buku corak tasawuf (oke)

Download Buku Corak Tasawuf (oke)

If you can't read please download the document

Upload: harapandi

Post on 29-Jun-2015

1.195 views

Category:

Documents


117 download

TRANSCRIPT

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Muqaddimah

Aceh sebagai salah satu daerah di Nusantarayang memiliki banyak naskah tulisan tangan adalah contoh yang baik dalam melihat kasus pemeliharaan naskah oleh masyarakat. Berdasarkan observasi, naskah-naskah Aceh yang dimiliki oleh masyarakat disimpan dan dipelihara dengan menempatkannya di lemari-lemari dan peti-peti sehingga kondisi fisik naskah sangat dikhawatirkan keawetannya.

Naskah-naskah Aceh memiliki banyak ragam, termasuk di dalamnya ragam yang bernuansa keagamaan, baik yang menyangkut ajaran Islam sendiri maupun tentang kehidupan yang bernafaskan keIslaman. Misalnya, naskah-naskah dalam katalog naskah Aceh yang dikompilasikan oleh Voorhoeve dan Teuku Iskandar pada tahun 1994. Satu hal yang perlu dicatat bahwa unsur tasawuf, termasuk di dalamnya tarekat turut mewarnai, jika tidak mendominasi, penulisan naskah keagamaan di wilayah ini. Naskahnaskah tasawuf Aceh menjadi terkenal terutama dengan hadirnya karya-karya besar tokoh-tokoh terbesar di antara karyanya) Hujjah al-Balighah Syamsuddin As-Sumatrni, (berisi tentang tasawuf, Hamzah Fansri, ala Jamaah al-Mukhasamah Nruddin Ar-Rniri, dan Abdurrauf al-Fansri. Selain nama-nama besar yang sudah sangat terkenal tersebut, masih banyak nama-nama lain yang jugatidak kalah produktipnya, sebut saja Syeikh Faqih Jalaluddin yang memiliki buah karya dalam bidang tasawuf juga dalam bidang-bidang lain seperti fiqh, tauhid, sejarah, dan lain-lain. Di antara karya-karya yang telah dihasilkan oleh Faqih Jalaluddin ialah dari yang telah disebutkan oleh Wan Mohd Shaghir Abdullah ada sebanyak lima karya, yaitu karya dalam bidang Fiqh sebanyak tiga buah dan

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

karya dalam bidang Tasawuf sebanyak dua buah. Adapun naskah Syamsu al-Marifat tidak disebutkan di dilamnya. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan sebagai salah satu kontribusi bagi dunia akademik dan melengakapi berbagai koleksi terhadap karya-karya ulama Aceh. Disamping itu juga mengekspos tokoh lokal yang sejatinya sudah harus menjadi tokoh nasional karena aktivitasnya baik di bidang pendidikan maupun dunia tulis-menulis, hal tersebut dapat dibuktikan dengan beragam karya yang telah dihasilkannya. Adapun karya-karya Faqih Jalaluddin yang dapat diketahui dari tulisan Wan Mohd. Shaghir Abdullah sebagai berikut; Hidayah al-Awam1 (berisi tentang Fiqh, mengenai perintah agama), merupakan karya pertama yang di karang oleh Faqih Jalaluddin, Safinat al-Hukam fi Talkhis al-Khisham2 (berisi tentang Fiqh, 1 Naskah dimaksudkan sebagai petunjuk bagi orang-orang awam dalam berbagai persoalan keagamaan. Kitab ini sangat ringkas berbicara tentang fiqh. Pada mukadimahnya, Syeikh Faqih Jalaluddin menulis bahwa,pada hijrah Nabi seribu seratus empat puluh, pada lima hari bulan Muharam (5 Muharam 1140 H/23 Ogos 1727 M, pen:) zaman Paduka Seri Sultan, yang besar kerajaannya, lagi yang maha tinggi darjatnya, iaitu Sultan Alauddin Ahmad Syah Johan berdaulat Zhillullah fi al-Alam, adamullahu daulatahu, Amin, maka tatkala itu meminta kepada faqir yang hina Khadim al-Ulama (yang berkhidmat pada ulama), Haji Jalaluddin oleh seorang sahabat raja itu, yang takut akan Allah Taala, bahawaku suratkan baginya suatu risalah yang simpan (maksudnya: risalah yang ringkas, pen:). Maka aku namai akan dia Hidayah al-Awam lihat http://www.2lisan.com/biografi/tokoh-islam/biografi-syeikhjalaluddin-al-asyi. 2 Naskah dimasudkan dapat memberikan gambaran tetang bagaimana huku-hukum keislaman terangkum dalam bidang fiqh dan berorientasi pada Mazhab Syafiie, di dalamnya berbicara tentang berbagai istilah, peringatan untuk golongan hakim yang zalim dan beberapa kaedah, semua gambaran tersebut dapat ditemukan pada

kemungkinan merupakan karyanya yang terbesar di antara karyanya), Hujjah al-Balighah ala Jamaah alMukhasamah3 (berisi tentang Fiqh), Manzhar al-Ajla ila Martabah al-Ala4 (berisi tentang Tasawuf), Asrar asSuluk ila Malail Muluk5 (berisi tentang Tasawuf), dan syamsu al- Marifat ila hadharatihi syarifati6 (berisi tentang Tasawuf). Kitab yang disebut terakhir inlahmukadimah. Kitab ini mulai ditulis pada bulan Muharam, hari Jumaat 1153 H/1740 M. Seperti halnya kitab Hidayatul Awam juga dikarang atas perintah Sultan Alauddin Johan Syah. Kitab ini merupakan karya terbesar beliau dalam bidang fiqh. 3Naskah , kitab ini termasuk dalam kategori ilmu. Pada mukadimah kitab ini Syeikh Faqih Jalaluddin menulis: Ada pun kemudian dari itu, maka tatkala Hijrah Nabi s.a.w seratus lima puluh delapan tahun, kemudian daripada seribu pada empat hari bulan Muharam, waktu Dhuha, hari Sabtu (4 Muharam 1158 H/1745 M) zaman Saiyidina wa Maulana Paduka Seri Sultanah Alauddin Jauhar Syah, Syah Berdaulat Zhillullah fi al-Alam, telah meminta kepadaku setengah daripada kekasihku, salah seorang daripada pengawal sultan yang tersebut itu, bahawa ku suratkan baginya risalah yang simpan pada menyatakan dakwa, dan baiyinah, dan barang yang bergantung dengan keduanya. Ku perkenankan pintanya, dan ku suratkan baginya risalah ini dan dipenghujung kitab ini beliau mencatat, Tamat al-kitab Hujjah al-Balighah ala Jamaah alMukhasamah karangan faqir yang hina Faqih Jalaluddin ibnu asySyeikh Kamaluddin ibnu al-Qadhi Baginda Khathib at-Tarun Pasir pada 27 Rabiul akhir, waktu Dhuha pada zaman Alauddin Jauhar Syah, pada hijrah seribu seratus lima puluh delapan tahun (27 Rabiul akhir 1158 H/1745 M). Dalam kitab ini syeikh Faqih Jalaluddin al-Asyi menjelaskan makna yang terkandung dalam hadits Nabi s.a.w. yang maksudnya bahwa qdi itu tiga perkara, dua golongan menjadi isi neraka dan satu golongan menjadi isi surga. Beliau berkata: Maka dua golongan yang akan menjadi isi neraka itu yaitu; Pertama qdi yang jahil, tiada baginya ilmu, jikalau mufakat hukumnya itu dengan kebenaran sekali pun tiada jua sah hukumnya itu dengan sebab meninggalkan daripada belajarnya dalam persoalan ini beliau kemukakan dua hadits Nabi s.a.w. yang menjadi dalilnya. Pertama; Barangsiapa tiada guru baginya maka syaitanlah gurunya. Sabda Nabi itu beliau tafsirkan, barangsiapa ada gurunya itu syaitan, maka tiada lagi syak akan dia isi neraka. Qdi jenis kedua, ialah: qdi yang alim, namun tiada menghukum seperti yang dalam ilmunya, sementara qdi golongan yang ketiga ialah: qdi yang alim, yang ia menghukum seperti hukum yang dalam ilmunya. Sebagai kata akhir beliau adalah memberikan peringatan, Ingat-ingat kiranya yang memberi fatwa, maka adalah bahaya

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

yang menjadi obyek dari kajian dalam penelitiaan ini. Dalam mengungkapkan melakukan jatidiri penelitian naskah ini ada

permasalahan pokok yang diajukan pertama; akan penulis sekaligus melihat bagaimana konsep pemikiran tasawuf penulis Naskah, dan kedua;bagaimana corak tasawuf yang terdapat dalam naskah tersebut. Berangkat dari dua persoalan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk untuk menghadirkan mengetahui corak diharapkan akademis dari biografi tokoh penulsi naskah dan mengetahui isi naskah tasawuf tersebut, serta Sedangkan penelitian ini manfaat yang tasawuf yang terdapat dalam naskah. adalah manfaat berupa

pengembangan khazanah ilmu-ilmu keagamaan Islam khususnya bidang tasawuf dan manfaat praktis bagiyang besar pada memberi fatwa itu belum lagi tahqiq sesuatu masalah daripada hadis, dan dalil, atau daripada kitab segala ulama. Maka janganlah difatwakan sekali-kali akan dia. 4 Naskah ini merupakan naskah tasawuf yang juga diperintahkan oleh seorang raja ketika itu untuk menulis kitab ini, disebutkan bahwa kitab ini selesai ditulis 1152 H/1739 M. Naskah ini pernah disalin oleh Tuan Guru Haji Mahmud bin Muhammad Yusuf Terengganu, selesai penyalinan pada tahun 1273 H/1856 M. 5 Naskah Karya beliau dalam bidang tasawuf juga. Dalam naskah tidak tersebut nama pengarang tetapi dapat dipastikan sebagai karya Faqih Jalaluddin al-Asyi berdasarkan silsilah yang tersebut dalam kalimat, telah mengambil zikir, dan talkin, dan khirqah, dan khalifah, fakir yang mengarang risalah ini daripada syeikhnya yang ahli az-zauq, lagi Arif Billah, iaitu Syeikh Daud ibnu Ismail qaddasallahu sirrahu, dan ia mengambil dari (Syeikh) Abdur Rauf , yang disebut murid Baba Daud adalah Syekh Fakih Jalaluddin alAsyi. 6 Naskah kitab ini termasuk dalam kitab yang berbicara tentang tasawuf dan berbagai persoalan aplikasinya, kitab ini tergabung dalam sebuah bandel naskah dengan Tibyan Fil Marifat Al Adyan (11A), Sulam Mustafidin (11E), Sulam Mustafidin (11C), dan tentang kejadian Manusia (11E).

pengambil Agama

kebijakan

dalam

hal

ini

Kementerian kualitas

dalam

rangka

meningkatkan

pemahaman dan pengamalan ajaran agama. Studi ini mengacu pada satu naskah (Codex Unicus) tulisan tangan Syamsul Marifati Ila Hadratihi al-Syarifa dengan karya tasawuf, Syiekh maka Faqih Jalaluddin yang terkait akan metode

dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode Filologi dengan focus; Deskripsi teks,Transliterasi & Suntingan Naskah, dan terakhir melakukan kajian dan analisis terhadap teks naskah tersebut. Ketiga hal itu digunakan dalam penelitian ini

dengan tujuan agar para pembaca dapat mengetahui gambaran teks secara umum dan juga diharapkan para pembaca dapat membaca walau bukan teks aselinyateks sebagaimana aselinya, sementara kajian dan analisis teks bertujuan untuk memudahkan para pembaca memperoleh informasi terkait dengan isi dan kandungan teks. Selain metode digunakan pendekatan sufistik dalam Filologis rangka sebagai metode dasar dari penelitian ini, juga akan membahas naskah dari sudut konteksnya.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Sejarah Aceh;asal muasal Aceh

SELAYANG PANDANG NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Asaldan

muasal Aceh terselubung kabut kerahasiaan, hampir semua sejarawan Asia Tenggara

menyatakan bahwa sulit mendapatkan sumber yang

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

akurat mengenai asal nama Aceh7. Walau demikian Denys Lombard mengungkapkan beberapa fakta mitos yang dijadikan sumber asal muasal Aceh seperti ditulis dalam bukunya Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Snouk Hurgronje berkata; telah mendengar cerita bahwa seseorang bernama Tengku Kutakarang, ulama dan hulubalang yang meninggal pada bulan November 1895 dan menganggap orang Aceh lahir dari percampuran orang Arab, Parsi, dan Turki8 Tercatat sebagai suatu di dalam negeri sejarah di Kedah, Pulau Marong Perca

Mahawangsa (+1220 M/517 H) Aceh sudah tersebut Pesisir (Sumatera). Orang Portugis Barbarosa (1516 M/922 H) adalah orang Eropa yang datang ke daerah ini menyebut Achem sementara dalam buku-buku sejarah Tionghoa (1618 M) terkait dengan Aceh mengatakan A tse dalam bentuk yang lebih tua adalah Taji atau Tashi, bagi mereka berarti negeri Silam ataupun sebutan kepada negeri Pasai Pa menjadi Ta9. J. Kreemer dalam bukunya Atjeh (Leiden 1922) mengatakan bahwa sejarah Aceh sebelum tahun 1500 sebagian besar masih dalam kegelapan. Dalam berita7 Lihat dalam M. Hasbi Amiruddin, 2006. Aceh dan Serambi Makkah, Banda Aceh: Yayasan Pena, hal. 5-6 8 Denys Lombard , 1967, Le Sultanat d Atjeh au temps dIskandar Muda (1607-1636), (terj) oleh Winarsih Arifin, 2008. Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Jakarta:KPG. Hal. 62 9 Din Shamsuddin, Hubungan Aceh dengan Semenanjung khususnya di Utara (Prasaran pada dialog Utara VI Malaysia bagian Utara dan Sumatera bagian Utara 23- 29 Desember 1995 di Langsa. Lhoksemawe, Sigli, Banda Aceh, hal.1 dan lihat pula dalam M. Hasbi, hal. 6

yang berasal dari orang-orang Cina, orang Arab, dan orang-orang Eropa sebelum tahun tersebut yang berhasil berkunjung ke Sumatera, nama Aceh sebagai Pulau Emas hanya sedikit mendengarnya disebut. Pendapat lain dari Kreemer bahwa Kerajaan Aceh telah erdiri sebelum tahun 1500, kerajaan tersebut meliputi seluruh wilayah Aceh dan nama itu juga dipakai sebagai nama pelabuhan yang akhirnya terkenal dengan nama Kuta Radja. Walaupun demikian asal mula nama Aceh masih tetap msiterius, tidak ada yang tahu dari mana sumbernya, namun menurut Tengku Syech Muhammad Noerdin10, pada akhir hayatnya beliau meninggalkan beberapa buah karangan dan pada salinan kepada penerbitan pemerintah menyatakan bahwa nama Aceh itu berasal dari Ba (baca Bak yang berarti pohon) si aceh-aceh. Pohon itu dilukiskan semacam pohon beringin yang besar dan rindang11.

