antidiabetes- laporan praktikum farmakologi_1.docx

24
ANTIDIABETES I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Membuktikan efek hipoglikemik suatu bahan/obat 2. Agar mahasiswa mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah 3. Agar mahasiswa dapat memahami gejala-gejala dan dasar farmakologi efek toksis obat penurun glukosa darah II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian insulin merupakan bab yang menarik dalam farmakoterapi. Tahun 1869 Langherhans menemukan kelompok sel dalam pangkreas yang disebut sesuai dengan namanya. Tahun 1889 von Mering atau Minkowski dapat menunjukkan pada anjing suatu kondisi penyakit yang terjadi setelah pangkreasnya diambil. Kondisi penyakit ini mirip dengan gambaran klinik diabetes melitus. Gejala-gejala ini dapat dihilangkan lagi dengan implantasi jaringan pankreas dibawah kulit. Walau pun demikian mereka tidak berhasil memelihara ekstrak kelenjar pankreas yang telah diambil, yang dengan ekstrak ini memungkinkan pengobatan hewan percobaan (Mutschler, 1991). Insulin adalah polipeptida dengan BM kira-kira 6000. Polipeptida ini terdiri dari 51 asam amino tersusun dalam dua rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfide yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19.

Upload: saputra20473

Post on 22-Nov-2015

96 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

antidiabetes

TRANSCRIPT

ANTIDIABETESI. TUJUAN PERCOBAAN1. Membuktikan efek hipoglikemik suatu bahan/obat2. Agar mahasiswa mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah3. Agar mahasiswa dapat memahami gejala-gejala dan dasar farmakologi efek toksis obat penurun glukosa darah

