artikel fix yoghurt
DESCRIPTION
pengaruh volume starter terhadap kualitas yoghurtTRANSCRIPT
Pengaruh Volume Stater Bakteri Lactobacillus casei L.
terhadap Kualitas Yoghurt
Vivin A.Y. Pratami, Eka A. Astrini, dan C. AndiniJurusanBiologi-FMIPA UniversitasNegeri Surabaya
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan volume stater Bakteri Lactobacillus casei L. terhadap kualitas Yoghurt yang dihasilkan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Susu yang digunakan yaitu susu sapi segar sebanyak 4 liter, kemudian dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan dengan masing-masing 5 kali pengulangan. KP1 susu diberi stater Lactobacillus casei L. sebanyak 75 ml, KP2 susu ditambah stater Lactobacillus casei L. sebanyak 100 ml, KP3 susu ditambah stater Lactobacillus casei L. sebanyak 125 ml, dan KP4 susu ditambah stater Lactobacillus casei L. sebanyak 150 ml. Pengamatan kualitas yoghurt dilakukan setelah susu didiamkan selama 3-4 hari, yaitu mencakup rasa, aroma, dan tekstur dari yoghurt yang dihasilkan. Hasil pada KP1 yaitu yoghurt memiliki aroma yang asam, rasa sedang dengan tekstur encer. KP2 yoghurt yang dihasilkan memiliki rasa, aroma dan tekstur sedang. KP3 yoghurt memiliki rasa dan aroma yang enak dengan tekstur halus. KP4 rasa dan aroma yoghurt tidak enak dengan tekstur encer. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa volume stater mempengaruhi kualitas yoghurt yang dihasilkan. Volume stater yang tepat menghasilkan kualitas yoghurt baik yaitu 125 ml.Kata kunci : Lactobacillus casei L., susu sapi, Yoghurt
PENDAHULUAN
Bioteknologi merupakan salah satu
teknologi yang memanfaatkan bakteri
untuk menghasilkan suatu produk dengan
nilai gizi dan ekonomi yang lebih tinggi.
Gizi tersebut antara lain protein, lemak,
air, karbohidrat, vitamin, dan mineral
yangmana saling berkaitan antara satu
dengan yang lain. Salah satu gizi yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh yaitu berupa
protein, yang dapat berasal dari hewan
ataupun tumbuhan. Susu merupakan salah
satu contoh dari protein hewani yang
memiliki sumber nutrisi lengkap untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi manusia
( Buckle et al, 1987). Banyak produk yang
berbahan dasar susu, diantaranya yaitu
yoghurt. Yoghurt ini diolah dengan
memanfaatkan bakteri dan kemudian
difermentasi.
Yoghurt merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan selera masyarakat
terhadap susu sehingga kebutuhan akan
nutrisinya terpenuhi. Selain itu, susu
sangat mudah rusak karena di dalamnya
terdapat bermacam-macam unsur dan
sebagian besar terdiri dari zat makanan
yang dierlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhan, namun demikian tidak
semua masyarakat dapat mencerna susu
Pengaruh Volume Stater terhadap Kualitas Yoghurt 1
dengan baik. Kejadian ini karena adanya
gangguan pencernaan yang muncul setelah
mengkonsumsi susu yang disebabkan oleh
tidak pecahnya laktosa (gula susu) menjadi
komponen yang lebih sederhana dan dapat
diserap tubuh.
Yoghurt memiliki kandungan gizi yang
lebih tinggi daripada susu segar. Selain itu,
yoghurt memiliki kesegaran, aroma,
tekstur dan rasa yang khas yaitu asam dan
manis. Selama fermentasi, terbentuk asam
organik yang akan menghasilkan citarasa
khas pada yoghurt (Yusmarini et al, 2004).
Yoghurt kaya akan lemak (6,73%), protein
(6,30%), dan vitamin A (80 SI). Yoghurt
dengan bahan dasar susu sapi mengandung
asam sitrat, asam laktat, asam piruvat,
asam urat, asam format, asam orotat, dan
asam butirat (Fardiaz, 1992).
Baik buruknya kualitas yoghurt
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
lama penyimpanan, kualitas susu, jenis
starter yang digunakan, dan suhu inkubasi.
Beberapa bakteri yang dapat digunakan
sebagai starter dalam pembuatan yoghurt
yaitu Streptococcus salivarius, S.
Thermophillus, Lactobacillus delbrueckii,
L. Bulgaricus, L. Acidophilus, L.Casei dan
L. Bifidus (Helferich, et al, 1980).
Penelitian kali ini menggunakan L.Casei
sebagai starter, dengan memanipulasi
volume starter pada setiap perlakuannya.
