antropologi budaya
DESCRIPTION
antropologiTRANSCRIPT
Puspita Firdausa
121610101045
Kapan manusia mengenal budaya?
Sebelum kita mengetahui sejak kapan manusia mulai mengenal budaya, sebaiknya
kita mengetahui apa dan bagaimana budaya itu serta apa kebudayaan itu.
Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya menyediakan suatu
kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.
Pengertian kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits
dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Unsur-Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
o alat-alat teknologi
o sistem ekonomi
o keluarga
o kekuasaan politik
2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
o sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
o organisasi ekonomi
o alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
o organisasi kekuatan (politik)
Kebudayaan sendiri
Menurut Koentjaraningrat, manusia mulai belajar dan mengenal kebudayaan
sendiri melalui beberapa proses:
Proses Internalisasi
Proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan,
sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala
perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukannya sepanjang hidupnya. Manusia
mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gennya, tetapi wujud dan pengaktifan dari
berbagai macam isi kepribadiannya sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang
berada dalam sekitaran alam dan lingkungan social maupun budayanya.
Proses Sosialisasi
Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan
dengan sistem sosial. Dalam proses ini seorang individu dari masa anak-anak hingga masa
tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu
sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan social yang mungkin ada dalam
kehidupan sehari-hari.
Kita dapat mengerti bagaimana kita apabila bermaksud menyelami serta mencoba
mencapai pengertian tentang suatu kebudayaan, dapat belajar banyak dari jalannya proses
sosialisasi baku yang lazim dialami oleh sebagian individu dalam kebudayaan bersangkutan.
Para individu dalam masyarakat yang berbeda akan mengalami proses sosialisasi yang
berbeda, karena proses sosialisasi itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan
lingkungan social yang bersangkutan.
Proses Enkulturasi
Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran
serta sikapnya dengan adat-adat, system norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam
kebudayaannya. Sejak kecil, proses enkulturasi itu sudah dimulai dalam alam pikiran warga
suatu masyarakat, mula-mula dari orang-orang di dalam lingkungan keluarganya, kemudian
dari teman-temannya bermain.
Seringkali ia belajar dengan meniru saja berbagai macam tindakan, setelah
perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah
diinternalisasi dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya menjadi
suatu pola yang mantap, dan norma yang mengatur tindakannya dibudayakan.
Kadang-kadang berbagai norma juga dipelajari seorang individu secara sebagian-
sebagian, dengan mendengar berbagai orang dalam lingkungan pergaulannya pada saat yang
berbeda-beda, menyinggung atau membicarakan norma tadi. Ada juga norma yang diajarkan
kepadanya dengan sengaja tidak hanya dalam lingkungan keluarga, dalam pergaulan di luar
keluarga, tetapi juga secara formal di sekolah.
Di samping aturan-aturan masyarakat dan negara yang diajarkan di sekolah
melalui mata-mata pelajaran seperti tata Negara, ilmu kewarganegaraan dan sebagainya, juga
aturan-aturan sopan santun bergaul dan lain-lainnya dapat diajarkan secara formal.
Dalam suatu masyarakat, sudah tentu ada individu yang mengalami berbagai
hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi, serta enkulturasinya, yang menyebabkan
hasilnya kurang baik. Individu itu tidak dapat menyesuaikan kepribadiannya dengan
lingkungan sosial sekitarnya, menjadi kaku dalam pergaulannya, dan condong untuk
senantiasa menghindari norma-norma dan aturan-aturan masyarakatnya. Hidupnya penuh
peristiwa konflik dengan orang lain. Individu-individu itu disebut deviants.
Terjadinya aneka warna yang berpredikat manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya
Antropologi Fisik
Antropologi fisik adalah bagian dari ilmu antropologi yang mempelajari
pengertian tentang sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut
ciri-ciri tubuhnya, yang memakai sebagai bahan penelitiannya ciri-ciri tubuh, baik yang lahir
(fenotip) seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka,
warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotip), seperti
frekuensi golongan darah dan sebagainya.
Manusia di muka bumi ini dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan
tertentu berdasarkan atas persamaan mengenai beberapa ciri tubuh. Adapun ciri-ciri tubuh itu
terdapat pada sebagian besar dari individu-individunya, walaupun tiap individu memiliki ciri-
ciri tubuh yang berbeda-beda. Kelompok manusia seperti itu dalam ilmu antropologi disebut
ras.
Pengertian terhadap aneka warna dari ras-ras di dunia itu dicapai oleh para
sarjana, terutama dengan menjalankan berbagai metode klasifikasi terhadap aneka warna itu.
Para sarjana terutama memperhatikan ciri-ciri lahir, atau ciri-ciri morfologi pada tubuh
individu-individu berbagai bangsa di dunia.
