appendiktomy

18
APPENDISITIS A. Epidemiologi Apendisitis adalah peradangan yang relative sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas. Acute appendicitis atau radang apendiks akut merupakan kasus infeksi intra abdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada Negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan dengan masyarakat desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Appendicitis dapat menyerang orang dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun, khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah 2 tahun. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih sering dipengaruhi dari pada wanita dan remaja lebih sering dari pada orang dewasa. B. Definisi Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10cm (4 inci), melekat pada sakum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cendrung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock

Upload: daffaa-mahardika

Post on 05-Aug-2015

142 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

appendiksitis

TRANSCRIPT

Page 1: appendiktomy

APPENDISITIS

A. EpidemiologiApendisitis adalah peradangan yang relative sering dijumpai yang dapat timbul tanpa

sebab yang jelas. Acute appendicitis atau radang apendiks akut merupakan kasus infeksi intra abdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada Negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat yangkurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan dengan masyarakatdesa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Appendicitis dapat menyerang orangdalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun,khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah 2 tahun. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih sering dipengaruhi dari pada wanita dan remaja lebih sering dari pada orang dewasa.

B. DefinisiApendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10cm (4 inci), melekat

pada sakum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cendrung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi.

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)

 C. EtiologiAppendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi akibat :

1. Hiperplasia dari folikel limfoid. 2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks. 3. Tumor appendiks. 4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis. 5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.

Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan appendiksitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.

D. PatofisiologiAppendicitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi

oleh fecalith, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akantetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith. Hasil observasi epidemiologi juga

Page 2: appendiktomy

menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar. Pada fase awal appendicitis mukosa mengalami inflamasi terlebih dahulu.Kemudian inflamasi ini akan meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan serosa. Terbentuk pula eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa dan menyebar ke dinding peritoneal terdekat, sehingga menyebabkan peritonitis.

Pada fase tersebut glandula mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus, sehingga menyebabkan terjadinya nanah atau pus di dalam lumen. Akhirnya, pembuluh-pembuluh kapiler yang mensuplai darah ke appendiks mengalami trombose dan appendiks yang infark tersebut menjadi nekrosis atau gangrenous. Setelah mengalami nekrosis, appendiks dapat mengalami perforasi, sehingga kandungan yang terdapat dalam lumen appendiks,seperti pus dapat menyebar di cavitas peritoneal dan menimbulkan peritonitis.            Apendiks terinflamsi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat. Kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor maupun benda asing. Proses inflamasi ini meningkatkan tekanan intraluminal dapat menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar bebas secara progresif dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen, akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

E. Manifestasi Klinisa. Nyeri difus yang timbul mendadak di daerah apigastrium atau periumbilikusb. Dalam beberapa jam, nyeri lebih terlokasi dan dapat dijelaskan sebagai nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawahc. Nyeri tekan lepas (nyeri yang timbul sewaktu tekanan dihilangkan dari bagian yang sakit)d. Demame. Leukosit meningkat (10.000 – 18.000/mm3)f. Mual dan muntah dan rasa ngilug. Kurang nafsu makanh. konstipasi

 F. KomplikasiKomplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang

menjadi peritonitis atau abses apabila apendiks yang membengkak tersebut pecah. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awetan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri aatau nyeri abdomen secara kontinyu.

 G. Pemeriksaan PenunjangApabila setelah dipantau masih menimbulkan keraguan maka kita dapat melakukan

pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis, seperti memeriksa urine secara mikroskopis, X-ray, full blood count, dan serum amylase, darah lengkap.

 H. PenatalaksanaanPembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah di tegakkan. Antibiotic dan

cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesic dapat diberikan setelah diagnosa ditegagkan.

Page 3: appendiktomy

            Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau sepinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.

 I. Pengkajian1. Aktivitas/ istirahat: Malaise2. Sirkulasi : Tachikardi3. Eliminasi

Konstipasi pada  awitan awalDiare (kadang-kadang)Distensi abdomenNyeri tekan/lepas abdomenPenurunan bising usus

4. Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah5. Kenyamanan

Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam dan suhu tubuh demam

6. Keamanan : 7. Pernapasan

TachipneaPernapasan dangkal

J. Asuhan Keperawatan1. Pre Operasi

Fase pra operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. a. persiapan di bangsal * persiapan 1 malam sebelum operasi-Puasa dan pembatasan makan dan minum. -Pemberian enema jika perlu. -Memasang tube intestine atau gaster jika perlu. -Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 – 10 jam sebelum operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau pagi sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester. -Persiapan untuk anastesi - Ahli anastesi selalu berkunjung pada pasien pada malam sebelum operasi untuk melekukan pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan menunjukkan tipe anastesi yang akan digunakan selama operasi. -Meningkatkan istirahat dan tidur*Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-obatan pre operasi :- Mencatat tanda-tanda vital

