analisis tudi kelayakan ekonomi embung...
TRANSCRIPT
ANALISIS TUDI KELAYAKAN EKONOMI EMBUNG REJOAGUNG DI
KABUPATEN BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR
Ali Radinal Mukhtar1, Endang Purwati2, Rahmah Dara Lufira2
1Mahasiswa Program SarjanaTeknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Abstrak : Kabupaten Banyuwangi termasuk kota penghasil pangan terbesar di jawa timur. Untuk memaksimalkan lahan sehingga menjadi Swasembada Pangan maka Pihak Dinas Pengairan membangun beberapa Embung dibeberapa kecamatan, salah satunya Embung Rejoagung yang terletak di Dusun Sumber Groto Desa Rejoagung Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi yang bertujuan agar pengembangan lahan irigasi tercapai dengan baik,di musim kemarau ataupun musim hujan. Adapun tujuan dari analaisis studi ini adalah untuk mengetahui kelayakan secara teknis yang meliputi (neraca air,desain bangunan, dan dampak lingkungan pembangunan embung) dan ekonomi (meliputi besarnya manfaat, biaya, rasio manfaat-biaya, selisih manfaat-biaya, IRR, dan analisis sensitivitas). Studi dilakukan dengan mengumpulkan data-data (curah hujan, klimatologi, desain perencanaan embung, pola tata tanam lahan, biaya investasi, biaya operasional, dan hasil budidaya pertanian daerah setempat). Hasil studi diperoleh biaya pembangunan Embung sebesar Rp 1.710.050.000,00,- dengan Volume tampungan air efektif sebesar 35.000 m3. Pola tanam masyarakat sebelum adanya embung adalah Padi-Palawija-Palawija dengan hasil panen Rp 77.400.000,00,-/ ha per tahun. Sedangkan pola tanam setelah adanya embung adalah Padi-padi-palawija denga hasil panen Rp 548.200.000,00-/ha per tahun. Total pengembangan lahan setelah adanya embung sebesar 25,4 Ha. Hasil analisis ekonomi dengan tingkat bunga 6.5% diperoleh nilai B-C sebesar Rp 4.406.947.073,00.00,- , nilai B/C = 3,58, nilai IRR = 32,34%. Berdasarkan parameter tersebut maka proyek ini layak untuk dibangun.
KataKunci:Ekonomi,Analisis,Irigasi.
Abstract: Banyuwangi Regency is one of the largest food producing cities in eastern Java. To maximize the land so as to be Food Self-Sufficiency then Party Irrigation Department to build some Embung in several districts, one of which Embung Rejoagung located in the hamlet Source Groto Village Rejoagung District of Srono Banyuwangi which aims for the development of irrigated lands achieved well, in the dry season or rainy season. The purpose of analaisis this study was to determine the feasibility of technically covering (water balance, building design, and environmental impact of the construction of reservoirs) and the economy (including the benefits, costs, benefit-cost ratio, the difference in benefit-cost, IRR, and analysis Sensitivity). The study was conducted by collecting data (rainfall, climatology, reservoir planning design, the pattern of cropping land, investment costs, operational costs, and the cultivation of local farm). The result of the study was obtained by Embung development cost of Rp 1,710,050,000.00, with an effective water reservoir volume of 35,000 m3. Community planting pattern before embung is Rice-Corn-Corn with yield of Rp 210,800,000,00, - / ha per year. While cropping patterns after the reservoir is Rice-Rice-Corn crops premises Rp 1,610,360,000.00, - ha/year. Total land development after the embung of 25.4 ha. The results of the economic analysis with an interest rate of 6.5% B-C values obtained Rp 13.602.993.222,06.00, -, B / C = 8.95, IRR = 81.27%. Based on these parameters, the project is feasible to build.
Keywords:Economy,Analysis,Irrigation.
1
PENDAHULUAN
Air adalah substansi yang paling
melimpah di permukaan bumi, komponen
utama bagi semua makhluk hidup, dan
merupakan kekuatan utama yang secara
konstan membentuk permukaan bumi. Air
juga merupakan faktor penentu dalam
pengetahuan iklim di permukaan bumi
untuk kebutuhan hidup manusia (Indarto,
2010:04).
