analisis strategi inovasi dan perubahan merk...
TRANSCRIPT
ANALISIS STRATEGI INOVASI DAN PERUBAHAN MERK
PADA INDUSTRI PENYIARAN
(STUDI KASUS TvOne)
Nurul Aisyah Utami
Dr. Sri Hermawati
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat
ABSTRAK
Penulisan ilmiah ini dimaksudkan untuk mengetahui strategi inovasi yang digunakan oleh TvOne untuk meningkatkan rating share yang diperolehnya. Selain itu juga, mengetahui dampak perubahan merk yang dilakukan oleh Lativi menjadi TvOne. Penulis menggunakan Uji Wilcoxon untuk melihat perubahan yang terjadi setelah dilakukannya inovasi, dan menggunakan metode Balanced Scorecard dalam hal Internal Business Process Prespective saja untuk mengetahui inovasi seperti apa yang diterapkan oleh TvOne, sehingga hasil yang diperolah hanya berupa strategi inovasi yang mempengaruhi peningkatan rating dan share dari TvOne. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa perolehan rating share TvOne yang diperoleh melalui hasil survey dari AGB Neilsen cukup baik jika dibandingkan dengan televisi berita di Indonesia. Terutama karena adanya maskot Bang One yang begitu menarik perhatian pemirsa. Sehingga rating share TvOne bisa dikatakan mampu bersaing dengan televisi berita lainnya. Selain itu, perubahan merk yang telah dilakukan memberikan dampak yang positif dengan perubahan yang signifikan, dimana semakin meningkatnya jumlah responden yang menyatakan lebih menyukai program acara yang disajikan TvOne daripada Lativi.
Kata kunci : Strategi Inovasi, Perubahan Merk, Studi Kasus TvOne
ANALYSIS OF INNOVATION STRATEGY
AND RE-BRANDING IN BROADCAST INDUSTRY
(Study Case of TvOne)
Nurul Aisyah Utami
Dr. Sri Hermawati
Fakulty of Economy, Gunadarma University
Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, West Java
ABSTRACT
This research is done intended to determine the innovation strategy are used by TvOne to his gained rating and share. In addition, knowing the impact of re-branding are made by Lativi to TvOne. The author uses Wilcoxon test to see the changes occur after innovation, and using Balanced Scorecard method in terms of the Internal Business Process Prespective only to find out what kind of innovations implemented by TvOne, so the results obtained only in the form of innovation strategies that affect increase in rating and share of TvOne. From the results of research, it is known that the acquisition of shares TvOne rating obtained through a survey of AGB Neilsen quite good, when it compared with other news TV in Indonesia. Mainly, because of the mascot Bang One who is so attracted the attention of viewers. So TvOne’s rating share could be said to compete with other television news. In addition, the re-branding have been made brands that have a positive impact with a significant change, where the increasing number of respondents who expressed preference programs presented TvOne than Lativi. Key words: Innovation Strategy, Re-branding, Case Studies of TvOne
PENDAHULUAN
Televisi mulai diperkenalkan pada
masyarakat umum sejak 1930-an di
Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia.
Pecahnya Perang Dunia II menyebabkan
kegiatan penyempurnaan televisi siaran
terhambat. Kegiatan ini baru dilanjutkan
kembali dan televisi siaran kembali
dimunculkan kepada umum setelah perang
berakhir.
Dengan adanya pengembangan
tadi, komunikasi melalui televisi
berkembang ke seluruh dunia. Negara-
negara yang baru merdeka pada waktu itu
pun mengoperasikan televisi siaran
sebagai teknologi mutakhir. Untuk
kawasan ASEAN sendiri, Negara yang
paling awal menyelenggarakan televisi
siaran adalah Philipina. Penyelenggaraan
televisi siaran ini kemudian diikuti oleh
negara-negara ASEAN lainnya, seperti
Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Di Indonesia, kegiatan penyiaran
melalui televisi dimulai pada tahun 1962.
