anti depresan

15
 LAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN X PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDEPRESAN JAMUR Psilocybin cubensis DAN DAUN KECUBUNG (  Datura metel L.) PADA MENCIT PUTIH DENGAN METODE SWIMMING TEST Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Farmakologi Kemoterapi Oleh Anita Anggriani 31112060 Farmasi 3B PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2014

Upload: anita-anggriani

Post on 08-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDEPRESAN JAMUR Psilocybin cubensis DAN DAUN KECUBUNG (Datura metel L.) PADA MENCIT PUTIH DENGAN METODE SWIMMING TEST

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN XPENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDEPRESAN JAMUR Psilocybin cubensis DAN DAUN KECUBUNG (Datura metel L.) PADA MENCIT PUTIH DENGAN METODE SWIMMING TEST

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Farmakologi Kemoterapi

Oleh Anita Anggriani31112060Farmasi 3B

PROGRAM STUDI S1 FARMASISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADATASIKMALAYA2014

LAPORAN FARMAKOLOGI KEMOTERAPIHari/tanggal praktikum: Senin, 24 November 2014Pertemuan ke-: XJudul Praktikum: Pengujian aktivitas antidepresan dari jamur yang tumbuh pada kotoran sapi dan daun kecubung terhadap mencit putih dengan metode Swimming TestTujuan Praktikum: Mengetahui aktivitas dari jamur yang tumbuh pada kotoran sapi dan bahan alam lainnya yakni daun kecubung sebagai antidepresan serta menentukan pada dosis uji berapakah aktivitas antidepresan tersebut optimal .

I. Dasar Teori a. Depresi dan AntidepresanDepresi adalahsuatu kondisimedis-psikiatrisdan bukan sekedar suatu keadaansedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi medis, efek samping obat, atau aktivitas kehidupan. Kondisi yang cukup parah menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau perusakan dalam keadaan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya (Yustinus, 2006).Pengobatan untuk gangguan cemas dan gangguan depresi perlu meliputi ketiga aspek yang mempengaruhi kejiwaan seseorang. Pendekatan biologis, psikologis dan sosial (termasuk spiritual) adalah hal yang tidak bisa dilepaskan pada pengobatan pasien-pasien tersebut (Andri, 2012).Antidepresan merupakan obat-obat yang efektif pada pengobatan depresi, meringankan gejala gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang dibawa sejak lahir. Antidepresan digunakan untuk tujuan klinis dalam sejumlah indikasi termasuk: Untuk mengurangi perasaan gelisah, panik, dan stres. Meringankan insomnia Untuk mengurangi kejang/ serangan dalam perawatan epilepsi. Menyebabkan relaksasi otot pada kondisi ketegangan otot. Untuk menurunkan tekanan darah dan atau denyut jantung Untuk meningkatkan mood dan atau meningkatkan kesupelanJenis Antidepresan : antidepresan trisiklik (ATS)

inhibitor monoamine oksidase (MAOI)

inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI)

Indikasi klinis utama untuk penggunaan antidepresan adalah penyakit depresif mayor. Obat ini juga berguna dalam pengobatan gangguan panik, gangguan ansietas (cemas) lainnya dan enuresis pada anak-anak. Berbagai riset terdahulu menunjukkan bahwa obat ini berguna untuk mengatasi gangguan deficit perhatian pada anak-anak dan bulimia serta narkolepsi.Anti deprasan seperti amitriptilin juga memiliki efek anti kejang. Golongan ini digunakan pada pasien yang depresi dan juga mengalami kecemasan, atau untuk penggunaan jangka lama dimana dikhawatirkan timbul ketergantungan bila menggunakan benzodiazepine. Inhibitor MAO sepertimeclobemidsangat berguna pada pasien depresi dengan fobia. Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperticitalorambisa digunakan untuk serangan panic. Antidepresan Trisiklik adalah sejenis obat yang digunakan sebagai antidepresan sejak tahun 1950an. Dinamakan trisiklik karena struktur molekulnya mengandung 3 cincin atom. (Staf Pengajar FK UNSRI, 2004).b. Kingdom : PlantaeDivisi : MagnoliophytaKelas : LiliopsidaOrdo : SolanalesFamily : SolanaceaeGenus: DaturaSpecies: Datura metel L.Kecubung (Datura metel L)