10 Beliau ini yang pada masa hidupnya banyak membantu Prof. Snouck Hurgronye dan Prof. Husein, baik dalam mencari bahan-bahan atau dalam menyalin Hikayat-hikayat Aceh dari huruf Latin, disamping juga banyak mengumpulkan bahan-bahan tentang kehidupan, peradaban dan adat istiadat Aceh dan juga sempat diperbantukan pada Balai Pustaka. 11Abu Bakar Atjeh 1980, tentang nama Aceh dalam Ismail Sunni (Ed) Bunga rampai tentang Aceh, Jakarta:Bhatara Karya Aksara) hal.19.

istem keberagamaan masyarakat AcehCorak tasawuf

faqih Jalaluddin

Masyarakatmasyarakat

Aceh hingga saat ini masih tetap

berpenduduk 100% muslim sehingga kebanyakan Aceh mengklaim bahwa Aceh sama dengan Islam seperti halnya Makkah adalah Islam. Tentu yang dimaksudkan adalah masyarakat Aceh seperti halnya juga masyarakat muslim di kota Makkah. Klaim tersebut sangat beralasan karena Islam masuk menurut sebagian sejarawanmelalui Aceh oleh karena Pada itulah masyarakat berikut Aceh seluruhnya untuk muslim. bagia sangat penting mendudukan persoalan tersebut, bagaimana Islam masuk ke Aceh sehingga masyarakatnya menjadikan Islam sebagai way of life nya. Dalam teori sejarah masuknya Islam ke Nusantara, Islam masuk dan datang melalui para saudagar Arab yang datang dan pergi terutama melalui pelabuhan di pesisir Aceh. Saudagar-saudagar dari tanah Arab (Suriah dan Makkah) datang bukan hanya berdagang, sambil berdagang mereka juga menyebarkan dakwah Islamiyah diamana saja mereka menetap. Proses dakwah ini mereka lakukan untuk

mengamalkan

ajaran

rasul

Allah

Saw

yang

menekankan bahwa dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim kapan dan dimanapun mereka berada. Sampaikanlah oleh kamu sekalian apa-apa yang telah kamu terima dariku walaupun satu ayat (Ballig Ann Walau yat). Pandangan lain menyatakan bahwa Islam masuk ke tanah Aceh pada abad ke 13 melalui India, namun Prof. Dr. Uka Tjandra Sasmita mengatakan bahwa teori tersebut lemah. Kelemahan kelompok ahli ini jelas bahwa mereka tidak menyadari adanya jalur pelayaran yang sudah ramai dan bersifat internasional jauh sebelum abad ke 13 M melalui selat Malaka dan mungkin pula pesisir Barat Sumatera. Keramaian pelayaran melalui perairan tersebut di atas dapat dibuktikan berdasarkan berita-berita baik dari orang Muslim sendiri maupun dari orang Cina. Berita Cina berasal dari abad ke-7 dan berita Jepang berasal dari abad ke-8 serta berita Chaujukua yang berasal dari abad ke-1212. Sir John Crowford mengatakan bahwa Islam di Aceh dibawa dari Arab, pandangan ini didasarkan pada anutan mazhab Syafii yang lahir di semenanjung Tanah Arab, oleh masyarakat Melayu termasuk Aceh13.12 Lihat Mahayuddin Hj Yahaya dan A.J. Halimi, tt. Sejarah Islam, (Kuala Lumpur:Fajar Bakti Sdn. Bhd) hal.559 13 Lihat Tuanku Abdul jalil Kerajaan Islam Perlak Poros Aceh- Demak-Ternate dan Siapa Laksamana Malahayati dalam A. Hasjmy, 1993.Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung:Al-Maarif. halaman. 269-270

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Meskipun demikian Crowford tidak menampik bahwa interaksi muslimin penduduk yang Nusantara dari dengan Timur kaum India berasal pantai

merupakan faktor penting dalam penyebaran Islam Nusantara14. Terdapat tiga tokoh ilmuan meyakini bahwa Islam yang datang ke tanah Aceh adalah Islam yang berasal dari tanah Arab dibawa oleh orang-orang Arab, ketiga ilmuan tersebut adalah T.W. Arnold, Syed Naguib al-Attas, dan juga Buya Hamka15. Terlepas dari beragam teori yang dikembangkan dalam melihat masuknya Islam ke Nusantara termasuk Aceh, namun perlu juga dilihat dari dimensi lain seperti dimensi ajaran teologi yang dikembangkan para penyebar Islam tersebut. Dakwah yang dikembangkan oleh para Gujarat adalah dakwah doktrin terhadap pertahanan aqidah Islamiyah dari kelompok kafir yang ingin merusak dan memurtadkan mereka kepada ajaran-ajaran nenek moyang, dakwahdakwah seperti ini mereka lakukan agar dapat mempertahankan eksistensi mereka di wilayah Aceh. Doktrin dakwah inilah yang menyebabkan rakyat Aceh selalu istiqmah kaum dalam kafir mempertahankan seperti Portugis, serangan-serangan janjinya memberi

Belanda dan juga Jepang disaat Jepang tidak menepati kebebasan dalam menjalankan

14 Azyumardi Azra, 2005. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII & XVIII. Jakarta:Prenada Media. Halaman. 8-9 15 Uka Thandra Sasmita, Proses Kedatangan Islam dan Munculnya Kerajaan-kerajaan Islam di Aceh dalam A. Hasjmy (peny.) Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung:Al-Maarif, 1993) hal.358

agamanya. Doktrin Aceh sama dengan Islam berarti memerangi orang Aceh dapat berarti memerangi Islam itu sendiri, oleh karena itu mempertahankan Aceh berarti juga mempertahankan Islam, maka perang yang mereka lancarkan melawan kaum kafir berarti perang sabil, perang suci dan mati adalah mati syahid16.

16 M. Hasbi Amiruddin, 2006. Aceh dan Serambi Makkah, Banda Aceh:Yayasan Pena Banda Aceh, hal.25-26

t Istiadat dalam Masyarakat AcehCorak tasawuf

faqih Jalaluddin

Dan

hendaklah ada sekelompok di antara kamu

yang mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung17 Kata 'urf dan ma'ruf pada ayat itu mengacu kepada kebiasaan dan adat istiadat yang tidak bertentangan dengan al-khair, yakni prinsip-prinsip ajaran Islam. Pakar-pakar hukum menetapkan bahwa adat kebiasaan dalam tidak bertentangan suatu masyarakat selama dengan prinsip ajaran Islam, pertimbangan sekian pula

dapat dijadikan sebagai salah satu hukum (al-dat yang mereka tetapkan setelah Dalam bahasa Arab,

muhakkimah). Demikian ketentuan menghimpun al-adat sering

banyak rincian argumentasi keagamaan. dipadankan dengan al-urf. Dari kata terakhir itulah, kata al-maruf yang sering disebut dalam Al-Quran diderivasikan. Oleh karena itu, makna asli al-maruf ialah segala sesuatu yang sesuai ini dengan adat hasil (kepantasan). Kepantasan merupakan

penilaian hati nurani18.17 Lihat QS Ali 'Imran [3]:104. 18 Dalam masalah hati Rasulullah SAW bersabda Al Wa Inna fi al-Jasadi Mudghatan Idz Shaluhat Shaluha al-Jasadu Kulluh Wa Idza Fasadat Fasada al-Jasadu Kulluhu Ill Wahiya alQalbu Muttafaqun lih. (Ketahuilah bahwa sesunggunya dalam jasad seseorang terdapat seonggok daging, jika daging tersebut baik maka baiklah seluruh anggota tubuh tersebut, namun jika sebaliknya daging tersebut rusak maka akan rusaklah seluruh anggota tubuh itu). Periksa dalam Abi Hamid Al-Ghazali,dkk.tt.

Dalam

perkembangannya,

al-urf

kemudian

secara general digunakan dengan makna tradisi, yang tentu saja meliputi tradisi baik (al-urf al-shahih) dan tradisi buruk (al-urf al-fasid). Dalam konteks ini, tentu saja al-maruf bermakna segala sesuatu yang sesuai dengan tradisi yang baik. Arti baik disini adalah sesuai dengan tuntunan wahyu19. Amr bi al-maruf berarti memerintahkan sesuai dengan sesama manusia yang untuk pantas bertindak nilai-nilai

menurut suatu masyarakat, yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai wahyu. Karakter hukum Islam yang akomodatif terhadap adat (tradisi) amat bersesuaian dengan fungsi Islam sebagai Wajah agama Islam universal pada (untuk seluruh dunia). dunia berbagai masyarakat

tidaklah harus sama (monolitik). Namun, keberagaman tersebut tetaplah dilingkupi oleh wihdat al-manhaj (kesatuan manhaj) yaitu al-manhaj al-Nabawiy alMuhammadiy. Bagi masyarakat Aceh hukum dan adat secara prinsip berbeda, namun dalam tataran aplikasi kedua elemen etika sosial kemasyarakatan tadi saling terkait satu sama lain. Hal tersebut terlihat dalam sebuah Hadih Maja mengatakan Hukum ngon Adat Lagee Zat ngon sifeut (hukum bersama adat semisal senyawa zat dengan sifat tertentu). Jadi jika disebut hukumTazkiyatun Nufus Wa Tarbiyatuha Kam Yuqarriruh Ulama alSalaf. Beirut: Drul Qalam. h. 27. 19 Kata baik dapat diartikan sebagai semua tuntunan yang berdasar pada al-quran maupun al-sunnah dan juga yang tidak bertentangan dengan hati sanubari manusia secara umum. Wahyu yang dimaksud bukan hanya sebatas ayat-ayat al-Quran namun juga termasuk hadits Nabi SAW.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

maka berorientasi pada hukum Syara yang ditetapkan Allah dan rasulNya berupa tata aturan yang bersumber al-quran dan al-Sunnah, tapi jika disebut adat maka bermakna tata aturan yang bersumber dari hasil olah pikir manusia. Ungkapan dalam Hadih Maja lain yang sangat popular di tengah-tengah masyarakat Aceh adalah Adat Bak Po Teumeureuhom Hukom Bak Syiah Kuala, Qanun Bak Patroe Phang Reusam Bak Laksamana (Pihak yang mengatur tata adat dan pemerintahan ada pada Sultan, pihak yang mengatur Syariat Islam (hukum) ada pada Ulama. Kemudian yang mengatur peraturan pelaksanaannya ada pada Putri Pahang sebagai Wazir Sultan di bidang legislative dan yang mengatur tentang Reusam/Upacara kebiasaan Adat dan perniagaan ada pada Laksamana sebagai Wazir Sultan di bidang Reusam)20.

