pendampingan kehutanan

35
PENDAMPINGAN HUTAN TANAMAN RAKYAT ( HTR ) KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN KEHUTANAN Jakarta, 2011 Materi Penyuluhan Kehutanan Seri : 1 / 2011

Upload: christina-martha-mariana

Post on 26-Oct-2015

293 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendampingan Kehutanan

PENDAMPINGANHUTAN TANAMAN RAKYAT

( HTR )

KEMENTERIAN KEHUTANAN

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN

PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN KEHUTANAN

Jakarta, 2011

Materi Penyuluhan Kehutanan

Seri : 1 / 2011

Page 2: Pendampingan Kehutanan

Kata Pengantar

Salah satu tugas pokok dan fungsi Pusat Pengembangan PenyuluhanKehutanan ialah melaksanakan penyiapan perumusan, kebijakan, bimbinganteknis dan evaluasi di bidang metode, materi dan alat bantu penyuluhankehutanan. Materi penyuluhan kehutanan berupa booklet ini disusunberkaitan dengan program pembangunan kehutanan yang saat ini sedangmenjadi fokus perhatian Kementerian Kehutanan. Booklet dengan judulîPendampingan Hutan Tanaman Rakyatî merupakan materi penyuluhanyang ditulis berdasarkan kebutuhan informasi berkaitan dengan kegiatanpendampingan dalam program Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan.

Diharapkan booklet ini dapat membuka dan memperluas wawasanbagi para pengambil kebijakan dalam pembangunan kehutanan baik dipusat maupun daerah, para pemerhati terhadap pembangunan kehutanan,serta penyuluh dan pendamping di lapangan.

Booklet tentang pendampingan masyarakat dalam pembangunankehutanan ini baru pertama kali diterbitkan, sehingga disadari masih adabanyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan masukan dari parapembaca untuk perbaikan booklet ini di waktu mendatang. Semoga bookletini bermanfaat.

Jakarta, Nopember 2011

KEPALA PUSAT,

Ir. M. Ali Arsyad, MSc.NIP. 19530511 198203 1 002

i

Page 3: Pendampingan Kehutanan

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................. ii

I. PENDAHULUAN ................................................................ 1Latar Belakang ....................................................................... 1Tujuan

....................................................................................

2

II. HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR) .............................. 3Pengertian ............................................................................. 3Prinsip penyelenggaraan HTR .............................................. 3Sasaran Program HTR ........................................................... 3Pola Penyelenggaraan HTR ................................................... 4Dasar Hukum ......................................................................... 5Mekanisme Penetapan Pencadangan Lokasi HTR................. 5Mekanisme Penetapan Perizinan Pembangunan HTR........... 7

III. PENGERTIAN, PRINSIP DAN TUJUANPENDAMPINGAN HTR..................................................... 9Pengertian Pendampingan...................................................... 9Prinsip pendampingan HTR................................................... 13Tujuan Pendampingan ........................................................... 13

IV. PERAN DAN KOMPETENSI PENDAMPING................ 15Peran Pendamping ................................................................. 15Kompetensi Pendamping HTR .............................................. 171. Pengetahuan dan Ketrampilan Pendamping..................... 18

ii

Page 4: Pendampingan Kehutanan

a. Aspek Teknis kehutanan ............................................. 18b. Aspek Sosial ............................................................... 19c. Aspek Ekonomi ......................................................... 20

2. Sikap Pendamping............................................................ 20Peningkatan Kompetensi Pendamping................................... 21

V. TAHAPAN PENDAMPINGAN HTR ................................ 22Tahap Persiapan .................................................................... 22Tahap Penilaian ..................................................................... 23Tahap Perencanaan Alternatif Program Atau Kegiatan.......... 23Tahap Pelaksanaan Program Atau Kegiatan .......................... 241. Pembentukan kelompok ................................................... 242. Pembinaan Aktivitas Kelompok ...................................... 263. Pemberdayaan Kelompok................................................. 26

a. Pengembangan SDM .................................................. 27b. Pengembangan Kelembagaan ..................................... 27

4. Pengembangan Kemampuan Permodalan ........................ 285. Pengembangan Jejaring dan Kemitraan ........................... 28Tahap Evaluasi ....................................................................... 28Tahap Terminasi ..................................................................... 28

VI. PENUTUP ............................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 31

iii

Page 5: Pendampingan Kehutanan

SI. PENDAHULUAN

Latar Belakang

alah satu dari enam kebijakan prioritas pembangunan kehutanantahun 2010-2014 adalah Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan IndustriKehutanan. Pemanfaatan hutan alam dalam memenuhi kebutuhan

industri kehutanan saat ini sudah tidak dapat diharapkan lagi. Kondisihutan alam yang terdegradasi akibat illegal logging dan kebakaran hutan,menyebabkan kurangnya suplai kayu untuk industri kehutanan.Pengembangan hutan tanaman, baik hutan tanaman industri maupun hutantanaman rakyat merupakan salah cara untuk memenuhi kebutuhan industrikayu nasional.

Sejak tahun 2007 Pemerintah, khususnya Kementerian Kehutananmenggiatkan program Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Kebijakan HTRmerupakan kebijakan Pemerintah yang bertujuan untuk mengentaskankemiskinan (pro-poor), menciptakan lapangan kerja baru (pro-job) danmemperbaiki kualitas pertumbuhan melalui investasi yang proporsionalantar pelaku ekonomi (pro-growth). Kebijakan HTR memberikan akseslebih kepada masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan.Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan, RencanaPengelolaan serta Pemanfaatan Hutan, khususnya pasal 40 dan 41 mengaturmengenai penetapan areal untuk HTR, akses ke lembaga keuangan, danpenetapan harga dasar kayu HTR untuk melindungi dan memberikan aksespasar kepada masyarakat. Dengan demikian kebijakan HTR juga merupakansalah satu upaya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk mengatasikemiskinan melalui pemberian akses yang lebih luas ke hukum, lembagakeuangan dan pasar.

Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan, Kementerian Kehutananmencatat bahwa sejak diluncurkan pada tahun 2007 sampai dengan saatini telah 103 kabupaten yang memperoleh pencadangan HTR dari MenteriKehutanan dengan total tareal seluas 650.663 hektar, serta telah diterbitkanIUPHHK-HTR di 30 kabupaten dengan 49 IUPPHHK HTR koperasi dan

1

Page 6: Pendampingan Kehutanan

1.827 IUPHHK-HTR perorangan dengan total areal seluas 126,978 hektar(19,5%). Kementerian Kehutanan mentargetkan HTR seluas 5,4 juta hektar.Implementasi program HTR dalam 4 tahun ini tergolong masih rendah,oleh karena itu untuk mencapai target yang diharapkan diperlukan upaya-upaya untuk mempercepat implementasi program HTR tersebut.

Salah satu kelemahan berbagai program yang dilakukan olehpemerintah, termasuk Kementerian Kehutanan adalah kurangnya perhatianpada proses pembelajaran, baik bagi masyarakat maupun para pihak yangterlibat dalam program tersebut. Diperlukan suatu pra kondisi agarmasyarakat dapat memanfaatkan akses yang disediakan dengan sebaik-baiknya, dan dapat berpartisipasi, meningkatkan kapasitas dankesejahteraannya melalui akses yang didapat tersebut. Untuk mempersiapkanpra kondisi masyarakat tersebut dibutuhkan proses pendampingan secaraintensif.

