anastesi

16
Premedikasi Anestesi Yang dimaksud dengan premedikasi yaitu pemberian obat- obatan sebelum anesthesia yang ada hubungannya dengan anesthesia.Premedikasi adalah salah satu unsure yang penting yang harus dilaksanakan pre-operatif. Tujuan dari premedikasi adalah : 1. Menghilangkan rasa sakit 2. Menghilangkan / mengurangi rasa takut 3. Menurunkan metabolisme basal 4. Mengurangi sekresi kelenjar-kelenjar terutama saliva dan tractus respiraturius bagian atas 5. Mencegah reflek-reflek yang tidak diharapkan, misalnya cardiac arrhythmia karena obat anesthesia 6. Menghilangkan side efek dari obat-obatan sebelum premedikasi dan obat-obat anesthesia sendiri 7. Dengan memberikan obat-obatan premedikasi, dosis obat- obat anesthesia dapat dikurangi karena efek potensiasi 8. Menciptakan amnesia 9. Mengurangi cairan lambung dan mengurangi muntah pasca bedah

Upload: mike-dwitasari

Post on 18-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anestesi teori

TRANSCRIPT

Premedikasi AnestesiYang dimaksud dengan premedikasi yaitu pemberian obat-obatan sebelum anesthesia yang ada hubungannya dengan anesthesia.Premedikasi adalah salah satu unsure yang penting yang harus dilaksanakan pre-operatif.Tujuan dari premedikasi adalah :1. Menghilangkan rasa sakit2. Menghilangkan / mengurangi rasa takut3. Menurunkan metabolisme basal4. Mengurangi sekresi kelenjar-kelenjar terutama saliva dan tractus respiraturius bagian atas5. Mencegah reflek-reflek yang tidak diharapkan, misalnya cardiac arrhythmia karena obat anesthesia6. Menghilangkan side efek dari obat-obatan sebelum premedikasi dan obat-obat anesthesia sendiri7. Dengan memberikan obat-obatan premedikasi, dosis obat-obat anesthesia dapat dikurangi karena efek potensiasi8. Menciptakan amnesia9. Mengurangi cairan lambung dan mengurangi muntah pasca bedahObat obat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah :1. Obat antikholinergik2. Obat sedative3. Obat analgetik narkotik

1. Obat antikholinergikObat golongan antikholinergik adalah obat-obatan yang berkhasiat menekan / menghambat aktivitas kholinergik atau parasimpatis. Obat antikholinergik digunakan untuk mencegah salvasi dan sekresi bronkus sebagai respon terhadap objek kering didalam mulut,seperti pipa nafas atau pipa trakea. Beberapa zat inhalasi juga mengiritasi dan merangsang aktivitas sekretorik, tetapi zat-zat ini hamper tinggal riwayat saja.Reflek laring bekerja aktif pada tingkatan ringan anestesi, dan saliva dalam jumlah kecil pun dapat menyebabkan spasme laring.Pencegahan salvasi pun amat penting sebelum penggunaan ketamin. Obat ini juga melindungi jantung dari aritmia.Tujuan utama pemberian obat golongan ini untuk premedikasi adalah:1a. Mengurasi sekresi kelenjar : saliva, saluran cerna dan saluran nafasb. Mencegah spasme laring dan bronkusc. Mengurangi motilitas ususd. Mencegah bradikardie. Melawan efek depresi narkotik terhadap pusat nafasObat golongan antikholinergik yang digunakan dalam praktik anesthesia adalah preparat Alkoloid Belladona, yang turunannya adalah sulfas atropine dan skopolamin. Mekanisme kerja asetil kolin pada organ yang diinervasi oleh serabut otonom parasimpatis atau serabut saraf yang mempunyai neurotransmitter asetil kolin.alkaloid belladonna menghambat muskarinik secara kompetitif yang timbul oleh asetil kolin pada sel efektor organ utama pada kelenjar eksorin, otot polos dan otot jantung.Cara pemberian dan dosis yang diberikan :a. Intramuskular, dosis 0,01 mg/kg BB, diberikan 30-45 menit sebelum induksi.b. Intravena, dosis 0,005 mg/kg BB, diberikan 5-10 menit sebelum induksi.KontraindikasiAlkaloid belladonna ini tidak diberikan pada pasien yang menderita : demam, takikardi, glukoma dan tirotoksikosis.2. Obat golongan sedativeObat golongan sedative adalah obat-obat yang berkhasiat anti cemas dan menimbulkan rasa kantuk. Tujuan pemberian obat-obat golongan ini adalah untuk memberikan susasana nyaman bagi pasien prabedah, bebas dari rasa cemas dan takut, sehingga pasien menjadi tidak peduli dengan lingkungannya. Untuk keperluan ini, obat golongan sedative / tranquilizer yang sering digunakan adalah :a. Derivat fenothiazin (prometazin)b. Derivate benzodiasepin (diazepam dan midazolam)c. Derivate butirofenon (dehidrobenzperidol)d. Derivate barbiturate (pentobarbital)e. Antihistamin (derivate defenhidramin)