Gambar 1. Tanaman kecubung Kecubung (Datura metel L) selama ini dikenal sebagai tanaman yang berefek negatif. Tanaman yang bunganya berbentuk terompet ini kerap disalah gunakan untuk penghilang kesadaran atau sebagai zat pembius karena daun kecubung berkhasiat anestesi. Hal itu terutama karena tanaman ini mengandung metil kristalin yang mempunyai efek relaksasi pada otot lurik.Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak ribuan tahun. Sebagai anggota suku Solanaceae, tumbuhan ini masih sekerabat dengan datura, tumbuhan hias dengan bunga berbentuk terompet yang besar. Kecubung biasanya berbunga putih dan atau ungu, namun hibridanya berbunga aneka warna. Diperkirakan tanaman ini pertama kali dipakai sebagai obat-obat pada abad kesepuluh. Kecubung ada yang berasal dari Asia Tenggara, namun ada juga yang berasal dari Benua Amerika.Kecubung tumbuh di tempat yang beriklim panas dan dibudidayakan di seluruh belahan dunia karena khasiat yang dikandungnya dan juga untuk tanaman hias. Pertama kali diperkenalkan oleh Linnaeus pada tahun 1753, tapi secara botani masih belum tepat mengenai gambaran dan penjelasan tentang kecubung. Wilayah asal yang menjadi sumber tanaman ini tidak dapat diketahui secara pasti. Bagian-bagian kecubung, tetapi terutama bijinya, mengandung alkaloid yang berefek halusinogen.Dalam situs Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disebutkan bahwa kecubung mengandung senyawa kimia alkaloid. Senyawa alkaloid tersebut terdiri dari atropin, hiosiamin, dan skopolamin yang bersifat antikholinergik. Kecubung juga mengandung hiosin, zat lemak, kalsium oksalat, meteloidina, norhiosiamina, norskopolamina, kuskohigrina, dan nikotina. c. Jamur Psilocybin cubensis

Gambar 2. Psilocybin cubensisMushroom adalah sejenis jamur yang tumbuh di kotoran hewan atau yang biasa disebut "magic mushroom" (Psilocybin cubensis) yang termasuk dalam narkotika golongan I. Ini diatur dalam Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009. Jamur ajaib ini termasuk di dalam zat aktif bernama "psilosibina". Zat itu masuk dalam narkotika jenis alamiah atau yang berbahan dasar tumbuh-tumbuhan alami.Dan pada umumnya, onset dari Magic Mushroom di dalam tubuh manusia berkisar antara 10-40 menit ketika dikunyah dan dibiarkan di mulut hingga larut, dan berkisar antara 20-60 menit ketika ditelan dalam keadaan lambung kosong. Sedangkan tubuh akan kembali normal setelah 6-8 jam. Efek dari mengkonsumsi jamur dahi, akan terasa selama 4 jam sampai 8 jam.Beberapa efek khas dari Magic Mushroom ini, yaitu: (1) Distorsi visual dan perubahan persepsi terhadap ruang atau waktu, (2) Senyum dan tawa yang tidak bisa dikontrol,(3) Sensitivitas yang meningkat pada indra peraba, pengecap dan pendengaran,(4) Halusinasi pendengaran, dan(5) Berbicara yang tak tentu arah dan kesulitan dalam fokus untuk menjelaskan sesuatu

II. 2.2 Bahan :Hewan uji (mencit putih)AquadesKecubung dosis 0,026 g/20 g bb dan 0,052 g/20 g bbJamur Psilocybin mushroom dosis 0,039 g/20 g bb dan 0,078 g/20 g bbAlat :Alat suntik 1 mlSonde oralTimbangan digitalRam kawatToplesAlat bahan

