Download - Appjnjn
FORMAT RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAHNama mahasiswa :
Tempat Praktek : Ruang F Rumah Sakit Umum Pusat Suradji Tirtonegoro Klaten
Tanggal : 17 Juli 2006
I. Identitas diri klien
Nama : Tn MJ Suku : Jawa
Umur : 66 tahun Pendidkan : SD
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : PensiunanPNS
Alamat : Tonggalan Klaten Tengah Lama bekerja : 56 tahun
Tanggal masuk RS : 12 Juli 2006 Tgl. Pengkajian : 17 Juli 2006
Status perkawinan : Kawin Agama : Islam
Sumber Informasi : Klien, Keluarga, CM No. CM : 505972
II. Riwayat penyakit
1. Keluhan utama saat masuk RS: Susah buang air kecil (BAK)
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke IRD RS Dr Suradji Tirtonegoro tgl 12 Juli 2006 jam 11.00 dengan keluhan susah
BAK, nyeri perut bagian bawah, urine bercampur darah (+), klien tidak mual, tidak muntah. Keluhan
dirasakan sejak tanggal 30 Juni 2006 langsung diperiksakan ke RS Dr Suradji dan kontrol sebanyak tiga
kali dan mendapat tindakan pemasangan DC dan pengobatan, kemudian direncanakan tindakan operasi.
Tindakan yang telah dilakukan:
Tanggal 30 Juni 2006
Pasang DC (di IRD)
Ciprofloxacin 2x 500 mg (oral)
Asam mefenamat 3x 500 mg (oral)
Tanggal 1 Juli 2006 (kontrol)
Ciprofloxacin 2x 500 mg (oral)
Asam mefenamat 3x 500 mg (oral
Tanggal 3 Juli 2006 (kontrol)
Spooling DC (di IRD)
Ciprofloxacin 2x 500 mg (oral)
Asam mefenamat 3x 500 mg (oral)
Tanggal 14 Juli 2006
IVFD Na Cl 30 tpm
Ciprofloxacin 2x 500 mg (oral)
Asam mefenamat 3x 500 mg (oral)
Tanggal 15 Juli 2006
Konsul anesthesia (data TD: 130/90 mmHg, N: 90x/mnt, Hb: 9 g/dl)
Cek elektrolit
Puasa 8 jam sebelum OP
Lain-lain sesuai bedah
Sedia darah 2 kolf
Tanggal 17 Juli 2006, klien menjalani operasi:
(a) Operasi dimulai jam 09.00 selesai jam 10.15 WIB.
(b) Nama tindakan : Open Prostatektomi
(c) Selesai operasi sebelum dibangsal dirawat di RR
(d) Program terapi post operasi (ahli bedah):
- Awasi KU/Vital Sign (VS)
- Infus RL : D 5% : 2 : 2
- Tirah baring 24 jam
- Kalnex 3x1 ampul
- Perawatan Irigasi:
Hari I : irigasi diguyur
Hari II : irigasi 60 tetes / menit
Hari III : Irigasi 40 tetes / menit
- Posisi tidur : tidur terlentang
- Traksi kateter dipertahankan dalam 24 jam post operasi
- Diet nasi (TKTP)
- Remopain 3x1 ampul
- Ciprofloxacin 2x200 mg
(e) Perawatan Post operasi di bangsal
Perawatan post operasi open prostatektomi di bangsal mengacu pada protap Post operasi BPH
dan berdasarkan respon klinis (masalah keperawatan) yang timbul setelah klien datang
dibangsal, serta jenis anaestesi yang digunakan.
Jam 11.10 Post Operasi Klien tiba di ruangan, (1 jam sebelum di bangsal terpapar suhu dingin di
ruang operasi), sesuai laporan operasi klien dianastesi dengan Regional anasthesia, dengan
keadaan umum lemah, kesadaran CM, TTV (TD 120/70 mmHg, N: 84 x/mnt, S :35,8˚ C, R:
20x/mnt, akral dingin. Klien mengatakan “ngoplok” (menggigil). Klien tampak mengikuti intruksi
tidak akurat (kurang kooperatif) saat di ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium.
Laporan Anesthesi:
Operasi dimulai jam : 09.00 s.d 10.15.
Tehnik anasthesia Regional : Spinal L3-L4, ICS (+)
Induksi Oksigenasi : (+)
Maintenance : O2
Macam obat : Efedrin 10 mg, Nafroz 4 mg
Macam cairan :
1. RL : 500 cc
2. HES : 500 cc
3. RL :-
Balance cairan :
a. Masuk : RL 500 cc + Koloid HES 500 cc = 1000 cc
b. Keluar : Perdarahan : 150 cc + Urine bag:800 cc = 950 cc
Perawatan di RR :
Pengawasan TTV (TD: 120/80 mmHg, N : 80x/mnt, S:36oC) dan kesadaran, mencegah
kedinginan, pengawasan balance cairan, KU.
Alderte Score:No Variabel Masuk Keluar12345
Aktivitas motorikPernafasanTekanan darahKesadaranWarna kulit
12222
12222
Skor total 9 9
Program medis (dokter Anesthesi):
Awasi KU /VS tiap 1/2 jam/24 jam
Kesakitan beri obat remopain 1amp
Program cairan:
- RL : 20 - 30 tpm
- Tidur terlentang 1 bantal/24 jam
- Makan/minum biasa
- Bila tensi Sistole < 100 mm Hg injeksi efedrin 10 mg iv.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Klien tidak ada riwayat penyakit: DM, Jantung, Hipertensi, Asma dan tidak ada riwayat alergi baik
makanan maupun minuman.
4. Diagnosa medik pada saat masuk RS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah dilakukan:
b. Diagnosa medik
Diagnosa Kerja saat masuk Rumah sakit : Retensi urine suspect BPH
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan:
Foto RO Thorax, tanggal 14 Juli 2006:
Hasil: kesan Kardiomegali dengan awal bedungan pulmo
Pemeriksaan EKG tanggal 14 Juli 2006, Hasil: kesan normal
Pemeriksaan laboratoriumDarah Satuan Nilai normal 13 Juli 2006
a. Darah lengkap WBC RBC HBG HCT MCV MCH MCHC PLT RDW PDW MPV P-LCR
x10³/µLx106 /µL
g/dl%FlFlPg
x10³/µLflflfl%
4,5 - 10,34,7- 6,114- 1842- 5280- 10027 - 3133 - 37
150 - 45035 - 479 – 13
7,1 – 11,115 - 25
b. Def. counting LYM MDX Neut
%%%
19 – 480 – 8
40 – 74c. Kimia darah
Kreatinin Mg/dl -
Ureum Glukosa BUN Na K Cl
Mg/dlMgldlMg/dlMmol/lMmol/lMmol/l
---
135 -1453,8 – 5,598 - 106
Kesan hasi pemeriksaan laboratorium:
Klien mengalami anemia (HGB : 9,0 mg/dl)
III. Pengkajian saat ini Post Operasi Hari 0 (mulai hari pertama merawat klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan bahwa hari ini telah dilakukan operasi prostat. Sewaktu periksa di poliklinik, klien
dijelaskan oleh dokter bahwa bagian yang dioperasi adalah pada perut bagian bawah.
