anthropoda

13
Anthopoda I. Pendahuluan I.1 Tujuan : Memahami keanekaragaman Anthopoda dan perbedaan prinsip antara serangga dan Anthopoda lain. I.2 Dasar Teori : Kata Arthropoda dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan Podos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah hewan yang mempunyai kaki bersendi-sendi (beruas-ruas). Hewan ini banyak ditemukan di darat, air tawar, dan laut, serta didalam tanah. Hewan ini juga merupakan hewan yang paling banyak jenis atau macam spesiesnya, lebih kurang 75% dari jumlah keseluruhan spesies hewan di dunia yang telah diketahui (Setiati, 2012). Segmen terdapat juga ditubuhnya. Tubuh Arthropoda merupakan simetri bilateral dan tergolong triplobastik selomata. Ukuran dan bentuk tubuh sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm, namun kebanyakan berukuran kecil. Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam. Tubuh Arthropoda bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi. Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas. Segmen bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Atrhropoda ditemukan adanya kutikula keras yang membentuk rangka luar (eksoskeleton). Eksoskeleton tersusun dari kitin yang disekresikan oleh sel kulit. eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat. 1

Upload: vitaekapratiwi

Post on 08-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Filum arthropoda

TRANSCRIPT

Page 1: anthropoda

Anthopoda

I. Pendahuluan

I.1 Tujuan : Memahami keanekaragaman Anthopoda dan perbedaan prinsip antara

serangga dan Anthopoda lain.

I.2 Dasar Teori :

Kata Arthropoda dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan Podos

berarti kaki. Jadi arthropoda adalah hewan yang mempunyai kaki bersendi-sendi (beruas-

ruas). Hewan ini banyak ditemukan di darat, air tawar, dan laut, serta didalam tanah. Hewan

ini juga merupakan hewan yang paling banyak jenis atau macam spesiesnya, lebih kurang

75% dari jumlah keseluruhan spesies hewan di dunia yang telah diketahui (Setiati, 2012).

Segmen terdapat juga ditubuhnya. Tubuh Arthropoda merupakan simetri bilateral

dan tergolong triplobastik selomata. Ukuran dan bentuk tubuh sangat beragam, beberapa

diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm, namun kebanyakan berukuran kecil. Begitu

pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam. Tubuh Arthropoda bersegmen dengan jumlah

segmen yang bervariasi. Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas.

Segmen bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks (dada), dan

abdomen (perut). Atrhropoda ditemukan adanya kutikula keras yang membentuk rangka luar

(eksoskeleton). Eksoskeleton tersusun dari kitin yang disekresikan oleh sel kulit.

eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat. Eksoskeleton

terdiri dari lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang fleksibel dan lunak.

Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikti pertumbuhan tubuh. Oleh karena itu, tahap

pertumbuhan. Arthropoda selalu di ikuti dengan pengelupasan eksoskeleton lama dan

pembentukan eksoskeleton baru. Tahap pelepasan eksoskeleton disebut dengan molting atau

ekdisis. Hewan yang biasanya melakukan ekdisis misalnya kepiting, udang, dan laba-laba

(Erwin, 2010).

Filum Arthropoda saat ini yang paling spesies- beragam filum dalam kerajaan

hewan, terdiri dari lebih tiga–perempat dari semua spesies yang dikenal. Approximatelly

1.100.000 spesies Arthropoda telah direkam, dan kemungkinan bahwa lebih banyak tetap

harus diklasifikasikan. Pada kenyataannya, berdasarkan survei fauna serangga di kanopi

hutan hujan, banyak perkiraan spesies belum terdekskripsikan jauh lebih tinggi. Arthropoda

termasuk laba-laba, kalajengking, kutu, tungau, krustasea, kaki seribu, lipan, serangga, dan

lainnya kurang baik–kelompok terkenal. Selain itu, ada catatan fosil yang kaya meluas ke

masa prakambium sangat terlambat. Arthropoda adalah prostomes eskolomate dengan baik

1

Page 2: anthropoda

sitem organ di kembangkan, dan mereka berbagi dengan Annelida miliki segmentasi

mencolok. Namun, analisis molekuler terbaru komparatif menunjukkan bahwa Annelida, dan

arthropoda berevolusi dari nenek moyang yang berbeda (Roberts, 2006).

