artikel evaluasi pendampingan k 13 puslitbangbud
DESCRIPTION
artikel mengenai pendampingan kurikulum 2013 oelh puslitbangbud. dan paparan nya.TRANSCRIPT
1
EVALUASI PENDAMPINGAN KURIKULUM 2013
(Oleh Puslitbang Kebudayaan)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendampingan merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mempercepat
pemahaman dan keterampilan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kegiatan
pendampingan bertujuan memberi penguatan kepada sekolah agar dapat melaksanakan
Kurikulum 2013 dari tahapan merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan
mengevaluasi pencapaian kompetensi peserta didik dengan baik. Fokus pendampingan
pelaksanaan Kurikulum 2013 meliputi pemantapan pengetahuan guru terhadap Kurikulum 2013
yang mencakup: Standar Kompetensi Lulusan (SKL), kerangka dasar dan struktur kurikulum,
standar proses, standar penilaian dan pengisian laporan hasil pencapaian kompetensi (rapor)
peserta didik, penyusunan RPP, serta pengembangan bahan ajar, buku guru, buku siswa, muatan
lokal, matrikulasi (bridging course), bimbingan dan konseling, dan ekstrakurikuler
Untuk mencapai suatu kondisi manajemen pendampingan yang memenuhi ketentuan
implementasi Kurikulum 2013, diperlukan konsep penjaminan mutu pendampingan yang jelas dan
terukur. Hal tersebut bertujuan mengidentifikasi kesenjangan dan menemukan penyebab
terjadinya perbedaan antara kondisi ideal dengan hasil unjuk kerja (kinerja) pendampingan.
Informasi tersebut diperlukan dalam rangka perbaikan mutu berupa potret realitas ketercapaian
pendampingan Kurikulum 2013 dan pola-pola hubungan antar berbagai dimensi realitas tindakan
sesuai standar dan prosedur yang ditetapkan. Dalam konteks kebijakan, kajian ini ditujukan untuk
melakukan evaluasi implementasi dan ketercapaian tujuan-tujuan kebijakan pendampingan
Kurikulum 2013 yang telah ditetapkan melalui Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang
Implementasi Kurikulum.
Pelaksanaan evaluasi melalui serentetan proses yang saling berkaitan untuk
mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan data menjadi fokus dalam kajian ini. Mengingat
pentingnya evaluasi untuk mendapatkan umpan balik dari program pendampingan implementasi
Kurikulum 2013 dari para guru dan kepala sekolah, Balitbang, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melaksanakan Evaluasi terhadap Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013. Hasil
evaluasi pendampingan Kurikulum akan dapat dijadikan acuan bagi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk lebih meningkatkan
kualitas pelaksanaan pendampingan dan implementasi Kurikulum 2013.
1
2. Tujuan
Tujuan evaluasi pendampingan Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk mengkaji efektivitas
pelaksanaan pendampingan Kurikulum 2013 di sekolah yang menjadi sasaran. Secara khusus
evaluasi pendampingan Kurikulum 2013 bertujuan sebagai berikut.
a. Melakukan evaluasi aspek manajerial (perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan)
pendampingan Kurikulum 2013 yang telah dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SD (PSD),
Pembinaan SMP (PSMP), Pembinaan SMA (PSMA), dan Pembinaan SMK (PSMK) pada
sejumlah sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada tahun 2013,
b. Melakukan evaluasi hasil kegiatan pendampingan Kurikulum 2013 pada Direktorat PSD,
PSMP, PSMA, dan PSMK,
c. Merumuskan rekomendasi kebijakan sebagai bahan perumusan kebijakan pendampingan
Kurikulum 2013 pada masa yang akan datang.
3. Ruang Lingkup Evaluasi
Evaluasi pendampingan Kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh Direktorat PSD, PSMP,
PSMA, dan PSMK, mencakup:
a. Aspek manajerial pendampingan Kurikulum 2013, yaitu: perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, dan pelaporan,
b. Aspek akademik pendampingan Kurikulum 2013, yaitu: buku teks pelajaran dan buku
panduan guru, materi pelatihan, pelaksanaan proses, dan penilaian hasil belajar.
4. Hasil yang Diharapkan
Kegiatan evaluasi pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 ini diharapkan
menghasilkan:
a. Rekomendasi aspek manajerial (perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan)
pendampingan Kurikulum 2013 pada Direktorat PSD, PSMP, PSMA, dan PSMK sebagai bahan
revisi kebijakan pendampingan atau kegiatan sejenis pada masa yang akan datang,
b. Rumusan rekomendasi bahan rumusan kebijakan pada aspek akademik pendampingan
Kurikulum 2013 (buku teks pelajaran dan buku panduan guru, materi pelatihan, pelaksanaan
proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar) atau kegiatan sejenis pada masa yang akan
datang,
c. Rumusan rekomendasi pelaksanaan pendampingan (pemahaman kompetensi, pemahaman
materi, pemahaman proses pembelajaran, dan pemahaman penilaian),
d. Rekomendasi kebijakan sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan, perencanaan program,
penganggaran, pelaksanaan kegiatan, dan penyusunan dokumen rencana strategis
pencapaian target pelaksanaan pendampingan Kurikulum 2013 pada masa yang akan datang.
B. METODOLOGI
1. Pendekatan Evaluasi
Evaluasi ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan
mengenai fenomena nyata implementasi kebijakan pendampingan Kurikulum 2013 yang
dilaksanakan beberapa Direktorat di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendekatan deskriptif cenderung bersifat kualitatif dalam konteks evaluasi kebijakan formal
(formal policy evaluation (Dunn, 2000) atau formal policy impacts (Dye, 1976) pada kondisi obyek
yang alamiah dan analisis data bersifat induktif. Evaluasi ini memanfaatkan berbagai pendekatan
lintas disiplin ilmu sosial terapan yang menerapkan berbagai metode penyelidikan, dalam konteks
argumentasi dan debat publik (Deleon, 2006). Untuk itu diperlukan pendekatan dan disiplin ilmu
yang bervariasi yang sesuai dengan situasi, hakekat masalah, bersifat kontektual, multi-metode,
dan berorientasi pada masalah (Lasswell, 2008).
2. Metode Evaluasi
Evaluasi ini menggunakan metode evaluasi kebijakan pendidikan dengan memanfaatkan
berbagai strategi dan teknik. Hal tersebut bertujuan agar menghasilkan gambaran hasil utuh
evaluasi mengenai fenomena yang dikaji dan untuk memperkuat analisis evaluasi (Bennett, 2003).
Metode ini termasuk descriptive exploratory untuk mengeksplorasi, mengumpulkan
menganalisis data kuantitatif yang berkaitan dengan data kualitatif.
3. Desain Evaluasi
Berdasarkan pemilihan metode evaluasi di atas, maka disusun desain yang
menggambarkan pelaksanaan evaluasi evaluasi terhadap implementasi kebijakan pendampingan
Kurikulum 2013 oleh beberapa Direktorat di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Desain evaluasi yang dikembangkan oleh Tim Evaluasi mengadaptasi berbagai
pendapat ahli yang disesuaikan dengan tujuan evaluasi, bentuk visual sebagai berikut.
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PENDAMPINGAN KURIKULUM 2013
Data Analysis: Descriptive Explanantory
Method/Design: Formal Policy "Ongoing" Evaluation
Approach: Descriptive (Qualitative & Quantitative)
Unit Analysis: Pendampingan Kurikulum 2013
a. Formal “Ongoing” Policy Evaluation
Formal evaluation mengunakan metode deskriptif (descriptive evaluation research) yang
dikaji secara kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi ini menekankan kepada upaya melakukan evaluasi
terhadap kebijakan pendampingan Kurikulum 2013 oleh beberapa Direktorat di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sedang berlangsung atau berkelanjutan (ongoing
evaluation) (Miller, and Sidney, 2007). Oleh karena itu, kemanfaatan kebijakan yang dituangkan
dalam bentuk program dapat difahami secara lugas dengan memberikan penjelasan (deskriptif)
rasional atas evaluasi terhadap program atau kebijakan tersebut.
b. Content Analysis
Evaluasi ini juga menggunakan metode analisis isi (content analysis) yang lebih
menekankan pada penelaahan kebijakan yang sudah ada (dokumen terkait dengan pelaksanaan
Kurikulum 2013). Krippendorff (2004) menyatakan “Content analysis is a research technique for
making replicable and valid inferences from texts (or other meaningful matter) to the contexts of
their use”. Sebagai teknik evaluasi, analisis isi berusaha membuat inferensi valid guna
mengungkap makna yang terkandung dalam sebuah teks sesuai dengan konteks implementasi
kebijakan pendampingan Kurikulum 2013.
c. Populasi dan Sampel (Social Situation)
Social situation (situasi sosial populasi) evaluasi ini adalah beberapa Direktorat di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu sebanyak 6 (enam) direktorat dengan
distribusi heterogenitas populasi yang mempunyai karakteristik unik. Oleh karena itu, Tim Evaluasi
mengambil seluruh populasi sebagai target evaluasi (total sampling) sehingga presisinya dianggap
cukup untuk menjamin tingkat kebenaran hasil evaluasi. Selain itu, Tim Evaluasi juga menerapkan
“snowball sampling technique” (Lincoln and Guba, 1985) atau “continuous adjustment of
‘focusing’ of the sampel” (Spradley dalam Sugiono, 2008).
4. Instrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi disusun berdasarkan tahapan yang terdapat pada pelaksanaan
pendampingan Kurikulum 2013. Deskripsi singkat instrumen yang digunakan, sebagai berikut: (1)
Dokumentasi digunakan untuk menjaring data utama, klarifikasi data, pengayaan sudut pandang,
dan memudahkan Tim Evaluasi selama analisis, dan (2) Focused-Group Discussion (FGD)
digunakan untuk menjaring data dari pelaku kunci/pemegang kebijakan yang terkait langsung
dengan pelaksanaan pendampingan Kurikulum 2013.
Dokumentasi yang memuat hasil pendampingan baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dijaring melalui Instrumen Pendampingan Kurikulum 2013 oleh masing-masing Direktorat terkait.
Indikator yang digunakan untuk menyatakan tingkat keterpenuhan/, kesesuaian, keterlaksanaan,
dan pemahaman menggunakan Likert Scale (skala Likert). Masing-masing responden diminta
untuk menuliskan angka 1, 2, 3 atau 4 pada kolom yang tersedia berdasarkan tingkat pemenuhan
indikator pada masing-masing butir.
5. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam evaluasi ini meliputi FGD dan telaah dokumen sebagai
alat pengambilan data (diperoleh melalui studi kepustakaan dari dokumen dan/atau laporan hasil
pelaksanaan pendampingan Kurikulum 2013, sebagaimana diagram di bawah ini.
a. Focused Group Discussion (FGD)
Dalam evaluasi ini dilakukan distribusi FGD untuk memperoleh informasi yang dapat
mengungkap ketercapaian sejumlah informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. FGD disusun
berdasarkan pengembangan tahapan pelaksanaan pendampingan, evaluasi literatur, masukan
para ahli kebijakan, dan praktisi mengenai pelaksanaan pendampingan Kurikulum 2013. FGD
ditujukan kepada seluruh sub-direktorat yang terkait langsung dengan kebijakan pendampingan
dan ditentukan dengan teknik total sampling. Hasil FGD digunakan sebagai bahan masukan dalam
merumuskan kebijakan, program, kegiatan dan juga pembiayaan penyusunan dokumen rencana
strategis pendampingan Kurikulum 2013.
