analisis yuridis terhadap hilangnya barang dalam …

19
ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM PROSES PENGIRIMAN OLEH PERUSAHAAN PENYELENGGARA JASA PENGIRIMAN Annisa Lucky Ariastuti dan Abdul Salam Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424 Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas tentang salah satu masalah yang terjadi dalam penyelenggaraan jasa pengiriman barang atau jasa kurir di Indonesia. Kasus yang dianalisis adalah sengketa antara Syamsir Agus melawan PT. Birotika Semesta. Dalam kasus ini, barang milik Syamsir Agus dalam proses pengiriman barang yang dilakukan oleh PT. Birotika Semesta. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pihak PT. Birotika Semesta telah melakukan kesalahan dalam menyelenggarakan kegiatan pengiriman barang yang berakhir dengan hilangnya barang milik pengguna jasa mereka. Sebagai pengguna jasa yang dirugikan, maka Syamsir Agus berhak mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum tuntutan ganti rugi terhadap PT. Birotika Semesta. ANALYSIS OF THE LOST PACKAGE ON SHIPMENT PROCESS CAUSED BY COURRIER SERVICE COMPANY Abstract This thesis discusses one of problems that might be arises on the performance of courier services in Indonesia. This study analyzes a case about dispute between Syamsir Agus and PT. Birotika Semesta. In this case, Syamsir Agus’ belonging was lost in the shipment process after he used the services by PT. Birotika Semesta. Based on the results obtained that PT. Birotika Semesta has made a mistake in accomplished their service in delivery of goods that ended with the loss of the service user’s goods. As a user that had been harmed, Syamsir Agus has the right to file a lawsuit for tort and demand for a compensation towards PT. Birotika Semesta. Keywords: Courier Services ; Tort ; Compensation Pendahuluan Usaha jasa pengiriman barang yang jumlahnya kian banyak tentunya dirasakan manfaatnya oleh banyak orang karena memudahkan mereka untuk memberikan barang kepada orang lain, terutama apabila tempat tujuan pengiriman barang tersebut terbilang jauh dari tempat si pengirim berada. Setidaknya terdapat 167 perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa pengiriman ekspres di Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (ASPERINDO) dan tentunya sudah Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM PROSES PENGIRIMAN OLEH

PERUSAHAAN PENYELENGGARA JASA PENGIRIMAN

Annisa Lucky Ariastuti dan Abdul Salam

Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424

Email : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang salah satu masalah yang terjadi dalam penyelenggaraan jasa pengiriman barang atau jasa kurir di Indonesia. Kasus yang dianalisis adalah sengketa antara Syamsir Agus melawan PT. Birotika Semesta. Dalam kasus ini, barang milik Syamsir Agus dalam proses pengiriman barang yang dilakukan oleh PT. Birotika Semesta. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pihak PT. Birotika Semesta telah melakukan kesalahan dalam menyelenggarakan kegiatan pengiriman barang yang berakhir dengan hilangnya barang milik pengguna jasa mereka. Sebagai pengguna jasa yang dirugikan, maka Syamsir Agus berhak mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum tuntutan ganti rugi terhadap PT. Birotika Semesta.

ANALYSIS OF THE LOST PACKAGE ON SHIPMENT PROCESS CAUSED BY COURRIER SERVICE COMPANY

Abstract

This thesis discusses one of problems that might be arises on the performance of courier services in Indonesia. This study analyzes a case about dispute between Syamsir Agus and PT. Birotika Semesta. In this case, Syamsir Agus’ belonging was lost in the shipment process after he used the services by PT. Birotika Semesta. Based on the results obtained that PT. Birotika Semesta has made a mistake in accomplished their service in delivery of goods that ended with the loss of the service user’s goods. As a user that had been harmed, Syamsir Agus has the right to file a lawsuit for tort and demand for a compensation towards PT. Birotika Semesta. Keywords: Courier Services ; Tort ; Compensation Pendahuluan

Usaha jasa pengiriman barang yang jumlahnya kian banyak tentunya dirasakan

manfaatnya oleh banyak orang karena memudahkan mereka untuk memberikan barang

kepada orang lain, terutama apabila tempat tujuan pengiriman barang tersebut terbilang jauh

dari tempat si pengirim berada. Setidaknya terdapat 167 perusahaan swasta yang bergerak di

bidang jasa pengiriman ekspres di Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Jasa

Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (ASPERINDO) dan tentunya sudah

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 2: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

memperoleh izin operasional.1 Berdasarkan data yang diperoleh Komisi Pengawas Persaingan

Usaha (KPPU), tercatat kurang lebih 945 perusahaan jasa kurir yang beroperasi di Indonesia,

dimana sekitar 121 perusahaan beroperasi di wilayah Jabodetabek. Ditambah lagi ternyata

masih banyak perusahaan jasa pengiriman yang belum mengantungi Surat Izin

Penyelenggaraan Jasa Titipan.

Namun, kegiatan usaha pengiriman barang yang dilakukan oleh perusahaan jasa

pengiriman barang atau jasa kurir ini bukannya tidak mengandung risiko. Tak jarang ditemui

barang-barang yang hendak dikirim ke alamat tujuan ternyata mengalami kerusakan atau

bahkan hilang sebelum barang tersebut tiba di alamat si penerima. Salah satu kasus

kehilangan barang dalam kegiatan pengiriman barang oleh jasa kurir yang diperkarakan

sampai ke pengadilan adalah kasus Syamsir Agus melawan PT. Birotika Semesta atau DHL.

Hal tersebut tentunya mengundang permasalahan karena adanya kerugian yang disebabkan

oleh hilangnya barang tersebut sehingga tentunya harus ada pertanggungjawaban dari pihak

yang telah melakukan kesalahan.

Memang, di zaman yang modern ini manusia tidak perlu bersusah payah lagi dalam

mengirim suatu barang. Di samping menghemat tenaga, juga dapat menghemat waktu karena

perusahaan jasa pengiriman dapat mengirim barang dalam waktu yang singkat walau jarak

antara alamat pengirim dan alamat penerima yang terbilang jauh. Hubungan hukum yang

terjadi antara konsumen dengan penyelenggara jasa pengiriman tersebut diikat dalam suatu

perjanjian yaitu perjanjian pengangkutan barang.

