analisis terhadap kegiatan impor serta praktik perpajakan

18
Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan Terkait Kegiatan Impor Pada PT Kewalram Indonesia Dina Rahmanur Fajarwati, Eko Wisnu Warsitosunu Progam Studi Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Indoneia E-mail : [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas mengenai kegiatan impor serta praktik perpajakan atas kegiatan impor yang dilakukan oleh PT Kewalram Indonesia serta menganalisis masalah dan kendala yang dihadapai oleh perusahaan terkait kegiatan impor dan praktik perpajakannya. Dari analisis hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa dalam melaksanakan kegiatan impor dan praktik perpajakan, PT Kewalram Indonesia selain telah mengikuti peraturan mengenai penghitungan PPh 22 impor, PPN dan PPnBM yang berlaku umum, juga telah mengikuti Peraturan Menteri Keuangan No. 147/PMK.04/2011 dan Peraturan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai No. 57/BC/2011 tentang Kawasan Berikat, terkait status perusahaan sebagai PDKB. Analisys of Import Activity and Taxation Practice Related to Import Transaction at PT Kewalram Indonesia Abstract The focus on this study is import activity and taxation practice related to import transaction conducted by PT Kewalram Indonesia and also analize the problem and constraints faced by the company. From the research, we conclude that PT Kewalram Indonesia has followed the rules regarding the calculation of income tax 22 import, VAT and VAT on Luxury Goods and also followed regulation of Ministry of Finance No. 147/PMK.04/2011 and Directorate General of Custom and Excise No. 57/BC/2011 about Bonded Zone, related to company’s status as a PDKB. Keyword : Income tax 22 import, VAT dan VAT on Luxury Goods, Bonded Zone Pendahuluan Perkembangan ekonomi dunia telah menyebabkan meningkatnya hubungan perdagangan antara beberapa negara. Di satu pihak, hal ini menyebabkan tantangan dan kendala yang harus dikendalikan. Di pihak lain hal tersebut merupakan suatu peluang baru yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong keberhasilan pelaksanaan pembangunan nasional. Perdagangan dua negara atau lebih ini berasal dari timbulnya kebutuhan di suatu negara dan adanya kelebihan suplai di negara lain sehingga terjadi mekanisme pasar antara pembeli dan penjual yang merupakan dua negara yang berbeda dimana banyak faktor yang mempengaruhi perdagangan tersebut, antara lain Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Upload: others

Post on 19-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan Terkait

Kegiatan Impor Pada PT Kewalram Indonesia

Dina Rahmanur Fajarwati, Eko Wisnu Warsitosunu

Progam Studi Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Indoneia

E-mail : [email protected]

Abstrak

Skripsi ini membahas mengenai kegiatan impor serta praktik perpajakan atas kegiatan impor yang dilakukan oleh PT

Kewalram Indonesia serta menganalisis masalah dan kendala yang dihadapai oleh perusahaan terkait kegiatan impor

dan praktik perpajakannya. Dari analisis hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa dalam melaksanakan kegiatan

impor dan praktik perpajakan, PT Kewalram Indonesia selain telah mengikuti peraturan mengenai penghitungan PPh

22 impor, PPN dan PPnBM yang berlaku umum, juga telah mengikuti Peraturan Menteri Keuangan No.

147/PMK.04/2011 dan Peraturan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai No. 57/BC/2011 tentang Kawasan Berikat,

terkait status perusahaan sebagai PDKB.

Analisys of Import Activity and Taxation Practice Related to Import Transaction at PT

Kewalram Indonesia

Abstract

The focus on this study is import activity and taxation practice related to import transaction conducted by PT

Kewalram Indonesia and also analize the problem and constraints faced by the company. From the research, we

conclude that PT Kewalram Indonesia has followed the rules regarding the calculation of income tax 22 import,

VAT and VAT on Luxury Goods and also followed regulation of Ministry of Finance No. 147/PMK.04/2011 and

Directorate General of Custom and Excise No. 57/BC/2011 about Bonded Zone, related to company’s status as a

PDKB.

Keyword : Income tax 22 import, VAT dan VAT on Luxury Goods, Bonded Zone

Pendahuluan

Perkembangan ekonomi dunia telah menyebabkan meningkatnya hubungan perdagangan

antara beberapa negara. Di satu pihak, hal ini menyebabkan tantangan dan kendala yang harus

dikendalikan. Di pihak lain hal tersebut merupakan suatu peluang baru yang dapat dimanfaatkan

untuk mendorong keberhasilan pelaksanaan pembangunan nasional. Perdagangan dua negara atau

lebih ini berasal dari timbulnya kebutuhan di suatu negara dan adanya kelebihan suplai di negara

lain sehingga terjadi mekanisme pasar antara pembeli dan penjual yang merupakan dua negara

yang berbeda dimana banyak faktor yang mempengaruhi perdagangan tersebut, antara lain

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 2: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

stabilitas politik, nilai tukar, tingkat permintaan dan penawaran, dan lain sebagainya. Suatu

negara melakukan impor karena mengalami defisiensi dalam menyelenggarakan produksi atas

barang dan jasa bagi kebutuhan konsumsi penduduknya. Ada dua macam defisiensi (kekurangan)

yang mungkin terjadi dalam memproduksi barang dan jasa, yaitu defisiensi kuantitas dan

defisiensi kualitas. Defisiensi kuantitas mungkin saja terjadi dikarenakan faktor-faktor alamiah.

