antropologi budaya

Upload: guruhprabowo

Post on 15-Jul-2015

1.736 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KONFIDENSIAL ANTROPOLOGI BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Terdapat berbagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari manusia,

masing-masing dengan sudut pandangnya sendiri. Salah satu ilmu sosial yang memusatkan kajian mengenai masyarakat sebagai satuan sosial dan kebudayaan sebagai perangkat gagasan, aturan-aturan, keyakinan-keyakinan yang dimiliki secara kolektif adalah ilmu antropologi sosial dan budaya (antropologi). Dalam perkembangannya konsep kebudayaan menjadi acuan paling penting dalam

studi-studi antropologi. Dalam hal ini konsep budaya dipahami sebagai 'makna' (meaning), atau seperangkat nilai/norma yang perannya adalah memandu tindakan-tindakan (perilaku) sosial manusia selaku warga suatu kelompok masyarakat. Atau dalam bahasa Geertz (1974) yang populer, kaitan manusia dan kebudayaannya diibaratkan sebagai binatang yang terperangkap di dalam jeratjerat makna' yang dia tenun sendiri. b. Singkat kata, kebudayaan sebagai sistem simbol adalah kendaraan

pembawa makna. Dalam kaitan ini kemudian kita dapat menyatakan bahwa sistem simbol yang tersedia di kehidupan umum sesungguhnya akan menunjukkan tentang bagaimana para warga masyarakat yang bersangkutan: melihat, merasa, dan berpikir tentang dunia mereka dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang sesuai pola pikir, sikap, dan pola-pola tingkah laku diri mereka sendiri. Namun, mengingat manusia terkelompok dalam satuan-satuan sosial berbeda-beda atau beraneka-warna, maka pola pikir, sikap, dan tindakannya sudah barang tentu perwujudannya pun akan berbeda-beda pula sesuai dengan nilai/norma (budaya) yang diusungnya. c. Satuan-satuan sosial tersebut dapat berupa bangsa, dan dapat juga berupa

suku bangsa. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa ilmu antropologi dahulu sering juga disebut ilmu bangsawan. Mengingat berbeda dengan bangsa-bangsa lain, seperti misalnya bangsa Jepang, Korea, Vietnam, atau yang relatif homogen bangsa Indonesia terdiri atas beraneka warna suku bangsa serta merupakan suatu bangsa multietnik yang bhineka, maka dapat dipahami mengapa ilmu antropologi itu menjadi sangat penting dan strategis untuk dipelajari.

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 2 2. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Naskah ini disusun sebagai bahan ajaran bagi Perwira Siswa

(Pasis) Dikreg Seskoad dalam mempelajari dasar-dasar kajian antropologi budaya. b. Tujuan. Agar Pasis mengerti pengetahuan praktis Antropologi budaya

sehingga dapat menerapkanya dalam pelaksanaan tugas dalam kaitannya dengan keberlanjutan pembangunan nasional. 3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah ini disusun dengan ruang lingkup

Antropologi serta ilmu-ilmu bagiannya dan penerapannya di Indonesia dengan tata urut sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. Pendahuluan. Ilmu Antropologi Budaya. Kebudayaan Menurut Antropologi. Antropologi Terapan dan Antropologi Pembangunan. Evaluasi Akhir Pelajaran. Penutup.

4.

Dasar. Surat keputusan Kasad nomor Skep / 7 / I / 2004 tanggal 14 Januari 2004

tentang Kurikulum Pendidikan Reguler Seskoad. 5. Pengertian. a. Antropologi adalah ilmu tentang manusia, dalam hal ini mengkaji tentang

dasar-dasar kebudayaannya yang menyertai kehidupan kelompok-kelompok masyarakat dari berbagai suku bangsa yang mendiami berbagai belahan dunia. b. Budaya adalah konsep mengenai seperangkat nilai/norma yang perannya

adalah memandu tindakan-tindakan (perilaku) sosial manusia selaku warga suatu kelompok masyarakat. Makna tindakan sosial itu sendiri tidak hanya melingkupi arti pengetahuan kognitif belaka, melainkan juga pengalaman dan perasaan. Dengan dasar ini manusia mewujudkan tindakan sosialnya, artinya suatu tindakan yang memperhitungkan, atau dipengaruhi, oleh kehadiran orang-orang lain. Tindakan itu meliputi memahami atau menafsirkan arti tindakan mereka

memperkirakan apa yang mereka pikirkan, rasakan, dan coba kerjakan. Kita

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 3 proyeksikan diri kita ke dalam pikiran orang-orang itu. Dan tentu saja, mereka pun melakukan hal-hal yang serupa terhadap tindakan kita. Walaupun tindakan sosial terjadi pada suatu saat dalam suatu penggal waktu, tetapi tindakan itu terjadi dengan dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang terjadi sebelumnya oleh sejarah dan juga oleh suatu unsur niat - yaitu perilaku yang berorientasi ke masa depan. Kesanggupan mencitra masa depan itulah (utopia) yang membuahkan dan sekaligus menjadi sumber inovasi dan karenanya juga sumber perkembangan

manusia, karena manusia mencoba membuat utopia-utopia ini menjadi kenyataan. c. Arti adalah maksud yang terkandung dalam perkataan, kalimat (Kamus

Besar Bahasa Indonesia tahun 2001). d. Definisi adalah kata, frasa atau kalimat yang mengungkap makna,

keterangan atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas, batas (Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2001).

BAB II ILMU ANTROPOLOGI BUDAYA 6. Umum. Istilah Antropologi diambil dari kata Yunani anthropos, yang berarti

manusia, dan logos yang berarti nalar atau ilmu. Jadi antropologi ilmu yang mempelajari mahluk manusia, tetapi berbeda dengan banyak ilmu lain yang juga mempelajari mahluk manusia, antropologi secara khusus mempelajari kebudayaannya. Kebudayaan di sini dimaksudkan sebagai konsep yang memuat di dalamnya seperangkat nilai/norma

tertentu yang berfungsi sebagai pemandu atau pedoman tindakan sosial/perilaku manusia sebagai anggota masyarakat.

7.

Lingkup Antropologi Budaya dan Perkembangannya. a. Dahulu istilah suku bangsa seringkali diartikan sama dengan bangsa dan

karena itu tidak mengherankan bahwa ilmu antropologi budaya itu dahulu juga sering disebut ilmu bangsa-bangsa (etnologi). Sekarang ada kebutuhan untuk membuka perbedaan yang tajam antara istilah suku bangsa dan bangsa. Istilah

suku bangsa sekarang digunakan untuk mengacu ke suatu kesatuan manusia yang secara sadar memiliki satu macam kebudayaan, sedang istilah bangsa

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 4 sekarang dipakai untuk mengacu suatu kesatuan manusia yang menjadi warga dari satu nasion atau negara nasional. b. Lingkup minat atau pokok-pokok kajian antropologi budaya paling sedikit

mencakup upaya mempelajari keanekaragaman kebudayaan yang mempengaruhi tindakan sosial/perilaku manusia sebagai anggota kelompok masyarakatnya, upaya menganalisis dan mencari unsur-unsur budaya universal (cultural

universals) di belakang keanekaragaman kebudayaan tersebut, mengungkapkan struktur sosial, interpretasi simbolisme, dsb. Bagan 1. (Ilmu-ilmu bagian dari antropologi budaya) Metoda Descriptive Integration Etnologi (Antropologi sinkroni)

Antropologi Budaya

Etnologi Antropologi Sosial

c.

Sejak dasawarsa 1920-an hingga Perang Dunia II pecah dalam tahun 1939,

ilmu antropologi budaya telah berkembang dengan beberapa spesialisasi yang diipelopori beberapa orang ahli yang mulai menganalisis berbagai unsur kebudayaan tertentu secara sangat mendalam, sehingga memerlukan

pemahaman dari ilmu-ilmu lain di luar ilmu antropologi budaya. Pada waktu itu di kalangan para ilmuwan di Inggris muncul misalnya ilmu spesialisasi antropologi ekonomi yang dirintis oleh A.C Haddon dan R Firth. yang sama di kalangan ilmuwan di Amerika mulai Kurang lebih pada waktu muncul ilmu antropologi

psikologi dengan perintis-perintisnya R. Benedict, R. Linton dan M. Mead. Dalam waktu bersamaan, di Amerika juga timbul ilmu spesialisasi antropologi linguistik yang dimulai oleh E. Sapir. Ketiga ilmu spesialisasi dari antropologi budaya yang telah berkembang sejak jaman sebelum Perang Dunia II pecah itu merupakan gambaran dari spesialisasi konvensional. Artinya, setiap sarjana antropologi

umum wajib menguasai ketiga spesialisasi tersebut. c. Sesudah perang dunia II, yaitu dalam, telah baru, yang disebabkan karena berkembang banyak

spesialisasi

proses penelitian

yang makin

mendalam atas aspek-aspek atau unsur-unsur sikap dan tingkah laku manusia. Seringkali suatu ilmu spesialisasi juga tercipta karena banyaknya dana yang tersedia untuk penelitian yang merangsang banyak ahli untuk mengadakan

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 5 berbagai macam penelitian yang makin mendalam, dan seringkali menuntut pendekatan antar disiplin. Dengan demikian muncul tulisan-tulisan berisi data,

konsep-konsep, teori-teori dan metode-metode baru dalam jumlah yang sangat besar, sehingga tanpa penambahan studi yang lebih lanjut, sukar bagi seorang sarjana antropologi umum untuk menguasai seluruhnya. Bagan 2 memperlihatkan ilmu-ilmu bagian dari antropologi budaya yang merupakan ilmu spesialisasi itu.

