artikel pfad fix

28
MAKALAH PRODUKSI EMULSIFIER DARI KELAPA SAWIT BIDANG KEGIATAN: PKM ARTIKEL ILMIAH Diusulkan oleh: Dimas Yofri Ferdiansyah 13171010108 1 Angkatan 2013 Furqoni Nurul Ummah 13171010109 3 Angkatan 2013 Istiqomah Alfulaili 13171010111 4 Angkatan 2013

Upload: rima-meila-sari

Post on 24-Sep-2015

41 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

pfad

TRANSCRIPT

MAKALAHPRODUKSI EMULSIFIER DARI KELAPA SAWITBIDANG KEGIATAN:

PKM ARTIKEL ILMIAHDiusulkan oleh:

Dimas Yofri Ferdiansyah131710101081Angkatan 2013

Furqoni Nurul Ummah131710101093Angkatan 2013

Istiqomah Alfulaili131710101114Angkatan 2013

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

2015PENGESAHAN PKM-KEWIRAUSAHAAN1. Judul Kegiatan

: Produksi Emulsifier dari Kelapa Sawit2. Bidang Kegiatan

: PKM-AI3. Ketua Pelaksana Kegiatana. Nama Lengkap

: Istiqomah Alfulailib. NIM

: 131710101114c. Jurusan

: Teknologi Hasil Pertaniand. Universitas

: Universitas Jembere. Alamat Rumah & No Tel./HP: Jl. Kalimantan X No. 35/085746402522f. Alamat email

: [email protected]. Anggota Pelaksana Kegiatan: 3 orang5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Nurul Isnaini Fitriyana, S.TP., MP.b. NIDN

: 0020097807c. Alamat Rumah dan No Tel./HP :

Jember, 15 Mei 2015Menyetujui

Pembantu Dekan atau

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Dr. Ir. Jayus)

(Istiqomah Alfulaili)

NIP. 196805161992031004

NIM.131710101114Wakil Rektor Bidang KemahasiswaanDosen Pendamping

Universitas Jember

(Prof. Dr. M. Shaleh, M.Sc) (Nurul Isnaini Fitriyana, S.TP., MP.)NIP. 195608311984031022

NIDN. 0020097807ABSTRAK

Indonesia berpeluang menjadi negara produsen utama minyak kelapa sawit dunia, karena setiap tahun luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami peningkatan sekitar 150.000 sampai 200.000 ha yang diiringi dengan peningkatan produksi CPO. Sampai akhir tahun 2000 produksi CPO adalah sekitar 6.5 juta ton dan pada tahun 2012 diperkirakan Indonesia akan menjadi produsen CPO terbesar didunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton pertahun. RBDPO dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan MDAG. Campuran MDAG merupakan emulsifier yang paling banyak digunakan dalam industri pangan, yaitu sekitar 70% dari total penggunaan emulsifier. Secara komersial, MDAG dapat diperoleh dengan proses gliserolisis, yaitu dengan mereaksikan triasilgliserol (TAG) dan gliserol, menggunakan katalis alkali pada suhu tinggi sekitar 200 C. Menurut Elizabeth dan Boyle (1997), MDAG dapat juga diproduksi dengan cara yang lebih mild, yaitu dengan gliserolisis enzimatis. Akan tetapi biaya pembuatannya menjadi relatif lebih mahal karena tingginya harga enzim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan mono dan diasilgliserol (MDAG) melalui reaksi gliserolisis menggunakan katalis kimia. Penggunaan katalis ini memungkinkan reaksi transesterifikasi berjalan pada suhu yang tidak terlalu tinggi serta waktu yang tidak terlalu lama. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui sifat fisiko kimia dari produk MDAG yang telah dibuat.Key words: Kelapa sawit, emulsifier, CPO, RBDPO, MDAGBAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan kearah agroindustri karena beragam produk dari komoditi tersebut. Indonesia berpeluang menjadi negara produsen utama minyak kelapa sawit dunia, karena setiap tahun luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami peningkatan sekitar 150.000 sampai 200.000 ha yang diiringi dengan peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO). Sampai akhir tahun 2000 produksi CPO adalah sekitar 6.5 juta ton dan pada tahun 2012 diperkirakan Indonesia akan menjadi produsen CPO terbesar didunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton pertahun. Minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan emulsifier.