Dalam mencapai program HTR yang berhasil guna dan berdayaguna, kegiatan pendampingan agar masyarakat dapat aktif berpartisipasidan memperoleh manfaat dari kegiatan HTR merupakan proses penting.Apakah yang dimaksud dengan pendampingan HTR?, bagaimanapendampingan HTR yang diharapkan, apa prinsip pendampingan HTR,dan lainnya merupakan pokok bahasan yang akan diuraikan dalam bukuini.

Tujuan

Buku ini berisi informasi singkat mengenai pendampingan HTR,yang ditujukan bagi pada para pengambil kebijakan pembangunan kehutanandi daerah, pemerhati pembangunan kehutanan dan pemberdayaanmasyarakat, serta para praktisi di lapangan (penyuluh dan pendamping).Diharapkan informasi mengenai pendampingan HTR ini dapat membukadan memperluas wawasan mengenai pendampingan, sehingga programHTR dapat dilaksanakan dengan baik dan memberikan manfaat yangsebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan.

2

Page 7: Pendampingan Kehutanan

II. HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR)

Apa yang dimaksud HTR?

Hutan Tanaman Rakyat, yang selanjutnya disebut HTR adalah hutantanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh perorangan atau koperasiuntuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkansilvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan (PP6/2007 Bab 1 Pasal 1:19)

Hutan Tanaman Rakyat (HTR) berbeda dengan HutanKemasyarakatan (HKm) dan Hutan Rakyat (HR). HTR hanya dikembangkanpada areal kawasan hutan produksi yang tidak dibebani hak. HKMdimungkinkan dikembangkan di hutan konservasi (kecuali Cagar Alamdan zona inti Taman Nasional), kawan hutan produksi dan hutan lindung.Sedangkan HR dibangun di luar kawasan hutan negara atau berada padahutan hak (hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah).

Prinsip penyelenggaraan HTR

1. Masyarakat mengorganisasikan dirinya berdasarkan kebutuhannyayang berarti pembangunan hutan tanaman rakyat bukan digerakkanoleh proyek ataupun bantuan luar negeri. Prinsip ini dikembangkandalam kelembagaan kelompok sehingga ada tanggung renteng ataskewajiban terhadap lahan atau hutan, keuangan dan kelompok.

2. Kegiatan pembangunan HTR harus bersifat padat karya;3. Pemerintah memberikan pengakuan atau rekognisi dengan

memberikan aspek legal berupa SK Ijin Usaha Pengelola Hasil HutanKayu (IUPHHK) HTR sehingga kegiatan masyarakat yang tadinyainformal di sektor kehutanan dapat masuk ke sektor formal ekonomikehutanan.

Sasaran Program HTR

1. Masyarakat yang menjadi sasaran program hutan tanaman rakyatadalah masyarakat yang berada di dalam dan atau di sekitar hutan

3

Page 8: Pendampingan Kehutanan

yang merupakan kesatuan komunitas sosial yang didasarkan padapersamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan,kesejarahan, keterikatan tempat tinggal, serta pengaturan tata tertibkehidupan bersama dalam wadah kelembagaan;

2. Kawasan hutan yang dapat menjadi sasaran lokasi HTR adalahkawasan hutan produksi yang tidak produktif, tidak dibebani izinatau hak lain, letaknya diutamakan dekat dengan industri hasil hutandan telah ditetapkan pencadangannya sebagai lokasi HTR olehMenteri Kehutanan. Dalam hal ini tidak dibenarkan adanya kegiatanIPK dari hutan alam dan atau IPK dari hasil reboisasi;

3. Kegiatan yang menjadi sasaran program HTR berupa fasilitasi yangdilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya antara lain melakukan pengakuan status legalitas,penguatan kelembagaan, bimbingan dan penyuluhan teknis,pendidikan dan latihan, akses ke pembiayaan, akses terhadap pasar;

4. Kegiatan IUPHHK-HTR adalah pemanfaatan hasil hutan kayu padahutan tanaman yang meliputi tahapan kegiatan penyiapan lahan,pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaranhasil hutan kayu dari HTR.

Pola Penyelenggaraan HTR

HTR diselenggarakan dengan tiga pola yaitu :1. HTR Pola Mandiri adalah HTR yang dibangun oleh Kepala Keluarga

pemegang IUPHHK-HTR;2. HTR Pola Kemitraan adalah HTR yang dibangun oleh Kepala

Keluarga pemegang IUPHHK-HTR bersama dengan mitranyaberdasarkan kesepakatan bersama dengan difasilitasi oleh pemerintahagar terselenggara kemitraan yang menguntungkan kedua pihak;

3. HTR Pola Developer adalah HTR yang dibangun oleh BUMN atauBUMS dan selanjutnya diserahkan oleh Pemerintah kepada KepalaKeluarga pemohon IUPHHK-HTR dan biaya pembangunannyamenjadi tanggung jawab pemegang ijin dan dikembalikan secaramengangsur sejak Surat Keputusan IUPHHKHTR diterbitkan.

4

Page 9: Pendampingan Kehutanan

Dasar Hukum

1. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.23/Menhut-II/2007 tentangTata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan KayuPada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman;

2. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.5/Menhut-II/2008 tentangPerubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.23/Menhut-II/2007tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil HutanKayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman;

3. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.9/Menhut-II/2008 TentangPersyaratan Kelompok Tani Hutan Untuk Mendapatkan PinjamanDana Bergulir Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat;

4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2008 TentangRencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan TanamanIndustri dan Hutan Tanaman Rakyat;

5. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/Menhut-II/2009 tentangPerubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2008Tentang Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu HutanTanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat;

6. Peraturan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan P.06/VI-BPHT/2008 tentang Perubahan Peraturan Menteri KehutananDirektorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan P.06/VI-BPHT/2007tentang Petunjuk Teknis Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat(HTR);

7. Peraturan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan P.02/VI-BPHT/2009 tentang Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman RakyatPola Kemitraan dan Pola Developer;

8. Peraturan Kepala Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan NomorP.02/Pusat P2H-1/2008 tentang Pedoman Penyusunan ProposalPermohonan Pinjaman Dana Bergulir Untuk Usaha PembangunanHutan Tanaman.

Mekanisme Penetapan Pencadangan Lokasi HTR

1. Alokasi dan Penetapan Areal Pembangunan HTR dilakukan olehMenteri Kehutanan dengan Kriteria : Kawasan HP yang tidak

5

Page 10: Pendampingan Kehutanan

produktif, tidak dibebani izin/hak dan diutamakan dekat denganIndunstri Hasil Hutan;

2. Untuk pembangunan HTR, Kepala Baplan atas nama MenteriKehutanan menyampaikan peta arahan indikatif lokasi HTR perprovinsi kepada Bupati dengan tembusan kepada : Dirjen BPK,Sekjen, Gubernur, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi, Kepala DinasKehutanan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai BPKH;

3. Dirjen BPK melakukan sosisalisasi program Pembangunan HTRdan peta arahan indikatif lokasi HTR kepada Gubernur danBupati/Walikota;

4. Sekjen DepHut melaksanakan sosialisasi tentang PembiayaanPembangunan HTR melalui BLU cq. Pusat Pembiayaan PembangunanKehutanan kepada Gubernur dan Bupat i /Wal ikota ;

5. Kepala BPKH memberikan asistensi teknis kepada Dinas Kehutananprovinsi/kabupaten/kota berdasarkan petunjuk teknis dari KepalaBaplan;

6. Kepala Dinas Kehutanan kabupaten/kota menyampaikanpertimbangan teknis kawasan areal tumpang tindih perizinan,rehabilitasi dan reboisasi, program pembangunan daerah kepadaBupati/Walikota dilampiri dengan peta lokasi HTR Skala 1: 50.000;

