penuntun praktikum kimdas 2.docx

57
Percoban 1 TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS 1.1 Tujuan 1. Mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana. 2. Mengumpulkan dan menganalisis data termokimia. 3. Menerapkan hukum Hess. 1.2 Pertanyaan 1. Berikan pengertian tentang : (a) entalpi; (b) sistem terisolasi; (c) sistem terbuka; (d) sistem tertutup; (e) lingkungan; (f) kalorimeter; (g) eksotermik. 2. Apa bedanya antara eltalpi dengan energi dalam (∆E)? 1.3 Latar belakang Termodinamika adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perubahan energi secara kimia atau fisis. Dalam percobaan ini, kita akan menyelidiki perubahan energi dalam bentuk kalor, yang mengiringi reaksi kimia (termokimia). Menurut hukum termodinamika,perubahan energi yang menyertai perubahan wujud dinyatakan dalam rumus : ∆E = Q – W dengan Q = kalor yang diserap oleh sistem, dan W = kerja yang dilakukan oleh sistem. Kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap. Kerja dirumuskan dengan persamaan : W = P∆V dengan P = tekanan gas, dan ∆V = perubahan volume untuk sistem gas. Oleh karenanya, pada keadaan tetap : ∆E = Q – P∆V Bila ∆V = 0, maka ∆E= Q, kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap disebut eltalpi (∆H) untuk reaksi kimia, ∆H adalah kalor reaksi. ∆H suatu reaksi kimia dapat ditetapkan dengan mengukur perubahan suhu yang 1

Upload: nisa

Post on 22-Dec-2015

95 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Percoban 1TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS

1.1 Tujuan 1. Mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana.2. Mengumpulkan dan menganalisis data termokimia.3. Menerapkan hukum Hess.

1.2 Pertanyaan 1. Berikan pengertian tentang : (a) entalpi; (b) sistem terisolasi; (c) sistem

terbuka; (d) sistem tertutup; (e) lingkungan; (f) kalorimeter; (g) eksotermik.2. Apa bedanya antara eltalpi dengan energi dalam (∆E)?

1.3 Latar belakangTermodinamika adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perubahan

energi secara kimia atau fisis. Dalam percobaan ini, kita akan menyelidiki perubahan energi dalam bentuk kalor, yang mengiringi reaksi kimia (termokimia).Menurut hukum termodinamika,perubahan energi yang menyertai perubahan wujud dinyatakan dalam rumus :

∆E = Q – Wdengan Q = kalor yang diserap oleh sistem, dan

W = kerja yang dilakukan oleh sistem.Kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap. Kerja dirumuskan dengan persamaan :

W = P∆Vdengan P = tekanan gas, dan ∆V = perubahan volume untuk sistem gas. Oleh karenanya, pada keadaan tetap :

∆E = Q – P∆VBila ∆V = 0, maka ∆E= Q, kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap disebut eltalpi (∆H) untuk reaksi kimia, ∆H adalah kalor reaksi. ∆H suatu reaksi kimia dapat ditetapkan dengan mengukur perubahan suhu yang mengiringi reaksi sejumlah reagen tertentu, lalu dikoreksi dengan kalor yang diserap oleh kalorimeter (tetapan kalorimeter).

Konvensi mengenai tanda adalah sebagai berikut. Untuk reaksi eksotermik, kalor diberikan oleh sistem reaksi ke sekeliling, tanda Qrks negative. Untuk reaksi endotermik, Qrks positif. Sama halnya, untuk reaksi eksotermik ∆Hrks

negatif dan untuk reaksi endotermik ∆Hrks positif.Perhatikan bahwa dalam percobaan ini kalor yang diukur diserap oleh

sekeliling (yaitu air dan kalorimeter) sehingga tanda harus diubah sebelum mencari Hrks. Istilah eksotermik dan endotermik dikaitkan dengan aliran kalor dari sistem reaksi sehingga:

Qrks = - Qsekeliling

1

Page 2: penuntun praktikum kimdas 2.docx

1.4 Prosedur KerjaA. Penentuan tetapan kalorimer

1. Ukur 40 mL air suling dengan gelas ukur.2. Tuangkan ke kalorimeter3. Tutuplah kalorimeter yang sudah dilengkapi termometer dan alat

pengaduk, catat suhu (Td). Lihat gambar 4.1, dan perhatikan kedudukan termometer dalam gelas.

Gambar 1.1. radas sederhana untuk mengukur eltalpi reaksi.

4. Ukur lagi 40 mL air suling denga gelas ukur.5. Tuangkan ke gelas piala kering dan panaskan air ini 60o sampai 70oC.6. Ukur suhu air panas dengan tepat (Tp) dengan termometer yang sama.7. Dengan hati–hati dan cepat, pindahkan cairan (6) ke kalorimeter (3), dan

tutup kembali. Catat suhu setiap 15 detik, sambil mengaduk campuran.8. Suhu larutan akan segera mencapai maksimum, perlahan–lahan turun. Bila

mulai turun, catatlah suhu setiap 1 menit sampai tak ada lagi perubahan suhu.

Dengan menganggap bobot 40 mL air suling adalah 40 g dan kalor jenis air adalah 4,184 J/goC, maka tetapan kalorimeter dapat dihitung dari persamaan :

cMp (Tp – Tm) = c Md (Tm – Td) + W (Tm – Td)Dengan c = kalor jenis air 4,184 J/goC

Mp = bobot air panasMd = bobot air dinginTp = suhu air panas sebelum bercampurTd = suhu air dingin sebelum bercampurTm =suhu campuranW =tetapan kalorimeter, J/oC

Dari persamaan ini, W dapat dicari. Ulangi prosedur ini, lalu rata – ratakan hasilnya. Tunjukkan hasilnya kepada asisten sebelum Anda melanjutkan ke prosedur B.

2

Page 3: penuntun praktikum kimdas 2.docx

B. Penentuan ∆H netralisasi untuk reaksi asam basa1. Keringkan kalorimeter dengan seksama.2. Ukur 40 mL larutan NaOH 1 M dan masukkan ke dalam kalorimeter.3. Ukurlah 40 mL larutan HCl 1 M ke dalam piala 150 mL dan letakkan di

dekat kalorimeter.4. Ukurlah suhu larutan asam. Bilas termometer, keringkan, dan kembalikan

ke kalorimeter.5. Ukurlah suhu larutan basa. Suhu kedua larutan tidak boleh berselisih lebih

dari 0,5oC. Bila suhu tidak sama, sesuaikan suhu larutan asam dengan cara menghangatkan piala dengan telapak tangan atau merendamnya dalam air dingin.

6. Bila suhu sudah sama, masukkan larutan asam cepat–cepat ke dalam kalorimeter, aduk dan catat suhu maksimum seperti pada prosedur A.

Kalor netralisasi diperoleh dari :Q = c M (Tf – Ti) + W (Tf – Ti)Q = (4,148 J/goC) (80 g) (Tf – Ti) + W (Tf – Ti)denganTf = suhu campuran

Ti = suhu pereaksi sebelum dicampur Q = kalor yang diserap oleh sekeliling

H dinyatakan dalam J/mol ; karena tekanannya tetap maka ∆H dicari dengan membagi Q oleh jumlah mol yang bereaksi (0,0401 x 1,0 mol/10) = 0,040 mol.

∆Hrks =−Qsekeliling

0,040Beberapa pasangan asam–basa dapat dicoba oleh praktikan lain, yaitu:a. Asam asetat 1 M – NaOH 1 Mb. Natrium asetat 1 M – HCl 1 Mc. Asam nitrat 1 M – NaOH 1 Md. HCl 1 M – ammonia 1 MBandingkan harga ∆H yang diperoleh. Cobalah hubungkan harga ∆H dengan kekuatan asam dan basa yang digunakan.

3

Page 4: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Hasil Pengamatan :A. Penentuan Tetapan Kalorimeter

Ulangan 1 Ulangan 2 RerataSuhu air panas, oCSuhu air dingin, oCSuhu campuran, oC

B. Penentuan ∆H netralisasi untuk asam – basaUlangan 1

Ulangan 2

Rerata

Suhu larutan asam (….) 1 M oCSuhu larutan basa, (….) 1 M, oCSuhu campuran, oC

Qrks=∆Hrks=Perhitungann :Kesimpulan :

Pertanyaan1. Untuk reaksi asam–basa dalam prosedur B, berapa ∆H netralisasi bila Anda

secara salah menganggap bahwa kalor yang diterima kalorimeter adalah nol? Tunjukkan dengan hitungan menggunakan data Anda.

2. Apa pengaruhnya terhadap ∆H netralisasi bila yang direaksikan dengan NaOH 1 M ialah HCl dengan konsentrasi lebih dari 1M?

3. Tunjukkan bahwa kalor reaksi dari pasangan berikut :(a) NaOH+HCl(b) NaOH+HOAc(c) HCl +NaOH

dapat digunakan untuk menggambarkan hukum Hess. Kumpulkan data dari praktikan lain, dan hitunglah ∆Hrks teoretis untuk reaksi (a). Apakah hasilnya cocok dengan angka hasil pecobaan?

4. Simpulkan harga ∆H netralisasi untuk asam dan basa dengan kekuatan yang berbeda–beda.

4

Page 5: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Percobaan 2STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANNYA

DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN

1.1 Tujuan Percobaan1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan.

1.2 Pertanyaan Prapraktikum1. Apa yang dimaksud dengan molaritas, titrasi, dan larutan standar?2. Bagaimana cara menghitung molaritas larutan?3. Apa tujuan dilakukannya titrasi dan penggunaan larutan standar dalam titrasi?

