article_pdf (bagas tebu)

2
SALAM #11 juni 2005 26 T iap berproduksi, pabrik gula selalu menghasilkan dua macam limbah padat, yaitu: ampas tebu (bagas) dan blotong (filter cake). Ampas tebu merupakan limbah padat yang berasal dari perasan batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat dan gabus. Ampas tebu selain dimanfaatkan sendiri oleh pabrik sebagai bahan bakar pemasakan nira, juga dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai pulp campuran pembuat kertas. Kadangkala masyarakat sekitar pabrik memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar dan mudah dikeringkan sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Limbah padat yang kedua berupa blotong, merupakan hasil endapan (limbah pemurnian nira) sebelum dimasak dan dikristalkan menjadi gula pasir. Bentuknya seperti tanah berpasir berwarna hitam, me- miliki bau tak sedap jika masih basah. Bila tidak segera kering akan menimbulkan bau busuk yang menyengat. Sekitar tahun 1980, blotong menjadi masalah yang serius bagi pabrik gula dan masyarakat sekitar. Di musim hujan, tumpukan blotong basah, sehingga menebarkan bau busuk dan mencemari lingkungan. Pabrik gula memindahkannya dari lingkungan pabrik ke lahan masyarakat yang disewa. Hal ini untuk mengu- rangi tumpukannya yang semakin menggunung dalam lingkungan pabrik. Namun, lama kelamaan banyak masyarakat yang tidak mau lagi lahannya ditempati blotong karena baunya yang tidak sedap. Pemanfaatan Blotong oleh Warga Setempat Penduduk Desa Sendang, Kec. Banyakan, Kediri, Jawa Timur, 90 persennya menggeluti usaha pembuatan tahu, dan sebagian kecil memiliki usaha pembuatan batu bata atau tempe. Pada proses pembuatannya diperlukan bahan bakar untuk memasak/membakar. Bahan bakar yang biasa digunakan adalah kayu bakar. Semakin sedikitnya kayu bakar yang ada menyebabkan harganya semakin tinggi. Hal ini memaksa masyarakat yang memiliki usaha tadi mencari bahan bakar alternatif pengganti kayu bakar. Makrus (39 th), pengusaha tahu di Sendang, mengungkapkan bahwa pada tahun 1985 penduduk yang memiliki usaha pembuatan tahu mendapat informasi bahwa blotong yang dipadatkan dan dikeringkan (briket) dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Menurut bapak yang memiliki usaha sejak tahun 1989 ini, masyarakat tertarik untuk mencoba meman- faatkan blotong yang dihasilkan oleh Pabrik Gula (PG) Mrican karena banyak yang dibuang dan belum diketahui cara pemanfaatannya. PG. Mrican letaknya sangat dekat dengan Desa Sendang sehingga penduduknya juga merasakan pencemaran yang disebabkan oleh blotong. Pihak PG. Mrican memberi blotong dengan gratis kepada masyarakat. Mulailah masyarakat memanfaat- kannya sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar. Hal ini melegakan semua pihak karena memberi keuntungan bagi masyarakat sekaligus mengurangi limbah dari PG. Sejak itu, masyarakat pun sangat antusias untuk memanfaatkan blotong sebagai bahan bakar. Akibat semakin banyak permintaan blotong dari masyarakat membuat PG. Mrican mematok tarif harga sebagai biaya angkut ke rumah penduduk. Di tahun 1989, PG. Mrican mematok harga sebesar Rp. 3.000 per 1 rit (truk). Harganya terus mengalami kenaikan. Sampai musim giling tahun 2004, harganya mencapai Rp. 35 ribu per rit. Harga ini masih lebih ekonomis dibandingkan dengan kayu bakar atau minyak tanah. Blotong, Menarik Minat Para Pengusaha Briket blotong pertama kali dimanfaatkan oleh pengusaha rumah tangga pembuatan tahu. Lalu diikuti oleh pengusaha rumah tangga yang lain, seperti: pembuat tempe atau batu bata dan warung makan. Pada tahun 1990, hampir semua penduduk Desa Sendang memanfaatkan briket tersebut. Saiku (28 th), yang mulai tahun ini menggantung- kan hidupnya dari usaha tahu, mengatakan bahwa pada umumnya masyarakat membuat dan memakai sendiri briket blotong yang dibuatnya. Aktivitas masyarakat sebagai petani, pembuat tahu/tempe dan batu bata sekaligus memasarkannya, sudah membuat mereka sangat sibuk. Sehingga, belum ada orang yang menggeluti usaha pembuatan briketnya untuk dijual. Walaupun konsumen briket blotong sudah bertambah banyak, tapi pemakainya masih terbatas pada yang memiliki usaha industri kecil saja. Sedikit sekali masyarakat yang meng- gunakannya sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. oleh: Mahmudah Hamawi Pabrik gula banyak menghasilkan blotong yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Foto: Mahmudah Hamawi.

