analisis umur fungsi waduk mrica 2

Upload: yudhis-bnchydustalicickmunfick

Post on 07-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

bendungan materi

TRANSCRIPT

KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN DISERTASI

ANALISIS UMUR FUNGSI WADUK MRICA Teguh Marhendi

ABSTRACTLaju erosi daerah tangkapan air Waduk Mrica dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Akibat peningkatan erosi tersebut, volume tampungan waduk Mrica mengalami penyusutan akibat sedimentasi yang meningkat. Akhir Tahun 2004, volume waduk tinggal 55,26 % atau 78,05 juta meter kubik dari kondisi awal (Tahun 1989) sebanyak 141,247 juta meter kubik. Sementara itu, sejak beroperasi Tahun 1989 hingga Tahun 2008, sedimentasi Waduk Mrica mencapai 83,791 juta meter kubik, atau sekitar 59,.33% volume waduk terisi lumpur.Paper ini bertujuan menganalisis prediksi umur fungsi Waduk Mrica akibat erosi dan sedimentasi di daerah tangkapan airnya melalui beberapa metode. Hasil analisis menunjukkan bahwa umur fungsi waduk Mrica tidak sesuai dengan rencana. Sedimentasi yang tinggi menyebabkan pendangkalan berlangsung secara cepat sehingga perkiraan umur rencana menjadi lebih pendek.Key words : Waduk Mrica, erosi, sedimentasi, umur fungsi wadukPENDAHULUANLaju erosi daerah tangkapan air Waduk Mrica dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Akhir Tahun 2004, volumenya tinggal 55,26 % atau 78,05 juta meter kubik dari kondisi awal (Tahun 1989) sebanyak 141,247 juta meter kubik (PT. Indonesia Power, 2005). Sementara itu, sejak beroperasi Tahun 1989 hingga Tahun 2008, sedimentasi di Waduk Mrica mencapai 83,791 juta meter kubik, atau sekitar 59.33% volume waduk terisi lumpur (PT. Indonesia Power, 2002, 2005 dan 2008). Hal tersebut diduga disebabkan oleh kerusakan ekosistem di daerah tangkapan air Waduk Mrica akibat berkurangnya luas hutan di bagian hulu (Suroso, 2007) dan dimanfaatkan untuk lahan pertanian.

Proses perubahan penggunaan lahan, selain menghasilkan manfaat, juga memberikan resiko terjadinya kerusakan lahan akibat erosi, pencemaran lingkungan, banjir dan lainnya. Erosi akan menyebabkan terjadinya proses pendangkalan waduk, penurunan kapasitas saluran irigasi, dan dapat mengganggu sistem pembangkit tenaga listrik. Erosi dan banjir juga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam (Jamartin Sihite, 2001).

Kejadian erosi akan memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung, baik terhadap DAS, waduk maupun terhadap manusia atau lingkungan. Erosi yang terus-menerus terjadi, akan menyebabkan kerusakan struktur tanah, merubah kegemburan tanah yang berimbas pada lahan pertanian. Di samping itu, peningkatan sedimen, akan menyebabkan operasi waduk menjadi terganggu.

Erosi dan produksi sedimen sebenarnya merupakan suatu kejadian alami yang tidak mungkin dihindari sama sekali. Namun akibat yang ditimbulkan oleh erosi di bagian hulu waduk, seperti Waduk Mrica, akan dirasakan sangat merugikan karena akan mengganggu operasi Waduk Mrica termasuk akan memperpendek umur fungsi waduk. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi guna pengamanan terhadap waduk dari bahaya pendangkalan yang dipercepat akibat erosi di bagian hulu waduk tersebut.