Pelaksanaan Kebijakan Pendampingan Kurikulum 2013 dalam lingkup: a. Perencanaan b. Persiapan c. Pelaksanaan d. Pelaporan
Hasil Pelaksanaan Pendampingan Kurikulum 2013 berasal dari: a. Direktorat PSD b. Direktorat PSMP c. Direktorat PSMA d. Direktorat PSMK e. Direktorat P2TK Dikmen
Pengkajian/Analisis Data
PENENTUAN TUJUAN
EVALUASI PENDAMPINGAN PENGAMBILAN DATA
KAJIAN
FGD & STUDI DOKUMEN INSTRUMEN PENELITIAN
SUMBER
DATA
DATA DOKUMENTASI FOCUSED GROUP DISCUSSION
Sas
ara
n
Kepala Sub-Direktorat
terkait
PERBANDINGAN RENCANA VS HASIL PENDAMPINGAN
PERUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
b. Studi Dokumentasi
Untuk memperoleh data dan informasi utama yang dibutuhkan, digunakan studi
dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperjelas konstruksi evaluasi
dan keterkaitan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dampak implementasi kebijakan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dokumen yang digunakan dalam evaluasi ini adalah
berbagai dokumen tentang implementasi kebijakan pendampingan Kurikulum 2013, yang
meliputi: panduan/pedoman/ petunjuk teknis, laporan hasil pendampingan, resume laporan,
bahan paparan pendampingan, dan lain-lain. Dokumen tersebut digunakan sebagai bahan analisis
untuk menemukan kesenjangan antara kebijakan strategis dengan hasil pelaksanaan
pendampingan.
c. Triangulasi Sumber Informasi/Data dan Teknik Evaluasi
1) Triangulasi Data/Informasi Evaluasi
Triangulasi data/informasi meliputi pemaparan hasil sementara evaluasi kepada Kepala
Sub-Direktorat terkait dalam rangka mengecek tingkat aksepbilitas (keberterimaan)
data/informasi yang telah diolah Tim Evaluasi. Selanjutnya, hasil sementara evaluasi
tersebut juga dikonfirmasikan kepada pelaksana teknis yang menangani pendampingan
Kurikulum 2013.
2) Triangulasi Teknik Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi evaluasi pendampingan Kurikulum 2013 ini, Tim Evaluasi
mengecek setiap data yang diperoleh dari penangggung jawab masing-masing
direktorat.
6. Teknik Analisa Data
Analisis data dengan statistika deskriptif disajikan dalam bentuk tabel atau grafik
tentang aspek yang diukur. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan cara analisis selama
pengumpulan data dan analisis setelah data terkumpul. Analisis selama pengumpulan data
meliputi: mengidentifikasi instrumen dan data yang diperoleh dari masiing-masing penanggung
jawab direktorat; mengkategorikan data, mentabulasi data atau memasukkan data ke dalam
format tabulasi analisis, dan mengembangkan kerangka analisis.
Analisis dilakukan secara deskriptif (descriptive analysis) pada semua tahapan evaluasi.
Data yang terkumpul kemudian dilakukan kompilasi yang nantinya dianalisis secara deskriptif dan
tabuler. Hasil reduksi tersebut disajikan dalam bentuk data presentase dan dibuat deskripsi
naratif serta tabel matriks dan/atau grafik untuk memperjelas kecenderungan data yang
diperoleh, kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan kesimpulan sementara. Selanjutnya,
data evaluasi diverifikasi dengan mengecek kembali kepada penanggung jawab program
pendampingan di masing-masing direktorat. Untuk mendapatkan kredibilitas, keterandalan, dan
keabsahan data yang digunakan untuk menganalisis dan membuat kesimpulan akhir dan
digunakan untuk memberikan perumusan dan rekomendasi. Bagan analisis dapat digambarkan
sebagai berikut:
Untuk mempermudah interpretasi data, Tim Evaluasi membuat tabel kategori capaian
hasil pendampingan kurikulum 2013 demgamn merujuk pada derajat keterpenuhan pada Skala
Likert Instrumen Pendampingan. Skala tersebut kemudian dikonversi ke dalam bentuk persentase
untuk setiap kategori dan membuat kategori kualitatif untuk setiap persentase capaian.
Selengkapnya, sebagai berikut:
Tabel Skala dan Kategori
Skala Likert Persentase Kategori Kategori Kualitatif
4 76% - 100% Sangat Baik
3 51% - 75% Baik
2 26% - 50% Kurang
1 0% - 25% Sangat Kurang
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kegiatan analisis data kemudian dilanjutkan
dengan melihat tingkat descrepency antara tiga komponen utama, yaitu; standard atau kondisi
ideal pelaksanaan pendampingan Kurikulum 2013, dampak aktual kebijakan, dan kesenjangan
yang dikaitkan dengan teori-teori kebijakan publik, sebagai berikut.
TEKNIK ANALISA DATA
Langkah Awal
•Diskusi dengan Penanggung JawabPendampingan K13
Pengumpulan Data •Hasil interview dan diskusi direktorat, dan•Dokumentasi
Langkah Analisis•Tabulasi Data•Reduksi Data•Pengelompokan Data
Penyajian Data•Deskriptif Kualitatif•Deskriptif Kuantitatif
Laporan•Pembahasan, •Kesimpulan dan•Rekomendasi
Revisi Kebijakan Pelaksanaan
Pendampingan Kurikulum 2013
Kondisi ideal Pendampingan Kurikulum 2013 (Sesuai
Juknis)
Kondisi Nyata/Fakta Hasil Evaluasi Pendampingan
(Implementasi Pendampingan)
Kondisi ideal Rekomendasi Hasil Evaluasi
Gambar Analisis Data Evaluasi
Gambar di atas menunjukkan bahwa analisis data membandingkan indikator
keberhasilan dalam juknis dengan hasil pendampingan yang telah dicapai oleh Direktorat terkait.
Dengan demikian, maka diketahui indikator mana yang sudah dan belum terpenuhi. Derajat
keterpenuhan setiap indikator pendampingan juga menjadi bahan evaluasi melalui pertanyaan-
pernyataan klarifikasi pada FGD atau pertemuan dengan direktorat terkait. Hasil analisis data
kemudian divalidasi dengan konsep-konsep kebijakan pelaksanaan pendampingan kurikulum yang
relevan. Selanjutnya, melakukan pemeriksaan keabsahan terhadap data-data tersebut yang
mencakup kredibilitas, dependabilitas, transferabilitas, dan komfirmabilitas.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN PENDAMPINGAN
1. Sekolah Dasar (SD)
Pada tahun 2013 sebanyak 2.598 guru yang menjadi sasaran pendampingan
implementasi kurikulum 2013 di Sekolah Dasar yang tersebar di 33 propinsi seluruh Indonesia.
Namun dikarenakan berbagai kendala terutama pada proses pengumpulan instrumen dari para
pendamping yang tidak 100% mengirimkan instrumen ke Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
sehingga instrumen yang terkumpul hanya sebanyak 857. Instrumen yang berhasil terkumpul
tersebut, tidak semuanya dijadikan sampel, melainkan hanya sejumlah 175 instrumen yang
dianalisis dikarenakan waktu untuk mentabulasi data sangat terbatas dan data masih dalam
bentuk instrument berupa buku, bentuk data juga belum dikuantifikasikan dan belum diinput ke
dalam rekapitulasi tabulasi data dalam format analisis. Berikut hasil analisis dan pembahasan
pendampingan implementasi kurikulum 2013 pada tingkat SD.
a. Pemahaman Guru Terhadap Buku Pedoman Guru dan Buku Siswa
Pemahaman guru terhadap buku pedoman guru maupun buku teks siswa merupakan
salah satu komponen utama dalam keberhasilan implementasi kurikulum 2013. Hal itu
dikarenakan bahwa buku pedoman merupakan bahan yang harus dikuasai oleh guru sebagai
sumber utama dalam implementasi kurikulum 2013.
Hasil analisa data menunjukan bahwa 175 guru sasaran yang menjadi sampel dalam
kajian ini 31 (17,71%) menyatakan sangat memahami, 135 (77,14%) memahami, dan 2 (5,14%)
menyatakan kurang memahami terhadap buku pedoman guru. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa 94.86% guru sasaran memahami dengan baik terhadap buku pedoman guru. Adapun
aspek-aspek yang telah dipahami oleh guru sasaran adalah sebagai berikut:
1) mengenai kelengkapan buku pedoman guru,
2) hubungan fungsional buku pedoman guru dan buku teks pelajaran dalam proses
pembelajaran,
3) bagian-bagian buku yang sulit dipahami dan atau dilaksanakan.
Beberapa kendala menurut catatan guru yang belum memahami buku pedoman guru
antara lain; guru belum memahami buku pedoman karena belum memilikinya, kemampuan
memahami isi buku guru kurang maksimal dikarenakan tidak ditunjang dengan bahan lain yang
relevan, serta guru yang kurang memahami hubungan fungsional buku pedoman guru dan buku
teks siswa karena porsi penyampaian materi yang kurang.
Pemahaman guru terhadap buku siswa menunjukan bahwa 175 guru sasaran yang
menjadi sampel dalam kajian ini 24 (13,71%) menyatakan sangat memahami, 144 (82,29%)
memahami, dan 7 (4,00%) menyatakan kurang memahami terhadap buku pedoman siswa. Dari
data tersebut menunjukkan bahwa 96,00% guru sasaran memahami dengan baik terhadap buku
pedoman siswa . Adapun aspek-aspek yang telah dipahami oleh guru sasaran adalah:
1) mengenai kelengkapan buku teks pelajaran,
2) mengenai hubungan aktifitas pembelajaran dengan sumber dan media/ alat pembelajaran,
3) bagian-bagian buku yang sulit dipahami dan atau dilaksanakan
Beberapa catatan dari guru yang menyatakan belum memahami buku teks siswa antara
lain disebabkan oleh karena guru belum memiliki buku teks siswa, dan kemampuan memahami isi
buku teks siswa kurang maksimal dikarenakan tidak ditunjang dengan bahan lain yang relevan.
Untuk lebih menambah penguatan pemahaman guru sasaran, maka terdapat beberapa saran dari
pendamping yakni; diperlukan kegiatan kelompok kerja dan diskusi yang berulang-ulang di
kalangan guru, dan diperlukan juga pendampingan yang intensif terhadap upaya pendalaman dan
pengembangan kreatifitas pembelajaran.
b. Pemahaman Guru Terhadap Proses dan Penilaian Pembelajaran
Komponen pertama dari aspek pemahaman guru terhadap proses dan penilaian
pembelajaran adalah mengenai pemahaman terhadap pendekatan pembelajaran saintifik dan
kemampuan menerapkannya dalam pembelajaran. Pemahaman guru sasaran terhadap
penerapan pendekatan pembelajaran saintifik, didapatkan hasil bahwa terdapat 11 orang (6,29%)
yang menyatakan sangat memahami penerapanpendekatan pembelajaran saintifik, 148 (84,57%)
mengakui memahami, 15 (8,57%) menyatakan kurang memahami, dan terdapat 1 guru (0,57%)
yang menyatakan tidak memahami mengenai penerapan pendekatan pembelajaran saintifik. Data
tersebut menunjukkan bahwa 90,86% guru sasaran memahami dengan baik terhadap pendekatan
pembelajaran saintifik. Pemahaman mengenai penerapan pembelajaran saintifik ditandai oleh
beberapa kriteria sebagaimana berikut;
1) konsep pembelajaran saintifik dan atau pembelajaran berbasis proses keilmuan.
2) karakteristik dan langkah-langkah pembelajaran saintifik.
3) ragam pembelajaran saintifik seperti project based learning, problem-based learning,
discovery learning, dan inquiry learning.
Beberapa kendala yang tercatat dari guru yang menyatakan belum memahami konsep
pembelajaran saintifik antara lain; guru belum faham terhadap konsep pembelajaran saintifik
karena tidak mengikuti pelatihan, para guru masih lemah dalam memahami pendekatan
pembelajaran saintifik dikarenakan belum familiar dan belum terbiasa dengan konsep tersebut.