Lactobacillus casei adalah bakteri
gram-positif, anaerob, tidak memiliki alat
gerak, tidak menghasilkan spora,
berbentuk batang dan menjadi salah satu
bakteri yang berperan penting.
Lactobacillus adalah bakteri yang bisa
memecah protein, karbohidrat, dan lemak
dalam makanan, dan menolong
penyerapan elemen penting dan nutrisi
seperti mineral, asam amino, dan vitamin
yang dibutuhkan manusia dan hewan
untuk bertahan hidup.
Lactobacillus casei adalah spesies
yang mudah beradaptasi, dan bisa diisolasi
dari produk ternak segar dan fermentasi,
produk pangan segar dan fermentasi. Di
bidang industri Lactobacillus
casei mempunyai peran dalam probiotik
manusia, kultur starter pemroduksi asam
untuk fermentasi susu, dan kultur khas
untuk intensifikasi dan akselerasi
perkembangan rasa dalam varietas keju
yang dibubuhi bakteri.
Lactobacillus casei dapat mengontrol
organisme yang dapat menimbulkan efek
toksik di dalam saluran pencernaan
manusia, diantaranya yaitu Escherichia
coli. Selain itu juga dapat menghalangi
pertumbuhan H. pylori, dan membantu
microflora di usus besar.
Menurut Stamer (1979) bakteri
Lactobacillus casei Shirota strain adalah
galur unggul yang mudah dan cocok untuk
dikembangbiakkan dalam minuman dasar
susu. Selain bakteri ini mampu bertahan
dari pengaruh asam lambung, juga mampu
Pengaruh Volume Stater terhadap Kualitas Yoghurt 2
bertahan dalam cairan empedu sehingga
mampu bertahan hidup hingga usus halus.
Peranan lain terhadap kesehatan manusia
adalah untuk memperbaiki penyerapan
kalsium pada usus, melancarkan buang air
besar, penyerapan bahan karsinogenik,
membunuh bakteri patogen dan bersifat
anti tumor.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh volume starter
terhadap kualitas yoghurt yang dihasilkan.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai volume
starter yang tepat dalam pembuatan
yoghurt.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Bioteknologi gedung C9
Jurusan Biologi, Fakultas Mtematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Surabaya pada tanggal 6 April
2015 sampai 9 April 2015. Objek dari
penelitian ini adalah volume starter yang
diujikan pada susu sapi segar dengan
volume 4 liter.
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu kompor, pipet berskala, panci,
pengaduk, termometer, gelas ukur, dan
inkubator, gelas ukur 1 liter 8 buah,
saringan, sendok, plastik, karet, dan
gunting. Bahan yang digunakan yaitu susu
sapi segar 4 L, yakult (Lactobacillus
casei), alkohol 70%, gula pasir 400 gr,
aluminium foil.
Susu sapi segar disaring terlebih
dahulu sebelum direbus sampai suhunya
mencapai 900C. Supaya susu tidak rusak
selama pendidihan dilakukan pengadukan
pelan-pelan. Susu dipertahankan pada suhu
tersebut selama satu jam. Kemudian
ditambahakan gula pasir sedikit demi
sedikit sebanyak 400 gr untuk 4 liter susu
dan diaduk sampai larut. Susu dimasukkan
ke dalam gelas ukur 1 liter yang sudah
steril dan ditutup dengan tuutp yang steril.
Dibiarkan sampai agak dingin. Setelah
susu mendingin dan suhunya mencapai 40-
500C (tidak boleh diukur dengan
termomete), susu diinokulasikan dengan
bakteri L.casei / yakult secara aseptik.
Pada gelas ukur satu diberi 75 ml yakult
(perlakuan 1), gelas ukur dua diberi 100 ml
yakult (perlakuan 2), gelas tiga diberi
dengan 125 ml yakult (perlakuan 3), dan
gelas ukur keempat diberi 150 ml yakult
(perlakuan 4). Gelas ukur yang sudah
diberi stater tersebut ditutup rapat dengan
aluminium foil. Selanjutnya diinkubasi
selama 2 hari pada suhu 400C, atau pada
suhu kamar selama 3-4 hari.
Susu sudah berubah menjadi yoghurt
apabila terbentuk 3 lapisan. Lapisan paling
bawah berwarna putih (protein yang
menggumpal atau sering disebut yoghurt),
lapisan tengah berisi bakteri L.casei yang
bisa dijadikan starter, lapisan atas putih
Pengaruh Volume Stater terhadap Kualitas Yoghurt 3
kekuningan (berisi lemak) dan bila dicium
berbau asam serta wangi susunya masih
tercium.
