arcs

31
model ARCS keller salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. pembelajaran konvensional yang selama ini berpusat pada guru terkesan merugikan siswa terutama siswa yang berkemampuan rendah. siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran dan kurangnya motivasi untuk belajar. untuk itu, maka perlu kiranya sekolah mengembangkan suatu model pembelajaran yang mampu memotivasi siswa. saat ini telah banyak muncul model-model pembelajaran hasil karya para filosof pendidikan. salah satunya model pembelajaran ARCS (attention, relevance, confidence, dan satisfaction). Model pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar (Keller, 1987). Model pembelajaran ini berkaitan erat dengan motivasi siswa terutama motivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008:28) motivasi sangat penting dalam belajar karena motivasi dapat mendorong siswa mempersepsi informasi dalam bahan ajar. Sebagus apa pun rancangan bahan ajar, jika siswa tidak termotivasi maka tidak akan terjadi peristiwa belajar karena siswa tidak akan mempersepsi informasi dalam bahan ajar tersebut. Sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa guna meningkatkan prestasi/hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum, maka penerapan model pembelajaran ARCS ini sangat efektif dipergunakan karena model pembelajaran ARCS ini disesuaikan dengan kebutuhan ataupun minat siswa. ARCS sendiri adalah akronim dari bentuk sikap siswa yakni attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (percaya diri), dan

Upload: anifaaa

Post on 12-Apr-2016

44 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

difofjjjf

TRANSCRIPT

Page 1: Arcs

model ARCS kellersalah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. pembelajaran konvensional yang selama ini berpusat pada guru terkesan merugikan siswa terutama siswa yang berkemampuan rendah. siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran dan kurangnya motivasi untuk belajar. untuk itu, maka perlu kiranya sekolah mengembangkan suatu model pembelajaran yang mampu memotivasi siswa.

saat ini telah banyak muncul model-model pembelajaran hasil karya para filosof pendidikan. salah satunya model pembelajaran ARCS (attention, relevance, confidence, dan satisfaction).

Model pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar (Keller, 1987). Model pembelajaran ini berkaitan erat dengan motivasi siswa terutama motivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008:28) motivasi sangat penting dalam belajar karena motivasi dapat mendorong siswa mempersepsi informasi dalam bahan ajar. Sebagus apa pun rancangan bahan ajar, jika siswa tidak termotivasi maka tidak akan terjadi peristiwa belajar karena siswa tidak akan mempersepsi informasi dalam bahan ajar tersebut. Sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa guna meningkatkan prestasi/hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum, maka penerapan model pembelajaran ARCS ini sangat efektif dipergunakan karena model pembelajaran ARCS ini disesuaikan dengan kebutuhan ataupun minat siswa.

ARCS sendiri adalah akronim dari bentuk sikap siswa yakni attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (percaya diri), dan satisfaction (kepuasan). Jadi, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS adalah suatu bentuk pembelajaran yang mengutamakan perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan pengalaman belajar siswa, menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa tersebut. Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori dan pengalaman nyata intsruktur sehinga mampu membangkitkan semangat belajar siswa secara optimal dengan memotivasi diri siswa sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal. Menurut Awoniyi, dkk (1997:30) model pembelajaran ARCS ini mempunyai kelebihan yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan petunjuk: aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa

2. Cara penyajian materi dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori yang penerapannya kurang menarik

3. Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa4. Penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi

lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik

Page 2: Arcs

5. Penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari karakteristik siswa-siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif

Selanjutnya Awoniyi, dkk (1997:31) menjelaskan bahwa selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran ARCS ini juga mempunyai kekurangan. Kekurangan model pembelajaran ARCS ini yaitu:

1. Hasil afektif siswa sulit dinilai secara kuantitatif2. Perkembangan secara berkesinambungan melalui model ARCS ini sulit dijadikan

penilaian

2.3.2 Komponen Model Pembelajaran ARCS

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, model pembelajaran ARCS terdiri dari empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran ARCS tersebut yaitu sebagai berikut:

A.  Attention (perhatian)

Perhatian adalah bentuk pengarahan untuk dapat berkonsultasi/ pemusatan pikiran  dalam menghadapi siswa dalam peristiwa proses belajar mengajar di kelas.

Perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula menunjuk pada minat ”momentain” yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari (WS. Winkel, 100).

Konsentrasi/perasaan siswa dan minat dalam belajar bisa dilihat dari siswa yang perasaannya senang akan membantu dalam konsentrasi belajarnya dan sebaliknya siswa dalam kondisi tidak senang maka akan kurang berminat dalam belajarnya dan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang sedang berlangsung.

Gangguan belajar siswa ini biasanya bersumber  dari dua faktor yaitu faktor eksternel dan faktor internal. Faktor internal yaitu faktor dari luar diri siswa dan faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa. Perhatian diharap dapat menimbulkan minat yaitu kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada pelajaran/pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu yang baru dan dapat berperan positif dalam proses belajar mengajar selanjutnya.

Menurut Keller (1987) strategi untuk menjaga dan meningkatkan perhatian siswa yaitu sebagai berikut:

1)      Gunakan metode penyampaian dalam proes pembelajaran yang bervariasi (kelas, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demontrasi, studi kasus).

2)      Gunakan media (media pandang, audio, dan visual) untuk melengkapi penyampaian materi pembelajaran.

3)      Bila merasa tepat gunakan humor dalam proses pembelajaran.

Page 3: Arcs

4)      Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang digunakan.

5)      Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.

