exspor impor

107
ANALISIS EKSPOR-IMPOR SEKTOR KEHUTANAN INDONESIA DENGAN NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG RISNA RONAL SUTHRISNO MANIK E14050313 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Upload: setiawan-sigit

Post on 29-Nov-2015

184 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Exspor Impor

ANALISIS EKSPOR-IMPOR SEKTOR KEHUTANAN

INDONESIA DENGAN NEGARA MAJU DAN NEGARA

BERKEMBANG

RISNA RONAL SUTHRISNO MANIK

E14050313

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Exspor Impor

ANALISIS EKSPOR-IMPOR SEKTOR KEHUTANAN INDONESIA DENGAN NEGARA MAJU DAN NEGARA

BERKEMBANG

RISNA RONAL SUTHRISNO MANIK E14050313

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 3: Exspor Impor

ABSTRAK RISNA RONAL SUTHRISNO MANIK (E14050313). Analisis Ekspor-Impor Sektor Kehutanan Indonesia dengan Negara Maju dan Negara Berkembang. Di bawah bimbingan SUDARSONO SOEDOMO.

Discrepancy trade statistics merupakan ketidak sesuaian antara data ekspor

yang dilakukan oleh negara eksportir dengan data impor yang dilakukan oleh negara importir. Secara teori, pencatatan antara pelaporan data ekspor yang dilakukan oleh pihak eksportir harus sama dengan pencatatan data impor yang dilakukan oleh negara importir namun hal tersebut sulit untuk direalisasikan dilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan data ekspor-impor Indonesia dengan negara maju dan berkembang, membandingkan ekspor-impor kehutanan dan perkebunan serta mengetahui ada tidaknya perbedaan data ekspor dengan data impor.

Data yang dipergunakan didalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data sekunder ekspor-impor Indonesia dengan negara maju, seperti: Amerika Serikat, Jepang, Jerman, China, Canada, Italia, Prancis dan Australia dan negara berkembang, yaitu: Bangladesh, Filipina, India, Malaysia, Pakistan, Srilanka, Thailand dan Vietnam yang dimulai pada tahun 1989 sampai 2008. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah mengunduh data dari website www. uncomtrade.org, dimana data yang dikumpulkan adalah data ekspor-impor tahunan. Jenis data ekspor-impor yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data ekspor-impor dari sektor kehutanan, yaitu plywood (plywood, veneer panel and similar laminated wood) dan pulp (chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached) serta dari sektor perkebunan berupa kelapa sawit (palm oil and its fraction, not chemically modified).

Berdasarkan analisis hasil pengolahan data diketahui bahwa terdapat selisih antara data ekspor Indonesia dengan data impor negara maju dan negara ber-kembang untuk komoditi plywood, veneer panel and similar laminated wood; chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached dan palm oil and its fraction, not chemically modified,dimana persentase discrepancy trade statistic berbeda-beda pada setiap negara. Catatan ekspor Indonesia terhadap catatan impor negara maju dan berkembang tidak memiliki pola tertentu.

Kata Kunci : Discrepancy trade statistics, Ekspor, Impor, Negara Maju dan

Negara Berkembang

Page 4: Exspor Impor

ABSTRACT

RISNA RONAL SUTHRISNO MANIK/E14050313. Export-Import Analysis of Indonesia Forestry with Developed Countries and Developing Countries. Guidance by SUDARSONO SOEDOMO.

Discrepedancy trade statistic is the inappropriate record keeping between the export data by exporter countries and the import data by importer countries. Theoretically, the record keeping of export data held by exporter countries must be same with the import data kept by importer countries. But, in fact, it is so difficult to make it come true. This research aims to analyze the comparison between export-import data in Indonesia with developed countries and other developing countries, to compare the export-import of forestry and plantation, and the last, to know whether the difference of export-import data.

This research used secondary data, which is the export-import data of Indonesia with developed countries like: United State, Japan, Germany, Canada, China, Italy, French, and Australia and developing countries like: Bangladesh, Philippine, India, Malay, Pakistan, Srilanka, Thailand, and Vietnam. The period data used was about 1989-2008. The collection of data was done by downloading from www.uncomtrade.org. The kind of export-import data used in this research is forestry export-import data which are plywood (plywood, veneer panel, and similar laminated wood), pulp (chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached), and plantantion sector like palm (palm oil and its fraction, not chemically modified).

The results of analysis shows that there are discrepancy between Indonesia export data records with developed and developing countries import data records for plywood, veneer panel and similar laminated wood; chemical wood pulp, soda/sulphate non conifer, bleached and palm oil and its fraction, not chemically modified, where percentages of discrepancy trade statistics are different in each country. Indonesia export data to developed and developing countries export data to developed and developing countries export data don’t have particular trend.

Key Word: Discrepancy trade statistics, Export, Import, developed countries, and developing countries.

Page 5: Exspor Impor

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Analisis

Ekspor-Impor Sektor Kehutanan Indonesia dengan Negara Maju dan Negara

Berkembang” adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah di-sebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Risna Ronal S. Manik

E14050313

Page 6: Exspor Impor

Judul Penelitian : Analisis Ekspor-Impor Sektor Kehutanan Indonesia dengan

Negara Maju dan Negara Berkembang

Nama : Risna Ronal Suthrisno Manik

NRP : E14050313

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

(Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS.)

NIP. 130813798

Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan

Fakultas Kehutanan IPB

(Dr. Ir.Didik Suhardjito, MS.)

NIP.19630401 199403 1 001

Tanggal Lulus :

Page 7: Exspor Impor

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat, karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor. Judul skripsi ini adalah ”Analisis Ekspor-Impor Sektor Kehutanan

Indonesia dengan Negara Maju dan Negara Berkembang”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang mem-

bangun dari berbagai pihak agar diperoleh hasil yang lebih baik sebagai perbaikan

dan evaluasi atas skripsi yang penulis buat. Semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2011

Penulis

Page 8: Exspor Impor

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kutabuluh Berteng pada tanggal 02 April

1988. Penulis adalah anak ke-2 (dua) dari 3 (tiga) bersaudara dari

pasangan R.S. Manik dan R. Rajaguk-guk. Penulis memulai

pendidikan di SDN No 030437 Kutabuluh Berteng pada tahun

1993, SLTPN 1 Kutabuluh Berteng tahun 1999 dan SMAN 1 Tiga Binanga pada

tahun 2002. Penulis menyelesaikan sekolah pada tahun 2005 dan melalui jalur

USMI penulis masuk perguruan tinggi negeri tahun 2005 di Tingkat Persiapan

Bersama (TPB) IPB Bogor dan tahun 2006 masuk ke Mayor Manajemen Hutan,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis pernah

menjadi anggota kepanitiaan dalam beberapa kegiatan di tingkat fakultas maupun

di IPB, seperti kegiatan Masa Perkenalan Fakultas 2007, Temu Manajer (TM)

2007 dan acara lainnya. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi

kemahasiswaan yakni anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) dan

Komisi Pelayanan Anak (KPA). Penulis merupakan anggota UKM Sepak Bola

IPB. Pada tahun 2007 penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan

(PPEH) di Kamojang-Sancang dan tahun 2008 penulis melakukan Praktek Pe-

ngelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Pada tahun 2009 Pe-

nulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT

AUSTRAL BYNA. Penulis juga pernah menjadi asisten untuk mata kuliah

Agama Kristen Protestan pada tahun ajaran 2006/2007.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada

Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor,

penulis menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Ekspor-Impor Sektor

Kehutanan Indonesia dengan Negara Maju dan Negara Berkembang” dibawah

bimbingan Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS.

Page 9: Exspor Impor

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah mem-berikan dukungan moril serta

materil kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, antara lain sebagai

berikut:

1. Kepada Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS. selaku dosen pembimbing yang

selama ini telah berjasa dalam memberikan bimbingan, masukan, kesabaran

dan waktu untuk penulis. Terima kasih Bapak untuk semuanya dan mohon

maaf atas segala kesalahan dan kekurangan selama menjadi mahasiswa

bimbingan Bapak.

2. Kepada bapak Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi selaku dosen penguji perwakilan

departemen Hasil Hutan, Dr. Ir. Rikky Avenzora, MSc. selaku dosen penguji

dari depatemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan Dr. Ir.

Ahmad, MS selaku dosen enguji perwakilan dari departemen Silvikultur.

3. Kepada staf dosen, TU, mamang-bibik di FAHUTAN terima kasih untuk

segala ilmu, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

4. Orangtua dan keluarga tercinta (Rasian Manik dan Rustan br Rajaguk-guk,

Ronita Vera Carolina br Manik dan Roy Jandriko S.P. Manik) untuk setiap

dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi

persembahan yang terbaik.

5. Sahabat-sahabat terbaikku (Alan, Ani, Buyung, Cia, Doris, Icuz, Mei,Maria,

Paskha, Rina) terimakasih untuk kebersamaan, semangat, doa dan cinta kasih

yang telah diberikan.

6. Rekan seperjuangan Firmanudin Purnomo dan Afwan Afwandi atas ke-

bersamaan, sharing dan bantuan yang telah diberikan selama penelitian hingga

penulisan skripsi.

7. Sopo ombus-ombus crews (Andrew M, Arnold S, Gunarto S, Herbet S), Kang

Agus, Kang Ignaz S, Kang Galing, Kang Ajay dan Kang Cardo atas ke-

bersamaannya selama ini.

Page 10: Exspor Impor

8. Pelatih, pengurus dan teman-teman UKM SB IPB ( Pak Entis, Andrew M, Fitri

T, Jacky, Marco S, Togar, Vicky A, Yudi, dll) atas kebersamaan, semangat dan

dorongan yang diberikan.

9. Serta seluruh pihak dan teman-teman MNH yang tidak bisa disebutkan satu

per satu terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Februari 2011

Risna Ronal S. Manik

Page 11: Exspor Impor

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................ 2 1.3. Manfaat ............................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perdagangan Luar Negeri ................................................................... 4 2.2. Ekspor ................................................................................................ 5

2.2.1 Perkembangan Ekspor .............................................................. 5 2.3. Impor .................................................................................................. 7

2.3.1 Perkembangan Impor ............................................................... 8 2.4. Negara Maju ......................................................................................... 9 2.5. Discrepancy Trade Statistics ................................................................ 10 2.6. Kayu Lapis (plywood) .......................................................................... 11 2.7. Bubur Kertas ......................................................................................... 12 2.8. Kelapa Sawit ......................................................................................... 13

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 14 3.2. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data ................................... 14 3.3. Batasan Penelitian ............................................................................... 14 3.4. Asumsi ................................................................................................ 15 3.5 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 15 3.6. Metode Pengolahan Data .................................................................... 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persentase Discrepancy Trade Statistics Negara Maju ....................... 17

4.1.1. Persentase discrepancy trade statistics komoditi plywood, veneer panel and similar laminater wood ................................ 17

4.1.2. Persentase discrepancy trade statistics komoditi chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached .................... 18

4.1.2. Persentase discrepancy trade statistics komoditi palm oil and its fraction, not chemically modified ................................ 18

4.2. Persentase Discrepancy Trade Statistics Negara Berkembang .......... 19 4.2.1. Persentase discrepancy trade statistics komoditi plywood,

veneer panel and similar laminater wood ................................ 19 4.2.2. Persentase discrepancy trade statistics komoditi chemical

wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached ...................... 20 4.2.2. Persentase discrepancy trade statistics komoditi palm oil

Page 12: Exspor Impor

and its fraction, not chemically modified ........................................... 21 4.3. Perbandingan Data Ekspor Indonesia dengan Data Impor Negara Maju ........................................................................................ 22 4.4. Perbandingan Data Ekspor Indonesia dengan Data mpor Negara Berkembang ............................................................................ 23 4.5. Analisis Perbedaan Data Ekspor dan Impor antara Indonesia dengan Negara Maju dan Negara Berkembang .................................. 25 4.6. Implikasi Perbedaan Data Ekspor dan Data Impor Terhadap Perekonomian Indonesia ...................................................................... 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 29 5.2. Saran .................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30

Page 13: Exspor Impor

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Nilai Ekspor Indonesia Menurut Sektor Jan-Sept 2008 dan 2009 .................. 7 2. Tipe dari Aktivitas Ilegal yang Dilakukan oleh Beberapa Negara ................. 11 3. Discrepancy trade statistics komoditi plywood, veneer panel and similar

laminated wood ............................................................................................... 17 4. Discrepancy trade statistics komoditi chemical wood pulp,soda/sulphate, non conifer, bleached ...................................................................................... 18 6. Discrepancy trade statistics komoditi palm oil and its fraction, not chemically modified ........................................................................................ 19 7. Discrepancy trade statistics komoditi plywood, veneer panel and similar

laminated wood ................................................................................................ 19 5. Discrepancy trade statistics komoditi chemical wood pulp,soda/sulphate, non conifer, bleached ...................................................................................... 20 6. Discrepancy trade statistics komoditi palm oil and its fraction, not chemically modified ......................................................................................... 21

Page 14: Exspor Impor

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Data Sekunder Negara Maju ........................................................................ 33 2. Data Sekunder Negara Berkembang ............................................................ 52 3. Hasil uji t-berpasangan Negara Maju ........................................................... 68 4. Hasil Uji t-berpasangan Negara Berkembang ............................................. 79

Page 15: Exspor Impor

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dewasa ini hampir tidak ada lagi suatu negara di dunia yang betul-betul dapat

memenuhi kebutuhannya dari hasil produksi negaranya sendiri. Baik negara kecil

maupun negara besar baik negara yang ekonominya sudah sangat maju, maupun

yang masih terbelakang, langsung maupun tidak langsung membutuhkan dan me-

laksanakan pertukaran barang dan jasa antar satu dengan yang lainnya. Dengan

kata lain antar negara di dunia sudah terjalin suatu hubungan perdagangan satu

sama lainnya (Amir 1984).

Kegiatan ekspor-impor merupakan faktor penentu roda perekonomian suatu

negara. Sebagai negara yang kaya akan hasil bumi dan migas, Indonesia selalu

aktif terlibat dalam perdagangan internasional. Karena apabila suatu negara me-

nutup diri dengan negara lain, maka akan mengakibatkan kerugian bagi warga

negara bersangkutan bila mana harus membayar suatu komoditi yang mempunyai

kualitas rendah karena keterbatasan alternatif. Menurut Amir (1984), kegiatan

ekspor-impor merupakan transaksi antar negara yang dilakukan antara pihak

eksportir (penjual) dengan importir (pembeli), dimana antara kedua belah pihak

saling terkait untuk melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing, yaitu pihak

penjual wajib menyerahkan suatu komoditi atau barang dan berhak untuk mem-

peroleh bayaran, sedangkan pihak pembeli berkewajiban untuk membayar harga

sesuai dengan kesepakatan bersama yang telah disepakati dan berhak untuk mem-

peroleh suatu penghargaan atau komoditi yang dibutuhkan.

Segala transaksi yang dilakukan oleh suatu negara dalam hubungan ekonomi

dengan negara lain (mitra dagang), baik berupa barang, jasa, maupun dana dicatat

secara sistematik di dalam suatu daftar atau catatan yang disebut neraca pem-

bayaran internasional. Komponen yang terdapat di dalam sebuah neraca pem-

bayaran internasional, yakni ekspor-impor dan utang luar negeri.

Hasil studi yang telah dilakukan oleh beberapa ahli menyatakan bahwa pada

umumnya terdapat selisih data ekspor-impor antara negara Indonesia dengan

negara mitra dagangnya. Bukti adanya discrepancy trade statistics dalam catatan

data ekspor-impor yang dilakukan Indonesia dengan mitra dagangnya adalah

Page 16: Exspor Impor

adanya selisih data ekspor dan impor non-migas China dengan Indonesia men-

capai US$ 2 milliar pada periode Januari-November 2005. Data ekspor non-migas

China ke Indonesia periode Januari-November 2005 yang tercatat di Bea dan

Cukai China sebesar US$ 6,2 milliar. Sedangkan data impor non-migas Indonesia

dari Cina pada periode yang sama yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS)

US$ 4,1 milliar. Dari data itu pula impor non-migas Cina dari Indonesia yang

tercatat di Bea dan Cukai Cina sebesar US$ 5,8 milliar. Data ekspor non-migas

Indonesia ke Cina pada periode yang sama di BPS sebesar US$ 3,6 milliar

(Soetrisno 2010).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa terdapat selisih data ekspor dan

impor yang dilaporkan oleh Indonesia dengan mitra dagangnya, dimana data

impor yang dilaporkan oleh mitra dagang Indonesia lebih besar dibandingkan

dengan data ekspor yang dilaporkan oleh Indonesia. Dephut (2003) menyatakan

bahwa faktor-faktor yang dapat menjelaskan perbedaan dalam data perdagangan

dapat dikelompokkan menjadi :

1. faktor normal primer adalah: i) perubahan periode fiskal, ii) perbedaan

dalam pemberian dalam nilai produk, iii) beda waktu antara tanggal

pengiriman produk ekspor dan tanggal penerimaan negara importir, dan

fluktuasi nilai tukar

2. faktor normal sekunder adalah: i) konversi satuan produk dari volume

keberat

3. faktor abnormal adalah : i) perilaku untuk menyamarkan volume; ii)

kecurangan dalam perdagangan dan penyelundupan.

Dari uraian diatas, penulis ingin menganalisis dan mengetahui permasalahan

yang berkaitan dengan penyebab terjadinya selisih data ekspor dan impor antara

Indonesia dengan negara maju dan negara berkembang.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis catatan data ekspor dan catatan data impor Indonesia dengan

mitra dagangnya untuk komoditi ply wood, veneer panel and similar laminated

wood; cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached dan palm oil

and its fraction, not chemically modified.

Page 17: Exspor Impor

2. Mempelajari pola catatan data ekspor Indonesia dan pola catatan data impor

negara maju dan negara berkembang untuk komoditi ply wood, veneer panel

and similar laminated wood; cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer,

bleached dan palm oil and its fraction, not chemically modified.

3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan catatan data ekspor dan impor antara

Indonesia dengan negara maju dan negara berkembang.

1.3. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan

dan wawasan kepada setiap lapisan masyarakat yang terkait dengan penelitian

tentang pelaporan data ekspor-impor. Serta sebagai bahan masukan bagi aparatur-

aparatur pemerintahan bersangkutan.

Page 18: Exspor Impor

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Perdagangan Luar Negeri

Perdagangan luar negeri adalah perdagangan antar negara yang memiliki

kesatuan hukum dan kedaulatan yang berbeda dengan kesepakatan tertentu dan

memenuhi kaidah-kaidah baku yang telah ditentukan dan diterima secara inter-

nasional. Setiap negara yang terlibat dalam hubungan dagang antar negara akan

terdorong untuk melakukan spesialisasi produksi dan ekspor komoditi tertentu

yang memiliki keunggulan komparatif sehingga masing-masing negara akan ber-

fokus pada bidang keahlian dan keunggulannya dalam memajukan kesejahteraan-

nya (Putong 2003).

Perdagangan luar negeri terjadi akibat terbatasnya sumberdaya alam

(SDA) dan sumberdaya manusia (SDM) yang terdapat didalam suatu negara,

sehingga dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin

meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, suatu negara akan

berupaya untuk memenuhi kebutuhan yang berkualitas yang tidak dapat di-

produksi di dalam negeri dengan cara melakukan hubungan kerja sama dengan

melakukan kesepakatan pembelian dan pembayaran dengan pihak luar. Menurut

Putong (2003), ada lima faktor yang mempengaruhi terjadinya perdagangan luar

negeri, yaitu :

1. Untuk memperoleh barang atau sumberdaya yang tidak dapat dihasilkan di

dalam negeri.

2. Untuk mendapatkan barang yang sebenarnya dapat dihasilkan di dalam

negeri tetapi kualitasnya belum memenuhi syarat.

3. Untuk mendapatkan teknologi yang lebih modern dalam rangka mem-

berdayakan sumber daya alam di dalam negeri.

4. Untuk memperluas pasaran produk yang dihasilkan di dalam negeri.

5. Mendapat keuntungan dari spesialisasi produk yang diperdagangkan,yang

diantaranya sebagai berikut:

a. Keuntungan mutlak (absolute advantages)

b. Keuntungan banding (comparative advantages)

Page 19: Exspor Impor

c. Keuntungan bersaing (competitive advantages)

Dari penjelasan diatas ketahui bahwa di dalam perdagangan luar negeri

aliran perdagangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu aliran perdagangan keluar

yang disebut dengan ekspor dan aliran perdagangan kedalam yang disebut dengan

impor.

2.2. Ekspor

Ekspor merupakan jumlah penjualan barang yang dapat dihasilkan suatu

negara, kemudian barang tersebut diperdagangkan kepada negara lain dengan

tujuan untuk memperoleh devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang

yang dihasilkan ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barang-barang yang

dihasilkan negara pengekspor (Lipsey 1995).

Secara teori, suatu negara akan mengekspor suatu komoditas ke negara

lain karena negara tersebut mampu memproduksi suatu komoditas melebihi

konsumsi domestiknya. Akibat dari besarnya produksi domestik tersebut, jumlah

barang atau komoditi di dalam negeri akan melimpah sehingga nilai komoditas

tersebut di pasar domestik akan relatif lebih kecil dibandingkan dengan apabila

mengekspor keluar negeri, sehingga peluang untuk memperoleh keuntungan jauh

lebih besar apabila di ekspor ke negara yang memiliki nilai konsumtif yang tinggi

dan kurang mampu memproduksi barang atau komoditi melebihi konsumsi

domestiknya akibat kekurangan sumberdaya.