Bagan : 2 (Ilmu-ilmu bagian yang merupakan spesialisasi dari antropologi budaya) Antropologi ekonomi Antropologi linguistik Antropologi Psikologi

Ilmu-ilmu spesialisas konvensional

Antropologi Budaya

Antropologi Politik Antropologi Hukum Antropologi kependudukan Antropologi kesehatan Antropologi pendidikan Antropologi perkotaan Antropologi ekologi Antropologi gizi Antropologi kesehatan jiwa

Ilmu-ilmu spesialisasi baru

8.

Perbedaan antara Antropologi dan Sosiologi. Ada ilmu pengetahuan sosial yang sangat dekat kesamaannya dengan antropologi

yaitu sosiologi. Dalam hal ini antropologi sosial sering dipandang lebih dekat lagi kesamaannya dengan sosiologi dibanding antropologi budaya itu sendiri. Namun kita mesti berhati-hati dengan penjelasan ini, pertama, karena pendekatan disiplin Antropologi Budaya sendiri sebenarnya dikenal karena lebih lazim dan populer dipraktekkan

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 6 sebagaimana kalangan ilmuwan Amerika Utara melakukannya. Sementara itu praktek dengan pendekatan disiplin Antropologi Sosial dikenal karena lebih banyak dilakukan oleh kalangan ilmuwan Inggris dan benua Eropah lainnya. Dengan kata lain, lewat pemahaman ini dua istilah budaya dan sosial yang melekat pada cabang disiplin Antropologi sebenarnya bukanlah karena perbedaan (distingsi)nya yang nyata atau bersifat fundamental dilihat dari perspektif, metoda, dan eksplanasi analisisnya (substansi), tetapi lebih karena soal tradisi intelektual saja. Oleh karena itu ada sebutan

netral untuk mengakomodasi titik berat pendekatan kedua cabang disiplin tersebut dalam suatu istilah lengkap yaitu, Antropologi Sosial-Budaya. Kedua, begitu dekatnya

kesamaan antara disiplin ilmu antropologi dan sosiologi sampai timbul sebutan di sebagian kalangan sarjana yaitu, macro-anthropology untuk Sosiologi yang dikenal

dengan fokus studi makronya di wilayah perkotaan (urban), dan micro-sociology untuk Antropologi yang dkenal dengan fokus studi mikronya di wilayah pedesaan (rural).

Namun terlepas dari keterangan di atas, ada baiknya kita simak pendapat Koentjaraningrat (2003) tentang perbedaan kedua disiplin antropologi dan sosiologi tersebut dalam berbagai ranahnya. Pasis perlu mengetahui perbedaan itu dengan tepat. Perbedaan itu dapat ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu : a. Dari sudut Sejarah. 1) Dipandang dari sudut sejarah terjadinya, ilmu antropologi berpangkal

pada deskripsi-deskripsi mengenai beraneka ragam kebudayaan suku bangsa-bangsa yang menduduki benua-benua di luar Eropa, seperti berbagai macam kebudayan penduduk Afrika, Asia dan Kepulauan Pasifik serta penduduk asli Benua Deskripsi-deskripsi Amerika Utara, Tengah, dan Selatan.

itu yang ada yang tertulis sebagaimana dicatat oleh

para pelaut Eropa Barat yang menjelajahi lautan sejak abad ke 16, para penyiar agama Kristen dan Katolik yang pada umumnya pernah tinggal lama di antara suatu suku bangsa di luar Eropa, para pegawai pemerintah jajahan, dan para sarjana yang melakukan penelitian di benua-benua besar atau di kepulauan-kepulauan lautan Pasifik. Tulisan-tulisan yang selama lebih dari tiga abad terkumpul di berbagai perpustakaan di kota-kota besar di Eropa Barat itu disebut etnografi dan tulisan-tulisan itulah yang menjadi bahan analisis komparatif dari antropologi. Ketika pada pertengahan abad

ke 19 cara berpikir evolusi biologi mempengaruhi para ilmuwan sosial, maka timbul buku-buku yang mengembangkan teori dan generalisasi-generalisasi

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 7 mengenai evolusi sosial budaya mahluk manusia di muka bumi, dengan menggunakan data etnografi tersebut di atas sebagai bahan bukti komparatif. 2) Ilmu Sosiologi terjadi dengan proses yang sebaliknya; waktu ilmu itu

belum ada, ada gagasan-gagasan dan teori-teori spekulatif mengenai masyarakat ideal yang dikonsepsikan dan dikembangkan oleh filsafat sosial. Baru kemudian, waktu kenyataan kehidupan sosial budaya di tengah-tengah masyarakat perkotaan di Eropa Barat dalam zaman akhir revolusi industri menunjukkan kesenjangan yang lebar antara kenyataan dan teori filsafat sosial ada, ahli-ahli berusaha mengumpulkan data empirikal mengenai berbagai gejala sosial budaya di kota-kota di Eropa Barat, ditambah

dengan data etnografi. Dengan itu para ahli tersebut mencoba mencapai pengertian mengenai kesenjangan tersebut. Dipandang dari sudut sejarah perkembangan Sosiologi, maka terlebih dahulu ada teori-teori tentang

masyarakat ideal dan baru kemudian ada pengumpulan data konkrit untuk menguji kebenaran teori-teori tersebut. Dengan membandingkan ikhtisar singkat tentang sejarah perkembangan ilmu antropologi sosial dan sosiologi di atas, nyata sekali perbedaan yang besar antara kedua ilmu itu. Ilmu antropologi sosial mulai sebagai suatu himpunan bahan keterangan tentang masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi di daerah-daerah di luar Eropa, untuk menjadi suatu ilmu khusus. Selain itu juga didesak oleh adanya kebutuhan orang Eropa untuk mendapat pengertian tentang tingkattingkat permulaan dalam sejarah perkembangan masyarakat dan

kebudayaan sendiri. Sebaliknya, ilmu sosi-ologi mulai sebagai suatu filsafat sosial dalam rangka ilmu filsafat yang menjadi suatu ilmu khusus. Namun karena ada kesenjangan antara kenyataan kehidupan masyarakat

perkotaan di Eropa dengan cita-cita mengenai kehidupan masyarakat yang ideal menurut filsafat sosial, lalu mereka memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai asas-asas sendiri. b. Dari sudut pokok kajian. Sejarah perkembangan ilmu Antropologi telah masyarakat dan kebudayaannya

menyebabkan bahwa ilmu itu sejak awal hingga sekarang terutama tertuju kepada pokok kajian dalam masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup di

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 8 luar lingkungan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika. Sebaliknya,

sejarah perkembangan Sosiologi menyebabkan bahwa ilmu itu sejak awal hingga kini tertuju kepada obyek-obyek penelitian dalam masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa yang hidup dalam lingkungan kebudayaan Ero-Amerika. Namun

dalam fase perkembangan selanjutnya, para sarjana Antropologi juga mulai memperhatikan gejala-gejala masyarakat dalam lingkungan kebudayaan Ero-Amerika. Sebaliknya, sejak akhir abad ke 19 mulai ada banyak penelitian sosiologi yang mengolah bahan dari masyarakat suku-suku bangsa penduduk pribumi di daerahdaerah di luar Eropa. Lingkungan masyarakat dan kebudayaan Ero-Amerika itu

selain di Eropa dan Amerika, dapat dilokasikan juga dalam kota-kota di Afrika, Asia, Oseania dan Amerika Latin. Di luar kota-kota di Afrika, Asia, Oseania, dan

Amerika Latin, sifat-sifat kebudayaan Ero-Amerika mulai berkurang, makin jauh dari lingkungan masyarakat perkotaan, dan masuk ke dalam masyarakat pedesaan, makin kurang pula unsur-unsur kebudayaan itu. Berdasarkan apa

yang diuraikan di atas ini dapat dikatakan bahwa ilmu antropologi terutama mencari obyek-obyek penelitiannya di dalam masyarakat pedesaan, sedang sosiologi di dalam masyarakat perkotaan. Umumnya keadaannya memang

demikian, tetapi obyek serupa itu juga belum dapat dipakai sebagai pegangan mutlak untuk menentukan perbedaan antara kedua ilmu itu. karena akhir-akhir ini tampak gejala Hal ini disebabkan

bahwa para ahli antropologi juga mulai

mencari obyek dalam masyarakat yang kompleks dan masyarakat perkotaan di Amerika sejak lama berkembang suatu kejuruan, yaitu sosiologi pedesaan (rural sociology) yang memperhatikan masalah-masalah ekonomi pertanian dalam kehidupan kota kecil masyarakat pedesaan di negara itu. Kesimpulannya ialah bahwa kalau akhir-akhir ini perbedaan antara antropologi dan sosiologi tidak dapat ditentukan lagi oleh perbedaan antara masyarakat suku-suku bangsa di luar lingkungan Ero-Amerika dengan masyarakat bangsa-bangsa Ero-Amerika,

kemudian kalau perbedaan itu juga tidak dapat ditentukan oleh perbedaan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan, maka perbedaan yang lebih nyata harus dicari dalam metode-metode ilmiah yang berlainan dari kedua ilmu itu. c. Dari sudut Metodologi Kajian. Antropologi mempunyai pengalaman yang

lama penelitian kebudayaan suku-suku bangsa penduduk pribumi di Amerika, Asia, Afrika, dan Oseania. Suku-suku bangsa bangsa kebanyakan hidup dalam

masyarakat pedesaan yang kecil, yang dapat diteliti semua unsur-unsurnya KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 9 sebagai kesatuan yang terintegrasi. Sebaliknya, ilmu sosiologi selalu lebih