Menurut Subekti, perjanjian pengangkutan barang adalah suatu perjanjian dimana satu

pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu tempat ke

tempat lain sedangkan pihak lain menyanggupi untuk membayar ongkosnya.2 Perjanjian

pengangkutan tersebut pada dasarnya bersifat konsensual, yaitu cukup dengan adanya

kesepakatan dari para pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Dalam perjanjian

pengangkutan, pengangkut memiliki kewajiban untuk menyerahkan barang kepada penerima.

Pihak penerima dalam perjanjian ini pada dasarnya merupakan pihak ketiga yang

berkepentingan dalam pengangkutan barang tersebut seperti yang dimaksud dalam Pasal 1317

Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Biasanya ongkos pengangkutan dibayar oleh si

pengirim barang, tetapi ada kalanya juga ongkos itu dibayar oleh orang yang dialamatkan.3

                                                                                                                         1 http://asperindo.org/data-anggota diakses pada tanggal 6 Mei 2014.

2 R. Subekti (a), Aneka Perjanjian, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,1979), hal. 69.

3 R. Subekti (b), Aneka Perjanjian, Ed. Rev. Cet. 10, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 70.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 3: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

Dalam praktiknya di Indonesia ongkos pengangkutan lazimnya dibebankan kepada pihak

pengirim barang.

Selain memudahkan konsumen, sifat manusia yang cenderung ingin melakukan segala

sesuatunya secara praktis di era globalisasi ini ternyata juga mendorong sebagian orang untuk

menjalankan usaha jasa pengiriman barang atau biasa disebut juga dengan jasa kurir. Proses

globalisasi yang semakin lama dan semakin intens ini dapat memberikan implikasi bahwa

setiap negara dituntut untuk lebih mengantisipasi dan beradaptasi dengan kecenderungan

globalisasi dan bisa menuju peradaban manusia (compression of the world) yang semakin

tanpa batas.4 Jika dahulu penyeleggara jasa titipan hanya terbatas oleh Negara saja, sekarang

usaha jasa titipan dapat diselenggarakan badan hukum yang dibentuk berdasarkan hukum

Indonesia melalui Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Nomor KM

38/PT.102/MPPT/2004 tentang Pengusahaan Jasa Titipan, Salah satu dari sekian banyak

badan hukum berbentuk perseroan terbatas yang menyelenggarakan jasa pengiriman barang

adalah DHL, yang di Indonesia dijalankan oleh PT. Birotika Semesta.

Adapun peraturan-peraturan mengenai jasa kurir ini dapat dilihat dalam Keputusan

Menteri Perhubungan Nomor KM 5 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Jasa Titipan.

Pengaturan mengenai jasa titipan ini juga tak bisa dilepaskan dari ketentuan hukum

keperdataan yang juga diatur dalam Pasal 1694 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang

menjelaskan bahwa seorang menerima suatu barang dari orang lain, dengan syarat bahwa ia

akan menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud asal. Dari usaha jasa titipan

tersebut, maka dapat lahir perjanjian pengangkutan yang memberi amanah dari pengirim

barang kepada pengangkut untuk mengirim barang sampai dengan alamat yang ingin dituju si

pengirim.

Namun, tidak dapat dipungkiri usaha jasa kurir ini juga memiliki beberapa risiko.

Risiko yang dimaksud seperti apabila barang yang dititipkan oleh pihak pengirim barang

dalam perjalanannya menuju ke tempat penerima barang mengalami kerusakan seluruhnya

atau sebagian, terlambat dalam penyerahannya, atau bahkan barang tersebut hilang. Risiko

seperti inilah yang harus diwaspadai baik oleh konsumen maupun perusahaan penyelenggara

jasa kurir. Jika hal tersebut terjadi tentunya dapat menimbulkan kerugian bagi berbagai pihak,

baik bagi penyedia jasa pengiriman tersebut serta bagi pihak pengirim maupun penerima

barang selaku konsumen. Dengan kelalaian dalam menyerahkan barang sesuai perjanjian,

                                                                                                                         4 Latif Adam dan Maxensius Tri Sambodo, Infestasi dan Perdagangan Luar Negeri: Dinamika

Globalisasi dan Perannya dalam Pertumbuhan Ekonomi, diambil dari Jurnal Ekonomi dan Pembangunan VOL XVI (2) 2008, (Jakarta: LIPI Pres, 2008), hal. 15-16.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 4: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

pihak penyedia jasa pengiriman harus bersedia menerima konsekuensi apabila tidak dipercaya

lagi oleh konsumennya dalam mengantar barang ke alamat tujuan. Terlebih lagi bagi

konsumen sebagai pengguna jasa pengiriman barang atau jasa kurir, tentunya juga mengalami

kerugian karena barang yang diharapkan diterima dengan utuh dan selamat ternyata tidak

dapat dinikmati secara penuh akibat barang yang diterimanya rusak atau hilang.

Apabila pihak pengangkut lalai dalam penyelenggaraan pengangkutan sehingga

menimbulkan kerugian bagi pihak pengirim, maa pihak pengangkut bertanggung jawab untuk

membayar kerugian tersebut.5 Maka, dalam melakukan kegiatan usahanya, diperlukan tingkat

kehati-hatian yang lebih tinggi. Salah satu kelompok orang-orang dengan tingkat

kewaspadaan yang lebih tinggi dari orang biasanya adalah pengangkut publik, seperti pilot,

nahkoda, masinis, dan termasuk juga ke dalamnya adalah pengangkut barang.6

Hukum perdata mengenal adanya dua bentuk tanggung jawab, yaitu

pertanggungjawaban kontraktual dan pertanggungjawaban perbuatan melawan hukum.7

Sebagaimana diketahui bahwa ada 3 (tiga) kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu

perbuatan hukum karena kesengajaan, perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan, perbuatan

melawan hukum karena kelalaian.8 Perbuatan melawan hukum dengan unsur kelalaian

berbeda dengan perbuatan melawan hukum dengan unsur kesengajaan. Dengan kesengajaan,

ada niat dalam hati dari pihak pelaku untuk menimbulkan kerugian tertentu bagi korban, atau

paling tidak dapat mengetahui secara pasti bahwa akibat dari perbuatannya tersebut akan

terjadi. Akan tetapi, dalam kelalaian tidak ada niat dalam hati dari pihak pelaku untuk

menimbulka kerugian, bahkan mungkin ada keinginannya untuk mencegah terjadinya

kerugian tersebut. Dengan demikian, dalam perbuatan melawan hukum dengan unsur

kesengajaan, niat atau sikap mental menjadi faktor dominan, tapi dalam kelalaian, niat atau

sikap mental tersebut tidak menjadi penting, yang penting dalam kelalaian adalah sikap

lahiriah dan perbuatan yang dilakukan, tanpa terlalu mepertimbangkan apa yang ada dalam

pikirannya.9

                                                                                                                         5 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 1991), hal. 76.

