artikel bebas

14
EVALUASI KONDISI GEOGRAFIS PANTAI JOLOSUTRO DI KECAMATAN WATES KABUPATEN BLITAR Afif Dwi Afrizal 1 , I Komang Astina 2 , Bagus Setiabudi Wiwoho 2  1 Mahasiswa Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang 2 Dosen Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang no. 5 Malang E-mail: avifev@gmail.com Abstract:  The aims of this research is to determine the condition Jolosutro  Beach based on physical aspects, facilities, and the interaction between the regions in support to development of tourism. This research using survey models. Data were obtained by measurement, observation, quitionairre, and documentations. Data were analyzed with descriptive statistics. The result  showed that physical condition has classified in category of very suitability in  support to develop tourism. Facilites condition has classified in less suitable in  support to develop tourism. Jolosutro Beach has a low value interactions, but has a charm and uniqueness, that was iron sand and Melasti Ceremony.  Keywords:  Geopgraphic, Jolosutro Beach  Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi fisik, sarana prasarana, dan interaksi antarwilayah Pantai Jolosutro dalam mendukung pengembangan  pariwisata. Penelitian ini menggunakan metode survei. Data diperoleh dengan teknik pengukuran, observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan kondisi fisik Pantai Jolosutro tergolong kategori sangat sesuai untuk pengembangan  pariwisata. Kondisi sarana prasarana tergolong kategori kurang sesuai dalam mendukung pengembangan parwisata. Pantai Jolosutro memiliki nilai interaksi yang rendah, namun memiliki daya tarik berupa pasir besi dan Upacara Melasti.  Kata kunci: Geografis, Pantai Jolosutro Pariwisata merupakan suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan wilayah yang mempunyai potensi objek wisata. Pariwisata memiliki tiga aspek yang mampu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian, yaitu aspek ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), aspek sosial (penciptaan lapangan kerja), dan aspek  budaya. Sek tor pariwisata mengalam i kenaikan sec ara berturut-turut da n berada pa da  posisi keempat pada tahun 2008 sebagai pe nyumbang dev isa nasional (Kemenbudpar, 2010:8). Pembangunan daerah menjadi daerah tujuan wisata tergantung dari daya tarik yang berupa keindahan alam, tempat bersejarah, tata cara hidup bermasyarakat maupun upacara keagamaan. Salah satu daerah yang memiliki objek wisata yang menarik dan  bervariatif ada lah Blitar. Daera h pesisir wilay ah Kabupaten Blitar berhada pan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga cocok untuk dikembangkan rekreasi pantai, salah satunya Pantai Jolosutro. Berdasark an Rencana Tata Ruang Kabupaten Blitar Tahun

Upload: ulwan-hawari

Post on 14-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 1/14

EVALUASI KONDISI GEOGRAFIS PANTAI JOLOSUTRO

DI KECAMATAN WATES KABUPATEN BLITAR

Afif Dwi Afrizal

1

, I Komang Astina

2

, Bagus Setiabudi Wiwoho

2

 1Mahasiswa Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang

2Dosen Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri MalangJalan Semarang no. 5 MalangE-mail: [email protected] 

Abstract:   The aims of this research is to determine the condition Jolosutro

 Beach based on physical aspects, facilities, and the interaction between the

regions in support to development of tourism. This research using survey

models. Data were obtained by measurement, observation, quitionairre, anddocumentations. Data were analyzed with descriptive statistics. The result

 showed that physical condition has classified in category of very suitability in

 support to develop tourism. Facilites condition has classified in less suitable in

 support to develop tourism. Jolosutro Beach has a low value interactions, buthas a charm and uniqueness, that was iron sand and Melasti Ceremony.  

Keywords:  Geopgraphic, Jolosutro Beach 

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi fisik, sarana prasarana,

dan interaksi antarwilayah Pantai Jolosutro dalam mendukung pengembangan

 pariwisata. Penelitian ini menggunakan metode survei. Data diperoleh denganteknik pengukuran, observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Data dianalisis

dengan teknik statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan kondisi fisik

Pantai Jolosutro tergolong kategori sangat sesuai untuk pengembangan

 pariwisata. Kondisi sarana prasarana tergolong kategori kurang sesuai dalam

mendukung pengembangan parwisata. Pantai Jolosutro memiliki nilai interaksi

yang rendah, namun memiliki daya tarik berupa pasir besi dan Upacara Melasti. 

Kata kunci: Geografis, Pantai Jolosutro 

Pariwisata merupakan suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan wilayah

yang mempunyai potensi objek wisata. Pariwisata memiliki tiga aspek yang mampu

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian, yaitu aspek ekonomis

(sumber devisa, pajak-pajak), aspek sosial (penciptaan lapangan kerja), dan aspek

 budaya. Sektor pariwisata mengalami kenaikan secara berturut-turut dan berada pada

 posisi keempat pada tahun 2008 sebagai penyumbang devisa nasional (Kemenbudpar,2010:8).