Sehingga wajar saja melakuakan impor dengan alasan defisiensi kuantitas. Berbeda halnya

apabila suatu negara melakukan impor dikarenakan defisiensi kualitas. Penyebab utama hal ini

adalah faktor selera yang sangat bersifat psikologikal. Dalam hal perpajakan, kegiatan impor ini

dikenakan 3 (tiga) kewajiban perpajakan yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) serta Pajak Penghasilan (PPh) 22 Impor.

Namun, terkadang praktik perpajakan yang dilakukan oleh perusahaan berbeda dengan

teori yang ada. Seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Fajarwati (2011) terhadap praktik

perpajakan terkait impor pada perusahaan yang bergerak dalam bidang impor tekstil/garmen di

Provinsi Jawa Barat. Dalam teorinya, perusahaan harus menghitung PPh 22 Impornya

berdasarkan harga yang terdapat dalam dokumen Impor. Namun dalam praktiknya perusahaan

yang menjadi objek penelitian tersebut menghitung PPh 22 Impor berdasarkan harga jual

kembali barang yang diimpor tersebut ke pasar domestik. Penghitungan Perpajakan Dalam

Rangka Impor (PDRI) berdasarkan harga jual barang yang diimpor ke pasar domestik ini hanya

boleh dilakukan oleh importir/pengusaha yang berada di kawasan berikat (PDKB), terkait

fasilitas PDRI yang didapat perusahaan selaku PDKB yaitu penangguhan PDRI ketika

melakukan impor barang. Sedangkan perusahaan yang menjadi objek penelitian Fajarwati ini

merupakan importir biasa dan bukan PDKB sehingga seharusnya perusahaan tersebut

menghitung perpajakan impornya berdasarkan nilai impor yang tertera dalam dokumen impor.

Salah satu perusahaan yang melaksanakan kegiatan impor dan menjalankan kewajiban

perpajakan terkait kegiatan impor adalah PT Kewalram Indonesia. PT Kewalram Indonesia

adalah perusahaan tekstil terkemuka di Asia Tenggara. PT Kewalram Indonesia memproduksi

bordir benang sintetis yang berkualitas tinggi. Produk ini diekspor ke lebih dari 40 negara di

seluruh dunia. PT Kewalram Indonesia ini juga merupakan PDKB, sehingga penghitungan PDRI-

nya berbeda dari penghitungan yang dilakukan oleh importir biasa meskipun tetap menggunakan

tarif perpajakan yang berlaku umum. Dalam menjalankan kegiatan produksinya, PT Kewalram

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 3: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

Indonesia melakukan impor yang utama untuk bahan baku berupa fiber rayon, fiber polyester,

kapas asli (cotton), kain, dan benang serta barang modal.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk

menganalisis praktik perpajakan atas impor yang dilakukan oleh PT Kewalram Indonesia yang

akan disajikan dalam bentuk skripsi dengan judul “ANALISIS TERHADAP KEGIATAN

IMPOR SERTA PRAKTIK PERPAJAKAN TERKAIT KEGIATAN IMPOR PADA PT

KEWALRAM INDONESIA”.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kegiatan impor serta praktik

perpajakan yang dilakukan oleh PT Kewalram Indonesia terkait kegiatan impor dan fasilitas

PDRI yang didapatkan perusahaan selaku PDKB. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi

pemenuhan kewajiban perpajakan di bidang impor serta menemukan kendala yang dihadapi oleh

PT Kewalram Indonesia dalam melakukan kewajiban perpajakan di bidang impor dan

memberikan alternatif solusi atas kendala yang dihadapi oleh PT Kewalram Indonesia.

Tinjauan Teoritis

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2006, Impor

adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean. Daerah Pabean adalah wilayah

Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta

tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya

berlaku Undang-Undang Kepabeanan. Barang yang dimasukkan ke dalam Daerah Pabean

diperlakukan sebagai barang impor dan terutang Bea Masuk. Sedangkan pengertian Barang

Impor menurut Peraturan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Ditjen Bea Cukai) No. P-

42/BC/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Barang Impor Untuk Dipakai adalah barang yang

dimasukkan kedalam Daerah Pabean. Pengertian importir adalah orang perseorangan atau badan

hukum yang melakukan kegiatan impor.

Dalam kegiatan impor, terdapat tiga kewajiban perpajakan yang harus dilaksanakan oleh

Importir, yaitu PPh 22 Impor, PPN, dan PPnBM, yaitu:

1. Pajak Penghasilan 22 Impor

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 4: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

PPh 22 Impor diatur dalam Pasal 22 Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 7 Tahun 1983

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008. Pemungutnya adalah

Bendaharawan Ditjen Bea Cukai atau Bank Devisa. Subjek PPh 22 Impor adalah importir,

sedangkan objek pajaknya adalah pembelian barang-barang tertentu dari luar negeri (impor

barang). Besarnya PPh 22 Impor:

Yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API) tarif pemungutanya adalah 2,5% dari Nilai

Impor.

