analisis usulan pengenaan bea keluar atas ekspor mete...

43
Analisis Usulan Pengenaan Bea Keluar Atas Ekspor Mete Gelondong Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Jakarta 2014

Upload: lamlien

Post on 02-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Analisis Usulan Pengenaan Bea Keluar Atas Ekspor Mete Gelondong

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri

Jakarta – 2014

Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Badan Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan RI Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Gedung Utama Lt. 16 Telp. +62 21 2352 8683 Fax. +62 21 2352 8693

i

KATA PENGANTAR

Kajian ini merupakan kajian jangka pendek yang menjadi salah satu kegiatan pada

Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Perdagangan. Tujuan kajian ini adalah melakukan analisis terhadap usulan

pengenaan Bea Keluar atas ekspor mete gelondong. Usulan pengenaan Bea Keluar atas

ekspor mete gelondong dilatarbelakangi oleh surat yang disampaikan oleh PT. Comextra

Majora No. 0563/SRK/CM/IV/10 tanggal 26 April 2010 tentang Bea Keluar Ekspor Jambu

Mete Gelondong. Usulan lain juga diajukan oleh Paguyuban Pengusaha dan Pengrajin

Mete Wonogiri (GUYUBRAME) melalui surat dengan nomor 018/UM-Grm/III/2011

tertanggal 2 Maret 2011. Usulan dari GUYUBRAME adalah pemberian regulasi yang lebih

tegas dan mampu memberikan stimulus bagi berkembangnya dunia usaha dan industri

serta keluarkannya regulasi Pemerintah untuk memberikan larangan ekspor mete

gelondong.

Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri telah melakukan kajian singkat mengenai

usulan pengenaan Bea Keluar (BK) atas ekspor mete gelondong pada tahun 2011, namun

dirasa perlu untuk kembali mengajukan usulan pengenaan Bea Keluar atas ekspor mete

gelondong pada tahun 2014 ini karena mete adalah produk yang memiliki manfaat sosial

dan ekonomi tinggi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak untuk tahap pengembangan dan

penyempurnaan kajian ini di masa datang. Besar harapan penulis bahwa informasi sekecil

apapun yang terdapat dalam kajian ini dapat memberikan manfaat dan menambah

wawasan bagi para pembaca.

Jakarta, Maret 2014

Tim Kajian

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... I

DAFTAR ISI ................................................................................................................... II

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ III

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ IV

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1.1. LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 1

1.2. TUJUAN PENELITIAN .................................................................................................... 4

1.3. RUANG LINGKUP KAJIAN .............................................................................................. 4

1.4. METODOLOGI KAJIAN .................................................................................................. 4

PERDAGANGAN LUAR NEGERI METE DAN OLAHANNYA ................................................ 5

2.1. KINERJA EKSPOR DAN IMPOR METE INDONESIA ................................................................ 5

2.2. PETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL ........................................................................... 11

2.2.1. METE GELONDONG ................................................................................................... 11

2.2.2. METE KUPAS ........................................................................................................... 13

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN............................................................................ 14

3.1. ANALISIS DAYA SAING................................................................................................ 14

3.1.1. METE GELONDONG ................................................................................................... 14

3.1.2. METE KUPAS ........................................................................................................... 17

3.2. HASIL SURVEI ........................................................................................................... 21

3.3. ANALISIS RANTAI NILAI INDUSTRI METE ........................................................................ 30

3.4. USULAN PENGENAAN BEA KELUAR METE GELONDONG .................................................... 33

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................................................................. 34

4.1. KESIMPULAN ............................................................................................................ 34

4.2. REKOMENDASI ......................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 37

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Produsen Utama Mete Gelondong Dunia, 2008-2012 ........................... 2

Tabel 2.1. Kode HS Mete ......................................................................................... 5

Tabel 2.2. Nilai dan Volume Ekspor Mete, 2008-2013 ............................................ 6

Tabel 2.3. Nilai dan Volume Impor Mete Indonesia, 2008-2013 ............................. 9

Tabel 2.4. Negara Eksportir Mete Gelondong, 2008-2012 ...................................... 12

Tabel 2.5. Negara Importir Mete Gelondong, 2008-2012 ....................................... 12

Tabel 2.6. Negara Eksportir Mete Kupas, 2008-2012 .............................................. 13

Tabel 2.7. Negara Importir Mete Kupas, 2008-2012 ............................................... 13

Tabel 3.1. Analisis CMSA Mete Gelondong ............................................................. 15

Tabel 3.2. Negara Eksportir Mete Gelondong Di Pasar Vietnam, 2008-2012 ......... 16

Tabel 3.3. Negara Eksportir Mete Gelondong Di Pasar India, 2008-2012 ............... 17

Tabel 3.4. Analisis CMSA Mete Kupas ..................................................................... 18

Tabel 3.5. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Amerika Serikat, 2008-2012 ...... 19

Tabel 3.6. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Australia, 2008-2012 ................. 20

Tabel 3.7. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Jerman, 2008-2012 ................... 20

Tabel 3.8. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Taiwan, 2008-2012 ................... 21

Tabel 3.9. Kemampuan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Olahan Mete ............... 31

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pangsa Nilai dan Volume Mete, 2012 dan 2013 ................................... 6

Gambar 2.2. Nilai dan Volume Ekspor Mete dan Pertumbuhannya, 2008-2013 ...... 7

Gambar 2.3. Negara Tujuan Ekspor Mete Gelondong dan Mete Kupas Indonesia,

2012-2013 ............................................................................................

8

Gambar 2.4. Nilai dan Volume Impor Mete Indonesia, 2012-2013 .......................... 9

Gambar 2.5. Nilai dan Volume Impor Mete dan Pertumbuhannya, 2008-2013 ....... 10

Gambar 2.6. Negara Asal Impor Mete Gelondong dan Mete Kupas Indonesia,

2012-2013 ............................................................................................

11

Gambar 3.1. Rantai Nilai Harga Mete Berdasarkan Hasil Survei ............................... 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman mete dikenal di Indonesia sebagai jambu mete atau jambu monyet.

Produk utama dari tanaman mete ini adalah buah sejatinya yang keras dan tergantung di

bagian bawah berbentuk biji. Biji inilah yang yang dapat diolah menjadi kacang mete yang

lezat. Yang dikenal umum sebagai “buah” yang berwarna merah dan lunak sebenarnya

adalah buah semu yang merupakan dasar atau tanggai bunga yang membengkak setelah

pembuahan. Tanaman mete dikenal memiliki banyak manfaat antara lain adalah 1) buah

semu jambu mete yang berasa agak asam dapat dimakan sebagai rujak atau dibuat

menjadi juice, selai, difermentasi sehingga menghasilkan “minuman beralkohol”. Sisa

buahnya juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, 2) daun jambu mete dapat

dimanfaatkan sebagai campuran lalap, daun yang sudah tua dapat dimanfaatkan sebagai

obat penyakit kulit, 3) Akarnya dapat untuk dimanfaatkan sebagai obat pencahar, 4) Kulit

batang dimanfaatkan antara lain sebagai obat diare dan obat kumur bagi penderita

sariawan, obat penyamak kulit, bahan batik, bahan tinta, bahan pewarna, bahan perekat

dan obat anti ngengat, dan 5) kulit biji mete dapat diolah menjadi minyak yang disebut

dengan Chasew Nut Shell Liquid (CNSL) yang dapat diolah menjadi bahan pelumas dan

pernis.

Selain manfaat pohon mete yang cukup banyak, pohon mete telah dibudidayakan

oleh penduduk Indonesia sejak lama. Selain itu Indonesia juga termasuk dalam produsen

utama mete di dunia. Berdasarkan data FAOSTAT 2008-2012, pada tahun 2012 Indonesia

berada pada posisi ke-9 sebagai produsen mete gelondong terbesar di dunia dengan

volume ekspor mencapai 117,4 ribu ton atau nilai produksi mencapai USD 102,8 juta.

Namun posisi ke-9 ini menurun dibandingkan tahun 2008 sampai dengan 2010 yang

pernah mencapai posisi ke-6 produsen terbesar dunia seperti dapat dilihat pada Tabel 1

di bawah ini.

2

Tabel 1.1. Produsen Utama Mete Gelondong Dunia, 2008-2012

Trend (%)

2008 2009 2010 2011 2012 08-12

1 Viet Nam 1.234,0 1.165,6 1.242,0 1.237,3 1.190,9 1,00

2 Nigeria 727,6 800,0 830,0 835,0 836,5 1,03

3 India 665,0 695,0 613,0 674,6 680,0 1,00

4 Côte d'Ivoire 330,0 350,0 380,0 393,0 450,0 1,08

5 Benin 86,0 117,0 102,1 163,0 170,0 1,19

6 Philippines 112,3 112,0 134,7 133,4 132,5 1,05

7 Guinea-Bissau 99,0 99,5 108,0 128,7 130,0 1,08

8 United Republic of Tanzania 99,1 79,1 74,2 122,3 122,3 1,09

9 Indonesia 156,7 147,4 115,0 114,6 117,4 0,92

10 Brazil 243,3 220,5 104,3 230,8 80,6 0,80

11 Mozambique 85,0 64,0 96,6 112,8 64,7 1,00

12 Ghana 22,0 27,0 30,0 35,7 36,5 1,14

13 Thailand 40,6 38,2 37,9 29,1 31,5 0,92

14 Kenya 17,0 17,7 17,6 20,9 29,0 1,14

15 Malaysia 12,9 12,8 13,5 15,1 16,0 1,07

16 Guinea 7,0 7,5 7,1 8,5 8,5 1,06

17 Madagascar 7,6 5,9 5,6 6,7 7,0 1,00

18 Togo - - - 6,7 6,8 -

19 Senegal 5,1 5,5 6,0 6,5 6,7 1,09

20 Sri Lanka 7,1 6,8 7,0 6,9 6,5 0,98

No. NegaraProduksi Mete Gelondong ('1000 MT)

Sumber: FAOSTAT, 2014

Selain produksi yang menurun, ditengarai telah terjadi ekspor besar-besaran mete

gelondong sejak tahun 2010. Ekspor mete gelondong dalam jumlah besar ini

menyebabkan industri pengolahan mete di tanah air kekurangan bahan baku. Untuk

mengatasi hal ini, usulan pengenaan Bea Keluar (BK)atas ekspor mete gelondong

disampaikan oleh pelaku usaha.

Usulan pengenaan Bea Keluar atas ekspor mete gelondong pernah diajukan oleh

PT. Comextra Majora melalui suratnya No. 0563/SRK/CM/IV/10 tanggal 26 April 2010

tentang Bea Keluar Ekspor Jambu Mete Gelondong. Pada surat tersebut PT Comextra

Majora mengusulkan pengenaan Bea Keluar (BK) atas ekspor mete gelondong dan

pembebasan PPN dalam rantai nilai mete. Alasan PT Comextra Majora mengajukan

usulan tersebut antara lain adalah:

1. Hilangnya nilai tambah karena hasil akhir olahan tidak dilakukan di dalam negeri;

2. Hilangnya peluang penyerapan tenaga kerja di dalam negeri;

3. Menghambat tumbuh kembangnya industri pengolahan mete di dalam negeri; dan

4. Hilangnya potensi ekonomi ikutan lainnya yang terkait jambu mete.

3

Dalam suratnya PT Comextra Majora menyatakan bahwa pengenaaan Bea Keluar

atas ekspor mete gelondong akan dapat merangsang tumbuhnya industri pengolahan

mete. Selain itu, kebijakan tersebuta juga akan dapat membuka dan menyediakan

lapangan pekerjaan bagi masyarakat pedesaan karena proses kerja pengolahan mete

umumnya masih bersifat manual dan dilakukan oleh rakyat pedesaan.

Selain itu, Paguyuban Pengusaha dan pengrajin Mete Wonogiri (GUYUBRAME)

juga telah menyampaikan usulan melalui surat dengan nomor 018/UM-Grm/III/2011

tertanggal 2 Maret 2011 untuk melarang ekspor mete gelondong agar industri olahan

kacang mete mampu meningkatkan nilai tambah. Usulan kebijakan ini ditujukan untuk

menyelamatkan industri kecil skala rumah tangga dan nilai tambah yang dapat diciptakan

melalui proses pengolahan.