1.3 Latar BelakangAsidimetri dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri

berdasarkan reaksi netralisasi. Keduanya dibedakan pada larutan standarnya. Analisis tersebut dilakukan dengan cara titrasi. Pada titrasi basa terhadap asam cuka, reaksinya adalah :NaOH(aq) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + H2OPada titrasi asam asetat dengan NaOH (sebagai larutan standar) akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Garam natrium asetat ini akan terurai sempurna karena senyawa itu adalah garam, sedang ion asam asetat akan terhidrolisis oleh air.CH3COONa CH3COO- + Na+

CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-

Ion asetat akan terhidrolisis oleh molekul air, menghasilkan molekul asam asetat dan ion hidroksi. Oleh karena itu larutan garam dari basa kuat dan asam lemah seperti natrium asetat, akan bersifat basa dalam air (pH>7). Apabila garam tersusun dari basa lemah dan asam kuat, larutan garamnya akan bersifat asam (pH<7). Sedang garam yang tersusun dari basa dan asam kuat, larutan dalam air akan bersifat netral (pH=7). Hidrolisis hanya terhadap asam lemah, basa lemah, ion basa dan ion asam lemah. Titik ekuivalen pada proses titrasi asam cuka dengan larutan natrium hidroksida akan diperoleh pada pH>7. Untuk mengetahui titik ekuivalen diperlukan indikator tertentu sebagai penunjuk selesainya proses titrasi. Warna indikator berubah oleh pH larutan. Warna pada pH rendah tidak sama dengan warna pada pH tinggi. Dalam titrasi asam asetat dengan NaOH, dipakai indikator semacam itu.

Pada analisis asam asetat dalam cuka perdagangan akan diperoleh informasi apakah kadar yang tertulis pada etiket sudah benar dan tidak menipu. Analisis dilakukan dengan menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan NaOH standar.

CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O

5

Page 6: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Gram ekuivalen dari asam asetat dapat dihitung yaitu :Grek asam asetat = VNaOH MNaOH

Dalam hal ini molaritas NaOH sama dengan normalitas NaOH karena valensi NaOH =1.VNaOH = volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan semua asam asetat dalam larutan. Karena valensi asam asetat = 1, maka 1 grek asam asetat = 1 mol. Berat asam asetat (gram) = grek asam asetat BM asam asetat.

1.4 Prosedur KerjaAlat dan BahanAlat :

1. Labu ukur 100 ml : 1 buah2. Buret 50 ml : 2 buah3. Erlenmeyer 100 mL : 3 buah4. Erlenmeyer 150 mL : 2 buah5. Pipet ukur 10 mL : 1 buah6. Klem dan Standar 7. Batang pengadung : 1 buah8. Gelas ukur 100 mL : 1 buah9. Gelas ukur 50 mL : 1 buah10. Kaca arloji : 1 buah11. Pipet tetes : 5 buah12. Spatula : 1 buah

Bahan :1. Asam Oksalat2. Larutan NaOH3. Asam cuka perdagangan4. Indikator pp

Cara Kerja a. Penentuan Molaritas NaOH

1. Ditimbang 1,26 g asam oksalat, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah dengan air suling hingga volume tepat 100 mL.

2. Satu buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan asam oksalat yang telah disiapkan.

3. Dituang 10 mL larutan NaOH ke dalam erlenmeyer, ditambah 10 mL air suling dan 1-2 tetes indikator pp, kemudian dititrasi dengan larutan asam oksalat hingga warna merah jambu hilang.

4. Titrasi dilakukan 3 kali.

6

Page 7: penuntun praktikum kimdas 2.docx

b. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan1. Diambil 10 mL larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur, kemudian

dimasukkan dalam labu ukur kapasitas 100 mL dan diencerkan hingga volume 100 mL.

2. Diambil 10 mL larutan encer (1), dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 mL dan ditambah 2 tetes indikator pp.

3. Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna.

4. Titrasi dilakukan 3 kali.5. Setelah selesai buret harap dicuci dengan asam pencuci (sisa asam asetat

perdagangan).

Hasil Pengamatan :Pengamatan 1

Titrasi I Titrasi II Titrasi III Vrata-rata

V NaOH

V H2C2O4.2H2O

Pengamatan 2Merk asam cuka yang dipakai : ………………..

Titrasi I Titrasi II Titrasi IIISkala awal buretSkala akhir buretVol. NaOH (mL)

Volume rata-rata NaOH yang digunakan : ……………………….

Pengamatan virtual :1. Lakukan percobaan Virtual titrasi asam basa berikut.2. Isilah tabel di bawah ini :

No. Jenis reaksi Asam Kuat

Asam Lemah

Basa Kuat

Basa Lemah

Indikator

1. Asam lemah dan Basa Kuat

- -

Volume pentiter - -Volume titran - -N pentiter - -N titran

2. Asam Kuat dan Basa Kuat

- -

7

Page 8: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Volume pentiter - -Volume titran - -N pentiter - -N titran - -

Evaluasi :1. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar?2. Apa itu larutan standar primer dan sekunder?3. Bila larutan asam kuat dititrasi dengan basa kuat memakai indikator pp,

apakah tepat bila titrasi sebaliknya juga memakai pp?Jelaskan!

8

Page 9: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Percobaan 3KINETIKA KIMIA

1.1 Tujuan Percobaan1. Mengukur perubahan konsentrasi pereaksi menurut waktu.2. Mengamati pengaruh konsentrasi, suhu, dan katalis pada laju reaksi.3. Menentukan hukum laju suatu reaksi dalam larutan berair.

1.2 Pertanyaan Prapraktek1. Apa definisi ringkas dari (a) hukum laju, (b) tetapan laju, (c) orde reaksi,

(d) energi aktivasi. 2. Apakah satuan tetapan reaksi untuk (a) reaksi orde nol, (b) reaksi orde

satu, (c) reaksi orde dua. 3. Belerang dioksida mereduksi HIO3 dalam larutan asam dengan reaksi

3SO2(g) + 3H2O(l) + HIO3(aq) 3H2SO4(aq) + HI(aq)Pada akhir reaksi, jika terdapat HIO3 berlebih. Zat ini dapat diambil dengan larutan kanji. Senyawa HI dan HIO3 segera bereaksi membentuk I2

yang diserap oleh kanji dan menimbulkan warna biru. Dari percobaan diperoleh data :

[SO2](M)

[HIO3](M)

t(detik)

14,6 x 10-4 3,60 x 10-3 25,87,31 x 10-3 3,60 x 10-3 52,814,6 x 10-4 7,21 x 10-3 12,6

Tentukan orde reaksi untuk setiap pereaksi dan orde keseluruhannya

1.3 Latar BelakangPengukuran laju reaksi merupakan bidang kimia yang menakjubkan. Dari

kajian kinetika, mekanisme reaksi dapat dieduksi. Informasi tentang katalis maupun penghambatan hanya dapat diperoleh melalui pengkajian kinetika. Laju reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : konsentrasi pereaksi (dan kadang – kadang produk), suhu, dan katalisis. Pengukuran laju biasanya dilakukan di bawah kondisi percobaan yang tetap, dengan suhu faktor tetap sedangkan faktor lain diragamkan. Bila pengaruh faktor ini terhadap laju telah ditentukan, faktor ini dibuat tetap dan faktor lain diragamkan. Pengkajian secara sistematik mengenai ketergantungan laju pada perubahan laju reaksi dilanjutkan sampai perilaku kinetika dari reaksi yang bersangkutan menjadi lengkap.

Cara mengukur laju reaksi. Salah satu segi penting dari pengkajian kinetika ialah merancang teknik yang mudah untuk memantau jalannya reaksi menurut waktu. Analisis kimia dengan cara volumetri atau gravimetri relatif lambat, sehingga cara seperti ini tidak digunakan kecuali bila reaksinya lambat,

9

Page 10: penuntun praktikum kimdas 2.docx

atau dapat dihentikan dengan pendinginan tiba – tiba, atau dengan penambahan pereaksi yang menghentikan reaksi. Beberapa cara yang umum digunakan ialah dengan menggunakan sifat warna dan hantaran listrik. Laju reaksi yang melibatkan gas ditetapkan dengan mengukur volume gas per satuan waktu. Dalam percobaan ini, anda menggunakan perubahan warna. Untuk suatu reaksi hipotesis

2A + 3B C + 5DHukum lajunya dapat berupa

Laju = ∆ [C ]

∆ t = k [A]n [B]m

Dengan k adalah tetapan laju; n adalah orde reaksi untuk A; dan m adalah orde reaksi untuk B. Orde reaksi keseluruhan adalah n + m. Orde reaksi hanya dapat ditentukan lewat percobaan, karena angka – angka ini tidak selalu sama dengan koefisien reaksi (stoikiometri). Dalam percobaan ini Anda akan melakukan reaksi antara natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida.

S2O32- + 2H+ SO2 + H2

Laju reaksi ini ganya bergantung pada konsentrasi S2O32-, tetapi tidak pada

konsentrasi asam. Hal ini dibuktikan dari grafik l/t terhadap (S2O32-) yang

memberikan garis lurus. Grafik ini menyiratkan bahwa orde reaksi adalah satu untuk tiosulfat. Dan karena konsentrasi asam tidak mempengaruhi laju, maka ordenya adalah nol. Anda juga akan melakukan percobaan dengan orde reaksi dua untuk salah satu komponen pereaksinya. Orde dua dapat disimpulkan bila terbentuk suatu garis lurus dari grafik l/t terhadap [HCl]2.