Pembangunan daerah menjadi daerah tujuan wisata tergantung dari daya tarik

yang berupa keindahan alam, tempat bersejarah, tata cara hidup bermasyarakat maupun

upacara keagamaan. Salah satu daerah yang memiliki objek wisata yang menarik dan

 bervariatif adalah Blitar. Daerah pesisir wilayah Kabupaten Blitar berhadapan langsung

dengan Samudera Hindia, sehingga cocok untuk dikembangkan rekreasi pantai, salah

satunya Pantai Jolosutro. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Kabupaten Blitar Tahun

Page 2: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 2/14

2008-2028, Pantai Jolosutro diarahkan untuk menjadi kawasan rekreasi bagi masyarakat

Kabupaten Blitar maupun luar daerah.

Pengembangan pariwisata di Pantai Jolosutro belum maksimal. Fasilitas dan

 potensi yang dimiliki belum dikembangkan secara maksimal yang berakibat pada

 penurunan pengunjung. Menurut Pangesti (2007), pengelolaan sarana dan prasarana

obyek wisata alam dibutuhkan untuk menunjang aktivitas wisatawan. Pemanfaatan

 potensi fisik di pesisir juga dapat menunjang pengembangan pariwisata (Dahyar, 1999).

Adanya aktivitas tambang pasir besi pada tahun 2009-2012 membuat pengembangan

 pariwisata menjadi terganggu. Jumlah pengunjung Pantai Jolosutro mengalami penurunan

dibandingkan dengan beberapa pantai lain di Blitar yang mengalami kenaikan

 pengunjung secara terus menerus pada kurun waktu 2009 hingga 2011.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode survei. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kondisi fisik, sarana dan prasarana, serta interaksi antar wilayah dalam

mendukung pengembangan pariwisata. Data kondisi fisik dan sarana pra-sarana Pantai

Jolosutro diambil dengan secara purpossive dan quota. Purpossive dilakukan dengan

menentukan empat titik di Pantai Jolosutro. Data penunjang mengenai kondisi sarana dan

 prasarana dilakukan dengan teknik quota kepada pengunjung, dengan jumlah 50 orang.

Sasaran responden adalah yang berusia lebih dari 14 tahun karena pada usia tersebut

responden dianggap mampu menilai kondisi sarana dan prasarana. Peta lokasi penelitian

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Pantai Jolosutro 

Page 3: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 3/14

Data primer hasil pengukuran lapangan meliputi: kemiringan gisik pantai,

ketersediaan air, kecepatan angin, dan lebar gisik pantai. Data primer dari hasil observasi

adalah tipe pantai, penutup lahan pantai, dan biota dan kondisi sarana dan prasara. Data

sekunder meliputi Peta Rupa Bumi Indonesia Pantai Jolosutro dan jumlah penduduk

Kecamatan Wates, Panggungrejo, Wonotirto, Kanigoro, Binangun, Wlingi, Srengat,

Sutojayan, dan Bakung. Data dianalisis dengan teknik scoring . Data jumlah penduduk

dan jarak antara wilayah yang terkait dengan pengembangan Pantai Jolosutro dianalisis

secara spasial.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis Kecamatan Wates

Kecamatan Wates merupakan bagian dari Kabupaten Blitar dengan letak

astronomis 112017’ 5” BT - 120 23’1” BT dan 8

013’ 44” LS - 80 20’ 55” LS. Wates

memiliki luas 80,86 km2 dan terbagi menjadi 8 desa, 22 dusun. 54 RW, dan 240 RT. Desa

Ringinrejo merupakan desa yang terluas, yaitu 22,52 km2. Desa Sumberarum merupakan

desa yang terkecil dengan luas wilayah 2,8 km2.

Berdasarkan kondisi geologi, formasi geologi di Kecamatan Wates terdiri atas

mandalika, anggota tuff formasi mandalika, campurdarat, dan wonosari serta aluvium.

Peta Geologi Kecamatan Wates dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Peta Geologi di Pantai Jolosutro

Page 4: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 4/14

  Formasi tertua yang tersingkap di daerah ini adalah Formasi Mandalika yang

 berumur Oligosen Akhir hingga awal Miosen Tengah yang terdiri dari lava andesit, basalt

trakit, dasit, dan breksi andesit serta memiliki anggota tuf yang terdiri dari tuf andesit, tuf

liparit (riolit) dan breksi tuf berbatu apung. Formasi tersebut tersebar di bagian selatan

kecamatan, meliputi Desa Ringinrejo, Tugurejo, dan Purworejo.. Secara melintang,

Kecamatan Wates dilalui oleh Formasi Puger dan Wuni yang di dalamnya terdapat

 batuan-batuan dari gunungapi tua, seperti andesit dan breksi, yang diperkirakan telah

membentuk pasir besi di Pantai Jolosutro dari hasil rombakan. Gabungan proses kimia

dan fisika pada batuan-batuan tersebut berpotensi membentuk endapan pasir besi di

Pantai Jolosutro.