Upload: elma-puspaningtyas

Post on 26-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Article_pdf (Bagas Tebu)

SALAM

#11

juni

20

05

26

Tiap berproduksi, pabrik gula selalu menghasilkandua macam limbah padat, yaitu: ampas tebu(bagas) dan blotong (filter cake). Ampas tebu

merupakan limbah padat yang berasal dari perasanbatang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyakmengandung serat dan gabus. Ampas tebu selaindimanfaatkan sendiri oleh pabrik sebagai bahan bakarpemasakan nira, juga dimanfaatkan oleh pabrik kertassebagai pulp campuran pembuat kertas. Kadangkalamasyarakat sekitar pabrik memanfaatkan ampas tebusebagai bahan bakar. Ampas tebu ini memiliki aromayang segar dan mudah dikeringkan sehingga tidakmenimbulkan bau busuk.

Limbah padat yang kedua berupa blotong,merupakan hasil endapan (limbah pemurnian nira)sebelum dimasak dan dikristalkan menjadi gula pasir.Bentuknya seperti tanah berpasir berwarna hitam, me-miliki bau tak sedap jika masih basah. Bila tidak segerakering akan menimbulkan bau busuk yang menyengat.

Sekitar tahun 1980, blotong menjadi masalahyang serius bagi pabrik gula dan masyarakat sekitar. Dimusim hujan, tumpukan blotong basah, sehinggamenebarkan bau busuk dan mencemari lingkungan.Pabrik gula memindahkannya dari lingkungan pabrik kelahan masyarakat yang disewa. Hal ini untuk mengu-rangi tumpukannya yang semakin menggunung dalamlingkungan pabrik. Namun, lama kelamaan banyakmasyarakat yang tidak mau lagi lahannya ditempatiblotong karena baunya yang tidak sedap.

Pemanfaatan Blotong oleh Warga Setempat

Penduduk Desa Sendang, Kec. Banyakan, Kediri,Jawa Timur, 90 persennya menggeluti usaha pembuatantahu, dan sebagian kecil memiliki usaha pembuatanbatu bata atau tempe. Pada proses pembuatannyadiperlukan bahan bakar untuk memasak/membakar.Bahan bakar yang biasa digunakan adalah kayu bakar.Semakin sedikitnya kayu bakar yang ada menyebabkanharganya semakin tinggi. Hal ini memaksa masyarakat

yang memiliki usaha tadi mencari bahan bakar alternatifpengganti kayu bakar.

Makrus (39 th), pengusaha tahu di Sendang,mengungkapkan bahwa pada tahun 1985 pendudukyang memiliki usaha pembuatan tahu mendapatinformasi bahwa blotong yang dipadatkan dandikeringkan (briket) dapat dimanfaatkan sebagai bahanbakar. Menurut bapak yang memiliki usaha sejak tahun1989 ini, masyarakat tertarik untuk mencoba meman-faatkan blotong yang dihasilkan oleh Pabrik Gula (PG)Mrican karena banyak yang dibuang dan belumdiketahui cara pemanfaatannya. PG. Mrican letaknyasangat dekat dengan Desa Sendang sehinggapenduduknya juga merasakan pencemaran yangdisebabkan oleh blotong.

Pihak PG. Mrican memberi blotong dengan gratiskepada masyarakat. Mulailah masyarakat memanfaat-kannya sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar. Halini melegakan semua pihak karena memberi keuntunganbagi masyarakat sekaligus mengurangi limbah dari PG.Sejak itu, masyarakat pun sangat antusias untukmemanfaatkan blotong sebagai bahan bakar.