II. TINJAUAN PUSTAKAPenelitian insulin merupakan bab yang menarik dalam farmakoterapi. Tahun 1869 Langherhans menemukan kelompok sel dalam pangkreas yang disebut sesuai dengan namanya. Tahun 1889 von Mering atau Minkowski dapat menunjukkan pada anjing suatu kondisi penyakit yang terjadi setelah pangkreasnya diambil. Kondisi penyakit ini mirip dengan gambaran klinik diabetes melitus. Gejala-gejala ini dapat dihilangkan lagi dengan implantasi jaringan pankreas dibawah kulit. Walau pun demikian mereka tidak berhasil memelihara ekstrak kelenjar pankreas yang telah diambil, yang dengan ekstrak ini memungkinkan pengobatan hewan percobaan (Mutschler, 1991).Insulin adalah polipeptida dengan BM kira-kira 6000. Polipeptida ini terdiri dari 51 asam amino tersusun dalam dua rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfide yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain iu masih terdapat jembatan disulfide antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai AKarena insulin babi lebih mirip insulin insani maka dengan bahan insulin babi mudah dibuat insulin insani semisintetik. Disamping itu juga dapat disintesis insulin manusia dengan teknik rekombinan DNA (Ganiswarna,dkk,1995).Proinsulin disintesis dalam elemen poliribosom reticulum endoplasmic sel pancreas. Prohormon tersebut ditransfer kesistem reticulum endoplasmic dan kemudian ke kompleks Golgi. Ditempat terakhir ini terjadi perubahan proinsulin menjadi insulin. Granula yang mengandung insulin, proinsulin dalalm jumlah kecil dan peptide-C kemudian terlepas dari apparatus Golgi (Ganiswarna,dkk, 1995).Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relativ maupun absolute. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa kedalam sel terhambat serta metabolismenya terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjai lemak. Pada diabetes mellitus seua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relativ tidak berbahaya, kecuai bila hebat sekai hingga darah darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis meningkat sehingga disertai dengan hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit kepada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan diberi 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan dihipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu (Ganiswarna,dkk,1995).Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autonalisis) adalah 70-110 mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hampir semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria (Katzung,2002).Kemampuan seseorang untuk mengatur kadar gkukosa plasma agar tetap dalam batas-batas normal dapat ditentukan melalui tes (1) kadar glukosa serum puasa, dan (2) respons glukosa seru terhadap pemberian glukosa (Mycek,dkk,2001).Metabolisme glukosa, setelah karbohidrat dari makanan dirombak dalam usus, glukosa lalu diserap kedalam darah dan diangkut ke sel-sel tubuh. Untuk penyerapannya kedalam sel-sel tubuh diperlukan insulin, yang dapat dianggap sebagai kunci untuk pintu sel. Sesudah masuk kedalam sel, glukosa lantas diubah menjadi energi atau ditimbun sebagai cadangan. Cadangan ini digunakan bila tubuh kekkurangan energi karena misalnya berpuasa beberapa waktu (Tan,dkk, 2002).Sekresi insulin diatur tudak hanya oleh kadar glukosa darah tetapi juga oleh hormon lain dan mediator autonomic. Sekresi insulin umummnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel- pancreas (Mycek,dkk,2001).Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polieptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Sekresi insulin diatur tidak hanya diatur oleh kadar glukosa darah tetapi juga hormon lain dan mediator autonomik. Sekresi insulin umumnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel pankreas. Insulin umumnya diisolasi dari pankreas sapi dan babi, namun insulin manusia juga dapat menggantikan hormon hewan untuk terapi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E. Coli yang telah diubah secara genetik. mengandung gen untuk insulin manusia. Insulin babi paling mendekati struktur insulin manusia, yang dibedakan hanya oleh satu asam amino. Gejala hipoglikemia merupakan reaksi samping yang paling umum dan serius dari kelebihan dosis insulin. Reaksi samping lainnya berupa lipodistropi dan reaksi alergi. Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak (Siswandono, 1995). Pada diabetes melitus semua proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi (Katzung,dkk,2002).Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu (Ganiswara, 1995). Diabetes militus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme hidratarang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan protein juga terganggu (Lat. Diabetes = penerusan, mellitus = manis madu) (Tan,dkk,2002).Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah rata-rata 1,5-2% dari seluruh penduduk dunia menderita diabetes yang bersifat menurun. Di indonesia, penderita diabetes diperkirakan 3 juta orang atau 1,5% dari 200 jatu penduduk, sedangkan di Eropa mencapai 3-5% (Tan,dkk,2002).Diabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insullin relatif atau absolut. Pelepasan insullin yang tidak adekuat diperberat oleh glukagon yang berlebihan. Diabetes menimpa kira-kira 10 ribu individu atau kira-kira 5% populasi Amerika Serikat, dan seperdelapan penyebab kematian di negara ini. Diabetes dapat dibagi menjadi dua grop berdasarkan kebutuhan atas insullin : diabetes melitus tergantung insullin (IDDM atau tipe I) dan diabetes melitus tidak tergantung insullin (NIDDM atau tipe II). Kira-kira satu sampai dua juta pasien menderita IDDM : sisanya 80 samapai 90% penderita NIDDM (Mycek ,dkk,2001).Pankreas adalah organ lonjong kira-kira 15 cm, yang terletak dibelakang hati. Organ ini terdiri dari 98% sel-sel dengan sekresi ekstren, yang memproduksi enzim-enzim cerna (pankreatin) yang disalurkan keduodenum dengan sekresi intern, yakni hormon-hormon insullin dan glukagon yang disalurkan langsung kealiran darah (Tan,dkk,2002).Ada 4 jenis sel endokrin, yakni (Tan,dkk,2002) : Sel alfa, yang memproduksi hormon glukagon. Sel beta, dengan banyak granul berdekatan membran selnya, yang berisi insulin. Setiap hari disekresikan CA 2 mg (=50 UI) insulin, yang dengan aliran darah diangkat kehati. Kira-kira 50% hormon ini dirombak disini, sisanya diuraikan di ginjal. Sel D memproduksi somastotatin (antagonis somatropin). Sel PP memproduksi PP (Pancreatic polypeptide), yang mungkin berperan pada empedu. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiprglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskuler mikroangiopati, dan neuropati. Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tepat beresiko mengalami komplikasi metabolik diabetes (Price,dkk,1995)Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di Amerika Serikat : Sekretagog insulin (sulfonylurea, meglitinide), biguanide, thiazolidinedione, dan penghambat glucosidase-alfa. Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe II. Golongan insulin sekretagog dengan kerja cepat yang baru, meglitinide, merupakan alternatif terhadap sulfonyurea golongan tolbutamide dengan masa kerja pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam perkembangan sejak awal tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif untuk menurunkan resistensi insulin (Price,dkk,1995).Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polipeptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Disintesis sebagai protein prekursor (pro-insulin) yang mengalami pemisahan proteolitik untuk membentuk insulin pada peptida C, keduanya disekresi oleh sel- pankreas (Mycek dkk,2001).Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di Amerika Serikat: Sekretagog insulin (sulfonylurea, meglitinide), biguanide, thiazolidinedione, dan penghambat glucosidase-alfa. Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe II. Golongan insulin sekretagog dengan kerja cepat yang baru, meglitinide, merupakan alternatif terhadap sulfonyurea golongan tolbutamide dengan masa kerja pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam perkembangan sejak awal tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif untuk menurunkan resistensi insulin (Katzung, dkk,2002).Kepulauan langerhans pada penkreas membentuk organ endokrin yang menyekresikan insulin yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan dalam pengobatan daibetes. Insulin ialah sebuah protein yang dapat turut dicerna oleh enzim-enzim pencerna protein dan karena itu tidak diberikan melalui mulut melainkan dengan suntikan subkutan. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan dalam hal kekurangan seperti pada diabetes, ia memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengabsorpsi dan menggunkan glukosa dan lemak (Pearce, 2006).Secara klinik, defisiensi (kekurangan) insulin mengakibatkan hiperglikemia yaitu kadar gula darah yang tinggi, turunnya berat bedan, lelah dan poliuria (sering buang air kecil), disertai haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah kering. Akibatnya juga ketosis serta asidosis dan kecepatan bernapas bertambah (Pearce, 2006).Keadaan sebaliknya ialah hipoglikemia, atau kadar gula darah rendah, dapat terjadi akibat kelebihan dosis insulin, atau karena pasien tidak makan makanan (atau muntah barangkali) sesudah suntikan insulin, sehingga kelebihan insulin dalam darahnya menyebabkan koma hipoglikemia (Pearce, 2006).Demikian maka koma pada seorang pasien dengan diabetes dapat disebabkan tidak adanya insulin atau terlampau banyak insulin (konma hipoglikemia) yang diobati dengan glukosa (Pearce, 2006).Enzim-enzim pankreas (Watson, 2002): Tripsinogen diubah menjadi tripsin aktif oleh enterokinase, enzim yang disekresi usus halus. Dalam bentuk aktifnya, tripsin mengubah pepton dan protein menjadi asam amino. Amilase mengubah zat pati, baik yang masak dan tidak masak menjadi maltosa (gula malt). Lipase mengubah lemak manjadi asam lemak dan gliserol setelah empedu mengemulsi lemak yang meningkatkan area permukaan.