2.2.1. Perkembangan Ekspor

Sebagian besar pendapatan Indonesia berasal dari perdagangan luar negeri

(ekspor), yaitu berupa ekspor MIGAS (Minyak Bumi dan Gas Alam). Secara

keseluruhan penerimaan dalam negeri dari ekspor MIGAS sebesar 65%, sisanya

berasal dari penerimaan lain-lain seperti pajak, bea masuk dan cukai serta

penerimaan bukan pajak. Indonesia menjadikan ekspor sebagai sumber pen-

dapatan utama (devisa) sudah dimulai dari tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor

menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan ber-

ubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke

industri ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen

luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim.

Page 20: Exspor Impor

Persaingan antar produk sangat tajam. Selain harga, kualitas atau mutu barang

menjadi faktor penentu daya saing suatu produk (Dumairy 1996).

Ekspor Indonesia pada September 2009 mengalami penurunan sebesar

6,75% dibandingkan Agustus 2009 yaitu dari US$ 10.543,8 juta menjadi US$

9.832,0 juta. Penurunan ekspor pada September 2009 disebabkan oleh me-

nurunnya ekspor non-migas sebesar 8,58%, yaitu dari US$ 8.890,8 juta menjadi

US$ 8.127,6 juta. Sebaliknya ekspor migas mengalami peningkatan sebesar

3,07% dari US$ 1.653,6 juta menjadi US$ 1.704,4 juta. Lebih lanjut peningkatan

ekspor migas disebabkan oleh meningkatnya ekspor hasil minyak sebesar 48,33%

menjadi US$ 264,9 juta dan ekspor gas naik sebesar 6,01% menjadi US$ 770,8

juta, sementara itu ekspor minyak mentah turun sebesar 10,59% menjadi US$

668,7. Bila dibandingkan dengan September 2008, nilai ekspor September 2009

mengalami penurunan 19,92%, disebabkan menurunya ekspor migas sebesar

30,59% dan ekspor non migas turun sebesar 17,25%. Secara komulatif nilai

ekspor Indonesia selama peroide Januari sampai September 2009 mencapai US$

80.133,3 juta atau turun 25,57% dibandingkan pada periode yang sama di tahun

2008, sementara ekspor nonmigas mencapai US$ 68.112,0 juta atau turun sebesar

18,21% (BPS 2009).

Menurut sektor, ekspor hasil industri periode Januari-September 2009

turun sebesar 25,46% dibandingkan periode yang sama tahun 2008, yakni dari

US$ 68,949,9 juta menjadi US$ 51,395,7 juta, demikian juga ekspor hasil

pertanian turun sebesar 10,72% yakni sebesar US$ 3.489,7 juta menjadi US$

3.115,7 juta. Sebaliknya ekspor hasil tambang dan lainnya meningkat sebesar

25,46% yaitu dari US$ 10.840,5 juta menjadi US$ 13.600,6 juta (BPS 2009). Data

tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Page 21: Exspor Impor

Tabel 1 Nilai ekspor Indonesia menurut sektor Januari-September 2008 dan 2009

Uraian Nilai FOB(Juta US$)

% Perubahan Jan-Sep 2008 Jan-Sep 2009

Total Ekspor 107,668.30 80,113.30 -25.57

MIGAS 24,388.20 12,021.30 -50.71

NONMIGAS : 83,280.10 68,112.00 -18.21

- Pertanian 3,489.70 3,115.70 -10.72

- Industri 68,949.90 51,395.70 -25.46

-Pertambangan dll 10,840.50 13,600.60 25,46

Sumber: BPS 2009

Kinerja ekspor Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor utama. Faktor

pertama bersifat komoditikal dan sekaligus internal, yaitu bahwa penerimaan

ekspor sangat ditentukan oleh komoditas minyak dan gas bumi. Faktor utama ke-

dua yang mempengaruhi kinerja ekspor bersifat eksternal yaitu lingkungan

ekonomi internasional. Ekspor Indonesia tentu saja tidak lepas dari gejolak per-

ekonomian dunia yang mana artinya bahwa perekonomian Indonesia sangat ber-

gantung pada ekonomi negara-negara maju dan kadar keterbukaan atau ke-

tertutupan pasar di negara-negara tujuan ekspor.

2.3. Impor

Impor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari suatu negara ke

negara lain secara legal. Proses impor pada umumnya adalah pemindahan barang

dari luar negeri ke dalam negeri. Impor secara besar-besaran pada umumnya

membutuhkan campur tangan dari bea cukai negara pengirim (eksportir) maupun

negara penerima (Dumairy 1996).

Suatu negara akan memasok suatu komoditi dari negara lain disebabkan

oleh ketidaksanggupan produksi domestiknya untuk memenuhi permintaan ke-

butuhan domestiknya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sumberdaya alam dan

sumberdaya manusia. Untuk mencukupi kebutuhan konsumsinya tersebut, maka

negara tersebut berkeinginan untuk membeli komoditi dari negara lain yang

harganya relatif murah. Apabila terjadi kesepakatan harga, maka akan terjadi per-

dagangan antar ke dua negara tersebut. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa

ekspor dan impor suatu negara sangat ditentukan oleh harga domestik, harga inter-

nasional serta keseimbangan penawaran dan permintaan dunia.

Page 22: Exspor Impor

2.3.1. Perkembangan Impor

Sejalan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian di dalam negeri,

pengeluaran impor menunjukkan kecendrungan peningkatan dari tahun ketahun.

Debirokeratisasi dan deregulasi dalam bidang impor pada umumnya berupa

penyederhanaan tata niaga, penggantian bentuk perlindungan nontarif menjadi

perlindungan tarif, penurunan tarif bea masuk, serta pemberian izin impor kepada

lebih banyak perusahaan, yang mana tujuan dari debirokeratisasi dan deregulasi

adalah mempermudah kegiatan impor.

Nilai impor Indonesia September 2009 adalah sebesar US$ 8.563 juta atau

turun menjadi US$ 1.144,3 juta jika dibandingkan dengan Agustus 2009. Hal ini

disebabkan oleh penurunan impor nonmigas sebesar US$ 1.995,7 juta, sebaliknya

impor migas mengalami peningkatan sebesar 56,02% atau sebesar US$ 857,4 juta.

Lebih lanjut peningkatan impor migas disebabkan oleh meningkatnya impor

minyak mentah dan hasil minyak masing-masing sebesar US$114,3 juta dan US$

722 juta, serta gas sebesar US$ 15,1 juta. Selama Januari-September 2009, nilai

impor Indonesia mencapai US$ 68.330,9 juta yang berarti mengalami penurunan

sebesar 32,80% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Impor migas mengalami penurunan sebesar 49.86% demikian juga impor non-

migas dimana penurunanya sebesar 26,88%. Secara lebih rinci penurunan impor

migas disebabkan oleh penurunan impor minyak mentah dan hasil minyak, yaitu

masing-masing sebesar US$ 3.510,7 juta dan US$ 9.793,8 juta (BPS 2009).

Dilihat dari peranan terhadap total impor nonmigas Indonesia selama

periode Januari-September 2009, mesin/pesawat mekanik memberikan peranan

terbesar yaitu 19,17%, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 14,39%, bahan

kimia organik sebesar 5,15%, besi dan baja sebesar 4,95%, pesawat udara dan

bagiannya sebesar 4,03%, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,03%,

kenderaan bermotor dan bagiannya sebesar 3,87%, dan barang dari besi dan baja

sebesar 3,79%. Total nilai impor nonmigas Indonesia selama periode Januari-

September 2009 sebesar US$ 192,7 juta atau 78,83% berasal dari dua belas negara

utama, yaitu Cina sebesar US$ 9481,7 juta (17,18%), diikuti oleh Jepang sebesar

12,48%, Singapura sebesar 12,40%, Amerika Serikat 8,77%, Thailand 5,80%,

Korea Selatan 4,82%, Australia 4,41%, Malaysia 4,10%, Jerman 3,09%, Taiwan

Page 23: Exspor Impor

2,53%, Prancis 2,07% dan Inggris 1,18%. Impor Indonesia di ASEAN

mencapai23,58% dan dari Uni Eropa sebesar 11,37% (BPS 2009).

2.4. Negara Maju

Suatu negara dapat dikatakan negara maju apabila negara tersebut sudah

mampu menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan, se-

hingga sebagian besar tujuan pembangunan telah dapat terwujud, baik yang

bersifat fisik dan non-fisik. Negara maju perekonomiannya sangat bertumpu pada

sektor industri (Crayonpedia 2009).

Hasil studi banding antara negara maju dan negara berkembang meng-

ungkapkan adanya perbedaan-perbedaan antara negara maju dan negara ber-

kembang dalam hal administrasi pemerintahan. Perbedaan tersebut adalah:

1. Pada negara maju, pengangkatan dan pemberhentian didasarkan pada suatu

standar tertentu atau dikenal dengan istilah merit system. Sedangkan untuk

negara berkembang, pengangkatan dan pemberhentian pegawai terjadi karena

birokrasi atau nepotisme.

2. Pada negara maju, berlaku prinsip legal rational impersonal, dimana setiap

persoalan diselesaikan dalam kantor atau kedinasan serta berdasarkan hukum

yang berlaku. Sebaliknya hubungan satu sama lain dalam pemerintahan di

negara berkembang didominasi oleh praktik yang dikenal dengan istilah

bureaucratic click dan patron client relationship, yaitu penyelesaian persoalan

di dalam dan diluar kantor melalui cara-cara yang tidak legal formal.

3. Pada negara maju, diferesiansi fungsi dalam administrasi pemerintahan terlihat

jelas dan tegas, sementara hal itu tidak terjadi pada administrasi pemerintahan

negara berkembang.

4. Berbagai macam permintaan dan penawaran yang berkaitan dengan urusan

administrasi pemerintahan di negara maju dilakukan dengan mekanisme

formal market. Tidak demikian dengan halnya di negara berkembang, semua

penawaran dan permintaan terjadi melalui mekanisme informal market.

5. Selain efektif, administrasi pada negara maju juga berjalan efisien. Sementara

di negara berkembang, efektivitas dalam hal administrasi tidak diikuti dengan

efisiensi.

Page 24: Exspor Impor

Birokrasi menjadi suatu permasalahan tersendiri dalam kaitannya dengan

hukum administrasi negara pembangunan. Administrasi pemerintahan maupun

pelayanan publik seolah telah menjadi karakteristik yang melekat di negara ber-

kembang. Hal ini tercermin dari masih tingginya penyalah gunaan kewenangan

dalam bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme atau KKN, tidak efisiennya

organisasi pemerintahan di pusat dan daerah, rendahnya kualitas pelayanan

publik, dan lemahnya fungsi lembaga pengawasan sehingga banyak kelemahan

birokrasi yang belum menunjukkan tanda-tanda dilakukannya perbaikan.

Berbeda dengan administrasi pemerintahan negara maju, pemerintahan

negara maju menyukai hal yang terorganisasi dengan baik dan mempunyai

rencana yang baik. Dalam menjalankan roda kepemerintahan, pemimpin negara

maju memberlakukan prinsip, antara lain: (1) akuntability, (2) transparansi, (3)

openness, (4) rule of law (Rahmat 2010).

2.5. Discrepancy Trade Statistics

Discrepancy statistic pada perdagangan bilateral menjadi perhatian yang

sangat penting sebagai indikator dari perdagangan ilegal. Kegiatan ilegal yang

dapat menciptakan adanya discrepancy statistic adalah kegiatan intentional

underreport yang dilakukan untuk menghindari pajak ekspor yang mengakibatkan

nilai ekspor yang dicatat lebih kecil dibandingkan dengan yang dicatat oleh pihak

importir. Aktivitas ilegal ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang lebih

besar. Selain kegiatan ilegal berupa intentional underreport yang sering dilakukan

dalam perdagangan, kegiatan penyelundupan (smuggling) juga kerap dilakukan.

Penyelundupan merupakan aktivitas underground economy. Underground

economy mencakup semua aktivitas ekonomi yang dapat dikenakan pajak, tetapi

akibat tindakan-tindakan ilegal semua biaya pajak yang harus ditanggung oleh

para pelaku perdagangan di dalam perdagangan internasional tidak diperoleh oleh

negara. Penyelundupan merupakan fenomena yang sudah sangat sering terjadi di

Indonesia, dimana kondisi ini sangat menggangu perekonomian suatu negara

(Vincent 2004).

Dari data yang bersal dari CITES (Convention on the International Trade

in Endangered Species of wild fauna and flora) dapat dilihat jenis dari aktivitas

ilegal yang dilakukan oleh beberapa negara pada Tabel 2 berikut ini :

Page 25: Exspor Impor

Tabel 2 Tipe dari aktivitas ilegal yang dilakukan oleh beberapa negara

Tahun Penyelundupan yang Masuk k Indonesi ∑

kasus Kerugian (Rp)

1. Tekstil dan produk tekstil 111 871,2 Juta

2. Gula dan beras 22 2,48 Milliar

2 3. Hand Phone 21 6,94 Milliar

0

4. Elektronik 3 562,2 Juta

0 5. Mata Uang dan Kenderaan Bermotor 2 681,7 Juta

5 6. Narkoba dan Psokotropika 4

Penyelundupan dari Indonesia

1. Kayu 90 4,49 Milliar

2. Pupuk 3 478 Milliar

3. BBM 6 3,8 Milliar

2006 Sampai dengan semester 1 (Juni 2006)

Total 15,5 Milliar

Sumber : Seneca Creek Associated and World Resources Int’l (2004) dalam Setiastuti (2007)

Dari tabel tersebut jelas diduga bahwa Indonesia merupakan negara yang

melakukan semua kegiatan ilegal yang berhubungan dengan sektor kehutanan,

kecuali melakukan impor dari sumber ilegal. Sehingga dapat dikatakan bahwa

Indonesia merupakan negara yang memiliki law of enforcement yang buruk.

Dampak dari aktivitas-aktivitas ilegal pada produk kehutanan dapat menyebabkan

kerugian ekonomi bagi suatu negara dimana pendapatan negara (devisa) berupa

pajak ekspor akan berkurang seiring dengan meningkatnya aktivitas ilegal,

sedangkan dampak aktivitas ilegal pada ekosistem hutan akan terjadi degradasi

ekosistem hutan yang akan mengakibat berkurangnya sumber bahan baku kayu

dan non kayu.

2.6. Kayu lapis (Plywood)

Menurut Haygreen dan Bowyer (2003), kayu lapis merupakan produk

panil yang terbuat dari veneer-veneer kayu yang direkat bersama sehingga arah

serat veneer yang berdekatan bersilangan tegak lurus dan arah serat veneer muka

sejajar sumbu panjang panil. Oleh karena itu untuk menjaga keseimbangan,

konstruksi jumlah lapisan veneer biasanya adalah ganjil (3, 5, 7, dst). Sejumlah

kayu lapis diperoduksi dengan jumlah lapisan veneer genap, seperti empat atau

Page 26: Exspor Impor

enam lapisan. Dalam hal ini, dua lapisan veneer direkat sejajar untuk membentuk

lapisan inti (core) yang tebal. Ada dua cara yang umum di gunakan untuk meng-

hasilkan veneer, yaitu dengan cara pengupasan (peeling) dan dengan cara

penyayatan (slicing). Pada proses pembuatan veneer dilakukan beberapa tahap,

yaitu: pemanasan log, pengupasan kayu bulat menjadi veneer, penyimpanan dan

pengguntingan veneer, dan pengeringan veneer.

Laminated veneer lumber adalah salah satu anggota panel kayu yang

terbuat dari lembaran-lembaran veneer yang direkat dengan arah serat kayu sejajar

satu sama lain, sekaligus sejajar dengan arah memanjang panel. Dengan demikian

LVL pada prinsipnya sama dengan kayu lapis yang juga sama-sama terbuat dari

lapisan veneer kecuali arah rekatan dan konstruksi penyusunan veneer yang

sejajar (Bakar 1996).

2.7. Bubur kertas (Pulp)

Menurut Anonimous (1976) dalam Wahyudin (1995), pulp adalah bahan

berserat yang didapat dari hasil pengolahan bahan berselulosa dengan cara

semikimia, kimia ataupun mekanis dan digunakan sebagai bahan dasar kertas,

karton, papan serat, rayon serta turunan selulosa lainnya. Pulp terdiri dari serat-

serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku pembuatan kertas.

Menurut Casey (1981), berdasarkan pembuatannya, pulp kertas dapat di-

bedakan menjadi tiga jenis, yaitu pulp mekanis, semikimia dan pulp kimia. Pulp

mekanis adalah pulp yang di peroleh melalui perlakuan mekanis. Pulp semikimia

adalah pulp yang diperoleh dengan perlakuan kimia untuk melunakkan ikatan

lignin dengan heloselulosa kemudian dilanjutkan dengan proses mekanis untuk

memisahkan serat menjadi individu yang terpisah. Pulp kimia adalah pulp yang

dihasilkan dengan proses kimia. Tujuan utama pembuatan pulp adalah untuk

mendapatkan selulosa dan hemiselulosa semaksimal mungkin dengan cara me-

larutkan lignin dan zat-zat ekstraktif yang dikandung kayu sebanyak-banyaknya.

Proses pulping semikimia adalah proses pulping yang dilakukan dengan

cara menggunakan kombinasi energi mekanik dengan energi kimia. Dalam proses

pulping ini bahan serat diberi perlakuan kimia tertentu dengan tujuan untuk

menghilangkan bahan non-serat dan melunakkan ikatan antar serat, selanjutnya

baru dilakukan pengerjaan mekanis yang bertujuan untuk memisahkan serat-

Page 27: Exspor Impor

seratnya. Dalam proses pulping kimia digunakan energi kimia sepenuhnya dan

pemisahan seratnya dilakukan secara lebih selektif dengan menggunakan pemasak

kimia, maka pulp yang dihasilkan juga akan bersifat lebih permanen serta mem-

punyai sifat-sifat kekuatan yang lebih baik dibanding dengan pulp mekanik

maupun semikimia.

2.8.Kelapa sawit (palm oil)

Tanaman kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq) merupakan tumbuhan

tropis golongan palma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang

dikenal adalah jenis dura, pisifera, dan tenera. Ke tiga jenis ini dapat dibedakan

berdasarkan penampang irisan buah, yaitu jenis dura memiliki tempurung yang

tebal, jenis pisifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis, sedang-

kan tenera yang merupakan hasil persilangan dura dan pisifera menghasilkan buah

bertempurung tipis dan inti yang besar (Naibaho 1998).

Kelapa sawit sebagai penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan

salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa

non-migas bagi Indonesia. Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi

dua arti. Pertama, benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati

lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-

sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan

yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat

mutu di ukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi

kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran

pemucatan (Depperin 2007).

Page 28: Exspor Impor

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2010. Pengumpulan data

dilakukan di kampus IPB, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

3.2 Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Adapun jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis

data sekunder, yaitu data yang tidak secara langsung diperoleh dari lapangan,

tetapi diperoleh melalui studi kepustakaan dokumen, laporan yang ada hubungan-

nya dengan masalah yang diteliti. Data sekunder nilai ekspor-impor yang di-

peroleh merupakan data ekspor-impor negara maju (Amerika Serikat, Jepang,

Jerman, China, Canada, Italia, Prancis dan Australia) dan negara berkembang

(Bangladesh, Filipina, India, Malaysia, Pakistan, Srilanka, Thailand, dan

Vietnam) yang dimulai pada tahun 1989 sampai 2008. Metode pengumpulan data

yang dilakuan adalah membrowsing data dari website www.comtrade.un.org,

dimana data yang dikumpulkan adalah data ekspor-impor tahunan.

3.3 Batasan Penelitian

Agar penelitian ini mengarah pada permasalahan dan tidak menyimpang

dari pokok pembahasan yang ingin diteliti, maka perlu adanya pembatasan

masalah. Adapun batasan masalah yang dibuat adalah :

1. Fokus penelitian ini adalah yang berkaitan dengan data ekspor-impor

Indonesia dengan negara maju dengan komoditi plywood, veneer panel and

similar laminated wood dan chemical wood pulp, soda/sulphate, non-conifer,

bleached dan palm oil and its fraction, not cemically modified

2. Satuan mata uang dari data yang dikumpulkan adalah $ USA.

3. Penelitian ini membahas discrepancy statistik ekspor Indonesia ke negara

mitra dagangnya selama 1989-2008 secara tahunan.

4. Produk dengan harmonized commodity descripton and coding system yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah HS 4412, HS 470329 dan HS 1511

Page 29: Exspor Impor

3.4 Asumsi Penelitian

Adapun asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah selisih data

ekspor dengan impor hanya diperkenankan sebesar 10% (selang kepercayaan 90

% (α) untuk uji t-berpasangan).

3.5 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

X ≤ 10% : Sama, yang artinya selisih data ekspor Indonesia dengan data impor

negara maju dan berkembang kurang atau sama dengan 10%

X > 10% : Berbeda, yang artinya selisih data ekspor Indonesia dengan data impor

negara maju dan berkembang lebih besar dari 10%

3.6 Metode pengolahan Data

Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan perhitungan

statistik dengan metode uji t-paired test with two sampling for mean (uji t-

berpasangan) dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel. Dan dari hasil

pengolahan data dilakukan penarikan kesimpulan.

Adapun tahapan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah :

A. Uji t-berpasangan

Menurut Walpole (1995), uji t-berpasangan adalah salah suatu metode

pengujian hipotesis, dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan).