Infrastruktur yang menjadi penunjang utama dalam pengembangan pariwisata

Pantai Jolosutro adalah jaringan jalan. Jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan

 jalan yang terdiri dari sistem jaringan primer dan sekunder yang terjalin dalam hubungan

yang hierarki. Infrastruktur jalan sangat penting bagi pembangunan wilayah maupun

untuk menopang aktivitas masyarakat. Kecamatan Wates memiliki dua jenis jalan

 berdasarkan administrasi pemerintahan, yaitu jalan kabupaten dan desa. Jaringan jalan di

Kecamatan Wates terhubung langsung dengan wilayah lain, sehingga penduduk di

Kecamatan Wates dapat berinteraksi dengan wilayah lain untuk memenuhi kebutuhannya.

Kodisi tersebut dapat dijadikan akses bagi wisatawan untuk mengunjungi Pantai

Jolosutro. Peta Jaringan Jalan Kabupaten Blitar dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. Peta Jaringan Jalan Kabupaten Blitar

Page 5: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 5/14

Kondisi Fisik Pantai Jolosutro

Berikut disajikan data hasil pengukuran lapangan di Pantai Jolosutro. 

Tabel 2. Penilaian Kondisi Fisik Pantai Jolosutro No Kondisi Fisik Hasil pengukuran Nilai Kategori

1 Kemiringan gisik 4,40 4 Sangat Sesuai

2 Ketersediaan air tawar 217 meter 4 Sangat Sesuai

3 Lebar gisik 39,6 meter 2 Cukup Sesuai

4 Kecepatan angin 1,562 m/dtk 4 Sangat Sesuai

5 Tipe Pantai Berpasir 4 Sangat Sesuai

6 Penutup lahan pantai Lahan terbuka dan vegetasi 3 Sesuai

7 Biota Berbahaya Tidak ada 4 Sangat Sesuai

Jumlah 25 Sangat Sesuai

Kemiringan lereng gisik rata-rata di Pantai Jolosutro adalah sebesar 4,40 atau

kurang dari 15 %. Menurut Tuwo (2011), pantai dengan kemiringan kurang dari 15 %

akan lebih menarik wisatawan karena bentuknya yang landai. Profil lereng yang hampir

datar atau sangat landai dapat dimanfaatkan untuk olahraga, bermain pasir, dan berjemur

maupun aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh wisatawan di pantai. Menurut Yulianda,

dalam Yustishar (2012), kemiringan pantai yang datar dapat membuat para wisatawan

yang berkunjung merasa aman dan nyaman untuk berekreasi di pantai.

Pantai Jolosutro memiliki lebar gisik rata-rata sepanjang 39,6 meter. Gisik yang

cukup lebar di Pantai Jolosutro dapat digunakan oleh wisatawan untuk melakukan

 berbagai aktivitas, seperti bermain pasir dan olahraga. Lebar gisik yang dimiliki oleh

Pantai Jolosutro ini tidak dimanfaatkan pengelola untuk mengembangkan sarana dan

 prasarana. Vegetasi yang ditanam oleh pengelola adalah Casuarina equsetiofolia L.

 bukanlah tanaman peneduh seperti pohon kelapa atau pohon yang rimbun lainnya.

Gazebo yang disediakan oleh juga hanya satu di sisi sebelah timur. Tidak tersedianya

 peneduh berupa vegetasi dan minimnya gazebo membuat wisatawan enggan untuk

 berlama-lama di pantai yang panas pada siang hari dan memilih untuk berteduh di warung

atau di bawah pohon yang jauh dari bibir pantai.

Kecepatan angin rata-rata di Pantai Jolosutro tergolong tidak terlalu besar, yaitu

1,562 m/dtk. Kecepatan angin sebesar itu akan pengunjung akan merasa nyaman karena

angin yang berhembus tidak terlalu kencang. Menurut Soenarto, dalam Yani (2004),

kecepatan angin dengan kecepatan 0,3 m/dtk sampai 5,4 m/dtk akan memberikan

kenyamanan bagi wisatawan karena angin yang terjadi tidak terlalu kencang dan tidak

terlalu pelan. Kurangnya tutupan vegetasi peneduh maupun gazebo dapat

diminimalisasikan dengan tiupan angin bagi wisatawan yang gerah atau kepanasan.

Fluktuasi kecepatan angin yang terjadi di Pantai Jolosutro akan berpengaruh terhadap

gelombang yang dihasilkan. Pada jam-jam tertentu, yaitu pukul 10.00, 11.00, 13.00, dan

Page 6: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 6/14

14.00 WIB gelombang akan semakin tinggi hingga mendekati bukit gisik pasir sejauh 21

meter akibat kecepatan angin yang semakin tinggi pula. Oleh karena itu, pengelola harus

memperingatkan wisatawan untuk waspada pada waktu jam-jam tersebut, khususnya

 pengunjung yang mengajak anak-anak bermain air.