B.   Relevance (relevan)

Relevance yang dimaksud di sini dapat diartikan sebagai keterkaitan atau kesesuaian antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa. Dari keterkaitan atau kesesuaian ini otomatis dapat menumbuhkan motivasi belajar di dalam diri siswa karena siswa merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan mempunyaai manfaat langsung secara pribadi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Motivasi siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka merasakan bahwa apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta sesuai dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya.suciati dan udin syarifuddin winatasyaputra (R. Angkowo dan A. Kosasi, 2007:40-41) mengemukaan bahwa strategi untuk menunjukan relevensi adalah sebagai berikut:

1)      Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran ini bearti guru harus menjelaskan tujuan intruksional.

2)      Jelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan atau sikap serta nilai yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan dan kehidupan nanti.

3)      Berikan contoh, latiha atau tes yang lansung berhubungan dengan kondisi siswa.

1. Confidence (percaya diri)

Demi membangkitkan kesadaran yang kuat di dalam proses belajar mengajar siswa yang selama ini lebih banyak dikuasai guru (teacher’s centered) dan lebih memproduk penghafal kata-kata bukan pada kemampuan bagaimana belajar dan akhirnya setelah siswa tamat tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak ada kemampuan “problem solving” di tengah masyarakat yang plural heterogen dan banyak masalah, maka guru harus menggunakan strategi yang efektif.

Menurut Keller (1987) strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa adalah sebagai berikut:

1)      Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman siswa, misal dengan menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah difahami, di urutkan dari materi yang mudah ke sukar. Dengan demikian, siswa  merasa mengalami keberhasilan sejak awal proses pembelajaran.

2)      Susunlah kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru dengan sekaligus.

3)      Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran. Hal ini akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan.

Page 4: Arcs

4)      Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri.

5)      Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan menganggap siswa telah memahami konsep ini dengan baik serta menyebut kelemahan siswa sebagai hal-hal yang masih perlu dikembangkan.

6)      Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini

1. Satisfaction (kepuasan)

Kepuasan yang dimaksud di sini adalah perasaan gembira, perasaan ini dapat menjadi positif yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat meningkat kepada perasaan percaya diri siswa nantinya dengan membangkitkan semangat belajar diantaranya dengan:

1)      Mengucapkan “baik”, “bagus” dan seterusnya bila peserta didik menjawab /mengajukan pertanyaan.

2)      Memuji dan memberi dorongan, dengan senyuman, anggukan dan pandangan yang simanatik atas partisipasi siswa.

3)      Memberi tuntunan pada siswa agar dapat memberi jawaban yang benar.

4)      Memberi pengarahan sederhana agar siswa memberi jawaban yang benar.

(Keller, 1987)

2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran ARCS

Adapun langkah-langkah model pembelajaran ARCS adalah sebagai berikut:

1)      Mengingatkan kembali siswa pada konsep yang telah dipelajari

Pada langkah ini, guru menarik perhatian siswa dengan cara mengulang kembali pelajaran atau materi yang telah dipelajari siswa dan mengaitkan materi tersebut dengan materi pelajaran yang akan disajikan. Dengan cara ini, siswa akan merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru yaitu materi pelajaran yang akan disajikan.

2)      Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran (R)

Pada langkah ini, guru mendeskripsikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan. Penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi tapi masih tetap mengacu pada prinsip perbedaan individual siswa sehingga keseluruhan siswa dapat menangkap tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan serta dapat mengetahui

Page 5: Arcs

hubungan atau keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa tersebut.

3)      Menyampaikan materi pelajaran (R)

Pada langkah ini, guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan terperinci. Penyampaian materi ini dilakukan dengan cara atau strategi yang dapat memotivasi siswa yaitu dengan cara menyajikan pembelajaran tersebut dengan menarik sehingga dapat menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa; memberikan keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa ataupun berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa; menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan tanggapan, ataupun mengerjakan soal/latihan; dan menciptakan rasa puas di dalam diri siswa dengan cara memberikan penghargaan atas kinerja atau hasil kerja siswa.

4)      Menggunakan contoh-contoh yang konkrit (A dan R)

Pada langkah ini, guru memberikan contoh-contoh yang nyata serta ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Adapun manfaat yang didapatkan dari penggunaan contoh yang konkrit ini adalah siswa mudah memahami materi yang disajikan dan mudah mengingat materi tersebut. Tujuan penggunaan contoh yang konkrit ini adalah untuk menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa (attention) dan memberikan kesesuaian antara pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa ataupun kehidupan sehari-hari siswa (relevance).

5)      Memberi bimbingan belajar (R)

Pada langkah ini, guru memotivasi dan mengarahkan siswa agar lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran yang disajikan. Secara langsung, langkah ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga siswa tidak merasa ragu dalam memberikan respon ataupun mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Pemberian bimbingan belajar ini juga bermanfaat bagi siswa-siswa yang lambat dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga siswa-siswa tersebut merasa termotivasi untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan.

6)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran (C dan S)

Pada langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menanggapi, ataupun mengerjakan soal-soal mengenai materi pembelajaran yang disajikan. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi ini, siswa akan berkompetensi secara sehat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berparisipasi dalam pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan ataupun meningkatkan rasa percaya diri siswa dan akhirnya juga dapat menimbulkan rasa puas di dalam diri siswa karena merasa ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.

7)      Memberi umpan balik (S)

Page 6: Arcs

Pada langkah ini, guru memberikan suatu umpan balik yang tentunya dapat merangsang pola berfikir siswa. Setelah pemberian umpan balik ini, siswa secara aktif menanggapi feedback dari guru tersebut. Pemberian feedback ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa.

8)      Menyimpulkan setiap materi yang telah disampaikan di akhir pembelajaran (S)

Pada langkah ini, guru menyimpulkan materi pembelajaran yang baru saja disajikan dengan jelas dan terperinci. Langkah ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang baru mereka pelajari dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Secara tidak langsung, langkah ini dapat menciptakan rasa puas di dalam diri siswa.