Yang tidak menggunakan API tarif pemungutannya adalah 7,5% dari Nilai Impor.

Yang tidak dikuasai tarif pemungutannya adalah 7,5% dari Harga Jual Lelang.

Nilai Impor adalah nilai berupa nominal uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk

yaitu Cost, Insurance, and Freight ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya yang

dikenakan berdasarkan ketentuan Perundang-Undangan Pabean di bidang impor.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Muljono (2008) PPN adalah pajak penjualan yang dipungut atas dasar nilai tambah yang

timbul pada setiap transaksi. Nilai tambah adalah setiap tambahan yang dilakukan penjual atas

barang atau jasa yang dijual, karena pada prinsipnya setiap penjual menghendaki adanya

tambahan tersebut yang bagi penjual merupakan keuntungan. PPN diatur dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No. 8 Tahun 1983 tentang PPN Atas Barang dan Jasa dan PPnBM

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 42 Tahun

2009 yang mulai berlaku bulan April tahun 2010.

Di dalam pasal 1 ayat 27 UU PPN, disebutkan Pemungut PPN adalah Bendaharawan

Pemerintah, Badan, atau Instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk

memungut, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)

atas penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada bendaharawan pemerintah, badan, atau

instansi pemerintah tersebut. Subjek PPN yaitu:

1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha

atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan

usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean,

melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah

pabean.

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 5: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP/JKP, mengekspor BKP,

menyerahkan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang

dikenakan PPN tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak.

Kriteria pengusaha kecil yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.

68/PMK.03/2010 tanggal 23 Maret 2010 adalah:

a. Pengusaha kecil adalah pengusaha yang menyerahkan BKP/JKP dalam satu tahun buku

memperoleh peredaran bruto tidak lebih dari Rp. 600.000.000,00.

b. Meskipun peredaran bruto dalam 1 tahun buku tidak lebih dari Rp. 600.000.000,-

pengusaha kecil dapat memilih untuk dikukuhkan menjadi PKP.

c. Pengusaha kecil yang peredaran brutonya telah melampaui Rp. 600.000.000,- dalam suatu

masa pajak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat

akhir bulan setelah bulan terlampauinya batasan tersebut.

d. Jika pelaporan tidak tepat waktu, maka saat pengukuhan adalah awal bulan berikutnya

setelah akhir bulan seharusnya kewajiban pelaporan usaha dilakukan.

e. Jika pengukuhan PKP dilakukan secara jabatan, maka saat pengukuhan adalah awal bulan

berikutnya setelah akhir bulan seharusnya kewajiban pelaporan usaha dilakukan.

2. Bukan PKP (Non PKP) yang melakukan kegiatan impor BKP, yang memanfaatkan BKP

tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, dan yang

membangun sendiri tidak dalam lingkungan usaha/pekerjaannya.

Jenis barang dan jasa yang dikenakan PPN dapat dikelompokkan menjadi:

1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha

2. Impor BKP

3. Penyerahan JKP yang dilakukan oleh pengusaha di dalam daerah pabean.

4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

6. Ekspor BKP berwujud oleh PKP.

7. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP.

8. Ekspor JKP oleh PKP

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 6: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

Tarif PPN adalah 10%, dikenakan atas DPP berupa harga jual, penggantian, nilai impor.

Namun tarif PPN 0% diterapkan atas:

1. Ekspor BKP berwujud

2. Ekspor BKP tidak berwujud

3. Ekspor JKP

Pengenaan tarif 0% bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi Pajak Masukan yang

telah dibayar dari barang yang di ekspor dapat dikreditkan. Berdasarkan pertimbangan

perkembangan ekonomi dan atau peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, dengan

peraturan pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15%

dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal. Terutangnya PPN terjadi pada saat:

1. Penyerahan BKP;

2. Impor BKP;

3. Penyerahan JKP;

4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar daerah pabean;

5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean;

6. Ekspor BKP Berwujud;

7. Ekspor BKP Tidak Berwujud;

8. Ekspor JKP.

Dalam rangka menentukan besarnya PPN yang terutang dalam satu masa pajak, perlu

diperhatikan pajak masukannya terlebih dahulu. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 24 UU PPN, Pajak

Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan atau

penerimaan JKP dan atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean dan atau

pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean dan atau impor BKP.

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Disamping pengenaan PPN, dikenakan juga PPnBM terhadap:

1. Penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan

barang tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. Yang

termasuk ke dalam pengertian menghasilkan adalah kegiatan:

a. Merakit, yaitu menggabungkan bagian-bagian lepas dari suatu barang menjadi barang

setengah jadi atau barang jadi seperti merakit mobil, barang elektronik, dan perabotan

rumah tangga.

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 7: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

b. Memasak, yaitu mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur bahan lain

maupun tidak.

c. Mencampur, yaitu mempersatukan dua atau lebih unsur (zat) untuk menghasilkan satu

atau lebih barang lain.

d. Mengemas, yaitu menempatkan suatu barang ke dalam suatu benda untuk melindunginya

dari kerusakan dan/atau untuk meningkatkan pemasarannya.

e. Membotolkan, yaitu memasukkan minuman atau benda cair ke dalam botol yang ditutup

menurut cara tertentu.