Penyelenggaraan televisi siaran tersebut
bertepatan dengan diselenggarakannya
Asian Games IV yang dilaksanakan di
Senayan, Jakarta. Bertepatan dengan itu
pula Televisi Republik Indonesia
ditetapkan sebagai station call hingga saat
ini. Hari pembukaan Asian Games IV ini
yang jatuh pada tanggal 14 Agustus
kemudian diperingati sebagai hari jadi
TVRI.
Penggunaan Satelit Palapa untuk
siaran televisi dan telekomunikasi
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 16 Agustus 1976. Oleh karenanya,
siaran televisi dapat menjangkau hampir
seluruh masyarakat di Indonesia hingga
sekarang ini. Sejak awal tahun 1989, di
Indonesia mulai bermunculan stasiun-
stasiun televisi selain TVRI yang bersifat
komersial. Hingga saat ini, terdapat
begitu banyak stasiun televisi komersial di
Indonesia, baik yang berskala nasional
maupun lokal. Ada sebelas stasiun televisi
nasional yang ada di Indonesia, yaitu
Cakrawala Andalas Televisi (Antv),
Global TV (GTV), Indosiar Visual
Mandiri (Indosiar), Lativi (kini tvOne),
MetroTV, Rajawali Citra Televisi
Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi
(SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia
(TPI), Televisi Transformasi Indonesia
(Trans TV), Trans 7, Televisi Republik
Indonesia (TVRI).
Dengan banyaknya stasiun
televisi komersial itu, maka muncullah
persaingan pada setiap stasiun televisi.
Dan dengan semakin tingginya persaingan
tersebut, maka akan memunculkan strategi
bisnis yang dibutuhkan oleh perusahaan
penyiaran tadi untuk bertahan.
Hampir semua media penyiaran
memanfaatkan teknologi informasi dalam
kegiatan operasionalnya. Akan tetapi
kemampuan perencanaan, pengelolaan
dan implementasi sistem dan teknologi
informasi yang dikaitkan dengan strategi
bisnis perusahaan masih kurang
diterapkan. Hal ini terlihat dari output
program siaran dari setiap stasiun TV
memilik corak dan ragam yang sama.
Diferensiasi dan inovasi produk tidak
muncul dimana antara satu stasiun dengan
stasiun lainnya menghasilkan produk yang
serupa tapi tak sama. Padahal audien
mereka terdiri dari berbagai lapisan,
budaya dan latar belakang sosial, yang
pasti mempunyai selera yang berbeda dan
ini merupakan peluang yang perlu digarap
lebih cermat.
TvOne yang sebelumnya bernama
Lativi, merupakan salah satu stasiun
televisi komersial di Indonesia pun
akhirnya melakukan inovasi dengan
menjadikan stasiun televisi itu menjadi
stasiun televisi berita. TvOne berusaha
mendapatkan pangsa psasrnya sendiri
melalui inovasi tadi untuk memenangkan
persaingan yang terjadi di dunia
penyiaran.
TINJAUAN PUSTAKA Strategi Inovasi
Strategi inovasi adalah berkaitan
dengan respon strategi perusahaan dalam
mengadopsi inovasi. Dalam penelitian-
penelitian terdahulu bermacam-macam
tipologi strategi inovasi sudah digunakan.
Menurut Freeman (1978) dalam
Hadjimanolis & Dickson (2000) yang
mengemukakan 6 penggolongan tipologi
strategi inovasi yaitu : offensive
innovation strategy, defensive, imitative
(suka meniru), dependent, traditional, dan
opportunist strategy. Penggolongan ini
berdasarkan pada kecepatan dan waktu
masuk dari perusahaan menuju area
teknologi yang baru.
Urban & Hauser (1980) dalam
Hadjimonalis & Dickson (2000)
membedakan tipologi strategi inovasi
dengan proaktif strategi, dimana
perusahaan mencoba untuk meramalkan
dan mengantisipasi perubahan lingkungan.
