“respon anggota dewan pengawas syariah (dps)...

170
“RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) TERHADAP PENERAPAN PBI NO. 11/33/PBI/2009 TENTANG GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH” SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Oleh : HILDA NAILU ZAKA KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

“RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)

TERHADAP PENERAPAN PBI NO. 11/33/PBI/2009 TENTANG

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) BAGI BANK

UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH”

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh :

HILDA NAILU ZAKA

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 2: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)

TERHADAP PENERAPAN PBI NO. 11/33/PBI/2009 TENTANG

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) BAGI BANK

UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh :

Hilda Nailu Zaka NIM. 1060 4610 1630

Pembimbing

Dr. Hasanudin, M.Ag NIP. 196103041955031001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 3: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Ramadhan 1431 H

30 Agustus 2010 M

Penulis

Page 4: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

بِسْـمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيـمِ

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah serta pertolongan-Nya

akhirnya dengan penuh kesabaran penulisan skripsi ini dapat diselesaikan oleh

penulis. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sehubungan

dengan itu, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, M.A, M.M., sebagai Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa di

Fakultas Syariah dan Hukum, baik semasa perkuliahan berlangsung, ataupun

pada saat penyelesaian tugas akhir.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi

Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan dorongan kepada mahasiswa

untuk selalu giat dalam mengikuti perkuliahan.

3. Bapak Dr. Hasanudin, M.Ag., sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan perhatiannya kepada penulis dalam

memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi.

vi

Page 5: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

4. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH sebagai Pembimbing Akademik

yang juga senantiasa mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa

mengikuti perkuliahan hingga akhirnya menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Segenap pihak Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-

MUI) khususnya kepada Dewan Pengawas Syariah yang telah banyak

meluangkan waktu dan kesibukannya bagi penulis dalam pelaksanaan

kegiatan wawancara untuk proses pengambilan data, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak

ternilai, hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap Staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Orang Tuaku Tercinta dan Tersayang Papa H. Abdillah, SH, M.H., & Mama

Entin Hartini, Adikku satu-satunya Lia Amalia, Aunty Rostika, dan seluruh

keluarga besar Engkong H. Solehuddin di Bekasi dan keluarga besar Mah

Ageung di Ciamis yang telah memberikan kasih sayang serta doa restunya

hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Untuk teman-temanku yang setia menemani hari-hariku di saat senang dan

sedih (Yulita, Nurul, Boze, Arie, Giska, Ade, Diyanti, Heryani, Fadli,

Handrianur, Anya). Untuk anak-anak penghuni Usnan Camp yang lucu-lucu

vii

Page 6: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

viii

10. Untuk Ukhti Termanis Syaputri Febrina Sari, terimakasih banyak atas

informasi, bantuan, dukungan dan masukan yang telah diberikan.

11. Untuk semua teman-teman tercinta di Fakultas Syariah dan Hukum khususnya

Jurusan Perbankan Syariah angkatan 2006.

12. Untuk yang Tersayang Hosein Averroes, terimakasih atas perhatian dan kasih

sayangnya yang selalu setia diberikan kepada penulis, terutama pada masa

penulisan skripsi ini hingga selesai.

Semoga segala kebaikan yang tulus dari semua pihak dapat diterima oleh

Allah SWT serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan semua pihak yang memerlukannya. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehubungan dengan berbagai keterbatasan

kemampuan penulis, baik kemampuan akademik maupun dalam kemampuan teknik

penulisan. Sehubungan dengan itu, penulis sangat berharap kritik membangun, saran

dan masukan dari pembaca.

Jakarta, 20 Ramadhan 1431 H 30 Agustus 2010 M

Penulis

Page 7: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7

D. Studi Review Terdahulu ............................................................ 8

E. Kerangka Teori .......................................................................... 10

F. Metode Penelitian ..................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan ............................................................... 15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Respon ....................................................................................... 17

B. Dewan Pengawas Syariah (DPS) .............................................. 19

C. Good Corporate Governance (GCG) ........................................ 26

D. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah .......................... 39

BAB III ANALISIS PERATURAN BANK INDONESIA NO. 11/33/PBI/2009

A. Landasan Penerapan PBI No. 11/33/PBI/2009 ......................... 41

ix

Page 8: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

x

x

B. PBI No. 11/33/PBI/2009 Terkait Dewan Pengawas Syariah .... 41

C. Ringkasan PBI No. 11/33/PBI/2009 ......................................... 46

BAB VI RESPON DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP APLIKASI

PBI NO. 11/33/PBI/2009

A. Tanggapan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Penerapan PBI

No. 11/33/PBI/2009 Tentang Good Corporate Governance ... 54

B. Analisis Penulis......................................................................... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 72

B. Saran .......................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75

LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................................................................ 80

Page 9: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia perbankan di Indonesia sudah tidak asing untuk diperbincangkan,

sebelum tahun 1990 banyak bank konvensional yang telah berdiri baik bank lokal

maupun bank asing yang membuka perusahaan atau cabang di Indonesia. Hal ini

menunjukan bahwa bank yang dikelola di Indonesia dapat diserap dengan baik

oleh masyarakat. Pada tanggal 01 Mei 1992 didirikanlah sebuah bank pertama

yang berbasis syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) atas perjuangan

Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mendirikan sebuah bank yang

ketentuannya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Hingga saat ini industri syariah

merambat ke dunia asuransi syariah dan unit usaha syariah.

Industri perbankan syariah sejatinya dijalankan berdasarkan prinsip dan

sistem syariah. Karena itu, kesesuaian operasi dan praktek bank syariah dengan

syariah merupakan piranti mendasar dalam perbankan syariah. Untuk tujuan

itulah semua perbankan yang beroperasi dengan sistem syariah wajib memiliki

institusi internal yang independen, yang secara khusus bertugas memastikan bank

tersebut berjalan sesuai syariah Islam, sebagaimana yang diamanatkan dalam

1

Page 10: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

2

UU Perbankan No. 10/1998 yang menyebutkan bahwa bank syariah harus

memiliki Dewan Pengawas Syariah.1

Dewan Pengawas Syariah (DPS) merupakan lembaga independen atau hakim

khusus dalam fikih muamalat dan bidang lembaga keuangan Islam. Dewan

Pengawas Syariah suatu lembaga keuangan berkewajiban mengarahkan,

mereview dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar dapat diyakini bahwa

mereka mematuhi aturan dan prinsip syariah.2

Perbankan syariah sudah sepatutnya menjadi cikal bakal penggerak

perekonomian yang dijalankan dengan berlandaskan al-Qur’an dan Hadits.

Kegiatan yang dilakukan dalam operasionalisasi perbankan syariah akan

mencerminkan nilai-nilai keislaman sehingga nasabah benar-benar akan

merasakan kenyamanan dalam bertransaksi karena sudah merasa aman dari sisi

normatif dan juga dari sisi batinnya.3 Seluruh kegiatan atau transaksi yang

dilakukan oleh perbankan syariah harus selalu diawasi oleh beberapa anggota

Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan bagian dari Dewan Syariah

Nasional (DSN) guna meluruskan kegiatan atau transaksi yang telah dilakukan.

Dengan terbentuknya pengawasan yang baik, maka akan tercipta bentuk

1Agustianto, “Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah Perbankan Syariah”, artikel diakses

pada 1 Februari 2010 dari http://www.pesantrenvirtual.com. 2 Sofyan S Harahap, Auditing Dalam Perspektif Islam, cet.II, (Jakarta: Pustaka Quantum,

2008), h.207-208. 3 Rifkadejavu, “Dewan Pengawas Syariah, Gaji Buta dan Sekedar Pajangan”, artikel

diakses pada 1 Februari 2010 dari http://www. ibbloggercompetition.kompasiana.com.

Page 11: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

3

pengaplikasian produk-produk syariah yang sesuai dengan keputusan yang telah

ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional.

Ketentuan mengenai Dewan Pengawas Syariah (DPS) di Bank Syariah

menjadi lebih fleksibel. Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No

11/33/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, anggota

Dewan Pengawas Syariah dapat merangkap jabatan di empat lembaga keuangan

syariah. Sebelumnya berdasar PBI Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum

yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, anggota Dewan

Pengawas Syariah ditetapkan merangkap jabatan di dua Bank Syariah dan dua

lembaga keuangan bukan bank. Namun dengan ketentuan baru anggota Dewan

Pengawas Syariah dapat menjabat di lembaga keuangan lainnya, tak hanya

terpatok pada dua bank.4

Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) mengenai penerapan

Good Corporate Governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah,

maka harus ada lembaga yang turut serta mengarahkan, mereview dan mengawasi

aktivitas lembaga keuangan agar dapat diyakini bahwa mereka mematuhi aturan

dan prinsip syariah. Lembaga yang dimaksud adalah Dewan Pengawas Syariah

yang menjadi perpanjangan tangan dari Dewan Syariah Nasional.

Penerapan Good Corporate Governance bagi bank umum syariah dan unit

usaha syariah merupakan suatu hal yang baru karena pelaksanaan Peraturan Bank

4 Republika, “Ketentuan DPS Menjadi Lebih Fleksibel”, artikel diakses pada 27 Maret

2010 dari http://koran.repulika.com.

Page 12: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

4

Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari 2010. Ketentuan

itu mencakup: pertama, pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank

umum syariah (BUS) paling kurang diwujudkan dalam tugas dan tanggung jawab

Dewan Komisaris dan Direksi. Kedua, kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite

serta satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian intern Bank Umum

Syariah. Ketiga, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas

Syariah. Keempat, penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern.

Kelima, batas maksimum penyaluran dana dan transparansi kondisi keuangan dan

non keuangan Bank Umum Syariah. Adapun pelaksanaan Good Corporate

Governance bagi Unit Usaha Syariah (UUS) paling kurang diwujudkan dalam:

pertama, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur Unit Usaha Syariah.

Kedua, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah. Ketiga,

penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh

deposan inti dan transparansi kondisi keuangan dan nonkeuangan Unit Usaha

Syariah. Dalam ketentuan itu juga mengatur mengenai efektivitas pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi bank umum syariah

serta unit usaha syariah.5

Peraturan baru ini sebenarnya melengkapi Undang-Undang (UU) Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Peraturan Bank Indonesia ini juga telah

memenuhi standar Good Corporate Governance yang diterbitkan oleh The

5 Hendri T Asworo, “Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum Syariah Terbit”, artikel diakses

pada 1 Februari 2010 dari http://www.bisnis.com.

Page 13: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

5

Islamic Financial Services Board (IFSB). IFSB merupakan organisasi dunia yang

menerbitkan standar perbankan syariah. Peraturan Bank Indonesia baru ini

mewajibkan Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) untuk

menyesuaikan diri dengan fatwa-fatwa syariah. Karena itu, di Peraturan Bank

Indonesia ini dicantumkan pengaturan mengenai peran Dewan Pengawas Syariah

(DPS), PBI ini juga memberikan kepastian hukum sekaligus manfaat bagi

perbankan syariah.6

Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian, memberikan gambaran mengenai analisis peraturan bank indonesia

No. 11/33/PBI/2009 tentang Good Corporate Governance bagi bank umum

syariah dan unit usaha syariah serta bagaimana respon anggota Dewan Pengawas

Syariah terhadap pelaksanaan peraturan tersebut sehingga penulis tertarik untuk

mengambil judul “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH

(DPS) TERHADAP PENERAPAN PBI NO. 11/33/PBI/2009 TENTANG

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) BAGI BANK UMUM

SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

6 Redaksi Berita, “Bank, Saham, Asuransi dan Derivatif”, artikel diakses pada 1 Februari

2010 dari http://www.seruu.com.

Page 14: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

6

Pada akhir tahun 2009, tepatnya pada tanggal 7 Desember 2009 Bank

Indonesia telah mengeluarkan PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang Good

Corporate Governance (GCG) bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah, peraturan tersebut berlaku sejak tanggal 1 Januari 2010. Dengan

melihat hal itu penulis tertarik untuk membahas keterkaitan antara

pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia mengenai Good Corporate

Governance terhadap respon anggota Dewan Pengawas Syariah.

2. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian skripsi ini tidak meluas dan dapat menjaga

kemungkinan penyimpangan yang terjadi, maka penulis hanya membatasi

pembahasan ini dalam ruang lingkup PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang Good

Corporate Governance (GCG) bagi bank umum syariah dan unit usaha

syariah yang isinya berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab Dewan

Pengawas Syariah (DPS).

3. Perumusan Masalah

Berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, maka permasalahan ini

akan dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan, di antara lain:

a. Apa saja tugas dan tanggung jawab anggota Dewan Pengawas Syariah

dalam mewujudkan Good Corporate Governance?

b. Bagaimana respon anggota Dewan Pengawas Syariah terhadap penerapan

PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang Good Corporate Governance?

Page 15: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

7

c. Bagaimana implikasi dari penerapan Good Corporate Governance

terhadap Bank Syariah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan adanya perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas,

diharapkan adanya suatu tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang

ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa saja tugas dan tanggung jawab anggota Dewan

Pengawas Syariah dalam mewujudkan Good Corporate Governance.

b. Untuk mengetahui bagaimana respon anggota Dewan Pengawas Syariah

terhadap penerapan PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang Good Corporate

Governance.

c. Untuk mengetahui Bagaimana implikasi dari penerapan Good Corporate

Governance terhadap Bank Syariah.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang terkait dengan penelitian di atas adalah sebagai

berikut:

a. Akademisi; penelitian ini dilakukan untuk menambah ilmu pengetahuan

dan juga sebagai bahan referensi bagi mahasiswa, staf pengajar, dan

lainnya.

Page 16: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

8

b. Praktisi; dapat menjadi sumber referensi pemikiran bagi kalangan praktisi

untuk menunjang penelitian selanjutnya yang akan diteliti.

c. Peneliti; penelitian ini merupakan studi awal dari penulisan skripsi serta

dapat menambah wawasan/pengetahuan mengenai penerapan Peraturan

Bank Indonesia tentang konsep Good Corporate Governance bagi bank

umum syariah dan unit usaha syariah terhadap profesi Dewan Pengawas

Syariah.

D. Review Studi Terdahulu

Adapun studi review terdahulu dalam menunjang penelitian ini dengan

melihat beberapa penelitian skripsi sebelumnya, antara lain:

N

O IDENTITAS ISI PEMBEDA

1 Ahmad Busyaeri,

204046102884,

Jurusan

Muamalat,

Fakultas Syariah

dan Hukum

Universitas Islam

Negeri Syarif

Hidayatullah

Jakarta, 2008.

“Urgensi Audit Internal dalam

Mewujudkan Good Corporate

Governance (GCG) pada Bank

Syariah (Studi Penelitian pada

PT. Bank DKI Syariah

Jakarta)”. Penelitian ini

membahas mengenai mekanisme

pelaksanaan audit internal pada

PT. Bank DKI Syariah cabang

Tanah Abang yang dilakukan

dengan melalui beberapa

Sedangkan dalam

penelitian skripsi ini

membahas tentang

”Respon Anggota

Dewan Pengawas

Syariah (DPS)

Terhadap Penerapan

PBI No.

11/33/PBI/2009

Tentang Good

Corporate

Page 17: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

9

tahapan yaitu tahap

perbandingan, vouching,

konfirmasi, analisa, pengecekan,

inspeksi, verifikasi, mentrasir

dan sampling.

Governance (GCG)

Bagi Bank Umum

Syariah dan unit

Usaha Syariah”.

2 Resa Dewitasari,

204082002275,

Jurusan

Akuntansi,

Fakultas Ekonomi

dan Ilmu Sosial

Universitas Islam

Negeri Syarif

Hidayatullah

Jakarta, 2009.

“Pengaruh Audit Intern dan

Pengendalian Intern Terhadap

Penerapan Good Corporate

Governance (GCG) (Studi Kasus

pada Salah Satu BUMN di

Jakarta)”. Skripsi ini membahas

mengenai seberapa besar

pengaruh audit intern terhadap

penerapan Good Corporate

Governance (GCG) serta

pengaruh audit intern dan

pengendalian intern secara

simultan terhadap penerapan

Good Corporate Governance

(GCG).

Sedangkan dalam

penelitian skripsi ini

membahas tentang

”Respon Anggota

Dewan Pengawas

Syariah (DPS)

Terhadap Penerapan

PBI No.

11/33/PBI/2009

Tentang Good

Corporate

Governance (GCG)

Bagi Bank Umum

Syariah dan unit

Usaha Syariah”.

3 Rica Aulia,

104046101626,

Jurusan

Muamalat,

Fakultas Syariah

dan Hukum

Universitas Islam

Negeri Syarif

“Penerapan Good Corporate

Governance (GCG) pada PT.

Bank Syariah Mega Indonesia

(Analisis Self Assessment

Berdasarkan SEBI No.

9/12/DPNP Tanggal 30 Mei

2007)”. Penelitian ini membahas

hasil self assessment yang telah

Sedangkan dalam

penelitian skripsi ini

membahas tentang ”

Respon Anggota

Dewan Pengawas

Syariah (DPS)

Terhadap Penerapan

PBI No.

Page 18: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

10

Hidayatullah

Jakarta, 2009.

dilakukan, secara umum nilai

rata-rata keseluruhan terhadap

penerapan praktek GCG pada

PT. BSMI memperoleh predikat

baik.

11/33/PBI/2009

Tentang Good

Corporate

Governance (GCG)

Bagi Bank Umum

Syariah dan unit

Usaha Syariah” .

Secara khusus, hingga saat ini belum ada skripsi yang membahas

mengenai ” Respon Anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) Terhadap

Penerapan PBI No. 11/33/PBI/2009 Tentang Good Corporate Governance

(GCG) Bagi Bank Umum Syariah dan unit Usaha Syariah”, sehingga peneliti

tertarik untuk meneliti hal ini.

E. Kerangka Teori

Bank Sentral telah menerbitkan peraturan yang mengakomodasi

diterapkannya praktik Good Corporate Governance pada sektor perbankan sejak

tahun 1999 dengan mengeluarkan PBI No. 1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur

Kepatuhan.7 Istilah Good Corporate Governance menjadi suatu hal yang baru bagi

tata kelola perusahaan dengan mengedepankan pola manajemen yang bersih,

transparansi dan profesional.

Good Corporate Governance didefinisikan sebagai kumpulan hukum,

peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja

7 Ratna Januarita, “Penerapan Good Corporate Governance Pada Sektor Perbankan Studi

Kasus: Divestasi Bank Lippo”, Jurnal Ilmu Hukum Litigasi, no.2 (Juni 2003): h. 109.

Page 19: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

11

sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efesien guna menghasilkan nilai

ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun

masyarakat sekitar secara keseluruhan.8

Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Corporate Governance antara

lain: akuntabilitas, transparansi, kewajaran/kesamaan, kemandirian dan tanggung

jawab. Prinsip yang telah disebutkan diatas merupakan prinsip umum yang dipakai.

Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum syariah

dan unit usaha syariah ada lembaga yang berwenang untuk mengatur agar peraturan

tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Salah satu lembaga tesebut

adalah Dewan Pengawas Syariah yang didefinisikan sebagai lembaga independen

yang mengatur, mereview dan mengawasi kegiatan operasional lembaga keuangan

syariah agar tidak keluar dari aturan dan prinsip syariah yang telah ditetapkan. Maka

dari itu lembaga Dewan Pengawas Syariah memiliki peranan yang penting bagi

tercapainya pelaksanaan Good Corporate Governance dengan baik dan benar.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang

bersifat deskriptif-analitis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan

8 Muh. Arief Effendi, The Power Of Good Corporate Governance Teori dan Implementasi,

(Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 1-2.

Page 20: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

12

informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan yaitu

dengan cara wawancara. Pengertian deskriptif antara lain:

Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan :

gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam pengertian

ini penelitian deskriptif menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak perlu

mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat

ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi.9

Pendapat lainnya mengatakan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan

untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.10

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

berupa survei ke lembaga Dewan Pengawas Syariah dengan melakukan

wawancara langsung kepada para narasumber yang berkompeten di bidangnya

guna mendapatkan informasi-informasi penting seputar penelitian.

3. Jenis Data dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang diperoleh yaitu dengan menggunakan

dua pendekatan:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya.11 Jadi dapat

9 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ( Rajawali Press: Jakarta, 2004), h. 76. 10 Masri, singarimbun, et.al., Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), h. 4.

Page 21: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

13

diperoleh secara langsung dari hasil wawancara dengan orang yang ahli

dan berkompeten dalam bidangnya dalam hal pengawasan pada lembaga-

lembaga keuangan syariah seperti dari hasil wawancara anggota Dewan

Pengawas Syariah.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dari

literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, jurnal, majalah serta

sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka

harus ditunjang dengan teknik pengumpulan data, diantaranya adalah:

a. Studi Dokumen

Merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara membaca,

mengumpulkan dan mempelajari data-data dan sumber-sumber dari

berbagai dokumen yang ada. Dokumen tersebut meliputi buku-buku,

jurnal, skripsi terdahulu, majalah, artikel, buletin, ensiklopedia, surat

kabar, media internet dan lainnya.

b. Wawancara

Penelitian ini merupakan peninjauan langsung ke lokasi, dalam hal ini

penulis melakukan wawancara atau interview langsung dengan

narasumber yang cakap dan berkompeten dalam bidangnya untuk

11 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Rajawali Press: Jakarta, 2004), h. 39.

Page 22: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

14

memberikan keterangan yang jelas mengenai masalah yang sedang

diteliti.

5. Teknik Pengolahan Data

a. Seleksi Data: setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui studi

dokumen maupun wawancara, lalu data tersebut diperiksa kembali satu

persatu agar tidak terjadi kekeliruan.

b. Klasifikasi Data: setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan ke dalam

bentuk dan jenis tertentu, kemudian membuat suatu kesimpulan.

6. Teknik Analisa Data

Menganalisis data merupakan suatu hal yang kritis. Peneliti harus

menentukan pola analisis mana yang akan digunakan, dalam hal ini penulis

menggunakan analisis isi (content analysis) yaitu dengan menganalisis isi dari

PBI No. 11/33/PBI/2009 Tentang Good Corporate Governance (GCG) bagi

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah terhadap Profesi Dewan

Pengawas Syariah.

7. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan

menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.

Page 23: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

15

G. Sistematika Penulisan

Agar dapat memudahkan pembahasan skripsi secara keseluruhan, maka

sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang masalah,

identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori, metode penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, bab ini membahas pertama, tentang pengertian

respon, pembagian dan faktor-faktor yang mempengaruhi respon.

Kedua, pengertian Dewan Pengawas Syariah, sejarah, tugas dan

fungsi, struktur, keanggotaan dan syarat anggota serta peraturan

perundang-undangan terkait Dewan Pegawas Syariah. Kemudian yang

ketiga, tentang pengertian Good Corporate Governance, dasar hukum,

konsep dasar, prinsip-prinsip Good Corporate Governance, dan

pedoman pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance. Keempat,

pembahasan tentang Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

BAB III Analisis Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009, bab ini

membahas tentang landasan penerapan, PBI No. 11/33/PBI/2009

terkait Dewan Pengawas Syariah dan ringkasan PBI No.

11/33/PBI/2009.

Page 24: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

16

BAB IV Respon Dewan Pengawas Syariah Terhadap Aplikasi PBI No.

11/33/PBI/2009, merupakan pembahasan mengenai tanggapan

Dewan Pengawas Syariah terhadap penerapan PBI No.

11/33/PBI/2009 tentang Good Corporate Governance serta analisis

penulis.

BAB V Penutup

Bagian ini merupakan bagian terakhir penulisan yang akan

menyimpulkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan

serta menyimpulkan jawaban ringkas dari permasalahan yang telah

dibahas di atas yang berisikan kesimpulan dan saran.

Page 25: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Respon

1. Pengertian Respon

Dalam Kamus Ilmiah Serapan, respons dapat diartikan sebagai reaksi

terhadap suatu rangsangan; tanggapan; jawaban.1 Merespon adalah meladeni,

melayani, membalas (surat), membidas, menanggapi, menangkis (kecaman),

mengindahkan, menimpali, menjawab, menyambut; memenuhi (panggilan),

menemui.2

Arti kata tanggapan dalam Tesaurus Bahasa Indonesia adalah balasan,

jawaban, reaksi, respons, sahutan, sambutan, sanggahan, tangkisan;

komentar.3

2. Pembagian Respon

Respon dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:4

a. Kognitif

1 AKA Kamarulzaman dan M. Dahlan Y. Al-Barry, Kamus Ilmiah Serapan Disertai Entri

Tambahan Dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, (Yogyakarta: ABSOLUT, 2005), h. 606. 2 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2006), h. 526. 3 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2006), h. 638. 4 Ida Marniati, “Respon Nasabah Terhadap Berdirinya BPRS Al Salaam (Studi Pada

Nasabah BPRS Al Salaam Cinere Depok)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 16-17.