Perkembangan pendidikan di AcehSeperti diketahui bahwa jaya dan majunya sebuah masyarakat sangat ditentukan oleh seberapa maju dunia pendidikannya. Aceh sebagai salah satu daerah yang terkenal dengan panatisme Kualitas masyarakatnya terhadap nilai-nilai keberagamaan,

juga, termasuk dari sisi pendidikannya.

pendidikannya dapat dilihat dari seberapa banyak produk ulama dan ilmuan yang dihasilkan, sebut saja20 Lebih jauh tentang masalah ini periksa, M. Hasbi Amiruddin, 2006. Aceh dan Serambi Makkah, Banda Aceh:Yayasan Pena Banda Aceh, hal.34-35

misalnya Hamzah Fansuri, Abdurrauf Singkel, Nuruddin al-Raniri, Syaikh Muhammad bin Ahmad Chatib Langien, Syaikh Faqih Jalaluddin, Syaikh Muhammad Zain al-Asyi dan masih banyak lagi yang lain. Ulama-ulama banyak Dayah tersebut (Pesantren) juga, tidak tidak sebagai jarang hanya media mereka mentransformasi pengetahuan melainkan mendirikan pembelajaran, dalam mereka

meninggalkan buah karya yang maha dahsyat nilainya pemberdayaan beragam pengetahuan. pengetahuan Karya-karya mulai dari

aklhak/tasawuf, fiqh, al-quran, ilmu-ilmu alat (nahw dan Sharf), tafsir, tajwid, tauhid, sejarah dan lain sebagainya. Pendidikan Dayah pada saat itu dimulai dari pendidikan paling rendah, tingkat menengah sampai tingkat tinggi. Pembelajaran yang ada di rumah-rumah ataupun di meunasah biasanyapendidikan pada tingkat rendah, namun jika para ulama di undang untuk memberikan materi di rumah-rumah (privat) ada juga yang pada tingkat menengah dan tinggi, seperti mengajar terkemuka21. System pendidikan yang terbagi menjadi tiga tingkatan tersebut dapat dilihat dari system pembelajaran yang berlaku. Untuk pendidikan rendah dan menengah biasanya diajar oleh para santri yang telah mendapatkan legitimasi dari guru dan telah21 M. Hasbi Amiruddin, 2006. Aceh dan Serambi Makkah, Banda Aceh:Yayasan Pena Banda Aceh, hal.28-29

putra-putri

uleebalang

dan

orang

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

memiliki ilmu pengetahuan tingkat tinggi. Santri-santri yang mengajar tersebut dikenal dengan sebutan teungku rangkang, sedangkan untuk teungku-teungku rangkang tadi diajarkan oleh teingku Chik (Teungku Besar) yang dikenal dengan sebutan teungku dibalee. Eksistensi dayah-dayah sampai saat ini masih tetap berjalan karena dayah-dayah tersebut mengikuti pola perkembangan zaman baik perkembangan politik maupun sosial budaya yang ada. Masa kemajuan dayah yang cukup pesat adalah pada masa kesultanan Aceh, hal ini dapat dibuktikan dengan terus bertambahnya jumlah dayah yang ada, juga, dengan bertambah banyaknya para Ulama yang eksis, selain ulama-ulama local juga banyak terdapat ulama-ulama yang di datangkan dari luar negeri. Disamping mengajar di berbagai dayah yang ada ulama-ulama, tamu tersebut juga didatangkan untuk kebutuhan kesultanan bidang hukum agama terutama ulama dari Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah. Indikator lain terhadap pertumbuhan dan perkembangan dayah pada dayah-dayah adalah banyaknya kitab-kitab baik yang dijadikan

tulisan tangan (manuscript) yang beredar dan tersebar tersebut referensi bagi pembelajaran Internasional maupun nasional dan juga lokal. Di antara ulama-ulama yang sangat popular dan mampu membuat referensi bagi dunia akademik di tingkat internasional adalah Hamzah al-Fansuri, Syamsuddin al-Sumaterani,

Nuruddin al-Raniri dan Abdurrauf al-Singkili. Sebut saja kitab tafsir lengkap 30 Juz dalam bahasa Melayu yang

saat ini sudah berbahasa Indonesia yang pertama merupakan karya monumental Abdurrauf al-Singkili. Seiring dengan terjadinya perang Belanda di Aceh, eksistensi dayah mulai surut karena banyak dayah yang terbakar dan rusak, para ulama banyak yang meningggal, dan kitab-kitab, baik yang ditulis oleh ulama asal aceh ataupun ulama asal Timur Tengah dalam berbagai disiplin ilmu tak urung menjadi sasaran kaum penjajah. Selain kehilangan banyak dayah sangat politik dan ketat, dan juga dengan kitab, eksistensi melarang yang dayahpun yang diminimalisir dilakukannya kontrol

mereka

mengajarkan dapat

beberapa materi pembelajaran terkait dengan isu materi-materi dianggap memajukan kebudayaan bangsa. Setelah banyak tekanan dari pihak Belanda dalam berbagai versinya termasuk di dalamnya mendirikan sekolah-sekolah modern versi Belanda, maka eksistensi dayah semakin menurun dan lambat laun munculnya lembaga-lembaga formal yang mengajarkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan dunia kerja, akhirnya masyarakat Aceh mulai tertarik dengan system pendidikan tersebut. Akhirnya pada tahun 1928 ulama dayah berusaha mendirikan lembaga-lembaga model lain yaitu dengan pola dan system kombinasi antara pelajaran umum dan juga pelajaran agama. Ulamaulama Aceh tidak menginginkan pelajaran agama jauh dari masyarakat, oleh karena itulah sekolah apapun yang di didirikan harus dimasukkan pelajaran agama.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Walaupun demikian masih banyak sampai saat ini dayah-dayah yang tetap mempertahankan system masa lalu, tidak menerima system pembelajaran madrasah seperti dayah Ulee Titi22 dan juga dayah yang menginduk kepada dayah tersebut.

Ulama-ulama

23

Aceh

22Pondok pesantren yang berdiri semenjak sepertiga abad silam, sekarang beralamat di Desa Siron sebuah desa yang terletak di pinggiran jalan raya menuju Blang Bintang. Desa Siron termasuk dalam wilayah Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Dalam usia yang ke-78, Pondok Pesantren Ulee Titi bisa dikatagorikan salah satu pesantren tertua di tanah Aceh yang penuh dengan balutan sejarah. Lembaga yang dirintis oleh Tengku (Tgk) H.Ishaq al-Amiry2 seorang tokoh ulama karismatik yang memiliki keuletan dan ketabahan yang tak tertandingi sehingga mampu menentang ancaman dan rintangan yang menghadangnya baik dari dalam maupun dari luar pondok. Keuletan (al-mujahadah), ketabahan (alshabr) dan konsisten (alistiqamah) menjadi ciri khas yang patut kita teladani. 23 Secara bahasa, ulama berasal dari kata kerja dasar alima (telah mengetahui); berubah menjadi kata benda pelaku alimun (orang yang mengetahui mufrad/singular) dan ulama (jamak taksir/irregular plural). Berdasarkan istilah, pengertian ulama dapat dirujuk pada al-Quran dan hadis. Yang sangat masyhur dalam hal ini adalah : innama yakhsya Allahu min ibadihi al ulama artinya : sesungguhnya yang paling taqwa kepada Allah diantara hambaNya adalah ulama (Fathir 28). Al ulama-u waratsatu al anbiya artinya : ulama adalah pewaris para nabi hadits. Secara hakikat, taqwa tidak mudah dipakai untuk kategorisasi, sebab yang mengetahui tingkat ketaqwaan seseorang hanyalah Allah. Penyebutan taqwa di sini hanya untuk memberi batasan bahwa ulama haruslah beriman kepada Allah dan secara dhahir menunjukkan tanda-tanda ketaqwaan. Jadi Islamolog yang tidak beriman kepada Allah tidak masuk dalam kategori ulama. Untuk batasan kedua, ulama adalah mereka yang mewarisi nabi. Al Maghfurllah Kiyai Ahmad Siddiq, Situbondo, menyatakan bahwa yang diwarisi ulama dari nabi adalah ilmu dan amaliyahnya yang tertera dalam al-Quran dan hadis. Dengan batasan ini, ahli-ahli ilmu lain yang tidak berhubungan dengan al-Quran dan hadis tidak masuk dalam kategori ulama. Kyai Ahmad mengistilahkan kelompok ahli itu sebagai zuama. Kata al-ulama dan al-alimun sekalipun berasal dari akar kata yang sama tapi keduanya memiliki perbedaan makna yang sangat signifikan. Perbedaan makna ini dapat ditengarai dalam Al-Quran ketika kata al-ulama disebutkan hanya 2 (dua) kali dan kata al-alimun sebanyak 5 (lima) kali, dan

Secara

bahasa, kata ulama adalah bentuk

jamak dari kata aalim. Aalim adalah isim fail dari kata dasar:ilmu. Jadi aalim adalah orang yang berilmu. Dan ulama adalah orang-orang yang punya ilmu. AlQuran memberikan gambaran tentang ketinggian derajat para ulama, Allah meninggikan derajat orangorang yang beriman dan orang-orang yang diberikan ilmu (ulama) beberapa derajat. (QS. Al-Mujadalah: 11) Ayat tersebut menjelaskan keutamaan para ahli ilmu dan orang-orang yang senantiasa menuntut ilmu agama. Di samping karena keimanan yang dimilikinya, mereka juga diangkat derajat dan kedudukannya oleh Allah karena bertambah ilmu agama yang dapat mendekatkannya ke haribaan Ilahi Rabbi. Imam Ath-Thabari menjelaskan bahwa Allah SWT mengangkat ketaatannya diperintahkan kaum untuk mukminin dari kalian Apapun mereka karena yang harus terhadap Rabb.

dilapangkan

melapangkannya ataukah melaukan kebajikan jika diperintahkan melakukannya. Dengan keutamaan ilmu yang dimilikinya Allah mengangkat derajat orangorang yang berilmu dari ahlul iman di atas kaum mukminin yang tidak diberikan ilmu, jika mereka mengamalkan apa yang mereka ketahui. Lanjutnya beliau seraya mengutip ungkapan Imam Qatadah rahimahullah berkata:Sesungguhnya dengan ilmu seseorang dapat memiliki keutamaan. Sesungguhnya ilmu memiliki hak atas pemilik dan hakkata al-alim sebanyak 13 (tiga belas) kali. Periksa, Shihab dalam Membumikan al-Quran, Jakarta; Lentera Hati.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

ilmu terhadap kamu wahai seorang alim adalah keutamaan. Dan Allah memberikan kepada tiap pemilik keutamaan keutamaannya. Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa demikian tinggi derajat dan kedudukan para ulama di atas yang lainnya. kalangan berfirman: Merekalah orang-orang ayat yang lain senantiasa Allah Swt mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Swt dan juga di manusia. Dalam

Kami tinggikan derajat orang yg Kami kehendaki. Imam Malik rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini berkata: Yaitu dengan ilmu pengetahuan. Zaid bin Aslam rahimahullah dalam menafsirkan firman Allah Swt berkata: Dan sesungguh telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian dan Kami berikan Zabur . kata beliau: yaitu dengan ilmu pengetahuan. Asyats bin Syubah Al-Misshishi menceritakan bahwa:Suatu hari Harun Ar-Rasyid24 pergi ke Raqqah 24Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, di Thus, Khurasan. Harun Ar-Rasyid adalah khalifah kelima dari kekhalifahan Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah khalifah yang keempat.Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman. Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan keluarga Barmaki dari Persia (Iran. Harun banyak belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak. Era pemerintahan Harun, yang dilanjutkan oleh Ma'mun Ar-Rasyid, dikenal sebagai masa keemasan Islam (The Golden Age of Islam), di mana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia. Di masa pemerintahannya, tercatat banyak prestasi, diantaranya:Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat. Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah. Membangun tempat-tempat

dengan

rombongannya

termasuk

Abdullah

ibnul

Mubarak sampai sandal mereka pun terputus dan debu berterbangan. Lalu salah seorang budak wanita Amirul Mukminin mengintip dari dalam istana seraya bertanya: Siapa ini? Mereka menjawab: Seorang alim dari Khurasan telah datang. Dengan ilmulah seseorang akan mendapatkan kemuliaan dunia sebelum akhirat. Sebagaimana Allah Swt telah memilih Thalut untuk memimpin Bani Israil firman-Nya: Nabi mereka mengatakan kepada mereka:Sesungguh Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu. Di dalam Shahih Muslim dari Amir bin Watsilah bahwa Nafi bin Abdil Harits bertemu Umar di Usfan. Ketika itu Umar mengangkat beliau sebagai gubernur di Makkah. Kemudian Umar bertanya: Siapa yang engkau angkat jadi pemimpin daerah lembah? Beliau menjawab: Ibnu Abza. Umar bertanya: Siapa Ibnu Abza? Beliau menjawab: Dia adalah salah satu bekas budak kami. Umar bertanya: Engkau jadikan yg memimpin mereka dari kalangan maula? Beliau menjawab: Lalu Umar Sesungguhnya berkata: dia mempunyai ilmu tentang kitab Allah Swt dan alim dalam ilmu warisan. Ketahuilah sesungguhnya

peribadatan.Membangun sarana pendidikan, kesehatan, dan perdagangan. Mendirikan Bait al- Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian. Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid, dan istana.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Nabimu Saw telah bersabda: Sesungguh Allah mengangkat sebagian kaum dgn kitab ini dan dengan Allah merendahkan yg lainnya. Abu seseorang Darda25 yg mencari radhiallahu menganggap ilmu anhu bahwa berkata: berangkat Barangsiapa

