referat obat anti diare

Upload: arisitandy

Post on 07-Jul-2018

317 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    1/27

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Diare atau penyakit diare (diarrheal disease)  berasal dari kata  Diarroia  (bahasa

    Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan keadaan abnormal saat

     buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah padat, dengan

    kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya (lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam)

    tanpa disertai lendir dan darah. Diare dibagi menjadi akut dan kronis, diare akut adalah

    diare yang gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronikyaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari (Ciesla WP, 2004). Hal ini disebabkan

    karena adanya perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus,

    terutama pada keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digestif, absorpi dan

    sekresi.

    Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah utama kesehatan

    masyarakat. Berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan Subdit Diare, Departemen

    Kesehatan dari tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insidensi naik. Pada tahun 2000

    angka kejadian diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk,

    tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000

     penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, pada tahun 2008

    terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang.

    Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5756 orang, dengan

    kematian 100 orang, sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan

     jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (Subdit pengendalian Diare dan Infeksi

    Saluran Pencernaan Kemenkes RI, 2011).

    Penatalaksanaan terhadap pasien dengan diare dapat mencakup penggantian cairan dan

    garam, terapi antimikroba dan terapi simtomatik. Berbagai obat yang digunakan dalam

    terapi diare dimasukan dalam kategori berikut: antimotilitas, adsorben, antisekretori,

    antibiotik, enzim dan mikroflora usus. Salah satu obat golongan antisekretori adalah

    Bismuth Subsalisilat, dapat diberikan pada penderita diare bila terjadi stimulasi bahan

    yang dapat meningatkan sekresi atau menurunkan absorbsi sejumlah besar air dan

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    2/27

    2

    elektrolit. Mekanisme kerja obat golongan ini adalah meningkatan absorbsi usus terhadap

    cairan dan elektrolit (sebagai anti sekretori), antiinflamasi dan antibakteri. Dimana efek

    teraputiknya adalah berkurangnya frekuensi diare. Indikasi obat ini diantaranya sebagai

    terapi adjuvant pada penderita diare ringan atau sedang, pengobatan mual, kram abdomen,

    nyeri lambung yang menyertai diare dan sebagai profilaskis pada diare pada wisatawa

    (travelrs diare). Gejala diare umumnya akan membaik dalam 24-72 jam. Pemantauan

    terhadap frekuensi dan volume buang air besar. Selain itu juga perlu juga memantau

     peningkatan nafsu makan, berat badan, osmolaritas serum, elektrolit serum, jumlah sel

    darah lengkap, urin dan budaya lingkungan sangat dibutuhkan untuk menilai keberhasian

    terapi pada pasien diare.Berdasarkan uraian di atas maka pada makalah ini akan membahas mengenai Bismuth

    Subsalisilat secara umum, mulai dari farmasi-farmakologi, farmakokinetik dan

    farmakodinamik, toksisitas dan efek samping; serta secara khusus membahas penelitian

    yang pernah dilakukan mengenai Bismuth Subsalisilat.

    B. Rumusan Masalah

    Bagaimana efektivitas penggunaan bismuth subsalisilat sebagai terapi diare akut non

    spesifik pada anak dan profilaksis traveller’s diarrhea ?

    C. Tujuan

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui efektivitas penggunaan bismuth subsalisilat sebagai terapi diare

    akut non spesifik pada anak dan profilaksis traveller’s diarrhea.

    2. Tujuan Khusus 

    a. Menilai efektivitas penggunaan bismuth subsalisilat sebagai terapi diare akut non

    spesifik pada anak.

     b. Menilai efektivitas penggunaan bismuth subsalisilat sebagai profilaksis traveller’s

    diarrhea 

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    3/27

    3

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi masyarakat

    Memberikan informasi tentang penggunaan bismuth subsalisilat pada kejadian diare

    sehingga dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat dalam pemilihan terapi

    antidiare agar lebih aman dan efektif dalam proses penyembuhan.

    2. Bagi peneliti

    Menambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung dalam mengaplikasikan

    ilmu pengetahuan yang dimiliki.

    3. Bagi pengembangan ilmu

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar atau acuan dalam

     pengembangan ilmu mengenai diare, sehingga dapat mengetahui pentingnya tindakan

     pencegahan dan pengendalian peningkatan angka kejadian diare.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    4/27

    4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Penyakit Diare

    1. Definisi

    Diare adalah buang air besar dengan feses berbentuk setengah padat atau cair

    atau dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (lebih dari 3 kali

    sehari) (Depkes RI, 2000). Sedangkan, menurut Widjaja (2002), diare adalah buang air

    encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Diare

    menyerang semua kelompok usia, baik balita, anak-anak dan orang dewasa, walau probabilitas angka kejadian diare pada balita lebih tinggi (Zubir, 2006).

    2. Epidemiologi

    Di negara maju angka kejadian diare diperkirakan 0,5-2 juta/orang/tahun,

    sedangkan di negara berkembang angka kejadiannya lebih dari itu. Di USA dengan

     penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta orang terkena diare akut pada dewasa

    yang terjadi setiap tahunnya (Manatsathit, Dupont, Farthing dkk, 2002). Sedangkan

    menurut WHO, ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahunnya dengan mortalitas

    3-4 juta per tahun (Soewondo, 2002). Apabila angka tersebut diterapkan di Indonesia,

    setiap tahun sekitar 100 juta kasus diare pada orang dewasa terjadi (Rani, 2002).

    Berdasarkan data surveilan terpadu 1989, jumlah kasus diare di dapatkan

    13,3% di puskesmas, di rumah sakit terdapat 0,45% pada penderita rawat inap dan

    0,05% pasien rawat jalan. Sedangkan berdasarkan informasi dari Tribunnews.com pada

    20 September 2011, diperoleh informasi bahwa berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI,

     jumlah pasien yang berobat ke rumah sakit karena diare mencapai angka hingga 8.743

    orang, sedangkan yang berobat ke puskesmas mencapai 101.327 orang.

    Sedangkan menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai

     berikut:

    a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare

    Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain

    melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    5/27

    5

    tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan

    meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain menyimpan makanan masak pada

    suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah

     buang air besar atau sesudah membuang tinja atau sebelum makan membuang tinja

    dengan benar.

     b. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

    Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan

    lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai umur 2

    tahun pada bayi baru lahir, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi

    dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.c. Faktor lingkungan dan perilaku

    Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua

    faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini

    akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat

    karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat

     pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.

