artikel haji

16
Arti "Istitho'ah" dalam Haji Ditulis oleh Dewan Asatidz Apakah yang dimaksud dalam 'syarat' mampu (istitho'ah) dalam ayat tersebut adalah secara harfiah, yakni mampu secara batin dan zhohir. Dimana mampu batin adalah niat dan keinginan. Dan mampu zhohir adalah mampu materi, dalam arti memang mempunyai uang dari hasil usaha sendiri. Lalu bagaimana hukumnya untuk orang yang berhaji atas biaya yang diberikan oleh pihak lain? Tanya Jawab [439] Arti "Istitho'ah" dalam Haji Assalamu'alaikum wr. wb. Dewan pengasuh yang baik, Dalam surat Ali 'Imron: 97 disebutkan bahwa '.....dan untuk Allah-lah atas manusia, untuk berhaji bagi siapa yang mampu mengadakan perjalanan (ke Baitullah)'. 1. Apakah yang dimaksud dalam 'syarat' mampu (istitho'ah) dalam ayat tersebut adalah secara harfiah, yakni mampu secara batin dan zhohir. Dimana mampu batin adalah niat dan keinginan. Dan mampu zhohir adalah mampu materi, dalam arti memang mempunyai uang dari hasil usaha sendiri. Lalu bagaimana hukumnya untuk orang yang berhaji atas biaya yang diberikan oleh pihak lain? 2. Bagaimana jika kasusnya adalah seperti ini: Saya sebagai seorang pegawai ditugaskan untuk melakukan dinas ke tanah Mekah di Bulan Haji. Program itu memang sengaja dibuat agar berdekatan dengan musim haji, dengan harapan saya bisa melakukan haji sambil melakukan tugas kantor.

Upload: humaswonosobo

Post on 05-Jul-2015

125 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARTIKEL HAJI

Arti "Istitho'ah" dalam HajiDitulis oleh Dewan Asatidz   Apakah yang dimaksud dalam 'syarat' mampu (istitho'ah) dalam ayat tersebut adalah secara harfiah, yakni mampu secara batin dan zhohir. Dimana mampu batin adalah niat dan keinginan. Dan mampu zhohir adalah mampu materi, dalam arti memang mempunyai uang dari hasil usaha sendiri. Lalu bagaimana hukumnya untuk orang yang berhaji atas biaya yang diberikan oleh pihak lain?

Tanya Jawab [439]

Arti "Istitho'ah" dalam Haji

Assalamu'alaikum wr. wb.

Dewan pengasuh yang baik,

 Dalam surat Ali 'Imron: 97 disebutkan bahwa '.....dan untuk Allah-lah atas manusia, untuk berhaji bagi siapa yang mampu mengadakan perjalanan (ke Baitullah)'.

1. Apakah yang dimaksud dalam 'syarat' mampu (istitho'ah) dalam ayat tersebut adalah secara harfiah, yakni mampu secara batin dan zhohir. Dimana mampu batin adalah niat dan keinginan. Dan mampu zhohir adalah mampu materi, dalam arti memang mempunyai uang dari hasil usaha sendiri. Lalu bagaimana hukumnya untuk orang yang berhaji atas biaya yang diberikan oleh pihak lain?

2. Bagaimana jika kasusnya adalah seperti ini: Saya sebagai seorang pegawai ditugaskan untuk melakukan dinas ke tanah Mekah di Bulan Haji. Program itu memang sengaja dibuat agar berdekatan dengan musim haji, dengan harapan saya bisa melakukan haji sambil melakukan tugas kantor.

Apakah saya masuk kategori mampu tersebut, dan bagaiman hukumnya merekaya program tersebut hingga saya akhirnya bisa berhaji nanti? Mohon penjelasan dan keterangan.

WasSalaam

Oki -

--------

Jawab

 ---------

Page 2: ARTIKEL HAJI

Assalamu'alaikum War Wab

Ayat 97 surah Ali Imran menjelaskan :"mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup melakukan perjalanan ke Baitullah" Syarat wajib haji adalah mampu "istitha'ah" (mampu ), baik secara financial, fisik maupun memenuhi keperluan perjalanan. Mampu secara finansial, artinya mampu membayar biaya perjalanan dan biaya keluarga yang ditinggalkan. Mampu secara fisik artinya tidak sakit parah dan mampu duduk di kendaraan untuk melewati perjalanan jauh.

Kemampuan perjalanan artinya mampu untuk memenuhi persyaratan perjalanan haji, seperti keperluan transportasi dan imigrasi serta kondisi perjalanan yang aman. Mampu secara financial artinya memiliki biaya tersebut dari dirinya sendiri.

Orang yang belum memiliki harta tersebut dari dirinya sendiri belum diwajibkan haji. Bahkan kalau ada orang yang memberinya uang agar berangkat haji dia tidak wajib menerimanya karena itu bukan kemampuan dari dirinya sendiri. Namun orang yang memaksakan dirinya agar bisa berangkat haji, padahal ia belum wajib dengan tanpa menimbulkan madlarat atau kerugian kepada dirinya atau orang lain, sah hajinya dan mendapatkan pahala. Ini mencerminkan kemauannya yang keras dalam memenuhi perintah Allah. Seseorang yang bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar biaya haji, termasuk orang yang mampu, namun kemampuannya tidak sempurna. Ia belum wajib haji namun bila ia berangkat haji dengan uang pinjaman tersebut, sah hajinya dan menggugurkan kewajibannya.