17

Page 26: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

18

Respons kognitif berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan

informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya

perubahan pada apa yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

b. Afektif

Respon afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang

terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada perubahan pada apa yang

disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c. Konatif

Respon konatif berhubungan dengan prilaku nyata, meliputi tindakan,

kegiatan atau kebiasaan berprilaku. Dengan kata lain respon ini

menunjukkan intensitas sikap, yaitu kecenderungan bertindak atau

berprilaku seseorang terhadap obyek sikap.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Respon

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi respon, antara lain:5

a. Faktor yang diyakini dapat mempengaruhi arah sikap (positif atau negatif)

dan intensitas sikap, yaitu:

1) Faktor pengalaman langsung terhadap objek

2) Faktor kerangka acuan

3) Faktor komunikasi sosial

5 Ida Marniati, “Respon Nasabah Terhadap Berdirinya BPRS Al Salaam (Studi Pada

Nasabah BPRS Al Salaam Cinere Depok)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 17-18.

Page 27: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

19

b. Faktor yang mempegaruhi sikap yang terbentuk pada diri sang individu,

yaitu:

1) Faktor internal (faktor fisiologis dan Psikologis)

2) Faktor eksternal, faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi

oleh sang individu, norma-norma dalam masyarakat, hambatan-

hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat.

B. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

1. Pengertian Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga independen atau hakim khusus

dalam fikih muamalat. Namun anggota Dewan Pengawas Syariah juga bisa

dari ahli dalam bidang lembaga keuangan Islam dan fikih muamalat. Dewan

Pengawas Syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang berkewajiban

mengarahkan, mereview dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar

dapat diyakinikan bahwa mereka mematuhi aturan dan prinsip syariah.6

Anggota Dewan Pengawas Syariah adalah mereka yang memiliki akhlaqul

karimah dan memiliki kompetensi kepakaran di bidang syariah muamalah dan

pengetahuan di bidang perbankan dan/atau keuangan secara umum. Di

samping itu, mereka juga harus memiliki komitmen untuk mengembangkan

6 Sofyan S Harahap, Auditing Dalam Perspektif Islam, cet.II, (Jakarta: Pustaka Quantum,

2008), h.207-208.

Page 28: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

20

keuangan berdasarkan syariah serta memiliki kelayakan sebagai pengawas

syariah yang dibuktikan dengan surat sertifikat dari Dewan Syariah Nasional.7

Seluruh transaksi yang dilakukan oleh perbankan syariah harus selalu

diawasi oleh beberapa Anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang

merupakan perpanjangan tangan dari Dewan Syariah Nasional (DSN) guna

meluruskan transaksi-transaksi yang telah dilakukan. Dengan terbentuknya

pengawasan yang baik, maka akan tercipta pengaplikasian produk-produk

syariah yang sesuai dengan keputusan Dewan Syariah Nasional.

2. Tugas dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah

Tugas utama Dewan Pengawas Syariah antara lain:8

a. Mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syari'ah agar sesuai dengan

ketentuan dan prinsip syari'ah yang telah difatwakan oleh DSN.

b. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usaha

syariah dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang terkait

dengan aspek syariah.

c. Sebagai mediator antara Lembaga Keuangan Syariah dengan DSN dalam

mengkomunikasikan usul dan saran dalam pengembangan produk dan jasa

dari Lembaga Keuangan Syariah yang memerlukan kajian dan fatwa dari

DSN.

7 Muhammad Firdaus, dkk, Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah, cet.II, (Jakarta:

Renaisan, 2005), h.17. 8 Yani Haryani, “Mekanisme Kerja Dewan Pengawas Syariah (DPS) Terhadap Mekanisme

Operasional Asuransi Syariah (Studi Kasus PT.MAA Life Assurance)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, h. 25.

Page 29: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

21

d. menyampaikan masukan tentang berbagai aspek kesyari’ahan pada direksi

atau pihak yang berwenang untuk ditunjuk pada direksi serta memberi

atau mengadakan garis-garis besar panduan.

e. Meneliti, mengembangkan, menimbang, meluluskan, dan menolak produk

polis yang hendak dipasarkan.

f. Mendiskusikan masalah-masalah dan transaksi bisnis yang diharapkan

kepada DSN sehingga dapat ditetapkan kesesuaian dan tidak kesesuaian

dengan syariat islam.

Fungsi Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai berikut:9

1) DPS melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan

syariah yang berada di bawah pengawasannya.

2) DPS berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga

keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan

kepada DSN.

3) DPS melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga

keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua

kali dalam satu tahun anggaran.

4) DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan

pembahasan DSN.

Adapun wewenang Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai berikut:10

9 Muhammad Firdaus, dkk, Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah, cet.II, (Jakarta:

Renaisan, 2005), h.17.

Page 30: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

22

a) Mengawasi usaha LKS (asuransi syariah) agar tidak menyimpang dari

ketentuan prinsip syariah dan yang telah difatwakan oleh DSN.

b) Memberikan laporan kepada DSN terhadap kegiatan usaha dan

perkembangan lembaga yang diawasinya secara rutin sekurang-kurangnya

dua kali dalam setahun.

c) Memberi rekomendasi; keputusan atau garis-garis besar syariah baik

untuk pengerahan atau penyaluran dana serta kegiatan asuransi lainnya.

d) Memberikan keputusan terhadap produk-produk yang akan diluncurkan

kepada masyarakat.

e) Mengadakan perbaikan seandainya suatu produk yang telah atau sedang

dijalankan dinilai bertentangan dengan syariah.

f) Memberi jawaban dalam bentuk keputusan terhadap permasalahan yang

diajukan atau yang dihadapi pihak manajemen.

3. Struktur Dewan Pengawas Syariah

Adapun struktur Dewan Pengawas Syariah antara lain:11

a. Kedudukan DPS dalam struktur perusahaan berada setingkat dengan fungsi

komisaris sebagai pengawas direksi.

b. Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja

manajemen, maka DPS melakukan pengawasan kepada menejemen dalam

10 Yani Haryani, “Mekanisme Kerja Dewan Pengawas Syariah (DPS) Terhadap Mekanisme Operasional Asuransi Syariah (Studi Kasus PT.MAA Life Assurance)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, h. 26.

11 Fitri Barkah, ”Mekanisme Kerja Dewan Pengawas Syariah (DPS) Dalam Menentukan Produk Baru Bank Syariah (Studi Kasus Bank Permata Syariah-Cabang Arteri Pondok Indah)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, h. 20-21.

Page 31: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

23

kaitan dengan implementsi sistem dan produk-produk agar tetap sesuai

dengan syariah Islam.

c. Bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh karyawan berdasarkan

sistem pembinaan keislaman yang telah diprogramkan setiap tahunnya.

d. Ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai Islam di lingkungan perusahaan

tersebut.

e. Bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang dilaksanakan

oleh Biro Syariah.

4. Keanggotaan Dewan Pengawas Syariah

a. Setiap lembaga keuangan syariah harus memiliki setidaknya tiga orang

anggota DPS.

b. Salah satu dari jumlah tersebut ditetapkan sebagai ketua.

c. Masa tugas keanggotaan DPS adalah 4 (empat) tahun dan akan mengalami

pergantian antar waktu apabila meninggal dunia, minta berhenti, diusulkan

oleh lembaga keuangan syariah yang bersangkutan, atau telah merusak

citra DSN.12

12 Dewan Syariah Nasional (DSN), Keputusan DSN MUI No:3 Tahun 2000 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: DSN, 2000.

Page 32: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

24

6. Syarat Anggota Dewan Pengawas Syariah

Menjadi anggota Dewan Pengawas Syariah harus memenuhi syarat-syarat

di bawah ini, antara lain:13

a. Memiliki akhlaq karimah

b. Memiliki kompetensi kepakaran di bidang syariah muamalah dan

pengetahuan di bidang perbankan dan/atau keuangan secara umum.

c. Memiliki komitmen untuk mengembangkan keuangan berdasarkan

syariah.

d. Memiliki kelayakan sebagai pengawas syariah yang dibuktikan dengan

surat/sertifikat dari DSN.

7. Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah tentu tak lepas dari peraturan perundang-

undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun instansi yang memiliki

wewenang untuk mengeluarkan peraturan tersebut.

Peraturan yang terkait dengan Dewan Pengawas Syariah antara lain

sebagai berikut:

a. UU Republik Indonesia No.7 tahun 1992 tentang Perbankan.

b. UU Republik Indonesia No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(PT).

13 Dewan Syariah Nasional (DSN), Keputusan DSN MUI No:3 Tahun 2000 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: DSN, 2000.

Page 33: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

25

c. UU Republik Indonesia No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

d. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Np. 32/34/Kep-DIR tentang

fungsi dan kewajiban Dewan Pengawas Syariah.

e. PBI No. 33/11/PBI/2009 Tentang Good Corporate Governance bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

f. Keputusan DSN MUI No:3 Tahun 2000 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah Pada

Lembaga Keuangan Syariah.

Menurut Adiwarman Karim, tidak mudah untuk bertanggung jawab atas

pengawasan syariah mengingat demikian kompleksnya transaksi perbankan.

Menimpakan beban berat ini hanya kepada Dewan Pengawas Syariah

bukanlah cara yang realistis. Pengawasan syariah sepatutnya merupakan

tanggung jawab bersama semua stakeholders. Selain Dewan Pengawas

Syariah yang bertanggung jawab atas aspek syariahnya, maka untuk aspek

operasional pengawasan syariah paling tidak harus dilakukan oleh audit

internal bank, direktur kepatuhan, bahkan komisaris harus ikut menjaga

kepatuhan syariah. Audit eksternal yang dilakukan oleh kantor akuntan publik

juga tidak boleh melewatkan begitu saja adanya pelanggaran atas kepatuhan

syariah. Dan tentunya Bank Indonesia bertanggung jawab sebagai pemegang

otoritas perbankan. Semua institusi ini sesuai kompetensi dan wewenangnya

Page 34: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

26

masing-masing harus bahu-membahu menjalankan fungsi pengawasan

syariah.14

C. Good Corporate Governance (GCG)

1. Pengertian Good Corporate Governance

Istilah Governance konon berasal dari bahasa Latin : gubernare dan

gubernator yang bermakna steering a ship and the steerer atau captain of a

ship. Juga berasal dari bahasa Yunani : kubernain yang artinya steer.

Sedangkan kata governance itu sendiri berasal dari bahasa Prancis kuno :

gouvernance yang berarti control dan the state of being governed. Sir Adrian

Cadbury yang mengetuai Cadburry Committe di Inggris mengawali

pemahaman mengenai corporate governance dalam konteks yang sederhana

sebagai ”the system by which companies are directed and controlled”.

Namun demikian, dalam konteks yang lebih luas corporate governance

adalah sebagaimana dipromosikan oleh The World Bank, sebagai institusi

internasional yang menjadi pionir dalam mempromosikan dan

menyebarluaskan praktik good corporate governance.15

Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan Good Corporate Governance

(GCG) sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib

14 Muhammad Firdaus, dkk, Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah, cet.II, (Jakarta:

Renaisan, 2005), h. 35. 15 Ratna Januarti, “Penerapan Good Corporate Governance Pada Sektor Perbankan Studi :

Divestasi Bank Lippo”, Jurnal Ilmu Hukum Litigasi, no.2 (Juni 2003): h. 104.

Page 35: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

27

dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk

berfungsi secara efesien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang

yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat

sekitar secara keseluruhan.16

Dari hasil pertemuan tingkat menteri negara-negara OECD pada tanggal

27-28 April 1988 telah menyatakan pengertian Good Corporate Governance

adalah:17

”Good corporate governance is an increasingly important factor for

investment decision. Of particular relevance is the relation between corporate

governance practice and the increasingly international character of

investment. International flows of capital enable companies to access

financing from much larger full of investor. If countries are too reap the full

benefits of the global capital market, and if they are to attract long-term

”patient” capital, corporate governance arrangement must be creadible and

well understood accross borders.”

Dapat dirumuskan suatu kesimpulan bahwa Good Corporate Governance

adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang memiliki tujuan

16 Muh. Arief Effendi, The Power Of Good Corporate Governance; Teori dan

implementasi, (Jakarta: Salemba Empat), 2009, h.1-2. 17 Aburizal Bakrie, “Good Corporate Governance : Sudut Pandang Pengusaha, Jurnal

Reformasi Ekonomi”, no.2 (Oktober-Desember 2000): h. 26.

Page 36: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

28

untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara

yang tidak merugikan stakeholder organisasi tersebut.18

Manfaat Good Corporate Governance adalah sebagai berikut:

a. Sebagai upaya untuk mengurangi praktek KKN

b. Dapat mendorong terciptanya biaya-biaya investasi yang lebih rendah

c. Sebagai intangible assets

d. Penggunaan sumber daya manusia dan alam secara efesien

e. Sebagai competitive advantage

f. Meningkatkan nilai pemegang saham perusahaan

g. Menciptakan kinerja perusahaan yang lebih baik.

2. Dasar Hukum Penerapan Good Corporate Governance

Penerapan Good Corporate Governance ini didasarkan pada beberapa

peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun Bank Indonesia. Secara

umum, UU Perbankan No.7 Tahun 1992 dan UU No.10 Tahun 1998 (sebagai

perubahan dari UU No.7 tentang Perbankan) telah menetapkan beberapa

rambu yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Good Corporate

Governance.

Kemudian Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah peraturan tentang

praktik Good Corporate Governance pada sektor perbankan, antara lain PBI

18 Suryo Pratolo, ”Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia: Aspek

Audit Manajemen Dan Pengendalian Intern Sebagai Variabel Eksogen Serta Tinjauan nya Pada Jenis Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi X, 26-28 Juli UNHAS MAKASAR, 2007.

Page 37: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

29

No. 3/22/PBI/2001 tentang transparansi kondisi bank dan PBI No.

2/25/PBI/2001 tentang penetapan status bank dan penyerahan bank ke BPPN.

PBI No. 2/23/PBI/2000 tentang fit dan proper test bagi calon pemilik, dewan

komisaris, direksi dan pejabat eksekutif bank. PBI No. 1/6/PBI/1999 tentang

penugasan direktur kepatuhan.19

Selain itu, terdapat pula Peraturan Bank Indonesia No. 2/27/PBI/2000

tentang Bank Umum, yang mana di dalamnya diatur kriteria yang wajib

dipenuhi calon anggota Direksi dan Komisaris Bank Umum, serta batasan

transaksi yang diperbolehkan atau dilarang dilakukan oleh pengurus bank.

Penguatan dewan direksi dan komisaris ini juga didukung oleh Peraturan

Bank Indonesia No. 5/25/PBI/2003 tentang Penilaian Kemampuan dan

Kepatutan (Fit and Proper Test), di mana calon direksi dan komisaris bank

harus memenuhi kompetisi tertentu untuk menjadi pengurus bank. Adanya

persyaratan yang terperinci untuk calon direksi dan komisaris ini dapat

menjadikan terpilihnya pengurus bank yang independen serta memiliki

kemampuan di bidangnya. Dengan demikian, peraturan ini dapat mencegah

penyalahgunaan wewenang pemegang saham (mayoritas) untuk menunjuk

direksi dan komisaris yang tidak independen. Peraturan lainnya yang

dikeluarkan berkaitan dengan kebutuhan peningkatan Good Corporate

Governance adalah PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen

19 Ratna Januarti, “Penerapan Good Corporate Governance Pada Sektor Perbankan Studi :

Divestasi Bank Lippo”, Jurnal Ilmu Hukum Litigasi, no.2 (Juni 2003): h. 104.

Page 38: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

30

Risiko bagi Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia tersebut mewajibkan

bank untuk menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap

jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko.20

Beberapa dasar hukum lain dari penerapan Good Corporate Governance

dalam sektor perbankan yaitu berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.

8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank

Umum yang kembali disempurnakan melalui PBI No. 8/14/PBI/2006 tanggal

5 Oktober 2006 tentang Perubahan Atas PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. Kemudian PBI

No. 9/12/PBI/2007 tentang insentive dalam rangka konsolidasi perbankan

yang sebelumnya telah diatur dalam PBI No. 8/17/PBI/2006. Peraturan

terbaru tentang Good Corporate Governance yaitu PBI No. 11/33/PBI/2009

tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah

(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).

3. Konsep Dasar Good Corporate Governance

Konsep Good Corporate Governance mencerminkan pentingnya sikap

berbagi (sharing), peduli (caring), dan melestarikan. Semua hal itu

menyangkut kejiwaan dari Good Corporate Governance. Dengan demikian,

jelaslah bahwa perubahan menuju praktik Good Corporate Governance yang

lebih baik haruslah mencakup perubahan pada dimensi teknis (sistem dan

20 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance

Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 117-118.

Page 39: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

31

struktur) dan aspek psikososial (paradigma, visi, dan nilai-nilai) organisasi.

Dalam perubahan dimensi psikososial perusahaan, peran kepemimpinan

sangatlah penting. Kepemimpinan dalam hal ini berperan besar dalam

menumbuhkan aspirasi, menanamkan nilai, serta menumbuhkan idealisme

dan kesadaran akan tujuan (sense of purpose) pada anggota perusahaan.21

Banyak jalan untuk memahami corporate governance, namun jalan yang

paling dekat adalah dengan memahami teori agensi (agency theory) terlebih

dahulu. Teori agensi merupakan salah satu pilar dalam theory of finance. Pilar

lainnya adalah: effecient market theory, portofolio theory, capital asset

pricing theory, option pricing theory, dan micro structure theory. Teori agensi

memberikan wawasan analisis untuk bisa mengkaji dampak dari hubungan

agen dengan prinsipal atau prinsipal dengan prinsipal. Pengertian prinsipal

dalam agency theory adalah pihak-pihak yang menyerahkan sebagian atau

seluruh wealth-nya untuk dikembangkan oleh pihak lain. Teori ini muncul

setelah fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan dengan pengelolaan

terdapat dimana-mana khususnya pada perusahaan-perusahaan besar yang

modern, sehingga teori perusahaan yang klasik tidak bisa lagi dijadikan basis

analisis perusahaan seperti itu.22

21 Muh. Arief Effendi, The Power Of Good Corporate Governance; Teori dan

implementasi, (Jakarta: Salemba Empat), 2009, h. 1-2. 22 Kresnohadi Ariyoto, dkk, “Good Corporate Governance Dan Konsep Penegakannya di

BUMN & Lingkungan Usahanya”, Manajemen dan Usahawan, no. 10 (Oktober 2000): h. 3.

Page 40: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

32

Asumsi yang digunakan dalam teori agensi antara lain:23

a. Dalam mengambil keputusan seluruh individu bisa mengambil keputusan

yang menguntungkan dirinya sendiri. Karena itu agen yang mendapat

kewenangan dari prinsipal akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk

kepentingannya sendiri.

b. Individu memiliki jalan pikiran yang rasional sehingga mampu

membangun ekspektasi yang tidak bias atau suatu dampak dari masalah

agensi serta nilai harapan kesejahteraanya di masa depan. Karena itu,

dampak dari perilaku menyimpang dari kepentingan pihak lainnya yang

terkait langsung, dapat dimasukkan ke dalam perhitungan pihak lainnya

dalam memasok kebutuhan.

Pada konsep di atas diperlukan dua aspek untuk mengukur tingkat

keberhasilan dari badan usaha tersebut, yaitu performa dan akuntabilitas.

Aspek performa itu sendiri terdiri atas objektif, kebijakan, strategi, rencana,

prosedur, pelatihan dan pengembangan. Sedangkan aspek akuntabilitas itu

terdiri atas laporan dewan komisaris, pengujian ulang performa dan kebijakan

akuntansi perusahaan. Di samping itu, untuk memastikan Good Corporate

Governance di atas dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan aspek-

23 Kresnohadi Ariyoto, dkk, “Good Corporate Governance Dan Konsep Penegakannya di

BUMN & Lingkungan Usahanya”, Manajemen dan Usahawan, no. 10 (Oktober 2000): h. 4.

Page 41: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

33

aspek pendukung lainnya seperti hukum peraturan, publikasi, laporan tahunan

beserta informasi lainnya yang relevan dan kode etik yang kuat.24

4. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Setelah beberapa aspek tentang Good Corporate Governance telah

dipaparkan di atas, maka pembahasan berikutnya adalah mengenai prinsip-

prinsip dasar Good Corporate Governance. Prinsip-prinsip tersebut antara

lain:

a. Transparency (Keterbukaan Informasi)

Transparansi bisa diartikan keterbukaan informasi, baik dalam proses

pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi

material dan relevan mengenai perusahaan. Menurut peraturan di pasar

modal Indonesia, yang dimaksud informasi material dan relevan adalah

informasi yang dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham

perusahaan tersebut, atau yang mempengaruhi secara signifikan risiko

serta prospek usaha perusahaan yang bersangkutan.

Ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari penerapan prinsip ini.

Salah satunya stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi

dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Kemudian, karena ada

informasi kinerja perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu,

jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan

24 Busyaeri, Ahmad, “Urgensi Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate

Governance (GCG) pada Bank Syariah (Studi Penelitian pada PT. Bank DKI Syariah Jakarta)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 35-36.

Page 42: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

34

terjadinya efesiensi pasar. Selanjutnya, jika prinsip transparansi

dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya

benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam

manajemen.25

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.(At taubah: 119)

b. Accountability (Akuntabilitas)

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif. Masalah yang sering ditemukan di perusahaan-

perusahaan Indonesia adalah mandulnya fungsi pengawasan Dewan

Komisaris. Atau justru sebaliknya, Komisaris Utama mengambil peran

berikut wewenang yang seharusnya dijalankan Direksi. Padahal,

diperlukan kejelasan tugas serta fungsi organ perusahaan agar tercipta

suatu mekanisme checks and balances kewenangan dan peran dalam

mengelola perusahaan.

Bila perusahaan accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada

kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab antara

25 Mas Ahmad Daniri, Good Corporate Governance Konsep Dan Penerapannya Dalam

Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia), 2005, h. 9-10.

Page 43: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

35

pemegang saham, Dewan Komisaris, serta Direksi. Dengan adanya

kejelasan inilah maka perusahaan akan terhindar dari kondisi agency

problem (benturan kepentingan peran).26

c. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Responsibility diwujudkan dalam tata kelola perusahaan yang

bertanggung jawab, yang memperhatikan berbagai kepentingan yang

terkait bagi terselenggaranya suatu perusahaan (do the right thing). Ha ini

diwujudkan dengan menciptakan kesesuaian di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap prinsip-prinsip bisnis yang sehat serta peraturan

perundangan yang berlaku.27

Sebuah perusahaan harus memenuhi dan mematuhi hukum dan

undang-undang yang berlaku. Termasuk di dalamnya pemeliharaan

lingkungan hidup, hak-hak konsumen, ketenagakerjaan dan lain

sebagainya. Dalam konteks responsibility, sebuah perusahaan tidak tegak

secara terisolasi dari berbagai kepentingan sosial-budaya dan politik

kelompok-kelompok lain (stakeholders). Melainkan terintegrasi di

dalamnya. Di sini, sebuah perusahaan tidak hanya harus bertanggung

26 Mas Ahmad Daniri, Good Corporate Governance Konsep Dan Penerapannya Dalam

Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia), 2005, h. 10. 27 Ratna Januarti, “Penerapan Good Corporate Governance Pada Sektor Perbankan Studi :

Divestasi Bank Lippo”, Jurnal Ilmu Hukum Litigasi, no.2 (Juni 2003): h.105.

Page 44: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

36

jawab terhadap mereka yang berhubungan langsung dengan perusahaan,

tetapi mereka juga yang tak berhubungan secara langsung denganya.28

d. Independency (Kemandirian)

Independensi merupakan prinsip penting dalam penerapan Good

Corporate Governance di Indonesia. Independensi atau kemandirian

adalah suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional

tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun

yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Independensi sangat penting dalam

proses pengambilan keputusan, keberpihakan karena adanya utang budi

yang berlaku dalam budaya dan tata nilai masyarakat Indonesia dapat

menghilangkan independensi seseorang.

Untuk meningkatkan independensi dalam pengambilan keputusan

bisnis, perusahaan hendaknya mengembangkan beberapa aturan,

pedoman, dan praktik di tingkat corporate board, terutama di tingkat

Dewan Komisaris dan Direksi yang oleh Undang-undang didaulat untuk

mengurus perusahaan dengan sebaik-baiknya.29

e. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)

28 Aburizal Bakrie, “Good Corporate Governance : Sudut Pandang Pengusaha, Jurnal

Reformasi Ekonomi”, no.2 (Oktober-Desember 2000): h. 24. 29 Mas Ahmad Daniri, Good Corporate Governance Konsep Dan Penerapannya Dalam

Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia), 2005, h. 11-12.