Akibat semakin banyak permintaan blotong darimasyarakat membuat PG. Mrican mematok tarif hargasebagai biaya angkut ke rumah penduduk. Di tahun1989, PG. Mrican mematok harga sebesar Rp. 3.000per 1 rit (truk). Harganya terus mengalami kenaikan.Sampai musim giling tahun 2004, harganya mencapaiRp. 35 ribu per rit. Harga ini masih lebih ekonomisdibandingkan dengan kayu bakar atau minyak tanah.

Blotong, Menarik Minat Para Pengusaha

Briket blotong pertama kali dimanfaatkan olehpengusaha rumah tangga pembuatan tahu. Lalu diikutioleh pengusaha rumah tangga yang lain, seperti:pembuat tempe atau batu bata dan warung makan.Pada tahun 1990, hampir semua penduduk DesaSendang memanfaatkan briket tersebut.

Saiku (28 th), yang mulai tahun ini menggantung-kan hidupnya dari usaha tahu, mengatakan bahwa padaumumnya masyarakat membuat dan memakai sendiri

briket blotong yang dibuatnya.Aktivitas masyarakat sebagai petani,pembuat tahu/tempe dan batu batasekaligus memasarkannya, sudahmembuat mereka sangat sibuk.Sehingga, belum ada orang yangmenggeluti usaha pembuatanbriketnya untuk dijual. Walaupunkonsumen briket blotong sudahbertambah banyak, tapi pemakainyamasih terbatas pada yang memilikiusaha industri kecil saja. Sedikitsekali masyarakat yang meng-gunakannya sebagai bahan bakaruntuk keperluan rumah tangga.

oleh: Mahmudah Hamawi

Pabrik gula banyak menghasilkan blotong yang bisadimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Foto: Mahmudah Hamawi.

Page 2: Article_pdf (Bagas Tebu)

SALAM#

11 juni

20

05

27

Briket ini memiliki panas yang tinggi danpemakaiannya harus sampai habis. Hal ini membuatmasyarakat lebih menyukai memanfaatkannyasebagai bahan bakar industri kecil. Pembuat tahumemanfaatkannya sebagai bahan bakar untukmemasak bubur kedelai sebelum proses pencukaandan pembuat tempe memanfaatkannya sebagai bahanbakar memasak kedelai sebelum diberi ragi. Carapemakaiannya yaitu briket yang sudah sedikit terbakardimasukkan ke dalam lubang luweng (tempatpembakaran khas Jawa) yang telah didesain khususdan bagian bawahnya diberi saringan untukmengeluarkan abu sisa pembakaran.

Pembuat batu bata memanfaatkannya sebagaibakan bakar untuk membakar bata. Bata yang akandibakar disusun bertingkat seperti candi, berbentuksegi empat yang mengerucut ke atas. Di tengah-tengah tumpukan bata, dulu biasanya diberi kayubakar agar bata yang berada di tengah bisa ikutmatang menjadi batu bata. Setelah mengetahuimanfaatnya sebagai bahan bakar, kayu bakar digantidengan briket blotong. Hasil pembakaran bata denganmenggunakan briket ini lebih sempurna, karena panasyang dihasilkan lebih tinggi. Selain karena hasil yangmemuaskan, penggunaan briket dapat mengurangibiaya operasional untuk pembelian kayu bakar.

Pemilik warung makan juga menggunakan briketini sebagai pengganti kayu bakar. Dengan beberapabriket saja mereka sudah bisa memasak makanan danmenggoreng kue-kue yang akan dipasarkan. Panasyang dihasilkan oleh briket dapat mempercepat prosesmemasak dan dapat mengurangi biaya untuk bahanbakar, sehingga penghasilan dapat meningkat.

Sebenarnya briket blotong bukan hanyadigunakan oleh pengusaha kecil di Kediri saja.Teknologi pemanfaatan briket ini juga sudah lamadimanfaatkan oleh pengusaha kecil di daerahsekitarnya seperti Nganjuk, Jombang, dan Sidoarjo.Belum banyaknya orang yang membuat usahapembuatan briket blotong untuk dijual, membuat briketini belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Jikaingin membelinya, briket harus dipesan dulu kepadaorang yang biasa membuatnya.

