appjnjn

85
FORMAT RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Nama mahasiswa : Tempat Praktek : Ruang F Rumah Sakit Umum Pusat Suradji Tirtonegoro Klaten Tanggal : 17 Juli 2006 I. Identitas diri klien Nama : Tn MJ Suku : Jawa Umur : 66 tahun Pendidkan : SD Jenis Kelamin : Laki- laki Pekerjaan : PensiunanPNS Alamat : Tonggalan Klaten Tengah Lama bekerja : 56 tahun Tanggal masuk RS : 12 Juli 2006 Tgl. Pengkajian : 17 Juli 2006

Upload: nur-ilmi

Post on 16-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jhijnknki

TRANSCRIPT

Page 1: Appjnjn

FORMAT RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAHNama mahasiswa :

Tempat Praktek : Ruang F Rumah Sakit Umum Pusat Suradji Tirtonegoro Klaten

Tanggal : 17 Juli 2006

I.               Identitas diri klien

Nama : Tn MJ Suku : Jawa

Umur : 66 tahun Pendidkan : SD

Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : PensiunanPNS

Alamat : Tonggalan Klaten Tengah Lama bekerja : 56 tahun

Tanggal masuk RS : 12 Juli 2006 Tgl. Pengkajian : 17 Juli 2006

Status perkawinan : Kawin Agama : Islam

Sumber Informasi : Klien, Keluarga, CM No. CM : 505972

II.              Riwayat penyakit

1.       Keluhan utama saat masuk RS: Susah buang air kecil (BAK)

2.       Riwayat penyakit sekarang

Klien datang ke IRD RS Dr Suradji Tirtonegoro tgl 12 Juli 2006 jam 11.00 dengan keluhan susah

BAK, nyeri perut bagian bawah, urine bercampur darah (+), klien tidak mual, tidak muntah. Keluhan

dirasakan sejak tanggal 30 Juni 2006 langsung diperiksakan ke RS Dr Suradji dan kontrol sebanyak tiga

kali dan mendapat tindakan pemasangan DC dan pengobatan, kemudian direncanakan tindakan operasi.

Page 2: Appjnjn

Tindakan yang telah dilakukan:

Tanggal 30 Juni 2006

               Pasang DC (di IRD)

               Ciprofloxacin 2x 500 mg (oral)

               Asam mefenamat 3x 500 mg (oral)

Tanggal 1 Juli 2006 (kontrol)

               Ciprofloxacin 2x 500 mg (oral)

         Asam mefenamat 3x 500 mg (oral

Tanggal 3 Juli 2006 (kontrol)

         Spooling DC (di IRD)

               Ciprofloxacin 2x 500 mg (oral)

         Asam mefenamat 3x 500 mg (oral)

Tanggal 14 Juli 2006

               IVFD Na Cl 30 tpm

               Ciprofloxacin 2x 500 mg (oral)

               Asam mefenamat 3x 500 mg (oral)

Tanggal 15 Juli 2006

               Konsul anesthesia (data TD: 130/90 mmHg, N: 90x/mnt, Hb: 9 g/dl)

               Cek elektrolit

               Puasa 8 jam sebelum OP

               Lain-lain sesuai bedah

               Sedia darah 2 kolf

Tanggal 17 Juli 2006, klien menjalani operasi:

(a)     Operasi dimulai jam 09.00 selesai jam 10.15 WIB.

Page 3: Appjnjn

(b)     Nama tindakan : Open Prostatektomi

(c)     Selesai operasi sebelum dibangsal dirawat di RR

(d)     Program terapi post operasi (ahli bedah):

-          Awasi KU/Vital Sign (VS)

-          Infus RL : D 5% : 2 : 2

-          Tirah baring 24 jam

-          Kalnex 3x1 ampul

-          Perawatan Irigasi:

Hari I : irigasi diguyur

Hari II : irigasi 60 tetes / menit

Hari III : Irigasi 40 tetes / menit

-          Posisi tidur : tidur terlentang

-          Traksi kateter dipertahankan dalam 24 jam post operasi

-          Diet nasi (TKTP)

-          Remopain 3x1 ampul

-          Ciprofloxacin 2x200 mg

(e)     Perawatan Post operasi di bangsal

Perawatan post operasi open prostatektomi di bangsal mengacu pada protap Post operasi BPH

dan berdasarkan respon klinis (masalah keperawatan) yang timbul setelah klien datang

dibangsal, serta jenis anaestesi yang digunakan.

Jam 11.10 Post Operasi Klien tiba di ruangan, (1 jam sebelum di bangsal terpapar suhu dingin di

ruang operasi), sesuai laporan operasi klien dianastesi dengan Regional anasthesia, dengan

keadaan umum lemah, kesadaran CM, TTV (TD 120/70 mmHg, N: 84 x/mnt, S :35,8˚ C, R:

20x/mnt, akral dingin. Klien mengatakan “ngoplok” (menggigil). Klien tampak mengikuti intruksi

tidak akurat (kurang kooperatif) saat di ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium.

Page 4: Appjnjn

Laporan Anesthesi:

         Operasi dimulai jam : 09.00 s.d 10.15.

         Tehnik anasthesia Regional : Spinal L3-L4, ICS (+)

         Induksi Oksigenasi : (+)

         Maintenance : O2

         Macam obat : Efedrin 10 mg, Nafroz 4 mg

         Macam cairan :

1.       RL : 500 cc

2.       HES : 500 cc

3.       RL :-

         Balance cairan :

a.       Masuk : RL 500 cc + Koloid HES 500 cc = 1000 cc

b.       Keluar : Perdarahan : 150 cc + Urine bag:800 cc = 950 cc

         Perawatan di RR :

Pengawasan TTV (TD: 120/80 mmHg, N : 80x/mnt, S:36oC) dan kesadaran, mencegah

kedinginan, pengawasan balance cairan, KU.

Alderte Score:No Variabel Masuk Keluar12345

Aktivitas motorikPernafasanTekanan darahKesadaranWarna kulit

12222

12222

Skor total 9 9

Program medis (dokter Anesthesi):

         Awasi KU /VS tiap 1/2 jam/24 jam

         Kesakitan beri obat remopain 1amp

         Program cairan:

Page 5: Appjnjn

-          RL : 20 - 30 tpm

-          Tidur terlentang 1 bantal/24 jam

-          Makan/minum biasa

-          Bila tensi Sistole < 100 mm Hg injeksi efedrin 10 mg iv.

3.       Riwayat penyakit dahulu.

Klien tidak ada riwayat penyakit: DM, Jantung, Hipertensi, Asma dan tidak ada riwayat alergi baik

makanan maupun minuman.