7. Bupati/Walikota menyampaikan usulan rencana pembangunan HTRkepada Menteri Kehutanan dilampiri peta usulan lokasi HTR Skala1: 50.000 yang ditembuskan kepada Dirjen BPK dan KepalaBaplan;

8. Kepala Baplan melakukan verifikasi peta usulan lokasi HTR lalumenyiapkan lokasi pencadangan areal HTR dan hasilnya disampaikankepada Dirjen BPK;

9. Dirjen BPK melakukan verifikasi administrasi dan teknis lalumenyiapkan konsep keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapanlokasi pencadangan areal HTR dan dilampiri peta pencadangan arealHTR serta mengusulkannya kepada Menteri Kehutanan;

10. Menteri Kehutanan menerbitkan pencadangan areal untukpembangunan HTR dan disampaikan kepada Bupati/Walikota dengantembusan Gubernur;

6

Page 11: Pendampingan Kehutanan

11. Bupati/Walikota menyampaikan sosialisasi ke desa/masyarakat,bisa melalui LSM pusat, provinsi atau kabupaten/kota.

Mekanisme Penetapan Perizinan Pembangunan HTR

Perorangan atau Kelompok Tani

1. Pemohon (perorangan atau kelompok tani) mengajukan permohonanIUPHHKHTR kepada Bupati/Walikota melalui Kepala Desa, padaareal yang telah dialokasikan dan ditetapkan oleh Menteri Kehutanan;

2. Persyaratan permohonan yang diajukan oleh Pemohon yakni Fotocopy KTP, Surat Keterangan dari Kepala Desa bahwa benar pemohonberdomisili di desa tersebut dan Sketsa areal yang dimohon dilampiridengan susunan anggota Kelompok;

3. Kepala Desa melakukan verifikasi keabsahan persyaratanpermohonan oleh perorangan atau Kelompok Tani dan membuatrekomendasi kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepadaCamat dan Kepala BP2HP;

4. Kepala BP2HP melakukan verifikasi persyaratan administrasi dansketsa/peta areal yang dimohon hasilnya disampaikan kepada Bupatisebagai pertimbangan teknis;

5. Kepala BPKH atau pihak lain yang mewakili melakukan pengukuran,verifikasi lahan dan perpetaan dan hasilnya disampaikan kepadaBupati sebagai pertimbangan teknis;

6. Bupati/ Walikota menerbitkan Keputusan IUPHHK-HTR kepadaperorangan atau Kelompok atas nama Menteri Kehutanan yangdilampiri peta areal kerja skala 1: 50.000 dengan tembusan MenteriKehutanan, Dirjen BPK, Kepala Baplan dan Gubernur;

7. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang menangani bidang kehutananmelaporkan kepada Menteri kehutanan, rekapitulasi penerbitanKeputusan IUPHHK-HTR secara periodik tiap 3 (tiga) bulan.

Koperasi

1. Pemohon mengajukan permohonan IUPHHK-HTR kepadaBupati/Walikota pada areal yang telah dialokasikan dan ditetapkanoleh Menteri Kehutanan;

7

Page 12: Pendampingan Kehutanan

2. Persyaratan permohonan yang diajukan oleh Pemohon yakni Fotocopy Akte Pendirian koperasi, Surat Keterangan dari Kepala Desabahwa benar Koperasi dibentuk di desa tersebut dan Peta areal yangdimohon dilampiri dengan Skala 1:5000 atau 1:10.000 serta dilampiridengan susunan anggota Koperasi;

3. Kepala Desa melakukan verifikasi keabsahan persyaratanpermohonan oleh koperasi dan membuat rekomendasi kepadaBupati/Walikota dengan tembusan kepada Camat dan Kepala BP2HP;

4. Kepala BP2HP melakukan verifikasi persyaratan administrasi dansketsa/peta areal yang dimohon hasilnya disampaikan kepadaBupati/Walikota sebagai pertimbangan teknis;

5. Kepala BPKH atau pihak lain yang mewakili melakukan pengukuran,verifikasi lahan dan perpetaan dan hasilnya disampaikan kepadaBupati/Walikota sebagai pertimbangan teknis;

6. Bupati/ Walikota menerbitkan Keputusan IUPHHK-HTR kepadakoperasi atas nama Menteri Kehutanan yang dilampiri peta arealkerja skala 1: 50.000 dengan tembusan Menteri Kehutanan, DirjenBPK, Kepala Baplan dan Gubernur;

7. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang menangani bidang kehutananmelaporkan kepada Menteri kehutanan, rekapitulasi penerbitanKeputusan IUPHHK-HTR secara periodik tiap 3 (tiga) bulan.

8

Page 13: Pendampingan Kehutanan

III. PENGERTIAN, PRINSIP DAN TUJUANPENDAMPINGAN HTR

Berbagai program Kementerian Kehutanan, termasuk HTRmemerlukan proses pembelajaran bersama, baik bagi masyarakat maupunpara pihak yang terlibat dalam program tersebut, sehingga dapat mencapaitujuan yang diharapkan bersama. Bagi masyarakat, diperlukan suatu prakondisi agar masyarakat memiliki kapasitas sehingga dapat memanfaatkanakses yang disediakan dengan sebaik-baiknya, berpartisipasi secara aktif,dan dapat meningkatkan kesejahteraannya. Untuk mempersiapkan prakondisi masyarakat tersebut dibutuhkan proses pendampingan secaraintensif.

Pengertian Pendampingan

Ada banyak definisi pendampingan antara lain yang digunakan olehKementerian Kehutanan :

a. Proses belajar bersama dalam mengembangkan hubungan kesejajaran,hubungan pertemanan atau persahabatan, antara dua subyek yangdialogis untuk menempuh jalan musyawarah dalam memahami danmemecahkan masalah, sebagai suatu strategi mengembangkanpartisipasi masyarakat menuju kemandirian (Permenhut No.P.03/Menhut-V/2004);

b. Kegiatan yang dilakukan bersama-sama masyarakat dalammencermati persoalan nyata yang dihadapi di lapangan selanjutnyadidiskusikan bersama untuk mencari alternatif pemecahan ke arahpeningkatan kapasitas dan produktivitas masyarakat (Kepmenhut132/Menhut-II/2004);

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Kementerian Kehutananmendefinisikan îpendampinganî sama dengan butir b di atas, hanya lebihmenegaskan pelaku kegiatan pendampingan, yaitu : agen pembangunan(Pemerintah, LSM, Perguruan Tinggi, Swasta) dan masyarakat. Definisipendampingan lainnya, adalah kegiatan memfasilitasi proses pembelajaransecara nonfomal untuk mencapai keberdayaan masyarakat. (Najiyati et.al,2005).

9

Page 14: Pendampingan Kehutanan

Pendampingan sangat erat kaitannya dengan penyuluhan danpelatihan. Supaya pemahaman pendampingan yang dimaksudkan dalamtulisan ini tidak disalahmengertikan, maka berikut ini diuraikan secarasingkat pemahaman pendampingan, penyuluhan dan pelatihan.

Pendampingan dan penyuluhan

Pendampingan seringkali dipertentangkan dengan penyuluhan.Banyak pendapat yang mengatakan pendampingan bukanlah penyuluhandan penyuluhan bukanlah pendampingan. Istilah pendampingan munculbersamaan dengan munculnya konsep pemberdayaan, pendampingandianggap merupakan salah satu cara untuk memberdayakan danmeningkatkan kemampuan petani. Kalangan LSM yang aktif dalamkegiatan Community Development (pembangunan masyarakat) adalahpihak yang terlebih dahulu menggunakan dan menyebarluaskan konseppendampingan. Berawal dari sinilah istilah pendampingan muncul dandibedakan dengan penyuluhan yang selama ini dilakukan oleh kalanganpemerintah.