Page 4: appendiktomy

- Cek gelang identitas klien - Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik - Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus - Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir - Anjurkan klien untuk buang air kecil - Perawatan mulut jika perlu - Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala - Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia b. Persiapan penunjuang - Laboratorium

Nilai leukosit dan neutrofil akan meningkat, walaupun hal ini bukan hasil yang karakteristik. Penyakit infeksi pada pelvis terutama pada wanita akan memberikan gambaran laborotorium yang terkadang sulit dibedakan dengan apendisitis akut  Pemeriksaan laboratorium merupakan alat bantu diagnosis. Pada dasarnya inflamasi  merupakan reaksi lokal dari jaringan hidup terhadap suatu jejas. Reaksi tersebut meliputi reaksi vaskuler, neurologik, humoral dan seluler. Fungsi inflamasi di sini adalah memobilisasi semua bentuk pertahanan tubuh dan membawa mereka pada tempat yang terkena jejas dengan cara: mempersiapkan berbagai bentuk fagosit (lekosit polimorfonuklear, makrofag)  pada tempat tersebut, pembentukan berbagai macam antibodi pada daerah inflamasi,  menetralisir dan mencairkan iritan, membatasi perluasan inflamasi dengan pembentukan fibrin dan terbentuknya  dinding jaringan granulasi.

Pada anak dengan keluhan dan pemeriksaan fisik yang karakteristik apendisitis akut, akan ditemukan pada pemeriksaan darah adanya lekositosis 11.000-14.000/mm3, dengan pemeriksaan hitung jenis menunjukkan pergeseran kekiri hampir 75%. Jika jumlah lekosit lebih dari 18.000/mm3 maka umumnya sudah terjadi perforasi dan peritonitis (Raffensperger, 1990). Menurut Ein (2000) pada penderita apendisitis akut ditemukan jumlah lekosit antara 12.000-20.000/mm3 dan bila terjadi perforasi atau peritonitis jumlah lekosit antara 20.000-30.000/mm3.  Sedang Doraiswamy (1979), mengemukakan bahwa komnbinasi antara kenaikan angka lekosit dan granulosit adalah yang dipakai untuk pedoman menentukan diagnosa appendicitis acut. Tes laboratorium untuk appendicitis bersifat kurang spesifik., sehingga hasilnya juga kurang dapat dipakai sebagai konfirmasi penegakkkan diagnosa. Jumlah lekosit untuk appendisitis akut adalah >10.000/mmk dengan pergeseran kekiri pada hemogramnya (>70% netrofil). Sehingga gambaran lekositosis dengan peningkatan granulosit dipakai sebagai pedoman untuk appendicitis acute (Bolton et al, 1975). Kontroversinya adalah beberapa penderita dengan appendicitis acut, memiliki jumlah lekosit dan granulosit tetap normal (Nauts et al, 1986).C-rective protein (CRP).  Pemeriksaan urinalisa dapat digunakan sebagai konfirmasi dan menyingkirkan kelainan urologi yang menyebabkan nyeri abdomen.- Foto Polos abdomen

Mungkin terlihat adanya fekalit pada abdomen sebelah kanan bawah yang sesuai dengan lokasi apendiks, gambaran ini ditemukan pada 20% kasus (Cloud, 1993). Kalau peradangan lebih luas dan membentuk infiltrat maka usus pada bagian kanan bawah akan kolaps. Dinding usus edematosa, keadaan seperti ini akan tampak pada daerah kanan bawah abdomen kosong dari udara. Gambaran udara seakan-akan terdorong ke pihak lain. Proses

Page 5: appendiktomy

peradangan pada fossa iliaka kanan akan menyebabkan kontraksi otot sehingga timbul skoliosis ke kanan. Gambaran ini tampak pada penderita apendisitis akut (Mantu, 1994).  Bila sudah terjadi perforasi, maka pada foto abdomen tegak akan tampak udara bebas di bawah diafragma. Kadang-kadang udara begitu sedikit sehingga perlu foto khusus untuk melihatnya.