4.       Diagnosa medik pada saat masuk RS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah dilakukan:

b.       Diagnosa medik

Diagnosa Kerja saat masuk Rumah sakit : Retensi urine suspect BPH

c.        Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan:

         Foto RO Thorax, tanggal 14 Juli 2006:

Hasil: kesan Kardiomegali dengan awal bedungan pulmo

         Pemeriksaan EKG tanggal 14 Juli 2006, Hasil: kesan normal

         Pemeriksaan laboratoriumDarah Satuan Nilai normal 13 Juli 2006

a.       Darah lengkap         WBC          RBC          HBG          HCT         MCV         MCH         MCHC         PLT         RDW         PDW         MPV         P-LCR

x10³/µLx106 /µL

g/dl%FlFlPg

x10³/µLflflfl%

4,5 - 10,34,7- 6,114- 1842- 5280- 10027 - 3133 - 37

150 - 45035 - 479 – 13

7,1 – 11,115 - 25

b.       Def. counting         LYM         MDX         Neut

%%%

19 – 480 – 8

40 – 74c.        Kimia darah

         Kreatinin Mg/dl -

Page 6: Appjnjn

         Ureum         Glukosa         BUN         Na         K         Cl

Mg/dlMgldlMg/dlMmol/lMmol/lMmol/l

---

135 -1453,8 – 5,598 - 106

Kesan hasi pemeriksaan laboratorium:

Klien mengalami anemia (HGB : 9,0 mg/dl)

III.            Pengkajian saat ini Post Operasi Hari 0 (mulai hari pertama merawat klien)

1.       Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Klien mengatakan bahwa hari ini telah dilakukan operasi prostat. Sewaktu periksa di poliklinik, klien

dijelaskan oleh dokter bahwa bagian yang dioperasi adalah pada perut bagian bawah.

2.       Pengetahuan tentang penyakit/perawatan

Klien mengatakan belum mengetahui perawatan dan pengobatan setelah dilakukan operasi dan setelah

pulang dari rumah sakit. “saya belum tahu perawatan dan pengobatan setelah operasi”.

3.       Pola nutrisi dan metabolik :

Program diet di RS : Diet post operasi nasi biasa (bebas),TKTP

Intake makanan : Sebelum sakit hingga hari kemarin klien tidak ada keluhan dalam makan dan

selalu menghabiskan porsi makan yang disajikan. Sejak jam 24.00 semalam

klien puasa dan sampai saat pengkajian belum minum.

Intake cairan : Sebelum operasi klien minum sekitar 5 – 6 gelas per hari. Setelah selesai

operasi hingga saat ini klien tidak mengeluh mual dan belum mencoba minum.

Klien mendapat infus RL dan Dextrose 5 % (2:2) 30 tetes/menit.

4.       Pola eliminasi :

a. Buang air besar : Sehari sebelum operasi klien bisa buang air besar dengan konsistensi padat

berbentuk dan tidak mengalami keluhan.

Page 7: Appjnjn

b. Buang air kecil : Klien terpasang dower kateter nomor 18 dengan irigasi NaCl 0,9 % dengan

produk urine + bilasan berwarna jernih kekuningan. Irigasi dan eliminasi urine

jalan lancar dan tidak tampak perdarahan atau bekuan darah.

5.       Pola aktivitas dan latihan

Sebelum di RS klien aktivitasnya bertani (tanam padi di sawah)

Setelah operasi belum bisa melakukan aktivitas karena imobilisasi selama 24 jam post operasi. Klien

tampak lemah akibat pengaruh anastesi belum habis.Kemampuan perawatan diri 0 1 2

Makan/ minum √Mandi √Toileting √Berpakaian √Mobilitas di tempat tidur √Berpindah √Ambulasi/ROM √

0:mandiri, 1:Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: Tergantung total

Oksigenasi: saat dikaji klien tidak sesak nafas

6.       Pola tidur dan istirahat

Keluarga mengatakan sejak dirumah sakit tidak ada gangguan tidur

7.       Pola perseptual

Penglihatan (pengkajian tgl 17-7-2006) : klien tidak mengalami keluhan penglihatan. Klien masih mampu

melihat dengan baik.

Pendengaran : klien mampu mendengar dengan baik pada pembicaraan dengan jarak sekitar 1

meter dengan suara sedang. Klien mengeluh pendengaran sudah berkurang.

Pengecapan : Klien tidak mengalami keluhan dengan pengecapan.

Sensasi : Klien menjalani operasi dengan spinal anestesi, dan klien mengeluh bahwa

kedua tungkai masih terasa kesemutan dan belum bisa digerakkan. Klien

mengeluh bahwa pada perut bagian bawah terasa nyeri dan panas.

Page 8: Appjnjn

8.       Pola persepsi diri

Klien dan keluarga memandang sakit merupakan musibah, dan harus dilalui dengan sabar.

9.       Pola seksualitas dan reproduksi

Klien selama perkawinannya dikaruniai 2 anak perempuan, sudah mempunyai cucu.

10.    Pola peran hubungan

Komunikasi menggunakan bahasa jawa, hubungan dengan keluarga baik, klien seorang pensiunan, biaya

pengobatan ditanggung oleh PT Askes

11.    Pola manajemen koping stress

Keluarga mengatakan klien adalah punya sifat keras dan kurang sabar, tetapi mempunyai semangat

hidup yang tinggi, klien sering marah kalau meminta sesuatu tetapi tidak segera dilayani.

12.    Sistem nilai dan keyakinan

Klien beragama islam, sebelum sakit rajin beribadah, tetapi setelah sakit hanya berdoa di tempat tidur

IV.           Pemeriksaan fisik (cephalocaudal)

Keluhan yang dirasakan sat ini:

1. Keluhan yang dirasakan saat ini :

(jam 12.30) klien mengeluh luka operasi terasa sakit

Klien mengeluh perut bagian bawah terasa panas dan sakit serta kedua tungkai terasa berat,

kesemutan/kram dan belum bisa digerakkan serta badan masih lemes..

2. Tanda vital :

Kesadaran : composmentis. GCS : 15 (E = 4, V = 5, M = 6).

TTV (TD 120/70 mmHg, N: 84 x/mnt, S :35,8˚ C, R: 20x/mnt.

Kesadaran CM, BB:41 kg, TB tidak diukur.

3. Kepala dan leher :

Page 9: Appjnjn

Rambut belum beruban, masih memakai pembungkus kepala warna putih, kulit kepala bersih, tidak ada

luka atau kelainan. Mata : conjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterik, lensa tidak keruh. Telinga : tidak

ada radang, tidak ada sekresi cairan atau darah, refleks cahaya pilitser positif. Hidung : tidak ada keluhan,

tidak tampak sumbatan, dan tidak ada lendir. Mulut ; mukosa kemerahan dan agak kering. Gigi : sebagian

sudah tanggal, tidak ada keluhan. Leher : tidak ada benjolan maupun peningkatan JVP.

4. Thoraks (tgl 17-7-2006) :

Inspeksi : dinding dada cembung, pernafasan dada, tidak terdapat luka atau kelainan.

Ictus cordis tidak tampak, dan pengembangan dada simetris.

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba pada dada kiri dan vokal fremitus paru kanan dan kiri

sama.

Perkusi : Kedua paru sonor, batas jantung atas di ICS 3 linea mid sternalis, batas kanan

pada linea para sternalis kiri, batas kiri jantung pada linea mid aksilaris anterior.

Auskultasi : Suara nafas kedua paru vesikuler, bunyi jantung 1 dan 2 normal.

5. Abdomen :

Inspeksi : dinding abdomen tampak supel, terdapat balutan luka operasi pada abdomen

bagian bawah dengan slang drain dan selang irigasi.

Auskultasi : Peristaltik usus 17 x / mnt. Tak terdengar bruit aorta.

Palpasi : Abdomen supel, hati dan lien tidak teraba, nyeri tekan pada perut bawah

( sekitar operasi ). Tidak teraba masa fekalik pada abdomen.

Perkusi : Suara timpani.

6. Inguinal dan genitalia :

Tidak ada pembesaran kelenjar inguinal dan tidak terdapat kelainan genetalia. Klien menggunakan dower

kateter nomor 24, di traksi dengan difiksasi plester pada paha kanan dalam, fiksasi kuat (+), orivisium

ditutup dengan kasa, rembesan darah (-).

