ar razi dengan corak filsafatnya
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Untuk mengetahui karakter serta watak seorang tokoh perubahan tentunya kita
membutuhkan metode untuk mempermudah mengenal serta menganalisis cara
pikir dari suatu tokoh. Dua metode yang fundamental untuk memperoleh
pengetahuan tentang sejarah orang-orang besar dan kedua metode itu harus
dipergunakan secara bersama-sama untuk memperoleh hasil yang maksimal. Cara
yang pertama adalah dengan mempelajari dan meneliti karangan-karangan
intelektual dan ilmiah dari orang yang kita teliti, teori-teorinya, kuliyah-
kuliyahnya, kitab-kitab yang ditulisnya atau dengan kata lain meneliti pikiran
serta keyakinannya. Adapun cara yang kedua adalah penelitian tentang
biografinya sejak dari pertumbuhan sampai akhirnya.
Kita sepatutnya berterimakasih kepada Filusuf Muslim terdahulu yang telah
menghasilkan pemikiran-pemikiran cemerlang pada masanya, dan kita harus bisa
menghargai dan menempatkan pada tempat yang semestinya hasil-hasil dari
pemikiran mereka, namun kita harus ingat bahwa Filsafat bukanlah hal yang
mutlak, kita wajib mengkaji warisan pemikiran filosop teradahulu dengan kritis
dan mampu memilah dan memilih mana yang islami dan mana yang tidak. Al-
Quran adalah sumber Filsafat Islam yang Universal dan tidak akan pernah kering
sepanjang zaman. Al-Qur’an sebagai tolak ukur untuk bisa menilai baik dan
buruk, benar dan salah serta al-Qur’an tidak akan pernah bertentangan dengan
akal yang salim (sehat), Setiap akal yang sehat, akan bersih dari syubhat, karena
sesunguhnya akal tersebut bersesuaian dengan naql (teks wahyu) yang shohih dan
sharih.
Ar Razi adalah seorang rasionalis sejati yang hanya percaya pada kekuatan
akal dan sama sekali tak percaya pada perlunya wahyu-wahyu dan nabi-nabi
sebagai mediator antara manusia dengan Tuhannya. Kenapa kemudian ajaran Ar
Razi ini dikucilkan karena ajaran beliau dianggap banyak berbenturan dengan
ajaran Islam yang baku, dan cenderung mendukung pandangan kaum naturalis
1
kuno pada jamannya. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
mengkaji mengenai ar-razi dalam judul Sebuah Tinjauan Ar-Razi : Rasio Dan
Agama.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana biografi tokoh ar-razi?
2. Bagaimana isi pokok-pokok ajaran ar-razi?
3. Apa kelemahan dan kelebihan dari ajaran ar-razi?
4. Bagaimana pandangan para tokoh muslim terhadap ajaran ar-razi?
C. MANFAAT PENULISAN
Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengkaji tentang Ar-
Razi dengan corak filsafatnya. Sedangkan secara khusus penulisan makalah ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui dan mengkaji tentang biografi tokoh ar-razi?
2. Mengetahui dan mengkaji tentang isi pokok-pokok ajaran ar-razi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI AR-RAZI
Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ibn Yahya al-Razi atau akrab disapa
dengan nama Al-Razi, di Barat dikenal dengan nama Rhazes yang dilahirkan dan
di besarkan di daerah Rayy (suatu daerah dekat Taheran persia) dan sekaligus
tempat dimana dia meninggal. Ia di lahirkan pada tanggal 1 sya’ban 251 H/865
M, pada zaman kejayaan Abbasiyah dan meninggal dunia pada tanggal 5 Sya’ban
313 H/ 7 Oktober 925 M. waktu mudanya ia adalah seorang tukang intan dan
suka akan music (kecapi). Selain itu ia juga sangat respek untuk mendalami dan
mengeluti berbagai khasanah keilmuan seperti ilmu kimia, ilmu kedokteran dan
dia juga tertarik untuk bergelut dibidang Filsafat Agama, dan dengan latar
belakang pendidikan serta khazanah keilmuan yang dalam dan luas terutama
dalam bidang kedokteran, didaerah kelahirannya Al-razi dikenal sebagai dokter
yang sekaligus dipercayakan untuk memimpin Rumah sakit di Rayy. Ar-razi
memiliki penemuan-penemuan besar dibidang dokter dan kimia, ia menguasai
masalah-masalah kedokteran, dan dia juga diaku bahwa dia tidak hanya
mempelajari kedokteran Arab, Yunani serta ilmu-ilmu muslim lainnya, melainkan
ia menambah pengalamannnya dengan mempelajari kedokteran india.