OTIVATION MODEL KELLER (ARCS) 21 May

Attention

Attention merupakan perhatian dalam bentuk pengarahan untuk dapat berkonsultasi antara guru dengan siswa dalam menghadapi peristiwa proses belajar mengajar di kelas.

Incongruity and Conflict

Seorang guru memberikan sebuah contoh permasalahan yang ada di luar, murid dituntut untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

Concreteness

Seorang guru menerangkan tentang proses perakitan laptop.

Variability

Seorang guru menggunakan lebih dari satu media dalam mengajar. Sebagai contoh seorang guru menggunakan modul dan setelah itu powerpoint untuk menyampaikan sebuah materi.

Humor

Seorang guru di dalam proses pembelajaran memberikan sedikit candaan dalam sebuah materi.

Inquiry Participation

Relevance

Page 7: Arcs

Relevance merupakan keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa. Dari keterkaitan dapat menumbuhkan motivasi belajar di dalam diri siswa karena siswa merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan mempunyaai manfaat langsung secara pribadi dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Experience Present Worth

Pada saat pembelajaran guru menyampaikan kepada siswa apabila mereka bisa memahami dan mampu menjelaskan materi di didepan kelas maka siswa tersebut akan mendapatkan nilai plus serta guru tersebut menjelaskan tujuan intruksional dari pemeblajaran tersebut.

Future Use Fulness

Guru menjelaskan materi dan pengetahuan yang akan dipelajari sehingga materi dan pengetahuan tersebut bisa diaplikasikan di kehidupan yang akan datang bagi siswa tersebut.

Need Matching

Guru di dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di setiap materi mengenai interaksi sosial.Guru menjelakan contoh-contoh di dalam kehidupan sehari-hari misalnya kita menyapa orang dan berbicara dengan teman kita,saling membantu antar teman di kehidupan sehari-hari berarti salah satu dari interaksi sosial karena interaksi sosial merupakan saling bertemunya orang satu dengan orang lain yang saling berhubungan secara langsung.Dari contoh tersebut maka siswa bisa membandingkan dan mengaitkan dengan kehidupan nyata yang mereka alami.Sehingga siswa bisa termotivasi karena mereka merasa bermanfaat bagi kehidupan mereka.

Modelling

Penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu model untuk membangkitkan motivasi siswa karena model pembelajaran ini mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan nyata.Pada pemodelan ini misalnya pada pembelajaran keterampilan guru memberi contoh tentang bekerja sesuatu,sebelum siswa melaksanakan tugas.Dalam pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) guru bukan satu-satunya model.Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.Seorang siswa bisa ditunjuk untuk member contoh temannya cara menggunakan suatu alat misalnya thermometer.

Choice

Guru memberikan contoh latihan soal atau tes dalam bentuk pilihan yang berhubungan dengan kondisi siswa tersebut.

 

Page 8: Arcs

 

 

Convidence

Convidence merupakan percaya diri dengan kata lain mampu membangkitkan kesadaran diri didalam proses belajar mengajar sehingga siswa mampu memiliki rasa percaya diri untuk mencapai keberhasilan.

Learning Requirements

Dalam mata pelajaran ipa kelas 1 dengan materi menyebutkan semua anggota tubuh dengan penggunanya.

Difficulty

Guru member penjelasan khusus dengan menggunakan suatu media yang kongkrit untuk mempermudah peserta didik menerima materi,misalnya pelajaran matematika kelas 1 masalah penjumlahan sederhana,guru menyediakan stik warna merah dan hijau kemudian diberikan soal contoh 5+6=……karena siswanya mengalami kesulitan maka siswa disuruh mengambil stik es krim warna hijau sejumlah 5 kemudian mengambil stik warna merah sejumlah 6setelah itu stik yang sudah diambil tersebut dikumpulkan menjadi satu dan setelah itu disuruh menghitung semuanya stik yang terkumpul dengan bilangan terakhir itu lah hasil penjumlahannya.Begitulah seterusnya dengan menggunakan media lain sampai siswa tidak mengalami kesulitan dalam menghitung penjumlahan.

Expectations

Setiap selesai proses pembelajaran guru memberikan latihan soal-soal yang dikerjakan dirumah walaupun soal tersebut berisi hanya tiga butir.Harapannya agar siswa tetap mempelajari materi yang telah diajarkan oleh guru dengan begitu bisa menunjukkan keberhasilan didalam proses pembelajaran.

Attribution

Pada saat proses pembelajaran antara guru dengan siswanya diharapkan terdapat adanya interaksi didalam pembelajaran apabila ada kesulitan dalam mengerjakan soal guru bisa dijadikan sebagai tempat konsultasi untuk meningkatkan rasa kepercayaan pada siswanya.

Self Confidence

Ketika guru sedang menjelaskan suatu materi pembelajaran dengan semangat dan penuh percaya diri kalau peserta didiknya akan mampu menguasai materi yang sudah ia ajarkan, misalnya pelajaran matematika tentang bab integral, dimana peserta didik sudah menguasai tentang penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian. Dengan menjelaskan secara detail rumus

Page 9: Arcs

dan contoh soal maka peserta didik akan mampu menyelesaikan soal – soal yang di berikan gurunya kepada mereka. Dengan mempunyai pegangan maka siswa lebih percaya diri untuk bisa mengrjakan soal – soal tersebut. Setelah berhasil mengerjakan maka guru akan menuju ke tahap selanjutnya masih dengan bab integral, maka dari itu akan membangun rasa percaya diri peserta didik untuk mendapatkan nilai yang bagus sesuai dengan keinginan mereka.