Emulsifier merupakan bahan yang digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan pada interfasial dua fase yang dalam keadaan normal tidak saling bercampur, sehingga menyebabkan keduanya dapat bercampur dan membentuk emulsi. Emulsifier yang digunakan untuk produk pangan merupakan suatu bentuk ester asam lemak edible. Campuran Mono dan Diasilgliserol (MDAG) merupakan emulsifier yang paling banyak digunakan dalam industri pangan, yaitu sekitar 70% dari total penggunaan emulsifier. Secara komersial, MDAG dapat diperoleh dengan proses gliserolisis, yaitu dengan mereaksikan triasilgliserol (TAG) dan gliserol, menggunakan katalis alkali pada suhu tinggi sekitar 200 0C.

Proses gliserolisis dibawah kondisi demikian dapat mencapai hasil 60% monoasilgliserol, tetapi proses tersebut menghasilkan produk dengan warna yang gelap. MDAG dapat juga diproduksi dengan cara yang lebih mild, yaitu dengan gliserolisis enzimatis. Akan tetapi biaya pembuatannya menjadi mahal mengingat tingginya harga enzim. Dengan pertimbangan potensi minyak sawit, nilai ekonomi dan kebutuhan akan monoasilgliserol, kiranya perlu untuk dilakukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut tentang produksi MDAG. Salah satu teknik pengolahan yang diharapkan dapat menghasilkan MDAG dengan harga relatif terjangkau dan mutu baik adalah penerapan teknik gliserolisis menggunakan katalis kimia.1.2 TujuanTujuan dari penulisan makalah mengenai produk olahan kelapa sawit berupa surfaktan adalah;1. Untuk mengetahui pengertian emulsifier,2. Untuk mengetahui jenis-jenis emulsifier,3. Untuk mengetahui kegunaan emulsifier,4. Untuk mengetahui teknologi pembuatan emulsifier kelapa sawit,5. Untuk mengetahui kelebihan emulsifier berbahan kelapa sawit,

6. Untuk mengetahui prospektif usaha emulsifier berbahan kelapa sawit.BAB 2. METODE PENULISAN2.1 Prosedur Pengumpulan Data dan InformasiPenulisan makalah ini didasarkan pada data atau informasi yang diperoleh dari sumber dan studi literatur. Sumber dan literatur yang digunakan berasal dari internet. Sumber dan studi literatur tersebut digunakan untuk mengetahui permasalah mengenai kelapa sawit dan peredaran surfaktan berbahan minyak bumi. Pengumpulan sumber dan studi literatur didapatkan dari jurnal, hasil penelitian (skripsi) serta searching di internet pada sumber yang resmi dan terpercaya.2.2 Analisis SistematisAnalisis sistematis pada penulisan makalah ini berisi mengenai prosedur umum yang dilakukan pada penulisan makalah secara keseluruhan. Penulisan makalah ini dilakukan dengan tahapan sebagai berukut;a. Merumuskan permasalahan yang berkaitan dengan potensi kelapa sawit sebagai bahan baku emulsifier, serta mengetahui akibat penggunaan minyak bumi sebagai bahan baku emulsifier,

b. Menelusuri pustaka melalui internet dan sharing kelompok,

c. Mendeskripsikan kajian berdasarkan data dan informasi yang ada,

d. Menarik kesimpulan dari pembahasan terhadap permasalahan yang dirumuskan.

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Emulsifier

Emulsifier merupakan bahan yang digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan pada interfasial dua fase yang dalam keadaan normal tidak saling bercampur, sehingga menyebabkan keduanya dapat bercampur dan membentuk emulsi. Emulsifier yang digunakan untuk produk pangan merupakan suatu bentuk ester asam lemak edible.