1.4 Prosedur KerjaAlat dan BahanAlat :

1. Erlenmeyer 100 mL : 5 buah2. Erlenmeyer 150 mL : 5 buah3. Gelas piala 50 mL : 5 buah4. Gelas piala 100 L : 5 buah5. Batang pengaduk : 1 buah6. Pipet tetes : 5 buah7. Labu takar 100 mL : 1 buah8. Stopwatch9. Tabung reaksi : 10 buah10. Rak tabung reaksi : 1 buah11. Gelas Ukur 50 mL : 1 buah

10

Page 11: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Bahan :1. Na2S2O3

2. Akuades 3. HCl4. Asam Asetat5. Asam Sulfat6. KMnO4

7. Asam Oksalat8. Pita Mg

Cara KerjaA. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida

1. Buatlah campuran zat-zat pereaksi dengan volume seperti tertera pada tabel 10.1 selalu campurkan dahulu larutan tiosulfat dengan air sebelum asam hidroklorida ditambahkan

2. Putar erlenmeyer agar campuran benar-benar homogen3. Catatlah waktu mulai saat asam ditambahkan sampai saat timbulnya

kekeruhan karena pengendapan belerang. Setiap orang dapat berpendapat lain tentang saat timbulnya kekeruhan, karena itu tetapkan cara perhitungan waktu dengan taat asas. Lakukan dua ulangan.

4. Lakukan lagi percobaan dengan komposisi campuran seperti tertera pada Tabel 10.2. Di sini volume tiosulfat dibuat tetap, sedangkan volume asam diragamkan.

5. Buatlah grafik [S2O32-] terhadap t dan [S2O3

2-] terhadap l/t.

Tabel : Komposisi campuran dalam penentuan orde reaksi untuk natrium tiosulfat.

Na2S2O3 (ml) [Na2S2O3] (M) H2O (ml) HCl (ml)25 0,15 - 420 0,12 5 415 0,09 10 410 0,06 15 45 0,03 20 4

Tabel : komposisi campuran dalam penentuan orde reaksi untuk asam hidroksida.Na2S2O3 (ml) H2O (ml) HCl (ml) [HCl] (M)25 - 5 3,025 2 3 1,825 4 1 0,6

11

Page 12: penuntun praktikum kimdas 2.docx

B. Orde reaksi dalam reaksi antara magnesium dengan asam hidroklorida1. Bersihkan pita Mg dengan amplas baja, dan keratlah menjadi 16 potong

yang panjangnya 2 cm. Masukkan masing – masing 1 potong logam ke dalam 8 erlenmeyer yang disediakan, sisihkan dulu 8 potong lainnya.

2. Encerkan larutan HCL 2 M sampai konsentrasi seperti tertera pada Tabel 10.3. Pengenceran dilakukan dalam labu takar 100 ml. Tuangkan 100 ml larutan asam ini ke dalam erlenmeyer dan segera catat waktunya dengan stopwatch.

3. Sekali – kali goyangkan erlenmeyer agar magnesium tetap dala keadaan bergerak

4. Hentikan stopwatch segera setelah semua Mg larut. 5. Ulangi percobaan ini dengan memasukkan lagi potongan Mg yang lain ke

dalam larutan asam yang sama. Catat waktu yang diperlukan untuk melariutkan seluruh pita Mg ini.

6. Buatlah grafik l/t terhadap [HCl]2.

7. Tabel : Komposisi campuran Mg dengan HCl[HCl] (M) Volume HCl (ml)0,6 1000,8 1001,0 1001,2 1001,4 1001,6 1001,8 1002,0 100

C. Pengaruh Suhu Terhadap Laju ReaksiUntuk percobaan ini diberikan contoh reaksi antara asam oksalat dengan kalium permanganat dalam suasana asam. 1. Ambil 6 buah tabung reaksi, isi masing – masing dengan 8 ml asam

oksalat 0,1 N dan 2 ml asam sulfat 6 N2. Siapkan 3 gelas piala, isi separuhnya dengan air. Gelas piala pertama

dididihkan, gelas piala kedua dipanaskan hingga 500C, sedangkan gelas piala ketiga tidak dipanaskan.

3. Masukkan 2 tabung ke dalam setiap piala. Setelah 10 menit, ke dalam setiap tabung ditambahkan 3 tetes KMnO4 0,1 N. Perhatikan perubahan warna dan catat waktu dan reaksi dalam setiap tabung.

D. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi

12

Page 13: penuntun praktikum kimdas 2.docx

1. Ambil 6 buah tanbung reaksi, isi semuanya dengan 6 ml larutan asam oksalata. Tabung 1 dan 2 masing – masing ditambahkan 2 ml H2SO4 1 Mb. Tabung 3 dan 4 masing – masing ditambahkan 1 ml H2SO4 1 Mc. Tabung 5 dan 6 masing – masing ditambahkan 4 ml H2O

2. Ke dalam setiap tabung berilah 3 tetes KMnO4.3. Perhatikan perubahan warna dan catat waktu reaksi.

Hasil Pengamatan :A. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida

Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi Na-tiosulfatNa2S2O3

(ml)(Na2S2O3)(M)

H2O(ml)

HCl(ml)

t(detik)

l/t(det-1)

25 0,15 - 4 - -20 0,12 5 4 - -15 0,09 10 4 - -10 0,06 15 4 - -5 0,03 20 4 - -

Grafik :

Orde reaksi adalah.................................untuk........................................

Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi asam hidrokloridaNa2S2O3

(ml)H2O(ml)

HCl(ml)

[HCl](M)

t(detik)

l/t(det-1)

25 - 5 3,0 - -25 2 3 1,8 - -25 4 1 0,6 - -

Grafik

Orde reaksi adalah...............................untuk........................................Orde reaksi keseluruhan.......................................................................

B. Orde reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida

13

Page 14: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi asam hidroklorida[HCl](M)

HCl(ml)

t(detik)

l/t(det-1)

[HCl]2 log[HCl]

log(l/t)

0,6 1000,8 1001,0 1001,2 1001,4 1001,6 1001,8 1002,0 100

Grafik :

Orde reaksi adalah..................................untuk......................................

C. Pengaruh suhu terhadap laju reaksiWaktu reaksi pada berbagai suhu (detik)

Ulangan Suhu Reaksi100 0C 50 0C 25 0C

12Rata – rata

Tanda – tanda terjadinya reaksi :

Pengamatan Virtual :1. Lakukan percobaan Virtual pengaruh laju reaksi terhadap suhu dan waktu

reaksi berikut.2. Isilah tabel di bawah ini :

Suhu T

20oC 30oC 40oC 50oC 60oC

Pengaruh Suhu terhadap laju reaksi :

14

Page 15: penuntun praktikum kimdas 2.docx

D. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Waktu reaksi dari berbagai suhu (detik)

Ulangan H2SO4

2 ml 1 ml 0 ml12Rata – rata

Tanda – tanda terjadinya reaksi :

Pengamatan Virtual :1. Lakukan percobaan virtual mengenai pengaruh katalis terhadap laju reaksi

berikut.2. Isilah tabel di bawah ini :

Gambar kurva pengaruh katalis terhadap laju reaksi :

Penjelasan

Evaluasi : 1. Tuliskan persamaan reaksi pada percobaan C. Apakah H2SO4 dalam

percobaan ini dapat dikatakan sebagai katalis? jelaskan2. Tuliskan persamaan reaksi pada percobaan D. Jelaskan mekanisme kerja

H2SO4 sebagai katalis dalam reaksi ini.

15

Page 16: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Percobaan 4PENETAPAN MASSA MOLAR BERDASARKAN

PENURUNAN TITIK BEKU

1.1 Tujuan1. Menetapkan titik beku cairan murni dan titik beku larutan dalam pelarut yang

bersangkutan.2. Menetapkan massa molar dari senyawa yang tidak diketahui berdasarkan

penurunan titik beku.

1.2 Pertanyaan Prapratek1. Sebanyak 1,20 g senyawa yang rumusnya C8H8O dilarutkan dalam 15,0 mL

sikloheksana, C6H12 (rapatan sikloheksana 0,779 g/mL) hitunglah molaritas larutan ini.

2. Hitunglah penurunan titik beku, ∆Tf, larutan pada soal 1. Tetapan titik beku molal (kf) untuk sikloheksana ialah 20,0 Km-1

.

3. Asam asetat, HC2H3O2, terurai dalam air menjadi H+ dan C2H3O2-. Larutan

tersebut diberi label 0,100 m HC2H3O2 yang mempunyai titik beku hasil pengukuran -0,190oC. hitung persentase penguraian HC2H3O2.