Page 10: Appjnjn

7. Ekstremitas :

a.       Atas :simetris kanan dan kiri, ROM +/+, lengan kiri bawah terpasang infus RL tetesan

lancar 30 tpm, area port entre tidak tampak tanda infeksi.

b.       Bawah : kanan dan kiri tampak simetris, kedua tungkai bawah sudah bisa digerakkan terbatas

atas perintah petugas, paha kanan ditraksi dengan DC no 18 difiksasi dengan plester,

akral teraba dingin, kuku tidak pucat.

V.       Analisa Data

No Data Etiologi

1 S :

O :

Klien mengatakan “ngoplok” (menggigil)

        Suhu Tubuh 35,8˚C (jam 11.10) baru tiba di ruangan.        Klien tampak mengigil        Akral teraba dingin        Bibir tampak pucat        Klien post OP open prostatektomi hari 0, (1 jam sebelum di bangsal

terpapar suhu dingin di ruang operasi)        Konjungtiva tampak anemis        Hb 9 gr/dl

Terpapar lingkungan dingin

2 S :

O :

Klien mengeluh luka operasi terasa sakit (jam 12.30)

       Tampak luka operasi di abdomen bawah (di atas supra pubik) tampak bekas luka operasi tertutup kasa, tidak basah, darah (-), terpasang drip/irigasi Na CL tetesan lancar 80 tpm, terpasang drain vakum (+), warna cairan merah tua, volume 25 cc.

       Terpasang DC no 24 difiksasi dengan paha kanan dalam, fiksasi kuat (+), orivisium ditutup dengan kasa, difiksasi dengan plester

       TTV (TD 120/70 mmHg, N: 84 x/mnt, S :35,8˚ C, R: 20x/mnt

Incisi bedah, pemasangan DC dan spasme kandung kemih

3. S : Klien dan keluarga mengatakan “saya belum tahu perawatan dan pengobatan setelah operasi”.

Tidak familiar dengan sumber informasi

Page 11: Appjnjn

O :       Klien tampak mengikuti intruksi tidak akurat (tidak kooperatif) saat di

ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium.       Wajah tampak lesu, pandangan tampak kosong dan apatis.

4. S :

O :

-

       Terpasang DC no 24 difiksasi dengan paha kanan dalam, fiksasi kuat (+), orivisium ditutup dengan kasa, difiksasi dengan plester

       Tampak luka operasi di abdomen bawah (di atas supra pubik) tampak bekas luka operasi tertutup kasa, tidak basah, darah (-), terpasang drip/irigasi Na CL tetesan lancar 80 tpm, terpasang drain vakum (+), warna cairan merah tua, volume darah 25 cc.

       Konjungtiva tampak anemis       Hb 9 gr/dl

Prosedur infasif

5. S :

O :

Klien mengeluh badannya lemes

       Konjungtiva tampak anemis       Hb 9 gr/dl        Akral teraba dingin       Bibir tampak pucat       Perdarahan : 150 cc (saat Operasi)       terpasang drain vakum (+), warna cairan merah tua, volume darah 25

cc

-

6. S :

O :

Klien mengeluh badannya lemes

         Klien dilakukan operasi Open Prstatektomi (hari ke- 0 operasi) dengan spinal anestesi

         Dinding abdomen terdapat balutan luka operasi pada abdomen bagian bawah dengan slang drain dan slang irigasi.

         Terdapat darah pada slang drain.

-

7. S :O :

-         Klien dilakukan operasi Open Prstatektomi (hari operasi)         Dinding abdomen terdapat balutan luka operasi pada abdomen

bagian bawah dengan slang drain dan slang irigasi.         Klien menggunakan dower kateter nomor 24.         Cairan bilasan kandung kemih berwarna kuning jernih.         Perawatan Irigasi :

Hari I : irigasi diguyurHari II : irigasi 60 tetes / menitHari III : Irigasi 40 tetes / menit

-

8 S :          Klien mengeluh perut bagian bawah terasa panas dan kedua tungkai masih terasa kesemutan dan belum bisa digerakkan.

imobilisasi

Page 12: Appjnjn

O :

         Kekuatan otot pada kedua tungkai 0.         Kemampuan perawatan diri klien seluruhnya dibantu orang lain         Klien dibatasi mobilisasinya dengan posisi ½ duduk sampai 24 jam

paska operasi

VI.     Diagosa Keperawatan dan prioritas

1.       Hipotermia berhubungan dengan terpapar lingkungan dingin

2.       PK: perdarahan

3.       Nyeri akut berhubungan dengan Incisi bedah, pemasangan DC dan spasme kandung kemih

4.       PK : obstruksi kateter

5.       Resiko Infeksi berhubungan dengan Prosedur invasif

6.       Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi

7.       Deficit pengetahuan tentang penatalaksanaan pasca operasi dan masa penyembuhan berhubungan

dengan tidak familiar dengan sumber informasi

8.       PK: Anemia

Page 13: Appjnjn

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Nn. R DENGAN POST OPERATIF APENDIKSITIS AKUT

BAB IPENDAHULUAN

                                             Latar Belakang

Didalam Millenium Develevopment Golds ( MDG ) upaya pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari pembangunan Nasional. Upaya ini cukup luas dan kompleks serta memerlukan pengertian yang lebih seksama dalam pelayanan kesehatan pada umumnya dan khususnya pada pelayanan keperawatan. Sejalan dengan perkembangan zaman muncul berbagai masalah kesehatan salah satunya adalah apendiksitis.

Page 14: Appjnjn

Apendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen apendiks, ini bermuara ke dalam caecum dinding apendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya apendiks terletak pada illiaca kanan .

Apendiks dapat mengalami peradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pustula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus illeum dan kelainan yang lain. Khusus untuk apendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau ganggrene.

Tindakan pengobatan terhadap apendiks dapat dilakukan dengan cara operasi ( pembedahan ). Pada operasi apendiks dikeluarkan dengan cara apendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang apendiks. Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi. Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi

Page 15: Appjnjn

dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya dalm membantu dalam menurunkan angka kesakitan akibat dari apendiks ( internet 2011, WWW.google.com) .

BAB IITINJAUAN TEORI

A.   Konsep Dasar Apendiksitis1.    Pengertian Apendiksitis

a.    Anatomi dan fisiologi

Page 16: Appjnjn

Gambar 1. Usus buntu (Appendiks)(andilblogger.blogspot.com/2008/06).

Apendiks adalah bagian dari usus besar yang muncul seperti corong pada akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang

Page 17: Appjnjn

apendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang dapat menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen. (Syaifuddin, 1997: 80).