Page 45: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

37

Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, manajemen

dan karyawan bank, nasabah serta stakeholder lainnya.30 Fairness juga

mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum dan

penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor khususnya

pemegang saham minoritas dari berbagai bentuk kecurangan. Bentuk

kecurangan ini bisa berupa insider trading (transaksi yang melibatkan

informasi orang dalam), fraud (penipuan), dilusi saham (nilai perusahaan

berkurang), KKN, atau keputusan-keputusan yang dapat merugikan seperti

pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan, penerbitan saham baru,

merger, akuisisi, atau pengambil-alihan perusahaan lain. Pendek kata,

fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin perlakuan yang adil

di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.31

5. Pedoman Pelaksanaan Prinsip Good Corporate Governance

Pedoman pelaksanaan Good Corporate Governance disusun oleh Komite

Nasional Corporate Governance yang mana pedoman ini bertujuan sebagai

acuan pelaksanaan Good Corporate Governance oleh para pelaku usaha di

Indonesia. Pedoman ini dibuat dimaksudkan bagi semua jenis perusahaan

yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik

Indonesia.

30 Yudistira Hasbullah, “Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Kredit di Perbankan Dalam

Rangka Good Corporate Governance”, Manajemen dan Usahawan, no.12 (Desember 2004): h. 29.

31 Mas Ahmad Daniri, Good Corporate Governance Konsep Dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia), 2005, h. 12-13.

Page 46: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

38

Pedoman ini disusun dengan metode yang memungkinkan terjadinya

peningkatan dan penyesuaian standar Good Corporate Governance yang lebih

konstruktif dan fleksibel bagi perusahaan Indonesia, bukan dengan

pendekatan yang prespektif melalui pemberlakuan peraturan perundang-

undangan. Komite menyadari bahwa terdapat aspek Good Corporate

Governance yang perlu diberlakukan dengan peraturan perundang-undangan

namun terdapat pula aspek lain yang sebaiknya diterapkan sesuai dengan

perkembangan pasar dan dengan memperhatikan sifat perseroan (self

regulation). Maksud pedoman Good Corporate Governance sebagaimana

yang diharapkan adalah sebagai berikut:32

a. Memaksimalkan nilai perseroan bagi pemegang saham dengan cara

meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya,

bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang

kuat, baik secara nasional maupun internasional, serta dengan demikian

menciptakan iklim yang mendukung investasi.

b. Mendorong pengelolaan perseroan setara profesional, transparan, dan

efesien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian

Dewan Komisaris, Direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham.

c. Mendorong agar pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, dan

Anggota Direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan

32 Dhanang Widijawan, “Aspek-Aspek Good Corporate Governance Di Bidang Hukum

Perbankan Dalam Rangka Mewujudkan Pemerataan Dan Keadilan Sosial”, Competitive: Majalah Tiga Bulanan Politeknik Pos Indonesia, no. 2 (Maret 2005): h. 29-30.

Page 47: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

39

dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung

jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan (stakeholders)

maupun kelestarian lingkungan di sekitar perseroan.

Pedoman tersebut dapat menjadi acuan terhadap pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi seluruh perusahaan di Indonesia termasuk

perusahaan-perusahaan yang berbasis syariah. Perusahaan negara, perusahaan

daerah, perusahaan yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat,

serta perusahaan yang bergerak di bidang pelestaian lingkungan yang telah

tercatat dalam bursa efek Indonesia harus selalu mematuhi pedoman ini.

D. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah.

Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Unit Usaha Syariah

adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi

sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang

berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara

Page 48: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

40

konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu

syariah dan/atau unit syariah.33

Daftar Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

No Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah

1 Bank Muamalat Indonesia Bank Tabungan Negara Syariah

2 Bank Syariah Mandiri Bank Permata Syariah

3 Bank Syariah Bukopin Bank CIMB Niaga Syariah

4 Bank Mega Syariah Bank Danamon Syariah

5 Bank Rakyat Indonesia Syariah Bank BII Syariah

6 Bank Panin Syariah Bank HSBC Amanah Syariah

7 Bank Central Asia Syariah Bank BTPN Syariah

8 Bank Victoria Syariah Bank OCBC NISP Syariah

9 PT. Maybank Indocorp Bank Sinar Mas Syariah

10 Bank Negara Indonesia Syariah

33 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun

2008 Tentang Perbankan Syariah, Jakarta: DPR, 2008. h. 3.

Page 49: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

BAB III

ANALISIS PERATURAN BANK INDONESIA NO. 11/33/PBI/2009

A. Landasan Penerapan PBI No. 11/33/PBI/2009

PBI No. 11/33/PBI/2009 merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia dalam rangka membangun industri perbankan syariah yang sehat dan

tangguh, maka dari itu diperlukan pelaksanaan Good Corporate Governance bagi

bank umum syariah dan unit usaha syariah yang efektif. Kemudian Pelaksanaan

Good Corporate Governance di dalam industri perbankan syariah harus

memenuhi prinsip syariah (sharia compliance). Selain itu, Pelaksanaan Good

Corporate Governance juga merupakan salah satu upaya untuk melindungi

kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara

umum pada industri perbankan syariah. Semua hal yang terkait dalam tata kelola

perusahaan yang baik, maka perlu ditetapkan Peraturan Bank Indonesia ke dalam

pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah.

B. PBI No. 11/33/PBI/2009 Terkait Dewan Pengawas Syariah

1. Persyaratan Dewan Pengawas Syariah

a. Jumlah, kriteria, rangkap jabatan dan persyaratan lain bagi Dewan

Pengawas Syariah tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia terkait.

41

Page 50: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

42

b. Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Dewan Pengawas

Syariah (BUS) kepada Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan dengan

memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.

c. Pengangkatan Dewan Pengawas Syariah pada UUS yang dimiliki oleh

kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri,

ditetapkan oleh pimpinan tertinggi di Indonesia dari kantor cabang

tersebut.

d. Masa jabatan anggota Dewan Pengawas Syariah paling lama sama dengan

masa jabatan anggota Direksi atau Dewan Komisaris.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah

a. Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab

sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

b. Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah adalah memberikan

nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar

sesuai dengan Prinsip Syariah.

c. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah

sebagaimna dijelaskan di atas antara lain meliputi:

1) Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman

operasional dan produk yang dikeluarkan Bank;

2) Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar sesuai

dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia;

Page 51: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

43

3) Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama

Indonesia untuk produk baru Bank yang belum ada fatwanya;

4) Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah

terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta

pelayanan jasa Bank; dan

5) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan

kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

d. Dewan Pengawas Syariah wajib menyampaikan Laporan Hasil

Pengawasan Dewan Pengawas Syariah secara semesteran.

e. Laporan sebagaimana dimaksud di atas wajib disampaikan kepada Bank

Indonesia paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode semester dimaksud

berakhir.

f. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dan tata cara penyampaian laporan

akan diatur lebih rinci dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

g. Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib menyediakan waktu yang cukup

untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.

3. Rapat Dewan Pengawas Syariah

a. Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan paling kurang 1

(satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

b. Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah dilakukan

berdasarkan musyawarah mufakat.

Page 52: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

44

c. Seluruh keputusan Dewan Pengawas Syariah yang dituangkan dalam

risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota Dewan

Pengawas Syariah.

d. Hasil rapat Dewan Pengawas Syariah wajib dituangkan dalam risalah

rapat dan didokumentasikan dengan baik.

4. Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah

a. Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan rangkap

jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga

keuangan syariah lain dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana

diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

b. Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang memanfaatkan BUS untuk

kepentingan pribadi, keluarga dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi

aset atau mengurangi keuntungan BUS.

c. Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang mengambil dan/atau

menerima keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan fasilitas

lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.

d. Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan remunerasi dan

fasilitas pada laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam

Peraturan Bank Indonesia ini.

e. Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang merangkap jabatan sebagai

konsultan di seluruh BUS dan/atau UUS.

Page 53: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

45

5. Sanksi Bagi Dewan Pengawas Syariah

a. Dalam hal terdapat 3 (tiga) kali teguran tertulis dari Bank Indonesia terkait

pelanggaran terhadap ketentuan dalam Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Pengawas Syariah, Rapat Dewan Pengawas Syariah (huruf a dan d), dan

Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah, maka BUS atau UUS

terkait harus mengganti anggota Dewan Pengawas Syariah tersebut.

b. Dalam hal Dewan Pengawas Syariah tidak melaksanakan tugasnya dengan

baik sebagaimana dimaksud dalam Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Pengawas Syariah (huruf b, c, d, e, dan f) sampai dengan izin usaha Bank

dicabut, maka anggota Dewan Pengawas Syariah dimaksud dapat

dikenakan sanksi berupa pelarangan menjadi anggota Dewan Pengawas

Syariah di perbankan syariah paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal

pencabutan izin usaha Bank oleh Bank Indonesia.

C. Ringkasan PBI No. 11/33/PBI/2009

1. Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah (BUS) paling kurang diwujudkan

dalam:

a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi;

b. kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang

menjalankan fungsi pengendalian intern BUS;

c. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS);

d. penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern;

Page 54: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

46

e. batas maksimum penyaluran dana; dan

f. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.

2. Pelaksanaan GCG bagi Unit Usaha Syariah (UUS) paling kurang diwujudkan

dalam:

a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS;

b. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS;

c. penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana

oleh deposan inti; dan

d. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan UUS.

3. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung

jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk paling kurang:

a. Komite Pemantau Risiko;

b. Komite Remunerasi dan Nominasi; dan

c. Komite Audit.

4. Anggota Komite Pemantau Risiko paling kurang terdiri dari:

a. seorang Komisaris Independen;

b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan

syariah; dan

c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang manajemen

risiko.

Page 55: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

47

5. Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi paling kurang terdiri dari:

a. 2 (dua) orang Komisaris Independen; dan

b. seorang pejabat eksekutif yang membawahi sumber daya manusia.

6. Anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari:

a. seorang Komisaris Independen;

b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi

keuangan; dan

c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan

syariah.

7. Aspek transparansi pengungkapan kepemilikan saham 5% (lima persen);

bagi Dewan Komisaris hanya berlaku pada BUS yang bersangkutan,

sementara bagi Direksi berlaku baik pada BUS yang bersangkutan maupun

pada bank dan perusahaan lain di dalam negeri maupun luar negeri.

8. Dalam rangka melaksanakan GCG, Direksi wajib memiliki fungsi paling

kurang:

a. Audit Intern;

b. Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko; dan

c. Kepatuhan.

dimana dalam rangka mendorong efektivitas implementasi pelaksanaan

fungsi dimaksud, Direksi dapat membentuk satuan kerja tersendiri.

Page 56: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

48

9. Dalam rangka penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

dalam RUPS bagi BUS, rencana penunjukan dimaksud terlebih dahulu

dikonsultasikan dengan DPbS.

10. Hal-hal yang diatur dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas DPS

adalah:

a. Di BUS:

1) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi menindaklanjuti

rekomendasi DPS

2) Direksi wajib menindaklanjuti rekomendasi DPS

3) Laporan hasil audit intern terkait pelaksanaan pemenuhan Prinsip

Syariah disampaikan kepada DPS

4) BUS wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan pelaporan

internal yang didukung oleh sistem informasi manajemen yang

memadai, dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengawasan

DPS.

b. Di UUS :

1) Direktur UUS wajib menindaklanjuti rekomendasi dari hasil

pengawasan DPS

2) Direkrut UUS wajib menyediakan data dan informasi terkait

pemenuhan Prinsip Syariah yang akurat, relevan dan tepat waktu

kepada DPS

Page 57: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

49

3) UUS wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan data/informasi

bagi DPS.

11. Hal-hal yang diatur terkait pelaksanaan GCG bagi DPS, antara lain:

a. Anggota DPS wajib menyediakan waktu yang cukup agar pelaksanaan

tugasnya berjalan optimal, dan DPS wajib menyelenggarakan rapat

paling kurang 1(satu) kali dalam 1(satu) bulan.

b. Anggota DPS wajib mengungkapkan rangkap jabatan sebagai anggota

DPS, dan remunerasi serta fasilitas yang diterima dalam laporan

pelaksanaan GCG.

c. Anggota DPS dilarang merangkap jabatan sebagai konsultan diseluruh

BUS dan/atau UUS, dengan masa transisi pemberlakuan 1(satu) tahun

setelah berlakunya PBI ini.

12. Ketua Komite sebagaimana dimaksud dalam angka 3, hanya dapat

merangkap jabatan sebagai ketua Komite paling banyak pada 1 (satu)

Komite lainnya pada BUS yang sama.

13. Laporan pelaksanaan GCG bagi BUS disampaikan paling lambat 3 (tiga)

bulan setelah tahun buku berakhir, dan paling kurang meliputi:

a. kesimpulan umum dari hasil penilaian self assesment atas pelaksanaan

GCG BUS;

b. kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris, hubungan keuangan dan

hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris dengan anggota Dewan

Page 58: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

50

Komisaris lain, anggota Direksi, dan/atau pemegang saham pengendali

BUS serta jabatan rangkap pada perusahaan atau lembaga lain;

c. kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan dan

hubungan keluarga anggota Direksi dengan anggota Dewan Komisaris,

anggota Direksi lain, dan/atau pemegang saham pengendali BUS;

d. rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan syariah

lainnya;

e. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu yang

digunakan oleh BUS;

f. kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration packages) bagi

Dewan Komisaris, Direksi, dan DPS;

g. rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;

h. frekuensi rapat Dewan Komisaris;

i. frekuensi rapat DPS;

j. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya

penyelesaian oleh BUS;

k. jumlah permasalahan hukum perdata maupun pidana dan upaya

penyelesaian oleh BUS;

l. transaksi yang mengandung benturan kepentingan;

m. buy back shares dan/atau buy back obligasi BUS;

n. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun pihak

penerima dana; dan

Page 59: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

51

o. pendapatan non halal dan penggunaannya.

14. Laporan pelaksanaan GCG bagi UUS, paling kurang meliputi:

a. kesimpulan umum dari hasil self assesment atas pelaksanaan GCG UUS;

b. rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan syariah

lainnya;

c. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu yang

digunakan oleh UUS;

d. kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration packages) bagi

DPS;

e. frekuensi rapat DPS;

f. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya

penyelesaiannya oleh UUS;

g. jumlah permasalahan hukum perdata atau pidana dan upaya

penyelesaiannya oleh UUS;

h. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik nominal maupun penerima

dana; dan

i. pendapatan non halal dan penggunaannya.

15. Laporan pelaksanaan GCG BUS disampaikan kepada DPbS atau KBI

setempat dengan tembusan kepada DPbS paling lambat 3 (tiga) bulan

setelah tahun buku berakhir. Sementara, laporan pelaksanaan GCG UUS

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan GCG Bank Umum

Page 60: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

52

Konvensional (BUK) disampaikan dalam bab (chapter) tersendiri pada

periode waktu sebagaimana ketentuan GCG yang berlaku bagi bank umum

dan selanjutnya disampaikan kepada DPbS dan/atau KBI setempat yang

melakukan pengawasan terhadap BUK dimaksud paling lambat 3 (tiga)

bulan setelah tahun buku berakhir.

16. Adanya ketentuan peralihan atas laporan pelaksanaan GCG BUS untuk posisi

laporan akhir Desember 2009 yang tetap mengacu pada PBI

No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi Bank Umum sebagaimana diubah dengan PBI

No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan atas PBI

No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi

Bank Umum.

17. Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini maka PBI

No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi Bank Umum beserta ketentuan perubahannya

dinyatakan tidak berlaku bagi BUS.1

1 Perbankan, “PBI No. 11/33/PBI/2009-Bank Sentral Republik Indonesia”, artikel diakses

pada 1 Februari 2010 dari http://www.bi.go.id.

Page 61: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

53

BAB IV

RESPON DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP APLIKASI PBI NO.

11/33/PBI/2009

A. Pandangan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Penerapan PBI No.

11/33/PBI/2009 Tentang Good Corporate Governance

1. Pendapat Anggota Dewan Pengawas Syariah Mengenai Good Corporate

Governance Dan Mekanismenya Pada Bank Syariah

Good Corporate Governance adalah suatu peraturan Bank Indonesia yang

ditujukan untuk meningkatkan atau melahirkan perusahaan yang baik, yang

disiplin dan patuh pada peraturan. Sesuai dengan namanya sendiri, GCG

(Good Corporate Governance) yaitu menciptakan korporasi yang baik dan

bersih.1 Good Corporate Governance ini hanya ditujukan kepada Dewan

Pengawas Syariah, Dewan Komisaris dan Direksi saja. Peraturan ini dibuat

agar masing-masing tahu hak dan kewajibannya, sehingga nanti tidak terjadi

apa yang disebut dengan benturan kepentingan dan kekacauan dalam sebuah

bank.2 Di Dewan Pengawas Syariah, Good Corporate Governance merupakan

sebuah arahan atau aturan yang baku yang menjadi tugas utama Dewan

1 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 2 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11

Juni 2010.

53

Page 62: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

54

Pengawas Syariah di bank syariah, baik itu berbentuk bank umum syariah

ataupun unit usaha syariah yang menjadi tanggung jawabnya.3

Good Corporate Governance memang menjadi solusi terbaik bagi tata

kelola perusahaan, karena sudah diterima secara internasional dan fungsinya

sudah cukup memadai.4

Ini semua adalah bagian dari tanggung jawab Bank Indonesia untuk

mengatur, karena jika tidak diatur demikian maka akan menimbulkan

problem. Pada tahun-tahun yang lalu banyak bank yang collapse, salah

satunya karena tidak transparan dan akuntabil. Jika semua peraturan Good

Corporate Governance dilakukan secara konsisten maka akan baik.5

Dengan adanya Good Corporate Governance, maka dilakukan istilahnya

pre supervisory action, on going supervisory action, dan post supervisy

action. Jadi ada pengawasan yang berkesinambungan.6

Sedangkan mekanisme pelaksanaan Good Corporate Governance pada

Bank Syariah yang mereka awasi adalah:

a. Mengadakan meeting wajib minimal sebulan sekali. Tetapi jika ada

masalah, maka setiap minggu bisa diadakan rapat. Jadi tergantung

seberapa banyak masalah yang dihadapi.7

3 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 4 Ikhwan A. Basri, DPS Bank Bukopin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 1 Juni 2010. 5 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11

Juni 2010. 6 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 7 Muardi Chatib, DPS Bank Muamalat Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei

2010.

Page 63: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

55

b. Melakukan pengawasan dan memberikan opini syariah atas produk dan

aktivitas perbankan.8

c. Untuk mengeluarkan produk, anytime dilakukan karena produk itu tidak

akan pernah terjual apalagi dijual kepada masyarakat jika belum

mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah.9

d. Antara Satuan Pengawas Internal dan compliance harus mempunyai garis

pelaporan dan juga garis tanggung jawab, sehingga dapat menyampaikan

apa-apa yang sudah diatur dan ditemukan. Jadi Satuan Pengawas Internal

dan Kepatuhan harus selalu berkoordinasi dengan Dewan Pengawas

Syariah.10

e. Standard Operating Procedur (SOP) yaitu tata kerja yang akan dilakukan

ketika suatu lembaga akan berjalan. Dewan Pengawas Syariah turut

mengembangkan dan mengawasi apakah ketentuan-ketentuan yang ada di

dalam Standard Operating Procedur ini bertentangan dengan syariah atau

tidak. Kemudian sifat pengawasan yang digunakan adalah semacam

random sampling.11

2. Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah Dalam Praktek Good

Corporate Governance

Adapun tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah antara lain:

8 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 9 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. 10 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 11 Ikhwan A. Basri, DPS Bank Bukopin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 1 Juni 2010.

Page 64: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

56

a. Dewan Pengawas Syariah merupakan badan atau lembaga yang harus

mengawasi mulai dari pembuatan produk sampai kepada pelaksanaan

dari produk. kemudian harus melaksanakan apa yang menjadi tugas

utama sebagai shari’a compliance (kepatuhan kepada syariah).12

b. Memastikan seluruh aspek syariah berjalan dengan baik. Maksud dari

memastikan aspek syariah itu semata-mata hanya berkaitan dengan 3

hal; yaitu produk, operation, dan akad-akad yang melekat pada

produk-produk dan juga kepada operation itu. Kemudian setiap enam

bulan sekali harus melakukan laporan Dewan Pengawas Syariah atas

pemenuhan aspek syariah, seperti syariah audit. 13

c. Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam rangka

praktek Good Corporate Governance sudah digariskan di dalam

Peraturan Bank Indonesia tentang bank syariah atau di dalam Surat

Edaran Menteri Keuangan untuk asuransi syariah. Dewan Pengawas

Syariah juga harus pro aktif dalam praktek Good Corporate

Governance, karena Dewan Pengawas Syariah merupakan salah satu

sub bagian dari corporate itu sendiri secara keseluruhan, terutama

dalam kapasitas atau wewenangnya untuk mengawasi produk yang

dijual kepada masyarakat.14

12 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11

Juni 2010. 13 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 14 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010.

Page 65: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

57

d. Pelaksanaan kerja Dewan Pengawas Syariah harus sesuai dengan apa

yang telah digariskan oleh Dewan Syariah Nasional, tidak boleh di luar

itu.15

Aِrtinya : Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.( al-Mukminun 8)

3. Aplikasi Lima Prinsip Umum Good Corporate Governance

Lima prinsip umum itu adalah sangat universal, seperti transparency,

accountability, fairness, responsibility dan independency. Jika nilai itu dapat

berlaku secara universal, maka nilai-nilai tersebut sudah ada di dalam syariah.

Misalnya, transparency itu bisa dikiaskan kepada hal kejujuran.16

Jika sifatnya administratif, maka hal itu dapat diserahkan kepada 5 prinsip

umum (Accountability, Transparancy, Resposibility, Independency dan

Fairness); tetapi berkenaan dengan ketentuan hukum syari’at, maka tetap

berpegang pada prinsip syariah yang tidak mungkin terdapat pada 5 prinsip

Good Corporate Governance itu sendiri.17

Lima prinsip Good Corporate Governance itu sepertinya sudah sesuai

dengan prinsip syariah, sehingga nanti tidak menimbulkan sesuatu yang tidak

pada tempatnya dan bahkan menimbulkan kegiatan yang bertentangan dengan

15 Muardi Chatib, DPS Bank Muamalat Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei

2010. 16 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 17 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010.

Page 66: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

58

prinsip syariah.18 Secara umum, prinsip ini sudah mengakomodir seluruh

praktek, kelima prinsip dasar ini dapat menjadikan perusahaan yang Good

Corporate.19

Di Bank Syariah Bukopin, untuk pelaksanaan transparansi belum

sepenuhnya dilaksanakan seratus persen. Ada lagi accountability sebagai

tindak lanjut daripada transparansi, akan tetapi akuntabilitas ini bukan kepada

Dewan Pengawas Syariah, melainkan dari pihak manajemen atau pihak

lainnya.20

Beberapa prinsip tambahan yang ada pada Bank Syariah; selain kelima

prinsip dasar Good Corporate Governance :

a. Profesional.

Ketika masuk ke dalam proses sampling atau uji dari sebuah transaksi,

maka harus mengerti metodologi penelitian yang berkaitan dengan aspek

itu.21

b. Persistency.

yang artinya istiqomah. Jadi syariah itu perlu istiqomah, karena lima

prinsip umum tadi akan selalu mendapat penyesuaian dari logika manusia

biasa, sementara nilai istiqomah itu tidak hanya mengandalkan logika

18 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11

Juni 2010. 19 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 20 Ikhwan A. Basri, DPS Bank Bukopin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 1 Juni 2010. 21 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11

Juni 2010.

Page 67: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

59

⌧ ☺

☺ ☺ Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan

kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan (al-Huud 123)

c. Jika terjadi perbedaan pendapat di antara Dewan Pengawas Syariah

sendiri; maka solusinya adalah dengan cara berdiskusi atau

berargumentasi sampai diketemukan kesamaan pendapat. Jadi tidak

mengenal istilah disentence opinion, karena untuk memelihara tanggung

jawab bersama, agar tidak membingungkan para user dalam hal ini

karyawan Bank Syariah sendiri.23

d. Tidak mubazir. Dalam hal makan tidak boleh mubazir. Kemudian setiap

kru (pada Bank Muamalat Indonesia) harus memakai peci.24

4. Kesulitan Atau Hambatan Pelaksanaan Good Corporate Governance

Di dalam segala bidang pekerjaan hambatan pasti selalu ada, berikut

hambatan yang ada pada pelaksanaan Good Corporate Governance :

22 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 23 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. 24 Muardi Chatib, DPS Bank Muamalat Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei

2010.