Yoghurt dikatakan tidak berhasil
apabila tidak terbentuk 3 lapisan (masih
campur) kemudian pada lapisan atas
terlihat bercak-bercak berwarna coklat tua
kehitaman atau warna lain serta berbau
busuk.
Setelah susu didiamkan selama 3-4
hari dan sudah terbentuk 3 lapisan, lapisan
yang ke-3 atau yoghurt dipisahkan dari
lapisan yang lain. Kemudian dilakukan
analisis atau penilaian organoleptik yang
meliputi aroma, tekstur, rasa dan
kekentalan. Penilaian dilakukan oleh 30
orang dengan menggunakan teknik
penyebaran angket. Kemudian, angket
yang sudah terisi direkap untuk melihat
hasil secara keseluruhan.
HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Penilaian Korespondensi terhadap Yoghurt P1
Koresponde
nsi
Bau Rasa Tekstur1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 √ √ √2 √ √ √3 √ √ √4 √ √ √5 √ √ √6 √ √ √
7 √ √ √8 √ √ √9 √ √ √10 √ √ √
Total 5 5 0 4 6 0 7 3 0
Tabel 2. Penilaian Korespondensi
terhadap Yoghurt P2
Koresponde
nsi
Bau Rasa Tekstur1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 √ √ √2 √ √ √3 √ √ √4 √ √ √5 √ √ √6 √ √ √7 √ √ √8 √ √ √9 √ √ √10 √ √ √Total 3 4 3 2 4 4 0 6 4
Tabel 3. Penilaian Korespondensi
terhadap Yoghurt P3
Pengaruh Volume Stater terhadap Kualitas Yoghurt 4
Koresponde
nsi
Bau Rasa Tekstur1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 √ √ √2 √ √ √3 √ √ √4 √ √ √5 √ √ √6 √ √ √7 √ √ √8 √ √ √9 √ √ √10 √ √ √
Total 0 4 6 0 4 6 0 4 6
Pengaruh Volume Stater terhadap Kualitas Yoghurt 5
Tabel 4. Penilaian Korespondensi terhadap Yoghurt P4
Korespondensi
Bau Rasa Tekstur1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 √ √ √2 √ √ √3 √ √ √4 √ √ √5 √ √ √6 √ √ √7 √ √ √8 √ √ √9 √ √ √10 √ √ √
Total 6 4 0 5 5 0 6 4 0
Keterangan:
Tekstur
1 = encer
2 = sedang
3 = lembut
P1 P2 P3 P40
2
4
6
8
10
12
BauRasaTekstur
Grafik 1. Penilaian Korespondensi terhadap Yoghurt P1, P2, P3, dan P4
Pengaruh Volume Stater terhadap Kualitas Yoghurt 6
Bau dan Rasa
1 = tidak enak
2 = sedang
3 = enak
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel korespondensi
diatas dapat diketahui bahwa volume stater
yang diberikan dalam pembuatan yoghurt
berpengaruh terhadap kualitas bau, rasa,
dan tekstur yang ditimbulkan oleh yoghurt.
Pada yoghurt P1 menggunakan stater
sebanyak 75 ml memberikan banyak
respon negative mengenai bau yoghurt
yang tidak enak. Bau yoghurt yang tidak
enak menurut koresponden adalah bau
menyengat dari susu yang masih tercium.
Namun, karena yoghurt adalah susu yang
difermentasi, maka bau menyengat dari
susu tersebut bercampur bau asam dari
aktivitas fermentasi oleh bakteri asam
laktat sehingga menimbulkan bau yang
tidak enak. Tapi menurut sebagian
koresponden yang lain, bau yoghurt P1
tidak terlalu menyengat walaupun bau susu
masih tercium. Untuk rasa, yoghurt P1
mendapat respon rasa yoghurt tidak enak.
Koresponden yang memberikan respon
rasa yoghurt tidak enak adalah karena
masih sangat terasa rasa khas susu
sehingga menimbulkan efek enek.
Sementara untuk koresponden yang
memberikan respon rasa yoghurt sedang
adalah karena yoghurt tidak memiliki rasa
yang begitu asam dan lebih dominan rasa
susunya. Untuk tekstur karena yoghurt P1
menggunakan volume stater yang paling
sedikit diantara yoghurt dengan perlakuan
lain, maka masih ditemukan yoghurt yang
bertekstur encer karena proses fermentasi
yang berlangsung tidak berjalan dengan
cepat akibat volume stater yang terlalu
sedikit sehingga tidak optimal.