1.3 Latar belakangPenambahan zat terlarut tak-atsiri ke dalam cairan murni menyebabkan

turunnya tekanan uap cairan itu. Ini mengakibatkan turunnya titik beku larutan dan naiknya titik didih larutan bila dibandingkan dengan cairan murninya. Seberapa jauh perubahan ini terjadi hanya bergantung pada banyaknya zat yang dilarutkan, dan pada tingkat disosiasi zat terlarut. Perubahan titik beku dan titik didih tidak berkaitan dengan identitas kimia zat yang bersangkutan. Penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku dikenal sebagai sifat koligatif.Seberapa jauh titik beku menurun dirumuskan sebagai berikut :

∆T=Kfmdengan Kf adalah tetapan titik beku molal, dan m adalah konsentrasi larutan dinyatakan dalam molal. Berhubungan molalitas adalah mol/kg, maka rumus menjadi :

∆T=Kfbobot zat terlarut

kg pelarutDalam percobaan ini Anda akan mengukur titik beku cairan murni yang K f nya diketahui. Kemudian, tambahkan sejumlah zat dan titik beku diukur kembali. Dari sini dapat dihitung massa molar zat terlarut.

Sewaktu cairan murni mendingin, suhu terus turun sampai cairan mulai membeku. Selama cairan membeku, suhu akan tetap. Jika semua bahan telah

16

Page 17: penuntun praktikum kimdas 2.docx

beku, suhu akan terun lagi. Jika Anda membuat plot suhu terhadap waktu pembekuan (lihat gambar 7.1) maka titik beku adalah yang ditunjukkan oleh garis datar pada grafik.

Gambar 7.1. Penetapan titik beku suatu zatLarutan akan memperlihatkan perilaku pendinginan yang berbeda dengan cairan murni. Suhu larutan akan turun lebih rendah tetapi belum membeku, kemudian suhu turun lagi perlahan–lahan sewaktu

pembekuan berlangsung (gambar b). Anda mungkin dapat mengamati “lewat-dingin”, artinya, suhu turun di bawah titik beku lalu naik lagi. Untuk memperoleh titik beku yang terbaik, tariklah dua garis, masing–masing untuk bagian atas dan bagian bawah kurva. Titik potong kedua garis menunjukkan titik beku.

1.4 Prosedur KerjaA. Penetapan titik beku pelarut murni

1. Ambil tabung reaksi besar, gabus sumbat dengan dua lubang, termometer dengan ketelitian sampai 0,1oC, statif, klem, kawat kasa, kawat pengaduk, dan gelas piala 600 mL. Rakitlah alat seperti tertera pada Gambar 7.2. pasang termometer dan kawat pengaduk pada lubang gabus. Gelas piala diisi dengan campuran pendingin yang terdiri dari es, air, dan sedikit garam.

2. Tambahkan tepat 25 mL p-xilena ke dalam tabung, lalu pasanglah sumbat. Jepitlah tabung seperti terlihat pada gambar. Pastikan bahwa permukaan p-xilena dalam tabung berada di bawah permukaan cairan pendingin dalam gelas piala.

3. Gunakan kawat pengaduk untuk mengaduk pelarut p-xilena sewaktu mendingin. Jika suhu telah mencapai 18oC, catatlah suhu setiap 15 detik sampai p-xilena membeku.

4. Angkat tabung dan cairan pendingin dan biarkan mencair kembali. Gunakan tabung beserta isinya untuk percobaan berikut.

17

Page 18: penuntun praktikum kimdas 2.docx

B. Penetapan massa molar senyawa yang tidak diketahui5. Ambilah sekitar 2 sampai 2,5 g senyawa, dan timbang dengan

ketelitian tinggi. Alihkan secara kuantitatif ke dalam tabung sampai semua zat larut.

6. Tetapkan titik beku dalam larutan p-xilena ini, catat suhu setiap 15 detik seperti pada butir 3. Pengadukan harus dilakukan dengan ajeg.

Perhitungan 1. Buatlah plot kurva titik beku p-xilena murni. Plotkan waktu pada sumbu datar

dan suhu pada sumbu tegak. Tentukan titik beku pelarut murni.2. Buatlah kurva titik beku larutan senyawa dalam p-xilena. Gunakan metode

yang diuraikan dalam latar belakang, untuk menentukan titik beku larutan.3. Tetapan titik beku molar (Kf) p-xilena = 4,3oC/menit. Cari rapatan p-xilena

dalam handbook, dan hitung massa pelarut yang digunakan. Hitung massa molar senyawa.

4. Asisten akan memberikan rumus empiris senyawa. Hitung rumus molekulnya.

Hasil Pengamatan : A. Penetapan titik beku pelarut murni

1. Pembacaan buret akhir .......... mLPembacaan buret awal.......... mLVolume p-xilena yang digunakan .......... mL

2. Waktu Suhu oC............................. ........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ..............................

B. Penetapan massa molar senyawa yang tidak diketahui1. Massa tabung dan senyawa .............. g

Massa tabung.............. gMassa senyawa.............. g

3. Waktu Suhu oC............................. ........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ........................................................... ..............................

18

Page 19: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Perhitungan Kesimpulan C. Pertanyaan

1. Apa efek yang akan terjadi pada perhitungan massa molar dari tiap kemungkinan kesalahan berikut :a. Sejumlah kecil p-xilena menguap selama percobaan.b. Zat asing terdapat dalam p-xilena

2. Diketahui 3,39 g urea, H2NCONH2, bila dilarutkan ke dalam 98 g pelarut, titik beku pelarut lebih rendah 7,8oC. Hitung tetapan titik beku molal dari pelarut.

3. Sebanyak 88,0 g zat dilarutkan dalam 393 mL benzena. Larutan membeku pada -0,50oC. titik beku normal benzen 5,5oC dan tetapan titik beku molalnya 5,12oC/m. Rapatan benzen 0,879g/mL. Hitung massa molar dari zat pelarut.

4. Ketika 3,50 g zat dilarutkan dalam 20,0 mL air, titik beku air turun hingga -1,25oC. Kf air = 1,86 oC/m. Hitung massa molar zat terlarut.

19

Page 20: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Percobaan 5ANALISA KUALITATIF GUGUS FUNGSI (I)

A. ALKENATujuan Untuk menentukan adanya ikatan rangkap pada suatu senyawa.

Pertanyaan Prapraktikum : 1. Apa yang dimaksud dengan senyawa alkena, dan berikan 3 buah

contohnya?2. Jelaskan beberapa uji yang dapat dilakukan untuk uji senyawa alkana.

Latar Belakang Dalam suatu reaksi adisi (penghilangan ikatan rangkap/reaksi penambahan), ikatan phi akan diputus dan pasangan elektron ikatannya akan digunakan untuk membentuk dua buah ikatan sigma.

- C ═ C - - C – C -Senyawa yang mengandung ikatan phi biasanya mempunyai energi lebih

tinggi daripada senyawa padanannya yang hanya mengandung ikatan sigma, karena itu suatu reaksi adisi biasanya berlangsung eksoterm. Ikatan rangkap dan ikatan rangkap tiga dengan mudah akan bereaksi dengan molekul halida (X2) atau dengan hidrogen halida (HX) pada suhu kamar. Brom merupakan reagen yang baik untuk menguji adanya ikatan tak jenuh karena hilangnya warna brom sesudah bereaksi dengan ikatan tak jenuh dengan mudah dapat diamati. Ikatan ganda dua juga bereaksi dengan larutan KMnO4 sehingga menghasilkan diol yang ditandai dengan hilangnya warna ungu dari ion permanganat.

Alat dan BahanAlat:

1. Tabung reaksi : 10 buah2. Pipet : 5 buah3. Rak tabung reaksi : 1 buah4. Batang pengaduk : 1 buah5. Gelas piala 100 mL : 2 buah6. Gelas Ukur 50 mL : 1 buah

Bahan:1. Bromine dalam CCl4 (air brom 2%)2. KMnO4

3. Etanol4. H2SO4 pekat

20

Page 21: penuntun praktikum kimdas 2.docx

5. Alkana dan alkenaCara Kerja:1. Tes Bromine

Masukkan 1 ml larutan yang akan dianalisa ke dalam tabung reaksi. Tambahkan air brom setetes demi setetes dan kocok. Hilangnya warna air brom menunjukkan tes yang positif.

2. Tes Bayer (KMnO4)Masukkan 1 ml zat yang akan dianalisa ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 2 ml air atau etanol. Dengan hati-hati tambahkan tetes demi tetes larutan berair kalium permanganat dan kocok. Tes posistif jika warna ungu dari reagen hilang dan terbentuk endapan coklat, biasanya setelah 1 menit.

3. Reaksi dengan H2SO4 pekatKe dalam 1 ml asam sulfat pekat dingin di dalam tabung reaksi ditambahkan 2 tetes zat yang akan dianalisa, aduk perlahan-lahan. Jika senyawa larut atau jika timbul warna, atau terjadi perubahan temperatur (timbul panas) berarti senyawa yang dianalisa tidak jenuh.

B. ALKOHOLTujuan : Pada akhir percobaan ini diharapkan mahasiswa paham akan hal-hal sebagai berikut:

1. Sifat fisika alkohol dan fenol2. Reaksi-reaksi alkohol dan fenol3. Reaksi-reaksi yang membedakan alkohol dan fenol

Pertanyaan Prapraktikum1. Jelaskan sifat fisika alkohol dan fenol.2. Tuliskan reaksi-reaksi yang membedakan antara alkohol dan fenol.3. Jelaskan uji alcohol dengan menggunakan pereaksi lucas.

Latar BelakangAdanya suatu gugus hidroksil dalam alkohol dan fenol memungkinkan

terjadinya ikatan hidrogen antara molekul-molekul tersebut dan ikatan hidrogen dengan senyawa lain yang bersifat polar seperti air. Hal ini menyebabkan golongan senyawa ini mempunyai kelarutan yang besar dalam air, terutama untuk golongan alkohol dengan berat molekul rendah.