Page 68: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

60

a) Dewan Pengawas Syariah tidak mempunyai staf atau sekretaris, minimal

untuk membantu pembuatan scheduling.25

b) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang menjadi advicer, jika

seseorang menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah, maka jangan coba-

coba menjadi Komisaris. Jadi Dewan Pengawas Syariah dan Komisaris itu

dikotakkan. Good Corporate Governance ini dari sisi syariah membuat

sebuah batasan yang sangat rigid untuk seseorang berfungsi sebagai

rahmatan lil ‘alamin.26

c) Jika melihat Standar Internasional, Dewan Pengawas Syariah itu bukan

badan yang bisa berdiri sendiri, karena Dewan Pengawas Syariah bukan

bagian dari internal organisasi. Secara struktur memang Dewan Pengawas

Syariah masuk ke dalam organisasi, akan tetapi sebenarnya menjadi

outsider. Dikatakan outsider karena Dewan Pengawas Syariah itu

termasuk orang luar, maka harus didampingi oleh orang dalam atau fungsi

lain. Tetapi semuanya itu terkendala dengan biaya juga.27

d) Hambatan yang terjadi pada unit syariah biasanya adalah temuan kerja

yang belum tentu sepenuhnya mengetahui syariah. Misalnya, Satuan

Komite Audit Internal (SKAI) itu mungkin tidak sepenuhnya memahami

25 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 26 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 27 Kanny Hidaya, DPS Bank Mega Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 19 Mei 2010.

Page 69: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

61

konsep syariah, maka harus diberikan informasi kepada mereka yang

mana saja hal-hal yang sesuai dengan syariah.28

e) Hambatan yang terjadi biasanya bukan pada hal-hal yang bersifat

substantif; mungkin lebih kepada hal-hal yang bersifat teknis administratif

mengingat faktor tempat dan jalan. Mungkin ada juga dari faktor attitude,

tetapi secara umum memang masih memerlukan peningkatan untuk

mencapai Good Corporate Governance yang lebih sesuai dengan yang

dikehendaki oleh peraturan itu sendiri.29

Ada sebagian anggota Dewan Pengawas Syariah yang merasa keberatan

dengan klausul yang ada di dalam PBI No. 11/33/PBI/2009, yaitu:

Pertama, kewajiban Dewan Pengawas Syariah begitu besar sedangkan

haknya tidak dimunculkan, jadi tidak ada perimbangan antara hak dan

kewajiban. Kemudian ketika dibandingkan dengan Komisaris hak-haknya

belum sepadan. Kedua, anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang menjadi

seorang advicer.

5. Tanggapan Dewan Pengawas Syariah Dalam Menyikapi Peraturan Good

Corporate Governance

Secara umum, anggota Dewan Pengawas Syariah setuju dengan

dikeluarkannya peraturan Good Corporate Governance ini, karena

bagaimanapun juga peraturan tersebut dibuat untuk kebaikan dan peningkatan

28 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11

Juni 2010. 29 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010.

Page 70: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

62

kualitas daripada Perbankan Syariah itu sendiri, hanya saja ada beberapa

catatan untuk peraturan Good Corporate Governance, yakni:

a. Pada saat Good Corporate Governance lahir, Bank Indonesia kurang

berkomunikasi atau berdiskusi dengan Dewan Syariah Nasional, artinya

Bank Indonesia hanya berjalan sendiri. Sebenarnya Good Corporate

Governance ini adalah otoritas Bank Indonesia, tetapi sebuah aturan harus

dihimpun dan disaring dari banyak pemikiran dan pendapat, sehingga

nanti tidak ada pasal-pasal yang timpang.30

b. Harus ada keseimbangan antara hak dan kewajiban, karena resiko yang

dihadapi juga cukup tinggi. Jika Dewan Pengawas Syariah tidak

melaksanakan tugas-tugasnya, maka akan dikenakan sanksi. Kemudian

jika telah melaksanakan dengan baik, maka akan diberi reward, tetapi

hingga saat ini tidak jelas reward nya diformulasikan dalam bentuk seperti

apa.31

c. PBI No. 11/33/PBI/2009 sekiranya perlu disempurnakan lagi, yaitu

mengenai Dewan Pengawas Syariah tidak boleh menjadi seorang

konsultan di semua perbankan syariah. 32

d. Dalam sebuah peraturan harus ada kebijaksanaan, maka pelaksanaan Good

Corporate Governance ini tergantung pada situasinya. Jika peraturan

30 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 31 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11

Juni 2010. 32 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010.

Page 71: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

63

seperti ini diterapkan di Bank Syariah pusat, maka tidak masalah. Tetapi

jika peraturan ini diterapkan pada Bank Syariah yang bertempat di daerah,

dan Sumber Daya Manusia yang ditempatkan di sana belum cukup

memadai, maka hasilnya bank tersebut akan bubar.33

6. Implikasi penerapan Good Corporate Governance terhadap operasional Bank

Syariah

a) Sebelum ada Good Corporate Governance , guidance nya itu belum jelas,

apalagi dalam bentuk tertulis; maka sekarang 5 prinsip itu telah benar-

benar menjadi acuan dan arah yang fokus. Dengan demikian, maka pasti

ada manfaat yang lebih bagus. Tinggal mungkin pembiasaannya saja yang

masih harus menunggu proses, karena tidak ada sesuatu yang secepat kilat.

Tetapi, dibanding masa-masa lalu, kehadiran Good Corporate Governance

ini memberikan kerangka pikir, kerangka kerja dan kerangka arah yang

lebih jelas.34

b) Dari segi internal meeting Dewan Pengawas Syariah sendiri jadi lebih

teratur, lebih ada aturan yang jelas jika ingin menghasilkan report ke Bank

Indonesia atau ke Dewan Syariah Nasional. sekarang sudah jelas semua

produk harus ada opininya. Sebelum ada PBI ini rapat Dewan Pengawas

Syariah tidak jelas, bisa diadakan setahun sekali. Sekarang akan dikenakan

33 Muardi Chatib, DPS Bank Muamalat Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei

2010. 34 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010.

Page 72: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

64

sanksi jika tidak mematuhinya. Sekali Dewan Pengawas Syariah sudah

tidak dianggap fit dan proper lagi, maka dampaknya bisa selama 10 tahun

tidak dapat menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah di Bank Syariah

manapun.35

7. Saran Atau Masukan Dari Dewan Pengawas Syariah

a. Good Corporate Governance harus dimasyarakatkan agar lebih tahu

bagaimana fungsi daripada Good Corporate Governance tersebut.36

b. Hendaknya semua bank syariah melaksanakan peraturan yang telah

ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional secara sempurna.37

c. Keterbukaan harus dipahami secara konsisten oleh stakeholder sebagai

pemangku kepentingan baik itu Direksi, Komisaris, pemegang saham,

Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional.38

d. Pelaksanaan Good Corporate Governance adalah sebuah upaya yang

sangat baik, tetapi ada pasal-pasal yang kurang berimbang, jadi perlu

disempurnakan lagi. Misalnya dalam Dewan Pengawas Syariah

kewajibannya banyak tetapi hak-haknya tidak banyak dimunculkan.

Komisaris bisa mempunyai komite di bawahnya sebagai kelengkapan

Komisaris, sedangkan Dewan Pengawas Syariah tidak ada. Padahal

sebetulnya Dewan Pengawas Syariah mempunyai peran yang sama yaitu

35 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 36 Kanny Hidaya, DPS Bank Mega Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 19 Mei 2010. 37 Muardi Chatib, DPS Bank Muamalat Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei

2010. 38 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11

Juni 2010.

Page 73: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

65

melakukan pengawasan meski wilayahnya berbeda. Oleh karenanya

Dewan Pengawas Syariah hanya berpegang pada lembaga-lembaga yang

ada dalam bank itu.39

e. Selama ini posisi Dewan Pengawas Syariah itu lebih diberdayakan sebagai

seorang yang bisa memberikan konsultasi, jadi signifikannya mungkin

lebih banyak dalam masalah konsultasinya. Padahal Dewan Pengawas

Syariah itu adalah shari’a supervisory board tugas utamanya adalah

mengawasi kemudian memberikan nasihat, tapi kenyataannya banyak

bobot dari ke Dewan Pengawas Syariah itu yang diukur dari signifikan

dibidang konsultasinya. Padahal di dalam Good Corporate Governance ini

membatasi bahwa yang namanya Dewan Pengawas Syariah itu tidak boleh

merangkap sebagai konsultan di semua bank syariah. Dalam hal ini harus

ada pertimbangan-pertimbangan khusus, karena peraturan Good

Corporate Governance ini membatasi seseorang menjadi orang yang

rahmatan lil ‘alamin.40

Analisis Penulis

Berbagai macam pendapat telah diutarakan tentang bagaimana penerapan

peraturan Good Corporate Governance di bank yang mereka awasi. Semua

anggota Dewan Pengawas Syariah telah memahami dengan baik apa maksud dari

39 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 40 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010.

Page 74: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

66

pengertian Good Corporate Governance. Istilah yang paling gampang dipakai

dalam Good Corporate Governance adalah suatu aturan tata kelola perusahaan

yang baik, agar masing-masing bagian (Dewan Pengawas Syariah, Komisaris dan

Direksi) tahu hak dan kewajibannya serta saling bekerja sama untuk tujuan

lembaga itu sendiri, sehingga antara pihak satu dengan lainnya tidak saling

tumpang tindih.

Sebagian besar dari mereka percaya bahwa ke depannya Good Corporate

Governance akan menjadi sebuah solusi tata kelola yang baik bagi industri

perbankan syariah, karena sebelum ada peraturan ini, transparansi dan

akuntabilitas belum dilaksanakan secara maksimal. Dengan adanya peraturan ini

tata kelola perusahaan jadi lebih terstruktur dan terarah dengan baik. Karena jika

Dewan Pengawas Syariah tidak melaksanakan tugas mereka dengan baik, maka

akan dikenakan sanksi.

Adapun mekanisme penerapan Good Corporate Governance yang harus

dijalani oleh Dewan Pengawas Syariah, yakni wajib mengadakan rapat rutin

minimal satu bulan sekali. Senantiasa memberikan opini dan pengawasan

terhadap produk-produk dan aktivitas perbankan. Kemudian Dewan Pengawas

Syariah harus berkoordinasi dengan baik dengan Satuan Pengawas Internal (SPI)

dan Kepatuhan, agar pelaporan dan catatan-catatan yang ada dapat diawasi dan

diperiksa dengan baik. Jadi mekanisme dari penerapan Good Corporate

Governance ini tidak akan pernah terwujud manakala satu pihak dengan pihak

Page 75: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

67

yang lainnya tidak menjalin hubungan dengan baik, karena Dewan Pengawas

Syariah tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa bantuan dari pihak lain.

Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah sudah jelas termaktub di

dalam PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang Good Corporate Governance bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta di dalam Surat Edaran No.

12/13/DPbS Tahun 2010. Tugas-tugas Dewan Pengawas Syariah antara lain:

mengawasi mulai dari pembuatan produk sampai kepada pelaksanaan daripada

produk itu sendiri. Memastikan seluruh aspek syariah berjalan dengan baik, aspek

syariah yang dimaksud adalah produk, operation, dan akad-akad yang melekat

pada produk-produk dan juga kepada operation. Pada setiap enam bulan sekali

harus membuat laporan yang berkaitan dengan Dewan Pengawas Syariah dan

yang membuat adalah bank yang bersangkutan dengan Dewan Pengawas Syariah

nya masing-masing.

Lima prinsip umum yang ada; Accountability, Transparancy, Resposibility,

Independency dan Fairness seyogyanya telah mampu mengakomodir seluruh

praktek pengawasan dalam dunia perbankan syariah, sehingga aplikasi di

lapangan sesuai dengan prinsip umum dalam teori. Hanya mungkin praktek

pelaksanaanya belum seratus persen dilakukan dengan baik, karena

pembiasaannya masih harus menunggu proses. Karena sebuah perubahan tidak

mungkin bisa ditempuh dengan waktu yang sangat singkat.

Sebagian dari anggota Dewan Pengawas Syariah memiliki prinsip tambahan

selain kelima prinsip umum tadi. Adapula sebagian dari mereka yang sudah puas

Page 76: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

68

dan cukup atas kelima prinsip umum yang telah diterima secara internasional.

Tambahan prinsip umum yang mereka utarakan tentu memiliki dampak yang baik

bagi bank syariah dan jika prinsip tambahan tersebut dilakukan secara konsisten,

maka ke depannya perbankan syariah menjadi yang terdepan dari bank-bank yang

lain. Prinsip-prinsip tambahannya antara lain, yaitu profesional, tawakal, dan

mufakat. Memang secara tertulis prinsip ini tidak ada, akan tetapi dalam

prakteknya prinsip ini dilaksanakan dengan baik.

Berbagai kesulitan atau hambatan yang dijalani Dewan Pengawas Syariah

berbeda-beda, semua itu tergantung dari latar belakang dan profesi mereka

masing-masing. Ada yang merasa keberatan karena tidak boleh menjadi seorang

konsultan serta adapula yang terhambat dengan ketidakadaan seorang staf atau

sekretaris yang membantu Dewan Pengawas Syariah dalam pelaksanaan tugas-

tugasnya, minimal untuk membantu pembuatan jadwal. Kemudian ada juga yang

merasa menjadi outsider di dalam bank yang mereka awasi, secara struktur

memang Dewan Pengawas Syariah masuk ke dalam organisasi, akan tetapi

sebenarnya tidak. Dikatakan outsider karena Dewan Pengawas Syariah termasuk

orang luar, maka harus ada staf atau bagian yang mendampinginya. Lebih parah

lagi ketika ada anggota Dewan Pengawas Syariah yang tidak memiliki ruangan

kerja khusus untuk bekerja. Jadi ketika Dewan Pengawas Syariah datang ke Bank,

mereka harus menunggu di luar ruangan atau di ruang tunggu. Hal ini mejadi

sebuah hambatan yang harus dipertimbangkan untuk mereka yang ingin bekerja

secara maksimal. Mungkin itu semua terkendala juga dengan biaya, sehingga dari

Page 77: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

69

pihak bank syariah sendiri belum mampu untuk menyediakan ruang khusus bagi

Dewan Pengawas Syariah.

Sebuah peraturan tidak terlepas dari ketidaksempurnaan, di sini terlihat bahwa

ada beberapa klausul dalam PBI No. 11/33/PBI/2009 ini yang memberatkan

anggota Dewan Pengawas Syariah. Faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa

terjadi mungkin dikarenakan kurangnya komunikasi atau musyawarah antara

Bank Indonesia dengan Dewan Syariah Nasional pada saat proses perancangan

peraturan tersebut, sehingga ada pasal-pasal yang kurang fair bagi Dewan

Pengawas Syariah. Jadi ada sebagian anggota Dewan Pengawas Syariah yang

meminta agar peraturan Good Corporate Governance ini bisa disempurnakan

lagi, agar semua pihak yang terlibat di dalamnya tidak ada yang merasa

diberatkan. Tetapi semua itu terkendala juga dengan hal-hal yang lain, karena

merubah atau merombak sebuah peraturan itu prosesnya tidaklah gampang dan

cepat.

Secara umum, Dewan Pengawas Syariah setuju mengenai diterapkannya

peraturan Good Corporate Governance ini pada Bank Syariah, karena peraturan

ini bertujuan untuk membangun perbankan syariah yang berkualitas dan masing-

masing pihak mengetahui secara detail apa saja tugas dan tanggung jawab yang

harus dilakukan. Tetapi ada juga anggota Dewan Pengawas Syariah yang merasa

antara setuju dan tidak setuju dengan dikeluarkannya peraturan tersebut. Mungkin

karena melihat ada beberapa hal yang harus dirubah dari kebijakan ini. Terlepas

Page 78: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

70

dari itu semua, anggota Dewan Pengawas Syariah tetap melaksanakan tugas-

tugasnya dengan baik.

Dari hasil penerapan PBI No. 11/33/PBI/2009 mengenai Good Corporate

Governance, ada sebuah implikasi positif bagi Bank Syariah yang mereka awasi.

Dapat terlihat bahwa mekanisme kerja daripada Dewan Pengawas Syariah lebih

terstruktur dan teorganisir dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi ada juga

Bank Syariah yang tidak merasakan perbedaan pasca dikeluarkannya peraturan

ini, faktornya adalah karena Bank Syariah itu sendiri sudah menerapkan konsep

yang sama dengan Good Corporate Governance sebelum diberlakukannya PBI

No. 11/33/PBI/2009. Faktor selanjutnya adalah launching Bank Syariah tersebut

bersamaan dengan diwajibkannya pelaksanaan Good Corporate Governance,

sehingga tidak ada perbedaan yang dirasakan secara signifikan.

Tidak sedikit saran dan masukan yang telah disampaikan oleh Dewan

Pengawas Syariah. Saran tersebut diyakini akan menjadi sebuah hal yang positif

bagi pihak yang bersangkutan. Memang benar bahwa konsep dan prinsip dasar

yang ada di dalam Good Corporate Governance harus bisa disosialisasikan

kepada masyarakat umum, karena ini semua penting bagi kita dan Negara. Saran

yang telah dikemukakan ini seharusnya dapat diketahui oleh Bank Indonesia, agar

saran atau masukan tersebut bukan hanya menjadi sebuah wacana saja, tetapi juga

dapat terealisasi dengan baik

Walaupun hingga saat ini ada beberapa kesulitan yang dihadapi oleh Dewan

Pengawas Syariah baik itu faktor internal maupun eksternal. Semoga ke depannya

Page 79: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

71

apa-apa yang telah diatur oleh Bank Indonesia dapat berjalan dengan lancar dan

menjadikan perbankan syariah di Indonesia menjadi yang terbaik.

Prinsip Good Corporate Governance

Hal-hal yang Perlu Dicatat dalam

Penerapan GCG

• Transparansi • Pelaksanaan Good Corporate Governance secara umum dilakukan bertahap, karena sebuah pembiasaan tidak dapat dilaksanakan dengan singkat

• Akuntabilitas • Temuan kerja yang belum tentu sepenuhnya mengetahui syariah

• Pertanggungjawaban • Perlu adanya perubahan dalam PBI No. 11/33/PBI/2009, mengingat hak yang tercantum dalam peraturan tersebut tidak banyak dimunculkan

• Kemandirian • Tidak tersedianya ruang kerja khusus bagi Dewan Pengawas Syariah di Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (tetapi hanya sebagian saja)

• Kewajaran/kesetaraan • Belum ada staf ataupun sekretaris yang membawahi Dewan Pengawas Syariah (tetapi hanya sebagian saja)

• Larangan menjadi seorang konsultan (advicer) di instansi manapun

Page 80: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam mewujudkan

Good Corporate Governance antara lain:

a. Melaksanakan apa yang menjadi tugas utama sebagai shari’a compliance

(kepatuhan kepada syariah).

b. Pelaksanaan kerja Dewan Pengawas Syariah harus sesuai dengan apa yang

telah digariskan oleh Dewan Syariah Nasional.

c. Mengawasi mulai dari pembuatan produk sampai kepada pelaksanaan

daripada produk itu sendiri.

d. Memastikan seluruh aspek syariah berjalan dengan baik, aspek syariah

yang dimaksud adalah produk, operation, dan akad-akad yang melekat

pada produk-produk dan juga kepada operation.

e. Pada setiap enam bulan sekali harus membuat laporan yang berkaitan

dengan Dewan Pengawas Syariah.

Sebelum diterapkan PBI No.11/33/PBI/2009, tugas dan tanggung jawab

Dewan Pengawas Syariah belum jelas. Kemudian belum ada laporan Dewan

Pengawas Syariah atas pemenuhan aspek syariah seperti syariah audit.

2. Respon daripada Dewan Pengawas Syariah sangat baik dalam menyikapi

peraturan Good Corporate Governance seperti yang termaktub dalam PBI

72

Page 81: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

73

No.11/33/PBI/2009, mereka setuju terhadap penerapan peraturan Good

Corporate Governance pada Bank Syariah yang mereka awasi, karena semua

ini bertujuan untuk kemaslahatan bersama dan membangun perbankan syariah

yang lebih baik.

Tetapi ada beberapa hal yang perlu dicatat, antara lain: dalam peresmian

peraturan Good Corporate Governance, Bank Indonesia kurang berdiskusi

atau berkomunikasi dengan Dewan Syariah Nasional, akibatnya terjadi

ketimpangan antara hak dan kewajiban. Adapula reward yang tercantum

dalam peraturan tersebut tidak jelas diformulasikan dalam bentuk seperti apa.

3. Implikasi dari penerapan Good Corporate Governance terhadap Bank Syariah

yakni lebih kepada hal yang bersifat positif, antara lain:

a. Memberikan kerangka pikir, kerangka kerja dan kerangka arah yang lebih

jelas.

b. Internal meeting Dewan Pengawas Syariah jadi lebih teratur.

c. Semua macam produk harus diberikan opini oleh Dewan pengawas

Syariah.

d. Jika Dewan pengawas Syariah tidak melaksanakan tugasnya dengan baik,

maka akan dikenakan sanksi.

Ketika peraturan Good Corporate Governance belum diterapkan, guidance

nya itu belum jelas, apalagi dalam bentuk tertulis. Kemudian internal meeting

yang dilakukan Dewan pengawas Syariah tidak terjadwal dengan baik,

mungkin bisa sekali dalam setahun rapat itu dilaksanakan.

Page 82: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

74

B. Saran

1. Diharapkan agar Dewan Pengawas Syariah dapat melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya dengan baik dan senantiasa memberikan laporan atas

pemenuhan aspek syariah secara transparan dan independent, sehingga tidak

dipengaruhi oleh pihak lain.

2. Seharusnya Bank Indonesia terlebih dahulu memusyawarahkan peraturan

Good Corporate Governance secara baik dengan Dewan Syariah Nasional,

sehingga tidak ada klausul yang memberatkan bagi mereka dan reward yang

akan diberikan harus diperjelas dalam bentuk apa.

3. Dengan adanya pedoman yang jelas dan internal meeting yang lebih

terorganisir, diharapkan Dewan Pengawas Syariah tidak lalai dalam

pelaksanaan kewajibannya guna mewujudkan Bank Syariah yang lebih baik.

Page 83: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Agustianto. “Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah Perbankan Syariah”. Artikel

diakses pada 1 Februari 2010 dari http://www.pesantrenvirtual.com.

Ariyoto, Kresnohadi. dkk. “Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya

di BUMN & Lingkungan Usahanya”. Manajemen dan Usahawan. No.10

(Oktober 2000): h. 3-4.

Asworo, Hendri T. “Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum Syariah Terbit”. Artikel

diakses pada 1 Februari 2010 dari http://www.bisnis.com.

Aulia, Rica. “Penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada PT. Bank Syariah

Mega Indonesia (Analisis Self Assessment Berdasarkan SEBI No. 9/12/DPNP

Tanggal 30 Mei 2007)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Bakrie, Aburizal. “Good Corporate Governance : Sudut Pandang Pengusaha”. Jurnal

Reformasi Ekonomi. No.2 (Oktober-Desember 2000): h.. 24-26.

Barkah, Fitri. ”Mekanisme Kerja Dewan Pengawas Syariah (DPS) Dalam

Menentukan Produk Baru Bank Syariah (Studi Kasus Bank Permata Syariah-

Cabang Arteri Pondok Indah)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.

Busyaeri, Ahmad. “Urgensi Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate

Governance (GCG) pada Bank Syariah (Studi Penelitian pada PT. Bank DKI

75

Page 84: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

76

Syariah Jakarta)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Daniri, Mas Ahmad. Good Corporate Governance Konsep Dan Penerapannya

Dalam Konteks Indonesia. Jakarta: Ray Indonesia, 2005.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Jakarta: DPR, 2008.

Dewan Syariah Nasional (DSN). Keputusan DSN MUI No:3 Tahun 2000 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah Pada

Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: DSN, 2000.

Dewitasari, Resa. “Pengaruh Audit Intern dan Pengendalian Intern Terhadap

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) (Studi Kasus pada Salah Satu

BUMN di Jakarta)”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Effendi, Muh. Arief. The Power Of Good Corporate Governance Teori dan

Implementasi. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2006.

Firdaus, Muhammad. dkk. Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah, cet.I.

Jakarta: Renaisan, 2005.

Harahap, Sofyan S. Auditing Dalam Perspektif Islam, cet.II. Jakarta: Pustaka

Quantum, 2008.