Dalam hal ini hipotesa yang di uji adalah sebagai berikut :

H0 : X ≤ 10%

H1 : X > 10%

Kriterium ujinya adalah :

Dimana :

t = t-hitung

XD = selisih data ekspor dengan impor

SD = standar deviasi selisih data ekspor dengan impor

N = jumlah sampel

Page 30: Exspor Impor

Kaidah keputusannya adalah sebagai berikut :

a. t-hitung > t-tabel (α, n – 1) Berbeda, yang artinya selisih ekspor Indonesia

dengan impor negara maju sangat besar (Tolak Ho)

b. t-hitung ≤ t-tabel (α, n – 1) Sama, yang artinya selisih ekspor Indonesia dengan

impor negara maju sangat kecil (Terima Ho)

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan uji t-paired test with two

sample for mean, dilakukan analisis data dengan menggunakan metode analisis

deskriptif dan dari hasil analisis tersebut diambil kesimpulan terkait dengan tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

B. Discrepancy Trade Statistics

Persentase discrepancy trade satatistics atau ketidak sesuaian pencatatan

perdagangan secara statistik dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :

Dengan :

% Disc : Persentase selisih ekspor dan impor

Ek : Ekspor yang dicatat Indonesia ke negara i

Im : Impor yang dicatat negara i dari Indonesia

Persentase discrepancy dapat bernilai positif (+) dan bernilai negatif

(-). Nilai positif artinya eksportir memiliki data ekspor yang lebih besar dari

data impor negara importir. Sedangkan apabila persentase discrepancy bernilai

negatif artinya data ekspor negara eksportir lebih kecil dari data impor negara

importir.

Page 31: Exspor Impor

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persentase Discrepancy Trade Statistic Negara Maju 4.1.1. Persentase discrepancy trade statistics komoditi plywood, veneer panel

and Similar Laminated Wood Negara maju yang memiliki data impor yang lebih besar dari data ekspor

Indonesia untuk komoditi plywood, veneer panel and similar laminated wood

adalah Kanada, Prancis, Jerman, Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Australia.

Sedangkan negara maju yang memiliki data impor yang lebih kecil dari data

ekspor Indonesia adalah Italia. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 3

berikut.

Tabel 3 Discrepancy trade statistics komoditi plywood, veneer panel and similar laminated wood

Apabila dilihat dari selisih antara data impor negara maju dengan data

ekspor Indonesia, maka Kanada merupakan negara yang memiliki nilai selisih

(discrepancy trade statistics) terbesar yaitu -US$ 11.882.786,50 atau -156,83%,

diikuti oleh Prancis dan Jerman masing-masing sebesar –US$ 14.147.751,88 dan

–US$ 18.371.923,06 atau -113,57 dan -48,76%. Sedangkan negara maju yang

memiliki data impor yang lebih kecil dibandingkan data ekspor Indonesia adalah

Italia dengan persentase 10,23%.

Mitra dagang Rata-rata Discrepancy

Ekspor ($) Impor ($) $ %

Australia 16.349.334,48 18.592.857,71 -2.243.523,24 -13,72

Amerika Serikat 244.927.451 306.008.626,39 -61.081.175,39 -24,94

Cina 184.958.586 272.037.288,65 -87.078.702,59 -47,08

Italia 9.308.556,38 8.356.138,75 952.417,63 10,23

Jepang 903.105.278,30 1.062.165.852 -159.060.573,95 -17,61

Jerman 37.675.734,06 56.047.657,11 -18.371.923,06 -48,76

Kanada 7.576.812,50 19.459.599 -11.882.786,50 -156,83

Prancis 12.457.647,13 26.605.399 -14.147.751,88 -113,57

Page 32: Exspor Impor

4.1.2. Persentase discrepancy trade statistics komoditi chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Jerman, Prancis, Cina, Australia, Jepang dan Italia merupakan negara maju

yang memiliki data impor yang lebih besar dari data ekspor Indonesia untuk

komoditi chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached, dengan

persentase masing-masing negara tersebut adalah -156,35%, -89,67%, -32,96%, -

19,01%, -17% dan -0,04%. Sedangkan negara yang memiliki data impor yang

lebih kecil dari data ekspor Indonesia adalah Amerika Serikat dengan persentase

sebesar 2,54% atau US$ 203.952,22. Hasil pengolahan data selengkapnya

disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Discrepancy trade statistics komoditi chemical wood pulp, soda/ sulphate, non conifer, bleached

Mitra dagang Rata-rata Discrepancy

Ekspor ($) Impor ($) $ %

Australia 8.573.975,42 10.204.290,83 -1.630.315,42 -19,01

Amerika Serikat 8.035.337,67 7.831.385,44 203.952,22 2,54

Cina 279.824.931,90 372.063.075,60 -92.238.143,76 -32,96

Italia 38.576.855,33 38.733.723.80 -15.668,47 -0,04

Jepang 41.623.967,65 48.700.436,47 -7.076.468,82 -17,00

Jerman 5.078.619,38 13.019.255,50 -7.940.636,13 -156,35

Prancis 14.920.263,93 28.298.700,79 -13.378.436,86 -89,67

4.1.3. Persentase discrepancy trade statistics komoditi palm oil and its fraction, not chemically modified

Pada komoditi palm oil and its fraction, not chemically modified, Prancis,

Australia, Jerman, Kanada dan Cina adalah negara-negara yang memiliki

persentase discrepancy trade statistics yang bernilai negatif, artinya data impor

negara tersebut lebih besar dibandingkan data ekspor Indonesia. Persentase

masing-masing negara tersebut sebesar -941,50%, -52,98%, -46,30%, -44,21%

dan -9,85. Sementara itu negara maju yang memiliki data impor yang lebih kecil

dari data ekspor Indonesia adalah Jepang dan Amerika Serikat, dimana persentase

kedua negara berturut-turut adalah 29,22% dan 3,60% atau US$ 948.198,00 dan

US$ 484.892,47. Soetrisno (2010) mengatakan bahwa perbedaan data

perdagangan memang dapat terjadi, tetapi kalau alasan salah catat atau metode

Page 33: Exspor Impor

pencatatan berbeda, selisih data tersebut tidak lebih dari 10%. Jika selisih data

lebih dari 10%, perbedaan data tersebut tidak hanya menunjukkan adanya

perbedaan metode pencatatan, tetapi juga ada praktik ekspor dan impor ilegal atau

manipulasi dokumen. Hasil pengolahan data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Discrepancy trade statistics komoditi palm oil and its fraction, not chemically modified

Mitra dagang Rata-rata Discrepancy

Ekspor ($) Impor ($) $ %

Australia 1.277.411,05 1.954.239,84 -676.828,79 -52,98

Amerika Serikat 13.466.366,47 12.981.474 484.892,47 3,60

Cina 318.525.083,65 349.889.841,18 -31.364.757,53 -9,85

Jepang 3.244.926,88 2.296.728,88 948.198,00 29,22

Jerman 95.385.235,35 139.552.573,41 -44.167.338,06 -46,30

Kanada 1.580.131,09 2.278.720 -698.588,91 -44,21

Prancis 2.495.640,29 25.992.106,93 -23.496.466,64 -941,50

4.2. Persentase Discrepancy Trade Statistics Negara Berkembang 4.2.1. Persentase discrepancy trade statistics komoditi plywood, veneer panel

and similar laminated wood Urutan negara berkembang yang memiliki data impor yang lebih besar dari

data ekspor Indonesia untuk komoditi plywood, veneer panel and similar

laminated wood adalah Srilanka, Bangladesh, Filipina, Pakistan dan Thailand,

dengan nilai masing-masing sebesar –US$ 1.378.005,09, – US$ 91.885,43, – US$

322.000,64, – US$ 13.164,50 dan – US$ 105.668,40 atau bila dipersentasekan

sebesar -331,39 -120,80%, -38,86%, -38,36% dan -1,67%. Sedangkan negara

yang memiliki data impor yang lebih kecil dari data ekspor adalah Vietnam,

Malaysia dan India. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 6 dibawah ini.

Page 34: Exspor Impor

Tabel 6 Discrepancy trade statistics komoditi plywood, veneer panel and similar laminated wood

Mitra dagang Rata-rata Discrepancy

Ekspor ($) Impor ($) $ %

Bangladesh 76.066,57 167,952 -91.885,43 -120,80

Filipina 828.675,45 1.150.676,09 -322.000,64 -38,86

India 2.601.829,21 1.837.176,53 764,652,68 29,39

Malaysia 6.462.049,50 2.611.371,45 3.850.678,05 59,59

Pakistan 34.322,33 47.486,83 -13.164,50 -38,36

Srilanka 415.819,55 1.793.824,64 -1.378.005,09 -331,39

Thailand 6.337.297,95 6.442.966,35 -105.668,40 -1,67

Vietnam 1.569.963,50 292,577 1.277.386,50 81,36

4.2.2. Persentase discrepancy trade statistics komoditi chemical wood pulp,

soda/sulphate, non conifer, bleached Apabila dilihat dari selisih antara data ekspor dengan data impor, terdapat

tiga negara berkembang yang memiliki data impor yang lebih besar dari data

ekspor Indonesia. Ketiga negara tersebut yaitu Pakistan, India dan Bangladesh.

Sedangkan negara yang memiliki data impor yang lebih kecil dari data ekspor

Indonesia adalah Filipina, Srilanka, Vietnam, Malaysia dan Thailand. Hasil

pengolahan data disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Discrepancy trade statistics komoditi chemical wood pulp, soda-sulphate, non conifer, bleached

Mitra dagang

Rata-rata Discrepancy

Ekspor ($) Impor ($) $ %

Bangladesh 2.453.897,69 2.455.181,77 -1.284,08 -0,05

Filipina 6.644.081,63 1.318.624,88 5.325.456,75 80,15

India 25.328.639,17 27.684.831,22 -2.356.192,06 -9,30

Malaysia 2.425.687,19 1.715.624,19 710.063,00 29,27

Pakistan 65.477.863,33 128.347.655,17 -62.869.791,83 -96,02

Srilanka 2.999.986,14 1.282.420,86 1.717.565,29 57,25

Thailand 4.462.840,11 3.807.451,74 655.388,37 14,69

Vietnam 10.734.040,33 4.978.077,11 5.755.963,22 53,62

Page 35: Exspor Impor

4.2.3. Persentase discrepancy trade statistics komoditi palm oil and its fraction, not chemically modified Bangladesh, Thailand dan Vietnam merupakan negara berkembang yang

memiliki data impor yang lebih besar dari data ekspor Indonesia untuk komoditi

palm oil and its fraction, not chemically modified. Persentase discrepancy trade

statistics masing-masing negara tersebut berturut-turut adalah Bangladesh

memiliki persentase sebesar -88,49%, Thailand memiliki persentase sebesar -

15,17%, Vietnam memiliki persentase sebesar -4,75%. Sedangkan negara

berkembang yang memiliki data impor yang lebih kecil dari data ekspor Indonesia

adalah Srilanka, Filipina, India, Malaysia dan Pakistan. Persentase discrepancy

trade statistics ke lima negara tersebut berturut-turut adalah Srilanka memilki

persentase sebesar 75,35%, Filipina memilki persentase sebesar 43,62%, India

memilki persentase sebesar 20,93%, Malaysia memilki persentase sebesar 12,90%

dan Pakistan memilki persentase sebesar 0,96%. Hasil pengolahan data tersebut

disajikan pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8 Discrepancy trade statistics komoditi palm oil and its fraction, not chemically modified

Mitra dagang

Rata-rata Discrepancy

Ekspor ($) Impor ($) $ %

Bangladesh 86.340.136 162.738.529,90 -76.398.393,92 -88,49

Filipina 14.617.904,33 8.241.661,44 6.376.242,89 43,62

India 623.953.672,90 493.329.311,70 130.624.361,15 20,93

Malaysia 136.186.344,50 118.612.934,60 17.573.409,84 12,90

Pakistan 318.819.740,70 315.764.148,50 3.055.592,17 0,96

Srilanka 47.496.358,64 11.705.533,64 35.790.825,00 75,35

Thailand 5.188.250,60 5.975.174,20 -786.923,60 -15,17

Vietnam 50.139.692,75 52.518.961,88 -2.379.269,13 -4,75

4.3. Perbandingan Data Ekspor Indonesia dengan Data Impor Negara Maju

Pada komoditi plywood, veneer panel and similar laminated wood, Kanada,

Cina, Prancis, Jerman dan Jepang memiliki data impor yang berbeda dengan data

ekspor Indonesia, dengan kecenderungan nilai data impor yang lebih besar

dibanding-kan data ekspor Indonesia. Berbeda dengan kelima negara tersebut,

Australia, Italia dan Amerika Serikat memiliki data impor yang sama dengan data

Page 36: Exspor Impor

ekspor Indonesia. Hasil pengolahan data tersebut disajikan pada Tabel 9 di bawah

ini:

Tabel 9 Hasil uji t-berpasangan negara maju

No Reporter/Partner Hasil uji t-paired test

Plywood Pulp Palm Oil

1 Indonesia-Australia Beda Beda Beda

2 Indonesia-Kanada Beda - Beda

3 Indonesia-Cina Beda Beda Sama

4 Indonesia-Prancis Beda Beda Beda

5 Indonesia-Jerman Beda Beda Beda

6 Indonesia-Italia Sama* Sama -

7 Indonesia-Jepang Beda Beda Beda

8 Indonesia-USA Beda Sama* Sama*

Cina, Prancis dan Jerman yang menjadi mitra dagang Indonesia memiliki

data impor yang berbeda dengan data ekspor Indonesia untuk komoditi chemical

wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached. Sedangkan Australia, Jepang,

Italia dan Amerika Serikat memiliki data impor yang sama dengan data ekspor

Indonesia. Walaupun keempat negara tersebut memiliki data impor yang sama

dengan data ekspor Indonesia namun nilai data impor Amerika Serikat lebih

rendah dibandingkan nilai data ekspor Indonesia.

Sementara untuk komoditi palm oil and its fraction, not chemically modified,

Kanada, Prancis, dan Jerman memiliki data impor yang berbeda dengan data

ekspor Indonesia. Sedangkan Australia, Cina, Amerika Serikat dan Jepang

memiliki data impor yang sama dengan data ekspor Indonesia, namun nilai data

impor Australia lebih besar dibandingkan data ekspor Indonesia.

4.4. Perbandingan Data Ekspor Indonesia dengan Data Impor Negara Berkembang

. Negara berkembang yang memiliki data impor yang berbeda dari data ekspor

Indonesia untuk komoditi plywood, veneer panel and similar laminated wood

adalah India, Malaysia, Srilanka dan Vietnam. Sedangkan negara berkembang

yang memiliki data impor yang sama dengan data ekspor Indonesia adalah

Bangladesh, Filipina, Pakistan dan Thailand.

Filipina, Malaysia, Srilanka dan Vietnam merupakan negara berkembang

yang memiliki data impor yang berbeda dengan data ekspor untuk komoditi

Page 37: Exspor Impor

chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached. Lain halnya dengan

keempat negara tersebut di atas, Banglades, India dan Thailand memiliki data

impor yang sama dengan data ekspor Indonesia, dimana nilai data impor Thailand

dan Vietnam lebih besar dibandingkan nilai data impor Malaysia dan Pakistan

terhadap nilai data ekspor Indonesia.

Pada komoditi palm oil and its fraction, not chemically modified,

Bangladesh, dan Srilanka memiliki data impor yang berbeda dari data ekspor

Indonesia. Negara berkembang yang memiliki data impor yang sama dengan data

ekspor Indonesia adalah Filipina, India, Pakistan dan Vietnam. Hasil pengolahan

disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil uji t-berpasangan negara berkembang

No Reporter/Partner Hasil uji t-paired test

Plywood Pulp Palm Oil

1 Indonesia-Bangladesh Sama Sama Beda

2 Indonesia-Filipina Sama Beda* Sama*

3 Indonesia-India Beda* Sama Sama*

4 Indonesia-Malaysia Beda* Sama* Sama*

5 Indonesia-Pakistan Sama Beda Sama*

6 Indonesia-Srilanka Beda Sama* Beda*

7 Indonesia-Thailand Sama Beda* Sama

8 Indonesia-Vietnam Beda* Beda* Sama

Dari hasil pengolahan data untuk ketiga komoditi pada negara berkembang,

di-temukan adanya pengambilan keputusan yang salah, yaitu terima hipotesis nol

(Ho) dan menolak hipotesis satu (H1), padahal sesungguhnya H1 benar. Kesalahan

dalam pengambilan keputusan ini disebut dengan galat jenis II (β).

Untuk komoditi plywood, veneer panel and similar laminated wood,

Bangladesh, Filipina dan Pakistan merupakan negara yang pengambilan

keputusannya salah berdasarkan pengolahan data dengan uji t-berpasangan (dapat

dilihat pada Lampiran 45, 46 dan 49). Adapun nilai β (galat jenis II) untuk ketiga

negara tersebut adalah 0,1401, 0,1825 dan 0,5959. Arti nilai galat tersebut adalah

dengan nilai peluang melakukan galat jenis II yang cukup besar tersebut, maka

Page 38: Exspor Impor

cukup besar pula kemungkinan untuk menyalahkan keputusan (sama) pada uji t-

berpasangan yang telah dilakukan.

Sama halnya dengan komoditi plywood, veneer panel and similar laminated

wood, pada komoditi chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

juga terjadi pengambilan keputusan galat jenis II yang salah. Pengambilan

keputusan yang salah tersebut terjadi pada Malaysia dan Srilanka (Lampiran 56

dan 57). Nilai β kedua negara tersebut adalah 0,1888 dan 0,0644. Sedangkan

untuk komoditi palm oil and its fraction, not chemically modified, ada empat

negara yang pengambilan keputusannya salah (berdasarkan uji t-berpasangan),

yaitu Filipina, India, Malaysia dan Thailand (Lampiran 61, 62,63 dan 66) dengan

nilai β masing-masing negara tersebut sebesar 0,1056, 0,2691, 0,1892 dan 0,4856.

Sehingga dari permasalahan ini dapat dibuat suatu catatan yang menyatakan

bahwa didalam pengolahan data statistik tidak selamanya pengambilan keputusan

itu tepat sesuai dengan hipotesis yang dibuat, dimana ada kalanya pengambilan

keputusan itu berbeda dengan hipotesis yang dibuat sehingga perlu dilakukan

pengujian kebenaran keputusan yang diambil.

4.5 Analisis Perbedaan Data ekspor dan Data Impor Antara Indonesia dengan Negara maju dan Negara Berkembang Berdasarkan analisis hasil pengolahan data, diketahui bahwa terdapat selisih

antara data ekspor Indonesia dengan data impor negara maju dan negara

berkembang, dimana persentase selisih (discrepancy trade statistic) berbeda-beda

untuk setiap negara. Menurut SDS (2005), secara teori, data ekspor yang

dilaporkan oleh negara eksportir harus sama dengan data impor yang dilaporkan

oleh negara importir. Namun realita di dalam perdagangan bilateral data ekspor

dan impor antar negara sangat sulit tercapai dan bahkan bervarisi antara data yang

dibuat oleh pihak importir maupun data yang dibuat oleh pihak eksportir.

Ada beberapa kemungkinan dibalik perbedaan pencatatan ini. Pertama,

praktek bad governance yang dilakukan oleh Indonesia atau sebaliknya.

Pelakunya bisa eksportir dan importir yang “bermain mata” dengan petugas bea

cukai, pajak, pemda dan perbankan dalam pelaporan perdagangan data ekspor

maupun data impor. Dimana pada kasus ini bisa saja eksportir Indonesia

membayar oknum pemerintah guna melindungi produk ilegal yang ingin

Page 39: Exspor Impor

diperdagangkan oleh pihak eksportir ke negara importir melalui pasar gelap (black

market).

Dalam perkembangannya, pajak resmi mulai dihiasi oleh adanya penarikan

upeti-upeti tidak resmi. Upeti tidak resmi ini bisa muncul karena adanya

perlindungan dan fasilitas tak resmi yang ditawarkan oknum pemerintah yang

diminati oleh oknum para pelaku illegal trade. Sehingga dari kegiatan ilegal

tersebut terbentuklah sistem pasar gelap yang mempertemukan permintaan dan

penawaran, antara jasa tidak resmi dari negara di satu sisi, dengan upeti tidak

resmi atau sogokan di sisi lain.

Kedua, banyak yang mensinyalir ada manipulasi dokumen ekspor-impor oleh

perusahaan asing. Dalam praktek bisnis internasional, ini dikenal dengan istilah

transfer pricing, yaitu melakukan perbedaan harga transfer antar perusahaan

afiliasi yang kebetulan berada di negara berlainan. Tujuannnya untuk mengurangi

kewajiban membayar beban pajak. Manipulasi yang dilakukan suatu perusahaan

adalah me-laporkan volume atau jumlah komoditi yang lebih rendah pada

dokumen ekspor atau sebaliknya negara importir melakukan pencatatan impor

yang lebih tinggi pada dokumen impornya. Sebagai contoh eksportir bisa saja

membuat data ekspor lebih besar dari data impor hal ini bertujuan untuk

memperoleh keuntungan dari wesel-wesel perdagangan yang ditarik melalui

Letter of Credit (L/C) yang dibuka pihak importir atas nama negara eksportir di

bank luar negeri, hal ini akan berdampak pada terjadinya penggelembungan uang

yang memberikan keuntungan kepada eksportir.

Apabila dilihat dari besarnya nilai selisih data ekspor dan data impor antara

Indonesia dengan mitra dagangnya, Indonesia maupun mitra dagangnya dapat

dikatakan kerap kali melakukan aktivitas ilegal didalam kegiatan perdagangan

bilateral. Oleh sebab itu, eksportir Indonesia disatu sisi dapat disebut sebagai

“maling pajak (“penghianat negara”)” dan disisi lain mitra dagang Indonesia dapat

dikatakan sebagai negara “penadah” produk-produk ilegal dari Indonesia.