Apabila tidak ada air, maka dapat
dikatakan tidak ada kehidupan. Dari
seluruh air yang ada di permukaan bumi
hanya 2,5% yang berupa air tawar. Air
tawar tersebut berupa es dan salju 1,75%
air udara 0,001% yang berada di sungai
dan danau 0,001% dan yang berupa air
tanah 0,72%. Dengan jumlah air sangat
terbatas perlu ada perlindungan tentang
keberadaan sumber daya air dan
pemanfaatan yang seoptimal mungkin.
Salah satu pemanfaatan yang cukup
signifikan ialah air untuk keperluan irigasi.
Dengan penambahan jumlah penduduk
dari dari tahun ketahun hal ini membuat
kebutuhan pangan semakin meningkat.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan,maka
diperlukan air irigasi yang sesuai dengan
kebutuhan. Kabupaten Banyuwangi adalah
salah satu dari beberapa daerah penghasil
padi terbesar. Kabupaten Banyuwangi
terletak di antara garis lintang Selatan
07º43’ - 08º46’ dan garis bujur Timur
113º53’ - 114º38’, dengan luas wilayah
5.782,50 km².
Kekayaan alam yang telah
mendatangkan kemakmuran daerah, antara
lain gunung berapi dengan ketinggian
berkisar antara 2.350 – 3.808m terdapat
sebanyak 5 buah, mata air yang memiliki
potensi untuk dikembangkan terdapat 222
buah, dan sungai besar dengan panjang
berkisar antara 6,170 – 80,700 km terdapat
sebanyak 26 buah. Air dari mata air dan sungai
yang ada telah dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan seperti rumah tangga, fasilitas
umum, industri, serta dimanfaatkan untuk
mengairi areal persawahan yang cukup luas
baik sawah teknis maupun non teknis.
Aspek Ekonomi sangat penting dalam
proses pembangunan Embung Rejoagung yang
berlokasi di Kecamatan Srono
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan
Srono
LANDASAN PUSTAKA
Embung
Embung dalam pengertian adalah suatu
wilayah yang dijadikan tempat penampungan
air sehingga pada masa musim kering
sebagian kebutuhan air dapat terpenuhi.
Sumber air Embung yag utama berasal dari
limpasan pada permukaan ditambah dengan
air hujan yang turun langsung pada wilayah
tersebut. Sedangkan menurut Soedibyo
Embung adalah tampungan untuk
menyerap dan menampung air pada saat
berlimpah agar dapat di manfaatkan pada saat
yang dibutuhkan (Soedibyo, 1993:7).
Pengelolaan air di Embung merupakan
usaha untuk mengatur dan mengendalikan
jumlah air yang masuk dan keluar dari
Embung. Pengaturan bertujuan agar
penggunaan air untukberbagai kepentingan
manusia dapat diatur dengan baik, dan
2
menunjang kesejahteraan manusia. Air
yang dikendalikan adalah air hasil
tampungan Embung dari air
hujanmaupun sungai yang memasok
debit ke dalam Embung, sehingga air
dapat disediakandalam waktu atau tempat
yang tepat dalam jumlah yang diperlukan.
Analisis Ekonomi
Dalam analisis ekonomi suatu
proyek dilihat dari sudut pandang
perekonomian secara keseluruhan.
Unsur-unsur yang ditinjau dalam
analisis ekonomi adalah sebagai berikut
:
1. Harga yang dipakai pedoman
adalah harga bayangan
(shadow price).
2. Pembayaran pajak tidak
dikurangkan dalam
perhitungan keuntungan dari
suatu proyek.
3. Besarnya subsidi harus
ditambahkan pada harga pasar
barang - barang input.
Besarnya bunga modal biasanya tidak
dipisahkan, dikurangkan dari hasil
kotor.
Perbandingan Biaya
Analisis ekonomi teknik pada suatu
umur proyek pembangunan
mengarahkan pada perencana dalam
menentukan pemilihan terbaik dari
beberapa alternatif hasil perencanaan
yang dipilih. Alternatif ini bisa berupa
perbandingan biaya dari beberapa
pilihan yang direkomendasi, dapat pula
analisis ekonomi juga dapat pula
analisis ekonomi juga dikembangkan
berdasarkan azas manfaat dari proyek
yang bersangkutan (Kuiper,1971:72)
Manfaat Langsung (Direct Benefits)
Adalah manfaat yang terlihat jelas dalam
pelaksanaan atau pembangunan dalam suatu
pekerjaan sipil,yaitu :
1. Adanya kenaikan dalam keluaran,
fisik dari kegiatan yang ditangani
proyek.