Page 85: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

77

Haryani, Yani. “Mekanisme Kerja Dewan Pengawas Syariah (DPS) Terhadap

Mekanisme Operasional Asuransi Syariah (Studi Kasus PT. MAA Life

Assurance)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

Hasbullah, Yusditira. “Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Kredit di Perbankan Dalam

Rangka Good Corporate Governance”. Manajemen dan Usahawan. No.12

(Desember 2004): h. 29.

Januarita, Ratna. “Penerapan Good Corporate Governance Pada Sektor Perbankan

Studi Kasus: Divestasi Bank Lippo”. Jurnal Ilmu Hukum Litigasi. No.2 (Juni

2003): h. 104-109.

Kamarulzaman, AKA dan Al-Barry, M. Dahlan Y. Kamus Ilmiah Serapan Disertai

Entri Tambahan Dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Yogyakarta:

ABSOLUT, 2005.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya,

2005.

Perbankan. “PBI No. 11/33/PBI/2009-Bank Sentral Republik Indonesia”. Artikel

diakses pada 1 Februari 2010 dari http://www.bi.go.id.

Pratolo, Suryo. ”Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia:

Aspek Audit Manajemen Dan Pengendalian Intern Sebagai Variabel Eksogen

Serta Tinjauan nya Pada Jenis Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi X,

26-28 Juli. UNHAS MAKASAR, 2007.

Page 86: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

78

Redaksi berita. “Bank, Saham, Asuransi dan Derivatif”. Artikel diakses pada 1

Februari 2010 dari http://www.seruu.com.

Republika. “Ketentuan DPS Menjadi Lebih Fleksibel”. Artikel diakses pada 27 Maret

2010 dari http://koran.repulika.com.

Rifkadejavu. “Dewan Pengawas Syariah, Gaji Buta dan Sekedar Pajangan”. Artikel

diakses pada 1 Februari 2010 dari http://www.

ibbloggercompetition.kompasiana.com.

Singarimbun, Masri. Metodologi Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES, 2006.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, cet.III. Jakarta: UI-Press, 1986.

Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan. Penerapan Good Corporate Governance

Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Jakarta:

Kencana, 2006.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004.

Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta

: Fakultas Syariah dan Hukum, 2008.

Wawancara Pribadi dengan Aminudin Yakub. Jakarta. 31 Mei 2010.

Wawancara Pribadi dengan Fathurrahman Djamil. Jakarta. 11 Juni 2010.

Wawancara Pribadi dengan Ikhwan A. Basri. Jakarta. 1 Juni 2010.

Wawancara Pribadi dengan Kanny Hidaya. Jakarta. 19 Mei 2010.

Wawancara Pribadi dengan Muhammad. Amin Suma. Jakarta. 11 Juni 2010.

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Gunawan Yasni. Jakarta. 26 Mei 2010.

Wawancara Pribadi dengan Muardi Chatib. Jakarta. 31 Mei 2010.

Page 87: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

79

Widijawan, Dhanang. “Aspek-Aspek Good Corporate Governance Di Bidang Hukum

Perbankan Dalam Rangka Mewujudkan Pemerataan Dan Keadilan Sosial”,

Competitive: Majalah Tiga Bulanan Politeknik Pos Indonesia. No.2 (Maret

2005): h. 29-30.

Page 88: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

Pedoman Wawancara

Nama : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM

Umur : 55 Tahun

Jabatan : DPS Bank Permata Syariah

Waktu : 11 Juni 2010 Pkl 09.05-09.12 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Dekan Lt. 2 Gd. Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Menurut Anda pribadi sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah, Good Corporate

Governance itu seperti apa ?

Jawab:

Saya kira tidak perlu diarti ya; karena memang pengertiannya sudah baku di buku yang

bisa Anda baca sendiri.

2. Apa saja tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam praktek Good

Corporate Governance ?

Jawab:

Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam rangka praktek Good

Corporate Governance itu sudah digariskan di dalam peraturan Bank Indonesia tentang

bank syariah atau dalam Surat Edaran Menteri Keuangan untuk asuransi syariah. Nah

tentu Dewan Pengawas Syariah juga harus pro aktif dalam praktek GCG ini. Kenapa

perlu pro aktif ? Karena, DPS itu kan merupakan salah satu sub bagian dari corporate itu

sendiri secara keseluruhan, terutama dalam kapasitas atau wewenangnya untuk

mengawasi produk yang dijual kepada masyarakat.

Page 89: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan Good Corporate Governance dalam institusi yang

saat ini Anda awasi ?

Jawab:

Mekanisme yang kami jalani di DPS kami itu, selain ada meeting wajib minimal sebulan

sekali yang bersifat rutin dan continue; juga ada kehadiran rutin. Tujuannya untuk

mengevaluasi perjalanan perbankan itu sendiri. Untuk mengeluarkan produk, anytime

dilakukan. Kenapa untuk produk itu kapan saja dilakukan ? Karena memang produk itu

tidak akan pernah terjual apalagi dijual kepada masyarakat kalau belum mendapatkan

persetujuan dari DPS. Nah, DPS itu pasti terikat juga dengan lima prinsip yang menjadi

acuan pada GCG ini misalnya tentang pertanggung jawaban, transparansi dan seterusnya.

Bila timbul pertanyaan dari mana melihatnya ? Terutama dari sisi syariahnya.

Pertanggungjawaban dan transparansi dari sisi syariahnya. Inilah yang menjadi bidang

kita.

4. Dari beberapa referensi yang telah Saya dapatkan bahwa teori Good Corporate

Governance terdapat 5 prinsip umum. Apakah prinsip-prinsip tersebut telah mampu

mengakomodir seluruh praktek pengawasan dalam dunia perbankan sehingga aplikasi di

lapangan sesuai dengan prinsip umum dalam teori ?

Jawab:

Oh Tentu. Kalau yang sifatnya administratif itu diserahkan kepada 5 prinsip tadi; tetapi

berkenaan dengan ketentuan hukum syari’at, kita tetap berpegang pada prinsip syariah

yang tidak mungkin terdapat pada 5 prinsip GCG itu.

5. Jika belum, adakah prinsip tambahan yang digunakan dalam sistem Good Corporate

Governance di lembaga yang saat ini Anda awasi ?

Page 90: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

Jawab:

Ya tentu ada. Kan lima itu hanya standar dasar, prinsip tambahan misalnya kalau terjadi

perbedaan pendapat di antara DPS itu sendiri; maka dicarikan solusinya dengan cara

berdiskusi atau berargumentasi sampai diketemukan kesamaan pendapat. Selalu terjadi

seperti itu ? Alhamdulillah, istilahnya tidak mengenal disentence opinion. Kenapa ?

karena memang untuk memelihara tanggung jawab bersama, di samping supaya tidak

membingungkan para user dalam hal ini karyawan Bank Syariah sendiri. Kalau untuk

teknik membaca produk boleh saja tidak bersama-sama di sana karena waktunya kadang-

kadang tidak selalu sama. Tetapi, ketika ada perbedaan pendapat mengenai produk

tertentu itu dipastikan ketemu. Demikian pula dengan penetapan hal-hal mendasar yang

terkait dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN).

6. Apakah Good Corporate Governance menjadi solusi terbaik bagi tata kelola perbankan

di Indonesia ?

Jawab:

Ya saya tidak mengatakan seperti itu. Oleh Anda sajalah apakah GCG itu sudah menjadi

solusi terbaik atau tidak. Kami hanya melakukan tugas saja.

7. Kemudian dalam rangka menerapkan serta meningkatkan prinsip Good Corporate

Governance dalam dunia perbankan syariah, adakah masukan atau saran dari Anda

selaku anggota Dewan Pengawas Syariah ?

Jawab:

Tidak ada.

8. Adakah kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance ?

Jawab:

Page 91: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

Saya kira siapapun yang namanya hambatan selalu ada, jarang berjalan dengan mulus,

tetapi kami kira hambatan itu biasanya tidak pada hal-hal yang substantif sifatnya;

mungkin lebih kepada hal-hal yang bersifat teknis administratif mengingat faktor tempat

dan jalan. Ya mungkin ada juga dari faktor attitude, tetapi secara umum memang masih

memerlukan peningkatan untuk mencapai GCG yang lebih sesuai dengan yang

dikehendaki oleh peraturan itu sendiri.

9. Dalam isi PBI No. 11/33/PBI/2009. Apakah ada klausa-klausa yang memberatkan Dewan

Pengawas Syariah ?

Jawab:

Saya kira yang namanya latar belakang pasti semuanya beralasan, bagi saya tidak ada

hal-hal yang dianggap memberatkan. Apalagi ketika dihubungkan dengan cita-cita

kemajuan dan sukses Bank Syariah itu sendiri. Lebih-lebih jika penerapannya bersifat

fleksibel.

10. Dengan adanya PBI No.11/33/PBI/2009 adakah perbedaan yang Anda rasakan sebelum

dan sesudah berlakunya PBI tersebut dalam aktivitas Anda sehari-hari ?

Jawab:

Oh ya tentu ada. Kalau sebelumnya itu misalnya guidance nya belum ada yang jelas,

apalagi dalam bentuk tertulis; maka sekarang 5 prinsip itu telah benar-benar menjadi

acuan dan arah yang fokus. Dengan demikian, maka pasti ada manfaat yang lebih bagus

lagi. Tinggal mungkin pembiasaannya saja yang masih harus menunggu proses, kan tidak

ada sesuatu yang secepat kilat ? Tetapi, dibanding masa-masa lalu, saya kira kehadiran

GCG ini memberikan kerangka pikir, kerangka kerja dan kerangka arah yang lebih jelas.

Page 92: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

11. Lalu bagaimana tanggapan Anda sebagai Dewan Pengawas Syariah dalam menyikapi

peraturan Good Corporate Governance seperti yang termaktub dalam PBI

No.11/33/PBI/2009 ?

Jawab:

Saya setuju dengan dikeluarkannya peraturan GCG ini.

Pedoman Wawancara

Nama : Drs. H. Aminudin Yakub, MA

Umur : 39 Tahun

Jabatan : DPS Bank Panin Syariah

Waktu : 31 Mei 2010 Pkl 13.06-13.35 WIB

Tempat Wawancara : Ruang dosen Lnt. 3 Gd. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Menurut Anda pribadi sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah, Good Corporate

Governance itu seperti apa ?

Jawab:

GCG itu adalah suatu peraturan Bank Indonesia yang ditujukan untuk meningkatkan atau

melahirkan perusahaan yang baik, yang disiplin dan patuh pada peraturan. Sesuai dengan

namanya sendiri GCG (Good Corporate Governance) yaitu menciptakan korporasi yang

baik dan bersih.

2. Apa saja tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam praktek Good

Corporate Governance ?

Jawab:

Page 93: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

Oh..iya. kalau kita di Bank Panin ketentuan-ketentuan GCG itu sangat dipatuhi mulai dari

ketentuan kehadiran, dalam GCG itu misalnya Dewan Pengawas Syariah patuh sekali

dalam sebulan itu mesti hadir, tetapi dalam realisasinya kita bisa hadir empat kali bahkan

lebih. Artinya rata-rata seminggu sekali tetapi kalau ada persoalan yang urgent bahkan

kita bisa seminggu dua kali. Kemudian masalah otoritas yang diberikan DPS, ada bank

yang misalkan DPS nya itu hanya simbol saja tetapi kalau kita tidak. Kita memang betul-

betul diskusi dengan direksi bahkan juga dengan komisaris bahkan juga dengan SKAI

(Satuan Komite Audit Internal) dan koordinasi kita sangat baik. Jadi ketentuan-ketentuan

GCG bagi DPS di Panin Syariah terpenuhi semua.

3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan Good Corporate Governance dalam institusi yang

saat ini Anda awasi ?

Jawab:

Mekanisme GCG ya? Otoritas dari Dewan Pengawas Syariah itu adalah melakukan

pengawasan dan juga memberikan opini syariah atas produk dan aktivitas perbankan.

Nah terkait dengan produk, semua produk-produk yang dikeluarkan oleh Panin Syariah

itu semua melalui proses kajian dari Dewan Pengawas Syariah. Jadi sudah mendapatkan

opnini syariah sesuai dengan syariah dan fatwa Dewan Syariah Nasional. Mengenai

aktivitas, aktivitas dengan produk ini kan sebenarnya hampir mirip, kita punya hubungan

yang baik dengan SKAI untuk bisa mendapatkan informasi pelanggaran-pelanggaran

dalam menjalankan aktivitas perbankan. Kemudian melakukan pengawasan, melakukan

pengawasan termasuk di dalamnya adalah kita bekerja sama dengan direktur kepatuhan

dan selama ini manajemen dari Bank Panin itu sangat memperhatikan catatan-catatan

atau pendapat.

Page 94: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

4. Dari beberapa referensi yang telah Saya dapatkan bahwa teori Good Corporate

Governance terdapat 5 prinsip umum. Apakah prinsip-prinsip tersebut telah mampu

mengakomodir seluruh praktek pengawasan dalam dunia perbankan sehingga aplikasi di

lapangan sesuai dengan prinsip umum dalam teori ?

Jawab:

Akuntabilitas, karena Bank Panin Syariah ini baru dan belum pesat, pengawasan

akuntabilitasnya masih maksimal. Transparency, kita juga mendapat supply data yang

memadai untuk pengawasan prinsip syariah. Kemudian responsibility bank juga tetap

bagus karena direksi maupun komisaris sangat memperhatikan catatan-catatan Dewan

Pengawas Syariah mengenai produk atau suatu aktivitas. Dalam fairness rangkap jabatan

tidak ada, direksinya independen, misalnya ada hubungan family antara komisaris dengan

direksi atau sebaliknya itu tidak ada. Saya kira cukup fairness dari sumber daya insaninya

ya. Insya Allah prinsip ini sudah mengakomodir seluruh praktek, mudah-mudahan ke

depannya bisa seperti sekarang dan yang terakhir DPS itu sangat independent.

5. Jika belum, adakah prinsip tambahan yang digunakan dalam sistem Good Corporate

Governance di lembaga yang saat ini Anda awasi ?

Jawab:

Tidak ada. Saya kira lima prinsip dasar ini menjadikan perusahaan ini yang Good

Corporate.

6. Apakah Good Corporate Governance menjadi solusi terbaik bagi tata kelola perbankan

di Indonesia ?

Jawab:

Page 95: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

Yaa..sebuah peraturan tidak ada yang sempurna yah. Tetapi sebagai upaya untuk

melahirkan perbankan syariah yang pengelolaannya bersih dan baik. ya GCG sudah baik

hanya dulu memang pernah kita kritisi beberapa pasal itu kurang fair terhadap DPS.

Misalnya ketentuan bagi komisaris dengan DPS itu agak kurang berimbang antara hak

dan kewajibannya, tetapi yang saya dengar Bank Indonesia untuk menyeimbangkan itu

membuat aturan yang disebut surat edaran, jadi terkait dengan GCG ini. Mudah-mudahan

surat edaran itu juga bisa berjalan dengan baik.

7. Kemudian dalam rangka menerapkan serta meningkatkan prinsip Good Corporate

Governance dalam dunia perbankan syariah adakah masukan atau saran dari Anda selaku

anggota Dewan Pengawas Syariah ?

Jawab:

GCG sebuah upaya yang sangat baik tetapi ada pasal-pasal yang kurang berimbang

mestinya perlu disempurnakan lagi. Misalnya dalam DPS itu kewajibannya banyak tetapi

hak-haknya tidak banyak muncul. Komisaris bisa punya komite di bawah dia sebagai

kelengkapan komisaris sedangkan DPS tidak ada. Padahal kan sebetulnya dia punya

peran yang sama yaitu melakukan pengawasan meski wilayahnya berbeda. Oleh

karenanya DPS hanya berpegang pada lembaga-lembaga yang ada dalam bank itu. Kalau

seandainya DPS punya alat kelengkapan di bawahnya untuk melakukan pengawasan

juga, ya itu kan bagus. Jadi sekarang kerjanya ekstra sekali dan berat sekali.

8. Adakah kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance ?

Jawab:

Sama seperti yang telah saya jelaskan tadi. Seharusnya kita punya staf, kita punya

sekretaris, minimal untuk membantu scheduling kita. Tetapi nanti katanya Panin akan

Page 96: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

mengadakan sekretaris dan nanti terserah DPS nya mau mengangkat siapa begitu. Tetapi

karena sekarang mobilitasnya belum besar volumenya jadi untuk sementara belum, tetapi

nanti ke depannya akan ada.

9. Dalam isi PBI No. 11/33/PBI/2009. Apakah ada klausa-klausa yang memberatkan Dewan

Pengawas Syariah ?

Jawab:

Hmmm..saya lupa yah, tetapi ada juga klausul yang memberatkan dan kurang fair. Kalau

saya melihat ya itu tadi kewajiban DPS begitu besar sedangkan haknya tidak

dimunculkan di sana, jadi tidak ada perimbangan.

10. Dengan adanya PBI No.11/33/PBI/2009 adakah perbedaan yang Anda rasakan sebelum

dan sesudah berlakunya PBI tersebut dalam aktivitas Anda sehari-hari ?

Jawab:

Kalau saya kebetulan Panin itu lahir setelah terbitnya GCG ya, karena Panin kan baru

launch nya itu awal desember dan baru betul-betul aktif beberapa minggu setelah itu.

GCG itu kan diberlakukannya januari, jadi ketika desember itu kan memang baru

launching dan belum berjalan. Kita tidak bisa membedakan karena bersamaan antara

aktivitas pertama Panin dengan berlakunya GCG itu.

11. Lalu bagaimana tanggapan Anda sebagai Dewan Pengawas Syariah dalam menyikapi

peraturan Good Corporate Governance seperti yang termaktub dalam PBI

No.11/33/PBI/2009 ?

Jawab:

Dari sisi semangatnya saya setuju, segala sesuatu yang mengarah kepada kebaikan dan

peningkatan kualitas saya setuju. Hanya dulu kan GCG ini lahir kurang komprehensif

Page 97: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

diskusinya, artinya BI jalan sendiri, ya memang sebetulnya ini kan otoritas BI tetapi kan

sebuah aturan itu kan harus dihimpun dan disaring dari banyak pemikiran dan pendapat.

Dulu itu GCG ini kurang komunikasi dengan Dewan Syariah Nasional, sehingga ada

pasal-pasal yang timpang tadi kan. Tetapi dari semangat melahirkan industri perbankan

yang sehat, yang bersih dan yang baik saya setuju.

Pedoman Wawancara

Nama : Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA

Umur : 49 Tahun

Jabatan : DPS Bank CIMB Niaga Syariah

Waktu : 11 Juni 2010 Pkl 16.16-16.28 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Rektor Lnt. 2 Gd. STIE Ahmad Dahlan Jakarta

1. Menurut Anda pribadi sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah, Good Corporate

Governance itu seperti apa ?

Jawab:

Pada dasarnya GCG itu kan istilahnya Good Corporate Governance ya, jadi mengatur

tata kelola perbankan itu supaya sesuai dengan aturan. Karena itu harus dilihat

peningkatan kinerja atau performance dari lembaga. Sebenarnya GCG ini kan hanya

untuk DPS, Dewan Komisaris dan Direksi, sehingga nanti tidak terjadi apa yang disebut

dengan benturan kepentingan, kemudian tidak terjadi kekacauan dalam sebuah bank.

Dengan demikian, istilah yang paling gampang dipakai Good Corporate Governance

adalah aturan tata kelola supaya masing-masing tahu hak dan kewajibannya.

Page 98: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

2. Apa saja tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam praktek Good

Corporate Governance ?

Jawab:

Ya tentu berdasarkan posisi yang ada, tugas dan tanggung jawab dari DPS itu kan

pertama harus dipahami bahwa DPS itu adalah sebagai badan atau lembaga yang harus

mengawasi mulai dari pembuatan produk sampai kepada pelaksanaan dari produk itu.

Saya kira itu adalah seperti mengawasi ya. Yang kedua tentu harus melaksanakan apa

yang menjadi tugas utama sebagai shari’a compliance (kepatuhan kepada syariah).

3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan Good Corporate Governance dalam institusi yang

saat ini Anda awasi ?

Jawab:

Kita sudah ada PBI dan sudah ada SEBI itu lebih mudah sebenarnya untuk mengatur

karena sudah diatur apa yang harus dilakukan mulai dari evaluasi yang disebut dengan

self assessment artinya menilai diri sendiri yang dinilai oleh Bank Indonesia. Kemudian

ada pelaporan-pelaporan yang berkaitan dengan kegiatan, tentu kegiatan yang dimaksud

berkaitan dengan tugas dan wewenang dari Dewan Pengawas Syariah.

4. Dari beberapa referensi yang telah Saya dapatkan bahwa teori Good Corporate

Governance terdapat 5 prinsip umum. Apakah prinsip-prinsip tersebut telah mampu

mengakomodir seluruh praktek pengawasan dalam dunia perbankan sehingga aplikasi di

lapangan sesuai dengan prinsip umum dalam teori ?

Jawab:

Tentu kalau bicara tranparansi kan itu artinya keterbukaan informasi ya, lebih kepada

proses pengambilan keputusan, misalnya kalau ketika bicara tentang produk dan dia

Page 99: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

kewenangan DPS tentu harus diketahui siapa sih yang menciptakan produk itu, apakah

ini bertentangan dengan prinsip syariah atau tidak. Kemudian nanti akhirnya diterima

atau tidak, karena opini kan ada, sehingga nanti jadi lebih mudah mengontrol untuk

transparansi tetapi tetap harus ada akuntabilitas, tanggung jawab dan seterusnya. Saya

kira dari yang lima itu mestinya kan sesuai dengan prinsip GCG ya, nah itu sudah sesuai

dengan prinsip syariah, sehingga nanti tidak menimbulkan sesuatu yang tidak pada

tempatnya dan bahkan menimbulkan kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah.

5. Jika belum, adakah prinsip tambahan yang digunakan dalam sistem Good Corporate

Governance di lembaga yang saat ini Anda awasi ?

Jawab:

Saya kira mungkin prinsip tambahannya itu adalah profesional. Ketika kita masuk ke

dalam proses sampling atau uji dari sebuah transaksi maka kita harus tahu metodologi

penelitian yang berkaitan dengan aspek itu.

6. Apakah Good Corporate Governance menjadi solusi terbaik bagi tata kelola perbankan

di Indonesia ?

Jawab:

Iya. Saya kira ini adalah bagian dari tanggung jawab BI untuk mengatur ya, karena jika

tidak diatur demikian maka itu akan menimbulkan problem. Dulu kan banyak bank yang

collapse karena salah satunya tidak transparan dan akuntabil. Nah sekarang sudah tidak

ada lagi, saya kira kalau semua dilakukan secara konsisten maka akan baik.

Page 100: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

7. Kemudian dalam rangka menerapkan serta meningkatkan prinsip Good Corporate

Governance dalam dunia perbankan syariah adakah masukan atau saran dari Anda selaku

anggota Dewan Pengawas Syariah ?

Jawab:

Tentu pertama keterbukaan itu harus dipahami secara konsisten oleh stakeholder sebagai

pemangku kepentingan baik itu direksi, komisaris, pemegang saham, BI dan DSN. Ketika

bicara GCG maka pihak-pihak harus melaksanakan itu dengan penuh kepatuhan dan juga

dengan mempertimbangkan hak dan kewajiban.

8. Adakah kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance ?

Jawab:

Aturan ini kan baru ya. Saya kira dalam pelaksanaannya kan GCG yang konvensionalnya

kan sudah lama ya. Oleh karena itu saya kira hambatan yang terjadi biasanya kalau di

unit syariah adalah temuan kerja kita itu belum tentu sepenuhnya mengetahui syariah.

Misalnya SKAI itu mungkin tidak sepenuhnya memahami konsep syariah, maka kita

harus memberikan informasi kepada mereka yang mana yang syariah.

9. Dalam isi PBI No. 11/33/PBI/2009. Apakah ada klausa-klausa yang memberatkan Dewan

Pengawas Syariah ?

Jawab:

Itu relatif ya. Hanya mungkin harus dibuat keseimbangan antara kewajiban yang harus

pada kita dan hak yang ada pada kita. Selama ini mungkin belum terlihat baik dalam PBI

maupun dalam SEBI. Kalau kewajibannya sudah sangat jelas tetapi hak-haknya belum

sepadan ya ketika dibandingkan dengan komisaris.

Page 101: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

10. Dengan adanya PBI No.11/33/PBI/2009 adakah perbedaan yang Anda rasakan sebelum

dan sesudah berlakunya PBI tersebut dalam aktivitas Anda sehari-hari ?

Jawab:

Sepanjang yang saya tahu sepertinya tidak ada, karena sebelumnya pun sudah dilakukan.