Pemahaman guru terhadap teknik penilaian otentik bahwa dari 175 responden, terdapat
4 (2,29%) yang dinilai sangat memahami konsep penilaian otentik, 150 (85,71%) menyatakan
memahami, 20 orang (11,43%) mengaku kurang memahami, dan 1 orang (0,57%) menyatakan
tidak memahami. Data tersebut menunjukkan bahwa 88% guru memahami dengan baik
mengenai penilaian otentik. Adapun kriteria pemahaman terhadap penilaian pembelajaran
otentik dilihat dari beberapa poin mengenai;
1) pengertian penilaian otentik,
2) Karakteristik dan langkah-langkah penilaian otentik,
3) Ragam, proses, dan alat penilaian otentik seperti portofolio, tes dan non tes (skala sikap,
catatan anekdot, catatan perilaku dll) serta uji keterampilan.
Adapun catatan pendamping dalam hal ini menyebutkan beberapa saran seperti
diperlukannya pengkajian yang intens untuk guru-guru di sekolah swasta. Terdapat catatan pula
yang menyebutkan bahwa sebagian guru merasa keberatan dengan penilaian otentik yang
menurut mereka menyita waktu dalam pelaksanaannya karena rubrik-rubriknya yang banyak.
c. Pemahaman Guru Terhadap Penyusunan RPP
Dari data yang tersaji didapatkan informasi antara lain terdapat 3 (1,71%) yang sangat
sesuai dengan kriteria penyusunan RPP yang baik, 168 (96,00%) sudah sesuai, dan ada 4 guru
(2,29%) kurang sesuai dengan kriteria penyusunan RPP. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa penyusunan RPP oleh para guru sudah menunjukkan hasil yang cukup baik
dengan 97,71% guru sudah baik dan sesuai dalam menyusun RPP. Dalam aspek ini terdapat 9
kriteria kesesuaian penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, mulai dari penulisan
identitas mata pelajaran; perumusan indikator; perumusan tujuan pembelajaran; pemilihan
materi ajar; dan seterusnya sampai pada penilaian pembelajaran. Beberapa catatan dalam
kaitannya dengan kekurangan dalam penyusunan RPP antara lain; Guru masih belum melengkapi
soal, kunci jawaban, maupun pedoman skoring, dan masih terdapat guru yang belum memahami
dan mencantumkan komponen-komponen yang ada di dalam RPP.
d. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam evaluasi pendampingan pelaksanaan pembelajaran, aspek yang diamati dibagi
menjadi 3; yakni aspek kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Para guru yang
menjadi sasaran pendampingan dituntut untuk menjalankan RPP yang sebelumnya sudah mereka
buat dan mengimplementasikannya di ruang-ruang kelas pembelajaran bersama siswa dan siswi
di sekolah masing-masing. Pemahaman guru terhadap kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran
menunjukkan bahwa dari 175 responden, sebanyak 9 guru (5,14%) menyatakan sangat
memahami, 148 (84,57%) memahami, 17 (9,71%) kurang memahami, dan 1 orang guru (0,57%)
tidak memahami proses dan langkah-langkah yang ada dalam kegiatan pendahuluan. Maka dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 175 guru sasaran, terdapat 89,71% yang sudah baik
dalam pemahaman tentang proses dan langkah-langkah dalam kegiatan pendahuluan.
Selanjutnya, pemahaman guru terhadap kegiatan inti dalam pembelajaran menunjukkan
bahwa dari 175 guru, 6 (3,43%) menyatakan sudah sangat memahami, 155 (88,57%) dinyatakan
telah memahami, 13 (7,43%) dinyatakan kurang memahami, dan 1 orang guru (0,57 %) tidak
memahami, komponen-komponen yang ada di kegiatan inti. Hasil analisa data menunjukkan
bahwa pemahaman guru sasaran terkait proses kegiatan inti dalam pembelajaran sudah baik atau
92% dari 175 guru sudah memahami dengan baik langkah-langkah dalam kegiatan inti.
Sementara, pemahaman guru terhadap kegiatan penutup dalam pembelajaran, diperoleh hasil
bahwa dari 175 responden terdapat 5 orang (2,86%) menyatakan sudah sangat memahami
dengan baik, 153 (87,43 %) sudah memahami, dan 17 guru (9,71%) mengaku kurang memahami.
Secara umum, sebanyak 90,29% guru menyatakan sudah memahami proses dan langkah dalam
kegiatan penutup.
e. Pemahaman Guru Terhadap Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran
Pemahaman guru terhadap pelaksanaan penilaian pembelajaran menunjukkan bahwa 3
orang atau (1,71%) dinyatakan sudah sangat memahaminya dengan baik, 161 (92,00%)
menyatakan sudah memahami, 11 atau (6,29%) kurang memahaminya. Secara umum dari 175
guru sasaran, terdapat 93,71% guru sasaran dianggap memahami pelaksanaan penilaian
pembelajaran.
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Pendampingan kurikulum 2013 merupakan upaya dalam penguatan terhadap sekolah
agar sekolah dapat melaksanakan Kurikulum 2013 dari tahap merencanakan pembelajaran
sampai pada tahap evaluasi dalam pencapaian kompetensi peserta didik dengan baik. Fokus
pendampingan Kurikulum 2013 meliputi pemantapan pengetahuan guru terhadap kurikulum
2013. Pada tingkat SMP analisis dilakukan pada Sembilan mata pelajaran (Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, IPA, IPS, Matematika, Seni, Prakarya, PPKn dan PJOK. Analisis hasil rekapitulasi
pendampingan yang dijaring dengan menggunakan sejumlah instrument Pendampingan
Kurikulum 2013. Data analisis Pendampingan Kurikulum 2013 ini bersumber dari data
dokumentasi Direktorat Pembinaan SMP tahun 2013 dengan jumlah guru sasaran sebanyak
12.924 guru. Analisis hasil dan Pembahasan Pendampingan SMP akan diuraikan sebagai berikut.
a. Pemahaman Guru Terhadap Buku Panduan Guru
Pemahaman guru terhadap Buku Panduan Guru per mata pelajaran di tingkat SMP
menunjukkan bahwa dari 12.924 guru sasaran (guru yang didampingi), sebanyak 67% memliki
pemahaman yang sangat baik terhadap Buku Panduan Guru, sebanyak 27% tergolong cukup
memahami. Namun demikian masih terdapat sebanyak 5% guru kurang memahami, dan 1% guru
yang tidak memahami Buku Panduan Guru. Data ini menunjukan bahwa 94% guru sasaran
memiliki pemahaman yang baik terhadap isi Buku Panduan Guru, meski perlu peningkatan
pemahaman pada sebagian kecil guru. Sedangkan sebanyak 6% guru sasaran yang masih kurang
memahami terhadap isi buku panduan guru dan perlu peningkatan antara lain dalam hal:
1) Pemahaman konten pada materi pokok/tema tertentu yang ada dalam buku guru,
2) Pemahaman proses pembelajaran (termasuk media yang disarankan) pada materi pokok/
tema tertentu yang ada dalam buku guru,
3) Pemahaman penilaian pada materi pokok/tema tertentu yang ada dalam buku guru.
Sementara pemahaman guru sasaran terhadap aspek hubungan fungsional antara
proses pembelajaran dalam buku guru dengan buku siswa yang masih kurang antara lain dalam
hal: (1) Mendeskripsikan pendekatan saintifik dalam buku siswa, dan (2) Mendeskripsikan
penilaian sesuai dengan standar penilaian dalam buku siswa (tugas, latihan, tes, dan lain-lain).
b. Pemahaman Guru Terhadap Teks Pelajaran
Secara umum, hasil analisis data tentang pemahaman guru terhadap buku Teks
Pelajaran dapat dilihat pada diagram pie berikut: Berdasarkan diagram diatas, sebanyak 45% guru
memiliki pemahaman yang baik terhadap buku Teks Pelajaran, dan sebanyak 44% guru tergolong
cukup baik. Sebanyak 9% guru memiliki pemahaman yang kurang terhadap buku Teks Pelajaran,
dan sebanyak 2% tergolong tidak memahami buku Teks Pelajaran dalam kurikulum 2013. Dengan
demikian data ini menunjukan 89% guru sudah memahami pemahaman guru terhadap buku teks
pelajaran. Sementara sebanyak 11% guru belum memahami isi buku panduan guru. Pemahaman
guru sasaran terhadap isi teks pelajaran yang masih kurang antara lain dalam hal: (1) Menjelaskan
bagian buku siswa yang menumbuhkan kompetensi sikap (spiritual atau sosial), dan (2)
Menjelaskan bagian buku siswa yang bisa menumbuhkan kompetensi keterampilan.
Pemahaman guru sasaran terhadap buku teks pelajaran dalam aspek memahami
hubungan aktivitas, sumber, media/alat pembelajaran/penilaian dalam buku teks pelajaran yang
masih kurang dalam hal antara lain:
1) Memberikan contoh aktivitas pembelajaran berbasis pendekatan saintifik untuk
menumbuhkan kompetensi tertentu dalam buku siswa,
2) Memilih media/alat pembelajaran yang sesuai dengan aktivitas di dalam buku siswa,
3) Menentukan referensi/sumber belajar yang relevan dalam mendukung pembelajaran sesuai
dengan aktivitas dalam buku siswa (misalnya membuat pedoman wawancara, penelusuran
internet bagi guru-guru yang tidak terbiasa mengakses internet, dan lain-lain),
4) Membuat instrumen penilaian di dalam buku siswa sesuai dengan kompetensi yang
dikembangkan.
c. Pemahaman Guru Terhadap Proses Pembelajaran
Secara umum pemahaman guru terhadap terhadap proses pembelajaran dalam
pendampingan tergolong sangat baik. Sebanyak 39% guru memahami proses pembelajaran, dan
sebanyak 47% guru tergolong cukup memahami. Namun demikian 12% masih kurang dan
sebanyak 2% guru tergolong tidak memahami proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
Dengan demikian, dari data ini dapat disimpulkan bahwa sebanyak 86% guru sudah memahami
proses pembelajaran. Sedangkan 14% guru belum memahami proses pembelajaran. Pemahaman
guru sasaran terhadap proses pembelajaran yang masih kurang antara lain dalam:
1) Memahami teori dalam pembelajaran saintifik,
2) Memahami tentang landasan berfikir pembelajaran saintifik yakni pergeseran paradigma dari
“diberi tahu” menuju “mencari tahu”,
3) Membelajarkan secara praktis dalam pembelajaran saintifik dengan penumbuhan kreativitas.
Sementara pemahaman guru sasaran dalam aspek menerapkan pembelajaran masih
kurang dalam hal:
1) Merangsang siswa agar proses pembelajaran sesuai dengan metode saintifik (misalnya
bagaimana agar siswa terampil bertanya), dan
2) Mengatasi hambatan dalam penerapan pembelajaran saintifik (misalnya menyangkut
alat/bahan dan lain-lain).
d. Pemahaman Guru Terhadap Proses Penilaian
Secara umum pemahaman guru terhadap proses penilaian dalam Kurikulum 2013 masih
sangat perlu ditingkatkan. Proses penilaian yang cukup komprehensif dalam Kurikulum 2013
termasuk hal yang relatif baru bagi guru, terutama pada aspek penilaian sikap. Sebanyak 27%
guru memiliki pemahaman yang baik terhadap proses penilaian, dan sebanyak 39% guru memiliki
pemahaman yang cukup. Namun demikian, sebanyak 22% guru memiliki pemahaman yang
kurang, dan sebanyak 12% guru sasaran tidak memahami proses penilaian dalam Kurikulum 2013.
Dengan demikian data ini menunjukan 66% guru sudah memahami proses penilaian dan 34%
belum memahami proses penilaian. Pemahaman guru sasaran terhadap proses penilaian yang
masih kurang antara lain dalam:
1) Menentukan ranah penilaian (sikap spiritual, sikap social, pengetahuan, dan keterampilan),
2) Menentukan teknik dan bentuk penilaian pada ranah sikap pengetahuan dan keterampilan,
3) Membuat instrument penilaian pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan, dan
pelaporan hasil penilaian, pengetahuan, dan keterampilan.
e. Kemampuan Guru Menyusun RPP
Secara umum kemampuan guru Menyusun RPP dalam Kurikulum 2013 cukup memadai
meskipun belum sepenuhnya memadai sesuai yang diharapkan. Sebanyak 55% guru memiliki
kemampuan yang baik dalam Menyusun RPP, dan sebanyak 34% guru memiliki kemampuan yang
cukup. Namun demikian, masih sebanyak 10% guru memiliki kemampuan yang kurang, dan
sebanyak 1% guru sasaran tidak memiliki kemampuan Menyusun RPP dalam Kurikulum 2013.