Pantai Jolosutro memiliki ketersediaan air tawar berupa sumur dengan jarak 217

meter dari garis pantai. Ketersediaan air tawar di Pantai Jolosutro dimanfaatkan oleh

warga dengan membuat sumur tanpa harus mendapatkan air dari PDAM. Tersediannya

air tawar yang bersih dan terjamin dapat menunjang sarana pariwisata, seperti musholla,

warung dan toilet. Pengelola warung dapat memanfaatkan air bersih langsung untuk

keperluan minum dan memasak.

Tipe Pantai Jolosutro adalah pantai yang berpasir. Hamparan pasir yang

membentang di sepanjang pantai memiliki keunikan tersendiri. Di bagian bibir pantai

memiliki warna pasir berwarwa kuning, sedangkan di bagian bukit pasir sampai ke

vegetasi terdekat dengan pantai pasir berwarna hitam karena terdapat endapan pasir besi.

Endapan pasir besi merupakan hasil sedimentasi dari proses kimia dan fisika pada batuan

andesit, basaltik, dan vulkanik klastis melalui rombakan geologi atau terendap di Pantai

Jolosutro melalui Kali Lahar. Adanya tambang pasir besi pada kurun waktu 2009-2012

menyebabkan warna hitam di Pantai Jolosutro semakin berkurang. Tipe pantai yang

 berpasir lebih disukai oleh wisatawan karena memiliki tekstur yang lembut dan halus

dibandingkan dengan jenis pantai berawa, berkarang, maupun berlumpur. Pantai berpasir

merupakan tipe paling ideal untuk pengembangan pariwisata karena dapat digunakan

wisatawan untuk berekreasi, seperti berjemur, berolahraga, dan bermain pasir.

Pantai Jolosutro memiliki penutup lahan berupa vegetasi dan lahan terbuka. Di

 bagian barat pantai terdapat lahan terbuka dan di bagian timur juga terdapat hamparan

 pasir yang ditumbuhi Casuarina equsetiofolia L.. Lahan terbuka tersebut dapat

dimanfaatkan oleh pengelola untuk membangun fasilitas yang dapat digunakan oleh

wisatawan. Lahan terbuka di Pantai Jolosutro didukung oleh gisik pantai yang cukup

lebar dengan rata-rata 39,6 meter dari garis pantai. Pengelola dapat membangun fasilitas

olahraga, wahana bermain bagi anak-anak, panggung terbuka, dan gazebo. Adanya pohon

Casuarina equsetiofolia L. yang menempati setengah dari lebar pantai bagian timur

membuat pandangan maupun ruang gerak wisatawan ke arah timur menjadi terganggu.

Aktivitas wisatawan juga menjadi terpusat di bagian barat pantai saja.

Biota berbahaya yang terdapat di perairan Pantai Jolosutro adalah sejenis hiu

yang berukuran kecil. Adanya biota tersebut kadang-kadang diperoleh oleh para

 pemancing. Aktivitas wisatawan menjadi terganggu atau akan membahayakan jika

Page 7: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 7/14

wisatawan bermain air dengan adanya ikan tersebut. Oleh karena itu, wisatawan dilarang

 beraktivitas di perairan Jolosutro selain karena memiliki ombak yang cukup besar dan

arus back swash yang lebih besar daripada swash. 

Kondisi Sarana dan Prasarana Pantai Jolosutro

Berikut disajikan penilaian kondisi sarana dan prasarana di Pantai Jolosutro. 

Tabel 3. Penilaian Kondisi Sarana dan Prasarana Pantai Jolosutro No Kondisi Fisik Nilai Kategori

1 Penyediaan air bersih 2 Sesuai

2 Jaringan listrik 2 Sesuai

3 Aksesibilitas

a.  Angkutan

 b.  Kondisi jalan

1

2

Kurang Sesuai

Sesuai

4 Kebersihan 1 Kurang Sesuai5 Jaringan telekomunikasi 2 Sesuai

6 Warung 1 Kurang Sesuai

7 Tempat parkir 1 Kurang Sesuai

8 Toilet 1 Kurang Sesuai

9 Gazebo 2 Sesuai

Jumlah 15 Kurang Sesuai

Penyediaan air bersih terkait dengan ketersediaan air bersih dan tawar bagi

masyarakat maupun pengelola Pantai Jolosutro. Berdasarkan wawancara dengan

 penduduk setempat, air bersih yang tersedia di Pantai Jolosutro dapat diperoleh dari air

tanah pada kedalaman enam meter pada musim penghujan. Pada musim kemarau air

 bersih dapat diperoleh di kedalaman lebih dari 12 meter dan air sudah terasa payau karena

diperkirakan terjadi intrusi air laut dari Samudera Hindia. Air bersih di Pantai Jolosutro

tersedia dengan kondisi yang bersih pada bulan-bulan tertentu saja, yaitu pada saat bulan

September hingga April. Ketersediaan air bersih di Pantai Jolosutro menunjang kegiatan

 pariwisata, seperti memasak, MCK, dan mandi bagi masyarakat maupun wisatawan.