6 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer), Cet. 2, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 84

7 Rosa Agustina, dkk (a), Hukum Perikatan (Law of Obligations), (Denpasar: Pustaka Larasan, 2012), hal. 4.

8 Munir Fuady, op. cit., hal. 71.

9 Ibid., hal. 72-73.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 5: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

Berdasarkan kemungkinan risiko yang terjadi dalam proses pengiriman barang

tersebut, dalam penelitian ini akan dianalisis suatu kasus yang berkaitan dengan hilangnya

barang dalam proses pengiriman barang oleh perusahaan jasa kurir yang terjadi antara

Syamsir Agus melawan PT. Birotika Semesta. Hilang diartikan dengan tidak ada lagi, lenyap,

atau tidak kelihatan.10 Dalam kasus ini Syamsir Agus memilih untuk menggugat PT. Birotika

Semesta dengan dasar gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Barang milik Syamsir Agus yang hilang berupa

satu set PlayStation 3 tipe 160 b warna hitam atau biasa disebut dengan PS3 beserta 1 unit tas

PS 3. Barang tersebut dikirim atas nama Erfan yang merupakan teman dari Syamsir Agus dari

Batam menggunakan jasa pelayanan pengiriman PT. Birotika Semesta atau DHL Indonesia ke

Jakarta. Namun, setelah bungkusan paket yang dikirim dari Batam tersebut diterima dan

dibuka oleh anak Syamsir Agus yang bernama Yasin Ibnu, ternyata yang ada hanya kabel PS3

saja sedangkan PS3 tersebut sendiri hilang. Ternyata peristiwa yang menimpa Syamsir Agus

ini tidak hanya sekali terjadi. Sebelumnya Syamsir Agus dengan menggunakan jasa

pengiriman barang yang sama pernah mengirim sebuah arloji, namun barang tesebut tak

kunjung sampai di alamat penerima barang. Berangkat dari hal tersebut, maka Syamsir Agus

kemudian mengajukan gugatan kepada PT. Birotika Semesta dengan dasar gugatan perbuatan

melawan hukum.

Salah satu hal yang menarik dalam kasus ini adalah jumlah tuntutan ganti kerugian

yang diminta oleh Syamsir Agus kepada PT. Birotika Semesta. Dalam kasus ini, PT. Birotika

Semesta sendiri telah menetapkan suatu peraturan atas kerusakan atau hilangnya barang

konsumen dalam proses pengiriman hanya akan diganti sebesar 10 kali lipat biaya pengiriman

atau paling besar senilai US$ 100. Undang-undang tidak secara lengkap mengatur mengenai

ganti rugi yang timbul dari perbuatan melawan hukum. Oleh karena itu aturan yang dipakai

untuk ganti rugi ini adalah dengan secara analogis menggunakan pengaturan ganti rugi akibat

wanprestasi dalam pasal 1243-1252 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.11 Si penderita

yang mengajukan gugatan untuk menuntut ganti kerugian harus membuktikan besarnya

kerugian yang telah dideritanya. Sehubungan dengan hal tersebut, berlaku pula suatu sendi

bahwa si penderita berkewajiban selama secara wajar dapat diharapkan padanya, untuk

                                                                                                                         10 Departemen Pendidikan Nasional (a), Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka,

2003), hal. 401.

11 Rosa Agustina (b), Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), hal. 20.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 6: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

membatasi tuntutan kerugian.12 Maka dalam hukum perdata pun tetap diterapkan ajaran

kausalitas, yang berguna untuk meneliti adakah hubungan kausal antara perbuatan melawan

hukum dan kerugian yang ditimbulkan, sehingga si pelaku dapat dipertanggungjawabkan.13

Untuk itu penelitiab ini memiliki pokok permasalahan: 1) Bagaimanakah suatu

kehilangan barang dalam proses pengiriman oleh perusahaan jasa pengiriman dapat

dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum? ; 2)Bagaimanakah pengaturan tentang

ganti rugi yang sesuai apabila suatu barang hilang dalam proses pengiriman? ; serta 3)

Apakah tepat pertimbangan hakim dalam Putusan Nomor 2285/K/Pdt/2011?

Tinjauan Teoritis

Dalam tulisan ini, Penulis memberikan pengertian terhadap istilah-istilah yang

digunakan sebagai berikut:

1. Barang

Barang seperti yang diartikan dalam UU No. 8 Tahun 1999 adalah setiap benda baik

berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupu tidak bergerak, dapat

dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai,

deipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.14

2. Angkutan

Angkutan dalam hal ini adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke

tempat lain menggunakan kendaraan.15

3. Penyelenggaraan Jasa Titipan

Penyelenggaraan jasa titipan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menerima,

membawa, menyampaikan paket, uang, dan suratpos jenis tertentu dalam bentuk

                                                                                                                         12 Ibid, 82.

13 Ibid, 91.

14 Indonesia (a), Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999: LN. th. 1999 No. 42. TLN. No. 3821, Pasal 1 angka 2.

15Indonesia (b), Undang-Undang Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-undang No. 14 Tahun 1992. LN. th. 1992 No. 49. TLN. No. 3480, Pasal 1 angka 2.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 7: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

barang cetakan, surat kabar, sekogram, bungkusan kecil dari pengirim kepada

penerima dengan memungut biaya.16

4. Biaya Angkut

Biaya angkut artinya di sini adalah ongkos pengiriman barang keluar yang dibebankan

kepada pengirim.17

5. Airbill

Airbill disini diartikan sebagai bukti penerimaan barang dan perjanjian untuk

mengantarkan barang melalui udara.18

6. Pengangkutan

Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim

dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang

dan atau orang lain dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat,

sedangkan pengirim mengikatkan diri atau membayar angkutan.19

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif20, yaitu

penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka, atau disebut juga dengan

penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka, atau disebut juga dengan

penelitian kepustakaan, yaitu tata cara pengumpulan data yang berasal dari bahan-bahan

literatur atau kepustakaan, peraturan perundang-undangan terkait, tulisan, atau riset dari

penelitian hukum.21 Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data

sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier, yaitu:

                                                                                                                         16 Indonesia (c), Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 5 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Jasa

Titipan, Pasal 2.