3. Obat golongan analgetik narkotikBerdasarkan struktur kimia, analgetik narkotik atau opioid, dibedakan menjadi 3 kelompok :a. Alkaloid opium : morfin dan kodeinb. Derivate semisintetik : diasetilmorfin (heroin), hidromorfin, oksimorfon, hidrokodon dan oksikodon.c. Derivate sintetik Fenilpiperidine: petidin, fentanil, sulfentanil dan alfentanil Benzmorfans : pentazosin, fenazosin dan siklazosin Morfinans: lavorvanol Propionanilides: metadon TramadolSebagai analgetik, opioid bekerja secara sentral pada reseptor-reseptor opioid yang diketahui ada 4 reseptor, yaitu:a. Reseptor MuMorpin bekerja secara agonis pada reseptor ini. Stimulasi pada reseptor ini menyebabkan analgesia, rasa segar, euphoria, dan depresi respirasi.b. Reseptor KappaStimulasi reseptor ini menyebabkan analgesia, sedasi dan anesthesia.Morpin bekerja pada reseptor ini.c. Reseptor SigmaStimulasi reseptor ini menimbulkan perasaan disforia, halusinasi, pupil midriasis dan stimulasi respirasi.d. Reseptor BetaPada manusia peran reseptor ini belum diketahui dengan jelas.Diduga memperkuat reseptor Mu.Golongan narkotik yang sering digunakan sebagai obat premedikasi adalah petidin dan morfin.Sedangkan fentanil digunakan sebagai suplemen anesthesia.Morfin mempunyai kekuatan 10 kali petidin, yang artinya dosis morpin sepersepuluh petidin, sedangkan fentanil 100 kali dari petidin. Untuk premedikasi, petidin diberikan intramuscular dengan dosis 1 mg/kg BB atau intravena 0,5 mg/kg BB, sedangkan morpin sepersepuluh petidin, sedangkan fentanil seperseratus petidin.Pemberian narkotik harus hati-hati pada pasien orang tua atau bayi dan keadaan umum yang buruk.Tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapatkan preparat penghambat monoamine oksidase, pasien asma dan penderita penyakit hati.Efek samping dan tanda intoksikasi dari penggunaan narkotik ini adalah:a. Memperpanjang masa pulih anesthesiab. Depresi pusat nafasc. Pupil miosisd. Spasme bronkus pada pasien asama terutama akibat morpine. Kolik abdomen akibat spasme sfinter kandung kemihf. Mual muntah dan hipersalivasig. Gatal-gatal seluruh tubuh.Beberapa obat pilihan premedikasi yang paling disukai antara lain:INDUKSI ANASTESIInduksi anastesi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar sehingga memungkinkan dimulainya anesthesia dan pembedahan. Untuk persiapan indukai anestesia sebaiknya kita ingat kata STATICS :

S = ScopeStetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope. Pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.T = tubesPipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed).A = AirwayPipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung faring (naso tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan nafas.T = TapePlester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.I = IntroducerMandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.C = ConnectorPenyambung antara pipa dan peralatan anestesia.S = SuctionPenyedot lendir, ludah dan lain lainnya.

Jenis dan cara pemberian obat anestesi umum:a. Melalui IntravenaObat-obat anestesia intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena, baik obat berkhasiat hipnotik, ataupun analgetik maupun pelumpuh otot.Setelah masuk kedalam pembuluh darah vena, obat-obat ini akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju ke target organ masing-masing dan akhirnya dieksresikan, sesuai dengan farmakokinetiknnya masing-masing.1. BenzodiazepineAnggota tertentu dalam kelompok obat sedative hypnosis seperti diazepam, lorazepam, dan midazolam, yang dipergunakan pada prosedur anestesi (dasar-dasar farmakologi benzodiazepin) diazepam dan lorazepan tidak larut dalam air dan penggunaan intravenanya memerlukan vehikulum yang tidak encer, sehingga pemberian intravena dapat menyebabkan iritasi luka. Formulasi mudah larut dalam air dan kurang iritasi tetapi mudah larut dalam lemak pada pH fisiologis serta mudah melewati pembuluh darah otak.efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat sistem kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membrane sel tidak dapat dieksitasi. hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.

2. Anestesi analgesik opioidDosis besar analgesik opioid telah digunakan untuk anestetik umum, terutana pada penderita operasi jantung atau operasi besar lainnya ketika sirkulasi dalam keadaan minimal. Pemberian morfin, secara intravena dengan dosis 1 sampai 3 per kg digunakan dalam keadaan sirkulasi yang berat.Diberikan dosis tinggi, tak menggangu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk pasien dengan kelainan jantung.Untuk induksi dosis 20-50mg/kgBB, rumatan dosis 0,3-1 mg/kgBB/mnt.

2. Etomidat : Etomidat merupakan imidazol karboksilasi yang digunakan untuk induksi anestesi dan teknik anestesi secara seimbang yang tidak boleh diberikan untuk jangka lama. Kelebihan utama dari anestestik ini yaitu depresi kardiovaskular dan respirasi yang minimal.

