argentometri lyssa

Upload: apriyanti-tindage

Post on 08-Mar-2016

261 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kimtik

TRANSCRIPT

LAPORAN RESMI KIMIA ANALITIK I

Nama: Theresia Cisilya / 652013037Kelompok: Senin (7-11)Tanggal praktikum: 27 Oktober 2014

JUDUL: ARGENTOMETRI

TUJUAN1. Menentukan kadar klorida dalam suatu sampel kecap asin dengan metode Mohr.2. Menentukan kadar bromida dalam suatu sampel yang mengandung bromida dengan metode Volhard.3. Menentukan konsentrasi standard larutan NH4CNS yang digunakan sebagai titran dalam penentuan kadar bromida.

DASAR TEORISalah satu jenis titrasi asam-basa adalah titrasi asam-basa yang menghasilkan atau membentuk endapan. Titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak berjumlah banyak dalam analisis titrimetri seperti titrasi-titrasi yang melibatkan reaksi redoks atau asam-basa. Kenyataannya, contoh-contoh dari titrasi semacam ini biasanya dibatasi pada yang melibatkan pengendapandari ion perak dengan anion-anion seperti halogen dan tiosianat. Salah satu alas an terbatasnya penggunaan reaksi semacam ini adalah kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama dalam titrasi larutan encer, tingkat reaksinya terlalu lambat. Ketika mendekati titik ekuivalen dan titran ditambahkan secara perlahan, penjenuhan yang luar biasa tidak terjadi dan tingkat pengendapan menjadi lambat. Kesulitan lainnya adalah bahwa komposisi dari endapan pada umumnya tidak diketahui karena efek-efek pengendapan pengiring.Pembentukan endapan disebabkan karena adanya perpindahan ion logam. Titrasi yang menghasilkan atau membentuk endapan sering disebut Titrasi Pengendapan atau Presipitimetri ( cara titrasi dimana terjadi endapan. Presipitat sendiri berasal dari kata precipite, yang berarti endapan ). Titrasi pengendapan adalah jenis titrasi yang hasil titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasar titrasi pengendapan adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran dengan syarat tidak ada pengotor yang mengganggu reaksi. Dalam titrasi pengendapan juga diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Terdapat tiga indikator yang terlibat dalam titrasi pengendapan, di antaranya ion kromat (CrO42-) pada metode Mohr digunakan untuk mengendapkan AgCrO42-, ion Fe3+ pada metode Volhard dimana ion Fe3+ digunakan untuk membentuk sebuah kompleks yang berwarna dengan ion tiosianat (SCN-) Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi.Argentometri merupakan salah satu contoh titrasi presipitimetri. Contoh reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3Makin kecil kelarutan garam yang terbentuk, makin sempurna reaksi tersebut. Dalam praktikum ini, hanya akan dilakukan ARGENTOMETRI, yaitu titrasi titrasi yang menyangkut penggunaan AgNO3. Argentometri yang menyangkut pembentukan endapan dapat dibedakan menjadi tiga metode berdasarkan indikator yang digunakan untuk penentuan titik akhir, yaitu :1. Metode MohrMetode Mohr digunakan indicator CrO42-, sebagai titran adalah AgNO3. Hal ini digunakan untuk menentukan garam klorida dengan titrasi langsung, atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan baku NaCl berlebih. pH harus diatur agar tidak terlalu asam ataupun terlalu basa ( antara 6 10 ).

Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir telah tercapai karena warna tersebut berbeda dari warna analat ( zat yang dianalisa ) dengan Ag+.

Pada analisa Cl-, mula mula terjadi reaksi : , sedangkan pada titik akhir, titran juga bereaksi berdasarkan reaksi : CrO4 Konsentrasi CrO42- yang ditambahkan sebagai indikator tidak boleh sembarangan, tetapi harus dihitung berdasarkan Ksp AgCl dan Ksp Ag2CrO4. Pada saat titik ekivalen,

[ Ag+ ] = [ Cl- ] = , dan bila Ag2CrO4 harus mengendap pada titik ekivalen, maka konsentrasi Ag+ berlaku bagi kedua kesetimbangan tersebut. Jadi dalam persamaan Ksp Ag2CrO4 :Ksp = [Ag+]2 x [ CrO42-] = 1,29 x 10-12Sehingga dapat dimasukkan nilai [Ag+] dari kesetimbangan AgCl di atas, yakni