Arthropoda berasal dari bahsa yunani, yaitu arthros yang artinya beruas dan posos

yang artinya kaki, oleh karena itu ciri-ciri utama hewan yang termasuk ke dalam filum ini

adalah kaki-kaki yang tersusun atas ruas-ruas (buku-buku). Jumlah spesies filum ini adalah

yang terbanyak dibandingkan dengan filum lainnya, yaitu lebih dari 800.000 spesies. Contoh

anggota filum ini antara lain Kepiting, Udang, Serangga, Laba-laba, Kalajengking, Kelabang,

dan Kaki seribu, serta spesies-spesies lain yang dikenal hanya berdasarkan fosil. Habitat

hewan anggota filum arthropoda di air dan didarat (Karmana,2007)

Ukuran tubuh arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang

lebih dari 60 cm. Namun kebanyakan berukuran kecil. Begitu pula dengan bentuk arthropoda

pun beragam. Hewan arthropoda memiliki bentuk tubuh simetris bilateral, tripoblastik

selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka

luar (eksoskeleton). Ketebalan kutikula sangat bervariasi, tergantung dari spesies hewannya.

Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu

serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami pengelupasan, kutikula

berfungsi melindungi tubuh bagian dalam memberi bentuk pada tubuh serangga dan dapat

menjadi tempat meletaknya otot. Utama yang berhubungan dengan alat gerak. Otot serangga

merupakan otot serat lintang yang susunannya sangat kompleks, otot ini diperlukan untuk

melakukan gerakan yang cepat (Rusyana,2011).

Tubuh arthropoda terdiri dari Caput (kepala), Toraks (dada), dan Abdomen (perut)

yang bersegmen-segmen. Pada laba-laba dan udang kepala dan dadanya bersatu membentuk

sefalotoraks, tetapi ada juga spesies yang sulit dibedakan antara kepala, toraks, dan

abdomennya. Seperti pada lipan pada tiap-tiap segmen tubuh ada yang melengkapi alat gerak

dan ada juga yang tidak dilengkapi alat gerak. Hewan arthropoda memiliki organ sensoris

yang sudah berkembang. Seperti mata, penciuman, serta antenna, yang berfungsi sebagai alat

peraba dan penciuman tingkat perkembangan sesuai dengan kondisi lingkungan tempat

hidupnya (Maskoeri,2002).

2

Page 3: anthropoda

Sistem reprodukdi arthropoda secara seksual. Namun ada juga yang secara aseksual,

yaitu dengan partogenesis. Partogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melalui

fertilasi (pembuahan). Individu yang dihasilkan bersifat steriel. Organ reproduksi jantan dan

betina pada arthropoda terpisah masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang

berbeda sehingga bersifat dioseus (berumah dua). Hasil fartilasi berupa telur. Cara hidup

arthropoda sangat beragam ada yang hidup bebas, parasit, komersal, atau simbiotik.

Dilingkungan kita sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut,

kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah (Mukayat,2001).

II. Metode Penelitian

II.1 Alat dan Bahan

Alat Jumlah Bahan Jumlah

Kaca pembesar 1 buah Sarung tangan Sepasang

Stereomikroskop 1 buah Alkohol 70% secukupnya

Objek glass 1 buah Kapas secukupnya

Botol jam 1 buah Araneos

diadematos (laba-

laba)

1 ekor

Pengaris 1 buah klorofom secukupnya

Baki bedah 1 buah Benang secukupnya

plastik secukupnya

Karet gelang 1 buah

3

Page 4: anthropoda

II.2 Cara Kerja

Mengamati perbedaan morfologi

( tubuh,alat tambah dan jumlah kaki)

Diletakan spesimen ke objek glass

dengan benang

Spesimen di objek glass diletakkan

dibotol jam + alkohol 70 % di masukan

hinggan spesimen terbenam. Tutup

dengan plastik dan karet gelang

Diberikan label pada botol jam

4

Alat dan bahan (Araneos diadematos )

Botol jam dan alkohol 70%

klorofom

Objek glass

Hasil

Page 5: anthropoda

III. Hasil Pengamatan

Gambar Literatur

Gambar 3.1 Pengukuran panjang Araneos

diadematos (Dokumen Pribadi,2015)

Gambar 3.3 pengukuran lebar Araneos

diadematos (Dokumen pribadi,2015)

Gambar 3.2 Araneos diadematos

(Asep,2014)

5

Page 6: anthropoda

Gambar 3.4 Pengawetan Basah Araneos

diadematos (Dokumen pribadi,2015)

Keterangan

1. Ekor

2. Abdomen

3. Mulut

4. Kepala

5. Plastik

6. Karet gelang

7. Larutan Alkohol 70%

8. Laba-laba

IV. Pembahasan

Pada pratikum kali ini kita mengamati morfologi dari Araneus diadematus dan membuat

awetan basahnya. Laba- laba terlebih dahulu kita ukur panjang dan lebarnya. Panjang laba-

laba itu sekitar 3,9 cm sedangkan lebarnya adalah 2 cm. Laba-laba (Araneus diadematus).