Hanya mungkin sekarang lebih terstruktur karena memang ada aturan, kalau sebelumnya

memang kita melaporkan dan memeriksa adalah kewajiban kita. Tetapi mungkin

sekarang kita jadi lebih terarah atau terorganisasi.

11. Lalu bagaimana tanggapan Anda sebagai Dewan Pengawas Syariah dalam menyikapi

peraturan Good Corporate Governance seperti yang termaktub dalam PBI

No.11/33/PBI/2009 ?

Jawab:

Sebenarnya secara umum saya setuju ya, karena memang itu jadi bagian dari kita. Hanya

mungkin tadi harus ada keseimbangan antara kewajiban dan hak-haknya, karena

resikonya juga cukup tinggi ya. Jika tidak melaksanakan tugas akan dikenakan sanksi,

kemudian jika telah melaksanakan dengan baik maka akan diberi reward tetapi sampai

sekarang tidak jelas reward nya diformulasikan seperti apa.

Pedoman Wawancara

Nama : M. Gunawan Yasni, SE.Ak, MM, CIFA, FIIS

Umur : 41 Tahun

Jabatan : DPS BRI Syariah

Waktu : 26 Mei 2010 Pkl 10.45-11.29 WIB

Tempat Wawancara : Ruang DSN-MUI Lnt. 3 Gd. Majelis Ulama Indonesia

Page 102: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

1. Menurut Anda pribadi sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah, Good Corporate

Governance itu seperti apa ?

Jawab:

Jadi khusus untuk Good Corporate Governance di Dewan Pengawas Syariah itu

sebenarnya adalah arahan atau aturan-aturan yang baku yang harus menjadi tugas utama

di Dewan Pengawas Syariah di bank syariah baik itu berbentuk bank umum syariah

ataupun unit usaha syariah yang menjadi tanggung jawab dia.

2. Apa saja tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam praktek Good

Corporate Governance ?

Jawab:

Nah jadi kalau mau disampaikan secara ringkas apa tugas dan tanggung jawab Dewan

Pengawas Syariah itu yang pertama adalah memastikan seluruh aspek syariah itu berjalan

dengan baik, baik itu di bank umum syariah maupun unit usaha syariah. Nah tapi kan

kalau kemudian tidak dipilah-pilah memastikan seluruh aspek syariah berjalan baik dan

benar itu kan susah sekali, kita kan tidak mungkin masuk ke dalam pribadi-pribadi dari

pelaku atau bankir yang ada di bank syariah itu. Jadi yang dimaksud memastikan aspek

syariah itu semata-mata hanya berkaitan dengan DPS, yang berkaitan dengan itu adalah 3

hal. Pertama adalah produk, yang kedua adalah operation, dan yang ketiga adalah akad-

akad yang melekat pada produk-produk dan juga kepada operation itu. Dalam artian

seperti ini, kalau misalnya produk funding itu kan ada akad-akad tertentu yang kita

pergunakan, nah kita memastikan akadnya itu benar dan kemudian dalam konteks

funding nya itu penerapan produknya juga benar. Kemudian operation kan nanti

berkaitan dengan misalnya penghitungannya, bagaimana misalnya tabungan mudharabah

Page 103: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

yang kemudian harus dihitung berapa yang menjadi bagian dari masing-masing

penabung. Bagi hasilnya itu dihitung dari saldo rata-rata harian selama 1 bulan misalkan

atau saldo rata-rata tertinggi dan terendah. Nah itu harus kita coba perhatikan apakah ada

yang bertentangan secara prinsip ga?

Kemudian untuk bisa memastikan ketiga hal itu kita harus punya tata kerja yaitu DPS

minimum harus bisa rapat satu kali sebulan. Kalau kami di BRI Syariah itu bahkan kita 2

kali sebulan itu harus stand by. Kalau saya itu dari hari ke hari stand by di BRI Syariah.

Terus tugas yang utama juga adalah 2 kali dalam setahun berarti semesteran harus

melakukan laporan DPS atas pemenuhan aspek syariah, seperti syariah audit yah.

3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan Good Corporate Governance dalam institusi yang

saat ini Anda awasi ?

Jawab:

Kalau saya dari awal BRI Syariah berdiri, saya meminta kepada Board of Director agar

direktur yang membawahi compliance, biasanya direktur yang membawahi compliance

berbeda dengan direktur yang membawahi internal audit, jadi ada dua direktur yang

masing-masing beda. Nah saya minta dari awal satuan pengawas internal dan compliance

itu harus punya garis pelaporan dan juga garis tanggung jawab, menyampaikan apa-apa

yang sudah dia atur dan dia temukan. Contohnya: SPI menemukan tidak ada surat kuasa

dalam murabahah bil wakalah, jadi dia buat laporan kepada saya, dia menjadi kaki tangan

Dewan Pengawas Syariah dalam melakukan syariah audit itu sendiri, karena tidak

mungkin yang namanya Dewan Pengawas Syariah turun ke cabang-cabang langsung.

Kemudian terjadi nih kesalahan-kesalahan, maka kita bilang kepada compliance dibawah

direktur yang membawahi kepatuhan tadi ya, ini kan berarti teman-teman yang berada di

Page 104: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

daerah misalkan tidak patuh, anda harus membuat aturan main dari kepatuhan terhadap

pembiayaan ataupun funding. Jadi SPI dan kepatuhan itu harus berkoordinasi dengan

Dewan Pengawas Syariah.

4. Dari beberapa referensi yang telah Saya dapatkan bahwa teori Good Corporate

Governance terdapat 5 prinsip umum. Apakah prinsip-prinsip tersebut telah mampu

mengakomodir seluruh praktek pengawasan dalam dunia perbankan sehingga aplikasi di

lapangan sesuai dengan prinsip umum dalam teori ?

Jawab:

Sebenarnya nilai-nilai itu adalah sangat universal, seperti transparency, accounttibility,

fairness, responsibility dan independency. Kalau nilai itu bisa berlaku secara universal

maka saya yakin nilai-nilai itu ada di syariah walaupun mungkin buktinya seperti

transparency itu kan kiasnya kira-kira kepada kejujuran, sifat jujur itu harus ada dan

harus bisa dilegitimasi dan diinstitusionalisasi ya kan. Nah caranya gimana? Yah..

laporan yang kita buat, sebelum itu menjadi sebuah laporan yang benar, temuan-

temuannya tentu kita diskusikan. Ooh.. ini ada kondisi kesalahan kita secara internal, apa

yang harus kita antisipasi ke depan. Jadi kalau menurut saya kelima prinsip umum ini

sudah sesuai dengan syariah sekali, tidak ada pertentangan. Sebenarnya lima prinsip

umum ini masuk ke dalam shiddiq, fathonah, amanah dan tabligh.

5. Jika belum, adakah prinsip tambahan yang digunakan dalam sistem Good Corporate

Governance di lembaga yang saat ini Anda awasi ?

Jawab:

Saya pikir mungkin ada satu hal, kalau bahasa inggrisnya itu adalah persistency. Kalau

bahasa indonesianya itu istiqomah. Jadi syariah itu perlu istiqomah karena lima prinsip

Page 105: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

umum ini akan selalu mendapat penyesuaian dari logika manusia biasa, sementara nilai

istiqomah itu tidak hanya mengandalkan logika manusia, jadi kita berbuat istiqomah itu

harus ada unsur iman. Pembungkus nilai niat, perbuatan dan ikhlas adalah tawakal.

6. Apakah Good Corporate Governance menjadi solusi terbaik bagi tata kelola perbankan

di Indonesia ?

Jawab:

Jelas. Karena governance ini kan aturan pengawasan dan pelaksanaan. Kalau kita sudah

melaksanakan, kemudian kita mengawasi, sebelum melaksanakan juga kita awasi dulu.

Karena dengan GCG itu kita melakukan istilahnya pre supervisory action, kemudian on

going supervisory action, kemudian kita juga melakukan post supervisy action. Jadi

pengawasan yang secara berkesinambungan dari pelaksanaan yang kita lakukan.

7. Kemudian dalam rangka menerapkan serta meningkatkan prinsip Good Corporate

Governance dalam dunia perbankan syariah adakah masukan atau saran dari Anda selaku

anggota Dewan Pengawas Syariah ?

Jawab:

Masukkannya mungkin begini, selama ini posisi Dewan Pengawas Syariah itu lebih

diberdayakan sebagai seorang yang bisa memberikan konsultasi, jadi fungsi kita lebih

banyak ditentukan mungkin signifikannya itu justru lebih banyak dalam masalah

konsultasinya. Padahal DPS itu adalah shari’a supervisory board tugas utamanya adalah

mengawasi kemudian memberikan nasihat, tapi kenyataannya banyak bobot dari ke DPS

itu yang diukur dari signifikan dia dibidang konsultasinya. Padahal kita tahu di GCG ini

membatasi bahwa yang namanya DPS itu tidak boleh merangkap sebagai konsultan di

Page 106: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

semua bank syariah. Dalam hal ini harus ada pertimbangan-pertimbangan khusus ya,

karena peraturan GCG ini membatasi kita menjadi orang yang bisa rahmatan lil ‘alamin.

8. Adakah kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance ?

Jawab:

Jadi kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan GCG ini justru timbul dari aturan yang

begitu membatasinya, fungsi DPS hanya di bank tertentu yang dia ditugaskan jadi tidak

boleh lagi dia menjadi orang yang rahmatan lil ‘alamin. Nah itu buat saya agak susah

karena itu merupakan sebuah hambatan. Kalau kita-kita yang dulunya praktisi di bidang

keuangan, ilmu kita kan walaupun tidak sedalam para kiai ilmunya tetapi mungkin lebar

sekali scope dari hal-hal yang bisa kita jadikan bahan pertimbangan untuk kita sampaikan

kepada yang lain. Di AAOFI tidak ada pembatasan orang itu tidak boleh jadi advicer,

kalau kita menjabat sebagai DPS maka anda jangan coba-coba menjadi komisaris. Jadi

DPS dan komisaris itu dikotakkan. GCG ini dari sisi syariah membuat sebuah batasan

yang sangat rigid untuk seseorang berfungsi sebagai rahmatan lil ‘alamin.

9. Dalam isi PBI No. 11/33/PBI/2009. Apakah ada klausa-klausa yang memberatkan Dewan

Pengawas Syariah ?

Jawab:

Nah.. ini sekaligus sudah menjawab nih. Keberatan saya ya itu tidak boleh menjadi

advicer, karena berat untuk industri, begitu kita-kita ini ditugaskan menjadi DPS kita

tidak akan bisa memberi advice apapun yang di luar bank yang kita awasi.

10. Dengan adanya PBI No.11/33/PBI/2009 adakah perbedaan yang Anda rasakan sebelum

dan sesudah berlakunya PBI tersebut dalam aktivitas Anda sehari-hari ?

Jawab:

Page 107: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

Perbedaanya kalau buat saya tidak terlampau banyak ya, lebih positif. Justru lebih teratur

dari segi internal meeting DPS sendiri, lebih ada mekanisme yang jelas bagaimana kalau

pengajuan-pengajuan opnini kepada DPS, lebih ada aturan yang jelas kalau ingin

menghasilkan report ke Bank Indonesia atau ke DSN itu lewat SPI seperti yang saya

bilang tadi. Menurut saya itu sudah bagus banget. Yang sebelumnya itu opini DPS

sepertinya antara perlu tidak perlu . Kalau sekarang sudah jelas, semua produk harus ada

opininya. Sebelum ada PBI ini rapat DPS tidak jelas bisa setahun sekali, kalau sekarang

akan dikenakan sanksi. Sekali dia sudah tidak dianggap fit dan proper sebagai DPS, itu

bisa selama 10 tahun tidak dapat menjabat di DPS manapun.

11. Lalu bagaimana tanggapan Anda sebagai Dewan Pengawas Syariah dalam menyikapi

peraturan Good Corporate Governance seperti yang termaktub dalam PBI

No.11/33/PBI/2009 ?

Jawab:

Setuju dengan catatan. Jadi perlu disempurnakan lagi mengenai DPS tidak boleh menjadi

konsultan di semua perbankan syariah itu. Saya menjadi DPS di BRI Syariah, kemudian

MayBank meminta advice dari saya, itu kan tidak bertabrakan dengan BRI karena

bidangnya sudah lain, garapan dana dari pihak ketiganya berbeda, itu tidak akan bisa saya

lakukan kecuali mereka mungkin meminta saya jadi DPS di sana, padahal itupun sudah

melampaui kewenangan sebagai seorang DPS. Mungkin beberapa di antara kita yang

merasa seperti ini.

Page 108: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

Pedoman Wawancara

Nama : H. Ikhwan A. Basri, MA, M.Sc

Umur : 44 Tahun

Jabatan : DPS Bank Syariah Bukopin

Waktu : 1 Juni 2010 Pkl 11.05-11.30 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Staf Ahli Direksi Lnt. 1 Gd. Perpustakaan LPPI-

Kemang

1. Menurut Anda pribadi sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah, Good Corporate

Governance itu seperti apa ?

Jawab:

Good Corporate Governance itu ya sebenarnya tata kelola lembaga secara baik, secara

professional sehingga nanti cara kerjanya bagus. Jadi semua yang bekerja di sana

mengerti tanggung jawab dan lingkup kerjanya sehingga semuanya bisa berjalan dengan

baik. Kemudian masing-masing mempunyai hak dan kewajiban dan masing-masing itu

bekerja bersama-sama untuk tujuan lembaga itu, sehingga tidak tumpang tindih dan

ketika terjadi masalah itu bisa diketahui letak kesalahannya.

2. Apa saja tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam praktek Good

Corporate Governance ?

Jawab:

Tugas DPS itu yang pertama adalah mengawasi operasional bank syariah sesuai dengan

fatwa Dewan Syariah Nasional, itu yang paling utama. Jadi ketika operasional bank,

produk dan jasa-jasanya telah berjalan maka harus dilihat apakah itu sesuai dengan

semangat dari pada fatwa Dewan Syariah Nasional karena mereka tidak berharap untuk

Page 109: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

mendapatkan sesuatu tetapi mereka hanya memastikan bahwa semua produk dan jasa

baik itu funding, financing, service dan operasional bank itu berjalan seirama dengan

fatwa Dewan Syariah Nasional. Di bukopin rapat diadakan sebulan dua kali, kadang-

kadang seminggu sekali jadi kalau menurut saya rata-rata setengah bulan ya.

3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan Good Corporate Governance dalam institusi yang

saat ini Anda awasi ?

Jawab:

Mekanismenya itu kita kalau untuk operasional kan ada semacam SOP, ketika bank itu

hendak didirikan dia itu ada standard operating procedur yaitu adalah tata kerja yang

mereka akan lakukan ketika lembaga ini nanti berjalan, nah kita sebagai DPS turut

mengembangkan dan mengawasi apakah ketentuan-ketentuan yang ada di dalam SOP ini

bertentangan dengan syariah. Kemudian produk-produknya itu dilihat ketika dia mau

membuat produk tabungan wadiah, nah dilihat surat perjanjian dan akad-akadnya apakah

itu sudah sesuai dengan jiwa dan semangat dari akad wadiah itu sendiri yang tercantum di

dalam fatwa Dewan Syariah Nasional. Kalau ditemukan klausul ataupun kalimat-kalimat

yang bertentangan dengan fatwa, maka kita akan ubah. Jadi sebetulnya tugasnya itu

intense, terutama sekali ketika bank itu mau berjalan ya, jadi SOP nya kita pelototi,

awasi, lihat dan koreksi. Kemudian semua akad-akad yang ada baik itu akad untuk

funding dan financing tidak lepas dari pengawasan DPS, dan kalau itu ditemukan satu

kalimat atau dua kalimat sudah pasti DPS itu akan memberikan koreksi sampai tidak ada

kesalahan, tentu sesuai dengan kemampuan kita sebagai manusia. Dan kita itu

pengawasannya juga ada sifatnya itu semacam random sampling, ketika bank itu sudah

berjalan kita bikin sample apakah betul contoh-contoh akad yang sudah dilaksanakan itu

Page 110: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

kita acak, setelah itu lihat dan pelototin lagi apakah betul yang dulu kita sepakati di awal

itu sama dengan yang dilaksanakan sekarang. Nah ternyata misalkan ditemukan ada

perbedaan dengan yang pertama atau masternya, maka kita koreksi.

4. Dari beberapa referensi yang telah Saya dapatkan bahwa teori Good Corporate

Governance terdapat 5 prinsip umum. Apakah prinsip-prinsip tersebut telah mampu

mengakomodir seluruh praktek pengawasan dalam dunia perbankan sehingga aplikasi di

lapangan sesuai dengan prinsip umum dalam teori ?

Jawab:

menurut saya transparansi itu amat bergantung pada agresilitas dari pada anggota DPS itu

sendiri kalau dia itu puas dengan pengawasan yang pertama yaitu ketika mau didirikan

SOP nya itu kan sudah diteliti, kemudian akad-akad pembiayaan dan funding semuanya

sudah diteliti dan dalam pandangan DPS itu tidak ada yang bertentangan tetapi ketika

dilaksanakan itu seperti yang tadi kita katakan ya kemungkinan terjadi ketidaksesuaian

antara master akad dengan temuannya, nah temuan yang seperti itu kadang bisa tidak

dilakukan kalau DPS nya itu kurang agresif. Nah kalau DPS nya agresif itu kan misalnya

dia minta data salah satu akad yang ada di medan, maka kalau tidak melakukan hal

seperti ini maka kesalahan tidak akan terdeteksi. Jadi gambaran transparansi dan pro aktif

dari anggota DPS. Memang itu semua belum sepenuhnya dilaksanakan, untuk

transparansi seperti itu saya kira belum memuaskan belum seratus persen. Katakanlah ada

lagi accountability sebagai tindak lanjut daripada transparansi tadi tetapi kan

akuntabilitas ini bukan kepada DPS tetapi dari pihak manajemen, jadi tidak seratus

persen kepada DPS tetapi itu bisa dari pihak yang lain.

Page 111: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

5. Jika belum, adakah prinsip tambahan yang digunakan dalam sistem Good Corporate

Governance di lembaga yang saat ini Anda awasi ?

Jawab:

Sebenarnya kan prinsip lima yang tadi itu berlaku di konvensional juga. Prinsip itupun

kalau kita kerjakan dengan baik, itu sudah bagus. Jadi tidak ada prinsip tambahan.

6. Apakah Good Corporate Governance menjadi solusi terbaik bagi tata kelola perbankan

di Indonesia ?

Jawab:

Ya. GCG itu memang menjadi solusi terbaik karena kan sudah diterima secara

internasional.

7. Kemudian dalam rangka menerapkan serta meningkatkan prinsip Good Corporate

Governance dalam dunia perbankan syariah adakah masukan atau saran dari Anda selaku

anggota Dewan Pengawas Syariah ?

Jawab:

Kalau saya merasa bahwa lima prinsip yang ada ini sudah cukup. Yang penting

bagaimana itu diaplikasikan dengan baik, nanti jika sudah diaplikasikan dan ternyata

masih kurang atau tidak maksimal akhirnya baru kita tambahkan apa yang salah. Kita kan

belum melihat bagaimana itu diaplikasikan secara maksimal seratus persen. Jikalau nanti

sudah dilaksanakan dan tetap saja belum maksimal maka tentunya akan ditambah.

8. Adakah kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance ?

Jawab:

Sebetulnya GCG itu kalau untuk lembaga yang satu yang memang kelompok kerjanya itu

satu badan atau satu tanggungan, DPS tidak masuk dalam manajemen. Istilahnya adalah

Page 112: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

benda asing atau outsider karena situasinya seperti itu jadi dimungkinkan terjadi

penerapan kelima prinsip GCG itu menjadi tidak maksimal. Komisaris dan direksi itu kan

menyatu betul karena mereka satu kepala dan badan, nah kalau DPS itu kan sendiri bukan

termasuk organ itu.

9. Dalam isi PBI No. 11/33/PBI/2009. Apakah ada klausa-klausa yang memberatkan Dewan

Pengawas Syariah ?

Jawab:

Yaa.. sebenarnya memberatkan karena tugasnya itu begitu banyak sedangkan haknya

sedikit, jadi tugasnya berat. Kalau komisaris itu kan ada standar gajinya seperti apa, terus

tunjangannya juga seperti apa, sedangkan DPS kan tidak ada. Jadi yang ada hanya

pekerjaanya saja.

10. Dengan adanya PBI No.11/33/PBI/2009 adakah perbedaan yang Anda rasakan sebelum

dan sesudah berlakunya PBI tersebut dalam aktivitas Anda sehari-hari ?

Jawab:

Tidak ada. Karena memang waktu itu kita sudah melaksanakannya. Jadi sebelum ada

peraturan itu kita sudah melaksanakannya.

11. Lalu bagaimana tanggapan Anda sebagai Dewan Pengawas Syariah dalam menyikapi

peraturan Good Corporate Governance seperti yang termaktub dalam PBI

No.11/33/PBI/2009 ?

Jawab:

Sebetulnya setuju atau tidak setuju ya. Seharusnya DPS itu tidak perlu diatur seperti itu

ya, karena DPS itu sebetulnya kepanjangan dari Dewan Syariah Nasional jadi yang

mengatur harusnya Dewan Syariah Nasional. Saya kira BI harus melaksanakan

Page 113: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

musyawarah kepada kita sebelum PBI ini dibuat tetapi ini malah dimusyawarahkan

setelah PBI dibuat.

Pedoman Wawancara

Nama : Kanny Hidaya, SE, MA

Umur : 44 Tahun

Jabatan : DPS Bank Mega Syariah

Waktu : 19 Mei 2010 Pkl 10.42-11.05 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Rapat Lnt. 3 Gd. Majelis Ulama Indonesia

1. Menurut Anda pribadi sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah, Good Corporate

Governance itu seperti apa ?

Jawab :

GCG ini sudah ada pada PBI sebelumnya, cuma sekarang dirangkum pada satu aturan

yang memang ini dibuat untuk tata kelola usaha yang baik, dan memang beberapa juga

detail termasuk pengenaan sanksi terhadap DPS yang memang tidak mematuhi. Saya kira

GCG 11/33 ini adalah hal yang sangat baik, jadi memang lebih jelas pengawasannya apa,

kemudian dia juga harus ada kewajibannya apa dan haknya juga apa. Sampai DPS itu

mengerti kalau DPS itu punya tugas.

2. Apa saja tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam praktek Good

Corporate Governance ?

Jawab :

Sebenarnya tugas dan tanggung jawab ini sudah ada dalam GCG 11/33 yaitu kewajiban

untuk rapat sebulan dua kali. Rapat DPS ini lebih sering dibandingkan rapat komisaris,

komisaris itu sebulan sekali jadi lebih berat DPS.

Page 114: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan Good Corporate Governance dalam institusi yang

saat ini Anda awasi ?

Jawab :

GCG ini kan baru berlaku kemarin, jadi mulai ada acara rapat-rapat seperti itu. Mereka

harus sudah mulai membuat jadwal rapat dan mengikuti rapat sebulan dua kali. Sekarang

sudah mulai rapat seperti itu dari bulan april, maret belum bisa dilaksanakan. Mengenai

mekanismenya seperti apa saya tidak tahu.

4. Dari beberapa referensi yang telah Saya dapatkan bahwa teori Good Corporate

Governance terdapat 5 prinsip umum. Apakah prinsip-prinsip tersebut telah mampu

mengakomodir seluruh praktek pengawasan dalam dunia perbankan sehingga aplikasi di

lapangan sesuai dengan prinsip umum dalam teori ?

Jawab :

Apa prinsipnya coba? accountability, transparency, responsibility, fairness,

independency. Nah ini sebenarnya teori-teori yang sudah kita ketahui dari GCG ya.

Sebenarnya prinsip-prinsip seperti ini adalah prinsip-prinsip yang sudah melekat pada

aspek syariah. Ya prinsip syariah sudah mencakup aspek-aspek ini. GCG ini kan baru

diterapkan januari awal ya, 1 januari 2010. Dalam hal mengakomodir, sebenarnya para

DPS itu kalau secara prakteknya tidak terlalu mengerti dia.

5. Jika belum, adakah prinsip tambahan yang digunakan dalam sistem Good Corporate

Governance di lembaga yang saat ini Anda awasi ?

Jawab :

Saya kira sudah cukup ya, karena fungsi ini semua sudah cukup memadai.

Page 115: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

6. Apakah Good Corporate Governance menjadi solusi terbaik bagi tata kelola perbankan

di Indonesia ?

Jawab :

Saya kira menuju ke arah yang baik. Sekarang ini kan sudah diterapkan per 1 januari

2010, kemudian ini tidak bisa dilaksanakan karena tidak ada surat edarannya karena SE

itu sebagai juklak, jadi tidak mungkin melaksanakan PBI 11/33 ini tidak ada juklaknya.