Tipe ini biasanya merupakan perusahaan
yang pertama melakukan inovasi (first
mover). Keunggulan yang dimiliki adalah
membangun market share dan reputasi
untuk inovasi, namun mempunyai
kelemahan karena harus mengeluarkan
biaya pengembangan yang tinggi serta
resiko investasi teknologi atau desain
yang salah. Reactive strategy adalah
perusahaan yang hanya bereaksi terhadap
permintaan konsumen dan aktivitas
pesaing, serta cenderung untuk
mengadopsi proses inovasi perusahaan
lain. Tipologi ini mirip dengan yang
dikemukakan dalam penelitian-penelitian
yang lain : inovator (investor) dan non-
innovators (taders) (Pavitt, 1986);
innovative dan innovative (Khan dan
Manopichetwattana, 1989); innovative,
quite innovative dan follows (Raymond et
al, 1995) new product atau service atau
ide inovatif dan competitive duplication
(non-inovative) (Olson & Bokor, 1995)
dalam Ciptono (2006).
Menurut Miler & Snow (1978)
dalam Hadjimonalis dan Dickson (2000)
tipologi strategi perusahaan prospector,
defender, analyzer, dan reactors yang
mewakili perilaku strategi yang lebih
umum dari perusahaan dapat juga
diadopsi untuk strategi inovasi. (Rizzoni :
1991) dalam (Hadjimonalis dan Dickson :
2000)
Perubahan Merk melalui Inovasi
Dimensi ini mengacu pada
kombinasi tentang inovasi yang dilakukan
suatu perusahaan waktu ke waktu. (Zahra
dan Das, 1993 dalam Ciptono, 2006)
mengatakan bahwa penilihannya belum
mempertimbangkan inovasi dalam
aplikasi bisnis lain yang berhubungan,
seperti teknologi informasi dan desain
organisatoris inovatif. Penelitian memusat
pada produk dan inovasi proses - suatu
fokus yang konsisten dengan hasil suatu
survei memproduksi para manajer yang
menyimpulkan yang kedua-duanya proses
dan inovasi produk adalah sebagai suatu
strategi bisnis perusahaan ( Schroeder et
al. 1986 Zahra dan Das 1993). Lebih
lanjut, yang luas tinjauan ulang literatur
Anderson et al. (1989) dalam Zahra dan
Das ( 1993) menunjukkan bahwa
memproduksi aneka pilihan managerial
yang pada umumnya memusat pada
produk dan teknologi proses yang empat
jenis inovasi ( 4P’s inovasi) :
1. Inovasi Produk, perubahan produk
atau jasa karena suatu permintaan
kepada perusahaan. Inovasi produk
mengakibatkan penciptaan dan
pengenalan tentang radikal produk
inovasi atau modifikasi (Zahra dan
Das, 1993). Inovasi produk itu dapat
penuh resiko. Mereka menyatakan
bahwa definisi kebutuhan produk
lemah, ketidakpastian teknologi,
ketiadaan pendukungan manajemen
senior, ketiadaan sumber daya, dan
proyek lemah management
implementasi dapat menghalangi
usaha pengembangan produksi baru.
Bagaimanapun, Gupta Dan Willemon
menasehati bahwa dengan
menanggulangi permasalahan kritis
ini, perusahaan dapat mengurangi
resiko operasional yang berhubungan
dengan produksi baru dan,
sesungguhnya, menciptakan suatu
competitive advantage bisa
mendukung dalam pasar mereka
(Zahra dan Das 1993). Inovasi Produk
dan jasa terus meningkat dalam hal
pembedaan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu para pemakai
spesifik. Inovasi produk dan jasa juga
mempengaruhi mutu produk dan jasa,
tetapi mempunyai suatu efek lebih
besar pada reputasi ( gambaran
merek) dan nilai atau inovatif (Tidd et
al. 2005).
