anestesi pada anak

21
1 BAB 1 PENDAHULUAN Premedikasi dan induksi pada anak dan bayi merupakan tantangan bagi para ahli anestesi karena pada waktu induksi seringkali menjadi trauma psikis pada anak dan bayi. Keberhasilan penata laksanaan anestesi pada anak sangat tergantung pada kelancaran saat pemberian premedikasi dan induksi ( Smith ) Jadi diperlukan sekali ketrampilan dan pengetahuan dalam penata lakasanaan anestesi pada anak dan bayi , karena hubungannya sangat erat dengan hasil yang akan dicapai. Banyak sekali dilakukan penelitian cara yang terbaik yang bagaimana yang layak untuk premedikasi dan induksi , ada penelitian yang menyebutkan bahwa premedikasi melalui nasal adalah yang terbaik. Tetapi yang penting pada tindakan anestesi untuk anak yang diperlukan adalah melakukan pendekatan dahulu sebelum melakukan premedikasi ataupun induksi sehingga diharapkan tindakan anestesi dapat berjalan lancar.

Upload: dedy-gusnawan

Post on 19-Feb-2016

15 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

anastesi

TRANSCRIPT

Page 1: Anestesi Pada Anak

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Premedikasi dan induksi pada anak dan bayi merupakan tantangan bagi para ahli

anestesi karena pada waktu induksi seringkali menjadi trauma psikis pada anak

dan bayi. Keberhasilan penata laksanaan anestesi pada anak sangat tergantung

pada kelancaran saat pemberian premedikasi dan induksi ( Smith ) Jadi diperlukan

sekali ketrampilan dan pengetahuan dalam penata lakasanaan anestesi pada anak

dan bayi , karena hubungannya sangat erat dengan hasil yang akan dicapai.

Banyak sekali dilakukan penelitian cara yang terbaik yang bagaimana yang layak

untuk premedikasi dan induksi , ada penelitian yang menyebutkan bahwa

premedikasi melalui nasal adalah yang terbaik. Tetapi yang penting pada tindakan

anestesi untuk anak yang diperlukan adalah melakukan pendekatan dahulu

sebelum melakukan premedikasi ataupun induksi sehingga diharapkan tindakan

anestesi dapat berjalan lancar.

Page 2: Anestesi Pada Anak

2

BAB 2

TINJAUANPUSTAKA

2.1 PSIKOLOGIS ANAK DAN ANESTESIA

Rasa “ takut “ terhadap dokter, jarum suntik , masker dan tindakan pembedahan

merupakan hal yang umum dan wajar bagi anak dan tidak dipermasalahkan atau

dikuatirkan. Pemberian premedikasi sebelum tindakan anestesi ataupun tindakan

induksi merupakan hal yang ditakutkan oleh anak dan hal ini dapat menyebabkan

trauma psikis dan apabila kita melakukan tidak hati hati dapat menyebabkan

kelainan psikologis sampai dewasa. Derajat perubahan perilaku dapat ditentukan

oleh beberapa factor :

a. Usia.

Bayi usia 6 – 12 bulan sudah memperlihatkan adanya perhatian pada lingkungan

sekelilingnya. Perasaan cemas atau takut akan timbul pada saat anak dibawa

kerumah sakit atau kekamar bedah , karena tempat ini merupakan hal yang asing

baginya. Selain dari pada itu juga akan terjadi tauma karena dipisahkan dari kedua

orang tuanya dan harus berhadapan dengan orang orang yang tidak dikenal dan

lingkungan yang asing. Pada usia ini sangat diperlukan sekali obat sedative

sehingga pada waktu dibawa kekamar bedah anak dalam keadaan sedasi dan

tenang. Sedangkan pada usia dibawah 6 bulan , bayi tidak terlalu sulit untuk

dipisahkan dari kedua orang tuanya dan dapat digantikan oleh perawat.   Bayi

pada usia 12 – 18 bulan memperlihatkan perkembangan fisik yang sangat pesat

tetapi perkembangan jiwanya belum matang.   Anak pra sekolah usia 2 – 6 tahun

sudah memperlihatkan tingkah yang sering kali menyulitkan dan menimbulkan

masalah pada waktu penata laksanaan anestesi. Anak pada usia ini umumnya tidak

kooperatif , tidak mau berpisah dari orang tuanya dan sering berontak , tetapi ada