Konsep penyuluhan dan pendampingan lebih mudah dipahami denganmemperhatikan definisi kedua kata tersebut. Penyuluhan menurut UndangUndang Nomor 16 Tahun 2006 adalah proses pembelajaran bagi pelakuutama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong danmengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya meningkatkanproduktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya sertameningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.Penyuluhan diselenggarakan berasaskan demokrasi, manfaat, kesetaraan,keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan,berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung gugat.

Dengan memperhatikan definisi pendampingan dan penyuluhan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendampingan dan penyuluhanmemiliki kesamaan, antara lain:

(1) merupakan proses belajar(2) mengutamakan musyawarah dan pemecahan permasalahan(3) menekankan partisipasi masyarakat ke arah kemandirian(4) peningkatan kapasitas dan produktivitas.

10

Page 15: Pendampingan Kehutanan

Pada kenyataannya penyuluhan yang dilakukan oleh Pemerintahselama ini memang seringkali masih dijalankan dengan penekanan padatransfer informasi dan teknologi yang bersifat top down, dimana petanidiposisikan sebagai obyek sasaran penyuluhan. Sebagian besar orangmasih memahami penyuluhan hanya sekedar proses pemberian informasiatau penerangan saja. Penyuluh mengunjungi masyarakat binaannya bilaada kegiatan, dan lebih menitikberatkan perhatian pada pencapaian targetfisik kegiatan. Biasanya setelah kegiatan selesai maka berakhirlah hubunganpenyuluh dengan masyarakat tersebut, tanpa memperhatikan perkembangankapasitas masyarakat, apakah masyarakat sudah mandiri atau belum.Penyuluhan yang dilaksanakan oleh Pemerintah saat ini memang masihbelum benar-benar dilaksanakan sebagai proses pembelajaran bersamauntuk membantu petani sehingga dapat mengatasi permasalahan yangdihadapi dalam usahataninya.

Padahal bila dipahami lebih mendalam sebenarnya konsep penyuluhansejak awal mulanya mencakup kegiatan pendampingan. Mosher (1978)secara eksplisit menyatakan adanya kegiatan pendampingan dalampenyuluhan. Menurut Mosher (1978) penyuluhan adalah process of workingwith rural people through out-of-school education, along those lines oftheir current interest and need which are closely related to gaining alivelihood, improving the physical level of living of rural families, andfostering rural community welfare (proses bekerja bersama denganmasyarakat melalui pendidikan non formal, dengan memperhatikankebutuhan dan minat masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebihbaik dan meningkatkan kemampuan keluarga petani dan kesejahteraankomunitas masyarakat pedesaan).

Pendampingan dan pelatihan konvensional

Pendampingan seringkali dikaitkan dengan kegiatan pelatihan, dantidak dapat dilepaskan dari pelatihan, tetapi pelatihan dalam pendampingantidak sama dengan pelatihan yang konvensional.

Najiyati et.al. (2005) menyebutkan bahwa pelatihan konvensionaldipersepsikan sebagai îtrainingî dengan materi tertentu sesuai standaryang telah dibakukan, dilakukan dalam jangka waktu tertentu, terbatasdan formal, dilakukan secara individu, dan umumnya berorientasi pada

11

Page 16: Pendampingan Kehutanan

penambahan pengetahuan. Dalam pendampingan, pelatihan lebih dipahamisebagai sarana peningkatan kapasitas, kompetensi, motivasi dan penyadaranmasyarakat/kelompok. Di dalamnya tercakup berbagai kegiatan yang salingberkaitan sesuai kebutuhan riil masyarakat. Penilaian kebutuhan pelatihandilakukan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan kemampuandan aspirasi masyarakat. Pelatihan dalam pendampingan merupakan prosespembelajaran terus menerus dan berkelanjutan, dilakukan di lokasi, dalamkelompok dan tidak formal. Sumber informasi dalam pelatihan adalahberbagai pihak yang relevan dan kompeten, antara lain pendamping,instansi teknis yang di lingkungan pemerintah, lembaga pengembangkeswadayaan masyarakat, mitra usaha dan masyarakat itu sendiri). Untuklebih jelasnya, perbandingan antara pendampingan dengan pelatihankonvensional diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan antara Pendampingan dengan Pelatihan KonvensionalCiri

Penelusurankebutuhan pelatihan

Pemahaman tentangpelatihan

Waktu

Materi pelatihan

Pendekatan pelatihan

Trainer pelatihan

Peranan trainer

Sumber informasiKedudukanmasyarakat

Formal pelatihan

Dasar pelatihan

Hubungan pelatihandan pengembanganmasyarakat

Pendampingan

Dilakukan terus menerus sesuai denganperkembangan kemampuan dan aspirasimasyarakat

Peningkatan kapasitas yang terdiri dariberbagai kegiatan

Terus menerus (on going process)

Sesuai kebutuhan riil masyarakat

Individual, kelompok

Hidup bersama masyarakat

Memandu dan memfasilitasi

Berbagai pihak yang relevan dan kompeten,termasuk warga masyarakat sendiriSebagai subyek belajar yang aktif danbertanggung jawab terhadap proses belajar

Informal

Kompetensi

Merupakan satu pendekatan menyeluruh

Pelatihan Konvensional

Dilakukan dalam waktu terbatasdan pada tahapan tertentu saja

Pemberian informasi satu arah(training)

Terbatas dan tertentu

Sesuai standar pemerintah/ paket

Individual

Biasanya berasal dari luar dandatang pada saat pelatihan saja

Mengajar

Trainer dan lembaga pemerintahSebagai penerima pesan danpengguna

Formal

Pengetahuan/ketrampilan

Tidak ada, terpisah

Sumber: Adaptasi dari Najiyati et. al., 2005.12

Page 17: Pendampingan Kehutanan

Prinsip pendampingan HTR

Ada beragam pendapat mengenai pendampingan dan prinsip-prinsippendampingan, tetapi beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalampendampingan HTR antara lain:1. Keterbukaan antara pendamping dan kelompok tani yang didampingi;2. Demokratisasi dalam setiap kegiatan pendampingan yang

dilaksanakan;3. Adanya kepastian hak, kewajiban dan tanggung jawab dalam

pelaksanaan pembangunan HTR;4. Mendorong masyarakat memecahkan masalahnya sendiri;5. Menggali dan mengembangkan potensi kelompok tani untuk

melaksanakan pembangunan HTR;6. Kesetaraan dan kesejajaran antara pendamping dan kelompok tani

yang didampingi dalam proses belajar bersama;7. Tidak memaksakan sesuatu di luar kemampuan dan kebiasaan yang

dimiliki kelompok tani dan anggotanya;8. Saling melengkapi antara pendamping dan kelompok tani serta

anggotanya;9. Membuka dialog dan kerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak

lainnya.

Tujuan Pendampingan

Tujuan pendampingan pada dasarnya mencakup dua elemen pokokyaitu tumbuhnya kemandirian dan partisipasi aktif masyarakat.Kemandirian merupakan kemampuan untuk pelepasan diri dariketerasingan, atau kemampuan untuk bangkit kembali pada diri manusiayang mungkin sudah hilang karena adanya ketergantungan, eksploitasidan sub ordinasi (Najiyati et.al, 2005). Kemandirian adalah perwujudankemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalammemenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dankebebasan menentukan pilihan yang terbaik. Dari berbagai referensi, secarasingkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kondisi yangmenunjukkan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya

13

Page 18: Pendampingan Kehutanan

secara bebas, sesuai dengan pilihan dan kemauannya sendiri, dankemampuan melakukan kerja sama dengan pihak di luar dirinya untukmencapai kehidupan yang lebih baik.