memusatkan perhatian kepada unsur-unsur

atau gejala-gejala khusus dalam

masyarakat manusia, dengan menganalisis kelompok-kelompok sosial yang khusus hubungan antara kelompok-kelompok atau individu-individu atau prosesproses yang terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat. Karena itu, apabila

misalnya ada dua ilmuwan sosial, yang satu ahli antropologi sosial dan yang seorang lagi ahli sosiologi, yang akan meneliti masyarakat kota kecil seperti misalnya Mojokuto di Indonesia atau Middletown di Amerika Serikat, maka kedua ahli tadi akan mengadakan pendekatan yang berbeda. Ahli Antropologi sosial

akan mencoba meneliti semua unsur dalam kehidupan kota-kota itu sebagai kesatuan yang terintegrasi. Juga bila ia hanya mengkhususkan pada satu unsur

tertentu saja dalam kehidupan masyarakat kota, seperti aktifitas kehidupan keagamaan atau aktivitas kekeluargaan, ia akan menghubungkan unsur-unsur

tadi dengan seluruh struktur kehidupan masyarakat kota. Sebaliknya seorang ahli sosiologi akan meneliti gejala-gejala atau proses-proses khusus itu tanpa

memandang struktur dari keseluruhannya dahulu, seperti misalnya suatu perkumpulan gereja, hubungan pemerintah dengan penduduk, gerakan-gerakan buruh dalam kota masalah besar kecilnya kejahatan dan sebagainya.

Pengalaman dalam hal meneliti masyarakat kecil telah memberi kesempatan kepada para ahli Antropologi untuk mengembangkan berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian mendalam, seperti misalnya berbagai metode wawancara. Sebaliknya, para ahli sosiologi yang biasanya meneliti masyarakat yang kompleks, lebih banyak menggunakan berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian meluas, seperti misalnya berbagai metode angket. Dunia Antropologi mempunyai pengalaman yang lama untuk menghadapi aneka warna (diversitas) yang besar antara beribu-ribu kebudayaan dalam masyarakat kecil yang tersebar di seluruh muka bumi, yang menyebabkan berkembangnya berbagai metode mengumpulkan bahan yang mengkhusus ke dalam (kualitatif), dan berbagai metode pengolahan dan analisis yang bersifat membandingkan (komparatif). Sosiologi lebih banyak

berpengalaman meneliti gejala masyarakat perkotaan yang kompleks dan kurang memperhatikan sifat aneka warna dari kehidupan dan kebudayaan manusia yang menjangkau seluruh dunia. Hal itu menyebabkan berkembangnya berbagai metode mengumpulkan bahan yang lebih bersifat meluas-merata, dan berbagai metode pengolahan bahan dan analisis yang berdasarkan perhitungan jumlah

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 10 besar. Metode-metode ini dapat disebut kuantitatif, seperti misanya metode

statistik. Di samping kedua kompleks metode yang mempunyai dasar-dasar yang berbeda, sebenarnya banyak metode penelitian lain yang sekarang sudah dipakai oleh kedua ilmu itu bersama-sama, karena pada hakikatnya tujuan dari kedua ilmu itu sama. Memang Antropologi Sosial dan Sosiologi adalah dua ilmu yang mempunyai dua kompleks metode yang saling isi mengisi dalam proyek-proyek penelitian masyarakat yang sama. 9. Metode Ilmiah Antropologi Budaya. Metode ilmiah dari suatu cabang ilmu dalam ilmu tersebut untuk

pengetahuan adalah semua cara yang dapat digunakan

mencapai suatu kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah, maka pengetahuan tersebut bukanlah sebagai ilmu, melainkan hanya sebagai himpunan pengetahuan saja mengenai berbagai gejala alam atau masyarakat dengan tanpa adanya kesatuan pengetahuan maupun hubungan antara gejala-gejala yang ada. Kesatuan pengetahuan itu dapat dicapai dalam ilmu yang bersangkutan melalui tiga tingkatan, sebagai berikut : a. Pengumpulan fakta. Dalam Antropologi Budaya tingkat ini merupakan

pengumpulan data mengenai kejadian dan gejala masyarakat dan kebudayaan untuk selanjutnya diolah secara ilmiah. Dalam kenyataan, aktifitas pengumpulan data ini meliputi berbagai metode seperti observasi, mencatat, mengolah dan mendeskripsi fakta-fakta yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Demikian juga dalam metode pengumpulan fakta ini juga dibagi dalam tiga golongan meliputi penelitian di lapangan, penelitian di laboratorium dan penelitian perpustakaan. Dalam penelitian di lapangan, peneliti harus menunggu saat terjadinya gejala yang menjadi obyek pengamatannya, dalam penelitian di laboratorium gejala itu dapat dibuat ataupun sengaja diadakan sedangkan dalam penelitian perpustakaan gejala itu harus dicari dari berbagai bahan referensi yang beraneka ragam dan berkaitan dengan obyek yang ditelitinya. Untuk Antropologi budaya atau sosial, penelitian

dilapangan merupakan cara yang terpenting dan perlu ditunjang dengan penelitian perpustakaan. Dalam penelitian di lapangan, peneliti secara langsung berhadapan dengan masyarakat yang ditelitinya untuk mendapatkan keterangan mengenai suatu gejala kehidupan dalam masyarakat yang bersangkutan, dengan demikian maka peneliti harus menggunakan methode pengumpulan fakta yang bersifat kualitatif terutama dalam bentuk wawancara dan catatan hasil wawancara. Catatan

hasil wawancara yang sudah terkumpul harus disusun sedemikian rupa sehingga mudah diolah menjadi teori tentang azas kebudayaan. Agar catatan hasil wawanKONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 11 cara tersebut dapat menjadi suatu karangan, maka terlebih dahulu membuat pernyataan-pernyataan deskriptif dengan cara membuat ringkasan dari seluruh bahan yang terkumpul.

b.

Penentuan ciri-ciri umum dan sistem. Tingkatan ini merupakan tahapan

cara berpikir ilmiah, dengan bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan sistem yang digunakan untuk menganalisa fakta-fakta yang telah terkumpul dalam suatu penelitian. Pada tahap ini digunakan tindakan untuk mencari ciri-ciri yang sama dan umum di antara beragam fakta yang terdapat dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan manusia. Proses berpikir pada tahap ini berlangsung secara

induktif, yaitu dari pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta nyata kepada konsep mengenai ciri-ciri umum yang lebih abstrak. Adapun dalam ilmu alam, ciri-ciri umum dan sistem dalam fakta-fakta alam ditentukan dengan cara mencari perumusan berbagai hubungan yang mantap antara fakta-fakta tersebut. Hubungan itu biasanya berupa hubungan kovariabel dan hubungan sebab akibat.

c.

Tingkat Verifikasi.

Metode yang digunakan untuk melakukan verifikasi

dilakukan dalam kenyataan alam atau dalam kehidupan masyarakat, terhadap kaidah-kaidah yang telah dirumuskan untuk memperkuat suatu pengertian yang telah ada. Dalam melakukan pengujian, maka proses berpikirnya dilakukan

secara deduktf, yaitu dari perumusan yang bersifat umum ke arah fakta-fakta yang ada dan nyata. Pengetahuan Antropologi lebih banyak berdasarkan pada Penggunaan metoda verifikasi yang bersifat

pengertian dari pada kaidah.

kualitatif, bertujuan untuk memperkuat pengertian dengan cara menerapkannya secara rinci pada kenyataan kondisi masyarakat. Pada metode kuantitatif, verifikasi dilakukan dengan cara mengumpulkan sebanyak mungkin fakta dari kejadiankejadian dan gejala-gejala sosial budaya yang sama atau menunjukkan persamaan yang mendasar, dan ini lazimnya disebut sebagai metoda statistik.

10.

Evaluasi. a. Ada 3 sudut pandang yang membedakan antara Antropologi dengan

Sosiologi, sebut dan jelaskan ! b. Gambarkan bagan ilmu-ilmu bagian dari Antropologi Budaya !

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 12 c. Metode pendekatan yang sering digunakan oleh disiplin ilmu antropologi

cenderung pada pendekatan yang bersifat kualitatif. Mengapa ? Jelaskan secara singkat !

BAB III KEBUDAYAAN MENURUT ANTROPOLOGI 11. Umum. Definisi tentang konsep kebudayaan sulit disusun karena kebudayaan

menyangkut segala hal yang berkaitan dengan akal manusia yang harus dibiasakan dengan belajar. Ketiga wujud dari kebudayaan adalah wujud gagasan, wujud aktifitas dan wujud benda.

12.