juga anak anak yang kooperatif sehingga sangat mudah untuk melakukan

premedikasi ataupun induksi. Pada usia ini sangat diperlukan pendekatan secara

psikologis dan penjelasan secara detail pada anak dan orang tuanya sehingga

Page 3: Anestesi Pada Anak

3

sudah ada hubungan yang baik antara dokter anestesi dan anak. Pendekatan ini

dapat dilakukan pada waktu kunjungan pre operatif dan kalau bisa diperlihatkan

foto foto atau alat yang akan dipakai sehingga anak sudah tau sebelumnya apa

yang akan dilakukan ,ini merupakan penatalaksanaa anestesi yang ideal.   Pada

usia 6 – 18 tahun , ditinjau dari sudut pandang psikologis sudah merupakan

seorang “ dewasa kecil “ walaupu rasa takut , cemas , dan kuatir menghadapi

anestesi dan pembedahan masih sangat menonjol. Pada usia ini biasanya anak

sudah kooperatif , sudah banyak melakukan pertanyaan tentang tindakan yang

akan dialami dan dokter anestesi secra sabar harus menjelaskannya sehingga

timbul keberaniaan dari anak untuk menghadapi operasi.      

b. Respon Emosi Anak

Perawatan yang lama akan mempengaruhi emosi anak dibandingkan dengan

masuk rumah sakit untuk rawat jalan. Apabila anak dirawat lama dan pembedahan

yang berulang harus mendapat perhatian khusus dan kalau bisa dilakukan terapi

psikologis agar pada waktu dewasa tidak terdapt kelainan jiwa.  

c. Latar Belakang Etnik dan Budaya.

Walaupun perlakuaan pada anak anak pada seusia itu sama , tetapi sering kali

terdapat perbedaan perilaku yang ditemukan . Hal ini mungkin karena adanya

perbedaan latar belakang dan pendidikan dirumah , atau sosio ekonomi , sehingga

dituntut kemampuan dari dokter anestesi untuk melakukan pendekatan.      

2.2 PREMEDIKASI

  Manfaat dan kegunaan dari premedikasi masih menjadi perdebatan diantara para

ahli, ada yang mengatakan bahwa premedikasi pada anak anak tidak diperlukan

karena akan menimbulkan trauma yang akan dibawa sampai dewasa. Pemberian

premedikasi pada bayi/anak tidak diperlukan apabila persiapan persiapan

prabedah telah dilakukan dengan baik (Jackson) , Pmberian premediaksi dapat

membahayakan (Eckenhoff). Premedikasi merupakan trauma pada anak / bayi

(Hodges). Pada tahun 1982, Kay menyimpulkan , bahwa untuk penderita rawat

Page 4: Anestesi Pada Anak

4

jalan tidak perlu diberikan premedikasi. Penelitian Eckenhoff , melaporkan bahwa

17% dari anak yang telah dilakukan Tonsilektomi mengalami ganguan kejiwaan

berupa ketakutan di malam hari , menjadi pemarah , dan takut pada orang asing    

Terlepas dari perlu atau tidaknya premedikasi pada anak , maksud dan tujuan dari

premedikasi yang terpenting adalah :  

1. Untuk menghilangkan atau mengurangi rasa takut , cemas dan gelisah

sehingga anak menjadi tenang ketika masuk kamar operasi.

o Anak yang normal , apabila pada prabedah telah dipersiapkan

dengan baik dan diberikan premedikasi, biasanya pada waktu

masuk kekamar bedah akan tenang dan kooperatif. 

2. Memudahkan dan melancarkan induksi anastesi.

3. Mencegah terjadinya perubahan perubahan psikologis atau perilaku pasca

anestesi / bedah.

4. Mengurangi sekret pada saluran nafas dan rongga mulut.

5. Sebagai vagolitik – mencegah timbulnya refleks vagal akibat obat

anastesi , rangsangan fisik , atau manipulasi pembedahan.   Pada neonatus

ataupun pada bayi umumnya tidak diperlukan pemberiaan premedikasi

karena tidak begitu bermanfaat.    