2. Impor BKP yang tergolong mewah.

PPnBM dikenakan hanya satu kali pada waktu penyerahan BKP yang tergolong mewah

oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor BKP yang tergolong mewah. Yang

dimaksud dengan BKP yang tergolong mewah adalah:

1. Barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok.

2. Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi.

3. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.

4. Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.

Pengenaan PPnBM atas impor BKP yang tergolong mewah tidak memperhatikan siapa

yang mengimpor BKP tersebut serta tidak memperhatikan apakah impor tersebut dilakukan

secara terus menerus atau hanya sekali saja. Selain itu, pengenaan PPnBM terhadap suatu

penyerahan BKP yang tergolong mewah tidak memperhatikan apakah suatu bagian dari BKP

tersebut telah dikenai atau tidak dikenai PPnBM pada transaksi sebelumnya. Tarif PPnBM dapat

ditetapkan dalam beberapa kelompok tarif, yaitu tarif paling rendah 10% dan paling tinggi 200%.

Perbedaan kelompok tarif tersebut didasarkan pada pengelompokan BKP yang tergolong mewah

yang dikenai PPnBM. PPnBM adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi BKP yang tergolong

mewah di dalam daerah pabean. Oleh karena itu, BKP yang tergolong mewah yang diekspor atau

dikonsumsi di luar daerah pabean dikenai PPnBM dengan tarif 0% (nol persen). PPnBM yang

telah dibayar atas perolehan BKP yang tergolong mewah yang diekspor tersebut dapat diminta

kembali.

Praktik Perpajakan Dalam Rangka Impor Pada Kawasan Berikat

Kawasan Berikat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

No. 147/PMK.04/2011 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PMK No. 44/PMK.04/2012

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 8: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

tentang Kawasan Berikat dan Peraturan Ditjen Bea Cukai No. 57/BC/2011 sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Per-17/BC/2012 tentang Kawasan Berikat adalah tempat penimbunan

berikat untuk menimbun barang impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam

daerah pabean guna diolah atau digabungkan, yang hasilnya terutama untuk diekspor. Tempat

Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu

yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan

penangguhan Bea Masuk. Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) adalah badan hukum yang

melakukan kegiatan pengusahaan kawasan berikat. Pengeluaran dan pemasukan barang ke dan

dari kawasan berikat dilakukan dengan menggunakan pemberitahuan pabean yang disampaikan

oleh PDKB melalui Pertukaran Data Elektronik (PDE). Pengeluaran barang hasil produksi

kawasan berikat ke tempat lain dalam daerah pabean dapat dilakukan dengan jumlah maksimal

25% dari nilai realisasi ekspor tahun sebelumnya. Jika PDKB melanggar hal tersebut, untuk

PDKB yang bersangkutan akan diberlakukan pengurangan jumlah persentase penjualan ke

tempat lain dalam daerah pabean untuk periode tahun berikutnya. Jika PDKB masih melakukan

pelanggaran mengenai batas pengeluaran hasil produksi ini akan dilakukan pembekuan izin

kawasan berikat untuk jangka waktu tiga bulan.

Perlakuan kepabeanan, cukai, dan PDRI atas barang yang dimasukkan ke dalam kawasan

berikat diatur dalam PMK No. 147/PMK.04/2011 tentang Kawasan Berikat, yaitu:

1. Penangguhan Bea Masuk, Cukai dan PDRI diberikan terhadap barang yang dimasukkan ke

dalam kawasan berikat berupa:

a. Bahan baku dan bahan penolong yang diimpor dan kemudian diolah lebih lanjut.

b. Barang modal impor dan barang modal asal kawasan berikat lain yang dipergunakan di

kawasan berikat.

c. Peralatan perkantoran asal luar daerah pabean yang digunakan oleh PDKB.

d. Barang hasil produksi kawasan berikat lain untuk diolah lebih lanjut atau dijadikan barang

modal untuk proses produksi.

e. Barang hasil produksi kawasan berikat yang dimasukkan kembali dari luar daerah pabean

ke kawasan berikat.

f. Barang hasil produksi kawasan berikat yang dimasukkan kembali dari TPPB ke kawasan

berikat.

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 9: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

g. Barang jadi asal luar daerah pabean yang dimasukkan ke kawasan berikat untuk

digabungkan dengan barang hasil produksi kawasan berikat yang semata-mata untuk

diekspor.

h. Pengemas dan alat bantu pengemas asal luar daerah pabean dan/atau kawasan berikat

lainnya yang dimasukkan ke kawasan berikat untuk menjadi satu kesatuan dengan barang

hasil produksi kawasan berikat.