Menambah ONH dengan uang pinjaman yang halal, tidak mengandung unsur riba, tidak ada larangan dalam agama dan sah saja dan tidak harus melunasi hutang tersebut sebelum berangkat haji. Bila bisa dilunasinya sebelum berangkat haji tentu lebih baik, karena dengan begitu sempurnalah istitho'ah-nya.

****

Jadi meskipun menerima biaya haji yang diberikan pihak lain tidak wajib, namun bila kesempatan tersebut ada, tentu sangat dianjurkan untuk mengambilnya, apalagi bila bantuan tersebut sifatnya tidak mengikat. Haji Saudara dengan cara tersebut hukumnya sah dan menggugurkan kewajiban meskipun biayanya tidak dari diri sendiri. Semoga bermanfaat.

Wassalam

Muhammad Niam”sebelum pergi haji ke Mekah, carilah dulu rumah Allah yang sejati, agar ibadah haji kita di Mekah nanti jadi lebih khusyuk, karena kita tahu makna sejati dari seluruh ritual haji yang

Page 3: ARTIKEL HAJI

kita lakukan. Insya Allah, haji yang begitulah yang disebut haji yang mabrur. Kata Nabi Muhammad saw, tidak ada balasan bagi haji yang mabrur kecuali surga jannatun na’im”.

Haji Itu Panggilan Tuhan

Musim Haji 2009 sudah tiba. Kloter 44 Embarkasi SOC (Solo) semalam (Jumat dinihari Jam 01.00) diberangkatkan dari depan Kantor (di mana) Sayaikut menjadi panitia pemberangkatannya. Cukup lelah juga. Tapi dengan berbekal iman yang tipis, saya optimis, kelelahan itu berubah menjadi semangat. Mengapa? Karena Saya berkesempatan ikut melayani orang-orang yang sudah dipilih olah Tuhan sebagai tamu-Nya (Dhuyufulloh, Tamu Allah). Ya. Karena Haji Itu adalah Panggilan Tuhan, maka bagi Saya, Calon Jamaah Haji itu adalah orang-orang yang sudah sampai pada tahap Mau dan Mampu menerima dan memenuhi panggilan Tuhan untuk melaksanakan Ibadah Haji.Menunaikan ibadah haji, memenuhi panggilan Tuhan, menjadi Tamu Allah, Saya yakini sebagai impian dan cita-cita sebagian besar umat Islam. Ada kemauan di sini untuk menyempurnakan Rukun Islam. Tapi kadang tidak ada kemampuan. Belum cukup kemampuan. Sudah mampu tapi tidak ada kemauan. Begitu besar kemampuannya tapi tetap tidak mau atau tidak mau sama sekali menunaikan ibadah haji. Umat Islam dengan tipe seperti ini masih banyak. Termasuk saya. Mau tapi belum mampu Mengapa Saya katakan bahwa Haji itu Panggilan Tuhan? Ini bisa dilihat dari kalimatTalbiyyah Labbaikallohumma Labbaik, Labbaika La Syariika Laka Labbaik, Innal Hamda Wal Al-Ni’mata Laka Wal Mulk, La Syariika Laka…. yang memiliki arti “Aku penuhi panggilan-Mu, Ya Allah. Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan kerajaan adalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.” (Shahih Muslim). Kalimat Talbiyah pasti sering diucapkan oleh para calon Jamaah Haji, atau pada saat anak-anak berlatih melakukan Manasik Haji.Ada rasa haru selama acara pemberangkatan jamaah haji berlangsung. Ini karena pembawaan emosional Saya saja mungkin. Tapi, melihat realitas yang ada, sungguh keharuan itu tak bisa membendung air mata Saya, ketika  mata ini tertuju pada sosok sepasang Kakek-Nenek calon jamaah haji yang sudah cukup renta. Cara berjalan dan fisiknya sudah terlihat lemah. Tapi kerentaan dan kelemahan itu sepertinya sirna oleh Hidayah-Nya. Hidayah bahwa memang sudah saatnya –pada usia senja itu– mereka berdua  mau dan mampu memenuhi panggilan Tuhan.

Demikian sedikit artikel menyambut musim haji 2009. Diposting 10 jam lebih sedikit dari prosesi pemberangkatan calon jamaah haji. Mudah-mudahan mereka semua diberikan keselamatan selama perjalanan. Bisa menunaika syarat rukun haji

Page 4: ARTIKEL HAJI

sebagaimana mestinya. Bisa menyempurnakan ibadah-ibadah sunnah yang mengiringi ibadah haji. Dan bisa kembali ke Kampung Halaman dengan selamat. Gambar diambil dari www.vivanews.com.

HAJI MABRUR

Apa sih tanda-tanda hajji mabrur? Salah satu tanda-tanda dari orang yang hajjinya mabrur ialah setelah pulang dari hajji dia selalu mempunyai jiwa senang menolong kepada yang berhak ditolong, hatinya longgar, ’nyegoro’, senang membantu, dan mempunyai jiwa dermawan.