Kalau sudah terjadi peritonitis yang biasanya disertai dengan kantong-kantong pus, maka akan tampak udara yang tersebar tidak merata dan usus-usus yang sebagian distensi dan mungkin tampak cairan bebas, gambaran lemak preperitoneal menghilang, pengkaburan psoas shadow. Walaupun terjadi ileus paralitik tetapi mungkin terlihat pada beberapa tempat adanya permukaan cairan udara (air-fluid level) yang menunjukkan adanya obstruksi (Raffensperger, 1990; Mantu, 1994). Foto x-ray abdomen dapat mendeteksi adanya fecalith (kotoran yang mengeras dan terkalsifikasi, berukuran sebesar kacang polong yang menyumbat pembukaan appendik) yang dapat menyebabkan appendisitis. Ini biasanya terjadi pada anak-anak. Foto polos abdomen supine pada abses appendik kadang-kadang memberi pola bercak udara dan air fluid level pada posisi berdiri/LLD ( decubitus ), kalsifikasi bercak rim-like( melingkar ) sekitar perifer mukokel yang asalnya dari appendik.  Pada appendisitis akut, kuadran kanan bawah perlu diperiksa untuk mencari appendikolit : kalsifikasi bulat lonjong, sering berlapis.c. Inform ConsentSelain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent (surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis pembedahan dan anastesi).Diagnosa Keperawatan yang sering muncul :-Cemas berhubungan dengan krisis situasional-Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan-Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, imunitas tubuh menurunRencana Keperawatan pre operatif:

Diagnosa Kep. NOC NIC

Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan 

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama..... pasien menunjukan anxiety control dengan kriteria hasil:pasien kooperatifMampu mengidentifikasikan cemas dengan bahasa tubuh yang tenangVital sign dbn

Anxiety reduction :Tenangkan pasienJelaskan seluruh prosedurt tindakan kepada pasien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakanBerusaha memahami keadaan pasienBerikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakanMendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamananDorong pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannyaKaji tingkat kecemasanDengarkan dengan penuh perhatianCiptakan hubungan saling percayaBantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan kecemasanBantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat cemas

Page 6: appendiktomy

Ajarkan pasien teknik relaksasiBerikan obat obat yang mengurangi cemas 

Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan,pengobatankurang paparan terhadap informasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama......, pengetahuan klien meningkat dengan kriteria hasil Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskanKlien kooperative saat dilakukan tindakan  

Teaching : Dissease ProcessKaji  tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakitJelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebabnyaSediakan informasi tentang kondisi klienBerikan informasi tentang perkembangan klienDiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakitJelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapiGambarkan komplikasi yang mungkin terjadiAnjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakitGali sumber-sumber atau dukungan yang adaAnjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan

Risiko infeksi b/d personal higiene dan prosedur pre operasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...... menunjukkan host control dengan kriteria hasil :Kondisi pasien bersihSudah dimandikan dan memakai pakaian operasi

Konrol infeksi :Gunakan baju khususBatasi pengunjung bila perlu.Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan.Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.Berikan antibiotik sesuai program.Jelaskan pentingnya pasien memakai pakaian khusus operasi.

 2.      Intra Operasi

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu :a. Safety Management (Pengaturan posisi pasien)Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang operasi adalah: daerah operasi, usia, berat badan pasien, tipe anastesidan nyeri. Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi, respirasi, tidak melakukan penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah atau medan operasi.- Kesejajaran fungsional maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula yang supine-Pemajanan area pembedahan maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping à titik Mc. Burney- Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi

Page 7: appendiktomy

Dengan tujuan untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury.- Memasang alat grounding ke pasien- Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk menenagkan pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif.- Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti : cairan infus, oksigen, jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.b. Monitoring Fisiologis- Melakukan balance cairan- Memantau kondisi cardiopulmonal meliputi fungsi pernafasan, nadi, tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dll.-Pemantauan terhadap perubahan vital signc. Monitoring Psikologis- Memberikan dukungan emosional pada pasien- Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi- Mengkaji status emosional klien-Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)d. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care- Memanage keamanan fisik pasien- Mempertahankan prinsip dan teknik asepsisDiagnosa Keperawatan yang sering muncul :- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi karena pemberian agent anastesi.- Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur invasif dan truma jaringan.- Resiko cidera berhubungan dengan anastesi dan pembedahan.Rencana Keperawatan intra operatif :

Diagnosa Kep. NOC NIC

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi karena pemberian agent anastesi. 

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama..... pasien menunjukan respiration control dengan kriteria hasil:Jalan nafas adequatSuara nafas vesikulerSaturasi O2 dbn

Airway and breathing management :Monitor ventilasi (jalan dan suara nafas)Lakukan management ventilasi dengan head tilt chin leaf / jaw trust positioningPasang alat bantu nafas : mouth airway/orofaringeal tube, ET, LMAMonitor keakuratan fungsi ET, LMALakukan assisted respirationMonitor vital sign dan saturasi O2 secara periodik

Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur invasif dan truma jaringan. 