III. Prosedur

IV. Perhitungan Berat Badan Mencit 0. 27,25 gram0. 29,21 gram0. 24,57 gram Pemberian Aquadest (kontrol negatif)Pemberian per oral : 0,2 ml / 20 gram BB mencit2. 2. 2. Konversi Dosis II dan III dari rebusan kecubung dan jamur Kecubung Dosis normal : , Dosis II = 10 gram x 0,0026 = 0,026 gram/20 gram BB mencit x 1 ml = 0,26 ml / 20 gram BB mencit Dosis III = 2 x 0,026 gram = 0,052 gram / 20 gram BB mencit x 1 ml = 0,52 ml / 20 gram BB mencit Jamur Dosis normal : Dosis II = 15 gram x 0,0026 = 0,039 gram/20 gram BB mencit x 1 ml = 0,26 ml / 20 gram BB mencit Dosis III = 2 x 0,039 gram = 0,078 gram / 20 gram BB mencit x 1 ml = 0,52 ml / 20 gram BB mencit

V. Hasil PengamatanPerlakuanKelompokMencitBanyak depresiLama depresi (detik) imobilitas

5'10'15'5'10'15'

K (-)

11346253246103

287350227189466

31071602137

61752245355302902

2653283350189822

3422255197173625

D II (Kecubung)

212542356130209

224315382679

385615212041313

716133120280166566

2315484282182548

3143159175175509

D II (Jamur)

311110410274315

2555291116136543

3678132200112444

813356090160300

2109960180194434

3010020020

D III (Kecubung)

41911815411160325

271311491122217

351513245772153

912796172346

21219133479117230

3171715425436132

D III (Jamur)

5104304959108

233517212563

3132118136128

10157410612754287

28675726199282

3558215796174

VI. Pengolahan data statistikTests of Normality

Kolmogorov-SmirnovaShapiro-Wilk

StatisticdfSig.StatisticdfSig.

Data,14530,106,92430,035

a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : H0 ditolak karena 0,035 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal dan seharusnya tidak dapat dilakukan uji selanjutnya yakni uji Anova karena data tidak berdistribusi normal.Test of Homogeneity of Variances

Data

Levene Statisticdf1df2Sig.

4,584425,006

Kesimpulan : H0 ditolak karena 0,006 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data tidak berasal dari varian yang sama dan seharusnya tidak dapat dilakukan uji selanjutnya yakni uji Anova karena data tidak homogen. ANOVA

Data

Sum of SquaresdfMean SquareFSig.

Between Groups435138.3334108784.5832.447.073

Within Groups1111442.3332544457.693

Total1546580.66729

Kesimpulan : H0 diterima karena 0,073 > 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan perlakuan terhadap tiap kelompok mecit.

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Data

LSD

(I) Kelompok(J) KelompokMean Difference (I-J)Std. ErrorSig.95% Confidence Interval

Lower BoundUpper Bound

Kontrol NegatifDosis II (kecubung)121.833121.734.327-128.88372.55

Dosis II (Jamur)149.833121.734.230-100.88400.55

Dosis III (Kecubung)308.667*121.734.01857.95559.38

Dosis III (Jamur)318.833*121.734.01568.12569.55

Dosis II (kecubung)Kontrol Negatif-121.833121.734.327-372.55128.88

Dosis II (Jamur)28.000121.734.820-222.72278.72

Dosis III (Kecubung)186.833121.734.137-63.88437.55

Dosis III (Jamur)197.000121.734.118-53.72447.72

Dosis II (Jamur)Kontrol Negatif-149.833121.734.230-400.55100.88

Dosis II (kecubung)-28.000121.734.820-278.72222.72

Dosis III (Kecubung)158.833121.734.204-91.88409.55

Dosis III (Jamur)169.000121.734.177-81.72419.72

Dosis III (Kecubung)Kontrol Negatif-308.667*121.734.018-559.38-57.95

Dosis II (kecubung)-186.833121.734.137-437.5563.88

Dosis II (Jamur)-158.833121.734.204-409.5591.88

Dosis III (Jamur)10.167121.734.934-240.55260.88

Dosis III (Jamur)Kontrol Negatif-318.833*121.734.015-569.55-68.12

Dosis II (kecubung)-197.000121.734.118-447.7253.72

Dosis II (Jamur)-169.000121.734.177-419.7281.72

Dosis III (Kecubung)-10.167121.734.934-260.88240.55

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna pada dosis uji III kecubung dan dosis uji III jamur terhadap kontrol negatif