 

Satisfaction

Satisfaction merupakan kepuasaan,perasaan gembira, perasaan ini dapat menjadi positif yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat meningkat kepada perasaan percaya diri siswa nantinya dengan membangkitkan semangat belajar

Ø Natural Consequences

Ketika guru sudah menerangkan materi, maka dalam diri peserta didik akan timbul “ aku harus bisa mengerjakan soal – soal yang diberikan oleh guru karena aku membutuhkan materi tersebut untuk bisa mengerjakan soal ketika ujian”. Dan setelah mengerjakannya ternyata bisa maka guru memberikan  pengarahan terhadap siswa yang sudah bisa untuk mengajari temannya yang belum paham akan materinya. Dengan begitu penyampaian materi akan berhasil sesuai dengan keberhasilan yang diinginkan dengan begitu kuensekunsi yang harus dijalankan juga berhasil.

Ø Unexpected Rewards

Ketika seorang guru sedang mengadakan ujian matematika secara lesan dengan bertanya tentang hasil perkalian dan penjumlahan. Tanpa sepengetahuan dari peserta didik guru menyiapkan hadiah yang berbagai macam bentuknya, hadiah tersebut akan diberikan kepada peserta didik yang berhasil atau bisa menjawab pertanyaan dari guru.

Ø Positive Outcomes

Pada saat sesudah proses pembelajaran siswa mampu mengerjakan soal yang diberikan guru benar semua sesuai target.Seorang guru mengucapkan selamat atau mengucapkan bagus sehingga bisa memunculkan rasa kepuasaan tersendiri dan merasa bahagia karena memurut siswa sendiri itu merupakan suatu penghargaan bagi dirinya.

Ø Avoidance Of Negative Influences

Guru sebelum memberi materi guru terlebih dahulu memberi tuntunan pada siswa dan menjelaskan materi tersebut agar siswa dapat menjawab soal setelah dijelaskan materi-materinya.Sehingga siswa bisa menjawab dengan benar.

Ø Schedulling

Page 10: Arcs

Ketika guru memberikan tugas sebelumnya guru menjelaskan tugas maupun jadwal pengumpulan tugas disetiap minggunya kita harus melakukan kegiatan serta mengerjakan tugas apa saja sehingga terlihat secara terjadwal serta di setiap minggunya ada konsultasi sehingga pada hasil akhirnya siswa merasa puas bisa mendapatkan nilai yang bagus.

Model Motivasi ARCS

Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).

Models ARCS adalah model yang terkenal dlm model rekabentuk instruksi yang digunakan secara meluas. Model ARCS berakar umbi pada banyak teori dan konsep motivasi, khasnya teori jangkaan-nilai atau expectancy-value (contohnya Vroom, 1964; Porter dan Lawler, 1968).

Dalam teori jangkaan, "usaha" dikenalpastikan sebagai hasilan utama yang boleh diukur. Supaya "usaha' boleh berlaku, dua prasyarat mesti ditetapkan - (1) orang berkenaan mesti menghargai tugas, dan (2) orang tersebut mesti percaya ia boleh berjaya melakukan tugas. Justeru itu, dalam situasi instruksi, tugasan pembelajaran mesti disembahkan dalam cara yang melibatkan dan bererti kepada pelajar; dan dapat menggalakkan jangkaan positif akan kejayaan pencapaian objektif-objektif pembelajaran.

Models ARCS mengenalpasti empat komponen strategi yang penting untuk memotivasikan instruksi:

[A]ttention / Perhatian - strategi untuk memberangsang dan mengekalkan rasa ingin tahu dan minat

[R]elevance / Perkaitan - strategi untuk menghubungkan keperluan, minat dan motif pelajar.

[C]onfidence / Keyakinan - strategi untuk membantu pelajar membangunkan jangkaan positif untuk kejayaan pencapaian pembelajaran; dan

[S]atisfaction / Kepuasan - strategi untuk membekalkan pengukuhan ekstrinsik dan instrinsik. (Keller, 1983)

Keller (1987) membahagikan keempat-empat komponen ARCS kepada tiga sub-komponen stragegik. Penerangan sub-komponen strategik dan contoh yang releven dengan instruksi adalah seperti berikut.

 

Attention / Perhatian

Perangsangan Persepsi: menyediakan novelti, kehairanan, ketakkongruenan (incongruity) atau ketidakpastian. Contoh: Guru menunjukkan gambar yang tidak

Page 11: Arcs

lengkap atau kotak yang tertutup dan dihiaskan dengan tanda soal kepada murid-murid.

Perangsangan Inkuiri: stimulasikan rasa ingin tahu dengan mengajukan soalan atau masalah untuk diselesaikan. Contoh: Guru menyampaikan satu senario tentang seseuatu masalah dan mengarahkan murid melukan percambahan idea (brainstorm) penyelesaian yang munasabah berasaskan apa yang telah dipelajari dalam kelas.

Kepelbagaian: memasukkan beraneka jenis kaedah dan media untuk memenuhi kehendak-kehendak pelajar yang berbeza-beza. Contoh: Selepas menyampai dan meneliti isi pelajaran di OHP, murid-murid menjalankan perbincangan dan latihan dalam kumpulan koperatif.

 

 

Relevance / Perkatian

Orientasi Matlamat: menerangkan objektif dan tujuan berkaitan dengan instruksi dan kaedah-kaedah spesifik untuk pencapaian berjaya. Contoh: Guru menjelaskan objektif dan kepentingan objektif pelajaran.

Pemadanan Motif: memadankan objektif dengan keperluan dan motif pelajar. Contoh: Guru membenarkan pelajar menyampaikan hasil projek dalam bentuk bertulis, lisan atau grafik demi menyesuaikan gaya dan keperluan pembelajaran yang berbeza-beza di kalangan muridnya.

Kebiasaan: menyampaikan isi kandungan dengan cara yang mudah difaham dan boleh berkatian dengan pengalaman dan nilai pelajar. Contoh: Murid-murid diminta memberi contoh tentang pengalaman diri sendiri yang berkaitan dengan konsep yang telah diterima dalam kelas.