Panjang apendiks lazimnya adalah delapan sampai sepuluh centi meter pada orang dewasa. Terdapat dua lapisan otot di dalam dinding apendiks, yaitu lapisan dalam (sirkularis) merupakan penerusan otot seikum yang sama dan lapisan luar (longitudalis) dari penyatuan tiga tenia seikum.1)    Letak Apendiks

a.    Letak di fossa iliaca kanan, basis atau pangkalnya sesuai dengan titik Mc Burney 1/3 lateral antara umbilikus dengan SIAS.

b.    Basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 – 5 cm.

c.    Pakal lumen sempit, distal lebar. ( Farid 3, 2001 )

2).  Bentuk Dan UkuranUsus besar merupakan tabung muskular

berongga dengan panjang sekitar lima kaki ( sekitar 1,5 m ) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar  sudah pasti lebih besasr dari usus kecil. Rata –rata

Page 18: Appjnjn

sekitar 2,5 inc ( sekitar 6,5 cm ) tetapi makin dekat anus  diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, colon, dan rectum. Pada sekum terdapat katup illeosecal dan Apendiks yang melekat pada ujung sekum. Colon dibagi lagi menjadi colon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk kelokan tajan yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut – turut dinamakan fleksura hepatica danfleksura lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk S lekukan rectum. Pada posisi ini gaya berat membantu mengalirkan air dari rectum ke fleksura sigmoid. Rectum terbentang dari colon sigmoid sampai anus ( Silvia A. Price, Lorraina, M Wilson 1995 )

Usus buntu mungkin memiliki beberapa fungsi pertahanan tubuh, tapi bukan merupakan organ yang penting. Apendiks atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Apendiks merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6 – 9 cm), menghasilkan

Page 19: Appjnjn

lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnyaapendiksitis (radang pada apendiks). Di dalam apendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah IgA. Selain itu pada apendiks terdapatarteria apendikularis yang merupakan endartery. Apendiksitis sering terjadi pada usia antara 10-30 tahun.

b.    PengertianApendiksitis adalah peradangan pada usus

buntu (apendiks), atau radang pada apendiks vermiformi yang terjadi secara akut. Usus buntu merupakan penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di usus besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus halus. ( Farid 3, 2001 )

Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab yang

Page 20: Appjnjn

umum dari radang abdomen akut yang paling sering (Mansjoer Arif, 2000).

Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil, panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secarah teratur berisi sekum, karena pengosongan tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama terhadap infeksi Apendiksitis. (Brunner & suddarth, 2000).

Apendiktomy adalah pengangkatan apendiks terinflamasi dan dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan metode endoskopi. Namun adanya perlengketan multipe atau robekan perlu dilakukan prosedur pembukaan. (Doenges, 2000).

c.    Etiologi

Page 21: Appjnjn

Apendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat. (Irga, 2007) :1.    Hiperplasia dari folikel limfoid.2.    Adanya fekalit ( massa fecal yang

keras ) dalam lumen apendiks.3.    Tumor apendiks.4.    Adanya benda asing seperti cacing askariasis.5.    Erosi mukosa apendiks karena parasit seperti

E. Histilitica.6.    Spasme otot spinter antara perbatasan

apendiks dan seikum.7.    Hiperplasia jaringan limfoid yang biasa terjadi

pada anak-anak.8.    Penyebab lain apendiksitis adalah infeksi yang

disebabkan oleh kuman – kuman seperti Escherichia coli (80%), Streptokokus tapi kuman yang lain jarang terjadi.

d.    Tanda dan gejala1.    Ada beberapa gejala awal yang khas yakni :

a.    Nyeri yang dirasakan secara samar (nyeri tumpul) di daerah sekitar pusar. kemudian

Page 22: Appjnjn

nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda -tanda yang khas padaapendiksitis akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney. Nyeri perut ini akan bertambah sakit apabila terjadi pergerakan seperti batuk, bernapas dalam, bersin, dan disentuh daerah yang sakit.

b.    Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah.

c.    Demam derajat rendah ( 37,5° C – 38,5° C ) dan terasa sangat lelah.

d.    Mules.e.    Malaise.f.     Konstipasi atau diare.g.    Tidak ada nafas makan.h.    Leukositosis (lebih dari 12.000/mm3) dengan

peningkatan jumlah neutrofil sampai 75%.2.    Tanda dan gejala Post Apendiktomi :

a.    Nyeri pada area luka operasi yang kemungkinan dapat menghambat aktivitas disertai kekakuan pada abdomen dan paha kanan.

b.    Mual dan muntah.

Page 23: Appjnjn

c.    Keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.

d.    Dehidrasi karena adanya pembatasan masukan oral pada periode pertama post operasi.

e.    Konstipasi, karena adanya pengaruh anastesi pada fungsi pencernaan.

f.     Ketidaktahuan klien dalam pemulihan pasca operasi.

1.    Jenis –jenis Apendiksitisa.    Apendiksitis Akut

Apendiksitis akut adalah jenis apendiksitis yang paling sering memerlukan pembedahan dan paling sering menimbulkan kesukaran dalam memastikan diagnosanya, karena banyak kelainan menunjukkan tanda –tanda sepertiapendiksitis akut. Terdapat tiga jenis apendiksitis akut, yaitu :1)    Apendiksitis akut fokalis

(segmentalis) Peradangan biasanya terjadi pada bagian distal yang berisi nanah. Dari

Page 24: Appjnjn

luar tidak terlihat adanya kelianan, kadang hanya hiperemiringan pada mukosa, sedangkan radang hanya terbatas pada mukosa.

2)    Apendiksitis akut purulenta (supuratif), disertai pembentukan nanah yang berlebihan. Jika radangnya lebih mengeras, dapat terjadi nekrosis dan pembusukan disebut apendiksitis ganggrenosa.

3)    Apendiksitis akut  dapat disebabkan oleh trauma, misalnya pada kecelakaan atau operasi, tetapi tanpa lapisan eksudat dalam rongga maupun permukaan apendiks.

b.    Apendiksitis kronisGejala umumnya samar dan lebih jarang. Apendiksitis akut jika tidak mendapat pengobatan dan sembuh dapat menjadi apendiksitis kronis. Terdapat dua jenis apendiksitis, yaitu :1)    Apendiksitis kronik focalis

Page 25: Appjnjn

Peradangan masih bersifat local, yaitu fibrosis jaringan sub mukosa, gejala klinis pada umumnya tidak tampak

2)    Apendiksitis kronis obliteratifTerjadi fibrosis yang luas sepanjang apendiks pada jarigan mukosa, hingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen), terutama pada bagian distal dengan menghilangnya selaput lendir pada bagian itu.

e.    Patofisiologi

Etiologi

Obstruksi lumen ( fekalit,tumor dan lain – lain ) 

Mukus yang diproduksi oleh mukosa akan mengalami bendungan

 

Page 26: Appjnjn

Penekanan tekanan intra lumen / dinding apendiks 

Aliran darah berkurang 

             Edema dan ulserasi mukosa                        Apendiks akut fokal

 

               Terputusnya aliran darah               

Page 27: Appjnjn

                                                                                 Nyeri epigastrium                             Obstruksi vena, edema bertambah                Dan bakteri menenbus dinding

 

               Peradangan peritonium                          Apendiks supuratif akut

 

                      Arteri terganggu

                                                                            Nyeri daerah kanan bawah

                 Infark dinding apendiks 

Page 28: Appjnjn

                             Ganggren                          Apendiksitis ganggrenosa

 

                    Apendiks dinding rapuh 

                   Infiltrat                    Perforasi 

     Infiltrat apendikularis         Apendiksitis perforasi

Keterangan   :Apendiksitis biasanya disebabkan oleh

penyumbatan lumen apendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

Page 29: Appjnjn

apendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendiksitis supuratif akut.

Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren. Stadium ini disebutapendiksitis ganggrenosa. Bila dinding apendiks rapuh maka akan terjadi perforasi disebut apendiksitis perforasi.

Page 30: Appjnjn

Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga muncul infiltrat apendikularis.

Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadiperforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

f.     KomplikasiKomplikasi paling serius adalah ruptur

apendiks. Hal ini terjadi jika apendiksitis terlambat di diagnosis atau diterapi. Kasus ini paling sering terjada pada bayi, anak, atau orang tua. Bocornya apendiks dapat menyebabkan peritonitis dan pembentukan abses. Peritonitisadalah infeksi berbahaya yang terjadi akibat bakteri dan isi apendiks keluar mencemari rongga perut. Jika tidak diobati dengan cepat,peritonitis dapat berakibat kematian. Abses adalah massa lunak yang berisi

Page 31: Appjnjn

cairan dan bakteri, biasanya terbentuk sebagai upaya tubuh untuk melokalisir infeksi.

Komplikasi Post Apendiktomi Potensial komplikasi setelah apendiktomi antara lain :a.    Peritonitisb.    Abses pelvis (lumbal).c.    Abses subfrenik (abses di bawah diafragma).d.    Ileus (paralitik dan mekanik).

g.    Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang dapat dilakukan

dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.1)    Pemeriksaan Laboratorium yang biasa

dilakukan pada pasien yang diduga apendiksitis akut adalah pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktive (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien biasanya ditemukan jumlah leukosit diatas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %.Sedang pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan.

Page 32: Appjnjn

2)    Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga apendiksitis akut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalith serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum.

3)    Kelainan radiologi nonspesifik, diatasi sekum, ada bayangan perfosi. Ditemukan sejumlah kecil eritrosit dan leokosit pada urine.

4)    Pemeriksaan urine juga perlu dilakukan untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih.

5)    Pemeriksaan USG dilakukan bila terjadi infitrat apendikularis

h.    PenatalaksanaanPada apendiksitis akut, pengobatan yang

paling baik adalah operasi apendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi,

Page 33: Appjnjn

istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang persitaltik, jika terjadiperforasi diberikan drain diperut kanan bawah.

Bila diagnosis sudah pasti, maka terapi yang paling tepat dengan tindakan operatif yaitu :1)    Tindakan pre operatif, meliputi penderita di

rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan.

2)    Operasi terbuka yaitu apendiktomi, satu sayatan akan dibuat ( sekitar 5 cm ) dibagian bawah kanan perut. Sayatan akan lebih besar jika apendiksitis sudah mengalami perforasi.

3)    Laparascopi : sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu didekat pusar, yang lainnya diseputar perut. Laparascopiberbentuk seperti benang halus dengan kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan

Page 34: Appjnjn

untuk operasi akan dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan appendiks, pembuluh darah, dan bagian dari apendiks yang mengarah ke usus besar akan diikat.

4)     Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.

B.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Pre dan Post Operatif apendiksitis

a.    PengkajianPengkajian adalah proses dimana data yang

berhubungan dengan klien dikumpulkan secara sistematis. Proses ini merupakan proses yang dinamis dan terorganisir yang meliputi tiga aktifitas dasar, yaitu mengumpulkan secara sistematis, menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan serta mendokumentasikan data dalam format yang bisa dibuka kembali. Pengkajian digunakan untuk mengenali dan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan

Page 35: Appjnjn

kesehatan klien serta keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. ( internet 2010 ) Pengkajian ini berisi :a)    Identitas.-          Identitas klien post apendiktomi yang

menjadi dasar pengkajian meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, diagnosa medis, tindakan medis, nomor rekam medis, tanggal masuk, tanggal operasi dan tanggal pengkajian.

-          Identitas penganggung jawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan klien dan sumber biaya.

b)    Lingkup Masalah Keperawatan berisi keluhan utama klien saat dikaji, klien post apendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan aktifitas.

c)    Riwayat Penyakit.1)    Riwayat Penyakit Sekarang.

Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat pengkajian, yang diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan

Page 36: Appjnjn

pengkajian. Keluhan sekarang dikaji dengan menggunakan PQRST (paliatif and provokatif, quality and quantity, region and radiasi, severity scale dan timing). Klien yang telah menjalani operasi apendiktomi pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan diistirahatkan. Nyeri dirasakan sperti ditusuk –tusuk dengan skala nyeri lebih dari lima (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di area operasi dapat pula menyebar di seluruh abdomen dan paha kanan dan umumnya menetap sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat mngganggu aktivitas sesuai rentang toleransi masing –masing klien.

2)    Riwayat Kesehatan Dahulu.Berisi pengalaman penyakit sebelumnya,

apakah memberi pengaruh pada penyakit yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.

Page 37: Appjnjn

3)    Riwayat Kesehatan Keluarga.Perlu diketahui apakah ada anggota

keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga.

4)    Riwayat Psikologis.Secara umum klien dengan post

apendiksitis tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun demikian tetap perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan harga diri

5)    Riwayat Sosial.Klien dengan post apendiktomi tidak

mengalami gangguan dalam hubungan social dengan orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan hubungan social klien antara sebelum dan setelah menjalani operasi.

6)    Riwayat Spiritual.Pada umumnya klien yang menjalani

perawatan akan mengalami keterbatasan

Page 38: Appjnjn

dalam aktivitas begitu pula dalam kegiatan ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk kesembuhannya.

7)    Kebiasaan Sehari – hari.Klien yang menjalani operasi

pengangkatan apendiks pada umumnya mengalami kesulitan dalam beraktfitas karena nyeri yang akut dan kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri ( mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku ), karena adaanya toleransi aktivitas yang mengalami gangguan. Klien akan mengalami pembatasan masukan oral sampai fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya.Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah dan konstipasi pada periode awal post operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat mulai diberikan setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Klien juga dapat mengalami penurunan haluaran urine karena

Page 39: Appjnjn

adanya pembatasan masukan oral. Haluaran urine akan berangsur normal setelah peningkatan masukan oral. Pola istirahat klien dapat terganggu ataupu tidak terganggu, tergantung toleransi klien terhadap nyeri yang dirasakan.

8)    Pemeriksaan Fisik.Pemeriksaan fisik ini mencakup :-          Keadaan Umum klien post apendiktomi

mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi apendiks.

-          Sistem Pernapasan klien post apendiktomi akan mengalai penurunan atau peningkatan frekuensi napas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai rentang yang dapat ditoleransi oleh klien.

Page 40: Appjnjn

-          Sistem Kardiovaskuler umumnya klien mengalami takikardi ( sebagai respon terhadap stres danhipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring).Pengisian kapiler biasanya normal, dikaji pula keadaan konjungtiva, adanya sianosis dan, auskultasi bunyi jantung.

-          Sistem Pencernaan adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat dipalpasi. Klien post apendiktomi biasanya mengeluh mual muntah, konstipasi pada awal post operasi dan penurunan bising usus. Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas sayatan operasi.

-          Sistem Perkemihan awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral selama periode awal post apendiktomi. Output urine akan

Page 41: Appjnjn

berangsur normal seiring dengan peningkatan intake oral.

-          Sistem Muskuloskeletal secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktifitas.

-          Sistem Integumen akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal). Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.

-          Sistem Persarafan umumnya klien dengan post apendiktomi tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi persarafan. Pengkajian fungsi persafan meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan refleks.

-          Sistem Pendengaran pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan kesimetrisan telinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.

Page 42: Appjnjn

-          Sistem Endokrin umumnya klien post apendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi endrokin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi endrokin (thyroid dan lain –lain).

9)    Pemeriksaan Penunjang.-          Laboratorium

a)    Haemoglobin yang rendah dapat mengarah kepada anemia akibat kehilangan darah.

b)    Peningkatan leukosit dapat mengindikasikan adanya infeksi.

-          Radiologi.