Demikian juga sebaliknya adakalanya Indonesia dapat disebut sebagai negara

“penadah” produk-produk ilegal dari negara lain dan oknum pengekspor produk

tersebut dapat disebut sebagai “maling pajak” negaranya sendiri.

Page 40: Exspor Impor

Perbedaan data ini terjadi karena adanya keinginan seseorang untuk

mendapat-kan keuntungan yang besar dari modal yang sedikit. Karena jika ingin

mengirimkan sesuatu yang dilindungi dengan jalan resmi atau legal, itu

membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit untuk mengurus

kelengkapan administrasi suatu komoditas yang akan diperdagangkan tersebut.

Orang yang ingin mendapatkan keuntunganpun mencari jalan cepat yaitu

melakukan berbagai aktivitas ilegal dalam memperjual belikan suatu komoditi ke

negara lain.

Salah satu penyebab perdagangan ilegal terjadi adalah adanya UU yang tidak

tegas dan sanksi yang kurang membuat jera dan takut para pelaku illegal trade.

Tak hanya itu, pelaksanaan UU pun tidak terdengar gaungnya. UU tersebut hanya

terdengar ketika sebuah kasus penyelundupan terkuak.

UU yang dianggap kurang tegas tersebut adalah UU No 10 tahun 1995

tentang Kepabeanan. Oleh sebab itu pemerintah harus kembali mengkaji ulang

UU No 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan tersebut, dimana didalam UU ini

terjadi ketidak tegasan dalam pemberian sanksi dan hukuman kepada pihak-pihak

yang melanggar hukum. Ketidak tegasan ini tertuang dalam pasal 102. Didalam

pasal tersebut dinyatakan bahwa ”Barang siapa yang mengimpor atau mengekspor

barang tanpa mengindahkan ketentuan UU ini dipidana karena melakukan

penyelundupan”. Pasal ini dinilai kurang tegas karena pengertian ”tanpa

mengindahkan” adalah sama sekali tidak memenuhi ketentuan atau prosedur. Hal

ini berarti jika memenuhi salah satu kewajiban seperti menyerahkan

pemberitahuan pabean tanpa melihat benar atau salah, tidak dapat dikategorikan

sebagai penyelundupan.

Perbedaan data statistik ini menyiratkan ketidakmampuan dan

ketidakseriusan instansi negara kita dalam mengatasi masalah penyelundupan atau

under-invoicing. Disamping tidak adanya keseriusan dalam mengatasi maraknya

kegiatan ilegal dalam perdagangan, pemerintah juga perlu mengkaji dan meneliti

setiap kebijakan-kebijakan dan UU tentang perdagangan dan perpajakan yang

akan dibuat. Karena dalam meneyelesaikan suatu masalah perlu kebijakan atau

penyelesaian yang tepat juga sehingga apa yang menjadi target dan sasaran dapat

dicapai..

Page 41: Exspor Impor

Akan tetapi perlu diingat bahwa perbedaan antara data ekspor yang tercatat

disatu negara dengan data impor dari negara tersebut di negara lain tidak dapat

dianggap sepenuhnya sebagai penyelundupan atau under-invoicing, dimana

perbedaan data tersebut dapat terjadi karena adanya kondisi dimana barang atau

komoditi tersebut diekspor kembali (re-export) ke negara lain sehingga

menambah biaya yang harus dikeluarkan, selain itu faktor fluktuasi nilai tukar

rupiah juga berpengaruh pada nilai ekspor komoditi yang masih berada di negara

eksportir berbeda pada saat sudah sampai di negara tujuan ekspor. Namun

seberapa besar hal tersebut mempengaruhi perbedaan data ekspor dan data impor

perlu diteliti lebih lanjut, guna mengetahui seberapa besar pengaruh re-export,

waktu keterlambatan dan fluktuasi nilai tukar mata uang terhadap perbedaan data

ekspor dan data impor.

4.6 Implikasi Perbedaan Data Ekspor dan Data Impor Terhadap Perekonomian Indonesia Implikasi dari terjadinya perbedaan data perdagangan adalah dapat

menyebabkan kerugian kepada suatu negara. Kerugian dari perbedaan data ekspor

dan impor ini dapat berupa berkurangnya pendapatan suatu negara terhadap pajak

ekspor. Dimana berkurangnya pajak ekspor akan berpengaruh kepada

pertumbuhan ekonomi suatu negara dan tidak tercapainyanya pembangunan

nasional. Selain itu, perbedaan data ekspor dan data impor yang disebabkan oleh

aktivitas ilegal juga dapat menyebabkan turunnya daya saing produsen lokal

khususnya yang memproduksi komoditi sejenis. Hal ini disebabkan karena

membanjirnya produk luar negeri di pasar domestik dengan harga yang lebih

murah sehingga produk dalam negeri kalah bersaing.

Menurut Djamin (1989), suatu negara yang mempunyai struktur ekonomi

ekspor seperti Indonesia sangat terpengaruh oleh maju atau mundurnya ekspor.

Keadaan ini dengan sendirinya akan mempengaruhi kemampuan suatu negara

untuk mengimpor (capacity to impor), artinya bila ekspor (export earning) dalam

bentuk devisa meningkat, ini berarti kemampuan impor akan meningkat pula

(capacity to import ↑). Sebaliknya bila ekspor turun (capacity export ↓), berarti

devisa hasil ekspor (export earning) berkurang, hal ini akan mengakibatkan

kemampuan impor berkurang pula (capacity to import). Bagi perkembangan

perekonomian Indonesia, transaksi ekspor impor merupakan salah satu kegiatan

Page 42: Exspor Impor

ekonomi paling penting. Dalam situasi perekonomian Indonesia yang masih

belum menggembirakan saat ini berbagai usaha telah banyak dilakukan guna

meningkatkan pendapatan negara, salah satunya adalah menigkatkan transaksi

ekspor dan menekan pengeluaran-pengeluaran devisa dengan cara mengurangi

aktivitas-aktivitas impor.

Perbedaan data ekspor dan data impor juga dapat menyebabkan perselisihan

antar negara. Hal tersebut di picu oleh anggapan suatu negara terhadap negara lain

yang menjadi mitra dagangnya kurang baik dalam menerapkan regulasi

perdagangan sehingga mengakibatkan kerugian pada suatu negara. Lemahnya

penerapan regulasi dan penegakan hukum mengakibatkan merebaknya illegal

trading.

Selain dampak terjadinya pengurangan pendapatan negara, perbedaan data

ekspor dan data impor juga berpengaruh kepada kualitas sumberdaya alam akibat

terjadinya perambahan hutan secara ilegal guna memenuhi kebutuhan kayu untuk

pasar internasional yang semakin tinggi. Akibat dari sumberdaya alam yang tidak

dikelola secara lestari adalah terjadinya kerusakan lingkungan yang dapat

menyebab-kan terjadinya bencana alam dan pemanasan global.

Page 43: Exspor Impor

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Terdapat selisih antara data ekspor Indonesia dengan data impor negara maju

dan negara berkembang untuk komoditi plywood, veneer panel and similar

laminated wood; chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

dan palm oil and its fraction, not chemically modified. Dimana persentase

discrepancy trade statistic berbeda-beda pada setiap negara

2. Hubungan antara data ekspor Indonesia dengan data impor negara maju dan

berkembang pada umumnya tidak memiliki pola tertentu untuk komoditi

plywood, veneer panel and similar laminated wood; chemical wood pulp,

soda/sulphate, non conifer, bleached dan palm oil and its fraction, not

chemically modified.

3. Ditemukan adanya perbedaan data ekspor Indonesia dengan data impor negara

maju dan berkembang.

5.2. Saran

1. Meningkatkan penegakan hukum sesuai dengan aturan dan hukum yang

berlaku kepada setiap pelanggaran-pelanggaran dalam perdagangan yang

dilakukan oleh eksportir maupun importir.

2. Meningkatkan koordinasi yang baik antara Kementerian Kehutanan,

Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan guna mengawasi

peredaran barang.

Page 44: Exspor Impor

DAFTAR PUSTAKA

Amir. 1984. Seluk-beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.

Bakar, E.S. 1996. Kayu Laminasi Venir Sejajar. Buletin Teknologi Hasil Hutan, Vol 1. Hal:24-30. Institut Pertanian Bogor: Bogor

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia September 2009. Jakarta

Casey, J.P. 1981. Pulp and Paper (Chemistry and Chemical Technology). Edisi ke-4. New York, USA

Crayonpedia. 2009. Negara Berkembang dan Negara Maju. http://www.crayonp-edia.org/mw. Diakses tanggal 09 Maret 2010

[Depperin] Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. http://www. depperin.go.id. Diakses tanggal 09 Maret 2010

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2003. Study on discrepancy forest product trade statistics in Indonesia. http://www.dephut.go.id. Diakses tanggal 21 Juli 2010

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Djamin, Z. 1989. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Haygreen, J.G. dan Bowyer, J.L. 1989. Forest Product and Wood Science. The Iowa State University Press/Ames. Iowa, U.S.A.

Lipsey. 1995. Pengantar Makroekonomi. Jaka W, Kirbrandoko Budijanto [pener-jemah]. Terjemahan dari: Economics, 10th edition. Jakarta: Binarupa Aksara.

Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Medan: Medan.

Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi ke-2. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rahmat. 2010. Administrasi Pembangunan dan reformasi Pembangunan. Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru: Riau

[SDS] Singapore Department of Statistics. 2005. Discrepancies In Bilateral Trade Statistic: The Case Of Hongkong And Singapore. http://www.singsat.gov.-sg/pubn/papers/economy/op-e26.pdf. Diakses tanggal 12 Juli 2010

Page 45: Exspor Impor

Setiastuti, S. 2007. Analisis Discrepancy Statistik Sebagai Proxi Perdagangan Ekspor Ilegal Rotan di Indonesia Tahun 1998-2006 [disertasi]. Jakarta : Program Pascasarjana, Universita Indonesia.

Soetrisno, B. 2010. Selisih Data Ekspor-Impor RI-China Mencapai 2 Miliar DollarAS.http://www.kompas.com/kompascetak/0602/01/ekonomi/2403543.htm. Diakses tanggal 06 Maret 2010

Vincent, J.R. 2004. Detecting Illegal Trade Practices By Analyzing Discrepancies in Forest Products Trade Statistic. University of California at Sandiego, U.S.A. http://econ.worldbank.org. Diakses tanggal 2 Juli 2010

Wahyudin. 1995. Kualitas Pulp Paraserienthes falcataria(L) Nielsen dan Acacia mangium Willd Hasil Pemasakan Polisulfida [Skripsi]. Fakultas Kehutan-an, Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3 (Terjemahan). Jakarta: Gra-media Pustaka Utama.

Page 46: Exspor Impor

LAMPIRAN

Page 47: Exspor Impor

30

A. Data Sekunder Negara Maju Lampiran 1 data Ekspor Indonesia dengan Amerika Serikat, komoditi plywood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1991 Ekspor Indonesia USA 4412 $309,346,656 1991 Impor USA Indonesia 4412 $329,307,974 1992 Ekspor Indonesia USA 4412 $373,351,872 1992 Impor USA Indonesia 4412 $404,496,719 1993 Ekspor Indonesia USA 4412 $430,924,032 1993 Impor USA Indonesia 4412 $428,990,407 1994 Ekspor Indonesia USA 4412 $366,469,248 1994 Impor USA Indonesia 4412 $401,958,025 1995 Ekspor Indonesia USA 4412 $313,864,896 1995 Impor USA Indonesia 4412 $387,465,952 1996 Ekspor Indonesia USA 4412 $368,108,000 1996 Impor USA Indonesia 4412 $382,039,669 1997 Ekspor Indonesia USA 4412 $347,399,392 1997 Impor USA Indonesia 4412 $395,553,730 1998 Ekspor Indonesia USA 4412 $270,912,544 1998 Impor USA Indonesia 4412 $348,823,215 1999 Ekspor Indonesia USA 4412 $304,418,422 1999 Impor USA Indonesia 4412 $339,097,189 2000 Ekspor Indonesia USA 4412 $209,420,982 2000 Impor USA Indonesia 4412 $275,839,704 2001 Ekspor Indonesia USA 4412 $192,295,632 2001 Impor USA Indonesia 4412 $232,441,889 2002 Ekspor Indonesia USA 4412 $194,107,970 2002 Impor USA Indonesia 4412 $254,264,311 2003 Ekspor Indonesia USA 4412 $141,203,653 2003 Impor USA Indonesia 4412 $223,266,326 2004 Ekspor Indonesia USA 4412 $135,443,590 2004 Impor USA Indonesia 4412 $256,387,340 2005 Ekspor Indonesia USA 4412 $122,607,158 2005 Impor USA Indonesia 4412 $232,332,882 2006 Ekspor Indonesia USA 4412 $127,956,091 2006 Impor USA Indonesia 4412 $232,961,363 2007 Ekspor Indonesia USA 4412 $112,616,213 2007 Impor USA Indonesia 4412 $219,424,299 2008 Ekspor Indonesia USA 4412 $88,247,767 2008 Impor USA Indonesia 4412 $163,504,281

Page 48: Exspor Impor

31

Lampiran 2 data Ekspor Indonesia dengan Australia, komoditi plywood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1989 Ekspor Indonesia Australia 4412 $7,912,000 1989 Impor Australia Indonesia 4412 $10,393,602 1990 Ekspor Indonesia Australia 4412 $8,008,465 1990 Impor Australia Indonesia 4412 $9,706,403 1991 Ekspor Indonesia Australia 4412 $11,636,052 1991 Impor Australia Indonesia 4412 $12,619,994 1992 Ekspor Indonesia Australia 4412 $15,512,854 1992 Impor Australia Indonesia 4412 $14,327,771 1993 Ekspor Indonesia Australia 4412 $17,373,988 1993 Impor Australia Indonesia 4412 $18,689,683 1994 Ekspor Indonesia Australia 4412 $18,359,976 1994 Impor Australia Indonesia 4412 $19,744,545 1995 Ekspor Indonesia Australia 4412 $19,366,494 1995 Impor Australia Indonesia 4412 $20,115,429 1996 Ekspor Indonesia Australia 4412 $16,006,038 1996 Impor Australia Indonesia 4412 $15,480,349 1997 Ekspor Indonesia Australia 4412 $19,324,432 1997 Impor Australia Indonesia 4412 $20,356,085 1998 Ekspor Indonesia Australia 4412 $10,770,166 1998 Impor Australia Indonesia 4412 $17,298,722 1999 Ekspor Indonesia Australia 4412 $17,764,762 1999 Impor Australia Indonesia 4412 $16,970,908 2000 Ekspor Indonesia Australia 4412 $12,777,829 2000 Impor Australia Indonesia 4412 $18,234,094 2001 Ekspor Indonesia Australia 4412 $13,647,443 2001 Impor Australia Indonesia 4412 $9,908,927 2002 Ekspor Indonesia Australia 4412 $12,258,351 2002 Impor Australia Indonesia 4412 $14,872,896 2003 Ekspor Indonesia Australia 4412 $11,320,023 2003 Impor Australia Indonesia 4412 $14,905,384 2004 Ekspor Indonesia Australia 4412 $16,719,139 2004 Impor Australia Indonesia 4412 $20,705,917 2005 Ekspor Indonesia Australia 4412 $16,565,618 2005 Impor Australia Indonesia 4412 $23,970,189 2006 Ekspor Indonesia Australia 4412 $26,543,794 2006 Impor Australia Indonesia 4412 $27,925,704 2007 Ekspor Indonesia Australia 4412 $26,654,808 2007 Impor Australia Indonesia 4412 $30,708,521 2008 Ekspor Indonesia Australia 4412 $27,991,642 2008 Impor Australia Indonesia 4412 $33,268,490

Page 49: Exspor Impor

32

Lampiran 3 data Ekspor Indonesia dengan Cina, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Ekspor Indonesia Cina 4412 $569,191,872 1992 Impor Cina Indonesia 4412 $538,559,379 1993 Ekspor Indonesia Cina 4412 $468,991,680 1993 Impor Cina Indonesia 4412 $511,248,497 1994 Ekspor Indonesia Cina 4412 $372,410,336 1994 Impor Cina Indonesia 4412 $414,702,590 1995 Ekspor Indonesia Cina 4412 $344,354,368 1995 Impor Cina Indonesia 4412 $416,234,018 1996 Ekspor Indonesia Cina 4412 $236,325,824 1996 Impor Cina Indonesia 4412 $284,961,332 1997 Ekspor Indonesia Cina 4412 $258,593,680 1997 Impor Cina Indonesia 4412 $322,241,487 1998 Ekspor Indonesia Cina 4412 $262,815,136 1998 Impor Cina Indonesia 4412 $309,065,440 1999 Ekspor Indonesia Cina 4412 $150,174,858 1999 Impor Cina Indonesia 4412 $246,070,848 2000 Ekspor Indonesia Cina 4412 $4,440,906 2000 Impor Cina Indonesia 4412 $276,934,445 2001 Ekspor Indonesia Cina 4412 $4,182,145 2001 Impor Cina Indonesia 4412 $170,954,369 2002 Ekspor Indonesia Cina 4412 $3,803,724 2002 Impor Cina Indonesia 4412 $187,923,326 2003 Ekspor Indonesia Cina 4412 $4,020,229 2003 Impor Cina Indonesia 4412 $244,847,941 2004 Ekspor Indonesia Cina 4412 $129,858,169 2004 Impor Cina Indonesia 4412 $250,428,423 2005 Ekspor Indonesia Cina 4412 $93,214,959 2005 Impor Cina Indonesia 4412 $181,111,718 2006 Ekspor Indonesia Cina 4412 $83,351,869 2006 Impor Cina Indonesia 4412 $113,067,673 2007 Ekspor Indonesia Cina 4412 $78,258,964 2007 Impor Cina Indonesia 4412 $81,397,486 2008 Ekspor Indonesia Cina 4412 $80,307,244 2008 Impor Cina Indonesia 4412 $74,884,935

Page 50: Exspor Impor

33

Lampiran 4 data Ekspor Indonesia dengan Italia, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1989 Ekspor Indonesia Italy 4412 $10,469,113 1994 Impor Italy Indonesia 4412 $7,773,937 1990 Ekspor Indonesia Italy 4412 $12,464,291 1995 Impor Italy Indonesia 4412 $15,165,5381991 Ekspor Indonesia Italy 4412 $13,441,392 1996 Impor Italy Indonesia 4412 $10,668,3931992 Ekspor Indonesia Italy 4412 $13,894,525 1997 Impor Italy Indonesia 4412 $9,746,157 1993 Ekspor Indonesia Italy 4412 $17,368,924 1998 Impor Italy Indonesia 4412 $21,078,4061994 Ekspor Indonesia Italy 4412 $10,262,105 1999 Impor Italy Indonesia 4412 $11,502,9301995 Ekspor Indonesia Italy 4412 $4,585,099 2000 Impor Italy Indonesia 4412 $9,884,730 1996 Ekspor Indonesia Italy 4412 $7,010,611 2001 Impor Italy Indonesia 4412 $8,400,183 1997 Ekspor Indonesia Italy 4412 $6,756,998 2002 Impor Italy Indonesia 4412 $7,952,475 1998 Ekspor Indonesia Italy 4412 $7,393,735 2003 Impor Italy Indonesia 4412 $8,632,877 1999 Ekspor Indonesia Italy 4412 $5,389,466 2004 Impor Italy Indonesia 4412 $8,033,189 2000 Ekspor Indonesia Italy 4412 $4,585,099 2005 Impor Italy Indonesia 4412 $3,814,040 2001 Ekspor Indonesia Italy 4412 $7,010,611 2006 Impor Italy Indonesia 4412 $4,081,644 2002 Ekspor Indonesia Italy 4412 $6,756,998 2007 Impor Italy Indonesia 4412 $3,486,536 2003 Ekspor Indonesia Italy 4412 $7,393,735 2008 Impor Italy Indonesia 4412 $2,937,239 2004 Ekspor Indonesia Italy 4412 $5,389,466 2005 Ekspor Indonesia Italy 4412 $4,658,442 2006 Ekspor Indonesia Italy 4412 $3,636,340 2007 Ekspor Indonesia Italy 4412 $14,273,818 2008 Ekspor Indonesia Italy 4412 $10,616,135

Page 51: Exspor Impor

34

Lampiran 5 data Ekspor Indonesia dengan Jerman, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value

1991 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $30,303,848 1991 Impor Jerman Indonesia 4412 $82,050,000 1992 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $41,136,632 1992 Impor Jerman Indonesia 4412 $88,951,000 1993 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $38,099,520 1993 Impor Jerman Indonesia 4412 $79,520,000 1994 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $38,597,688 1994 Impor Jerman Indonesia 4412 $74,188,000 1995 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $47,847,144 1995 Impor Jerman Indonesia 4412 $84,218,000 1996 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $44,411,204 1996 Impor Jerman Indonesia 4412 $76,127,656 1997 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $47,686,776 1997 Impor Jerman Indonesia 4412 $86,541,152 1998 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $34,891,304 1998 Impor Jerman Indonesia 4412 $52,911,000 1999 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $46,369,137 1999 Impor Jerman Indonesia 4412 $57,829,020 2000 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $37,534,394 2000 Impor Jerman Indonesia 4412 $59,609,000 2001 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $32,764,148 2001 Impor Jerman Indonesia 4412 $45,413,000 2002 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $27,757,752 2002 Impor Jerman Indonesia 4412 $32,799,000 2003 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $24,529,101 2003 Impor Jerman Indonesia 4412 $38,518,000 2004 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $20,239,129 2004 Impor Jerman Indonesia 4412 $31,860,000 2005 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $20,029,487 2005 Impor Jerman Indonesia 4412 $34,606,000 2006 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $18,598,851 2006 Impor Jerman Indonesia 4412 $29,360,000 2007 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $55,001,990 2007 Impor Jerman Indonesia 4412 $27,551,000 2008 Ekspor Indonesia Jerman 4412 $72,365,108 2008 Impor Jerman Indonesia 4412 $26,806,000

