artikel kelompok obat diare

30
Gambaran Penggunaan Obat Bebas untuk Diare dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Keluarga di Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma Periode Maret 2015 Melania 1 , Alessandrasesha Santoso 1 , Nia Roswita 1 , Apriyansi Irliwanti 1 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas Kristen Krida Wacana Email : alessandra.sesha @gmail.com Abstract The cause of one of the deaths in Indonesia is diarrhea. The Central Bureau of Statistics 2009 show the greatest number of the Indonesian populaion who coplains hospital, 66% do the treatment alone as attempts in tackling his illness. This research aim to understand the factors that deals with the use of a medicines free diarrhea in the family in a household. This research using cross sectional study conducted in Wijaya Kusuna, West Jakarta on the date of March 2-4 2015. The population is all affordable housewives in Urban Village Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma. In the sample is 106 housewives who inclusion criteria and chosen by a method of cluster sampling in RT 001/RW 005 Wijaya Kusuma, West Jakarta. Data collection is done by conducting interviews and questionnaires. The result obtained showed 80.2% have been free to overcome diarrhea the use of medicines, 10.4% respectively rarely use medicines free, and 9.4% said they never use a medicines free to overcome diarrhea. Statistical test showed that there was a correlation between the use of medicines that are meaningful bouts of diarrhea with mother freely upon knowledge, , a capital work, attitude mother, a source of information, and the number of family numbers. To education of the mother, mother age income of the family members and place to get a medicines does found that are meaningful on the use of a drug free in diarrhea.

Upload: melania-taolin

Post on 12-Nov-2015

39 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Gambaran Penggunaan Obat Bebas untuk Diare dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Keluarga di Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Wijaya KusumaPeriode Maret 2015

Melania1 , Alessandrasesha Santoso 1, Nia Roswita 1, Apriyansi Irliwanti1Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas Kristen Krida Wacana Email : [email protected]

AbstractThe cause of one of the deaths in Indonesia is diarrhea. The Central Bureau of Statistics 2009 show the greatest number of the Indonesian populaion who coplains hospital, 66% do the treatment alone as attempts in tackling his illness. This research aim to understand the factors that deals with the use of a medicines free diarrhea in the family in a household. This research using cross sectional study conducted in Wijaya Kusuna, West Jakarta on the date of March 2-4 2015. The population is all affordable housewives in Urban Village Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma. In the sample is 106 housewives who inclusion criteria and chosen by a method of cluster sampling in RT 001/RW 005 Wijaya Kusuma, West Jakarta. Data collection is done by conducting interviews and questionnaires. The result obtained showed 80.2% have been free to overcome diarrhea the use of medicines, 10.4% respectively rarely use medicines free, and 9.4% said they never use a medicines free to overcome diarrhea. Statistical test showed that there was a correlation between the use of medicines that are meaningful bouts of diarrhea with mother freely upon knowledge, , a capital work, attitude mother, a source of information, and the number of family numbers. To education of the mother, mother age income of the family members and place to get a medicines does found that are meaningful on the use of a drug free in diarrhea.

The keywords: the fre medication, knowledge of the mother, education of the mother, mother age, a capital work of the mother, attitude of the mother, a source information, income of the family members, and a member of the family.