    3. Penyebab diare

    Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare :

    a. Diare karena infeksi oleh bakteri, virus dan parasite

    1)  Diare karena virus

    Sebagai contohnya diare akibat virus traveller’s diarrhea yang disebabkan

    antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa

    usus menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun

    elektrolit meningkat. Diare yang terjadi terus bertahan sampai beberapa hari (3-6

    hari), kemudian virus lenyap dengan sendirinya. Norovirus ialah virus yang paling

    umum sebagai virus pathogen yang menyebabkan 70-75% viral gastroenteritis,

    sedangkan rotavirus menyebabkan 12% viral gastroenteritis. Anak-anak dengan

    usia 3-4 bulan paling banyak mengalami infeksi rotavirus. Gejala yang biasa

    timbul akibat rotavirus, yaitu muntah, demam, mual, dan diare cair akut. Kondisi

    ini sifatnya self-limiting dalam waktu 5-8 hari. Sedangkan yang disebabkan oleh

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    6/27

    6

    norovirus disertai dengan gejala muntah tiba-tiba, mual, sakit kepala, badan pegal

    (myalgia), demam, dan diare cair. Kondisi ini juga self-limiting dengan waktu yang

    lebih singkat, yaitu 12-60 jam (Bunister dkk, 2006).

    2)  Diare karena bakteri invasif

    Diare karena bakteri invasif memiliki tingkat kejadian yang cukup sering,

    tetapi akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan peningkatan sanitasi

    lingkungan di masyarakat. Mekanisme terjadinya, yaitu bakteri pada keadaan

    tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri

    sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan

    menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang.Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan

     berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri E.coli, Shigella

    sp, Salmonella sp, dan Campytobacter sp. Diare ini bersifat self-limiting dalam

    waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti

    dengan sel-sel mukosa yang baru (Bunister dkk, 2006).

    3)  Diare karena parasit

    Diare akibat parasit contohnya disebabkan oleh ptotozoa seperti  Entamoeba

    hystolitica dan Giardia lamblia, yang terutama terjadi di daerah subtropis. Diare

    yang disebabkan parasite biasanya bercirikan cairan yang berkala dan bertahan

    labih dari satu minggu, disertai gejala nyeri perut, rasa letih dan lemas (malaise),

    demam, anoreksia, nausea, dan muntah-muntah (Bunister dkk, 2006).

     b.  Diare karena makanan atau obat tertentu

    Adanya intoleransi terhadap makanan dapat memicu diare. Sebagai contoh

    yaitu alergi terhadap laktosa (banyak terjadi pada balita dan bayi karena tubuhnya

    tidak memiliki atau hanya sedikit memiliki enzim laktase), makanan yang

    mengandung lemak tinggi, dan makanan yang terlalu pedas, atau makanan yang terlalu

     banyak serat dan kasar. Beberapa obat seperti digoxin, kindin, garam magnesium dan

    litium, sorbital, golongan beta blocker, ACE inhibitor, reserpine, sitostatika, dan

    antibiotic spectrum luas (contoh : amoksisilin, ampisilin, sefalosporin, kindarmisin,

    dan tetrasiklin) dapat memicu diare. Pengguanaan laksansia (pencahar) yang

     berlebihan dan radioterapi dapat pula memicu diare (Bunister dkk, 2006).

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    7/27

    7

    c.  Diare karena penyakit

    Adanya penyakit, seperti Crohn’s colitis ulcers, irritable bowel syndrome,

    kanker kolon, dan infeksi HIV dapat menyebabkan diare.

    d.  Diare karena infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain

    Adanya infeksi atau bakteri yang menyertai penyakit lain, seperti campak,

    infeksi telinga, infeksi tenggorokan, dan malaria dapat menyebabkan diare.

    e.  Diare karena pemanis buatan

    Bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang terdapat di dalam

     permen karet dan produk-produk bebas gula lainnya dapat menimbulkan diare.Menurut metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu kali

    dalam satu tahun.

    4. Patofisiologi

    Saluran cerna memiliki fungsi utama sebagai penyedia makanan untuk

    keperluan hidup sel, sebagai pengatur pembatasan sekresi empedu dari hepar, dan

     pengeluaran sisa-sisa makanan yang sudah tidak diperlukan tubuh. Proses tersebut

    memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang majemuk (Noerasid, 1999) :

    a.  Pengunyahan : menghaluskan makanan dengan cara mengunyah dan mencampur

    dengan enzim-enzim yang ada di mulut.

     b.  Penenlanan : proses memasukan makanan dari rongga mulur ke saluran cerna

    selanjutnya (esophagus)

    c.  Pencernaan : penghancuran makanan secara mekanik dengan bantuan enzim-

    enzim.

    d. 

    Penyerapan : perjalanan molekul makanan melalui mukosa usus ke dalam sirkulasi

    darah dan limfa.

    e.  Peristaltik : gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang kontraksi

    sehingga makanan dapat bergerak mengikuti gelombang dari lambung ke bagian

    distal.

    f.  Pengeluaran : pembuangan sisa-sisa makanan dalm bentuk tinja/feces.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    8/27

    8

    Dalam keadaan normal saluran pencernaan secara efektif akan menghasilkan

    ampas tinja 50-100 gram per hari dan mengandung 60-80% air. Dalam saluran

     pencernaan secara pasif cairan mengikuti gerakan bidireksional transmukosal atau

    longitudinal intraluminal bersama elektrolit dan zat-zat padat lainnya yang memiliki

    sifat aktif osmotic (Partawihardja, 1991).

    Cairan yang masuk dalam saluran cerna terdiri dari cairan yang berasal per

    oral, saliva, sekresi lambung, empedu, sekresi pancreas, dan sekresi usus halus. Cairan

    tersebut di serap usus halus kemudian dilanjutkan oleh usus besar, dan diserap kembali

     berupa cairan intestinal sehingga tersisa 50-100 gram sebagai tinja (Anonim, 2001).

    Motilitas usus halus berfungsi sebagai :a.  Penggerak bolus makanan dari lambung ke sekum secara sistemik

     b.  Mencampur khim dengan enzim pancreas dan empedu

    c.  Fungsi proteksi : mencegah perkembang biakan bakteri

    Faktor-faktor fisiologi penyebab diare sangat erat kaitannya satu dengan yang

    lain. Misalnya bertambahnya cairan pada intraluminal akan menyebabkan

    terangsangnya usus secara mekanis, meningkatkan gerakan peristaltik usus sehingga

    mempercepat waktu lintas khim dalam usus. Keadaan ini akan memperpendek waktu

    sentuhan khim dengan mukosa usus sehingga penyerapan air, elektrolit, dan zat lain

    akan mengalami gangguan (Anonim, 2001).

    Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran pencernaan dan penyebab

    diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam tiga macam kelainan pokok (Shetty

    dkk, 2009) :

    a.  Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin)

    Gangguan reabsorbsi pada sebagian kecil usus halus dapat menjadi pencetus

    diare, misalkan akibat infeksi. Faktor lain yang juga cukup penting dalam terjadinya

    diare adalah empedu. Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi

    cairan di jejenum dan kolon sehingga menghambat absorbs cairan di dalam kolon. Ini

    terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada permukaan

    mukosa usus.