itu bukan jihad26 maka

sungguh dia kurang akal dan fikiran. Selain masalah ketinggian derajat para ulama, Al-Quran juga menyebutkan dari sisi mentalitas dan karakteristik, bahwa para ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah. Sebagaimana disebutkan di25 Nama lengkapnya adalah Uwaimir bin Zaid bin Qais, seorang sahabat perawi hadist dari Anshar, dari kabilah Khajraj, ia hapal al-Quran dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Dalam perang Uhud Rasulullah bersabda mengenai dirinya Prajurit berkuda paling baik adalah Uwaimir Beliau ini dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Salman Al Farisi. Dia mengikuti semua peperangan yang terjadi setelah perang Uhud. Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman, Abu Darda diangkat menjadi Hakim di daerah Syam, Ia adalah mufti (pemberi fatwa) penduduk Syam dan ahli Fiqh penduduk Palestina. 26 Jihad berasal dari kata jhada, yujhidu, jihd. Artinya adalah saling mencurahkan usaha. Lebih jauh lagi Imam anNaisaburi dalam kitab tafsirnya menjelaskan arti kata jihad menurut bahasa-, yaitu mencurahkan segenap tenaga untuk memperoleh maksud tertentu. Makna jihad menurut bahasa (lughawi) adalah kemampuan yang dicurahkan semaksimal mungkin; kadang-kadang berupa aktivitas fisik, baik menggunakan senjata atau tidak; kadang-kadang dengan menggunakan harta benda dan kata-kata; kadang-kadang berupa dorongan sekuat tenaga untuk meraih target tertentu; dan sejenisnya. Makna jihad secara bahasa ini bersifat umum, yaitu kerja keras. Jihad dengan makna mengerahkan segenap kekuatan untuk berperang di jalan Allah juga digunakan oleh para fuqaha. menurut mazhab Hanafi, jihad adalah mencurahkan pengorbanan dan kekuatan untuk berjuang di jalan Allah, baik dengan jiwa, harta benda, lisan dan sebagainya. Menurut mazhab Maliki, jihad berarti peperangan kaum Muslim melawan orang-orang kafir dalam rangka menegakkan kalimat Allah hingga menjadi kalimat yang paling tinggi. Para ulama mazhab Syafii juga berpendapat bahwa jihad berarti perang di jalan Allah. (lihat Al-Qardawi, 2010, Fiqh Jihad, Bandung:Mizan)

dalam salah satu ayat: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama [orang yang berilmu]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fathir: 28). Sedangkan di dalam hadits Nabi disebutkan bahwa para ulama adalah orang-orang yang dijadikan peninggalan dan warisan oleh para Nabi. Dan para ulama adalah warisan (peninggalan) para Nabi. Para Nabi tidak meninggalkan warisan berupa dinar (emas), dirham (perak), tetapi mereka meninggalkan warisan berupa ilmu. (HR Ibnu Hibban). Di samping sebagai perantara antara diri-Nya dengan hamba-hambaNya Allah Swt juga menjadikan para ulama sebagai pewaris perbendaharaan ilmu agama. Sehingga dan ilmu syariat terus terpelihara pada kemurnian keasliannya sebagaimana

priodesasi awal. Oleh karena itulah besar bagi muslimin. Dalam sebuah hadits yang

kematian salah

seorang ulama memunculkan fitnah dan malapetaka diriwayatkan oleh

Abdullah bin Amr ibn al-Ash Rasulullah Saw bersabda; . Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu pengetahuan dari dengan hamba-hambaNya. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkan para ulama, maka ketika Allah Swt tidak menyisakan seorang alim pun maka orang-orang akan mengangkat pemimpin dari kalangan orangorang bodoh. Kemudian mereka ditanya tentang persoalan agama, dan mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu akhirnya mereka sesat dan juga

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

menyesatkan orang lain. Ibnu Rajab27 Al-Hambali rahimahullah

mengatakan: Asy-Syabi berkata: Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua merupakan kiyamat. Abdullah Sesungguhnya datangnya orang jahil. Eksistensi seorang ulama telah digambarkan Rasul Allah Saw sebagai sebuah kunci baik untuk membuka segala kebajikan maupun menutup semua kejahatan, hal tersebut dapat dilihat dalam sabda beliau; 27 Al Imam Al Hafidz dan Al Allamah Zainuddin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Al Hasan bin Muhammad bin Abu Al Barakat Mas'ud As Salami Al Baghdadi D Dimasyqi Al Hambali -rahimahullah- , yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Rajab Al Hambali. Rajab adalah gelar kakeknya yang bernama Abdurrahman. Semua sumber yang membahas biografi Ibnu Rajab sepakat bahwa beliau -rahimahullah- dilahirkan di Bahgdad pada tahun 736 H, delapan puluh tahun setelah jatuhnya ibukota Ilmu ketika itu, Baghdad ke tangan bangsa Mongol . 28 Dia adalah seorang dari Abadilah yang faqih, ia memeluk agama Islam sebelum ayahnya, kemudian hijrah sebelum penaklukan Mekkah. Abdullah seorang ahli ibadah yang zuhud, banyak berpuasa dan shalat, sambil menekuni hadits Rasulullah SAW. Jumlah hadits yang ia riwayatkan mencapai 700 hadits, Sesudah minta izin Nabi SAW untuk menulis, ia mencatat hadits yang didengarnya dari Nabi. Mengenai hal ini Abu Hurairah berkata Tak ada seorangpun yang lebih hapal dariku mengenai hadits Rasulullah, kecuali Abdullah bin Amr bin al-Ash. Karena ia mencatat sedangkan aku tidak.

tanda-tanda bin hari Amr28 termasuk kiamat

akan

datangnya

hari

menegaskan tanda-tanda adalah

bahwa: akan

direndahkannya

(derajat) para ulama dan diangkatnya (menjadi mufti)

Sebagai kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk kejahatan. Begitu pentingnya posisi ulama dalam Islam, maka hal tersebut kemudian berkembang pesat di Aceh sebagai Serambi Makkah, pola hubungan dakwah ulama Aceh sangat dipengaruhi oleh pola dakwah yang dikembangkan oleh para ulama timur tengah. Hal tersebut tergambar dalam gerakan keagamaan yang tidak jauh berbeda dengan gerakan keagamaan yang dibangun di Timur Tengah, pada tahun 1939. Sementara bangsa Aceh pada masa kekuasaan Belanda dgn mulai mengadakan kerjasama

wilayah-wilayah lain di Indonesia dan terlibat dalam berbagai gerakan nasionalis dan politik. Sarekat Islam sebuah organisasi dagang Islam yg didirikan di Surakarta pada tahun 1912 tiba di Aceh pada sekitar tahun 1917. Ini kemudian diikuti organisasi sosial Muhammadiyah pada tahun 1923. Muhammadiyah membangun sebuah sekolah Islam di Kutaraja (kini bernama Banda Aceh) pada tahun 1929. Kemudian pada tahun 1939 Partai Indonesia Raya (Parindra) membukan cabang di Aceh menjadi partai politik pertama di sana. Pada tahun yg sama para ulama mendirikan PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) sebuah organisasi anti-Belanda. PUSA berhasil menjadi penghilang dahaga penyejuk jiwa dari rakyat Aceh yang mendambakan kepemimpinan yang memihak kepada mereka. Sebab realitas politik saat Aceh dikuasai dan dijajah Belanda,

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

ditambah dengan sikap tidak berpihak beberapa golongan dari uleebalang dan juga bersikap tidak adil, rakyat (aceh) merasakan kesengsaraan lahir batin. Keberadaan ulama PUSA terus mendapat dukungan penuh dari rakyat, sehingga muncul kesan, menjadi orang Aceh harus menjadi PUSA, baik sebagai pengurus maupun hanya sebatas simpatisan. Kondisi ini tercipta karena ulama tersebut berhasil mewujudkan keinginan rakyat. Pada tahun 1942, secara bahu membahu dengan kaum uleebalang yang sudah insaf dan kembali mendukung gerakan ulama--, ulama memberontak kepada Belanda. Namun sangat disayangkan dengan gerakan pemberontakan yang diprakarsai oleh ulama terhadap Belanda ini kemudian membuat langkah Jepang untuk menancapkan kakinya-- lebih mudah masuk ke Aceh. Jadi masyarakat Aceh terbebas dari cengkraman Belanda masuk dalam kubangan penjajah Jepang. Ulama Aceh, seperti diketahui, selain sebagai tokoh agamawan juga merupakan tokoh kunci dalam merebut dan mengusir para penjajah dari tanah rencong dan juga bumi persada tercinta ini.

Produktivitas ulama AcehSeperti diketahui bahwa Ulama Aceh masa lalu cukup produktif berkarya terutama dalam bidang ilmu-

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

ilmu keagamaan seperti bidang tauhid29, fiqh30, tafsir31, tasawuf32, politik dan ketatanegaraan, ekonomi, ilmuilmu alat (Nahwu dan Sarf), dan juga dalam bidang keilmuan lain. Namun produktivitas ulama mulai terasa menurun ketika Kolonial Belanda menguasai Aceh, hal tersebut lebih disebabkan kesibukan mereka menggerakan masyarakat untuk mengusir para

29 Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas pengokohan keyakinan-keyakinan agama Islam dengan dalil-dalil naqli maupun aqli yang pasti kebenarannya sehingga dapat menghilangkan semua keraguan, ilmu yang menyingkap kebatilan orang-orang kafir, kerancuan dan kedustaan mereka. Dinamakan ilmu tauhid karena pembahasan terpenting di dalamnya adalah tentang tauhidullah (mengesakan Allah). Allah swt. berfirman: Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar, sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Ar-Rad: 19) 30 Pengertian Fiqh menurut Etimologi atau bahasa berarti; faham sebagaimana firman Allah SWT Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka memahami perkataanku. Pengertian fiqh seperti diatas juga tertera dalam ayat lain seperti; Surah Hud 91 Surah At Taubah 122 Surah An Nisa 78. Sementara makna Fiqh dalam terminologi Islam telah mengalami proses penyempitan makna; apa yang dipahami oleh generasi awal umat ini berbeda dengan apa yang populer di genersi berikutnya. Pengertian fiqh dalam terminologi generasi Awal dapat berarti pemahaman yg mendalam terhadap Islam secara utuh. Ubaidillah bin Masud menyebutkan Istilah fiqh menurut generasi pertama identik atas ilmu akhirat dan pengetahuan tentang seluk beluk kejiwaan sikap cenderung kepada akhirat dan meremehkan dunia dan aku tidak mengatakan fiqh itu sejak awal hanya mencakup fatwa dan hukum-hukum yg dhahir saja. Sementara terminologi Mutaakhirin fiqh dimaknai sebagai Ilmu furu yaitu mengetahui hukum Syara yang bersipat amaliah dari dalil-dalilnya yang rinci. Lebih spesifik lagi para ahli hukum dan undang-undang Islam memberikan definisi fiqh dengan; Ilmu khusus tentang hukumhukum syara yg furu dgn berlandaskan hujjah dan argumen. 31 )( Ilmu yang dengannya diketahui:maksud kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad Saw. Makna-makna alQuran dapat dijelaskan, Hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya dapat diketahui 32 Definisi tasawuf secara lughawi maupun istilah terdapat banyak makna yang dikemukakan, namun dalam tulisan ini

penjajah. Produktivitas tersebut dapat dilihat misalnya dengan banyaknya karya-karya yang dapat dijadikan referensi bagi dunia akademis baik skala lokal, nasional, dan juga internasional. Diantara ulama-ulama yang memiliki banyak karya adalah; Hamzah Fansuri; seperti diketahui Hamzah Fansuri adalah salah satu ulama yang sangat produktif, namun karya-karya beliau banyak yang dimusnahkan terutama karya yang terkait dengan faham wujudiah, hal ini atas perintah seorang ulama Aceh lainnya Nuruddin ar-Raniri karena dianggap menyalahi konsep aqidah Islamiyah. Namun ada beberapa karya yang seperti Syarb Ilmi al-Suluk masih dapat diakses baik yang berbentuk prosa maupun dalam bentuk Syair, al-Asyiqin, Asrar al-Arifin fi Bayani wa al-Tauhid atau yang dan kitab Znatul oleh

Muwahhidin. Karya lain berupa syair empat baris bersajak AAAA, diistilahkan Syamsuddin as-Sumatrni dengan rubai. Diantara Syair Hamzah Fansuri adalah Syair Perahu, Syair Burung Pinggai, dan Syair Dagang33. Syamsuddin as-Sumatrani: setelah Hamzah fansuri meninggal, kekuasaan Ulama dalam Kerajaan Acehdibatasi pada orang-orang yang tertarik dan intens dengan pengetahuan-pengetahuan yang terkait dengan bathin seseorang, dan orang-orang yang tertarik untuk mencari jalan atau praktek-praktek kearah kesadaran dan pencerahan diri, lihat, Harapandi, 2007, dalam Meluruskan Pemikiran tasawuf; Upaya Mengembalikan Tasawuf berdasarkan Al-quran dan Alsunnah, Pustaka Irfani:Jakarta 33 Lihat Sehat Ihsan Shadiqin, 2009. Tasawuf Aceh, Aceh:BP Bandar. Hal.55

