antropologi budaya

11
Puspita Firdausa 121610101045 Kapan manusia mengenal budaya? Sebelum kita mengetahui sejak kapan manusia mulai mengenal budaya, sebaiknya kita mengetahui apa dan bagaimana budaya itu serta apa kebudayaan itu. Definisi Budaya Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio- budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. Pengertian kebudayaan

Upload: wesley-sheppard

Post on 21-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

antropologi

TRANSCRIPT

Page 1: antropologi budaya

Puspita Firdausa

121610101045

Kapan manusia mengenal budaya?

Sebelum kita mengetahui sejak kapan manusia mulai mengenal budaya, sebaiknya

kita mengetahui apa dan bagaimana budaya itu serta apa kebudayaan itu.

Definisi Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari

banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,

pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak

terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan

secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda

budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu

dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,

dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-

budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya menyediakan suatu

kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya

meramalkan perilaku orang lain.

Pengertian kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits

dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah

untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan

sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian

disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai

sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan

lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas

suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang

kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota

masyarakat.

Page 2: antropologi budaya

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana

hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan

adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,

kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh

manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat

nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan

lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan

kehidupan bermasyarakat.

Unsur-Unsur Kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur

kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

o alat-alat teknologi

o sistem ekonomi

o keluarga

o kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

o sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya

o organisasi ekonomi

o alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan

(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

o organisasi kekuatan (politik)

Kebudayaan sendiri

Menurut Koentjaraningrat, manusia mulai belajar dan mengenal kebudayaan

sendiri melalui beberapa proses:

Proses Internalisasi

Proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan,

sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala

perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukannya sepanjang hidupnya. Manusia

Page 3: antropologi budaya

mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gennya, tetapi wujud dan pengaktifan dari

berbagai macam isi kepribadiannya sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang

berada dalam sekitaran alam dan lingkungan social maupun budayanya.

Proses Sosialisasi

Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan

dengan sistem sosial. Dalam proses ini seorang individu dari masa anak-anak hingga masa

tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu

sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan social yang mungkin ada dalam

kehidupan sehari-hari.

Kita dapat mengerti bagaimana kita apabila bermaksud menyelami serta mencoba

mencapai pengertian tentang suatu kebudayaan, dapat belajar banyak dari jalannya proses

sosialisasi baku yang lazim dialami oleh sebagian individu dalam kebudayaan bersangkutan.

Para individu dalam masyarakat yang berbeda akan mengalami proses sosialisasi yang

berbeda, karena proses sosialisasi itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan

lingkungan social yang bersangkutan.

Proses Enkulturasi

Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran

serta sikapnya dengan adat-adat, system norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam

kebudayaannya. Sejak kecil, proses enkulturasi itu sudah dimulai dalam alam pikiran warga

suatu masyarakat, mula-mula dari orang-orang di dalam lingkungan keluarganya, kemudian

dari teman-temannya bermain.

Seringkali ia belajar dengan meniru saja berbagai macam tindakan, setelah

perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah

diinternalisasi dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya menjadi

suatu pola yang mantap, dan norma yang mengatur tindakannya dibudayakan.

Kadang-kadang berbagai norma juga dipelajari seorang individu secara sebagian-

sebagian, dengan mendengar berbagai orang dalam lingkungan pergaulannya pada saat yang

berbeda-beda, menyinggung atau membicarakan norma tadi. Ada juga norma yang diajarkan

kepadanya dengan sengaja tidak hanya dalam lingkungan keluarga, dalam pergaulan di luar

keluarga, tetapi juga secara formal di sekolah.

Di samping aturan-aturan masyarakat dan negara yang diajarkan di sekolah

melalui mata-mata pelajaran seperti tata Negara, ilmu kewarganegaraan dan sebagainya, juga

aturan-aturan sopan santun bergaul dan lain-lainnya dapat diajarkan secara formal.

Page 4: antropologi budaya

Dalam suatu masyarakat, sudah tentu ada individu yang mengalami berbagai

hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi, serta enkulturasinya, yang menyebabkan

hasilnya kurang baik. Individu itu tidak dapat menyesuaikan kepribadiannya dengan

lingkungan sosial sekitarnya, menjadi kaku dalam pergaulannya, dan condong untuk

senantiasa menghindari norma-norma dan aturan-aturan masyarakatnya. Hidupnya penuh

peristiwa konflik dengan orang lain. Individu-individu itu disebut deviants.

Page 5: antropologi budaya

Terjadinya aneka warna yang berpredikat manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya

Antropologi Fisik

Antropologi fisik adalah bagian dari ilmu antropologi yang mempelajari

pengertian tentang sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut

ciri-ciri tubuhnya, yang memakai sebagai bahan penelitiannya ciri-ciri tubuh, baik yang lahir

(fenotip) seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka,

warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotip), seperti

frekuensi golongan darah dan sebagainya. 

Manusia di muka bumi ini dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan

tertentu berdasarkan atas persamaan mengenai beberapa ciri tubuh. Adapun ciri-ciri tubuh itu

terdapat pada sebagian besar dari individu-individunya, walaupun tiap individu memiliki ciri-

ciri tubuh yang berbeda-beda. Kelompok manusia seperti itu dalam ilmu antropologi disebut

ras. 

Pengertian terhadap aneka warna dari ras-ras di dunia itu dicapai oleh para

sarjana, terutama dengan menjalankan berbagai metode klasifikasi terhadap aneka warna itu.