ETIOLOGI Secara umum penyebab terjadinya DM tidak diketahui secara pasti, namun dimungkinkan karena faktor: : 1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)a. Faktor geneticPenderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.b. Faktor imunologiPada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkunganFaktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pancreas.

2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.

Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)2) Obesitas3) Riwayat keluarga4) Kelompok etnik

III. BAHAN DAN ALATA. Bahan yang dipakai Glukosa NaCl fisiologis Insulin Glibenclamid Betadin B. Alat yang dipergunakan Mencit Jarum suntik Timbangan Toples Stopwatch

IV. CARA KERJA1. Timbang mencit.2. Hitung dosis sesuai berat badan. Khusus kelompok kami, menggunakan insulin 25 uiBB mencit = 28 gVAO = = = 0.028 ml3. Suntikkan vao secara i.m sebanyak 0,028 ml di otot paha mencit.4. Berikan larutaan glukosa dengan dosis 2 mg/kg bb oral 5 menit setelah pemberian obat penurun glukosa darah.Glukosa = = 0.28 ml5. Setelah 15 menit potong sedikit ujung ekor mencit dan teteskan darahnya pada alat glukometer.6. Kemudian biarkan 15 menit lagi, dan potong sedikit ujung ekor mencit. Teteskan darahnya pada alat glukometer.