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Darussalam Sumatrani, terkemuka kebesaran

dipegang dia adalah dalam

oleh salah

Syamsuddin satu Aceh tokoh dan

assufi ikut

kerajaan

memberikan andil besar dalam perkembangan dan peradabannya, sumbangannya bukan hanya dalam bidang agama, namun juga dalam bidang politik dan ekonomi kerajaan. Sejarah hidup beliau tercatat dalam beberapa Hikayat diantaranya, Hikayat Aceh, Adat Aceh, dan Kitab Bustanus Salatin. Karya-karya yang dihasilkan oleh Syamsuddin as-Sumatrani diantaranya adalah Syarh Rubai Hamzah Fansuri, Syarah Syair Ikan Tongkol, Kitab jauharul Haqaiq, Tanbhut Thullb fi Marifati Malikil Wahhab, Risalah Tubayyin Mulahazatul Muwahhidin wal Mulhidin fi Dzikr Allah, Miratul Muminin, Nur al-Daqaiq, Thariq al-Salikin, Miratul Iman atau kitab Bahr al-Nur, kitab al-Harakah, dan kitab Haqiqatus Shufi. Nuruddin ar-Raniry: beliau ini diberikan tugas sebagai Mufti Tsani dalam yang kerajaan tidak lain Aceh seperti kedudukan Sultan sangat Syamsuddin as-Sumatrani, Iskandar strategis Mufti ia Muda dan juga sendiri. masa Sultan Iskandar menantu ini Kedudukan melebihi hakim,

adalah

berpengaruh sebagai

wewenang dan

Qadhi Malikul Adil (perdana Menteri). Selain sebagai penulis penyanggah ajaran wujudiyah. Menurut Azra arRaniry merupakan mujaddid yang paling penting di Nusantara pada abad 1734. Hal ini dapat diketahui34 Azra, Jaringan Ulama, hal. 203

dengan melihat berbagai pembaharuan pemikiran keIslaman yang dilakukannya, terutama dalam masalah fikih, akidah dan keimanan umat Islam saat itu. Sampai saat ini telah ditemukan 29 karangan arRaniry35. Kitab-kitab tersebut membahas berbagai dimensi ilmu keIslaman, yang paling banyak adalah masalah tauhid, fikih dan sejarah. Beberapa kitab tersebut dimaksudkan untuk menyerang doktrin wujudiyah dan menunjukkan beberapa argument tandingannya. Shirat Diantara karya ar-raniry al-Faraid adalah Bisyarhi al-Mustaqim, Durrah

al-Aqaid, Hidayat al-Habib fi Targib wa Tarhib, Bustan as-Salatin fi Zikri Awwalin wa al-Akhirin, dan kitab Hilal al-Zill. Tengku Syech Muhammad Bin Ahmad Chatb Lnien: beliau adalah seorang ulama kharismatik terlahir dari keturunan ke-5 Smiet Bardan seorang Muballig asal Inggris. Dari sinilah lahir dua silsilah penguasa Aceh. Pertama silsilah yang melahirkan Umar dan kedua; silsilah yang melahirkan Ulam besar di kalangan masyarakat Aceh36. Beliau ini hidup pada akhir abad XIX awal abad XX, beliau dikenal juga sebagai Tgk Syik Di Tepin Raya. Selain sebagai muballiq juga sebagai pengarang yang sangat produktif, hasil-hasil karya beliau yang paling

35Syed Muhammad Naguib al-Attas, A Comentary on he Hujjat al-Shiddiq of Nur al-Din al-Raniry, (Kuala Lumpur:Ministry of Culture, 1986), hal. 8-12 36Wawancara dengan Kepala Museum Aceh Drs. Nuruddin, M.Si pada hari Selasa tanggal 31 Maret 2009 di Gedung Museum Aceh Ruang Koleksi. Menurut silsilah beliau juga termasuk keturunan Syaikh Muhammad bin Ahmad Khatib Langien.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

popular sampai saat ini dipakai di dayah-dayah seluruh Aceh adalah kitab Dawul Qulb yang terkumpul dalam kitab Jamu Jawi' al-Mushannaft37 yang popular dengan kitab delapan karena terkumpul delapan kitab, dikumpulkan oleh al-lim al-Fdlil al-Syaikh Ismil Ibn Abdul Muttalib al-syi. Dalam sumber lain ditemukan bahwa naskah lain yang dihasilkan oleh Tgk Muhammad bin Ahmad Khatib Langgien adalah; Ilmul Muttaqn Min Irsydul Murdn; hadits yang berisi tentang ilmu yang harus menuntut ilmu, juga

dipelajari, keutamaan menuntut ilmu disertai haditsmewajibkan tentang taubat baik dari dosa kecil maupun dosa besar, dan hal-hal lain. Kumpulan Karangan; Minhjul al-tamm F Tabwb al-Hikami;naskah ini berisi tentang ilmu yang bermanfaat, taubat, ikhlas dalam beramal, hikmah sembahyang, menjaga waktu, zikir dan persoalan riya, Kasu al-Muhaqqiqn; bersisi uraian dan penjelasan tentang tarekat, Uyn al-Haqqah Li Ahli al-Kasyf al-Musyhadah; berisi tentang

37 Kitab tersebut mengandung 8 teks yang ditulis oleh ulama-ulama besar Aceh seperti Hidyatul Awm oleh al-Allmah Jalluddin, kitab ini berbicara tentang berbagai persoalan dalam ilmu fiqh, Faridul Quran membicarakan masalah-masalah keutamaan al-Quran, Kasyful al-Kirm dan Talkhsul Falh oleh lim al-Kmil Mukammil Syaikh Muhammad Zaini, kitab ini yang pertama berbicara tentang niat pada saat takbrautl Ihrm dan kitab kedua berbicara tentang hukum thalaq dan nikah dalam kajian fiqh, Syiful Qulb oleh Mauln al-rif billah Syaikh Abdullah, kitab ini berbicara tentang persoalan ilmu-ilmu hadits, Al-Mawidzul Badah oleh Wali Allah bil Niz Syaikh Abdurrauf al-Fanshr, Dawul Qulb oleh Tgk Syaikh Muhammad bin Ahmad Khtib Langien, kitab ini berbicara tentang persoalan obat hati (ilmu Dzhir Bthin) dalam perspektif sf, dan Ilmul Muttaqn oleh Syaikh Jamluddin.

martabat manusia serta uraian tentang 7 martabat manusia, Rub Hamzah Fansr dan beberapa catatan tentang Faham Wujdiyah, Mirajus Slikn; berisi tentang silsilah tharekat syatriyah, cara-cara mengambil tharekat bagi seorang murid, serta pengertian Syariat, tharekat, marifat dan haqiqat, Asrru Ad-Dn: berisi tentang rahasia-rahasia ajaran agama, Nujmul Hud Li Ahlil Qurb, dan Jalan Salik dan jalan suluknya, hadits dan artinya (tentang tasawuf), doa tasawuf dan astrologi (tidak diketahui judulnya).

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

KelahiranFaqih Jalaluddin merupakan seorang ulama Aceh yang hidup setelah masa Syaikh Abdurrauf Sinkil. Ia adalah murid dari Syaikh Abu Daud al-Jawi ibn Ismail ibn Agha Ali Mustafa ibn Agha Ali Rumi38 yang popular dengan Baba Daud. Wan Mohd. Shaghir Abdullah berkeyakinan bahwa Faqih Jalaluddin sempat bertemu masa dan belajar langsung kepada Abdurrauf al-Sinkili, mengingat hubungan dekat yang terjalin antara Abdurrauf dengan Baba Daud, begitu juga antara Baba Daud dengan Faqih Jalaluddin. Dengan demikian dapat diperkirakan ia hidup di sekitar akhir abad 17 sampai paruh kedua abad ke 18. Wan Mohd. Shaghir Abdullah mengutarakan adanya kekeliruan mengenai nama Ayah Faqih Jalaluddin yang terdapat di antara dua naskah, yaitu38Teuku Iskandar, Kesusasteraan Klasik Melayu Sepanjang Abad, Jakarta; LIBRA, 1996. Beliau adalah salah seorang murid dari Syaikh Abdurrauf Sinkil.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

jamu Jawami al-Mushannafat39 dan Hujjat al-Balighah. Pada naskah Hujjat al-Balighah disebutkan namanya ialah Faqih Jalaluddin ibnu asy-Syeikh Kamaluddin ibnu al-Qadhi Baginda Khathib at-Tarun Pasir. Sementara pada naskah jamu Jawami al-Mushannafat nama Kamaluddin ditulis dengan Jalaluddin. Sementara Teungku Iskandar40 menyebutkan informasi Baginda yang Khatib, berbeda, nama Faqih disebutkan fi dengan Jalaluddin bin Muhammad Kamaluddin bin pengarang Safinat al-Hukkam Takhlis al-Khassam. Dikatakan bahwa ia berasal dari daerah Tarusan, Minangkabau. Faqih termasuk dalam salah satu nama ulama Aceh yang merupakan pengarang pada abad 18.

PendidikanMengenai pendidikan yang diperoleh oleh Faqih Jalaluddin, belum ditemukan adanya peneliti yang mengkaji secara dalam mengenai hal ini. Informasi yang dapat diketahui bahwa Faqih Jalaluddin telah belajar kepada Baba Daud serta mendapatkan ijazah, khirqah tarekat Qadiriyah dan Syattariyah dari gurunya tersebut, sebagaimana yang tersebut dalam naskah Syamsu al-Marifat:39Kitab Jamu Jawami al-Musannafat adalah karya al-Syaikh Ismail bin Abdul Muttalib al-Asyi yang berisi kumpulan karyakarya ulama asal Aceh dan dikenal di lingkungan masyarakat dayah Aceh sebagai kitab delapan. Kitab-kitab yang terkait di dalmnya adalah kitab Risalah Hidayatul Awam, Risalah talkhis alFalah, Risalah Dawa al-Qulub, Risalah Faraidul Quran, Risalah Syifa al-Qulub, Risalah Ilam al-Muttaqin, Risalah Kasyf al-Kiram, dan Risalah Mawaizd al-Badiah. 40Teuku Iskandar, Kesusasteraan Klasik Melayu Sepanjang Abad, Jakarta; LIBRA, 1996.

risalah pada menyatakan silsilah tariqat yang amat tinggi martabatnya yaitu thariqat Qdiriy dan Syaariy, yaitu maka adalah fakir yang hina Faqih Jalaluddin yang mengambil baiat dan talqin dan khirqah dan ijazah syeikhnya yang arif billah yaitu syeikh Baba Daud ibn Ismail faqih yang ia mengambil syekhnya Amiruddin Abdurrauf dan.... Setelah memperolah ilmu pengetahuan dari gurunya Baba Daud, Faqih Jalaluddin kemudian pergi belajar ke tanah Suci Mekkah dan juga India. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi keulamaan di Aceh pada waktu itu masih berpusat pada tanah Suci Mekkah sebagaimana ulama-ulama besar pada masa sebelumnya, sebut saja misalnya Syaikh Abdurrauf Sinkel, Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniry dan juga yang lainnya41. Dapat dikatakan bahwa Faqih Jalaludin juga merupakan seorang ulama besar Aceh sehingga ia dilantik sebagai Qadhi Malikul Adil di Kerajaan Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Maharaja Lela Ahmad Syah (1139 H- 1147 H/ 1727 M1723 M) dan pada masa Sultan Alauddin Johan Syah (1147 H- 1174 H/ 1735 M- 1760 M) fakta tersebut dapat dilihat dalam kutipan pada Hijrah Nabi Wan Mohd. Saghir seribu seratus empat Abdullah dalam naskah Hidayah al-Awwam42, bahwa:

41 Azyumardi Azra, 2005. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII & XVIII. Jakarta:Prenada Media. 42 Kitab Hidayah al-Awwam ini merupakan salah satu dari delapan kitab yang tergabung pada Jamu Jawami al-Musannafat bagian pertama yang ditulis oleh al-Allamah Jalaluddin anak Syaikh Arif bi Allah Syaikh Jalaluddin, halaman. 2-3. Lihat kitab Jamu Jawami al-Musannafat karya Ismail bin Abdul Muttalib,tt. (Medan: Al-Syifa)

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

puluh, pada lima hari bulan Muharram (5 Muharram 1140 H/ 23 Ogos 1727 M, pen) zaman Paduka Seri Sultan, yang amat besar kerajaannya, lagi yang maha tinggi darajatnya, yaitu Sultan Alauddin Ahmad Syah Johan berdaulat Zhulillah fi al-Alam, adamallahu daulatu, Amin, maka tatkala itu meminta kepada Faqir yang hina Khadim al-Ulama (yang berkhidmad pada ulama), Haji Jalaluddin oleh seorang sahabat raja itu, yang takut akan Allah taala, bahawa kusuratkan baginya suatu risalah yang simpan (maksudnya: risalah yang ringkas, pen). Maka aku namai akan dia Hidayah alAwam Sebagai seorang ulama, Faqih Jalaluddin juga mengarang kitab-kitab keagamaan seperti Fiqh dan Tasawuf. membantu Dalam bidang Baba tafsir Daud Quran, ia telah tafsir gurunya menyalin

