektor kelistrikan ini menunjukkan langkah agresif pemerintah untuk menawarkan potensi investasi sektor tersebut, dan telah disambut baik oleh para investor," kata Franky.Franky menjelaskan, pengajuan izin prinsip Cina pada 2015 yakni sebesar Rp 277,59 triliun atau 22,96 persen dari total izin prinsip PMA. Negara lain yang banyak mengajukan izin prinsip antara lain Singapura Rp 203,89 triliun, Jepang Rp 100,64 triliun, Malaysia Rp 69,13 triliun, Korea Selatan Rp 60,52 triliun, dan Amerika Serikat Rp 56,31 triliun. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/01/05/o0gegs383-cina-perbanyak-investasi-di-indonesia

0 0 0 Mail Copy 0

Home > Ekonomi > MakroKamis, 03 Desember 2015, 16:13 WIB

Indonesia Bidik Investasi Elektronik dan

Otomotif CinaRep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia ZurayaAntara/Ampelsa

Menteri Perindustrian Saleh Husin

REPUBLIKA.CO.ID, INCHEON -- Pemerintah tengah membidik investasi di industri elektronik

dan otomotif dari Cina. Target untuk membidik investasi dari Cina ini menjadi agenda utama Menteri Perindustrian Saleh Husin  dalam kunjungan kerja ke Cina pada 3-8 Desember 2015. Dalam kunjungannya tersebut Saleh akan mengunjungi industri otomotif SAIC-GM Wuling (SGMW) dan industri elektronik Hisense."Industri elektronika dan industri alat transportasi merupakan bagian dari industri prioritas, sektor andalan ini diharapkan menjadi penggerak utama pertumbuhan industri dan ekonomi nasional," ujar Saleh dalam keterangan tertulisnya, Kamis (3/12).Saleh berharap, dari investasi tersebut terjadi transfer pengetahuan dan teknologi untuk pengembangan produk elektronik di Indonesia. Saleh mengatakan, Hisense memiliki 17 fasilitas produksi yang tersebar di Cina, Afrika Selatan, Algeria, dan Mesir. Untuk ponsel, Hisense mampu memproduksi 15 juta unit per tahun dan Indonesia merupakan pasar terbesar produk ponsel tersebut.Saleh menjelaskan, di Indonesia Hisense menelurkan produk yang dikenal lewat Andromax. Sebelumnya perusahaan ini juga sudah hadir lewat perangkat TV yang cukup populer di Tanah Air, yakni TV Polytron. Selain itu, Saleh juga akan mengunjungi pabrik otomotif SGMW. Pada Agustus 2015, SGMW

Motor telah melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan pabrik perakitan mobil senilai 700 juta dolar AS di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/12/03/nyryyw383-indonesia-bidik-investasi-elektronik-dan-otomotif-cina

Home > Ekonomi > MakroSabtu, 28 November 2015, 15:05 WIB

Minat Investasi Baru Cina di Indonesia

Capai Rp 25 TriliunRed: Nur AiniRepublika/Aditya Pradana Putra

Pabrik semen (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minat investasi baru dari Cina mencapai 1,9 miliar dolar AS atau setara Rp 25,65 triliun, dengan kurs Rp 13.500 per dolar AS  melalui kegiatan pemasaran investasi yang digelar di Shanghai.

Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan dari total minat investasi senilai 1,9 miliar dolar AS tersebut, industri semen merupakan salah satu

kontributor utama dengan persentase kontribusi mencapai 52 persen atau 1 miliar dolar AS. "Selanjutnya diikuti oleh investasi di bidang pariwisata senilai 600 juta dolar AS, industri galangan kapal 300 juta dolar AS, industri baja 10 juta dolar AS dan industri tekstil dan produk tekstil 8 juta dolar AS," katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/11).

Franky menambahkan, pihaknya akan mendorong agar investor-investor tersebut dapat memanfaatkan layanan izin investasi tiga jam dalam merealisasikan investasnya kelak.Ia mengatakan informasi mengenai layanan perizinan kilat itu telah dipaparkan dalam kegiatan tersebut, termasuk dalam sesi tanya jawab dan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan beberapa investor.