Fenol merupakan alkohol siklik yang bersifat lebih asam sehingga dapat membentuk garam natrium bila direaksikan dengan NaOH yang bersifat larut dalam air. Berdasarkan pada jenis atom C tempat terikatnya gugus hidroksil, alkohol digolongkan menjadi alkohol primer, sekunder, dan tersier. Alkohol mempunyai kecepatan reaksi yang berbeda terhadap suatu pereaksi tertentu,

21

Page 22: penuntun praktikum kimdas 2.docx

bahkan dapat berbeda dalam hal hasil yang diperoleh, tergantung kepada jenis atau golongan alkoholnya.Alat dan BahanAlat:

1. Rak tabung reaksi : 1 buah2. Tabung reaksi : 1 buah3. Penangas air : 1 buah4. Gelas piala 100 mL : 3 buah5. Gelas piala 50 mL : 2 buah6. Pipet tetes : 5 buah7. Gelas ukur 100 mL : 1 buah8. Gelas ukur 50 mL : 1 buah9. Kaca arloji : 1 buah10. Batang pengaduk : 1 buah

Bahan :1. Etanol, 2-butanol, tersier butil alkohol, dan fenol2. Pereaksi Lucas (ZnCl2 dalam HCl)3. H2SO4 pekat4. Kertas pH5. Asam asetat glasial6. FeCl3 1%

Cara Kerja: 1. Kelarutan dan Keasaman

Ke dalam tabung reaksi masukkan 2 ml air dan 0,5 ml senyawa alkohol yang hendak diuji (etanol, 2-butanol, dan fenol), kocok dan amati. Catatlah hasil pengamatan. Uji masing-masing larutan di atas dengan kertas lakmus.

2. Pengujian LucasMasukkan 1 ml pereaksi Lucas ke dalam beberapa tabung reaksi, tambahkan kira-kira 1 ml alkohol yang hendak diuji (alkohol primer, sekunder, dan tersier), kocok (selama 30 detik) dan catatlah waktu yang diperlukan oleh campuran menjadi keruh atau memisah menjadi 2 lapisan. Jika tidak terjadi perubahan selama 30 menit berarti hasilnya negatif.

3. Reaksi fenol dengan FeCl3

Ke dalam tabung reaksi yang terpisah larutkan 0,5 ml senyawa yang akan diuji (etanol, 2-butanol, dan fenol) dengan 5 ml air. Ke dalam masing-masing tabung reaksi tambahkan 1-2 tetes larutan FeCl3, kocok dan amati hasilnya. Reaksi positif bila terbentuk cincin biru sampai ungu.

22

Page 23: penuntun praktikum kimdas 2.docx

4. Reaksi esterifikasiCampurkan 2 ml alkohol dengan 3 ml asam asetat glasial di dalam tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml H2SO4 pekat dan panaskan pada penangas air kira-kira 5 menit. Catat dan amati baunya.Catatan:Pereaksi Lucas:Larutkan 340 gr ZnCl2 di dalam 230 ml HCl pekat yang dingin sambil didinginkan. Campuran ini menghasilkan 350 ml reagen Lucas.

Hasil PengamatanA. Alkena

No Senyawa Bromine KMnO4 H2SO4

pekatKeterangan

1 Alkana2 Alkena

B. Alkohol1. Kelarutan/pH

No Nama zat Pengamatan Keterangan1 Etanol2 2-Butanol3 Butil alkohol4 Fenol

2. Pereaksi LucasNo Nama zat Pengamatan Keterangan1 Etanol2 2-Butanol3 t-butil alkohol

3. Reaksi dengan FeCl3

No Nama zat Pengamatan Keterangan1 Etanol2 2-Butanol3 Fenol

4. Esterifikasi No Nama zat Pengamatan Keterangan1 Etanol2 2-Butanol

23

Page 24: penuntun praktikum kimdas 2.docx

3 t-butil alkohol

Percobaan 6TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN pH

1.1 Tujuan1. Memepelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang

mengandung asam.2. Menstandarisasi larutan penitrasi.3. Menstandarisasi larutan NaOH.4. Menggambarkan kurva titrasi.5. Menentukan ketetapan kesetimbangan asam lemah.6. Menjelaskan pentingnya pengendalian pH, terutama pada sistem fisiologi

tubuh.7. Menguraikan cara mempertahankan pH dalam berbagai macam penggunaan.8. Mengenal dengan baik beberapa larutan buffer dari sistem tertentu dan

bagaimana mereka berfungsi.

1.2 Pertanyaan Prapratek1. Apa yang dimaksud dengan (a) asam, (b) basa, (c) titik ekuivalen, dan (d)

indikator.2. Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi dengan titik ekivalen.3. Sebanyak 0,7742 g kalium hidrogen sitrat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

dan dilarutkan dengan air suling, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH. Bila terpakai 33,60 mL larutan NaOH, berapa molaritas larutan NaOH tersebut?

4. Jelaskan apa yang dimasud dengan (a) kurva titrasi asam basa, (b) titik ekuivalen, (c) standarisasi, (d) larutan standar primer, (e) pH, (f) pH meter.

5. Hitung massa kalium hidrogen flalat (KHP) untuk menetralisasi 25 mL NaOH 0,1 M dan tulis persamaanreaksinya.

6. Bagaimana membuat 50 mL larutan HCl dengan pH 1 dari larutan HCl 1 M?7. a. Apakah larutan buffer itu?b. Mengapa larutan buffer itu penting?8. Berikan definisi untuk asam lemah dan basa lemah.9. Jelaskan dengan persamaan reaksi, bagaimana larutan natrium sianida (NaCN)

dengan hidrogen sianida (HCN) berfungsi sebagai buffer.10. Sebutkan beberapa pasangan larutan buffer yang sifat fisiologinya sama benar.

1.3 Latar BelakangSuatu penerapan penting dari stoikiometri di laboratorium adalah analisis

unsur–unsur untuk menentukan komposisinya. Pengukuran yang didasarkan pada massa dinamakan gravimetrik, dan pengukuran yang dilakukan berdasarkan

24

Page 25: penuntun praktikum kimdas 2.docx

volume larutan dinamakan volumetri atau titrasi. Dalam percobaan ini teknik analisis volumetri diterapkan pada analisis contoh yang mengandung asam.

Pada analisis volumetri, contoh yang dianalisis ditempatkan dalam Erlenmeyer dan kemudian disiapkan untuk analisis. Contoh padat dilarutkan terlebih dahulu. Selanjutnya larutan direaksikan dengan suatu larutan penitrasi yang diketahui, maka konsentrasi dari zat yang dianalisis dapat ditentukan. Metode volumetri yang lain dapat dilakukan dengan konsentrasi penitrasi yang tidak diketahui. Suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara tepat dinamakan larutan standar, dan proses pengukuran konsentrasi larutan ini dinamakan standarisasi.Reaksi yang dapat dipakai untuk analisis volumetri harus memiliki sifat–sifat penting, antara lain stoikiometri yang baik, tidak memberikan rekasi samping (artinya, hanya bahan yang dianalisis yang bereaksi dengan titran), laju reaksi tinggi, tidak ada gangguan yang berarti, dan ada alat untuk mendeteksi titik ekuivalen titrasi. Jika reaksi kekurangan satu atau dua sifat tadi, titrasi masih dapat dilakukan asalkan dapat dilakukan dengan hati – hati.

Beberapa jenis reaksi dapat digunakan untuk titrasi yaitu reaksi pengendapan,reduksi dan asam basa, yang semuanya dapat berlangsung secara sempurna. Pada percobaan ini akan digunakan reaksi asam basa untuk menstandarisasi larutan basa dan selanjutnya digunakan untuk menganalisis larutan yang mengandung asam. Singkatnya, reaksi asam basa atau netralisasi disebabkan oleh pindahnya proton (ion H+) dari asam ke basa. Contoh klasik dari reaksi ini adalah reaksi ion hidrogen dengan ion hidroksil.

H+(aq)+OH-

(aq) H2O(l)

Pada percobaan ini sumber ion OH- adalah larutan NaOH encer dan sumber ion H+ adalah larutan asam. Mula–mula siapkan larutan NaOH 0,1 M, kemudian larutan ini distandarisasi dengan larutan asam yang diketahui konsentrasinya. Larutan NaOH tidak tersedia dalam keadaan murni dan larutannya dapat berubah konsentrasinya kerana menyerap CO2 udara. Oleh sebab itu, larutan NaOH harus distandarisasi sebelum digunakan untuk menitrasi contoh.Pada kebanyakan titrasi asam–basa, perubahan larutan pada titik ekuivalen tidak jelas. Oleh karena itu, untuk menentukan titik akhir titrasi dipakai indikator. Karena zat ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Pada percobaan ini digunakan fenolftalein. Senyawa ini tak berwarna dalam larutan asam dan berwarna merah jambu dalam larutan basa.Kurva titrasi asam asetat dengan larutan NaOH 0,101 M tertera pada Gambar 9.1.