Page 52: Exspor Impor

35

Lampiran 6 data Ekspor Indonesia dengan Jepang, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1989 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $917,508,992 1989 Impor Jepang Indonesia 4412 $1,031,911,1861990 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $843,789,696 1990 Impor Jepang Indonesia 4412 $981,495,751 1991 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $878,618,944 1991 Impor Jepang Indonesia 4412 $943,256,699 1992 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $820,136,128 1992 Impor Jepang Indonesia 4412 $927,401,862 1993 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $1,650,053,120 1993 Impor Jepang Indonesia 4412 $1,648,588,8741994 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $1,282,244,864 1994 Impor Jepang Indonesia 4412 $1,507,109,5021995 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $1,270,534,528 1995 Impor Jepang Indonesia 4412 $1,426,637,0521996 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $1,514,566,912 1996 Impor Jepang Indonesia 4412 $1,620,107,8261997 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $1,323,974,784 1997 Impor Jepang Indonesia 4412 $1,569,638,1351998 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $538,094,080 1998 Impor Jepang Indonesia 4412 $734,527,786 1999 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $889,791,889 1999 Impor Jepang Indonesia 4412 $1,111,863,7792000 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $845,796,717 2000 Impor Jepang Indonesia 4412 $1,049,060,8542001 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $753,009,792 2001 Impor Jepang Indonesia 4412 $906,192,691 2002 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $743,750,920 2002 Impor Jepang Indonesia 4412 $918,690,023 2003 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $628,597,283 2003 Impor Jepang Indonesia 4412 $829,788,816 2004 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $686,549,319 2004 Impor Jepang Indonesia 4412 $1,063,629,5152005 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $578,680,273 2005 Impor Jepang Indonesia 4412 $822,936,680 2006 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $738,943,179 2006 Impor Jepang Indonesia 4412 $867,825,111 2007 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $618,455,927 2007 Impor Jepang Indonesia 4412 $725,832,472 2008 Ekspor Indonesia Jepang 4412 $539,008,219 2008 Impor Jepang Indonesia 4412 $556,822,431

Page 53: Exspor Impor

36

Lampiran 7 data Ekspor Indonesia dengan Kanada, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1989 Ekspor Indonesia Canada 4412 $12,319,000 1989 Impor Canada Indonesia 4412 $26,084,510 1990 Ekspor Indonesia Canada 4412 $10,106,192 1990 Impor Canada Indonesia 4412 $22,135,698 1991 Ekspor Indonesia Canada 4412 $11,267,110 1991 Impor Canada Indonesia 4412 $19,567,068 1992 Ekspor Indonesia Canada 4412 $11,738,936 1992 Impor Canada Indonesia 4412 $22,033,376 1993 Ekspor Indonesia Canada 4412 $19,038,106 1993 Impor Canada Indonesia 4412 $31,404,995 1994 Ekspor Indonesia Canada 4412 $15,275,562 1994 Impor Canada Indonesia 4412 $31,799,304 1995 Ekspor Indonesia Canada 4412 $7,837,039 1995 Impor Canada Indonesia 4412 $22,206,959 1996 Ekspor Indonesia Canada 4412 $10,763,956 1996 Impor Canada Indonesia 4412 $24,744,274 1997 Ekspor Indonesia Canada 4412 $8,781,108 1997 Impor Canada Indonesia 4412 $24,199,357 1998 Ekspor Indonesia Canada 4412 $3,705,772 1998 Impor Canada Indonesia 4412 $21,275,708 1999 Ekspor Indonesia Canada 4412 $4,271,182 1999 Impor Canada Indonesia 4412 $18,299,251 2000 Ekspor Indonesia Canada 4412 $4,440,906 2000 Impor Canada Indonesia 4412 $16,333,766 2001 Ekspor Indonesia Canada 4412 $4,182,145 2001 Impor Canada Indonesia 4412 $16,321,056 2002 Ekspor Indonesia Canada 4412 $3,803,724 2002 Impor Canada Indonesia 4412 $16,387,105 2003 Ekspor Indonesia Canada 4412 $4,020,229 2003 Impor Canada Indonesia 4412 $13,105,771 2004 Ekspor Indonesia Canada 4412 $4,843,368 2004 Impor Canada Indonesia 4412 $15,334,495 2005 Ekspor Indonesia Canada 4412 $3,824,345 2005 Impor Canada Indonesia 4412 $12,337,152 2006 Ekspor Indonesia Canada 4412 $3,246,859 2006 Impor Canada Indonesia 4412 $14,908,966 2007 Ekspor Indonesia Canada 4412 $4,345,040 2007 Impor Canada Indonesia 4412 $11,271,673 2008 Ekspor Indonesia Canada 4412 $3,725,671 2008 Impor Canada Indonesia 4412 $9,441,496

Page 54: Exspor Impor

37

Lampiran 8 data Ekspor Indonesia dengan Prancis, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1994 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $20,999,866 1994 Impor Prancis Indonesia 4412 $33,966,644 1995 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $32,329,100 1995 Impor Prancis Indonesia 4412 $50,051,012 1996 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $25,994,854 1996 Impor Prancis Indonesia 4412 $45,764,216 1997 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $22,398,364 1997 Impor Prancis Indonesia 4412 $43,045,204 1998 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $14,085,575 1998 Impor Prancis Indonesia 4412 $41,209,800 1999 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $12,725,134 1999 Impor Prancis Indonesia 4412 $34,334,544 2000 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $12,250,581 2000 Impor Prancis Indonesia 4412 $33,940,659 2001 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $11,259,810 2001 Impor Prancis Indonesia 4412 $27,565,701 2002 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $8,691,997 2002 Impor Prancis Indonesia 4412 $22,745,151 2003 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $8,662,130 2003 Impor Prancis Indonesia 4412 $22,332,160 2004 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $5,532,001 2004 Impor Prancis Indonesia 4412 $17,384,052 2005 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $4,042,931 2005 Impor Prancis Indonesia 4412 $18,041,958 2006 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $1,876,195 2006 Impor Prancis Indonesia 4412 $11,723,050 2007 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $5,546,305 2007 Impor Prancis Indonesia 4412 $6,549,690 2008 Ekspor Indonesia Prancis 4412 $6,468,791 2008 Impor Prancis Indonesia 4412 $11,827,705

Page 55: Exspor Impor

38

Lampiran 9 data Ekspor Indonesia dengan Amerika Serikat, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Ekspor USA Indonesia 470329 1992 Ekspor Indonesia USA 470329 1993 Ekspor USA Indonesia 470329 1993 Ekspor Indonesia USA 470329 $2,004 1994 Ekspor USA Indonesia 470329 1994 Ekspor Indonesia USA 470329 1995 Ekspor USA Indonesia 470329 1995 Ekspor Indonesia USA 470329 $1,361,208 1996 Ekspor USA Indonesia 470329 $7,429,820 1996 Ekspor Indonesia USA 470329 $10,500,352 1997 Ekspor USA Indonesia 470329 $5,022,289 1997 Ekspor Indonesia USA 470329 $6,477,729 1998 Ekspor USA Indonesia 470329 $4,073,016 1998 Ekspor Indonesia USA 470329 $6,823,447 1999 Ekspor USA Indonesia 470329 1999 Ekspor Indonesia USA 470329 $1,098,131 2000 Ekspor USA Indonesia 470329 2000 Ekspor Indonesia USA 470329 2001 Ekspor USA Indonesia 470329 $15,850 2001 Ekspor Indonesia USA 470329 $1,951,801 2002 Ekspor USA Indonesia 470329 2002 Ekspor Indonesia USA 470329 2003 Ekspor USA Indonesia 470329 $78,490 2003 Ekspor Indonesia USA 470329 $45,306 2004 Ekspor USA Indonesia 470329 2004 Ekspor Indonesia USA 470329 2005 Ekspor USA Indonesia 470329 $14,313,407 2005 Ekspor Indonesia USA 470329 $7,269,250 2006 Ekspor USA Indonesia 470329 $11,529,427 2006 Ekspor Indonesia USA 470329 $14,959,739 2007 Ekspor USA Indonesia 470329 $27,959,398 2007 Ekspor Indonesia USA 470329 $24,255,299 2008 Ekspor USA Indonesia 470329 $3,361,379 2008 Ekspor Indonesia USA 470329

Page 56: Exspor Impor

39

Lampiran 10 data Ekspor Indonesia dengan Australia, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Ekspor Indonesia Australia 470329 1992 Impor Australia Indonesia 470329 1993 Ekspor Indonesia Australia 470329 $1,215 1993 Impor Australia Indonesia 470329 1994 Ekspor Indonesia Australia 470329 1994 Impor Australia Indonesia 470329 1995 Ekspor Indonesia Australia 470329 $1,823,061 1995 Impor Australia Indonesia 470329 $1,737,142 1996 Ekspor Indonesia Australia 470329 $4,020,802 1996 Impor Australia Indonesia 470329 $2,583,289 1997 Ekspor Indonesia Australia 470329 $3,174,427 1997 Impor Australia Indonesia 470329 $2,948,563 1998 Ekspor Indonesia Australia 470329 $8,140,962 1998 Impor Australia Indonesia 470329 $7,082,016 1999 Ekspor Indonesia Australia 470329 $19,313,731 1999 Impor Australia Indonesia 470329 $17,140,552 2000 Ekspor Indonesia Australia 470329 $22,222,511 2000 Impor Australia Indonesia 470329 $35,654,628 2001 Ekspor Indonesia Australia 470329 $12,705,498 2001 Impor Australia Indonesia 470329 $12,518,825 2002 Ekspor Indonesia Australia 470329 $16,409,319 2002 Impor Australia Indonesia 470329 $19,181,184 2003 Ekspor Indonesia Australia 470329 $8,978,504 2003 Impor Australia Indonesia 470329 $12,571,295 2004 Ekspor Indonesia Australia 470329 $5,803,041 2004 Impor Australia Indonesia 470329 $10,683,729 2005 Ekspor Indonesia Australia 470329 $1,490,269 2005 Impor Australia Indonesia 470329 2006 Ekspor Indonesia Australia 470329 2006 Impor Australia Indonesia 470329 2007 Ekspor Indonesia Australia 470329 $32,868 2007 Impor Australia Indonesia 470329 $54,488 2008 Ekspor Indonesia Australia 470329 $262,981 2008 Impor Australia Indonesia 470329 $295,779

Page 57: Exspor Impor

40

Lampiran 11 data Ekspor Indonesia dengan Cina, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value

1992 Ekspor Indonesia Cina 470329 $3,325,784 1992 Impor Cina Indonesia 470329 $2,843,194 1993 Ekspor Indonesia Cina 470329 1993 Impor Cina Indonesia 470329 $1,358,184 1994 Ekspor Indonesia Cina 470329 $2,671,308 1994 Impor Cina Indonesia 470329 $12,734,130 1995 Ekspor Indonesia Cina 470329 $49,440,680 1995 Impor Cina Indonesia 470329 $41,836,156 1996 Ekspor Indonesia Cina 470329 $84,440,800 1996 Impor Cina Indonesia 470329 $57,930,486 1997 Ekspor Indonesia Cina 470329 $164,256,736 1997 Impor Cina Indonesia 470329 $94,008,962 1998 Ekspor Indonesia Cina 470329 $220,784,160 1998 Impor Cina Indonesia 470329 $186,574,976 1999 Ekspor Indonesia Cina 470329 $217,132,114 1999 Impor Cina Indonesia 470329 $197,723,023 2000 Ekspor Indonesia Cina 470329 $337,666,479 2000 Impor Cina Indonesia 470329 $529,534,384 2001 Ekspor Indonesia Cina 470329 $237,387,696 2001 Impor Cina Indonesia 470329 $410,145,188 2002 Ekspor Indonesia Cina 470329 $342,364,514 2002 Impor Cina Indonesia 470329 $449,208,228 2003 Ekspor Indonesia Cina 470329 $363,198,498 2003 Impor Cina Indonesia 470329 $502,408,560 2004 Ekspor Indonesia Cina 470329 $262,587,895 2004 Impor Cina Indonesia 470329 $595,957,631 2005 Ekspor Indonesia Cina 470329 $338,853,703 2005 Impor Cina Indonesia 470329 $643,853,514 2006 Ekspor Indonesia Cina 470329 $491,556,451 2006 Impor Cina Indonesia 470329 $638,585,468 2007 Ekspor Indonesia Cina 470329 $449,392,867 2007 Impor Cina Indonesia 470329 $624,056,786 2008 Ekspor Indonesia Cina 470329 $741,813,841 2008 Impor Cina Indonesia 470329 $797,601,519

Page 58: Exspor Impor

41

Lampiran 12 data Ekspor Indonesia dengan Italia, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1994 Ekspor Indonesia Italy 470329 $4,923,988 1994 Impor Italy Indonesia 470329 $65,746 1995 Ekspor Indonesia Italy 470329 $40,219,860 1995 Impor Italy Indonesia 470329 $31,180,212 1996 Ekspor Indonesia Italy 470329 $38,035,024 1996 Impor Italy Indonesia 470329 $28,931,892 1997 Ekspor Indonesia Italy 470329 $34,119,336 1997 Impor Italy Indonesia 470329 $18,858,744 1998 Ekspor Indonesia Italy 470329 $40,917,992 1998 Impor Italy Indonesia 470329 $36,613,800 1999 Ekspor Indonesia Italy 470329 $16,131,692 1999 Impor Italy Indonesia 470329 $28,935,484 2000 Ekspor Indonesia Italy 470329 $37,029,895 2000 Impor Italy Indonesia 470329 $40,630,365 2001 Ekspor Indonesia Italy 470329 $28,485,036 2001 Impor Italy Indonesia 470329 $55,878,861 2002 Ekspor Indonesia Italy 470329 $38,606,164 2002 Impor Italy Indonesia 470329 $44,027,692 2003 Ekspor Indonesia Italy 470329 $43,123,951 2003 Impor Italy Indonesia 470329 $42,997,973 2004 Ekspor Indonesia Italy 470329 $33,926,258 2004 Impor Italy Indonesia 470329 $42,746,146 2005 Ekspor Indonesia Italy 470329 $49,547,701 2005 Impor Italy Indonesia 470329 $61,005,304 2006 Ekspor Indonesia Italy 470329 $58,240,118 2006 Impor Italy Indonesia 470329 $51,449,070 2007 Ekspor Indonesia Italy 470329 $61,751,986 2007 Impor Italy Indonesia 470329 $52,042,097 2008 Ekspor Indonesia Italy 470329 $53,593,829 2008 Impor Italy Indonesia 470329 $45,642,471

Page 59: Exspor Impor

42

Lampiran 13 data Ekspor Indonesia dengan Jerman, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Ekspor Indonesia German 470329 1992 Impor German Indonesia 470329 $3,000 1993 Ekspor Indonesia German 470329 1993 Impor German Indonesia 470329 1994 Ekspor Indonesia German 470329 1994 Impor German Indonesia 470329 1995 Ekspor Indonesia German 470329 1995 Impor German Indonesia 470329 $485,000 1996 Ekspor Indonesia German 470329 1996 Impor German Indonesia 470329 $1,267,974 1997 Ekspor Indonesia German 470329 1997 Impor German Indonesia 470329 $439,763 1998 Ekspor Indonesia German 470329 1998 Impor German Indonesia 470329 $6,956,000 1999 Ekspor Indonesia German 470329 $515,745 1999 Impor German Indonesia 470329 $10,820,044 2000 Ekspor Indonesia German 470329 $308,697 2000 Impor German Indonesia 470329 $22,309,000 2001 Ekspor Indonesia German 470329 $222,628 2001 Impor German Indonesia 470329 $16,689,000 2002 Ekspor Indonesia German 470329 $7,020,159 2002 Impor German Indonesia 470329 $13,757,000 2003 Ekspor Indonesia German 470329 $13,627,002 2003 Impor German Indonesia 470329 $18,341,000 2004 Ekspor Indonesia German 470329 $9,442,244 2004 Impor German Indonesia 470329 $11,073,000 2005 Ekspor Indonesia German 470329 $9,438,593 2005 Impor German Indonesia 470329 $8,742,000 2006 Ekspor Indonesia German 470329 2006 Impor German Indonesia 470329 $2,999,000 2007 Ekspor Indonesia German 470329 2007 Impor German Indonesia 470329 $3,442,000 2008 Ekspor Indonesia German 470329 $53,887 2008 Impor German Indonesia 470329 $2,423,000

Page 60: Exspor Impor

43

Lampiran 14 data Ekspor Indonesia dengan Jepang, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1993 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $2,057,803 1992 Impor Jepang Indonesia 470329 $75,563 1994 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $2,456,912 1993 Impor Jepang Indonesia 470329 $2,267,415 1995 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $20,940,710 1994 Impor Jepang Indonesia 470329 $4,723,651 1996 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $30,478,070 1995 Impor Jepang Indonesia 470329 $24,522,050 1997 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $20,093,248 1996 Impor Jepang Indonesia 470329 $37,065,357 1998 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $38,334,400 1997 Impor Jepang Indonesia 470329 $21,214,246 1999 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $21,039,746 1998 Impor Jepang Indonesia 470329 $39,966,128 2000 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $44,714,671 1999 Impor Jepang Indonesia 470329 $27,212,348 2001 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $38,130,744 2000 Impor Jepang Indonesia 470329 $60,834,815 2002 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $50,118,462 2001 Impor Jepang Indonesia 470329 $64,478,865 2003 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $53,066,681 2002 Impor Jepang Indonesia 470329 $56,430,892 2004 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $36,535,101 2003 Impor Jepang Indonesia 470329 $65,923,658 2005 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $56,540,080 2004 Impor Jepang Indonesia 470329 $74,462,342 2006 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $71,747,329 2005 Impor Jepang Indonesia 470329 $65,675,320 2007 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $65,826,033 2006 Impor Jepang Indonesia 470329 $80,908,692 2008 Ekspor Indonesia Jepang 470329 $101,652,353 2007 Impor Jepang Indonesia 470329 $95,482,576

2008 Impor Jepang Indonesia 470329 $106,663,502

Page 61: Exspor Impor

44

Lampiran 15 data Ekspor Indonesia dengan Jepang, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $756 1994 Impor Prancis Indonesia 470329 $16,440 1993 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $8,034 1995 Impor Prancis Indonesia 470329 $2,136,364 1994 Ekspor Indonesia Prancis 470329 1996 Impor Prancis Indonesia 470329 $6,916,333 1995 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $7,473,500 1997 Impor Prancis Indonesia 470329 $10,144,136 1996 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $2,188,000 1998 Impor Prancis Indonesia 470329 $25,537,008 1997 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $9,523,240 1999 Impor Prancis Indonesia 470329 $10,500,701 1998 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $7,900,401 2000 Impor Prancis Indonesia 470329 $19,194,949 1999 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $167,169 2001 Impor Prancis Indonesia 470329 $45,375,883 2000 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $9,794,300 2002 Impor Prancis Indonesia 470329 $34,678,736 2001 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $15,336,462 2003 Impor Prancis Indonesia 470329 $36,897,939 2002 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $15,263,322 2004 Impor Prancis Indonesia 470329 $33,969,496 2003 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $26,056,411 2005 Impor Prancis Indonesia 470329 $45,452,047 2004 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $22,491,826 2006 Impor Prancis Indonesia 470329 $55,391,001 2005 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $23,544,028 2007 Impor Prancis Indonesia 470329 $43,635,321 2006 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $35,056,293 2008 Impor Prancis Indonesia 470329 $26,351,897 2007 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $21,809,518 2008 Ekspor Indonesia Prancis 470329 $12,279,225

Page 62: Exspor Impor

45

Lampiran 16 data Ekspor Indonesia denganUSA, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Ekspor Indonesia USA 1511 $57,623 1992 Import USA Indonesia 1511 $4,260,291 1993 Ekspor Indonesia USA 1511 $6,917,103 1993 Import USA Indonesia 1511 $6,835,722 1994 Ekspor Indonesia USA 1511 $2,275,258 1994 Import USA Indonesia 1511 $6,240,919 1995 Ekspor Indonesia USA 1511 $7,780,202 1995 Import USA Indonesia 1511 $7,933,877 1996 Ekspor Indonesia USA 1511 $19,552,812 1996 Import USA Indonesia 1511 $12,905,205 1997 Ekspor Indonesia USA 1511 $5,238,750 1997 Import USA Indonesia 1511 $9,509,161 1998 Ekspor Indonesia USA 1511 $6,381,936 1998 Import USA Indonesia 1511 $7,246,229 1999 Ekspor Indonesia USA 1511 $6,648,643 1999 Import USA Indonesia 1511 $14,148,328 2000 Ekspor Indonesia USA 1511 $5,394,576 2000 Import USA Indonesia 1511 $7,214,004 2001 Ekspor Indonesia USA 1511 $673,905 2001 Import USA Indonesia 1511 $2,107,413 2002 Ekspor Indonesia USA 1511 $2,593,353 2002 Import USA Indonesia 1511 $1,141,843 2003 Ekspor Indonesia USA 1511 $20,572 2003 Import USA Indonesia 1511 $1,149,504 2004 Ekspor Indonesia USA 1511 $17,904,227 2004 Import USA Indonesia 1511 $7,839,247 2005 Ekspor Indonesia USA 1511 $7,530,597 2005 Import USA Indonesia 1511 $6,420,558 2006 Ekspor Indonesia USA 1511 $25,340,925 2006 Import USA Indonesia 1511 $22,956,516 2007 Ekspor Indonesia USA 1511 $44,067,176 2007 Import USA Indonesia 1511 $30,496,680 2008 Ekspor Indonesia USA 1511 $70,550,572 2008 Import USA Indonesia 1511 $72,279,561