Adapun metode pengembangan penyampaian pemikirannya adalah bersisitem
pengembangan daya intelektual, ketika ada pertanyaan maka pertanyaaan itu tidak
langsung dijawabnya melainkan dilempar kepada murid-murid yang lain. Al-Razi
termasuk orang yang aktif berkarya dan telah mendalami banyak bidang ilmu,
adapun buku-buku yang pernah ditulisnya mencangkup ilmu kedokteran, Ilmu
Fisika, logika, matematika dan astronomi, komentar-komentar, ringkasan dan
ikhtisar, filsafat dan banyak lainnya.
Philip Hitti adalah seorang ilmuan yang pernah memberikan komentar
kepada al-Razi dalam “History of The Arab”; bahwa al-Razi adalah seorang
dokter yang paling besar dan paling orisinal dari seluruh dokter muslim dan juga
seorang penulis yang produktif. Selain sebagai ahli dalam ilmu kedokteran Al-
Razi memiliki cara berfikir dan pendapat yang berlainan dengan filusuf-filusuf
3
Islam lainnya, dan perbedaaan yang paling ekstrim yang dimiliki Al-Razi adalah
tidak mengakui adanya wahyu dan adanya nabi. Dengan tidak mengakui sumber-
sumber pengetahuan lain seperti wahyu dan adanya nabi maka tidak heran kalau
karya-karyanya lebih banyak mendapat kecaman dari pada dipelajari oleh filusuf-
filusuf islam yang lain.
B. POKOK-POKOK AJARAN AR-RAZI
1. Metafisika
Ajaran Filsafat al Razi dikenal dengan istilah ajaran lima yang kekal , Prof.
Dr. Harun Nasution dalam bukunya “filsafat dan mistikisme dalam islam”
menjelaskan tentang lima ajaran kekal tersebut, antara lain:
a. Allah ( al-Bari ta’ala)
Tuhan pencipta yang maha tinggi dan maha sempurna. Allahlah yang
menciptakan dan mengatur seluruh Alam, Allah menciptakan Alam
bukan dari tiada, tetapi dari sesuatu yang telah ada, karena itu alam
semestinya tidak kekal sekalipun materi pertama kekal sebab
penciptaan disini dalam arti disusun dari bahan yang telah ada. Ada
tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang
mendukung keberadaan tuhan, pertama : Paham yang mengatakan
alam semesta ini ada dari yang tidak ada, ia terjadi dengan sendirinya,
Kedua: Alam semesta ini berasal dari sel yang merupakan inti, Ketiga:
Alam semesta ini ada yang menciptakannya.
b. Roh (An-Nafsul kuliyyah )
Roh atau jiwa adalah merupakan sumber kekal yang kedua, hanya saja
ia tidak seMaha dengan Tuhan, karena ia terbatas dan tentu saja
dengan keterbatasannuya itu membutuhkan Tuhan. Hal itu terlihat
ketika jiwa, tertarik dengan materi pertama yang juga kekal. Untuk
memenuhi hal itu, Tuhan membantu jiwa dengan membentuk alam ini
(termasuk manusia) melalui materi pertama dengan susunan yang kuat,
sehingga jiwa dapat mencari kesenangan didalamnya. sekaligus
melengkapinya dengan akal agar ia tidak memperturutkan hawa nafsu
c. Materi ( Al-Hayulal Ula)
4
Apa yang ditangkap panca indra tentang benda ia adalah substansi
yang kekal, terdiri dari atom-atom. Ia kekal dan nantinya akan menjadi
bahan terbentuknya alam. Didalam prosesnya materi yang paling padat
akan menjadi substansi bumi, yang lebih renggang dari pada unsur
bumi akan menjadi air, yang lebih renggang dari air akan menjadi
udara, dan berikutnya api.