Dengan demikian, sebanyak 89% guru sudah mampu menyusun RPP sedangkan sebanyak 11%
belum memahami cara menyusun RPP. Kemampuan guru sasaran terhadap penyusunan RPP yang
masih kurang antara lain dalam:
1) Menyusun indikator yang sesuai,
2) Menyusun tujuan pembelajaran yang sesuai,
3) Memilih materi ajar yang sesuai,
4) Memilih dan memanfaatkan media pembelajaran secara optimal,
5) Merancang kegiatan pembelajaran dengan pendekatan.
f. Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran
Secara umum kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dalam Kurikulum 2013
cukup memadai meskipun belum sepenuhnya memadai sesuai yang diharapkan. Sebanyak 39%
guru memiliki kemampuan yang baik dalam Melaksanakan Pembelajaran, dan sebanyak 47% guru
memiliki kemampuan yang cukup. Namun demikian, masih sebanyak 12% guru memiliki
kemampuan yang kurang, dan sebanyak 2% guru sasaran tidak memiliki kemampuan
Melaksanakan Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Dari data tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa 86% guru sudah memahami cara pelaksanaan pembelajaran sedangkan 14% guru belum
memahami cara pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan guru sasaran terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang masih kurang antara lain:
1) Melakukan apersepsi, motivasi, dan penyampaian tujuan,
2) Menguasai materi pelajaran,
3) Menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik,
4) Menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik (pendekatan berbasis proses keilmuan),
5) Menerapkan pembelajaran terpadu (hanya untuk mata pelajaran IPA/IPS),
6) Merangsang peserta didik agar terlibat dalam proses pembelajaran.
g. Kemampuan Guru Melakukan Penilaian
Kemampuan guru secara umum dalam Melakukan Penilaian Sikap dalam Kurikulum
2013 masih perlu peningkatan secara intensif. Sebanyak 40% guru memiliki kemampuan yang baik
dalam Melakukan Penilaian Sikap, dan sebanyak 38% guru memiliki kemampuan yang cukup.
Namun demikian, masih sebanyak 18% guru memiliki kemampuan yang kurang, dan sebanyak 4%
guru sasaran tidak memiliki kemampuan Melakukan Penilaian Sikap dalam Kurikulum 2013.
Dengan demikian, sebanyak 78% guru sudah memahami cara melakukan penilaian sikap
sedangkan sebanyak 22% guru belum memahami isi buku panduan guru.
Kemampuan guru secara umum dalam Melakukan Penilaian Pengetahuan dalam
Kurikulum 2013 cukup memadai. Hal ini mengingat penilaian pengetahuan merupakan hal yang
tidak terlalu kompleks dan sudah biasa dilakukan guru. Sebanyak 66% guru memiliki kemampuan
yang baik dalam Melakukan Penilaian Pengetahuan, dan sebanyak 27% guru memiliki kemampuan
yang cukup. Namun demikian, masih sebanyak 7% guru memiliki kemampuan yang kurang dalam
Melakukan Penilaian Pengetahuan dalam Kurikulum 2013. Dengan demikian dari data ini
menunjukan bahwa sebanyak 93% guru sudah memahami cara melakukan penilaian pengetahuan
sedangkan sebanyak 7% belum memahami cara melakukan penilaian.
Kemampuan guru Melakukan Penilaian Keterampilan dalam Kurikulum 2013 cukup
memadai meskipun belum sepenuhnya memadai sesuai yang diharapkan. Sebanyak 46% guru
memiliki kemampuan yang baik dalam Melakukan Penilaian Keterampilan, dan sebanyak 40%
guru memiliki kemampuan yang cukup. Namun demikian, masih sebanyak 13% guru memiliki
kemampuan yang kurang, dan sebanyak 1% guru sasaran tidak memiliki kemampuan Melakukan
Penilaian Keterampilan dalam Kurikulum 2013. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 86% guru sudah memahami cara melakukan penilaian kerampilan sedangkan 14%
belum memahami cara melakukan Penilaian. Sedangkan 21.1% kurang memahami. Data ini
menunjukan bahwa guru sasaran mempunyai kemampuan yang terhadap pelaksanaan penilaian.
Adapun guru sasaran yang masih kurang memahami terhadap pelaksanaan penilaian adalah pada
sebagian aspek-aspek yang berkaitan dengan: (1) Melakukan penilaian kompetensi sikap; (2)
Melakukan penilaian kompetensi pengetahuan; dan (3) Melakukan penilaian kompetensi
keterampilan.
3. Sekolah Menengah Atas (SMA)
Rekapitulasi hasil pendampingan Kurikulum 2013 pada kategori Buku Pedoman Guru
dan Buku Teks Pelajaran memperoleh hasil sebagaimana berikut.
a. Buku Pedoman Guru
Komponen buku pedoman guru meliputi pemahaman isi buku dan pemahaman
fungsional buku guru dan buku siswa dalam proses pembelajaran. Dari jumlah responden 127
orang diperoleh data sebagai berikut:
1) Sebanyak 74.80% guru menyatakan sangat memahami isi buku pedoman guru serta sangat
memahami hubungan fungsional buku pedoman guru dan buku teks pelajaran dalam proses
pembelajaran.
2) Sebanyak 19.69% guru menyatakan memahami isi buku pedoman guru serta memahami
hubungan fungsional buku pedoman guru dan buku teks pelajaran dalam proses
pembelajaran.
3) Sebanyak 1.57% guru menyatakan kurang memahami isi buku pedoman guru serta kurang
memahami hubungan fungsional buku pedoman guru dan buku teks pelajaran dala proses
pembelajaran.
4) Sebanyak 3.94% guru menyatakan tidak memahami isi buku pedoman guru serta tidak
memahami hubungan fungsional buku pedoman guru dan buku teks pelajaran dala proses
pembelajaran.
Dari data tersebut menggambarkan bahwa sebanyak 94.49% guru memahami isi buku
pedoman guru serta memahami hubungan fungsional buku pedoman guru dan buku teks
pelajaran dalam proses pembelajaran dan sebesar 5.51% guru yang belum memahami isi buku
pedoman guru serta belum memahami hubungan fungsional buku pedoman guru dan buku teks
pelajaran dalam proses pembelajaran. Sementara pemahaman guru sasaran yang masih perlu
ditingkatkan dalam hal:
1) Memahami konten pada materi pokok/tema tertentu yang ada dalam buku guru,
2) Memahami proses pembelajaran (termasuk media yang disarankan) pada materi pokok/
tema tertentu yang ada dalam buku guru,
3) Memahami penilaian pada materi pokok/tema tertentu yang ada dalam buku guru.
Sementara pemahaman guru sasaran terhadap aspek hubungan fungsional antara
proses pembelajaran dalam buku guru dengan buku siswa yang masih kurang dalam hal:
1) Mendeskripsikan pendekatan saintifik dalam buku siswa, dan
2) Mendeskripsikan penilaian yang sesuai dengan standar penilaian dalam buku siswa (tugas,
latihan, tes, dan lain-lain).
b. Buku Siswa
Jumlah guru yang menjadi responden sebanyak 127 orang. Deskrpsi hasil pendampingan
adalah sebagai berikut:
1) Sebanyak 72.05% guru menyatakan sangat memahami tentang subtansi buku teks
pembelajar serta sangat memahami hubungan aktivitas pembelajaran sumber media/alat
pembelajaran dan kompetensi yang dikembangkan.
2) Sebanyak 14.17% guru menyatakan memahami tentang subtansi buku teks pelajaran serta
memahami hubungan aktivitas pembelajaran sumber media/alat pembelajaran dan
kompetensi yang dikembangkan.
3) Sebanyak 6.69% guru menyatakan kurang memahami tentang subtansi buku teks pelajaran
serta kurang memahami hubungan aktivitas pembelajaran sumber media/alat pembelajaran
dan kompetensi yang dikembangkan.
4) Sebanyak 7.09% guru menyatakan tidak memahami tentang subtansi buku teks pelajaran
serta tidak memahami hubungan aktivitas pembelajaran sumber media/ alat pembelajaran
dan kompetensi yang dikembangkan.
Dari data tersebut menggambarkan bahwa guru memahami subtansi buku teks
pelajaran serta Memahami hubungan aktivitas pembelajaran sumber media/alat pembelajaran
dan kompetensi yang dikembang kan (86.22%) dan sebesar (13.78%) yang belum memahami
subtansi buku teks pelajaran serta belum Memahami hubungan aktivitas pembelajaran sumber
media/alat pembelajaran dan kompetensi yang dikembangkan. Sehingga dibutuhkan langkah-
langkah khusus agar guru tersebut mampu memahami substansi buku teks pelajaran secara
menyeluruh.
c. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Saintifik (Pendekatan Berbasis Proses Keilmuan)
Jumlah guru yang menjadi responden sebanyak 127 orang. Deskrpsi hasil pendampingan
adalah sebagai berikut.
1) Sebanyak 62 atau 73% guru menyatakan sangat memahami pengertian pembelajaran
saintifik, dan sangat memahami tahap-tahap pembelajaran dengan metode saintifik serta
sangat memahami contoh-contoh kegiatan/ektivitas pembelajaran setiap tahap
pembelajaran dengan metode saintifik.
2) Sebanyak 22.57% guru menyatakan memahami pengertian pembelajaran saintifik, dan
memahami tahap-tahap pembelajaran dengan metode saintifik serta memahami contoh-
contoh kegiatan/ektivitas pembelajaran setiap tahap pembelajaran dengan metode saintifik.
3) Sebanyak 7.87% guru menyatakan kurang memahami pengertian pembelajaran saintifik, dan
kurang memahami tahap-tahap pembelajaran dengan metode saintifik serta kurang
memahami contoh-contoh kegiatan/ektivitas pembelajaran setiap tahap pembelajaran
dengan metode saintifik.
4) Sebanyak 6.83% guru menyatakan tidak memahami pengertian pembelajaran saintifik, dan
tidak memahami tahap-tahap pembelajaran dengan metode saintifik serta tidak memahami
contoh kegiatan/ektivitas pembelajaran setiap tahap pembelajaran dengan metode saintifik.
Dari data tersebut menggambarkan bahwa guru memahami pengertian pembelajaran
saintifik, dan memahami tahap-tahap pembelajaran dengan metode saintifik serta memahami
contoh-contoh kegiatan/ektivitas pembelajaran setiap tahap pembelajaran dengan metode
saintifik sebesar 85.3%. Sedangkan, yang belum memahami sebesar 14.7% guru yang belum
memahami pengertian pembelajaran saintifik, dan belum memahami tahap-tahap pembelajaran
dengan metode saintifik serta memahami contoh-contoh kegiatan/ektivitas pembelajaran setiap
tahap pembelajaran dengan metode saintifik. Sehingga dibutuhkan pelatihan khusus agar supaya
guru mampu memahami pengertian pembelajaran saintifik.
d. Penilaian
Jumlah guru yang menjadi responden sebanyak 127 orang. Deskrpsi hasil pendampingan
adalah sebagai berikut.
19 1) Sebanyak 52.76% guru menyatakan sangat memahami penilaian kompetensi sikap (spiritual
dan sosial) dan sangat memahami Penilaian kompetensi pengetahuan serta sangat
Memahami penilain kompetensi keterampilan.
2) Sebanyak 21.52% guru menyatakanmemahami penilaian kompetensi sikap (spiritual dan
sosial) dan memahami Penilaian kompetensi pengetahuan serta Memahami penilain
kompetensi keterampilan.