Pada yoghurt P2 yang
menggunakan volume stater sebanyak 100
ml untuk bau, koresponden menyatakan
tidak enak karena masih tercium bau susu
yang menyengat dan koresponden
menyatakan enak karena sudah tercium
bau khas yoghurt yang asam tetapi segar.
Untuk rasa, koresponden yang menyatakan
tidak enak karena masih terasa susu yang
membuat enek dan untuk koresponden
yang menyatakan enak karena rasa yoghurt
sudah terasa asam tetapi segar mirip
seperti rasa yoghurt pada umumnya. Untuk
tekstur, walaupun beberapa koresponden
memberikan respon tekstur yoghurt encer,
sebagian memberikan respon tekstur
yoghurt lembut. Karena volume stater
yoghurt P2 lebih banyak daripada yoghurt
P1, proses fermentasi yang berlangsung
lebih cepat sehingga bau dan rasa khas
yoghurt sudah mulai tercium serta tekstur
yoghurt yang lembut sudah mulai
terbentuk.
Pada yoghurt P3 yang
menggunakan volume stater sebanyak
__ml, untuk bau, koresponden menyatakan
enak karena sudah tercium bau khas
yoghurt yang asam tetapi segar. Untuk
Pengaruh Volume Stater terhadap Kualitas Yoghurt 7
rasa, koresponden menyatakan enak
karena rasa yoghurt sudah terasa asam
tetapi segar mirip seperti rasa yoghurt pada
umumnya. Untuk tekstur, koresponden
menyatakan tekstur yoghurt lembut dan
tidak encer. Volume stater pada yoghurt
P3 lebih banyak daripada yoghurt P2 dan
dari hasil korespondensi yang didapat
dapat diketahui bahwa volume stater yang
optimal untuk proses fermentasi yoghurt
adalah sejumlah volume stater yang
diberikan pada yoghurt perlakuan P3 yaitu
sebanyak 125 ml.
Hasil yang berbeda didapat dari
yoghurt P4 dengan pemberian volume
stater sebanyak 150 ml. Walaupun
pemberian volume stater pada yoghurt P4
lebih banyak tetapi korespondensi tidak
menunjukkan hasil positif. Untuk bau,
karena yoghurt P4 memiliki volume stater
lebih banyak memberikan bau yang tidak
enak pada yoghurt berupa bau stater yang
menyengat dan sangat asam. Rasa yoghurt
juga tidak enak karena rasa stater
mendominasi dari yoghurt serta tekstur
yoghurt menjadi lebih encer dibandingkan
dengan yoghurt perlakuan yang lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa semakin banyak starter yang
digunakan maka kadar asam meningkat,
hal ini disebabkan karena aktivitas
Lactobacillus casei L. sebagai bakteri
asam laktat yang mampu mengubah
laktosa dalam susu menjadi asam laktat.
Rasa asam disebabkan oleh donor proton,
intensitas rasa asam tergantung pada ion
H+ yang dihasilkan oleh hidrolisis asam
(Winarno, 1991).
Berdasarkan hasil tersebut dapat
kita ketahui bahwa perbedaan konsentrasi
starter memberikan pengaruh terhadap
tekstur yoghurt, hal ini disebabkan karena
terjadi penurunan pH sehingga yoghurt
menjadi kental atau semi solid. Padatan
total dalam susu juga berperan untuk
pembentukan tekstur dan aroma yoghurt
yang baik (Widodo, 2003). Menurut
Wahyudi (2006), jenis dan jumlah
mikroorganisme dalam starter yang
digunakan sangat berperan dalam
pembentukan formasi dan rasa serta
tekstur yoghurt selain itu lama fermentasi
dan suhu lingkungan juga berpengaruh
dalam pembuatan yoghurt.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet, and M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan. M. Pornomo (Penerjemah). Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia.
Helferich, W. and D. Westhoff. 1980. All About Yoghurt. New Jersey: Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs.
Pengaruh Volume Stater terhadap Kualitas Yoghurt 8
Pekanbaru: Jurnal Natur Indonesia. Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Faperta, Universitas Riau.
Stamer, J.R. 1979. The Lactic Acid Bacteria. Microbes of Diversity. J. Food Technol.1: 60 – 65.).
Wahyudi, M. 2006. Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt. Buletin Teknik Pertanian. Vol. 11 No. 1
Widodo. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press. Yogyakarta.
Winarno, F. G., 1991, Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia. Jakarta.
Yusmarini, R. Efendi. 2004. Evaluasi Mutu Yoghurt yang dibuat dengan Penambahan beberapa Jenis Gula.
Pengaruh Volume Stater terhadap Kualitas Yoghurt 9