10)  Terapi dan Pengobatan pada umumnya klien post apendiktomi mendapat terapi analgetik untuk mengurangi nyeri dan antibiotik sebagai anti mikroba.

b)   Diagnosa Keperawatan

Page 43: Appjnjn

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post apendiktomi antara lain ( internet 2011 ):a)    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi

pembedahan, prosedur invasif.b)    Risiko tinggi kekurangan volume cairan

berhubungan dengan pembatasan pasca operasi, status hipermetabolik : proses penyembuhan.

c)    Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi pembedahan.

d)    Intoleran aktivitas berhubungan dengan nyeri post operasi, kelemahan sekunder terhadap pembedahan.

e)    Kurang perawatan diri (diuraikan) berhubungan dengan kelemahan post operatif, nyeri.

f)     Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi pembedahan.

g)    Risiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake (pembatasan pasca operasi), peningkatan kebutuhan nutrisi sekunder terhadap pembedahan.

Page 44: Appjnjn

h)   Konstipasi berhubungan dengan efek pembedahan, perubahan diet, immobilisasi.

i)     Kurang pengetahuan mengenai (diuraikan) berhubungan dengan kurang terpapar informai, tidak mengenal sumber informasi.

c)    Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan pada klien dengan Apendiksitis menurut Merilyn. E. Doenges adalah sebagai berikut :1.    Diagnosa Keperawatan   :  Infeksi, Resiko

tinggi terhadapHasil yang diharapkan     :  Meningkatkan

penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi / inflamasi, drainase purulen, eritema, dan demam.

No Intervensi Rasional

1 Awasi tanda vital,  Perhatikan Dugaan adanya infeksi /

Page 45: Appjnjn

2

3

4

5

demam,mengigil, berkeringat,

perubahan mental,

meningkatnya nyeri abdomen.

Lakukan pencucian tangan

yang baik dan perawatan luka

aseptik.

Lihat insisi dan balutan. Catat

karakteristik drainase luka /

drein ( bila dimasukan ),

Adanya eritema.

Berikan informasi yang tepat,

jujur pada pasien / orang

terdekat.

Ambil contoh drainase bila

diindikasikan.

terjadinya sepsis, abses,

peritonitis.

Menurunkan resiko penyebaran

bakteri.

Memberikan deteksi dini

terjadinya proses infeksi, dan /

atau pengawasan penyembuhan

yang telah ada sebelumnya.

Pengetahuan tentang kemajuan

situasi memberikan dukungan

emosi, membantu menurunkan

ansietas.

Kultur pewarnaan gram dan

sensivitas berguna untuk

mengidentifikasikan organisme

penyebab dan pilihan terapi.

Page 46: Appjnjn

6

7

Berikan antibiotik sesuai

indikasi.

Bantu irigasi dan drainase bila

diindikasikan.

Mungkin diberikan secara

prifilaktik atau menurunkan jumlah

organisme untuk menurunkan

penyebaran dan pertumbuhannya

pada rongga abdomen.

Dapat diperlukan untuk

mengalirkan isi abses terlokalisir.

2.    Diagnosa Keperawatan   :  Nyeri akutHasil yang diharapkan    :  Melaporkan nyeri

hilang / terkontrol.

No Intervensi Rasional

1 Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya ( skala 0

– 10 ).  Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan

tepat.

Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler.

Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan

penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri

menunjukkan terjadinya abses / peritonitis. Memerlukan

upaya evaluasi medik dan intervensi.

Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen

bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen

yang bertambah dengan posisi telentang.

Page 47: Appjnjn

2

3

4

5

Dorong ambulasi dini.

Berikan aktivitas hiburan.

Pertahankan puasa / penghisapan NG pada awal.

Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh

merangsang peristaltik dan kelancaran flatus,

menurunkan ketidaknyamanan abdomen.

Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan

dapat meningkatkan kemampuan koping.

Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini

dan iritasi gaster / muntah.

Page 48: Appjnjn

3.    Diagnosa Keperawatan   :  Nutrisi, Perubahan Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Resiko Tinggi Terhadap

 Hasil yang diharapkan   :  Mempertahankan berat badan dan kesimbangan nitrogen positif.

No Intervensi Rasional

1

2

3

Awasi haluaran selang NG.Catat adanya muntah atau

diare.

Auskultasi bising usus, catat bunyi tak ada / hiperaktif.

Ukur lingkaran abdomen

Timbang berat badan dengan teratur.

Jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah / diare

diduga terjadi obstruksi usus, memerlukan evaluasi

lanjut.

Meskipun bising usus sering tak ada, inflamasi / iritasi

usus dapat menyertai hiperaktifitas usus, penurunan

absorbsi air dan diare.

Memberikan bukti kuantitas perubahan distensi gaster /

usus dan / atau akumulasi asites.

Kehilangan / peningkatan dini menunjukkan perubahan

hidrasi tetapi kehilangan lanjut di duga ada devisit

nutrisi.

Page 49: Appjnjn

4

5

6

7

8

Kaji abdomen dengan sering untuk kembali ke bunyi

yang lembut, penampilan bising usus normal, dan

kelancaran flatus.

Awasi BUN, Protein, albumin, Glukosa, keseimbangan

nitrogen sesuai indikasi.

Tambahkan diet sesuai tolerans, contoh cairan jernih.

Berikan hiperalimentasi sesuai indikasi.

Menunjukan kembalinya fungsi usus ke normal dan

kemampuan untuk memulai masukan per oral.

Menunjukan fungsi organ dan status / kebutuhan nutrisi.

Kemajuan diet yang hati – hati saat masukan nutrisi

dimulai lagi menurunkan resiko iritasi gaster.

Meningkatakan penggunaan nutrien dan keseimbangan

nitrogen positif pada pasien yang tak mampu

mengasimilasi nutrien dengan normal.

d)   Implementasi

Page 50: Appjnjn

Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan

dimana rencana keperawatan dilaksanakan (melaksanakan intervensi

yang telah ditentukan sebelumnya)”(Marilyn.E.Doengoes , 1999: 105).

Pelaksanaan adalah inisiatif dan rencana tindakan untuk mencapai

tujuan (Iyer et al, 1996) Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana

tindakan yang disusun dan ditujukan kepada nursing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor—

faktor yang mempengaruhi klien. (Iyer et al, 1996).

Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang diberikan

kepada klien meliputi pelaksanaan. perencanaan pelayanan keperawatan

dan diskusi oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu

kejadian dalam proses keperawatan.

e)    EvaluasiEvaluasi merupakan tahap akhir dalam

proses keperawatan dimana merupakan proses yang kontinyu yang penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang dilakukan dengan meninjau respon klien untuk menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien” (Marilyn.E.Doengoes 1999: 105).

Page 51: Appjnjn

Menurut Griffith dan Chirste, 1986, evaluasi sebagai suatu yang

direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan

klien. Dengan mengukur perkembangan klien dan mencapai suatu tujuan,

maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan (Buku

Proses-Proses Keperawatan, Nursalam, 1999).