Arti Kebudayaan. a. Arti Kebudayaan Culture. Mengenai istilah kebudayaan para ahli mempu-

nyai dua pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari kata budidaya, yang berarti upaya dari akal. Almarhum Profesor M.M. Djojodiguno, guru besar Universitas Gadjahmada, dalam kaitan ini mengatakan bahwa upaya tersebut menghasilkan Cipta yang didorong oleh karsa dan rasa. Sebenarnya kata-kata yang kedenga-

rannya sangat canggih itu, dalam kenyataan tak mengandung banyak arti dan tidak berguna untuk analisis yang nyata kecuali bahwa kehidupan mahluk manusia itu merupakan kegiatan dari akalnya yang menurut kehendaknya. Adapun dalam bahasa Asing istilah untuk kebudayaan adalah culture, sebuah kata yang berasal dari kata latin colere, yang berarti, mengolah, mengajarkan. Kata itu kemudian berkembang artinya menjadi, mengolah tanah dan bercocok tanam dan lebih lanjut menjadi segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam. b. Arti Peradaban Civilization. Di samping Konsep kebudayaan, kita juga

mengenal konsep peradaban. Konsep peradaban ini sama dengan apa yang dalam bahasa Inggeris disebut civilization. Istilah ini dipakai untuk mengacu ba-

gian-bagian dan unsur-unsur kebudayaan yang halus dan indah, seperti kesusastraan, teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan yang bermutu tinggi, per-

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 13 tanian (sistem irigasi), organisasi negara, adat sopan santun, dan sistem komunikasi yang luas dalam suatu masyarakat yang kompleks. 13. Definisi Kebudayaan. a. Definisi kebudayaan. Menurut ilmu Antropologi Kebudayaan adalah kese-

luruhan sistem gagasan tingkah laku dan hasil karya manusia yang terhimpun sejak awal mahluk manusia itu berevolusi di muka bumi ini, hingga sekarang yang dijadikan milik dirinya melalui proses belajar . Definisi ini mengandung suatu aspek penting yaitu belajar. Aspek tersebut

penting, karena dapat membedakan pikiran dan tingkah laku manusia yang dibiasakan dengan belajar, dan pikiran serta tingkah laku binatang yang berdasarkan naluri. Hal ini disebabkan karena kehidupan manusia sebagian besar didasarkan pada akal atau budinya, yang dijalankan dengan belajar, sebaliknya binatang sebagian besar didasarkan pada nalurinya, yang sudah merupakan kodrat dan tidak memerlukan belajar. b. Selanjutnya definisi ini bersifat enumeratif, yaitu definisi yang menyebut se-

tiap bagian dari serangkaian konsep yang membentuknya (misalnya gagasan, tingah laku, dan hasil karya manusia). Dalam definisi ini juga termasuk aspek waNamun

tak (semua hal tersebut, sejak awal adanya manusia hingga sekarang).

karena ruang lingkup dari definisi ini menjadi demikian luas sehingga banyak hal dijejalkan kedalam satu kalimat (yaitu semua hal yang ke luar dari akal manusia dari zaman purba hingga kini), maka sebagai suatu rumus ilmiah untuk analisis yang konkrit definisi ini secara operasional kurang maknanya. c. Karena ruang lingkup konsep kebudayaan sedemikian luasnya, maka se-

mua definisi yang pernah dibuat oleh para ilmuwan atau sastrawan, sifatnya memang terlampau luas atau terlampau sempit, dan hanya mencakup satu aspek / segi dari konsep itu. Selain itu itu definisi mengenai kebudayaan banyak jumlahnya. Definisi kebudayaan tidak hanya diajukan oleh para ahli Antropologi saja, tetapi juga oleh para ilmuwan sosial lainnya, seperti ahli psikologi, ahli

sejarah, ahli filsafat, dan para sastrawan, yang semuanya berbeda-beda wujud maupun isinya. Dua orang ahli Antropologi, yaitu A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn,

pernah mengumpulkan sebanyak lebih dari 300 buah definisi tentang kebudayaan. Definisi-definisi itu mereka analisis, dicari latar belakang, prinsip, dan intinya, lalu diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe definisi. KONFIDENSIAL Hasil penelitian mengenai defini-

KONFIDENSIAL 14 si kebudayaan tadi mereka terbitkan bersama dalam buku berjudul Culture, A Critical Review of Concepts and Defenitions (1952). Oleh karena definisi mengenai kebudayaan terlalu banyak jumlahnya, maka lebih baik kita dekati konsep kebudayaan itu dengan cara mengupasnya ke dalam komponen-komponennya. Adapun komponen-komponen kebudayaan itu dapat kita tinjau dari sudut wujudnya maupun isinya. Tiga wujud kebudayaan. Ahli Sosiologi Talcott Parson, yang

bersama ahli antropologi A.L. Kroeber pernah menganjurkan untuk membuat perbedaan yang tajam antara wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep, dan wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan serta kegiatan manusia yang berpola. Maka seperti J.J. Honigmann yang dalam bukunya berjudul The World of man (1959), membedakan adanya tiga wujud kebudayaan, yaitu : 1) Sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan nilai-nilai, norma-norma

peraturan, dan sebagainya (Ideas). Wujud kebudayaan yang pertama adalah wujud yang ideal: sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada dalam kepala atau dengan perkataan lain : dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan itu hidup. Kalau warga masyarakat tadi menyatakan gagasan mereka dalam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Sekarang kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam disk, arsip, koleksi microfilm komputer. Ide-ide dan gagasan-gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, dan memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan-gagasan itu tidak saling terlepas, melainkan senantiasa berkaitan menjadi satu sistem. Para ahli Antropologi dan Sosiologi menyebutnya sistem budaya atau cultural system. 2) Sebagai suatu kompleks kegiatan serta tindakan berpola dari manuWujud kedua dari kebudayaan yang Sistem sosial ini terdiri dari kegiatan-

sia dalam masyarakat (activities). disebut sistem sosial atau sendiri.

kegiatan manusia-manusia yang setiap detik, setiap hari dan setiap tahun saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul menurut pola-pola tertentu yang sesuai dengan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian kegiatan ma-

nusia-manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial itu dapat bersifat

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 15 kongkrit dan terjadi disekeliling kita tiap hari, dapat diobservasi, diphoto, maupun didokumentasikan. 3) Sebagai benda-benda hasil karya manusia (artifacts). Wujud ketiga

dari kebudayaan adalah kebudayaan fisik, yang tidak memerlukan banyak penjelasan. Karena kebudayaan fisik ini merupakan seluruh hasil fisik dari kegiatan, perbuatan, maupun karya manusia dalam suatu masyarakat, maka sifatnya juga paling konkrit berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto ada benda yang sangat besar, seperti pabrik baja; ada yang sangat kompleks dan canggih seperti komputer atau bendabenda besar dan bergerak seperti kapal tangki raksasa ada bangunan hasil seni arsitektur misalnya candi, atau benda-benda kecil seperti kain batik, kancing baju dan sebagainya. Ketiga wujud dari kebudayaan di atas,

dalam kenyataan tentu tidak saling terpisahkan; kebudayaan ideal dan adatistiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan serta karya manusia, baik pikiran-pikiran dan ide-ide, maupun tindakan dan karya manusia.

d.

Definisi EB. Tylor yang dibuat 1871 adalah yang biasanya paling disetujui

sebagai landasan pendefinisian. Menurut Tylor kebudayaan adalah suatu kompleks yang menyeluruh, yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan berbagai kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat. Melalui definisi ini terdapat semacam pengertian kebudayaan yang dilihatnya sebagai cara hidup dari sebuah masyarakat atau pola-pola kelakuan. Akan tetapi kita juga dapat mengajukan pertanyaan kritis berikutnya bahwa selain istilah pola-pola kelakuan dapat dilihat sebagai pola-pola bagi kelakuan maka ia juga dapat dilihat sebagai pola-pola dari kelakuan. Bila kebudayaan dilihat sebagai pola-pola bagi kelakuan, maka dalam pengertian tersebut kebudayaan dilihat sebagai ide-ide, konsepkonsep dan pengetahuan yang diwujudkan dalam dan memberi corak dan arah pada kelakuan. Apabila kebudayaan itu dilihat sebagai pola-pola dari kelakuan, maka kelakuan itu sendiri dilihat sebagai kebudayaan. Dalam hal yang pertama kebudayaan tidak dapat langsung diamati dan dianalisis karena yang dapat langsung diamati dan dianalisis adalah kelakuan dan hasil-hasil kelakuan. Sedang kebudayaan itu sendiri ada dalam pengetahuan manusia yang mewujudkan tindakan-tindakannya. Metoda pendekatannya yang digunakan adalah interpretif KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 16 (tafsir budaya / interpretatiaon of culture). Dengan kata lain kebudayaan itu

bersifat relatif sesuai dengan pola kebudayaan yang bersangkutan. Dalam hal yang kedua, kebudayaan yang karena diperlakukan sebagai kelakuan, maka dapat diamati dan langsung dianalisis.

14.

Evaluasi. a. b. c. Jelaskan tiga wujud dari kebudayaan ! Jelaskan apakah kebudayaan dapat langsung diamati ! Jelaskan definisi kebudayaan menurut Ilmu Antropologi Budaya !

BAB IV ANTROPOLOGI TERAPAN DAN ANTROPOLOGI PEMBANGUNAN 15. Umum. Antropologi terapan sudah berkembang sejak awal abad ke 20 ini.

Di zaman kolonial antropologi terapan dipergunakan oleh pemerintah jajahan untuk mempelajari kebudayaan dan masyarakat suku-suku bangsa di wilayah jajahannya untuk meningkatkan kebijaksanaan pemerintahannya. Dalam zaman merdeka, antropologi

terapan dipergunakan oleh negara-negara yang tengah meningkatkan pembangunannya untuk memperlajari kebudayaan dan untuk mensukseskan pembangunan. Di Indonesia, yang merupakan salah satu negara bekas jajahan yang sedang meningkatkan pembangunannya, penelitian-penelitian antropologi terapan itu bermanfaat antara lain : a. Ikut memberi masukan untuk upaya perencanaan pembangunan lima

tahunan Jangka Menengah (RPJM). b. Ikut meneliti feasibility atau kelayakan pelaksanaan proyek-proyek pemdari sudut pembangkitan partisipasi dan pemberdayaan

bangunan, terutama masyarakatnya.