Tarjuman al-Mustafid dan menyelesaikan tafsir itu sehingga menjadi lebih lengkap dan sempurna, di mana Tarjuman al-Mustafid merupaka salah satu karya Abdurrauf Sinkil yang merupakan tafsir Melayu pertama di dunia Melayu.43 Karya-karyanya Diantara karya-karya yang telah dihasilkan oleh Faqih Jalaluddin ialah dari yang telah disebutkan oleh Wan Mohd Shaghir Abdullah ada sebanyak lima karya, yaitu karya dalam bidang Fiqh sebanyak tiga buah dan karya dalam bidang Tasawuf sebanyak dua buah. Adapun naskah Syamsu al-Marifat tidak disebutkan di dalamnya. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian filologi terhadap naskah ini, maka akan menambah43 Oman Fathurahman, Tarekat Syattariyah di Minangkabau, Jakarta: Prenada Media Group bekerjasama dengan . PPIM UIN Jakarta dan KITLV, 2008. hlm. 35.

kontribusi bagi penambahan data terhadap karyakarya salah ulama seorang Aceh ulama khususnya yang dan Nusantara pada umumnya, termasuk Faqih Jalaluddin yang merupakan berpengaruh masanya, namun pada masa kini jarang dikenal oleh masyarakat, khususnya bagi masyarakat Aceh sendiri. Hal tersebut dikarenakan sulitnya ditemukan tulisan tentang Faqih Jalaluddin. Adapun informasi-informasi mengenai Faqih Jalaluddin didapatkan dari naskah-naskah kuno yang merupakan hasil karyanya. Adapun karya-karya Faqih Jalaluddin yang dapat diketahui dari tulisan Wan Mohd. Shaghir Abdullah ialah sebagai berikut dan penulis tambahkan dibawahnya naskah Syamsu al-Marifat sebagai daftar baru dari daftar yang telah ada. Hidayah al-Awam (berisi tentang Fiqh, mengenai perintah agama), merupakan karya pertama yang di karang oleh Faqih Jalaluddin. Safinat al-Hukam fi Talkhis al-Khisham (berisi tentang Fiqh, kemungkinan merupakan karyanya yang terbesar di antara karyanya). Hujjah al-Balighah ala Jamaah al-Mukhasamah (berisi tentang Fiqh). Manzhar al-Ajla ila Martabah al-Ala (berisi tentang Tasawuf). Asrar as-Suluk ila Malail Muluk (berisi tentang Tasawuf). syamsu al- Marifat ila hadharatihi syarifati (berisi tentang Tasawuf).

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Ringkasan Isi Naskah Syamsul marifa Il Hadlratih al-Syarfati

Deskripsi Naskah Syamsu al Marifa Naskah ini berjudul Syamsu al-Marifa Jalaluddin. Naskah ini didapatkan dari 2010. Nomor naskah ini tercatat Il

Hadratih Al-Syarifa, yang dikarang oleh syeikh Faqih Museum Ali Hasyimi di ketapang Banda Aceh pada tanggal 28 April dua katagori yaitu nomor lama dan nomor baru: Nomor lama naskah ini 15/NKT/YPAH/1992, sedangkan nomor baru naskahnya 11E/TS/12/YPAH/2005 nomor baru ini berdasarkan katalog hasil research Tokyo University Of Foreign Studies (TUFS), kerja sama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat (PKPM) Nanggroe Aceh Darussalam 2005. Ada perbaikan, pengecekan beberapa karena pada catatan ternyata naskah penting setelah aselinya sebagai dilakukan terdapat

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

beberapa kekeliruan dalam catalog tersebut seperti pada naskah No.11A/TS/1/YPAH/2005 atau 15/NKT/YPAH/1992 pada katagori naskah tasauf. Di dalam katalog naskah itu disebutkan bahwa pada nomor naskah 11A berjudul Tibyan fil marifat al adyan, 11B naskah Tibyan fil marifat Al adyan, 11C naskah sulam mustafidin, 11D naskah sulam mustafidin, dan 11E naskah syaamsul marifat ila hadhratihi ash syaarifa. Sementara fakta yang ada bahwa pada naskah nomor 11A berjudul Tibyan fil marifat al adyan, 11B naskah Sulam Mustafidin, 11B naskah sulam mustafidin, 11D Syamsu al- marifat ila hadhratihi alsyaarifa, dan pada naskah bernomor 11E terdapat naskah tentang kejadian manusia. Begitu juga dengan jenis kertasnya yang dijlaskan di buku kertas eropa padahal yang sebanarnya kertas buku tulis biasa dan ada juga perbedaan dengan baris dan jumlah halamannya, kebanyakan tidak sama. Jadi naskah yang dijadikan kajian pada penelitian ini adalah naskah bernomor seri 11 D bukan 11 E. Ukuran naskahnya 20 x 5 cm sedangkan ukuran teksnya 15,5 cm x17,5 cm, yang terdiri 11 halaman dan tiap-tiap halaman 22 baris. Naskah ini ditulis dengan huruf Arab jawi bahasa Arab Melayu, tulisannya masih baik dan jelas, hurufnya kecil-kecil, rapat dan tidak memakai tanda baca atau harakat. Ditulis dengan memakai tinta tradisional hitam merah. sementara rubrikasinya memakai tinta

Terdapat penomoran halaman pada naskah ini yang ditulis dengan pinsil biasa dan juga menggunakan alihan di setiap halaman rekto untuk menentukan halaman berikutnya. Keadaan naskahnya masih baik dan masih jelas dibaca. Naskah ini merupakan kumpulan karangan yang tergabung dengan naskah Tibyan Fil Marifat Al Adyan (11A), Sulam Mustafidin (11E), Sulam Mustafidin (11C), dan tentang kejadian Manusia (11E). Teks naskah ditulis dalam bentuk prosa, dengan tulisan khat Farisi, pada kertas tipis bergaris biasa. Pada naskah ini terdapat beberapa halaman yang ditulis pada pias halaman, terdapat juga oksordium atau kata pengantar di awal naskahnya dan kolofon bagian akhir naskahnya. Naskah ini tidak ada sampul hanya kulit buku biasa.

Isi Singkat Naskah Dari segi judul naskah ini dapat dimaknai sebagai usaha memebrikan penjelasan kepada persoalan essensi Ilahiyyah yang tersembunyi dari para makhluk Allah Swt. Secara garis besar isi kadungan naskah ini dapat dilihat dalam naskah ini hal-hal terkait dengan masalah tasawuf adalah; Pertama; tentang al-taubat, Dalam konsep ini Syeikh Faqih Jalaluddin mengemukakan; Firman Allah Taala tb ilallahi taubatan nasuha, artinya taubatlah kamu kepada Allah dengan taubat yang sahih. Sabda Nabi allallahu Alaihi

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Wasallam waman tba minaz zanbi kaman la zanba lahu44, artinya barang siapa taubat daripada dosa adalah ia seperti orang yang tiada berdosa (syamsul, hal.01). Lanjutnya bahwa taubat itu terbagi menjadi dua perkara; Maka adalah taubat itu dua perkara. Pertama taubat zahir, kedua taubat batin. Maka perhimpunan kedua taubat itu yaitu taubat qutbil aqtbi syekh Abdul Qadir Jailaniy45 astaghfirullahal azdim min ismi wamin dzalali wamin wujudi wa min ilmi wamin amali, artinya mohon ampun aku kepada Allah yang amat besar daripada dosa besar dan daripada dosa kecil dan daripada ingat akan diriku dan ilmuku dan amalku (Syamsul 01) Dari ungkapan tersebut tersurat dengan jelas bahwa taubat zahir dan juga taubat batin dapat disatukan dalam satu tarikan nafas tanpa dipisahpisahkan antara keduanya, hal tersebut terbukti

44 Orang yang bertaubat setelah tergelincir dalam kesalahan ibarat orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, namun taubat tersebut harus pula diikuti dengan perbuatan kebajikan Wa atbii al-Sayyiata al-hasanata (maka hendaklah diikuti keburukan dengan kebajikan). Dalam salah satu haditsnya Rasul Allah mengatakan; L Kabrata Maal Ishtigfr Wal Shaghrata Maal Asrr (tidak dikenal dosa besar jika dibarengi dengan istighfar dan tidak ada namanya dosa kecil bila dilakukan terusmenerus). 45 Ada dua riwayat sehubungan dengan tanggal kelahiran alGhauts al_A'zham Syekh Abdul Qodir al-Jilani. Riwayat pertama yaitu bahwa ia lahir pada 1 Ramadhan 470 H. Riwayat kedua menyatakan Ia lahir pada 2 Ramadhan 470 H. Tampaknya riwayat kedua lebih dipercaya oleh ulama. Silsilah Syekh Abdul Qodir bersumber dari Khalifah Sayyid Ali al-Murtadha r.a, melalui ayahnya sepanjang 14 generasi dan melaui ibunya sepanjang 12 generasi. Syekh Sayyid Abdurrahman Jami r.a, memberikan komentar mengenai asal usul al-Ghauts al-A'zham r.a sebagi berikut : "Ia adalah seorang Sultan yang agung, yang dikenal sebagial-Ghauts al-A'zham. Ia mendapat gelar sayyid dari silsilah kedua orang tuanya, Hasani dari sang ayah dan Husaini dari sang ibu". (Baca Harapandi, 2001. Pemikiran Teologi Sufistik Syaikh Abdul Qadir El-Jaelani, Wahyu Press;Jakarta)

dengan statemen syekh Abdul Qadir al-Jailani di atas. Lebih dari itu hasil yang diharapkan dari aktivitas taubat adalah pemurnian kembali ketauhidan seseorang setelah menghambakan dirinya kepada selain Allah Sang Khaliq. Pernyataan tegas Faqih Jalaluddin dalam potongan teksnya; Maka hasillah daripada taubat ini tauhid yang dimaksud pada menjalani jalan kepada Allah. Maka makna tauhid46 itu yaitu Esa Allah aza wajalla dan zatnya dan sifatnya dan pada faal-Nya (Syamsul, hal. 01) Setelah ungkapan penyesalan dibuktikan

dengan mencerabut diri dari perbuatan maksiat, menyesali semua yang telah terlanjur dilakukan, dan berniat dengan sungguh-sungguh untuk tidak akan pernah kembali lagi melakukan kemaksiatan dan akhirnya menyerahkan seluruh persoalan kepada Sang Pencipta inilah hakikat taubat yang sebenar-benar taubat {Taubatan Nashuha}. Jikalau sekalian perintah dan sekalian ikhtiar melainkan yang sepatutnya kita pada saat kerja dan pada saat ketika hendaklah menyerahkan diri kepada Allah, dan senantiasa hati berhadap kepada-Nya serta memuji Dia dan ibadah akan Dia pada tiap-tiap waktu, demikianlah orang taubat yang dikasihi Allah (Syamsul, 02)

46Tauhid terbagi menjadi tauhid Nafsiyyah dan juga tauhid Salbiyyah. Tauhid Nafsiyyah adalah sikap seorang hamba yang hanyamengakui bahwa hanya Allah-lah yang harus di sembah dan tiada tuhan melainkanNya, Dialah yang Maha Esa Dzat satusatunya dan esensinya tidak dapat ditiru oleh makhlukNya, sementara tauhid Salbiyyah adalah sikap peng-Esaan Allah Swt secara total dalam perkataan maupun perbuatan namun dapat teraplikasikan dalam sikap hambaNya seperti Alah Maha Pengasih, maka seorang hamba harus mengaplikasikan sikap kasih juga terhadap hamba Allah yang lain.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Jadi hakikat al-taubat dalam pandangan syeikh Faqih Jalaluddin merupakan kesadaran sedalamdalamnya terhadap segala ketentuan yang telah digariskan Allah beserta rasulNya dalam berbagai dasar al-quran maupun al-sunnah. Dengan kesadaran bahwa Allah Maha Melihat (Bashirun)47 terhadap seluruh aktivitas yang kita lakukan, maka akan terpelihara dari perbuatan-perbuatan melanggar ketentuan Ilahi. Kesadaran akan kehadiran Allah dalam berbagai locus membuat kita menjadi awas dan selalu berada pada jalur yang telah ditetapkan Allah Swt. Perwujudan dan manifestasi Allah dalam alam

raya ini dalam dunia tasawuf dikenal dengan istilah Wihdat el-Wujud (kesatuan wujud)48. Konsep Wihdatul47 Bashirun artinya yang melihat, maka mustahil Allah itu buta. Sifat ini telah ditegaskan sendiri oleh Allah dalam al-Quran "Dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan." (Q.S.AlHujurat : 18). Maka sepatutnyalah bagi setiap mu'min yang memiliki keyakinan yang benar untuk senatiasa memperbanyak rasa malu melakukan dosa dan kelalaian kepada Allah Yang Maha Melihat. Penglihatan Allah tentunya sangat berbeda dengan penglihatan manusia atau makhluq lainnya karena Allah bersifat Laitsa Kamitslihi Syaiun (Allah berbeda dengan makhluqNya dari segala segi). 48 Muhiddin Abu Abdullah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abdullah Hatimi at-Ta'i (28 Juli 116516 November 1240) atau lebih dikenal sebagai Ibnu Arabi adalah seorang sufi terkenal dalam perkembangan tasawuf di dunia Islam. Ibnu Arabi dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1165 di AlAndalus, Spanyol. Pada usianya yang ke 8, bersama keluarganya, ia pindah ke Sevilla. Pada tahun 1198, ia pergi ke Fez, Maroko. Ibnu Arabi sangat dikenal dengan konsep Wihdatul Wujud-nya. Ia mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang wujud kecuali Tuhan. Segala yang ada selain Tuhan adalah penampakan lahiriah dari-Nya. Keberadaan makhluk tergantung pada keberadaan Tuhan, atau berasal dari wujud ilahiah. Manusia yang paling sempurna adalah perwujudan penampakan diri Tuhan yang paling sempurna, menurutnya. Pengaruh Ibnu Arabi dalam bidang tasawuf, khususnya tasawuf filosofis, sangat luar biasa. Gagasan Ibnu Arabi menyebar luas dan memiliki pengikut yang tidak sedikit jumlahnya. Di Indonesia, paham wihdat al-wujud Ibnu arabi berpengaruh besar. Terbukti dengan banyak ulama