Akan tetapi, pemilik warung tetap menggunakan air tanah yang payau karena tidak

tersedia air dari luar daerah atau PDAM untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau

aktivitas wisata pada saat bulan Mei hingga Agustus.

Ketersediaan jaringan listrik bagi Pantai Jolosutro sangat penting untuk

menunjang pengelolaan maupun bagi kebutuhan masyarakat setempat. Penyediaan

 jaringan listrik PLN di Pantai Jolosutro baru dilakukan pada awal tahun 2013. Jaringan

listrik dipakai untuk musholla, dan permukiman warga sebagai home stay bagi wisatawan

yang ingin bermalam di Pantai Jolosutro. Penyediaan listrik masih belum merata, hanya

 beberapa rumah warga yang telah dipasang listrik dari PLN. Fasilitas yang disediakan

Page 8: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 8/14

oleh pengelola juga sedikit yang membutuhkan listrik. Belum ada fasilitas lain seperti

wahana bermain dan pusat layanan informasi yang membutuhkan listrik dalam

 pengoperasiannya.

Aksesibilitas menuju Pantai Jolosutro termasuk dalam kategori yang kurang baik.

Kendaraan yang paling sering digunakan oleh wisatawan adalah kendaraan pribadi,

 berupa motor dan mobil. Tidak ada angkutan umum yang melayani rute ke Jolosutro

walaupun sejak tahun 2008 telah disusun rencana rute angkutan umum menuju Pantai

Jolosutro. Wisatawan yang ingin mengunjungi obyek wisata ini akan kesulitan karena

kondisi jalan yang rusak. Jenis jalan kabupaten fungsi primer dimulai dari Kecamatan

Kanigoro hingga Kecamatan Kesamben, lalu menuju Kecamatan Wates merupakan jalan

desa. Kondisi jalan rusak dan bergelombang dari pusat Kecamatan Wates menuju Pantai

Jolosutro sejauh delapan kilometer. Pada tiga kilometer terakhir jalan akan semakin

sempit dengan morfologi yang berbukit-bukit, sehingga dapat menyulitkan mobil/bus jika

saling bersimpangan. Pada musim penghujan akan terjadi banyak longsoran yang

menyebabkan jalanan sangat licin karena ada longsoran tanah yang tercecer di tanah.

Kondisi tersebut membuat mayoritas wisatawan mengalami kesulitan menuju Pantai

Jolosutro.

Kebersihan di Pantai Jolosutro juga tergolong kategori yang tidak sesuai. Tidak

terdapat tempat sampah yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk membuang sampah.

Tidak terdapat petugas kebersihan khusus untuk membersihkan sampah. Jenis sampah di

Pantai Jolosutro mayoritas adalah sampah kering berupa plastik dan kertas, selebihnya

adalah dedaunan, ranting-ranting pohon, buah kelapa, maupun sisa-sisa sesajen yang

digunakan warga untuk ritual tertentu. Banyaknya sampah yang berserakan dapat

mengganggu pemandangan Pantai Jolosutro dan dapat mengganggu aktivitas wisatawan,

terutama sampah plastik. Sampah plastik yang berserakan tidak dapat diuraikan oleh

 bakteri pengurai, sehingga sampah tersebut akan terus berserakan karena tidak ada

 petugas kebersihan.

Sistem komunikasi yang terdapat di Pantai Jolosutro tergolong baik. Hal itu

dikarenakan terdapat dua provider besar di Indonesia yang mampu menjangkau Pantai

Jolosutro. Akan tetapi, akses yang dapat digunakan kurang begitu lancar. Sinyal telepon

genggam masih kurang lancar. Hal tersebut dapat menghambat para wisatawan untuk

 berkomunikasi atau mengirimkan informasi ke kerabat atau teman di luar Pantai

Jolosutro.

Keberadaan warung di Pantai Jolosutro dapat membantu wisatawan untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Makanan dan minuman yang dijual di Pantai Jolosutro

Page 9: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 9/14

hampir semuanya sama dan dengan jumlah warung yang sedikit. Enam unit warung

menjual makanan berupa bakso, mie instan, snack , dan aneka minuman. Warung-warung

tersebut sebagian besar buka hanya pada waktu hari minggu atau hari libur saja.

Sebaliknya, pada hari-hari biasa pengunjungnya menurun drastis, sehingga tidak setiap

hari warung-warung tersebut menjajakan dagangannya. Kondisi tersebut membuat

mayoritas wisatawan hanya membelanjakan uangnya untuk membeli tiket masuk dan

toilet saja.