Partisipasi aktif masyarakat merupakan proses keterlibatan masyarakatsecara aktif dalam keseluruhan proses pendampingan, mulai daripengambilan keputusan dalam identifikasi masalah dan kebutuhan,perencanaan program, pelaksanaan program serta evaluasi dan menikmatihasil. Masyarakat akan terlibat secara aktif dalam kegiatan pendampinganbila didasari oleh adanya kesadaran masyarakat tentang penting danbermanfaatnya kegiatan tersebut. Oleh karenanya proses pendampinganpenting sekali didahului dengan proses penyadaran masyarakat, sehinggatidak menghasilkan partisipasi yang semu.

14

Page 19: Pendampingan Kehutanan

IV. PERAN DAN KOMPETENSI PENDAMPING

Peran Pendamping

Keberhasilan pendampingan HTR banyak ditentukan olehkemampuan atau keberhasilan pendamping menjalankan fungsi atauperannya dengan baik. Pendamping HTR diharapkan dapat memainkanperannya sebagai edukator, motivator, fasilitator, dinamisator, inspirator,konselor, mediator dan advokator secara bergantian, sesuai dengan kondisidan kebutuhannya.

Edukator

Inti pendampingan dalam mendidik masyarakat dengan cara yangtidak formal, tidak otoriter, dengan memberikan ruang gerak bagiberkembangnya pemikiran dan kreativitas masyarakat untuk secara aktifbelajar dan berlatih atas dasar kesadaran yang tumbuh dari dalam. Padasaat memotivasi masyarakat, pendamping melatih pola pikir, kesadarandan kepercayaan diri masyarakat.

Motivator

Pendamping sebagai motivator berperan dalam menumbuhkan danmengembangkan kepercayaan diri masyarakat. Pendamping memotivasimasyarakat untuk melakukan aktivitas guna mencapai tujuan yangdirencanakan, seperti melakukan peningkatan kapasitas dalam teknisbudidaya, pengelolaan keuangan, membangun kerja sama dan menguatkankelembagaan usaha dan lainnya.

Fasilitator, dinamisator dan inspirator

Pendamping juga berperan dapat sebagai fasilitator. Fasilitator dalamhal ini melakukan kegiatan untuk memperlancar proses pembelajaranmasyarakat, seperti memfasilitasi pelatihan, konsultasi atau bantuan teknislainnya seperti mengembangkan kelompok, memberikan saran untukmemecahkan permasalahan masyarakat dan lainnya. Selain itu, pendamping

15

Page 20: Pendampingan Kehutanan

juga berfungsi sebagai dinamisator dan inspirator, yakni menggerakkandan mendorong masyarakat, memberikan inspirasi kepada masyarakatuntuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Konselor

Pada situasi tertentu, peran pendamping sebagai konselor jugadibutuhkan. Dalam hal ini masyarakat dapat berkonsultasi dan memintabimbingan pendamping untuk dapat mengambil keputusan atau mengatasipermasalahannya. Apabila permasalahan itu berada di luar kapasitas ataukompetensi pendamping, maka pendamping perlu memfasilitasi masyarakatuntuk bisa memperoleh jawaban, misalnya dengan berkonsultasi denganpihak lain atau menghadirkan seorang atau beberapa narasumber.

Mediator

Pendamping juga dapat berperan sebagai mediator, yaitumenjembatani masyarakat dan kelompok atau institusi lainnya berkaitandengan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Misalnya menjadimediator untuk memperoleh bimbingan teknis atau fasilitas lainnya,menjembatani dengan lembaga keuangan untuk memperoleh fasilitaspermodalan usaha, menjembatani dengan mitra usaha.

Advokasi

Dalam kondisi posisi tawar masyarakat yang rendah, misalnya dalamhal sengketa dengan pihak-pihak yang memiliki kekuasaan, pendampingdapat melakukan pembelaan terhadap masyarakat dalam batas-bataskebenaran dan kewajaran. Fungsi ini bisa diwujudkan antara lain denganmemfasilitasi masyarakat untuk berdialog dengan para pemimpin formaldi daerah untuk membicarakan implikasi kebijakan terhadap masyarakatatau kelompok.

Peran Pendamping dalam program HTR ialah:

a. Menjaga agar semangat, kemauan, ide-ide dan gagasan kelompoktani tetap tinggi, sehingga kegiatan pembangunan HTR berjalanlancar;

16

Page 21: Pendampingan Kehutanan

b. Memacu dan meningkatkan kegiatan kelompok tani sesuai dengankebutuhan dan kemampuan kelompok tani HTR;

c. Mengurangi, menghentikan dan mengingatkan apabila ada kegiatanatau sikap yang menyimpang dan tidak mendukung kegiatankelompok tani HTR;

d. Mendinginkan konflik dan ketegangan yang merugikan kelompoktani;

e. Membantu kelompok tani dalam menghadapi permasalahan yangmuncul, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan HTR;

f. Membimbing kelompok tani untuk mencapai tujuan yang telahdisepakati bersama;

g. Mengembangkan jaringan kerjasama dalam kelompok tani dan antarkelompok, instansi terkait, lembaga keuangan dan mitra usaha.

Kompetensi Pendamping HTR

Keberhasilan program HTR ditentukan oleh sejauhmana keberhasilandalam berbagai aspek antara lain : produksi, kelembagaan, pemasarandan aspek sosial lainnya. Oleh karena itu diperlukan kompetensi pendampingbukan saja pada aspek teknis kehutanan yang berkaitan dengan HTR,tetapi juga aspek sosial dan ekonomi. Kompetensi Pendamping yangdiperlukan bukan saja dalam ranah pengetahuan, tetapi yang lebih pentingdan sangat menentukan dalam mendukung keberhasilan pendampinganHTR ialah kompetensi pendamping berkaitan dengan ranah sikap danketrampilannya. Beberapa hal di bawah ini merupakan kompetensipendamping yang diperlukan agar program HTR dalam mencapai sasarandan tujuan yang diharapkan.

Adalah hal yang sangat sulit mendapatkan pendamping yangmemenuhi semua kompetensi di bawah ini. Oleh karena itu, pendampingtidaklah mutlak harus memenuhi kompetensi ini, terutama dalam halpengetahuan dan ketrampilan teknis kehutanan. Kompetensi dalam ranahsikap merupakan modal dasar dan utama yang perlu dimiliki pendamping,bila kompetensi sikap tersebut telah dimiliki oleh seorang pendamping,

17

Page 22: Pendampingan Kehutanan

maka kompetensi lainnya dapat ditingkatkan melalui pembelajaran mandiri,pelatihan, magang, maupun metode pembelajaran lainnya.