Page 63: Exspor Impor

46

Lampiran 17 data Ekspor Indonesia dengan Australia, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1990 Ekspor Indonesia Indonesia 1511 $6,024,688 1990 Import Australia Indonesia 1511 $1,989,292 1991 Ekspor Indonesia Indonesia 1511 $2,347,500 1991 Import Australia Indonesia 1511 $2,372,061 1992 Ekspor Indonesia Australia 1511 $7,667,585 1992 Import Australia Indonesia 1511 $3,579,823 1993 Ekspor Indonesia Australia 1511 $1,364,752 1993 Import Australia Indonesia 1511 $1,011,392 1994 Ekspor Indonesia Australia 1511 $382,250 1994 Import Australia Indonesia 1511 $546,411 1995 Ekspor Indonesia Australia 1511 $469,058 1995 Import Australia Indonesia 1511 $537,156 1996 Ekspor Indonesia Australia 1511 1996 Import Australia Indonesia 1511 1997 Ekspor Indonesia Australia 1511 $863,983 1997 Import Australia Indonesia 1511 $1,791,120 1998 Ekspor Indonesia Australia 1511 $5,520,705 1998 Import Australia Indonesia 1511 $90,320 1999 Ekspor Indonesia Australia 1511 $10,724 1999 Import Australia Indonesia 1511 $807,478 2000 Ekspor Indonesia Australia 1511 $22,442 2000 Import Australia Indonesia 1511 $68,813 2001 Ekspor Indonesia Australia 1511 $331,075 2001 Import Australia Indonesia 1511 $604,923 2002 Ekspor Indonesia Australia 1511 $24,178 2002 Import Australia Indonesia 1511 $161,749 2003 Ekspor Indonesia Australia 1511 $142,053 2003 Import Australia Indonesia 1511 $274,698 2004 Ekspor Indonesia Australia 1511 $236,385 2004 Import Australia Indonesia 1511 $357,504 2005 Ekspor Indonesia Australia 1511 $18,797 2005 Import Australia Indonesia 1511 $140,118 2006 Ekspor Indonesia Australia 1511 $4,029,224 2006 Import Australia Indonesia 1511 $2,068,593 2007 Ekspor Indonesia Australia 1511 $132,505 2007 Import Australia Indonesia 1511 $2,466,209 2008 Ekspor Indonesia Australia 1511 $7,451,799 2008 Import Australia Indonesia 1511 $3,675,903

Page 64: Exspor Impor

47

Lampiran 18 data Ekspor Indonesia dengan Cina, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Ekspor Indonesia China 1511 $35,252,240 1992 Import China Indonesia 1511 $19,335,101 1993 Ekspor Indonesia China 1511 $9,260,908 1993 Import China Indonesia 1511 $14,708,525 1994 Ekspor Indonesia China 1511 $40,663,128 1994 Import China Indonesia 1511 $65,257,516 1995 Ekspor Indonesia China 1511 $56,384,580 1995 Import China Indonesia 1511 $66,312,167 1996 Ekspor Indonesia China 1511 $42,723,552 1996 Import China Indonesia 1511 $81,280,826 1997 Ekspor Indonesia China 1511 $204,008,656 1997 Import China Indonesia 1511 $145,624,575 1998 Ekspor Indonesia China 1511 $73,958,152 1998 Import China Indonesia 1511 $110,153,872 1999 Ekspor Indonesia China 1511 $118,373,329 1999 Import China Indonesia 1511 $164,779,780 2000 Ekspor Indonesia China 1511 $123,186,561 2000 Import China Indonesia 1511 $147,573,326 2001 Ekspor Indonesia China 1511 $81,918,024 2001 Import China Indonesia 1511 $93,582,134 2002 Ekspor Indonesia China 1511 $170,275,508 2002 Import China Indonesia 1511 $190,294,552 2003 Ekspor Indonesia China 1511 $318,343,010 2003 Import China Indonesia 1511 $374,505,116 2004 Ekspor Indonesia China 1511 $463,310,826 2004 Import China Indonesia 1511 $556,698,686 2005 Ekspor Indonesia China 1511 $493,391,982 2005 Import China Indonesia 1511 $563,106,502 2006 Ekspor Indonesia China 1511 $707,459,239 2006 Import China Indonesia 1511 $712,161,707 2007 Ekspor Indonesia China 1511 $957,156,782 2007 Import China Indonesia 1511 $996,958,756 2008 Ekspor Indonesia China 1511 $1,519,259,945 2008 Import China Indonesia 1511 $1,645,794,159

Page 65: Exspor Impor

48

Lampiran 19 data Ekspor Indonesia dengan Germany, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Ekspor Indonesia Germany 1511 $20,049,888 1992 Import Germany Indonesia 1511 $46,406,000 1993 Ekspor Indonesia Germany 1511 $22,922,012 1993 Import Germany Indonesia 1511 $55,023,000 1994 Ekspor Indonesia Germany 1511 $53,252,568 1994 Import Germany Indonesia 1511 $80,879,000 1995 Ekspor Indonesia Germany 1511 $60,834,512 1995 Import Germany Indonesia 1511 $113,512,000 1996 Ekspor Indonesia Germany 1511 $74,970,464 1996 Import Germany Indonesia 1511 $117,787,408 1997 Ekspor Indonesia Germany 1511 $88,694,808 1997 Import Germany Indonesia 1511 $150,852,288 1998 Ekspor Indonesia Germany 1511 $27,693,704 1998 Import Germany Indonesia 1511 $104,571,000 1999 Ekspor Indonesia Germany 1511 $34,803,479 1999 Import Germany Indonesia 1511 $54,184,052 2000 Ekspor Indonesia Germany 1511 $37,004,215 2000 Import Germany Indonesia 1511 $74,390,000 2001 Ekspor Indonesia Germany 1511 $48,197,508 2001 Import Germany Indonesia 1511 $77,466,000 2002 Ekspor Indonesia Germany 1511 $60,364,787 2002 Import Germany Indonesia 1511 $110,934,000 2003 Ekspor Indonesia Germany 1511 $70,727,014 2003 Import Germany Indonesia 1511 $109,160,000 2004 Ekspor Indonesia Germany 1511 $97,585,521 2004 Import Germany Indonesia 1511 $162,891,000 2005 Ekspor Indonesia Germany 1511 $122,031,791 2005 Import Germany Indonesia 1511 $166,956,000 2006 Ekspor Indonesia Germany 1511 $135,808,010 2006 Import Germany Indonesia 1511 $178,941,000 2007 Ekspor Indonesia Germany 1511 $319,431,535 2007 Import Germany Indonesia 1511 $302,917,000 2008 Ekspor Indonesia Germany 1511 $347,177,185 2008 Import Germany Indonesia 1511 $465,524,000

Page 66: Exspor Impor

49

Lampiran 20 data Ekspor Indonesia dengan Japan, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Ekspor Indonesia Japan 1511 $2,133,104 1992 Import Japan Indonesia 1511 $3,042,408 1993 Ekspor Indonesia Japan 1511 $1,389,741 1993 Import Japan Indonesia 1511 $2,634,246 1994 Ekspor Indonesia Japan 1511 $1,419,258 1994 Import Japan Indonesia 1511 $1,959,292 1995 Ekspor Indonesia Japan 1511 $11,244,839 1995 Import Japan Indonesia 1511 $12,600,014 1996 Ekspor Indonesia Japan 1511 $1,516,503 1996 Import Japan Indonesia 1511 $1,369,892 1997 Ekspor Indonesia Japan 1511 $2,446,779 1997 Import Japan Indonesia 1511 $2,360,418 1998 Ekspor Indonesia Japan 1511 $2,077,008 1998 Import Japan Indonesia 1511 $2,684,850 1999 Ekspor Indonesia Japan 1511 $3,885,205 1999 Import Japan Indonesia 1511 $3,629,249 2000 Ekspor Indonesia Japan 1511 $2,518,573 2000 Import Japan Indonesia 1511 $2,774,010 2001 Ekspor Indonesia Japan 1511 $1,848,300 2001 Import Japan Indonesia 1511 $2,342,263 2002 Ekspor Indonesia Japan 1511 $1,237,296 2002 Import Japan Indonesia 1511 $440,732 2003 Ekspor Indonesia Japan 1511 $678,354 2003 Import Japan Indonesia 1511 2004 Ekspor Indonesia Japan 1511 $7,081,573 2004 Import Japan Indonesia 1511 $15,558 2005 Ekspor Indonesia Japan 1511 $1,967,318 2005 Import Japan Indonesia 1511 $64,849 2006 Ekspor Indonesia Japan 1511 $6,089,710 2006 Import Japan Indonesia 1511 $182,565 2007 Ekspor Indonesia Japan 1511 $4,101,055 2007 Import Japan Indonesia 1511 $42,821 2008 Ekspor Indonesia Japan 1511 $962,568 2008 Import Japan Indonesia 1511 $604,495

Page 67: Exspor Impor

50

Lampiran 21 data Ekspor Indonesia dengan Canada, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Ekspor Indonesia Canada 1511 $1,144,000 1992 Import Canada Indonesia 1511 $1,301,375 1993 Ekspor Indonesia Canada 1511 $575,548 1993 Import Canada Indonesia 1511 $1,809,619 1994 Ekspor Indonesia Canada 1511 $4,131,139 1994 Import Canada Indonesia 1511 $6,852,694 1995 Ekspor Indonesia Canada 1511 $3,668,400 1995 Import Canada Indonesia 1511 $6,072,458 1996 Ekspor Indonesia Canada 1511 $2,866,875 1996 Import Canada Indonesia 1511 $3,306,396 1997 Ekspor Indonesia Canada 1511 $408,750 1997 Import Canada Indonesia 1511 $641,537 1998 Ekspor Indonesia Canada 1511 $2,096,000 1998 Import Canada Indonesia 1511 $2,645,852 1999 Ekspor Indonesia Canada 1511 $1,126,375 1999 Import Canada Indonesia 1511 $1,079,290 2000 Ekspor Indonesia Canada 1511 $381,824 2000 Import Canada Indonesia 1511 $663,247 2001 Ekspor Indonesia Canada 1511 2001 Import Canada Indonesia 1511 2002 Ekspor Indonesia Canada 1511 $4 2002 Import Canada Indonesia 1511 $480,555 2003 Ekspor Indonesia Canada 1511 $29,116 2003 Import Canada Indonesia 1511 2004 Ekspor Indonesia Canada 1511 $12,075 2004 Import Canada Indonesia 1511 2005 Ekspor Indonesia Canada 1511 2005 Import Canada Indonesia 1511 $39,438 2006 Ekspor Indonesia Canada 1511 $982,527 2006 Import Canada Indonesia 1511 $212,897 2007 Ekspor Indonesia Canada 1511 $5,321,733 2007 Import Canada Indonesia 1511 2008 Ekspor Indonesia Canada 1511 2008 Import Canada Indonesia 1511 $159,293

Page 68: Exspor Impor

51

Lampiran 22 data Ekspor Indonesia dengan Canada, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value

1994 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $3,061,260 1994 Import Prancis Indonesia 1511 $2,837,162 1995 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $25,500 1995 Import Prancis Indonesia 1511 $2,166,430 1996 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $55,057 1996 Import Prancis Indonesia 1511 $2,705,626 1997 Ekspor Indonesia Prancis 1511 1997 Import Prancis Indonesia 1511 $2,544,481 1998 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $2,016,251 1998 Import Prancis Indonesia 1511 $3,413,050 1999 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $1,000,052 1999 Import Prancis Indonesia 1511 $6,222,090 2000 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $288,715 2000 Import Prancis Indonesia 1511 $3,521,594 2001 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $2,370,788 2001 Import Prancis Indonesia 1511 $16,277,709 2002 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $10,432,628 2002 Import Prancis Indonesia 1511 $30,530,385 2003 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $1,078,984 2003 Import Prancis Indonesia 1511 $35,429,939 2004 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $564,444 2004 Import Prancis Indonesia 1511 $26,724,793 2005 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $1,138,016 2005 Import Prancis Indonesia 1511 $25,750,229 2006 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $616,652 2006 Import Prancis Indonesia 1511 $39,134,169 2007 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $2,185,029 2007 Import Prancis Indonesia 1511 $37,350,529 2008 Ekspor Indonesia Prancis 1511 $10,105,588 2008 Import Prancis Indonesia 1511 $131,825,792

Page 69: Exspor Impor

52

B. Data Sekunder Negara Berkembang Lampiran 23 data Ekspor Indonesia dengan Bangladesh, komoditi plywood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade flow Reporter Partner Code Trade

Value 1989 Export Indonesia Bangladesh 4412 1989 Import Bangladesh Indonesia 4412 1990 Export Indonesia Bangladesh 4412 1990 Import Bangladesh Indonesia 4412 1991 Export Indonesia Bangladesh 4412 1991 Import Bangladesh Indonesia 4412 1992 Export Indonesia Bangladesh 4412 1992 Import Bangladesh Indonesia 4412 1993 Export Indonesia Bangladesh 4412 1993 Import Bangladesh Indonesia 4412 1994 Export Indonesia Bangladesh 4412 $213,832 1994 Import Bangladesh Indonesia 4412 1995 Export Indonesia Bangladesh 4412 1995 Import Bangladesh Indonesia 4412 1996 Export Indonesia Bangladesh 4412 $10,200 1996 Import Bangladesh Indonesia 4412 1997 Export Indonesia Bangladesh 4412 $52,432 1997 Import Bangladesh Indonesia 4412 1998 Export Indonesia Bangladesh 4412 $198,126 1998 Import Bangladesh Indonesia 4412 $464,156 1999 Export Indonesia Bangladesh 4412 $167,266 1999 Import Bangladesh Indonesia 4412 2000 Export Indonesia Bangladesh 4412 $11,373 2000 Import Bangladesh Indonesia 4412 $342,986 2001 Export Indonesia Bangladesh 4412 $12,939 2001 Import Bangladesh Indonesia 4412 $17,325 2002 Export Indonesia Bangladesh 4412 $95,116 2002 Import Bangladesh Indonesia 4412 $100,337 2003 Export Indonesia Bangladesh 4412 $136,764 2003 Import Bangladesh Indonesia 4412 $141,403 2004 Export Indonesia Bangladesh 4412 $25,404 2004 Import Bangladesh Indonesia 4412 $57,859 2005 Export Indonesia Bangladesh 4412 $52,744 2005 Import Bangladesh Indonesia 4412 $51,598 2006 Export Indonesia Bangladesh 4412 2006 Import Bangladesh Indonesia 4412 $2,620

Page 70: Exspor Impor

53

Lampiran 24 data Ekspor Indonesia dengan Filipina, komoditi plywood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1989 Export Indonesia Filipina 4412 $122,000 1989 Import Filipina Indonesia 4412 1990 Export Indonesia Filipina 4412 $368,917 1990 Import Filipina Indonesia 4412 1991 Export Indonesia Filipina 4412 $125,554 1991 Import Filipina Indonesia 4412 1992 Export Indonesia Filipina 4412 1992 Import Filipina Indonesia 4412 1993 Export Indonesia Filipina 4412 $9,750 1993 Import Filipina Indonesia 4412 1994 Export Indonesia Filipina 4412 $644,232 1994 Import Filipina Indonesia 4412 1995 Export Indonesia Filipina 4412 $384,379 1995 Import Filipina Indonesia 4412 1996 Export Indonesia Filipina 4412 $1,074,341 1996 Import Filipina Indonesia 4412 $1,477,872 1997 Export Indonesia Filipina 4412 $1,019,361 1997 Import Filipina Indonesia 4412 $815,529 1998 Export Indonesia Filipina 4412 $600,847 1998 Import Filipina Indonesia 4412 $806,790 1999 Export Indonesia Filipina 4412 $640,643 1999 Import Filipina Indonesia 4412 $990,268 2000 Export Indonesia Filipina 4412 2000 Import Filipina Indonesia 4412 $39,937 2001 Export Indonesia Filipina 4412 $1,029,408 2001 Import Filipina Indonesia 4412 $657,037 2002 Export Indonesia Filipina 4412 $2,546,631 2002 Import Filipina Indonesia 4412 $4,782,412 2003 Export Indonesia Filipina 4412 $1,626,888 2003 Import Filipina Indonesia 4412 $2,705,689 2004 Export Indonesia Filipina 4412 $31,141 2004 Import Filipina Indonesia 4412 2005 Export Indonesia Filipina 4412 $32,905 2005 Import Filipina Indonesia 4412 $35,138 2006 Export Indonesia Filipina 4412 $9,280 2006 Import Filipina Indonesia 4412 $39,971 2007 Export Indonesia Filipina 4412 $292,955 2007 Import Filipina Indonesia 4412 $134,885 2008 Export Indonesia Filipina 4412 $242,171 2008 Import Filipina Indonesia 4412 $211,846

Page 71: Exspor Impor

54

Lampiran 25 data Ekspor Indonesia dengan India, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1989 Export Indonesia India 4412 1989 Import India Indonesia 4412 1990 Export Indonesia India 4412 $977,235 1990 Import India Indonesia 4412 $504,428 1991 Export Indonesia India 4412 $1,061,524 1991 Import India Indonesia 4412 $524,698 1992 Export Indonesia India 4412 $1,765,328 1992 Import India Indonesia 4412 $729,425 1993 Export Indonesia India 4412 $2,444,912 1993 Import India Indonesia 4412 $1,260,450 1994 Export Indonesia India 4412 $3,739,404 1994 Import India Indonesia 4412 $3,201,592 1995 Export Indonesia India 4412 $3,219,056 1995 Import India Indonesia 4412 $2,836,909 1996 Export Indonesia India 4412 $6,207,587 1996 Import India Indonesia 4412 $2,395,677 1997 Export Indonesia India 4412 $6,855,203 1997 Import India Indonesia 4412 $4,636,125 1998 Export Indonesia India 4412 $4,181,088 1998 Import India Indonesia 4412 $4,846,379 1999 Export Indonesia India 4412 $2,642,450 1999 Import India Indonesia 4412 $1,960,159 2000 Export Indonesia India 4412 $2,181,928 2000 Import India Indonesia 4412 $1,393,465 2001 Export Indonesia India 4412 $1,335,464 2001 Import India Indonesia 4412 $1,049,109 2002 Export Indonesia India 4412 $1,272,821 2002 Import India Indonesia 4412 $678,526 2003 Export Indonesia India 4412 $859,387 2003 Import India Indonesia 4412 $389,888 2004 Export Indonesia India 4412 $1,082,298 2004 Import India Indonesia 4412 $455,524 2005 Export Indonesia India 4412 $597,484 2005 Import India Indonesia 4412 $569,184

Page 72: Exspor Impor

55

Lampiran 26 data Ekspor Indonesia dengan Malaysia, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Period Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1989 Export Indonesia Malaysia 4412 $4,000 1989 Import Malaysia Indonesia 4412 $52,634 1990 Export Indonesia Malaysia 4412 $19,018 1990 Import Malaysia Indonesia 4412 $272,241 1991 Export Indonesia Malaysia 4412 $862,767 1991 Import Malaysia Indonesia 4412 $73,067 1992 Export Indonesia Malaysia 4412 $2,407,144 1992 Import Malaysia Indonesia 4412 $145,317 1993 Export Indonesia Malaysia 4412 $4,936,768 1993 Import Malaysia Indonesia 4412 $907,535 1994 Export Indonesia Malaysia 4412 $11,273,912 1994 Import Malaysia Indonesia 4412 $7,711,659 1995 Export Indonesia Malaysia 4412 $15,271,035 1995 Import Malaysia Indonesia 4412 $6,247,239 1996 Export Indonesia Malaysia 4412 $8,201,479 1996 Import Malaysia Indonesia 4412 $1,950,216 1997 Export Indonesia Malaysia 4412 $11,353,891 1997 Import Malaysia Indonesia 4412 $5,390,862 1998 Export Indonesia Malaysia 4412 $6,992,697 1998 Import Malaysia Indonesia 4412 $3,673,066 1999 Export Indonesia Malaysia 4412 $5,582,949 1999 Import Malaysia Indonesia 4412 $6,421,503 2000 Export Indonesia Malaysia 4412 $4,843,589 2000 Import Malaysia Indonesia 4412 $4,863,879 2001 Export Indonesia Malaysia 4412 $5,820,272 2001 Import Malaysia Indonesia 4412 $5,104,766 2002 Export Indonesia Malaysia 4412 $2,409,859 2002 Import Malaysia Indonesia 4412 $1,484,427 2003 Export Indonesia Malaysia 4412 $3,644,883 2003 Import Malaysia Indonesia 4412 $1,042,618 2004 Export Indonesia Malaysia 4412 $2,361,271 2004 Import Malaysia Indonesia 4412 $1,168,746 2005 Export Indonesia Malaysia 4412 $1,497,958 2005 Import Malaysia Indonesia 4412 $1,154,722 2006 Export Indonesia Malaysia 4412 $5,557,026 2006 Import Malaysia Indonesia 4412 $1,714,772 2007 Export Indonesia Malaysia 4412 $18,492,683 2007 Import Malaysia Indonesia 4412 $1,314,723 2008 Export Indonesia Malaysia 4412 $17,707,789 2008 Import Malaysia Indonesia 4412 $1,533,437