 

Confidence / Keyakinan

Prasyarat Pembelajaran: memaklumkan pelajar tentang prasyarat pembelajaran dan prestasi serta kriteria taksiran. Contoh: Guru menyediakan pelajar dengan senarai kriteria taksiran tentang projek penyelidikan yang ditugaskan. Selain itu, juga diedarkan contoh-contoh baik projek-projek yang lalu.

Kesempatan Berjaya: menyediakan kesempatan mencabar dan bererti untuk pembelajaran berjaya. Contoh: Sebelum memulakan projek penyelidikan, murid-murid dibenarkan untuk berlatih mencungkil dan merumuskan maklumat dari berbagai-bagai sumber. Usaha murid diberi maklumbalas agar murid berasa yakin tentang tugasan yang akan dilakukannya.

Tanggungjawapan Kendiri: mengaitkan kejayaan pembelajaran kepada usaha dan kebolehan peribadi pelajar. Contohnya: Guru menulis maklum balas tentang kualiti prestasi pelajar dan memperakukan dedikasi dan kesungguhan pelajar.

 

Satisfaction / Kepuasan

Page 12: Arcs

Pengukuhan Intrinsik:  menyokong dan menggalakkan nikmat intrinsik akibat pengalaman pembelajaran. Contoh: Guru menjemput bekas pelajar untuk memberi perakuan tentang kepentingan kemahiran belajar dalam kerja rumah dan projek kelas.

Gangaran Eksrintik: memberi pengukuhan positif dan maklum balas bermotivasi. Contoh: Guru menganugerahkan sijil kepada murid apbila murid telah menguasai satu set kemahiran yang lengkap.

Equiti: memastikan piawaian dan akibat yang konsisten untuk kejayaan. Contoh: Selepas tamatnya projek kumpulan, guru memberi maklum balas berdasarkan kriteria yang telah diedarkan terlebih dahulu.

 

 

Rumusan

 

Model ARCS dalam rekabentuk instruksi adalah pendekatan yang mudah digunakan untuk meningkatkan tarikan motivasi dalam instruksi. ARCS menyediakan kerangka yang kuat untuk mereka bentuk dan meningkatkan mutu motivasi dalam berbagai-bagai entiti seperti pengajaran di bilik darjah, penyediaan bahan di internet, dan bahan pengajaran dan pembelajaran.

Buku: Motivational Design For Learning And Performance: The ARCS Model   Approach Posted on Juni 15, 2013 by zulrahmattogala

(John M. Keller)

ARCS merupakan akronim dari: Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction. ARCS sebagai model pendekatan dalam pembelajaran dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban pertanyaan “bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar”. Model ARCS berakar pada banyak teori dan konsep motivasi, khasnya adalah teori harapan-nilai (expectancy-value).

 1.    Langkah-langkah Desain Model ARCS

Page 13: Arcs

Langkah 1: Obtain Course Information/Memperoleh Informasi Kursus

Langkah ini dilakukan untuk memilih dan membangkan taktik motivasi yang sesuai dalam pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah karakteristik peserta didik, tujuan yang ingin di capai, serta kesesuaian waktu dan biaya. Untuk menghindari efek yang kontraproduktif dari pengaruh diatas maka perlu untuk mengumpulkan informasi tentang tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. Langkah 1 berfokus pada karakteristik belajar dan bagaimana mengim-plementasikannya, gambaran kegiatan dan tujuan pembelajarannya, perencanaan waktu, perencanaan pelajaran dan desain sebelum mengajarkannya. Ini akan membantu memutuskan berapa banyak usaha dalam merancang strategi motivasi yang akan dilakukan. Demikian halnya dengan Karakteristik dari pembelajar harus dipertimbangan ketika merancang dan mengembangkan materi pembelajaran, seperti gaya kepribadian, pengetahuan, dan pengalaman memiliki pengaruh yang kuat di lapangan dan penentuan strategi motivasi yang akan dikembangkan. Tidak ada satu cara terbaik untuk meningkatkan motivasi siswa, pendekatan terbaik adalah untuk memahami kepribadian dan preferensi individu pembelajar dan untuk mengembangkan metode dan gaya yang nyaman sebagai pembelajar.

Langkah 2 : Obtain Audience Information/Memperoleh Informasi Pemelajar.

Langkah ini berfokus pada beberapa faktor yang memiliki pengaruh kuat pada motivasi awal pemelajar dan bagaimana mereka akan menanggapi isi dan strategi pembelajaran yang akan diterapkan, misalnya, karakteristik pemelajar, sejauh mana kesamaan dan perbedaan kemampuan akademik mereka, memilih metode dengan menugaskan pemelajar untuk membantu mengantisipasi entry-level motivasi peserta didik. Informasi dari langkah pertama dan kedua ini akan memberikan dasar untuk menganalisis pemelajar yang akan dilakukan pada Langkah 3.

Langkah 3: Analyze Audience/Analisis Pemelajar

Analisis pemelajar merupakan langkah penting dalam proses mendesain model ARCS. Keputusan yang diambil akan memiliki pengaruh langsung dalam mendefinisikan tujuan dan memilih strategi motivasi dalam pembelajaran. Tujuan dari langkah ini adalah untuk memperkirakan strategi motivasi apa yang cocok untuk seluruh kelas atau sub-kelompok atau individu dalam kelas. Salah satu tantangan dalam memecahkan masalah motivasi adalah bahwa motivasi awal peserta didik bisa terlalu tinggi serta terlalu rendah. Jika terlalu rendah, prestasi mereka akan rendah karena mereka memiliki sedikit motivasi berpresatasi dan mereka tidak akan mengerahkan usaha yang cukup. Jika tingkat motivasi mereka terlalu tinggi, maka kualitas kinerja mereka menurun karena stres yang berlebihan yang menyebabkan mereka tidak dapat mengingat informasi. Dengan melakukan analisis pemelajar dapat ditentukan secara spesifik jenis masalah motivasi yang ada. Hal ini juga membantu menghindari masalah yang timbul karena memiliki terlalu sedikit atau terlalu banyak strategi motivasi.