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 17 c. Ikut meneliti masalah-masalah sosial budaya yang merupakan dampak

sampingan atau bahkan bias yang timbul dari pelaksanaan proyek-proyek pembangunan. d. Ikut meneliti dan mengevaluasi bersama (self evaluation) dengan subyek-

subyek masyarakat terhadap sukses atau gagalnya suatu proyek pembangunan. Adapun lapangan-lapangan masalah pembangunan nasional Indonesia yang

dapat dikaji dengan pendekatan dan metodelogi antropologi adalah : 1) 2) 3) 4) Masalah penduduk, mobiltas, dan kualitas tenaga kerja Indonesia. Masalah ragam struktur masyarakat pedesaan dan relasi jender. Masalah migrasi, transmigrasi, urbanisasi dan akses terhadap tanah. Masalah konflik sosial, otonomi daerah/desentralisasi, dan

hubungannya dengan integrasi nasional . 5) Masalah pendidikan, kesehatan, perumahan, dan pemenuhan hak-

hak dasar manusia. 6) Masalah kedaulatan pangan, energi, dan ketersediaan air bersih

serta keberlanjutan lingkungan.

16.

Pranata / Lembaga Sosial. a. Apabila kebudayaan seperti diuraikan di atas dimaksudkan sebagai konsep

yang memberi arah bagi kelakuan manusia yang berpola, maka tentu saja bisa kita perinci fungsi-fungsi khasnya dalam hal memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia dalam masyarakatnya. Komponen-komponen yang menyertai kelakuan berpola yang khas ini ialah sistem norma dan peralatannya, ditambah dengan manusia atau personel yang melaksanakan kelakuan berpola inilah yang dapat kita sebut sebagai pranata atau lembaga sosial (social institution). Sebagai contoh penggolongan pranata / lembaga sosial dapat dibaca di bawah ini : 1) Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kehidupan kekerabatan pelamaran, perkawinan,

(kinship / domestic institutions). Contoh : perceraian, pengasuhan anak-anak, dsb. 2)

Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk

pencarian hidup, memproduksi, menimbun, dan mendistribusi harta dan

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 18 benda, yaitu economic institutions. Contoh : pertanian, peternakan, perburuan, feodalisme, industri, koperasi, barter, dsb. 3) Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan

dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna, ialah educational institutions. Contoh : pendidikan rakyat, pendidikan menengah/tinggi, pemberantasan buta huruf, pustakaan umum, dsb. 4) Pranata-pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah

manusia, menyelami alam semesta, ialah scientific institutions. Contoh : metode ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah, dsb. 5) Pranata-pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia

menyatakan rasa keindahannya, dan untuk rekreasi, ialah aesthetic and recreational institutions. Contoh : seni rupa, seni suara, seni gerak, kesusasteraan, olahraga, dsb. 6) Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk

berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib ialah religious institutions. Contoh : rumah ibadah, doa, kenduri, upacara, penyiaran agama, pantangan, ilmu gaib, dsb. 7) Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk

mengatur kehidupan berkelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara, ialah political institutions. Contoh : pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan, dsb. 8) Pranata-pranata yang mengurus kebutuhan jasmaniah dari manusia,

ialah somatic institutions. Contoh : pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran, dsb.

17.

Minat Antropologi di Indonesia.

Perhatian besar yang dewasa ini diletakkan

para ahli Antropologi di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia, adalah pada masalah integrasi Nasional. Heterogenitas suku-suku bangsa yang menjadi

pendukung Nasional suatu negara baru yang relatif muda (developing countries) biasanya begitu rumit dan sekaligus membawa kerentanan. Pertumbuhan penduduk

yang begitu besar dan terciptanya angkatan kerja yang menuntut lapangan kerja luas KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 19 adalah tipikal masalah berikutnya yang banyak dihadapi negara berkembang. Demikian pula dengan masalah yang timbul dari akibat proses migrasi, transmigrasi, tingginya angka kematian anak balita, ibu hamil, dan sebagainya adalah bagian dari problema kependudukan di Indonesia sebagai negara berkembang. Masalah lain yang menuntut perhatian ahli Antropologi adalah mengenai kemiskinan dan ketidakadilan struktur agraria di pedesaan dan perkotaan. Di Indonesia akhir-akhir ini, terutama semenjak bergulirnya gerakan reformasi di akhir 90-an masalah enyerobotan, okupasi tanah, dan reclaiming lahan, menjadi begitu marak dan terjadi hampir merata di seluruh penjuru tanah air. Membesarnya jumlah mereka yang berstatus petani gurem atau bahkan tak

bertanah (landless) di wilayah pedesaan makin memprihatinkan, penggusuran tanah di perkotaan atas nama pembangunan hampir tidak menyisakan tempat lagi bagi

segolongan warga masyarakat untuk dapat tinggal dan hidup layak. Gejala radikalisme agraria yang makin menguat dan pada gilirannya dapat memicu terjadinya revolusi sosial baik di pedesaan maupun perkotaan perlu menjadi perhatian utama bagi para ahli antropologi dalam hal ini. Berdasarkan uraian di atas kita dapat membedakan studi-studi Antropologi paling sedikit dalam 4 (empat) tema masalah : a. Masalah kependudukan (kelahiran, kematian, angkatan kerja dan

lapangan kerja, migrasi, transmigrasi, dan urbanisasi). b. Masalah struktur masyarakat desa (pelapisan sosial, kepemimpinan, pada

sumber-sumber agraria, mobilitas sosial, nilai dan peranan anak, lembaga / pranata sosial, dll). c. Masalah integrasi sosial (hubungan antar suku bangsa, hubungan antar

umat beragama, hubungan mayoritas-minoritas, masalah integrasi kebudayaankebudayaan di Irian Jaya, Aceh, Kalimantan Barat, Maluku, dll). d. Masalah pendidikan, orientasi nilai budaya, dan etos kerja (kewirausahaan

dan perkembangan ekonomi, pemberdayaan perempuan, nasionalisme, dll). 18. Antropologi Terapan Kaitannya dengan Antropologi Pembangunan. a. Antropologi terapan. Di samping Sosiologi dan Psikologi merupakan salah

satu ilmu sosial yang bersifat dasar yang juga dapat berfungsi sebagai ilmu terapan. Sebagai suatu ilmu yang tercipta pada pertengahan abad ke 19, mula-

mula dengan adanya diskripsi-diskipsi mengenai beraneka ragam kebudayaan suku bangsa serta bangsa-bangsa yang menduduki benua-benua di luar Eropa, KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 20 seperti bermacam-macam kebudayaan penduduk Afrika, Asia dan kepulauan Pasifik, serta penduduk asli Benua Amerika Utara, Tengah dan Selatan. Ketika pada akhir abad ke 19 sebagian besar dari negara-negara penjajah di Eropa mencapai kemantapan kekuasaan di daerah-daerah jajahan mereka, diskripsi tentang masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa penduduk di daerahdaerah tersebut menjadi bahan yang sangat berguna bagi pemerintah-pemerintah jajahan itu untuk menyusun kebijaksanaan penjajahannya. Dengan demikian

tidak mengherankan apabila Inggris yang ingin mengembangkan karier di daerah jajahannya di Afrika, Asia, atau di pulau-pulau Lautan Pasifik, sebagai pegawai pemerintahan jajahan, sebagai perwira tentara jajahan, atau sebagai pendeta penyiar agama Nasrani, memperoleh pendidikan khusus untuk jabatan-jabatan yang akan mereka pangku. b. Dengan demikian, sudah sejak zaman adanya negara-negara penjajah

Antropologi menjadi ilmu yang mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaan di negara-negara jajahan, yang diterapkan sebagai Antropologi

terapan dengan maksud untuk memantapkan kekuasaan pemerintah jajahan tersebut. Sekarang masa penjajahan sudah lewat, dan hampir semua daerah Negara-negara

jajahan di dunia telah menjadi negara-negara yang merdeka.

baru ini harus mengisi kemerdekaan mereka dengan pembangunan untuk membebaskan penduduknya dari kemiskinan dan kebodohan, dan untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk hidup lebih makmur, nyaman, sehat dan dengan kualitas yang tinggi. Kecuali itu, karena dalam menduduki daerah-daerah jajahan itu negara-negara penjajah tidak memperhatikan pola-pola persebaran kebudayaan suku-suku bangsa yang terdapat di daerah-daerah yang

bersangkutan, maka akibatnya jajahan itu bersifat multi etnik.

hampir semua negara merdeka bekas daerah Artinya, penduduknya terdiri dari banyak suku

bangsa dengan kebudayaan yang berbeda-beda pula dan yang menambah ruwet keadaan ialah garis batas negara nasional yang baru merdeka itu seringkali memotong suatu daerah tempat asal satu suku bangsa. Dengan demikian ilmu

Antropologi terapan juga penting di negara-negara bekas daerah jajahan yang sedang berkembang itu, untuk ikut memecahkan masalah integrasi Nasional dan persatuan bangsa, dengan perkataan lain, untuk ikut memecahkan masalahmasalah yang berkaitan dengan sila ke tiga dari Pancasila.