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama......, menunjukkan infection protection, enviroment, host and agent control  dengan kriteria hasil Terkendalinya nfection control

Infection control managementKendalikan prosedur masuk kamar operasi untuk pasien maupun petugasBatasi jumlah personil di kamar operasiKendalikan sterilitas ruangan dan peralatan yang dipakaiLakukan cuci tangan bedah, pemakaian jas operasi, pemakaian sarung tangan dan duk operasi sesuai

Page 8: appendiktomy

Luka dan keadaan sekitar bersih 

prosedur.Terapkan prosedur septik aseptik.Lakukan penutupan luka sesuai prosedurKolaborasi pemberian antibiotikEnvironment kontrol

Resiko cidera berhubungan dengan anastesi dan pembedahan. 

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...... menunjukkan injury neuromuscular protection dengan kriteria hasil :Tidak terjadi luka baru diluar organ targetInstrument terhitung lengkap sebelum dan sesudah operasi.

Injury control managementAnatomis dan imobil positionPasang groundit kouter dengan benarMelakukan tindakan anastesi sesuai dengan prosedurMemasang alat bantu pernafasan sesuai dengan prosedurHindari manipulasi jaringan berlebihanPenggunaan instrument yang tepat dan benarPerhitungan jumlah instrument sebelum dan sesudah operasi yang sama.

 3. Post Operasi

Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selam 4-5 jam lalu naikkan menjasi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selam 2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Instruksi untuk menemui ahli bedah untuk mengangkat jahitan pada hari ke 5-7.  Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang. aktifitas normal dapat dilakukan dalam 2-4 minggu.Diagnosa keperawatan post operasi yang sering muncul :- Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan belum optimal karena pemakaian obat anastesi- Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien Rencana intervensi keperawatan post operasi :

Diagnosa Kep. NOC NIC

Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan belum optimal karena pemakaian obat anastesi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama......, menunjukkan control  dengan kriteria hasil Airway terkontrol dan adequatReflek menelan efektif 

Aspiration Precaution :Monitor tingkat kesadaran dan reflek menelanMonitor status airway dan bebaskan airwayLakukan suctioning jika perluPosisikan head up (30-45 derajat) atau posisi SIM pada operasi jalan nafas 

Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama......, menunjukkan risk control  dengan kriteria hasil Pasien terbebas dari cideraPasien komunikatif dan kooperatif

Environment Management :Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman Posisikan tidur sesuai instruksi medis / anastesiMemasang side trail tempat tidurHindari dari perabot yang berbahayaKaji tingkat kesadaranDampingi selama pasien belum sadar penuhLindungi arah gerakan dan jangan lawan gerakan

Page 9: appendiktomy

pasienRangsang kesadaran pasien ke Compos MentisAlat invasif terkontrol dan terkendali

   

APENDIKTOMI

 A. PENGERTIAN TINDAKAN OPERASIAppendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan prosedur atau pendekatan endoskopi.

Page 10: appendiktomy

Appendiktomi adalah Suatu cara mengelola instrumen selama proses operasi appendiktomi (pemotongan appendik karena terjadi infeksi atau perforasi).

B. TUJUAN TINDAKAN OPERASIBertujuan untuk memotong/mengangkat appendiks terimplamasi.

C. PERSIAPAN PERIOPERATIF DI RUANGAN1. Pengkajian

1. Identitas pasien 2. Kondisi lokasi operasi 3. Kondisi fisik & psikis 4. Kelengkapan instrument

2. Persiapan Tempat & Alati. Alat-alat sterilSet dasar yang disiapkan (Basic Instrument Set)

1. Desinfeksi Klem (Sponge Holding Forceps). 1 (satu) 2. Doek Klem (Towel Forceps) 5 (lima) 3. Pincet Chirurgie 2 (dua) 4. Pincet Ariatomie 2 (dua) 5. Hand vat mes (Knifehandle) 1 (satu) Arteri klem van pean lurus 8 Arteri klem van pean bengkok (chrorn kiern) 8 Arteri klem van Kocher 6 Gunting Benang (Ligature Scissors) 2 Gunting Metzembaum panjang / pendek 1/1 Nald Voerder panjang/pendek 1/1 Woundhag gigi 4 tajam 2 Langenbeck 2 Crush klem 1

Set dan bahan penunjang operasi Linen Set. Sarung tangan bermacam-macam ukuran Desinfektan dan Alkohol 70 %, NS 0.9 % Kanul Diathermi + Kabel. Kanul + Selang Suction. Pisau bedah no. 10. Kasa, deper, cucing, mangkok, bengkok, korentang pada tempatnya. Jarum 1/2 bulat (round), tajam (cutting). Benang nonabsorbtable 2/0, absortable no.1, 3/0 , 0.

ii. Alat tidak Steril1. Plester lebar 2. Gunting Verban/ Bandage scissors. 3. Plat Diatermi. 4. Mesin Diatermi. 5. Mesin Suction. 6. Lampu Operasi. 7. Meja Operasi. 8. Meja Mayo. 9. Meja Instrumen.