    Bakteri mikroflora diduga turut berperan dalam pembentukan asam

    dioksikholik tersebut. Hormone-hormon pencernaan juga berperan dalam absorbsi

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    9/27

    9

     pada mukosa usus manusia, antara lain gastrin, sekretin, kholesistokinin, dan glucagon.

    Perubahan pH cairan usus juga dapat menyebabkan terjadinya diare, seperti yang

    terjadi pada syndrome zollinger Ellison atau pada jejunitis.

     b.  Kelainan cepat laju bolus makanan di dalam lumen usus (invasive diarrhea)

    Proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal apabila bolus

    makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran pencernaan dan dalam keadaan

    yang telah cukup tercerna. Selain hal tersebut, sentuhan adekuat antara khim dengan

     permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi normal.

    Kemampuan permukaan mukosa usus halus sangat kompensatif. Motilitas usus

    merupakan faktor yang berperan penting dalam ketahanan local mukosa usus.Terjadinya hipomotilitas dan statis dapat menjadi penyebab mudahnya

    mikroorganisme dapat berkembang biak dengan baik secara berlebihan yang kemudian

    dapat merusak mukosa usus, menimbulkan gangguan digesti dan absorpsi sehingga

    menimbulkan diare.

    Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan hormone prostaglandin, gastrin,

    dan pankreasimin, dalam hal ini dapat efek langsung terhadap diare. Hipermotilitas

     juga dapat disebabkan oleh pengaruh enterokinastin Straphilpcoccus maupun kolera

    atau ulkus mikro yang invasive oleh Shigella sp atau Salmonella. Hubungan antara

    aktivitas otot polos usus, gerakan isi lumen usus, dan absorpsi mukosa usus,

    merupakan suatu mekanisme yang sangat kompleks.

    c.  Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus (virus)

    Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi

    kapasitas pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya malabropsi

    dari karbohidrat, lemak, dan protein akan menimbulkan kenaikan daya tekanan

    osmotik intraluminal sehingga akan dapat menimbulkan gangguan absorpsi air.

    Malabsorpsi karbohidrat pada umumnya merupakan malabsorpsi laktosa yang

    terjadi akibat defisiensi enzim laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu

    tidak mengalami hidrolisis yang sempurna dan kurang di absorpsi oleh usus halus.

    Adanya bakteri-bakteri dalam usus besar, kemudian memecah laktosa menjadi

    monosakarida dan terjadi fermentasi, selanjutnya menjadi asam organik dengan rantai

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    10/27

    10

    atom karbon yang lebih pendek yang terdiri dari atas 2-4 atom karbon. Molekul-

    molekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon hingga diare.

    Defisiensi laktase sekunder atau defisiensi disakaridase (meliputi sukrase,

    maltase, isomaltase, dan trehalase) dapat terjadi pada setiap kelainan mukosa usus

    halus. Hal ini terjadi karena enzim-enzim tersebut terdapat pada epitel brush border

    mukosa usus halus. Asam-asam lemak berantai panjang tidak dapat menyebabkan

    tingginya tekanan osmotic dalam lumen usus karena asam ini tidak larut air.

    Mekanisme diare akut dan kronis dapat menimbulkan akibat berupa :

    1)  Terjadinya dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa akibat kehilangan air

    dan elektrolit. Penyebab kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) dan gangguankeseimbangan asam basa ialah sebagai berikut :

    a)  Kehilangan cairan sebelum pengelolaan, sebagai defisiensi cairan

     b)  Kehilangan cairan karena fungsi fisiologi

    c)  Kehilangan cairan pada waktu pengelolaan

    d)  Kekurangan cairan selama sakit, misalnya karena anoreksia atau muntah

    Kekurangan cairan pada diare terjadi karena hal-hal sebagai berikut :

    (1) Motilitas usus yang berlebihan

    (a) Sekresi yang berlebihan dari selaput lender usus ( secretoric diarrhea)

    karena gangguan fungsi selaput lender usus (Cholera dan E. coli)

    (b) Berkurangnya penyerapan selaput lender usus, sebagai akibat

     berkurangnya kontak makanan dengan dinding usus karena adanya

    hipermotilitas dinding usus maupun kerusakan mukosa usus.

    (c) Difusi cairan tubuh ke dalam lumen usus karena penyerapan oleh

    tekanan cairan dalam lumen usus yang hiperosmotik. Keadaan ini

    karena adanya substansi reduksi dan fermentasi laktosa yang tidak

    tercerna enzim laktase (diare karena rotavirus rota).

    (2) Masukan cairan yang kurang karena :

    (a) Anoreksia

    (b) Muntah

    (c) Pembatasan makan (minuman), dan

    (d) Keluaran yang berlebihan (panas tinggi dan sesak napas)

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    11/27

    11

    2)  Gangguan gizi seperti kelaparan (masukan kurang dan keluaran berlebihan).

    Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi akibat :

    a) 

    Masukan makanan berkurang karena adanya anoreksia atau dihentikannya

     beberapa macam makanan. Muntah juga merupakan salah satu penyebab

     berkurangnya masukan makanan.

     b)  Gangguan absorpsi

    Pada diare akut sering terjadi malabsorpsi nutrisimikro maupun makro.

    Malabsorpsi karbohidrat (laktosa, glukosa, dan fruktosa) dan lemak yang

    kemudian dapat berkembang menjadi malabsorpsi asam amino dan protein.

    Kadang-kadang akan terjadi malabsorpsi vitamin baik yang larut dalam airmaupun yang larut dalam lemak (Vitamin B12, asam folat, dan vitamin A) dan

    mineral mikro (Mg dan Zn).

    Gangguan absorpsi ini terjadi akibat :

    (1) Kerusakan permukaan epitel sehingga kekurangan enzim laktase

    (2) Bakteri tumbuh berlebihan, menimbulkan :

    (a) Fermentasi karbohidrat

    (b) Dekonjugasi empedu, dan

    (c) Kerusakan mukosa usus sehingga terjadi perubahan struktur, kemudian

     pemendekan villi dan pendangkalan kripta yang menyebabkan

     berkurangnya permukaan mukosa usus.

    Selama diare akut karena Cholera dan E.coli terjadi penurunan absorpsi

    karbohidrat, lemak, dan nitrogen. Peningkatan pemberian masukan makanan

    akan memperbaiki absorpsi absolut sampai batas kecukupan walaupun diare

     bertambah banyak. Metabolisme dan absorpsi nitrogen hanya akan mencapai

    76% dan absorpsi lemak hanya 50% (FKUI, 2001).

    c)  Katabolisme

    Pada umumnya infeksi sistemik akan memengaruhi metabolisme dari

    fungsi endokrin. Pada penderita infeksi sistemik terjadi kenaikan suhu badan

    yang berdampak pada peningkatan glikogenesis, glikolisis, sekresi glukagon,

    aldosterone, hormon antidiuretic, dan hormon tiroid. Dalam darah terjadi

     peningkatan jumlah kolesterol, trigliserida, dan lipoprotein.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    12/27

    12

    d)  Kehilangan langsung

    Kehilangan protein selama diare melalui saluran pencernaan dapat

    terjadi pada penderita campak dengan diare, penderita kolera, dan diare karena

     E.coli. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diare mempunyai

    dampak negative terhadap status gizi penderita.