ABU HUROIROH meriwayatkan, bahwasanya ketika Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wasallam ditanya, “Manakah amalan yang paling utama?” Beliau menjawab, “Iman kepada Alloh dan Rosulnya.” Ditanyakan kepadanya, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Hajji yang mabrur.”

Sementara, dari Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha, ia berkata, “Aku berkata, ya Rosululloh, kami (wanita) menilai jihad itu seutama-utama amalan. Apakah kami tidak jihad? Beliau bersabda, tetapi yang lebih utama daripada jihad adalah hajji mabrur.”

 

Rowahu al Buhori kitab al Hajj, “Barang siapa yang berhajji karna Alloh kemudian dia tidak menjima’ istrinya (dalam keadaam ihrom) dan tidak melanggar (larangan agama secara umum maupun larangan-larangan dalam hajji) maka dia kembali seperti ketika dilahirkan oleh ibunya.”

“Dan berkata Husin (perowi hadits), hajji mabrur itu kalau pulang dari hajji berhati-hati dalam urusan dunia dan senang dalam urusan akhirat.”

Ditanya Rosululloh SAW apakah baiknya hajji? Nabi menjawab: Memberi makan dan baik ucapannya. (Dalam riwayat Ahmad dan al Baihaqi: memberi makan dan menyiarkan salam).

Hajji mabrur, yang hasilnya luar biasa, adalah hajji yang dalam mengerjakannya benar-benar sesuai dengan tuntunan Rosululloh SAW. Dalam suatu hadits yang diriwayatkan al Baihaqi an Jabar, Rosululloh bersabda, “Ambillah diriku (Nabi) tentang ibadah hajji kalian, barangkali setelah tahun ini saya tidak melihat kalian..” Jadi kesimpulannya:

1. Orang yang hajjinya mabrur ialah orang yang hajjinya sesuai dengan tuntunan Rosululloh SAW.

2. Orang yang hajjinya mabrur ialah orang yang hajjinya tidak dicampuri dengan pelanggaran-pelanggaran, tidak dicampuri dengan dosa-dosa.

3. Orang yang hajjinya mabrur ialah orang yang dalam hajji dan setelah pulang dari hajji selalu mempunyai jiwa senang menolong kepada yang berhak ditolong, hatinya longgar, nyegoro, senang membantu, dan mempunyai jiwa dermawan.

4. Orang yang hajjinya mabrur ialah orang yang meningkat akhlak budi pekertinya yang luhur, sopan santun dan andap asornya meningkat, tata kramanya meningkat, yang semuanya itu ditandai dengan ucapannya yang baik dan lemah lembut.

5. Orang yang hajjinya mabrur ialah orang yang setelah pulang dari hajji dalam urusan dunia tambah mutawari’, tambah zuhud, tambah hati-hati, lebih menjaga tentang halal-harom, haq

Page 5: ARTIKEL HAJI

dan bathil, sah dan tidak sah, melanggar dan tidak melanggar, sehingga urusan dunianya tidak mempengaruhi/merusak ibadahnya. Dalam urusan ibadah dia lebih bersemangat, lebihnggedodor, lebih methithi, lebih dipolkan lagi daripada sebelum hajji.

Untuk itu bagi umat Islam yang sudah bisa melaksanakan ibadah hajji semestinya bisa menjadi semakin banyak syukur kepada Alloh, karena sudah di-qodar oleh Alloh bisa memenuhi kewajiban ibadah hajji. Perhatikanlah firman Alloh dalam surat Ali Imron ayat 97, “Dan bagi Alloh wajib atas manusia hajji ke Baitulloh yaitu bagi yang sudah mampu jalannya.”

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, Rosululloh SAW bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya Alloh telah mewajibkan hajji kepada kalian, maka berhajjilah.”

Umat Islam yang sudah melaksanakan ibadah hajji berarti mereka sudah mendapatkan kefadolan-kefadolan hajji, antara lain:

Mereka telah menjadi tamu kehormatan dari Alloh (dluyufur rohman) sesuai dengan sabda Rosululloh(rowahu Ibnu Majjah), “Orang-orang yang hajji dan orang-orang yang umroh itu menjadi tamu Alloh. Jika mereka berdoa kepada Alloh maka Alloh mengabulkan doa mereka, dan jika mereka mohon ampun kepada Alloh maka Alloh mengampuni kepada mereka.”

 Rowahu Al Baihaqi: “Ya Alloh ampunilah orang yang hajji dan orang yang didoakan ampunan oleh orang yang hajji.” RowahuThobroni: “Diampuni orang yang hajji dan orang-orang yang didoakan ampunan oleh orang yang hajji.

Orang yang hajji itu doanya maqbul, pahala atas biaya yang telah dikeluarkan untuk hajji dilipat-gandakan, dan biaya yang telah dikeluarkan untuk hajji diganti oleh Alloh, dan dihilangkan kefakirannya.

Sabda Rosululloh SAW rowahu Al Baihaqi: “Orang-orang yang hajji dan orang-orang yang umroh itu menjadi tamu Alloh, jikamereka minta pasti diberi, dan jika mereka berdoa pasti dikabulkan, dan jika mereka mengeluarkan biaya untuk hajji pasti diganti.