2.3 JENIS OBAT PREMEDIKASI

  Sesuai dengan maksud dan tujuan dari premedikasi , maka obat yang dipilih

umumnya dari golongan anti kholenergik , sedative hipnotik dan narkotik

analgetik.  

2.3.1 Golongan Anti Kholinergik

a. Sulfas Atropin dan Skopolamin

Atropin lebih unggul dibandingkan skopolamin untuk mengendalikan bradikardia

dan aritmia lainnya terutama pada bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya

bradikardia timbul karena manipulasi pembedahan atau karena obat obat anestesi

Page 5: Anestesi Pada Anak

5

seperti halothan dosis tinggi dan suksinilkolin. Sedangkan apabila diharapkan

mengurangi sekresi lair liur ( Drying Effect ) yang disertai dengan efek sedasi dan

amnesia maka sebaiknya dipilih skopolamin.

Dosis sulfas atropine : 0,02 – 0.03 mg /kg BB Dosis scopolamine : Usia 1 tahun :

0,10 mg Usia 1 – 5 tahun : 0 , 15 mg Usia 6 – 10 tahun : 0,20 mg.

b..Glikopirolat

Merupakan senyawa garam amonium kwartener dengan khasiat anti kholenergik

yang kuat dan panjang efek sampingnya tidak begitu kuat dibanding dengan sulfas

atropin. Glikopirolat sering digunakan sebagai alternative pilihan lain sealain

ataropi. Dosis : 5 – 10 U gr / kg BB intra vena.  

2.3.2 Golongan Hipnotik Sedatif

a. Diazepam Merupakan obat golongan sedatif yang banyak digunakan sebagai

premedikasi untuk anak , karena berkhasiat menenangkan pada sekitar 80% kasus

tanpa mendepresi nafas dan sedikit sekali menimbulkan muntah.

Dosis : IV atau IM : 0,20 mg / kg BB

Per oral : 0,25 – 0,50 mg per kg BB

Per rectal : 0,40 – 0,50 mg per kg BB

Absorbsi lewat mukosa rectum cukup efektif.

b. Midazolam Termasuk golongan benzodiazepin yang mudah larut dalam air

dengan waktu kerja sangat cepat dan lama kerja yang tidak terlalu lama Dapat

diberikan secara parenteral dan oral. Dosis : IM : 0,05 mg per kg BB Per oral : 7,5

– 15 mg untuk anak ank Per rectal : 0,35 – 0.45 mg per kg BB.  

Page 6: Anestesi Pada Anak

6

c. Promethazine ( Phenergan )

Termasuk golongan antihistamin yang mempunyai efek sedasi cukup baik , dapat

diberikan secara peroral dengan dosis 1mg per kg BB. Dosis maksimal 30 mg.  

d. Trimeprazine ( Valergan ) Telah digunakan untuk premedkasi pada anak

sejak tahun 1959 , dalam bentuk larutan dengan dosis 2 – 4 mg per kg BB per oral

2 jam sebelum induksi.. Dengan dosis ini cukup efektif untuk anak usia 2 – 10

tahun. Kerugian dari obat ini menimbulkan takikardia post operatif , tetapi

keuntungannya selain menimbulkan sedasi , juga bersifat anti emetic.

e. Barbiturat Terdapat dua sediaan yang sering digunakan untuk premedikasi

yaitu Pentobarbitone ( Nembutal ) dan Quinal Barbitone ( Seconal ) diberikan

secara oral 1 ½ jam pra bedah dengan dosis 2 – 5 mg per kg BB. Obat ini tidak

pernah diberikan pada bayi dibawah usia 6 bulan karena metabolismenya lama

dan juga tidak dianjurkan untuk diberikan secara intramuskular karena akan

menimbulkan rasa sakit , nekrosis dan abses.      

2.3.3 Golongan Narkotik Analgetik.

 Narkotik jarang diberikan sebagai obat premedikasi pada bayi / anak kecil karena

sering menimbulkan rasa pusing, mual , muntah dan sampai depresi pernafasan.