Wujud adalah konsep yang dirumuskan oleh Ibnu Arabi, beliau mengemukakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang wujud kecuali Tuhan. Segala yang ada selain Tuhan adalah penampakan lahiriah dari-Nya. Keberadaan makhluk tergantung pada keberadaan Tuhan, atau berasal dari wujud ilahiah. Manusia yang paling sempurna adalah perwujudan penampakan diri Tuhan yang paling sempurna, menurutnya. Ibn Al-Arabi adalah pendiri faham Tauhid Wujudi bahkan ia merupakan panutan dalam pemikiran ini. Pemikiran yang selalu menjadi sorotan tajam dari kaum fuqoha. Pemikiran inilah yang menjadi landasan konsep pendidikannya bahkan semua pola pikirnya berporos pada pemahaman ini. Perlu digaris bawahi bahwa Ibn Arabi belum pernah menyebutkan istilah wahdatul wujud dalam kitabnya namun istilah ini dicetuskan berbagai oleh orientalis/ bisa kafirin. Namun dari ajarannya dikatakan bahwa

pemahamannya adalah wahdatul wujud. Dalam menjelaskan konsep wahdatul wujud Ibn Arabi mengungkapkan: ketahuilah bahwa wujud ini satu namun Dia memiliki penampakan yang disebut dengan alam dan ketersembunyiannya yang dikenal dengan asma (nama-nama), dan memiliki pemisah yang disebut dengan barzakh yang menghimpun dan memisahkan antara batin dan lahir itulah yang dikenal dengan Insan Kamil. Dalam kalimat lain juga menjelaskan:Indonesia yang memakai prinsip wihdat al-wujud, diantaranya: Hamzah Fansuri, Syamsudin as-Sumatrani dan Abdus Samad alPalimbani.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Ketahuilah bahwa Tuhan segala Tuhan adalah Allah Swt. Sebagai Nama Yang Teragung dan sebagai taayun (pernyataan) yang pertama. Ia merupakan sumber segala nama, dan tujuan terakhir dari segala tujuan, dan arah dari segala keinginan, serta mencakup segala tuntutan, kepadaNya lah isyarat yang difirmankan Allah kepada RasulNya Saw -bahwa kepada Tuhanmulah tujuan terakhir- karena Muhammad adalah mazhar dari pernyataan pertama (taayyun awwal), dan Tuhan yang khusus baginya adalah Ketuhanan Yang Teragung ini. Ketahuilah bahwa segala nama dari nama-nama Allah merupakan gambaran dalam ilmu Allah yang bernama dengan mahiat atau ain sabitah (esensi yang tetap). Setiap nama juga memiliki gambaran di luar yang diberi nama dengan mazahir (penampakan atau fenomena) dan segala nama tadi merupakan pengatur dari nama mazahir Allah (fenomena-fenomena) yang menghimpun ini. segala Sedang nama Haqiqat Muhammadiyah merupakan gambaran dari ketuhanan yang darinya muncul limpahan atas segala yang ada dan Allah Swt sebagai Tuhannya. Haqiqat Muhammadiyah seluruhnya yang mengatur gambaran alam dengan Tuhan yang tampil padanya,

disebut dengan Rab al-arbab (Allah Swt). Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan Haqiqat Muhammadiyah di sini bukan hanya Nabi Muhammad Akhlaqnya. sebagai Nabi manusianya muhammad namun disebut Haqiqat dengan Muhammadiayah adalah Asma dan Sifat Allah serta Muhammad karena Beliau mampu berakhlaq dengan seluruh akhlaq ketuhanan tersebut.

Selanjutnya Ibn Arabi juga mengatakan: ketahuilah bahwa yang ada hanya sifat-sifatNya Allah, afalNya maka semuanya adalah Dia, denganNya, dariNya dan kepadaNya. Kalaulah ia terhijab dari alam ini walaupun sekejap maka binasalah alam ini secara keselurhan, kekalnya alam ini dengan penjagaanNYa dan penglihatanNya kepada alam. Akan tetapi jika sesuatu sangat tampak jelas dengan cahayaNya hingga pemahaman tidak mampu untuk mengetahuinya maka penampakan itulah yang disebut dengan hijab. Jadi asma dan sifat itulah yang disebut dengan Haqiqat hakikat Muhammadiyah, tersebut. Oleh dan alam itu muncul Ibn dari Arabi sebab

mengungkapkan: Alam pada hakikatnya adalah satu namun yang hilang dan muncul adalah gambarnya saja. Maksudnya hakikat alam tadi berasal dari Zat Yang Satu, yang pada dasarnya gambaran alam tadi hilang dan muncul, artinya alam itu pada hakikatnya tiada berupa gambar saja. Dalam hal ini ia menyatakan: Maha Suci Allah yang menciptakan segala sesuatu Dialah segala sesuatu tadi. Artinya penampakannya tiada lain Dia juga, yang tampil dariNya adalah Dia juga. Lebih jelasnya Syaikh Abd Ar-Rauf Singkil menjelaskan dalam sebuah karyanya: wujud alam ini tidak benar-benar sendiri, melainkan terjadi melalui pancaran. Yang dimaksud dengan memancar di sini adalah bagaikan memancarnya pengetahuan dari Allah Taala. Seperti halnya alam ini bukan benar-benar Zat Allah, karena ia merupakan wujud yang baru, alam juga

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

tidak benar-benar lain dariNya. Karena ia bukan wujud kedua yang berdiri sendiri disamping Allah. Jadi alam bukanlah sebenarnya Allah namun pancarannNya dengan kata lain hijabnya. Hal ini dikuatkan oleh penjelasan Willian dalam salah satu karyanya mengenai Ibn Arabi: Hanya satu wujud dan seluruh eksistensi tiada lain adalah pancaran dari Wujud Yang Satu. Kesimpulannya yang tampak itulah makhluk cipatanNya sedang ZatNya tetaplah ghaib. Hal ini dijelaskan oelh Ibn Arabi sebagai berikut: Allah nyata ditinjau dari penampakanNya pada cipatanNya dan batin dari segi Zatnya. Untuk lebih jelasnya, Tajalliyat Allah pada lingkatan wujud adalah merupakan penampakan Allah berupa kesempurnaan dan keagungan yang abadi. Zatnya merupakan sumber pancaran yang tak pernah habis keindahan dan keagunganNya. Ia merupakan perbendaharaan yang tersembunyi yang ingin tampil dan dikenal. Allah sebagai keindahan ingin membuka perbendahataan tersembunyi tersebut dengan Tajalliyat (teofani) Haq tentunya yang merupakan penampakan-penampakan dari keagungan, keindahan dan kesempurnaanNya dalam pentas alam yang maha luas. Ibn Arabi berkata: Alam maujud atau mengada denganNya. Tajalliyat al-Wujud dengan gambaran global dalam tiga hadirat: Hadirat Zat (Tajalliyat Wujudiya Zatiya) yaitu pernyataan dengan diriNya untuk diriNya dari diriNya. Dalam hal ini Ia terbebas dari segala gambaran dan penampakan. Ini dikenal

dengan Ahadiyat. Pada keadaan ini tampak Zat Allah terbebas dari segala sifat, nama, kualitas, dan gambaran. Ia merupakan Zat Yang Suci yang dikenal dengan rahasia dari segala rahasia, gaib dari segala yang gaib, sebagaimana ia merupakan penampakan Zat, atau cermin yang terpantul darinya hakikat keberadaan yang mutlak. Tajalliyat Wujudiya Sifatiya yang merupakan pernyataan Allah dengan diriNya, untuk diriNya, pada penampakan kesempurnaanNya (asma) dan penampakan sifat-sifatNya yang azali. Keadaan ini dikenal dengan wahdah. Pada hal ini tampak hakikat keberadaan yang mutlah dalam hiasan kesempurnaan ini lah yang dikenal dedngan Haqiqat Muhammadiyah (kebenaran yang terpuji), setelah ia tersembunyi pada rahasia gaib yang mutlak denganjalan faid al-aqdas (atau limpahan yang paling suci karena ia langsung dari Zat Allah). Dalam keadaan ini tampillah al-Ayan asSabitah (esensi-esensi yang tetap) atau malumat Allah. Tajalliyat Wujudiyah Filiyah (afaliyah) yaitu pernyataan Haq dengan diriNya untuk diriNya dalam fenomena esensi-esensi yang luar (Ayan Kharijah) atau hakikat-hakikat alam semesta. Keadaan ini dikenal dengan mutlaq dengan ZatNya, sifatNya dan perbuatanNya dengan jalan limpahan yang suci (alfaid al-muqaddas). Allah pun tampak pada gambaran esensi-esensi luar (Ayan Kharijah), baik yang abstrak maupun yang kongkrit yang merupakan asal dari alam semesta seluruhnya.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Allah Swt merupakan awal dari tajalliyat wujud segala fenomenanya dan dimensinya. Jadi Dia tidak berasal dari ketiadaan dan tidak berakhir kepada ketiadaan pula. Ia merupakan karya absolut yang berada pada lingkatan yang absolut, ia berasal dari yang Haq dengan Haq dan kepada yang Haq, baik dalam tahap Zat, Sifat dan Afal. semuanya adalah penampakan dari hakikat yang satu. Namun apakah berarti alam adalah Allah dan Allah adalah alam. Bisa dikatakan ya atau tidak, sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam salah satu karyanya: Dalam hal ini ada sebagian golongan sufi yang terpeleset jatuh dalam kekhilafan dari yang sebenarnya, mereka berkata tidak ada kecuali apa yang engkau lihat bahwa alam adalah Allah dan Allah adalah alam tiada lain. Sebabnya kesaksian ini terjadi karena mereka belim benar benar mencapai apa yang dicapai oleh muhaqiqun. Kalau mereka mencapai apa yang dicapai oleh muhaqiqin maka meraka tidak akan berkata demikian dan menetapkan segala hakikat pada tempatnya dan mengetahuinya dengan ilmu dan penyingkapan. Disamping itu penyatuan antara manusia dan hamba adalah mustahil ataupun Allah bertempat adalah juga mustahil. Hal ini ia jelaskan dalam sebuah kitabnya: Ittihad adalah mustahil karena dua zat menjadi satu, tidak akan mungkin bertemu antara hamba dan Tuhan pada satu wajah selamanya ditinjau dari ZatNya. Dari pernyataan ini jelas beliau tidak berpaham panteisme, jadi bagaimana menafsirkan wahdatul

wujud

tersebut?

Sebagaimana Zat

yang

diungkapkan sumber

sebelumnya

bahwa

Allah

adalah

segalanya. Jadi yang disebut eksistensi atau wujud adalah Zat tersebut. Sedangkan keadaan yang dikenal dngan wahdah, Haqiqat tajalliyat Muhammadiyah wjudiyah (Ayan sabitah, sifatiyah) merupakan

penampakan atau bayangan dari Zat Yang Suci yang bernama Allah. Kemudian keadaan yang bernama Wahdaniyat (tajalliyat wujudiyah filiyah atau ayan kharijiyah) adalah bayangan dari wahdah atau Haqiqat Muhammadiyah. Jadi seluruhnya bayangan dari Zat Yang Suci. Lebih jelasnya alam ini (ayan kharijiyah) penampakan atau bayangan dari Asma Allah yang dikenal dengan Haqiqat Muhammdiyah ataupaun Ayan Sabitah. Sedangkan Asma adalah penampakan dari Zat Yang Maha Suci. Jadi bayangan adalah sesuatu yang pada hakikatnya tiada namun ia ada bergantung kepada Zat Allah, sebagaimana bayangan suatu benda. Penjelasan diatas dikuatkan dengan perkataan Ibn Arabi dalam kitab Futuhat: Jika Engkau nyatakan: Tiada sesuatupun yang setara denganNya maka hilanglah bayangan sementara bayangan terbentang maka hendaklah engkau memperhatikan lebih teliti. Dalam kitab Al-Jalalah beliau menjelaskan: Segala sesuatu memiliki bayangan dan bayangan Allah adalah Arasy. Akan tetapi bukanlah setiap bayangan terbentang. Arasy bagi Tuhan adalah bayangan yang tidak terbentang, apakah engkau tidak memperhatikan bahwa jisim yang memiliki bayangan apabila diliputi oleh cahaya maka

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

bayangannya ada padanya. Bayangan yang dimaksud di sini adalah alam semesta. Manusia memiliki banyak bayangan jika dia disinari oleh beberapa cahaya yang datang dari berbagai arah, wajahnya akan muncul dalam berbagai cermin yang pada hakikatnya ia adalah satu namun dipatulkan oleh beraam cermin. Begitu pula Allah Esa dari segi ZatNya dan berbilang dari segi penampakanNya dalam gambaran serta bayanganNya dalam cahaya. Jadi jelas bahwa sebenarnya alam ini adalah bayangan yang hakikatnya tiada atau dikenal dengan batil. Ibn Arabi menjelaskan: sebenar-benar ungkapan yang dikatakan oleh orang Arab bahwa; segala sesuatu selain Allah adalah batil karena siapa yang keberadannya tergantung kepada yang lain maka dia adalah tiada. Ia juga mengungkapkan dalam Risalah al-

Wujudiyah: Sesungguhnya engkau tidak pernah ada sama sekali dan bukan pula engkau ada dengan dirimu atau ada di dalamNya atau bersamaNya dan bukan pula engkau binasa ataupun ada. Untuk menjelaskan perkataan ini ia mengutip perkataan Abu Said Al-Kharraj menyatakan: Aku mengenal Allah dengan menghimpun segala dua hal yang bertentangan. Artinya Dialah Yang Lahir dan Yang Batin tanpa keadaan yang lain. Dijelaskan juga dalam kitabnya Ar-risalah Al-Wujudiyah: Dialah Yang Awal tanpa berawal, Yang Akhir tanpa berakhir, Yang Lahir tanpa jelas, Yang Batin tanpa tersembunyi.