LOKASI KAJIAN

Waduk Mrica berlokasi di Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, pada koordinat 109(0600 110(0749 BT dan 7(1704 7(4707 LS. Waduk dibangun Tahun 1983 dan mulai digenangi Bulan April Tahun 1988. Luas genangan pada elevasi +231 m sekitar 8 km2 dengan volume efektif sekitar 47 juta m3. Luas genangan pada elevasi penuh mencapai sekitar 12 km2 dengan volume genangan 141,247 juta m3. Luas genangan pada elevasi +234,50 m mencapai sekitar 12,50 km2. Sedangkan luas genangan pada elevasi +235 m (operasi penuh) mencapai 12,91 km2 dengan volume genangan mencapai 187,62 juta m3. Elevasi minimum yang diijinkan untuk beroperasi adalah pada elevasi +224 m atau pada volume tampungan 96,11 juta m3. Tinggi bendungan sampai dengan elevasi +235 m mencapai 75 m, sedangkan ketinggian head dari dasar bendung ke turbin mencapai 18 m. Gambar 1 menunjukkan lokasi Waduk Mrica dan daerah tangkapan airnya sedang Tabel 1 memberikan informasi data teknis Waduk Mrica.

Gambar 1 Daerah tangkapan air Waduk Mrica

Tabel 1 Data teknis Waduk Mrica

NoData TeknisKeterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10Ketinggian

Elevasi muka air rendah

Elevasi muka air penuh

Elevasi muka air banjir

Luas genangan pada elevasi +234,5 m

Luas genangan pada elevasi +231,0 m

Volume tampungan

Dead Storage

Volume seluruh

Volume efektif+ 235,000 m

+ 224,500 m

+ 231,000 m

+ 234,500 m

12,500 km2

8,000 km2 141,247 juta m3 110,000 juta m3 165,000 juta m3 47,000 juta m3

KARAKTERISTIK WADUK MRICAKarakteristik waduk dapat diamati dari hubungan antara elevasi muka air waduk dengan volume (tampungan) air waduk dan hubungan antara elevasi air waduk dengan luas permukaan air waduk. Secara sederhana berikut ini diberikan gambaran hubungan antara elevasi muka air waduk dengan luas serta dengan volume Waduk Mrica untuk tahun 89, 92, 93, 94 dan 2002.

Gambar 2 Karakteristik Waduk Mrica sampai tahun 2002ANALISIS UMUR FUNGSI WADUK MRICAUmur fungsi waduk didefinisikan sebagai masa manfaat waduk dalam menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuan pembuatan waduk. Batas umur fungsi waduk ditentukan apabila sedimen yang masuk waduk mencapai elevasi kapasitas tampungan ( Rapinaluri, 2005). Menurut Abdul Qohhar (2002), umur fungsi waduk ditentukan dengan menghitung waktu yang diperlukan oleh sedimen untuk mengisi kapasitas tampungan mati. Dengan diketahui besarnya kapasitas tampungan mati serta kecepatan laju sedimentasi, waktu yang diperlukan sedimen untuk menutup tampungan mati akan diketahui.

Penentuan umur fungsi waduk menurut Kironoto (1999), didasarkan pada berbagai faktor seperti besar angkutan sedimen (suspended dan bed load) di alur sungai, nilai erosi DAS, nilai trap efficiency waduk dan data fisik waduk. Umur fungsi rencana Waduk Mrica pada saat perencanaan dan pembangunan adalah 65 tahun (Suroso, 2007). Namun dari beberapa penelitian, menunjukkan telah terjadi perubahan umur fungsi waduk Mrica menjadi lebih pendek dari rencana pembangunan awal.

Dalam tulisan ini akan dilakukan analisis umur fungsi waduk menggunakan dua cara yaitu cara statistik ( regresi) dan cara angkutan sedimen dengan mengacu data hasil echosounding sebagai pembanding. Data echosounding yang digunakan merupakan hasil pengukuran yang dilakukan oleh PT Uni Indonesia Power UBP Mrica sampai tahun 2006.

Analisis pertama dilakukan menggunakan metode statistik (regresi) untuk dua persamaan berbeda menggunakan data tahun 1989-2006 sebagaimana tertera dalam Tabel 2. Suatu persamaan dengan prosedur curve fitting dapat diturunkan dengan umur fungsi waduk sebagai absis dan volume sedimen waduk sebagai ordinat. Hasil analisis curve fitting dua persamaan untuk prediksi umur fungsi waduk dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 di bawah ini.