1,33 x 10-5 sehingga [CrO42-] = Dalam penggunaan sesungguhnya, konsentrasi 0,0072 M itu terlalu besar karena warna K2CrO4 terlalu kuning sehingga mengakibatkan warna titik akhir titrasi sulit dilihat. Oleh karena itu harus dipakai konsentrasi yang lebih rendah. Oleh karena konsentrasi CrO42- diturunkan, maka perlu [Ag+] > 1,33.10-5 untuk dapat menghasilkam endapan merah bata sebagai tanda tercapainya titik akhir titrasi. Di samping itu masih diperlukan sejumlah AgNO3 lagi agar endapan cukup banyak dan tampak.Pengaturan pH perlu dilakukan agar tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Jika pH terlalu tinggi dapat terbentuk endapan AgOH yang kemudian akan terurai menjadi Ag2O sehingga titran akan terlalu banyak terpakai.

O

Jika pH terlau rendah, sebagian ion CrO42- akan berubah menjadi Cr2O72-, yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan endapan tidak terbentuk atau endapan akan terbentuk sangat lama.Metode Mohr juga dapat diaplikasikan dalam titrasi dari ion bromide dengan perak dam juga ion sianida dalam larutan-laarutan yang sedikit alkalin. Efek-efek adsorpsi mengakibatkan titrasi dari ion-ion iodide dan tiosianat tidak memungkinkan.

2. Metode VolhardPada metode Volhard digunakan indikator Fe3+, titran KSCN atau NH4SCN. Metode ini dapat digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan standar tiosianat atau untuk titrasi tidak langsung dari ion-ion klorida, bromida, dan iodida. Dalam titrasi tidak langsung,ditambahkan perak nitrat standar berlebihan dan kemudian dititrasi dengan tiosianat standar. Metode ini didasari oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam larutan asam nitrit, dengan ion besi (III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat. Sedikit kelebihan titran akan bereaksi dengan indicator yang kemudian membentuk ion kompleks berwarna merah yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna.

(merah) Titran yang digunakan pada metode Volhard adalah SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara Volhard, titrasi langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag+ atau SCN-, sedangkan untuk anion-anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali, yaitu pada larutan X- ditambahkan Ag+ berlebih yang diketahui pasti jumlahnya, lalu dititrasi untuk menentukan kelebihan Ag+. Oleh karena itu titran selain bereaksi dengan Ag+, mungkin juga bereaksi dengan endapan AgX.

Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titran yang bereaksi dan juga titik akhirnya melemah (warna berkurang)Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena titran bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu saling mempengaruhi. Metode Voldhard digunakan secara luas untuk perak dan klorida mengngat titrasinya dapat dijalankan dalam larutan asam. Kenyataannya, ada keinginan untuk menggunakan sebuah media asam untuk mencegah hidrolisis dari indikator ion besi (III). Metode-metode umum lainnya untuk perak dan klorida membutuhkan sebuah larutan yang mendekati netral untuk kesuksesan titrasi. Banyak kation yang mengendap pada kondisi semacam ini yang dapat mengganggu dalam metode ini. Dalam analisi klorida, sebuah kesalahan dapat terjadi jika endapan AgCl dibolehkan bereaksi dengan ion tiosianat, karena AgSCN kurang dapat larut dibandingkan dengan AgCl sehingga reaksi cenderung berjalan dari kiri ke kanan dan akan menyebabkan hasil-hasil yang rendah dalam analisis klorida.Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak langsung ion-ion halogenida yaitu dengan cara ditambahkan perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya pada contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali dengan larutan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam adalah syarat titrasi Volhard, yang merupakan keuntungan dibandingkan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu garam larut dalam keadaan asam.

3. Metode FajansMetode Fajans menggunakan salah satu indikator adsorbsi menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+ dan sebagai titran adalah AgNO3. pH tergantung dari macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator adsorbsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Cara kerja indikator adsorbsi adalah dengan cara membentuk endapan dengan ion perak. Indikator ini merupakan asam lemah atau basa lemah organik.Berdasarkan ketiga meatode di atas, titran masing masing tertentu, indikator dan pH untuk cara Mohr dan Volhard hanya tertentu saja, sedangkan dalam cara Fajans indikator tidak harus tertentu dan pH disesuaikan dengan indikator. Dalam percobaan ini, hanya cara Mohr dan Volhard yang dilakukan, cara Fajans tidak dilakukan karena membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menentukan indikator yang tepat.

BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Bahan:

9

AgNO3 padat K2CrO4 5 % HNO3 3 M Indikator Feriamonium sulfat Sampel kecap asin Aquades KBr Alat: Neraca analitik 2 digit dan 4 digit Spatula Beaker glass Labu ukur 100 ml dan 50 ml Pipet volume 5 ml dan 10 ml Pipet ukur 10 ml Pipet tetes Pilius Buret Statif dan klem Erlenmeyer

Cara Kerja1. Pembuatan Larutan Standar AgNO3 dan Penentuan Kadar Klorida dalam Sampel 250 ml NaCl 0,01M Disiapkan alat dan bahan. Dihitung massa NaCl yang diperlukan dengan cara:massa = = = 0,15 gram Ditimbang 0,15 gram NaCl dengan neraca analitik di masukkan dalam beaker glass. Dilarutkan dengan sedikit akuades kemudia larutan dipindahkan ke dalam labu ukur. Ditambahkan dengan akuades hingga gari tera kemudian karutan dihomogenasikan. 100 ml AgNO3 0,01 M Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dihitung massa AgNO3 yang dipelukan dengan cara:

M =

0,01 = Massa = 0,17 gr Ditimbang 0,17 gram AgNO3 0,01 M dengan neraca analitik dalam beaker glass. Dilarutkan dengan sedikit akuades kemudian larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan Akuades sampai garis tera dan dihomogenasikan.

50 ml K2CrO4 5% Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dihitung massa K2CrO4 yang diperlukan dengan cara:

Massa: Ditimbang 2,5 gram K2CrO4 dalam beaker glass. Dilarutkan dengan sedikit akuades kemudian larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 50 ml. Ditambahkan akuades sampai garis tera dan dihomogenasikan.

Standarisasi AgNO3 dengan NaCl 0,01M Disiapkan alat dan bahan yang dipearlukan. Dipipet 10 ml NaCl dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Ditambah sebanyak 5 ml K2CrO4 5%. Dititrasi larutan tersebut dengan AgNO3 standar sampai berubah warna menjadi merah bata. Dilakukan titrasi sebanyak tiga kali (triplo). Dihitung konsentrasi AgNO3 standar.

Penentuan kadar klorida dalam sampel: Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dimasukkan 10 ml kecap asin ke dalam labu ukur 100 ml dan akuades ditambahkan sampai garis tera serta dihomogenasikan. Dipipet 10 ml larutan kecap asin dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian ditambahkan akuades hingga garis tera, larutan di homogenasikan. Diambil 10 ml karutan kemudian di masukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambah sebanyak 5 ml K2CrO4 5%. Dititrasi larutan tersebut dengan AgNO3 standar sampai berubah warna menjadi merah bata. Dilakukan titrasi sebanyak tiga kali (triplo). Dihitung kadar NaCl dalam kecap asin.

2. Pembuatan dan Standarisasi Larutan NH4CNS 0,01 M 250 ml NH4CNS 0,01 M Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dihitung massa NH4CNS yang diperlukan dengan cara:

M =

0,01 = Massa = 0,19 gr Sebanyak 0,19 gram NH4CNS ditimbang dalam beaker glass. Dilarutkan dengan sedikit akuades kemudian larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 250 ml. Ditambahkan akuades sampai garis tera dan dihomogenasikan.

100 ml HNO3 3 M Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Konsentrasi dari HNO3 yang disediakan sebesar 14 M. Dihitung volume HNO3 yang diperlukan dengan cara:V1. M1 = V2. M2V1. 14 = 100. 3V1 = 21.42 ml ~ 21.5 ml Dipipet sebanyak 21.5 ml HNO3 14 M, dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml yang sudah diisi dengan sedikit akuades di dalamnya. Ditambahkan akuades sampai volume akhirnya menjadi 100 ml dan dihomogenasikan.

Cara Kerja Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dipipet 10 ml AgNO3 0,01 M ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml HNO3 3 M dan 1 ml indicator feriamonium sulfat. Dititrasi larutan tersebut dengan larutan NH4CNS sampai berubah warna menjadi merah. Dilakukan titrasi sebanyak tiga kali (triplo). Dihitung molaritas NH4CNS.

3. Penetapan Kadar Bromida dengan Metode Volhard Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dipipet 10 ml sampel yang mengandung bromida ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml HNO3 3 M, 20 ml AgNO3 0,01 M, dan indicator feriamonium sulfat. Dititrasi larutan tersebut dengan larutan NH4CNS sampai warna menjadi merah. Dilakukan titrasi sebanyak tiga kaili (triplo). Dihitung kadar bromida dalam g/L.