Bahan baku pembuatan emulsifier dapat berasal dari minyak sawit. Emulsifier memiliki karakteristik utama yaitu dengan adanya gugus polar dan gugur non polar dalam satu molekul. Jenis molekul ini dapat memiliki sifat aktif yaitu dapat menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi.3.2. Cara Produksi Monogliserida

Produksi monogliserida dapat dilakukan dengan hidrolisis, esterifikasi gliserol dengan asam lemak, dan gliserolisis. Proses produksi monogliserida biasanya menggunakan suhu dan tekanan tinggi dengan penambahan katalis kimia atau menggunakan katalis enzim. Pada skala industri metode yang banyak digunakan untuk produksi monogliserida adalah gliserolisis. Produksi monogliserida dengan konsentrasi tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan distilasi molekular. Proses ini akan memisahkan monogliserida dari trigliserida yang tidak bereaksi, digliserida, dan gliserol yang terbentuk.a. GliserolGliserol adalah suatu senyawa yang terdiri dari 3 gugus hidroksil (-OH) yang berikatan pada masingmasing 3 atom karbon (C) sehingga gliserol sering disebut dengan gula alkohol. Nama perdagangan dari gliserol adalah gliserin. Keberadaan gugus hidroksil ini menyebabkan gliserol memiliki sifat larut dalam air atau yang lazim disebut hidrofilik. Gliserol memiliki rumus kimia C3H8O3 dengan nama kimia propane 1,2,3-triol dengan bobot molekul 92,10 dan massa jenis 1,261 g/cm3. Gliserol memiliki titik didih 290C dan viskositas sebesar 1,5 pa.s. Gliserol memiliki sifat mudah larut dalam air, tidak berwarna, dan tidak berbau. Gliserol juga memililki kekentalan tertentu sehingga jika digunakan bersama bahan pangan dapat meningkatkan viskositas bahan pangan tersebut. Struktur gliserol dapat dilihat Gambar 1.

Gambar 1. Struktur gliserol

Gliserol merupakan senyawa yang telah banyak digunakan diberbagai industri baik industri pangan maupun nonpangan seperti industri kosmetik. Gliserol saat ini sering digunakan sebagai pelarut, pemanis, sabun cair, atau bahkan sebagai bahan tambahan industri bahan peledak. Gliserol juga dapat digunakan sebagai komponen anti beku atau lazim disebut cryoprotectan dan sumber nutrisi pada kultur fermentasi dalam produksi antibiotika.

Dalam reaksi interesterifikasi ataupun esterifkasi minyak, gliserol sering digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk monoasilgliserol, diasilgliserol, atau triasilgliserol terstruktur. Jika satu triasilgliserol direaksikan dengan gliserol dalam suatu reaksi interesterifikasi, baik itu secara kimiawi atau enzimatis, asamasam lemak pada triasilgliserol akan terlepas dari struktur gliserolnya kemudian asam-asam lemak yang berbentk radikal ini akan tersambung pada molekul gliserol lainnya sehingga terbentuk mono atau diasilgliserol. Hal ini pula yang terjadi pada reaksi este rifikasi antara asam lemak dengan gliserol. Penggunaan gliserol akan menyebabkan reaksi kesetimbangan menuju ke arah kanan reaksi sehingga akan menghasilkan produk monoasilgliserol yang cukup tinggi.

3.3. Proses Produksi Monoasilgliserol

Proses produksi monoasilgliserol dapat dilakukan dengan hidrolisis parsial minyak dan esterifikasi glserol dengan asam lemak. Selain itu, juga akan dibahas mengenai proses produksi monogliserida dengan gliserolisis.

a. Hidrolisis Parsial Minyak

Salah satu reaksi yang terjadi pada produk atau bahan pangan berlemak adalah hidrolisis, yaitu proses pembentukan gliserol dan asam lemak bebas melalui pemecahan molekul lemak dan penambahan elemen air. Proses hidrolisis pada umumnya disebabkan oleh aktifitas enzim dan mikroba. Proses hidrolisis dapat berlangsung bila tersedia sumber nitrogen, garam mineral, dan sejumlah air. Hidrolisis yang terjadi pada minyak atau lemak yang mempunyai asam-asam lemak dengan rantai karbon panjang mengalami proses yang lebih lambat.

Proses hidrolisis dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu proses splitting menggunakan uap dengan suhu tinggi 250C dan tekanan 50 atm, hidrolisis menggunakan alkali dan hidrolisis secara enzimatis. Kedua proses yang pertama memerlukan energi yang cukup besar, sedangkan proses yang terakhir membutuhkan energi yang cukup rendah karena bekerja pada suhu 25 60C dan tekanan 1 atm.

Biokatalis yang lazim digunakan dalam proses hidrolisis secara enzimatis adalah lipase yang berasal dari mikroorganisme. Selama penyimpanan dan pengolahan, asam lemakbebas bertambah dan dapat dihilangkan denganproses pemurnian dan deodorisasi.