Para sarjana terutama memperhatikan ciri-ciri lahir, atau ciri-ciri morfologi pada tubuh

individu-individu berbagai bangsa di dunia.

Ciri-ciri morfologi itu yang dalam praktek merupakan ciri-ciri fenotipe, terdiri

dari dua golongan, yaitu:

Ciri-ciri kualitatif (seperti warna kulit, bentuk rambut, dan sebagainya)

Ciri-ciri kuantitatif (seperti berat badan, ukuran badan, index cephalicus, dan

sebagainya)

Untuk mengukur ciri-ciri kuantitatif tadi secara teliti, dalam ilmu antropologi fisik

telah berkembang metode-metode pengukuran yang selalu dipertajam dan yang disebut

Page 6: antropologi budaya

metode-metode antopometri. Metode klasifikasi yang hanya berdasarkan morfologi ini

ternyata kurang memuaskan, karena himpunan ciri-ciri pada individu suatu kelompok

manusia selalu terbukti sedemikian kompleksnya hingga sukar dicakup ke dalam golongan

golongan khusus.

Akhir-akhir ini dalam ilmu antropologi fisik, klasifikasi yang hanya berdasarkan

morfologi telah dianggap tidak begitu penting lagi. Para sarjana sekarang lebih tertarik

masalah sebab-sebab daripada perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan antara ras-

ras manusia. Dengan demikian, dalam hal mengklasifikasikan ras-ras, para sarjana sekarang

juga mencoba membangun suatu klasifikasi yang filogenik .

Dengan ini dimaksudkan, suatu klasifikasi yang tidak hanya menggambarkan

persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antar ras-ras, tetapi juga menggambarkan

hubungan-hubungan asal-usul antara ras-ras serta percabangannya.

Untuk membangun suatu klasifikasi serupa itu, pengetahuan mengenai ciri-ciri

genotip amat penting. Ciri-ciri genotip dapat diketahui pada gen yang tidak mudah diubah

oleh pengaruh proses-proses mutasi, selalu dan sebagainya.

Klasifikasi yang berasal dari A.L.Kroeber dimana tampak secara terang garis

besar penggolongan ras-ras yang terpenting di dunia serta hubungannya satu sama lain.

1. AUSTRALOID

Penduduk asli Australia

2. MONGOLOID

Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur)

Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Kep. Indonesia, Malaysia, Filiphina dan

penduduk asli Taiwan).

American Mongoloid (penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang

Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terradel Fuego di Amerika Selatan)

3. CAUCASOID

Nordic (Eropa Utara sekitar Laut Baltik)

Alpine (Eropa Tengah dan Timur)

Mediterranean (Penduduk sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)

Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka)

4. NEGROID

African Negroid (Benua Afrika)

Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filiphina)

Melanesian (Iran, Melanesia)

Page 7: antropologi budaya

5. RAS-RAS KHUSUS

Bushman (di daerah Gurun Kalahari di Afrika Selatan)

Veddoid (di pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan)

Polynesian (di Kepulauan Mikronesia dan Polinesia)

Ainu (di Pulau Karafuto dan Hokkaido di Jepang Utara)

Antropologi fisik berkembang pesat dengan melakukan penelitian-penelitian

terhadap asal mula dan perkembangan manusia. Berdasarkan tulisan Darwin ”The Origin of

Species”, manusia asalnya monyet, karena makhluk hidup mengalami evolusi. Antropologi

ingin membuktikan dengan melakukan berbagai penelitian terhadap kera dan monyet di

seluruh dunia. Antropologi fisik mempelajari manusia dari segi biologi misalnya, bentuk

tubuh, warna rambut, warna kulit, dan lainnya. 

Adapun ilmu yang termasuk Antropologi fisik yaitu :

Paleoantropologi :  Bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang asal usul atau

terjadinya dan perkembangan mahkluk manusia. Obyek penelitiannya adalah fosil

manusia (sisa-sisa tubuh manusia yang telah membatu) yang terdapat dalam lapisan-

lapisan bumi.

Somatologi : Bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang variasi atau

keanekaragaman ras manusia melalui ciri-ciri tubuh manusia secara keseluruhan (ciri-

ciri genotipe dan fenotipe).

Contoh :

a) Dengan melakukan pengamatan mengenai perbedaan fisik orang dari ras Mongoloid

dengan orang ras Negroid. Penelitian dan pengamatan yang dilakukan dengan melihat

perbedaan ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh masing-masing ras, antara lain dilihat dari

warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata,

bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotipik), seperti

frekuensi golongan darah dan sebagainya.

b) Seseorang peneliti ingin membuat suatu descriptive integration dari kebudayaan suku

bangsa Ngada di Flores Tengah, ia mengumpulkan bahan tentang kehidupan

masyarakat dan kebudayaan orang Ngada sekarang, tetapi di samping itu ia juga

memperhatikan fosil-fosil yang terdapat di Flores. Dan ia memperhatikan ciri-ciri ras

orang Ngada dan suku-suku bangsa lain di sekitarnya, di Flores, ia juga mengolah ke

Page 8: antropologi budaya

dalam bahannya, artefak-artefak yang digali atau ditemukan di daerah Flores Tengah.

Dengan mengolah menjadi satu semua bahan itu, ia mencoba mencapai pengertian

tentang asal mula dan sejarah perkembangan dari suku bangsa Ngada.