2. PPN dan PPnBM tidak dipungut atas:

a. Pemasukan barang dari tempat lain dalam daerah pabean ke kawasan berikat untuk diolah

lebih lanjut.

b. Pemasukan kembali barang dan hasil produksi kawasan berikat dalam rangka subkontrak

dari kawasan berikat lain atau perusahaan industri di tempat lain dalam daerah pabean ke

kawasan berikat.

c. Pemasukan kembali mesin dan/atau cetakan (moulding) dalam rangka peminjaman dari

kawasan berikat lain atau perusahaan di tempat lain dalam daerah pabean ke kawasan

berikat.

d. Pemasukan hasil produksi kawasan berikat lain atau perusahaan di tempat lain dalam

daerah pabean yang bahan baku untuk menghasilkan hasil produksi berasaa dari tempat

lain dalam daerah pabean untuk diolah lebih lanjut oleh kawasan berikat.

e. Pemasukan hasil produksi yang berasal dari kawasan berikat lain atau perusahaan di

tempat lain dalam daerah pabean yang bahan baku untuk menghasilkan hasil produksi

tersebut berasal dari tempat lain dalam daerah pabean yang semata-mata akan

digabungkan dengan barang hasil produksi kawasan berikat untuk diekspor.

f. Pemasukan pengemas dan alat bantu pengemas dari tempat lain dalam daerah pabean ke

kawasan berikat untuk menjadi satu kesatuan dengan hasil produksi kawasan berikat.

g. Pengeluaran hasil produksi kawasan berikat ke kawasan berikat lainnya yang bahan

bakunya berasal dari tempat lain dalam daerah pabean.

h. Pengeluaran bahan baku dan bahan penolong, moulding, dan mesin dalam rangka

subkontrak dari kawasan berikat kepada kawasan berikat lainnya atau perusahaan industri

di tempat lain dalam daerah pabean.

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 10: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

i. Pengeluaran barang yang rusak dan/atau apkir (reject) asal tempat lain dalam daerah

pabean yang sama sekali tidak diproses di kawasan berikat ke tempat lain dalam daerah

pabean sepanjang barang tersebut dikembalikan ke perusahaan tempat asal barang.

j. Pengeluaran mesin dan/atau moulding dalam rangka peminjaman ke perusahaan industri

di tempat lain dalam daerah pabean dan kawasan berikat lainnya sepanjang barang

tersebut digunakan untuk memproduksi barang hasil produksi yang akan diserahkan

kepada pemberi pinjaman.

Pada saat melakukan kegiatan impor, seluruh PDRI yang harus dibayar oleh PT

Kewalram Indonesia ditangguhkan terkait fasilitasnya sebagai PDKB. Namun PDRI ini akan

dipungut atas barang serta hasil produksi yang bahan bakunya diimpor, yang dikeluarkan dari

kawasan berikat ke tempat lain dalam daerah pabean dengan DPP berupa harga transaksi atau

harga jual pada saat pengeluaran barang tersebut dari kawasan berikat ke tempat lain dalam

daerah pabean. Sedangkan jika barang serta hasil produksi yang bahan bakunya diimpor ini

kemudian dijual secara ekspor, semua PRDI akan dibebaskan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam melaksanakan penelitian ini adalah metode

penelitian observasi langsung dan studi literatur yaitu penelitian yang menggambarkan apa yang

dilakukan oleh PT Kewalram Indonesia berdasarkan fakta yang ada dan selanjutnya diproses

menjadi data yang benar dan dapat dipercaya kemudian data tersebut dikumpulkan, dijelaskan,

dan dianalisa.

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan

data sekunder

1. Data primer: data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian baik melalui pengamatan

maupun wawancara.

2. Data sekunder: data yang diperoleh dari buku-buku penunjang dalam penyusunan laporan,

seperti UU Perpajakan, catatan perkuliahan yang berhubungan dengan penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 11: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,

literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan

masalah yang akan dipecahkan

2. Studi Lapangan (Field Research)

Cara mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian langsung ke lokasi dengan cara :

Wawancara (Interview)

Cara memperoleh data dengan mengadakan tanya jawab atau dialog langsung dengan

pihak yang berhubungan dengan PT Kewalram Indonesia.

Observasi

Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti namun tidak ikut terlibat

dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek, yaitu dengan datang langsung ke PT Kewalram

Indonesia untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti.

PT Kewalram Indonesia merupakan Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA), yang bergerak

dibidang industri tekstil. Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas ini berlokasi di Jalan

Raya Rancaekek Km. 25 Desa Sukadana, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang,

Provinsi Jawa Barat. PT Kewalram Indonesia didirikan berdasarkan Akta Notaris Soelaeman

Ardjasasmita No. 36 tanggal 29 Oktorber 1971. Pendirian perusahaan tersebut kemudian

mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dengan dikeluarkannya Surat Keputusan No.

5/305/24 dan diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 1 tanggal 2 Januari 1974.

PT Kewalram Indonesia menjadi Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) sejak Agustus 2003

berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Keuangan Republik Indonesia No. 367/KMK.04/2003

tanggal 21 Agustus 2003.