2. Kenaikan nilai daripada keluaran
karena adanya perubahan perbaikan
kualitas.
3. Penurunan biaya yang disebabkan
oleh adanya perubahan mekanisasi.
Penurunan biaya yang disebabkan terhindar
dari adanya kerugian, seperti kerusakan
akibat kekeringan dan lain sebagainya.
Manfaat Tidak Langsung
Manfaat ini disebut juga manfaat sekunder
proyek yaitu manfaat yang timbul atau
dirasakan diluar proyek karena adanya
realisasi proyek. Manfaat tidak langsung
ini terbagi atas :
1. Manfaat yang disebabkan oleh
adanya proyek yang biasanya
disebut efek “multiplerI” dari
proyek.
2. Manfaat yang disebabkan oleh
adanya keunggulan skala besar
(economic of sale).
Manfaat yang ditimbulkan oleh adanya
pengaruh sekunder dinamik, misalkan
perubahan dalam produktivitas tenaga kerja
yang disebabkan perbaikan kesehatan atau
pendidikan
Perbandingan Manfaat dan Biaya
(Benefit/Cost atau B/C)
Kenyataan yang ada dilapangan, yang
dipakai adalah B/C karena sesungguhnya
biaya operasional dan pemeliharaan (OP)
merupakan bagian dari biaya keseluruhan
biaya proyek yang harus dikeluarkan.
Disamping itu pendapatan tunai atau
manfaat bertambah secara akumulatif pada
suatu kelompok sosial yang jadi objek
3
perencanaan. Misalnya, dengan adanya
proyek adalah lokasi dari kelompok
tersebut yang menjadi aman dari banjir
dengan periode ulang tertentu.
Sedangkan biaya proyek
termasuk OP merupakan produk dari
kelompok lain (pemerintah misalnya)
akibat membangun suatu bangunan
tertentu yang membutuhkan biaya OP
agar umur proyek dapat terpenuhi. Oleh
sebab itu pengurangan OP dari biaya
proyek atau sebagai komponen
pengurangan dari biaya manfaat suatu
tipuan dalam memperbesar ratio
manfaat dan biaya (B/C)
Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit Cost Ratio (BCR) adalah
perbandingan antara nilai sekarang
(present value) dari manfaat (benefit)
dengan nilai sekarang dari biaya (cost).
Secara umum rumus untuk perhitungan
BCR ini adalah (I Nyoman Pujana,
1995 : 259)
BCR =
Dimana :
PV = Present value
BCR = Benefit Cost Ratio
Sebagai ukuran dari penilaian suatu
kelayakan proyek dengan metode BCR
ini adalah jika BCR > 1 maka proyek
dikatakan layak dikerjakan dan
sebaliknya jika nilai BCR<1 proyek
tersebut secara ekonomi tidak layak
untuk dibangun.
Tingkat Pengembalian Internal
(Internal Rate of Return)
Tingkat pengembalian internal dapat
didefinisikan sebagai tingkat suku
bunga yang membuat manfaat dan
biaya mempunyai nilai yang sama atau
B-C = 0 atau tingkat suku bunga yang
membuat B/C = 1
Internal Rate of Return merupakan nilai
suku bunga yang diperoleh jika BCR
bernilai sama dengan 1, atau nilai suku
bunga jika NPV bernilai sama dengan 0.
IRR dihitung atas dasar penerimaan bersih
dan total nilai untuk keperluan investasi.
Nilai IRR sangat penting diketahui untuk
melihat sejauh mana kemampuan proyek
ini dapat dibiayai dengan melihat nilai
suku bunga pinjaman yang berlaku.
Perhitungan nilai IRR ini dapat diperoleh
dengan rumus sebagai berikut (Kuiper,
1971:16)
IRR = INPV
NPV NPV'
'
' "
( I' - I")
Dimana :
I’ = suku bunga memberikan NPV
positif
I’’ = suku bunga memberikan nilai
NPV
NPV = selisih antara present value dari
present value dari biaya
NPV’ = NPV positif
NPV’’ = NPV negatif
DATA DAN METODOLOGI
Dalam studi ini pertama-tama dilakukan
analisis data-data Curah Hujan, Data-data
yang ada kemudian dihitung untuk
menjadikan debit andalan. Pola tata tanam di
gunakan untuk mengetahui berapa kebutuhan
dari irigasi. Data Teknis dari Desain
Bangunan fisik diperlukan untuk menghitung
Volume Pekerjaan (BOQ) langkah
selanjutnya kemudian mengihitung Anggaran
Biaya. Analisis Benefit Cost Ratio
merupakan hasil akhir dari sebuah pekerjaan
karena disana akan keluar hasil apakah
pekerjaan pembangunan Embung ini layak
untuk dibangun.