25

Page 26: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Gambar 9.1. kurva titrasi asam basa antara larutan asam asetat dengan larutan NaOH 0,0101 M. titik ekuivalen tercapai setelah penambahan 27,02 mL NaOH.Titik ekuivalen tercapai setelah penambahan NaOH 27,02 mL. dari kurva titrasi didapat juga data untuk menghitung tetapan ionisasi asam asetat melalui persamaan Henderson-Hasselbalch.

pH = pHa + log [basa][asam]

persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung harga pH dari larutan buffer. Cara ini dapat digunakan untuk menghitung pH pada setiap titik dari kurva titrasi.Harga pH pada kurva terlihat mulai harga pH sebelum penambahan NaOH sampai pada lewat titik ekuivalen. Dengan menggunakan persamaan di atas kita bias menghitung harga Ka. Selama titrasi, konsentrasi asam akan menurun karena asam lemah bereaksi dengan NaOH yang ditambahkan. Kuantitas asam dan basa akan sama pada titik tertentu; keasaman juga akan terjadi pada ½ titik ekuivalen. Pada titik pertengahan, jumlah ½ NaOH yang diperlukan bereaksi sempurna dengan ½ jumlah asam lemah. Kuantitas NaOH pada titik pertengahan adalah :27,02

2=13,51mL

Pada saat ini konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa sesuai dengan persamaan berikut :[asam]=[basa]

Log[basa][asam]

=log 1=0

Menurut persamaan Henderson-Hasselbalch :pH = pKa, maka pKa dapat ditentukan.

Sebagian besar proses fisiologi sangat peka terhadap penurunan pH. Misalnya, pH darah manusia pada dasarnya dipertahankan pada pH 7,2. Hanya pada pH ini daerah dapat mengangkut oksigen dan karbondioksida dengan benar. Jika pH turun di bawah 7,2 (konsentrasi H+ lebih tinggi) maka haemoglobin dalam darah tidak akan bereaksi dengan oksigen, bila pH meningkat (konsentrasi OH -

lebih tinggi), bikarbonat tidak akan terurai menjadi karbondioksida dalam paru–paru. Untunglah, kita dapat mengendalikan dan mempertahankan pH dengan menggunakan sifat khusus dari campuran yang disebut dengan larutan buffer. Dalam percobaan ini Anda akan menyediakan beberapa larutan buffer dan kemudian mengamati bagaimana larutan tersebut bekerja untuk mempertahankan pH. Anda akan menambahkan sedikit asam atau basa terhadap larutan buffer maupun larutan bukan buffer dan mengamati hasilnya.

Asam Lemah, Basa Lemah, dan GaramnyaSistem larutan buffer adalah larutan asam lemah (atau basa lemah)

bersama–sama dengan garamnya. Adapun asam lemah atau basa lemah adalah

26

Page 27: penuntun praktikum kimdas 2.docx

asam atau basa yang mengion sedikit. Asam asetat (HC2H3O2) adalah asam lemah, seperti ditunjukkan pleh persamaan berikut :

HC2H3O2 + H2O H3O+ + C2H3O2

Larutan amonium hidroksida adalah contoh dari basa lemah, juga karena hanya beberapa persen saja dari basa ini berasa sebagai ion NH+ dan OH-.

Asan dan basa digolongkan sebagai kuat atau lemah, tergantung pada derajat pengionnya (ionisasi). Beberapa asam yang derajat ionisasinya tinggi (mendekati 100%) dalam larutan encer dalam air adalah H2SO4, HCl, dan HNO3. Basa – basa ionic seperti NaOH, KOH, dan Ca(OH)2, berada sebagai ion dalam kondisi padat dan juga terdisosiasi sempurna dalam larutan air. Sebaliknya, sejumlah besar asam (misalnya HC2H3O2, HCN, H2CO3, dan H3PO4), asam organik (RCOOH) dan beberapa basa organik (R-NH2) hanya sedikit mengion dalam larutan air.

Garam dari asam lemah ialah garam yang salah satu ionnya sama dengan ion asamnya. Garam antara lain dapat dibuat dengan cara membiarkan asam lemah bereaksi dengan basa yang sesuai yang terdiri dari kation yang cocok. Contohnya, garam yang terdiri dari ion C2H3O2

- adalah garam dari asam asetat (HC2H3O2). Suatu garam yang khas, umpamanya natrium asetat (NaC2H3O2) dapat dibentuk dari asam dan basa yang bersangkutan.

HC2H3O2 + NaOH NaC2H3O2 + H2OSama halnya, natrium sianida (NaCN) dan kalsium sianida [Ca(CN)2]

adalah garam dari asam sianida. Kalium monohidrogen fosfat (K2HPO4) adalah garam asam hidrogen fosfat dan KH2PO4 sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan berikut :

KHPO4 + KOH K2HPO4 + H2OGaram dari basa lemah mempunyai kation yang sama dengan basa. Contoh garam–garam dari amonium hidroksida, NH4OH (larutan ammonia NH3) ialah amonium klorida (NH4Cl) dan amonium sulfat (NH4)2SO4.

1.4 Prosedur Kerja A. Penyiapan larutan NaOH 0,1 M

Cuci dan bilas satu botol 500 mL. kalau larutan yang akan dibuat ini akan disimpan lama, sediakan botol plastik, sebab larutan NaOH pasti bereaksi dengan wadah kaca walaupun berlahan. Timbang 1,6 g NaOH dan pindahkan k botol. Larutkan dengan 400 mL air suing, kocok sampai larut. Sebelum larutan digunakan kocok lagi dengan baik.

B. Standarisasi larutan NaOH 0,1 MCuci dengan baik buret 50 mL, selanjutnya bilas dengan air suling. Tutup ceratnya dan masukkan kira–kira 5 mL larutan NaOH yang akan distandarisasi. Miringkan dan putar buret untuk membasahi (membilas) permukaan dalam buret. Keluarkan larutan dari dalam buret dan ulangi proses pembilasan sekali atau dua kali lagi dengan larutan NaOH. Isi buret dengan

27

Page 28: penuntun praktikum kimdas 2.docx

larutan NaOH sampai mencapai angka nol, alirkan larutan untuk mengeluarkan pelembung udara pada ujung buret dan isi buret kembali.

1. Cuci tiga Erlenmeyer 250 mL dan kemudian bilas dengan air suling. Pipet 25 mL larutan HCl standar 0,1 M dan masukkan ke dalam setiap Erlenmeyer. Tambahkan ke dalam Erlenmeyer masing–masing 25 mL air suling dan tiga tetes indikator fenolftalein. Catat kedudukan (volume) awal larutan NaOH pada buret dan kemudian alirkan sedikit demi sedikit larutan NaOH pada Erlenmeyer pertama. Pencampuran akan menghasilkan warna merah jambu; warna ini akan hilang bila Erlenmeyer digoncang. Bila warna merah jambu lama hilangnya, ini pertanda titik akhir sudah dekat. Titik akhir tercapai bila warna merah jambu yang terbentuk bertahan sampai 30 detik setelah pencampuran. Catat volume akhir pada buret. Isi buret kembali dan titrasi contoh pada Erlenmeyer kedua dan ketiga. Hitung molaritas larutan NaOH dengan menunjukkan rincian hitungannya. Hitunglah rata–rata dari ketiga hasil. Jika ketiga hasil menunjukkan perbedaan lebih besar daripada 0,002 M, lakukan standarisasi sekali lagi.

2. Cuci 3 buah Erlenmeyer dengan bersih. Kemudian, isi masing–masing dengan : 0,35 g kalium hidrogen ftalat (KHP), tambahkan 25 mL air suling dan kocok sampai semuanya larut, kemudian tambahkan tiga tetes indikator fenolftalein (pp). Larutan pada masing–masing Erlenmeyer dititrasi dengan larutan NaOH sampai terbentuk warna merah muda. Catat volume NaOH yang terpakai pada masing – masing Erlenmeyer.

Reaksi :NaOH(aq) + KHC8H4O4(aq) NaKC8H4O4 + H2O

atauOH-

(aq) + HC8H4O-(aq) C8H4O2-

(aq) + H2O(l)

Hitung molaritas larutan NaOH dan tunjukkan rincian hitungannya. Jika ketiga hasil berbeda lebih besar dari 0,001 M, lakukan standarisasi sekali lagi.

C. Menentukan persentase asam asetat dalam cukaCuka dapur mengandung asam asetat 4-6%. Karena komponen yang

bersifat asam dalam cuka adalah asam asetat, maka konsentrasi senyawa ini dapat dengan mudah ditentukan melalui titrasi dengan larutan standar NaOH atau basa kuat lainnya.

NaOH(aq) + HC2H3O2(aq) NaC2H3O2(aq) + H2O(l)

Contoh cuka dapat diperoleh di pasar dan catat pengamatan pada labelnya seperti nomor, merek, dan sebagainya. Cuci dan bilas tiga Erlenmeyer 250 mL, pipet 2 mL asam cuka ke dalam setiap Erlenmeyer. Tambahkan 20 mL air suling, 3 tetes indikator fenolftalein (pp) dan selanjutnya titrasi dengan larutan standar NaOH sampai terbentuk warna merah jambu. Hitung persen massa pada tiap–tiap contoh. Jika hasil yang didapatkan dari ketiga contoh berbeda lebih besar dari 0,05%, ulang percobaan sekali lagi.

28

Page 29: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Potensiometri 1. Siapkan seperangkat alat pH meter & kalibrasi dengan larutan buffer ber-pH5.2. Timbang dengan teliti 5,1 g kalium hidrogen ftalat (KHP), larutkan dengan air

suling dan encerkan dalam labu ukur 250 mL sampai tanda tera. Pipet cairan ini sebanyak 50 mL dan masukkan ke dalam gelas piala.