17 Departemen Pendidikan Nasional (b), Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1990), hal. 113.

18 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, seventh edition, (United States of America: West Publishing CO, 1999), hal. 70.

19 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 5. Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2000), hal. 1.

20 Sri Mamudji, et. al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 2.

21 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada), hal. 23-25.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 8: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang mempunyai kekuatan mengikat, dan

terdiri dari norma atau kaedah dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-

undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, yurisprudensi, traktat, dan

bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku. Dalam

penulisan ini bahan hukum primer yang digunakan adalah Ordonansi

Pengangkutan Udara Stb. 1939:100, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 5

Tahun 2005 tentang Jasa Titipan, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab

Undang-undang Hukum Dagang, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Undang-

undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan

Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Perairan, dan Peraturan

Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dengan bahan

hukum primer dan dapat membantu menganalisa, memahami, dan menjelaskan

bahan hukum primer, yang anyara lain erupa buku, artikel dari majalah ilmiah, dan

artikel dari internet. Dalam penulisan ini bahan hukum sekunder yang digunakan

adalah artikel-artikel makalah, buku-buku, jurnal-jurnal, skripsi, dan data dari

internet.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan atau bahan hukum primer dan sekunder, seperti ensiklopedia atau

kamus. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam pnelitian ini antara lain adalah

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Black’s Law Dictionary, Kamus Istilah Hukum

Belanda-Indonesia.

Jika dilihat dari sifatnya, penulisan skripsi ini termasuk dalam penelitian eksplanatoris.

Penelitian eksplanatoris adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau

menjelaskan lebih dalam suatu gejala.22 Menurut ilmu yang digunakan penelitian ini

merupakan penelitian monodisipliner yang hanya didasarkan pada satu disiplin ilmu, yaitu

ilmu hukum. Sedangkan dalam hal analisis data, maka penulis menggunakan metode

kualitatif yaitu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, apa yang

dinyatakan oleh sasara penelitian yang bersangkutan dinyatakan secara tertulis atau lisan dan

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           

22 Mamudji, op. cit., hal. 4.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 9: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

perilaku nyata.23 Alat pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah studi dokumen yang ada seperti peraturan perundang-undangan, buku, makalah,

artikel, jurnal, internet serta kamus hukum, dan kamus bahasa Indonesia.

Hasil Penelitian

Hubungan hukum di antara pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan pengiriman

barang lahir jika ada suatu perjanjian di antara para pihak. Perjanjian tersebut dibuat di suatu

akta misalnya dokumen pengangkutan atau pengiriman barang. Hubungan hukum yang terjadi

antara pengangkut dengan pihak pengirim dimulai dengan adanya suatu perjanjian

pengangkutan. Dalam membuat suatu perjanjian tentu harus memenuhi syarat sah perjanjian

seperti dimaksud dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, agar para pihak

tunduk pada klausula-klausula yang ada dalam perjanjian tersebut. Dipenuhinya klausula-

klausula perjanjian berdasarkan kesepakatan para pihak ini juga sesuai dengan asas

konsensual dalam perjanjian. Dengan persetujuan atau kesepakatan para pihak untuk tunduk

pada pokok-pokok perjanjian tersebut, maka di saat itulah perjanjian pengangkutan itu lahir.

Pengangkut memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pengangkutan, menjaga

barang yang diangkut sampai barang tersebut sampai kepada penerima dengan dalam keadaan

sebaik-baiknya. Hal tersebut sesuai pula dengan Pasal 1235 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata yang berbunyi:

“Dalam perikatan untuk memberikan sesuau, termaktub kewajiban untuk

menyerahkan barang yang bersangkutan dan untuk merawatnya sebagai

seorang kepala rumah tangga yang baik, sampai saat penyerahan.”

Dari perjanjian pengangkutan yang telah lahir dari kesepakatan para pihak, maka

selanjutnya perjanjian itu berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuat

perjanjian tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang

Hukum Perdata.

Kewajiban perusahaan pengangkutan dengan jasa kurir tersebut juga diimbangi dengan

hak atas biaya pengangkutan yang diterima dari pengirim atau penerima. Dalam perjanjian

                                                                                                                         23 Ibid., hal. 67.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 10: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

pengangkutan dapat diperjanjikan biaya akan dibayar sebelum barang dikirim oleh pengirim

atau pada saat barang-barang diterima yang biayanya nanti akan dibayar oleh penerima.

Selanjutnya mengenai risiko kerugian yang akan timbul, sistem pertanggungjawaban

yang digunakan dalam bidang hukum pengangkutan adalah tanggung jawab berdasarkan

kesalahan (based on fault liability). Pada prinsip ini pengangkut yang melakukan kesalahan

dalam pengangkutan harus bertanggung jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat

kerugiannya. Adapun dalam prinsip ini pihak yang harus membuktikan bahwa ada kesalahan

dari si pengangkut adalah pihak yang dirugikan sehingga beban pembuktian bukanlah pada

pengangkut. Pengaturan mengenai tanggung jawab berdasarkan kesalahan ini secara umum

terdapat dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata tentang perbuatan melawan

hukum. Sedangkan aturan khususnya diatur dalam undang-undang tersendiri mengenai

kegiatan pengangkutan dan pengiriman barang ini.

Prinsip tanggung jawab yang terdapat dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata menekankan bahwa setiap orang yang melakukan perbuatan melawan hukum

terhadap orang lain wajib mengganti kerugian kepada orang yang dirugikan tersebut.