Kalau memang dilaksanakan ya harus ada juklaknya, karena ada beberapa hal dalam

pasal-pasal PBI ini banyak yang minta diklarifikasi lagi. Misalnya masalah independency

kalau konsultan dilarang menjadi DPS, dalam hal konsultan ini ada yang tidak jelas

dalam bidang apa konsultan tersebut bekerja. Apakah dia konsultan keuangan atau

konsultan pajak atau lain sebagainya.

7. Kemudian dalam rangka menerapkan serta meningkatkan prinsip Good Corporate

Governance dalam dunia perbankan syariah adakah masukan atau saran dari Anda selaku

anggota Dewan Pengawas Syariah ?

Jawab :

Saya kira GCG ini harus dimasyarakatkan agar lebih tahu bagaimana fungsi GCG

tersebut.

8. Adakah kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance ?

Jawab :

Kalau kita membuat organisasinya yah. Ada komisaris dan direksi, Kalau saya lihat

kadang-kadang kita itu dikaitkan sejajar dengan komisaris yang berfungsi mengawasi

direksi. Yang lucunya secara struktur DPS kan termasuk dalam bagan organisasi nih tapi

secara kenyataannya kadang-kadang DPS itu kalau di bank seperti orang asing. Jadi tidak

Page 116: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

bisa sembarangan datang karena saya juga bingung ketika datang ke sana ingin

melakukan apa. Di Mega dulu saya masih sering ke sana, sekarang sudah jarang karena

saya sudah tidak punya ruangan. Justru sekarang saya lebih sering ke bank DKI karena di

sana saya punya ruangan. Sebenarnya para lembaga harus menyediakan ruang dan

perangkat bagi DPS. DPS itu terus terang dia tidak bisa bekerja sendiri makanya kalau

kamu lihat Standar Internasional DPS itu bukan badan yang berdiri sendiri karena dia

bukan bagian dari internal organisasi, secara struktur memang dia masuk tetapi

sebenarnya menjadi outsider. Saya bilang outsider karena itu termasuk orang luar maka

dia harus didampingi oleh orang dalam atau fungsi lain. Tetapi semuanya itu terkendala

dengan biaya juga.

9. Dalam isi PBI No. 11/33/PBI/2009. Apakah ada klausa-klausa yang memberatkan Dewan

Pengawas Syariah ?

Jawab :

Sebenarnya tidak, karena ini kan masuk ke dalam tata kelola yang baik. Karena

sebenarnya kalau DPS itu ditugaskan dia siap.

10. Dengan adanya PBI No.11/33/PBI/2009 adakah perbedaan yang Anda rasakan sebelum

dan sesudah berlakunya PBI tersebut dalam aktivitas Anda sehari-hari ?

Jawab :

Ada. Menurut kamu efektivitas GCG itu dilihat dari mana, ada tidak report nya ? ya ada

laporannya dan yang membuat laporan adalah bank. Tetapi karena peraturan ini baru

dilaksanakan jadi belum ada report nya, sedangkan laporannya dibuat pada setiap akhir

tahun buku. Nah seperti apa bentuk laporannya kita tidak tahu, karena ini belum pernah

terjadi.

Page 117: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

11. Lalu bagaimana tanggapan Anda sebagai Dewan Pengawas Syariah dalam menyikapi

peraturan Good Corporate Governance seperti yang termaktub dalam PBI

No.11/33/PBI/2009 ?

Jawab :

Tanggapan saya ya biasa-biasa saja. Tidak ada apa-apa.

Pedoman Wawancara

Nama : Prof. DR. H. Muardi Chatib

Umur : 81 Tahun

Jabatan : DPS Bank Muamalat Indonesia

Waktu : 31 Mei 2010 Pkl 14.08-14.36 WIB

Tempat Wawancara : Komplek Perumahan Dosen UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta No. 17

1. Menurut Anda pribadi sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah, Good Corporate

Governance itu seperti apa ?

Jawab:

Good Corporate Governance itu adalah tata kelola perusahaan yang baik. Bagaimanapun

juga DPS itu kan kepanjangan tangan DSN, nah mereka konsisten dengan itu, jadi sudah

bagus karena kalau mereka tidak konsisten maka mereka sudah berhenti. Setiap DPS itu

harus menaati itu kalau tidak, akan diberhentikan oleh DSN. Intinya setiap anggota DPS

harus melakukan itu dengan baik, jadi tata kelola perusahaan itu harus dilaksanakan

dengan baik, jangan ada penipuan.

Page 118: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

2. Apa saja tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam praktek Good

Corporate Governance ?

Jawab:

Jadi pelaksanaan kerjanya ya sesuai dengan yang digariskan oleh DSN, tidak ada yang di

luar itu.

3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan Good Corporate Governance dalam institusi yang

saat ini Anda awasi ?

Jawab:

Yaa..kita kan diadakan rapat rutin setiap sebulan sekali tetapi kalau lagi ada masalah tiap

minggu bisa diadakan rapat. Jadi tergantung berapa banyak masalah yang kita hadapi.

4. Dari beberapa referensi yang telah Saya dapatkan bahwa teori Good Corporate

Governance terdapat 5 prinsip umum. Apakah prinsip-prinsip tersebut telah mampu

mengakomodir seluruh praktek pengawasan dalam dunia perbankan sehingga aplikasi di

lapangan sesuai dengan prinsip umum dalam teori ?

Jawab:

Ya, sudah terakomodir dengan baik karena ketua DPS di Bank Muamalat kan jadi ketua

DSN juga, jadi semuanya sudah berjalan dengan baik karena ketuanya sendiri ada di

sana.

5. Jika belum, adakah prinsip tambahan yang digunakan dalam sistem Good Corporate

Governance di lembaga yang saat ini Anda awasi ?

Jawab:

Yaa..secara tertulis sih tidak ada tetapi secara pelaksanaan ada. Misalnya dalam makan

kita jangan mubazir, jadi tidak boleh ada sisa. Kemudian setiap kru Bank Muamalat itu

Page 119: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

kan harus pakai peci, sedangkan di bank lain kan tidak ada. Jadi ada praktek pengamalan

syariat di luar fatwa DSN.

6. Apakah Good Corporate Governance menjadi solusi terbaik bagi tata kelola perbankan

di Indonesia ?

Jawab:

Kalau menurut saya standar ukuran seperti itu sudah menjadi solusi terbaik.

7. Kemudian dalam rangka menerapkan serta meningkatkan prinsip Good Corporate

Governance dalam dunia perbankan syariah adakah masukan atau saran dari Anda selaku

anggota Dewan Pengawas Syariah ?

Jawab:

Kalau dalam meningkatkan GCG saya kira itu sudah ada aturan dan sanksinya ya. Saran

saya hendaknya semua bank syariah itu melaksanakan aturan DSN secara sempurna.

8. Adakah kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance ?

Jawab:

Saya kira tidak ada. Sebab kalau ada masalah sebelum dibawa ke rapat harus sudah

diselesaikan oleh DPS terlebih dahulu. Jadi sebelum terjadi masalah sudah kita bicarakan

dan kita selesaikan.

9. Dalam isi PBI No. 11/33/PBI/2009. Apakah ada klausa-klausa yang memberatkan Dewan

Pengawas Syariah ?

Jawab:

Saya kira di antaranya adalah tanggung jawab DPS yang sangat besar, malah kalau

sekarang DPS juga harus mengamati kegiatan yang punya bank yaitu komisaris.

Tanggung jawab kita sangat besar sedangkan waktu yang kita miliki kecil atau terbatas,

Page 120: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

kemudian standar uang yang diberikan kepada kita juga kecil karena DPS bukan pegawai

bank tetapi lembaga independent.

10. Dengan adanya PBI No.11/33/PBI/2009 adakah perbedaan yang Anda rasakan sebelum

dan sesudah berlakunya PBI tersebut dalam aktivitas Anda sehari-hari ?

Jawab:

Kita tidak merasakan adanya perubahan karena dari dulu Bank Muamalat memang sudah

menerapkan sistem seperti ini.

11. Lalu bagaimana tanggapan Anda sebagai Dewan Pengawas Syariah dalam menyikapi

peraturan Good Corporate Governance seperti yang termaktub dalam PBI

No.11/33/PBI/2009 ?

Jawab:

Saya setuju. Bagaimanapun juga itu sudah menjadi sebuah peraturan tetapi dalam

peraturan juga harus ada kebijaksanaan tergantung pada situasinya. Kalau di pusat saya

setuju diterapkan peraturan seperti itu, tapi kalau di daerah SDM nya kan belum

memadai, jadi saya kurang setuju. Jika hal ini diterapkan di daerah, yang ada bank akan

bubar.

Page 121: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

80

Pedoman Wawancara

Nama :

Umur :

Jabatan :

Waktu :

Tempat Wawancara :

1. Menurut Anda pribadi sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah, Good Corporate

Governance itu seperti apa ?

2. Apa saja tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam praktek Good

Corporate Governance ?

3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan Good Corporate Governance dalam institusi yang

saat ini Anda awasi ?

4. Dari beberapa referensi yang telah Saya dapatkan bahwa teori Good Corporate

Governance terdapat 5 prinsip umum. Apakah prinsip-prinsip tersebut telah mampu

mengakomodir seluruh praktek pengawasan dalam dunia perbankan sehingga aplikasi di

lapangan sesuai dengan prinsip umum dalam teori ?

5. Jika belum, adakah prinsip tambahan yang digunakan dalam sistem Good Corporate

Governance di lembaga yang saat ini Anda awasi ?

6. Apakah Good Corporate Governance menjadi solusi terbaik bagi tata kelola perbankan

di Indonesia ?

80

Page 122: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

81

7. Kemudian dalam rangka menerapkan serta meningkatkan prinsip Good Corporate

Governance dalam dunia perbankan syariah adakah masukan atau saran dari Anda selaku

anggota Dewan Pengawas Syariah ?

8. Adakah kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance ?

9. Dalam isi PBI No. 11/33/PBI/2009. Apakah ada klausa-klausa yang memberatkan Dewan

Pengawas Syariah ?

10. Dengan adanya PBI No.11/33/PBI/2009 adakah perbedaan yang Anda rasakan sebelum

dan sesudah berlakunya PBI tersebut dalam aktivitas Anda sehari-hari ?

11. Lalu bagaimana tanggapan Anda sebagai Dewan Pengawas Syariah dalam menyikapi

peraturan Good Corporate Governance seperti yang termaktub dalam PBI

No.11/33/PBI/2009 ?

Page 123: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 11/ 33 /PBI/2009

TENTANG

PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka membangun industri perbankan syariah yang

sehat dan tangguh, diperlukan pelaksanaan Good Corporate

Governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah yang

efektif;

b. bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance di dalam

industri perbankan syariah harus memenuhi prinsip syariah

(sharia compliance);

c. bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance merupakan

salah satu upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan

meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum

pada industri perbankan syariah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

huruf a, huruf b dan huruf c dipandang perlu untuk menetapkan

Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah;

Mengingat ...

Page 124: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 2 -

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4756);

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4867);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN

GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM

SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I ...

Page 125: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 3 -

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

1. Bank adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari

Bank Umum Konvensional termasuk Unit Usaha Syariah dari

kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri;

2. Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut BUS adalah Bank

Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;

3. Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah;

4. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit

kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi

sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di

kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang

berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu

syariah dan/atau unit syariah sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah;

5. Prinsip ...

Page 126: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 4 -

5. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam di bidang perbankan

syariah yang tertuang dalam bentuk fatwa Dewan Syariah

Nasional – Majelis Ulama Indonesia;

6. Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas

melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai

dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas;

7. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung

jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan

perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta

mewakili perseroan, baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai

dengan ketentuan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas;

8. Direktur UUS adalah direktur Bank Umum Konvensional atau

pimpinan kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di

luar negeri yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas

pengurusan UUS;

9. Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang

tidak memiliki:

a. hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham

dan/atau hubungan keluarga dengan pemegang saham

pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota

Direksi; atau

b. hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham

dengan Bank,

sehingga ...

Page 127: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 5 -

sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak

independen;

10. Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG,

adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip

keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),

pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional),

dan kewajaran (fairness);

11. Stakeholders adalah seluruh pihak yang memiliki kepentingan

secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan usaha dan

kelangsungan usaha Bank;

12. Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang bertugas

memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi

kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah; dan

13. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab

langsung kepada Direksi dan/atau mempunyai pengaruh terhadap

kebijakan dan operasional Bank seperti kepala divisi atau

pemimpin kantor cabang.

Pasal 2

(1) Bank wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usahanya

pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

(2) Pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi BUS

paling kurang harus diwujudkan dalam:

a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan

Direksi;

b. kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi

yang menjalankan pengendalian intern BUS;

c. pelaksanaan ...

Page 128: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 6 -

c. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas

Syariah;

d. penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern;

e. batas maksimum penyaluran dana; dan

f. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.

(3) Pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi UUS

paling kurang harus diwujudkan dalam:

a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS;

b. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas

Syariah;

c. penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan

penyimpanan dana oleh deposan inti; dan

d. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan UUS.

Pasal 3

Bank Indonesia melakukan penilaian terhadap pelaksanaan GCG

Bank.

BAB II ...

Page 129: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 7 -

BAB II

BANK UMUM SYARIAH

Bagian Pertama

Dewan Komisaris

Paragraf 1

Persyaratan Dewan Komisaris

Pasal 4

Jumlah, komposisi, kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan

persyaratan lain bagi anggota Dewan Komisaris tunduk kepada

ketentuan Bank Indonesia terkait.

Pasal 5

(1) Mantan anggota Direksi BUS tidak dapat menjadi Komisaris

Independen pada BUS yang bersangkutan sebelum menjalani

masa tunggu (cooling off) paling kurang selama 6 (enam) bulan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi

mantan Direksi BUS yang melakukan fungsi pengawasan.

Pasal 6

(1) Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Dewan

Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan

dengan memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan

Nominasi.

(2) Dalam hal anggota Komite Remunerasi dan Nominasi memiliki

benturan kepentingan (conflict of interest) dengan usulan yang

direkomendasikan, maka dalam usulan tersebut wajib

diungkapkan ...

Page 130: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 8 -

diungkapkan adanya benturan kepentingan serta pertimbangan-

pertimbangan yang mendasari usulan tersebut.

Paragraf 2

Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Pasal 7

Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab

sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

Pasal 8

(1) Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas

terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha

BUS pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2).

(2) Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan

nasihat kepada Direksi.

(3) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), Dewan Komisaris wajib memantau dan mengevaluasi

pelaksanaan kebijakan strategis BUS.

(4) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan

keputusan kegiatan operasional BUS, kecuali pengambilan

keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada Direksi sepanjang

kewenangan Dewan Komisaris tersebut ditetapkan dalam

Anggaran Dasar BUS atau dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

Pasal 9 ...

Page 131: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 9 -

Pasal 9

Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah

menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil

pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan Pengawas Syariah

dan/atau auditor ekstern.

Pasal 10

Dewan Komisaris wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank

Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya:

a. pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang keuangan

dan perbankan; dan

b. suatu kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha

BUS.

Pasal 11

(1) Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan

tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk paling

kurang:

a. Komite Pemantau Risiko;

b. Komite Remunerasi dan Nominasi; dan

c. Komite Audit.

(2) Pengangkatan anggota komite sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan oleh Direksi berdasarkan keputusan rapat Dewan

Komisaris.

(3) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite yang telah

dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjalankan

tugasnya secara efektif.

(4) Dewan ...

Page 132: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 10 -

(4) Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja

setiap komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Pedoman dan tata tertib kerja komite sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) harus dievaluasi dan dilakukan pengkinian secara berkala.

Pasal 12

(1) Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja

yang bersifat mengikat bagi setiap anggota Dewan Komisaris.

(2) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) paling kurang mencantumkan:

a. waktu kerja; dan

b. pengaturan rapat.

Pasal 13

Anggota Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup

untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.

Paragraf 3

Rapat Dewan Komisaris

Pasal 14

(1) Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang 1

(satu) kali dalam 2 (dua) bulan.

(2) Rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib dihadiri paling kurang oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah

anggota Dewan Komisaris.

(3) Rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib dipimpin oleh Komisaris Utama.

(4) Dalam ...

Page 133: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 11 -

(4) Dalam hal Komisaris Utama berhalangan hadir maka rapat Dewan

Komisaris dapat dipimpin oleh salah seorang anggota Dewan

Komisaris.

Pasal 15

(1) Seluruh keputusan Dewan Komisaris yang dituangkan dalam

risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota

Dewan Komisaris.

(2) Hasil rapat Dewan Komisaris wajib dituangkan dalam risalah

rapat dan didokumentasikan dengan baik.

(3) Dalam hal terdapat perbedaan pendapat (dissenting opinions) atas

hasil keputusan rapat Dewan Komisaris, maka perbedaan

pendapat tersebut wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah

rapat beserta alasannya.

Paragraf 4

Aspek Transparansi Dewan Komisaris

Pasal 16

Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan:

a. kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih

pada BUS yang bersangkutan;

b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang

saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lain dan/atau

anggota Direksi;

c. rangkap jabatan pada perusahaan atau lembaga lain,

dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia ini.

Pasal 17 ...

Page 134: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 12 -

Pasal 17

(1) Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan BUS untuk

kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat

mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.

(2) Anggota Dewan Komisaris dilarang mengambil dan/atau

menerima keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan

fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.

(3) Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan remunerasi dan

fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan

pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia ini.

Bagian Kedua

Direksi

Paragraf 1

Persyaratan Direksi

Pasal 18

Jumlah, kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga dan persyaratan

lain bagi anggota Direksi tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia

terkait.

Pasal 19

Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Direksi kepada

Rapat Umum Pemegang Saham, dilakukan dengan memperhatikan

rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.

Paragraf 2 ...

Page 135: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 13 -

Paragraf 2

Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Pasal 20

(1) Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan

BUS berdasarkan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah.

(2) Direksi wajib mengelola BUS sesuai dengan kewenangan dan

tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar

BUS dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 21

Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS

pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 22

Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi

dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan

Pengawas Syariah dan/atau auditor ekstern.

Pasal 23

Dalam rangka melaksanakan GCG sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 21, Direksi wajib memiliki fungsi paling kurang:

a. Audit Intern;

b. Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko; dan

c. Kepatuhan.

Pasal 24 ...

Page 136: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 14 -

Pasal 24

Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya

kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham.

Pasal 25

Direksi harus mengungkapkan kepada pegawai kebijakan BUS yang

bersifat strategis di bidang kepegawaian.

Pasal 26

Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain

yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi.

Pasal 27

Direksi hanya dapat menggunakan jasa konsultan, penasihat, atau

yang dapat dipersamakan dengan itu sepanjang memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. proyek bersifat khusus yang sangat diperlukan untuk kegiatan

usaha BUS;

b. didasari oleh kontrak yang jelas, yang sekurang-kurangnya

mencakup tujuan, ruang lingkup kerja, tanggung jawab, jangka

waktu pelaksanaan pekerjaan dan biaya; dan

c. konsultan merupakan pihak independen yang profesional dan

memiliki kualifikasi yang cukup untuk melaksanakan proyek

secara efektif dan efisien.

Pasal 28 ...

Page 137: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 15 -

Pasal 28

Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan

dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas

Syariah.

Pasal 29

(1) Setiap anggota Direksi wajib memiliki kejelasan tugas dan

tanggung jawab sesuai dengan bidang tugasnya.

(2) Direksi wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat

mengikat bagi setiap anggota Direksi.

(3) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) paling kurang mencantumkan:

a. waktu kerja; dan

b. pengaturan rapat.

Pasal 30

Setiap keputusan Direksi bersifat mengikat dan menjadi tanggung

jawab seluruh anggota Direksi.

Paragraf 3

Rapat Direksi

Pasal 31

(1) Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan melalui

rapat Direksi.

(2) Hasil rapat Direksi wajib dituangkan dalam risalah rapat dan

didokumentasikan dengan baik.

(3) Dalam ...

Page 138: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 16 -

(3) Dalam hal terdapat perbedaan pendapat (dissenting opinions) atas

hasil keputusan rapat Direksi, maka perbedaan pendapat tersebut

wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta

alasannya.

Paragraf 4

Aspek Transparansi Direksi

Pasal 32

Anggota Direksi wajib mengungkapkan:

a. kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih,

baik pada BUS yang bersangkutan maupun pada bank dan

perusahaan lain, yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri;

b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang

saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota

Direksi lainnya,

dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia ini.

Pasal 33

(1) Anggota Direksi dilarang memanfaatkan BUS untuk kepentingan

pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi aset

atau mengurangi keuntungan BUS.

(2) Anggota Direksi dilarang mengambil dan/atau menerima

keuntungan pribadi dari BUS, selain remunerasi dan fasilitas

lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.

(3) Anggota ...

Page 139: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 17 -

(3) Anggota Direksi wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan pelaksanaan

GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

Bagian Ketiga

Komite-Komite

Paragraf 1

Struktur dan Keanggotaan Komite

Pasal 34

(1) Anggota Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (1) huruf a paling kurang terdiri dari:

a. seorang Komisaris Independen;

b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang

perbankan syariah; dan

c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang

manajemen risiko.

(2) Anggota Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan yang

baik.

(3) Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diketuai oleh Komisaris Independen.

(4) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Pemantau

Risiko.

(5) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite

Pemantau Risiko harus merupakan Komisaris Independen.

Pasal 35 ...

Page 140: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 18 -

Pasal 35

(1) Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b paling kurang terdiri

dari:

a. 2 (dua) orang Komisaris Independen; dan

b. seorang Pejabat Eksekutif yang membawahi sumber daya

manusia.

(2) Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diketuai oleh Komisaris Independen.

(3) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Remunerasi

dan Nominasi.

(4) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite

Remunerasi dan Nominasi harus merupakan Komisaris

Independen.

Pasal 36

(1) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (1) huruf c paling kurang terdiri dari:

a. seorang Komisaris Independen;

b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang

akuntansi keuangan; dan

c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang

perbankan syariah.

(2) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan yang baik.

(3) Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh

Komisaris Independen.

(4) Anggota ...

Page 141: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 19 -

(4) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Audit.

(5) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Audit

harus merupakan Komisaris Independen.

Pasal 37

(1) Mantan anggota Direksi BUS tidak dapat menjadi pihak

independen sebagaimana dimaksud pada Pasal 34 ayat (1) huruf b

dan huruf c serta Pasal 36 ayat (1) huruf b dan huruf c pada BUS

yang bersangkutan sebelum menjalani masa tunggu (cooling off)

paling kurang selama 6 (enam) bulan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi

mantan Direksi BUS yang melakukan fungsi pengawasan.

Paragraf 2

Jabatan Rangkap Ketua Komite

Pasal 38

Ketua komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3), Pasal

35 ayat (2) dan Pasal 36 ayat (3) hanya dapat merangkap jabatan

sebagai ketua komite paling banyak pada 1 (satu) komite lainnya pada

BUS yang sama.

Paragraf 3

Tugas dan Tanggung Jawab Komite

Pasal 39

Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat

(1) huruf a mempunyai tugas dan tanggung jawab paling kurang:

a. melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen risiko;

b. melakukan ...

Page 142: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 20 -

b. melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan

manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut;

c. melakukan evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko

dan Satuan Kerja Manajemen Risiko,

guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.

Pasal 40

Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (1) huruf b mempunyai tugas dan tanggung jawab paling

kurang:

a. terkait dengan kebijakan remunerasi:

1) melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi;

2) melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kebijakan

remunerasi dengan pelaksanaan kebijakan tersebut; dan

3) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris, Direksi, Dewan

Pengawas Syariah, Pejabat Eksekutif dan pegawai secara

keseluruhan.

b. terkait dengan kebijakan nominasi:

1) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

sistem serta prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota

Dewan Komisaris, Direksi dan Dewan Pengawas Syariah;

2) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

calon anggota Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Dewan

Pengawas Syariah;

3) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

calon pihak independen yang akan menjadi anggota Komite

sebagaimana ...

Page 143: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 21 -

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf b dan

huruf c serta Pasal 36 ayat (1) huruf b dan huruf c.

Pasal 41

Komite Remunerasi dan Nominasi dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawab terkait dengan kebijakan remunerasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 40 butir a, paling kurang wajib memperhatikan:

a. kinerja keuangan;

b. pemenuhan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva;

c. kewajaran dengan peer group; dan

d. pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang BUS.