Rowahu Ahmad wa Thobroni: “Biaya dalam hajji itu seperti biaya dalam sabilillah (dilipatkan 700 kali lipat).

Rowahu Thobroni wal Bazar: “Orang yang hajji tidak akan al im’aru sama sekali, ditanyakan kepada Jabir apa yang dimaksud  al im’aru? Jabir menjawab: melarat.

Rowahu Tirmidzi: “Ikutkanlah antara hajji dan umroh karena keduanya itu menghilangkan fakir dan dosa seperti ububan         menghilangkan kotoran besi, emas dan perak, dan tidak ada pahala hajji mabrur kecuali surga.

Orang yang hajji mendapatkan lipatan pahala Tanah Harom, yaitu satu kebaikan yang dikerjakan di Tanah Harom sama dengan 100.000 kebaikan yang dikerjakan di luar Tanah Harom (hadits rowahu Ibnu Khozimah wal Hakim).

Sholat di Masjidil Harom lebih baik dan lebih utama 100.000 kali dibandingkan dengan sholat yang dikerjakan di luar Masjidil             Harom walaupun masjid-masjid lain itu sama-sama di Tanah Harom Mekah (hadits rowahu Ibnu Majjah).

Towaf di Baitulloh mendapatkan 60 rohmat (hadits rowahu Thobroni). Towaf di Baitulloh pahalanya seperti pahala                     memerdekakan satu orang budak. Setiap kali orang towaf, ketika mengangkat kakinya yang satu dan meletakkan kaki yang            lainnya di bumi, maka dihapuslah

Page 6: ARTIKEL HAJI

satu kesalahannya dan ditulislah baginya satu kebaikan. Mengusap hajar aswad dan Rukun            Yaman maka dihapus kesalahannya (hadits rowahu at Tirmidzi).

Sholat dua rokaat di belakang maqom Ibrohim setelah towaf pahalanya seperti pahala memerdekakan seorang budak. Sa’i antara Sofa dan Marwah pahalanya seperti pahala memerdekakan 70 orang budak. Wuquf di Arofah semua dosanya diampuni oleh Alloh walaupun dosa-dosanya sebanyak hitungan pasir atau sebanyak hitungan tetesan hujan dari langit, atau dosanya sebanyak hitungan buih di lautan.

Melempar jumroh pahalanya setiap kali lemparan batu menghapus satu dosa besar. Adapun menyembelih hadyu di hari nahr  merupakan simpanan/tabungan di sisi Alloh. Dan mencukur rambut kepala ketika tahallul setiap satu rambut yang dicukur  pahalanya mendapat satu kebaikan dan dihapus satu kesalahan (hadits rowahu at Thobroni wal Bazzar).

 Jadi ibadah hajji disamping secara umum pahalanya jelas maka setiap bagian-bagian manasik hajji juga ada pahalanya  sendiri-sendiri.

 Orang yang melaksanakan ibadah hajji bisa berdoa di tempat-tempat mustajabah yang tidak ada di luar Makkah Madinah dan sekitarnya, seperti berdoa di Multazam, berdoa di Maqom Ibrohim (setelah sholat 2 rokaat sehabis towaf), berdoa di Shofa dan Marwah, berdoa di Arofah pada sore hari ketika wuquf, berdoa di Mash’ar al Harom Musdzalifah dan tempat-tempat lainnya.

 

Orang yang berhajji secara langsung sudah membuktikan adanya tempat-tempat bersejarah dalam perkembangan Islam sehingga hatinya semakin mantab, keimanannya semakin bertambah, keyakinannya semakin meningkat, dan sudah tahu sendiri Makkah-Madinah sebagai sumber tempat keluarnya syari’at Islam.

Masih banyak lagi kefadolan-kefadolan ibadah hajji lainnya yang tidak tertulis di sini. Semoga Allohparing manfaat dan barokah.

 

Taqarrub ilallah ialah salah satu ikhtiar yang dilakukan oleh manusia sebagai hamba Allah untuk mendekatkan dirinya pada Allah. Sarana taqarrub ilallah ini adalah sangat bervariasi, yaitu berbagai macam sarana dalam rangka melakukan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang. Contoh , sholat, puasa, zakat, haji, dzikir, muhasabah (evaluasi diri) , membaca Al-qur’an, dan lain sebagainya. Dengan taqarrub ilallah ini, diharapkan kita menjadi lebih dekat kepada Allah, dan merasakan lezatnya iman yang Allah janjikan kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa mendekatkan diri kepada yang cinta sejatinya, yaitu Allah Ta’ala.