HASIL, PERHITUNGAN DAN REAKSI

1. standarisasiAgNO3 dengan NaCl 0,01MIIIIII

Vol. AgNO3 awal (ml)4,98,712,5

Vol. AgNO3 akhir (ml)8,712,516,3

Vol. AgNO3 dipakai (ml)3,83,83,8

Volume rata-rata AgNO3 = 3,8 mlReaksi : Ag NO3 + NaCl AgCl + NaNO3 NaCl yang ditimbang = 0,15 gram

Jumlah mmol NaCl = = 2,5641 mmol Jumlah mmol HCl yang bereaksi = 2,5641 mmol = 2,5641 mmolVolume hasil titrasi = 3,80 ml

Maka [AgNO3] =

2. Pembuatan larutan standar AgNO3 dan penentuan kadar klorida dalam sampelSampel: kecap asin merk ABC 10 ml larutan kecap asin + 5 ml K2CrO4 5 % merah bataIIIIII

Vol. AgNO3 awal (ml)16,42023,7

Vol. AgNO3 akhir (ml)2023,727,4

Vol. AgNO3 dipakai (ml)3,63,73,7

Volume rata-rata AgNO3 = 3,67 mlM AgNO3= 0,01 MPerhitungan:Reaksi: AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3 2 Ag+ + CrO42- Ag2CrO4 Mol AgNO3 = 0,01 x 3,67 = 0,0367 mmol mol NaCl = mol AgNO3 = 0,0367 mmol

mol NaCl dalam 100 ml larutan = 0,0367 = 0,367 mmol = 0,000367 molmassa NaCl = 0,000367 58,5 = 0,02147 gKadar NaCl (%w/w) = (0,02147/1) x 100% = 2,15 %

3. Pembuatan dan standarisasi larutan NH4CNS 0,01 M10 ml AgNO3 + 5 ml HNO3 3 M + 1 ml indikator FAS merahIIIIII

Vol. NH4CNS awal (ml)928,638,3

Vol. NH4CNS akhir (ml)18,838,348,1

Vol. NH4CNS dipakai (ml)9,89,79,8

Volume rata-rata NH4CNS = 9,77 mlM AgNO3 = 0,01 MPerhitungan: Reaksi:Ag+ + CNS- AgCNS putihFe3+ + SCN- [Fe(CNS)]2+ larutan merah darahmol Ag+ = 10 0.01 = 0,1 mmolmol SCN- = mol Ag+ = 0,1 mmol

[NH4CNS] =

4. Penetapan kadar bromida dengan metode Volhard10 ml KBr + 5 ml HNO3 3 M + 20 ml AgNO3 0,01 M + 1 ml FAS merahIIIIII

Vol. NH4CNS awal (ml)3,913,222,55

Vol. NH4CNS akhir (ml)13,222,531,8

Vol. NH4CNS dipakai (ml)9,39,39,3

Volume rata-rata NH4CNS = 9,3 mlM NH4CNS = 0,0102 MPerhitungan:

Reaksi : mol NH4CNS = 0,0102 x 9,3 = 0,0949 mmolmol Br- = mol CNS- = 0,0949 mmolV Br - = 10 ml

[ Br -] = Mol Ag + mula-mula = 20 ml x 0,01 M = 0,2 mmolMol Ag+ yang bereaksi dengan Br - = 0,2 0,0949 = 0,1051 mmol (dalam 10 ml).n Ag+ = n Br- = 0,1051 mmol = 1,051. 10-4 molDalam 100 ml larutan bromida = 1,051.10-4 mol x 100/10 ml = 1,051.10-3 molMassa Br - = 1,051.10-3 mol x 80 gr/mol = 0,0841 gram ( dalam 100 ml larutan )Kadar Br - = 0,0841/100 x 100% = 0,08 % (w/v)

KESIMPULAN1. Kadar klorida dalam sampel ( kecap asin ) dapat ditentukan dengan metode Mohr dan diperoleh kadar klorida dalam sampel (kecap asin ) adalah 2,15 % (w/w).2. Larutan NH4CNS merupakan larutan baku sekunder yang harus distandarisasi dengan AgNO3 ( larutan baku primer ) dan diperoleh [NH4CNS] = 0,0102 M.3. Kadar bromida dalam sampel ( KBr ) dapat ditentukan dengan metode Volhard dan diperoleh kadar bromida dalam sampel adalah 0,08% (w/v).

DAFTAR PUSTAKAHarjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : GramediaR. A. Day, Jr, A.L. Underwood. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : ErlanggaPinilih, Intyastiwi, dkk. 2007. Laporan Praktikum Kimia Analitik Dasar, Percobaan IV, Argentometri. (http://imamsamodra.files.wordpress.com/2008/02/microsoft-word-argentometri.pdf).