2. Pengetahuan tentang penyakit/perawatan
Klien mengatakan belum mengetahui perawatan dan pengobatan setelah dilakukan operasi dan setelah
pulang dari rumah sakit. “saya belum tahu perawatan dan pengobatan setelah operasi”.
3. Pola nutrisi dan metabolik :
Program diet di RS : Diet post operasi nasi biasa (bebas),TKTP
Intake makanan : Sebelum sakit hingga hari kemarin klien tidak ada keluhan dalam makan dan
selalu menghabiskan porsi makan yang disajikan. Sejak jam 24.00 semalam
klien puasa dan sampai saat pengkajian belum minum.
Intake cairan : Sebelum operasi klien minum sekitar 5 – 6 gelas per hari. Setelah selesai
operasi hingga saat ini klien tidak mengeluh mual dan belum mencoba minum.
Klien mendapat infus RL dan Dextrose 5 % (2:2) 30 tetes/menit.
4. Pola eliminasi :
a. Buang air besar : Sehari sebelum operasi klien bisa buang air besar dengan konsistensi padat
berbentuk dan tidak mengalami keluhan.
b. Buang air kecil : Klien terpasang dower kateter nomor 18 dengan irigasi NaCl 0,9 % dengan
produk urine + bilasan berwarna jernih kekuningan. Irigasi dan eliminasi urine
jalan lancar dan tidak tampak perdarahan atau bekuan darah.
5. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum di RS klien aktivitasnya bertani (tanam padi di sawah)
Setelah operasi belum bisa melakukan aktivitas karena imobilisasi selama 24 jam post operasi. Klien
tampak lemah akibat pengaruh anastesi belum habis.Kemampuan perawatan diri 0 1 2
Makan/ minum √Mandi √Toileting √Berpakaian √Mobilitas di tempat tidur √Berpindah √Ambulasi/ROM √
0:mandiri, 1:Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: Tergantung total
Oksigenasi: saat dikaji klien tidak sesak nafas
6. Pola tidur dan istirahat
Keluarga mengatakan sejak dirumah sakit tidak ada gangguan tidur
7. Pola perseptual
Penglihatan (pengkajian tgl 17-7-2006) : klien tidak mengalami keluhan penglihatan. Klien masih mampu
melihat dengan baik.
Pendengaran : klien mampu mendengar dengan baik pada pembicaraan dengan jarak sekitar 1
meter dengan suara sedang. Klien mengeluh pendengaran sudah berkurang.
Pengecapan : Klien tidak mengalami keluhan dengan pengecapan.
Sensasi : Klien menjalani operasi dengan spinal anestesi, dan klien mengeluh bahwa
kedua tungkai masih terasa kesemutan dan belum bisa digerakkan. Klien
mengeluh bahwa pada perut bagian bawah terasa nyeri dan panas.
8. Pola persepsi diri
Klien dan keluarga memandang sakit merupakan musibah, dan harus dilalui dengan sabar.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien selama perkawinannya dikaruniai 2 anak perempuan, sudah mempunyai cucu.
10. Pola peran hubungan
Komunikasi menggunakan bahasa jawa, hubungan dengan keluarga baik, klien seorang pensiunan, biaya
pengobatan ditanggung oleh PT Askes
11. Pola manajemen koping stress
Keluarga mengatakan klien adalah punya sifat keras dan kurang sabar, tetapi mempunyai semangat
hidup yang tinggi, klien sering marah kalau meminta sesuatu tetapi tidak segera dilayani.
12. Sistem nilai dan keyakinan
Klien beragama islam, sebelum sakit rajin beribadah, tetapi setelah sakit hanya berdoa di tempat tidur
IV. Pemeriksaan fisik (cephalocaudal)
Keluhan yang dirasakan sat ini:
1. Keluhan yang dirasakan saat ini :
(jam 12.30) klien mengeluh luka operasi terasa sakit
Klien mengeluh perut bagian bawah terasa panas dan sakit serta kedua tungkai terasa berat,
kesemutan/kram dan belum bisa digerakkan serta badan masih lemes..
2. Tanda vital :
Kesadaran : composmentis. GCS : 15 (E = 4, V = 5, M = 6).
TTV (TD 120/70 mmHg, N: 84 x/mnt, S :35,8˚ C, R: 20x/mnt.
Kesadaran CM, BB:41 kg, TB tidak diukur.
3. Kepala dan leher :
Rambut belum beruban, masih memakai pembungkus kepala warna putih, kulit kepala bersih, tidak ada
luka atau kelainan. Mata : conjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterik, lensa tidak keruh. Telinga : tidak
ada radang, tidak ada sekresi cairan atau darah, refleks cahaya pilitser positif. Hidung : tidak ada keluhan,
tidak tampak sumbatan, dan tidak ada lendir. Mulut ; mukosa kemerahan dan agak kering. Gigi : sebagian
sudah tanggal, tidak ada keluhan. Leher : tidak ada benjolan maupun peningkatan JVP.
4. Thoraks (tgl 17-7-2006) :
Inspeksi : dinding dada cembung, pernafasan dada, tidak terdapat luka atau kelainan.
Ictus cordis tidak tampak, dan pengembangan dada simetris.
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba pada dada kiri dan vokal fremitus paru kanan dan kiri
sama.
Perkusi : Kedua paru sonor, batas jantung atas di ICS 3 linea mid sternalis, batas kanan
pada linea para sternalis kiri, batas kiri jantung pada linea mid aksilaris anterior.
Auskultasi : Suara nafas kedua paru vesikuler, bunyi jantung 1 dan 2 normal.
5. Abdomen :
Inspeksi : dinding abdomen tampak supel, terdapat balutan luka operasi pada abdomen
bagian bawah dengan slang drain dan selang irigasi.
Auskultasi : Peristaltik usus 17 x / mnt. Tak terdengar bruit aorta.
Palpasi : Abdomen supel, hati dan lien tidak teraba, nyeri tekan pada perut bawah
( sekitar operasi ). Tidak teraba masa fekalik pada abdomen.
Perkusi : Suara timpani.
6. Inguinal dan genitalia :
Tidak ada pembesaran kelenjar inguinal dan tidak terdapat kelainan genetalia. Klien menggunakan dower
kateter nomor 24, di traksi dengan difiksasi plester pada paha kanan dalam, fiksasi kuat (+), orivisium
ditutup dengan kasa, rembesan darah (-).