Page 7: ARTIKEL HAJI

Beberapa Kesalahan yg Sering Terjadi di Musim Haji

penulis Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc.Syariah Kajian Utama 19 - Desember - 2006 20:09:29

Perjalanan suci menuju Baitullah membutuhkan bekal yg cukup. Di samping bekal harta ilmu pun merupakan bekal yg mutlak dibutuhkan. Karena dgn ilmu seseorang akan terbimbing dlm melakukan ibadah haji sesuai dgn tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih dari itu akan terhindar dari berbagai macam bid’ah dan kesalahan sehingga haji pun sebagai haji mabrur yg tiada balasan bagi kecuali Al-Jannah.Berangkat dari harapan mulia inilah nampak penting sekali utk diangkat berbagai kesalahan atau bid’ah yg sekira dapat menghalangi seseorang utk meraih predikat haji mabrur. Di antara kesalahan-kesalahan itu adl sebagai berikut:

Beberapa Kesalahan Sebelum Berangkat Haji1. Mengadakan acara pesta dgn diiringi bacaan doa atau pun shalawat tertentu. Bahkan terkadang dgn iringan musik tertentu. Perbuatan semacam ini tdk ada contoh dlm kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu ‘anhum.2. Mengiringi keberangkatan jamaah haji dgn adzan atau pun musik.3. Mengharuskan diri berziarah ke kubur sanak-famili dan orang2 shalih.4. Keyakinan bahwasa calon jamaah haji itu selalu diiringi malaikat sepekan sebelum keberangkatan sehingga doa mustajab.5. Kepergian wanita ke Baitullah tanpa disertai mahramnya. Atau melakukan apa yg diistilahkan dgn ‘persaudaraan nisbi/semu’ yaitu menjadikan seorang jamaah haji pria sebagai mahram bagi si wanita dlm perjalanan haji yg kemudian dapat bermuamalah sebagaimana layak dgn mahram sendiri. Demikian pula ‘nikah nisbi/semu’ yaitu dinikahkan seorang calon jamaah haji wanita dgn calon jamaah haji pria yg kemudian kedua dapat bermuamalah sebagaimana layak suami-isteri. Tentu yg demikian ini adl kemungkaran yg tdk diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.6. Melakukan perjalanan haji semata-mata bertujuan ingin ziarah ke makam Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.7. Melakukan shalat dua rakaat ketika akan berangkat haji.8. Bersalaman bahkan berpelukan dgn seseorang yg bukan mahram menjelang keberangkatan ke tanah suci.

Beberapa Kesalahan Ketika Berihram dan Bertalbiyah1. Melewati miqat dlm keadaan tdk berihram. Hal ini sering terjadi pada sebagian jamaah haji Indonesia kelompok kedua yg melakukan perjalanan dari tanah air menuju Makkah. Mereka tdk berihram ketika melewati miqat dan baru berihram setiba di Jeddah. Padahal kota Jeddah bukanlah miqat menurut pendapat yg

Page 8: ARTIKEL HAJI

benar.2. Bertalbiyah bersama-sama dgn dipimpin seseorang di antara mereka.3. Selalu dlm keadaan menampakkan pundak kanan ketika berihram padahal yg demikian itu hanya disunnahkan pada thawaf qudum.4. Meninggalkan bacaan talbiyah dan mengganti dgn tahlil dan takbir.

Beberapa Kesalahan Ketika Thawaf1. Mengharuskan diri utk mandi sebelum berthawaf.2. Melafadzkan niat thawaf.3. Mengangkat kedua tangan saat berisyarat kepada Hajar Aswad seperti ketika takbiratul ihram dlm shalat.4. Memulai putaran thawaf sebelum rukun Hajar Aswad.5. Melakukan shalat tahiyyatul masjid sebelum thawaf.6. Ha mengelilingi bangunan Ka’bah yg bersegi empat saja dan tdk mengelilingi Hijr.7. Melakukan jalan cepat pada seluruh putaran thawaf padahal itu hanya dilakukan pada 3 putaran pertama dan itu pun khusus pada thawaf qudum saja.8. Berdesak-desakan utk mencium Hajar Aswad yg terkadang sampai mendzalimi jamaah haji lainnya.9. Mengusap-usap Hajar Aswad dlm rangka tabarruk dan berkeyakinan bahwa yg demikian itu dapat mendatangkan manfaat dan menolak bala.10. Mencium dan mengusap-usap sebagian sudut Ka’bah atau keseluruhannya. Bahkan terkadang ada yg menarik-narik kiswah utk menyobek guna dijadikan jimat.11. Membaca doa/dzikir khusus pada tiap putaran thawaf krn yg demikian itu tdk ada tuntunan dari baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.12. Berthawaf dlm keadaan bersedekap.13. Keyakinan bahwasa barangsiapa mampu menggapai dinding atas dari pintu Ka’bah mk dia telah berhasil memegang Al-‘Urwatul Wutsqa yaitu: H HَهH َال Lَل N ِإ Lَال اَللَهO ِإ .14. Berdesak-desakan utk shalat di belakang maqam Ibrahim krn dapat mengganggu jamaah lain yg sedang melakukan thawaf. Padahal diperbolehkan bagi utk melakukan walaupun agak jauh di belakang maqam Ibrahim.15. Lebih parah lagi bila shalat setelah thawaf tersebut dilakukan lbh dari 2 rakaat.16. Berdiri dan berdoa bersama seusai thawaf dgn satu komando. Lebih tragis lagi manakala doa itu dibaca dgn suara yg amat keras dan mengganggu kekhusyukan ibadah jamaah haji lainnya.