Pemberian morfin biasanya diberikan atas indikasi adanya cacat jantung bawaan

yang sianotik dengan dosis 0,05 – 0,20 mg per kg BB IM , 1 jam pra bedah.

Meperidine ( Pethidin ) merupakan obat golongan narkotik dengan sedasi ringan

dan juga sering menimbulkan muntah sehingga jarang dipergunakan untuk

premedikasi pada anak. Methadone merupakan obat golongan narkotik yang dapat

diberikan per oral dengahn dosis 0,1 – 0,3 mg per kg BB.      

2.4 Cara Pemberian Premedikasi.

Sampai saat ini belum ditemukan cara cara pemberian premedikasi pada bayi

Page 7: Anestesi Pada Anak

7

/anak yang dianggap ideal yaitu sederhana , efektif , dan tidak menimbulkan

trauma psikis .   Metoda yang lazim dipakai adalah :    

2.4.1 Cara Parenteral ( IM / IV )

Masih sering dipergunakan , walaupun sering ditolak oleh anak karena rasa takut

akan jarum dan sakit. Pemberian premedikasi secara parenteral ( IM /IV )

memerlukan pendekatan secara psikologis dan perlu pengalaman/ ketrampilan

menyuntik . Hampir seluruh obat premedikasi dapat diberikan secara parenteral.  

2.4.2 Per oral

Pemberian cara ini sebenarnya paling ideal diberikan pada bayi / anak yang masih

kecil karena tidak akan menimbulkan trauma atau rasa sakit. Agar pemberian

secara oral ini dapat lebih efektif , biasanya waktunya lebih lama dan agar anak /

bayi suka biasanya dicampur dengan aroma obat yang lain agar terasa manis dan

disukai . Kerugian dari pemberian secara per oral : a. ditakutkan volume lambung

akan bertambah , sehingga dapat terjadi regurgitasi dan aspirasi, terutama pada

waktu induksi. Tetapi masalah ini dapat diatasi dengan cara pemberian cukup

hanya minum satu sendok makan saja dan tanpa susu. b . kadang kadang aroma

obat tidak enak dan sering ditolak . c . absorbsi dilambung sukar untuk dipastikan

sehingga tidak dapat dipastikan apakah obat sudah berefek. d . tidak semua obat

premedikasi bisa diabsorbsi dilambung. e . kesulitan mendapatkan obat

premedikasi yang dapat diberikan peroral.     Contoh sirop premedikasi : diazepam

0,2 mg per kg BB Atropine sulfas 0,02 mg per kg BB Meperidine 1,5 mg per kg

BB Gula / sirop / air putih . Jenis obat yang dapat diberikan peroral : -

Chloralhidrat, Nembutal , Triclofos , Vallergan. - Pentobarbitone : 3 – 4 mg per

kg BB. - Diazepam : 0,5 mg per kg BB. - Midazolam : 0,5 – 1 mg per kg BB -

Fentanyl : 15 – 20 U gr per kg BB

2.4.3Per rectal

Pemberian premedikasi secara rectal seringkali disebut sebagai anestesi basal.

2.4.4 Per Nasal

Metode pemberian secara nasal masih dalam penelitian dan cara cara yang paling

Page 8: Anestesi Pada Anak

8

baru. Obat diberikan secara tetesan atau semprotan (“nose spray “ ) kedalam

mukosa hidung. Selanjutnya obat akan diserap lewat mukosa hidung dan masuk

dengan cepat kedalam sirkulasi darah karena mukosa hidung kaya akan pembuluh

darah. Pemberian obat secara ini akan dengan cepat memberikan efek , sehingga

kadang kadang disebut sebagai Pra Induksi. Jenis Obat : - Midazolam : 0,2 mg per

kg BB ( untuk anak 1 – 5 thn ) - Sulfentanil : 1,5 – 3 U gr per kg BB.      

2.5 Permasalahan Dalam Induksi.   

Seperti pemberian premedikasi , induksi juga menjadi permasalahan pada bayi

dan anak sehingga penata laksanaan anestesi pada anak mempunyai perhatian

yang khusus. Induksi anestesi harus dilakukan secara halus dan hati hati, penuh

dengan kesabaran dan sebelumnya harus dilakukan pendekatan secara psikologis.