Pendahuluan Penyebab utama kesakitan dan kematian yang ada di Indonesia adalah diare. Penyakit ini banyak terjadi terutama pada bayi dan anak Balita. Dalam data statistik kesehatan World Health Organization (WHO) tahun 2008, diare penyebab kematian kedua terbesar pada bayi dan Balita dengan peratusan sebesar 15% setelah pneumonia 18%. Di negara berkembang, kebanyakan anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun sehingga menjadi penyebab kematian sebesar 15% sampai 34%.1,2 Berdasarkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, penyakit diare merupakan masalah kesehatan di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan RI tahun 2011. Dimana diare dari tahun 2003 sampai dengan 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2003 Insiden Rate penyakit diare 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR (Case Fatality Rate) yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %).1Salah satu indikator tercapainya Indonesia Sehat 2010 adalah tercapainya program pembangunan kesehatan. Salah satu upaya dengan mengobati dirinya sendiri yang dikenal dengan istilah swamedikasi yang dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat. Hal ini diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan dan pada pelaksanaannya dapat terjadinya kesalahan pengobatan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya. Alasan pengobatan sendiri adalah kepraktisan waktu, kepercayaan pada obat tradisional, masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan.3Hasil dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 menunjukkan persentase terbesar penduduk Indonesia yang mengeluh sakit, bahwa 66% melakukan pengobatan sendiri sebagai usaha pertama dalam menanggulangi penyakitnya. Dengan cara membeli obat ke toko obat atau warung tanpa resep dokter sebanyak 26,4% dengan rata-rata mengeluarkan uang sebanyak Rp.5.000. Provinsi Gorontalo merupakan provinsi tertinggi 38,1% dengan pengeluaran sebesar Rp.2.000. Sebaliknya, Papua merupakan provinsi terendah 8,7% dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp.20.000. Persentase tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan 44% penduduk yang langsung berobat jalan ke dokter. Masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri untuk diare sebanyak 62,65% di perkotaan dan 61,88% di pedesaan.4Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 sejumlah 103.860 atau 35,2% dari 294.959 rumah tangga di Indonesia menyimpan obat diare untuk pengobatan sendiri, dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta 56,4% dan terendah di Nusa Tenggara Timur 17,2%. Rerata sediaan obat yang disimpan hampir 3 macam. Dari 35,2% rumah tangga yang menyimpan obat bebas untuk diare, 35,7% menyimpan obat keras dan 27,8% menyimpan antibiotik.5Menurut penelitian Supardi tahun 2010 sebanyak 85,6% pasien menggunakan obat untuk mengatasi diare secara rasional. Sedangkan sebanyak 4,1% tidak secara irasional serta 10,3% masyarakat tidak tahu tentang obat diare.5Berdasarkan Keputusan Mentri Republik Indonesia tahun 2001 sebagian besar penduduk Indonesia memperoleh informasi dan cara penggunaan obat diare dari kemasan obat sebanyak 44,1%, memperoleh informasi dari dokter sebanyak 21,4% dan apoteker sebanyak 19,3%. Dilihat dari persentase informasi yang diperoleh dari dokter, apoteker, atau tenaga kesehatan lain masih kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa peran tenaga kesehatan dalam memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat belum optimal. Tempat membeli obat untuk pengobatan sendiri pada penduduk Indonesia untuk pengobatan sendiri yaitu sebanyak 65,1% di apotik, toko obat 14,7% dan warung 19,3%.6Metodologi PenelitianDesain penelitian yang digunakan adalah metode descriptive dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui gambaran penggunaan obat bebas untuk diare dengan faktor-faktor yang berhubungan pada keluarga di rumah tangga seperti pengetahuan, pendidikan, usia, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, sumber informasi obat bebas serta tersedianya warung dan apotik untuk membeli obat bebas di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma, Jakarta Barat pada tanggal 2 Maret 2015 sampai dengan 4 Maret 2015.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai dengan 4 Maret 2015 di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma, Jakarta Barat. Populasi target adalah semua ibu rumah tangga di wilayah kerja Kelurahan Wijaya Kusuma, Jakarta Barat. Populasi terjangkau adalah semua ibu rumah tangga di RT 001/005 di wilayah kerja Kelurahan Wijaya Kusuma, Jakarta Barat pada tanggal 2 Maret 2015 sampai dengan 4 Maret 2015. Kriteria inklusi adalah: Semua ibu rumah tangga yang tinggal di RT 001/005 di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma, Jakarta Barat pada tanggal 2 Maret 2015 sampai dengan 4 Maret 2015 dan yang bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi adalah : ibu rumah tangga yang menolak di wawancara dan mengisi kuesioner. Sampel penelitian berjumlah 106 orang serta dipilih dengan cara Multistage sampling.Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Variabel terikat berupa penggunaan obat bebas pada diare.Variabel bebas berupa pengetahuan, pendidikan, usia, pekerjaan, sumber informasi, sikap, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, warung, dan apotik.Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan dengan memperoleh gambaran masing-masing variabel. Analisis bivariat yang dilakukan antaralain dengan analisis Chi square untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu, pendidkan ibu, usia ibu, pekerjaan ibu, sikap ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, sumber informasi obat bebas serta tersedianya warung dan apotik untuk membeli obat bebas dengan penggunaan obat bebas