Beberapa Kesalahan Ketika Melakukan Sa’i1. Berwudhu’ terlebih dahulu sebelum bersa’i walaupun masih dlm keadaan suci.2. Mengharuskan diri utk naik ke Bukit Shafa dan menyentuhkan badan ke dindingnya.3. Mengangkat kedua tangan sebagaimana layak takbiratul ihram sambil

Page 9: ARTIKEL HAJI

bertakbir tiga kali ketika berada di atas Shafa dan Marwah.4. Berlari-lari kecil pada seluruh putaran di antara Shafa dan Marwah. Padahal yg dituntunkan hanyalah ketika lewat di antara dua tanda hijau saja.5. Melakukan shalat dua rakaat seusai sa’i.

Beberapa Kesalahan ketika di Arafah1. Mengharuskan diri mandi utk menyambut hari Arafah.2. Melakukan wuquf di Arafah pada tanggal 8 Dzul Hijjah dlm rangka ihtiyath atau krn ada keyakinan bahwa hari Arafah itu pada tanggal 8 Dzul Hijjah sebagaimana yg dilakukan oleh sebagian sekte sesat Syi’ah Rafidhah.3. Melakukan wuquf di luar batas wilayah Arafah.4. Meninggalkan pembicaraan dan meninggalkan doa.5. Masuk ke dlm kubah yg berada di atas Jabal Rahmah lalu shalat pada atau mengelilingi sebagaimana layak berthawaf di Ka’bah.6. Berangkat dari Makkah ke Arafah sejak tanggal 8 Dzul Hijjah.7. Keyakinan bahwa wuquf di Arafah pada Hari Jum’at merupakan haji akbar dan senilai dgn 72 kali haji.8. Meninggalkan Arafah sebelum terbenam matahari tanggal 9 Dzul Hijjah.

Beberapa Kesalahan ketika di Muzdalifah1. Tergesa-gesa saat beranjak dari Arafah menuju Muzdalifah.2. Mengharuskan diri mandi utk menginap di Muzdalifah.3. Tidak segera melaksanakan shalat Maghrib dan ‘Isya saat tiba di Muzdalifah bahkan sibuk mengumpulkan batu-batu kerikil.4. Tidak menginap di Muzdalifah tanpa ada udzur syar’i.5. Mengisi malam dgn shalat malam dan dzikir. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan malam tersebut utk istirahat.

Beberapa Kesalahan ketika Melempar Jumrah1. Mengharuskan diri utk mandi sebelum melempar jumrah.2. Mencuci batu kerikil terlebih dahulu sebelum dilemparkan.3. Melempar jumrah dgn menggunakan batu besar sepatu dan lain sebagainya.4. Keyakinan bahwa melempar jumrah itu dlm rangka melempar setan. Sehingga tdk jarang dari sebagian jamaah haji yg melemparkan benda-benda yg ada di sekitar seperti sandal payung botol dsb agar lbh menyakitkan bagi setan.5. Berdesak-desakan jamaah haji yg lain utk bisa melakukan pelemparan.6. Melemparkan kerikil-kerikil tersebut secara sekaligus. Padahal yg dituntunkan oleh baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adl melemparkan satu demi satu sambil diiringi takbir.7. Mewakilkan pelemparan kepada orang lain padahal ia mampu utk melakukannya.

Page 10: ARTIKEL HAJI

Beberapa Kesalahan Ketika Menyembelih Hewan Kurban dan Bertahallul1. Enggan utk menyembelih hewan kurban yg merupakan kewajiban utk haji Tamattu’- dan lbh memilih utk bershadaqah senilai harga hewan kurban tersebut.2. Menyembelih hewan kurban utk haji tamattu’ di Makkah sebelum hari nahr .3. Mencukur dari sebelah kiri atau menggundul/mencukur sebagian kepala saja bagi laki-laki.4. Melakukan thawaf di seputar masjid yg berada di dekat tempat pelemparan jumrah.5. Tidak melakukan sa’i setelah thawaf ifadhah dlm haji tamattu’.

Beberapa Kesalahan Ketika Thawaf Wada’1. Meninggalkan Mina pada hari nafar sebelum melempar jumrah dan langsung melakukan thawaf wada’ kemudian kembali ke Mina utk melempar jumrah. Setelah itu mereka langsung pulang ke negara masing-masing. Padahal semesti thawaf wada’-lah yg merupakan penutup dari seluruh manasik haji.2. Berjalan mundur seusai thawaf wada’ dgn anggapan sebagai tanda penghormatan terhadap Ka’bah.3. Membaca doa-doa tertentu yg tdk ada tuntunan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai “ucapan selamat tinggal” terhadap Ka’bah.

Beberapa Kesalahan ketika Berada di Kota Madinah1. Meniatkan safar utk menziarahi makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal niat yg benar adl dlm rangka mengunjungi Masjid Nabawi dan shalat di dalamnya.2. Menitipkan pesan utk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui jamaah haji dan para penziarah agar disampaikan di kuburan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih aneh lagi disertai foto/KTP yg bersangkutan.3. Ada praktik-praktik kesyirikan yg dilakukan di kuburan Nabi antara lain: Menyengaja shalat dgn menghadap ke kubur. Bertawassul atau meminta syafaat kepada beliau secara langsung. Mengusap-usap dinding kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam utk ngalap berkah yg tdk jarang disertai dgn tangisan histeris. Berdoa secara langsung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mencukupi kebutuhannya.4. Meyakini bahwa ziarah ke kubur Nabi merupakan bagian dari manasik haji.5. Keyakinan bahwa haji seseorang tidaklah sempurna tanpa menetap di Madinah selama 8 hari utk melakukan shalat wajib selama 40 waktu yg diistilahkan dgn “Arba’inan”1.