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 21 c. Antropologi pembangunan. Berdasarkan uraian di atas, bagi negara-

negara yang sedang berkembang, Antropologi terapan adalah indentik dengan Antropologi pembangunan. Antropologi di suatu negara yang sedang ber-

kembang seperti Indonesia, dapat merupakan suatu ilmu dasar yang meneliti masalah-masalah mengenai asas-asas kebudayaan dan masyarakat guna mengembangkan konsep-konsep, metodologi, serta teori-teori seksama baru yang lebih

dan tajam, tetapi bisa juga merupakan ilmu terapan yang meneliti

masalah-masalah perubahan serta pergeseran unsur-unsur kebudayaan dan masyarakat dalam masa transisi sosial budaya akibat pembangunan Nasional. Pada umumnya kita lihat bahwa di negara-negara baru seperti itu Antropologi tipe kedua, yaitu Antropologi terapan atau antropologi pembangunan itu dianggap lebih penting daripada ilmu Antropologi tipe pertama, yaitu Antropologi sebagai suatu ilmu pengetahuan dasar. d. Di Indonesia, sikap umum terhadap Antropologi juga masih berdasarkan

anggapan bahwa Antropologi pembangunan lebih penting daripada Antropologi sebagai ilmu dasar. Proses transisi sosial budaya dari peradaban agraris yang

tradisional ke suatu peradaban industri yang modern juga diusahakan dengan sengaja agar dapat berlangsung lebih cepat, dan untuk itu diadakan tahap-tahap pembangunan yang masing-masing berlangsung lima tahun. Agar rangkaian

rencana pembangunan yang kita kenal dengan nama Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) itu dapat disusun secermat dan seteliti mungkin, perlu diadakan penelitian-penelitian dalam segala sektor dengan metodelogi ilmiah dari semua bidang ilmiah, yaitu ilmu-ilmu alam dan teknologi maupun ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Peranan Antropologi pembangunan sebagai salah satu ilmu

sosial dalam rangka usaha pembangunan Nasional adalah penelitian terhadap sejumlah masalah sosial budaya tertentu, dengan metodelogi pendekatan yang khusus. 1) 2) 3) Metodologi pendekataan yang khusus itu : Pendekatan masalah secara holistik. Pendekatan masalah secara mikro. Pendekatan masalah dengan metode komparatif.

Penjelasannya sebagai berikut :

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 22 1) Pendekatan secara holistik selalu mencoba meneliti suatu masalah

sosial budaya dalam rangka kehidupan masyarakat sebagai suatu kesatuan menyeluruh. Masyarakat sering berupa suatu komuniti desa, tetapi bisa

juga suatu bagian kota. Metodologi holistik dikembangkan oleh ilmu Antropologi ketika ilmu itu masih berada dalam fasenya untuk meneliti masyarakat pedesaan kecil yang dapat dicakup dalam suatu penelitian lapangan dalam waktu yang relatif lama, yaitu rata-rata dalam satu tahun. 2) Pendekatan secara mikro adalah konsekuensi lanjut dari penelitian-

penelitian terhadap komunitas desa atau masyarakat kecil dalam jangka waktu yang lama. Dengan itu si peneliti dapat mempelajari segi-segi detil dari suatu gejala sehingga dapat terkumpul data yang sangat mendalam dan konkrit tentang suatu masalah sosial budaya tertentu. Data konkrit itu kemudian dapat dipakai sebagai pedoman dalam usaha menganalisis masalah-masalah yang serupa pada kasus-kasus lain sehingga akhirnya dapat tercapai suatu pengertian umum yang mendalam terhadap masalah bersangkutan. Ahli Antropologi Inggris R. Firth pernah menyatakan bahwa pendekatan mikro terhadap masalah-masalah sosial budaya itu merupakan sifat yang sangat khas dari ilmu antropologi dan ia pernah menyebut ilmu antropologi osiologi mikro sebagaimana telah dijelaskan diatas. 3) Metodologi komparatif adalah kebiasaan ilmuwan Antropologi sejak

awal. Hal itu disebabkan karena ilmu Antropologi selalu menghadapi gejala aneka ragam bentuk masyarakat dan kebudayaan yang sangat besar. Dengan demikian berbagai metode komparatif yang khas telah

dikembangkan Antropologi dan salah satu adalah metode perbandingan Lintas Kebudayaan (cross-cultural method). Dalam hal ini dipergunakan

satu atau beberapa gejala sosial budaya yang erat berkaitan, yang dibandingkan dengan gejala-gejala serupa dalam suatu sampel yang cukup besar dari kebudayaan suku-suku bangsa yang tersebar luas di muka bumi. e. Dengan metodologinya yang khas tadi Antropologi dapat digunakan untuk

melakukan penelitian terhadap masalah tertentu yang biasanya bersifat menghambat proses pertumbuhan ekonomi yang cepat, karena itu para ahli Antropologi diminta untuk menambah pengertian para perencana pembangunan memberi data mendalam mengenai masalah-masalah tadi melalui jalur penelitian atau jalur KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 23 konsultasi dalam rapat-rapat kerja atau seminar-seminar pembangunan. Apabila rencana pembangunan sudah selesai, maka naskah diperdebatkan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat yang akan menilainya, dan akhirnya mengesahkan dalam bentuk yang utuh atau dengan berbagai perubahan, pengurangan atau penambahan. Adapun bantuan penelitian dan konsultasi para ilmuwan dan khususnya para ahli Antropologi diperlukan lagi sebelum dan pada waktu tiap proyek pembangunan dilaksanakan. Dalam hal itu penelitian bersifat sangat praktis, berupa kerjasama dengan para ilmuwan dari cabang-cabang ilmiah lain dan berupa penelitian yang disebut studi kemungkinan atau kelayakan

pelaksanaan proyek (feasibility studies). Setelah itu, kalau suatu proyek atau sub proyek pembangunan sudah mulai berjalan, biasanya ada berbagai akibat sampingan dari proyek itu, baik dalam lingkungan alam semestanya, maupun dalam lingkungan sosial budayanya. Disitulah bantuan penelitian dan konsultasi ilmiah untuk mengumpulkan data serta menganalisis akibat-akibat sampingan tadi diperlukan lagi. f. Masalah-masalah pembangunan yang khas untuk Antropologi. Antropologi

di Indonesia dapat berperan dalam masalah sosial budaya dengan metodologi pendekatannya yang khas seperti terurai diatas. Disamping itu ada lima masalah pembangunan yang khas dari Antropologi, yaitu :

Bagan 3 Prosedur Pembangunan Nasional

Perencanaan Pembangunan

Evaluasi Dari RPJM Dalam DPR

Pelaksanaan Programprogram

Bantuan penelitian dan konsultasi ilmiah, khususnya ilmu antropologi, untuk masalah sosial budaya dlm pembangunan

Kekuatan-kekuatan politik

Bantuan penelitian & konsultasi ilmiah untuk : (1) Implementasi proyek, (2) Dampakpembangunan (3) Kajian evaluasi (partisipatoris) proye.k

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 24

19.

Tipologi Kelompok-kelompok Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia. Berbicara tentang penduduk Indonesia, maka kita dapat menarik jauh ke belakang

hingga ke masa prehistori dan dalam dimensi persoalan yang beraneka ragam.

Seba-

gai gambaran kita dapat mengupas mengenai apa dan siapa penduduk Indonesia tertua dan bagaimana hubungannya dengan persebaran bangsa-bangsa dalam zaman prehistori. Bagaimana persebaran kepandaian membuat benda-benda perunggu di Indonesia, dan rician lainnya. Namun dalam konteks kepentingan kali ini yang akan kita uraikan

berikutnya adalah mulai dengan bahasan bagaimana sejarah penduduk Indonesia mengalami gelombang-gelombang perpindahan dan menerima pengaruh corak-corak

kebudayaan luar, selanjutnya bagaimana kategorisasi gambaran penduduk Indonesia menurut kondisi / keadaan sekitar alamnya. a. Pengaruh kebudayaan Hindu. Adalah penting untuk mengawali uraian

ini dengan mengulas pengaruh kebudayaan Hindu pada kehidupan penduduk di Indonesia yang untuk ini kita dapat mengamatinya dari jejak batu-batu bertulisan yang ditemukan di Jawa Barat (Bogor) dan pantai Kalimantan Timur (Kutai). Dari bentuk dan gaya huruf maka diperkirakan Hindu masuk ke Indonesia pada abad ke 4 Masehi. Kerajaan-kerajaan Hindu ini merupakan kerajaaan asli Indonesia yang

hidup makmur berdasarkan perdagangan dengan negara-negara di India Selatan. Hal yang perlu dicatat di sini adalah pengaruh kebudayaan dan kesusastraan Hindu masa itu sesungguhnya hanya terbatas pada lapisan-lapisan dan

lingkungan masyarakat teratas, ialah lapisan dan lingkungan masyarakat istana. Hal lain adalah tentang pengaruh kebudayaan Hindu me-ngenai konsepsi susunan negara. Dalam konsepsi ini susunan negara ditata dengan amat hirarkis dengan aneka bagian dan fraksi-fraksinya yang dapat dIgolongkan ke dalam empat sampai delapan bagian besar yang bersifat sederajat dan tersusun simetris. Semua golongan atau fraksi tadi diorientasikan ke atas pada sang raja yang dianggap keturunan dewa dan bersifat keramat serta dipercaya merupakan puncak dari segala hal yang ada dalam negara dan merupakan pusat dari alam semesta. Di Indonesia, terutama oleh negara-negara pendalaman yang ekonominya berdasarkan sistem pertanian padi dengan irigasi di sawah-sawah, konsepsi dan

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 25 struktur kenegaraan Hindu diadopsi. Negara-negara di jawa Tengah, dalam abad ke 9 sampai ke 12, dan negara-negara di Jawa Timur abad ke 12 sampai ke 15 mencerminkan hal tersebut, seperti tampak pada gejala negara Mataram Kuno, Negara Kediri, negara Singosari, dan negara Majapahit. Kejayaan negara-negara agraris ini tinggal terbatas dalam lapisan tertinggi masyarakat yang menjelma

dalam kehidupan mewah dengan upacara-upacara kerajaan yang besar, tidak menetes sampai ke lapisan-lapisan masyarakat bawah, seperti petani di desadesa. Kejayaan tersebut yang tercermin pada negara Majapahit, tetap

berlangsung tidak lama karena kemudian dirongrong oleh kekuatan-kekuatan baru yang datang dari kota-kota pelabuhan di daerah pesisir. Sekitar tahun 1518 sisasisa terakhir dari negara Majapahit dihancurkan oleh negara-negara pesisir yang beragama Islam. Berbeda dengan negara pedalaman, pada negara-negara yang terletak di pantai atau maritim pesisir yang ekonominya berdasarkan perdagangan

pengaruh kebudayaan Hindu sangat kecil.