1. Pengetahuan dan Ketrampilan Pendamping

a. Aspek Teknis kehutananTeknologi kehutanan yang diperlukan berkaitan dengan

HTR adalah teknologi budidaya/silvikultur dan teknologipengolahan hasil kayu HTR. Teknologi Budidaya/Silvikulturyang pokok antara lain:

• Teknologi perbenihan dan pembibitan• Teknologi penanaman/silvikultur intensif• Teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman• Teknologi agroforestry• Teknologi budidaya Hasil Hutan Bukan Kayu ñ HHBK

Sedangkan berkaitan dengan teknolgi pengolahan hasil kayuHTR meliputi:

• Teknologi pemanenan• Teknologi pengolahan kayu

Lembaga penelitian kehutanan (Badan Penelitian danPengembangan Kehutanan) terus berupaya melakukan berbagaipenelitian yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat. Beberapadi antaranya yang berkaitan dengan HTR ialah:• penyiapan lahan tanpa bakar;• perbanyakan bibit tanaman dengan sistem KOFFCO;• aplikasi mikoriza untuk menghasilkan bibit berkualitas,

meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan serapannutrisi, menghemat pemakaian pupuk dan meningkatkandaya hidup tanaman;

• tabel volume untuk mengukur pertumbuhan dan hasil tegakanhutan;

• pengendalian penyakit karat tumor pada sengon;• Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK): lebah madu unggul;

18

Page 23: Pendampingan Kehutanan

• Nyamplung sebagai sumber energi biofuel;• Budidaya dan rekayasa gaharu;• Teknologi arang kompos aktif.

b. Aspek Sosial

Di dalam masyarakat terdapat energi sosial yang merupakanmodal penting dalam mendukung keberhasilan berbagai programkehutanan. Di berbagai daerah di Indonesia, pengetahuan dankearifan tradisional telah terbukti memiliki peran yang sangatpenting dalam mendukung kelestarian hutan. Oleh karenanya,modal sosial dan aspek sosial, seperti kepercayaan, kejujuran,jiwa gotong royong, kepemimpinan lokal/tradisional, nilai-nilaiatau norma sosial budaya merupakan hal yang sangat pentingdan perlu digali, dikuatkan serta dikembangkan dalampelaksanaan berbagai program di tengah-tengah masyarakat.

Program HTR tidak saja ditujukan untuk perorangan, tetapijuga bagi kelompok tani maupun koperasi. Dalam masyarakatIndonesia budaya berorganisasi secara formal masih sangat sulitdilakukan, walaupun budaya gotong royong telah cukup kuatmengakar terutama pada masyarakat di pedesaan. Oleh karenaitu diperlukan pengetahuan dan ketrampilan pendamping untukmenguatkan dan mengembangkan kelembagaan di masyarakat,baik lembaga informal dan formal yang ada dan akan dibentukdalam masyarakat. Kompetensi pendamping yang diperlukanberkaitan dengan aspek sosial antara lain:

• penggalian nilai-nilai sosial budaya dalam masyarakat yangdidampingi;

• penelusuran pola kepemimpinan dalam masyarakat yangdidampingi;

• pengenalan kelembagaan informal dan formal dalammasyarakat;

• pembentukan dan penguatan kelompok;• fasilitasi dan dinamika kelompok;

19

Page 24: Pendampingan Kehutanan

• komunikasi dan dialog (mendengarkan);• administrasi dan manajemen kelompok;• penelusuran dan pemanfaatan berbagai akses: informasi,

kemitraan.

c. Aspek Ekonomi

HTR memiliki tujuan pada peningkatan usaha masyarakatdalam bidang kehutanan, yang menguntungkan, dapatmeningkatan pendapatan masyarakat, dan berujung padapeningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian HTRjuga harus berorientasi pada keuntungan (profit oriented). Olehkarena itu pendamping perlu memiliki pengetahuan danketrampilan dalam aspek ekonomi, khususnya dalam hal analisiskelayakan usaha, pembukuan keuangan, dan pemasaran.

2. Sikap Pendamping

HTR merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakatdi sekitar hutan, sehingga keberhasilan pendampingan HTR sangatditentukan oleh sikap mental pendamping. Pendamping HTRdiharapkan memiliki sikap mental sebagai berikut:a. Jujur dan Ikhlas

Untuk dapat dipercaya oleh masyarakat, modal pertama yangharus dimiliki oleh pendamping ialah jujur dan ikhlas dalammelakukan pendampingan masyarakat.

b. Ramah dan tegasPendamping mudah berkomunikasi dengan semua kalangan,golongan, dan latar belakang masyarakat, tetapi tetap menjagasikap tegas;

c. Demokratisd. Rendah hatie. Mempunyai komitmen kuat pada kemajuan masyarakatf. Mengenali dan menghormati adat istiadat setempatg. Semangat belajar dan meningkatkan potensi diri

20

Page 25: Pendampingan Kehutanan

Peningkatan Kompetensi Pendamping

Mengingat peranan penting yang harus dilakukan pendamping dankompetensi yang perlu dimiliki pendamping untuk menjalankan perantersebut, maka tahapan perekrutan tenaga pendamping HTR merupakanproses awal yang menentukan keberhasilan pendampingan HTR.Pendamping HTR dapat berasal dari berbagai kalangan, baik penyuluhpemerintah, penyuluh swasta dari perusahaan, ataupun penyuluh swadayayang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat, aktiviskehutanan/lingkungan, masyarakat lokal maupun masyarakat umum lainnya.Darimana pun asal pendamping HTR, tetapi harus memenuhi kompetensisebagaimana telah diuraikan di atas. Oleh karena itu, sangat pentingmempersiapkan, melengkapi dan meningkatkan kapasitas pendampingdengan berbagai kompetensi dimaksud melalui berbagai pelatihan danmetode pembelajaran lainnya, seperti magang, studi banding dan lainsebagainya.

Untuk meningkatkan kompetensi aspek teknis kehutanan, dapatdilakukan pelatihan pendamping melalui kerja sama dengan lembagapenelitan dan lembaga diklat baik di pusat maupun di daerah. Untukmeningkatkan kompetensi dalam aspek sosial, dapat dilakukan denganbekerja sama atau magang di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atauOrganisasi Non Pemerintah (ornop) yang telah berpengalaman dan berhasilmelakukan pendampingan masyarakat. Sedangkan untuk meningkatkankompetensi dalam aspek ekonomi, dapat dilakukan melalui kerja samadengan lembaga perkreditan, lembaga perbankan atau perkoperasian.

21

Page 26: Pendampingan Kehutanan

V. TAHAPAN PENDAMPINGAN HTR

Pendampingan HTR perlu dilakukan dengan mengikuti urutantahapan-tahapan yang benar, sehingga pendampingan HTR dalam berjalanefektif dan efisien. Urutan tahapan pendampingan ini disusun berdasarkanberbagai pengalaman pendampingan yang telah dilakukan, dan tidakbersifat baku sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisidi lapangan. Tahapan pendampingan HTR yang diuraikan berikut di bawahini merupakan hasil rangkuman dari beberapa literatur antara lain Isbandi(2003), Suharto (2005), Najiyati et al.(2005), Soetomo (2006), KEMENHUT(2010).

Tahap Persiapan

Keberlanjutan suatu program membutuhkan komitmen berbagaipihak mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir suatu program.Tahap awal, yaitu tahap persiapan merupakan prasyarat sukses atau tidaknyasebuah program, walaupun pada kenyataannya seringkali kurangdiperhatikan. Tahap persiapan pendampingan ditekankan pada dua halpenting yaitu : (1) penyiapan petugas yang melakukan pendampingan; dan(2) penyiapan masyarakat yang akan didampingi.

Persiapan petugas pendamping meliputi perekrutan dan pelatihancalon pendamping sehingga memiliki kompetensi sebagaimana diuraikansebelumnya. Sedangkan penyiapan masyarakat meliputi kegiatan perkenalandengan pejabat formal dan tokoh masyarakat setempat serta pemberitahuanmaksud dan tujuan pendampingan. Dalam kegiatan perkenalan denganmasyarakat, pelibatan tokoh masyarakat yang disegani merupakan halpenting yang perlu diperhatikan dengan tujuan memperoleh dukungandari masyarakat. Penyiapan masyarakat ini seringkali disebut sosialisasi.