Beberapa Kesalahan Setiba Di Kampung Halaman1. Memopulerkan gelar ’Pak Haji’ atau ‘Bu Haji’. Sampai-sampai ada yg marah/tersinggung bila tdk dipanggil dgn panggilan tersebut.

Page 11: ARTIKEL HAJI

2. Merayakan dgn aneka pesta sambil diiringi shalawat Badar dan yg sejenisnya.3. Meminta barakah kepada orang yg pulang haji dgn keyakinan bahwa para malaikat sedang mengelilinginya.

Sumber Bacaan:1. At-Tahqiq wal-Idhah Lilkatsir Min Masa`ilil Hajji wal Umrah waz Ziyarah karya Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz.2. Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Kama Rawaha ‘Anhu Jabir radhiyallahu ‘nhuma karya Asy-Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani.3. Manasikul Hajji Wal ‘Umrah karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.4. Al-Manhaj limuridil ‘Umrah wal Hajj karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.5. Shifat Hajjatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Asy-Syaikh Muhammad Jamil Zainu.6. Dalilul Haajji wal Mu’tamir wa Zaairi Masjidr Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Majmu’ah minal Ulama’ terbitan Departemen Agama Saudi Arabia.7. Mu’jamul Bida’ karya Asy-Syaikh Ra`id bin Shabri bin Abi Alfah.

1 Hal ini berdasarkan sebuah hadits:

TْنHى َمNلHي َصLي ِفLِدLِج TْسHَم HْنT HِعLْي َب TْرH Hًةd َأ H َصHَال OَهO َال HُفOْوTُت Hًةk َي HْتT َصHَال Lَب Oِت HَهO ُك اَءHًةk َل HَرH NاْرL َمLْنH َب HِجHاًةk اَلَّن TِعHَذHاِبL َمLْنH َوHَن HَرLيTَءk اَل َمLْنH َوHَب

LاِقHُفy اَلَّن

“Barangsiapa yg shalat di masjidku sebanyak empat puluh shalat tanpa ada satu pun yg terlewati mk ditetapkan baginya: bebas dari an-naar selamat dari adzab dan terlepas dari nifaq.”Namun derajat hadits ini munkar . Hal itu dikarenakan tdk ada yg meriwayatkan kecuali seorang perawi yg bernama Nabith dan ia adl seorang yg majhul . Kemudian apa yg ia riwayatkan menyelisihi riwayat seluruh perawi hadits tersebut.

Haji merupakan latihan bagi manusia untuk meredam kesombongan,kediktatoran, gila hormat, dan keinginan menindas terhadap sesamanya(tafsiran perbuatan Namrud). Sebab dalam haji, manusia harus mencopotpakaian kebesarannya: Pakaian sehari-hari yang menciptakan ''keakuan''berdasarkan ras, suku, warna kulit, eselon kepangkatan, dan lain-lainnyayang harus ditanggalkan dan diganti dengan pakaian ihram yang sederhana,yang tidak membedakan kaya-miskin, ningrat-jelata, penguasa-rakyat, danstatus-status sosial lainnya. Egoisme ''keakuan'' lebur dalam ''kekitaan'',kebersamaan, kesamaan sebagai manusia yang hadir, berada dan menuju hanyakepada-Nya.Sebagaimana Sabda Nabi, Al-hajju 'Arafah'', maksudnya adalah inti danpuncak haji adalah melaksanakan wukuf di Arafah. Arafah berarti mengenal,