Pasal 42

(1) Komite Audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)

huruf c memiliki tugas dan tanggung jawab paling kurang:

a. melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dalam

rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk

kecukupan proses pelaporan keuangan; dan

b. melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik dalam

rangka efektivitas pelaksanaan audit ekstern.

(2) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, Komite Audit paling kurang melakukan evaluasi

terhadap:

a. pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi audit intern;

b. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan audit

dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia,

Pasal 42 ...

auditor ...

Page 144: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 22 -

auditor intern, Dewan Pengawas Syariah, dan/atau auditor

ekstern,

guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.

(3) Komite Audit memberikan rekomendasi mengenai penunjukan

Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan

Komisaris.

Paragraf 4

Rapat Komite

Pasal 43

Hasil rapat komite wajib dituangkan dalam risalah rapat dan

didokumentasikan dengan baik.

Bagian Keempat

Dewan Pengawas Syariah

Paragraf 1

Persyaratan Dewan Pengawas Syariah

Pasal 44

Jumlah, kriteria, rangkap jabatan dan persyaratan lain bagi Dewan

Pengawas Syariah tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia terkait.

Pasal 45

(1) Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Dewan

Pengawas Syariah kepada Rapat Umum Pemegang Saham

dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite

Remunerasi dan Nominasi.

(2) Masa ...

Page 145: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 23 -

(2) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas Syariah paling lama sama

dengan masa jabatan anggota Direksi atau Dewan Komisaris.

Paragraf 2

Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah

Pasal 46

Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan tanggung

jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

Pasal 47

(1) Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah adalah

memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi

kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.

(2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain:

a. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas

pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan Bank;

b. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar

sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis

Ulama Indonesia;

c. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis

Ulama Indonesia untuk produk baru Bank yang belum ada

fatwanya;

d. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip

Syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank; dan

e. Meminta ...

Page 146: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 24 -

e. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari

satuan kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

(3) Dewan Pengawas Syariah wajib menyampaikan Laporan Hasil

Pengawasan Dewan Pengawas Syariah secara semesteran.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib disampaikan

kepada Bank Indonesia paling lambat 2 (dua) bulan setelah

periode semester dimaksud berakhir.

(5) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) akan diatur lebih rinci dalam Surat Edaran

Bank Indonesia.

Pasal 48

Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib menyediakan waktu yang

cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara

optimal.

Paragraf 3

Rapat Dewan Pengawas Syariah

Pasal 49

(1) Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan paling

kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

(2) Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah dilakukan

berdasarkan musyawarah mufakat.

(3) Seluruh keputusan Dewan Pengawas Syariah yang dituangkan

dalam risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh

anggota Dewan Pengawas Syariah.

(4) Hasil ...

Page 147: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 25 -

(4) Hasil rapat Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib dituangkan dalam risalah rapat dan

didokumentasikan dengan baik.

Paragraf 4

Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah

Pasal 50

Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan rangkap

jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga

keuangan syariah lain dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana

diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

Pasal 51

(1) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang memanfaatkan BUS

untuk kepentingan pribadi, keluarga dan/atau pihak lain yang

dapat mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.

(2) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang mengambil dan/atau

menerima keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan

fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.

(3) Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan

remunerasi dan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada

laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia ini.

(4) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang merangkap jabatan

sebagai konsultan di seluruh BUS dan/atau UUS.

Bagian ...

Page 148: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 26 -

Bagian Kelima

Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern

Paragraf 1

Fungsi Kepatuhan

Pasal 52

(1) BUS wajib memiliki 1 (satu) orang direktur yang bertugas untuk

memastikan kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia dan

peraturan perundang-undangan lainnya sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia mengenai direktur kepatuhan.

(2) Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas direktur sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), BUS wajib melaksanakan fungsi

kepatuhan yang independen terhadap satuan kerja operasional.

(3) Pelaksanaan fungsi kepatuhan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) harus didukung oleh personil yang paling kurang memiliki

pengetahuan dan/atau pemahaman tentang operasional perbankan

syariah.

Paragraf 2

Fungsi Audit Intern

Pasal 53

(1) BUS wajib menerapkan fungsi audit intern yang efektif

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai

penerapan standar pelaksanaan fungsi audit intern bank umum.

(2) BUS wajib melaksanakan fungsi audit intern yang independen

terhadap satuan kerja operasional.

(3) Pelaksanaan ...

Page 149: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 27 -

(3) Pelaksanaan fungsi audit intern sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) harus didukung oleh personil dalam jumlah yang memadai dan

kompeten di bidangnya, dengan paling kurang terdapat 1 (satu)

orang personil yang memiliki pengetahuan dan/atau pemahaman

tentang operasional perbankan syariah.

(4) Laporan hasil audit intern terkait pelaksanaan pemenuhan Prinsip

Syariah disampaikan kepada Dewan Pengawas Syariah.

Paragraf 3

Fungsi Audit Ekstern

Pasal 54

(1) BUS wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

yang terdaftar di Bank Indonesia dalam pelaksanaan audit laporan

keuangan BUS.

(2) Penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib terlebih dahulu

memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham

berdasarkan calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris.

(3) Pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi ketentuan

Bank Indonesia yang berlaku mengenai hubungan antara BUS

dengan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik.

Bagian ...

Page 150: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 28 -

Bagian Keenam

Batas Maksimum Penyaluran Dana

Pasal 55

Pelaksanaan penyaluran dana wajib mengikuti ketentuan Bank

Indonesia mengenai batas maksimum penyaluran dana.

Bagian Ketujuh

Aspek Transparansi Kondisi BUS

Pasal 56

(1) BUS wajib melaksanakan transparansi kondisi keuangan dan non-

keuangan kepada Stakeholders.

(2) Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan

non-keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BUS wajib

menyusun dan menyajikan laporan sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi

Keuangan Bank.

Pasal 57

BUS wajib melaksanakan transparansi informasi mengenai produk

dan penggunaan data nasabah BUS sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Informasi Produk

Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.

Pasal 58

(1) BUS wajib melaporkan kepada Bank Indonesia apabila terjadi

perubahan terhadap:

a. pedoman ...

Page 151: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 29 -

a. pedoman manajemen risiko termasuk pedoman risk control

system, sistem pengendalian intern, sistem teknologi informasi

yang digunakan dan pedoman GCG;

b. sistem dan prosedur kerja yang digunakan dalam kegiatan

operasional BUS.

(2) BUS wajib menyampaikan laporan perubahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada Bank Indonesia paling lambat 1

(satu) bulan sejak terjadinya perubahan atau sesuai jangka waktu

tertentu apabila diatur secara khusus dalam ketentuan Bank

Indonesia lain yang mengatur mengenai penyampaian laporan

tersebut.

(3) BUS wajib melaporkan struktur kelompok usaha yang terkait

dengan BUS termasuk badan hukum pemilik BUS sampai dengan

ultimate shareholders kepada Bank Indonesia 1 (satu) tahun sekali

untuk posisi akhir tahun dan setiap terdapat perubahan struktur

kelompok usaha yang menyebabkan perubahan pengendali BUS.

(4) Laporan struktur kelompok usaha untuk posisi akhir tahun

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian dari

Laporan Tahunan BUS.

(5) BUS wajib menyampaikan laporan perubahan struktur kelompok

usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Bank

Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan setelah terjadinya

perubahan.

Bagian ...

Page 152: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 30 -

Bagian Kedelapan

Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa

Pasal 59

BUS wajib melaksanakan pemenuhan Prinsip Syariah dalam kegiatan

operasional BUS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia

tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Bagian Kesembilan

Pelaporan Internal dan Benturan Kepentingan

Paragraf 1

Pelaporan Internal

Pasal 60

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan

oleh Direksi serta kualitas proses pengawasan oleh Dewan Komisaris

dan Dewan Pengawas Syariah, BUS wajib memastikan ketersediaan

dan kecukupan pelaporan internal yang didukung oleh sistem

informasi manajemen yang memadai.

Paragraf 2

Penanganan Benturan Kepentingan

Pasal 61

(1) Dalam hal terjadi benturan kepentingan, anggota Dewan

Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif dilarang

mengambil tindakan yang dapat mengurangi aset atau mengurangi

keuntungan BUS.

(2) Benturan ...

Page 153: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 31 -

(2) Benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

diungkapkan dalam setiap keputusan.

(3) Untuk menghindari pengambilan keputusan yang berpotensi

mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS, BUS harus

memiliki dan menerapkan kebijakan intern mengenai:

a. pengaturan mengenai penanganan benturan kepentingan yang

mengikat setiap pengurus dan pegawai BUS, antara lain tata

cara pengambilan keputusan; dan

b. administrasi pencatatan, dokumentasi dan pengungkapan

benturan kepentingan dimaksud dalam risalah rapat.

Bagian Kesepuluh

Laporan dan Penilaian Pelaksanaan GCG

Paragraf 1

Laporan Pelaksanaan GCG

Pasal 62

(1) BUS wajib menyusun laporan pelaksanaan GCG pada setiap akhir

tahun buku.

(2) Laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

paling kurang meliputi:

a. kesimpulan umum dari hasil self assesment atas pelaksanaan

GCG BUS;

b. kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris, hubungan

keuangan dan hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris

dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan

Komisaris lain dan/atau anggota Direksi BUS serta jabatan

rangkap ...

Page 154: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 32 -

rangkap pada perusahaan atau lembaga lain sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 16;

c. kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan

dan hubungan keluarga anggota Direksi dengan pemegang

saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau

anggota Direksi lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32;

d. rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah

pada lembaga keuangan syariah lainnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50;

e. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan

itu yang digunakan oleh BUS sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 27;

f. kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration

package) bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan

Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat

(3), Pasal 33 ayat (3) dan Pasal 51 ayat (3);

g. rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;

h. frekuensi rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 ayat (1);

i. frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1);

j. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya

penyelesaian oleh BUS;

k. jumlah permasalahan hukum baik perdata maupun pidana dan

upaya penyelesaian oleh BUS;

l. transaksi yang mengandung benturan kepentingan;

m. buy back shares dan/atau buy back obligasi BUS;

n. penyaluran ...

Page 155: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 33 -

n. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun

pihak penerima dana; dan

o. pendapatan non halal dan penggunaannya.

(3) Pengungkapan kebijakan remunerasi dan fasilitas lain

(remuneration package) bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan

Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf f paling kurang mencakup jumlah anggota Dewan

Komisaris, jumlah anggota Direksi, jumlah anggota Dewan

Pengawas Syariah serta jumlah keseluruhan gaji, tunjangan

(benefits), kompensasi dalam bentuk saham, bentuk remunerasi

lainnya dan fasilitas yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang

Saham.

Pasal 63

(1) BUS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan GCG

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 kepada pemegang saham

dan kepada:

a. Bank Indonesia;

b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI);

c. Lembaga pemeringkat di Indonesia;

d. Perhimpunan Bank – Bank Umum Nasional (Perbanas);

e. 1 (satu) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan;

dan

f. 1 (satu) majalah ekonomi dan keuangan,

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir.

(2) Bagi BUS yang telah memiliki homepage wajib

menginformasikan laporan pelaksanaan GCG sebagaimana

dimaksud ...

Page 156: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 34 -

dimaksud pada ayat (1) pada homepage BUS paling lambat 3

(tiga) bulan setelah tahun buku berakhir.

(3) BUS dianggap terlambat menyampaikan laporan pelaksanaan

GCG apabila BUS menyampaikan laporan dimaksud kepada Bank

Indonesia melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi belum melampaui 1

(satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan.

(4) BUS dianggap tidak menyampaikan laporan GCG apabila BUS

belum menyampaikan laporan dimaksud hingga akhir batas waktu

keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 64

Penyusunan laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 62 diatur lebih rinci dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 65

Penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada Bank Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf a dialamatkan

kepada:

a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta

10350, bagi BUS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor

Pusat Bank Indonesia;

b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BUS yang berkantor pusat

di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia dengan

tembusan kepada Direktorat Perbankan Syariah.

Paragraf 2 ...

Page 157: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 35 -

Paragraf 2

Self Assessment Pelaksanaan GCG

Pasal 66

(1) BUS wajib melakukan self assessment atas pelaksanaan GCG

yang mencakup hal-hal sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2)

paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun.

(2) Tata cara self assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 67

(1) Dalam rangka melakukan penilaian terhadap pelaksanaan GCG

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Bank Indonesia dapat

melakukan evaluasi terhadap hasil self assessment pelaksanaan

GCG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1).

(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Bank Indonesia dapat meminta BUS untuk melakukan perbaikan

atas pelaksanaan GCG.

BAB III

UNIT USAHA SYARIAH

Bagian Pertama

Direktur UUS

Pasal 68

Direktur UUS bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan

UUS berdasarkan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah.

Pasal 69 ...

Page 158: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 36 -

Pasal 69

Direktur UUS wajib menindaklanjuti rekomendasi dari hasil

pengawasan Dewan Pengawas Syariah.

Pasal 70

Direktur UUS wajib menyediakan data dan informasi terkait dengan

pemenuhan Prinsip Syariah yang akurat, relevan dan tepat waktu

kepada Dewan Pengawas Syariah.

Bagian Kedua

Dewan Pengawas Syariah

Pasal 71

(1) Ketentuan tentang Dewan Pengawas Syariah yang berlaku bagi

BUS sebagaimana dimaksud dalam Bab II Bagian Keempat

tentang Dewan Pengawas Syariah dalam Peraturan Bank

Indonesia ini berlaku pula bagi Dewan Pengawas Syariah pada

Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS dan kantor

cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang

memiliki UUS.

(2) Pengangkatan Dewan Pengawas Syariah pada UUS yang dimiliki

oleh kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar

negeri, ditetapkan oleh pimpinan tertinggi di Indonesia dari kantor

cabang tersebut.

Bagian ...

Page 159: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 37 -

Bagian Ketiga

Penyaluran Dana Kepada Nasabah Pembiayaan Inti

dan Penyimpanan Dana Oleh Deposan Inti

Pasal 72

UUS wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dana

kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh deposan

inti.

Bagian Keempat

Aspek Transparansi Kondisi UUS

Pasal 73

(1) UUS wajib melaksanakan transparansi kondisi keuangan dan non-

keuangan kepada Stakeholders.

(2) Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan

non-keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UUS wajib

menyusun dan menyajikan laporan sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi

Keuangan Bank.

Bagian Kelima

Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana

dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa

Pasal 74

UUS wajib melaksanakan pemenuhan Prinsip Syariah dalam kegiatan

operasional UUS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia

tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Bagian ...

Page 160: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 38 -

Bagian Keenam

Pelaporan Internal

Pasal 75

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengawasan oleh Dewan

Pengawas Syariah, UUS wajib memastikan ketersediaan dan

kecukupan data/informasi bagi Dewan Pengawas Syariah.

Bagian Ketujuh

Laporan dan Penilaian Pelaksanaan GCG

Paragraf 1

Laporan Pelaksanaan GCG

Pasal 76

(1) UUS wajib menyusun laporan pelaksanaan GCG pada setiap akhir

tahun buku.

(2) Laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan

pelaksanaan GCG Bank Umum Konvensional dan/atau kantor

cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang

memiliki UUS dimaksud.

(3) Laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

paling kurang meliputi:

a. kesimpulan umum dari hasil self assesment atas pelaksanaan

GCG UUS;

b. rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah

pada lembaga keuangan syariah lainnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50;

c. daftar ...

Page 161: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 39 -

c. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan

itu yang digunakan oleh UUS;

d. kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration

package) bagi Dewan Pengawas Syariah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 51 ayat (3);

e. frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1);

f. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya

penyelesaiannya oleh UUS;

g. jumlah permasalahan hukum baik perdata maupun pidana dan

upaya penyelesaiannya oleh UUS;

h. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun

pihak penerima dana; dan

i. pendapatan non halal dan penggunaannya.

(4) Pengungkapan kebijakan remunerasi dan fasilitas lain

(remuneration package) bagi Dewan Pengawas Syariah

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d paling kurang

mencakup jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah, jumlah

keseluruhan gaji, tunjangan (benefits), kompensasi dalam bentuk

saham, bentuk remunerasi lainnya, dan fasilitas yang ditetapkan

Rapat Umum Pemegang Saham.

Pasal 77

Penyusunan laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 76 diatur lebih rinci dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 78 ...

Page 162: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 40 -

Pasal 78

(1) UUS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan GCG

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 kepada Bank Indonesia

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir.

(2) UUS dianggap terlambat menyampaikan laporan pelaksanaan

GCG apabila UUS menyampaikan laporan dimaksud kepada Bank

Indonesia melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi belum melampaui 1

(satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan.

(3) UUS dianggap tidak menyampaikan laporan GCG apabila UUS

belum menyampaikan laporan dimaksud hingga akhir batas waktu

keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Penyampaian laporan pelaksanaan GCG UUS kepada Bank

Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialamatkan

kepada Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No.2,

Jakarta 10350, dan/atau Kantor Bank Indonesia setempat.

Paragraf 2

Self Assessment Pelaksanaan GCG

Pasal 79

(1) UUS wajib melakukan self assessment atas pelaksanaan GCG

UUS yang mencakup hal-hal sebagaimana diatur dalam Pasal 2

ayat (3) paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun.

(2) Tata cara self assesment atas pelaksanaan GCG UUS sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank

Indonesia.

Pasal 80 ...

Page 163: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 41 -

Pasal 80

(1) Dalam rangka melakukan penilaian terhadap pelaksanaan GCG

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Bank Indonesia dapat

melakukan evaluasi terhadap hasil self assessment atas

pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (1).

(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Bank Indonesia dapat meminta UUS untuk melakukan perbaikan

atas pelaksanaan GCG.

BAB IV

SANKSI

Bagian Pertama

Sanksi Pelaksanaan GCG

Pasal 81

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2, Pasal 6 ayat (2), Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 ayat

(1), ayat (3) dan ayat (4), Pasal 12 ayat (1), Pasal 13, Pasal 14 ayat (1),

ayat (2) dan ayat (3), Pasal 15 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 16, Pasal 17,

Pasal 20 ayat (2), Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 26,

Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 31, Pasal 32,

Pasal 33, Pasal 34 ayat (2) dan ayat (4), Pasal 35 ayat (3), Pasal 36

ayat (2) dan ayat (4), Pasal 38, Pasal 41, Pasal 43, Pasal 46, Pasal 47,

Pasal 48, Pasal 49 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52

ayat (2) dan ayat (3), Pasal 53 ayat (5), Pasal 60, Pasal 61 ayat (1) dan

ayat (2), Pasal 62 ayat (1), Pasal 63 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 66 ayat

(1), Pasal 69, Pasal 70, Pasal 72, Pasal 75, Pasal 76 ayat (1), dan Pasal

79 ayat (1) dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 58

Undang-Undang ...

Page 164: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 42 -

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

antara lain berupa:

a) teguran tertulis;

b) penurunan tingkat kesehatan berupa penurunan peringkat faktor

manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan;

c) pelarangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;

d) pembekuan kegiatan usaha tertentu; dan

e) pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan

mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang

Saham mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan

Bank Indonesia.

Pasal 82

(1) Dalam hal terdapat 3 (tiga) kali teguran tertulis dari Bank

Indonesia terkait pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 46,

Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 50 dan

Pasal 51, maka BUS atau UUS terkait harus mengganti anggota

Dewan Pengawas Syariah tersebut.

(2) Dalam hal Dewan Pengawas Syariah tidak melaksanakan

tugasnya dengan baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47

sampai dengan izin usaha Bank dicabut, maka anggota Dewan

Pengawas Syariah dimaksud dapat dikenakan sanksi berupa

pelarangan menjadi anggota Dewan Pengawas Syariah di

perbankan syariah paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal

pencabutan izin usaha Bank oleh Bank Indonesia.

Pasal 83 ...

Page 165: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 43 -

Pasal 83

BUS yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 52 ayat (1), Pasal 53 ayat

(1) dan ayat (2), dan Pasal 54 dikenakan sanksi sebagaimana diatur

dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai penugasan direktur

kepatuhan dan penerapan standar pelaksanaan fungsi audit intern bank

umum dan Peraturan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi

Keuangan Bank.

Pasal 84

BUS yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 55 dikenakan sanksi

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai batas

maksimum penyaluran dana.

Pasal 85

BUS yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 56 dan Pasal 57 dan UUS

yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 73 dikenakan sanksi

sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang

Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan Peraturan Bank Indonesia

tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data

Pribadi Nasabah.

Pasal 86

BUS yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 59 dan UUS yang tidak

memenuhi ketentuan Pasal 74 dikenakan sanksi sebagaimana diatur

dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah

dalam Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa

Bank Syariah.

Bagian ...

Page 166: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 44 -

Bagian Kedua

Sanksi Pelaporan

Paragraf 1

Laporan Pelaksanaan

Pasal 87

(1) BUS yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3) dan UUS yang terlambat

menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78

ayat (2) dikenakan sanksi kewajiban membayar paling banyak

sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari kerja

keterlambatan.

(2) BUS yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 63 ayat (4) dan UUS yang tidak menyampaikan

laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (3) dikenakan

sanksi kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp.

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan teguran tertulis oleh

Bank Indonesia.

(3) BUS yang menyampaikan laporan yang dinilai tidak benar

dan/atau tidak lengkap sebagaimana diatur dalam Pasal 62 dan

UUS yang menyampaikan laporan yang dinilai tidak benar

dan/atau tidak lengkap sebagaimana diatur dalam Pasal 76

dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar

paling banyak sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh

juta rupiah) dan dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal

58 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah, berupa:

a. penurunan tingkat kesehatan yaitu penurunan peringkat faktor

manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan;

b. pelarangan ...

Page 167: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 45 -

b. pelarangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;

c. pembekuan kegiatan usaha tertentu;

d. pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan

mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum

Pemegang Saham mengangkat pengganti yang tetap dengan

persetujuan Bank Indonesia; dan/atau

e. pencantuman anggota pengurus, pegawai, pemegang saham

Bank dalam daftar tidak lulus melalui mekanisme uji

kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).

(4) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dilakukan setelah Bank diberikan 2 (dua) kali surat

teguran oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 7 (tujuh)

hari kerja untuk setiap teguran dan Bank tidak memperbaiki

laporan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah surat

teguran terakhir.

Paragraf 2

Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah,

Pedoman, Sistem dan Prosedur serta Struktur Kelompok Usaha

Pasal 88

(1) Bank yang tidak menaati ketentuan pelaporan hasil pengawasan

Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

47 ayat (4), pelaporan perubahan pedoman, sistem dan prosedur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2),

serta pelaporan perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) dan ayat (5), dapat dikenakan

sanksi administratif sesuai Pasal 58 Undang-Undang Nomor 21

tahun …

Page 168: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 46 -

tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa :

a. teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar paling

banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari

kerja kelambatan untuk setiap laporan;

b. teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar paling

banyak sebesar Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah)

apabila Bank tidak menyampaikan laporan.

(2) Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b apabila Bank belum

menyampaikan laporan dimaksud setelah 1 (satu) bulan sejak

batas akhir penyampaian laporan, untuk pelaporan perubahan

pedoman, sistem dan prosedur serta pelaporan perubahan

struktur kelompok usaha.

(3) Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b apabila Bank belum

menyampaikan laporan dimaksud setelah 2 (dua) bulan sejak

batas akhir penyampaian laporan, untuk pelaporan hasil

pengawasan Dewan Pengawas Syariah.

(4) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

menghapuskan kewajiban Bank untuk menyampaikan laporan

dimaksud.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 89

Ketentuan mengenai larangan rangkap jabatan bagi anggota Dewan

Pengawas Syariah sebagai konsultan di BUS dan/atau UUS

sebagaimana …

Page 169: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 47 -

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (4) wajib dipenuhi paling

lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal berlakunya Peraturan Bank

Indonesia ini.

Pasal 90

Laporan pelaksanaan GCG BUS untuk posisi laporan akhir Desember

2009 tetap mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi Bank Umum sebagaimana diubah dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober

2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi

Bank Umum.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 91

Ketentuan lebih lanjut dari Peraturan Bank Indonesia ini diatur dalam

Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 92

Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini maka PBI

No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi Bank Umum beserta ketentuan

perubahannya dinyatakan tidak berlaku bagi BUS.

Pasal 93 …

Page 170: “RESPON ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5862/1/HILDA N… · Indonesia No. 11/33/PBI/2009 berlaku sejak tanggal 1 Januari

- 48 -

Pasal 93

Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari

2010.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 7 Desember 2009

Pjs GUBERNUR BANK INDONESIA,

DARMIN NASUTION

Diundangkan di : Jakarta

Pada tanggal : 7 Desember 2009

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 175

DPbS