Kerugian dan Kelemahan

Bahan bakar yang biasa dimanfaatkan selainkayu adalah sekam (limbah kulit padi). Harga belisekam masih lebih mahal daripada blotong tapi lebihmurah daripada harga kayu bakar. Harga sekam bisaturun bila sedang musim panen padi dan limbah padidi penggilingan beras cukup banyak. Dibandingkandengan bahan bakar jenis lainnya, briket blotongmemiliki beberapa keunggulan seperti lebih ekonomis,api berwarna biru, bara api lebih tahan lama, panasnyasangat stabil, bila sirkulasi udara baik asap yangdihasilkan sedikit dan abu dari sisa pembakarannyapun sedikit.

Banyaknya keuntungan menggunakan briketblotong membuat penduduk Sendang tidak merasakankerugiannya. Apalagi kebanyakan masyarakatmenganggap keunggulan suatu barang terletak padanilai harga yang murah. Semua barang yang ada

keunggulan pasti ada kelemahannya. Begitu juga denganpemanfaatan briket ini sebagai bahan bakar tentu memilikikelemahan, antara lain:1. Bila pabrik gula tidak giling, maka stok blotong habis.

Sehingga pembuatan briket ini sangat tergantungdengan musim giling pabrik gula. Musim giling berkisarantara bulan Mei-September. Lamanya musim gilingtergantung dari jumlah tebu yang ditanam masyarakat.

2. Blotong yang masih basah menimbulkan bau busukyang menyengat. Sehingga blotong yang akan dicetakmenjadi briket, terlebih dulu dicampur cairan kanji untukmengurangi baunya dan menambah kerekatan briket.

3. Pengeringan briket memerlukan waktu 4 hari sampai 1minggu tapi jika mendung atau sinar matahari kurangterik diperlukan waktu yang lebih lama. Selain itu,pembuatan briket secara manual memerlukan lahanyang luas untuk penjemurannya.

4. Briket yang sudah jadi tidak boleh terkena air.Walaupun sudah dikeringkan, briket yang terkena airakan mengalami kelainan pada nyala api dan baranya.Api yang dihasilkan menjadi berwarna merah danbaranya kurang panas. Seringkali briket yang sudahterkena air sulit dinyalakan.

5. Memasak dengan briket harus cepat karena jika tidakcepat menangani masakan, dapat membuat masakansangit atau gosong.

6. Pemakaiannya harus sekali habis, karena baranya sulitdimatikan. Walaupun briket yang basah karena dimati-kan sudah kering, briket akan sulit dinyalakan lagi.

Kendala dan Tantangan ke Depan

Adanya teknologi pemanfaatan blotong sebagaibahan bakar sangat membantu usaha kecil masyarakatDesa Sendang. Namun, ketersediaannya yang musimandan cara pengeringannya yang masih konvensional masihmenjadi kendala bagi masyarakat.

Banyaknya bahan organik yang terkandung dalamblotong membuat pengusaha pupuk organik meliriknyasebagai bahan baku pembuatan pupuk organik, sepertiyang dilakukan salah satu perusahaan pupuk organikyang ada di Nganjuk. Perusahaan ini menjalin kerja samadengan PG. Mrican untuk mendapatkan blotong. Kerjasama ini menyebabkan masyarakat Sendang tidak bisalagi memanfaatkan blotong untuk dijadikan briket.Walaupun di Kediri ada 3 pabrik gula, masyarakatSendang tetap tidak bisa mendapatkannya karena pabrik-pabrik gula ini sudah bekerja sama dengan pabrik pupukorganik. Sehingga pada musim giling tahun inimasyarakat Sendang harus menahan kekecewaan dankegetiran karena tidak bisa mendapatkan blotong lagi.

Makrus, Saiku dan segenap masyarakat Sendangsangat berharap mereka bisa mendapatkan blotong lagiagar dapat membuat briket. Tanpa adanya briket inimasyarakat harus mengeluarkan uang lebih banyak untukmembeli sekam sebagai bahan bakar.

Mahmudah HamawiGuru MTs Diponegoro dan Relawan LPPM Al-Azhar

Jl. Raung Rt 03/Rw 05 no. 7Kediri, Jawa Timur

hp. 081 330 445724email: [email protected]