Proses hidrolisis terjadi secara bertahap danmerupakan reaksi yang bersifat reversible (bolakbalik).Kesetimbangan dari reaksi hidrolisis dapattercapai, dan kondisi tersebut didasarkan pada konsentrasi senyawa yang terlibat. Ada satu asumsiyang menyatakan bahwa minyak atau lemak yangmengalami kerusakan, baik pada saat penanganandi kebun maupun pada saat penyimpanan, akanmemiliki kandungan asam lemak bebas tinggi dan memiliki kandungan mono dan digliserida (M-DG) yang tinggi juga. Tahapan hidrolisis trigliserida oleh lipase dapat dilihat pada Gambar 2.

Lipase memiliki banyak keistimewaan diantaranya mampu mentransformasikan air ke dalam substrat yang tidak larut dalam air. Produkantara hasil hidrolisis mempunyai sifat sebagi zat aktif permukaan atau penurun tegangan permukaan yang lebih baik bila dibandingkan dengan trigliserida.

Gambar 2. Tahapan hidrolisis trigliserida oleh lipase

Gambar 3. Formasi monogliserida hasil reaksi gliserol dengan asam lemak

b. Esterifikasi Gliserol dengan Asam Lemak

Esterifikasi langsung antara gliserol dengan asam lemak akan menghasilkan monogliserida, digliserida, dan trigliserida dengan komposisi yang berbeda. Komposisi produk yang dihasilkan tergantung dari perbandingan gliserol dan asam lemak yang digunakan, jenis asam lemak, kondisi reaksi yang digunakan dalam proses. Pada proses ini digliserida dan trigliserida merupakan produk antara dalam pembuatan monogliserida. Formasi monogliserida hasil reaksi gliserol dengan asam lemak dapat dilihat pada Gambar 3.

Esterifikasi yang merupakan reaksi antara asam karboksilat dan alkohol untuk membentuk ester adalah reaksi ionik yang merupakan kombinasi dari adisi dan penyusunan kembali. Esterifikasi asam-asam lemak dengan gliserol telah dikenal sejak 1844 dimana Pelouze dan Getis menggunakan asam butirat. Reaksi esterifikasi kimia sederhana dapat dilakukan pada suhu tinggi tanpa menggunakan katalis dan pada suhu yang lebihrendah dilakukan dengan katalis. Katalis asam seperti benzene dan asam toluenasulfonat (toluenesulfonic acid) dianggap akan memberi hasil paling cepat dengan mengeluarkan air yangterbentuk secara azeotrop. Kecepatan reaksitergantung pada jenis asam dan alkohol yang digunakan.

Produk ester yang dihasilkan selama esterifikasi tergantung pada perbandingan asam dan alkohol. Produk kasar yang diperoleh merupakan campuran dari asam-asam lemak dan gliserol yang tidak bereaksi, monogliserida, digliserida (1,2 - dan 1,3-) dan trigliserida. Asam-asam lemak dapat dikeluarkan dari campuran dengan penyabunan (saponification) dan gliserol dihilangkan dengan pencucian dengan larutan garam atau air sehingga akan diperoleh campuran monoasilgliserol, diasilgliserol dan trasilgliserol. Gros dan Feuge melakukan esterifikasi asam laurat dengan gliserol.

Esterifikasi secara enzimatis juga dilakukan untuk menghasilkan 1,3 digliserida. Digliserida akan mengalami isomerisasi dalam pelarut inert atau dalam keadaan kering walaupun pada suhu rendah, sehingga bila akan digunakan dalam suatu sintesis atau untuk penggunaan biosintesis harus secepat mungkin setelah pembuatannya. Esterifikasi secara kimia antara asam dan gliserol, alkohol lainnya atau gliserida parsial merupakan metode untuk memasukkan (Inkorporasi) asam-asam lemak untuk membentuk trigliserida baru. Secara industri esterifikasi kimia telah dilakukan untuk pembuatan trigliserida dan turunannya, pewangi makanan (flavorings) dalam parfum (fragrances), plastisizer dan emulsifier.

c. GliserolisisGliserolisis adalah transesterifikasi minyak (trigliserida) dengan gliserol untuk menghasilkan monogliserida. Salah satu faktor penting pada proses gliseroli sis adalah kelarutan atau kontak antara trigliserida dan gliserol. Penambahan katalis berguna untuk mempercepat reaksi. Katalis yang banyak digunakan adalah sodium hidroksida (NaOH).