Page 11: appendiktomy

10. Standar Infus. 11. Tempat sampah

3. Persiapan pasien1. Persetujuan operasi. 2. Alat-alat dan obat-obatan. 3. Puasa 4. Lavement

4. Setelah penderita dilakukan anaesthesi. Mengatur posisi terlentang. Memasang plat diatermi di bawah paha penderita Memasang folley cathetera (kalau perlu).

D. PERSIAPAN ATAU PROSEDUR DI RUANG OPERASI1. Perawat instrumen cuci tangan. 2. Operator dan asisten cuci tangan. 3. Perawat instrumen memakai baju steril. dan sarung tangan . 4. Beri dan pakaikan baju operasi, sarung tangan pada asisten dan operator. 5. Atur instrumen di meja mayo sesuai kebutuhan. 6. Berikan klem dan deper desinfektan untuk desinfeksi lapangan operasi. 7. Siapkan duk besar 2 biji, duk kecil 5 biji, duk klem 4 buah untuk draping. 8. Pasang dan atur selang suction, kabel diathermi, klem dengan duk klem dan

memberitahu operator bahwa instrurnen siap dipergunakan. 9. Berikan pincet chirurgie, hand vat mes, mes no.10 pada operator untuk incisi, arteri

klem van pean, kasa dan diathermi untuk merawat perdarahan. 10. Berikan dua hak tajam untuk memperlebar permukaan kulit. 11. Berikan pincet chirurgie, dan gunting metzenbaum untuk membuka fascia, dua arteri

klem van kocher untuk memegang fasia yang sudah terbuka. 12. Berikan dua pinset chirurgie dan gunting metzenbaum dan mikulitz untuk memegang

peritonium yang sudah dibuka. 13. Berikan deppers kecil untuk mengait appendik dan pincet anatomis panjang untuk

mengambil appendik. 14. Berikan bab cock untuk menjepit appendik kemudian pisahkan dari meso appendik

dengan couter. 15. Berikan crushing klem untuk menjepit pangkal appendik kemudian berikan benang

non absorbable 2/0 untuk mengikat pangkal appendik 2 x. 16. Berikan crusing klem lagi untuk menjepit diatas ikatan da berikan pisau bedah no 10

yang telah dibasahi dengan desinfektan untuk memotong appendik. 17. Berikan pinset panjang untuk mengkoter ujung potongan appendik dan untuk merawat

perdarahan. 18. Inventaris alat dan kasa 19. Jahit lapis demi lapis dengan benang absorbtabel 2/0 , 3/0. dan tutup dengan kasa &

plester. 20. Cuci tangan, cuci instrumen dan setting kembali instrumen

E. PERAWATAN PASCA OPERASIPasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien

dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selam 4-5 jam lalu naikkan menjasi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan diberikan

Page 12: appendiktomy

makanan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selam 2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Instruksi untuk menemui ahli bedah untuk mengangkat jahitan pada hari ke 5-7.  Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang. aktifitas normal dapat dilakukan dalam 2-4 minggu.

Daftar Pustaka 

_______ . (2005) . NANDA Nursing Diagnosis and Clasification 2005-2006 . USA : NANDA.

_______ . (2008) . Asuhan Keperawatan . didapat dari www.ns-nining.blogspot.com [Diakses 23 Desember 2009].

_______ . (2009) . Laporan Pendahuluan Periappendic infiltrat . didapat dari www.lantz23.wordpress.com [Diakses 26 Desember 2009]

Doenges, M E dkk . (2000) . Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien . Jakarta : EGC.

Elizabeth J. Corwin . (2001) . Buku Saku Patofisiologi . Jakarta : EGC.Johnson, M et all . (2000) . Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby:

Philadelphia.Manjoer, Arif . (2000) . Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculspius.McCloskey, J dan G, Bulechek . (2000) . Nursing Interventions Classification (NIC).

Mosby: PhiladelphiaSmeltzer, S.C . (2002) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2 . Jakarta :

EGC.Tighe, Shirley M . (2007) . Instrumentation for thr Operating Room Seventh Edition .

Misoury : Mosby Inc.