Kebijakan Bea Keluar termaktub dalam Undang-undang No 17 tahun 2006

Tentang Perubahan Atas Undang-undang No 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Pada

Pasal 2A ayat 1 Peraturan tersebut menyatakan bahwa “Barang Ekspor Dapat Dikenakan

Bea Keluar. Pada Pasal 2A ayat 2 dinyatakan bahwa Bea Keluar dikenakan terhadap

barang ekspor dengan tujuan untuk:

1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri;

2. Melindungi kelestarian sumber daya alam;

3. Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di

pasaran internasional; atau

4. Menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri.

Dalam usulan yang disampaikan oleh PT. Comextra Majora dinyatakan bahwa

mete gelondong lebih banyak diekspor sehingga industri dalam negeri merasa

kekurangan bahan baku. Oleh karena itu, salah satu tujuan pengenaan BK telah dapat

dipenuhi oleh usulan tersebut.

Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri telah melakukan kajian singkat yang

berjudul “Usulan Pengenaan Bea Keluar Ekspor Mete Gelondong” pada tahun 2011.

Kajian singkat di tahun 2014 ini dilakukan untuk menilai apakah kebijakan pengenaan Bea

Keluar atas ekspor mete gelondong masih relevan untuk diusulkan kembali ataukah tidak.

4

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan kajian singkat ini adalah melakukan analisis terhadap usulan pengenaan

Bea Keluar atas ekspor mete gelondong. Dalam kajian singkat ini akan dikaji berapa

besaran tarif BK yang optimal atas ekspor mete gelondong berdasarkan berbagai

informasi yang diperoleh.

1.3. Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup kajian ini adalah hanya membahas kebijakan Bea Keluar atas ekspor

mete gelondong dan tidak membahas kebijakan ekspor lainnya seperti larangan ekspor

dan tata niaga ekspor.

1.4. Metodologi Kajian

1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kajian terdiri dari data sekunder dan data primer.

Data sekunder yang dikumpulkan dalam kajian ini diperoleh dari BPS dan UN

Comtrade. Sementara survai dan pengumpulan informasi dilakukan dengan

wawancara langsung kepada responden di lapangan.

2. Alat Analisa

Analisis yang digunakan pada kajian ini adalah analisis deskriptif. Analisis

deskriptif ditujukan untuk memaparkan hasil temuan berupa data dan

informasi baik yang sifatnya kualitatif maupun kuantitatif.

5

BAB II

PERDAGANGAN LUAR NEGERI METE DAN OLAHANNYA

2.1. Kinerja Ekspor dan Impor Mete Indonesia

Untuk keperluan analisis, tim kajian membagi produk mete ke dalam dua produk.

Pengelompokan ini dibuat untuk memudahkan dalam diketahui menganalisis

perkembangan kinerja ekspor dan impor mete.

Tabel 2.1. Kode HS Mete

Kelompok No. HS Uraian

Mete Gelondong 0801310000 Kacang mede, segar atau dikeringkan, dikuliti

Mete Kupas 0801320000 Kacang mede, segar atau dikeringkan, berkulit

Sumber: Kementerian Keuangan, 2012

Beberapa hal yang menjadi catatan dalam ekspor dan impor mete adalah:

1. Ekspor Indonesia didominasi dengan mete gelondong dibandingkan dengan mete

olahan berupa mete kupas sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah.

Pangsa nilai dan volume ekspor mete gelondong pada tahun 2013 sebesar 63,7% dan

90,7% menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 73,8% dan 94,1%.

Hal ini bisa diindikasikan sebagai peningkatan ekspor mete olahan. Pangsa nilai dan

volume ekspor mete kupas tahun 2013 tersebut sebesar 36,3% dan 9,3%, meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya.

6

Mete Gelondong

73.8%

Mete Kupas26.2%

Nilai Ekspor 2012

Mete Gelondong

63.7%

Mete Kupas36.3%

Nilai Ekspor 2013

Mete Gelondong

94.1%

Mete Kupas5.9%

Volume Ekspor 2012

Mete Gelondong

90.7%

Mete Kupas9.3%

Volume Ekspor 2013

Gambar 2.1. Pangsa Nilai dan Volume Mete, 2012 dan 2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah)

2. Terjadi peningkatan nilai dan volume ekspor mete kupas pada tahun 2013

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 29,27% dan 30,83%. Sementara itu, terjadi

penurunan nilai dan volume ekspor mete gelondong pada periode yang sama tahun

2013 dibandingkan tahun 2012 sebesar 19,58% dan 20,42% (Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Nilai dan Volume Ekspor Mete, 2008-2013

Perubahan(%) Trend(%)

2009 2010 2011 2012 2013 2013/2012 2009-2012Mete Gelondong 63,0 49,0 56,3 70,4 56,6 -19,58 1,51

Mete Kupas 19,7 22,6 22,5 25,0 32,3 29,27 -40,32

Perubahan (%) Trend(%)

2009 2010 2011 2012 2013 2013/2012 2009-2012Mete Gelondong 60,6 38,5 42,0 58,9 46,9 -20,42 -0,87

Mete Kupas 7,6 7,1 4,1 3,7 4,8 30,83 -37,98

Nilai Ekspor (Juta US$)

Volume Ekspor (Ribu Ton)

Uraian

Uraian

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah)

7

3. Data perkembangan ekspor mete Indonesia menunjukkan bahwa volume ekspor

mete gelondong selama periode 2008-2013 mencapai titik tertinggi pada tahun 2012

yang mencapai 58,9 ribu ton dan turun sebesar 20,4% di tahun 2013 sehingga

volume ekspor di tahun 2013 sebesar 46,9 ribu ton. Sementara itu, ekspor mete

kupas tahun 2008 sampai dengan 2012 selalu tumbuh negatif, namun tumbuh positif

di tahun 2013 sebesar 30,8% untuk volume ekspor mete kupas dan 29,3% untuk nilai

ekspor mete kupas (Gambar 2.2).

51.0 63.0 49.0 56.3 70.4 56.6

56.660.6

38.542.0

58.9

46.9

-

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

-

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Ribu TonUSD Juta Ekspor Mete Gelondong

Nilai (LHS) Volume (RHS)

26.7 19.7 22.6 22.5 25.0 32.3

10.4

7.67.1

4.13.7

4.8

-

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

-

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Ribu TonUSD Juta Ekspor Mete Kupas

Nilai (LHS) Volume (RHS)

23.4

(22.2)

14.9

25.1

(19.6)

7.1

(36.5)

9.1

40.4

(20.4)

(60.0) (40.0) (20.0) - 20.0 40.0 60.0

2009

2010

2011

2012

2013

Pertumbuhan Ekspor Mete Gelondong

Volume Nilai

(26.4)

14.8

(0.2)

10.7

29.3

(26.7)

(6.8)

(43.0)

(9.5)

30.8

(60.0) (40.0) (20.0) - 20.0 40.0

2009

2010

2011

2012

2013

Pertumbuhan Ekspor Mete Kupas

Volume Nilai

Gambar 2.2. Nilai dan Volume Ekspor Mete dan Pertumbuhannya, 2008-2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah)

4. Ekspor mete gelondong Indonesia ditujukan ke dua negara utama, Vietnam dan India

(Gambar 2.3). Nilai ekspor mete gelondong yang ditujukan ke dua negara tersebut

mencapai 99,7% di tahun 2012 dan 99,3% di tahun 2013. Sementara itu, negara

tujuan ekspor mete kupas Indonesia cukup beragam. Amerika Serikat menjadi tujuan

ekspor mete kupas utama Indonesia dengan pangsa sebesar 44,1% pada tahun 2013,

disusul oleh Australia (12,1%), Jerman (9,3%), dan Taiwan (8,3%).

8

Vietnam57.7%

India41.3%

UEA0.4%

Taiwan0.2%

Singapura0.2% Lainnya

0.2%

2013Vietnam

33.2%India66.1%

UEA0.0%

Taiwan0.4%

Singapura0.0%

Lainnya0.4%

2012

Amerika Serikat37.5%

Australia8.3%

Jerman14.2%Taiwan

8.6%

Kanada3.2%

Lainnya28.1%

2012

Amerika Serikat44.1%

Australia

12.1%

Jerman9.3%

Taiwan8.3%

Kanada6.6%

Lainnya19.7%

2013

Mete Kupas

Mete Gelondong

Gambar 2.3. Negara Tujuan Ekspor Mete Gelondong dan Mete Kupas Indonesia, 2012-

2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah)

5. Impor mete Indonesia didominasi oleh mete kupas. Pangsa nilai dan volume impor

mete kupas pada tahun 2013 sebesar 91,0% dan 66,0% menurun dibandingkan tahun

2012 yang mencapai 99,3% dan 96,1% (Gambar 2.4). Hal ini bisa diindikasikan

sebagai peningkatan industri olahan mete. Selain itu juga dapat diindikasikan

terjadinya peningkatan harga mete kupas dunia. Hal ini menunjukkan perlunya

dilakukan pengolahan mete di dalam negeri.

9

Mete Gelondong

0.7%

Mete Kupas99.3%

Nilai Impor 2012

Mete Gelondong

9.0%

Mete Kupas91.0%

Nilai Impor 2013

Mete Gelondong

3.9%

Mete Kupas96.1%

Volume Impor 2012

Mete Gelondong

34.0%

Mete Kupas66.0%

Volume Impor 2013

Gambar 2.4. Nilai dan Volume Impor Mete Indonesia, 2012-2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah)

6. Tabel 2.3 di bawah menunjukkan terjadi peningkatan nilai dan volume impor mete

gelondong yang sangat besar pada tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya

sebesar 2.397,1% dan 2.366,0%. Nilai dan volume impor mete kupas juga meningkat

sebesar 71,6% dan 96,6% pada tahun 2013 (Tabel 3).

Tabel 2.3. Nilai dan Volume Impor Mete Indonesia, 2008-2013

Perubahan(%) Trend(%)

2009 2010 2011 2012 2013 2013/2012 2009-2012

Mete Gelondong 1,9 1,5 5,5 0,0 0,7 2.397,1 (43,8)

Mete Kupas 2,1 1,7 10,0 4,4 7,5 71,6 41,3

Perubahan(%) Trend(%)

2009 2010 2011 2012 2013 2013/2012 2009-2012

Mete Gelondong 2,2 1,7 3,8 0,0 0,8 2.366,0 (45,7)

Mete Kupas 0,5 0,4 1,3 0,8 1,5 96,6 36,6

Uraian

Uraian

Nilai Impor (Juta US$)

Volume Impor (Ribu Ton)

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah)

7. Data perkembangan impor mete Indonesia menunjukkan bahwa volume impor mete

gelondong selama periode 2008-2013 mencapai titik tertinggi pada tahun 2011

10

mencapai 3,8 juta ton (Gambar 2.5). Namun, volume pertumbuhan ekspor tahunan

tertinggi terjadi di tahun 2013 yang mencapai angka 2366,0% dibanding tahun

sebelumnya. Titik tertinggi impor mete kupas pada periode tahun 2008-2013 juga

terjadi pada tahhun 2011 yang mencapai 1,3 juta ton. Pertumbuhan impor mete

kupas tertinggi juga terjadi pada tahun 2011 dimana volume impornya tumbuh

mencapai 279,4% dibanding tahun sebelumnya.