7. Ekstremitas :
a. Atas :simetris kanan dan kiri, ROM +/+, lengan kiri bawah terpasang infus RL tetesan
lancar 30 tpm, area port entre tidak tampak tanda infeksi.
b. Bawah : kanan dan kiri tampak simetris, kedua tungkai bawah sudah bisa digerakkan terbatas
atas perintah petugas, paha kanan ditraksi dengan DC no 18 difiksasi dengan plester,
akral teraba dingin, kuku tidak pucat.
V. Analisa Data
No Data Etiologi
1 S :
O :
Klien mengatakan “ngoplok” (menggigil)
Suhu Tubuh 35,8˚C (jam 11.10) baru tiba di ruangan. Klien tampak mengigil Akral teraba dingin Bibir tampak pucat Klien post OP open prostatektomi hari 0, (1 jam sebelum di bangsal
terpapar suhu dingin di ruang operasi) Konjungtiva tampak anemis Hb 9 gr/dl
Terpapar lingkungan dingin
2 S :
O :
Klien mengeluh luka operasi terasa sakit (jam 12.30)
Tampak luka operasi di abdomen bawah (di atas supra pubik) tampak bekas luka operasi tertutup kasa, tidak basah, darah (-), terpasang drip/irigasi Na CL tetesan lancar 80 tpm, terpasang drain vakum (+), warna cairan merah tua, volume 25 cc.
Terpasang DC no 24 difiksasi dengan paha kanan dalam, fiksasi kuat (+), orivisium ditutup dengan kasa, difiksasi dengan plester
TTV (TD 120/70 mmHg, N: 84 x/mnt, S :35,8˚ C, R: 20x/mnt
Incisi bedah, pemasangan DC dan spasme kandung kemih
3. S : Klien dan keluarga mengatakan “saya belum tahu perawatan dan pengobatan setelah operasi”.
Tidak familiar dengan sumber informasi
O : Klien tampak mengikuti intruksi tidak akurat (tidak kooperatif) saat di
ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium. Wajah tampak lesu, pandangan tampak kosong dan apatis.
4. S :
O :
-
Terpasang DC no 24 difiksasi dengan paha kanan dalam, fiksasi kuat (+), orivisium ditutup dengan kasa, difiksasi dengan plester
Tampak luka operasi di abdomen bawah (di atas supra pubik) tampak bekas luka operasi tertutup kasa, tidak basah, darah (-), terpasang drip/irigasi Na CL tetesan lancar 80 tpm, terpasang drain vakum (+), warna cairan merah tua, volume darah 25 cc.
Konjungtiva tampak anemis Hb 9 gr/dl
Prosedur infasif
5. S :
O :
Klien mengeluh badannya lemes
Konjungtiva tampak anemis Hb 9 gr/dl Akral teraba dingin Bibir tampak pucat Perdarahan : 150 cc (saat Operasi) terpasang drain vakum (+), warna cairan merah tua, volume darah 25
cc
-
6. S :
O :
Klien mengeluh badannya lemes
Klien dilakukan operasi Open Prstatektomi (hari ke- 0 operasi) dengan spinal anestesi
Dinding abdomen terdapat balutan luka operasi pada abdomen bagian bawah dengan slang drain dan slang irigasi.
Terdapat darah pada slang drain.
-
7. S :O :
- Klien dilakukan operasi Open Prstatektomi (hari operasi) Dinding abdomen terdapat balutan luka operasi pada abdomen
bagian bawah dengan slang drain dan slang irigasi. Klien menggunakan dower kateter nomor 24. Cairan bilasan kandung kemih berwarna kuning jernih. Perawatan Irigasi :
Hari I : irigasi diguyurHari II : irigasi 60 tetes / menitHari III : Irigasi 40 tetes / menit
-
8 S : Klien mengeluh perut bagian bawah terasa panas dan kedua tungkai masih terasa kesemutan dan belum bisa digerakkan.
imobilisasi
O :
Kekuatan otot pada kedua tungkai 0. Kemampuan perawatan diri klien seluruhnya dibantu orang lain Klien dibatasi mobilisasinya dengan posisi ½ duduk sampai 24 jam
paska operasi
VI. Diagosa Keperawatan dan prioritas
1. Hipotermia berhubungan dengan terpapar lingkungan dingin
2. PK: perdarahan
3. Nyeri akut berhubungan dengan Incisi bedah, pemasangan DC dan spasme kandung kemih
4. PK : obstruksi kateter
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan Prosedur invasif
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi
7. Deficit pengetahuan tentang penatalaksanaan pasca operasi dan masa penyembuhan berhubungan
dengan tidak familiar dengan sumber informasi
8. PK: Anemia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Nn. R DENGAN POST OPERATIF APENDIKSITIS AKUT
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Didalam Millenium Develevopment Golds ( MDG ) upaya pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari pembangunan Nasional. Upaya ini cukup luas dan kompleks serta memerlukan pengertian yang lebih seksama dalam pelayanan kesehatan pada umumnya dan khususnya pada pelayanan keperawatan. Sejalan dengan perkembangan zaman muncul berbagai masalah kesehatan salah satunya adalah apendiksitis.
Apendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen apendiks, ini bermuara ke dalam caecum dinding apendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya apendiks terletak pada illiaca kanan .
Apendiks dapat mengalami peradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pustula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus illeum dan kelainan yang lain. Khusus untuk apendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau ganggrene.
Tindakan pengobatan terhadap apendiks dapat dilakukan dengan cara operasi ( pembedahan ). Pada operasi apendiks dikeluarkan dengan cara apendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang apendiks. Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi. Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi
dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya dalm membantu dalam menurunkan angka kesakitan akibat dari apendiks ( internet 2011, WWW.google.com) .
BAB IITINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Apendiksitis1. Pengertian Apendiksitis
a. Anatomi dan fisiologi
Gambar 1. Usus buntu (Appendiks)(andilblogger.blogspot.com/2008/06).
Apendiks adalah bagian dari usus besar yang muncul seperti corong pada akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang
apendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang dapat menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen. (Syaifuddin, 1997: 80).