3) Sebanyak 14.17% guru menyatakan kurang memahami penilaian kompetensi sikap (spiritual
dan sosial) dan kurang memahami Penilaian kompetensi pengetahuan serta kurang
Memahami penilain kompetensi keterampilan.
4) Sebanyak 11.55% guru menyatakan tidak memahami penilaian kompetensi sikap (spiritual
dan sosial) dan tidak memahami Penilaian kompetensi pengetahuan serta tidak Memahami
penilain kompetensi keterampilan.
Dari data tersebut menggambarkan bahwa guru memahami penilaian kompetensi sikap
(spiritual dan sosial) dan memahami Penilaian kompetensi pengetahuan serta Memahami
penilaian kompetensi keterampilan (74.28%) dan sebesar (25.72) guru yang belum memahami
penilaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial) dan belum memahami Penilaian kompetensi
pengetahuan serta Memahami penilain kompetensi keterampilan. Sehingga dibutuhkan langkah-
langkah agar supaya guru mampu memahami penilaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial)
secara keseluruhan. Sementara pemahaman guru sasaran yang masih perlu ditingkatkan dalam
hal: (a) Menjelaskan bagian buku siswa yang menumbuhkan kompetensi sikap (spiritual atau
sosial), dan (b) Menjelaskan bagian buku siswa yang bisa menumbuhkan kompetensi
keterampilan.
Pemahaman guru sasaran terhadap buku teks pelajaran dalam aspek memahami
hubungan aktivitas, sumber, media/alat pembelajaran/penilaian dalam buku teks pelajaran yang
masih kurang dalam hal antara lain:
1) Memberikan contoh aktivitas pembelajaran berbasis pendekatan saintifik untuk
menumbuhkan kompetensi tertentu dalam buku siswa,
2) Memilih media/alat pembelajaran yang sesuai dengan aktivitas di dalam buku siswa,
3) Menentukan referensi/sumber belajar yang relevan dalam mendukung pembelajaran sesuai
dengan aktivitas dalam buku siswa (misalnya membuat pedoman wawancara, penelusuran
internet bagi guru-guru yang tidak terbiasa mengakses internet, dan lain-lain),
4) Membuat instrumen penilaian di dalam buku siswa sesuai dengan kompetensi yang
dikembangkan.
e. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Jumlah guru yang menjadi responden sebanyak 127 orang. Deskrpsi hasil pendampingan
adalah sebagai berikut.
1) Guru yang sudah memahami pengisian identitas mata pelajaran pada RPP sebanyak 79.52%,
sedangkan yang belum memahami sebanyak 20.48% sehingga dibutuhkan pelatihan khusus
agar supaya guru mampu memahami satuan pendidikan.
2) Pemahaman guru dalam menggunakan kata kerja operasional relevan dengan KD yang
dikembangkan, serta memahami kompetensi pengetahuan keterampilan dan sikap sebesar
86.36%. Sementara yang belum memahami sebesar 13.64, sehingga dibutuhkan pelatihan
khusus agar supaya guru mampu memahami Sesuai KD secara utuh.
3) Guru memahami jenis kompetensi sesuai indikator yang mencakup kompetensi pengetahuan
keterampilan dan sikap sebesar 100%.
4) Guru memahami tujuan pembelajaran dan sangat sesuai dengan pendekatan pembelajaran
saintifik (pendekatan berbasis proses keilmuan) sebesar 92.52%, sedangkan sebesar 7.48%
guru yang belum memahami tujuan pembelajaran dan dengan pendekatan pembelajaran
saintifik (pendekatan berbasis proses keilmuan).
5) Guru memahami tujuan pembelajaran, dan Memuat materi/kegiatan pembelajaran untuk
pengayaan, serta Memuat materi/kegiatan pembelajaran untuk remedial sebesar 94.75%.
Seadangkan, 5.25% guru belum memahami tujuan pembelajaran, yang memuat
materi/kegiatan pembelajara untuk pengayaan, serta memuat materi/kegiatan pembelajaran
untuk remedial. Sehingga dibutuhkan pelatihan tambahan agar supaya guru mampu
memahami tujuan pembelajaran.
6) Guru yang memahami pemanfaatkan media pembelajaran yang bervariasi (baik sederhana
maupun canggih/multimedia), dan Sesuai dengan materi pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran saintifik, serta Sesuai dengan karakteristik peserta didik sebesar 87.92%.
Sedangkan, sebesar 12.08% guru yang belum memahami pemanfaatkan media pembelajaran
yang bervariasi (baik sederhana maupun canggih/multimedia), dan belum Sesuai dengan
materi pembelajaran dan pendekatan pembelajaran saintifik, serta sangat Sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
7) Guru yang memahami kesesuaian eknik dan Bentuk Penilaian, sesuai dengan indikator
pencapaian kompetensi, dan sangat sesuai kunci jawaban dengan soal, serta sesuai pedoman
penskoran dengan soal sebesar 91,04%. Sedangkan, sebesar 8,96% guru yang belum
memahami sesuai dengan Teknik dan Bentuk Penilaian, belum sesuai dengan indikator
pencapaian kompetensi, dan sesuai kunci jawaban dengan soal, serta belum sesuai pedoman
penskoran dengan soal.
f. Pelaksanaan Pembelajaran
Jumlah guru yang menjadi responden sebanyak 127 orang. Hasil analisa data menunjukkan
bahwa bahwa guru memahami dan melaksanakan tahapan pelaksanaan pembelajaran sebesar 86,87%.
Sedangkan, sebesar 13,23% guru yang belum memahami tahapan pelaksanaan pembelajaran yang
mencakup: Apersepsi dan Motivasi yang berisi Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan
pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya, belum Mengajukan pertanyaan menantang,
belum Menyampaikan manfaat materi pembelajaran, Mendemonstrasikan sesatu yang terkait tema, belum
Mengecek perilaku awal (entry behavior) dan belum memahami Penyampaian Kompetensi dan Rencana
Kegiatan yang berisi Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik (interaksi KI3 dan KI4,
yang berimplikasi pada pengembangan K1 dan K2), Menyampaikan rencana kegiatan.
Sementara, penguasaan Materi Pelajaran yang berisi Kemampuan menyesuaikan materi
dengan tujuan pembelajaran; Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang
relevan, perkembangan, Iptek dan kehidupan nyata, Mengelola pembahasan materi pembelajaran
dan pengamalan belajar dengan tepat; Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit dari
konkrit ke abstrak) dan menerapkan Strategi Pembelajaran yang Mendidik yang berisi Kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, dan seterusnya mencapai 91.73% dan
sebesar (8.27%) guru yang belum memiliki penguasaan materi ajar yang baik.
Pada aktivitas Penutup Pembelajaran, data bahwa guru mengutamakan Melakukan
refleksi dan/atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik, sangat mengutamakan
Memberikan tes lisan atau tulisan, dan sangat mengutamakan pengumpulan hasil kerja sebagai
bahan portofolio, serta sangat Memberi tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan
berikutnya dan tugas pengayaan (89,47%) dan sebesar (10,53%) guru yang belum mengutamakan
Melakukan refleksi dan/atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik, belum
mengutamakan Memberikan tes lisan atau tulisan, dan belum mengutamakan pengumpulan hasil
kerja sebagai bahan portofolio, serta belum Memberi tindak lanjut dengan memberikan arahan
kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.
g. Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran
Jumlah guru yang menjadi responden sebanyak 127 orang, dari jumlah tersebut
sebanyak 90.29% sudah melaksanakan penilaian pembelajaran K-23 dengan baik dan benar.
Sedangkan, sebanyak 9.71% belum memahami prosedur penilaian K-13 sehingga mengalami
hambatan dalam melakukan Penilaian kompetensi sikap yang berisi Terlaksananya penilaian sikap
selama proses pembelajaran dengan teknik observasi dan jurnal, Instrumen penilaian sikap yang
digunakan sesuai kaidah, Terdokumentasikannya hasil penilaian kompetensi sikap, dan sangat
melakukan Penilaian pengetahuan yang berisi tentang Terlaksananya penilaian pengetahuan
dengan tes lisan, tes tulis, dan penugasan, Instrumen Penilaian sikap yang digunakan sesuai
dengan kaidah, Tersedia rubrik penilaian untuk masing-masing instrument,
Terdokumentasikannya hasil penilaian penguasaan pengetahuan, serta melakukan Penilaian
Keterampilan yang berisi tentang Terlaksananya penilaian keterampilan dengan praktik, projek,
dan fortofolio, Instrumen penilaian yang digunakan sesuai dengan kaidah, Tersedia rubrik
penilaian untuk masing-masing instrument, Terdokumentasikannya hasil penilaian keterampilan
guru yang belum melakukan Penilaian kompetensi sikap yang berisi Terlaksananya penilaian sikap
selama proses pembelajaran dengan teknik observasi dan jurnal, Instrumen penilaian sikap yang
digunakan sesuai kaidah, Terdokumentasikannya hasil penilaian kompetensi sikap, dan belum
melakukan Penilaian pengetahuan yang berisi tentang Terlaksananya penilaian pengetahuan
dengan tes lisan, tes tulis, dan penugasan, Instrumen Penilaian sikap yang digunakan sesuai
dengan kaidah, Tersedia rubrik penilaian untuk masing-masing instrument,
Terdokumentasikannya hasil penilaian penguasaan pengetahuan, serta belum melakukan
Penilaian Keterampilan yang berisi tentang Terlaksananya penilaian keterampilan dengan praktik,
projek, dan fortofolio, Instrumen penilaian yang digunakan sesuai dengan kaidah, Tersedia rubrik
penilaian untuk masing-masing instrument, Terdokumentasikannya hasil penilaian keterampilan.
Penilaian oleh Siswa dilakukan kepada 127 orang guru yang menjadi responden. Hasil
analisa data tersebut menggambarkan bahwa gurumengutamakan penilaian melalui penilaian diri
dan penilaian antar teman, dan sangat membuat Instrumen penilaian yang digunakan sesuai
dengan kaidah, serta sangat menggunakan Terdokumentasikannya hasil penilaian oleh siswa
(89,50%) dan sebesar (12,50%) guru yang belum mengutamakan penilaian melalui penilaian diri
dan penilaian antar teman, dan sangat membuat Instrumen penilaian yang digunakan sesuai
dengan kaidah, serta belum menggunakan Terdokumentasikannya hasil penilaian oleh siswa.
Sementara pada proses penilaian yang masih kurang adalah
1) Melakukan apersepsi, motivasi, dan penyampaian tujuan,
2) Menguasai materi pelajaran,
3) Menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik,
4) Menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik (pendekatan berbasis proses keilmuan),
5) Menerapkan pembelajaran terpadu (hanya untuk mata pelajaran IPA/IPS),
6) Merangsang peserta didik agar terlibat dalam proses pembelajaran.
4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Hasil pendampingan Kurikulum 2013 bersumber dari data dokumentasi hasil
pendampingan Direktorat Pembinaan SMK tahun 2013, sebagai berikut.
a. Buku Siswa
1) Kelengkapan Buku: Jumlah responden untuk kategori penilaian kelengkapan buku
sebanyak 394 guru. Dari jumlah tersebut, sebanyak 308 (62,35%) guru menyatakan bahwa
buku siswa sangat lengkap memuat materi/bahan ajar yang dibutuhkan dalam
pembelajaran.