Pada tahap persiapan ini penting sekali untuk menyadarkan danmeyakinkan masyarakat bahwa program HTR sangat bermanfaat bagimasyarakat. Manfaat HTR untuk meningkatkan pendapatan dankesejahteraan masyarakat menjadi materi utama yang perlu disosialisasikanuntuk menarik minat masyarakat terlibat dalam program HTR. Keterlibatan

22

Page 27: Pendampingan Kehutanan

masyarakat, yang dilakukan atas dasar kesadaran dan keinginan masyarakatsendiri merupakan modal awal bagi partisipasi aktif masyaraka dalamprogram HTR.

Tahap Penilaian

Pada tahapan ini penting untuk melibatkan masyarakat secara aktif,karena masyarakat setempat yang sangat mengetahui keadaan dan masalahdi tempat mereka berada. Tahapan ini memiliki penekanan pada faktoridentifikasi masalah dan sumber daya yang ada dalam sebuah wilayahyang akan menjadi pelaksanaan program HTR.

Inventarisasi dan identifikasi dilakukan terhadap:

a. Pertumbuhan penduduk, kesempatan kerja dan berusaha, tingkatketergantungan masyarakat dengan hutan;

b. Ada dan tidaknya kelembagaan dalam masyarakat;c. Keberadaan kelompok adat, kelompok keagamaan dan kelompok

sosial lainnya;d. Tata nilai/pranata budaya yang berkembang di masyarakat;e. Informasi kerusakan hutan dan lahan yang telah terjadi, upaya-upaya

RHL dan konservasi tanah dan air yang telah dilaksanakan, jenistanaman pokok yang telah dibudidayakan (MPTS dan tanamanunggulan setempat).

Tahap Perencanaan Alternatif Program Atau Kegiatan

Pada tahap ini program perencanaan dibahas secara maksimal denganmelibatkan peserta aktif dari pihak masyarakat guna memikirkan solusiatau pemecahan atas masalah yang mereka hadapi di wilayahnya, khususnyaberkaitan dengan rencana pelaksanaan program HTR. Dalam tahap inidipikirkan secara mendalam agar program pendampingan tidak hanyadititikberatkan pada kegiatan fisik atau kegiatan yang hanya bersifatpemberian bantuan (filantropi). Program diharapkan merupakan kegiatanyang memberikan manfaat dalam jangka panjang. Melibatkan masyarakatsejak dalam perencanaan memberikan dampak yang sangat positif terhadap

23

Page 28: Pendampingan Kehutanan

pelaksanaan program, karena akan tumbuh sense of belonging masyarakatterhadap program HTR tersebut sehingga dapat mendorong peran aktifmasyarakat dalam keseluruhan proses pendampingan.

Dalam merencanakan alternatif program atau kegiatan, pendampingperlu mempertibangkan inovasi yang akan diperkenalkan dalam HTR ini.Secara umum masyarakat cenderung mudah menerapkan inovasi yangmemiliki ciri-ciri: bermanfaat, mudah diterapkan dan sesuai dengan potensiyang dimilikinya. Oleh karena itu pada tahapan ini penting sekali untukmemperhatikan keinginan, harapan, serta pengalaman masyarakat dalammelakukan berbagai program, termasuk kegagalan dan keberhasilan dalammengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakankegiatan tersebut.

Pada tahapan ini penting sekali pendamping memperhatikanperanannya sebagai fasilitator, yang memberikan berbagai alternatif tetapitidak mengambil keputusan untuk masyarakat. Masyarakat sendiri yangmenentukan pilihan program yang ditawarkan pendamping, sesuai dengankebutuhan dan kemampuan mereka.

Tahap Pelaksanaan Program Atau Kegiatan

Tahap ini pada dasarnya terdiri dari tiga proses atau kegiatanpendampingan yaitu : (1) meningkatkan kapasitas masyarakat dalam halteknis HTR (pengetahuan, sikap dan ketrampilan); (2) meningkatankemampuan organisasi dan manajemen kelompok; dan (3) meningkatkankemampuan mendapatkan akses atau kemitraan, baik akses informasi,permodalan dan lainnya. Pada tahapan ini peran pendamping yang menonjoladalah sebagai fasilitator, mediator dan pembimbing teknis. Secara konkritkegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah: pembentukan kelompok,pembinaan aktivitas kelompok, pemberdayaan kelompok, pengembanganpermodalan dan pengembangan kemitraan.

1. Pembentukan kelompok

Masyarakat pelaku HTR diharapkan dapat membentuk kelompokbaru dengan menginduk kepada kelompok tani yang telah ada atau

24

Page 29: Pendampingan Kehutanan

meningkatkan aktivitas kelompok yang telah ada, karena dengan adanyakelompok maka kelompok akan berfungsi sebagai:a. Wahana dalam membangun kebersamaan dan kekeluargaan di antara

sesama anggota;b. Wahana peranserta dan pemberdaya dalam menghadapi kendala dan

tantangan yang dihadapi oleh para anggotanya;c. Media pembelajaran antara anggotanya melalui tukar menukar

pengalaman, aksi dan refleksi di antara usaha produktif;d. Pendamping memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan kelompok

melalui beberapa tahap di antaranya:1) Pertemuan harian informal

Proses belajar bersama dalam pembentukan kelompok denganmekanisme pertemuan secara informal, mingguan, bulanan,triwulan. Pendamping dan masyarakat menjalin pertemuan yangakrab dengan diisukan untuk mendirikan sebuah kelompok yangmencakup seluruh lapisan dan starata sosial budaya dalam rangkamensejahterakan, melestarikan hutan dan lahan melalui HTR;

2) Pengorganisasian kelompokHasil pertemuan tersebut ditindaklanjuti untuk membahas bentukorganisasi, susunan pengurus, anggaran dasar, anggaran rumahtangga serta juga bentuk aktivitas apa yang akan dilakukandalam pelaksanaan HTR. Belajar bersama masyarakat dalamproses ini, pendamping berperan sebagai mediator, negosiatorfasilitator;

3) Pengembangan organisasi kelompokPendampingan yang sudah berjalan pada tahap pembentukankelompok ditingkatkan pada tingkat kelompok secara menyeluruhdengan desa-desa di sekitarnya. Belajar bersama dalampendampingan pada gabungan kelompok ini dapat membahasbeberapa hal penting yang berhubungan dengan pengelolaanhutan, antara lain: pelaksanaan HTR, kebijakan pembangunankawasan lindung, pengembangan ekonomi masyarakat, jaringankomunikasi pelestarian dan lahan. Forum ini diharapkan dapat

25

Page 30: Pendampingan Kehutanan

menghasilkan kesepakatan pelaksanaan pengeloalan hutan danalahan melalui HTR.