Panjang apendiks lazimnya adalah delapan sampai sepuluh centi meter pada orang dewasa. Terdapat dua lapisan otot di dalam dinding apendiks, yaitu lapisan dalam (sirkularis) merupakan penerusan otot seikum yang sama dan lapisan luar (longitudalis) dari penyatuan tiga tenia seikum.1) Letak Apendiks
a. Letak di fossa iliaca kanan, basis atau pangkalnya sesuai dengan titik Mc Burney 1/3 lateral antara umbilikus dengan SIAS.
b. Basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 – 5 cm.
c. Pakal lumen sempit, distal lebar. ( Farid 3, 2001 )
2). Bentuk Dan UkuranUsus besar merupakan tabung muskular
berongga dengan panjang sekitar lima kaki ( sekitar 1,5 m ) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besasr dari usus kecil. Rata –rata
sekitar 2,5 inc ( sekitar 6,5 cm ) tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, colon, dan rectum. Pada sekum terdapat katup illeosecal dan Apendiks yang melekat pada ujung sekum. Colon dibagi lagi menjadi colon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk kelokan tajan yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut – turut dinamakan fleksura hepatica danfleksura lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk S lekukan rectum. Pada posisi ini gaya berat membantu mengalirkan air dari rectum ke fleksura sigmoid. Rectum terbentang dari colon sigmoid sampai anus ( Silvia A. Price, Lorraina, M Wilson 1995 )
Usus buntu mungkin memiliki beberapa fungsi pertahanan tubuh, tapi bukan merupakan organ yang penting. Apendiks atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Apendiks merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6 – 9 cm), menghasilkan
lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnyaapendiksitis (radang pada apendiks). Di dalam apendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah IgA. Selain itu pada apendiks terdapatarteria apendikularis yang merupakan endartery. Apendiksitis sering terjadi pada usia antara 10-30 tahun.
b. PengertianApendiksitis adalah peradangan pada usus
buntu (apendiks), atau radang pada apendiks vermiformi yang terjadi secara akut. Usus buntu merupakan penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di usus besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus halus. ( Farid 3, 2001 )
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab yang
umum dari radang abdomen akut yang paling sering (Mansjoer Arif, 2000).
Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil, panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secarah teratur berisi sekum, karena pengosongan tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama terhadap infeksi Apendiksitis. (Brunner & suddarth, 2000).
Apendiktomy adalah pengangkatan apendiks terinflamasi dan dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan metode endoskopi. Namun adanya perlengketan multipe atau robekan perlu dilakukan prosedur pembukaan. (Doenges, 2000).
c. Etiologi
Apendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat. (Irga, 2007) :1. Hiperplasia dari folikel limfoid.2. Adanya fekalit ( massa fecal yang
keras ) dalam lumen apendiks.3. Tumor apendiks.4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis.5. Erosi mukosa apendiks karena parasit seperti
E. Histilitica.6. Spasme otot spinter antara perbatasan
apendiks dan seikum.7. Hiperplasia jaringan limfoid yang biasa terjadi
pada anak-anak.8. Penyebab lain apendiksitis adalah infeksi yang
disebabkan oleh kuman – kuman seperti Escherichia coli (80%), Streptokokus tapi kuman yang lain jarang terjadi.
d. Tanda dan gejala1. Ada beberapa gejala awal yang khas yakni :
a. Nyeri yang dirasakan secara samar (nyeri tumpul) di daerah sekitar pusar. kemudian
nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda -tanda yang khas padaapendiksitis akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney. Nyeri perut ini akan bertambah sakit apabila terjadi pergerakan seperti batuk, bernapas dalam, bersin, dan disentuh daerah yang sakit.
b. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah.
c. Demam derajat rendah ( 37,5° C – 38,5° C ) dan terasa sangat lelah.
d. Mules.e. Malaise.f. Konstipasi atau diare.g. Tidak ada nafas makan.h. Leukositosis (lebih dari 12.000/mm3) dengan
peningkatan jumlah neutrofil sampai 75%.2. Tanda dan gejala Post Apendiktomi :
a. Nyeri pada area luka operasi yang kemungkinan dapat menghambat aktivitas disertai kekakuan pada abdomen dan paha kanan.
b. Mual dan muntah.
c. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
d. Dehidrasi karena adanya pembatasan masukan oral pada periode pertama post operasi.
e. Konstipasi, karena adanya pengaruh anastesi pada fungsi pencernaan.
f. Ketidaktahuan klien dalam pemulihan pasca operasi.
1. Jenis –jenis Apendiksitisa. Apendiksitis Akut
Apendiksitis akut adalah jenis apendiksitis yang paling sering memerlukan pembedahan dan paling sering menimbulkan kesukaran dalam memastikan diagnosanya, karena banyak kelainan menunjukkan tanda –tanda sepertiapendiksitis akut. Terdapat tiga jenis apendiksitis akut, yaitu :1) Apendiksitis akut fokalis
(segmentalis) Peradangan biasanya terjadi pada bagian distal yang berisi nanah. Dari
luar tidak terlihat adanya kelianan, kadang hanya hiperemiringan pada mukosa, sedangkan radang hanya terbatas pada mukosa.
2) Apendiksitis akut purulenta (supuratif), disertai pembentukan nanah yang berlebihan. Jika radangnya lebih mengeras, dapat terjadi nekrosis dan pembusukan disebut apendiksitis ganggrenosa.
3) Apendiksitis akut dapat disebabkan oleh trauma, misalnya pada kecelakaan atau operasi, tetapi tanpa lapisan eksudat dalam rongga maupun permukaan apendiks.
b. Apendiksitis kronisGejala umumnya samar dan lebih jarang. Apendiksitis akut jika tidak mendapat pengobatan dan sembuh dapat menjadi apendiksitis kronis. Terdapat dua jenis apendiksitis, yaitu :1) Apendiksitis kronik focalis
Peradangan masih bersifat local, yaitu fibrosis jaringan sub mukosa, gejala klinis pada umumnya tidak tampak
2) Apendiksitis kronis obliteratifTerjadi fibrosis yang luas sepanjang apendiks pada jarigan mukosa, hingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen), terutama pada bagian distal dengan menghilangnya selaput lendir pada bagian itu.
e. Patofisiologi
Etiologi
Obstruksi lumen ( fekalit,tumor dan lain – lain )
Mukus yang diproduksi oleh mukosa akan mengalami bendungan
Penekanan tekanan intra lumen / dinding apendiks
Aliran darah berkurang
Edema dan ulserasi mukosa Apendiks akut fokal
Terputusnya aliran darah
Nyeri epigastrium Obstruksi vena, edema bertambah Dan bakteri menenbus dinding
Peradangan peritonium Apendiks supuratif akut
Arteri terganggu
Nyeri daerah kanan bawah
Infark dinding apendiks
Ganggren Apendiksitis ganggrenosa
Apendiks dinding rapuh
Infiltrat Perforasi
Infiltrat apendikularis Apendiksitis perforasi
Keterangan :Apendiksitis biasanya disebabkan oleh
penyumbatan lumen apendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
apendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendiksitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren. Stadium ini disebutapendiksitis ganggrenosa. Bila dinding apendiks rapuh maka akan terjadi perforasi disebut apendiksitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga muncul infiltrat apendikularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadiperforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.
f. KomplikasiKomplikasi paling serius adalah ruptur
apendiks. Hal ini terjadi jika apendiksitis terlambat di diagnosis atau diterapi. Kasus ini paling sering terjada pada bayi, anak, atau orang tua. Bocornya apendiks dapat menyebabkan peritonitis dan pembentukan abses. Peritonitisadalah infeksi berbahaya yang terjadi akibat bakteri dan isi apendiks keluar mencemari rongga perut. Jika tidak diobati dengan cepat,peritonitis dapat berakibat kematian. Abses adalah massa lunak yang berisi
cairan dan bakteri, biasanya terbentuk sebagai upaya tubuh untuk melokalisir infeksi.