Selain izin investasi tiga jam, juga dijelaskan layanan menyeluruh (end-to-end services) kepada investor Cina dengan adanya tim Marketing Officer BKPM yang siap memfasilitasi minat investasi mereka. Dalam kegiatan promosi investasi tersebut, BKPM selaku inisiator kegiatan mendapatkan dukungan dan kerja sama yang positif dari Konjen RI Shanghai Kenssy Dwi Ekaningsih, Presiden Direktur UOB Bank Indonesia, Direktur Permesinan dan Alat Mesin Pertanian, dan juga Kepala BKPMPT Provinsi Banten. Ada 130 investor hadir dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan untuk

menjaring minat investasi dari Cina.

Berdasarkan data BKPM periode Januari-September 2015, ada peningkatan komitmen investasi dari Cina sebesar 46 persen yaitu senilai 13,9 miliar dolar AS yang sudah mendapatkan izin prinsip di Indonesia.  Dalam lima tahun terakhir, realisasi investasi Cina rata-rata tumbuh 66 persen per tahun, dari 174 juta dolar AS pada 2010 menjadi lebih dari 800 juta dolar AS pada 2014.

Selain itu, dari sisi rencana investasi sejak 2010 hingga September 2015 tercatat minat investasi dari Cina menembus angka 36 miliar dolar AS. Ada pun secara kumulatif Januari-September 2015, realisasi investasi Cina mencapai 406 juta dolar AS dengan jumlah proyek mencapai 705 proyek.http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/11/28/nyimh7382-minat-investasi-baru-cina-di-indonesia-capai-rp-25-triliun

302 0 0 Mail Copy 0

Home > Ekonomi > MakroAhad, 29 November 2015, 22:34 WIB

Cina akan Rambah Industri Tekstil RIRep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur AiniAntara

Industri tekstil, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dinilai masih menjadi negara yang menarik bagi investor Cina untuk berinvestasi di industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Hal ini diketahui dari hasil identifikasi minat investasi yang dilakukan dalam kegiatan one on one meeting kerja sama dengan KJRI Shanghai akhir pekan lalu. “Tercatat dari sektor tekstil minatnya 8 juta dolar AS dan kita akan berusaha keras untuk mengawal agar minat ini terealisasi karena ada potensi cukup besar industri TPT Cina akan melakukan relokasi," ujar Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani dalam keterangan tertulisnya, Ahad (29/11). 

Franky menjelaskan, identifikasi minat ini menunjukkan Indonesia masih potensial untuk investasi padat karya, bersaing dengan negara ASEAN lainnya, khususnya Vietnam. Franky mengakui Vietnam merupakan pesaing kuat Indonesia untuk menarik investasi dari sektor TPT. 

Dari data yang dirilis oleh Financial Times pada periode 2010 sampai September 2015, tercatat lima proyek TPT dar Cina senilai 470 juta dolar AS diinvestasikan ke Vietnam. Proyek-proyek tersebut tercatat menyerap 12.280 tenaga kerja. Sedangkan, investasi dari Cina ke Indonesia

lebih banyak ke industri logam dan konstruksi. Untuk industri logam, tercatat investasi Cina meliputi 12 proyek dengan nilai investasi 5,3 miliar dolar AS dan menyerap 5.906 tenaga kerja. Untuk menarik minat investasi Cina di sektor TPT pemerintah berupaya melakukan perbaikan iklim investasi. Salah satunya adalah melalui paket kebijakan ekonomi yang memberikan kepastian pengupahan. Hal ini karena, isu pengupahan cukup krusial di industri padat karya termasuk TPT.

"Sektor padat karya seperti sektor TPT dan alas kaki menjadi salah satu sektor prioritas, karena sektor ini dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar," kata Franky.

Berdasarkan data BKPM Januari-September 2015, realisasi investasi mencapai Rp 259,7 triliun, naik 16,6 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 343,7 triliun. Jumlah ini memberikan penyerapan tenaga kerja hingga lebih dari satu juta orang, naik 9,3 persen dari tahun lalu sebanyak 960.336 orang. Sementara itu, realisasi investasi Cina secara kumulatif pada Januari-September 2015, mencapai 406 juta dolar AS dengan 705 proyek. Sedangkan dalam lima tahun terakhir, realisasi investasi Cina rata-rata tumbuh 66 persen per

tahun, dari 174 juta dolar AS pada 2010 menjadi lebih dari 800 juta dolar AS pada tahun lalu. Selain itu, dari sisi rencana investasi sejak 2010 hingga September 2015 tercatat minat investasi dari Cina menembus angka 36 miliar dolar AS. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/11/29/nyl1wy382-cina-akan-rambah-industri-tekstil-ri