Tabel 2 Perkembangan volume sedimen Waduk Mrica

TahunVolume Sedimen (juta m3)

19893.40

19906.00

199112.80

199216.00

199320.10

199523.50

199528.50

199633.10

199735.30

199841.30

199945.80

200052.00

200156.20

200259.80

200467.10

200571.70

200675.00

Sumber : PT. Indonesia Power, 2008

Gambar 3 Curve fitting menggunakan regresi linier

Gambar 4 Curve fitting menggunakan regresi polynomial orde 2

Dari Gambar di atas dapat dilihat, kedua persamaan memiliki nilai koefisien yang sama. Secara matematis, kedua kurva dianggap baik untuk analisis mengingat koefisien korelasinya (R2) mendekati nilai 1. Namun untuk menyimpulkan kurva mana yang paling baik, perlu dilihat hasil prediksinya. Apakah kedua kurva tersebut memberikan hasil yang sama atau tidak. Kurva yang paling mendekati data asli yang nantinya dianggap paling layak. Hasil prediksi kedua kurva dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini dengan x adalah tahun dan y adalah sedimen dalam juta m3.

Tabel 3 Prediksi umur fungsi Waduk Mrica dengan metode regresi

Persamaan PrediksiPrediksi akhir umur fungsiVolume sedimen

akhir umur fungsiKapasitas

Dead Storage

Linier

y = 4.3601x-1.14842014112.214110

Polynomial orde 2

Y = -0.0061x2+4.4753x-1.53242014110.702

Analisis kedua dilakukan dengan cara angkutan sedimen. Sedimen yang terangkut ke waduk melalui alur sungai sebagian besar akan terendapkan di waduk, dan hanya sebagian kecil yang keluar melewati waduk. Untuk mengetahui atau menentukan volume sedimen yang mengendap, perlu memperhatikan hal-hal seperti trap efficiency dari waduk, berat jenis spesifik dari endapan sedimen dan volume sedimen yang mengendap dalam waduk.

Trap efficiency didefinisikan sebagai perbandingan antara besarnya sedimen yang mengendap dalam waduk dengan aliran sedimen yang masuk ke waduk. Trap efficiency sangat dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel sedimen serta besar aliran yang masuk waduk. Metode yang biasa digunakan adalah dengan metode Brune (1953). Berat jenis endapan sangat dipengaruhi oleh cara operasi waduk, tekstur dan ukuran partikel sedimen, tingkat pemadatan atau konsolidasi dan faktor lain seperti rapat massa dan kemiringan sungai.

Sedimen yang terangkut ke waduk selanjutnya akan membentuk distribusi endapan sedimen. Distribusi ini sangat dipengaruhi oleh cara bagaimana waduk dioperasikan, tekstur dan ukuran partikel sedimen, bentuk waduk dan volume sedimen yang diendapkan. Dari keempat faktor tersebut, faktor bentuk waduk sering dipilih sebagai kriteria utama dalam penentuan distribusi. Bentuk waduk ditentukan berdasarkan hubungan antara kedalaman air waduk dengan kapasitas waduk (parameter m). Nilai m didefinisikan sebagai kemiringan (slope) dari garis yang diperoleh dari plot data antara data kedalaman dengan data kapasitas waduk pada kertas logaritmik.

Tabel 4 Klasifikasi waduk berdasarkan nilai mTipe waduk Klasifikasi m

I

II

III

IV Lake Flood plain foothill Hill normlly 3,5 4,0

2,5 5,5

1,5 2,5

-

Volume sedimen yang mengendap dalam waduk meliputi sedimen suspensi dan muatan dasar yang melalui alur sungai dan volume sedimen yang langsung masuk ke waduk melalui genangan waduk (Sudjarwadi, 1995). Untuk menghitung volume sedimen suspensi yang masuk ke waduk digunakan rumus sebagai berikut :

.................................................................................................1

dengan,

Qs = debit sedimen suspensi (ton/hari)

Qw = debit aliran sungai (m3/dt)

a,b = konstanta (tergantung data pengukuran lapangan)

Untuk memudahkan dalam analisis, pada tulisan ini perhitungan angkutan sedimen yang masuk ke Waduk Mrica memperhitungkan sungai-sungai yang dianggap memberi konstribusi sedimen yaitu Sungai Serayu Hulu dan Merawu. Volume air dan angkutan sedimen yang masuk ke Waduk Mrica per tahun dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Volume air dan angkutan sedimen yang masuk Waduk MricaNama SungaiVolume Air(106 m3/th)Angkutan Sedimen(ton/th)