Sementara, sebanyak 125 (25,30%) guru menyatakan lengkap, sedangkan 25 (5,06%)
kurang lengkap, dan 36 (7,29%) menyatakan tidak lengkap. Data tersebut menunjukkan
bahwa sebanyak 433 atau 87,65% menyatakan bahwa Buku Siswa lengkap, sedangkan
sekitar 32 atau 12,35% guru menilai Buku Siswa kurang dan tidak lengkap terkait dengan
isi/materi bahan ajar yang dibutuhkan. Menurut pendapat guru, buku yang baik memiliki
kriteria, sbb:
a) Buku Siswa yang baik seharusnya berisi materi yang mendukung tercapainya KI
(kompetensi inti) dan KD (kompetensi dasar) dari mata pelajaran tersebut. Kelayakan
isi buku teks pelajaran dapat dinilai dari: (1) Kelengkapan materi; (2) Keluasan; dan (3)
kedalaman. Uraian materi yang ada di dalam buku secara implisit memuat materi
yang mendukung tercapainya minimum KI-KD yang lengkap.
b) Buku Siswa memiliki peran penting karena buku tersebut merupakan salah satu
komponen dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menjadi dasar
utama bagi siswa dalam mempelajari mata pelajaran tertentu.
c) Oleh karena itu, dengan buku teks yang baik, yang isinya mencakup semua KI-KD
sesuai tuntutan standar isi, penyajiannya menarik, bahasanya baku, dan ilustrasinya
menarik dan tepat, maka diharapkan proses belajar pembelajaran yang dilakukan
guru dan siswa bisa optimal mencapai standar kompetensi lulusan (SKL).
b. Keterbacaan: Rekapitulasi hasil evaluasi menunjukkan bahwa jumlah responden sebanyak
394 guru. Sebanyak 207 (42,33%) guru menyatakan bahwa Buku Siswa .sangat memenuhi
aspek-aspek keterbacaan sebagai buku pegangan siswa. Sementara, sebanyak 118
(24,13%) guru menyatakan memenuhi aspek keterbacaan, sedangkan 61 (12,47%) kurang
memenuhi, dan 103 (21,06%) menyatakan tidak memenuhi
Data tersebut menunjukkan bahwa sekitar 164 atau 33,55% guru yang menilai Buku Siswa
kurang dan tidak memenuhi aspek keterbacaan terkait dengan isi/materi atau bahan ajar
yang terdapat dalam Buku Siswa. Banyaknya guru yang kurang puas terhadap aspek
keterbacaan Buku Siswa mencapai taraf yang mengkhawatirkan mengingat keterbacaan
(readability) adalah seluruh unsur yang ada dalam teks (termasuk di dalamnya interaksi
antarteks) yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembaca dalam memahami materi yang
dibacanya pada kecepatan membaca yang optimal. Keterbacaan buku teks berkaitan dengan
tiga hal, yakni kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman. Kemudahan membaca
berhubungan dengan bentuk tulisan, yakni tata huruf (topografi) seperti besar huruf dan lebar
spasi.
c. Kegrafikaan dan Kualitas Cetakan:
Untuk aspek setting dan layout Buku Siswa jumlah responden sebanyak 394 guru.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 303 (62,60%) guru menyatakan bahwa Buku Siswa sangat
memenuhi aspek-aspek aspek kegrafikaan dan kualitas cetakan. Sementara, sebanyak 121
(25%) guru menyatakan memenuhi aspek aspek kegrafikaan dan kualitas cetakan, sedangkan
24 (4,96%) kurang memenuhi, dan 36 (7,44%) menyatakan tidak memenuhi. Data tersebut
menunjukkan bahwa 424 atau 87,60% guru menyatakan Buku siswa memenuhi aspek-aspek
kegrafikaan dan kualitas cetakan. Sedangkan, sekitar 60 atau 12,40% guru yang menilai Buku
Siswa kurang dan tidak memenuhi aspek kegrafikaan dan kualitas cetakan yang terdapat
dalam Buku Siswa.
Aspek kegrafikaan dan kualitas cetakan Buku Siswa harus memenuhi unsur-unsur yang
mendukung hal tersebut termasuk (1) Ukuran format buku yang biasanya menggunakan ukuran
format buku dengan font antara 12 – 14 pts untuk Times New Roman, atau yang sebanding dengannya
untuk jenis font lain, kecuali judul maka disesuaikan dengan kebutuhan; 2) Desain bagian kulit harus
menarik, sederhana dan ilustratrif. Baik dari pemilihan font, warna, dan ilustrasi. Hal ini juga
merupakan faktor penentu kualitas BTBI yang baik; 3) Desain bagian isi harus mudah dibaca dan
mendukung materi. Ini dilihat dari jenis font, ukuran font, warna font, bentuk paragraf, ilustrasi, dan
ilustrasi gambar; 4) Kualitas kertas harus yang kuat dan berkualitas. Misalnya menggunakan kertas
Power Mac G4; 5) Kualitas cetakan yang bersih, jelas dan kontras. Baik putih, hitam, maupun warna-
warna yang lain; dan 6) Kualitas jilidan harus menggunakan kualitas penjilidan yang baik dan kuat,
agar tidak mudah rusak (terlipat atau sobek).
b. Buku Pedoman Guru
1) Kesesuaian isi: Rekapitulasi hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 394 Guru yang
memperoleh pendampingan, 288 (58.42%) guru menyatakan sangat memahami isi buku
pedoman guru yang memuat fungsi, tujuan, kelengkapan dan langkah-langkah
penggunaan buku guru. Sementara, 68 (13.79%) guru menyatakan memahami dan yang
kurang memahami sebanyak 103 (20.89%). Sedang kan, 34 (6.89%) guru menyatakan
tidak memahami isi buku pedoman guru yang dimaksud.
Data tersebut menggambarkan bahwa guru yang memahami isi buku pedoman guru
dengan baik sebanyak 356 atau 72.21%. Sedangkan, 137 atau 27.79% guru kurang
memahami isi pedoman buku guru karena masih belum menguasai fungsi, tujuan,
kelengkapan dan langkah-langkah penggunaan buku guru.
Buku Guru dan Buku Siswa Kurikulum 2013 merupakan buku panduan guru dan
buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kedua
jenis buku tersebut merupakan satu kesatuan sehingga guru harus memahami strategi
menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan pembelajaran. Untuk
memperoleh pemahaman yang baik, guru perlu melakukan analisis kesesuaian isi buku
guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD, serta menganalisis buku guru dan
buku siswa dari aspek kecukupan dan kedalaman materi. Khusus untuk Buku Siswa,
analisis dilakukan untuk melihat kesesuaian isi buku dengan konsep pendekatan scientific
dan penialain autentik.
2) Hubungan Fungsional: Rekapitulasi hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 494
Guru yang memperoleh pendampingan, 296 (59,92%) guru menyatakan sangat
memahami hubungan fungsional buku pedoman guru dan buku teks pelajaran dalam
proses pembelajaran.
Sementara, 134 (27,13%) guru menyatakan memahami dan yang kurang memahami
sebanyak 35 (7.09%). Sedangkan, 29 (5,87%) guru menyatakan tidak memahami
hubungan fungsional buku pedoman guru dan buku teks pelajaran dalam proses
pembelajaran yang dimaksud.
Data tersebut menggambarkan bahwa guru yang memahami isi buku pedoman
guru dengan baik sebanyak 340 atau 87,05%. Sedangkan, 64 atau 12,96% guru kurang
memahami karena masih belum memahami hubungan fungsional buku pedoman guru
dan buku teks pelajaran dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, keakuratan materi
perlu mendapat perhatian dalam Buku Pedoman Guru, sehingga keakuratan wacana,
diagram, gambar, contoh, konsep maupun teori sesuai dengan konsep Kurikulum 2013.
Materi yang disajikan harus sesuai dengan kenyataan tidak dibuat-buat dan efisien untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik. Hal ini dapat terlihat dengan adanya sumber
yang jelas dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Untuk keakuatan konsep dan
teori tercermin dari kesesuaian teori dengan konsep yang disajikan dalam mencapai
Kompetensi Dasar (KD). Selain itu keakuratan teori dan konsep itu terlihat juga dalam
penggunaan yang tepat sesuai dengan fenomena yang dibahas dan tidak menimbulkan
keambiguan.
3) Substansi Buku Teks Pelajaran:
Dari 494 guru yang memperoleh pendampingan, 291 (59,15%) guru menyatakan sangat
memahami substansi buku teks pelajaran (Buku Siswa).
Sementara, 143 (29,07%) guru menyatakan memahami dan yang kurang memahami
sebanyak 33 (6,71%). Sedangkan, 25 (5,08%) guru menyatakan tidak memahami substansi
buku teks pelajaran yang dimaksud. Data tersebut menggambarkan bahwa guru yang
memahami isi buku pedoman guru dengan baik sebanyak 434 atau 88,22%. Sedangkan,
58 atau 11,79% guru masih belum memahami substansi buku teks pelajaran (Buku Siswa).
Pemahaman terhadap substansi Buku Siswa pada Kurikulum 2013 sangatlah
penting mengingat buku tersebut merupakan acuan utama yang digunakan oleh guru
maupun siswa dalam proses belajar mengajar. Banyak faktor yang menyebabkan hal
tersebut terjadi, salah satunya adalah masih banyak guru ternyata tidak pernah membaca
dokumen kurikulum. Akibatnya, mereka tidak memahami substansi kurikulum dan sulit
mengembangkan rencana pembelajaran sesuai potensi lingkungan. Sementara,
ketergantungan guru pada buku teks untuk pembelajaran justru masih sangat kuat,
dimana guru hanya mengikuti materi yang ada dalam buku teks. Oleh karena itu,
pemahaman substansi kurikulum penting bagi guru sehingga dapat mengaitkan materi
ajar dengan situasi dan kondisi keseharian peserta didik. Selain itu, guru harus mampu
mengmbangkan drinya dengan adanya Kurikulum 2013 yang bersifat top-down dari
pemerintah pusat, segala kebutuhan kurikulum 2013, mulai dari penyusunan rencana
pembelajaran hingga buku atau materi ajar, sudah disediakan pemerintah pusat.
Perubahan mind set tentang pola pembelajaran justru terjadi di dalam ruang kelas yang
menjadikan kurikulum tidak dapat dipisahkan dari guru, buku, dan sistem evaluasi. Ketiga
hal itu harus ikut berubah mengiringi kurikulum yang berubah karena terintegrasi.
c. Proses Pembelajaran
1) Pemahaman Guru Tentang Materi Pelajaran: Sebanyak 394 guru diminta untuk
melakukan penilaian terhadap materi pelajaran yang ada di buku siswa. Dari jmulah
tersebut, sebanyak 323 (64,99%) guru menyatakan sangat paham; 123 (24,75%)
menyatakan paham; 41 (8,25%) menyatakan kurang paham; dan 10 (2,01%) menyatakan
tidak paham dengan materi pelajaran yang ada di buku siswa. Masih adanya guru (51 guru
atau 10,35%) yang tidak mengerti/tidak mengetahui substansi materi pelajaran yang
diampuhnya merupakan indikator yang kurang mendukung dalam pelaksanaan Kurikulum
2013.
Pemahaman guru terhadap materi pelajaran bersifat substantif dan merupakan
keharusan bagi setiap guru, apapun mata pelajaran yang diampuhnya. Salah satu
kesulitan pokok yang dialami para guru dalam semua jenjang pendidikan SMK adalah
memahami makna hubungan perkembangan ranah kognitif dengan proses belajar
mengajar. Hal itu sangat menghawatirkan karena ranah kognitif sangat penting dalam
perkembangan kognitif siswa dan mempengaruhi ranah efektif dan ranah psikomotorik.
Itulah sebabnya pendidikan dan pengajaran perlu diupayakan sedemikian rupa agar ranah
kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab. Dalam
pandangan para ahli kognitif, tingkah laku siswa yang tampak dapat diukur dan
diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti: motivasi, kesenjangan, dan
keyakinan.
2) Pemahaman Guru Tentang Penggunaan Pendekatan Saintifik:
Rekapitulasi hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 394 Guru yang memperoleh
pendampingan, 303 (60,97%) guru menyatakan sangat memahami penggunaan
pendekatan saintifik.
Sementara, 166 (33,40%) guru menyatakan memahami dan yang kurang memahami
sebanyak 27 (5,43%). Sedangkan, 1 (0,20%) guru menyatakan tidak memahami
penggunaan pendekatan saintifik. Data tersebut menggambarkan bahwa guru yang
memahami isi buku pedoman guru dengan baik sebanyak 369 atau 94,17%. Sedangkan,
28 atau 5,63% guru masih memerlukan pendampingan karena masih belum paham
penggunaan pendekatan saintifik.