2. Proses Inovasi, terjadi dalam
perjalanan di mana produk diciptakan
dan dikirimkan. Inovasi proses
memimpin ke arah metode operasi
baru dengan memproduksi baru,
memproduksi teknologi baru atau
mengembangkan kemampuan orang-
orang dalam perusahaan ( Leonard-
Barton 1991). Mereka dapat juga
membantu perusahaan mencapai
ekonomi skala atau lingkup yang
dapat digunakan untuk harga dan
biaya-biaya lebih rendah. Suatu
strategi inovasi perusahaan
terintegrasi untuk secara serempak
mempertimbangkan produk dan
inovasi proses. Ini adalah penting
sebab inovasi proses kadang-kadang
diikat ke inovasi produk. Sering suatu
produksi baru tidak bisa dihasilkan
tanpa terobosan dalam proses yang
sedang dikerjakan (Thurow 1992).
Proses inovasi bertujuan untuk
mengurangi biaya (cost leadership)
dan meningkatkan produktivitas di
dalam aktivitas supply-chain ( SC
Inovasi Proses) dan demand-chain (
DC Inovasi Proses). Inovasi proses
juga membantu meningkatkan mutu
relatif dan mengurangi biaya-biaya,
dengan demikian meningkatkan nilai
relatif produk dan jasa tersebut ( Tidd
et Al. 2005). Bersama-sama produk
inovasi dan inovasi proses
mengarahkan pertumbuhan dalam
penguasaan pasar melalui
peningkatan produktivitas dan
keandalan operasional ( Tidd et Al.
2005). Untuk mempercepat
pengintegrasian tentang
product/service dan inovasi proses
(Tidd et al, 2005) dalam Ciptono
(2006) menyatakan bahwa
perusahaan memerlukan kedua-
duanya sumber inovasi – Inovasi
Paradigma atau sumber inovasi
internal dan inovasi posisi atau
sumber inovasi eksternal.
3. Inovasi Paradigma atau sumber
inovasi internal – merupakan
perubahan mendasar dari R&D
internal usaha untuk menghasilkan
produk dan inovasi proses.
4. Memposisikan Inovasi atau sumber
eksternal inovasi – perubahan konteks
membeli, perijinan, persetujuan,
pengadaan dengan lain perusahaan,
joint-ventures dengan para penyalur,
pelanggan, dan lain perusahaan.
Zahra dan Das membantah bahwa
perusahaan menekankan sumber
inovasi berbeda. Sebagai contoh,
suatu studi new-venture perusahaan
komputer dan industri peralatan
komunikasi ( Mcdougall et al. 1992)
menunjukkan spekulasi perusahaan
sponsor menekankan pengembangan
produk dan teknologi dipatenkan. Di
dalam kontrak, spekulasi baru yang
disponsori oleh penggunaan
usahawan menjadi sumber inovasi
eksernal, seperti teknologi publik
yang dominan, dan tidak menekankan
pengembangan produk. Masing-
Masing 4P’s inovasi dapat
berlangsung sepanjang suatu proses
yang berjalan dari incremental sampai
ke perubahan radikal.
Internal Business Process Perspective
Menurut Kaplan dan Norton 1996,
dalam proses bisnis internal, manajer
harus bisa mengidentifikasi proses internal
yang penting dimana perusahaan
diharuskan melakukan dengan baik karena
proses internal tersebut mempunyai nilai-
nilai yang diinginkan konsumen dan dapat
memberikan pengembalian yang
diharapkan oleh para pemegang saham.
Tahapan dalam proses bisnis internal
meliputi:
1. Inovasi.
Inovasi yang dilakukan dalam
perusahaan biasanya dilakukan oleh
bagian riset dan pengembangan.