Hasil Penelitian

Kegiatan impor pada PT Kewalram Indonesia diawali dengan membuat perencanaan impor per-4

bulan berdasarkan kapasitas produksi mesin yang dimiliki perusahaan. Karena perusahaan

melakukan proses produksi atas setiap pesanan yang datang, maka impor benar-benar dilakukan

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 12: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

jika sudah ada pesanan atas barang yang akan diproduksi oleh perusahaan dari pembeli. Impor

barang pada PT. Kewalram Indonesia dilakukan dengan dua cara yaitu pemesanan secara

langsung ke negara eksportir (Direct Import) dan impor melalui Trading Company, tergantung

barang yang akan diimpor. Direct import adalah kegiatan impor yang dilakukan perusahaan

langsung kepada perusahaan eksportir di negara tujuan pembelian. Sedangkan impor melalui

Trading Company dilakukan dengan memesan barang melalui perusahaan trading yang ada di

kawasan Asia Tenggara dan kemudian perusahaan trading tersebut nantinya yang akan

meneruskan order impor PT Kewalram Indonesia ke negara eksportir. Tetapi, prosedur impor

yang digunakan sama yaitu diawali dari pemesanan barang dengan menggunakan Purchase

Order (PO) dan selanjutnya melakukan pembayaran dengan menggunakan Telegraphic Transfer

(TT) atau Letter of Credit (L/C) , tergantung kesepakatan perusahaan dengan eksportir.

Setelah barang tersebut siap dikirim oleh eksportir, perusahaan menerima proforma

invoice, sales order, dokumen kepastian keberangkatan barang dan estimasi kedatangan barang di

pelabuhan Tanjung Priuk atau di Bandar udara Soekarno-Hatta. Setelah perusahaan menyetujui

dokumen tersebut, kemudian barang diberangkatkan lewat laut atau lewat udara dan eksportir

mengirim Packing List, Invoice, dan Bill of Lading atau Air Waybill. Setelah barang tersebut

sampai di Indonesia, PT. Kewalram Indonesia akan mendapat Arrival Notice dari

forwarder/Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) yang dipakai perusahaan kemudian

perusahaan harus membuat dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang nantinya akan

dikirimkan ke pihak Bea Cukai melalui program Pertukaran Data Elektronik (PDE) dan akan

mendapat respon berupa Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB).

Karena PT Kewalram Indonesia adalah Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB), maka

dokumen PIB yang dibuat adalah PIB untuk ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat (TPB) BC

2.3. Setelah itu, dokumen PIB dan SPPB akan dikirim ke forwarder untuk proses penyerahan ke

pihak Bea Cukai (proses custom clearance) dengan melampirkan packing list, invoice, bill of

lading atau air waybill, dan surat kuasa ke forwarder. Setelah dokumen-dokumen tersebut

disahkan oleh petugas Bea Cukai yang ada di pelabuhan bongkar, maka barang impor tersebut

dapat diproses untuk pengeluaran barang ke gudang perusahaan. Sebagai PDKB, barang yang

diimpor oleh PT Kewalram Indonesia tidak akan mendapatkan pemeriksaan fisik di pelabuhan,

tetapi akan dilakukan pengecekan fisik dan dokumen di gudang perusahaan oleh petugas bea

cukai yang memang ditempatkan di PT Kewalram Indonesia.

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 13: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

Penghitungan Pajak Atas Impor

Karena PT. Kewalram Indonesia berada di Kawasan Berikat, maka pada dasarnya PT. Kewalram

Indonesia mendapat fasilitas berupa ditangguhkannya pembayaran pajak yang berkaitan dengan

kegiatan impornya yaitu PPh 22 Impor, PPN, BM, serta pungutan lainnya berdasarkan Undang-

Undang Kepabeanan yang belaku di Indonesia. Pajak yang ditangguhkan ini nantinya akan

dilunasi apabila barang yang di impor tersebut dijual secara lokal setelah diproses menjadi barang

jadi atau setengah jadi. Namun, apabila barang tersebut akan dijual secara ekspor, maka PPh

Pasal 22, PPN, BM serta pungutan lainnya yang berlaku sesuai Undang-Undang di bidang

Kepabeanan akan dibebaskan. Untuk impor bahan baku, perusahaan diperbolehkan untuk tidak

menggunakan fasilitas sebagai PDKB apabila perusahaan bisa memastikan bahwa bahan baku

yang diimpor ini seluruhnya akan dijual di pasar lokal ketika sudah diproses menjadi barang jadi

atau setengah jadi.

Untuk menghitung penggunaan bahan baku yang diimpor dan bahan baku yang dibeli

secar lokal dalam barang jadi yang dihasilkan, perusahaan menggunakan metode rasio yaitu

dengan membandingkan persentase penggunaan bahan baku impor dengan bahan baku lokal.

Misalnya perusahaan menghasilkan barang jadi sebanyak 15000 Kg kain dengan bahan baku

yang digunakan sebanyak 12.000 Kg serat kapas dan benang impor dan 3000 Kg serat kapas dan

benang lokal, maka rasio penggunaan bahan baku impor dengan bahan baku lokal adalah 80:20.

Rasio ini tergantung penggunaan bahan baku yang dipakai perusahaan dalam proses produksi dan

akan berpengaruh pada penghitungan pajak impor yang harus dibayar oleh perusahaan jika terjadi

penjualan hasil produksi secara lokal.