3. Ketamin : Ketamin menimbulkan anestesi disosiatif yang ditandai dengan kataton, amnesia, dan analgesia. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara menghambat efek membrane eksitator neurotrasmiter asam glutamate pada subtype reseptor.Kurang disenangi karena sering takikardi, HT, hipersalivasi, nyeri kepala. Paska anestesi mual, muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk. Dosis bolus iv 1-2mg/kgBB, im 3-10mg/kgBB.Dikemas dalam cairan bening kepekatan 5%, 10%, 1%.

4. Propofol : Merupakan derivate fenol dengan nama kimia di-iso profil fenol.pertama kali digunakan pada tahun 1977 sebagai obat induksi. Berbentuk cairan berwarna putih seperti susu, tidak larut dalam air dan bersifat asam. Dikemas dalam bentuk ampul, berisi 20ml/ampul, yang mengandung 10mg/ml. pemberian dosis 2mg/kg BB, pemulihan kesadaran berlangsung cepat, pasien akan bangun setelah 4-5 menit tanpa efek samping.Farmakokinetik: Propofol didegradasi di hati melalui metabolisme oksidatif hepatic oleh cytochrome P-450. namun, metabolismenya tidak hanya dipengaruhi hepatic tetapi juga ekstrahepatik. Metabolisme hepatic lebih cepat dan lebih banyak menimbulkan inaktivasi obat dan terlarut air sementara metabolisme asam glukoronat diekskresikan melalui ginjal. kurang dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui urin.

6. Fentanil : merupakan obat narkotik sintetik yang paling banyak digunakan. Mempunyai potensi 1000 kali lebih kuat dari petidin atau 50-100 kali lebih kuat dari morpin.Mulai kerja dan masa kerjanya cepat.Pada awal digunakan sebagai obat analgesia nerolept yang di kombinasikan dengan droperidol.Untuk analgesia dosis, 1-2ug/kg BB, diberikan IM.Untuk induksi anesthesia, 100-200ug/kg BB secara intravena, dan untuk suplemen analgesia, 1-2 ug/kg BB, secara intravena.

b. Intramuscular: Tiopental : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut, efek samping menekan pernafasan.

c. Melalui inhalasi Obat anesthesia inhalasi adalah obat-obat anesthesia yang berupa gas atau cairan mudah menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien. Campuran gas atau uap obat anesthesia dan oksigen masuk melalui aliran udara inspirasi, mengisi seluruhrongga paru, selanjutnya mengalami difusi dari alveoli ke kapiler paru sesuai dengan sifat fisik masing-masing gas.Berdasarkan kemasannya, obat anesthesia umum inhalasi dibagi atas 2 macam:1. Obat anesthesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap, yaitu: 1. Derivat halogen hidro karbona. Halotanb. Trikhloroetilin c. Chloroform2. Derivat etera. Dietil eterb. Metoksifluranc. Enflurand. Isofluran2. Obat anesthesia umum inhalasi yang berupa gasa. Nitrous oksidab. Siklopropan 1. Halotan : Merupakan cairan tidak berwarna, berbau harum tidak mudah terbakar atau meledak, tidak iritatif dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Apabila kena sinar matahari, akan mengalami dekomposisi.Efek sampingnya yaitu dengan menekan pernafasan, aritmia, dan hipotensi. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2,0-3,0% bersama-sama dengan N2O.

2. Isofluran : Merupakan halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak mengandung zat pengawet dan relative tidak larut dalam darah tepi cukup iritatif terhadap jalan nafas sehingga pada saat induksi sering menimbulkan batuk dan tahan nafas. Proses induksi dan pemulihannya relative cepat dibandingkan dengan obat-obat anesthesia inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih lebih lambat dibandingkan dengan sevofluran. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2,0-3,0% bersama N2O.

3. Nitrous Oksida (N2O) merupakan gas tak berwarna, berbau harum manis, tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak tetapi membantu proses kebakaran akibat gas lain. Dalam praktek anesthesia, N2O digunakan sebagai obat dasar dari anesthesia umum inhalasi dan selalu dikombinasikan dengan oksigen dengan perbandingan antaraN2O : O2= 70:30 (pasien normal), 60:40 (untuk pasien yang memerlukan tunjangan oksigen lebih banyak), 50:50 (untuk pasien yang beresiko tinggi).Cara kerja : N2O tidak terikat pada Hb tetapi terikat langsung di plasma, tidak bereaksi dengan jaringan ikat tubuh atau kimia sifat anesthetik yang disebabkannya mungkin karena lepasnya ikatan O2 dari sel-sel otak dengan campuran 20% O2 dan 80% N2O, analgetiknya lebih kuat bila dibandingkan dengan 20% N2O dan 80% O2 sifat anestheticnya pada umumnya cukup dengan perbandingan O2 : N2O (masing-masing 50%)Side efect : mempercepat depresi obat-obat thio pentone terhadap respirasi dapat terjadi ketulian post operatif karena perbedaan daya larut N2O dan N2 di telinga tengah dapat terjadi anastesi yang lama jika terjadi difusi gas ke dalam rongga usus / pleura