Tempat parkir di Pantai Jolosutro dikelola oleh masyarakat setempat. Tempat

 parkir ini menempati empat lokasi, yaitu satu lokasi di dekat pintu masuk dan tiga lokasi

di gisik pantai. Pengelolaan parkir masih kurang baik. Karcis parkir yang disediakan

hanya berupa sobekan kertas kardus bungkus rokok yang diberi nomor, sehingga

 berpotensi menimbulkan tindak kejahatan, seperti pemalsuan karcis parkir. Beberapa

wisatawan enggan memarkir kendaraannya karena alasan keamanan tersebut. Pengunjung

lebih memilih membawa sepeda motor atau mobil ke tepi pantai sebagai tempat duduk

mereka, sehingga akan membahayakan wisatawan jika terjadi gelombang pasang ataupun

tsunami secara tiba-tiba. Jejak kendaraan juga akan merusak morfologi gisik pasir pantai,

terutama wisatawan yang menggunakan mobil. Mobil yang dibawa hingga ke gisik pantai

akan mengalami selip karena harus melewati pasir pantai, sehingga pengendara terpaksa

harus menggali pasir di sekitar ban lalu mendorong mobil agar dapat berjalan kembali.

Keadaan ini dapat menghambat pembangunan fasilitas di gisik pantai, seperti sarana

olahraga, gazebo, vegetasi, atau wahana bermain bagi anak-anak.

Toilet atau kamar mandi di Pantai Jolosutro dikelola oleh masyarakat setempat.

Tarif yang ditetapkan oleh pemilik toilet berkisar Rp 1.000 hingga Rp. 2.000 untuk sekali

 pemakaian.Terdapat satu lokasi dengan tiga unit toilet yang diperuntukkan untuk umum.

Lokasi yang jauh dan tidak terlihat dari pantai membuat wisatawan tidak banyak yang

menggunakannya. Wisatawan banyak yang tidak mengetahui lokasi ini karena tidak ada

 petunjuk yang jelas serta petugas yang mengelolanya. Selain itu, kondisi toilet yang

kurang bersih dan fasilitas yang kurang lengkap juga membuat wisatawan enggan

menggunakan toilet di Pantai Jolosutro.

Gazebo di Pantai Jolosutro terdapat tiga unit yang berada di dekat hutan dan satu

unit yang berada di bibir pantai dengan jarak 10 meter. Lokasi gazebo yang berada di

dekat hutan membuat suasana menjadi nyaman karena banyak vegetasi yang membuat

suasana tidak begitu panas. Adanya vegetasi di gisik pantai di depan gazebo membuat

 pemandangan pantai atau laut menjadi terkurangi. Lokasi yang berada di bibir pantai

menawarkan pemandangan lautan langsung di depannya. Jarak yang begitu dekat dengan

Page 10: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 10/14

 bibir pantai dapat membahayakan pengunjung jika terjadi gelombang tinggi. Lokasi yang

 jauh dari warung makan membuat gazebo ini jarang ditempati wisatawan. Wisatawan

lebih memilih menggunakan beberapa pohon peneduh atau di warung untuk berteduh

daripada menuju ke gazebo yang berada jauh dari lokasi mereka berwisata.

Interaksi Antar Wilayah Pantai Jolosutro

Berikut ini adalah tabel nilai interaksi antara Kecamatan Wates dan Pusat Sub

Satuan Wilayah Pengembangan Kabupaten Blitar. 

Tabel 4. Nilai Interaksi Antara Kecamatan Wates dengan Kecamatan Pusat SSWP Wilayah administrasi Srengat Kanigoro Wlingi Binangun Sutojayan Bakung

Wates 0,48 1,1 2,62 9,4 0,65 0,16

Berikut ini adalah tabel nilai interaksi antara pusat pemerintahan KabupatenBlitar (Kecamatan Kanigoro) terhadap kecamatan tempat obyek wisata pantai di

Kabupaten Blitar. 

Tabel 5. Nilai Interaksi Antar Kecamatan Obyek Wisata Wilayah administrasi Wates Panggungrejo Wonotirto

Kanigoro 0,62 3,28 1,26

Kecamatan Binangun sebagai pusat Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP)

D memiliki nilai interaksi yang paling tinggi. Tingginya nilai interaksi tersebut dapat

menunjang Pantai Jolosutro. Kecamatan Binangun memiliki beberapa fungsi utama yang

dapat digunakan untuk menunjang pengembangan wisata, seperti pusat perdagangan,

 budidaya tanaman holtikultura, dan pemasok hasil home industry. Pengembangan

 budidaya tanaman holtikultura di SSWP D masih belum berkembang. Masyarakat

cenderung menanami lahan mereka dengan padi, cabai, dan tomat. Pengembangan fungsi-

fungsi di SSWP D masih dalam skala kecil, sehingga perlu wilayah-wilayah lain untuk

menunjang Pantai Jolosutro sebagai obyek wisata rekreasi.

Pusat Sub Satuan Wilayah Pengembangan di Kabupaten Blitar yang memiliki

nilai interaksi cukup tinggi terhadap Wates adalah SSWP C, yaitu Kecamatan Wlingi.