Data-data yang diperlukan dalam studi
ini antara lain: (1) Data stasiun hujan dan
curah hujan harian (2004-2013); (2) Peta
batas DAS; (3) Gambar Teknis (4) Pola Tata
4
Tanam (5) Klimatologi
HASIL DAN PEMBAHASAN Data Curah hujan Embung
Rejoagung di Kabupaten Banyuwangi
untuk keperluan hitungan atau analisis
hujan dipakai stasiun hujan terdekat dan
relatif lebih lengkap dengan krakteristik
daerah yang mewakili.
Ada Tiga data stasiun hujan yang
digunakan dalam perhitungan data hujan,
yaitu ; Jambewangi. Songon. Dan Licin.
Hasil rekap data hujan daerah tahap
berikutnya menganalisis data klimatologi
yang didapat dari stasiun Klimatologi
sebagai bahan dasar Pengolahan data
Curah Hujan yang akan di gunakan.
5
Gambar 1. Diagram Alir teknis
6
Gambar 4. Diagram Alir Ekonomi
Luas Pengaruh Stasiun Hujan
Untuk keperluan analisis ketersediaan air,
data curah hujan pada pos tersebut akan
dianalisis sehingga mendapatkan curah hujan
Wilayah Rejoagung dengan menggunakan
metode Poligon Thiessen seperti disajikan
pada gambar berikut:
Gambar 3. Luasan Poligon Thiessen
as(tanpa skala)
Tabel 1. Perhitungan Koefisien Thiessen
Adapun jumlah stasiun yang digunakan dan
tersebar di wilayah Embung Rejoagung sebanyak
tiga stasiun dan masing-masing stasiun mempunyai
daerah pengaruh yang dibentuk dengan garis-garis
sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung
antara dua stasiun sebagaimana contog tabel diatas.
7
Uji Homogenitas
Fungsi dari Uji Homogenitas ini guna
untuk mengetahui data hujan yang layak
digunakan dalam perencanaan. Kesimpulannya
data hujan bisa digunakan dalam perencanaan.
Sebelum data hujan ini dipakai terlebih dahulu
harus melewati pengujian untuk kekonsistensian
Data.
Hasil Uji Inlier – Outlier di atas
diketahui bahwa semua data hujan pada stasiun
Songgon, Srono, dan Jambewangi berada dalam
batasan normal, di antara nilai Ambang Atas
(Xh) dan Ambang Bawah (Xi).
Tabel 2. Nilai Q / n0,5 dan R / n0,5
(Sumber : Sri Harto, 1993 : 168)
Kesimpulan dari hasil perhitungan
yang telah dilakukan sebelumnya, didapat
nilai Q/ n dan R/ n hitung lebih kecil dari
nilai Q/ n dan R/ n tabel. Dengan demikian
pengujian data dapat diterima (masih dalam
batasan konsisten).
Evaporasi Potensial
Analisis klimatologi yang diperlukan
dalam perencanaan suatu daerah irigasi
adalah besarnya evapotranspirasi potensial.
Data klimatologi diambil dari stasiun
terdekat.
Rumus yang digunakan untuk
menghitung evapotranpirasi adalah rumus
Penman Modifikasi yang dinyatakan dengan :
ET0 = c . ET*
Dengan :
ET* = w (0,75 Rs - Rn1) + (1 - w) f(u) (ea-
ed)
Analisis Debit Andalan Metode F.J Mock
Dr.F.j. MOCK (1973)
memperkenalkan model sederhana simulasi
keseimbangan air bulanan untuk aliran yang
meliputi data hujan,evaporasi dan
karakteristik hidrologi daerah pengaliran.