PPN masukan terkait impor dan pembelian dalam negeri dapat dikreditkan dengan PPN

keluaran terkait penjualan di pasar domestik sepanjang telah dilaporkan ke Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) dimana PT Kewalram Indonesia terdaftar. Jika perusahaan tidak melaporkan, maka

PM tidak bisa dikreditkan dengan PK dan biaya atas PPN tersebut tidak bisa dibiayakan dan

dijadikan pengurang laba bersih perusahaan. Namun, karena PT Kewalram Indonesia merupakan

PDKB, maka pada saat mengimpor, seluruh PPN akan ditangguhkan dan akan terutang ketika

terjadi penjualan secara lokal atas hasil produksi bahan baku yang diimpor tersebut. Selain itu,

semua transaksi pembelian barang dari dalam daerah pabean lain tidak dikenakan PPN sehingga

PPN atas pembelian secara lokal adalah nol. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan,

seluruh transaksi penyerahan yang dilakukan PT Kewalram Indonesia terutang PPN dan

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 14: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

perusahaan menerbitkan faktur pajak atas PPN yang dipungut tersebut sehingga bisa dikredikan

dengan PM yang dimiliki perusahaan.

Pembahasan

Permasalahan Keadaan di perusahaan dan yang

seharusnya dilaksanakan

Saran

Mekanisme

impor.

Salah satu mekanisme impor yang

dijalani perusahaan adalah impor

melalui trading company yang

berakibat biaya yang harus dikeluarkan

oleh PT Kewalram Indonesia menjadi

lebih besar dan waktu untuk impor

menjadi lebih lama. seharusnya,

dengan mekanisme impor yang ada

memudahkan importir dari segi waktu

serta biaya.

1. Mencari eksportir dari negara

lain yang memiliki kualitas

serta harga barang yang sama

dan tidak mengharuskan

perusahaan untuk melakukan

kegiatan impor melalui

trading company.

2. Melakukan pembelian bahan

baku secara lokal dengan

mempertimbangkan kualitas

bahan baku yang dijual

dalam pasar domestik serta

harganya.

Metode

pengepakan dan

pengiriman.

Salah satu metode yang digunakan

adalah Less Than Container Load

yang menyebabkan biaya yang harus

dikeluarkan oleh PT Kewalram

Indonesia menjadi lebih besar.

Menggunakan alternatif metode

lain seperti Free on Board (FOB)

yang dapat meminimalisir biaya

yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan karena perusahaan

hanya akan menanggung biaya

pengiriman. Sedangkan biaya

pengepakan akan ditanggung

oleh eksportir. Dan perusahaan

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 15: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

bisa menentukan sendiri jasa

pengangkutan yang akan

digunakan.

Petugas Bea

Cukai.

Petugas Bea Cukai yang bertugas

mengawasi kegiatan impor pada PT

Kewalram Indonesia tidak setiap saat

berada di perusahaan sehingga proses

pembongkaran barang dan

penyimpanan barang ke gudang

menjadi terhambat karena semua

barang yang diimpor harus diperiksa

fisik dan dokumen oleh petugas bea

cukai tersebut. Seharusnya, petugas

bea cukai tersebut bisa mengawasi

secara menyeluruh kegiatan impor

yang dilakukan oleh PT Kewalram

Indonesia tanpa menyebabkan

terhambatnya proses produksi yang

akan dilakukan oleh perusahaan.

1. Perusahaan bisa

menggunakan alat

komunikasi dan teknologi

yang ada untuk

mendokumentasikan proses

pembongkaran barang dan

penyimpanan barang ke

gudang sebagai bukti untuk

pemeriksaan oleh petugas

bea cukai sehingga walaupun

petugas bea cukai tidak

berada di perusahaan, PT

Kewalram Indonesia bisa

langsung membongkar dan

menyimpan barang yang

diimpor.

2. Penambahan petugas bea

cukai oleh Ditjen Bea Cukai

mengingat perusahaan yang

berstatus PDKB sangat

sering melakukan kegiatan

impor dan harus

mendapatkan pengawasan.

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 16: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

Penghitungan

pajak atas impor

Saat ini perusahaan masih

menggunakan metode rasio untuk

menghitung penggunaan bahan baku

impor dalam proses produksi.

Seharusnya sebagai PDKB dengan

reputasi baik, PT Kewalram Indonesia

mengikuti metode yang telah

ditetapkan oleh Ditjen Bea Cukai.

Sebaiknya PT Kewalram

Indonesia menggunakan metode

konversi mengikuti metode yang

telah ditetapkan oleh Ditjen Bea

Cukai untuk menghindari

masalah dalam penghitungan

PDRI yang ditanggung. Selain

itu, dari pihak Ditjen Bea Cukai

harus memberikan sanksi yang

tegas bagi PDKB yang tidak

menerapkan metode tersebut.

Tidak adanya

stok atas bahan

baku yang

diimpor.

PT Kewalram Indonesia tidak

menginginkan memiliki stok atas

bahan baku yang mereka impor karena

jika terdapat stok akan menyebabkan

biaya yang tinggi di inventori untuk

persediaan bahan baku. Dan tidak mau

menanggung resiko kerugian akibat

rusaknya bahan baku yang mereka

impor. Hal ini menyebabkan sedikit

terhambatnya proses produksi.