494.7 1,876.3 1,468.3 5,476.4 29.6 738.7

787.8

2,247.5

1,737.1

3,798.1

31.8

784.4

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

TonUSD Ribu Impor Mete Gelendong

Nilai (LHS) Volume (RHS)

1,248.0 2,121.1 1,702.5 10,048.34,357.0

7,476.4

302.0476.3

350.9

1,331.3

775.7

1,525.0

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

TonUSD Ribu Impor Mete Kupas

Nilai (LHS) Volume (RHS)

185.3

-22.7

118.7

-99.2

2,366.0

279.3

-21.7

273.0

-99.5

2,397.1

(500.0) - 500.0 1,000.0 1,500.0 2,000.0 2,500.0 3,000.0

2009

2010

2011

2012

2013

Pertumbuhan Impor Mete Gelendong

Nilai Volume

57.7

-26.3

279.4

-41.796.6

70.0

-19.7

490.2-56.6

71.6

(100.0) - 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0

2009

2010

2011

2012

2013

Pertumbuhan Impor Mete Kupas

Nilai Volume

Gambar 2.5. Nilai dan Volume Impor Mete dan Pertumbuhannya, 2008-2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah)

8. Negara asal impor mete gelondong Indonesia pada tahun 2012 berasal dari hanya 1

negara yaitu Benin (Gambar 2.6). Namun, pada tahun 2013 impor mete gelondong

telah terdiversifikasi dari Benin sebanyak 70,1%, Afrika Selatan 23,3% dan Nigeria

6,6%. Sama seperti impor mete gelondong, impor kupas Indonesia pada tahun 2012

juga hanya diperoleh dari 1 negara, yaitu Vietnam. Pada tahun 2013 Vietnam tetap

menjadi negara asal impor utama mete kupas Indonesia dengan pangsa mencapai

11

95,2%. Disusul oleh Amerika Serikat sebesar 4,7% dan Australia 0,1%. Patut menjadi

cacatan bahwa Vietnam adalah negara tujuan ekspor utama mete gelondong

Indonesia. Amerika Serikat dan Australia juga merupakan negara tujuan ekspor mete

kupas Indonesia. Ini menunjukkan bahwa Indonesia membeli kembali barang jadi

yang bahan bakunya diekspor di luar negeri. Hal ini menunjukkan pentingnya

Indonesia untuk meningkatkan olahan mete di dalam negeri agar bahwa Indonesia

sehingga nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan mete dapat diterima di dalam

negeri.

Benin

100.0%

2012

Benin70.1%

Afrika

Selatan23.3%

Nigeria6.6%

2013

Vietnam100.0%

2012

Vietnam95.2%

Amerika Serikat

4.7%

Australia0.1%

2013

MeteKupas

MeteGelondong

Gambar 2.6. Negara Asal Impor Mete Gelondong dan Mete Kupas Indonesia, 2012-2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah)

2.2. Peta Perdagangan Internasional

2.2.1. Mete Gelondong

Sepuluh negara eksportir mete gelondong di dunia dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Berada pada posisi pertama adalah Ghana dan Indonesia berada pada posisi ke-enam.

Ghana mensuplai 72,1% mete gelondong dunia, sementara Indonesia hanya sebesar

12

1,6%. Pertumbuhan rata-rata ekspor Indonesia ke dunia pada tahun 2008-2012 sebesar

5,46%.

Tabel 2.4. Negara Eksportir Mete Gelondong, 2008-2012

Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%)

2008 2009 2010 2011 2012 2012/2011 2008-2012 2012Dunia 600.7 517.8 742.8 1,530.8 4,326.6 182.63 65.42 100.00

1 Ghana 111.3 16.8 13.4 469.3 3,119.3 564.60 171.67 72.10

2 Nigeria 38.8 35.1 142.7 187.5 447.0 138.32 92.76 10.33

3 Pantai Gading 171.0 170.5 310.9 262.6 271.0 3.20 14.49 6.26

4 Tanzania 42.9 68.4 98.6 105.7 142.3 34.62 32.78 3.29

5 Guineabissau 124.9 92.2 65.7 266.3 126.1 (52.66) 11.41 2.91

6 Indonesia 51.0 63.0 49.0 56.3 70.4 25.07 5.46 1.63

7 Benin 27.2 28.5 23.0 39.4 50.0 26.81 16.66 1.16

8 Burkina Faso 2.9 2.3 7.1 55.9 27.3 (51.14) 115.71 0.63

9 Gambia 2.0 3.3 3.3 2.1 25.5 1,120.27 58.79 0.59

10 Vietnam 0.0 0.5 0.6 1.9 15.7 730.59 399.84 0.36

Lainnya 28.7 37.3 28.5 83.7 32.1 (61.71) 10.86 0.74

Nilai (USD Juta)Peringkat Negara Eksportir

Sumber: Trademap, 2014 (diolah)

Sementara itu, importir mete gelondong dari tahun 2008 sampai dengan tahun

2012 dikuasai oleh Vietnam dan India. Sejak tahun 2008 kedua negara ini mengimpor

lebih dari 90% mete gelondong dari dunia (Tabel 4). Yang perlu menjadi catatan adalah

Vietnam adalah salah satu negara eksportir mete gelondong dalam daftar sepeuluh

negara eksportir mete gelondong dunia sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2.5,

walaupun pangsa ekspornya ke dunia pada tahun 2013 sangat kecil, hanya sebesar

0,36%.

Tabel 2.5. Negara Importir Mete Gelondong, 2008-2012

Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%)

2008 2009 2010 2011 2012 2012/2011 2008-2012 2012Dunia 912.5 749.1 912.0 1,838.5 2,457.1 33.64 33.36 100.00

1 Vietnam 219.1 155.6 274.9 557.7 1,426.0 155.68 65.25 58.04

2 India 643.3 538.8 573.8 1,142.6 924.1 (19.13) 15.91 37.61

3 Brasil 6.9 3.0 - 57.4 58.0 1.10 - 2.36

4 Perancis 12.6 13.0 11.6 18.4 14.2 (22.59) 6.08 0.58

5 Amerika Serikat 7.8 8.0 14.4 10.6 6.6 (38.01) (0.56) 0.27

6 Emirat Arab 0.0 0.9 4.5 9.9 5.2 (46.99) 226.17 0.21

7 RRT 0.2 0.3 0.5 0.9 4.9 425.59 118.85 0.20

8 Inggris 2.1 4.0 13.1 8.0 2.2 (72.42) 8.12 0.09

9 Spanyol 1.0 0.9 0.9 1.4 1.8 28.80 18.11 0.07

10 Italia 0.8 0.7 1.4 1.6 1.7 2.14 27.46 0.07

Lainnya 18.6 23.9 16.9 29.9 12.3 (58.84) (5.89) 0.50

Peringkat Negara ImportirNilai (USD Juta)

Sumber: Trademap, 2014 (diolah)

13

2.2.2. Mete Kupas

Indonesia berada pada posisi ke tujuh sebagai eksportir mete kupas di dunia.

Kedua negara yang merupakan negara pengimpor utama mete gelondong dunia, Vietnam

dan India, adalah negara pengekspor utama mete kupas dunia (Tabel 2.6). Di tempat

pertama adalah Vietnam dengan pangsa tahun 2013 sebesar 41,4%, disusul dengan India

dengan pangsa ekspor 29,2% pada tahun yang sama. Ekspor mete kupas kedua negara ini

lebih dari 70% pangsa ekspor dunia selama periode tahun 2008 sampai dengan 2012. Hal

ini jelas mengindikasikan upaya Vietnam dan India untuk memperoleh nilai tambah

pengolahan mete di dalam negerinya.

Tabel 2.6. Negara Eksportir Mete Kupas, 2008-2012

Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%)

2008 2009 2010 2011 2012 2012/2011 2008-2012 2012Dunia 2,117.4 1,933.0 2,286.4 3,021.6 2,626.2 (13.09) 9.17 100.00

1 Vietnam 883.3 831.3 1,109.0 1,446.5 1,085.9 (24.93) 10.15 41.35

2 India 667.1 576.3 561.9 893.4 765.6 (14.30) 7.40 29.15

3 Brasil 196.1 231.7 229.6 226.7 185.7 (18.07) (1.30) 7.07

4 Belanda 105.0 114.5 120.6 159.4 183.6 15.22 15.60 6.99

5 Nigeria 10.9 15.5 71.8 9.2 161.4 1,655.39 62.71 6.14

6 Jerman 30.5 26.9 27.6 35.5 39.5 11.30 8.30 1.51

7 Indonesia 26.7 19.7 22.6 22.5 25.0 10.74 (0.01) 0.95

8 Belgia 17.9 21.2 17.7 20.3 24.3 19.68 5.84 0.92

9 Tanzania 26.5 21.8 26.5 17.5 19.0 9.07 (8.47) 0.73

10 Pantai Gading 2.7 3.5 5.0 8.8 18.8 113.20 61.74 0.72

Lainnya 150.8 70.6 94.2 181.9 117.3 (35.50) 4.55 4.47

Peringkat Negara EksportirNilai (USD Juta)

Sumber: Trademap, 2014 (diolah)

Sementara itu, Amerika Serikat menempati posisi pertama sebagai importir mete

kupas pada tahun 2013 sebesar USD 817,5 juta dan mengimpor sebesar 32,6% mete

kupas dunia. Disusul dengan Belanda pada tempat kedua yang mengimpor sebesar USD

278,6 juta pada tahun yang sama atau sebesar 11,1% dari impor mete kupas dunia.

Tabel 2.7. Negara Importir Mete Kupas, 2008-2012

Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%)

2008 2009 2010 2011 2012 2012/2011 2008-2012 2012Dunia 1953.7 1840.8 2052.9 2620.6 2506.6 (4.35) 8.89 100.00

1 Amerika Serikat 650.7 596.9 706.6 894.8 817.5 (8.64) 8.99 32.61

2 Belanda 226.0 223.7 199.0 299.9 278.6 (7.08) 7.38 11.12

3 Jerman 109.3 147.3 150.0 192.9 216.2 12.04 17.75 8.62

4 Australia 86.8 67.7 87.8 111.2 112.1 0.82 10.62 4.47

5 Inggris 102.1 82.8 81.1 102.9 97.4 (5.39) 1.25 3.89

6 Emirat Arab 81.7 103.8 116.0 157.8 86.5 (45.17) 5.48 3.45

7 Kanada 60.1 46.4 57.3 74.2 73.1 (1.41) 9.00 2.92

8 Jepang 39.9 35.0 42.9 54.1 61.5 13.59 13.88 2.45

9 Rusia 40.0 36.3 47.8 50.6 53.5 5.85 9.56 2.14

10 Perancis 38.5 35.4 34.6 45.1 48.8 8.09 7.41 1.95

Lainnya 518.6 465.5 529.7 637.1 661.4 3.82 8.33 26.39

Peringkat Negara ImportirNilai (USD Juta)

Sumber: Trademap, 2014 (diolah)

14

BAB III

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisis Daya Saing

Dalam rangka melakukan analisis daya saing mete Indonesia digunakan Constant

Market Share Analysis (CSMA). Metode ini dipilih untuk mengukur daya saing karena

dengan CMSA juga dapat aspek-aspek yang paling signifikan yang mempengaruhi

pertumbuhan ekspor suatu produk. Selain itu CMSA dipilih karena daya saing produk

Indonesia dapat dilihat berdasarkan perkembangkan impornya oleh negara tujuan

ekspornya. Dengan kata lain, analisis CMSA adalah analisis dari sisi demand.

Negara-negara yang dipilih dalam perhitungan CMSA adalah Vietnam, India,

Amerika Serikat, Australia, Jerman dan Taiwan. Kelima negara ini dipilih karena

merupakan negara/teritori ekonomi yang menjadi importir utama mete gelondong dan

mete kupas dari Indonesia. Vietnam dan India adalah tujuan utama ekspor Indonesia

untuk produk mete gelondong. Sementara itu, Amerika Serikat, Australia, Jerman dan

Taiwan dan Jerman adalah empat negara/teritori ekonomi importir utama mete kupas

dari Indonesia. Data ini dapat dilihat pada Gambar 2.3. Untuk melihat perkembangan

dinamika ekspor dan pangsa ekspor maka analisis CMSA dibagi dalam periode tahun

2008-2010 dan periode 2010-2012.