Seseorang tidak dapat dikatakan serta-merta telah melakukan perbuatan melawan hukum,

kecuali jika perbuatannya telah memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum seperti

yang dimaksud dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata sebagai berikut:

1. Adanya suatu perbuatan, baik itu bersifat aktif maupun pasif.

2. Perbuatan tersebut melawan hukum.

3. Adanya kesalahan yang timbul dari perbuatan pelaku.

4. Adanya kerugian yang diderita oleh korban.

5. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dari pelaku dengan kerugian

yang diderita korban.

Untuk dapat menyatakan seseorang telah melakukan perbuatan melawan hukum,

unsur-unsur tersebut di atas harus dipenuhi. Dalam pembuktian dengan tanggung jawab

berdasarkan kesalahan sendiri sangat penting untuk membuktikan unsur kesalahan. Maka dari

itu yang berkewajiban untuk membuktikan bahwa pengangkut telah melakukan kesalahan

sehingga menimbulkan kerugian adalah pihak yang dirugikan dalam hal ini adalah penggugat.

Bila penggugat gagal membuktikan salah satu dari elemen-elemen tersebut, maka tuntutannya

akan menjadi gagal.24

                                                                                                                         24 Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan Udara

Internasional dan Nasional, (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1989), hal. 26.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 11: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

Jika telah terbukti telah melakukan perbuatan melawan hukum, maka sudah

sepatutnya bagi pelaku untuk mengganti kerugian kepada si korban. Dalam hal ganti

kerugian, sistem tanggung jawab dalam hal pengiriman barang mengkombinasikan sistem

tanggung jawab Based on Fault Liability dengan Limitation of Liability. Karena perusahaan

pengangkut dianggap bersalah, maka sebagai imbalan perusahaan pengangkut tersebut berhak

menikmati batas maksimum ganti kerugian yang telah ditetapkan dalam konvensi atau

peraturan perundang-undangan, artinya berapa pun kerugian yang diderita oleh penumpang

dan/atau barang, perusahaan tidak akan bertanggung jawab membayar semua kerugian yang

diderita oleh penumpang dan/atau pengirim barang, melainkan ganya membayar sejumlah

yang ditetapkan di dalam konvensi atau peraturan perundang-undangan. Prinsip Limitation of

Liability membuat tanggung jawab pengangkut dibatasi sampai limit tertentu.

Kerugian yang dialami oleh korban akibat adanya suatu perbuatan melawan hukum

selain dapat berupa kerugian materil, yurisprudensi juga mengakui keberadaan kerugian

immaterial yang dinilai dengan uang. Kerugian immaterial yang dimaksud itu seperti

kehilangan kesenangan hidup, ketakutan, dan sebagainya. Dengan demikian, hal-hal yang

dapat digugat berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah:25

1. Pengrusakan barang (menimbulkan kerugian materiil). 2. Gangguan (hinder), menimbulkan kerugian immaterial yaitu mengurangi

kenikmatan atas sesuatu. 3. Menyalahgunakan hak orang, menggunakan barang miliknya sendiri tanpa

kepentingan yang patut, tujuannya untuk kepentingan orang lain.

Dengan mengetahui ganti kerugian apa saja yang dapat digugat oleh korban dari

perbuatan melawan hukum, maka kerugian harus diambil dalam arti yang luas, tidak hanya

mengenai kekayaan harta benda seseorang, melainkan juga mengenai kepentingan-

kepentingan lain daripada seorang manusia, yaitu tubuh, jiwa, dan kehormatan seseorang.26

Dalam menentukan seberapa besar ganti kerugian yang pantas bagi korban, hakim

berpedoman pada yurisprudensi yang telah tetap melalui keputusan yang dibuat oleh

Mahkamah Agung No. 23 Mei 1970 No. 610 K/Sip/1968 pada tanggal 23 Mei 1970, yang di

antaranya memuat pertimbangan sebagai berikut:27

                                                                                                                         

25 Munir Fuady, op. cit., hal. 62.

26 Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum (Bandung: Sumur Bandung, 1976), hal. 22.

27 Yurisprudensi Indonesia diterbitkan Mahkaah Agung terbitan II/1970 Chidir Ali, Yurisprudensi

Indonesia tentang perbuatan melawan hukum, hal. 21, dikutip oleh M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan

Melawan Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita), 1982, hal. 74.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 12: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

“Meskipun tuntutan ganti kerugian jumlahnya dianggap tidak pantas, sedang penggugat mutlak menuntut sejumlah itu, hakim berwenang untuk menetapkan berapa sepantasnya harus dibayar, hal ini tidak melanggar pasal 173 (3) H.I.R (ex aqueo et bono)”.

Pembahasan

Kasus posisi dari kasus yang dianalisis adalah mengenai barang yang hilang oleh

perusahaan jasa kurir. Adapun para pihak dalam perkara ini yaitu Syamsir Agus yang

selanjutnya disebut sebagai Penggugat. Dalam perkara ini ia mengajukan gugatan perkara

perdata biasa ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sedangkan di pihak Tergugat sendiri

adalah PT. Birotika Semesta / DHL Indonesia. Penggugat merupakan pemilik barang berupa

PlayStation 3 yang ingin mengirimkan barangnya ke alamat rumahnya di Jakarta dengan

meminta bantuan temannya untuk mengirimkan barang tersebut menggunakan jasa kurir.

Sesampainya di alamat tujuan ternyata tasnya ternyata tidak diterima dalam keadaan utuh oleh

penerima karena Playstation 3 tersebut telah hilang dan yang tersisa hanya tasnya saja. Atas

kejadian tersebut akhirnya Penggugat mengajukan gugatan perkara perdata biasa dengan

dasar gugatan perbuatan melawan hukum kepada PT. Birotika Semesta selaku perusahaan

operator jasa pengiriman DHL di Indonesia.