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Wijaya Kusuma mengenai gambaran penggunaan obat bebas untuk diare dan faktor-faktor yang berhubungan pada keluarga di rumah tangga periode Maret 2015 dengan jumlah sampel adalah 106 responden yang diperoleh dengan cara multistage sampling diperoleh hasil sebagai berikut:Berdasarkan table 1, sebaran pengetahuan, didapatkan mayoritas ibu- ibu rumah tangga yang dijadikan sampel mempunyai pengetahuan baik sebanyak 24 orang (22,6%), berpendidikan cukup 58 orang (54,7%), berpendidikan kurang sebanyak 24 orang (22,6%). Data ini sesuai dengan jurnal Dewi Andika Rahayu (2012) bahwa persentase pada responden yang memilih berobat sendiri lebih tinggi dari golongan responden yang berpengetahuan rendah (86,5%) dari pada golongan responden yang berpengetahuan tinggi (36,4%). Di sini terdapat perbedaan yang signifikan antara pemilihan pengobatan tradisional yang berpengetahuan rendah dengan responden yang berpengetahuan tinggi. Berdasarkan tabel 2, sebaran pendidikan, didapatkan mayoritas ibu-ibu rumah tangga yang dijadikan sampel yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 8 orang (7,5%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin mudah dia menyerap informasi yang diterima termasuk pendidikan dan informasi obat yang mana yang baik untuk mengatasi diare,. Orang yang berpendidikan lebih tinggi lebih banyak menggunakan obat bebas,menyimpan obat dan belanja obat. Berdasarkan tabel 3, sebaran usia, didapatkan mayoritas ibu-ibu rumah tangga yang dijadikan sample mempunyai usia remaja sebanyak 68 orang (64,2%). Data ini sesuai dengan jurnal penelitian Shankar, Worku dan Abebe (2010) yang berpendapat bahwa kelompok umur kurang dari 30 tahun (59,5%) lebih banyak yang melakukan pengobatan sendiri secara rasional.Berdasarkan tabel 4, sebaran pekerjaan, didapatkan mayoritas ibu-ibu rumah tangga yang dijadikan sampel yaitu ibu-ibu yang bekerja sebanyak 44 orang (41,5%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pekerjaan mempunyai hubungan dengan penggunaan obat bebas, karena masyarakat dengan pekerjaan tetap cenderung mempunyai waktu yang lebih banyak untuk bekerja sehingga lebih untuk menggunakan obat bebas untuk mengatasi keluhannya dengan cepat tanpa mengganggu pekerjaannya. Responden yang bekerja umumnya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, sering berhubungan dengan dunia luar ataupun berinteraksi dengan rekan kerjanya.Berdasarkan tabel 5, sebaran informasi didapatkan ibu-ibu yang pernah mendapatkan informasi dari non-medis sebanyak 69 orang (65,1%). Hal ini sesuai dengan Hasil penelitian Supardi (1992) yang menyatakan bahwa persentase terbesar ibu rumah tangga cenderung mendapat informasi dari warung, toko obat, kemudian dari brosur atau televisi. Hal yang sama juga di katakan dalam penelitian Rohmarmi (2004) bahwa pengaruh iklan sangat besar terhadap pemilihan obat oleh konsumen. Informasi tentang obat bebas dan obat bebas terbatas dari media massa sebanyak 55%. Berdasarkan tabel 6, sebaran sikap, didapatkan mayoritas ibu-ibu rumah tangga yang dijadikan sampel mempunyai sikap yang baik sebanyak 58 orang( 54,7%). Data ini sesuai dengan jurnal penelitian Supardi (1992) yang menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri dan penelitian Dharmasari (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap berhubungan dengan pengobatan sendiri yang aman, tepat, dan rasional.Berdasarkan tabel 7,sebaran pendapatan, didapatkan mayoritas ibu-ibu rumah tangga yang dijadikan sampel mempunyai pendapatan yang kurang dari 500.000 sekitar 7 orang dengan presentase sebanyak 6.6%, sedangkan yang mempunyai pendapatan 750.000-1.000.000 sebanyak 58 orang dengan presentase 54.7% dan pendapatan >1.000.000 sebanyak 41 orang dengan presentase sebanyak 38.7%Berdasarkan tabel 8, sebaran jumlah anggota keluarga didapatkan sampel yang mempunyai jumlah anggota keluarga >4 orang sebanyak 52 orang (49,1%) sedangkan yang berjumlah