3.1.1. Mete Gelondong

Dari hasil analisis dengan menggunakan metode CMSA yang dapat dilihat pada

Tabel 3.1 diketahui bahwa kelompok produk mete gelondong mempunyai nilai efek

perdagangan dunia yang positif pada setiap periode analisis dan kedua pasar tujuan

ekspor. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor disebabkan oleh perdagangan

dunia yang juga tumbuh.

Pertumbuhan ekspor ini terutama disebabkan oleh kedua negara tersebut

merupakan pasar yang tumbuh relatif cepat, dalam arti terjadi peningkatan pangsa pasar.

Peningkatan perdagangan ini disebabkan oleh pertumbuhan permintaan negara tersebut

terhadap produk mete gelondong dibandingkan pertumbuhan total ekspor seluruh

komoditi dunia. Hal ini ditunjukkan dari efek distribusi yang bernilai negatif di Vietnam

15

pada periode 2010-2012. Efek distribusi pasar di India bahkan bernilai negatif untuk

kedua periode analisis. Nilai positif pada efek distribusi pasar hanya terjadi di Vietnam

pada periode tahun 2008-2010. Nilai positif pada efek distribusi di Vietnam pada periode

2008-2010 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor disebabkan lebih banyak oleh

pertumbuhan perdagangan dunia secara total dibandingkan pertumbuhan ekspor dunia

pada produk mete gelondong.

Tabel 3.1. Analisis CMSA Mete Gelondong

Nilai Share Nilai Share

(000 US$) (%) (000 US$) (%)

Efek Perdagangan Dunia 584,160.12 119.64 6,346,977.50 387.77

Efek Komposisi Komoditi 129,655.34 26.55 12,800,330.93 782.05

Efek Distribusi Pasar 19,162.49 3.92 (2,309,409.59) (141.10)

Efek Daya Saing (244,715.95) (50.12) (15,201,124.81) (928.72)

Total Perubahan 488,262.00 100.00 1,636,774.03 100.00

Nilai Share Nilai Share

(000 US$) (%) (000 US$) (%)

Efek Perdagangan Dunia 584,160.12 604.18 6,346,977.50 133.56

Efek Komposisi Komoditi 490,563.36 507.37 4,438,676.41 93.40

Efek Distribusi Pasar (1,384,957.72) (1,432.41) (5,299,736.97) (111.52)

Efek Daya Saing 406,921.37 420.86 (733,821.11) (15.44)

Total Perubahan 96,687.12 100.00 4,752,095.82 100.00

VIETNAM

INDIA

Komponen

2008-2010 2010-2012

Komponen

2008-2010 2010-2012

Efek komposisi komoditi yang positif pada kedua pasar pada dua periode analisis

menunjukkan adanya pertumbuhan ekspor dunia pada mete gelondong dunia yang

berpengaruh pada ekspor mete gelondong Indonesia. Atau dengan kata lain adanya

peningkatan demand terhadap produk mete gelondong Indonesia di masing-masing pasar

tujuan ekspor.

Namun, hasil analisis menunjukkan daya saing produk mete gelondong Indonesia

relatif rendah. Hal ini ditunjukkan oleh efek daya saing yang bernilai negatif untuk pasar

Vietnam pada kedua periode analisis dan pada periode tahun 2010-2012 di pasar India.

Efek daya saing yang bernilai positif hanya diperoleh pada periode 2008-2010 untuk pasar

India. Efek daya saing yang bernilai negatif menunjukkan pertumbuhan ekspor mete

gelondong Indonesia ke dua pasar tersebut kalah dibandingkan total pertumbuhan

ekspor dari negara lain.

16

Untuk mengetahui negara-negara yang menjadi pesaing di kedua pasar tersebut

dapat dilihat pada tabel 3.2 dan 3.3 di bawah. Tabel 3.2 menunjukkan sepuluh negara

eksportir mete gelondong di pasar Vietnam. Indonesia berada di posisi keenam dari

sepuluh negara tersebut dengan pangsa sebesar 9,48% dari total impor mete gelondong

Vietnam. Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2012 sebesar USD 0.07 juta. Pada posisi

pertama ditempati oleh Ghana dengan pangsa sebesar 72,10% dari impor mete

gelondong Vietnam dengan nilai sebesar USD 3,12 juta. Disusul oleh Negeria dengan

pangsa sebesar 10,33% dan nilai ekspor USD 0,45 juta dan Pantai Gading dengan pangsa

6,26% dan nilai ekspor USD 0,27 juta.

Pada Tabel 3.3 jelas terlihat bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia di tahun 2012

yang sebesar 25,07% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan impor Vietnam dari

seluruh dunia (182,63%). Pertumbuhan rata-rata impor Vietnam dari dunia pada periode

tahun 2008-2012 yang mencapai 65,42% juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

rata-rata ekspor Indonesia ke Vietnam yang hanya sebesar 5,46%. Ghana dan Nigeria

adalah negara yang memiliki pertumbuhan ekspor mete gelondong lebih tinggi dari

pertumbuhan impor Vietnam dari dunia.

Tabel 3.2. Negara Eksportir Mete Gelondong Di Pasar Vietnam, 2008-2012

Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%)

2008 2009 2010 2011 2012 2012/2011 2008-2012 2012Dunia 0,60 0,52 0,74 1,53 4,33 182,63 65,42 100,00

1 Ghana 0,11 0,02 0,01 0,47 3,12 564,60 171,67 72,10

2 Nigeria 0,04 0,04 0,14 0,19 0,45 138,32 92,76 10,33

3 Pantai Gading 0,17 0,17 0,31 0,26 0,27 3,20 14,49 6,26

4 Tanzania 0,04 0,07 0,10 0,11 0,14 34,62 32,78 3,29

5 Guineabissau 0,12 0,09 0,07 0,27 0,13 (52,66) 11,41 2,91

6 Indonesia 0,05 0,06 0,05 0,06 0,07 25,07 5,46 1,63

7 Benin 0,03 0,03 0,02 0,04 0,05 26,81 16,66 1,16

8 Burkina Faso 0,00 0,00 0,01 0,06 0,03 (51,14) 115,71 0,63

9 Gambia 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 1.120,27 58,79 0,59

10 Meksiko 0,00 0,01 0,00 0,01 0,01 55,12 14,17 1,10

Lainnya 0,03 0,03 0,02 0,08 0,04 (50,67) 22,06 0,92

Peringkat Negara EksportirNilai (USD Juta)

Sumber: Trademap, 2014 (diolah)

Indonesia juga berada pada posisi keenam dari sepuluh negara pengekspor

terbesar mete gelondong ke India dengan pangsa ekspor sebesar 5,84% dan nilai ekspor

USD 0,05 juta. Berada di posisi pertama adalah Pantai Gading dengan pangsa ekspor ke

pasar India sebesar 25,7% dan nilai ekspor USD 0,24 juta. Disusul oleh Benin dengan nilai

17

ekspor USD 0,17 juta dan pangsa ekspor 18,11% dan di posisi ketiga Tanzania dengan nilai

ekspor USD 0,16 juta dan pangsa ekspor 17,26%.

Tabel 3.3. Negara Eksportir Mete Gelondong Di Pasar India, 2008-2012

Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%)

2008 2009 2010 2011 2012 2012/2011 2008-2012 2012Dunia 0.64 0.54 0.57 1.14 0.92 (19.13) 15.91 100.00

1 Pantai Gading 0.20 0.15 0.16 0.22 0.24 7.55 7.94 25.66

2 Benin 0.08 0.09 0.08 0.17 0.17 0.82 23.41 18.11

3 Tanzania 0.07 0.07 0.12 0.11 0.16 42.11 25.12 17.26

4 Guineabissau 0.10 0.09 0.06 0.21 0.12 (43.64) 13.35 13.11

5 Ghana 0.04 0.03 0.05 0.16 0.08 (49.38) 38.52 9.03

6 Indonesia 0.07 0.04 0.03 0.05 0.05 0.18 (1.60) 5.84

7 Nigeria 0.01 0.01 0.01 0.01 0.03 95.13 19.20 2.77

8 Gambia 0.03 0.02 0.01 0.04 0.03 (30.48) 3.61 2.76

9 Sinegal 0.00 0.01 0.01 0.02 0.01 (42.54) 35.76 1.51

10 Guinea 0.01 0.01 0.01 0.03 0.01 (66.44) 4.65 1.01

Lainnya 0.04 0.01 0.03 0.11 0.03 (74.95) 13.70 2.94

Peringkat Negara

Eksportir

Nilai (USD Juta)

Sumber: Trademap, 2014 (diolah)

Berdasarkan Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 di atas diketahui bahwa yang menjadi

pesaing utama Indonesia untuk ekspor mete gelondong di pasar Vietnam dan India

adalah negara-negara produsen mete gelondong yang berada di Afrika. Mereka adalah

Ghana, Nigeria, Pantai Gading, Tanzania, Benin, Guineabissau.

3.1.2. Mete Kupas

Tabel 3.4 menunjukkan hasil CMSA pada produk mete kupas. Dari hasil analisis

tersebut dapat diketahui bahwa sama seperti mete gelondong, pertumbuhan ekspor

terjadi di semua pasar yang ditunjukkan dengan efek perdagangan dunia yang positif di

semua pasar tujuan ekspor yang dianalisis.

Namun, berbeda dengan hasil analisis pada mete gelondong, pertumbuhan

ekspor ini disebabkan lebih banyak oleh pertumbuhan perdagangan dunia secara total

dibandingkan pertumbuhan ekspor dunia pada produk mete kupas. Hal ini ditunjukkan

dengan hasil positif pada efek distribusi pasar di pasar Amerika Serikat, Jerman dan

Taiwan pada kedua periode analisis. Efek distribusi pasar negatif hanya terjadi di pasar

Australia pada periode 2008-2010. Nilai negatif tersebut menunjukkan bahwa

peningkatan perdagangan disebabkan oleh pertumbuhan permintaan Australia terhadap

mete kupas dibandingkan pertumbuhan total ekspor seluruh komoditi di dunia.

18

Tabel 3.4. Analisis CMSA Mete Kupas

Nilai Share Nilai Share

(000 US$) (%) (000 US$) (%)

Efek Perdagangan Dunia 305,809.32 164.24 2,924,920.39 140.45

Efek Komposisi Komoditi (35,104.88) (18.85) (748,212.30) (35.93)

Efek Distribusi Pasar 6,224.98 3.34 5,406.16 0.26

Efek Daya Saing (90,733.45) (48.73) (99,537.11) (4.78)

Total Perubahan 186,195.97 100.00 2,082,577.14 100.00

Nilai Share Nilai Share

(000 US$) (%) (000 US$) (%)

Efek Perdagangan Dunia 305,809.32 104.70 2,924,920.39 108.12

Efek Komposisi Komoditi (4,291.56) (1.47) (194,707.20) (7.20)

Efek Distribusi Pasar (8,402.21) (2.88) 21,761.64 0.80

Efek Daya Saing (1,028.59) (0.35) (46,627.64) (1.72)

Total Perubahan 292,086.95 100.00 2,705,347.19 100.00

Nilai Share Nilai Share

(000 US$) (%) (000 US$) (%)

Efek Perdagangan Dunia 305,809.32 105.87 2,924,920.39 105.56

Efek Komposisi Komoditi (5,642.41) (1.95) (138,404.94) (4.99)

Efek Distribusi Pasar 47,612.34 16.48 1,694,804.46 61.16

Efek Daya Saing (58,933.17) (20.40) (1,710,404.41) (61.73)

Total Perubahan 288,846.08 100.00 2,770,915.49 100.00

Nilai Share Nilai Share

(000 US$) (%) (000 US$) (%)

Efek Perdagangan Dunia 305,809.32 105.81 2,924,920.39 113.82

Efek Komposisi Komoditi (5,230.23) (1.81) (313,962.50) (12.22)

Efek Distribusi Pasar 69,945.36 24.20 197,531.86 7.69

Efek Daya Saing (81,499.31) (28.20) (238,812.92) (9.29)

Total Perubahan 289,025.13 100.00 2,569,676.83 100.00

AMERIKA SERIKAT

AUSTRALIA

JERMAN

TAIWAN

Komponen

2008-2010 2010-2012

Komponen

Komponen

2008-2010 2010-2012

2008-2010 2010-2012

Komponen

2008-2010 2010-2012

Efek komposisi komoditi yang bernilai negatif pada keempat pasar impor di semua

periode analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia akibat

pertumbuhan ekspor mete kupas di dunia tidak secepat pertumbuhan ekspor Indonesia

akibat pertumbuhan ekspor dunia ke semua pasar tersebut. Hal ini menunjukkan daya

saing ekspor mete kupas Indonesia relatif rendah dibanding produk lain dan

dibandingkan negara lain pada produk yang sama.