Serayu Hulu

Merawu

lainnya 1.302,05

602,06

18,84214.444,04

716.437,42

12.643,00

Jumlah 1.922,95943.524,46

Sumber : Sudjarwadi, 1995

Jumlah angkutan sedimen suspensi yang masuk ke waduk tidak semua mengendap, ada sebagian yang akan keluar melalui turbin, pelimpah dan bangunan pengambilan. Untuk itu, dengan mengacu Grafik Brune, untuk nilai perbandingan kapasitas waduk dengan aliran air yang masuk waduk rata-rata pertahun sama dengan 0,075 (Sudjarwadi, 1995), maka diperoleh trap efficiency 0,85. Artinya 85 % atau sebesar 801.995,79 ton jumlah angkutan sedimen suspensi yang masuk waduk akan mengendap.

Kondisi sungai dan jenis material dasar Waduk Mrica bersifat spesifik yaitu mempunyai karakteristik seperti sungai daerah pegunungan dengan jenis material dasar relatif halus. Umumnya untuk sungai di daerah pegunungan material dasarnya bersifat kasar dan sungai di daerah landai yang memiliki material dasar halus. Oleh karena itu untuk memprediksi besar angkutan sedimen perlu digunakan tabel yang memberi perkiraan angkutan dasar berdasarkan prosentase hasil hitungan angkutan sedimen suspensi yang masuk waduk. Tabel 6 Prosentase muatan dasar terhadap muatan suspensi totalKonsentrasi sedimen suspensi (mg/ltr)Jenis bahan dasar sungaiTekstur dari material suspensiProsentase muatan dasar terhadap muatan suspensi total

< 1000

1000 - 7500 Pasir

Pasir 20% 50% pasir

20% - 50% pasir 25 150

10 35

Mengacu Sudjarwadi (1995), konsentrasi sedimen suspensi untuk Sungai Serayu adalah 157,79 mg/ltr (< 1000 mg/ltr), Merawu 1183,24 mg/ltr (> 1000 mg/ltr) dan Lumajang adalah 360,04 mg/ltr (< 1000 mg/ltr). Dengan mempertimbangkan kondisi sungai-sungai di lokasi mempunyai karakteristik aliran deras dengan material dasar sungai relatif halus, maka batas prosentase muatan dasar yang digunakan adalah batas atas yaitu 150 % untuk konsentrasi < 1000 mg/ltr dan 35 % untuk konsentrasi > 1000 mg/ltr. Dengan demikian angkutan sedimen total yang mengendap di waduk menjadi 1.393.379,5 yang berasal dari angkutan sedimen suspensi 801.995,79 ton dan angkutan dasar 591.383,66 ton.

Tabel 7 Angkutan dasar (bed load) ke Waduk MricaNama sungaiAngkutan dasar (ton/th)Keterangan

Serayu Hulu

Merawu

lainnya 321.666,06

250.753,80

18.964,50 150% * 214.444,04

35% * 716.437,42

150% * 12.643,00

Jumlah 591.383,66

Total angkutan sedimen 1.393.379,45

Mengacu CV Widha konsultan dan Puslitbang Pengairan, berat jenis sedimen adalah 0,72 ton/m3. Dengan demikian volume sedimen yang mengendap tiap tahun adalah 1.935.249 m3 atau mendekati 2 juta m3 tiap tahun. Hasil ini jauh lebih kecil dari hasil echosounding yang besarnya mencapai 3,95 juta m3 tiap tahun ( PT Uni Indonesia Power, 2006). Perbedaan hasil ini bisa saja dipengaruhi oleh panjang data yang pendek sehingga perubahan debit sedimen setiap tahun tidak diketahui. Variasi debit sedimen dari tahun ke tahun umumnya sangat besar dan bisa mencapai 300% (Sudjarwadi, 1995). Hal lain yang mempengaruhi adalah diskritisasi waktu untuk hitungan bulanan kemungkinan terlalu panjang. Oleh karena itu, hitungan di atas perlu dilakukan koreksi.