Dalam tahap inovasi ini tolak ukur
yang digunakan adalah besarnya
produk-produk baru, lama waktu
yang dibutuhkan untuk
mengembangan suatu produk secara
relatif jika dibandingkan perusahaan
pesaing, besarnya biaya, banyaknya
produk baru yang berhasil
dikembangkan.
2. Proses Operasi. Tahapan ini merupakan tahapan dimana
perusahaan berupaya untuk memberikan
solusi kepada para pelanggan dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Tolak ukur yang digunakan
antara lain Manufacturing Cycle
Effectiveness (MCE), tingkat kerusakan
produk pra-penjualan, banyaknya bahan
baku terbuang percuma, frekuensi
pengerjaan ulang produk sebagai akibat
terjadinya kerusakan, banyaknya
permintaan para pelanggan yang tidak
dapat dipenuhi, penyimpangan biaya
produksi aktual terhadap biaya anggaran
produksi serta tingkat efisiensi per
kegiatan produksi.
3. Proses Penyampaian Produk atau
Jasa pada Pelanggan.
Aktivitas penyampaian produk atau
jasa pada pelanggan meliputi
pengumpulan, penuimpanan dan
pendistribusian produk atau jasa serta
layanan purna jual dimana perusahaan
berupaya memberikan manfaat
tambahan kepada pelanggan yang
telalh membeli produknya seperti
layanan pemeliharaan produk,
layanan perbakan kerusakan, layanan
penggantian suku cadang, dan
perbaikan pembayaran.
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Dalam penulisan ini, penulis
mengambil objek penelitian mengenai
TvOne, yaitu suatu perusahaan
pertelevisian swasta Indonesia yang
bergerak dalam bidang televisi berita.
TvOne (sebelumnya bernama Lativi)
adalah sebuah stasiun televisi swasta
Indonesia. Stasiun televisi ini didirikan
pada tanggal 9 Agustus 2002 oleh
pengusaha Abdul Latief. Pada saat itu,
konsep penyusunan acaranya adalah
banyak menonjolkan masalah yang berbau
klenik, erotisme, berita kriminalitas dan
beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak
tahun 2006, sebagian sahamnya juga
dimiliki oleh Grup Bakrie yang juga
memiliki Stasiun Televisi antv. Pada
tanggal 14 Februari 2008, Lativi secara
resmi berganti nama menjadi tvOne,
dengan komposisi 70 persen berita,
sisanya gabungan program olahraga dan
hiburan.
Data atau Variabel
Dalam penulisan kali ini, penulis
menggunakan data sekunder dari
perolehan rating share yang dihitung oleh
AGB Neilsen, dan data pengaruh
perubahan merk yang didapatkan dari
penyebaran kuisioner yang dibagikan
kepada 60 responden, serta dari berbagai
literatur kepustakaan yang berhubungan
dengan strategi inovasi dan data
peningkatan rating share yang diperoleh
oleh TvOne.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk
menunjukkan sejauh mana suatu
pertanyaan pada suatu angket mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh angket tersebut. Uji validitas
ini memastikan bahwa masing-masing
pertanyaan akan terklasifikasikan pada
variabel-variabel yang telah ditetapkan
(construct validity). Apabila suatu
pertanyaan mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh angket
tersebut maka data tersebut disebut valid.
Uji reliabilitas digunakan untuk
mengukur apakah jawaban seorang
responden konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Apabila responden konsisten
dalam menjawab pertanyaan dalam
kuisioner, maka data tersebut adalah
reliabel. Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika uji statistik SPSS
memberikan nilai α > 0,50 (Ghozali,
2005).
Uji Wilcoxon
Uji Wilcoxon merupakan metode
pengujian yang memperhatikan besarnya
perbedaan yang terjadi pada pasangan
(Lativi dan TvOne), bukan hanya sekadar
pada tanda positif atau negatif saja.