19

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa daya saing produk mete kupas Indonesia

relatif rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai efek daya saing yang bernilai negatif di

keempat negara pada dua periode analisis. Nilai negatif pada efek daya saing

menunjukkan pertumbuhan ekspor mete kupas Indonesia ke Amerika Serikat, Australia,

Jerman dan Taiwan tidak secepat pertumbuhan ekspor mete kupas negara-negara lain

yang ditujukan ke empat negara tersebut.

Untuk mengetahui negara-negara yang menjadi pesaing di keempat pasar

tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.5 sampai dengan Tabel 3.8 di bawah. Indonesia

berada di posisi keenam sebagai negara eksportir mete kupas di pasar Amerika Serikat

dengan nilai ekspor USD 9,1 juta dan pangsa ekspor 1,1% pada tahun 2012. Berada di

posisi pertama adalah Vietnam dengan nilai ekspor USD 393,1 juta dan pangsa ekspor

48,1%. Disusul oleh India dengan nilai ekspor USD 268,4 juta dan pangsa ekspor 32,8%

dan Brasil di posisi ketiga dengan nilai ekspor USD 100,6 juta dan pangsa ekspor 12,31%.

Pada posisi keempat adalah Pantai Gading dengan nilai ekspor USD 12 juta dan pangsa

ekspor 1,47%. Dan untuk posisi kelima adalah Mozambik dengan ekspor USD 11,4 juta

dan pangsa ekspor 1,39%.

Tabel 3.5. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Amerika Serikat, 2008-2012

Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%)

2008 2009 2010 2011 2012 2012/2011 2008-2012 2012Dunia 650,7 596,9 706,6 894,8 817,5 (8,64) 8,99 100,00

1 Vietnam 264,0 251,4 347,9 405,6 393,1 (3,08) 13,59 48,08

2 India 237,4 172,4 187,9 311,6 268,4 (13,87) 8,73 32,83

3 Brasil 117,2 143,1 130,9 134,2 100,6 (25,06) (3,63) 12,31

4 Pantai Gading 1,2 2,5 3,5 5,1 12,0 137,40 69,19 1,47

5 Mozambik 1,9 4,0 9,2 8,6 11,4 32,86 54,02 1,39

6 Indonesia 11,9 6,8 7,1 6,8 9,1 33,30 (5,21) 1,11

7 Thailand 0,0 3,0 5,0 7,9 8,5 7,72 239,00 1,04

8 Nigeria 2,6 3,0 3,3 4,4 2,9 (33,50) 6,68 0,36

9 Ghana - 0,2 0,5 1,7 2,8 64,45 - 0,34

10 Kenya 1,7 0,9 1,9 3,2 2,0 (38,25) 15,82 0,24

Lainnya 12,6 9,6 9,5 5,7 6,7 17,41 (16,41) 0,82

Peringkat Negara EksportirNilai (USD Juta)

Sumber: Trademap, 2014 (diolah)

Indonesia berada di posisi ketiga sebagai negara eksportir mete kupas di pasar

Australia dengan nilai ekspor USD 1,9 juta dan pangsa ekspor 1,7% pada tahun 2012.

Ekspor Indonesia ke pasar Australia di tahun 2012 turun sebesar 32,4% dibandingkan

tahun sebelumnya. Berada di posisi pertama adalah Vietnam dengan nilai ekspor USD

20

101,9 juta dan pangsa ekspor 90,9%. Disusul oleh India dengan nilai ekspor USD 6,7 juta

dan pangsa ekspor 5,9%.

Tabel 3.6. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Australia, 2008-2012

Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%)

2008 2009 2010 2011 2012 2012/2011 2008-2012 2012Dunia 86,8 67,7 87,8 111,2 112,1 0,82 10,62 100,00

1 Vietnam 69,6 56,9 78,0 96,2 101,9 5,86 13,76 90,85

2 India 14,6 8,2 5,9 9,1 6,7 (27,03) (13,54) 5,94

3 Indonesia 1,1 1,4 1,9 2,8 1,9 (32,41) 19,59 1,68

4 Brasil 0,8 0,8 0,6 1,7 1,4 (14,43) 22,86 1,28

5 Amerika Serikat 0,1 - 0,1 0,1 0,2 25,18 - 0,16

6 Singapura - - 1,2 0,8 0,1 (90,79) - 0,07

7 Selandia Baru - - 0,0 0,0 0,0 50,00 - 0,01

8 Australia 0,1 0,2 0,0 0,0 0,0 (64,29) (40,34) 0,01

9 Tanzania 0,1 0,1 - 0,3 - (100,00) - -

10 RRT - 0,1 - 0,1 - (100,00) - -

Lainnya 0,5 0,2 0,2 0,0 0,0 (80,00) (79,95) 0,00

Peringkat Negara EksportirNilai (USD Juta)

Sumber: Trademap, 2014 (diolah)

Indonesia berada di posisi keempat sebagai negara eksportir mete kupas di pasar

Jerman dengan nilai ekspor USD 4,7 juta dan pangsa ekspor 2,2% pada tahun 2012.

Ekspor Indonesia ke pasar Australia di tahun 2012 turun sebesar 17,9% dibandingkan

tahun sebelumnya dan pertumbuhan ekspor rata-rata dari tahun 2008-2012 sebesar

33,9%. Berada di posisi pertama adalah India dengan nilai ekspor USD 154,4 juta dan

pangsa ekspor 71,4%. Disusul oleh Vietnam dengan nilai ekspor USD 32,9 juta dan pangsa

ekspor 15,2%. Ditempat ketiga adalah Belanda dengan nilai ekspor USD 12,9 juta dan

pangsa ekspor 6,0%.

Tabel 3.7. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Jerman, 2008-2012

Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%)

2008 2009 2010 2011 2012 2012/2011 2008-2012 2012Dunia 109,3 147,3 150,0 192,9 216,2 12,04 17,75 100,00

1 India 83,6 121,1 115,2 144,5 154,4 6,85 15,07 71,41

2 Vietnam 14,9 15,0 20,2 27,4 32,9 19,79 24,47 15,20

3 Belanda 2,4 1,8 5,4 8,3 12,9 55,15 63,95 5,99

4 Indonesia 1,4 2,4 3,4 4,0 4,7 17,90 33,91 2,15

5 Brasil 3,8 3,9 3,4 2,4 2,8 16,02 (10,49) 1,29

6 Austria 0,1 0,0 - - 2,3 - - 1,06

7 Singapura 0,1 0,1 0,1 0,2 1,9 684,65 93,11 0,87

8 Honduras 0,5 0,8 0,5 2,5 1,4 (42,33) 36,86 0,67

9 Tanzania 0,7 0,4 0,0 0,1 0,8 535,54 (7,52) 0,36

10 Burkina Faso 0,1 0,0 0,0 0,2 0,6 224,87 143,63 0,30

Lainnya 1,9 1,8 1,9 3,3 1,5 (53,79) 1,55 0,70

Peringkat Negara EksportirNilai (USD Juta)

Sumber: Trademap, 2014 (diolah)

21

Indonesia berada di posisi ketiga sebagai negara eksportir mete kupas di pasar

taiwan dengan nilai ekspor USD 2,9 juta dan pangsa ekspor 21,0% pada tahun 2012.

Ekspor Indonesia ke pasar Taiwan pada tahun 2012 tersebut tumbuh sebesar 23,8%

dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekspor rata-rata dari tahun 2008-2012

sebesar 19,1%. Berada di posisi pertama adalah Vietnam dengan nilai ekspor USD 7,2

juta dan pangsa ekspor 52,5%. Disusul oleh Vietnam dengan nilai ekspor USD 3,4 juta dan

pangsa ekspor 24,7%.

Tabel 3.8. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Taiwan, 2008-2012

Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%)

2008 2009 2010 2011 2012 2012/2011 2008-2012 2012Dunia 6,0 7,7 7,3 11,9 13,7 15,66 23,21 100,00

1 Vietnam 3,9 4,4 5,3 7,7 7,2 (6,03) 19,56 52,48

2 India 0,6 1,5 0,6 1,7 3,4 102,56 41,76 24,73

3 Indonesia 1,4 1,7 1,3 2,3 2,9 23,81 19,07 21,03

4 Myanmar 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 62,79 35,85 1,53

5 Amerika Serikat - - - - 0,0 - - 0,23

6 Brasil - - - - - - - -

7 Kamboja - - - 0,1 - (100,00) - -

8 Kanada - - - - - - - -

9 RRT - - 0,0 - - - - -

10 Jerman - - - - - - - -

Lainnya 0,0 0,0 0,0 0,0 - (100,00) - -

Peringkat Negara EksportirNilai (USD Juta)

Sumber: Trademap, 2014 (diolah)

Berdasarkan Tabel 3.5 sampai dengan Tabel 3.8 di atas dapat diketahui bahwa

negara yang menjadi pesaing utama Indonesia untuk ekspor mete kupas di keempat

pasar tersebut terutama adalah Vietnam dan India. Di pasar Amerika Serikat, Indonesia

juga kalah bersaing dengan Brasil, Pantai Gading dan Mozambik yang juga mengekspor

mete kupas. Untuk pasar Jerman, Belanda juga menjadi pesaing ekspor mete kupas

Indonesia selain Vietnam dan India.

3.2. Hasil Survei

Survei untuk kajian ini dilakukan di Wonogiri dan Surabaya. Wonogiri dipilih

sebagai daerah survei karena daerah ini adalah sentra pengolahan mete yang dilakukan

oleh pengusaha kecil atau usaha kecil menengah. Semetara, Surabaya dipilih sebagai

daerah survei karena daerah ini merupakan daerah yang penjadi perantara distribusi

mete gelondong dari sentra produksi mete gelondong di Sulawesi ke industria

22

pengolahan yang berada di Wonogiri. Selain itu, di daerah ini juga terdapat beberapa

eksportir mete.

Informasi yang diperoleh dari survei di Wonogiri adalah sebagai berikut:

a. Informasi yang diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri:

Pasokan kacang mete Wonogiri yang berasal dari produksi petani di Wonogiri

sendiri hanya sekitar 30%, sedangkan 70% sisanya berasal dari provinsi lain

diantaranya Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan

Bali.

Desa Kerjo Lor, Tukluk, Kecamatan Ngadirojo memiliki 2 koperasi pengrajin mete

yaitu Koperasi Bunga Ros dan Koperasi Kerjo Utomo.

Para pengrajin mete di Ngadirojo melakukan proses pengkacipan sesuai order

(pemesanan) dari para pengusaha mete yang tersebar di Surabaya, Jakarta dan

Bandung.

Masyarakat di Ngadirojo melakukan pengkacipan sendiri-sendiri kemudian

hasilnya disetorkan ke langsung ke pihak pemesan, atau bisa juga dikumpulkan

terlebih dahulu melalui pedagang pengumpul.

b. Informasi yang diperoleh dari pengrajin mete atau pengusaha skala rumah tangga di

Desa Kejolor, Dukuh Dungkluk, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri (Bapak

Winarman dan Ibu Atik):

Panen utama mete di Wonogiri berlangsung selama 3-4 bulan (Juli - Oktober)

setiap tahun.

Mete yang telah dikeringkan memiliki daya tahan sampai 1 tahun, karena itu jika

terdapat kelebihan produksi saat panen raya, maka para pengrajin membeli

cukup banyak sesuai kemampuan modalnya untuk menjadi pasokan bahan baku

olahan mete dalam waktu 1 tahun.