Page 12: ARTIKEL HAJI

mengetahui, dan menyadari. Sedangkan makna wukuf adalah berdiam diri.Dengan demikian, makna wukuf di Arafah adalah berdiam diri untuk meditasidan menengadah guna merenungkan eksistensi diri di hadapan Allah SWT dan dihadapan makhluk alam semesta kemudian melakukan transformasi ruhaniahsecara besar-besaran.Dengan wukuf di Arafah tersebut, orang-orang yang melaksanakan hajidiharapkan menjadi arif dan sadar akan eksistensi dirinya, dari mana iaberasal dan ke mana ia akan pergi, sadar akan tugas dan tanggung jawabnya,serta memanifestasikan dan mengaplikasikan kesadaran tersebut dalam bentuktindakan konkret dalam kehidupan pribadi dan kehidupan masyarakatnya.Haji juga melatih manusia melepaskan diri dari selera konsumtif, cintaharta, nafsu birahi, amarah, dan berkata keji atau perkataan kotor. Dalamberhaji, manusia dilarang mengenakan perhiasan atau parfum. Bahkansebaliknya (sangat) dianjurkan untuk rela berkorban apa saja yang menjadimiliknya -- termasuk yang paling dicintainya, sebagaimana Nabi Ibrahim asyang rela mengorbankan Ismail, putra yang amat dicintainya (lihat QS 37:99-113). Said Hawwa dalam buku Al-Islam menyatakan bahwa dengan ibadahhaji, seseorang dapat belajar tentang banyak hal, terutama tentangpersaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah), persamaan manusia (al-musawah), danpersatuan umat. Dengan haji pula, seseorang dapat belajar tentangperjuangan kesabaran, kesediaan untuk berkorban tanpa pamrih, toleransi,dan kepedulian sosial.Dengan demikian, seorang yang melakukan perjalanan ibadah haji tidak akanterperangkap dalam gerakan ritualitas fisik dengan segala kelengkapansyarat dan rukunnya saja, atau sekadar berfungsi sebagai jembatan bagihubungan vertikal antara makhluk dan Khalik. Lebih dari itu, haji jugamemiliki horison sosial yang secara implikatif dapat merefleksikan perankekhalifahan manusia dalam perbuatan nyata di kehidupan sehari-harinya.Haji harus disadari sebagai peristiwa hati. Di dalam terdapat berbagaiamalan yang dapat dijadikan introspeksi diri sendiri dalam menengokkeimanan seseorang kepada Allah, dalam melihat keadilan, perdamaian,persamaan dengan kemakmuran bagi seluruh rakyat. Kita perlu mengenangkembali peristiwa-peristiwa di masa lampau dan belajar darinya. Di tengahamalan haji, mestinya kita juga ingat bahwa masih jutaan rakyat Indonesiayang masih dirundung kesusahan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Jangankanuntuk melaksanakan haji, hanya untuk sekadar makan sekeluarga saja, merekasudah tidak mampu.Pendeknya, haji merupakan proses ''kematian'', yaitu mematikan pribadipalsu menuju kesejatian dan keaslian hidup. Sehingga sepulang perjalananhaji, seseorang bagaikan bayi yang baru keluar dari rahim sang ibu. Ketikaitu manusia baru saja keluar dari perenungan, mawas diri, dan penempaandiri lahir dan batin, sehingga ia memulai kehidupan baru dari titik noldari segala dosa. Diibaratkan sebuah ulat yang ingin menjadi kupu-kupu,

Page 13: ARTIKEL HAJI

maka ia harus berproses dulu dengan dimulai pembersihan diri melaluipertapaan menjadi kepompong sebelum menjadi kupu-kupu yang indah.MabrurProses haji merupakan rangkaian simbol-simbol dari semangat demokratisasi,kesamaan harkat manusia, dan kerelaan berkorban yang indah sertamengesankan. Aktualisasi dari simbol-simbol itu dalam wujud sikap dantingkah laku sehari-hari merupakan isyarat dari kemabruran haji seseorang.Dalam Alquran S 82:13 dan S 83:22, kata abraara atau mabrur diartikandengan banyak berbakti. Dari makna itu dipahami bahwa mabrur itu bukansakhsiyah (pribadi, individual), tetapi ia adalah bentuk pengabdian secaraumum: Berbakti kepada Tuhan dan berbakti kepada sesama makhluk.Walaupun ibadah haji secara sakhsiyah (pribadi) yang bertujuan membentukatau menyempurnakan kesalehan individual, akan tetapi kesalehan peroranganitu pada hakikatnya hanyalah sasaran antara. Artinya kesalehan individuyang didapat dari spiritualitas perjalanan haji dimanifestasikan dalambentuk tanggung jawab yang lebih besar dalam menyelesaikan berbagaiproblema masyarakat, seperti kebodohan, kemiskinan, rawan pangan, danketerbelakangan. Dengan demikian, kesalehan individual yang dibentuk olehibadah haji tidak akan melahirkan manusia yang menutup mata (masa bodoh)dari kondisi masyarakat.Sebenarnya perasaan kita cukup peka dalam mendeteksi hati kita, apakah kitamendapatkan haji mabrur atau tidak. Rasa lega mendapat kemudahan dalamberibadah, dan ilmu pengetahuan yang bertambah, semua itu kita dapatkanketika kita menyandang haji mabrur. Haji mabrur menjadi praktik sehari-hariyang nyata dirasakan dan menjadi rahmat bagi masyarakat. Haji mabrur adalahsuatu sikap yang setiap saat mendekatkan diri kepada Allah dengan jalanmembenahi tata cara beribadah menjadi lebih baik dan lebih benar. Dalamperilaku sehari-harinya, haji mabrur memperlihatkan sikap dan kehidupanyang Islami, artinya baik, benar, berguna, dan luhur.Pendeknya makna haji bukan terletak pada dimensi duniawi semata yang beruparitualitas di Mekah, namun yang lebih penting dari itu adalah maknaukhrawi-nya yang terletak pada keheningan perenungan dan peningkatan imanyang berimplikasi pada peningkatan amal saleh kepada sesama hamba Allah.Ritus-ritus lahiriah dari haji jelas memiliki efek pembebasan; yaitu daripembebasan yang bersifat interior (di dalam kesadaran) kepada pembebasanpada tingkat eksterior (kehidupan masyarakat).Apabila sepulang dari perjalanan ibadah haji para hujjaj (orang yangmelaksanakan haji) sama sekali tidak mencerminkan perilaku islami, makatidaklah salah apabila perjalanan haji orang-orang tersebut tidak lebihdari sekadar menjadi turis di Tanah Suci. Wallau a'alamu.