Pada skala industri, teknik yang banyak diterapkan adalah pembuatan monogliserida dengan reaksi gliserolisis dengan bantuan katalis kimia. Proses biasanya berlangsung secara batch. Produk akhir yang dihasilkan mengandung 30 50% monogliserida. Produk samping yang dihasilkan antara lain digliserida yang dapat dimanfaatkan sebagai emulsifier juga, trigliserida yang tidak bereaksi sebesar 10 persen, gliserol sisa 3 4 persen, dan asam lemak bebas 1 3 persen.

Konsentrasi monogliserida yang lebih tinggi bisa diperoleh dengan peningkatan gliserol dan katalis yang digunakan. Proses ini akan meningkatkan produksi monogliserida per batch karena minyak yang digunakan lebih sedikit sehingga lebih ekonomis. Peningkatan konsentrasi monogliserida dilakukan melalui proses pemurnian menggunakan kristalisasi dan distilasi molekular. Produk yang dihasilkan akan memiliki kandungan monogliserida sebesar 70 90 persen.DIMAS, TOLONG INI DIBIKIN DIAGRAM ALIR. LAU DI BAWAH DIAGRAM ALIRNYA DIBERI TULISAN Gambar 1. proses gliserolisis minyak kelapa sawit menjadi mono dan diacyl gliserol dengan pelarut n-butanol dan katalis MgO. JANGAN LUPA KALO BAHAN DIBUNDER, KALO PROSES DIKOTAK.

Langkah-langkah gliserolisis minyak kelapa sawit adalah pertama-tama alat percobaan dirangkai seperti

tampak dalam gambar. Minyak sawit dalam jumlah tertentu sesuai perhitungan bahan baku dimasukkan ke dalam

labu leher tiga, selanjutnya pelarut n-butanol dalam jumlah tertentu juga dimasukkan ke dalam labu. Campuran

minyak sawit dan pelarut n-butanol dipanaskan sampai suhu operasi yang diinginkan. Pada saat yang bersamaan,

gliserol dengan jumlah yang telah ditentukan dipanaskan di tempat terpisah sampai suhu operasi yang diinginkan.

Setelah kedua bahan mencapai suhu operasi, gliserol dan katalis MgO dimasukkan ke dalam campuran minyak sawit

dan pelarut n-butanol dalam labu leher tiga dan pada saat yang bersamaan pengaduk dan timer dijalankan.

Pemanasan dan pengadukan dihentikan setelah waktu reaksi tercapai yaitu 4 jam. Rangakaian dibongkar untuk

selanjutnya dilakukan pemisahan katalis dengan penyaringan. Setelah katalis dipisahkan dari hasil reaksi, produk

dan gliserol sisa dipisahkan dengan cara dekantasi. Produk yang didapat diukur volume dan ditimbang beratnya.

Setelah itu, sample dianalisa kadar mono gliserida, digliserida serta trigliserida. Analisa dilakukan dengan

menggunakan metode analisa Kromatografi Kolom di laboratorium Semarang Growth Center, Bendan Duwur, Semarang. Selanjutnya konversi dapat dihitung.3.4. Kelebihan dan Kelemahan

Kelemahan reaksi gliserolisis dengan menggunakan katalis logam alkali adalah suhu reaksi cukup tinggi yaitu 220 250 C. Temperatur yang tinggi ini menyebabkan produk yang dihasilkan berwarna gelap dan terbentuk bau yang tidak diinginkan. Selain menggunakan katalis sodium gliserolat, reaksi gliserolisis bisa juga dilakukan dengan menggunakan katalis enzim. Enzim yang sering dipakai adalah enzim lipase. Temperatur yang digunakan reaksi gliserolisis dengan katalis enzim sekitar 30 C. Hal ini disebabkan katalis enzim tidak bisa bekerja atau akan mati pada suhu yang tinggi. Oleh karena temperatur yang digunakan rendah, reaksi gliserolisis dengan katalis enzim membutuhkan energi yang rendah.