Guru yang belum mengerti pendekatan saintifik perlu mendapat perhatian
khusus mengingat pemahaman guru yang kurang akan berimplikasi pada kesuksesan
pelaksanaan Kurikulum 2013. Semangat dan optimis akan meraih pendidikan yang lebih
baik sulit dicapai jika guru sebagai ujung tombak di lapangan masih terkendala masalah
konseptual. Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah sebagai katalisator utamanya atau
perangkat atau apa pun itu namanya. Pendekatan ilmiah (scientific approach) diyakini
sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria
ilmiah.
3) Prosedur Pembelajaran Sesuai dengan Pendekatan Saintifik:
Rekapitulasi hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 493 Guru yang memperoleh
pendampingan, 159 (32,25%) guru menyatakan sangat memahami prosedur
pembelajaran sesuai dengan pendekatan saintifik. Sementara, 312 (63,29%) guru
menyatakan memahami dan yang kurang memahami sebanyak 19 (3,85%). Sedangkan, 3
(0,61%) guru menyatakan tidak memahami Prosedur pembelajaran sesuai dengan
pendekatan saintifik yang dimaksud. Data tersebut menggambarkan bahwa guru yang
memahami prosedur pembelajaran saintifik dengan baik sebanyak 371 atau 95,54%,
sedangkan 22 atau 4,64% guru masih memerlukan pendampingan karena masih belum
memahami.
Pemahaman guru terhadap prosedur pembelajaran sesuai dengan pendekatan
saintifik mutlak diperlukan. Guru yang belum paham sebaiknya mendapat pendampingan
khusus mengingat prosedur penyampaian materi merupakan sarana yang digunakan guru
dalam menyampaikan pesan-pesan pembelajaran sesuai Kurikulum 2013 kepada
siswanya. Sebagai sebuah kebijakan yang bersifat nasional, proses pembelajaran pada
Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses
pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan
dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata
pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu
tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari
nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
d. Keterlaksanaan Pembelajaran Remedial dan Pengayaan:
Rekapitulasi hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 494 Guru yang memperoleh
pendampingan, 215 (43,26%) guru menyatakan sangat melaksanakan pembelajaran
remedial dan pengayaan. Sementara, 217 (43,66%) guru menyatakan memahami dan
yang kurang memahami sebanyak 36 (7,24%). Sedangkan, 29 (5,84%) guru menyatakan
tidak laksanakan pembelajaran remedial dan pengayaan yang dimaksud. Data tersebut
menggambarkan bahwa guru yang memahami isi buku pedoman guru dengan baik
sebanyak 432 atau 86,92%. Sedangkan, 66 atau 12,08% guru masih memerlukan
pendampingan karena masih belum melaksanakan pembelajaran remedial dan
pengayaan.
Guru yang belum melaksanakan pembelajaran remedial dan pengayaan dapat
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Guru tersebut kemungkinan belum
mengetahui peraturan yang mengharuskan guru untuk melakukan remedial dan
pengayaan. Kemungkinan lain adalah guru belum mengerti konsep pembelajaran
remedial dan pengayaan. Faktor internal lainnya adalah "kemalasan", guru sudah merasa
melaksanakan seluruh tugas pokoknya, pembelajaran remedial dan pengayaan dianggap
hanya menambah beban rutin. Faktor eksternal dapat berupa kepemimpinan kepala
sekolah yang tidak "peduli", yang terpenting baginya semua guru sudah melaksanakan
tugas pokoknya atau kemungkinan kepala sekolah juga tidak paham konsep pembelajaran
remedial dan pengayaan. Budaya sekolah juga dapat menjadi penyebabnya, di mana
semua guru di sekolah tersebut tidak ada yang melakukannya sehingga semua guru acuh
tak acuh dengan pembelajaran remedial dan pengayaan.
b. Pemahaman Guru Tentang Cara Pencapaian Kompetensi Spiritual:
Rekapitulasi hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 494 Guru yang memperoleh
pendampingan, 259 (52,22%) guru menyatakan sangat memahami cara pencapaian
kompetensi spiritual. Sementara, 199 (40,12%) guru menyatakan memahami dan yang
kurang memahami sebanyak 35 (7,06%). Sedangkan, 3 (0,60%) guru menyatakan tidak
memahami cara pencapaian kompetensi spiritual yang dimaksud. Data tersebut
menggambarkan bahwa guru yang memahami isi buku pedoman guru dengan baik
sebanyak 458 atau 92,34%. Sedangkan, 38 atau 7,66% guru masih memerlukan
pendampingan karena masih belum memahami cara pencapaian kompetensi spiritual.
Guru diharapkan memahami konsep kompetensi spiritual. Ranah kompetensi
spiritual dari guru akan berorientasi pada pembentukan karakter siswa didik yang ideal.
Seorang guru harus mempunyai tingkat keimanan dan ketakwaan tinggi. Dengan bekal
tingkat keimanan dan ketakwaan yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha-Esa, seorang guru
akan memiliki konsep dan proses konkret yang baik dalam melakukan pembelajaran.
Dampaknya, guru tidak sekadar ditakuti atau sebagai sosok yang diikuti, tapi guru juga
sebagai sosok yang mempunyai wibawa dan kharisma, yang bisa secara langsung menjadi
inspirasi pada anak didik. Jika penerapan kompetensi spiritual berjalan baik, anak didik
tersebut akan mengakui kesalahan dan meminta maaf karena terdorong rasa berdosa jika
dia tidak mengakui. Kompetensi spiritual menjadi benteng terakhir untuk memberikan
penguatan pribadi masing-masing peserta didik yang dimulai dari kompetensi spiritual
yang baik dari seorang pendidik, bukan dari peserta didik.
d. Proses Penilaian
1) Pemahaman Guru Tentang Konsep dan Aplikasi Penilaian Otentik: Rekapitulasi hasil
pendampingan menunjukkan bahwa dari 494 Guru yang memperoleh pendampingan, 287
(57,98%) guru menyatakan sangat memahami konsep dan aplikasi penilaian otentik.
Sementara, 159 (32,12%) guru menyatakan memahami dan yang kurang memahami
sebanyak 44 (8,89%). Sedangkan, 5 (1,01%) guru menyatakan tidak memahami konsep
dan aplikasi penilaian otentik yang dimaksud.
Data tersebut menggambarkan bahwa guru yang memahami konsep dan aplikasi
penilaian otentik dengan baik sebanyak 446 atau 90,10%. Sedangkan, 49 atau 9,90% guru
masih memerlukan pendampingan karena masih belum memahami konsep dan aplikasi
penilaian otentik.
Guru yang belum memahami penilaian autentik sebaiknya diberikan perhatian
khusus sehingga memilki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam
melaksanakan Kurikulkum 2013. Pemahaman konseptual dan aplikasi tersebut penting
mengingat penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Pelaksananya mengukur masukan
(input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. Secara konseptual penilaian autentik
lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali
pun.
2) Pemahaman Guru Tentang Konsep dan Aplikasi Penilaian Diri:
Rekapitulasi hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 494 Guru yang memperoleh
pendampingan, 248 (49,90%) guru menyatakan sangat memahami konsep dan aplikasi
penilaian diri.
Sementara, 147 (29,58%) guru menyatakan memahami dan yang kurang memahami
sebanyak 82 (16,50%). Sedangkan, 20 (4,02%) guru menyatakan tidak memahami konsep
dan aplikasi penilaian diri yang dimaksud. Data tersebut menggambarkan bahwa guru
yang memahami konsep dan aplikasi penilaian diri dengan baik sebanyak 395 atau
79,48%. Sedangkan, 102 atau 20,52% guru masih memerlukan pendampingan khusus
karena masih belum memahami konsep dan aplikasi penilaian diri.
Secara konseptual dan aplikatif, guru harus memahami model penilaian
kompetensi sikap, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik
yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta
didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. penilaian
kompetensi sikap dapat dilakukan dengan penilaian diri dengan cara meminta peserta
didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya, penguasaan kompetensi yang
ditargetkan, dan menghargai, menghayati serta pengamalan perilaku berkepribadian
Jujur, Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3) Pemahaman Guru Tentang Konsep dan Aplikasi Penilaian Berbasis Portofolio:
Rekapitulasi hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 494 Guru yang memperoleh
pendampingan, 297 (59,88%) guru menyatakan sangat memahami konsep dan aplikasi
penilaian berbasis portofolio. Sementara, 130 (26,21%) guru menyatakan memahami dan
yang kurang memahami sebanyak 63 (12,70%). Sedangkan, 6 (1,21%) guru menyatakan
tidak memahami konsep dan aplikasi penilaian berbasis portofolio dimaksud. Data
tersebut menggambarkan bahwa guru yang memahami isi konsep dan aplikasi penilaian
berbasis portofolio dengan baik sebanyak 427 atau 86,09%. Sedangkan, 69 atau 13,91%
guru masih memerlukan pendampingan karena masih belum memahami konsep dan
aplikasi penilaian berbasis portofolio.
4) Pemahaman Guru Tentang Konsep dan Aplikasi Ulangan Harian: Rekapitulasi hasil
pendampingan menunjukkan bahwa dari 394 Guru yang memperoleh pendampingan, 407
(82,06%) guru menyatakan sangat memahami konsep dan aplikasi ulangan harian.
Sementara, 70 (14,11%) guru menyatakan memahami dan yang kurang memahami
sebanyak 14 (2,82%). Sedangkan, 5 (1,01%) guru menyatakan tidak memahami hubungan
konsep dan aplikasi ulangan harian dimaksud.
Data tersebut menggambarkan bahwa guru yang memahami konsep dan aplikasi ulangan
harian dengan baik sebanyak 477 atau 96,17%. Sedangkan, 19 atau 3,83% guru masih
memerlukan pendampingan karena masih belum memahami konsep dan aplikasi ulangan
harian.
32
5) Pemahaman Guru Tentang Konsep dan Aplikasi Ulangan Tengah Semester: Rekapitulasi
hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 494 Guru yang memperoleh
pendampingan, 403 (81,09%) guru menyatakan sangat memahami konsep dan aplikasi
ulangan tengah semester. Sementara, 73 (14,69%) guru menyatakan memahami dan
yang kurang memahami sebanyak 19 (3,82%). Sedangkan, 2 (0,40%) guru menyatakan
tidak memahami konsep dan aplikasi ulangan tengah semester dimaksud. Data tersebut
menggambarkan bahwa guru yang memahami konsep dan aplikasi ulangan tengah
semester dengan baik sebanyak 476 atau 95,78%. Sedangkan, 21 atau 4,22% guru masih
memerlukan pendampingan karena masih belum memahami konsep dan aplikasi ulangan
tengah semester.
6) Pemahaman Guru Tentang Konsep dan Aplikasi Ulangan Akhir Semester:
Rekapitulasi hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 494 Guru yang memperoleh
pendampingan, 393 (79,55%) guru menyatakan sangat memahami konsep dan aplikasi
ulangan akhir semester.
Sementara, 70 (14,17%) guru menyatakan memahami dan yang kurang memahami
sebanyak 28 (5,67%). Sedangkan, 3 (0,61%) guru menyatakan tidak memahami konsep
dan aplikasi ulangan akhir semester dimaksud. Data tersebut menggambarkan bahwa
guru yang memahami konsep dan aplikasi ulangan akhir semester dengan baik sebanyak
463 atau 93,72%. Sedangkan, 31 atau 6,28% guru masih memerlukan pendampingan
karena masih belum memahami konsep dan aplikasi ulangan akhir semester.
7) Pemahaman Guru Tentang Konsep dan Aplikasi Ujian Tingkat Kompetensi: Rekapitulasi
hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 494 Guru yang memperoleh
pendampingan, 215 (43,26%) guru menyatakan sangat memahami konsep dan aplikasi
ujian tingkat kompetensi. Sementara, 108 (21,73%) guru menyatakan memahami dan
yang kurang memahami sebanyak 74 (14,89%). Sedangkan, 100 (20,12%) guru
menyatakan tidak memahami konsep dan aplikasi ujian tingkat kompetensi dimaksud.