Jika pasokan dari lahan sendiri kurang, maka pengrajin umumnya membeli mete

gelondong dari pasar. Harga mete gelondong di pasar saat ini sebesar Rp

14.000/kg. Sedangkan pada saat panen raya harga mete gelondong bisa turun

menjadi Rp 9.000 - Rp 11.000/kg.

23

Terdapat perbedaan harga sekitar Rp 1.000 -Rp 1.500/kg antara membeli mete

gelondong di pasar dibandingkan membeli dari pedagang pengumpul. Harga

mete gelondong yang dibeli dari pedagang pengumpul sekitar Rp 15.000/kg.

Upah pengrajin mete (mengkacip sampai dengan mengupas kulit ari mete yang

telah dikeringkan) saat ini sekitar Rp 8000/kg.

Setelah dikupas dan menjadi mete yang siap digoreng harganya menjadi Rp

70.000/kg, sedangkan harga mete yang sudah digoreng dan siap dikonsumsi

berkisar Rp 85.000 - Rp 90.000/kg (mete utuh atau tipe A). Harga mete yang siap

digoreng belah 2 (tipe B) sebesar Rp 62.000/kg dan harga mete yang siap

digoreng belah 3 (tipe C) sebesar Rp 45.000/kg.

Mete gelondong dengan kualitas terbaik memiliki perbandingan 4:1 antara mete

gelondong dibandingkan mete kupas, atau dengan kata lain 1 kg mete gelondong

akan menjadi 0,25 kg mete kupas dan 0,75 kg kulit mete. Mete gelondong

dengan kualitas sedang memiliki perbandingan 5:1 dengan mete kupas, mete

gelondong dengan kualitas kurang baik memiliki perbandingan 6:1 atau 7:1

dengan mete kupas.

Limbah kulit mete yang hasil pengacipan dapat digunakan sebagai bahan baku

Chasew Nut Shell Liquid (CNSL) dijual oleh pengrajin dengan harga Rp

35.000/karung (1 karung ukuran sekitar 40 Kg).

Fungsi koperasi bagi pengrajin mete adalah sebagai tempat simpan pinjam,

penyediaan fasilitas kerja dan informasi pemasaran.

c. Informasi yang diperoleh dari Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Giri Jaya Mete di

Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri adalah:

Maksud awal dari usulan dari Paguyuban Pengusaha dan Perajin Mete Wonogiri

(GUYUBRAME) yang melarang ekspor mete gelondong adalah untuk

mempertahankan pekerjaan bagi masyarakat Wonogiri yang memiliki mata

pencaharian sebagai pengrajin mete.

Disinyalir pada tahun 2010 terjadi ekspor mete gelondong besar-besaran

sehingga menyebabkan ribuan pengrajin mete di Wonogiri menganggur. Di sisi

lain, mete setelah dikacip memiliki nilai tambah tinggi dibandingkan mete

24

gelondong. Dengan melakukan pengolahan mete di dalam negeri, maka

diharapkan nilai tambah tersebut diserap oleh pasar domestik.

Usulan pribadi dari Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Giri Jaya Mete adalah

pemerintah menetapkan kebijakan yang dapat mengurangi ekspor mete

gelondong, tidak perlu sampai melarang ekspor mete gelondong.

Diperkirakan lebih dari 3.000 kepala keluarga termasuk dalam tenaga kerja yang

terlibat di industri mete di Kabupaten Wonogiri.

Produksi mete yang berasal dari Wonogiri saat ini hanya mampu memenuhi 50%

kebutuhan industri makanan dan minuman nasional, yang berlokasi di kota

Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja dan Solo.

Sebelum tahun 1998, pengrajin mete banyak yang berhutang untuk

mendapatkan modal ke pedagang pengumpul sehingga harga ditentukan oleh

pedagang pengumpul. Setelah tahun 1998, pengrajin mete umumnya meminjam

modal ke koperasi. Oleh karena itu setelah tahun 1998, harga mete gelondong

dan mete kupas ditentukan oleh supply dan demand.

Umumnya pengrajin mete membeli mete gelondong di pasar atau dari pedagang

pengumpul di Wonogiri yang membeli dari pedagang besar di Surabaya.

Pengusaha di Wonogiri belum dapat membeli mete gelondong langsung dari

NTB, NTT, Sulawesi Tenggara atau lokasi produsen mete gelondong lainnya

karena terkendala ketersediaan dana. Untuk pembelian langsung, para pedagang

di lokasi tersebut (NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, dan lainnya) meminta pembeli

mete gelondong di daerah lain untuk membuat gudang di daerah produsen

sebagai jaminan kontinuitas pembelian mete gelondong.

Jumlah anggota KSU saat ini 91 orang terdiri dari pengrajin dan pedagang

pengumpul. Koperasi sendiri hanya bertindak sebagai mediator antara pengrajin

mete dan pedagang pengumpul. Manfaat KSU hanya simpan pinjam bagi

anggota koperasi.

Permasalahan yang dihadapi oleh koperasi ini adalah ketersediaan bahan baku

(mete gelondong) yang masih kurang. Ketua KSU mengharapkan agar

pemerintah lebih tegas dalam mengambil kebijakan mete gelondong ini dan

berpihak pada masyarakat pengrajin mete.

25

d. Informasi yang diperoleh dari U.D. Sari Indah di Kecamatan Jatisrono, Kabupaten

Wonogiri adalah:

Perusahaan ini merupakan produsen CNSL yang menggunakan kulit mete

sebagai bahan baku utamanya. Harga kulit mete yang digunakan sebagai bahan

baku sebesar Rp 35.000 / karung (1 karung sekitar 40 kg) yang diperoleh dari

para pengepul di Wonogiri dan juga turun ke desa-desa tempat para pengrajin

mete tinggal.

Harga minyak CNSL yang dihasilkan sebesar Rp 5.000/kg. Perusahaan

menghasilkan sekitar 1 ton per hari dengan menggunakan bahan baku kulit mete

100 karung per hari. Namun, kapasitas mesin yang digunakan belum mencapai

kapasitas produksi maksimum.

Perusahaan memiliki 8 tenaga kerja untuk mengoperasikan 4 unit mesin dengan

upah sebesar Rp 50.000/hari.

Selama ini produk yang dihasilkan dijual ke perusahaan dalam negeri seperti PT

Wijaya (Jakarta), PT JTI (Semarang) dan PT Pengasih Jaya (Surabaya). Produk

minyak tersebut kemudian diolah di perusahan-perusahaan tersebut untuk

dijadikan sebagai bahan campuran cat dan kampas rem.

Ampas sisa kulit mete yang menjadi sisa hasil olahan dapat digunakan sebagai

bahan bakar. Ampas tersebut dijual dengan harga Rp 15.000/karung (1 karung

sekitar 40 kg).

Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh industri CNSL ini adalah

keterbatasan modal untuk membeli bahan baku (kulit mete).

Dari hasil survey di Surabaya diketahui bahwa pedagang besar (eksportir),

pedagang pengumpul dan pelaku usaha lainnya sangat mendukung terhadap rencana

pengenaan BK ekspor mete gelondongan tersebut. Namun demikian, diharapkan perlu

adanya sosialisasi rencana pengenaan BK ekspor dimaksud untuk mendapatkan masukan

dari para stakeholders berapa besaran BK ekspor mete gelondongan tersebut akan

dikenakan untuk dapat diterima oleh semua pihak. Informasi lain yang diperoleh dari

survei di Surabaya adalah sebagai berikut:

a. PT. Mandiri Jaya Prima, Pedagang Besar (Eksportir):

26

Perusahaan berdiri pada tahun 1983 dan berstatus PMDN ini bergerak di bidang

ekspor mete sepenuhnya. Perusahaan yang berkonsentrasi untuk memajukan

ekspor produk mete ini memiliki beberapa gudang yang dekat dengan sentra

produksi mete seperti di Bau-Bau, Muna, Buton, Rumbe, Buleleng, Wonogiri dan

Jatisrono. Bahan baku dapat berupa mete gelondong maupun mete kupas

(kacip) dengan size yield sekitar 20 macam. Konversi mete gelondong ke dalam

bentuk mete kupas/kacip menjadi sekitar 20-25% atau jika terdapat 10.000 ton

mete gelondong adn diproses ke dalam bentuk kupas akn menjadi sekitar 2000-

2500 ton. Jika musim kemarau, yield/rendemen mete dapat mencapi yield 300

dan memiliki harga yang lebih tinggi dibanding dengan yield mete pada musim

hujan yang hanya berkisar antara 250 hingga 260. Pembelian harga mete

gelondong terendah pada akhir-akhir ini sebesar Rp 11.000/kg dan tertinggi

19.000/kg dengan yield 300. Sedangkan harga mete kupasan (kacip) basah rata-

rata sekitar Rp 66.000/kg dan dapat tertinggi sekitar Rp 72.500/kg dengan yield

300. Disamping dipasarkan untuk tujuan ekspor, ada juga yang dijual ke dalam

negeri dengan perimbangan 70% dan 30%.

Ekspor produk mete pada tahun 2013 sebanyak 50 kontainer dan mengalami

penurunan disbanding ekspor tahun sebelumnya yang mencapai 100 kontainer.

Adapun negara tujuan ekspor yaitu Timur Tengah dan Amerika dengan

perbandingan persentase mencapai 60% : 40%. Harga jual ekspor produk mete

first grade mencapai Rp 85.000-110.000/kg, sedangkan harga jual ke dalam

negeri sekitar 75.000/kg.

Kendala yang dihadapi terkait dengan ekspor mete yaitu adanya beberapa

pesaing seperti India dan Vietnam yang dapat menjual secara kotinyu dengan

kualitas yang lebih baik. Pemilik perusahaan sangat setuju rencana pemerintah

akan memberlakukan pengenaan Bea Keluar ekspor mete gelondong dan

menyatakan kebijakan tersebut harus segera dilaksanakan. Besaran BK yang

diterapkan sebaiknya meningkat secara progresif dengan tujuan ada nilai

tambah dengan harga jual yang terus meningkat agar mete yang diperjual

belikan sudah dalam bentuk kupas. Dengan peningkatan harga jual mete kupas

tersebut, diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani mete.

b. PT. Bumimas Tirtawana, Pedagang Besar (Eksportir):

27

Perusahaan ini berstatus sebagai PMDN dan bergerak di bidang perdagangan

umum. Dalam aktivitas sehari-harinya juga memperjual belikan hasil laut dan

kayu selain mete juga. Selama ini perusahaan membeli mete yang sudah dalam

bentuk mete kupas/kacip yang berasal dari daerag Bau-Bau (Kendari), Sulawesi

Tenggara. Harga pembelian mete kupas terendah sekitar Rp. 50.000/kg dan

tertinggi sekitar Rp. 55.000 /kg. Akhir-akhir ini perusahaan sudah jarang

melakukan ekspor mete karena tidak ada pesanan. Negara sebagai tujuan ekspor

mete adalah Shanghai (China) dengan harga pada saat itu sekitar Rp. 135.000/kg.

Alasan tidak adanya pesanan mungkin disebabkan importir dimaksud sudah

memperolehnya dari eksportir di Vietnam dan India yang merupakan negara

pesaing mete dari Indonesia.

Hambatan yang dihadapi dalam berbisnis mete yaitu hanya memiliki satu pasar

yaitu China, sehingga harus bersaing langsung dengan negara lain yang mencoba

masuk pasar China seperti India dan Vietnam. Harga menjadi penentu daya saing

ekspor karena India dan Vietnam menjual kacang mete dengan lebih murah

sehingga produk mereka lebih diminati. Sementara itu, masa panen mete yang

terbatas pada bulan Juli hingga Oktober mempengaruhi kontinuitas supply

bahan baku mete gelondong. Kualitas dan kuantitas mete menjadi tergantung

terhadap faktor cuaca, hama tanaman, luas lahan dan proses panen.