Ciri-ciri morfologi itu yang dalam praktek merupakan ciri-ciri fenotipe, terdiri
dari dua golongan, yaitu:
Ciri-ciri kualitatif (seperti warna kulit, bentuk rambut, dan sebagainya)
Ciri-ciri kuantitatif (seperti berat badan, ukuran badan, index cephalicus, dan
sebagainya)
Untuk mengukur ciri-ciri kuantitatif tadi secara teliti, dalam ilmu antropologi fisik
telah berkembang metode-metode pengukuran yang selalu dipertajam dan yang disebut
metode-metode antopometri. Metode klasifikasi yang hanya berdasarkan morfologi ini
ternyata kurang memuaskan, karena himpunan ciri-ciri pada individu suatu kelompok
manusia selalu terbukti sedemikian kompleksnya hingga sukar dicakup ke dalam golongan
golongan khusus.
Akhir-akhir ini dalam ilmu antropologi fisik, klasifikasi yang hanya berdasarkan
morfologi telah dianggap tidak begitu penting lagi. Para sarjana sekarang lebih tertarik
masalah sebab-sebab daripada perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan antara ras-
ras manusia. Dengan demikian, dalam hal mengklasifikasikan ras-ras, para sarjana sekarang
juga mencoba membangun suatu klasifikasi yang filogenik .
Dengan ini dimaksudkan, suatu klasifikasi yang tidak hanya menggambarkan
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antar ras-ras, tetapi juga menggambarkan
hubungan-hubungan asal-usul antara ras-ras serta percabangannya.
Untuk membangun suatu klasifikasi serupa itu, pengetahuan mengenai ciri-ciri
genotip amat penting. Ciri-ciri genotip dapat diketahui pada gen yang tidak mudah diubah
oleh pengaruh proses-proses mutasi, selalu dan sebagainya.
Klasifikasi yang berasal dari A.L.Kroeber dimana tampak secara terang garis
besar penggolongan ras-ras yang terpenting di dunia serta hubungannya satu sama lain.
1. AUSTRALOID
Penduduk asli Australia
2. MONGOLOID
Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur)
Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Kep. Indonesia, Malaysia, Filiphina dan
penduduk asli Taiwan).
American Mongoloid (penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang
Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terradel Fuego di Amerika Selatan)
3. CAUCASOID
Nordic (Eropa Utara sekitar Laut Baltik)
Alpine (Eropa Tengah dan Timur)
Mediterranean (Penduduk sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)
Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka)
4. NEGROID
African Negroid (Benua Afrika)
Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filiphina)
Melanesian (Iran, Melanesia)
5. RAS-RAS KHUSUS
Bushman (di daerah Gurun Kalahari di Afrika Selatan)
Veddoid (di pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan)
Polynesian (di Kepulauan Mikronesia dan Polinesia)
Ainu (di Pulau Karafuto dan Hokkaido di Jepang Utara)
Antropologi fisik berkembang pesat dengan melakukan penelitian-penelitian
terhadap asal mula dan perkembangan manusia. Berdasarkan tulisan Darwin ”The Origin of
Species”, manusia asalnya monyet, karena makhluk hidup mengalami evolusi. Antropologi
ingin membuktikan dengan melakukan berbagai penelitian terhadap kera dan monyet di
seluruh dunia. Antropologi fisik mempelajari manusia dari segi biologi misalnya, bentuk
tubuh, warna rambut, warna kulit, dan lainnya.
Adapun ilmu yang termasuk Antropologi fisik yaitu :
Paleoantropologi : Bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang asal usul atau
terjadinya dan perkembangan mahkluk manusia. Obyek penelitiannya adalah fosil
manusia (sisa-sisa tubuh manusia yang telah membatu) yang terdapat dalam lapisan-
lapisan bumi.
Somatologi : Bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang variasi atau
keanekaragaman ras manusia melalui ciri-ciri tubuh manusia secara keseluruhan (ciri-
ciri genotipe dan fenotipe).
Contoh :
a) Dengan melakukan pengamatan mengenai perbedaan fisik orang dari ras Mongoloid
dengan orang ras Negroid. Penelitian dan pengamatan yang dilakukan dengan melihat
perbedaan ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh masing-masing ras, antara lain dilihat dari
warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata,
bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotipik), seperti
frekuensi golongan darah dan sebagainya.
b) Seseorang peneliti ingin membuat suatu descriptive integration dari kebudayaan suku
bangsa Ngada di Flores Tengah, ia mengumpulkan bahan tentang kehidupan
masyarakat dan kebudayaan orang Ngada sekarang, tetapi di samping itu ia juga
memperhatikan fosil-fosil yang terdapat di Flores. Dan ia memperhatikan ciri-ciri ras
orang Ngada dan suku-suku bangsa lain di sekitarnya, di Flores, ia juga mengolah ke
dalam bahannya, artefak-artefak yang digali atau ditemukan di daerah Flores Tengah.
Dengan mengolah menjadi satu semua bahan itu, ia mencoba mencapai pengertian
tentang asal mula dan sejarah perkembangan dari suku bangsa Ngada.