anggaran hse dan k3 departement

3
MAKALAH ANGGARAN PERUSAHAAN ANGGARAN HSE dan K3 HANYA DEPARTEMEN HSE YANG (HARUS) TERLIBAT DI KEGIATAN K3L? Ini menjadi topik pembahasan dengan bagian HDC (human development for Capital), konsultasi yang intinya menginginkan partisipasi K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan) di dalam aktifitas semua pekerja , perusahaannya cukup besar, dan ada pemahaman di sebagian pekerja bahwa K3L adalah milik Departemen HSE (Health Safety and Environment). Sehingga semua aktifitas yang menyangkut K3L mulai budget kegiatan dan evaluasi pasti dimandori atau bahkan dilakukan oleh departemen HSE. Jadi departemen selain HSE melakukan kerja bisnis (pekerjaan yang dianggap utama) lalu bahaya-risiko atau dampak lingkungan yang dihasilkan diserahkan departemen HSE. Bahkan ketika ada kecelakaan, timbul anggapan bahwa team HSE nya kurang kompeten. Saya membayangkan kondisi perusahaan tersebut sama seperti seorang supir disuruh ke daerah A yang berjarak 10 Km dalam waktu 10 menit, si supir hanya berpikir sampai ke tujuan dalam waktu 10 menit dan aspek yang lain yang berhubungan dengan tugas dia diserahkan ke orang lain, padahal yang pergi supir itu sendiri. Maksud saya bagaimana kontrol kecepatan aman (safety), bagaimana kalau si supir ugal-ugalan dengan menekan gas sembarangan (aspek K3 dan lingkungan), bagaimana kondisi ban, kondisi lampu, dll? Apakah mungkin sepenuhnya kontrol diserahkan ke orang lain dan si supir hanya fokus mengendari ke tujuan yang ditentukan? Memberatkan perusahaan bukan? Kondisi mobil lebih cepat tidak prima, dampak ke pemakaian bahan bakar (Km/L), bisa saja ada image buruk dari gaya ugal-ugalan sang supir, karena ditiap mobil operasional ada logo perushaan, lalu bagaimana bila ada incident? tentu akan langsung terasa kerugiannya bukan? Jadi seharusnya K3L adalah aspek yang menyatu di dalam setiap pekerjaan. Tidak bisa tidak. Semua harus berperan dalam bagaimana kegiatan lebih efektif dengan memperhatikan K3L. Saya setuju kalau K3L itu dilakukan bukan dengan pendekatan tool tertentu, tetapi disesuaikan dengan

Upload: eko-mardianto

Post on 05-Dec-2014

143 views

Category:

Business


4 download

DESCRIPTION

Anggaran HSE dan K3 Departement

TRANSCRIPT

Page 1: Anggaran HSE dan K3 Departement

MAKALAH

ANGGARAN PERUSAHAAN

ANGGARAN HSE dan K3

HANYA DEPARTEMEN HSE YANG (HARUS) TERLIBAT DI KEGIATAN K3L?

Ini menjadi topik pembahasan dengan bagian HDC (human development for Capital), konsultasi yang intinya menginginkan partisipasi K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan) di dalam aktifitas semua pekerja , perusahaannya cukup besar, dan ada pemahaman di sebagian pekerja bahwa K3L adalah milik Departemen HSE (Health Safety and Environment). Sehingga semua aktifitas yang menyangkut K3L mulai budget kegiatan dan evaluasi pasti dimandori atau bahkan dilakukan oleh departemen HSE. Jadi departemen selain HSE melakukan kerja bisnis (pekerjaan yang dianggap utama) lalu bahaya-risiko atau dampak lingkungan yang dihasilkan diserahkan departemen HSE. Bahkan ketika ada kecelakaan, timbul anggapan bahwa team HSE nya kurang kompeten.

Saya membayangkan kondisi perusahaan tersebut sama seperti seorang supir disuruh ke daerah A yang berjarak 10 Km dalam waktu 10 menit, si supir hanya berpikir sampai ke tujuan dalam waktu 10 menit dan aspek yang lain yang berhubungan dengan tugas dia diserahkan ke orang lain, padahal yang pergi supir itu sendiri. Maksud saya bagaimana kontrol kecepatan aman (safety), bagaimana kalau si supir ugal-ugalan dengan menekan gas sembarangan (aspek K3 dan lingkungan), bagaimana kondisi ban, kondisi lampu, dll? Apakah mungkin sepenuhnya kontrol diserahkan ke orang lain dan si supir hanya fokus mengendari ke tujuan yang ditentukan? Memberatkan perusahaan bukan? Kondisi mobil lebih cepat tidak prima, dampak ke pemakaian bahan bakar (Km/L), bisa saja ada image buruk dari gaya ugal-ugalan sang supir, karena ditiap mobil operasional ada logo perushaan, lalu bagaimana bila ada incident? tentu akan langsung terasa kerugiannya bukan? Jadi seharusnya K3L adalah aspek yang menyatu di dalam setiap pekerjaan. Tidak bisa tidak. Semua harus berperan dalam bagaimana kegiatan lebih efektif dengan memperhatikan K3L. Saya setuju kalau K3L itu dilakukan bukan dengan pendekatan tool tertentu, tetapi disesuaikan dengan