d. Ruang (Al-Makanul Mutlaq)
Menurut al-Razi, ruag adalah tempat keberadaan materi, kalau materi
dikatakan kekal maka dia membutuhkan ruang yang kekal pula. Bagi
al-razi ruang terbagi menjadi dua yakni ruang Universal (Mutlak)
adalah ruang yang tidak terbatas dan tidak tergantung kepada dunia
dan segala yang ada didalamnya. Sedangkan ruang tertentu (relatif)
adalah sebaliknya.
e. Waktu (Az-Zamanul Mutlaq)
Waktu menurut Ar Razi adalah subtansi kekal yang mengalir. Dimana
ia dibagi manjadi dua yaitu waktu relative (terbatas) dan waktu
Universal (mutlak). Waktu relatif (al mahsur/alwaqt), Ini bersifat
partikular dan tidak kekal karena ia bergantung pada gerak falak, terbit
dan tenggelamnya matahari. Sedangkan Waktu Universal (al-dahr),
Inilah zaman yang tidak memiliki awal dan akhir. Ia terlepas sama
sekali dari ikatan alam semesta dan gerakan falak.
Harun Nasution dalam bukunya “Falsafat dan Mistisme” menjelaskan
bahwa menurut al-Razi, dari lima yang kekal itu ada dua yang hidup, dan
aktif atau bergerak yaitu Tuhan dan Jiwa atau Roh, satu darinya tidak
hidup dan pasif yaitu materi, dan dua lagi yang tidak hidup, tidak
bergerak dan tidak pula pasif yakni ruang dan waktu. Filsafat al-Razi
sebenarnya diwarnai oleh doktrinnya tentang lima ajaran tentang
kekekalan tersebut dan kelima hal inilah yang merupakan landasan ajaran
Filsafat yang dibawa oleh al-Razi. Menurut Dr.T.J. De Beor bahwa dasar-
dasar metafisika ar-razi berasal dari doktrin-doktrin tua seumpama
pemikiran-pemikiran Anaxagoras, Empedokles, Mani dan lain-lainnya.
5
Dan puncak dari metafisika itulah Prinsip tentang lima yang Abadi (Five
Coenternal prinsiples).
2. Moral
Terkait dengan filsafat al-Razi tentang moral, dalam bukunya “al Thib al
Ruhani dan al Sirah al Falsafiyyah” al-Razi memiliki pandangan bahwa
moral harus berdasarkan petunjuk rasio. Dengan demikian hawa nafsu
mesti diletakkan dibawah akal dan kendali agama, agar ia tidak melanggar
larangan-larangan Agama. Berkaitan dengan jiwa, Al-Razi mengharuskan
seorang dokter untuk mengetahui dan menguasai kedokteran jiwa, (al-
Thibb al-Ruhani) dan kedokteran tubuh (al-Thibb al-Jasmani) secara
bersamaan karena manusia membutuhkan hal itu secara bersama-sama
pula. Hal ini menunjukkan bahwa antara keduanya memiliki korelasi yang
segnifikan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Al-Razi juga mengutuk akan
cinta sebagai suatu keberlebihan dan ketundukan kepada hawa nafsu, cinta
menjadikan seseorang lupa akan dirinya dan tidak bisa berpikir secara
rasional.