Langkah 4: Analyze Existing Materials/Menganalisis Bahan yang Ada

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menganalisis materi pembelajaran saat ini, yang bisa menjadi sebuah unit, modul, program pembelajaran, atau apapun segmen instruksi yang ditujukan untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan strategi motivasi.  Hal yang penting

Page 14: Arcs

untuk dipertimbangkan adalah memeriksa bahan-bahan instruksi untuk menentukan  strategi motivasi apa yang diperlukan, termasuk karakteristik pemelajar, materi pembelajaran yang sedang digunakan, atau dipertimbangkan untuk diadopsi.

Di sisi lain, perlu juga dipertimbangkan apakah bahan yang ada memiliki kekurangan yang akan menyebabkan demotivasi. Pertama, jika materi yang ada tidak relevan, maka perlu dilakukan penambahan, bagian mana yang perlu. Kedua, jika materi mengandung elemen motivasional terlalu banyak atau kegiatan yang tidak pantas, seperti permainan yang tidak cocok untuk pemelajar, maka perlu perbaikan seperlunya. Dalam situasi di mana siswa sangat termotivasi untuk siap mengikuti pembelajaran termasuk penilaian dalam waktu yang sempit, diupayakan untuk tidak menyisipkan kegiatan yang tidak perlu seperti, game atau simulasi.

Langkah 5 :    List Objectives and Assessments / Daftar Tujuan Motivasi dan Penilaian

Langkah ini dilakukan untuk menulis tujuan desain motivasi dan penilaian. Dalam tujuan akan digambarkan perilaku motivasi yang ingin diamati dalam pemelajar. Saat menulis tujuan, pertimbangkan perbedaan antara menutup kesenjangan motivasi dan menjaga motivasi. Dalam beberapa pengaturan, seperti yang ditunjukkan oleh analisis audiens, akan ada masalah motivasi tertentu yang memerlukan perhatian. Upayakan menyertakan strategi motivasi yang cukup untuk menghindari pembelajaran menjadi membosankan, seperti meningkatkan kepercayaan pemelajar dengan kegiatan yang menantang.

Langkah 6: List Potential Tactics/Daftar Strategi Potensial

Langkah ini dibutuhgkan kemampuan pembelajar untuk menganalisis melalui diskusi/brainstorming, bukan hanya yang berhubungan dengan tujuan pada Langkah 5, tetapi juga termasuk strategi yang akan membantu mempertahankan motivasi pemelajar pada kegiatan pembelajaran. Hasil langkah ini adalah adanya daftar sebanyak mungkin strategi motivasi sesuai dengan pemikiran kreatif pembelajar. Selanjutnya pada langkah berikutnya akan diinjau kembali kemungkinan strategi yang paling sesuai yang akan digunakan.

Langkah dalam memilih strategi. Dapat dilakukan dengan seleksi awal dengan menyiapkan daftar rencana atau solusi strategi motivasi yang akan dikembangkan, yang berkaitan dengan tujuan spesifik dan situasi umum. Kemudian, pada Langkah 7, akan diterapkan satu set kriteria seleksi untuk memilih, menggabungkan, dan mengatur strategi yang benar-benar akan digunakan.

Langkah 7: Select and Design Tactics/Memilih dan Mendesain Strategi

Dalam langkah ini pembelajar akan memilih strategi motivasi untuk benar-benar dimasukkan ke dalam bahan ajar. Selain beragam strategi potensial yang baru saja di buat, juga pembelajar telah memiliki informasi tentang lingkungan instruksional, karakteristik pemelajar, analisis bahan, dan tujuan motivasi , termasuk kriteria yang akan membantu memilih strategi yang paling dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Biasanya, dalam memilih dan mendesain strategi yang akan dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya memilih salah satu strategi yang ada

Page 15: Arcs

tetapi dilakukan dengan menggabungkan satu atau lebih strategi menjadi sebuah strategi tunggal yang memenuhi beberapa kebutuhan pembelajaran.

Langkah 8 : Integrate with Instructional Design Overview/ Mengintegrasikan Strategi Motivasi dengan Desain Pembelajaran

Langkah ini dilakukan untuk mengintegrasikan strategi motivasi yang sudah dirancang kedalam unsur-unsur utama pengajaran, yang meliputi tujuan pembelajaran, isi, dan kegiatan belajar. Saran pertama adalah meninjau unit instruksi yang sedang dikembangkan dan daftar semua unsur-unsurnya. Kemudian, meninjau strategi motivasi yang dipilih dan dan menempatkannya dalam situasi pembelajaran dengan tepat. Hal ini dibutuhkan kesiapan dalam membuat keputusan. LAngkah ini sangat berguna karena merupakan kompinasi dari keseluruhan langkah sebelumnyayang dilakukan secara bersama-sama. Pengajar yang telah memiliki banyak pengalaman akan sangat mempertimbangkan langkah ini secara lebih serius. Mereka biasanya akan lebih mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal lingkungan belajarnya secara komprehensif.

Langkah 9 : Select and Develop Materials/Memilih dan Mengembangkan Bahan

Dalam langkah ini, akan dilakukan identifikasi jenis strategi motuivasi yang akan dimasukkan kedalam bahan pembelajaran. Beberapa strategi mungkin tidak akan memerlukan mencari strategi karena dapat diterapkan secara langsung, atau hanya memerlukan modifikasi pada konten pembelajaran yang ada. Tapi, jika Anda ingin menggunakan permainan, simulasi, atau kegiatan pengalaman belajar dan belum memiliki strategi tertentu dalam pikiran, maka dapat dilakukan dengan mencari strategi bisa disesuaikan atau, setidaknya dapat berfungsi sebagai model untuk dikembangkan. Dalam langkah ini jangan lupa untuk mencatat (sebagai dokumentasi) hasil keputusan yang sudah diambil yakni strategi yang sebenarnya akan dikembangkan dan diintegrasikan ke dalam pelajaran.