Kelemahan dari penggunaan enzim sebagai katalis adalah mahalnya harga enzim. Katalis lain yang bisa dipakai adalah senyawa MgO. Katalis MgO bisa memberikan konversi reaksi sampai 97 %. Kelebihan yang dimiliki katalis MgO adalah katalis MgO mudah dipisahkan dari produk hasil reaksi karena berbentuk padat. Tetapi proses reaksi gliserolisis dengan katalis MgO ini masih dilakukan pada suhu yang tinggi untuk meningkatkan kelarutan minyak dalam gliserol.

Pemurnian suatu bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu kristalisasi, destilasi, dan berdasarkan polaritas suatu bahan. Pada dasarnya kristalisasi merupakan suatu teknik pemisahan bahan berdasarkan titik leleh dimana tiap jenis bahan memiliki karakteristik titik leleh yang berbeda-beda tergantung dari kedua faktor di atas. Proses kristalisasi dilakukan untuk beberapa alasan seperti penghilangan komponen minor yang dapat merusak produk, dan pemisahan menjadi beberapa komponen yang memiliki nilai lebih pada suatu komponen tertentu. Kristalisasi yang dilakukan secara berulang akan menghasilkan komponen atau fraksi yang lebih beragam untuk diaplikasikan ke dalam berbagai produk. Pemisahan monoolein dari olein, triolein, dan gliserol dapat dilakukan dengan kristalisasi bertahap. Adapun titik leleh olein 21.6 C monoolein 35 C dan gliserol 17.9 C.

Pemurnian monogliserida juga dapat dilakukan dengan pencampuran bahan yang memiliki kepolaran yang sama. Apabila suatu lemak didinginkan hilangnya panas akan memperlambat gerakan-gerakan molekul dalam molekul sehingga jarak antara molekul -molekul lebih kecil. Kelarutan minyak atau lemak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat polaritas asam lemaknya. Asam lemak yang bersifat polar cenderung larut dalam pelarut polar, sedangkan asam lemak non polar larut dalam pelarut non polar.

Daya kelarutan dari asam lemak biasanya lebih tingi dari komponen gliseridanya, dan dapat larut dalam pelarut organik yang bersifat polar dan non polar. Semakin panjang rantai karbon, maka minyak dan lemak tersebut semakin sukar larut. Minyak dan lemak yang tidak jenuh lebih mudah larut dalam pelarut organik daripada asam lemak jenuh dengan panjang karbon yang sama. Asam lemak dengan derajat kejenuhannya lebih tinggi akan lebih mudah larut daripada asam lemak dengan derajat ketidakjenuhan rendah.

Pelarut heksan merupakan pelarut non polar sehingga dapat melarutkan TAG dan ALB dengan sangat baik. Selain itu heksan memiliki bau yang tidak tajam sehingga tidak mengganggu nilai organoleptik produk akhir yang dihasilkan. Penambahan pelarut heksan diharapkan kandungan ALB dan TAG pada emulsifier akan semakin berkurang. Hal ini dikarenakan heksan merupakan pelarut non polar dan TAG lebih bersifat non polar daripada DAG dan MAG, sehingga TAG lebih larut dalam heksan dan terpisah dari MAG dan DAG. Kelarutan suatu komponen di dalam sistem non-aquoeus tergantung dari titik leleh dan karakteristik pel arutnya. Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika memepunyai nilai polaritas yang sama.

BAB 4. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah: a) Emulsifier merupakan bahan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada interfasial dua fase yang dalam keadaan normal tidak saling bercampur sehingga menyebabkan keduanya dapat bercampur dan membentuk emulsi.b) Teknologi pembuatan monogliserida dapat dilakukan dengan hidrolisis, esterifikasi gliserol dengan asam lemak, dan gliserolisis. c) Kegunaan emulsifier adalah meningkatkan stabilitas emulsi stabilitas sistem aerasi dan mengontrol aglomerasi globula lemak, memodifikasi tekstur, umur simpan dan sifat reologi dengan membentuk komplek dengan protein dan lemak, memperbaiki tekstur makanan yang berbasis lemak dengan pengontrolan polimorfisme lemak. d) Kelemahan dari Gliserolisis penggunaan enzim sebagai katalis adalah mahalnya harga enzim. yaitu 220 250 C, produk yang dihasilkan berwarna gelap dan terbentuk bau yang tidak diinginkan Energi yang digunakan banyak. Kelebihan yang dimiliki katalis MgO adalah katalis MgO mudah dipisahkan dari produk hasil reaksi karena berbentuk padat, reaksi gliserolisis dengan katalis enzim membutuhkan energi yang rendah