Hal ini jika difahami berarti bahwa manusia tidak memiliki keberadaanyang independen dalam arti kata keberadaannya pada hakikatnya adalah bayangan dari keadaan Allah. Karena pada hakikatnya manusia tiada yang ada Allah. Jadi manusia adalah penampakan, bayangan atau ayat Allah yang pada hakikata adalah tiada atau khayal. Karena suatu yang sifatnya khayal berjumpa dengan khayal seolah kelihatan nyata. Dalam Fusus al-Hikam Ibn Arabi

mengungkapkan: Ketahuilah bahwa hadirat khayal merupakan hadirat yang menghimpun dan mencakup segala sesuatu dan yang bukan sesuatu. Jadi jelas bahwa alam ini adalah fana atau khayal dan yang kekal dan tampak adalah ZatNya Yang Suci dengan penampakan-penampakan yang indah dan agung yang mewujudkan kesempurnaanNya yang Allah, tiada kita batas. Di lain ada bukunya Ibn Arabi maka mengungkapkan: Tidak ada dalam wujud ini selain walaupun (Maujudun) sesungguhnya keberadaan kita denganNya, barang siapa yang keberadaannya dengan selain Allah maka ia masuk dalam hukum ketiadaan. Maksudnya ialah bahwa Allah ada dengan

sendiriNya dan tidak mengambil keberadaannya dari yang lain. Sedangkan alam adalah ada karena Allah mengadakannya. Jadi alam adalah keberadaan yang mungkin ada yang pada hakikatnya tiada. Di sini kita harus membedakan antara wujud dan maujud. Wujud

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

merupakan isim masdar yang berarti keadaan dan Maujud merupakan isim maful berarti sesuatu yang mengada karena pengaruh lain. Bisa ditafsirkan bahwa Allah adalah keberadaan itu sendiri atau Zat Yang Maha Ada, sedang maujud adalah sesuatu yang menjadi ada disebabkan hal lain. Maujud merupakan objek yang berarti sesuatu yang menerima pengaruh perbuatan yang lain. Jadi sesuatu yang menjadi ada karena adanya keberadaan yang lain bukanlah keberadaan yang sejati namun keberadannya bergantung kepada Wujud Yang Sejati. Keberadaannya disebut dengan khayal, artinya ia ada karena bergantung pada Wujud Sejati. Namun jika sesuatu tidak bergantung kepada Wujud Sejati tentu dia tiada, karena siapa yang akan memberikannya keberadaan, Jadi jelas yang dimaksud dengan Wahdat al-Wujud adalah bahwa wujud yang sejati adalah satu. Bukan berarti alam adalah Allah dan Allah adalah alam. Dalam menerangkan wahdatul wujud Ibnu Arabi kadang mengutip kuplet berikut, sebagaimana yang termaktub dalam kitab al-Alif: Dalam segala sesuatu Dia memiliki ayat49 Menunjukkan kenyataan bahwa Dia adalah Satu. Kesatuan wujud ini juga dapat difahami dari49 Persoalan ayat Allah dalam pemahaman keagamaan terbagi menjadi dua katagori; pertama ayat-ayat kauliah berupa al-quran dan al-sunnah dan kedua; ayat kauniyyah berupa hamparan alam raja ndan segala isinya. Dalam konteks ini maka seorang makhluk yang dianugerahi akal dituntut untuk dapat dengan baik memperhatikan ayat-ayat kauiniyyah tersebut.

sebuah hadis yang sering dikutip Ibn Arabi dalam menerangkan masalah Wahdat al-Wujud yaitu: Kanallahu wala syaia maahu50 artinya dahulu Allah tiada sesuatu apapun besertaNya. Disempurnakan dengan perkataan wahuwal aana ala makaana artinya sekarang apapun Ia yang sebagaimana menyertai keadaanNya Allah dahulu. dan Maksud dari kedua pernyataan ini tidak ada sesuatu selamanya segalaNya pada sisiNya adalah tiada. Tiada Tuhan selain Allah artinya segala sesuatu berupa alam yang gaib dan nyata adalah bayangan Allah yang pada hakikatnya tiada. Karena segala sesuatu yang tiada bisa dijadikan Tuhan oleh manusia dan yang pada hakikatnya yang ada hanya Zat Allah Yang Maha Suci yang bernama Allah. Yang dapat disimpulkan dari penjelasan di atas ialah, alam bisa dikatakan Allah dan bisa juga tidak. Dilihat dari keterbatasan alam dan hakikatnya yang merupakan khayal semata maka alam bukanlah Allah. Namun jika dilihat bahwa alam tidak akan muncul dengan sendirinya dan mustahil ada wujid disamping Allah ataupun diataNya atau dibawahNya atau ditengahNya atau didalamNya atau diluarNya maka alam adalah penampakan Allah. Penampakan itu tiada lain allah jua adanya.

50 Dalam redaksi hadits yang dijadikan landasan para sufi; Kuntu Kanza Makhfiyyan fa ahbabtu an-Uraf fa Khalaqtul Khalqa wabihi Arafuni (dulu kala Aku adalah Permata tersembunyi yang tidak ada seorangpun mengetahuinya, maka Aku ingin dikenal dan Aku ciptakan makhlukKu, melalui dialah Aku kemudian dikenali.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

Dibalik itu semua dalam memahami hal ini bukanlah dibuktikan cukup dengan logika namun harus dengan penyaksian sebagaimana

pernyataan Ibn Arabi: Tauhid adalah penyaksian danbukan pengetahuan, barang siapa menyaksikan maka ia telah bertauhid barang siapa hanya mengetahui ia belum bertauhid. Jadi beginilah yang dapat difahami dari Wahdat al-Wujud. Permasalahan Tanzih dan Tasybih akan lebih menjelaskan konsep Wahdat Wujud. Jadi hakikat diri tujuan al-taubah adalah ke

mendekatkan

kembalisetelah

terperosok

jurang kesalahankepada Allah Swt. Allah dalam alquran menegaskan bahwa manusia diperintahkan untuk kembali kepada Allah Swt dengan sebaik-baik kembali (taubatan Nashuha) Tb Ila Allah Taubatan Nashha51. Untuk menjadi hamba yang bertaubat, jika berkaitan dengan haq-haq Allah harus memenuhi tiga persoalan utama sebagaimana dikatakan dalam kitab riyadus shalihin52 (Zakaria, 2000, hal. 33);

: : . Ulama berkata; Taubat itu hukumnya wajib bagi setiap maksiat yang dilakukan, jika maksiat itu51 Lihat al-Quran Surat al-Tahrim:8, surat An-Nur:3) 52Imam Abi Zakaria, 2000, Riyadlus Shalihin, Beirut; Libanon, 33. Lihat juga Khalid al-Sayyid Rusyah, 2005. Ladzatul Ibadah, Iskandariah: Daar al-Shafa wa al-Marwah. Hal.287-290.

berkaitan dengan haq-haq Allah terdapat tiga persyaratan, pertama; hendaknya mencerabut diri dari maksiat, menyesali semua perbuatan maksiatnya, dan beradzam (berniat) untuk tidak akan kembali lagi melakukan perbuatan dosa yang dilakukan. Jika salah satu dari ketiga persyaratan tersebut maka taubatnya tidak sah (tidak diterima Allah Swt). Tapi jika berkaitan dengan haq-haq manusia maka syarat taubat menjadi empat perkara, tiga perkara tersebut di atas ditambah dengan satu persyaratan lainnya yakni mengembalikan semua haqhaq yang telah diambilnya. (Zakaria, 2000, hal.34). Syaikh Khalid al-Sayyid Rusyah dalam bukunya Ladzzatul Ibadah menegaskan 15 langkah untuk bertaubat agar bias menjadi manusia paripurna; Mengingat semua dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan serta mengingat mudlarat yang ditimbulkan dari perbuatan maksiat tersebut Memfokuskan diri dengan ketulusan niat untuk benar-benar kembali hanya kepada Allah semata Hendaklah maupun memulai tidak dan memelihar dengan kesucian senantiasa

dzahir dan batinnya dari segala kotoran terlihat terlihat memohon ampunan Allah dan memperbanyak bacaan istigfar53. Melakukan khalwat dalam dirinya (menyepi) untuk mengingat Allah Swt dan selalu membaca ayat53Rasul Allah bersabda; Wahai sekalian manusia (beriman) bertaubatlah kepada Allah dan bacalah istighfar karena saya sesungguhnya bertaubat kepada Allah dalam satu hari 100 kali.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

ayat azab dan iqab. Selalu menangis karena takut kepada Allah Swt terhadap dosa-dosa yang telah dilakukannya Selalu mengingat berbagai nikmat dan anugerah yang telah diberikan Allah kepadanya dan melihat semua pemberianNya kasih saying Membenci semua dosa dan kesalahan yang dengan mata

terlanjur dilakukan dengan menjauhkan diri dari kelezatan yang diperoleh dari perbuatan maksiat Mengangkat kedua tangannya dalam berdoa

dengan menyerahkan sepenuh hatinya semua perbuatannya diampuni Allah Swt Mengulang-ulangi tempat Melakukan salat setiap dengan waktu dan bersujud doa, dan istighfar setiap waktu dan

kehadiratNya

membaca

berniat untuk tidak akan pernah kembali lagi melakukan kesalahan yang sama Meninggalkan tempat maksiat tersebut dengan berpindah ke lokasi lain (berhijrah dari negeri yang Dzalim)5454Perbuatan ini pernah dilakukan oleh seorang hamba Allah yang membunuh 100 jiwa tanpa kesalahan namun bertaubat dengan tulus dan pergi meninggalkan tempat tinggalnya (karena daerah yang dia tempati selalu merangsangnya berbuat dzalaim). Saat dia melangkahkan kakinya untuk berhijrah dan belum sampai pada tujuan Allah memanggilnya dan meninggal di tengah perjalanan hijrahnya. Akhirnya Allah memasukan dia ke dalam rahmat dan kasih sayangnya berupa Surga.

Melakukan ketaatan kepada Allah terhadap semua kekeliruan yang telah ditinggalkan pada masa lalunya Memohon kepada Allah untuk ditetapkan dalam keataan kepada Allah Swt Mengulang-ulangi taubatnya dan selalu merasa bahwa taubatnya tidak akan diterima Allah Swt Merasakan kelemahan dan kegelisahan yang

sangat terhadap semua kesalahan yang telah dilakukannya dan merasakan kehinaan yang berlarut-larut saat mengingat dosa-dosanya.55 Kelima belas metode dan langkah bertaubat tersebut jika dilakukan dengan benar, maka dapat dipastikan taubatnya diridlai Allah SWT dan kembali kepada fitrah yang telah di sepakati saat berada di alam arwah, Allah berfirman

Bukankah Aku ini tuhan kalian, maka jawabnya seluruh makhluq saat berada di alam arwah iya Engkau adalah tuhan kami. Pengakuan terhadap Allah sebagai pencipta inilah kemudian yang menjadikan seluruh makhluk Allah sebagai muslim, walaupun pada akhirnya kondisi lingkungan, pergaulan dan asuhan orang tualah yang menyebabkan mereka setelah berada di atas dunia menjadi melenceng dari ajaran dan petunjuk Allah55Lihat juga Khalid al-Sayyid Rusyah, 2005. Ladzatul Ibadah, Iskandariah: Daar al-Shafa wa al-Marwah. Hal.293-294.

Corak tasawuf

faqih Jalaluddin

SWT. Terkait dengan konsep inilah maka keyakinan teologis manusia muslim, bahwa seluruh manusia yang terlahir ke atas dunia ini adalah musli