angiofibroma nasofaring belia

4
Pemeriksaan magnetik resonansi imaging (MRI) dilakukan untuk menentukan batas tumor terutama yang telah meluas ke intra kranial. Pada pemeriksaan arteriografi arteri karotis eksterna akan memperlihatkan vaskularisasi tumor yang biasanya berasal dari cabang a.maksila interna homolateral. Arteri maksilaris interna terdorong ke depan sebagai akibat dari pertumbuhan tumor dari posterior ke anterior dan dari nasofaring ke arah fossa pterigimaksila. Selain itu, masa tumor akan terisi oleh kontras pada fase kapiler dan akan mencapai maksimum setelah 3-6 detik zat kontras disuntikkan. Kadang-kadang juga sekaligus dilakukan embolisasi agar terjadi trombosis intravaskular, sehingga vaskularisasi berkurang dan akan mempermudah pengangkatan tumor. Pemeriksaan kadar hormonal dan pemeriksaan immunohistokimia terhadap reseptor estrogen, progesteron dan androgen sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya gangguan hormonal. Pemeriksaan patologi anatomik tidak dapat dilakukan, karena biopsi merupakan kontradiksi, sebab akan mengakibatkan pendarahan yang masif. Untuk menentukan derajat atau stadium tumor umumnya saat ini menggunakan klasifikasi Session dan Fisch. Klasifikasi menurut Session sebagai berikut: Stadium IA : Tumor terbatas di nares posterior dan atau nasofaringeal voult Stadium IB : Tumor meliputi nares posterior dan atau nasofaringeal voult dengan meluas sedikitnya 1 sinus paranasal Stadium IIA : Tumor meluas sedikit ke fossa pterigomaksila Stadium IIB : Tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa mengerosi tulang orbita

Upload: andryan-astoguno

Post on 10-Apr-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tentang Angiofibroma Nasofaring Belia

TRANSCRIPT

Page 1: Angiofibroma Nasofaring Belia

Pemeriksaan magnetik resonansi imaging (MRI) dilakukan untuk menentukan batas tumor

terutama yang telah meluas ke intra kranial.

Pada pemeriksaan arteriografi arteri karotis eksterna akan memperlihatkan vaskularisasi

tumor yang biasanya berasal dari cabang a.maksila interna homolateral. Arteri maksilaris interna

terdorong ke depan sebagai akibat dari pertumbuhan tumor dari posterior ke anterior dan dari

nasofaring ke arah fossa pterigimaksila. Selain itu, masa tumor akan terisi oleh kontras pada fase

kapiler dan akan mencapai maksimum setelah 3-6 detik zat kontras disuntikkan.

Kadang-kadang juga sekaligus dilakukan embolisasi agar terjadi trombosis intravaskular,

sehingga vaskularisasi berkurang dan akan mempermudah pengangkatan tumor.

Pemeriksaan kadar hormonal dan pemeriksaan immunohistokimia terhadap reseptor

estrogen, progesteron dan androgen sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya gangguan hormonal.

Pemeriksaan patologi anatomik tidak dapat dilakukan, karena biopsi merupakan kontradiksi,

sebab akan mengakibatkan pendarahan yang masif.

Untuk menentukan derajat atau stadium tumor umumnya saat ini menggunakan klasifikasi

Session dan Fisch.

Klasifikasi menurut Session sebagai berikut:

Stadium IA : Tumor terbatas di nares posterior dan atau nasofaringeal voult

Stadium IB : Tumor meliputi nares posterior dan atau nasofaringeal voult dengan meluas

sedikitnya 1 sinus paranasal

Stadium IIA : Tumor meluas sedikit ke fossa pterigomaksila

Stadium IIB : Tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa mengerosi tulang orbita

Stadium IIIA : Tumor telah mengerosi dasar tengkorak dan meluas sedikit ke intrakranial

Stadium IIIB : Tumor telah meluas ke intrakranial dengan atau tanpa meluas ke sinus

kavernosus

Klasifikasi menurut Fisch sebagai berikut:

Stadium I : Tumor terbatas di rongga hidung, nasofaring tanpa mendestruksi tulang

Stadium II : Tumor menginvasi fossa pterigomaksila, sinus paranasal dengan destruksi tulang

Stadium III : Tumor menginvasi fossa infratemporal, orbita dengan atau regio paraselar

Stadium IV : Tumor menginvasi sinus kavernosus, regio chiasma optik dan atau fossa pituitary

Page 2: Angiofibroma Nasofaring Belia

Pengobatan

Tindakan operasi merupakan pilihan utama selain terapi hormonal, radioterapi. Operasi harus

dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas cukup, karena risiko pendarahan yang hebat. Berbagai

pendekatan operasi dapat dilakukan sesuai dengan lokasi tumor dan perluasannya, seperti melalui

transpalatal, rinotomi lateral, rinotomi sublabial (sublabial mid-facial degloving) atau kombinasi

dengan kraniotomi frontotemporal bila sudah meluas ke intrakranial. Selain itu operasi melalui

bedah endoskopi transnasal juga dapat dilakukan dengan dipandu CT scan 3 dimensi dan

pengangkatan tumor dapat dibantu dengan laser.

Sebelum dilakukan operasi pengangkatan tumor selain embolisasi untuk mengurangi

pendarahan yang banyak dapat dilakukan ligasi arteri karotis eksterna dan anastesi dengan teknik

hipotensi.

Pengobatan hormonal diberikan pada pasien dengan stadium I dan II dengan preparat

testosteron reseptor bloker (flutamid).

Pengobatan radioterapi dapat dilakukan dengan stereotaktik radioterapi (Gama knife) atau

jika tumor meluas ke intrakranial dengan radioterapi konfrontal 3 dimensi.

Untuk tumor yang sudah meluas ke jaringan sekitarnya dan mendestruksi dasar tengkorak

sebaiknya diberikan radioterapi prabedah atau dapat pula diberikan terapi hormonal dengan

preparat testosteron reseptor bloker (flutamid) 6 minggu sebelum operasi, meskipun hasilnya tidak

sebaik radioterapi.

Daftar Pustaka

1. Chew CT. Nasopharynx (the postnasal space). In : Kerr AG and Groves J. (editor) Scott Brown’s

Otolaryngology, 5 th ed. Butterworths, 1987: 330-340.

2. Gates GA, Rice DH, Koopman CF, Schuller DE, Flutamid-induced regression of angiofibroma.

Laryngoscope, 1992:102: 641-4.

3. Harrison DFN. The natural history, pathogenesis and treatment of juvenile angiofibroma. Otolar

Clin of North Am 1986; 19: 936-42

4. Mair EA, Battlata A, Casier JD. Endoscopic Laserassisted excision of juvenile nasopharyngeal

angiofibromas. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2003; 129: 454-9.

5. Shaheen OH. Angiofibroma. In : Kerr AG and Groves J (ed), Scott Brown’s Otolaryngology, 5 th ed.

Butterworths, 1987: p.291-6.

Page 3: Angiofibroma Nasofaring Belia

6. Tewfik TL, Garni M AAI. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma in : eMedicine Spesialities >

Otolaryngology and Facial Plastic Surgery > Pediatric Otolaryngology ed. Goldsmith AJ, Tavalera F,

April 2006 : p. 1-9.