2. Pembinaan Aktivitas Kelompok

Pendamping melakukan pembinaan kelompok tani dalam melakukankegiatan sebagai berikut :a. Prakondisi yang meliputi pembahasan dan perumusan jenis kegiatan,

metode dan teknik pelaksanaan, tugas, tanggung jawab anggotakelompok serta kelengkapan administrasi kelompok;

b. Penyusunan rencana pengelolaan hutan pada lokasi HTR baik rencanajangka pendek, maupun jangka panjang;

c. persaiapan lahan meliputi: pemasangan batas lahan, pembersihandan pengolahan lahan;

d. Mengembangkan pola tanam yang disesuaikan dengan pengaturantata letak tanaman berdasarkan rancangan teknis pengelolaan lahandan pengalaman petani setempat;

e. Pendistribusian bibit dan sarana produksi yang kooperatif dantransparan di antara anggota kelompok;

f. Memberi bimbingan kelompok dalam pelaksanaan sistem SuratPerjanjian Kerjasama (SPKS);

g. Melakukan akses keluar dengna membangun kemitraan antarakelompok dengan pemerintah, swasta dan pihak terkait lainnya;

h. Pemantauan dan penilaian pelaksanaan pembangunan HTR.Agar tahapan dalam pendampingan dapat terlaksana secara

menyeluruh dan terwujud kelompok yang mampu mandiri, masapendampingan dilaksanakan minimal selama 3 (tiga) tahun sesuaipelaksanaan kegiatan fisik.

3. Pemberdayaan Kelompok

Upaya pemberdayaan dilakukan terhadap kelompok tani denganberlandaskan pada peningkatan kemampuan yang menghasilkan pendapatan,sehingga mereka mampu menjangkau terhadap sumberdaya, permodalan,teknologi dan pasar.

26

Page 31: Pendampingan Kehutanan

Dalam pemberdayaan kelompok tani upaya yangdilakukan antaralain:a. Pengembangan SDM

Merupakan pembinaan manusia seutuhnya sehingga terwujudlahmanusia yang berkualitas, yaitu manusia kreatif, produktif, disiplindan mandiri melalui tahapan:

1) Tahap 1: peningkatan kesadaran dan percaya diri2) Tahap 2: peningkatan pendapatan3) Tahap 3: peningkatan kesejahteraan4) Tahap 4: peningkatan sosial politik dan budaya

b. Pengembangan Kelembagaan

Dalam pelaksanaan HTR maka perlu dikembangkan kelembagaanekonomi rakyat yaitu suatu kelembagaan yang tumbuh dari, olehdan untuk kepentingan rakyat, bukan kelembagaan yang dibentukuntuk kepentingan instansi pembina.Untuk mengembangkan kelembagaan usaha yang tangguh dilakukanmelalui beberapa langkah sebagai berikut:

1) Langkah 1: Mendorong dan membimbing petani agar mampubekerjasama di bidang ekonomi secara berkelompokAnggota kelompok haruslah terdiri dari petani yang mempunyaikepentingan sama dan saling percaya sehingga akan tumbuhkerjasama yang kompak dan serasi. Bimbingan dan bantuankemudahan yang diberikan oleh instansi pembina atau pihaklain haruslah yang mampu menumbuhkan keswadayaan dankemandirian.

2) Langkah 2: Menumbuhkan gabungan kelompok atau asosiasiKelompok-kelompok yang sudah tumbuh didorong dan dibimbingagar mau dan mampu bekerjasama antar kelompok dalam bentukorganisasi yang lebih besar yang disebut gabungan kelompokatau asosiasi. Terbentuknya gabungan kelompok/asosiasi haruslahatas dasar kebutuhan atau kepentingan kelompok itu sendiri.

27

Page 32: Pendampingan Kehutanan

Dengan bergabung dalam asosiasi akan mampu memberi manfaatyang lebih besar bagi para anggotanya antara lain:a) Menghimpun modal usaha yang lebih besarb) Memperbesar skala usahac) Meningkatkan posisi tawar-menaward) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha

4. Pengembangan Kemampuan Permodalan

Pengembangan kemampuan permodalan adalah kegiatanpemberdayaan bidang permodalan dengan cara pemberian fasilitasi yangsifatnya mendidik sehingga akan mampu menghilangkan ketergantungandan akan tumbuh keswadayaan dan mampu berusaha dalam sistem pasar.

5. Pengembangan Jejaring dan Kemitraan

Petani di sekitar hutan pada umumnya hanya memiliki asetsumberdaya alam (lahan) dan selalu dihadapkan pada berbagai kendalaketerbatasan, khususnya kterbatasan skala usaha, manajemen usaha, modal,teknologi, ketrampilan berusaha, pemasaran hasil. Oleh sebab itu pola-pola kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan kedua belah pihakperlu diciptakan dengan dasar aset-aset yang dimiliki oleh masing-masingpihak tersebut.

Tahap Evaluasi

Tahap ini memiliki substansi sebagai proses pengawasan darimasyarakat dan petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yangsedang berjalan dengan melibatkan masyarakat dampingan. Tahapan inijuga akan merumuskan berbagai indikator keberhasilan suatu programyang telah diimplementasikan serta dilakukan pula bentuk-bentuk stabilisasiterhadap perubahan atau kebiasaan baru yang diharapkan terjadi.

Tahap Terminasi

Tahap terminasi ialah tahap dimana seluruh program telah berjalansecara optimal dan pendamping sudah mengakhiri kerjanya. Tahapan ini

28

Page 33: Pendampingan Kehutanan

adalah pada tahap dimana masyarakat dianggap sudah mencapai tahapmandiri sehingga proses pendampingan harus diakhiri. Pada tahapan inipendamping harus benar-benar yakin bahwa proses pemberdayaan akanterus berlanjut meskipun masyarakat tidak lagi didampingi. Tahapan inidisebut sebagai tahap pemutusan hubungan antara pendamping denganpara masyarakat yang didampingi. Pendamping tidak keluar dari komunitassecara total, melainkan ia akan meninggalkannya secara bertahap.

Kriteria masyarakat sudah mandiri antara lain: (1) masyarakat sudahsadar bahwa proses pendampingan tidak diperlukan lagi karena masyarakatdengan sumberdaya dan kapasitas yang ada mampu mengembangkanusahanya; (2) kelompok masyarakat dampingan sudah mampu mengambilkeputusan dan bertindak sebagai pendamping bagi anggotanya; dan (3)kelompok sudah mampu menjadi fasilitator bagi kegiatan usaha yangdilakukan oleh anggota.

Pendamping yang sudah mengakhiri tugasnya, diharapkan masihberperan sebagai mitra bagi masyarakat yang sudah didampinginya, sebatasmemberikan informasi baru berkaitan dengan usaha HTR; menjembatanikelompok dengan mitra usaha, pemerintah dan mitra lainnya; dan membantumengatasi permasalahan yang dihadapi kelompok jika diminta.

29

Page 34: Pendampingan Kehutanan

VI. PENUTUP

Informasi singkat dalam buku kecil ini bersifat membuka danmenambah wawasan bagi para pembaca tentang pendampingan HTR.Buku ini bukan merupakan petunjuk teknis yang harus diikuti setiapdetailnya secara kaku. Kegiatan pendampingan HTR di lapangan dapatsangat bervariasi sesuai dengan situasi, kondisi masyarakat dampingan.Pengalaman pendampingan HTR yang telah dilakukan di lapangan nantinyaakan menjadi masukan dan memperkaya tulisan ini di masa mendatang.

30

Page 35: Pendampingan Kehutanan

DAFTAR PUSTAKA

Isbandi RA. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarkaat danIntervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia.

[KEMENHUT] Kementerian Kehutanan. 2010. Kumpulan PeraturanTentang Hutan Tanaman Rakyat. Jakarta: Direktorat BinaPengembangan Hutan Tanaman, Direktorat Jenderal Bina ProduksiKehutanan.

Najiyati S, Asmana A, Suryadiputra INN. 2005. Pemberdayaan Masyarakatdi Lahan Gambut. Bogor: Wetland International.

Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.Bandung: Refika Aditama

Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

31