anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas usaha yang kini marak dilakukan oleh pelaku usaha tidak luput dari adanya persaingan. Persaingan itu terkadang mengarah pada pelanggaran hukum demi tercapainya keuntungan yang maksimum. Bahkan mereka melakukan persaingan curang/ persaingan tidak sehat. Persaingan usaha yang tidak sehat ini akan merugikan kepentingan umum. Persaingan itupun kini marak dalam kegiatan bisnis di Indonesia dan Negara lain pada umumnya. Meskipun sebelum dikeluarkan UU no. 5 tahun 1999, sebenarnya pengaturan mengenai persaingan usaha tidak sehat didasarkan pada pasal 1365 KUH Perdata mengenai perbuatan melawan hukum dan pasal 382 bis KUH Pidana. Barang siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seseorang tertentu, diancam karena persaingan curang dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak tiga belas ribu lima ratus 1

Upload: m-arzu-ki

Post on 12-Apr-2016

27 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahAktivitas usaha yang kini marak dilakukan oleh pelaku usaha tidak luput

dari adanya persaingan. Persaingan itu terkadang mengarah pada pelanggaran

hukum demi tercapainya keuntungan yang maksimum. Bahkan mereka

melakukan persaingan curang/ persaingan tidak sehat. Persaingan usaha yang

tidak sehat ini akan merugikan kepentingan umum. Persaingan itupun kini marak

dalam kegiatan bisnis di Indonesia dan Negara lain pada umumnya. Meskipun

sebelum dikeluarkan UU no. 5 tahun 1999, sebenarnya pengaturan mengenai

persaingan usaha tidak sehat didasarkan pada pasal 1365 KUH Perdata mengenai

perbuatan melawan hukum dan pasal 382 bis KUH Pidana.

Barang siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil

perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan

curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seseorang tertentu, diancam

karena persaingan curang dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat

bulan atau pidana denda paling banyak tiga belas ribu lima ratus ribu rupiah, bila

perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren- konkuren orang lain

itu.

Dunia usaha merupakan suatu dunia yang boleh dikatakan tidak dapat

berdiri sendiri. Banyak aspek dari berbagai macam dunia lainnya turut terlibat

langsung maupun tidak langsung dengan dunia usaha ini. Keterkaitan tersebut

kadangkala tidak memberikan prioritas atas dunia usaha, yang pada akhirnya

membuat dunia usaha harus tunduk dan mengikuti rambu-rambu yang ada dan

seringkali bahkan mengutamakan dunia usaha sehingga mengabaikan aturan-

aturan yang telah ada. Pesatnya perkembangan dunia usaha adakalanya tidak

diimbangi dengan “penciptaan” rambu-rambu pengawas. Dunia usaha yang

berkembang terlalu pesat sehingga meninggalkan rambu-rambu yang ada jelas

1

Page 2: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

tidak akan menguntungkan pada akhirnya. Apabila hukum tidak ingin dikatakan

tertinggal dari perkembangan bisnis dan dunia usaha, maka hukum dituntut untuk

merespon segala seluk beluk kehidupan dunia usaha yang melingkupinya sebagai

suatu fenomena atau kenyataan sosial. Itu berarti, peran hukum menjadi semakin

penting dalam menghadapi problema-problema dunia usaha yang timbul seperti

Monopoli dan Persaiangan Usaha Tidak Sehat.

Monopoli menggambarkan suatu keadaan dimana terdapat seseorang atau

sekelompok orang yang menguasai suatu bidang tertentu secara mutlak, tanpa

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk ikut ambil bagian. Monopoli

diartikan sebagai suatu hak istimewa (previlege), yang menghapuskan persaingan

bebas, yang tentu pada akhirnya juga akan menciptakan penguasaan pasar.

Pengertian monopoli dalam Black’s Law Dictionary: “Monopoly is a previlege

or peculiar advantage vested in one or more persons or companies, consisting in

the exclusive right (or power) to carry on a particular business or trade,

manufacture a particular article, or control the sale of the wholesupply of a

particular commodity.

Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu bentuk yang dapat diartikan

secara umum terhadap segala tindakan ketidakjujuran atau menghilangkan

persaingan dalam setiap bentuk transaksi atau bentuk perdagangan dan

komersial. Unfair competition is a term which may be applied generally to all

dishonest or fraudulent rivalry in trade and commerce, but is particularly applied

to the practice of endeavoring to subtitute one’s own goods or products in the

markets for those of another, having and established reputation and extensive

sale, by means of imitating or counterfeiting the name, tittle, shape, or distinctive

peculiarities of the article, or the shape, color, label, wrapper or general

appearance of the package, or other such simulations, the immitation being

carried far enough to mislead the general public or deceive an unwary purchaser,

and yet not amounting to an absolute counterfeit or to the infringement of a trade

mark or trade name. Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya

2

Page 3: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

perusahaan-perusahaan yang mempunyai keinginan yang tinggi untuk

mengalahkan pesaing-pesaingnya agar menjadi perusahaan yang besar dan paling

kaya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan

perumusan masalah sebagai berikut :

1. Pengertian Monopoli dan persaingan usaha tidak sehat?

2. Asas dan tujuan hukum anti monopoli dan persaingan urang?

3. Perjanjian yang dilarang?

4. Kegiatan yang dilarang?

5. Persekongkolan

6. Komisi pengawas persaingan usaha dan penegakan hukum?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis.

2. Untuk mengetahui masalah anti monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat.

3. Untuk mengetahui dan lebih memahami mengenai ruang lingkup tentang

monopoli dan persaingan curang.

3

Page 4: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pengertian Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat menurut

UU no.5 Tahun 1999 tentang Praktek monopoli adalah pemusatan

kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan

dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu

sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat

merugikankepentingan umum.

Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999 memberi arti kepada

monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang

dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau kelompok

pelaku usaha (pasal 1 ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli ). Sementara yang

dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan kekuatan ekonomi

oleh salah satu atau lebih pelaku yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan

atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu

persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.

Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Anti Monopoli.

2.2Azas dan Tujuan

Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus

berasaskan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan

memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan

umum.

Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

adalah sebagai berikut :

4

Page 5: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi

ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan

usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan

berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,

dan pelaku usaha kecil.

3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang

ditimbulkan oleh pelaku usaha.

4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

3.1 Perjanjian yang dilarang

1. Oligopoli

Adalah keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang hanya berjumlah

sedikit, sehingga mereka atau seorang dari mereka dapat mempengaruhi

harga pasar.

2. Penetapan harga

Dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang membuat

perjanjian, antara lain :

a.    Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas

barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan

pada pasar bersangkutan yang sama ;

b.    Perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang harus membayar dengan

harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk

barang dan atau jasa yang sama ;

5

Page 6: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

c.    Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di

bawah harga pasar ;

d.    Perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa

penerima barang dan atau jasa tidak menjual atau memasok kembali

barang dan atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah daripada

harga yang telah dijanjikan.

3. Pembagian wilayah

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya

yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar

terhadap barang dan atau jasa.

4. Pemboikotan

Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha

pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan

usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar

negeri.

5. Kartel

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya

yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi

dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa.

6. Trust

6

Page 7: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk

melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau

perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan

kelangsungan hidup tiap-tiap perusahaan atau perseroan anggotanya, yang

bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan

atau jasa.

7. Oligopsoni

Keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan

atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar

komoditas.

8. Integrasi vertikal

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang

bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk

dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap

rangkaian produksi merupakan hasil pengelolaan atau proses lanjutan baik

dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung.

9. Perjanjian tertutup

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang

memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa

hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa

tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu.

7

Page 8: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

10. Perjanjian dengan pihak luar negeri

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang

memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli

dan atau persaingan usaha tidak sehat.

1. Kegiatan yang dilarang

Bagian Pertama Monopoli Pasal 17 (1) Pelaku usaha dilarang melakukan

penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat. (2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas

produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) apabila:

a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau

b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan

usaha barang dan atau jasa yang sama; atau

c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari

50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Bagian KeduaMonopsoni Pasal 18

(1) Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli

tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat.

(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau

menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila satu

8

Page 9: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima

puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Bagian Ketiga Penguasaan Pasar Pasal 19 Pelaku usaha dilarang melakukan satu

atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang

dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat berupa:

a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan

usaha yang sama pada pasar bersangkutan;

b. atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat.

Pasal 21 Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya

produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan

atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

5. PersekongkolanBagian Keempat Persekongkolan Pasal 22 Pelaku usaha dilarang

bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau

menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

Pasal 23 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk

mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai

rahasia perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha

tidak sehat.

9

Page 10: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pasal 24 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk

menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha

pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau

dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas,

maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.

6. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen

di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang no. 5 tahun

1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

7. Sanksi dalam Antimonopoli dan Persaingan Usaha

Pasal 36 UU Anti Monopoli, salah satu wewenang KPPU adalah melakukan

penelitian, penyelidikan dan menyimpulkan hasil penyelidikan mengenai ada

tidaknya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Masih di pasal

yang sama, KPPU juga berwenang menjatuhkan sanksi administratif kepada

pelaku usaha yang melanggar UU Anti Monopoli. Apa saja yang termasuk dalam

sanksi administratif diatur dalam Pasal 47 Ayat (2) UU Anti Monopoli. Meski

KPPU hanya diberikan kewenangan menjatuhkan sanksi administratif, UU Anti

Monopoli juga mengatur mengenai sanksi pidana. Pasal 48 menyebutkan

mengenai pidana pokok. Sementara pidana tambahan dijelaskan dalam Pasal 49.

10

Page 11: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pasal 48

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14,

Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana

denda serendah-rendahnya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) dan

setinggi-tingginya Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah), atau pidana

kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.

(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15,

Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang ini diancam

pidana denda serendah-rendahnya Rp5.000.000.000 ( lima miliar rupiah) dan

setinggi-tingginya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupialh), atau pidana

kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.

(3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam pidana

denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan setinggi-

tingginya Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti

denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.

Pasal 49

Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,

terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana

tambahan berupa:

a. pencabutan izin usaha; atau

b. larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran

terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris

sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau

11

Page 12: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

c. penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang

menyjavascript:void(0)ebabkan timbulnva kerugian pada pihak lain.

Aturan ketentuan pidana di dalam UU Anti Monopoli menjadi aneh lantaran tidak

menyebutkan secara tegas siapa yang berwenang melakukan penyelidikan atau

penyidikan dalam konteks pidana

Sumber :

- http://eghasyamgrint.wordpress.com/2011/05/29/pengertian-persaingan-usaha-

tidak-sehat/

- http://fikaamalia.wordpress.com

- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/kegiatan-dan-perjanjian-yg-

dilarang-anti-monopoli/

- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/anti-monopoli-dan-persaingan-

usaha-tidak-sehat/

Penegakan Hukum Persaingan Usaha

Di Indonesia, esensi keberadaan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memerlukan

pengawasan dalam rangka implementasinya. Berlakunya Undang-Undang No. 5

Tahun 1999 sebagai landasan kebijakan persaingan (competition policy) diikuti

dengan berdirinya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) guna memastikan

dan melakukan pengawasan terhadap dipatuhinya ketentuan dalam Undang-

Undang No. 5 Tahun 1999 . KPPU adalah sebuah lembaga yang bersifat

independen, dimana dalam menangani, memutuskan atau melakukan penyelidikan

suatu perkara tidak dapat dipengaruhi oleh pihak mana pun, walupun pelaksanaan

tugas dan wewenangnya bertanggung jawab kepada presiden. 

Menurut ketentuan Pasal 1 Angka 18 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang

12

Page 13: Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dimaksud

dengan KPPU adalah komisi yang dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik monopoli dan /atau

persaingan usaha tidak sehat. Selanjutnya mengenai KPPU tersebut diatur dalam

Pasal 30 Ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang No. 5 tahun 1999. Berdasarkan

ketentuan Pasal 30 Ayat (1) yang mengamanatkan pembentukan KPPU itu

selanjutnya diimplementasikan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia

No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik

Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 18 juli 1999.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai lembaga negara

komplementer (state auxiliary) memiliki tugas yang kompleks dalam mengawasi

praktek persaingan usaha tidak sehat oleh para pelaku usaha. Hal ini disebabkan

semakin banyaknya aktifitas bisnis dalam berbagai bidang dengan modifikasi-

modifikasi strategis dalam memenangkan persaingan antar competitor. 

Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 telah memberikan KPPU kewenangan yang

sangat besar dalam pelaksanaan tugas dan kewajibanya, sehingga menyerupai

lembaga peradilan (quasi judicial) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 35 dan

Pasal 36 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 yaitu memberikan kewenangan yang

sangat luas kepada KPPU sebagai penyidik, penuntut umum, maupun sebagai

pemutus terhadap tugas-tugas persaingan usaha. Dengan kewenangan tersebut,

diharapkan KPPU dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya

serta mampu beritndak secara independen.

DAFTAR PUSTAKA

http://campideal.wordpress.com/2010/08/16/ringkasan-hukum-anti-monopoli-dan-persaingan-usaha/

http://alicyborg.blog.com/2011/09/20/undang-undang-anti-monopoli-dan-dampaknya-terhadap-bisnis-usaha-kecil-dan-menengah/

http://rujakcom.blogspot.com/2012/04/anti-monopoli-dan-persaingan-tidak.html

13