Komplikasi Post Apendiktomi Potensial komplikasi setelah apendiktomi antara lain :a. Peritonitisb. Abses pelvis (lumbal).c. Abses subfrenik (abses di bawah diafragma).d. Ileus (paralitik dan mekanik).
g. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang dapat dilakukan
dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.1) Pemeriksaan Laboratorium yang biasa
dilakukan pada pasien yang diduga apendiksitis akut adalah pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktive (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien biasanya ditemukan jumlah leukosit diatas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %.Sedang pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan.
2) Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga apendiksitis akut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalith serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum.
3) Kelainan radiologi nonspesifik, diatasi sekum, ada bayangan perfosi. Ditemukan sejumlah kecil eritrosit dan leokosit pada urine.
4) Pemeriksaan urine juga perlu dilakukan untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
5) Pemeriksaan USG dilakukan bila terjadi infitrat apendikularis
h. PenatalaksanaanPada apendiksitis akut, pengobatan yang
paling baik adalah operasi apendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi,
istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang persitaltik, jika terjadiperforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
Bila diagnosis sudah pasti, maka terapi yang paling tepat dengan tindakan operatif yaitu :1) Tindakan pre operatif, meliputi penderita di
rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan.
2) Operasi terbuka yaitu apendiktomi, satu sayatan akan dibuat ( sekitar 5 cm ) dibagian bawah kanan perut. Sayatan akan lebih besar jika apendiksitis sudah mengalami perforasi.
3) Laparascopi : sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu didekat pusar, yang lainnya diseputar perut. Laparascopiberbentuk seperti benang halus dengan kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan
untuk operasi akan dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan appendiks, pembuluh darah, dan bagian dari apendiks yang mengarah ke usus besar akan diikat.
4) Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Pre dan Post Operatif apendiksitis
a. PengkajianPengkajian adalah proses dimana data yang
berhubungan dengan klien dikumpulkan secara sistematis. Proses ini merupakan proses yang dinamis dan terorganisir yang meliputi tiga aktifitas dasar, yaitu mengumpulkan secara sistematis, menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan serta mendokumentasikan data dalam format yang bisa dibuka kembali. Pengkajian digunakan untuk mengenali dan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
kesehatan klien serta keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. ( internet 2010 ) Pengkajian ini berisi :a) Identitas.- Identitas klien post apendiktomi yang
menjadi dasar pengkajian meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, diagnosa medis, tindakan medis, nomor rekam medis, tanggal masuk, tanggal operasi dan tanggal pengkajian.
- Identitas penganggung jawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan klien dan sumber biaya.
b) Lingkup Masalah Keperawatan berisi keluhan utama klien saat dikaji, klien post apendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan aktifitas.
c) Riwayat Penyakit.1) Riwayat Penyakit Sekarang.
Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat pengkajian, yang diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan
pengkajian. Keluhan sekarang dikaji dengan menggunakan PQRST (paliatif and provokatif, quality and quantity, region and radiasi, severity scale dan timing). Klien yang telah menjalani operasi apendiktomi pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan diistirahatkan. Nyeri dirasakan sperti ditusuk –tusuk dengan skala nyeri lebih dari lima (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di area operasi dapat pula menyebar di seluruh abdomen dan paha kanan dan umumnya menetap sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat mngganggu aktivitas sesuai rentang toleransi masing –masing klien.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu.Berisi pengalaman penyakit sebelumnya,
apakah memberi pengaruh pada penyakit yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga.Perlu diketahui apakah ada anggota
keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga.
4) Riwayat Psikologis.Secara umum klien dengan post
apendiksitis tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun demikian tetap perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan harga diri
5) Riwayat Sosial.Klien dengan post apendiktomi tidak
mengalami gangguan dalam hubungan social dengan orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan hubungan social klien antara sebelum dan setelah menjalani operasi.
6) Riwayat Spiritual.Pada umumnya klien yang menjalani
perawatan akan mengalami keterbatasan
dalam aktivitas begitu pula dalam kegiatan ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk kesembuhannya.
7) Kebiasaan Sehari – hari.Klien yang menjalani operasi
pengangkatan apendiks pada umumnya mengalami kesulitan dalam beraktfitas karena nyeri yang akut dan kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri ( mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku ), karena adaanya toleransi aktivitas yang mengalami gangguan. Klien akan mengalami pembatasan masukan oral sampai fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya.Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah dan konstipasi pada periode awal post operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat mulai diberikan setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Klien juga dapat mengalami penurunan haluaran urine karena
adanya pembatasan masukan oral. Haluaran urine akan berangsur normal setelah peningkatan masukan oral. Pola istirahat klien dapat terganggu ataupu tidak terganggu, tergantung toleransi klien terhadap nyeri yang dirasakan.
8) Pemeriksaan Fisik.Pemeriksaan fisik ini mencakup :- Keadaan Umum klien post apendiktomi
mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi apendiks.
- Sistem Pernapasan klien post apendiktomi akan mengalai penurunan atau peningkatan frekuensi napas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai rentang yang dapat ditoleransi oleh klien.
- Sistem Kardiovaskuler umumnya klien mengalami takikardi ( sebagai respon terhadap stres danhipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring).Pengisian kapiler biasanya normal, dikaji pula keadaan konjungtiva, adanya sianosis dan, auskultasi bunyi jantung.
- Sistem Pencernaan adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat dipalpasi. Klien post apendiktomi biasanya mengeluh mual muntah, konstipasi pada awal post operasi dan penurunan bising usus. Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas sayatan operasi.
- Sistem Perkemihan awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral selama periode awal post apendiktomi. Output urine akan
berangsur normal seiring dengan peningkatan intake oral.
- Sistem Muskuloskeletal secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktifitas.
- Sistem Integumen akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal). Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.
- Sistem Persarafan umumnya klien dengan post apendiktomi tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi persarafan. Pengkajian fungsi persafan meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan refleks.
- Sistem Pendengaran pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan kesimetrisan telinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.
- Sistem Endokrin umumnya klien post apendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi endrokin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi endrokin (thyroid dan lain –lain).
9) Pemeriksaan Penunjang.- Laboratorium
a) Haemoglobin yang rendah dapat mengarah kepada anemia akibat kehilangan darah.
b) Peningkatan leukosit dapat mengindikasikan adanya infeksi.
- Radiologi.