BAB IIITINJAUAN KASUS

A.   PENGKAJIANTanggal masuk rumah sakit                      : 24 Mei 2011           Tanggal Pengkajian                                    : 30 Mei 2011           Nomor Register                                            : 33 51 89Ruangan                                                       : Bedah Pria ( kelas III )Diagnosa Medis                                        : Abdominal

Paint, Apendiksitis,   Post Ops Laparatomi

I. BIODATA     A. Identitas Klien.

Page 52: Appjnjn

Nama                                  : Tn MUmur                                   : 36 tahunJenis Kelamin                   : Laki-lakiSuku                                   : Agama                                : PentekostaStatus Nikah                      : Belum menikahPekerjaan                           : SwastaPendidikan                                    : SMAAlamat                                : Sentani, Jl. Ifargunung

B. Identitas Penanggung. Nama                               : Tn. MUmur                                : 40 tahunJenis Kelamin                : Laki-LakiSuku                                : Agama                             : PentekostaStatus Nikah                   : Sudah menikahPekerjaan                        : SwastaPendidikan                     : SMAHub dengan klien          : Kakak KlienAlamat                             : Jl. Ifargunung

II. DATA BIOLOGI

Page 53: Appjnjn

a.  Keluhan Utama Saat DikajiSakit di seluruh bagian perut-          Provokative: Nyeri dirasakan saat batuk,

duduk, berdiri, dan melakukan aktivitas-          Quality: Nyeri hilang timbul-          Region: Nyeri menyebar dari        daerah

sayatan operasi ke semua kuadran abdomen-          Skala: Nyeri pada skala 4 (sedang)-          Time: 1- 2 menit-          Hal yang memperberat: Jika klien melakukan

aktifitas yang berat.-          Hal yang memperingan: Jika klien istirahat.

b.  Riwayat Keluhan UtamaAwalnya Klien merasa sakit pada daerah perut kanan bawah bekas operasi kemudian setelah 4 hari dirawat, jahitan terlepas dan dijahit ulang pada tanggal 29 mei 2011. Nyeri  menjalar ke seluruh bagian abdomen atau kuadran, sakit yang di rasakan sangat berat sehingga sulit untuk melakukan aktifitas sendiri, sehingga kilen dibantu oleh keluarga, klien hanya bisa istirahat untuk mengurangi rasa sakit.

c.   Keluhan Yang Menyertai

Page 54: Appjnjn

Badan lemas, panas, sakit apabila balik ke sebalah kanan, sakit daerah operasi hilang timbul, dan rasa mual serta tidak enak makan.

d.  Riwayat Kesehatan Masa Lalu-          Klien pernah berobat ke Rumah Sakit

± 10 tahun yang lalu karena malaria, dan dirawat.

-          Klien tidak pernah alergi obat – obatan.-          Klien tidak pernah menderita penyakit menular.

2.    Pemeriksaan Fisik-             Keadaan Umum            : Lemah-             Kesadaran                      : CM ( Compos

Mentis ) E4, V5, M6-             Tanda – tanda vital

Tekanan Darah     : 120 / 90 MmHgNadi                         : 92 x / menitSuhu                       : 37 0 CRespirasi                : 24 x / menit

3.    Berat Badan  :  55 kg4.    Tinggi Badan            : 155 cm5.    Kepala

Page 55: Appjnjn

InspeksiKeadaan rambut dan Hygiene kepala-              Warna rambut               : Hitam keriting-              Penyebaran                   : Merata-              Kebersihan rambut      : Kotor-              Mudah rontok                : TidakPalpasi-      Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

6.    MukaInspeksi-          Muka tampak simetris kanan dan kiri.-          Bentuk muka bulat.-          Muka pucat.-          Tidak ada pergerakan abnormal.-          Ekspresi wajah meringis kesakitan.-          Tidak ada odema pada wajah.Palpasi-          Tidak ada nyeri tekan pada bagian wajah.

7.    Mata

Page 56: Appjnjn

Inspeksi-          Mata simetris kanan dan kiri.-          Palpabrae tidak oedema.-          Scelera tidak ikterik.-          Conjuntiva anemis.-          Refleks pupil terhadap cahaya kanan ( + ) /

Kiri ( + )-          Penglihatan tidak kabur.Palpasi-          Tidak ada nyeri tekan pada bola mata.

8.    HidungInspeksi-          Keadaan septum tepat berada ditengah.-          Tidak ada polip.-          Tidak terdapat secret atau cairan.-          Tidak ada radang.

9.    TelingaInspeksi-          Bentuk simetris kanan dan kiri.-          Tidak ada seruman.-          Lubang telinga tampak bersih.

Page 57: Appjnjn

-          Tidak menggunakan alat bantu pendengaran.Palpasi-          Tidak ada nyeri tekan pada daerah telinga.

10. MulutInspeksi-          Gigi  : Keadaan gigi lengkap, gigi tampak

kotor, adanya karang gigi / keries, tidak menggunakan gigi palsu.

-          Gusi             : Tidak ada peradangan.-          Bibir : sianosis, bibir pucat, bibir kering dan

pecah, mulut berbau.11. Leher

Inspeksi-          Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid-          Vena Jugularis tidak membesarPalpasi-          Tidak ada kaku kuduk.-          Tidak ada pembesaran kelenjar limfe .

12. Thoraks dan pernapasanInspeksi-          Bentuk dada simetris kanan dan kiri.

Page 58: Appjnjn

-          Frekuensi pernafasan 24 x / menit.-          Irama pernapasan teratur.-          Sifat pernapasan dada perut.Palpasi-          Tidak ada massa / nyeri.Perkusi-          Suara paru sonor.Auskultasi-          Suara napas vesikuler.-          Tidak ada suara tambahan weezhing / rongki.

13. JantungPalpasi-          Ictus cordis tidak teraba.

      Perkusi.-       Batas atas jantung pada ICS 2-3.-       Batas kanan jantung pada linea sternalis

kanan 1 jari lateral kanan.-       Batas kiri jantung pada medioclavikularis kiri.-       Tidak ditemukan adanya pembesaran jantung.

     Aukultasi.-   BJ I / Katup mitral  ICS 5 linea mideo clavicularis → terdengar tunggal.

Page 59: Appjnjn

-   BJ I / Katup trikuspidalis ICS 4 linea sternalis kiri → terdengar tunggal.-   BJ II / Katup aorta ICS 2 linea sternalis kanan → terdengar tunggal.-   BJ II / Pulmonal ICS 2 linea sternalis kiri → terdengar tunggal.

14. AbdomenInspeksi-          Perut terlihat membuncit.-          Klien memakai korset-          Adanya luka sayatan operasi laparatomi.-          Pada luka operasi masih terlihat benang

operasi dan belum di lepas.-          Luka tampak masih basah dan kemerahan.Palpasi-          adanya nyeri  operasi pada garis

tengah  abdomen-          Hepar tidak teraba.-          Lien tidak teraba.Perkusi-          Terdengar suara tympani.Auskultasi

Page 60: Appjnjn

-          Terdengar bising usus.-          Peristaltik usus ± 8 x / menit.

15. Genetalia dan anus-          Tidak dilakukan pemeriksaan.

16. EkstermitasEkstremitas atas

-          Tangan simetris kanan dan kiri.-          Terpasang infus RL kosong 20 tetes /

menit pada tangan kiri.-          Tidak terdapat pergerakan abnormal.-          Kekuatan tonus otot normal 5 / 5.

Ekstremitas bawah-          Kaki simetris kanan dan kiri.-          Tidak ada pergerakan abnormal.-          Tidak ada nyeri tekan.-          Kekuatan otot normal 5 / 5.