3. Kenabian
Al-Razi menyanggah anggapan bahwa untuk keteraturan kehidupan,
manusia membutuhkan nabi serta wahyu yang diturunkan kepada manusia
sebagai aturan serta pedoman dalam menselaraskan keterbatasan akal.
Akal menurut al-Razi adalah karunia Allah yang terbesar untuk manusia,
dengan akal manusia dapat memperoleh manfaat yang sebanyak-banyaknya
bahkan dapat memperoleh pengetahuan tentang Tuhan, karena itu manusia
tidak boleh menyia-nyiakan akal serta mengekang ruang gerak akal, akan
tetapi memberi kebebasan sepenuhnya dalam segala hal. Dari pandangan
tersebutlah yang menjadikan al-Razi tidak percaya kepada wahyu dan
adanya Nabi seperti yang dijelaskan dalam kitabnya” Naqd al-Adyan au fi
al-Nubuwwah” (Kritik terhadap agama-agama dan nabi). Al-Razi juga
tidak hanya mengkritisi injil dan kitab suci lainnya, bahkan ia juga
mengkritisi al-Qur’an berikut kemu’jizatannya
Al-Razi adalah termasuk seorang Rasionalis murni, ia hanya mempercayai
terahadap kekuatan akal dan menjadikan akal diatas segala-galanya. Al-Razi
6
memiliki pandangan bahwa Ilmu penegetahuan berasal dari tiga sumber yaitu
pemikiran yang didasarkan pada logika, Tradisi dari para pendahulu kepada para
pengganti yang didasarkan pada bukti menyakinkan dan akurat seperti dalam
sejarah dan yang menuntun manusia tampa memerlukan banyak pemikiran. Akal
sudahlah cukup untuk mencerahi dan membimbing manusia pada kebenaran.
Karena itu kenabian adalah sesuatu yang berlebihan. Karena dalam sejarah,
kenabian dan kalam wahyu atau ajaran-ajaran yang dibawanya telah mengobarkan
semangat peperangan diantara para pemeluk kitab suci yang bersifat keagamaan
7
BAB III
KESIMPULAN
Al-Razi mengakui akan adanya Tuhan namun tidak mengakui adanya
wahyu serta nabi yang diutusnya, dan sebaliknya dia mempercayai kemajuan dan
pemikiran manusia dan menjadikan akal sebagai tolak ukuran untuk menilai baik
dan buruk, benar dan jahat, atau berguna dan tidak berguna. A. Mustofa dalam
bukunya “filsafat Islam” menjelaskan bahwa Sehubungan dengan adannya
penolakan terhadap wahyu dan kenabian serta tidak mengakui adanya semua
agama, maka dia dipandang dari segi teologi Islam adalah belum muslim karena
keimanan yang dipeluknya tidak konsekuen. Dan tidak juga dikatakan seoran
atheis karena ia masih tetap menyakini akan adanya Tuhan yang maha kuasa dan
pencipta dan ia lebih tepat disebut seorang “ Rasionalis murni”. Dalam banyak
kitab, kita temukan bahwa al-Razi termasuk diantara pemikir-pemikir islam dan
dokter-dokter orang islam yang tiada tanding. Dalam bidang filsafat dia dikenal
sangat kritis terhadap pandangan-pandangan dan tradisi orang lain
dilingkungannya, dengan kritisnya dalam pandangan filsafat dia digolongkan
sebagai muslim yang memproduksi filsafat Islam. Dalam karya yang lain yang
berjudul “baar al-sa’ah dan sirr al-asrar”, al-Razi menulis sebuah ungkapan “
Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada ciptaannya yang terbaik, nabi
Muhammad dan keluarganya”, dan masih ada lagi catatan-catatan yang lain, yang
mana dari catatan ini menunjukkan bahwa al-Razi benar-benar seorang Filusuf
Muslim.
8
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, HasyimSyah.(1999), Filsafat Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama
Mustofa, H.A. (2006), Filsafat Islam, Bandung : Pustaka Setia
9