(Lily,Montarcih : 2010)
Secara umum debit sungai dapat
dibagi menjadi empat karakteristik (Suyono,
1980: 202). Pembagian karakteristik debit
sungai tersebut antara lain:
a) Debit air cukup (affluent), yaitu debit
yang dilampaui oleh debit-debit
sebanyak 95 hari dalam setahun (P =
26,03 %)
b) Debit air normal, yaitu debit yang
dilampaui oleh debit-debit sebanyak
185 hari dalam setahun (P = 50,68 %)
c) Debit air rendah, yaitu debit yang
dilampaui oleh debit-debit sebanyak
275 hari dalam setahun (P = 75,34 %)
d) Debit air musim kering, yaitu debit
yang dilampaui oleh debit-debit
sebanyak 355 hari dalam setahun (P =
97,26 %).
Dalam studi ini dihitung besarnya debit
andalan dengan tingkat keandalan 80 %,
dengan probabilitas tersebut dihitung dengan
metode Basic Year.
Tabel 3. Hasil Analisis Debit Andalan
Sumber : Perhitungan
Debit yang digunakan dalam studi ini
adalah probabilitas 81.82% pada tahun 2007.
Neraca Air
Guna mengetahui apakah debit yang
tersedia cukup atau kurang maka dilakukan
perbandingan antara kebutuhan air irigasi
dengan debit sungai yang tersedia dalam
setiap kurun waktu setengah bulanan.
Pola tanam yang ditentukan berdasarkan
luas tambahan areal irigasi, akan membantu
8
analisis apakah air yang tersedia dapat
dikatakan cukup atau kurang.
Hasil perhitungan akan ditampilkan pada
tabel yang ada dibawah ini.
Tabel 4. Debit Air Musim Kering 2005
Sumber : Perhitungan
Gambar 4. Grafik Debit Air Musim Kering
Gambar 5.Grafik Debit Air Semua Musim
Dari grafik tersebut maka dapat kita lihat
bahwa dari musim – musim yang telah
ditentukan aliran debit fluktuatif tingkat
keandalannya. Kami sajikan Grafik Semua
Musim agar terlihat perbedaannya.
Gambar 6. Lengkung Kapasitas
Rencana Anggaran Biaya
Definisi dari biaya modal adalah
jumlah semua pengeluaran yang dibutuhkan
mulai dari prastudi sampai pekerjaan selesai
dibangun. Semua pengeluaran yang termasuk
dalam biaya modal ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu biaya langsung dan biaya tak
langsung (Robert J.Kodoatie. 1995:71).
Sebelum menghitung anggaran biaya
terlebih dahulu kita hitung biaya Volume
Pekerjaan (BOQ). Cara mendapatkan volume
pekerjaan erlebih dahulu harus kita hitung
luasan dari teknis pekerjaan.
Tahap berikutnya yaitu dengan
menganalisis Harga Satuan menggunakan
Hrga yang telah ditentukan pemerintah tahun
2016. Analisis Harga Satuan Pekerjaan pada
Embung Rejoagung ada beberapa bangunan.
Total Rekapitulasi dari analisis Volume
Pekerjaan mendapatkan Biaya dengan Total
Rp.606.600.000,00
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Biaya operasional dan pemeliharaan
merupakan perkiraan biaya yang dikeluarkan
setiap tahunnya untuk pengoperasian embung
dan pemeliharaan bangunan sipil maupun
bangunan penunjang agar bisa berfungsi
sebagai mestinya
Tabel 5. Biaya Operasional
9
Sumber : Perhitungan
Dari Perhitungan tersebut didapatkan
besarnya O dan P = Rp.9.803.395,00
Biaya Kontraktor
Biaya kontraktor adalah biaya
kompensasi kepada pelaksanaan pekerjaan
beruparesiko dari kontraktor didalam analisis
ekonomi disebutkan bahwa biaya kontraktor
dimasukkan ke biaya konstruksi dengan
memasukkan pada harga dasar satuan pokok
kegiatan yaitu sebesar 10%.