3. Buatlah larutan NaOH yang akan distandarisasi (sekitar 0,1 M) dan masukkan ke dalam buret.

4. Pasang alat seperti pada Gambar 9.2.

Gambar 9.2. Radas titrasi5. Catat pH yang terbaca pada skala pH sebelum penambahan NaOH dan setelah

penambahan larutan NaOH sebanyak 10, 20, 30, 35, 40, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 55, dan 60 mL.

6. Ulangi percobaan sekali lagi, mulai dari nomor 2.A. Larutan bukan – buffer

1. Penentuan pH larutan bukan-bufferAmbil tiga buah tabung reaksi yang bersi. Isi tabung 1 dengan 1 mL air suling, tabung 2 dengan 1 mL larutan HCl 0,0001 M dan tabung 3 dengan 1 mL larutan NaOH 0,0001 M. Tentukan dan catat pH larutan dengan indikator universal.

2. Penentuan pH larutan bukan-buffer setelah ditambahin asam. Ambil tiga buah tabung reaksi yang bersih. Isilah tabung reaksi 1 dengan 1 mL air suling, tabung 2 dengan 1 mL larutan HCl 0,0001 M dan tabung 3 dengan 1 mL larutan NaOH 0,0001 M. tambahkan 1 tetes HCl 1 M ke dalam masing–masing tabung. Catat dan tentukan pH larutan.

B. Larutan buffer1. Penentuan pH larutan buffer

a. Campurkan 5 mL asam asetat HC2H3O2 1 M dengan 5 mL natrium asetatNaC2H3O2 1 M dalam tabung reaksi. Catat dan tentukan pH larutan dengan indikator universal.

b. Campurkan 5 mL NH4OH 1 M dengan 5 mL NH4Cl 1 M dalam tabung reaksi. Catat dan tentukan pH larutan.

2. Penentuan pH larutan buffer setelah penambahan asam

29

Page 30: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Ambil dua buah tabung reaksi yang bersih. Isilah tabung 1 dengan 2 mL larutan buffet, tabung 2 dengan 2 mL larutan buffer. Tambahkan 1 tetes larutan HCl 1 M ke dalam masing–masing tabung. Tentukan pH larutan dan bandingkan dengan pH larutan buffer.

3. Penentuan pH larutan buffer setelah penambahan basa. Ambil dua buah tabung reaksi yang bersih. Isilah tabung 1 dengan 2 mL larutan buffet, tabung 2 dengan 2 mL larutan buffer. Tambahkan 1 tetes larutan NaOH 1 M ke dalam masing–masing tabung. Tentukan pH larutan dan bandingkan dengan pH larutan buffer.

Hasil Pengamatan :Titrasi Asam BasaA. Standarisasi dengan larutan HCl

No.Ulangan1 2 3

1. Volume larutan HCl 25 mL 25 mL 25 mL2. Molaritas larutan HCl …M3. Mol HCl yang dipakai …....

mol….... mol

….... mol

4. Mol NaOH yang didapatkan

….... mol

….... mol

….... mol

5. Volume NaOH awal …...... mL

…...... mL

…...... Ml

6. Volume NaOH akhir …...... mL

…...... mL

…...... mL

7. Volume NaOH yang ditambahkan

…...... mL

…...... mL

…...... mL

8. Molaritas larutan NaOH ………..M

………..M

………..M

9. Molaritas larutan NaOH rata – rata

……M

B. 2. Standarisasi dengan KHP

NoUlangan1 2 3

1. Massa botol timbang berisi KHP

.......... g

.......... g

.......... g

2. Massa botol timbang setelah KHP

.......... g

.......... g

.......... g

3. Massa KHP .......... g

.......... g

.......... g

4. Mol KHP .... .... ....

30

Page 31: penuntun praktikum kimdas 2.docx

mol mol mol5. Mol NaOH yang dibutuhkan ....

mol.... mol

.... mol

6. Volume NaOH awal .... mol

.... mol

.... mol

7. Volume NaOH akhir .... mol

.... mol

.... mol

8. Volume NaOH terpakai .... mol

.... mol

.... mol

9. Molaritas larutan NaOH .... M .... M .... M10. Molaritas larutan NaOH rata

– rata …………M

C. Menentukan persentase asam asetat dalam cukaNo.

Ulangan1 2 3

1. Volume cuka ......mL

......mL

......mL

2. Rapatan cuka 1,008 g/mL3. Massa cuka ...... g ...... g ...... g4. Volume NaOH awal ......m

L......mL

......mL

5. Volume NaOH akhir ......mL

......mL

......mL

6. Volume NaOH terpakai ......mL

......mL

......mL

7. Molaritas larutan NaOH …………M8. Mol NaOH yang

ditambahkan… mol

… mol

… mol

9. Mol asam asetat … mol

… mol

… mol

10. Bobot asam asetat ...... g ...... g ...... g11. % massa asam asetat dalam

contoh...…% ...…% ...…%

12. % massa rata – rata asam asetat

...…%

Perhitungan Kesimpulan Pertanyaan 1. Apakah hasil standarisasi larutan NaOH dengan menggunakan larutan HCl dan

KHP memberikan hasil yang sama? Bila tidak, berikan komentar Anda.

31

Page 32: penuntun praktikum kimdas 2.docx

2. Komentari hasil analisis asam asetat dalam contoh cuka yang Anda kerjakan.3. Agar titrasi untuk contoh kedua dan ketiga berjalan dengan cepat, tindakan apa

yang dapat Anda lakukan?4. Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekuivalen, bagaimana caranya? Dan

bagaimana pula pengamatannya untuk titrasi ini?5. Dari semua prosedur percobaa, mengapa indikator begitu penting dalam titrasi?

Jelaskan dengan singkat alasan Anda.6. Jika ftalat pada bagian B titrasinya berlebihan dengan NaOH, apakah keliruan

dalam bobot KHC8H4O4 pada bagian B atau asam asetat pada cuka menghasilkan hasil yang positif atau negatif? Jelaskan pendapan Anda.

7. Selesaikan persamaan reaksi berikut :KHC8H4O4+NaOH

Tabel 1. Bobot contoh KHPContoh Ulangan 1 Ulangan 2Bobot KHP + kertas (g)Bobot kertas (g)Bobot KHP (g)

Tabel 2. Ulangan 1pH awal, pembacaan buret awal, mL

Pembacaan buret (mL) Volume NaOH (mL) pH

32

Page 33: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Tabel 3. Ulangan 2pH awal, pembacaan buret awal, mL

Pembacaan buret (mL) Volume NaOH (mL) pH

1. a. Dengan menggunakan kertas grafik, buatlah kurva titrasinya. Tentukan titik ekuivalendan lengkapi tabel di bawah ini.

Keadaan Ulangan 1 Ulangan 2Volume pada titik ½ ekuivalenpH pada titik ekuivalen

b. Hitung molaritas NaOH dari setiap ulangan, dan hitung rata – ratanya.c. Berdasarkan grafik di atas lengkapi tabel berikut ini.

Keadaan Ulangan 1 Ulangan 2Volume pada titik ½ jalanpH pada titik ½ jalanpKa

pKa rata – rata

d. Gunakan harga pKa rata – rata untuk menghitung Ka dari KHP.e. Gunakan nilak Ka untuk menghitung pH awal dari setiap ulangan.

Bandingkan pH hasil perhitungan dengan pH hasil percobaan.f. Hitung harga pKb untuk anion C8H4O2

2- dengan menggunakan nilai Ka dari KHP.

Pertanyaan1. Hitungalah molaritas larutan asam asetat dalam gambar 9.1 jika 25,0 mL

larutan itu sudah dititrasi dengan larutan NaOH 0,101 M.2. Indikator apa yang baik digunakan bila percobaan titrasi No. 1 dilakukan

tanpa pH meter?

33

Page 34: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Percobaan Pengendalian Buffer

LarutanpH (keasaman)Awal Setelah

penambahan HClSetelah penambahan NaOH

A Larutan bukan-buffer1. Air2. NaOH3. HCl

………... …………………. ………………….………... …………………. ………………….………... …………………. ………………….

B Larutan buffer1. Campuran asam

asetat dan natrium asetat

2. Campuran amonium hidroksida dan amonium klorida

………... …………………. ………………….………... …………………. ………………….

Pertanyaan 1. Jelaskan pengaruh penambahan larutan asam atau basa terhadap pH

(keasaman) larutan buffer.2. Jelaskan dengan persamaan reaksi, mengapa larutan natrium asetat dengan

asam asetat berfungsi sebagai larutan buffer.3. Apa yang disebut kapasitas buffer? Jelaskan dengan contoh.

34

Page 35: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Percobaan 7SKALA pH DAN PENGGUNAAN INDIKATOR

1.1 Tujuan 1. Membuat larutan standar asam dan basa dalam berbagai konsentrasi.2. Mengukur pH larutan dengan berbagai indikator.3. Memilih indikator yang sesuai dengan pH.4. Mengukur pH larutan dengan menggunakan pH meter.

1.2 Pertanyaan Prapratek1. Fenolftalein adalah salah satu indikator yang lazim. Bagaimana warnanya

dalam larutan asam? Dalam larutan basa?2. Apa yang dimaksud dengan pH? Berapa pH larutan netral?3. Apabila 0,01 mol HCl ada dalam 10 L larutan, berapa molaritasnya, berapa

konsentrasi H+, dan berapa pH-nya?4. Bagaimana hubungan antara [H+] dan [OH-] dalam larutan air, jika [H+]=10-4

M?