Langkah 10: Evaluation and Revision/Evaluasi dan Revisi

Dalam merancang desain pembelajaran formal, langkah ini bagian dari proses yang tujuannya untuk mengevaluasi materi seberapa baik strategi motivasional yang dilakukan memiliki pengaruh terhasdap pemelajar. Tetapi kadang-kadang, evaluasi yang berkaitan dengan aktifitas mungkin tidak diperlukan. Jika sedang mengembangkan sebuah pembelajaran yang akan digunakan di kelas, maka pembelajar akan mengetahui seberapa baik berimplikasi kepada pemelajar, untuk itu bisa dilakukan diskusi dengan mereka. Jika Rancangan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh orang lain, atau ingin bukti konkret dari reaksi hasil desain motivasional yang telah dirancang maka evaluasi formal perlu dilakukan.

2.    Konsep Penting Dalam Desain Model ARCS.

Model ARCS mengidentifikasi ada empat Kondep Penting untuk memotivasi pembelajaran:

a.  Attention (perhatian): adalah bentuk pengarahan untuk memusatkan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu obyek. Munculnya perhatian di dorong oleh rasa ingin tahu. Rasa

Page 16: Arcs

ingin tahu seseorang ini muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan kontradiktif. Peserta didik diharap dapat menimbulkan minat yaitu kecenderungan untuk merasa tertarik pada pelajaran atau pokok pelajaran tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu melahirkan semangat yang baru dan dapat berperan positif dalam proses belajar mengajar selanjutnya.

b.  Relevance (relevansi): yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi pesrta didik. Ada tiga strategi yang dapat digunakan untuk menunjukkan relevansi dalam pembelajaran, yaitu:

Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai setelah mempelajari materi pembelajaran. Jelaskan manfaat pengetahuan/ketermpilan yang akan dipelajari. Berikan contoh, latihan/tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik atau

profesi tertentu.

Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi yang dipelajari dengan kebutuhan kondisi peserta didik. Peserta didik akan termotivasi bila mereka merasa bahwa apa yang akan dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat bagi mereka.

 c.  Confidence (kepercayaan diri): yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri, yaitu sebagai berikut:

Meningkatkan harapan peserta didik untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman. Menyusun pembelajaran menjadi bagian yang lebih kecil, sehingga peserta didik tidak di

tuntut mempelajari banyak konsep sekaligus. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan untuk berhasil. Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan peserta didik. Tumbuh kembangkan kepercayaan diri peserta didik dengan pernyataan-pernyataan yang

membangun. Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar peserta didik mengetahui

sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.

 d.  Satisfaction (kepuasan): adalah perasaan gembira, perasan ini dapat positif yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan dalam dirinya. Perasaan ini meningkat kepada perasaan harga diri kelak, membangkitkan semangat belajar di antaranya dengan:

Mengucapkan baik, bagus dan memberikan senyum bila peserta didik menjawab atau mengajukan pertanyaan.

Menunjukkan sikap non verbal positif pada saat menanggapi pertanyaan atau jawaban peserta didik.

Memuji dan memberi dorongan dengan senyuman, anggukan dan pandangan yang simpatik atas prestasi peserta didik.

Memberi tuntunan pada peserta didik agar dapat memberi jawaban yang benar. Memberi pengarahan sederhana agar peserta didik memberi jawaban yang benar.

Page 17: Arcs

1. 3.  Kesulitan yang dihadapi untuk menerapkan ARCS di tempat kerja

Kesulitan yang dihadapi dalam menerapkan model ARCS di tempat kerja yaitu:

1. Penilaian perilaku peserta didik sulit dinilai secara kuantitatif2. Model ARCS ditujukan bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini akan

membutuhkan waktu tersendiri untuk menilai prestasi belajar siswa dari segi pengetahuannya, jika bisa dilakukan secara beriringan akan sulit karena membutuhkan konsentrasi yang lebih tinggi dalam menilai prestasi belajar dan mengstabilkan kondisi pembelajaran tetap berada dalam situasi yang diinginkan.

3. Akan sangat sulit menemukan dan menentukan startegi motivasi yang tepat diintegrasikan kedalam kegiatan pembelajaran jika motivasi individu dari setiap peserta didik sangat bervariasi.

A. Urgensi MotivasiProses pembelajaran dapat dipahami atau dijelaskan dengan menggunakan berbagai teori belajar sebagaimana dibahas dalam bagian terdahulu. Di samping itu proses tersebut dapat pula dijelaskan dengan memperhatikan satu aspek yang penting, yaitu motivasi mahasiswa. Guru sering dirisaukan dengan adanya siswa yang dinilai cerdas tetapi mempunyai prestasi yang sedang–sedang saja. Dalam pembelajaran siswa tersebut kelihatan bosan dan lesu, sedikit sekali menggunakan pikiran untuk memecahkan persoalan yang dikemukakan di kelas, apalagi secara aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Salah satu cara memahaminya adalah dengan anlisis yang dikemukakan oleh Romiszowski (1984), bahwa kinerja yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa.Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar, cara mengajar guru, sistem pemberian umpan balik, dan sebaginya. Faktor–faktor dari dalam diri siswa mencakup kecerdasan, strategi belajar, motivasi dan sebagainya.B. Definisi MotivasiIstilah motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti ”menggerakan”. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau

Page 18: Arcs

menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence pada tingkah laku tersebut.Ames dan Ames (1984) didefinisikan motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkunganya. Sebagai contoh, seorang siswa yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas, akan termotivasi untuk melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang positif ini menjadi motor penggerak bagi kemaunnya.Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai ”tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”(Cropley, 1985 ). Dalam konsep ini, siswa akan berusaha mencapai suatu tujuan karena dirangsang oleh manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh. Motivasi siswa tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang berbagai kesulitan. Motivasi juga ditunjukan melalui intensitas untuk kerja dalam melakukan suatu tugas.Beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa menunjukan motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Tokoh–tokoh pendidikan seperti Mc Clelland (1985), Bandura (1977), Bloom (1980), Weiner (1986), Fyans dan Maerh (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi belajar, dan menemukan hasil yang menarik.Sebagai contoh, dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh (1987) diantara 3 faktor, yaitu : latar belakang keluarga, kondisi/konteks sekolah dan motivasi, faktor yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar. Walberg dkk (1983) menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi anatra 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati (1990) menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 persen, sedangkan McClelland menunjukan bahwa motivasi berprestasi (achievment motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar. Berdasarkan penemuan di atas guru dapat mempertimbangkan untuk melakukan intervensi dalam hal meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip–prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCSGuru sering berasumsi bahwa motivasi belajar siswa merupakan masalah siswa itu sendiri dan siswalah yang bertanggungjawab untuk mengusahakan agar mempunyai motivasi yang tinggi. Namun sebenarnya guru dapat berusaha untuk menetapkan

Page 19: Arcs

prinsip– prinsip motivasi dalam proses dan cara mengajar, untuk merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi siswa dalam belajar. ARCS model dapat membantu guru untuk melakukan hal tersebut.Ada empat kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan oleh guru dalam usaha menghasilkan perkuliahan yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi siswa. Keempat kondisi motivasional tersebut dijelaskan sebagai berikut :a. Perhatian (Attention)b. Relevansi (Relevance)c. Kepercayaan diri (Confidence),dand. Kepuasan (Satisfaction).C. PerhatianPerhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama pembelajaran, bahkan lebih lama lagi. Rasa ingin tahu ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.Apabila elemen–elemen seperti ini dimasukan dalam rencana perkuliahan, hal ini dapat menstimulir rasa ingin tahu siswa. Namun perlu diperhatikan agar stimulus tersebut digunakan tidak berlebihan, akibatnya stimulus menjadi hal yang biasa dan efektifitasnya hilang.Strategi untuk merangsang minat dan perhatian siswa :1. Gunakan metode penyampaian pembelajaran yang bervariasi (ceramah, kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus dan lain–lain).2. Gunakan media (multimedia interaktif, power point, film, video, dan sebagainya) untuk melengkapi penyampaian perkuliahan.3. Bila dirasa tepat gunakan humor dalam presentasi pembelajaran.4. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh–contoh untuk memperjelas konsep.5. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.D. RelevansiRelevansi menunjukan adanya hubungan materi perkuliahan dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat atau sesuai dengan nilai

Page 20: Arcs

yang dipegang. Kebutuhan pribadi (basic needs) dikelompokan ke dalam 3 kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Yang pertama, nilai motif pribadi (personal motive value) mencakup tiga hal, yaitu : Kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievment), Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan Kebutuhan untuk berafilisasi (needs for affiliation).Yang kedua adalah nilai yang bersifat instrumental, di mana keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut.Ketiga, nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu siswa, seperti orang tua, teman, dsb.Strategi untuk menunjukan relevansi pembelajaran :1. Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi perkuliahan. Ini berarti guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran atau indikator pembelajaran yang ingin dicapai.2. Jelaskan manfaat pengetahuan atau ketrampilan yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam pekerjaan nanti.3. Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu.E. Percaya DiriMerasa diri kompeten atau mampu,merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977) mengembangkan lebih lanjut konsep tersebut dengan mengajukan konsep self-efficacy. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan menigkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini sering dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa yang lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman sukses dan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri :1. Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil siswa, misalnya dengan mendesain pembelajaran agar dengan mudah

Page 21: Arcs

dipahami, diurutkan dari materi yang mudah ke yang sukar. Dengan demikian siswa merasa mengalami keberhasilan sejak awal perkuliahan.2. Organisasikan pembelajaran ke dalam bagian–bagian yang lebih kecil, sehingga mahasiswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru sekaligus3. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan menyatakan persyaratan untuk berhasil. Hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes atau ujian pada awal pembelajaran. Hal tersebut akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan.4. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri. Kontrak belajar (learning contract) merupakan hal yang harus dilakukan oleh guru dengan siswa. Kontrak belajar hendaknya dengan jelas mencantumkan strategi perkuliahan dan kriteria untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa.5. Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan ”Sepertinya kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan siswa sebagai ”hal -hal yang masih perlu dikembangkan.”6. Berikan umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran agar siswa mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini.F. KepuasanKeberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Sebagai contoh, dalam kelas Komunikasi, siswa diuji kemampuanya berpidato. Setelah selesai berpidato, iswa merasa puas dan lega karena ternyata dia tidak pingsan seperti yang dikhawatirkanya. Tetapi beberapa saat kemudian konsekuensi dari luar (dari guru) membuatnya merasa malu dan kecewa. Guru mengatakan dia nampak tegang, suaranya hampir tidak terdengar, dan jelas kelihatan tidak berlatih sebelumnya. Dalam hal ini terjadi konflik dalam diri siswa tersebut, dan membuat kepuasaannya hilang.Peran guru sangat penting dalam menumbuhkan kepuasan belajar siswa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa guru dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) barupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya.Strategi untuk meningkatakan kepuasan :

Page 22: Arcs

1. Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau sejenisnya.2. Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan atau mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajari3. Minta kepada siswa yang telah menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan untuk membantu teman–temannya yang belum berhasil.4. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu atau dengan suatu standar tertentu, bukan dengan siswa lain.