VII. PembahasanPraktikum kali ini merupakan praktikum pertemuan ke-10 yang menguji bahan alam yakni kecubung yang memiliki nama latin Datura metel L. Dan jamur yang berasal dari kotoran sapi yang memiliki nama latin Psilocybin cubensis dengan efek antidepresan yang dimiliki kedua bahan alam tersebut terhadap mencit putih yang dimasukkan ke dalam wadah berisi air.Karena perlakuan yang digunakan cukup banyak maka pengujian dilakukan secara berkelompok dengan sistem sampling yang random atau acak. Berbeda dengan praktikum yang sebelumnya, kelompok pengujian terdiri dari kontrol negatif, dosis uji II dan III untuk kecubung, dosis uji II dan III untuk jamur. Praktikan mendapatkan pengujian untuk kontrol negatif di mana dilakukan pemberian per oral pada tikus putih aquadest dengan banyaknya takaran yang telah dikonversi untuk dosis mencit (banyaknya takaran per oral lihat di IV. Perhitungan) sedangkan yang lainnya melakukan perlakuan sebagai dosis uji II kecung (rebusan daun kecubung sebanyak 0,026 g/20 g bb), dosis uji III kecubung (rebusan daun kecubung sebanyak 0,052 g/20 g bb), dosis uji II jamur (rebusan jamur sebanyak 0,039 g/20 g bb) dan dosis uji III jamur (rebusan jamur sebanyak 0,078 g/20 g bb).Analisis yang digunakan adalahh metode swimming test di mana ketika dilakukan pemberian sediaan uji setelah satu jam mencit di masukkan ke dalam wadah berisi air untuk mengamati gerakan pasif dari mencit yang menandakan bahwa mencit tersebut depresi. Berdasarkan literatur, mencit tersebut dapat pasif karena terdapat beberapa efek khas dari kedua antidepresan tersebut terutama Magic Mushroom yakni distorsi visual dan perubahan persepsi terhadap ruang atau waktu, serta sensitivitas yang meningkat pada indra peraba, pengecap dan pendengaran sehingga ketika dimasukkan ke dalam air yang seharusnya mencit berontak tetapi karena ada perubahan di atas meaka mencit akan mengalami imobilitas yang ditandai dengan pasif bergerak dalam air.Karena banyak menggunakan data yang banyak variannya maka praktikkan dapat mengambil suatu kesimpulan akhir dengan dilakukan analisis secara statistika dengan syarat awal data harus berdistribusi normal, homogen yang selanjutnya dapat dilakukan analisis Anova sehingga dapat diketahui LSD atau kebermaknaan tiap data terhadap kontrol negatif.Berdasarkan data hasil pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan pada SPSS versi 21, terdapat nilai normalitas dengan signifikansi 0,035 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal. Nilai homogenitas dengan signifikansi 0,006 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data tidak berasal dari varian yang sama yang menunjukkan bahwa tidak dapat dilakukan analisis Anova lebih lanjut karena persyaratan untuk Anova tidak dapat terpenuhi. Namun karena rasa penasaran praktikan dan untuk memperlancar pengolahan data secara statistika maka praktikan mencoba menganalisis secara Anova untuk mengetahui perbedaan kebermaknaan dari tiap perlakuan mencit.Berdasarkan data LSD pada Anova ditunjukkan bahwa pada dosis III kecubung maupun dosis III jamur memiliki kebermaknaan yang berbeda terhadap kontrol negatif sehingga dapat dilihat adanya efek atau khasiat antidepresan dari kecubung dan jamur pada dosis III. Imobilitas pasif yang menjadi aspek penilaian berupa banyaknya depresi dan lamanya depresi terjadi karena kecubung mengandung metil kristalin yang mempunyai efek relaksasi pada otot lurik. Dalam situs Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disebutkan bahwa kecubung mengandung senyawa kimia alkaloid. Senyawa alkaloid tersebut terdiri dari atropin, hiosiamin, dan skopolamin yang bersifat antikholinergik. Kecubung juga mengandung hiosin, zat lemak, kalsium oksalat, meteloidina, norhiosiamina, norskopolamina, kuskohigrina, dan nikotina. Terutama bagian bijinya, banyak mengandung alkaloid yang berefek halusinogen. Selain berkhasiat sebagai antidepresan atau halusinogen, kandungan alkaloid tersebut dapat melebarkan kembali saluran pernapasan yang menyempit akibat serangan asma. Lalu, skopolamin juga mempunyai aktivitas depresan untuk susunan saraf pusat sehingga kerap digunakan sebagai obat antimabuk.Begitu pun dengan jamur yang berasal dari kotoran sapi (Psilocybe cubensis), mengandung Psilosibina dan Psilosina yang termasuk ke dalam narkotika golongan I. Efek penggunaan jamur ini sama dengan efek menggunakan psikotropika jenis heroin. Secara kimia jika seseorang mengkonsumsi mushroom tersebut, zat aktif yang dikandungnya langsung menyerang sel di otak. Jika dalam tahap yang signifikan, maka kondisi itu bisa menyerang saraf yang mengakibatkan kinerja otak menjadi lebih lamban dari sebelumnya. Zat ini menyerang sel-sel atau gelembung di dalam otak yang memiliki kemampuan menyerap oksigen. Jadi, otak tidak bisa menyerap oksigen dengan sempurna sehingga akhirnya mengakibatkan lambannya kerja otak, bahkan bisa merusak dan menyebabkan gangguan saraf.Penurunan imobilitas yang merefleksikan sebagai khasiat antidepresi dari rebusan kecubung serta rebusan jamur ini berasal dari metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya terutama golongan alkaloid pada daun kecubung dan senyawa Psilosibina dan Psilosina pada jamur. Pada dosis III berdasarkan analisis LSD, selain karena kandungan zat berkhasiat yang memiliki efek antidepresan dengan mekanisme yang telah dibahas, berperan pula banyaknya dosis di mana dosis III diduga terkandung senyawa aktif dengan konsentrasi yang optimal sehingga memberikan hasil yang optimal pula.