Laba-laba memiliki tubuh yang terdiri dari dua bagian, yaitu sefalotoraks (kepala dan dada),

pada bagian anterior dan abdomen pada bagian posterior. Sfalotoraks adalah penyatuan tubuh

bagian sefal atau caput (kepala) dan bagian toraks (dada). Pada sefalotoraks terdapat

sepasang kalisera (alat sengat), sepasang pedipalpus (capir), dan enam pasang kaki untuk

berjalan. Kalisera dan pedipalpus merupakan alat tambahan pada mulut. Pada bagian

abdomen (perut dan opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosom dan metasom. Pada bagian

abdomen terdapat spineret yang merupakan organ berbentuk kerucut dan dapat berputar

6

Page 7: anthropoda

bebas. Di dalam spineret terdapat banyak spigot tang merupakan lubang pengeluaran kelenjar

benang halus atau kelenjar benang abdomen. Kelenjar benang halus mensekresikan cairan

yang mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara

membentuk benang halus yang di gunakan untuk menjebak mangsa. Laba-laba mempunyai

kaki 4 pasang, tidak mempunyai antena dan tidak mempunyai sayap.

Pada beberapa kelompok laba-laba alat ini digunakan sebagai alat menggali (pada

kelompok laba-laba penjerat), untuk mengankut mangsa, dan membawa kantung telur pada

beberapa laba-laba lainnya. Menurut Roberts (2006) pada khelistra (alat untuk menggigit

yang terletak dianterior sefalotoraks) terdapat bagian yang terdiri atas bagian dasar yang kuat

(paturon) dan bagian gigi taring yang dapat bergerak (fang). Fang ini terletak di dalam celah

dan akan bergerak saat berfungsi. Di dekat bagian ujung setiap fang terdapat lubang halus

tempat keluarnya venom, yang berasal dari kelenjar venom di bagian dasar kalisera. Mulut

laba-laba terletak tepat di belakang kaslisera. Sebagian besar laba-laba mempunyai 8 mata

yang terletak di bagian depan sefalotoraks.

Mata laba-laba berupa mata sederhana (ocelli) biasanya berjumlah 3 atau 4 pasang mata

yang terletak pada bagian atas sefalotoraks tersususn 2 baris. Susunan mata pada sefalotoraks

di setiap spesies konstan. Susunan mata ini di gunakan sebagai formula untuk membedakan

beberapa famili dan genus. Sepasang pedipalpi pada laba-laba terdiri atas enam ruas, dan

muncul persis di belakang mulut, struktur ini sangat peka terhadap rangsangan dari luar

Klasifikasi laba-laba

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnida

Ordo : Araeae

Famili : Araneidae

Genus : Araneus

Spesies : Araneus diadematus

7

Page 8: anthropoda

V. Kesimpulan

Pada pratikum kali ini kita mengetahui perbedaan prinsip antara serangga dan

anthopoda lain. Disini kita mengetahui morfologi (tubuh, alat tambah, dan jumlah kaki).

Laba-laba memiliki tubuh yang terdiri dari dua bagian, yaitu sefalotoraks (kepala dan dada),

pada bagian anterior dan abdomen pada bagian posterior. Mempunyai kaki 4 pasang ,segmen

tubuh 2 kepala dan tubuh. Panjang laba-laba itu sekitar 3,9 cm sedangkan lebarnya adalah 2

cm

Daftar Pustaka

Asep .2014.Laba-Laba(kumpulantugassma.blogspot.co.id). [Diakses pada hari Selasa, 29

September 2015, pukul 23.48 WIB].

Erwin.2010. Binatang serangga. Jakarta: UIP.

Karmana.2007.Zoologi. Jakarta :Erlangga.

Maskoeri.2002. Zoologi Invetebrata.Jakarta: Sinar Jaya.

Mukayat.2001.Zoologi Dasar.Jakarta:Erlangga.

Rusyana.2001.Zoologi Invetebrata. Jakarta :Erlangga.

Roberts, dkk. 2009.Zoologyy.California: thriteend edition.

Setiati.2012. Artropoda. Jakarta: Lusdt.

8

Page 9: anthropoda

LAPORAN PRATIKUM

BIOSISTIMATIKA HEWAN

“Anthropoda”

Nama :Vita Eka Pratiwi

Nim :1147020074

Kelompok : 7 (Felidae)

Asdos : Gaestro Orly Haryono

Dosen : Bahiyah M.si

Tanggal pratikum : 16 September 2015

Tanggal pengumpulan: 30 September 2015

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG D’JATI

BANDUNG

2015

9