angiofibroma nasofaring belia
DESCRIPTION
tentang Angiofibroma Nasofaring BeliaTRANSCRIPT
Pemeriksaan magnetik resonansi imaging (MRI) dilakukan untuk menentukan batas tumor
terutama yang telah meluas ke intra kranial.
Pada pemeriksaan arteriografi arteri karotis eksterna akan memperlihatkan vaskularisasi
tumor yang biasanya berasal dari cabang a.maksila interna homolateral. Arteri maksilaris interna
terdorong ke depan sebagai akibat dari pertumbuhan tumor dari posterior ke anterior dan dari
nasofaring ke arah fossa pterigimaksila. Selain itu, masa tumor akan terisi oleh kontras pada fase
kapiler dan akan mencapai maksimum setelah 3-6 detik zat kontras disuntikkan.
Kadang-kadang juga sekaligus dilakukan embolisasi agar terjadi trombosis intravaskular,
sehingga vaskularisasi berkurang dan akan mempermudah pengangkatan tumor.
Pemeriksaan kadar hormonal dan pemeriksaan immunohistokimia terhadap reseptor
estrogen, progesteron dan androgen sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya gangguan hormonal.
Pemeriksaan patologi anatomik tidak dapat dilakukan, karena biopsi merupakan kontradiksi,
sebab akan mengakibatkan pendarahan yang masif.
Untuk menentukan derajat atau stadium tumor umumnya saat ini menggunakan klasifikasi
Session dan Fisch.
Klasifikasi menurut Session sebagai berikut:
Stadium IA : Tumor terbatas di nares posterior dan atau nasofaringeal voult
Stadium IB : Tumor meliputi nares posterior dan atau nasofaringeal voult dengan meluas
sedikitnya 1 sinus paranasal
Stadium IIA : Tumor meluas sedikit ke fossa pterigomaksila
Stadium IIB : Tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa mengerosi tulang orbita
Stadium IIIA : Tumor telah mengerosi dasar tengkorak dan meluas sedikit ke intrakranial
Stadium IIIB : Tumor telah meluas ke intrakranial dengan atau tanpa meluas ke sinus
kavernosus
Klasifikasi menurut Fisch sebagai berikut:
Stadium I : Tumor terbatas di rongga hidung, nasofaring tanpa mendestruksi tulang
Stadium II : Tumor menginvasi fossa pterigomaksila, sinus paranasal dengan destruksi tulang
Stadium III : Tumor menginvasi fossa infratemporal, orbita dengan atau regio paraselar
Stadium IV : Tumor menginvasi sinus kavernosus, regio chiasma optik dan atau fossa pituitary
Pengobatan
Tindakan operasi merupakan pilihan utama selain terapi hormonal, radioterapi. Operasi harus
dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas cukup, karena risiko pendarahan yang hebat. Berbagai
pendekatan operasi dapat dilakukan sesuai dengan lokasi tumor dan perluasannya, seperti melalui
transpalatal, rinotomi lateral, rinotomi sublabial (sublabial mid-facial degloving) atau kombinasi
dengan kraniotomi frontotemporal bila sudah meluas ke intrakranial. Selain itu operasi melalui
bedah endoskopi transnasal juga dapat dilakukan dengan dipandu CT scan 3 dimensi dan
pengangkatan tumor dapat dibantu dengan laser.
Sebelum dilakukan operasi pengangkatan tumor selain embolisasi untuk mengurangi
pendarahan yang banyak dapat dilakukan ligasi arteri karotis eksterna dan anastesi dengan teknik
hipotensi.
Pengobatan hormonal diberikan pada pasien dengan stadium I dan II dengan preparat
testosteron reseptor bloker (flutamid).
Pengobatan radioterapi dapat dilakukan dengan stereotaktik radioterapi (Gama knife) atau
jika tumor meluas ke intrakranial dengan radioterapi konfrontal 3 dimensi.
Untuk tumor yang sudah meluas ke jaringan sekitarnya dan mendestruksi dasar tengkorak
sebaiknya diberikan radioterapi prabedah atau dapat pula diberikan terapi hormonal dengan
preparat testosteron reseptor bloker (flutamid) 6 minggu sebelum operasi, meskipun hasilnya tidak
sebaik radioterapi.
Daftar Pustaka
1. Chew CT. Nasopharynx (the postnasal space). In : Kerr AG and Groves J. (editor) Scott Brown’s
Otolaryngology, 5 th ed. Butterworths, 1987: 330-340.
2. Gates GA, Rice DH, Koopman CF, Schuller DE, Flutamid-induced regression of angiofibroma.
Laryngoscope, 1992:102: 641-4.
3. Harrison DFN. The natural history, pathogenesis and treatment of juvenile angiofibroma. Otolar
Clin of North Am 1986; 19: 936-42
4. Mair EA, Battlata A, Casier JD. Endoscopic Laserassisted excision of juvenile nasopharyngeal
angiofibromas. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2003; 129: 454-9.
5. Shaheen OH. Angiofibroma. In : Kerr AG and Groves J (ed), Scott Brown’s Otolaryngology, 5 th ed.
Butterworths, 1987: p.291-6.
6. Tewfik TL, Garni M AAI. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma in : eMedicine Spesialities >
Otolaryngology and Facial Plastic Surgery > Pediatric Otolaryngology ed. Goldsmith AJ, Tavalera F,
April 2006 : p. 1-9.