17. Pola Aktifitas Sehari - Hari

No Kegiatan Sebelum sakit Selama sakit

1. Nutrisi

-    Pola makan Teratur Teratur

Page 61: Appjnjn

-    Jenis makanan

-    Frekuensi makan

-    Nafsu makan

-    Makanan pantangan

-    Jenis minum

-    Jumlah minum

Nasi,sayur,lauk pauk

3 x sehari

Baik

Tidak ada

Air putih dan teh

8 – 9  gelas

± 1.500 - 2000cc/hari

Bubur,sayur,lauk pauk

3 x sehari

Kurang hanya menghabiskan ± 4 –

5 sendok makan

Pedas – pedas

Air putih sedikit-sedikit

± 4 – 5 gelas / hari

IVFD RL 20 tetes / menit

2. Eliminasi

a.BAB

-  Frekuensi

-  Bau

-  Warna

-  Konsistensi

b. BAK

1 x sehari

Khas

Kuning

Padat

1 – 2 x sehari

Khas

Kuning

Lembek

Page 62: Appjnjn

-  Frekuensi

-  Bau

-  Warna

-  Gangguan

± 2 - 3 x sehari

Amoniak

Kuning

Tidak ada

± 3 – 4 x sehari

Amoniak

Kuning tua

Tidak ada

3. Istirahat Tidiur

-    Tidur malam

-    Tidur siang

-    Keluhan tidur

21.00 - 06.30 wit

13.00 - 17.00 wit

Tidak ada

20.00 - 06.00 wit

12.00 - 14.00 wit

Tidak ada

4. Aktivitas - Latihan

-    Berbaring

-    Duduk

-    Berdiri

-    Berjalan

-    Aktivitas rutin

Semua aktivitas dilakukan sendiri

tanpa bantuan

Sendiri

Sendiri

Dengan Bantuan

Dengan Bantuan

Dengan Bantuan

5. Hygiene

-    Frekuensi mandi

-    Gosok ggi

-    Cuci rambut

-    Ganti pakaian

2 x sehari

2 x sehari

3 x seminggu

Hanya di lap

Belum Sikat gigi

Belum cuci rambut

Page 63: Appjnjn

2 x sehari 1 x sehari

18. Pemeriksaan Penunjang

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Pemeriksaan Labolatorium

a.    Tgl 24 Mei 2011

-          Hemoglobin

-          HCT

-          DDR

-          WBC

-          PLT

b.    Tanggal 25 Mei 2011

-          GDS

-          Ureum

-          Creatinine

-          Albumin

-          DDR

-          SGPT

-          SGOT

14,5 gram %

42,5 %

Negatif

14,6  103 mm3

54   103 mm3

90 mg/%

132 mg/%

2,46 mg/%

3,11 g/dl

Negatif

12 u/l

9 u/l

11 – 15 gram / %

35 – 47 %

Negatif

4.0 – 10.0

150 - 500

<200

10 – 50 mg/%

0,5 – 1,5

4 – 6 g/dl

Negatif

46 u/l

49 u/l

Page 64: Appjnjn

c.    Tanggal 26 Mei 2011

-          Hemoglobin

-          DDR

-          WBC

-          PLT

17,2 gr / %

Negatif

9,46  103 mm3

49   103 mm3

11 – 15 gram / %

Negatif

4.0 – 10.0   103 mm

150 – 500   103 mm

19. Program Terapi MedisTgl 30 Mei 2011 ( Post Operatif )-             Infus RL 20 tts / menit macro-             Bifotik 2 x 1 gr (IV)-            Metronidazole 3 x 500 mg ( Driip )-             Ranitidin 3 x 1 ampul ( IV )-             Ketorolak 3 x 1 ampul ( Driip )

III.       KEADAAN PSIKOLOGI SELAMA SAKITa.    Klien berharap semoga cepat sembuh.b.    Klien merasa bosan di Rumah Sakit.c.    Klien selalu bertanya tentang sakitnya.d.    Klien mengatakan takut apabila di operasi.e.    Klien merasa cemas dan takut dengan

penyakinya sekarang ini.f.     Klien tampak gelisah.g.    Klien tampak cemas.

Page 65: Appjnjn

h.    Klien tampak termenung diatas tempat tidur.i.      Klien sering bertanya tentang penyakitnya apakah

bisa sembuh.j.      Selalu bertanya tentang pengobatan yang

diberikan.                     IV.      POLA INTERAKSI SOSIAL

a.    Orang terdekat klien adalah saudara.b.    Interaksi dengan keluarga cukup baik.c.    Klien jarang bergaul dengan pasien lainnya.d.    Interaksi dengan dokter dan perawat sangat baik.

V.       KEADAAN SPIRITUAL1.    Sebelum Sakit

1.1     Klien menganut agama Petekosta.1.2     Klien sering mengikuti kegiatan keagamaan

baik di gereja maupun dirumah.2.    Selama Sakit

2.1     Setiap hari minggu klien mendapat kunjungan ibadah di dalam Ruangan Bedah Wanita oleh pendeta yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dok II Jayapura.

2.2     Klien hanya dapat berdoa ditempat tidur.

Page 66: Appjnjn

B. KLASIFIKASI DATADATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

Klien mengatakan :

-            Sakit di seluruh bagian perut

  P: nyeri dirasakan saat batuk, duduk, berdiri, dan

melakukan aktivitas

  Q: Nyeri sedang,

  R: Nyeri menyebar dari daerah sayatan operasi ke

semua kuadran abdomen

  S: Nyeri pada skala 4

  T: Nyeri hilang timbul 1- 2 menit

  Hal yang memperberat: Jika klien melakukan aktifitas

yang berat.

  Hal yang memp eringan:Jika klien istirahat.

-          Sakit daerah operasi hilang timbul

-          Rasa mual

-          Tidak enak makan.

-          Badan lemas

-          Sakit pada daerah perut kanan bawah bekas operasi

-          Sakit yang di rasakan sangat berat sehingga sulit untuk

melakukan aktifitas sendiri, sehingga kilen dibantu oleh

keluarga

-          Klien hanya bisa istirahat untuk mengurangi rasa sakit

Klien tampak :-          KU   : Lemah-          Kesadaran : CM-          Conjungtiva : anemis-          TTV

TD         :  120 / 90 MmHgN           :  92 x / menitS           :  37 0 CR           :  24 x / menit

-          Ekspresi wajah meringis kesakitan-          Muka pucat-          Gelisah-          Cemas-          Termenung di atas tempat tidur-          Berat Badan      :  53 kg-          Tinggi Badan     : 150 -          Adanya luka sayatan operasi-          Kadang terbangun karena sakit pada daerah

operasi-          Adanya nyeri  

tengah abdomen menyebar di seluruh kuadran

Page 67: Appjnjn

-          sakit apabila balik ke sebelah kanan

-          Berharap semoga cepat sembuh

-          Merasa bosan di Rumah Sakit

-          Klien selalu bertanya tentang sakitnya

-          Takut apabila di operasi

-          Merasa cemas dan takut dengan penyakitnya sekarang

ini

-          Klien sering bertanya tentang penyakitnya apakah bisa

sembuh

-          Selalu bertanya tentang pengobatan yang diberikan

-          Pada luka operasi masih terlihat benang operasi dan belum di lepas.

-          Luka tampak masih basah dan kemerahan.-          Bibir pucat-          Bibir kering dan pecah-          Mulut berbau-          Nafsu makan kurang hanya menghabiskan ±

– 5 sendok-          Jumlah minum ± 4 – 5 gelas / hari-          Program Terapi MedisTgl 30 Mei 2011 ( Post Operatif )

-                                           Infus RL 20 tts / menit macro-                                           Bifotik 2 x 1 gr (IV)-                                           Metronidazole 3 x 500 mg ( Driip )-                                           Ranitidin 3 x 1 ampul ( IV )-                                           Ketorolak 3 x 1 ampul (