Pada pengadilan tingkat pertama, Majelis Hakim melalui putusan nomor

1405/Pdt.G/2009/Jkt.Sel menjatuhkan putusan untuk mengabulkan gugatan dari Penggugat

sebagian. Adapun gugatan yang dikabulkan oleh Majelis Hakim adalah menyatakan

Tergugat/PT. Birotika Semesta telah melakukan perbuatan melawan hukum dan menghukum

Tergugat untuk membayar sejumlah ganti rugi yang ditetapkan oleh Majelis Hakim serta

membayar biaya perkara. Sedangkan gugatan dari Syamsir Agus yang ditolak oleh Majelis

Hakim adalah tuntutan ganti rugi kepada PT. Birotika Semesta Rp 1.056.589.000,00 (satu

miliyar lima puluh enam juta lima ratus delapan puluh sembilan ribu rupiah), yang akhirnya

hanya dikabulkan oleh Majelis Hakim sebesar Rp 6.589.000,00 (enam juta lima ratus delapan

puluh sembilan ribu rupiah). Selanjutnya Syamsir Agus mengajukan upaya banding ke

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang menguatkan putusan pengadilan negeri melalui putusan

nomor 292/Pdt/2010/PT.DKI. Kemudian Syamsir Agus mengajukan upaya hukum kasasi

yang berakhir dengan ditolaknya permohonan kasasi oleh Syamsir Agus sehingga

menguatkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta melalui Putusan Mahkamah Agung Nomor

2285 K/Pdt/2011 tertanggal 23 Februari 2012.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 13: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

Menurut analisis Penulis unsur-unsur perbuatan melawan hukum dalam perbuatan

Tergugat sudah terpenuhi, maka sudah tentu ada kerugian yang harus dibayarkan oleh

Tergugat kepada Penggugat. Sesuai dengan Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

yang menentukan bahwa pelaku perbuatan melawan hukum wajib membayar ganti rugi

kepada pihak yang dirugikan. Selanjutnya sebagai pedoman mengenai ganti kerugian dalam

perbuatan melawan hukum, Pasal 1371 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata

menyebutkan bahwa penggantian kerugian dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua

belah pihak dan menurut keadaan. Di samping itu Hakim juga harus memperhatikan berat

ringannya penghinaan, begitu pula pangkat, kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak,

dan pada keadaan.

Karena dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak pernah diatur mengenai

besaran kerugian yang dapat diminta, maka dalam perkembangannya di Indonesia

Mahkamah Agung mengeluarkan Putusan No. 610K/Sip/1968 tanggal 23 Mei 1970 yang

selanjutnya menjadi yurisprudensi yang tetap. Salah satu pertimbangannya mengenai tuntutan

ganti rugi itu adalah sebagai berikut:28

“Meskipun tuntutan ganti kerugian jumlahnya dianggap tidak pantas, sedang penggugat mutlah menggugat sejumlah itu, hakim berwenang untuk menetapkan berapa sepantasnya harus dibayar, hal ini tidak melanggar Pasal 178 ayat (3) HIR (ex aqueo et bono).”

Dalam hal timbulnya kerugian yang disebabkan oleh hilangnya barang dalam proses

pengiriman, maka pertanyaan yang tak luput dari perhatian adalah siapa pihak yang harus

bertanggung jawab atas kehilangan barang tersebut. Dalam kasus ini, tidak disebutkan atau

dijelaskan bagaimana barang milik Syamsir Agus dapat hilang saat proses pengiriman yang

dilakukan oleh PT. Birotika Semesta sebegai penyelenggara jasa pengiriman. Walau tidak

dijelaskan bagaimana dan di mana tepatnya barang milik Syamsir Agus hilang, namun di

beberapa peraturan perundang-undangan mengenai angkutan disebutkan bahwa kerugian yang

dialami atas hilangnya suatu barang menjadi tanggung jawab penyelenggara pengangkutan

barang.

Di samping itu, untuk menilai jumlah ganti rugi terhadap barang yang hilang dalam

proses pengangkutan maka juga harus melihat nilai barang tersebut. Pada umumnya setiap

barang yang diangkut tercantum mengenai jenis barang dan cirri-cirinya dalam dokumen

                                                                                                                         28 Chidir Ali, Yurisprudensi Indonesia tentang Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Mahkamah

Agung, 1971), hal. 21.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 14: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

pengangkutan. Namun, untuk kargo biasanya tidak disertai dengan dokumen pengangkutan

karena barang tersebut merupakan barang yang dibawa oleh penumpang angkutan. Dalam hal

kargo yang hilang, maka nilai ganti kerugian dapat didasarkan pada perkiraan terhadap jenis-

jenis barang yang mungkin diangkut sebagai kargo.

Dalam kasus ini, Majelis Hakim dalam poin ke-14 pertimbangannya menyatakan

bahwa Syamsir Agus berhak mendapat ganti rugi dari PT. Birotika Semesta sebesar Rp

6.589.000,00 (enam juta lima ratus delapan puluh sembilan ribu rupiah). Jumlah tuntutan

ganti rugi yang dikabulkan oleh Majelis Hakim tersebut merupakan jumlah ganti rugi yang

harus dibayar oleh PT. Birotika Semesta atas harga barang PlayStation 3 yang hilang dan

ongkos pengirimannya. Sedangkan, jumlah ganti rugi yang dituntut oleh Syamsir Agus

selebihnya ditolak oleh Majelis Hakim dengan alasan tuntutan ganti rugi immateriil sebesar

Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidaklah rasional.

Dalam pertimbangannya lebih lanjut lagi yaitu pada poin 12, Majelis Hakim

menyatakan bahwa mengenai biaya pihak ketiga (kuasa hukum Syamsir Agus) tidak

dibenarkan dihitung dalam kerugian materiil Penggugat. Hal tersebut didasarkan pada putusan

Mahkamah Agung yang telah menjadi yuriprudensi melalui Putusan No. 983K/Sip/1973

tanggal 11 September 1975 yang pada intinya menyatakan bahwa:

“Karena HIR tidak mengharuskan adanya penguasaan kepada advokat, tuntutan tentang upah pengacara ditambah 10% incasso29 ditambah komisi ditambah 20% pajak penjualan incasso komisi tidak dapat dikabulkan”

Terhadap pertimbangan di atas, penulis sependapat bahwa seharusnya Syamsir Agus

tidak menuntut ganti rugi atas biaya yang ia keluarkan untuk menggunakan jasa pihak ketiga.

Karena di dalam HIR juga tidak menentukan untuk mengajukan gugatan perkara perdata

harus dengan bantuan jasa advokat. Penggunaan jasa advokat pada dasarnya berupa hak,

bukanlah suatu kewajiban. Sehingga konsekuensi penggunaan hak tersebut seharusnya

menjadi suatu risiko yang ditanggung oleh pengguna jasa itu sendiri. Sehingga tidak tepat

                                                                                                                         29N.E. Algra, dkk, Kamus Istilah Hukum Belanda-Indonesia,(Jakarta: Binacipta, 1983), hal. 210.