Perhitungan Analisis Ekonomi
Tabel 6. Perhitungan Benefit Embung Harga Jual Hasil Luas area Penerimaan
per kg panen (ton)/ ha (ha) (Rp)
I Sebelum Proyek
MT I PADI 3,800Rp 6.50 2.0 49,400,000.00
MT II Jagung 2,800Rp 5.00 1.0 14,000,000.00
MT III Jagung 2,800Rp 5.00 1.0 14,000,000.00
16.50 4.00 77,400,000.00
No. Pola Tanam
Total Sumber : Data Eksisting
Tabel 7. Perhitungan Benefit Embung Harga Jual Hasil Luas area Penerimaan
panen (ton)/ ha (ha) (Rp)
II Sebelum Proyek
MT I PADI 3,800Rp 6.50 9.0 222,300,000.00
MT II PADI 3,800Rp 6.50 9.0 222,300,000.00
MT III Jagung 2,800Rp 5.00 7.4 103,600,000.00
18.00 25.40 548,200,000.00
No. Pola Tanam
Total Sumber : Perhitungan
Tabel 4.53 dan 4.54 jika dibandingkan maka
mendapatkan benefit hasil produksi tanaman
sebesar Rp 1,399,560,000.00 per tahun ,yang
berasal dari Total Benefit hasil panen
Perhitungan – Total Benefit hasil panen
Eksisting.
Gambar 6. Grafik Manfaat (Benefit)
Analisis Benefit Cost Ratio
Contoh Perhitungan :
Biaya Investasi Total :
RAB + Pembebasan lahan = Rp.
606,65600.000,00+Rp1,103,450,000.00
= Rp 1,710,050,000.0
Biaya Operasi dan Pemeliharaan :
Rp 9,803,395.00
Manfaat : Rp 296,110,000.00
Kondisi Normal :
Manfaat - Biaya O dan P = Rp 296,110,000 –
Rp 9,803,395 = Rp 286,306,604.00
Kondisi Pesimis :
Manfaat – (1.2 x Biaya O dan P) = Rp
296,110,000.00 – (1.2 x Rp 9,803,395) = Rp
284,345,926.00
Kondisi Optimis :
1.2 x Manfaat – Biaya O dan P = 1.2 x Rp
296,110,000 – Rp 9,803,395 = Rp
345,528,605.00
Dengan hasil Analisis seperti yang ada pada
Tabel diatas maka Pembangunan Embung
Rejoagung di Kabupaten Banyuwangi secara
Ekonomi layak untuk dibangun.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil kajian analisis dan
pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil Analisis Biaya Finansial
Pembangunan Embung Rejoagung
10
sebesar Rp 1.710.050.000,00, dengan
biaya tahunan sebesar Rp
9.803.395.20.
2. Hasil Analisis Ekonomi Embung
Rejoagung sebagai berikut :
a. Dalam kondisi normal IRR :
26.72%, B/C : 2.97, NPV
3,369,444,431.00.
Dalam kondisi Pesimis IRR :
21.95%, B/C : 2.46, NPV :
3,005,830,674.79.
Dalam kondisi Optimis IRR :
32.34%, B/C : 3.58, NPV :
4,406,947,073.41
b. Hasil Analisis manfaat (Benefit)
embung melalui hasil panen di
bidang pertanian per tahun sebesar
Rp 548.200.000,00,sedangkan
sebelum adanya embung Rp
77.400.000,00.
c. Lahan Sawah milik Warga Dusun
Sumber Groto Desa Rejoagung
yang dapat dikembangkan setelah
Perencanaan Embung adalah
seluas 25,4 Ha.
Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas
sampai Bunga 20% dapat dipastikan bahwa
proyek pembangunan Embung Rejoagung
masih layak/aman.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. (2016, oktober). Retrieved
from bi.go.id:
http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-
rate/data/Default.aspx
Banyuwangi, K. (n.d.). Retrieved Juni 2017,
from http://www.banyuwangikab.go.id/berita-
daerah/pemkab-banyuwangi-terus-dorong-
serapan-gabah-petani-oleh-bulog.html
Harto, S. (1993). Analisis Hidrologi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Indarto. (2012). Hidrologi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Kodoatie, Robert J. (2001). Analisis Ekonomi
Teknik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Limantara, L. M. (2010). Hidrologi Praktis.
Bandung: Lubuk Agung.
Mahon, M. (1978). Reservoir Capicity and
yield. Amsterdam: Elsevier.
Pudjosumarto. (1985). Evaluasi Uraian
Singkat dan Soal Jawab. Yogyakarta: Liberty.
Soedibyo. (1993). Teknik Bendungan. Jakarta:
Pradya Paramita.
Soemarto. (1987). Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sujarwadi. (1988). Operasi Waduk.
Yogyakarta: Keluarga Mahasiswa Universitas
Gajamah Mada.
11