V. HASIL DAN PEMBAHASANData:KelompokJenisDosispemberian

IInsulin 25 ui/mli.m

IIInsulin50 ui/mli.m

IIIInsulin100 ui/mli.m

IVGlibenclamid1 mg/kg BBoral

VGlibenclamid2 mg/kg BBoral

VIKontrol 1% BBi.m

Hasil

KelompokJenis1530

IInsulin 25 ui/ml72 mg/dl59 mg/dl

IIInsulin 50 ui/ml104 mg/dl64 mg/dl

IIIInsulin 100 ui/ml58 mg/dl39 mg/dl

IVGlibenclamid 1 mg/kg BB89 mg/dlmg/dl

VGlibenclamid 2 mg/kg BB147 mg/dl114mg/dl

VIKontrol 1% BB86 mg/dl66 mg/dl

PembahasanDiabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relativ yang terjadi jika produksi insulin tidak sesuai dengan kebutuhannya maupun defisiensi absolute yang terjadi jika pancreas tidak berfungsi lagi dalam mensekresi insulin.Pada percobaan yang kami lakukan, obat yang digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah, yaitu insulin dengan berbagai dosis dan glibenclamid, sedangkan glukosa sebagai penambah kadar glukosa. Glibenklamin Nama resmi: GlibenclamidumNama lain: GlibenklamidaRM/BM: C23H28ClN3O5S/494,00Pemerian: Serbuk hablur, putih atau hampir putih; tidak berbau atau hampir berbau.Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter; sukar larut dalam etanol dan dalam methanol; larut sebagian dalam kloroform.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Sebagai anti-diabetikUraian Obat GlibenklaminNama paten: Renabetic, Glukovance, Daonil, Euglucon, Glukonik, Abenon, Aldiab, Amaryl, Glamega, Condiabet, Diabenese, Diacell, Diamicron,Fimediab.Indikasi: Kontrol Hiperglikemia pada diabetes non insulin dependen yang tidak dapat dikontrol dengan diet dan biguanid,Sebagai pengganti obat hipoglikemik oral yang lain (biguanid atau sulfonilurea)disebabkan efek samping atau kegagalan respon.Kontra Indikasi : Diabetes melitus dependen (tipe I), Hiperglikemia berat dan serius (ketotik atau non-ketotik) pada semua jenis diabetes (misal pada penyakit akut atau koma),penyakit hati, Gagal ginjal berat, kehamilan atau menyusui, Gangguan fungsi adrenal, hipersensitifitas terhadap obat dan operasi.Efek Samping: Hipoglikemia merupakan efek samping utama glibenklamid yang biasanya bersifat ringan,tetapi kadang kadang bisa bersifat berat dan berkepanjang.Dapat menimbulkan efek samping saluran cerna seperti mual,rasa tidak enak diperut atau anoreksia. Reaksi alergi kulit seperti Pruritus,eritema,Urtikaria,Ruam kulit morbiliform atau makulo-papular dan fotosensitivitas. Efek samping yang jarang terjadi adalah ikterus kolestatik ringan, lekopenia reversibel, trombositopenia, pansitopenia,agranulositosisFarmakodinamik : Glibenklamid mempunyai efek farmakologi jangka panjang dan pendek seperti golongan sulfonilurea pada umumnya. Selama pengobatan jangka pendek,ia meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pulau langerhans,sedangkan pada pengobatan jangka panajang efek utamanya adalah meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan penurunan pengeluaran glukosa dari hati (efek ekstra pankreatik).Farmakokinetik: obat ini terikat pada protein serum, dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan oleh hati atu ginjalSebelum pemberian obat antidiabetes hewan uji terlebih dahulu diinduksi dengan glukosa dosis 2 mg/kg bb hal ini bertujuan agar kadar glukosa hewan uji meningkat sehingga mudah diuji dengan obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek terapi dari obat obat antidiabetik oral yang digunakan. Mekanisme kerja obat-obat hipoglikemik oral secara umum ada 4 yaitu: Menurunkan absorbsi karbohidrat yaitu golongan biguanid Metformin, dan Akarbose dari golongan glikooksidase inhibitor. Menurunkan sekresi insulin yaitu golongan sulfonilurea generasi kedua dan Miglitinid. Menurunkan ambilan glukosa dihati yaitu golongan Biguanid. Meningkatkan ambilan glukosa dijaringan periver yaitu golongan sulfonil urea generasi kedua tiasolidindion dan biguanid.Dari hasil percobaan, insulin secara cepat menurunkan kadar glukosa darah dibandingkan glibenclamid yang secara bertahap menurunkan kadar glukosa darah. Namun, karena dosis insulin yang terlalu tinggi terutama 100 ui/ml sehingga tidak cocok dengan tubuh mencit mengakibatkan mencit lemas. Perbedaan insulin dengan glibenclamid yaitu kalau insulin digunakan pada penderita yang mengalami DM tipe I dimana insulin tidak ada pada tubuh penderita, sedangkan glibenclamid digunakan pada penderita yang mengalami DM tipe II. Diabetes terdapat 2 tipe, yaitu : Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh defisiensi absolut atau penghancuran sel yang dapat mengurangi produksi insulin. Biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomia, hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Karena sel batu pada langerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi insulin. Diabetes melitus tidak tergantung insulin, (N-IDDM; tipe II) disebabkan oleh penurunan pelepasan insulin atau kelainan respon jaringan terhadap insulin yang menyebabkan hiperglikemia, tetapi tidak hetoksidosis. Tipe ini sering terjadi pada usia lebih dari 35 tahun.Percobaan ini digunakan alat glukometer, dengan alasan bahwa alat glukometer merupakan alat yang otometik memudahkan dalam memperoleh hasil glokosa darah, periksaan dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu yang reltif singkat, akurat, waktu tesnya minimal 30 detik. Adapun cara penggunaan dari alat glukometer tersebut yaitu penyiapan alat dan strip glukotest, masukkan strip glukotest kedalam bagian ujung glukometer, teteskan darah ekor mencit pada tempat reagen strip glukotest, kemudian dibaca kadar gula yang tertera pada layar glukometer, dimana mekanisme kerja dari alat glukometer ini yaitu dalam strip terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip maka akan langsung terbaca oleh glukometer.Beberapa faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi data yang diperoleh yaitu, kurangnya ketelitian praktikan dalam menimbang mencit sehingga akan berpengaruh pada volume pemberian pada mencit, dan tidak sempurnanya suatu obat masuk kedalam tubuh mencit akibat cara perlakuan pemberian yang salah.