Incasso adalah pemungutan suatu tagihan uang. Sebelum beralih pada penuntutan di muka hakim, kreditur akan mencoba lebih dahulu memperoleh tagihannya dengan jalan damai. Biaya pemungutan tagihan (biasanya sekurang-kurangnya 10% dari jumlah yang dipungut) pada dasarnya menjadi tanggungan orang yang memberikan perintah untuk memungut. Tetapi ada kemungkinan untuk mengadakan persetujuan pada penutupan pada penutupan perjanjian dengan pihak lawan, bahwa semua biaya, yang timbul karena pembayaran yang tidak pada waktunya, harus dibayarkan oleh orang yang menanggung pembayaran itu.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 15: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

apabila Syamsir Agus menuntut PT. Birotika Semesta untuk mengganti biaya pihak ketiga

yang sudah dikeluarkan oleh Syamsir Agus.

Dalam tuntutan ganti rugi immateriil, Majelis Hakim dalam pertimbangannya menolak

tuntutan ganti rugi immateriil yang diminta oleh Syamsir Agus sebesar Rp 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) dengan alasan jumlah tuntutan ganti rugi tersebut tidak rasional.

Menurut penulis, pertimbangan Majelis Hakim memang benar adanya. Walaupun Syamsir

Agus secara nyata mengalami kerugian atas hilangnya PlayStation 3 miliknya, namun terasa

berlebihan apabila Syamsir Agus menuntut ganti rugi sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah). Memang tuntutan atas kerugian immateriil didasarkan pada kerugian moriil yang

diderita korban yang salah satunya adalah kehilangan kesenangan hidup dan sulit dihitung

dengan satuan nilai uang. Namun, penulis merasa bahwa kerugian moriil yang diderita

Syamsir Agus tidak seimbang dengan besarnya tuntutan ganti rugi immateriil yang diminta

oleh Syamsir Agus. Sehingga dalam hal ini penulis sependapat dengan Majelis Hakim yang

menolak tuntutan ganti rugi immateriil yang diajukan oleh Syamsir Agus.

Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab-bab sebelumnya,

penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kasus yang penulis analisis terjadi di antara Syamsir Agus melawan PT. Birotika

Semesta, dimana barang milik Syamsir Agus berupa PlayStation 3 hilang saat proses

pengiriman yang dilakukan oleh PT. Birotika Semesta. Hilangnya barang dalam proses

pengiriman oleh perusahaan penyelenggara jasa pengiriman sebagai suatu perbuatan

melawan hukum didasarkan pada Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

dimana setiap orang yang melakukan perbuatan melawan hukum yang membawa

kerugian bagi orang lain, maka ia wajib mengganti kerugian terhadap orang yang

dirugikan tersebut. Baik itu dengan sengaja ataupun tidak sengaja, dengan hilangnya

barang milik pengguna jasa pegiriman barang menandakan bahwa penyelenggara jasa

pengiriman barang tersebut tidak melakukan kegiatannya dengan teliti dan hati-hati.

Maka sudah tentu ia telah melakukan kesalahan dan menimbulkan kerugian bagi orang

lain, terutama bagi pemilik barang tersebut. Dengan demikian, kehilangan barang dalam

proses pengiriman oleh perusahaan jasa pengiriman dapat dikatakan sebagai perbuatan

melawan hukum sekalipun itu tidak disertai dengan kesengajaan.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 16: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

2. Dengan terbuktinya Tergugat bahwa mereka telah melakukan perbuatan melawan hukum,

maka tuntutan ganti rugi Penggugat pun sudah sepatutnya dikabulkan. Adapun

pengaturan ganti rugi terhadap barang yang hilang dalam proses pengiriman oleh

perusahaan jasa pengiriman barang umumnya memang sudah ditetapkan dalam aturan

atau klausula baku yang tercantum dalam perjanjian yang ada di bukti pengiriman (air

waybill) yang nantinya akan ditandatangani oleh pihak pengirim. Penyelenggara jasa

pengiriman barang biasanya membedakan ganti kerugian atas barang kiriman yang

diasuransikan dengan barang kiriman yang tidak diasuransikan. Namun, umumnya

klausula tersebut dibuat secara sepihak tanpa meminta kata sepakat dari pihak pengirim,

sehingga sifatnya menjadi baku karena tidak dapat diubah sesuai dengan kesepakatan

antara pihak pengirim dan penyelenggara jasa pengiriman tersebut. Mengenai klausula

baku itu sendiri sudah diatur di dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, tepatnya pada Bab V tentang Ketentuan Pencantuman Klausula

Baku. Khususnya padal Pasal 18 ayat (1) huruf g dinyatakan bahwa pelaku usaha dalam

menawarkan barang dan/atau jasa dilarang mencantumkan klausula baku yang

menyatakan bahwa konsumen tunduk pada peraturan yang dibuat sepihak oleh pelaku

usha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya. Adapun akibat dari

dilanggarnya ketentuan tersebut menurut Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah klausula baku tersebut dinyatakan batal

demi hukum. Jika berpedoman pada ketentuan di atas tersebut, maka klausula-klausula

yang terdapat dalam bukti pengiriman tersebut menjadi batal demi hukum dan tidak dapat

digunakan dalam hal terjadi masalah saat proses pengiriman barang.