Bahkan ahli anestesi dapat menjadi sahabat baru bagi anak tersebut , yang akan

memudahkan melakukan tindakan anestesi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi

apa yang disebut “ Stormy Anesthetic Induction “ yaitu suatu keadaan dimana

induksi anestesi berlangsung tidak mulus yang akibatnya akan menimbulkan

trauma psikis yang dampaknya akan memperlihatkan perubahan perilaku pasca

anestesi / bedah.   Sampai saat ini dikenal tiga metode / cara induksi yang lazim

digunakan yaitu Inhalasi , Parenteral dan Per Rectal . Induksi lewat nasal masih

merupakan cara

1 . Keahlian dan pengalaman pribadi ahli anestesiologi.

2 . Faktor faktor penderita : usia , keadaan umum dll.

Induksi anestesi pada bayi / anak selalu menimbulkan masalah baik dengan

metoda inhalasi , par enteral maupun per rectal . Pada induksi anestesi inhalasi

bayi akan menahan nafas , kadang kadang timbul spasme laring dan distensi

lambung, pemasangan masker juga sangat sulit . Kesulitan induksi anestesi

cenderung berkurang dengan bertambahnya usia bayi / anak . Anak anak usia pra

sekolah , pada umumnya sulit untuk dipisahkan dari orang tuanya walaupun untuk

sementara. Pada anak yang seperti demikian biasanya induksi anestesi didampingi

oleh orang tuanya dan setelah anak tertidur baru ditinggal. Dari beberapa

Page 9: Anestesi Pada Anak

9

penelitian pada usia anak 6 – 7 tahun membuktikan bahwa kehadiran orang tua

pada saat induksi akan mengurangi rasa`takut dan gelisah sehingga induksi dapat

dilakukan dengan baik dan berjalan lancar.      

2.6 METODE INDUKSI ANESTESI.  

2.6.1 Induksi Anestesi Per Rectal

Disebut juga “ Anestesi Basal “ atau Pre Induksi dan cara ini dipilih untuk

menghindari suntikan pada waktu premedikasi. Obat biasanya akan diabsorbsi

oleh mukosa rektum dan biasanya anak / bayi akan tertidur dalam waktu 5 – 10

menit. Sejak pemberian obat ahli anestesi harus selalu berada disamping anak

untuk menghindari komplikasi yang terjadi. Pada kelainan ano rectal, lambung

penuh , hipovolemia dan anak umur 6 sampai 8 tahun tidak dianjurkan cara

pemberian seperti ini. Keuntungan dari cara pemberian seperti ini terutama pada

bayi / anak , mereka menjadi lebih tenang karena kedua orang tua tetap berada

disampingnya. Induksi bisa dilakukan diruang persiapan pada waktu bayi masih

ditempat tidur dan setelah bayi tertidur baru dipindahkan ke ruang bedah.    

Jenis Obat yang digunakan :    

1 . Methohexital ( Brevital ) Berupa cairan jernih yang tidak berbau dan

mempunyai kekuatan sedative hipnotik tigakali lipat pentothal. Diberikan per

rectal dalam bentuk larutan 10% dengan dosis 25 – 30 mg per kg BB dan anak

akan tertidur dalam waktu 5 – 10 menit tanpa mempengaruhi fungsi jantung , nadi

ataupun tekanan darah.

2 . Diazepam . Absorbsi larutan diazepam oleh rectum cukup baik dan

farmakokinetik nya mirip seperti pemberian intra vena. Dosis : 0,4 – 0,5 mg per

kg BB.

3 . Pentothal. Diberikan dalam bentuk larutan atau suppositoria dengan dosis 30

mg per kg BB dan anak akan tertidur dalam waktu 7 – 10 menit setelah

pemberian. Tidak dianjurkan pemberian pada anak yang mempunyai kelainan

jantung atau sumbatan jalan nafas.    

Page 10: Anestesi Pada Anak

10

4 . Midazolam. Dengan dosis 1 mg per kg BB ternyata induksi cukup baik,    

5 . Ketamin. Belum begitu populer masih dalam penelitian.      