Wakil dari perusahaan yang diwawancara menyatakan sangat menyetujui

rencana pengenaan Bea Keluar BK) ekspor untuk mete gelondong agar dapat

menjamin pasokan didalam negeri dan ada nilai tambah yang dapat diperoleh di

dalam negeri sehingga akan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh

stakeholder di komoditi mete. Adapun besaran awal BK ekspor mete gelondong

mungkin sekitar 15-20% dan diharapkan bersifat progresif.

c. Pedagang Pengumpul:

Pedagang pengumpul 1: bertempat tinggal di daerah Sampang, Madura ini sudah

hampir 30 tahun menjalankan kegiatan usahanya. Pembelian mete ke beberapa

petani disekitar Bangkalan dalam bentuk mete gelondong, namun terkadang

juga mete dalam bentuk kupas. Harga pembelian mete gelondong terendah

pada akhir-akhir ini sebesar Rp. 15.000/kg dan tertingginya Rp. 19.000/kg.

28

Terkait dengan profesinya sebagai pedagang pengumpul, pelaku usaha ini juga

melakukan proses pengupasan/pengkacipan mete gelondong yang selama ini

dilakukan dengan jumlah anggota mitra sekitar 200 orang dengan biaya

pengupasan/pengkacipan sebesar Rp. 2.250/kg. Harga jual mete basah yang

sudah dikupas/kacip dijual ke pedagang besar/perusahaan sekitar Rp.65.000/kg.

Sumber bahan baku Mete, berasal dari daerah sekitar Bangkalan (Madura) yaitu

Bangkalan (50 ton), Aris Baya (10) ton, Tanjung Bumi (100 ton) dan Tamberu

(120 ton). Kendala yang dihadapi dalam kegiatan usahanya yaitu masalah

permodalan dan transportasi dalam mencarian dan mengirimkan mete ke

pembeli di Surabaya. Tanggapan terhadap pengenaan Bea Keluar ekspor mete

gelondong kurang memahami dan pada prinsipnya menyetujui.

Pedagang pengumpul 2: lokasi usaha di Tanjung Bumi, Bangkalan (Madura) dan

telah memulai kegiatan usahanya sekitar tahun 1998. Harga pembelian mete

gelondong terandah sekitar Rp. 13.000/kg dan tertinggi sekitar Rp. 18.000/kg,

sedangkan harga jual dalam bentuk mete gelondong ke pasar atau pedagang

besar sekitar Rp. 19.000/kg. Sumber bahan baku yang berupa mete gelondong

berasal dari Tanjung Bumi (10 ton) dan Tamberu (15 ton). Kendala dalam

memperjualbelikan mete gelondong adalah permodalan sehingga diperlukan

adanya bantuan pinjaman dari pemerintah. Pelaku usaha ini tidak memahami

Bea Keluar ekspor mete gelondong, namun sangat menyetujui rencana tersebut

jika bermanfaat bagi kpentingan bersama. Jika kebijakan tersebut akan

dilaksanakan agar pemerintah mensosialisasikannya sebelumnyapengenaan BK

ekspor tersebut.

d. Petani Mete:

Petani 1: bertempat tinggal di Tanjung Bumi, Bangkalan (Madura), mempunyai

lahan kebun jambu mete sekitar 10 Ha dengan produksi sekitar 50 ton. Harga

jual mete gelondong terakhir sebesar Rp. 15.000/kg ke pedagang pengumpul.

Apabila mete gelondong tidak laku terjual, disimpan sampai menunggu adanya

pembelian. Petani ini terkadang juga melakukan pengolahan

pengupasan/pengacipan. Kendala yang dihadapi dalam berkebun yaitu adanya

hama penyakit dan kondisi cuaca.

29

Petani 2: bertempat tinggal di Tanjung Bumi, Bangkalan (Madura). Luas lahan

perkebunannya sekitar 2 Ha dengan produksi sekitar 10 ton. Harga jual mete

gelondong terakhir berkisar antara Rp. 11.000 – Rp. 15.000/kg. Hasil produksinya

dijual seluruhnya dalam bentuk mete gelondong kepada pedagang pengumpul.

Apabila mete gelondong tidak terjual, akan disimpan sampai harga menjadi

stabil. Sebagai petani mete, petani ini tidak melakukan

pengupasan/pengkacipan. Adapun kendala yang dihadapi adalah permodalan,

luas lahan, perubahan cuaca dan hama penyakit tanaman.

Petani 3: bertempat tinggal di Tangjung Bumi, Bangkalan (Madura) ini memiliki

luas lahan sekitar 7 Ha dengan total produksi sekitar 35 ton. Penjualan hasil

produksi yang berupa mete gelondongan pada akhir-akhir ini sekitar Rp. 12.000

– Rp. 15.000/kg dan dijual kepada pedagang pengumpul. Apabila mete

gelondong tidak laku terjual, maka akan disimpan sambil menunggu pembeli.

Peteni ini terkadang juga melakukan pengupasan/pengacipan disamping menjual

mete dalam bentuk mete gelondong. Adapun kendala yang dihadapi didalam

pengelolaan kebun mete antara lain luas lahan, hama tanaman, dan keadaan

cuaca yang terkadang kurang bersahabat seperti hujan terus menerus sehingga

merontokkan bunga.

e. UMKM Mete:

Jumlah tenaga kerja yang dimiliki sebanyak 200 orang merupakan tenaga kerja

umum dan sebanyak 250 orang adalah tenaga kerja pengkacip sebagai mitra

yang tersebar di beberapa daerah sentra produksi mete seperti di Bau-Bau,

Muna, Buton, Rumbe, Buleleng, Wonogiri dan Jatisrono. Adapun sumber bahan

baku mete gelondong berasal dari beberapa daerah sentra produksi mete

seperti Bau-Bau, Muna, Buton, Rumbe, Buleleng, Wonogiri dan Jatisrono.

Upah tenaga kerja disesuaikan dengan upah minimum regional daerah dimana

tenaga kerja ditempatkan. Untuk menghasilkan 1 kg kacang mete diperlukan

sekitar 4-5 kg mete gelondong (mete kupas 20% - 25% dari mete gelondong).

Harga mete gelondong yang dibeli berkisar antara Rp. 15.000 – Rp. 19.000/kg.

Penjualan kacang mete dari hasil produksinya ditujukan terutama untuk ekspor

(70%) ke beberapa negara seperti Timur Tengah dan Amerika dan sisanya (30%)

30

dijual ke dalam negeri. Harga jual kacang mete untuk tujuan ekspor berkisar

antara Rp. 85.000 – Rp. 110.000/kg dan dalam negeri sekitar Rp. 75.000/kg.

Kendala yang dihadapi selama menjadi pengusaha UMKM mete antara lain

merasa kesulitan untuk mendapatkan bahan baku mete yang berkualitas baik

karena terkadang terkendala dengan anomali musim. Selain itu, bahan baku

mete gelondong tidak tersedia secara kontinyu karena musim panen yang hanya

setahun sekali.

f. Disperindag Jawa Timur

Ekspor kacang mete gelondong daerah Jawa Timur sebagaian besar ditujukan ke

India dan Vietnam, sedangkan untuk kacang mete dalam bentuk kupas/kacip

ditujukan sebagian besar ke kawasan Timur Tengah dan Amerika.

3.3. Analisis Rantai Nilai Industri Mete

Dari usulan pengenaan bea keluar atas ekspor mete gelondong yang disampaikan

oleh PT Comextra Majora dan Guyubrame telah disampaikan bahwa mete adalah

komoditi yang bernilai ekonomi dan sosial tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Collin

Higgins Consulting Group (2012), mete dapat tumbuh sangat bagus di tanah gersang dan

tidak perlu berkompetisi dengan tumbuhan lain untuk tumbuh. Selain itu, pengolahan

mete gelondong dengan cara mengkacip (membuka kulit luar mete), memanggang dan

mengupas kulit ari mete dapat dilakukan oleh siapa saja. Karena itu, industri pengolahan

mete yang bersifat labour-intensive akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan

pelaku usaha skala kecil.

Industri mete gelondong menyerap tenaga kerja dalam jumlah cukup besar.

Asumsi yang diperoleh dari usulan pengenaan Bea keluar yang disampaikan oleh PT.

Comextra Majora melalui suratnya No. 0563/SRK/CM/IV/10 tanggal 26 April 2010 tentang

Bea Keluar Ekspor Jambu Mete Gelondong dan informasi yang diperoleh pada saat survei

adalah kapasitas tenaga kerja pada 1 Hari Orang Kerja (HOK) yang dianggap sama dengan

7 jam efektif adalah sebesar 5 Kg/HOK untuk olah kacip, 10 kg/HOK untuk olah kulit ari,

50 kg/HOK untuk kegiatan sortasi dan grading dan 200 kg/HOK untuk kegiatan

pengemasan. Informasi lain yang diperoleh dari hasil survei adalah perbandingan volume

mete kupas siap goreng dengan mete gelondong adalah 1 kilogram berbanding 4

kilogram. Atau dengan kata lain, diperlukan 4 kilogram mete gelondong untuk

31

menghasilkan mete kupas siap goreng. Kadang perbandingnan ini menjadi 1 berbanding

5 atau 1 berbanding 6. Selain itu diketahui bahwa masa panen mete gelondong Indonesia

jatuh pada bulan Juli sampai dengan Oktober (4 bulan).

Dengan menggunakan data produksi mete dari kementerian Perkebunan tahun

2012 dimana produksi mete gelondong tahun 2012 dari Kementerian Pertanian mencapai

114.789 ton, maka gambaran rantai produksi mete yang dihitung dengan tiga alternatif

yaitu 1) sesuai dengan kondisi sekarang ekspor; 2) kebijakan larangan ekspor dan 3)

kebijakan Bea Keluar yang dapat menurunkan volume ekspor sebesar 20% dapat dilihat

pada Tabel 3.9 di bawah.

Tabel 3.9. Kemampuan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Olahan Mete

Alternatif Jumlah HOK per tahun

(HOK/Tahun)

Jumlah Tenaga Kerja

(Orang/Tahun)

1 Penyerapan tenaga kerja industri lokal

a Tenaga kerja kacip 11.174.000 93.117

b Tenaga kerja Kupas Kulit Ari 1.396.750 11.640

c Tenaga kerja sortasi & grading 279.350 2.328

d Tenaga kerja pengemasan 69.838 582

e Jumlah tenaga kerja terserap 12.919.938 107.666

2

a Tenaga kerja kacip 13.531.120 112.759

b Tenaga kerja Kupas Kulit ari 1.691.390 14.095

c Tenaga kerja sortasi & grading 338.278 2.819

d Tenaga kerja pengemasan 84.570 705

e Jumlah tenaga kerja terserap 15.645.358 130.378

3

a Tenaga kerja kacip 22.959.600 191.330

b Tenaga kerja Kupas Kulit ari 2.869.950 23.916

c Tenaga kerja sortasi & grading 573.990 4.783

d Tenaga kerja pengemasan 143.498 1.196

e Jumlah tenaga kerja terserap 26.547.038 221.225

Penyerapan tenaga kerja dengan asumsi pengenaan Bea

Keluar mengurangi volume ekspor sebanyak 20%

Penyerapan tenaga kerja dengan asumsi larangan

ekspor (mengolah seluruh produksi mete gelondong)

Rantai Proses

Dapat dilihat pada Tabel 3.3 di atas bahwa jika kebijakan pengenaan Bea keluar

diterapkan yang diasumsikan dapat mengurangi volume ekspor sebanyak 20%, maka

akan dapat menambah penyerapan tenaga kerja untuk industri lokal sebanyak 22.712

orang/tahun. Sementara, jika kebijakan yang diterapkan adalah larangan ekspor sehingga

seluruh mete gelondong dapat diolah di dalam negeri, maka akan dapat menyerap

113.559 orang/tahun.

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari hasil survei ke Wonogiri dan

Surabaya dan rantai nilai harga pada Laporan Usulan Pengenaan Bea Keluar Ekspor Mete

32

Gelondong (Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, 2011), tim kajian membuat rantai

nilai harga mete sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah.