VIII. KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah diutarakan dapat diperoleh kesimpulan : Nilai signifikansi hasil praktikum adalah 0,035 < 0,05 untuk normalitas yang menyatakan data tidak berdistribusi normal dan 0,006 < 0,05 yang menyatakan data tidak berasal dari varian yang sama/tidak homogen, sehingga saat dilakukan uji ANOVA diperoleh nilai signifikansi 0,073 > 0,05 yang menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan dari semua perlakuan terhadap kontrol negatif namun pada data LSD terlihat perbedaan yang bermakna pada dosis uji III. Rebusan daun kecubung pada dosis uji III yakni 0,052 g/20 g bb mencit dan dosis uji III rebusan jamur Psilocybe cubensis 0,078 g/20 g bb mencit memiliki aktivitas antidepresan berdasarkan data LSD.

DAFTAR PUSTAKA

Katzung, B. G. (1986). Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika Sunaryo, W. (1995). Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Penerbit FK UI.Gabriel Adi Susanto. (2013) http://m.liputan6.com/health/read/671805/jamur-kotoran-sapi-golongan-narkotika-dijual-bebas-di-ntb [diakses] 29 November 2014 pukul 20.30 WIB

LAMPIRAN

Penimbangan bbmencit 3Penimbangan bbmencit 2Penimbangan bbmencit 1

Pemberian per oral akuadest pada mencit 3Pemberian per oral akuadest pada mencit 2Pemberian per oral akuadest pada mencit 1

Mencit 1 ; Mencit 2 ; Mencit 3 (dari kiri) yang sedang diteliti imobilitasnya berupa banyaknya mencit pasif dan lamanya mencit pasif yang menunjukkan bahwa mencit sedang depresi pada mencit kontrol negatif