2.6.2 Induksi Anestesi Secara Parenteral .  

1 . Intramuskular.

 Metode ini dipilih apabila ada kesulitan dalam mencari pembuluh darah vena atau

cara induksi lain tidak memungkinkan. Sebenarnya induksi anestesi cara ini lebih

pasti dan praktis dibanding dengan cara induksi per rektal dan dapat dilakukan

pada saat bayi /anak sudah ada dimeja operasi. Kerugian metode ini adalah

suntikan sangat ditakuti anak / bayi dan volume yang diberikan cukup banyak .

Obat yang digunakan biasanya Ketamin ,dosis : 6 – 10 mg per kg BB dan

biasanya akan tidur setelah 3 – 5 menit.

2 . Intravena.

Keuntungan cara ini adalah selain cepat juga menyenangkan karena dapat berjalan

secara mulus dan cepat, terutama apabila telah terpasang infus. Kerugiannya

biasanya sangat sukar untuk memasang infus dan anak anak / bayi sering berontak

juga kesukaran mencari pembuluh vena . Untuk memudahkan pemasangan infus ,

ada beberapa pegangan :   - lakukakan dahulu pendekatan secara psikologis - cari

pembuluh darah yang meyakinkan sehingga dapat sekali tusuk, misalnya vena

dilengan bagian dorsalis. - apabila kesukaran mendapatkan vena , bisa memakai

jarum sayap dahulu, sebaiknya mempergunakan jarum sayap no 25/27 - dapat

memakai anastesi lokal atau spray agar tidak terlalu sakit. - sebelum melakukan

tindakan sebaiknya diberitahukan dahulu - bahwa akan terasa sakit sedikit seperti

digigit semut.

Obat obat yang dipergunakan :  

1 . Pentothal . Dapat diberikan pada bayi / anak hanya perlu diiingat neonetus

sangat peka terhadap obat ini dan metabolisme berlangsung lama. Dosis untuk

induksi bayi / anak : 4 – 5mg per kg BB    

2 . Methohexital ( Brevital ) Untuk induksi digunakan larutan 1% dengan dosis

1,5 mg per kg BB. Sebagai pilihan alternatif dari pentothal , biasanya pemulihan

Page 11: Anestesi Pada Anak

11

lebih cepat dibanding pentothal dan pada anak sering menimbulkan twitching otot

dan singultus apabila dosisnya tinggi. Karena obat ini sering menimbulkan rasa

sakit pada dinding pembuluh darah , maka pemakaian sering dicampur dengan

lidocaine 2% . Liu et al melakukan penelitian pada anak usia 6 – 15 tahun induksi

anesthesia dengan dosis 1 – 2 mg per kg BB , memberikan hasil yang baik.  

3 . Diazepam . Masa pemulihan obat ini lebih lama dari pentothal atau

methohexitol. Dosis : 0,4 mg per kg BB, diberikan hati hati Karen menimbul kan

rasa sakit pada pembuluh darah.

4 . Ketamin . Dosis 2 mg per kg BB., dalam waktu 1 – 2 menit anak sudah tidur ,

dipergunakan untuk tindakan yang tidak memerlukan relaksasi , nafas spontan dan

yang diutamakan khasiat analgetiknya.    

5 . Propofol . Cukup efektif untuk anak anak , tapi sering menimbulkan rasa sakit

dan terbakar sehingga cara pemberiannya memerlukan teknik yang khusus.

Dosis : 2.5 – 3,5 mg per kg BB.    

6 . Midazolam. Tergolong benzodiazepine yang larut dalam air , tidak

menyebabkan rasa sakit pada pembuluh darah. Dosis : 0,15 mg per kg BB, induksi

dengan obat ini berlangsung mulus , cepat dan menyenangkan.    