    3) Perubahan ekologi dalam lumen usus dan ketahanan isi usus.

    Kejadian diare akut pada umumnya akan disertai dengan kerusakan mukosa

    usus. Keadaan ini akan diikuti dengan gangguan pencernaan karena seiring dengan

    terjadinya gangguan produksi enzim. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya

    hidrolisis nutrisi yang kurang tercerna sehingga dapat menimbulkan peningkatanhasil metabolit yang berupa substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan

    ini akan mengubah ekologi kimiawi isi lumen usus, yang dapat menimbulkan

    keadaan bakteri tumbuh lampau, yang berarti mengubah ekologi mikroba isi usus.

    Bakteri tumbuh lampau akan memberi kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam

    empedu sehingga terjadi peningkatan assam empedu yang dapat menimbulkan

    kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan tersebut dapat pula disertai dengan

    gangguan mekanisme ketahanan local pada usus, baik yang disebabkan oleh

    kerusakan mukosa usus maupun perubahan ekologi isi usus (Shetty dkk,2009).

    Adapun gejala yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya diare adalah tinja yang

    encer dengan berlebihan atau lebih dari 3 kali sehari, yang terkadang disertai :

    a.  Muntah

     b.  Badan lesu atau lemah

    c.  Demam

    d.  Tidak nafsu makan, dan

    e. 

    Terkadang terdapat darah atau lenidr dalam kotoran.

    Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh

    virus. Secara tiba-tiba infeksi dapat menyebabkan diare, tinja berdarah, demam,

     penurunan nafsu makan, atau kelesuan. Selain itu juga menyebabkan sakit perut dan

    kejang perut serta gejala lain misalkan agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit

    kepala. Terkadang gangguan bakteri dan parasit menyebabkan demam tinggi atau tinja

     bercampur darah. Muntah dapat memperberat dehidrasi karena, menyebabkan

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    13/27

    13

    kehilangan cairan dalam jumlah besar dan menghambat rehidrasi oral (pengambilan

    cairan dari mulut).

    5.  Patomekanisme

    Menurut Shetty,dkk (2009) berdasarkan mekanismenya diare di golongkan

    sebagai berikut :

    a.  Diare sekretori

    Contoh mekanisme diare karena toksin adalah diare yang disebabkan oleh

     bakteri Vibrio cholera, Clostridium perferingens, Staphilococcus aureus,

    Pseudomonas aerugenosa, dan beberapa strain Shigella sp  dapat menghasilkanenterotoksin. Diare ini terjadi apabila usus halus dan usus besar menyekresi air dan

    elektrolit lebih banyak dari pada yang di absorpsi sehingga menyebabkan peningkatan

    volume feses dalam usus. Hal tersebut disebabkan oleh stimulasi substansi vasoactive

    intestinal peptide (VIP) dari pankreas, makanan berlemak yang tidak dapat diabsorpsi

    senyawa laksatif, hormone sekretin, dan toksin. Pada diare infeksius, adanya

     perubahan proses sekresi dan absorpsi terjadi akibat aktivitas toksin yang dikeluarkan

    oleh bakteri di mukosa usus. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara

    makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri. Di dalam lambung, bakteri akan

    dibunuh oleh asam lambung. Namun apabila jumlah bakteri terlalu banyak, sebagian

     bakteri dapat lolos dan masuk ke dalam duodenum, hal ini menyebabkan bakteri

     berhasil mencairkan lapisan lender yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga

     bakteri dapat menembus membrane sel epitel. Bakteri kemudian akan mengeluarkan

    toksin, yang akan mengaktivasi adenilat siklase sehingga terjadi peningkatan aktivitas

    AMP siklik intrasel. Adanya AMP siklik akan meningkatkan sekresi klorida dan air

    dari kelenjar usus dan menurunkan resorpsi natrium dan air lumen usus.

     b.  Diare osmotik

    Diare dapat terjadi ketika larutan dari makanan yang dicerna tidak dapat di

    absorbsi secara sempurna oleh usus halus masuk ke lumen. Larutan tersebut

    mengakibatkan penarikan air dan elektrolit ke dalam lumen usus karena sel-sel

    usus berusaha menyesuaikan tekanan osmotik di dalam plasma dan di luar usus.

    Karena pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan,

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    14/27

    14

    konsistensi feses akan berubah menjadi lebih cair sehingga menyebabkan diare.

    Diare osmotik ini dapat disebabkan oleh malabsorpsi, intoleransi laktosa,

     pemberian magnesium pada antasida, atau konsumsi karbohidrat yang sulit larut.

    Makanan tertentu (buah dan kacang-kacangan), heksitol, sorbitol, dan manitol

    (pengganti gula dalam dieetetik, permen, dan permen karet) dapat menyebabkan

    diare osmotiK.

    Laktase adalah enzim yang secara alami ditemukan dalam usus halus, yang

    akan mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, agar dapat diserap dan

    masuk ke dalam aliran darah. Apabila seseorang mengalami defisiensi laktase

    kemudian meminum susu atau produk olahan susu maka laktosa akan menumpukdi usus sebab tidak dapat diubah menjadi glukosa dan galaktosa yang akan memicu

    timbulnya diare osmotik.

    Jika terdapat virus (melalui makanan atau minuman) akan mencapai sel epitel

    usus halus dan menyebabkan infeksi pada villi usus halus. Sel epitel usus halus

    yang rusak akan diganti oleh eritrosit yang baru berbentuk kuboid yang belum

    matang sehingga fungsinya belum baik. Villi-villi yang mengalami atrofi tidak

    akan mampu mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik sehingga terjadi

     peningkatan tekanan koloid osmotik usus yang mengakibatkan diare.

    c.  Diare eksudatif

    Diare eksudatif dapat terjadi ketika ada gangguan integritas lapisn mukosa

    akibat infeksi dan peradangan atau luka pada saluran pencernaan yang dapat

    mengakibatkan gangguan absorpsi cairan dan keluarnya serum, protein, lender, dan

    darah ke saluran pencernaan. Diare eksudatif dapat disebabkan oleh infeksi,

     penyakit crohn, kanker, dan vaskulitis. Diare eksudatif dapat diterapi dengan obat

    anti inflamasi seperti golongan kortikosteroid.

    d.  Gangguan motilitas usus

    Gangguan motilitas dapat menimbulkan diare dengan tiga mekanisme, yaitu

     pengurangan waktu kontak antara makanan dan dinding usus dalam duodenum,

     pengosongan koloni peristaltik kolon yang terlalu cepat (hiperperistaltik), dan

     pertumbuhan bakteri menyebabkan konsistensi feses menjadi cair. Gangguan

    motilitas dapat disebabkan oleh rangsangan kuman, toksin, zat kimia, psikologis,

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    15/27

    15

    diabetes neuropati, dan irritable bowel syndrome. Diare yang disebabkan oleh

    gangguan motilitas dapat diterapi menggunakan obat anti motilitas.