Menurut Sudjarwadi (1995) perbedaan hitungan berdasar debit harian dan debit seperempat jam-an berbeda 30 % dengan hasil hitungan berdasar t 15 menit. Apabila perbedaan hasil hitungan antara interval waktu bulanan dan harian dianggap juga 30 %, maka hasil hitungan suplai sedimen ke waduk sebesar 2 juta m3/tahun harus dikoreksi menjadi (1,3)(1,3)(2,0) = 3,38 juta m3/tahun. Seandainya endapan sebesar 3,38 juta m3/tahun yang digunakan untuk analisis umur fungsi waduk, maka untuk perkiraan umur fungsi waduk berdasar tampungan mati (dead storage) menjadi (110,00)/(0,85)/(3,38) = 38,29 tahun. Artinya untuk memenuhi dead storage Waduk Mrica dibutuhkan waktu selama 38,29 tahun dari operasi awal. Angka ini nampaknya terlalu optimistis jika dibandingkan dengan hasil echosounding yang hanya 27 tahun perkiraannya.

PEMBAHASANPerlu disadari bahwa pemanfaatan waduk pada umumnya tidak terasakan oleh masyarakat di daerah tangkapan air waduk tersebut, tetapi sangat diperlukan dan dimanfaatkan oleh ekosistem diluar daerah tangkapan waduk. Misalnya, air irigasi yang disediakan oleh waduk dimanfaatkan atau dirasakan oleh masyarakat di luar ekosistem daerah tangkapan waduk. Sebaliknya yang harus menanggung beban kelestarian sumber air dan pencegahan erosi adalah di ekosistem daerah tangkapan waduk itu sendiri. Di sisi lain setiap perubahan yang terjadi pada ekosistem daerah tangkapan waduk akan dirasakan oleh masyarakat di bawahnya, seperti banjir dan erosi serta berkurangnya kemampuan waduk. Oleh karena itu dapat dipahami, bahwa kepedulian masyarakat Sub DAS di atas Waduk Mrica nampaknya kurang.

Persoalan sebagaimana disebutkan diatas menyebabkan tingginya aliran sedimen yang masuk Waduk Mrica dan mempengaruhi umur fungsi waduk. Berdasarkan Tabel 2 dan dengan analisis regresi sederhana serta analisis angkutan sedimen, prediksi umur fungsi rencana waduk yang sudah dirancang sebelumnya selama 65 tahun (Suroso, 2007) dipastikan tidak dapat terpenuhi akibat sedimen yang terus meningkat. Hasil prediksi umur fungsi Waduk Mrica dapat dilihat pada Tabel 8.Tabel 8 Prediksi umur fungsi Waduk Mrica

Jenis analisisPrediksi umur fungsi(th)Umur fungsi rencana (th)

Curve fitting linier

Curve Fitting Polynomial

Angkutan sedimen

echosounding25.00

25.00

38.29

27.8465

Sumber : hasil analisisKEMUNGKINAN UPAYA PENGURANGAN LAJU EROSIGuna mengatasi sedimentasi yang tinggi di Waduk Mrica, yang perlu dilakukan adalah mengurangi laju erosi lahan yang terjadi di daerah tangkapan air waduk tersebut. Upaya mengurangi laju erosi dapat dianggap sebagai upaya untuk mengelola kemampuan potensial butiran hujan melalui energi kinetiknya dan gradien hidraulik di permukaan tanah agar penghantaran tanah oleh massa air dapat dikurangi atau dicegah. Oleh karena itu perlu pemberdayaan masyarakat di sekitar daerah tangkapan air agar proses peningkatan erosi dapat dikurangi tanpa mengurangi produktivitas lahan yang ada.Proses perpindahan sedimen secara alami sangat dipengaruhi oleh kondisi siklus hidrologi. Ada dua pemahaman fenomena siklus hidrologi yaitu pandangan kuno dan modern ( Mays, 1996). Menurut konsep kuno, kondisi siklus hidrologis merupakan sesuatu yang secara alami terbangun atau given. Sedang konsep modern menyatakan bahwa aktivitas manusia sangat berpengaruh terhadap kondisi siklus hidrologis.

