ancylostomiasis 1

5
Ancylostomiasis A. Manifestasi Klinis Gejala klinis ancylostomiasis berdasarkan stadium dari ancylostoma: 1. Stadium Larva Larva filariform yang menembus kulit dalam jumlah yang banyak secara sekaligus dapat menyebabkan perubahan kulit berupa : a. Gatal atau pruritus kulit, terutama di kaki (ground itch). b. Dermatitis dan kadang ruam makulopapula sampai vesikel; merupakan tanda pertama yag dihubungkan dengan invasi larva cacing. c. Perubahan yang terjadi pada paru biasanya ringan. Selama berada di paru, larva dapat menyebabkan kapiler-kapiler dalam alveoli paru menjadi peah sehingga terjadi batuk darah. Berat ringannya kondisi ini ditentukan oleh jumlah larva cacing yang melakukan penetrasi ke dalam kulit. d. Gejala-gejala pada usus terjadi dalam waktu 2 minggu setelah larva melakukan penetrasi terhadap kulit. Larva cacing menyebabkan iritasi usus halus. Gejala dari iritasi usus halus diantaranya adalah rasa tidak enak di eprut, kembung, sering mengeluarkan gas (flatus), serta menret-mencret. (Gandahusada, 2006; Pohan, 2006) 2. Stadium Dewasa Gejala yang terjadi bergantung pada:

Upload: gehaghaffar

Post on 08-Dec-2014

109 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pengertian

TRANSCRIPT

Page 1: Ancylostomiasis 1

Ancylostomiasis

A. Manifestasi Klinis

Gejala klinis ancylostomiasis berdasarkan stadium dari ancylostoma:

1. Stadium Larva

Larva filariform yang menembus kulit dalam jumlah yang banyak secara sekaligus dapat

menyebabkan perubahan kulit berupa :

a. Gatal atau pruritus kulit, terutama di kaki (ground itch).

b. Dermatitis dan kadang ruam makulopapula sampai vesikel; merupakan tanda pertama

yag dihubungkan dengan invasi larva cacing.

c. Perubahan yang terjadi pada paru biasanya ringan. Selama berada di paru, larva dapat

menyebabkan kapiler-kapiler dalam alveoli paru menjadi peah sehingga terjadi batuk

darah. Berat ringannya kondisi ini ditentukan oleh jumlah larva cacing yang

melakukan penetrasi ke dalam kulit.

d. Gejala-gejala pada usus terjadi dalam waktu 2 minggu setelah larva melakukan

penetrasi terhadap kulit. Larva cacing menyebabkan iritasi usus halus. Gejala dari

iritasi usus halus diantaranya adalah rasa tidak enak di eprut, kembung, sering

mengeluarkan gas (flatus), serta menret-mencret.

(Gandahusada, 2006; Pohan, 2006)

2. Stadium Dewasa

Gejala yang terjadi bergantung pada:

a. Spesies dan jumlah cacing

Setiap satu cacing Ancylostoma duodenale akan menyebabkan kehilangan darah

sebanyak 0,08-0,34 cc setiap hari.

b. Keadaan gizi penderita (Fe dan protein)

Infeksi cacing Ancylostoma dalam stadium dewasa dapat menyebabkan terjadinya

anemia hipokromik normositer serta eosinofilia. Anemia terjadi setelah infestasi cacing

dalam tubuh berlangsung selama 10-20 mingggu. Jumlah cacing dewasa yang diperlukan

untuk menimbulkan gejala anemia adalah lebih dari 500, tetapi bergantung pada keadaan

gizi hospes. Eosinofilia akan jelas terlihat pada bulan pertama infeksi cacing.

Toksin cacing yang dapat menyebabkan anemia belum dapat dibuktikan. Ancylotomiasis

biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.

Page 2: Ancylostomiasis 1

Prestasi kerja juga dapat menurun akibat ancylostomiasis. (Gandahusada, 2006; Pohan,

2006)

B. Penegakkan Diagnosis

Diagnosis pasti ancylostomiasis ditegakkan dengan menemukan telur dalam feses segar.

Dalam feses yang telah lama kemungkinan dapat ditemukan larva. Selain dalam feses, larva

dapat pula ditemukan dalam sputum. (Gandahusada, 2006; Pohan, 2006)

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan feses

Dalam feses dapat ditemukan telur atau larva Ancylostoma. Kadang-kadang terdapat darah

dalam feses. Jumlah cacing dewasa yang terdapat dalam usus dapat diperkirakan dengan

dengan teknik cara menghitung telur cacing. (Pohan, 2006)

D. Terapi

1. Perawatan Umum

Perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang baik. Suplemen besi

diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang berat, terutama bula ditemukan anemia.

2. Pengobatan Spesifik

a. Albendazol, diberikan dalam dosis tunggal 400 mg.

b. Mebendazol, diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 5 hari.

c. Tetrakloretilen

Merupakan drug of choice untuk pasien ancylostomiasis. Dosis yang diberikan adalah

0,12 ml/kgBB dosis tunggal. Dosis maksimal 5 ml. pengobatan diulang dalam 2

minggu kemudian apabila dari pemeriksaan feses masih terdapat telur. Pemberian

obat sebaiknya dalam keadaan perut yang kosong disertai pemberia 30 gram MgSO4.

Kontaindikasi pemberian obat ini pada pasien alkoholisme, kelainan penernaan,

konstipasi.

d. Befanium hidroksinaftat

Obat pilihan untuk ankilostomiasiss dan baik untuk pengobatan massal pada pasien

anak-anak. Diberikan dalam dosis 5 gram, 2 kali sehari, dapat diulang sesuai

kebutuhan. Toksisitas obat ini rendah.

e. Pirantel pamoat

Page 3: Ancylostomiasis 1

Obat ini diberikan dalam dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari selama 2-3 hari secara

berturut-turut dapat memberikan hasil yang baik, toksisitas obat ini juga rendah.

f. Heksilresorsinol

Diberikan sebagai obat alternatif yang cukup efektif. Pasien dipuasakan terlebih

dahulu, baru kemudian diberi 1 gram hekilresorsinol sekaligus disusul pemberian

laksan MgSO4 senganyak 30 gram. Diulangi lagi 3 jam kemudian untuk tujuan

mengeluarkan cacing. Bila diperlukan, pengobatan ini dapat diulang 3 hari kemudian.

(Gandahusada, 2006; Pohan, 2006)

E. Komplikasi

Kerusakan yang terjadi pada kulit dapat menyebabkan dermatitis berat terlebih bila pasien

sensitif. Gangguan pertumbuhan, perkembangan mental dan payah jantung sering terjadi

karena anemia berat akibat infestasi cacing Ancylostoma. (Pohan, 2006)

F. Prognosis

Ancylotomiasis jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurnkan prestasi kerja.

Prognosis ancylostomiasis tetap baik dengan pengobatan yang adekuat, walaupun telah

terjadi komplikasi berat. (Gandahusada, 2006; Pohan, 2006)

Pohan, H.T. 2006. Penyakit Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta, FKUI.

Gandahusada, Srisasi. 2006. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta, FKUI.