    B. Bismuth Subsalisilat

    1. Farmasi – Farmakologi

    a. Sifat Fisikokimia dan Rumus Kimia Obat

    1)  Rumus molekuler : C7H5BiO4 

    2)  Berat molekul : 362.093 g/mol

    3)  Deskripsi : bubuk berwarna putih, tidak berasa, dan tidak berbau, yang

    mengandung sekitar 58% bismuth.4)  Kelarutan : tidak larut dalam air, alkohol, dan gliserin.

    5)  Penyimpanan : harus disimpan terlindung dari cahaya.

    6)  Stabilitas : tidak stabil terhadap asam mineral dan garam besi, bila

    terkena alkali bicarbonate maka akan rusak dan berbuih.

    7)  Struktur molekuler

    Gambar 1. Struktur molekuler bismuth subsalicylate

    b. Farmasi Umum

    1) Dosis 

    a) Dewasa

    1. 

    Diare akut, Dyspepsia, dan Traveler’s diarrhea 

    a.  524 mg setiap 30 sampai dengan 60 menit bila perlu (tidak melebihi 8 dosis

    dalam 24 jam).

     b. 1048 mg – 1050 mg setiap jam bila perlu (tidak melebihi 4 dosis dalam 24

     jam).

    c.  Obat digunakan sampai diare berhenti pada diare akut dan dyspepsia, tetapi

    tidak lebih dari 2 hari.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    16/27

    16

    d. Penggunaan sebagai profilaksis traveler’s diarrhea tidak lebih dari 3

    minggu.

    2. 

    Infeksi Helicobacter pylori

    a.  524 mg, diminum 4 kali sehari.

     b) Anak

    1. Diare akut

    a.  Usia 3 – 6 tahun : 87 mg setiap 30 menit sampai dengan 1 jam, bila perlu.

     b. Usia 6 – 9 tahun : 175 mg setiap 30 menit sampai dengan 1 jam, bila perlu.

    c.  Usia 9 – 12 tahun : 262 mg setiap 30 menit sampai dengan 1 jam, bila perlu.

    2. 

    Diare Kronika.  Usia 2 – 24 bulan : 44 mg setiap 4 jam.

     b. Usia 24 – 48 bulan : 87 mg setiap 4 jam.

    c.  Usia 48 – 70 bulan : 175 mg setiap 4 jam.

    3. Infeksi Helicobacter pylori

    a.  Usia ≤ 10 tahun : 262mg, diminum 4 kali sehari, selama 6 minggu. 

     b. Usia > 10 tahun : 524 mg, diminum 4 kali sehari, selama 6 minggu.

    2) Preparat (sediaan) : tablet 262 mg.

    3) Cara penggunaan : per oral.

    c. Farmakologi Umum

    1) Umum

    Bismuth subsalicylate mengandung dua bahan yang berpotensi aktif, yaitu

     bismuth dan salicylate (aspirin). Terbukti efektif pada traveler’s diarrhea  dan

    infeksi H. pylori pada lambung.

    2) Indikasi

    a)  Dewasa

    1. Diare akut non spesifik.

    2. Dyspepsia.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    17/27

    17

    3. Profilaksis traveler’s diarrhea.

    4.  Infeksi Helicobacter pylori.

     b) 

    Anak

    1. Diare akut non spesifik.

    2. Diare kronik.

    3.  Infeksi Helicobacter pylori.

    3) Kontraindikasi

    a)  Hipersensitivitas terhadap bismuth, aspirin, dan salisilat lainnya.

     b) 

    Hipertermia.c)  Penyakit Von Willebrand. 

    d)  Ulkus atau perdarahan traktus gastrointestinal dengan tinja hitam atau berdarah.

    e)  Hemophilia.

    f)  Pada pasien anak :

    - cacar air (chicken pox)

    - influenza

    - usia < 2 tahun

    4) Interaksi Obat

    a)  Bismuth subsalicylate dapat menurunkan kadar obat, dengan menginhibisi

    absorpsi di gastrointestinal, sebaiknya hindari kombinasi dengan obat-obat

    dibawah ini :

    1. Demeclocycline

    2. Doxycycline

    3. 

    Lymecycline

    4. Minocycline

    5. Oxytetracycline

    6. Tetracycline

     b)  Farmakodinamik bismuth subsalicylate sinergis dengan obat-obat dibawah ini.

     Namun, dapat memblok sintesis prostaglandin dari renal, sehingga terjadi

    Resiko Reye’s Syndrome

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    18/27

    18

    hipertensi. Maka dari itu, penggunaan harus dengan pemantauan dan dalam

    keadaan khusus. Obat-obat yang sinergis tersebut, misalnya :

    1. 

    Acebutolol

    2.  Atenolol

    3.  Betaxolol

    4.  Bisoprolol

    5.  Carvedilol

    6.  Celiprolol

    7.  Esmolol

    8. 

    Labetalol9.  Metoprolol

    10.   Nadolol

    11.   Nebivolol

    12.  Penbutolol

    13.  Pindolol

    14.  Propranolol

    15.  Sotalol

    16.  Timolol

    c)  Pemakaian yang bersamaan atau berurutan dapat meningkatkan nefrotoksisitas

    atau ototoksisitas, sehingga menyebabkan interaksi yang berbahaya, misalnya

    interaksi bismuth subsalicylate dengan tobramycin inhaled.

    d)  Bismuth subsalicylate dapat meningkatkan efek obat dengan farmakodinamik

    yang sinergis. Interaksi obat tidak signifikan atau kecil, namun penggunaan

    harus dengan pemantauan untuk meminimalisir keadaan toksisitas yang dapat

    terjadi karena interaksi obat. Obat-obat yang dimaksud :

    1. Aspirin

    2. Aspirin rectal

    3. Aspirin/Citric acid/Sodium bicarbonate

    e)  Obat-obat ini dapat meningkatkan kadar bismuth subsalicylate dengan

    meningkatkan absorpsi di gastrointestinal, yaitu :

    1. Esomeprazole

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    19/27

    19

    2. Omeprazole

    5) Penggunaan Pada Keadaan Khusus

    a) 

    Ibu hamil

    Berdasarkan efek teratogenik, bismuth subsalicylate berada pada kategori C

    dan D pada trimester 3.

     b)  Ibu menyusui

    Bahan salicylate terdapat dalam ASI. Maka dari itu, penggunaannya harus

    hati-hati.