PETANI HARGA JUAL GELONDONG: - Harga terendah:

Rp 9.000/Kg - Harga tertinggi:

Rp 15.000/Kg HARGA JUAL KACANG METE: - Harga terendah:

Rp 75.000/Kg - Harga tertinggi:

Rp 90.000/Kg

PEDAGANG PENGUMPUL/TENGKULAK HARGA BELI DARI PETANI: - Harga terendah: Rp

13.000/Kg - Harga tertinggi: Rp 19.000/Kg HARGA JUAL: - Pasar: Rp 18.000/Kg - Perusahaan: Rp 19.000/Kg - Pedagang besar: Rp

19.000/Kg

PEDAGANG BESAR, PERUSAHAAN PENGOLAH DAN EXPORTIR - Harga Beli terendah: Rp

11.000/Kg - Harga Beli rata-rata

tertinggi: Rp 19.000/Kg - Harga Beli mete kupas

terendah Rp 50.000/Kg - Harga beli mete kupas

tertinggi Rp 72.500/Kg - Harga produk mete dalam

negeri Rp 75.000/Kg - Harga ekspor produk

mete terendah Rp 85.000/Kg

- Harga ekspor produk mete tertinggi Rp 110.000/Kg

UMKM - Harga Beli rata-rata dari

pasar: 9.000/Kg - Harga beli rata-rata dari

pedagang pengumpul : Rp 10.500/Kg

Gambar 3.1. Rantai Nilai Harga Mete Berdasarkan Hasil Survei

Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui bahwa pedagang besar akan dapat

memperoleh margin keuntungan yang lebih besar jika membeli mete gelondong langsung

dari petani. Selain itu, hal lain yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 tersebut adalah

peningkatan harga yang sangat besar dari mete gelondong (sekitar Rp 9.000-19.000 per

Kg) sampai menjadi kacang mete (harga sekitar Rp 85.000-Rp 95.000 per Kg di dalam

negeri dan mencapai Rp 110.000/Kg untuk ekspor). Hal ini menunjukkan peningkatan

nilai tambah yang sangat besar jika dilakukan pengolahan mete di dalam negeri.

33

3.4. Usulan Pengenaan Bea Keluar Mete Gelondong

Dari hasil survei diketahui bahwa pelaku usaha tidak keberatan jika ekspor mete

gelondong dikenakan Bea Keluar. Usulan besaran tarif Bea Keluar dari pelaku usaha

adalah sebesar 15-20%. Namun pelaku usaha dan pihak-pihak yang diwawancara dalam

survei menyatakan bahwa perlu dilakukan sosialisasi terlebih dahulu sebelum kebijakan

diterapkan.

Dikarenakan tidak ada bursa komoditi mete di dunia sehingga tidak ada harga

acuan mete gelondong, maka diputuskan bahwa besaran tarif bea keluar bersifat tetap.

Sesuai dengan usulan pelaku usaha dan berdasarkan hasil analisis dan konsultasi,

diusulkan tarif Bea Keluar mete gelondong sebesar 15%.

34

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data primer dan sekunder dan hasil kajian

yang telah dilakukan, maka ada beberapa pertimbangan untuk pengenanan Bea Keluar

sebagai berikut:

1. Pengenaan Bea Keluar terhadap ekspor mete gelondong sejalan dengan upaya

pemerintah dalam mengembangkan industri hilir dan peningkatan nilai tambah dari

industri olahan di dalam negeri.

2. Sesuai dengan yang disampaikan oleh PT. Comextra Majora dan Paguyuban

Pengusaha dan Pengrajin Mete Wonogiri (GUYUBRAME) dalam surat usulan

pengenaan bea keluar atas ekspor mete gelondong, hasil desk research dan survei

bahwa mete adalah komoditi yang bernilai ekonomi dan sosial tinggi untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat di sentra produksi yang umumnya berada di

daerah bertanah gersang. Selain itu, industri pengolahan juga bersifat padat karya

dan sektor informal sehingga dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

3. Selama periode 2008-2013, ekspor Mete Indonesia didominasi oleh ekspor mete

gelondong (63,4%). Namun pada tahun 2013, ekspor mete kupas naik signifikan

menjadi USD 32,3 juta (36,1% dari total ekspor mete), sementara ekspor mete

gelondong mengalami penurunan. Dari sisi volume ekspor, sejak tahun 2009

pertumbuhan volume ekspor mete kupas selalu negatif, namun pada tahun 2013

pertumbuhannya positif sebesar 30,8%.

4. Tujuan ekspor mete gelondong Indonesia pada tahun 2013 terkonsentrasi pada 2

(dua) negara yaitu Vietnam dengan share volume ekspor sebesar 57,58% dan India

sebesar 41,74%. Di tahun 2012 share volume ekspor ke Vietnam sebesar 33,36% dan

India sebesar 66,29%.

5. Analisis daya saing dengan metoda Constant Market Share Analysis (CSMA) untuk

mete gelondong pada periode 2008-2010 dan 2010-2012 menunjukkan

pertumbuhan ekspor mete gelondong Indonesia ke Vietnam dan India secara umum

kalah dibandingkan total pertumbuhan ekspor negara lain yang ditujukan ke dua

35

pasar tersebut. Efek daya saing yang bernilai positif hanya diperoleh pada periode

2008-2010 untuk pasar India.

6. Negara pesaing ekspor mete gelondong Indonesia ke pasar Vietnam dan India adalah

negara produsen mete gelondong di negara Afrika yaitu Ghana, Nigeria, Pantai

Gading, Tanzania, Benin, Guineabissau.

7. Tujuan ekspor mete kupas Indonesia pada tahun 2013 lebih terdiversifikasi

dibandingkan mete gelondong. Negara tujuan utama ekspor Indonesia adalah

Amerika Serikat dengan pangsa ekspor sebesar 44,1%. Disusul oleh Australia dengan

pangsa ekspor 9,3% dan Jerman dengan pangsa ekspor 9,3%. Negara tujuan ekspor di

posisi keempat adalah Taiwan dnegan pangsa ekspor sebesar 8,3% dan di posisi

kelima adalah 6,6%.

8. Hasil analisis daya saing untuk mete kupas menunjukkan bahwa daya saing produk

mete kupas Indonesia relatif rendah yang ditunjukkan dengan nilai efek daya saing

yang bernilai negatif di empat negara tujuan ekspor mete kupas (Amerika Serikat,

Australia, Jerman dan Taiwan) pada periode 2008-2010 dan periode 2010-2012. Nilai

negatif pada efek daya saing menunjukkan pertumbuhan ekspor mete kupas

Indonesia ke Amerika Serikat, Australia, Jerman dan Taiwan tidak secepat

pertumbuhan ekspor mete kupas negara-negara lain yang ditujukan ke empat negara

tersebut.

9. Negara yang menjadi pesaing utama Indonesia untuk ekspor mete kupas di negara

tujuan ekspor utama Indonesia (Amerika Serikat, Australia, Jerman dan Taiwan)

terutama adalah Vietnam dan India. Selain kedua pesaing itu, Indonesia juga kalah

bersaing dengan Brasil, Pantai Gading dan Mozambik yang juga mengekspor mete

kupas ke Amerika Serikat. Untuk pasar Jerman, Belanda juga menjadi pesaing ekspor

mete kupas Indonesia selain Vietnam dan India.

10. Berdasarkan hasil survei, pedagang India sangat agresif melakukan transaksi

pembelian dengan daya beli tinggi di sentra-sentra produksi melalui pedagang

perantara.

11. Apabila Bea Keluar atas ekspor mete gelondong diterapkan, diharapkan industri

rumah tangga dan industri besar di bidang mete mendapat tambahan pasokan bahan

baku untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Selain itu, industri produk turunan

mete, Chasew Shell Nut Liquid (CNSL), juga dapat ikut tumbuh.

36

12. Industri pengolahan mete menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Berdasarkan

informasi kapasitas tenaga kerja pada 1 Hari Orang Kerja (HOK) yang dianggap sama

dengan 7 jam efektif adalah sebesar 5 Kg/HOK untuk olah kacip, 10 kg/HOK untuk

olah kulit ari, 50 kg/HOK untuk kegiatan sortasi dan grading dan 200 kg/HOK untuk

kegiatan pengemasan. Apabila menggunakan data produksi mete gelondong tahun

2012 dari Kementerian Pertanian yang mencapai 114.789 ton dan jika diasumsikan

penerapan kebijakan pengenaan Bea keluar dapat mengurangi volume ekspor

sebanyak 20%, maka akan dapat menambah penyerapan tenaga kerja untuk industri

lokal sebanyak 22.712 orang tenaga kerja per tahun. Jika kebijakan yang diterapkan

adalah larangan ekspor dimana seluruh mete gelondong dapat diolah di dalam

negeri, maka akan dapat menyerap 113.559 orang tenaga kerja per tahun.

13. Terjadi peningkatan harga yang sangat besar dari mete gelondong (sekitar Rp 9.000-

19.000 per Kg) sampai menjadi kacang mete siap makan (harga sekitar Rp 85.000-Rp

95.000 per Kg di dalam negeri dan mencapai Rp 110.000/Kg untuk ekspor). Ditambah

lagi dengan karakteristik komoditi dengan waktu panen yang singkat menyebabkan

harga mete gelondong menurun ketika masa panen dan meningkat pada saat hari

raya idul fitri. Hal ini menunjukkan peningkatan nilai tambah yang sangat besar jika

dilakukan pengolahan mete di dalam negeri.

4.2. Rekomendasi

Dengan berbagai pertimbangan tersebut di atas, maka kami merekomendasikan:

1. Untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan mete di dalam negeri, maka mete

gelondong sebaiknya dikenakan Bea Keluar agar industri pengolahan mete dapat

lebih berkembang dan nilai tambah pengolahan mete dapat dimanfaatkan di dalam

negeri.

2. Berdasarkan berbagai masukan di atas, maka besaran tarif yang diusulkan adalah

bersifat flat 15%.

37

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. (2014). Kurs Transaksi Bank Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia. Diunduh dari http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/transaksi-bi/Default.aspx tanggal 21 Maret 2014 jam 23.50 WIB.

Collin Higgins Consulting Group. (2012). Agribusiness Development Opportunities in Eastern Indonesia. Diunduh dari hhtp://aid.dfat.gov.au/Countries/eastasia/indonesia/Documents/agribusiness-east-indonesia-review.pdf tanggal 27 Maret 2014 jam 16.17 WIB.

Kandungan, manfaat dan khasiat jambu monyet (mete). (2014). Diunduh dari http://www.pemkomedan.go.id/serba_detail.php?id=564 tanggal 27 Januari 2014 jam 14.28 WIB.

Food and Agriculture Oraganization Statistics. 2014. Top Production –Chasew Nuts, with shell Year 2008-2012. Diunduh dari http://faostat.fao.org/site/339/default.aspx tanggal 19 Pebruari 2014 jam 14.05 WIB.

Kementerian Keuangan. (2012). Buku Tarif Kepabeanan Indonesia. Jakarta: Kementerian Keuangan.

PT Comextra Majora. 2010. Bea Keluar Ekspor Lebih Tepat Untuk Jambu Mete: Sebuah Tinjauan Fakta di Balik Jambu Mete. Disampaikan bersaam dengan Surat No 0563/SRK/CM/IV/20 perihal Bea keluar Ekspor Jambu Mete Gelondong.

Pusat Data dan Informasi Kemendag. (2014). Data Ekspor Impor Mete dan Olahannya. Jakarta: Kementerian Perdagangan.

Pusat Kebijakan Perdagangan Luar negeri. (2011). Usulan Pengenaan Bea Keluar Ekspor Mete Gelondong. Jakarta.

The Saigon Times. (2014). Vinacas calls for effort to stop cashew price drops. Diunduh dari http://english.thesaigontimes.vn/Home/business/corporate/28608/ tanggal 27 Maret 22.49 WIB.

Trademap. (2014). Trade Data. Retrieved Februari-Maret 2014 dari www.trademap.org.