Kecamatan Wlingi ditetapkan sebagai pusat Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP)

C di Kabupaten Blitar dengan kecamatan pendukungnya Talun, Doko, Kesamben,

Selorejo, Selopuro, dan Gandusari (Bappeda, 2004). Salah satu fungsi kegiatan di SSWP

C adalah pembudidayaan tanaman hortikultura, terutama rambutan binjai di Kecamatan

Talun dan Selopuro. Hasil pembudidayaan tanaman tersebut dapat dijadikan oleh-oleh

khas Blitar, seperti rambutan binjai dan belimbing, untuk dipasarkan di Pantai Jolosutro.

SSWP C juga diarahkan sebagai pusat perdagangan grosir yang dapat dijadikan tempat

Page 11: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 11/14

untuk memperoleh suvenir dan oleh-oleh khas Blitar bagi wisatawan maupun menjadi

rujukan bagi pedagang atau pemilik warung di kawasan obyek wisata untuk kulakan

 barang dagangan. SSWP C juga terdapat wisata budaya yang dapat diarahkan sebagai

 paket wisata bersama-sama dengan Pantai Jolosutro. Pengembangan paket wisata tersebut

sesuai dengan strategi pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Blitar.

Kebijakan strategi pengembangan wilayah di Kabupaten di atas dapat dilakukan

untuk mendukung pengembangan wisata di Pantai Jolosutro. Akan tetapi, arahan

 pengembangan di SSWP yang berpotensi mendukung potensi Pantai Jolosutro belum

 berjalan maksimal sampai saat ini. Pemasaran produk atau oleh-oleh khas Blitar tidak

ditemui di lokasi Pantai Jolosutro, seperti buah-buahan maupun suvenir yang

menunjukkan ciri khasnya.

Perbandingan nilai interaksi Pantai Jolosutro dengan obyek wisata pantai di

Kabupaten Blitar adalah paling rendah. Rendahnya nilai interaksi tersebut dikarenakan

oleh jarak lokasi Pantai Jolosutro lebih jauh dibandingkan dengan Pantai Serang dan

Tambakrejo. Kondisi tersebut membuat wisatawan lebih tertarik untuk mengunjungi

Pantai Serang dan Tambakrejo. Selain itu,62 % dari total pengunjung yang sudah pernah

mengunjungi pantai lain di Kabupaten Blitar selain Jolosutro memberikan tanggapan

yang kurang baik karena lokasi dan aksesibilitas yang sulit untuk menuju pantai ini.

 Nilai interaksi yang rendah tentunya terkait dengan aksesibilitas yang dapat

ditempuh menuju Pantai Jolosutro. Jalur yang dapat ditempuh dari Kecamatan Kanigoro

menuju Pantai Jolosutro hanya mengikuti satu jalur, yaitu mengikuti jalur kecamatan

Kanigoro-Garum-Talun-Wlingi-Kesamben-Binangun-Wates. Tidak ada jalur angkutan

umum yang langsung menuju Pantai Jolosutro. Angkutan umum hanya sampai ke Desa

Wates dari Kecamatan Kesamben. Jumlah kendaraan dan frekuensi angkutan umum

tersebut juga tidak menentu. Banyak sopir yang memilih untuk menunggu kendaraannya

hingga penuh sebelum berangkat. Angkutan umum dari Desa Wates menuju Pantai

Jolosutro tidak ada, namun terdapat jasa ojek motor yang bersedia untuk mengantar

wisatawan menuju Pantai Jolosutro. Berdasarkan informasi dari beberapa pengunjung

yang pernah menggunakan jasa ojek, biayanya terlampau mahal, sehingga enggan untuk

menggunakannya. Oleh karena itu, wisatawan lebih memilih menggunakan kendaraan

 pribadi.

Selain aliran orang atau wisatawan, dalam analisis spasial metode gravitasional

 juga mempertimbangkan aliran barang dan informasi mengenai Pantai Jolosutro.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada penduduk atau pemilik warung,

 barang dagangan yang mereka peroleh hanya berasal dari Kecamatan Wates, seperti

Page 12: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 12/14

Kelapa dan Pisang. Barang-barang lain yang terkenal di Kabupaten Blitar, seperti

rambutan, belimbing, pecel blitar maupun barang/suvenir khas Blitar tidak dijual di

Pantai Jolosutro. Aliran informasi kepada wisatawan Blitar maupun dari luar Blitar juga

sangat minim. Promosi wisata dilakukan Pemerintah Kabupaten Blitar melalui Peta

Wisata Kabupaten Blitar. Peta yang disajikan masih kurang informatif dan tidak

menunjukkan lokasi Pantai Jolosutro yang tepat.