Page 2: Anggaran HSE dan K3 Departement

kondisi lapangan, ya semua menjadi engineer K3L yang berpikir mengenai risiko ke kesehatan dan keselamatan pekerja juga lingkungan. Memberi tanggung jawab yang menyatu dengan pekerjaannya

Berikut skema yang kami diskusikan dengan lingkup pekerja sebagai capital oleh departemen HDC, intinya menginginkan semua karyawan terlibat di dalam K3L (HANYA DEPARTEMEN HSE YANG (HARUS) MELAKUKAN KEGIATAN K3

Pekerjaan pada tiap proses intinya menghasilkan output yang membuat perusahaan terus hidup dan berkembang, kemudian dihubungkan dengan keterlibatan karyawan di K3L untuk menghasilkan output kerja atau output perusahaan yang sesuai harapan atau lebih dari harapan (ini teori). Aktualnya? Dokumen K3L sebagai pajangan dan departemen HSE terlibat dominan di setiap kegiatan K3L dibanding departemen yang lain, sampai-sampai departemen yang lain tidak tahu isue mengenai K3L atau bahkan selalu menjawab tentang keamanan, kenyamanan kerja di tempat bapak/ibu “itu tugas departemen HSE”.

Lalu bagaimana “memaksa” karyawan berpartisipasi di dalam sistem MK3L yang seimbang? Akhir dari diskusi ini, disetujui adanya penambahan penilaian K3L yang mempunyai porsi penilaian yang sebanding dengan point penilaian sudah ada (Pemenuhan target proses / perusahaan, penilaian hard skill, soft skill dan absensi). Sehingga sekarang timbul 5 porsi penilaian yang sama, untuk teknis penilaian dibuat dua jenis penilaan. yait berdasarkan kegiatan kolektif dan partisipasi:

Penilaian bersifat kolektif, bila ada complain external terhadap aspek K3L yang disebabkan secara mendasar oleh suatu departemen atau adanya incident yang merugikan dan dinilai merugikan perusahaan dengan biaya kerugian tertentu dan disebabkan oleh suatu depertemen maka semua penilaian individu di departemen tersebut akan dinilai rendah

Penilaian Partisipasi dengan menghitung jumlah ide / sumbang saran terkait dengan K3L. Disepakati jumlah ide dengan porsi nilai. Ini memang menjadi kendala dalam proses tabulasi sampai menjadi point penilaian

Kemudian kedua penilaian ini dijumlahkan dan dikalikan dengan pengali 20%.

Page 3: Anggaran HSE dan K3 Departement

Adanya juga kesimpulan dari diskusi konsultasi dengan pihak HDC walaupun akan dilakukan di tahun berikutnya, yaitu dengan merevisi hitungan penilaian Employee The Year (karyawan teladan tahunan) yang dibuat dengan memasukkan penilaian sumbang saran K3L dengan porsi yang sama dengan point yang ada, kemudian hadiah lebih besar dan dipilih 5 orang.

HASIL

9 bulan sesudahnya memang dinilai ada perbedaan, adanya perbedaan pola pikir di semua karyawan terhadap aspek K3L, mereka menyadari bahwa K3L merupakan bagian dari pekerjaan yang harus ada dan mulai diyakini berkontribusi terhadap hasil yang lebih efesien. Kami lihat dari jumlah sumbang saran dan konsistensi pelaksanaan aturan K3L yang berlaku.

Memang, kami sebagai konsultan sedikit memberikan paksaan mengenai anggaran infrastruktur yang harus dikeluarkan perusahaan. Ya memaksa perusahaan mengeluarkan biaya kegiatan k3, misalkan, pembuatan kotak sumbang saran yang kemudian di distribusi di semua area, pembuatan sistem sumbang saran mulai dari pendataan sumbang saran sampai penilaian, merubah melalui IT sistem mengenai appraisal, dan beberapa infrastruktur K3 yang lain. Terlihat ada biaya (biasanya manajemen keberatan), tetapi kami menjelaskan mamfaat yang nanti dirasakan dan itu akan memberikan nilai lebih kepada perusahaan, atsmosfere K3 dan tentunya ke biaya (kami sedang menyusun artikel yang memberikan gambaran penghematan biaya yang dirasakan perusahaan bila benar-benar mengimplementasikan K3- Bukan Sekedar Urus Dokumen saja)

Bagaimana di tempat kerja rekan-rekan? Apakah pekerja sudah memamami bahwa K3L adalah bagian dari kerja mereka?