Sifat negara seperti ini lebih

merupakan negara kota, karena ekonominya tidak membutuhkan suatu wilayah pedalaman yang luas dengan rakyat banyak yang hidup dari pertanian di desadesa. Semua bangunan rumah milik rakyat kecil, budak, buruh, tukang-tukang, Tanpa ada

orang-orang kaya, hingga raja sama saja, yaitu terbuat dari kayu.

konsepsi tentang raja dan keturunan dewa, maka tak dibutuhkan bangunan candi yang megah-megah, raja-raja itu akan dikubur bagitu saja dunia. apabila meninggal

Sebagai contoh negara Sriwijaya yang tak meninggalkan jejaknya berupa

bangunan-bangunan candi atau bekas kota-kota dan pelabuhan-pelabuhan yang luas. b. Pengaruh Kebudayaan Islam. Pada proses perkembangan negara-negara

pesisir, rupanya golongan pedagang Indonesia menjadi kaya, dan suatu golongan bangsawan kota pelabuhan timbul. Mereka kemudian terpengaruh kebudayaan Islam yang dibawa para pedagang Gujarat -India Selatan dan Parsi padahal

agama Islam yang berkembang di sana mengandung banyak nilai mistik. Dalam keadaan seperti itu kita dapat memahami bagaimana tempat para penyiar agama Islam yang dalam folkore orang Jawa disebut Wali, dan didalam kepercayaan rakyat dianggap orang-orang keramat. Agama Islam yang lebih murni sifatnya

datang kemudian sebagai gelombang pengaruh kedua, waktu itu sudah banyak orang mengunjungi Mekkah dan Madinah (naik Haji). Di daerah-daerah yang

belum amat terpengaruh kebudayaan Hindu, agama Islam mempunyai pengaruh KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 26 yang kuat dan mendalam pada penduduk di daerah yang bersangkutan. Seperti

Aceh, Banten, Sumatra Barat, dan Sulawesi Selatan, Sumatra Timur, dan pantai Kalimantan. Sebaliknya, di daerah-daerah dimana pengaruh kebudayaan Hindu

itu kuat dan telah mengembangkan suatu corak tersendiri seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur, agama Islam dirobah menjadi suatu agama yang kita kenal dengan agama Jawa. Mereka yang menganut ajaran-ajaran dari agama Islam

secara taat dalam bahasa Jawa disebut santri. Wilayah pulau Jawa yang dominan santri ada di beberapa daerah seperti di daerah pesisir Utara Jawa Timur. Sementara yang minoritas ada di daerah Yogyakarta, Surakarta, dan Madiun dll. c. Pengaruh Kebudayaan Eropa. Masuknya zaman pengaruh kebudayaan

Eropa di Kepulauan Nusantara didahului dengan aktivitas perdagangan Portugis pada paroh pertama abad ke 16, sesudah negara Portugal dalam tahun 1511 dapat menaklukkan pelabuhan negara Malaka yang letaknya amat strategis,

sebagai pintu gerbang untuk masuk ke laut-laut Nusantara dari arah Barat. Namun Portugis tidak dapat bertahan lama karena orang Eropa seperti Belanda, Spanyol dan Inggris segera datang menyusul. Dalam persaingan sengit inilah

akhirnya Belanda dengan perusahaan dagangnya (VOC) berhasil menduduki tempat-tempat paling strategis, (yaitu di Maluku Tengah Banda, Ambon, Seram). Pada akhir abad ke 18, VOC mengalami kemunduran dan 1799 dinyatakan bangkrut oleh pemerintah, dengan demikian harta miliknya diambil alih oleh kerajaan Belanda, dan dengan begitu daerah-daerah di Indonesia yang selama itu dikuasasi VOC dialihkan menjadi jajahan Belanda. Pada waktu itu belum semua

daerah yang sekarang menjadi wilayah negara RI itu dikuasai oleh Belanda, misalnya Bengkulu yang baru ditukarkan dengan Singapura dari Inggris kepada Belanda pada tahun 1824 melalui perjanjian diplomatik. Tanah Batak baru bisa

dikuasai Belanda sepenuhnya tahun 1883, Lombok tahun 1894, Bali tahun 1906, Aceh perlu 30 tahun peperangan Belanda menguasai. antara 1873 sampai dengan 1903 sebelum

Pusat-pusat kekuasaan Pemerintah Belanda merupakan

kota-kota pemerintahan, seperti kota Provinsi, kota Kabupaten dan kota Distrik. Pada beberapa kota di Jawa dan beberapa daerah lain di Indonesia sejak satu abad yang lalu telah berkembang pula suatu golongan orang pedagang Indonesia yang dapat menempati sektor ekonomi di tingkat menengah yang belum atau tidak diduduki oleh orang-orang Cina, seperti kerajinan tangan, batik, tenun, rokok kretek, dll. Namun suatu golongan pedagang dan usahawan yang kuat dengan KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 27 suatu gaya hidup dan kebudayaan yang dapat terasa pengaruhnya pada golongan-golongan lainnya di Indonesia belum pernah berkembang. Sampai

sekarang kebudayaan mentalitas pegawai negeri masih amat mempengaruhi kebudayaan Indonesia pada umumnya. Memang sektor perdagangan ditingkat menengah dan golongan perantara dalam zaman kolonial Belanda dikuasai oleh pemerintah saat itu kepada orang-orang Cina dan keturunan orang Cina, yang mulai masuk ke Indonesia dalam jumlah relatif banyak sejak abad ke 17 dan ke 18. Di dalam masyarakat kolonial, mereka mendapat kedudukan dalam perdagangan perantara / tengkulak, yang menghubungkan perdagangan di tingkat dalam konteks ekonomi pedesaan bawah

dengan perdagangan besar dalam keDalam struktur

rangka ekonomi ekspor di tingkat internasional, yaitu Belanda.

ekonomi seperti tersebut diatas, rakyat Indonesia untuk sebagian besar hidup di desa-desa, berada dalam keadaan miskin dan tidak ikut terseret dalam proses perkembangan dan kemajuan ekonomi serta kemakmuran luar biasa yang dialami oleh kaum penjajah. Namun, dalam keadaan serba miskin itu rakyat Indonesia,

terutama di Jawa dimana kekuasaan Belanda paling mantap, mengalami proses kenaikan jumlah penduduk dengan laju luar biasa cepat. Pengaruhi kebudayaan

Eropa yang positif adalah lewat sistem pendidikan sekolah-sekolah Belanda yang mendorong rakyat kita untuk mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Memang diakui kondisi ini masih amat terbatas karena belum menyebar dikalangan luas. Pengaruh kebudayaan Eropa yang juga masuk dalam

kebudayaan Indonesia dalam rangka kolonialisme ialah agama Katolik dan Kristen Protestan. Agama-agama ini biasanya disiarkan dengan sengaja oleh organisasiorganisasi penyiaran agama (missie dan zending) yang semua bersifat swasta. Penyiaran terutama dilakukan di daerah penduduk yang belum pernah mengalami pengaruh agama Hindu, Budha atau yang belum memeluk agama Islam. Daerah-daerah itu adalah Irian Jaya, Maluku Tengah dan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, NTT, dan pedalaman Kalimantan. 20. Distribusi, Aneka Warna dan Penduduk Indonesia. Distribusi penduduk Indonesia merupakan suatu gejala yang menyolok. Seperti

kita ketahui jumlah penduduk negara Indonesia besar, sekarang menduduki no. 4 di dunia sesudah Cina, India, dan Amerika Serikat. Sementara itu wilayah Indonesia juga

luas hingga memiliki 3 area waktu yang berbeda, 65 % dari penduduk menetap di pulau

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 28 Jawa dan Madura yang notabene hanya merupakan 7 % saja dari luas wilayah Indonesia. Selain itu lebih dari sekitar 65 % penduduk masih hidup di wilayah pedesaan. Di dalam

lingkungan pedesaan apalagi di lokasi yang terpencil aneka warna bentuk masyarakat dan kebudayaan tadi relatif masih akan tetap terpelihara, sehingga perbedaan antar masyarakat dan budayanya tetap menyolok. Dengan perkembangan masyarakat

perkotaan yang sehat, gejala perbedaan antar suku-bangsa lambat laun tentu sewajarnya akan berkurang. Namun gejala akhir-akhir ini memang menunjukkan arah sebaliknya,

melalui proses urbanisasi, migrasi, transmigrasi dan terutama sekali implementasi otonomi daerah ternyata orientasi kesukubangsaan malahan menjadi intensif.