Page 73: Exspor Impor

56

Lampiran 27 data Ekspor Indonesia dengan Pakistan, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1999 Export Indonesia Pakistan 4412 $27,100 2003 Import Pakistan Indonesia 4412 $41,570 2000 Export Indonesia Pakistan 4412 $96,936 2004 Import Pakistan Indonesia 4412 $43,701 2001 Export Indonesia Pakistan 4412 $47,518 2005 Import Pakistan Indonesia 4412 $25,614 2002 Export Indonesia Pakistan 4412 $19,378 2006 Import Pakistan Indonesia 4412 $8,829 2003 Export Indonesia Pakistan 4412 $66,055 2007 Import Pakistan Indonesia 4412 $123,839 2004 Export Indonesia Pakistan 4412 $48,809 2008 Import Pakistan Indonesia 4412 $41,368 2005 Export Indonesia Pakistan 4412 $59,757 2006 Export Indonesia Pakistan 4412 $22,605 2007 Export Indonesia Pakistan 4412 $6,538 2008 Export Indonesia Pakistan 4412 $2,170

Page 74: Exspor Impor

57

Lampiran 28 data Ekspor Indonesia dengan Srilanka, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1989 Export Indonesia Srilanka 4412 $309,000 1989 Impor Srilanka Indonesia 4412 1990 Export Indonesia Srilanka 4412 $445,229 1990 Impor Srilanka Indonesia 4412 $4,733,043 1991 Export Indonesia Srilanka 4412 $200,516 1991 Impor Srilanka Indonesia 4412 $6,300,840 1992 Export Indonesia Srilanka 4412 $232,224 1992 Impor Srilanka Indonesia 4412 $2,838,497 1993 Export Indonesia Srilanka 4412 $483,708 1993 Impor Srilanka Indonesia 4412 $2,740,895 1994 Export Indonesia Srilanka 4412 $815,323 1994 Impor Srilanka Indonesia 4412 $1,917,366 1995 Export Indonesia Srilanka 4412 $2,097,420 1995 Impor Srilanka Indonesia 4412 1996 Export Indonesia Srilanka 4412 $3,462,535 1996 Impor Srilanka Indonesia 4412 1997 Export Indonesia Srilanka 4412 $4,085,132 1997 Impor Srilanka Indonesia 4412 1998 Export Indonesia Srilanka 4412 $2,016,932 1998 Impor Srilanka Indonesia 4412 1999 Export Indonesia Srilanka 4412 $1,777,196 1999 Impor Srilanka Indonesia 4412 2000 Export Indonesia Srilanka 4412 $1,641,280 2000 Impor Srilanka Indonesia 4412 2001 Export Indonesia Srilanka 4412 $1,297,190 2001 Impor Srilanka Indonesia 4412 $633,838 2002 Export Indonesia Srilanka 4412 $551,893 2002 Impor Srilanka Indonesia 4412 $275,596 2003 Export Indonesia Srilanka 4412 $412,903 2003 Impor Srilanka Indonesia 4412 $220,133 2004 Export Indonesia Srilanka 4412 $56,664 2004 Impor Srilanka Indonesia 4412 $39,078 2005 Export Indonesia Srilanka 4412 $71,225 2005 Impor Srilanka Indonesia 4412 $16,144 2006 Export Indonesia Srilanka 4412 $7,140 2006 Impor Srilanka Indonesia 4412 $16,641 2007 Export Indonesia Srilanka 4412 2007 Impor Srilanka Indonesia 4412 2008 Export Indonesia Srilanka 4412 $10,902 2008 Impor Srilanka Indonesia 4412

Page 75: Exspor Impor

58

Lampiran 29 data Ekspor Indonesia dengan Thailand, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1989 Export Indonesia Thailand 4412 $459,000 1989 Import Thailand Indonesia 4412 $738,136 1990 Export Indonesia Thailand 4412 $2,407,478 1990 Import Thailand Indonesia 4412 $2,501,759 1991 Export Indonesia Thailand 4412 $5,378,320 1991 Import Thailand Indonesia 4412 $7,283,049 1992 Export Indonesia Thailand 4412 $9,239,228 1992 Import Thailand Indonesia 4412 $8,165,262 1993 Export Indonesia Thailand 4412 $6,514,053 1993 Import Thailand Indonesia 4412 $5,855,267 1994 Export Indonesia Thailand 4412 $11,388,121 1994 Import Thailand Indonesia 4412 $13,010,249 1995 Export Indonesia Thailand 4412 $16,090,890 1995 Import Thailand Indonesia 4412 $16,352,245 1996 Export Indonesia Thailand 4412 $18,065,744 1996 Import Thailand Indonesia 4412 $18,002,780 1997 Export Indonesia Thailand 4412 $8,985,374 1997 Import Thailand Indonesia 4412 $7,651,622 1998 Export Indonesia Thailand 4412 $5,202,484 1998 Import Thailand Indonesia 4412 $5,278,439 1999 Export Indonesia Thailand 4412 $1,517,108 1999 Import Thailand Indonesia 4412 $1,882,179 2000 Export Indonesia Thailand 4412 $2,147,440 2000 Import Thailand Indonesia 4412 $3,111,611 2001 Export Indonesia Thailand 4412 $2,363,766 2001 Import Thailand Indonesia 4412 $2,708,836 2002 Export Indonesia Thailand 4412 $2,122,939 2002 Import Thailand Indonesia 4412 $2,620,399 2003 Export Indonesia Thailand 4412 $5,635,548 2003 Import Thailand Indonesia 4412 $5,305,911 2004 Export Indonesia Thailand 4412 $5,608,651 2004 Import Thailand Indonesia 4412 $7,420,849 2005 Export Indonesia Thailand 4412 $6,243,942 2005 Import Thailand Indonesia 4412 $6,481,594 2006 Export Indonesia Thailand 4412 $6,827,354 2006 Import Thailand Indonesia 4412 $3,919,285 2007 Export Indonesia Thailand 4412 $4,555,654 2007 Import Thailand Indonesia 4412 $4,319,039 2008 Export Indonesia Thailand 4412 $5,992,865 2008 Import Thailand Indonesia 4412 $6,250,816

Page 76: Exspor Impor

59

Lampiran 30 data Ekspor Indonesia dengan Vietnam, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1989 Export Indonesia Vietnam 4412 $290,000 1989 Import Vietnam Indonesia 4412 1990 Export Indonesia Vietnam 4412 $15,143 1990 Import Vietnam Indonesia 4412 1991 Export Indonesia Vietnam 4412 $722,957 1991 Import Vietnam Indonesia 4412 1992 Export Indonesia Vietnam 4412 $764,244 1992 Import Vietnam Indonesia 4412 1993 Export Indonesia Vietnam 4412 $839,107 1993 Import Vietnam Indonesia 4412 1994 Export Indonesia Vietnam 4412 $1,479,702 1994 Import Vietnam Indonesia 4412 1995 Export Indonesia Vietnam 4412 $4,296,923 1995 Import Vietnam Indonesia 4412 1996 Export Indonesia Vietnam 4412 $7,705,876 1996 Import Vietnam Indonesia 4412 1997 Export Indonesia Vietnam 4412 $5,003,750 1997 Import Vietnam Indonesia 4412 1998 Export Indonesia Vietnam 4412 $4,070,583 1998 Import Vietnam Indonesia 4412 1999 Export Indonesia Vietnam 4412 $2,797,266 1999 Import Vietnam Indonesia 4412 2000 Export Indonesia Vietnam 4412 $3,776,435 2000 Import Vietnam Indonesia 4412 2001 Export Indonesia Vietnam 4412 $2,963,749 2001 Import Vietnam Indonesia 4412 $51,394 2002 Export Indonesia Vietnam 4412 $3,505,010 2002 Import Vietnam Indonesia 4412 $508,806 2003 Export Indonesia Vietnam 4412 $884,384 2003 Import Vietnam Indonesia 4412 $153,556 2004 Export Indonesia Vietnam 4412 $637,461 2004 Import Vietnam Indonesia 4412 $5,782 2005 Export Indonesia Vietnam 4412 $386,781 2005 Import Vietnam Indonesia 4412 $86,123 2006 Export Indonesia Vietnam 4412 $203,411 2006 Import Vietnam Indonesia 4412 $303,529 2007 Export Indonesia Vietnam 4412 $1,534,162 2007 Import Vietnam Indonesia 4412 $932,351 2008 Export Indonesia Vietnam 4412 $2,444,750 2008 Import Vietnam Indonesia 4412 $299,075

Page 77: Exspor Impor

60

Lampiran 31 data Ekspor Indonesia dengan Bangladesh, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1991 Export Indonesia Bangladesh 470329 $534,024 1991 Import Bangladesh Indonesia 470329 $445,914 1992 Export Indonesia Bangladesh 470329 $141,152 1992 Import Bangladesh Indonesia 470329 $148,917 1993 Export Indonesia Bangladesh 470329 $259,199 1993 Import Bangladesh Indonesia 470329 $1,245,299 1994 Export Indonesia Bangladesh 470329 $172,869 1994 Import Bangladesh Indonesia 470329 1995 Export Indonesia Bangladesh 470329 $294,419 1995 Import Bangladesh Indonesia 470329 $428,886 1996 Export Indonesia Bangladesh 470329 $312,300 1996 Import Bangladesh Indonesia 470329 1997 Export Indonesia Bangladesh 470329 $2,854,466 1997 Import Bangladesh Indonesia 470329 $259,297 1998 Export Indonesia Bangladesh 470329 $1,085,790 1998 Import Bangladesh Indonesia 470329 1999 Export Indonesia Bangladesh 470329 $796,446 1999 Import Bangladesh Indonesia 470329 2000 Export Indonesia Bangladesh 470329 $704,028 2000 Import Bangladesh Indonesia 470329 $358,534 2001 Export Indonesia Bangladesh 470329 $785,096 2001 Import Bangladesh Indonesia 470329 $1,154,200 2002 Export Indonesia Bangladesh 470329 $1,839,502 2002 Import Bangladesh Indonesia 470329 $1,428,168 2003 Export Indonesia Bangladesh 470329 $3,255,682 2003 Import Bangladesh Indonesia 470329 $2,380,313 2004 Export Indonesia Bangladesh 470329 $1,810,452 2004 Import Bangladesh Indonesia 470329 $3,996,757 2005 Export Indonesia Bangladesh 470329 $2,164,131 2005 Import Bangladesh Indonesia 470329 $4,202,863 2006 Export Indonesia Bangladesh 470329 $8,918,233 2006 Import Bangladesh Indonesia 470329 $7,431,525 2007 Export Indonesia Bangladesh 470329 $8,340,286 2007 Import Bangladesh Indonesia 470329 $8,436,690

Page 78: Exspor Impor

61

Lampiran 32 data Ekspor Indonesia dengan Filipina, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode TradeFlow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Export Indonesia Philippines 470329 $558,711 1992 Import Philippines Indonesia 470329 1993 Export Indonesia Philippines 470329 $2,252,128 1993 Import Philippines Indonesia 470329 1994 Export Indonesia Philippines 470329 $3,735,719 1994 Import Philippines Indonesia 470329 1995 Export Indonesia Philippines 470329 $5,956,912 1995 Import Philippines Indonesia 470329 1996 Export Indonesia Philippines 470329 $18,282,456 1996 Import Philippines Indonesia 470329 $384,198 1997 Export Indonesia Philippines 470329 $17,674,330 1997 Import Philippines Indonesia 470329 $2,594,697 1998 Export Indonesia Philippines 470329 $10,475,727 1998 Import Philippines Indonesia 470329 1999 Export Indonesia Philippines 470329 $5,396,649 1999 Import Philippines Indonesia 470329 2000 Export Indonesia Philippines 470329 $658,125 2000 Import Philippines Indonesia 470329 2001 Export Indonesia Philippines 470329 $1,001,611 2001 Import Philippines Indonesia 470329 $316,085 2002 Export Indonesia Philippines 470329 $1,178,325 2002 Import Philippines Indonesia 470329 2003 Export Indonesia Philippines 470329 $2,466,045 2003 Import Philippines Indonesia 470329 2004 Export Indonesia Philippines 470329 $2,910,847 2004 Import Philippines Indonesia 470329 $334,839 2005 Export Indonesia Philippines 470329 $5,467,523 2005 Import Philippines Indonesia 470329 $2,809,000 2006 Export Indonesia Philippines 470329 $2,910,478 2006 Import Philippines Indonesia 470329 $2,139,915 2007 Export Indonesia Philippines 470329 $2,282,733 2007 Import Philippines Indonesia 470329 $927,675 2008 Export Indonesia Philippines 470329 $2,622,675 2008 Import Philippines Indonesia 470329 $1,042,590

Page 79: Exspor Impor

62

Lampiran 33 data Ekspor Indonesia dengan India, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value

1991 Export Indonesia India 470329 $1,359,724 1991 Import India Indonesia 470329 $1,221,338 1992 Export Indonesia India 470329 $947,768 1992 Import India Indonesia 470329 $3,639,368 1993 Export Indonesia India 470329 $634,212 1993 Import India Indonesia 470329 $1,488,164 1994 Export Indonesia India 470329 $2,776,256 1994 Import India Indonesia 470329 $7,767,236 1995 Export Indonesia India 470329 $9,200,667 1995 Import India Indonesia 470329 $11,361,782 1996 Export Indonesia India 470329 $26,849,266 1996 Import India Indonesia 470329 $13,745,781 1997 Export Indonesia India 470329 $30,505,500 1997 Import India Indonesia 470329 $35,394,588 1998 Export Indonesia India 470329 $26,462,828 1998 Import India Indonesia 470329 $19,349,216 1999 Export Indonesia India 470329 $13,639,063 1999 Import India Indonesia 470329 $19,496,334 2000 Export Indonesia India 470329 $16,172,820 2000 Import India Indonesia 470329 $21,751,785 2001 Export Indonesia India 470329 $14,856,231 2001 Import India Indonesia 470329 $15,527,640 2002 Export Indonesia India 470329 $29,394,446 2002 Import India Indonesia 470329 $24,160,452 2003 Export Indonesia India 470329 $29,871,133 2003 Import India Indonesia 470329 $22,977,677 2004 Export Indonesia India 470329 $22,345,956 2004 Import India Indonesia 470329 $37,019,086 2005 Export Indonesia India 470329 $46,024,549 2005 Import India Indonesia 470329 $51,470,342 2006 Export Indonesia India 470329 $46,560,426 2006 Import India Indonesia 470329 $63,517,941 2007 Export Indonesia India 470329 $57,048,376 2007 Import India Indonesia 470329 $65,181,996

2008 Import India Indonesia 470329 $83,256,236

Page 80: Exspor Impor

63

Lampiran 34 data Ekspor Indonesia dengan Italia, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1991 Export Indonesia Malaysia 470329 $669,000 1991 Import Malaysia Indonesia 470329 $713,836 1992 Export Indonesia Malaysia 470329 $1,573,649 1992 Import Malaysia Indonesia 470329 1993 Export Indonesia Malaysia 470329 $680,153 1993 Import Malaysia Indonesia 470329 $6,691 1994 Export Indonesia Malaysia 470329 $3,969,375 1994 Import Malaysia Indonesia 470329 $219,275 1995 Export Indonesia Malaysia 470329 $8,768,123 1995 Import Malaysia Indonesia 470329 $3,199,567 1996 Export Indonesia Malaysia 470329 $3,094,992 1996 Import Malaysia Indonesia 470329 $2,494,125 1997 Export Indonesia Malaysia 470329 $5,257,020 1997 Import Malaysia Indonesia 470329 $1,862,485 1998 Export Indonesia Malaysia 470329 $1,047,023 1998 Import Malaysia Indonesia 470329 $572,469 1999 Export Indonesia Malaysia 470329 $1,106,882 1999 Import Malaysia Indonesia 470329 $543,377 2000 Export Indonesia Malaysia 470329 $325,169 2000 Import Malaysia Indonesia 470329 $547,437 2001 Export Indonesia Malaysia 470329 $21,600 2001 Import Malaysia Indonesia 470329 $78,780 2002 Export Indonesia Malaysia 470329 $380,412 2002 Import Malaysia Indonesia 470329 $491,268 2003 Export Indonesia Malaysia 470329 $1,737,229 2003 Import Malaysia Indonesia 470329 $2,264,257 2004 Export Indonesia Malaysia 470329 $2,818,915 2004 Import Malaysia Indonesia 470329 $5,174,544 2005 Export Indonesia Malaysia 470329 $5,432,856 2005 Import Malaysia Indonesia 470329 $7,862,272

Page 81: Exspor Impor

64

Lampiran 35 data Ekspor Indonesia dengan Jerman, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1992 Ekspor Indonesia German 470329 1992 Impor German Indonesia 470329 $3,000 1993 Ekspor Indonesia German 470329 1993 Impor German Indonesia 470329 1994 Ekspor Indonesia German 470329 1994 Impor German Indonesia 470329 1995 Ekspor Indonesia German 470329 1995 Impor German Indonesia 470329 $485,000 1996 Ekspor Indonesia German 470329 1996 Impor German Indonesia 470329 $1,267,974 1997 Ekspor Indonesia German 470329 1997 Impor German Indonesia 470329 $439,763 1998 Ekspor Indonesia German 470329 1998 Impor German Indonesia 470329 $6,956,000 1999 Ekspor Indonesia German 470329 $515,745 1999 Impor German Indonesia 470329 $10,820,044 2000 Ekspor Indonesia German 470329 $308,697 2000 Impor German Indonesia 470329 $22,309,000 2001 Ekspor Indonesia German 470329 $222,628 2001 Impor German Indonesia 470329 $16,689,000 2002 Ekspor Indonesia German 470329 $7,020,159 2002 Impor German Indonesia 470329 $13,757,000 2003 Ekspor Indonesia German 470329 $13,627,002 2003 Impor German Indonesia 470329 $18,341,000 2004 Ekspor Indonesia German 470329 $9,442,244 2004 Impor German Indonesia 470329 $11,073,000 2005 Ekspor Indonesia German 470329 $9,438,593 2005 Impor German Indonesia 470329 $8,742,000 2006 Ekspor Indonesia German 470329 2006 Impor German Indonesia 470329 $2,999,000 2007 Ekspor Indonesia German 470329 2007 Impor German Indonesia 470329 $3,442,000 2008 Ekspor Indonesia German 470329 $53,887 2008 Impor German Indonesia 470329 $2,423,000

Page 82: Exspor Impor

65

Lampiran 36 data Ekspor Indonesia dengan Srilanka, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade

Value 1993 Export Indonesia Sri Lanka 470329 $99,899 1993 Import Sri Lanka Indonesia 470329 $401,968 1994 Export Indonesia Sri Lanka 470329 $81,981 1994 Import Sri Lanka Indonesia 470329 $196,158

Page 83: Exspor Impor

66

Lampiran 37 data Ekspor Indonesia dengan Thailand, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached Period Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Period TradeFlow Reporter Partner Code Trade Value

1991 Export Indonesia Thailand 470329 $373,690 1991 Import Thailand Indonesia 470329 $1,322,173 1992 Export Indonesia Thailand 470329 $5,074,619 1992 Import Thailand Indonesia 470329 $2,343,490 1993 Export Indonesia Thailand 470329 $3,207,021 1993 Import Thailand Indonesia 470329 $2,443,434 1994 Export Indonesia Thailand 470329 $2,209,754 1994 Import Thailand Indonesia 470329 $3,810,254 1995 Export Indonesia Thailand 470329 $21,146,186 1995 Import Thailand Indonesia 470329 $21,169,556 1996 Export Indonesia Thailand 470329 $4,310,541 1996 Import Thailand Indonesia 470329 $6,232,520 1997 Export Indonesia Thailand 470329 $6,714,445 1997 Import Thailand Indonesia 470329 $3,597,635 1998 Export Indonesia Thailand 470329 $4,358,453 1998 Import Thailand Indonesia 470329 $4,367,045 1999 Export Indonesia Thailand 470329 $3,896,868 1999 Import Thailand Indonesia 470329 $1,666,152 2000 Export Indonesia Thailand 470329 $5,697,791 2000 Import Thailand Indonesia 470329 $3,277,481 2001 Export Indonesia Thailand 470329 $703,852 2001 Import Thailand Indonesia 470329 $680,704 2002 Export Indonesia Thailand 470329 $2,164,162 2002 Import Thailand Indonesia 470329 $1,735,039 2003 Export Indonesia Thailand 470329 $2,297,667 2003 Import Thailand Indonesia 470329 $1,505,700 2004 Export Indonesia Thailand 470329 $2,547,495 2004 Import Thailand Indonesia 470329 $3,023,912 2005 Export Indonesia Thailand 470329 $2,617,673 2005 Import Thailand Indonesia 470329 $2,563,035 2006 Export Indonesia Thailand 470329 $1,797,998 2006 Import Thailand Indonesia 470329 $532,003 2007 Export Indonesia Thailand 470329 $2,104,194 2007 Import Thailand Indonesia 470329 $2,398,833

Page 84: Exspor Impor

67

Lampiran 38 data Ekspor Indonesia denganUSA, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Periode Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value Periode