10) Terapi dan Pengobatan pada umumnya klien post apendiktomi mendapat terapi analgetik untuk mengurangi nyeri dan antibiotik sebagai anti mikroba.
b) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post apendiktomi antara lain ( internet 2011 ):a) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi
pembedahan, prosedur invasif.b) Risiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pembatasan pasca operasi, status hipermetabolik : proses penyembuhan.
c) Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi pembedahan.
d) Intoleran aktivitas berhubungan dengan nyeri post operasi, kelemahan sekunder terhadap pembedahan.
e) Kurang perawatan diri (diuraikan) berhubungan dengan kelemahan post operatif, nyeri.
f) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi pembedahan.
g) Risiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake (pembatasan pasca operasi), peningkatan kebutuhan nutrisi sekunder terhadap pembedahan.
h) Konstipasi berhubungan dengan efek pembedahan, perubahan diet, immobilisasi.
i) Kurang pengetahuan mengenai (diuraikan) berhubungan dengan kurang terpapar informai, tidak mengenal sumber informasi.
c) Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan pada klien dengan Apendiksitis menurut Merilyn. E. Doenges adalah sebagai berikut :1. Diagnosa Keperawatan : Infeksi, Resiko
tinggi terhadapHasil yang diharapkan : Meningkatkan
penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi / inflamasi, drainase purulen, eritema, dan demam.
No Intervensi Rasional
1 Awasi tanda vital, Perhatikan Dugaan adanya infeksi /
2
3
4
5
demam,mengigil, berkeringat,
perubahan mental,
meningkatnya nyeri abdomen.
Lakukan pencucian tangan
yang baik dan perawatan luka
aseptik.
Lihat insisi dan balutan. Catat
karakteristik drainase luka /
drein ( bila dimasukan ),
Adanya eritema.
Berikan informasi yang tepat,
jujur pada pasien / orang
terdekat.
Ambil contoh drainase bila
diindikasikan.
terjadinya sepsis, abses,
peritonitis.
Menurunkan resiko penyebaran
bakteri.
Memberikan deteksi dini
terjadinya proses infeksi, dan /
atau pengawasan penyembuhan
yang telah ada sebelumnya.
Pengetahuan tentang kemajuan
situasi memberikan dukungan
emosi, membantu menurunkan
ansietas.
Kultur pewarnaan gram dan
sensivitas berguna untuk
mengidentifikasikan organisme
penyebab dan pilihan terapi.
6
7
Berikan antibiotik sesuai
indikasi.
Bantu irigasi dan drainase bila
diindikasikan.
Mungkin diberikan secara
prifilaktik atau menurunkan jumlah
organisme untuk menurunkan
penyebaran dan pertumbuhannya
pada rongga abdomen.
Dapat diperlukan untuk
mengalirkan isi abses terlokalisir.
2. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akutHasil yang diharapkan : Melaporkan nyeri
hilang / terkontrol.
No Intervensi Rasional
1 Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya ( skala 0
– 10 ). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan
tepat.
Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler.
Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri
menunjukkan terjadinya abses / peritonitis. Memerlukan
upaya evaluasi medik dan intervensi.
Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen
bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen
yang bertambah dengan posisi telentang.
2
3
4
5
Dorong ambulasi dini.
Berikan aktivitas hiburan.
Pertahankan puasa / penghisapan NG pada awal.
Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh
merangsang peristaltik dan kelancaran flatus,
menurunkan ketidaknyamanan abdomen.
Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan
dapat meningkatkan kemampuan koping.
Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini
dan iritasi gaster / muntah.
3. Diagnosa Keperawatan : Nutrisi, Perubahan Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Resiko Tinggi Terhadap
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan berat badan dan kesimbangan nitrogen positif.
No Intervensi Rasional
1
2
3
Awasi haluaran selang NG.Catat adanya muntah atau
diare.
Auskultasi bising usus, catat bunyi tak ada / hiperaktif.
Ukur lingkaran abdomen
Timbang berat badan dengan teratur.
Jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah / diare
diduga terjadi obstruksi usus, memerlukan evaluasi
lanjut.
Meskipun bising usus sering tak ada, inflamasi / iritasi
usus dapat menyertai hiperaktifitas usus, penurunan
absorbsi air dan diare.
Memberikan bukti kuantitas perubahan distensi gaster /
usus dan / atau akumulasi asites.
Kehilangan / peningkatan dini menunjukkan perubahan
hidrasi tetapi kehilangan lanjut di duga ada devisit
nutrisi.
4
5
6
7
8
Kaji abdomen dengan sering untuk kembali ke bunyi
yang lembut, penampilan bising usus normal, dan
kelancaran flatus.
Awasi BUN, Protein, albumin, Glukosa, keseimbangan
nitrogen sesuai indikasi.
Tambahkan diet sesuai tolerans, contoh cairan jernih.
Berikan hiperalimentasi sesuai indikasi.
Menunjukan kembalinya fungsi usus ke normal dan
kemampuan untuk memulai masukan per oral.
Menunjukan fungsi organ dan status / kebutuhan nutrisi.
Kemajuan diet yang hati – hati saat masukan nutrisi
dimulai lagi menurunkan resiko iritasi gaster.
Meningkatakan penggunaan nutrien dan keseimbangan
nitrogen positif pada pasien yang tak mampu
mengasimilasi nutrien dengan normal.
d) Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan (melaksanakan intervensi
yang telah ditentukan sebelumnya)”(Marilyn.E.Doengoes , 1999: 105).
Pelaksanaan adalah inisiatif dan rencana tindakan untuk mencapai
tujuan (Iyer et al, 1996) Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan yang disusun dan ditujukan kepada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor—
faktor yang mempengaruhi klien. (Iyer et al, 1996).
Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang diberikan
kepada klien meliputi pelaksanaan. perencanaan pelayanan keperawatan
dan diskusi oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan.
e) EvaluasiEvaluasi merupakan tahap akhir dalam
proses keperawatan dimana merupakan proses yang kontinyu yang penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang dilakukan dengan meninjau respon klien untuk menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien” (Marilyn.E.Doengoes 1999: 105).
Menurut Griffith dan Chirste, 1986, evaluasi sebagai suatu yang
direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan
klien. Dengan mengukur perkembangan klien dan mencapai suatu tujuan,
maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan (Buku
Proses-Proses Keperawatan, Nursalam, 1999).