    2. FarmakodinamikPenelitian hingga saat ini menyatakan bahwa Bismuth Subsalisilat masih

    memiliki mekanisme kerja yang belum jelas. Diperkirakan ia mempunyai beberapa sifat-

    sifat seperti antibiotik yang mempengaruhi bakteri-bakteri yang menyebabkan diare.

    Salicylate adalah anti peradangan dan dapat mengurangi sekresi air dengan mengurangi

     peradangan. Bismuth juga mungkin secara langsung mengurangi sekresi air oleh usus.

    Senyawa Bismuth subsalisilat bekerja secara selektif berikatan dengan ulkus,

    melapisi dan melindungi ulkus dari asam dan pepsin. Postulat lain mengenai mekanisme

    kerjanya termasuk penghambatan aktivitas pepsin, merangsang produksi mukosa, dan

    meningkatkan sintesis prostaglandin. Obat ini juga mempunyai beberapa aktivitas

    antimikroba terhadap H.pylori. Bila dikombinasi dengan antibiotik seperti metronidazol

    dan tetrasiklin, kecepatan penyembuhan mencapai 98%. Garam Bismuth Subsalisilat

    tidak menghambat ataupun menetralisasi asam.

    3. Farmakokinetik

    a. 

    Absorbsi

    Bismuth tidak diserap. Lebih dari 90% salicylate dari penguraian senyawa

     bismuth subsalicylate akan diserap di usus halus.

     b.  Distribusi

    Salisilat dapat melintasi palsenta dan memasuki ASI.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    20/27

    20

    c.  Metabolisme

    Salicylate dimetabolisme secara ekstensif di dalam hepar. Di dalam lambung,

     bismuth subsalicylate akan dihidrolisis menjadi bismuth oxychlorid dan asam salisil

    yang terlarut. Di dalam usus halus, uraian dari bismuth subsalicylate masuk ke dalam

    duodenum dan bereaksi dengan bahan anion yang lain (misal; fosfat dan bikarbonas)

    untuk membentuk bismuth subkarbonas dan bismuth garam fosfat. Di dalam kolon,

     bismuth subkarbonas, bismuth fosfat, dan subsalicylate terdisosiasi bereaksi dengan

    hydrogen sulfide (dihasilkan oleh kolon) untuk membentuk bismuth sulfide hitam

    yang bertanggungjawab atas bahaya terjadinya feses hitam (melena) atau lidah

    hitam.d.  Eliminasi

    Bismuth dalam kondisi yang tidak diubah, akan diekskresikan melalui feses

    (99%) dan urin (0,003%), sedangkan untuk salicylate, akan di eliminasi melalui urin

    (95%).

    e.  Waktu paruh

    Bismuth 21-72 hari, sedangkan untuk waktu paruh dari salicylate adalah 2–3

     jam untuk dosis rendah dan 15-30 jam untuk dosis sedang sampai tinggi.

    f.  Ikatan protein

    Bismuth 90%, salicylate >90%.

    g.  Bioavaibilitas

    Bismuth < 1%, salicylate >80%. Adapun waktu puncak pada plasma untuk

     bismuth adalah 1,8-5 jam. Untuk mula kerja atau onset dari bismuth salicylate adalah

    4 jam.

    4. Toksisitas

    a.  Efek samping dan toksisitas

    1)  Efek samping

    Bismuth subsalisilat memiliki efek samping sebagai berikut:

    a) sulit buang air besar

     b) telinga berdengung

    c) kotoran (feces) dan lidah menjadi kehitaman.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    21/27

    21

    2)  Toksisitas

    Absorpsi salisilat dari penggunaaan bismuth subsalicylate dapat

    menyebabkan toksisitas pada pasien yang mengkonsumsi aspirin dan dapat pula

    menyebabkan perubahan kontrol antikoagulan pada pasien yang mengkonsumsi

    coumarin. Bismuth subsalicylate dapat menyebabkan sensitivitas salisilat atau

    gangguan perdarahan, dan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang

    menerima salisilat bersamaan.

     b.  Gejala toksisitas dan penanggulangannya

    1) 

    Gejala toksisitasToksisitas yang timbul dari obat bismuth subsalicylat adalah gangguan

     perdarahan apabila pasien yang mengkonsumsi salisilat bersamaan. Adapun

    gejala gangguan perdarahan sebagai berikut:

    a)  Periode berat nagi wanita (pembalut atau tampon basah setiap jam selama 2

    sampai 3 jam berturut-turut atau pembekuan darah lebih dari 1 inci diameter)

     b)  Perdarahan berat karena gangguan reproduksi yang menyebabkan

     perdarahan, seperti endometriosis (EN-doh-MEE-pohon-OH-suhss)

    c)  Memar dari benjolan kecil atau cedera

    d)  Pendarahan terlalu banyak atau untuk waktu yang lama

    e)  Mimisan yang sulit untuk berhenti

    f)  Anemia

    2)  Penanggulangannya

    Penanggulan dari toksisitas tersebut adalah jangan mengkonsumsi bsimuth

    subsalisilat bersama salisilat lainnya agar tidak menimbulkan gangguan

     perdarahan.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    22/27

    22

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A.  Penyelidikan/Penelitian yang Telah/Pernah Dilakukan Orang Lain

    Salah satu penelitian yang pernah dilakukan mengenai Bismuth Subsalisilat

    adalah penelitian oleh Robert Steffen dkk, yang bertujuan untuk mengetahui fungsi

     penggunaan tablet Bismuth Subsalisilat sebagai pencegah Traveler’s diare. Dalam

     penelitian ini, sampel dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu, 112 orang dengan

     pemberian bismuth salisilat dosis tinggi, 98 orang dengan pemberian bismuth salisilat

    dosis rendah, dan 100 orang dengan pemberian plasebo. Orang-orang tersebutmengkonsumsi plasebo selama 15 hari dan selama 16 hari untuk dosis rendah atau

    dosis tinggi. Kejadian diare dengan kelompok konsumsi obat dosis tinggi dan dosis

    rendah secara signifikan berkurang dibandingkan dengan kelompok plasebo. Pada 3

    kelompok perlakuan tidak ada perbedaan secara signifikan dalam hal gejala penyerta

    (demam, kram perut, feses yang bercampur darah atau lendir), kecuali gejala muntah

    yang tertinggi terjadi pada kelompok dosis rendah (P = 0,03). Dalam 58 sampel

    dengan perlakuan yang sama, dapat dilihat perbandingan terjadinya diare adalah 57%

     pada kelompok dosis tinggi, 47% pada kelompok dosis rendah, dan 60% pada

    kelompok plasebo. Efek samping secara keseluruhan dilaporkan lebih sering pada

    kelompok dosis tinggi (n = 34, 30%) dan kelompok dosis rendah (n = 28, 28%)

    dibandingkan kelompok plasebo (n = 13, 13%; P = 0,04). Rasa tidak nyaman,

    konstipasi, dan mual lebih sering terdapat pada kedua kelompok perlakuan

    dibandingkan dengan kelompok plasebo. Dengan demikian peneliti menyimpulkan

     bahwa Bismuth subsalisilat dapat digunakan sebagai terapi preventif (profilaksis)

    untuk traveller’s diarrhea, tetapi dengan dosis dan lama konsumsi yang sudah

    ditentukan.