Trade

Flow Reporter Partner Code Trade Value

1993 Export Indonesia Viet Nam 470329 $1,523,842 2000 Import Viet Nam Indonesia 470329 $655,000 1994 Export Indonesia Viet Nam 470329 $4,387,561 2001 Import Viet Nam Indonesia 470329 $4,086,267 1995 Export Indonesia Viet Nam 470329 $7,342,802 2002 Import Viet Nam Indonesia 470329 $375,139 1996 Export Indonesia Viet Nam 470329 $6,486,328 2003 Import Viet Nam Indonesia 470329 $3,474,551 1997 Export Indonesia Viet Nam 470329 $11,113,268 2004 Import Viet Nam Indonesia 470329 $8,761,805 1998 Export Indonesia Viet Nam 470329 $6,923,925 2005 Import Viet Nam Indonesia 470329 $5,938,100 1999 Export Indonesia Viet Nam 470329 $2,962,511 2006 Import Viet Nam Indonesia 470329 $4,505,311 2000 Export Indonesia Viet Nam 470329 $2,800,853 2007 Import Viet Nam Indonesia 470329 $8,244,416 2001 Export Indonesia Viet Nam 470329 $3,331,391 2008 Import Viet Nam Indonesia 470329 $8,762,105 2002 Export Indonesia Viet Nam 470329 $941,234 2003 Export Indonesia Viet Nam 470329 $12,895,962 2004 Export Indonesia Viet Nam 470329 $21,293,669 2005 Export Indonesia Viet Nam 470329 $14,368,558 2006 Export Indonesia Viet Nam 470329 $14,602,373 2007 Export Indonesia Viet Nam 470329 $8,533,858 2008 Export Indonesia Viet Nam 470329 $17,838,465

Page 85: Exspor Impor

68

B. Hasil uji t-berpasangan Negara Maju Lampiran 23 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Amerika komoditi Plywood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2 Mean 244927451 306008626.4 Variance 1.20417E+16 6.75367E+15 Observations 18 18 Pearson Correlation 0.970933142 Hypothesized Mean Difference 0 df 17

t Stat -

7.233539244 P(T<=t) one-tail 6.99087E-07 t Critical one-tail 1.33337939 P(T<=t) two-tail 1.39817E-06 t Critical two-tail 1.739606716

Lampiran 24 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Australia komoditi Plywood, veneer panel and similar laminated wood Variable 1 Variable 2

Mean 16349334.48 18592857.71 Variance 3.14068E+13 4.04587E+13 Observations 21 21 Pearson Correlation 0.905222116 Hypothesized Mean Difference 0 df 20 t Stat -3.797579682 P(T<=t) one-tail 0.000564441 t Critical one-tail 1.325340707 P(T<=t) two-tail 0.001128881 t Critical two-tail 1.724718218

Page 86: Exspor Impor

69

Lampiran 25 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Cina komoditi Plywood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2

Mean 184958586 272037288.6 Variance 2.99452E+16 1.88381E+16

Observations 17 17 Pearson Correlation 0.874777015 Hypothesized Mean Difference 0

df 16 t Stat -4.222585983 P(T<=t) one-tail 0.000323604

t Critical one-tail 1.336757167 P(T<=t) two-tail 0.000647207 t Critical two-tail 1.745883669

Lampiran 26 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Italy komoditi Plywood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2 Mean 9308556.375 8356138.75 Variance 1.70204E+13 2.54332E+13 Observations 16 16 Pearson Correlation 0.54824884 Hypothesized Mean Difference 0 Df 15 t Stat 0.859638472 P(T<=t) one-tail 0.201759181 t Critical one-tail 1.340605608 P(T<=t) two-tail 0.403518362

t Critical two-tail 1.753050325

Page 87: Exspor Impor

70

Lampiran 27 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Germany komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2 Mean 37675734.06 56047657.11 Variance 1.8694E+14 5.39773E+14 Observations 18 18 Pearson Correlation 0.187775757 Hypothesized Mean Difference 0 df 17 t Stat -3.16262451 P(T<=t) one-tail 0.002843336 t Critical one-tail 1.33337939 P(T<=t) two-tail 0.005686671 t Critical two-tail 1.739606716

Lampiran 28 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Jepang komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2

Mean 903105278.3 1062165852

Variance 1.07977E+17 1.02929E+17

Observations 20 20

Pearson Correlation 0.964783853

Hypothesized Mean Difference 0

df 19

t Stat -8.221745567

P(T<=t) one-tail 5.56979E-08

t Critical one-tail 1.327728209

P(T<=t) two-tail 1.11396E-07

t Critical two-tail 1.729132792

Page 88: Exspor Impor

71

Lampiran 29 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Canada, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2

Mean 7576812.5 19459599 Variance 2.11509E+13 3.8975E+13 Observations 20 20 Pearson Correlation 0.877459453 Hypothesized Mean Difference 0 df 19 t Stat -17.02818816 P(T<=t) one-tail 2.89972E-13 t Critical one-tail 1.327728209 P(T<=t) two-tail 5.79944E-13 t Critical two-tail 1.729132792

Lampiran 30 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Prancis, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2

Mean 12457647.13 26605399 Variance 7.55375E+13 2.04038E+14 Observations 16 16 Pearson Correlation 0.888397283 Hypothesized Mean Difference 0 df 15 t Stat -7.368041867 P(T<=t) one-tail 1.16824E-06 t Critical one-tail 1.340605608 P(T<=t) two-tail 2.33649E-06

t Critical two-tail 1.753050325

Page 89: Exspor Impor

72

Lampiran 31 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan USA, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2 Mean 8035337.667 7831385.444 Variance 6.08058E+13 8.30724E+13 Observations 9 9 Pearson Correlation 0.926371961 Hypothesized Mean Difference 0 df 8 t Stat 0.175179279 P(T<=t) one-tail 0.432645674 t Critical one-tail 1.39681531 P(T<=t) two-tail 0.865291349

t Critical two-tail 1.859548033

Lampiran 32 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Australia, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2 Mean 8573975.417 10204290.83 Variance 5.68728E+13 1.07361E+14 Observations 12 12 Pearson Correlation 0.933998881 Hypothesized Mean Difference 0 df 11 t Stat -1.321358358 P(T<=t) one-tail 0.106603279 t Critical one-tail 1.363430318 P(T<=t) two-tail 0.213206559

t Critical two-tail 1.795884814

Page 90: Exspor Impor

73

Lampiran 33 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Cina, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2

Mean 279824931.9 372063075.6 Variance 3.75693E+16 7.07698E+16 Observations 17 17 Pearson Correlation 0.912579461 Hypothesized Mean Difference 0 df 16 t Stat -3.188338859 P(T<=t) one-tail 0.002858029 t Critical one-tail 1.336757167 P(T<=t) two-tail 0.005716058 t Critical two-tail 1.745883669

Lampiran 34 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Italy, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2

Mean 38576855.33 38733723.8 Variance 2.20056E+14 2.41876E+14 Observations 15 15 Pearson Correlation 0.721133632 Hypothesized Mean Difference 0 df 14 t Stat -0.053452504 P(T<=t) one-tail 0.479063316 t Critical one-tail 1.345030375 P(T<=t) two-tail 0.958126632

t Critical two-tail 1.761310115

Page 91: Exspor Impor

74

Lampiran 35 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Germany, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2

Mean 5078619.375 13019255.5 Variance 2.96137E+13 3.82617E+13 Observations 8 8 Pearson Correlation 0.088825316 Hypothesized Mean Difference 0 df 7 t Stat -2.854769828 P(T<=t) one-tail 0.012260218 t Critical one-tail 1.414923928 P(T<=t) two-tail 0.024520435 t Critical two-tail 1.894578604

Lampiran 36 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Japan, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2

Mean 41623967.65 48700436.47 Variance 6.41847E+14 1.04737E+15 Observations 17 17 Pearson Correlation 0.812731062 Hypothesized Mean Difference 0 df 16 t Stat -1.54532575 P(T<=t) one-tail 0.070907744 t Critical one-tail 1.336757167 P(T<=t) two-tail 0.141815489 t Critical two-tail 1.745883669

Page 92: Exspor Impor

75

Lampiran 37 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Prancis, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2

Mean 14920263.93 28298700.79 Variance 9.66E+13 2.75708E+14

Observations 14 14

Pearson Correlation 0.87007938

Hypothesized Mean Difference 0 df 13

t Stat -5.326512157

P(T<=t) one-tail 6.87191E-05

t Critical one-tail 1.350171289 P(T<=t) two-tail 0.000137438

t Critical two-tail 1.770933383

Lampiran 38 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan USA, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2 Mean 13466366.47 12981474 Variance 3.43777E+14 2.90924E+14 Observations 17 17 Pearson Correlation 0.958726435 Hypothesized Mean Difference 0 df 16 t Stat 0.375751986 P(T<=t) one-tail 0.35601826 t Critical one-tail 1.336757167 P(T<=t) two-tail 0.712036519 t Critical two-tail 1.745883669

Page 93: Exspor Impor

76

Lampiran 39 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Australia, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2 Mean 1277411.053 1954239.842 Variance 1.35279E+12 7.41488E+12 Observations 19 19 Pearson Correlation 0.666730493 Hypothesized Mean Difference 0 df 18 t Stat -1.383938762 P(T<=t) one-tail 0.091649378 t Critical one-tail 1.330390944 P(T<=t) two-tail 0.183298756

t Critical two-tail 1.734063592

Lampiran 40 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Cina, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2 Mean 318525083.6 349889841.2 Variance 1.67463E+17 1.89931E+17 Observations 17 17 Pearson Correlation 0.997057105 Hypothesized Mean Difference 0 df 16 t Stat -3.085501436 P(T<=t) one-tail 0.003545984 t Critical one-tail 1.336757167 P(T<=t) two-tail 0.007091967 t Critical two-tail 1.745883669

Page 94: Exspor Impor

77

Lampiran 41 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Germany, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2

Mean 95385235.35 139552573.4 Variance 9.12646E+15 1.09182E+16 Observations 17 17 Pearson Correlation 0.963967151 Hypothesized Mean Difference 0 df 16 t Stat -6.439991715 P(T<=t) one-tail 4.08539E-06 t Critical one-tail 1.336757167 P(T<=t) two-tail 8.17078E-06 t Critical two-tail 1.745883669

Lampiran 42 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Japan, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2

Mean 3244926.875 2296728.875 Variance 7.62025E+12 9.06693E+12 Observations 16 16 Pearson Correlation 0.616532098 Hypothesized Mean Difference 0 df 15 t Stat 1.494832594 P(T<=t) one-tail 0.077848493 t Critical one-tail 1.340605608 P(T<=t) two-tail 0.155696985 t Critical two-tail 1.753050325

Page 95: Exspor Impor

78

Lampiran 43 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Canada, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2

Mean 1580131.091 2278720 Variance 1.98576E+12 5.19096E+12 Observations 11 11 Pearson Correlation 0.949151291 Hypothesized Mean Difference 0 df 10 t Stat -2.227416816 P(T<=t) one-tail 0.025030621 t Critical one-tail 1.372183641 P(T<=t) two-tail 0.050061242

t Critical two-tail 1.812461102

Lampiran 44 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Prancis, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2

Mean 2495640.286 25992106.93 Variance 1.16803E+13 1.13529E+15 Observations 14 14 Pearson Correlation 0.662997688 Hypothesized Mean Difference 0 df 13 t Stat -2.788128007 P(T<=t) one-tail 0.007687551 t Critical one-tail 1.350171289 P(T<=t) two-tail 0.015375101

t Critical two-tail 1.770933383

Page 96: Exspor Impor

79

C. Hasil Uji t-berpasangan Negara Berkembang Lampiran 45 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Bangladesh, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2

Mean 76066.57143 167952 Variance 5037758268 28666260582 Observations 7 7 Pearson Correlation 0.551034309 Hypothesized Mean Difference 0 df 6 t Stat -1.69957602 P(T<=t) one-tail 0.070060823 t Critical one-tail 1.439755747 P(T<=t) two-tail 0.140121645 t Critical two-tail 1.943180274

Lampiran 46 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Filiphina, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2

Mean 828675.4545 1150676.091 Variance 5.74843E+11 2.06059E+12 Observations 11 11 Pearson Correlation 0.95547019 Hypothesized Mean Difference 0 df 10 t Stat -1.432684482 P(T<=t) one-tail 0.091229633 t Critical one-tail 1.372183641 P(T<=t) two-tail 0.182459267 t Critical two-tail 1.812461102

Page 97: Exspor Impor

80

Lampiran 47 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan India, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2 Mean 2601829.211 1837176.526 Variance 3.90086E+12 2.25482E+12 Observations 19 19 Pearson Correlation 0.85231028 Hypothesized Mean Difference 0 df 18 t Stat 3.177668233 P(T<=t) one-tail 0.002606028 t Critical one-tail 1.330390944 P(T<=t) two-tail 0.005212055 t Critical two-tail 1.734063592

Lampiran 48 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Malaysia, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2 Mean 6462049.5 2611371.45 Variance 3.17353E+13 5.96619E+12 Observations 20 20 Pearson Correlation 0.438395319 Hypothesized Mean Difference 0 df 19 t Stat 3.401106633 P(T<=t) one-tail 0.001498478 t Critical one-tail 1.327728209 P(T<=t) two-tail 0.002996956

t Critical two-tail 1.729132792

Page 98: Exspor Impor

81

Lampiran 49 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Pakistan, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2 Mean 34322.33333 47486.83333 Variance 761357106.3 1577856769 Observations 6 6 Pearson Correlation -0.414330406 Hypothesized Mean Difference 0 df 5 t Stat -0.565858593 P(T<=t) one-tail 0.297970032 t Critical one-tail 1.475884037 P(T<=t) two-tail 0.595940064 t Critical two-tail 2.015048372

Lampiran 50 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Sri Lanka, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2

Mean 415819.5455 1793824.636 Variance 1.45524E+11 4.64805E+12 Observations 11 11 Pearson Correlation -0.026428401 Hypothesized Mean Difference 0 df 10 t Stat -2.07805543 P(T<=t) one-tail 0.032203811 t Critical one-tail 1.372183641 P(T<=t) two-tail 0.064407623

t Critical two-tail 1.812461102

Page 99: Exspor Impor

82

Lampiran 51 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Thailand, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2 Mean 6337297.95 6442966.35 Variance 2.13039E+13 2.12362E+13 Observations 20 20 Pearson Correlation 0.971513955 Hypothesized Mean Difference 0 df 19 t Stat -0.429275084 P(T<=t) one-tail 0.336275694 t Critical one-tail 1.327728209 P(T<=t) two-tail 0.672551388 t Critical two-tail 1.729132792

Lampiran 52 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Vietnam, komoditi Ply wood, veneer panel and similar laminated wood

Variable 1 Variable 2 Mean 1569963.5 292577 Variance 1.58008E+12 94085517985 Observations 8 8 Pearson Correlation 0.243458692 Hypothesized Mean Difference 0 df 7 t Stat 2.963439308 P(T<=t) one-tail 0.01050115 t Critical one-tail 1.414923928 P(T<=t) two-tail 0.021002299 t Critical two-tail 1.894578604

Page 100: Exspor Impor

83

Lampiran 53 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Bangladesh, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2

Mean 2453897.692 2455181.769 Variance 8.53981E+12 7.73914E+12 Observations 13 13 Pearson Correlation 0.898294917 Hypothesized Mean Difference 0 df 12 t Stat -0.003579063 P(T<=t) one-tail 0.498601569 t Critical one-tail 1.356217334 P(T<=t) two-tail 0.997203139 t Critical two-tail 1.782287548

Lampiran 54 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Filiphina, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2 Mean 6644081.625 1318624.875 Variance 5.04871E+13 1.0856E+12 Observations 8 8 Pearson Correlation 0.203093184 Hypothesized Mean Difference 0 df 7 t Stat 2.161411655 P(T<=t) one-tail 0.033733582 t Critical one-tail 1.414923928 P(T<=t) two-tail 0.067467163 t Critical two-tail 1.894578604

Page 101: Exspor Impor

84

Lampiran 55 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan India, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached Variable 1 Variable 2

Mean 25328639.17 27684831.22

Variance 4.68726E+14 5.6864E+14

Observations 18 18

Pearson Correlation 0.951844039 Hypothesized Mean Difference 0 df 17 t Stat -1.353524031 P(T<=t) one-tail 0.096806243 t Critical one-tail 1.33337939 P(T<=t) two-tail 0.193612486 t Critical two-tail 1.739606716

Lampiran 56 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Malaysia, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2 Mean 2425687.188 1715624.188 Variance 5.77211E+12 4.65681E+12 Observations 16 16 Pearson Correlation 0.595146518 Hypothesized Mean Difference 0 df 15 t Stat 1.37646587 P(T<=t) one-tail 0.094439084 t Critical one-tail 1.340605608 P(T<=t) two-tail 0.188878169 t Critical two-tail 1.753050325

Page 102: Exspor Impor

85

Lampiran 57 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Sri Lanka, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2

Mean 90940 299063 Variance 160527362 21178878050 Observations 2 2 Pearson Correlation 1 Hypothesized Mean Difference 0 df 1 t Stat -2.215347114 P(T<=t) one-tail 0.134968063 t Critical one-tail 3.077683537 P(T<=t) two-tail 0.269936125 t Critical two-tail 6.313751514

Lampiran 58 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Thailand, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2 Mean 4462840.105 3807451.737 Variance 2.09268E+13 2.09232E+13 Observations 19 19 Pearson Correlation 0.949220276 Hypothesized Mean Difference 0 df 18 t Stat 1.959668005 P(T<=t) one-tail 0.032852775 t Critical one-tail 1.330390944 P(T<=t) two-tail 0.06570555 t Critical two-tail 1.734063592

Page 103: Exspor Impor

86

Lampiran 59 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Vietnam, komoditi Cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

Variable 1 Variable 2 Mean 10734040.33 4978077.111 Variance 5.16626E+13 1.04227E+13 Observations 9 9 Pearson Correlation 0.775887969 Hypothesized Mean Difference 0 df 8 t Stat 3.381533019 P(T<=t) one-tail 0.004809894 t Critical one-tail 1.39681531 P(T<=t) two-tail 0.009619788 t Critical two-tail 1.859548033

Lampiran 60 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Bangladesh, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2 Mean 86340136 162738529.9 Variance 1.03093E+16 3.51376E+16 Observations 12 12 Pearson Correlation 0.988577772 Hypothesized Mean Difference 0 df 11 t Stat -2.993470775 P(T<=t) one-tail 0.00611082 t Critical one-tail 1.363430318 P(T<=t) two-tail 0.012221639 t Critical two-tail 1.795884814

Page 104: Exspor Impor

87

Lampiran 61 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Filipina, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2 Mean 14617904.33 8241661.444 Variance 2.2982E+14 6.65864E+13 Observations 9 9 Pearson Correlation 0.753446611 Hypothesized Mean Difference 0 df 8 t Stat 1.823882178 P(T<=t) one-tail 0.052811168 t Critical one-tail 1.39681531 P(T<=t) two-tail 0.105622336 t Critical two-tail 1.859548033

Lampiran 62 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan India, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2 Mean 623953672.9 493329311.7 Variance 9.70482E+17 3.27858E+17 Observations 20 20 Pearson Correlation 0.917414295 Hypothesized Mean Difference 0 df 19 t Stat 1.138320485 P(T<=t) one-tail 0.134568591 t Critical one-tail 1.327728209 P(T<=t) two-tail 0.269137183 t Critical two-tail 1.729132792

Page 105: Exspor Impor

88

Lampiran 63 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Malaysia, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2 Mean 136186344.5 118612934.6 Variance 1.87976E+16 1.94317E+16 Observations 19 19 Pearson Correlation 0.917697143 Hypothesized Mean Difference 0 df 18 t Stat 1.364566536 P(T<=t) one-tail 0.094603457 t Critical one-tail 1.330390944 P(T<=t) two-tail 0.189206915

t Critical two-tail 1.734063592

Lampiran 64 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Pakistan, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2 Mean 318819740.7 315764148.5 Variance 2.17711E+16 1.71634E+16 Observations 6 6 Pearson Correlation 0.930643874 Hypothesized Mean Difference 0 df 5 t Stat 0.137687123 P(T<=t) one-tail 0.447930322 t Critical one-tail 1.475884037 P(T<=t) two-tail 0.895860644 t Critical two-tail 2.015048372

Page 106: Exspor Impor

89

Lampiran 65 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Sri Lanka, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2 Mean 47496358.64 11705533.64 Variance 4.63903E+15 1.28961E+14 Observations 11 11 Pearson Correlation 0.628980478 Hypothesized Mean Difference 0 df 10 t Stat 1.926912949 P(T<=t) one-tail 0.041428233 t Critical one-tail 1.372183641 P(T<=t) two-tail 0.082856466 t Critical two-tail 1.812461102

Lampiran 66 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Thailand, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2 Mean 5188250.6 5975174.2 Variance 6.31673E+13 1.03788E+14 Observations 5 5 Pearson Correlation 0.998523606 Hypothesized Mean Difference 0 df 4 t Stat -0.76752232 P(T<=t) one-tail 0.242784843 t Critical one-tail 1.533206273 P(T<=t) two-tail 0.485569687 t Critical two-tail 2.131846782

Page 107: Exspor Impor

90

Lampiran 67 Hasil Perhitungan dengan uji t-berpasangan Indonesia dengan Vietnam, komoditi Palm oil and its fraction, not chemically modified

Variable 1 Variable 2 Mean 50139692.75 52518961.88 Variance 3.92892E+15 4.81207E+15 Observations 8 8 Pearson Correlation 0.997235173 Hypothesized Mean Difference 0 df 7 t Stat -0.811484873 P(T<=t) one-tail 0.22190036 t Critical one-tail 1.414923928 P(T<=t) two-tail 0.443800721 t Critical two-tail 1.894578604