3. Oleh karena hilangnya barang dalam proses pengiriman oleh perusahaan jasa pengiriman

barang telah dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan melawan hukum, maka pengaturan

tentang ganti ruginya didasarkan pada ketentuan yang terdapat dalam Kitab Undang-

undang Hukum Perdata. Dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata sendiri

walau menentukan bahwa pelaku perbuatan melawan hukum wajib mengganti kerugian

pada orang lain yang dirugikan, namun tidak diatur secara lengkap mengenai tuntutan

ganti rugi akibat perbuatan melawan hukum. Selanjutnya hanya disebutkan dalam Pasal

1371 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata bahwa ganti kerugian dinilai

menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak dan menurut keadaan. Mengenai

ganti kerugian atas barang yang hilang tersebut, maka dapat didasarkan pada nilai harga

barang yang hilang tersebut disertai dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan

sehubungan dengan pengiriman barang tersebut. Tuntutan ganti rugi immateriil

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 17: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

dimungkinkan, dengan syarat bahwa jumlah tuntutan tersebut masih dalam taraf yang

wajar dan seimbang dengan kerugian moriil yang diderita korban. Seperti yang tertuang

dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 610K/Sip/1968 tanggal 23 Mei 1970 yang

intinya menyatakan bahwa hakim berwenang untuk menetapkan jumlah ganti rugi yang

sepantasnya harus dibayar, apabila pihak penggugat menuntut ganti rugi yang jumlahnya

dianggap tidak pantas. Mengenai besaran ganti rugi yang dibayar, memang tidak ada

jumlah yang rigid yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Namun, dalam

beberapa peraturan perundang-undangan tentang pengangkutan barang baik itu melalui

darat, air, ataupun udara menyebutkan bahwa ganti rugi atas barang yang musnah, rusak,

atau hilang besarnya dinilai dengan harga barang tersebut.

4. Pertimbangan Hakim dalam kasus ini menurut penulis memang sudah tepat. Hakim

dengan cermat tetap menyatakan bahwa Syamsir Agus merupakan pihak yang berhak

untuk mengajukan gugatan kepada PT. Birotika Semesta meskipun dalam air waybill

tertulis bahwa yang bertindak sebagai pengguna jasa PT. Birotika Semesta adalah M.

Erfan. Hakim sudah mempertimbangkan dengan cukup jelas mengenai hal tidak dapat

berlakunya ketentuan ganti rugi yang ditentukan secara sepihak oleh pihak PT. Birotika

Semesta dalam perjanjian pengiriman sehingga Syamsir Agus dapat menuntut ganti rugi

di luar dari yang ada dalam perjanjian pengiriman tersebut. Walaupun telah dinyatakan

bahwa PT. Birotika Semesta telah melakukan perbuatan melawan hukum sehingga harus

mengganti kerugian kepada Syamsir Agus, namun Hakim dalam pertimbangannya tetap

bersikap adil kepada kedua belah pihak. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah tuntutan

ganti rugi yang harus dibayarkan kepada Syamsir Agus hanya diterima sebagian dengan

alasan-alasan yang rasional juga disertai dengan dasar putusan Mahkamah Agung RI

yang telah menjadi yurisprudensi tetap. Sehingga tuntutan ganti rugi Syamsir Agus

sebagai Penggugat tetap terpenuhi namun tidak mengabaikan kepentingan PT. Birotika

Semesta pula untuk tidak membayarkan apa yang bukan merupakan kesalahan mereka.

Saran

Bagi pelaku usaha yang bergerak dalam jasa pengiriman barang, harus melaksanakan

kegiatannya dengan jujur dan transparan. Jika terdapat kehilangan barang milik konsumen,

agar melaksanakan prosedur pencarian barang tersebut dengan sungguh-sungguh. Kepada

pelaku usaha khususnya yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang hendaknya lebih

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 18: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

berhati-hati dan bertanggung jawab atas barang yang telah diamanahkan untuk dikirim ke

alamat tujuan, agar tercipta hubungan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak:

konsumen dapat merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dan bagi pelaku usaha sendiri

juga mendapatkan kepercayaan dari konsumen sehingga jasanya akan terus digunakan.

Sebaliknya, untuk pengguna jasa pengiriman barang atau konsumen sebaiknya lebih teliti dan

hati-hati dalam memilih dan menggunakan jasa pengiriman barang, serta membaca terlebih

dahulu ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam perjanjian pengiriman agar tidak tertipu

dan mengakibatkan kerugian bagi konsumen sendiri. Terakhir untuk pihak pemerintah agar

mengawasi pelaku usaha baik perusahaan kecil maupun perusahaan yang sudah mempunyai

nama besar agar memberi pelayanan dengan standar yang baik dan sesuai dengan ketentuan

hukum yang berlaku.

Daftar Referensi

Buku

Agustina, Rosa. Perbuatan Melawan Hukum. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, 2003.

Agustina, Rosa, dkk. Hukum Perikatan (Law of Obligations). Denpasar: Pustaka Larasan,

2012.

Ali, Chidir. Yurisprudensi Indonesia tentang Perbuatan Melawan Hukum. Jakarta: Mahkamah

Agung, 1971. Djojodirdjo, M.A. Moegni. Perbuatan Melawan Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita, 1982.

Subekti, R. Aneka Perjanjian. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,1979.

Subekti, R. Aneka Perjanjian. Ed. Rev. Cet. 10, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995.

Mamudji, Sri, et. al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 1991.

Fuady, Munir. Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer). Cet. 2. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2005.

Prodjodikoro, Wirjono. Perbuatan Melanggar Hukum. Bandung: Sumur Bandung, 1976.

Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang. Cet. 5. Jakarta: Djambatan, 1995.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat.

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014

Page 19: ANALISIS YURIDIS TERHADAP HILANGNYA BARANG DALAM …

Wiradipradja, Saefullah. Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan Udara

Internasional dan Nasional. Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1989.

Artikel

Adam, Latif dan Maxensius Tri Sambodo. Infestasi dan Perdagangan Luar Negeri: Dinamika

Globalisasi dan Perannya dalam Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Ekonomi dan

Pembangunan VOL XVI (2) 2008. Jakarta: LIPI Pres, 2008.

Peraturan Perundang-undangan

Indonesia. Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, UU No. 14 Tahun 1992,

Lembaran Negara Nomor 49, Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480.

Indonesia. Undang-Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, Lembaran

Negara Nomor 42, Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821.

Indonesia. Peraturan Menteri Perhubungan tentang Penyelenggaraan Jasa Titipan, Peraturan

Menteri Perhubungan No. KM 5 Tahun 2005.

Kamus

Algra, N.E., dkk. Kamus Istilah Hukum Belanda-Indonesia. Jakarta: Binacipta, 1983.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai

Pustaka, 1990.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai

Pustaka, 2003.

Garner, Bryan A. Black’s Law Dictionary. Seventh Edition. United States of America: West

Publishing CO, 1999.

Internet

http://asperindo.org/data-anggota. Diakses tangal 6 Mei 2014.

Analisis yuridis…, Annisa Lucky Ariastuti, FH UI, 2014