Data tersebut menggambarkan bahwa guru yang memahami konsep dan aplikasi ujian
tingkat kompetensi dengan baik sebanyak 323 atau 64,99%. Sedangkan, 174 atau 35,01%
guru masih memerlukan pendampingan karena masih belum memahami konsep dan
aplikasi ujian tingkat kompetensi.
D. Kesimpulan, Implikasi, dan Rekomendasi
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dibuat
kesimpulan, implikasi dan rekomendasi hasil evaluasi, sebagai berikut:
1. Kesimpulan
a. Pemahaman Guru Terhadap Buku Pedoman Guru dan Buku Teks Pelajaran
1) Rata-rata pemahaman guru terhadap isi buku dan hubungan fungsional pedoman
guru bervariasi antara 72.21% s/d 94.86% dengan kategori SANGAT BAIK,
sementara yang kurang memahami antara 5,14 % s/d 27,79% untuk jenjang SD,
SMP, SMA, dan SMK. Faktor penyebabnya, adalah:
a) guru kurang memahami isi materi tertentu yang ada dalam buku guru;
b) Kemampuan pemahaman guru yang kurang maksimal dikarenakan tidak
ditunjang dengan bahan referensi lain yang relevan.
2) Rata-rata pemahaman guru terhadap substansi buku teks pelajaran 87,65% s/d
96,00% dengan kategori SANGAT BAIK. Sementara yang kurang memahami sebesar
4,00% s/d 12,35% untuk jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK. Faktor penyebabnya
kekurangan tersebut, adalah:
a) Guru kurang dapat menjelaskan bagian buku siswa yang menumbuhkan
kompetensi sikap (spiritual atau sosial) dan keterampilan dikarenakan buku
tidak ditunjang dengan bahan yang relevan;
b) Guru kurang dapat memberikan contoh aktifitas pembelajaran saintifik untuk
menumbuhkan kompetensi tertentu dalam buku siswa
b. Pemahaman Guru terhadap Proses dan Penilaian Pembelajaran
1) Rata-rata pemahaman guru terhadap pembelajaran saintifik sebesar 90,86 % s/d
94,17%, sementara yang belum memahami sebesar 5,63% s/d 9,04% untuk jenjang
SD, SMP, SMA, dan SMK. Faktor penyebab Guru kurang memahami tentang
landasan berfikir pembelajaran saintifik dikarenkan guru tidak mengetahui materi
secara menyeluruh dan terjadinya pergeseran paradigma dari “diberi tahu” menuju
“mencari tahu”.
2) Rata-rata guru memahami konsep dan aplikasi penilain autentik 88,00% s/d 90,10%
atau masuk dalam kategori SANGAT BAIK. Sedangkan, 9,90% s/d 12% belum
memahami baik secara konseptual maupun aplikasi dan guru kurang dapat
membuat instrumen penilaian pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan,
dan pelaporan hasil penilaian, pengetahuan, dan keterampilan.
c. Kemampuan guru dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kemampuan guru dalam penyusunan RPP mencapai 79,52% - 96,00 % atau masuk dalam
kategori SANGAT BAIK untuk jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK. Sedangkan yang belum
paham atau RPP yang dibuat guru kurang sesuai sebesar 2,29%. Hal ini karena guru
kurang mampu merancang kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
d. Pemahaman Guru dalam Proses Pelaksanaan pembelajaran
Pemahaman guru terhadap proses pembelajaran 85,3%-92,34% atau masuk dalam
kategori SANGAT BAIK. Sedangkan yang belum paham rata-rata berkisar 7,66%-14,7%
untuk jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK, hal ini dikarenakan guru masih berparadigma
lama dan masih menerapkan teacher center.
e. Pemahaman guru terhadap aspek penilaian
Secara keseluruhan pemahaman guru sangat baik dengan rincian sebagai berikut:
1) Rata-rata pemahaman guru terhadap penilaian kompetensi sikap dan aplikasinya
mencaipai 79,48% atau masuk dalam kategori BAIK, sedangkan yang belum
memahami sebesar 20,52%.
2) Rata-rata pemahaman guru terhadap penilaian pengetahuan 96,17% atau masuk
dalam kategori SANGAT BAIK, sedangkan yang belum memahami sebesar 3,83%.
3) Rata-rata pemahaman terhadap penilaian keterampilan 86,09% atau masuk dalam
kategori SANGAT BAIK, sedangkan yang belum memahami sebesar 13,91%.
Sedangkan yang belum memahami dalam penilaian dikarekan oleh guru kurang
mampu melakukan penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan penilaian
keterampilan secara baik disebabkan kurang referensi yang dipahami.
2. Implikasi
a. Pemahaman Guru Terhadap Buku Pedoman Guru Dan Buku Teks Pelajaran
1) Kurangnya pemahaman guru terhadap Buku Pedoman Guru berimplikasi pada
rendahnya kualitas isi dan proses pembelajaran di kelas.
2) Banyaknya karakteristik pembelajaran saintifik dan penilaian autentik berimplikasi
pada kurangnya pemahaman guru terhadap materi pokok/tema tertentu.
3) Guru kurang dapat memilih media/alat pembelajaran dan menentukan
referensi/sumber belajar yang tepat menyebabkan sumber belajar siswa terbatas
serta proses pembelajaran menjadi monoton dan siswa mudah bosan.
b. Pemahaman Guru terhadap Proses dan Penilaian Pembelajaran
1) Mind set dan resistensi guru pada kurikulum lama membuat pembelajaran dan
penilaian Kurikulum 2013 tidak cepat dipahami.
2) Karena guru kurang mampu mengatasi hambatan dalam pembelajaran saintifik
menyebabkan proses pembelajaran belum sesuai dengan pendekatan pada
Kurikulum 2013.
3) Masih adanya guru yang belum memahami konsep penilaian autentik dan
aplikasinya berimplikasi pada tidak diketahuinya secara pasti hasil pembelajaran
siswa dan menyulitkan pembelajaran remedial maupun pengayaan.
c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
1) Guru yang kurang memahami cara membuat dan menggunakan RPP membuat
pembelajaran tidak efisien dan efektif, dan berimplikasi pada rendahnya motivasi
dan hasil belajar siswa.
2) Kurangnya penguasaan guru terhadap metode dan penguasaan materi akan
berakibat pada rendahnya kualitas pembelajaran dan rendahnya mutu hasil belajar
siswa.
d. Pelaksanaan Pembelajaran
1) Kurangnya pemahaman guru dalam melakukan apersepsi dan motivasi dalam
penyampaian tujuan menyebabkan rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti
pelajaran dan rendahnya kualitas hasil belajar.
2) Kurangnya pemahaman guru dalam penyampaian materi dan model sesuai K13
mengakibatkan siswa tidak kreatif.
3) Kurangnya kemampuan guru dalam memberikan contoh aktivitas pembelajaran
saintifik menyebabkan siswa kurang inovatif dalam proses pembelajaran.
e. Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran
1) Masih banyaknya guru yang belum paham melakukan penilaian sikap akan
berimplikasi pada rendahnya kompetensi afektif siswa.
2) Guru yang kurang mampu mendeskripsikan penilaian berdampak pada kualitas hasil
belajar siswa.
3) Penilaian yang terlalu rumit menyebabkan siswa terbebani karena banyaknya jenis
soal dan guru menjadi terlalu sibuk dengan penilaian.
3. Rekomendasi
1) Pemahaman Guru Terhadap Buku Pedoman Guru Dan Buku Teks Pelajaran
a) Pemerintah Daerah sebaiknya mengadakan "Pendampingan Khusus" bagi guru yang
belum paham penggunaan Buku Pedoman Guru dan Buku Siswa dalam bentuk
pendampingan klinis di MGMP dan melakukan bimtek melalui Pusat Informasi
Pendidikan di Dinas Pendidikan masing-masing.
b) Perlu adanya revisi kembali terhadap isi buku guru agar konsep sesuai dengan
kenyataan dan kualitas cetak buku yang baik dan menarik.
c) Tenaga pendamping sebaiknya mempunyai kompetensi profesional untuk dapat
mengidentifikasi guru-guru yang masih "kurang/belum memahami" proses dan
penilaian pembelajaran versi K13.
2) Pemahaman Guru terhadap Proses dan Penilaian Pembelajaran
a) Perlu ada pelatihan khusus untuk guru sasaran agar lebih memahami konsep
penilaian pada kurikulum 2013
b) Guru yang belum memahami konsep dan teknis penilaian sikap agar mendapat
"pendampingan khusus" dan/atau diikutkan dalam kegiatan penyegaran K13 khusus
pada materi penilaian sikap, keterampilan dan pengetahuan.
c) Guru pendamping harus terus mengawasi dan mengevaluasi guru sasaran yang
belum memahami proses pembelajaran sesuai dengan prinsip K13 dan membuat
rencana penuntasan pendampingan.
3) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a) Sekolah perlu menugaskan salah seorang guru yang sudah mahir agar dapat
membantu guru yang belum paham, dan membuat laporan kemajuan guru yang
didampingi kepada KS dan/atau PS.
b) Dinas Pendidikan setempat perlu melakukan "pendampingan khusus" dan memberi
penugasan terstruktur dan tidak terstruktur hingga guru tersebut benar-benar
paham membuat dan menggunakan RPP.
4) Pelaksanaan Pembelajaran
Kluster/gugus perlu menugaskan salah seorang guru yang sudah mahir agar dapat
membantu guru yang belum paham secara terus-menerus dan membuat laporan
kemajuan guru yang didampingi kepada KS dan/atau PS.
5) Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran
a) Dinas Pendidikan perlu mengadakan pelatihan khusus bagi guru sasaran yang
belum paham agar lebih memahami konsep penilaian pada kurikulum 2013.
b) Guru yang belum memahami konsep dan teknis penilaian keterampilan agar
mendapat "pendampingan khusus" oleh Tim yang dibentuk Dinas Pendidikan
stempat dan/atau diikutkan dalam kegiatan penyegaran K13 khusus pada materi
penilaian keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. 2013. Panduan Teknis Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Instrumen Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dokumen Kurikulum 2013 (Draf). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kemendikbud, 2013.
Fischer, Miller, and Sidney ed., Handbook of Public Policy Aanalysis: Theory, Politics, and Methods, (New York: Taylor & Francis Group, 2007.
Gilliland, John. 1972. Readability. London: Holder and Stroughton. Ibrahim Bafadal. 2004. Manajeman Perlengkapan Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Judith Bennett, Evaluation Methods in Research (London: MPG Books Ltd, Bodmin, Cornwall, ,
2003). Krippendorff, Klaus, Content Analysis: An Introduction to its Methodology: (Sage Publications, Inc.
Thousand Oaks, California, 2004). Lasswell, dalam Wayne Parsons. Public Policy, Pengantar Teori dan Praktek Analisis Kebijakan,
diterjemahkan oleh Tri Wibowo Budi Santoso, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2008). Lincoln and Guba, 1985 dalam Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2008). Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004). Pedoman Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 dan Petunjuk Teknis/Pedoman
Pelaksanaan atau Panduan Pelaksanaan Masing-masing Direktorat SD, SMP, SMA dan SMK.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Pembelian Buku Kurikulum 2013 oleh Sekolah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Perkalan No.18 Tahun 2010, Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pelatihan. Peter Deleon, The Oxford Handbook of Public Policy. (New York: Oxford University Press Inc.,
2006). Rooijakkers dalam Dimyati dan Mudjiono. 1997. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Spradley dalam Sugiyono, Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2008). Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008). Thomas R. Dye. Policy Analysis. (Alabama: Alabama University Press, 1976). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Nasional Tahun 2005-
2025. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik diterjemahkan oleh Samodra Wibawa, dkk.,
(Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University Press, 2000). Zaenal Arifin (2009) Evaluasi Pembelajaran (Prisnsip Teknik Prosedur). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.