    Sedangkan, penelitian oleh Philip C. Johnson, dkk yang membandingkan

    Loperamide hydrochloride dengan Bismuth subsalisilat sebagai terapi traveller’s

    diarrhea akut non disentri, didapatkan subjek dengan terapi loperamide mengeluarkan

    tinja lebih sedikit dibandingkan subjek dengan terapi bismuth subsalisilat, hal ini

    dilihat dari 4 jam pertama terapi, 4 sampai 24 jam berikutnya, dan 24 sampai 48 jam

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    23/27

    23

    setelah terapi dimulai. Di antara subjek dengan penyakit akibat enterotoksigenik

    Escherichia coli, Shigella sp, patogen lainnya, dan agen yang tidak diketahui, tinja

    lebih sedikit dihasilkan oleh subjek dengan terapi loperamide daripada subjek dengan

    terapi bismuth subsalisilat untuk seluruh periode waktu selama penelitian. Tidak ada

     perpanjangan penyakit yang signifikan terlihat pada subjek dengan shigellosis yang

    diterapi dengan loperamide. Terdapat efek samping konstipasi pada 8 orang dari

    kelompok yang diterapi dengan loperamide dan 1 orang dari kelompok yang diterapi

     bismuth subsalisilat, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan efek

    samping yang dialami oleh kedua kelompok perlakuan. Jadi, loperamide merupakan

    alternatif yang lebih aman dan efektif dibandingkan bismuth subsalisilat sebagai terapitraveler’s diarrhea akut non disentri.

    Penelitian lainnya mengenai bismuth subsalisilat dilakukan oleh Ran D.

    Goldman. Penelitian tersebut bertujuan mengevaluasi penggunaan Bismuth subsalisilat

     pada anak. Dengan hasil uji acak plasebo pada pemeriksaan 1, dengan memeriksa 275

    anak laki-laki Peru (usia rata-rata 13,5 bulan) yang diberi Bismuth subsalisilat (100

    atau 150 mg/kgBB/hari selama 5 hari) bersama dengan pemberian Zinc sebagai

    terapi rehidrasi oral. Durasi penyakit diare secara signifikan lebih pendek antara orang-

    orang yang menerima Bismuth subsalisilat dibandingkan dengan mereka yang

    menerima plasebo terkontrol. Pemeriksaan 2, pada 123 anak di Chili dengan usia 4-28

     bulan yang memiliki penyakit diare akut yang cukup parah dan memerlukan rawat

    inap. Anak-anak tersebut diberikan Bismuth subsalisilat dengan 3 dosis 20

    mg/kgBB/hari yang diberikan 5 kali sehari selama 5 hari sebagai terapi tambahan dari

    terapi rehidrasi oral. Peneliti juga melaporkan pengurangan durasi rawat inap pada

    anak-anak yang diberi Bismuth subsalisilat (total menginap 6,9 hari) dibandingkan

    dengan pasien yang menerima plasebo (8,5 hari). Peneliti juga menemukan penurunan

    yang cukup besar pada frekuensi feses serta peningkatan konsistensi feses,

     peningkatan kesejahteraan klinis, dan pemendekkan durasi penyakit. Pemeriksaan 3,

    studi acak terkontrol dari Bangladesh menilai 4 anak usia 36 bulan dengan diare akut.

    Cairan Bismuth subsalisilat dengan 5 dosis 100mg/kgBB/hari selama 5 hari

    memberikan durasi yang lebih ringan dan lebih pendek dibandingkan dengan mereka

    yang mendapatkan plasebo, walaupun perbedaan ini tidak signifikan.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    24/27

    24

    Dalam semua studi, 3-5 dosis Bismuth subsalisilat itu juga ditoleransi tidak ada efek

    samping yang dilaporkan, dan ketika kadar serum salisilat dan bismuth diukur, tidak

    ada bukti toksisitas yang ditemukan untuk setiap dosis yang diberikan.

    Dante Figueroa-Quantanilla, dkk, menunjukkan efektivitas Bismuth subsalisilat

    sebagai terapi tambahan untuk rehidrasi oral dan pemberian makanan dini pada anak-

    anak dengan diare akut dalam penelitiannya. Kedua pasien yang diberi dosis rendah

     bismuth dan dosis tinggi menunjukkan efektifitas signifikan secara statistik dalam

     penurunan durasi diare dan rawat inap, total tinja dan frekuensi diare,serta asupan

    rehidrasi oral. Dalam penelitian ini, terdapat penurunan yang sebanding antara volume

    total tinja, total masa tinja, dan durasi diare yang diamati dalam kelompok-kelompokyang diberikan Bismuth subsalisilat. Selain itu, kelompok bismuth lebih cepat

    menurunkan daripada kelompok plasebo. Pengurangan asupan solusi rehidrasi oral dan

    masa rawat inap pada pasien yang diberi Bismuth subsalisilat berkaitan dengan

     pengurangan dalam pengeluaran tinja dan durasi diare. Dari penelitian ini didapatkan

    hasil bahwa Bismuth subsalisilat merupakan obat efektif untuk diare. Peneliti

    menunjukkan bahwa penggunaan Bismuth subsalisilat lebih efektif daripada plasebo

    namun perbedaan dosis Bismuth subsalisilat tidak menunjukkan efektifitas yang

     bermakna. Dalam penelitian mendapatkan hasil bahwa diare berhenti dalam 120 jam

     pada 74% dari kelompok plasebo, 89% dari kelompok 100 mg dan 88% dari kelompok

    150 mg. Terdapat penurunan durasi diare pada hari ketiga setelah pemberian Bismuth

    subsalisilat sehingga durasi rawat inap berkurang secara signifikan pada kedua

    kelompok tersebut dan total feses berkurang sekitar 30%. Asupan total rehidrasi oral

    secara signifikan berkurang 25% pada kedua kelompok Bismuth subsalisilat.