(a) Pandangan Kuno

(b) Pandangan ModernGambar 5 Peran manusia terhadap proses hidrologi ( Mays, 1996)

Berdasarkan Gambar 5 (b), proses sedimentasi akan sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dalam memanfaatkan sistem lahan dan sistem alur. Intensitas dampak negatif dari sedimen sangat tergantung pada kondisi kemiringan lahan, struktur tanah serta kondisi hidrologis suatu kawasan. Oleh karena itu upaya meminimalkan laju erosi lahan perlu dilakukan secara terus menerus. Kondisi perkembangan peningkatan sedimen yang masuk ke Waduk Mrica akibat pengaruh intensitas tekanan manusia terhadap lahan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Penampang memanjang perkembangan peningkatan sedimentasi Waduk Mrica

Pemberdayaan masyarakat menurut Louis G. White, 1988 dalam Legono, dkk, 2007, diterjemahkan sebagai suatu proses pemberian kekuasaan pada masyarakat untuk tujuan kesadaran, dimana masyarakat memiliki kemampuan dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Persoalan yang dimaksud dalam hal ini adalah berkaitan dengan tingginya erosi di daerah tangkapan Waduk Mrica. Masyarakat diharapkan mengenal terhadap lingkungan tersebut, sebab hal ini berhubungan dengan mata pencaharian. Dengan demikian masyarakat akan dapat memahami, bahwa jika daerah tangkapan waduk mengalami kerusakan akan mengganggu mata pencaharian mereka akibat erosi ynag tinggi disamping akan berpengaruh terhadap waduk. Oleh karena itu perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan dan melakukan upaya penekanan laju erosi tanpa menghilangkan faktor ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat.

Berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat ini, perlu dibangun dua hal ( Legono, dkk, 2007). Pertama, masyarakat tidak akan merusak atau menjadi penyebab tingginya erosi melalui aktivitas mata pencahariannya dan kedua, masyarakt dapat menjdi ujung tombak dalam memperlambat laju erosi yang berakibat terhadap tingginya sedimentasi Waduk Mrica. Dengan demikian masyarakat perlu dikenalkan berbagai teknologi sederhana dalam aktivitas penggunaan lahan yang dapat memperlambat laju erosi dan sedimentasi pada daerah tangkapan Waduk Mrica.DAFTAR PUSTAKADarmono, 2001, Tinjauan Beberapa Rumus untuk Hitungan Sedimentasi Waduk PB Soedirman, Tesis, UGM

Djoko Marsono, 2008, Penyusunan Grand Design Rencana Tindak Penataan dan Pemulihan Kawasan Dieng (RTPPKD), Kerjasama Pusat Studi Agroekologi UGM dengan BP DAS Serayu-Opak-Progo

Jamartin Sihite, 2001, Evaluasi Dampak Erosi Tanah Model Pendekatan Ekonomi Lingkungan Dalam Perlindungan Das : Kasus Sub-Das Besai Das Tulang Bawang, Lampung, Institut Pertanian Bogor

Legono, D., dkk, 2007, Model Sosio-Eko-Hidraulik Pengelolaan Laguna Segara Anakan Secara Berkelanjutan, Semarang

Mays, L., W., 1996, Water Resources Hand Book, Mc Graw-Hill Book Company, New York

Radito, 2004, Pengaruh Angkutan Sedimen di Sungai terhadap Sedimentasi Waduk PB Soedirman, Tesis, MPBA, FT UGM, Yogyakarta

Sudjarwadi, 1995, Penelitian Sedimentasi Waduk PLTA PB Sudirman, Draft Final Report, Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta

Suroso, 2007, Optimasi Operasi Waduk Mrica untuk Memaksimumkan Produksi Energi Listrik Menggunakan KombinasiPemrograman Dinamik Stokastik dan Logika Fuzzy, Laporan Tahunan Penelitian HIBAH PEKERTI, Unsud Purwokerto

Atmosfer

Proses-proses anthropogenic

Proses-proses alam

Manusia

Permukaan Bumi

Atmosfer

Manusia

Permukaan Bumi

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil FT UM Purwokerto, Sedang menempuh Program Doktor di UGM

PAGE 11

_1317530323.unknown