2.6.3 Induksi Anestesi Inhalasi

Dari penelitian didapatkan bahwa penangkapan ( up Take ) gas gas anestesi pada

paru anak anak / bayi lebih cepat dibanding orang dewasa karena proporsi

jaringan pembuluh darahnya lebih banyak. Karena hal tersebut diatas induksi

inhalasi pada anak anak / bayi lebih cepat dibanding orang dewasa dan eksresinya

pun lebih cepat. Karena hal tersebut diatas banyak ahli anestesi sering memakai

tehnik ini . tetapi kerugian dari tehnik ini adalah dapat menimbulkan trauma psikis

dan pengalaman yang buruk. Untuk mengatasi kendala tersebut ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan :   - persiapan pre operatif harus lebih baik. - masker

diberi rasa dan warna yang menarik. - pemasangan masker jangan langsung

menutupi muka. - bisa memakai tehnik single breath.    

Obat Anestesi Untuk Inhalasi .    

Page 12: Anestesi Pada Anak

12

1 . N2O / O2

Induksi dengan gas ini karena tidak berbau , tidak merangsang tetapi induksi

anestesi akan lebih sempurna apabila ditambah gas lain seperti halothane ,

sevorane , isoflurane sebagai penu njang.    

2 . Ether.

Karena baunya sangat merangsang dan tidak enak ,sering menimbulkan sekresi

yang berlebihan dan saat ini sudah tidak dipergunakan lagi. Saat induksi hamper

selalu menimbulkan batuk batuk bahkan sampai spasme larynx. Perlu pengalaman

yang banyak.  

3 . Halothane.

 Merupakan gas anestesi inhalasi yang sering dipergunakan untuk bayi / anak

karena baunya tidak merangsang dan induksi bisa berjalan mulus dan lancar. Gas

ini sering menimbulkan kejadian yang disebut “ drug induced hepatitis “ pada

pemakaian yang berulang terutama pada anak anak usia diatas 14 tahun. Induksi

anestesi berlangsung cepat, mulus dan lancar dibandingkan dengan obat anestesi

lainnya , karena baunya enak dan tidak merangsang. MAC untuk neonatus

0,87% , Bayi 1,02% , Anak 1,20% dan dewasa 0,75% .  

4 . Isoflurane 

  Koefisien kelarutan gas ini dalam darah sangat rendah dibanding halothan

sehingga secara teoritis induksianestesi dan pemulihan berlangsung sangat cepat.

Gas ini hampir tidak mengalami metabolisme dalam tubuh dan dikeluarkan lewat

paru secara utuh dan sempurna . Baunya agak tidak sedap dan sedikit merangsang

jalan nafas , sehingga kadang kadang bayi / anak menahan nafas atau batuk .

Induksi anestesi dengan isoflurane perlu pengalaman yang cukup dan penuh

perhatian , karena baunya yang tidak sedap dan merangsang jalan nafas dimana

kadang kadang bayi / anak akan menahan nafas.

 5 . Enflurane

Induksi anestesi dengan gas ini tidak begitu lancar dan mulus , anak sering

menahan nafas , batuk batuk , dapat terjadi spasme larynx. Koefisien kelarutan

gas`dalam lemak lebih rendah dari halothan , induksi lebih cepat dari halothan dan

pemulihannyapun lebih cepat.    

Page 13: Anestesi Pada Anak

13

2.6.4 Induksi Anestesi Lewat Nasal

  Merupakan cara induksi anestesi yang paling baru dan dikenal dengan istilah Pra

Induksi , karena perubahan kesadaran yang timbul berbeda dengan akibat

pemberian premedikasi secara oral , atau intra muskular. Pemberian Sufentanil

lewat nasal dengan dosis 1,5 – 3,0 Ugr per kg BB ternyata cukup efektif sebagai

pra induksi pada anak yang lebih besar. Cara ini tidak begitu menimbulkan efek

yang traumatis.      

KESIMPULAN

Anestesi pada pediatri terutama saat pemberian premedikasi dan induksi sering

menimbulkan trauma pada anak / bayi. Tehnik pemberian premedikasi dan

induksi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui oral , parenteral dan

nasal. Masing masing tehnik mempunyai keuntungan dan kerugiannya. Setiap ahli

anestesi mempunyai kemampuan yang berbeda dalam melakukan tindakan

anestesi baik untuk premedikasi , induksi maupun tehnik rumatan nya yang

tujuannya adalah untuk mengurangi trauma psikis pada bayi / anak.

Page 14: Anestesi Pada Anak

14