1.3 Latar belakangKonsep asam dan basa didasarkan pada beberapa sifat yang ditunjukkan

oleh sekelompok senyawa dalam larutannya dalam air. Berdasarkan sifat – sifat yang ditunjukkan tersebut, asam adalah senyawa yang mempunyai rasa asam, dan memerahkan lakmus biru. Basa adalah senyawa yang mempunyai rasa pahit, dan membirukan lakmus merah. Dalam larutan air, asam menghasilkan H+ dan basa menghasilkan OH-. Ion H+ dari asam dan ion OH- dari basa dapat bereaksi membentuk H2O sehingga larutan yang terjadi bersifat netral.

Ionisasi AirAir murni hanya mengion 0,000001%. Ionisasi dapat dilihat pada persamaan reaksi :

H2O + H2O H3O+ + OH-

Ion hidronium (H3O+) sering ditulis H+, sehingga ionisasi air adalah :H2O H+ + OH-

Dari persamaan air murni kita liat sejumlah ion H+ dan ion OH-, yang disebut konsentrasi ion H+ dan konsentrasi ion OH-, yang biasa ditulis dengan [H+] dan [OH-]. Berdasarkan percobaan pada air murni diperoleh [H+] atau [OH-] masing–masing 1x10-7 mol/L atau 1x10-7 M, sehingga [H+] = [OH-] = 1x10-7 mol/L.Dalam suasana asam [H+] > 1x10-7 mol/L dan [OH-] < 1x10-7 mol/L, jadi [H+] > [OH-]. Dalam suasana basa terdapat keadaan sebaliknya, [OH-] > [H+].Disosiasi air dapat dipandang sebagai suatu reaksi kesetimbangan sehingga dapat ditulis :

H2O H+ + OH-

35

Page 36: penuntun praktikum kimdas 2.docx

Tetapan kesetimbangan air, Ksp diperoleh dengan mengkalikan [H+] dengan [OH-] sehingga diperoleh persamaan :

Ksp = [H+][OH-] = [1x10-7]2 = 1x10-14

Pada suhu kamar perkalian [H+][OH-] selalu = 1x10-14.Keasaman atau kebasaan suatu larutan tergantung pada ion mana yang menonjol dalam larutan; jika [OH-] = [H+] maka larutan bersifat netral. Apabila :[H+] = 10-3mol/LDari persamaan untuk kesetimbangan air diperoleh :Kw = [H+][OH-] = 1x10-14

10-3 x [OH-]=10-14

Jadi, [OH-] = 10-11 mol/L

Skala pHBerdasarkan pengertian [H+] dan [OH-], kita dapat mengetahui skala pH. pH adalah logaritma negatir [H+] atau secara matematika ditulis : pH = -log [H+]Contoh : [H+] = 10-3mol/L pH = 3bila yang diketahui [OH-] = 10-2 mol/Lmaka : [H+] = 10-12

pH=12

IndikatorIndikator asam basa merupakan senyawa yang warnanya dalam larutan asam maupun basa berbeda. Tidak semua indikator berubah warnanya pada pH yang sama. Beberapa indikator berubah warnanya pada pH 7, yang lain pH 4, 5, atau 6, 8, dan seterusnya. Perubahan warna indikator bergantung pada [H+] dalam larutan, maka indikator asam basa dapat digunakan untuk memperkirakan keasaman atau kebasaan suatu larutan (lihat tabel 13.1).Perubahan warna dengan interval pH dari berbagai indikator

No. Indikator Interval pH Perubahan warna1. Metil ungu 0,2 – 3,0 Kuning – ungu 2. Timol biru 1,2 – 2,8 Merah – kuning 3. Metil jingga 3,1 – 4,4 Merah – jingga – kuning 4. Bromfenol biru 3,0 – 4,6 Kuning – biru – ungu 5. Bromkresol hijau 3,0 – 5,0 Biru – merah 6. Kongo merah 3,8 – 5,4 Kuning – biru 7. Metil merah 4,4 – 6,2 Merah – kuning 8. Bromkresol merah hijau 5,2 – 6,8 Kuning – merah jambu9. Lakmus 4,5 – 8,5 Merah – biru 10. Bromtimol biru 6,0 – 7,6 Kuning – merah 11. Fenol merah 6,8 – 8,2 Kuning – biru 12. Timol biru 8,0 – 9,6 Tak berwarna – merah

36

Page 37: penuntun praktikum kimdas 2.docx

13. Fenolftalein 8,3 – 10,0 Kuning – biru 14. Timolftalein 9,3 – 10,5 Kuning – merah 15. Alizarin kuning 10,0 – 12,0 Biru – kuning 16. Indigokarmin 11,4 – 13,0 Tak berwarna – jingga 17 Trinitrobenzena 12,0 – 14,0

1.4 Prosedur KerjaSetiap kelompok mahasiswa membuat seperangkat larutan indikator pembanding yang terdiri atas 11 larutan yang pH nya berkisar antara 2 sampai 12. Standar warna ini akan dipakai pada percobaan berikutnya untuk mengetahui pH dari sejumlah larutan. Larutan standar ini harus dibuat dengan sangat teliti, karena akan digunakan sebagai pembanding.A. Daerah asam, pH 2 sampai 6

1. Isilah tabung pertama dengan larutan standar HCl 0,01 M. karena HCl terionisasi sempurna maka pH larutan ini adalah 2.

2. Buatlah larutan lain dengan pH 3, pH 4, pH 5, dan pH 6 dengan setiap kali melakukan pengenceran 10 kali, dimulai dengan pH 2. Caranya adalah sebagai berikut :

3. Untuk membuat larutan pH 3, ambil 1 mL larutan pH 2 , encerkan dengan 9 mL air suling yang sudah dididihkan (untuk mengusir CO2). Aduk pelan–pelan. Didapatkan larutan dengan pH 3.

4. Pipet 1 mLlarutan pH 3, encerkan dengan 9 mL air mendidih untuk mendapatkan larutan dengan pH 4. Dengan cara yang sama buatlah larutan dengan pH 5 dan pH 6.

B. Daerah netral, pH 7Gunakan air yang telah mendidih, masukkan dalam tabung reaksi.

C. Daerah basa, pH 6 sampai pH 121. Isilah tabung pertama dengan larutan 0,01 M NaOH yang akan

menghasilkan larutan yang pH-nya 12.2. Encerkan 1 mL larutan (1) dengan 9 mL air suling yang telah dididihkan

untuk membuat larutan pH 11, aduk larutan tersebut.3. Buatlah larutan dengan pH 10, pH, 9, dan pH 8 dengan cara yang sama

seperti pada bagian A.4. Simpan sekitar 1 mL dari setiap larutan yang di buat pada bagian A, B,

dan C yang akan digunakan pada percobaan tabung reaksi.5. Beri label setiap larutan yaitu sesuai dengan pH-nya, lalu letakkan pada

rak tabung reaksi (pH 2 s.d pH 12).6. Teteskan satu tetes indikator pada setiap tabung reaksi sampai terjadi

perubahan warna. Amati dan catat perubahan warna indikator pada setiap pH dan perhatikan pula di daerah mana dijumpai perubahan warna.

37

Page 38: penuntun praktikum kimdas 2.docx

7. Indikator yang digunakan berturut–turut adalah : jingga metil, fenolftalein, biru brom timol, kuning alizarin, dan merah metil.

D. Penunjuk pH berbagi zatDengan menggunakan indikator yang disediakan, tentukan pH dari zat berikut :a. Larutan cuka (encerkan 10 x)b. Sari buah anggur/jerukc. Minuman berkarbonat (encerkan 50%)d. Shampooe. Detergen cair (larutan 5%)f. Ammonia untuk keperluan rumah tanggag. Soda kue (larutan 10%)h. Tablet aspirin (asam salisilat dilarutkan dalam 20 mL air)

1. Pipet sekitar 2 mL dari setiap larutan zat tersebut di atas dan masukkan masing–masing ke dalam 5 tabung reaksi.

2. Teteskan 2 tetes indikator yang telah disediakan ke dalam masing–masing tabung reaksi.

3. Bandingkan warnanya dengan larutan standar.4. Tentukan pH dari setiap larutan berdasarkan warna larutan yang terjadi

setelah penambahan indikator.

E. Penentuan pH dengan menggunakan pH meter Demonstrasi penggunaan pH meter dilakukan oleh asisten. Sebelum digunakan, pH meter harus dikalibrasi. Elektrode dicelupkan ke dalam larutan standar yang dibuat. Catatlah

pembacaan pH meter dari beberapa larutan standar yang dipilih.

Hasil Pengamatan :

Hasil pengukuran pH standar

pH (standar)

Jenis indikator……….. ……… ……… ………. ………

2345678910

38

Page 39: penuntun praktikum kimdas 2.docx

1112

1. Trayek pH indikator =……………….2. Trayek pH indikator =……………….3. Trayek pH indikator =……………….4. Trayek pH indikator =……………….5. Trayek pH indikator =……………….

No. Nama sampel

Jenis indikator………. ………. ………. ………. ………. pH Ket.

1.2.3.4.5.6.7.8.

Pertanyaan 1. Mengapa larutan soda kue bersifat asam? Jelaskan.2. Setelah Anda melakukan percobaan, kelompokkan zat pada percobaan D

menjadi kelompok zat asam, netral, dan basa.

39