DAFTAR PUSTAKASusi. 2010. Potensi Pemanfaatan Minyak Sawit Sebagai Emulsifier Monoasilgliserol. Universitas Lampung : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas PertanianSophie Maadin Noviani, S. et al. 2008. Proses Gliserolisis Minyak Kelapa Sawit Menjadi Mono dan Diacyl Gliserol Dengan Pelarut N-Butanol Dan Katalis MgO. Semarang : Universitas DiponegoroSuryani, A. I. Sailah dan E. Hambali. 2002. Pengantar Teknologi Emulsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta, IPB. Bogor.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua dan AnggotaA. Identitas Diri Ketua Kelompok1 Nama Lengkap (dengan gelar) Kasang Heru Cokro F.

2Jenis Kelamin Laki-Laki

3Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

4NIM 131710101117

5Tempat dan Tanggal Lahir Maumere, 7 Februari 1994

6E-mail [email protected]

7Nomor Telepon/HP 085746402522

B. Riwayat Pendidikan

SDSMPSMA

Nama InstutusiSDN Tanggul Kulon 6SMP Negeri 3 TanggulSMA Negeri 2 Tanggul

Jurusan--IPA

Tahun Masuk-Lulus2001-20072007-20102010-2013

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

NoNama Pertemuan IlmiahJudul Artikel IlmiahWaktu dan Tempat

1---

Dst

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau instutusi lainnya)NoJenis PenghargaanInstitusi Pemberi PenghargaanTahun

1---

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Artikel Ilmiah.

Jember, 15 Mei 2015 Pengusul,

Kasang Heru Cokro F.

NIM. 131710101117A. Identitas Diri Anggota I

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Rima Meila Sari

2Jenis Kelamin Perempuan

3Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

4NIM 131710101105

5Tempat dan Tanggal Lahir Banyuwangi, 13 Mei 1995

6E-mail [email protected]

7Nomor Telepon/HP 083853915720

B. Riwayat Pendidikan

SDSMPSMA

Nama InstutusiSDN 2 Tamanbaru BanyuwangiSMPN 1 Giri BanyuwangiSMAN 1 Giri Banyuwangi

Jurusan--IPA

Tahun Masuk-Lulus2001-20072007-20102010-2013

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

NoNama Pertemuan IlmiahJudul Artikel IlmiahWaktu dan Tempat

1---

Dst

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau instutusi lainnya)NoJenis PenghargaanInstitusi Pemberi PenghargaanTahun

1---

Dst

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Artikel Ilmiah.

Jember, 15 Mei 2015Pengusul,

Rima Meila Sari NIM. 131710101105A. Identitas Diri Anggota II1 Nama Lengkap (dengan gelar) Rizqi Ridha Jawara

2Jenis Kelamin Laki-Laki

3Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

4NIM 131710101099

5Tempat dan Tanggal Lahir Jember, 7 Juni 1995

6E-mail [email protected]

7Nomor Telepon/HP 085330855554

B. Riwayat Pendidikan

SDSMPSMA

Nama InstutusiSDN 1 Sumbersari JemberSMPN 1 JemberSMAN 2 Jember

Jurusan--IPA

Tahun Masuk-Lulus2001-20072007-20102010-2013

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

NoNama Pertemuan IlmiahJudul Artikel IlmiahWaktu dan Tempat

1---

Dst

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau instutusi lainnya)NoJenis PenghargaanInstitusi Pemberi PenghargaanTahun

1---

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Artikel Ilmiah.

Jember, 15 Mei 2015Pengusul,

Rizqi Ridha Jawara NIM. 131710101099Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Kegiatan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JEMBER

Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Telp. Fax (0331) 330224-Jember (68121)

E-mail: [email protected], Home Page: www.unej.ac.id

SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANAYang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Kasang Heru Cokro F.NIM/BP: 131710101117Program Studi: Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Dengan ini menyatakan bahwa usulan PKM-AI saya dengan judul: Pembuatan dan Pemanfaatan PFADBilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya pelaksanaan yang sudah diterima ke kas negara. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Jember, 15 Mei 2015Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan

Universitas Jember

Prof. Dr. Mohammad Saleh, S.E, M.Sc.

NIP. 195608311984031002

Yang Menyatakan,

Kasang Heru Cokro F. NIM. 131710101117