Rendahnya nilai interaksi Pantai Jolosutro dibandingkan dengan obyek wisata

 pantai lain di Kabupaten Blitar tentu akan membuat pengembangan obyek wisata semakin

menurun. Faktor jarak menjadi alasan utama yang menyebabkan rendahnya nilai interaksi

tersebut. Akan tetapi, Pantai Jolosutro memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri

dibandingkan dengan obyek wisata pantai lain di Kabupaten Blitar. Pantai Jolosutro

memiliki hamparan pasir hitam atau pasir besi yang konon dapat digunakan untuk

menyembuhkan penyakit, diantaranya adalah untuk pengobatan stroke. Selain itu, Pantai

Jolosutro merupakan lokasi dilakukannya Upacara Melasti bagi umat Hindu di Kabupaten

Blitar dan sekitarnya. Upacara ini dilakukan dua hari menjelang Hari Raya Nyepi.

Upacara Melasti yang diselenggarakan satu tahun sekali ini dapat menjadi keunikan,

rujukan, dan promosi kepada masyarakat Kabupaten Blitar maupun luar daerah. Adanya

keunikan tersebut membuat jumlah kunjungan Pantai Jolosutro hingga tahun 2011 lebih

tinggi dibandingkan dengan Pantai Serang yang memiliki nilai interaksi paling tinggi di

Kabupaten Blitar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

 berikut.

1.  Kondisi fisik Pantai Jolosutro secara keseluruhan tergolong dalam kategori sangat

sesuai sebagai obyek wisata rekreasi pantai pasif di perairan dan aktif di daratan.

2.  Kondisi sarana dan prasarana Pantai Jolosutro tergolong dalam kategori kurang sesuai

untuk pengembangan pariwisata.

3.  Interaksi antarwilayah Pantai Jolosutro tergolong rendah dibandingkan dengan obyek

wisata pantai lain di Kabupaten Blitar, namun memiliki daya tarik dan keunikan

tersendiri, yaitu pasir besi dan Upacara Melasti.

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disarankan beberapa hal sebagai

 berikut.

1.  Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Blitar selaku pihak

 pengelola Pantai Jolosutro diharapkan dapat meningkatkan kinerja terhadap upaya

Page 13: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 13/14

 pengembangan yang dilakukan secara bertahap. Ketersediaan kondisi fisik Pantai

Jolosutro yang baik dapat mendukung pengembangan pariwisatanya. Pengembangan

tersebut terkait dengan sarana dan prasarana yang ada di Pantai Jolosutro. Kondisi

sarana prasarana yang kurang memadai dapat menurunkan minat wisatawan untuk

mengunjungi kembali Pantai Jolosutro.

2.  Pemerintah Desa Ringinrejo diharapkan dapat memberikan arahan atau sosialisasi

terhadap masyarakat, khususnya di sekitar lokasi Pantai Jolosutro terkait dengan

 pengembangan pariwisata. Arahan yang dapat diberikan berupa anjuran kepada

masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengembangan Pantai Jolosutro, seperti

dengan menjaga kelestarian pantai, kebersihan, kualitas sarana dan prasarana, dan

keramahan terhadap wisatawan. Selain itu, Upacara Melasti yang telah

diselenggarakan setiap tahun harus tetap dipertahanakan untuk tetap mencirikan

keunikan Pantai Jolosutro. 

3.  Peneliti lanjut diharapkan dapat menggunakan evaluasi dalam penelitian ini untuk

melakukan penelitian lanjutan yang terkait dengan penelitian ini, salah satu yang dapat

dilakukan adalah melakukan kajian dan analisis SWOT. 

RUJUKAN 

Arifin, Taslim, dkk. 2002. Evaluasi Kesesuaian Kawasan Pesisir Teluk Palu untuk Pengembangan Pariwisata Bahari. (online), (http://repository.ipb.ac.id),

diakses pada 4 Maret 2013.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar. 2011. Kabupaten Blitar Dalam Angka Tahun2011. Blitar : Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar.

Bappeda Blitar. 2004. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Blitar 2004-2014. Blitar: Pemkab Blitar

Dahyar, Muhammad. 1999. Penerapan Pendekatan Pengelolaan Wilayah PesisirTerpadu dalam Pembangunan Pariwisata di Kepulauan Derawan Provinsi Kalimantan Timur. Tesis diterbitkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2010-2014. (online),(www.budpar.go.id) diakses pada 4 Januari 2013

Pangesti, Tri. 2007. Modul Identifikasi Objek Wisata Alam. (online)(www.researchengines.com/), diakses pada 4 Januari 2013

Tuwo, Ambo. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Surabaya: BrilianInternasional

Page 14: Artikel bebas

7/23/2019 Artikel bebas

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-bebas 14/14

Yani, Ahmad. 2004. Pengembangan Instrumen Survei Awal Objek Wisata Pantai Berdasarkan Faktor Geografi. (online), (http://file.upi.edu), diakses pada 4Maret 2013.

Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemaanfaatan Sumberdaya

 Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah disampaikan dalam Seminar Sains 21Februari 2007. Bogor: Departemen MSP. IPB.

Yustishar, Maulana, dkk. 2012. Tinjauan Parameter Fisik Pantai Mangkan Kulon untuk Kesesuaian Pariwisata Pantai Di Kota Semarang . (online), (http://ejournal-

s1.undip.ac.id), diakses pada 4 Maret 2013.