VI. KESIMPULAN

Insulin memberikan efek lebih cepat dalam menurunkan kadar glukosa darah namun harussesuai dosis. Insulin digunakan pada penderita DM tipe I, sedangkan glibenclamid digunakan pada penderita DM tipe II. Pada percobaan yang kami lakukan, obat yang digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah, yaitu insulin dengan berbagai dosis dan glibenclamid, sedangkan glukosa sebagai penambah kadar glukosa. Percobaan ini digunakan alat glukometer, dengan alasan bahwa alat glukometer merupakan alat yang otometik memudahkan dalam memperoleh hasil glokosa darah, periksaan dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu yang reltif singkat, akurat. Perbedaan insulin dengan glibenclamid yaitu kalau insulin digunakan pada penderita yang mengalami DM tipe I dimana insulin tidak ada pada tubuh penderita, sedangkan glibenclamid digunakan pada penderita yang mengalami DM tipe II. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)2) Obesitas3) Riwayat keluarga4) Kelompok etnik

VII. PERTANYAAN1) Jelaskan dengan ringkas mekanisme kerja insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah!Mekanisme kerja insulin pada tingkat molekul belum diketahui sepenuhnya. Yang jelas, setelah insulin berinteraksi dengan reseptornya maka transport membrane glukosa, asam amino dan ion kalium diperbesar dan aktivitas enzim intrasel berubah serta kandungan c-AMP sel menurun. Sebaliknya, masih belum jelas apakah insulin memudahkan lewatnya senyawa-senyawa yang bersangkutan secara langsung atau melalui sintesis protein pentranspor dan apakah adanya kerja intrasel ini melalui insulin sendiri atau melalui second messenger.

2) Jelaskan pula dengan ringkas mekanisme kerja glibenclamid dalam menurunkan kadar glukosa darah!Mekanisme kerja glibenclamid yaitu meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pulau langerhans,sedangkan pada pengobatan jangka panajang efek utamanya adalah meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan penurunan pengeluaran glukosa dari hati (efek ekstra pankreatik).

3) Jelaskan efek samping toksisitas obat penurun glukosa darah!Insulin: pada setiap pengobatan insulin terdapat bahaya hipoglikemik akibat kelebihan dosis. Seorang penderita diabetes yang berpengalaman yang mengenali secara dini gejala pertama penurunan kadar gula darah yang berlebihan, dapat mengimbangi kelebihan dosis insulin dengan makan makanan yang kaya akan karbohidrat. Pada kasus yang parah dilakukan pengobatan dengan pemberian glukosa secara parenteral. Efek samping insulin lainnya: reaksi alergi, akan tetapi sejak dikenal insulin yang dimurnikan secara kromatografi lebih jarang terjadi.Glibenclamid: hipoglikemia merupakan efek samping utama glibenklamid yang biasanya bersifat ringan, tetapi kadang-kadang bisa bersifat berat dan berkepanjangan. Dapat menimbulkan efek samping saluran cerna seperti mual,rasa tidak enak diperut atau anoreksia. Reaksi alergi kulit seperti Pruritus, eritema, Urtikaria, Ruam kulit morbiliform atau makulo-papular dan fotosensitivitas. Efek samping yang jarang terjadi adalah ikterus kolestatik ringan, lekopenia reversibel, trombositopenia, pansitopenia, agranulositosis.Metformin: Jarang terjadi gangguan saluran cerna,bersifat reversibel pada saluran lambung dan usus, termasuk anoreksia, gangguan perut,mual, muntah,rasa logam pada mulut dan diare.

DAFTAR PUSTAKADitjen POM, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, DEPKES RI, Jakarta.Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, DEPKES RI, Jakarta.Ganiswarna,S.G,Setiabudy.R,Suyatna F.D,Purwantyastuti,Nafrialdi, 1995, Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Jakarta.Hardjasaputra,P.S.L,Budipranoto,G,Sembiring,SU,Kamil,I., 2002, Data Obat di Indonesia edisi 10, Grafidian Medipress, Jakarta.Katzung.G.B. Farmakologi Dasar Dan Klinik, 2002, Salemba Medika, Jakarta.Malole, 1989, Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium, IPB, Bogor.Mutschler,E., 1999, Dinamika Obat, Institut Teknologi Bandung, Bandung.