Persaingan untuk memperebutkan kesempatan di bidang ekonomi dan kedudukan sosial yang terbatas itu sampai derajat tertentu mengintensifkan pola-pola organisasi yang lama dan mereka mengelompok berdasarkan orientasi suku bangsa atau kesatuan-kesatuan adat lainnya (primordialisme). Dari kenyataan akhir-akhir ini menjadi jelas bagi kita gejala aneka warna kebudayaan dihubungkan dengan peluang terbatas di bidang ekonomi itu menjadi suatu realitas sosial tersendiri yang menyimpan potensi besar gejolak sosial. Dengan demikian memahami dengan tepat dan utuh faktor-faktor heterogenitas kelompok-kelompok masyarakat dan kebudayaan di Indonesia serta proses-proses tarikmenariknya memegang posisi sentral. Dalam kerangka itu suatu penyusunan tipologi Dalam hal ini kita

sosial budaya atas unsur-unsur tertentu bisa menjadi langkah awal.

dapat memulainya dengan melihat persamaan pada aspek adaptasi ekologis, sistem dasar kemasyarakatan, serta gelombang-gelombang pengaruh kebudayaan luar yang pernah dialami. Tipologi sosial budaya atas kelompok-kelompok masyarakat di Indonesia itu

adalah sebagai berikut : 1) Tipe kelompok masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat

sederhana, dengan keladi dan ubi jalar sebagai tanaman pokoknya dalam kombinasi dengan berburu dan meramu, penanaman padi tak dibiasakan, sistem dasar kemasyarakatannya berupa desa terpencil tanpa diferensiasi dan stratifikasi yang berarti, gelombang pengaruh kebudayaan menanam padi, kebudayaan perunggu, kebudayaan Hindu dan agama Islam tak dialami, isolasi dibuka oleh Zending atau Missie. Mentawai dan penduduk pantai utara Irian Jaya. Contoh : Kebudayaan

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 29 2) Tipe kelompok masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam

di ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman pokok, sistem dasar kemasyarakatannya berupa komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang sedang dan yang merasakan diri bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar. Dengan suatu bagian atas yang dianggap lebih halus dan beradab di dalam masyarakat kota yang menjadi arah orientasinya itu, mewujudkan suatu peradaban kepegawaian yang dibawa oleh sistem pemerintah kolonial beserta Zending dan Missie, atau oleh pemerintah RI yang merdeka, gelombang pengaruh kebudayaan Hindu dan agama Islam tidak dialami. Contoh : Kebudayaan Nias, Batak, penduduk Kalimantan Tengah, Minahasa, Flores dan Ambon. 3) Tipe kelompok masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam

di ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya, sistem dasar kemasyarakatannya berupa desa komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang sedang, masyarakat kota yang menjadi arah orientasinya mewujudkan suatu peradaban bekas kerajaan berdagang dengan pengaruh yang kuat dari agama Islam, bercampur dengan suatu peradaban kepegawaian yang dibawa oleh sistem pemerintah kolonial, gelombang pengaruh kebudayaan Hindu tidak dialami, atau hanya kecil saja sehingga terhapus oleh pengaruh agama Islam. Contoh : kebudayaan Aceh, Minangkabau dan Makasar. 4) Tipe kelompok masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam

di sawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya, sistem dasar kemasyarakatannya berupa komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang agak kompleks, masyarakat kota yang menjadi arah orientasinya itu mewujudkan suatu peradaban kepegawaian yang dibawa oleh sistem pemerintah kolonial, semua gelombang pengaruh kebudayaan yang dialami, atau seperti halnya pada kebudayaan Bali, gelombang pengaruh agama Islam hanya sejak setengah abad terakhir ini. Contoh : Kebudayaan Sunda, Jawa dan Bali. 5) Tipe kelompok masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat Con-

pemerintahan dengan sektor perdagangan dan industri yang lemah. toh : Kota-kota kabupaten, provinsi. KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 30 6) Tipe kelompok masyarakat metropolitan yang mulai mengembangkan

suatu sektor perdagangan dan industri yang agak berarti, tetapi masih didominasi oleh aktivitas kehidupan pemerintahan, suatu sektor kepegawaian yang luas dan dengan kesibukan politik di tingkat daerah maupun nasional. Contoh : Kota-kota metropolitan Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Menutup uraian ini kita dapat mengutip ungkapan

Medan, Palembang, dll.

Lombard (96) yang menyatakan Indonesia dengan posisinya yang berada di persimpangan jalan, pada titik pertemuan berbagai dunia dan kebudayaan, dalam sejarah evolusi seharusnya merupakan keuntungan, bukan merupakan kerugian. Bahkan ia semestinya menjadi syarat, untuk terciptanya peradaban agung. Proses-proses difusi atau persebaran kebudayaan

dari luar yang diterima kelompok-kelompok masyarakat di Indonesia, apalagi yang berada di jawa, yang tidak pernah sempat berkembang tanpa gangguan dari pengaruh luar itu, perlu diterima justru sebagai peluang untuk memupuk kapital budaya. Dengan kapital budaya yang demikian itu

pada gilirannya kita berharap ia akan mampu mengadabkan kelompokkelompok masyarakat di Indonesia sehingga antar warga di dalamnya dan hidup damai sejahtera dan secara kolektif mampu hidup berdampingan sejajar dengan kelompok-kelompok masyarakat luar di tingkat internasional.

21.

Manfaat Hasil Studi Antropologi Budaya Untuk Para Pengambil Keputusan.

Apa makna inti dan manfaat yang dapat diambil dari seluruh uraian di atas ? Menjawab hal ini tentu saja terbuka lebar bagi kita untuk merumuskan arti pokok dan manfaat yang tepat, sesuai dengan kebutuhan dan konteks persoalan yang sedang dihadapi. Namun demikian tentu saja ada pokok-pokok substantif yang dapat kita angkat dari sumbangan studi-studi antropologi budaya antara lain sebagai berikut : a. Proses yang sedang kita tempuh sekarang adalah membangun masyarakat

secara keseluruhan dengan unsur-unsur pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan dunia usaha di lingkup kabupaten/kota sebagai pengemban atau pemangku kepentingan (stakeholders) utama. Proses membangun berarti mengubah taraf kualitas kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan menjadi lebih baik. Di dalam mencapai taraf hidup tadi, maka perlu disadari kelompokkelompok masyarakat yang ada di wilayah kita (berpeluang mewujud dari berbagai

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 31 aras / level desa, kecamatan, kabupaten, dst) adalah heterogen atau plural. Sumbangan studi-studi Antropologi yang dapat dimanfaatkan dalam konteks ini adalah mengidentifikasikan faktor-faktor budaya apa yang menjadi dasar pembeda antar kelompok-kelompok masyarakat yang bersangkutan. Sistem nilai / norma

apa yang dianut warga dari masing-masing kelompok sosial tersebut, apa implikasinya terhadap sikap dan perilaku pada warga pendukungnya terhadap realitas sosial yang dihadapinya. b. Sebagai usaha membangun maka dengan sendirinya yang terjadi adalah

proses-proses pergerakan, perubahan, pergeseran dan perkembangan kehidupan masyarakat yang terencana. Namun bersamaan dengan itu muncul pula perubahan tak terencana, bahkan ekses-ekses yang tak terduga. Lebih jauh studi-studi

Antropologi dalam kaitan gerak kebudayaan ini dapat menyumbangkan analisis mengenai : 1) rima. 2) 3) 4) Masalah unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit diterima. Masalah individu-individu yang cepat menerima yang baru. Masalah ketegangan-ketegangan sebagai akibat percampuran antar Masalah unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah dite-

kebudayaan yang berbeda (akulturasi) tersebut. c. Meneliti isi dan akibat dari pembentukan, penguatan dan penyebaran pra-

sangka sosial (stereotypes) yang bisa menimbulkan keretakan hubungan antar etnis, suku, golongan, lapisan dan sebagainya. Termasuk dalam penelitian ini adalah mendapat pemahaman atas proses-proses komunikasi, saluran-saluran komunikasi, pelaku-pelaku komunikasi, efektivitas komunikasi dan sebagainya. d. Meneliti bagaimana hubungan antara tuntutan atas perubahan dan kenya-

taan yang ada, apa dan bagaimana perasaan frustasi dapat muncul di antara elemen-elemen masyarakat, bagaimana terbentuknya kelompok marginal-man. e. Bagaimana pengaruh eksternal bekerja dan berapa jauh tarikan-tarikan ke

luar ini berbahaya atau bermanfaat mendinamisasi gerak masyarakat.

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 32 22. Evaluasi. a. b. c. Sebutkan beberapa contoh penggolongan pranata lembaga sosial ! Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan masalah secara Holistik ! Sebut dan jelaskan masalah-masalah pembangunan yang khas dari Antro-

pologi !

BAB V EVALUASI AKHIR PELAJARAN (Bukan Naskah Ujian)

23.

Evaluasi Akhir.

a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Antropologi sosial dan Antropologi Budaya ! b. Jelaskan perbedaan antara Antropologi dan Sosiologi ! c. Jelaskan manfaat Antropologi Terapan ! d. Jelaskan tema masalah studi Antropologi ! e. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Metode Pendekatan yang khusus ! f. Jelaskan apa yang dimaksud dengan masalah pembangunan yang khas dari Antropologi ! g. Jelaskan apa yang dimaksud studi Antropologi dalam kaitan gerak kebudayaan, dan bagaimana ilmu tersebut dapat menyumbang analisis ! h. Jelaskan lapangan masalah pembangunan nasional Indonesia yang dapat dikaji dengan pendekatan Metodologi Antropologi ! i. j. Jelaskan definisi bersifat enumeratif ! Jelaskan penggolongan pranata /lembaga sosial dan berikan contohnya

BAB VI PENUTUP

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL 33 24. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai pegangan Perwira Demi

siswa pendidikan reguler Seskoad dalam mempelajari MP. Antropologi budaya.

kesempurnaan naskah, masih diperlukan masukan dan saran dari semua pihak seiring dengan laju perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi serta derap pembangunan TNI di masa yang akan datang.

ooo000ooo

KONFIDENSIAL