    Sebuah studi kasus dikemukakan oleh Steven J. Sainsbury mengenai keracunan

    fatal salisilat. Pada Studi kasus ini menjelaskan mengenai keracunan salisilat yang

    menyebabkan kematian akibat penyalahgunaan Pepto-Bismol yang aktif dan bahan

     beracun Subsalisilat. Dilaporkan bahwa seorang wanita (82 tahun) mengalami

    kesadaran yang berubah. Pada 24 jam sebelumnya, ditemukan gejala bicara cadel, lesu,

    asupan oral menurun dan melaporkan bahwa selama beberapa hari ia mengeluh adanya

    nyeri perut kronis. Dikarenakan ia telah mengonsumsi tablet Pepto-Bismol harian,

    sejumlah 66 tablet dalam 24 jam sebelumnya. Tidak ada riwayat mual atau muntah.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    25/27

    25

    Kotoran berair dan hitam selama beberapa hari. Tekanan darah 118/70 mmHg denyut

    nadi dari 70 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, dan suhu 37°C (98,6°F). Kulitnya

    hangat dan kering, membran mukosa kering, dan turgor menurun. Pada pemeriksaan

    rektal, ditemukan tinja berwarna coklat gelap. Pada pemeriksaan neurologis, wanita

    tersebut bingung dalam segala bidang dan lesu. Sebuah gastroskopi mengungkapkan

    adanya radang usus ringan tapi tidak ada perdarahan fokal. Wanita tersebut meninggal

    karena edema paru.

    B.  Diskusi/Pembahasan

    Bismuth subsalisilat adalah salah satu antidiare yang bersifat sebagaiantisekretori. Hal ini didukung oleh penelitian dari Dante Figueroa-Quantanilla, dkk

    yang dalam penelitiannya menunjukkan efektifitas penggunaan Bismuth subsalisilat

    yang signifikan secara statistik dalam penurunan durasi diare, total tinja, dan frekuensi

    diare. Hasil serupa juga dikemukakan oleh Ran D. Goldman, mengenai penggunaan

    Bismuth subsalisilat yang efektif untuk diare dan memperpendek masa penyakit.

    Selain itu, Bismuth subsalisilat juga bisa digunakan sebagai profilaksis

    Traveller’s Diarrhea, hal ini dibuktikan oleh Robert Steffen dkk, dalam penelitiannya.

    Dinyatakan bahwa pemberian tablet Bismuth subsalisilat dosis tinggi maupun rendah

    dapat mengurangi atau memperpendek lama diare, namun tidak menghilangkan gejala

     penyerta (demam, kram perut, atau feses yang bercampur darah atau lendir).

    Maka, dari ketiga hasil penelitian yang telah dikemukakan tersebut dapat

    disimpulkan bahwa pemberian Bismuth subsalisilat merupakan salah satu terapi yang

    sesuai untuk diare. Rasa tidak nyaman, konstipasi, dan mual merupakan efek samping

    yang dapat ditimbulkannya. Pernyataan ini sesuai dengan sebuah studi kasus yang

    diungkap oleh Steven J. Sainsbury mengenai keracunan Bismuth subsalisilat hingga

    menyebabkan kematian.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    26/27

    26

    BAB IV

    PENUTUP

    A.  Simpulan

    Berdasarkan data-data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat

    disimpulkan bahwa :

    1.  Bismuth subsalisilat efektif digunakan sebagai terapi diare akut non spesifik pada

    anak.

    2.  Bismuth subsalisilat efektif digunakan sebagai profilaksis traveller’s diarhhea.

    B.  Ringkasan

    Bismuth Subsalisilat merupakan salah satu obat golongan antisekretorik.

    Berupa bubuk berwarna putih, tidak berasa, dan tidak berbau, tidak larut dalam air,

    alkohol, dan gliserin. Diberikan pada penderita diare bila terjadi stimulasi bahan yang

    dapat meningkatkan sekresi atau menurunkan absorbsi sejumlah besar air dan

    elektrolit.

    Bismuth subsalisilat mengandung dua bahan yang berpotensi aktif, yaitu

     bismuth dan salicylate (aspirin). Terbukti efektif pada traveler’s diarrhea dan infeksi

    H. pylori pada lambung. Diperkirakan bismuth subsalicylate mempunyai beberapa

    sifat, seperti antibiotik yang mempengaruhi bakteri-bakteri yang menyebabkan diare.

    Salah satu efek salisilate adalah anti inflamasi, sehingga dapat mengurangi sekresi air

    dengan mengurangi inflamasi yang terjadi. Bismuth juga dapat secara langsung

    mengurangi sekresi air oleh usus.

    Salisilat dimetabolisme secara ekstensif di dalam hepar. Di dalam lambung,

    Bismuth Subsalisilat akan dihidrolisis menjadi Bismuth Oxychlorid dan asam salisil

    yang terlarut. Di dalam usus halus, uraian dari Bismuth Subsalisilat masuk ke dalam

    duodenum dan bereaksi dengan bahan anion yang lain (misal; fosfat dan bikarbonas)

    untuk membentuk bismuth subkarbonas dan bismuth garam fosfat. Di dalam kolon,

     bismuth subkarbonas, bismuth fosfat, dan subsalicylate terdisosiasi bereaksi dengan

    hydrogen sulfide (dihasilkan oleh kolon) untuk membentuk bismuth sulfide hitam

    yang bertanggungjawab atas bahaya terjadinya feses hitam (melena) atau lidah hitam.

  • 8/19/2019 Referat Obat Anti Diare

    27/27

    27

    C.  Summary or Conclusion (In English) 

    Bismuth Subsalicylate is one of the anti-secretoric drug. It has a white powder,

    tasteless, and odorless, insoluble in water, alcohol and glycerine. It was given on

    diarrhea’s case when there was stimulation of materials that increase secretion or

    decrease absorption of large amounts of water and electrolytes.

    Bismuth Subsalicylate contain two ingredients that are potentially active, i.e.,

     bismuth and salicylate (aspirin). It’s proven effective on a traveler's diarrhea and the

    infection of h. pylori in the stomach. Bismuth subsalicylate is estimated to have some

     properties, such as antibiotic that affects bacteria-bacteria that cause diarrhea. One of

    the salisilate effects are anti-inflammatory, reducing the secretion of water by reducingthe inflammation that occurs. Bismuth can also directly reduce water secretion by the

    intestine.

    Salicylate metabolized extensively in hepar. In the stomach, Bismuth

    Subsalicylate be hydrolyzed into salisil acid Oxychlorid and Bismuth were dissolved.

    In the intestine, descriptions of Bismuth Subsalisilat enter into duodenal and react with

    other anions (e.g.; phosphate and bikarbonas) to form the bismuth phosphate salts and

     bismuth subkarbonas. In the colon, subkarbonas bismuth, bismuth subsalicylate, and

    dissociated phosphate reacts with hydrogen sulfide (generated by a colon) to form

     bismuth sulfide is black which is responsible for the danger of the occurrence of a

     black stool (melena) or a black tongue.