BAB IIITINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIANTanggal masuk rumah sakit : 24 Mei 2011 Tanggal Pengkajian : 30 Mei 2011 Nomor Register : 33 51 89Ruangan : Bedah Pria ( kelas III )Diagnosa Medis : Abdominal
Paint, Apendiksitis, Post Ops Laparatomi
I. BIODATA A. Identitas Klien.
Nama : Tn MUmur : 36 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiSuku : Agama : PentekostaStatus Nikah : Belum menikahPekerjaan : SwastaPendidikan : SMAAlamat : Sentani, Jl. Ifargunung
B. Identitas Penanggung. Nama : Tn. MUmur : 40 tahunJenis Kelamin : Laki-LakiSuku : Agama : PentekostaStatus Nikah : Sudah menikahPekerjaan : SwastaPendidikan : SMAHub dengan klien : Kakak KlienAlamat : Jl. Ifargunung
II. DATA BIOLOGI
a. Keluhan Utama Saat DikajiSakit di seluruh bagian perut- Provokative: Nyeri dirasakan saat batuk,
duduk, berdiri, dan melakukan aktivitas- Quality: Nyeri hilang timbul- Region: Nyeri menyebar dari daerah
sayatan operasi ke semua kuadran abdomen- Skala: Nyeri pada skala 4 (sedang)- Time: 1- 2 menit- Hal yang memperberat: Jika klien melakukan
aktifitas yang berat.- Hal yang memperingan: Jika klien istirahat.
b. Riwayat Keluhan UtamaAwalnya Klien merasa sakit pada daerah perut kanan bawah bekas operasi kemudian setelah 4 hari dirawat, jahitan terlepas dan dijahit ulang pada tanggal 29 mei 2011. Nyeri menjalar ke seluruh bagian abdomen atau kuadran, sakit yang di rasakan sangat berat sehingga sulit untuk melakukan aktifitas sendiri, sehingga kilen dibantu oleh keluarga, klien hanya bisa istirahat untuk mengurangi rasa sakit.
c. Keluhan Yang Menyertai
Badan lemas, panas, sakit apabila balik ke sebalah kanan, sakit daerah operasi hilang timbul, dan rasa mual serta tidak enak makan.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu- Klien pernah berobat ke Rumah Sakit
± 10 tahun yang lalu karena malaria, dan dirawat.
- Klien tidak pernah alergi obat – obatan.- Klien tidak pernah menderita penyakit menular.
2. Pemeriksaan Fisik- Keadaan Umum : Lemah- Kesadaran : CM ( Compos
Mentis ) E4, V5, M6- Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 120 / 90 MmHgNadi : 92 x / menitSuhu : 37 0 CRespirasi : 24 x / menit
3. Berat Badan : 55 kg4. Tinggi Badan : 155 cm5. Kepala
InspeksiKeadaan rambut dan Hygiene kepala- Warna rambut : Hitam keriting- Penyebaran : Merata- Kebersihan rambut : Kotor- Mudah rontok : TidakPalpasi- Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
6. MukaInspeksi- Muka tampak simetris kanan dan kiri.- Bentuk muka bulat.- Muka pucat.- Tidak ada pergerakan abnormal.- Ekspresi wajah meringis kesakitan.- Tidak ada odema pada wajah.Palpasi- Tidak ada nyeri tekan pada bagian wajah.
7. Mata
Inspeksi- Mata simetris kanan dan kiri.- Palpabrae tidak oedema.- Scelera tidak ikterik.- Conjuntiva anemis.- Refleks pupil terhadap cahaya kanan ( + ) /
Kiri ( + )- Penglihatan tidak kabur.Palpasi- Tidak ada nyeri tekan pada bola mata.
8. HidungInspeksi- Keadaan septum tepat berada ditengah.- Tidak ada polip.- Tidak terdapat secret atau cairan.- Tidak ada radang.
9. TelingaInspeksi- Bentuk simetris kanan dan kiri.- Tidak ada seruman.- Lubang telinga tampak bersih.
- Tidak menggunakan alat bantu pendengaran.Palpasi- Tidak ada nyeri tekan pada daerah telinga.
10. MulutInspeksi- Gigi : Keadaan gigi lengkap, gigi tampak
kotor, adanya karang gigi / keries, tidak menggunakan gigi palsu.
- Gusi : Tidak ada peradangan.- Bibir : sianosis, bibir pucat, bibir kering dan
pecah, mulut berbau.11. Leher
Inspeksi- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid- Vena Jugularis tidak membesarPalpasi- Tidak ada kaku kuduk.- Tidak ada pembesaran kelenjar limfe .
12. Thoraks dan pernapasanInspeksi- Bentuk dada simetris kanan dan kiri.
- Frekuensi pernafasan 24 x / menit.- Irama pernapasan teratur.- Sifat pernapasan dada perut.Palpasi- Tidak ada massa / nyeri.Perkusi- Suara paru sonor.Auskultasi- Suara napas vesikuler.- Tidak ada suara tambahan weezhing / rongki.
13. JantungPalpasi- Ictus cordis tidak teraba.
Perkusi.- Batas atas jantung pada ICS 2-3.- Batas kanan jantung pada linea sternalis
kanan 1 jari lateral kanan.- Batas kiri jantung pada medioclavikularis kiri.- Tidak ditemukan adanya pembesaran jantung.
Aukultasi.- BJ I / Katup mitral ICS 5 linea mideo clavicularis → terdengar tunggal.
- BJ I / Katup trikuspidalis ICS 4 linea sternalis kiri → terdengar tunggal.- BJ II / Katup aorta ICS 2 linea sternalis kanan → terdengar tunggal.- BJ II / Pulmonal ICS 2 linea sternalis kiri → terdengar tunggal.
14. AbdomenInspeksi- Perut terlihat membuncit.- Klien memakai korset- Adanya luka sayatan operasi laparatomi.- Pada luka operasi masih terlihat benang
operasi dan belum di lepas.- Luka tampak masih basah dan kemerahan.Palpasi- adanya nyeri operasi pada garis
tengah abdomen- Hepar tidak teraba.- Lien tidak teraba.Perkusi- Terdengar suara tympani.Auskultasi
- Terdengar bising usus.- Peristaltik usus ± 8 x / menit.
15. Genetalia dan anus- Tidak dilakukan pemeriksaan.
16. EkstermitasEkstremitas atas
- Tangan simetris kanan dan kiri.- Terpasang infus RL kosong 20 tetes /
menit pada tangan kiri.- Tidak terdapat pergerakan abnormal.- Kekuatan tonus otot normal 5 / 5.
Ekstremitas bawah- Kaki simetris kanan dan kiri.- Tidak ada pergerakan abnormal.- Tidak ada nyeri tekan.- Kekuatan otot normal 5 / 5.