Seharusnya sebagai perusahaan yang

bahan baku utamanya berasal dari

negara lain, perusahaan harus memiliki

stok atas bahan baku.

Seharusnya, perusahaan memiliki

stok atas bahan baku impor

mengingat pemakaian atas bahan

baku impor sangat besar jika

dibandingkan pemakaian bahan

baku dari pasar domestik.

Namun, jika perusahaan memang

tidak mau memiliki stok atas

bahan baku tersebut, mereka bisa

saja membeli bahan baku yang

sama dalam pasar domestik jika

tersedia, tentu saja dengan

mempertimbangkan kualitas serta

harga dari bahan baku tersebut.

Kesimpulan

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 17: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

Dalam kesimpulan ini, penulis menyimpulkan bahwa kegiatan impor serta praktik perpajakan

atas kegiatan impor yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Dalam penghitungan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI), PT Kewalram Indonesia memiliki

penghitungan yang berbeda dari penghitungan pajak impor pada umumnya meskipun tetap

menggunakan tarif pajak yang sama dengan penghitungan PPh 22 impor serta PPN dan

PPnBM yang berlaku karena perusahaan ini merupakan Pengusaha di Kawasan Berikat

(PDKB) sehingga penghitungan dilakukan dengan merujuk pada Peraturan Menteri

Keuangan No. 147/PMK.04/2011 dan Peraturan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai No.

57/BC/2011 tentang Kawasan Berikat. Selain itu, dalam hal penetapan penggunaan bahan

baku impor yang digunakan oleh perusahaan dalam proses produksi yang nanti akan

digunakan untuk menghitung PDRI, PT Kewalram harus mengikuti metode yang harus

diterapkan oleh Ditjen Bea Cukai yaitu metode konversi.

2. Dalam hal kegiatan impor, fasilitas yang diperoleh oleh PT Kewalram Indonesia selaku

PDKB adalah berupa penangguhan perpajakan terkait kegiatan impor, baik impor bahan baku

maupun impor barang modal. PDRI yang ditangguhkan ini nantinya harus dibayar apabila

terjadi penjualan secara lokal dari bahan baku dan barang modal yang diimpor tersebut dan

akan dibebaskan apabila bahan baku, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah serta

barang modal tersebut diekspor. Fasilitas yang didapat oleh perusahaan terkait praktik impor

sendiri adalah tidak diperlukan pengecekan dokumen dan pengecekan fisik barang yang

diimpor perusahaan di pelabuhan dan barang impor tersebut akan diperiksa oleh perugas bea

cukai ketika barang impor tersebut telah sampai di PT Kewalram Indonesia.

3. Dalam melakukan kegiatan impornya, perusahaan hanya dikenakan Bea Masuk (BM), PPh 22

Impor dan PPN dan tidak dikenakan PPnBM karena PT Kewalram Indonesia tidak

mengimpor luxury goods. Namun, karena PT. Kewalram Indonesia berada di Kawasan

Berikat, maka pada dasarnya PT. Kewalram Indonesia mendapat fasilitas berupa

ditangguhkannya pembayaran pajak yang berkaitan dengan kegiatan impornya yaitu PPh 22

Impor, PPN, BM, serta pungutan lainnya berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan yang

belaku di Indonesia. Pajak yang ditangguhkan ini nantinya akan dilunasi apabila barang yang

diimpor tersebut dijual secara lokal setelah diproses menjadi barang jadi atau setengah jadi

dan PDRI yang harus dibayarkan oleh perusahaan hanya sebesar kandungan bahan baku

impor yang dijual secara lokal tersebut. PDRI tersebut akan dibebaskan apabila barang

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013

Page 18: Analisis Terhadap Kegiatan Impor Serta Praktik Perpajakan

tersebut kemudian diekspor. Dari hasil penelitian penulis, PT Kewalram Indonesia telah

melakukan penghitungan perpajakan impor sebagaimana mestinya, baik dalam segi tarif

berdasarkan tarif perpajakan impor yang berlaku maupun dari segi penetapan dasar

pengenaan pajak impor terkait perusahaan sebagai PDKB.

Daftar Referensi

Barata, Atep Adya. 2011. Panduan Lengkap Pajak Penghasilan. Jakarta: Visimedia.

Direktorat Jenderal Pajak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009.

Direktorat Jenderal Pajak. Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.

Direktorat Jenderal Pajak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1983 tentang

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Peraturan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Nomor

57/BC/2011 tentang Kawasan Berikat sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Nomor17/BC/2012.

http://www.nct-cargo.com/2011/03/istilah-istilah-dalam-transportasi.html

http://rusdiharahap.wordpress.com/2012/10/30/beberapa-pengertian-istilah-mengenai-export-

import/.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.04/2011 tentang Kawasan Berikat sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.04/2011.

Sukardji, Untung. 2012. Pokok-Pokok PPN Pajak Pertambahan Nilai Indonesia Edisi Revisi

2012. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Analisis terhadap..., Dina Rahmanur Fajarwati, FE UI, 2013