17. Pola Aktifitas Sehari - Hari
No Kegiatan Sebelum sakit Selama sakit
1. Nutrisi
- Pola makan Teratur Teratur
- Jenis makanan
- Frekuensi makan
- Nafsu makan
- Makanan pantangan
- Jenis minum
- Jumlah minum
Nasi,sayur,lauk pauk
3 x sehari
Baik
Tidak ada
Air putih dan teh
8 – 9 gelas
± 1.500 - 2000cc/hari
Bubur,sayur,lauk pauk
3 x sehari
Kurang hanya menghabiskan ± 4 –
5 sendok makan
Pedas – pedas
Air putih sedikit-sedikit
± 4 – 5 gelas / hari
IVFD RL 20 tetes / menit
2. Eliminasi
a.BAB
- Frekuensi
- Bau
- Warna
- Konsistensi
b. BAK
1 x sehari
Khas
Kuning
Padat
1 – 2 x sehari
Khas
Kuning
Lembek
- Frekuensi
- Bau
- Warna
- Gangguan
± 2 - 3 x sehari
Amoniak
Kuning
Tidak ada
± 3 – 4 x sehari
Amoniak
Kuning tua
Tidak ada
3. Istirahat Tidiur
- Tidur malam
- Tidur siang
- Keluhan tidur
21.00 - 06.30 wit
13.00 - 17.00 wit
Tidak ada
20.00 - 06.00 wit
12.00 - 14.00 wit
Tidak ada
4. Aktivitas - Latihan
- Berbaring
- Duduk
- Berdiri
- Berjalan
- Aktivitas rutin
Semua aktivitas dilakukan sendiri
tanpa bantuan
Sendiri
Sendiri
Dengan Bantuan
Dengan Bantuan
Dengan Bantuan
5. Hygiene
- Frekuensi mandi
- Gosok ggi
- Cuci rambut
- Ganti pakaian
2 x sehari
2 x sehari
3 x seminggu
Hanya di lap
Belum Sikat gigi
Belum cuci rambut
2 x sehari 1 x sehari
18. Pemeriksaan Penunjang
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Pemeriksaan Labolatorium
a. Tgl 24 Mei 2011
- Hemoglobin
- HCT
- DDR
- WBC
- PLT
b. Tanggal 25 Mei 2011
- GDS
- Ureum
- Creatinine
- Albumin
- DDR
- SGPT
- SGOT
14,5 gram %
42,5 %
Negatif
14,6 103 mm3
54 103 mm3
90 mg/%
132 mg/%
2,46 mg/%
3,11 g/dl
Negatif
12 u/l
9 u/l
11 – 15 gram / %
35 – 47 %
Negatif
4.0 – 10.0
150 - 500
<200
10 – 50 mg/%
0,5 – 1,5
4 – 6 g/dl
Negatif
46 u/l
49 u/l
c. Tanggal 26 Mei 2011
- Hemoglobin
- DDR
- WBC
- PLT
17,2 gr / %
Negatif
9,46 103 mm3
49 103 mm3
11 – 15 gram / %
Negatif
4.0 – 10.0 103 mm
150 – 500 103 mm
19. Program Terapi MedisTgl 30 Mei 2011 ( Post Operatif )- Infus RL 20 tts / menit macro- Bifotik 2 x 1 gr (IV)- Metronidazole 3 x 500 mg ( Driip )- Ranitidin 3 x 1 ampul ( IV )- Ketorolak 3 x 1 ampul ( Driip )
III. KEADAAN PSIKOLOGI SELAMA SAKITa. Klien berharap semoga cepat sembuh.b. Klien merasa bosan di Rumah Sakit.c. Klien selalu bertanya tentang sakitnya.d. Klien mengatakan takut apabila di operasi.e. Klien merasa cemas dan takut dengan
penyakinya sekarang ini.f. Klien tampak gelisah.g. Klien tampak cemas.
h. Klien tampak termenung diatas tempat tidur.i. Klien sering bertanya tentang penyakitnya apakah
bisa sembuh.j. Selalu bertanya tentang pengobatan yang
diberikan. IV. POLA INTERAKSI SOSIAL
a. Orang terdekat klien adalah saudara.b. Interaksi dengan keluarga cukup baik.c. Klien jarang bergaul dengan pasien lainnya.d. Interaksi dengan dokter dan perawat sangat baik.
V. KEADAAN SPIRITUAL1. Sebelum Sakit
1.1 Klien menganut agama Petekosta.1.2 Klien sering mengikuti kegiatan keagamaan
baik di gereja maupun dirumah.2. Selama Sakit
2.1 Setiap hari minggu klien mendapat kunjungan ibadah di dalam Ruangan Bedah Wanita oleh pendeta yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dok II Jayapura.
2.2 Klien hanya dapat berdoa ditempat tidur.
B. KLASIFIKASI DATADATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Klien mengatakan :
- Sakit di seluruh bagian perut
P: nyeri dirasakan saat batuk, duduk, berdiri, dan
melakukan aktivitas
Q: Nyeri sedang,
R: Nyeri menyebar dari daerah sayatan operasi ke
semua kuadran abdomen
S: Nyeri pada skala 4
T: Nyeri hilang timbul 1- 2 menit
Hal yang memperberat: Jika klien melakukan aktifitas
yang berat.
Hal yang memp eringan:Jika klien istirahat.
- Sakit daerah operasi hilang timbul
- Rasa mual
- Tidak enak makan.
- Badan lemas
- Sakit pada daerah perut kanan bawah bekas operasi
- Sakit yang di rasakan sangat berat sehingga sulit untuk
melakukan aktifitas sendiri, sehingga kilen dibantu oleh
keluarga
- Klien hanya bisa istirahat untuk mengurangi rasa sakit
Klien tampak :- KU : Lemah- Kesadaran : CM- Conjungtiva : anemis- TTV
TD : 120 / 90 MmHgN : 92 x / menitS : 37 0 CR : 24 x / menit
- Ekspresi wajah meringis kesakitan- Muka pucat- Gelisah- Cemas- Termenung di atas tempat tidur- Berat Badan : 53 kg- Tinggi Badan : 150 - Adanya luka sayatan operasi- Kadang terbangun karena sakit pada daerah
operasi- Adanya nyeri
tengah abdomen menyebar di seluruh kuadran
- sakit apabila balik ke sebelah kanan
- Berharap semoga cepat sembuh
- Merasa bosan di Rumah Sakit
- Klien selalu bertanya tentang sakitnya
- Takut apabila di operasi
- Merasa cemas dan takut dengan penyakitnya sekarang
ini
- Klien sering bertanya tentang penyakitnya apakah bisa
sembuh
- Selalu bertanya tentang pengobatan yang diberikan
- Pada luka operasi masih terlihat benang operasi dan belum di lepas.
- Luka tampak masih basah dan kemerahan.- Bibir pucat- Bibir kering dan pecah- Mulut berbau- Nafsu makan kurang hanya menghabiskan ±
– 5 sendok- Jumlah minum ± 4 – 5 gelas / hari- Program Terapi MedisTgl 30 Mei 2011 ( Post Operatif )
- Infus RL 20 tts / menit macro- Bifotik 2 x 1 gr (IV)- Metronidazole 3 x 500 mg ( Driip )- Ranitidin 3 x 1 ampul ( IV )- Ketorolak 3 x 1 ampul (