HASIL PENELITIAN Rating Share dari AGB Neilsen
Gambar1: Rating Share Program News
21%
14%
20%17%
28%
Rating Share Program News
Crime
Feature
Talkshow
Hard News
Setelah melakukan inovasi dengan
mengubah Lativi menjadi TvOne, jenis
berita yang tadinya jarang dittampilkanlah
dicoba untuk lebih banyak ditayangkan.
Gambar 2 : Top 10 Program Berita
Televisi Nasional
Berdasarkan Average Number of
Audience Top Ten News Program Stasiun
Televisi Nasional menunjukkan bahwa
TvOne dengan program Breaking News
dengan jumlah pemirsa sebanyak 216
dengan indeks 48 telah mampu
menempati urutan ke-2 pemirsa terbanyak
setelah Metro Tv.
Gambar 3: Rating & Share Top 10 Program Berita Televisi Nasional
Rating Top Ten News Program
Strasiun Televisi Nasional untuk program
Breaking News dari TvOne telah
mendapatkan rating sebesar 2,5% dan
share sebesar 18,1% yang merupakan
rating dan share kedua tertinggi setelah
Metro TV.
Gambar 4: Rating Special News
Rating Special News menunjukkan
kemampuan TvOne merebut perhatian
pemirsa dengan 3 program berita yang
dimilikinya, yaitu : Apa Kabar Indonesia
malam sebesar 3,3% (peringkat 1), Kabar
Terkini sebesar 3,0% (peringkat 2), dan
60 48 15 16 34 30 45 20 28 26
363
21618416114214013112510286
050
100150200250300350400
Average Number Index of Audience
3,1 2,5 0,8 0,9 1,8 1,6 2,4 1 1,5 1,3
22,918,1
5,2 7,213,310,5
17,8
7,1 10 10,2
05
10152025
Rating (%) Share (%)
31,5 1,7 2
3,3
0
5
Kabar Terkini
(TvOne)
Breaking News
(Metro TV)
Headline News
(Metro TV)
Breaking News
(TvOne)
Apa Kabar Indonesia
Malam (TvOne)
Rating
Rating
Breaking news sebesar 2,0% (peringkat 3)
dari stasiun televisi yang ada di Indonesia.
Gambar 5 : Rating Hard News
Rating Hard News yang diperoleh
TvOne sebesar 1,8% tertinggi
dibandingkan program Hard News pada
stasiun televisi berita nasional lainnya,
dengan program berita Kabar Petang.
Dimana hasil tersebut di atas
menunjukkan bahwa TvOne telah mampu
bersaing dengan stasiun televisi berita
Metro TV untuk mencapai rating dan
share yang baik, yaitu telah mampu
menempati posisi kedua setelah Metro
TV dengan program Kabar Petang dengan
rating share yang melebihi program
Metro TV lainnya.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Dari hasil perhitungan SPSS,
diketahui bahwa item-item pertanyaan
untuk mengetahui dampak perubahan
merk terhadap persepsi responden adalah
valid.
Dari data hasil perhitungan
melalui SPSS, dari kuisioner yang akan
disebarkan kepada responden didapakan
hasil yang reliabel dengan perolehan α =
0,806 lebih besar dari 0,60.
Profil Responden
Dari sumber data mengenai latar
belakang responden, maka responden
yang melakukan pengisian kuisioner ini
rata-rata memiliki tingkat pendidikan
sarjana, dengan pekerjaan rata-rata
sebagai PNS dan pendapatan rata-rata
antara Rp. 2.000.000 sampai Rp.
4.000.000 per bulan.
Uji Wilcoxon
Dari uji Wilcoxon di atas, dapat
diperhatikan bahwa dari 60 orang
responden, ada 51 orang responden yang
memberikan nilai positif. Artinya, strategi
inovasi yang dilakukan oleh Lativi dengan
melakukan perubahan merk menjadi
TvOne sanggup menarik perhatian
pemirsa untuk menyaksikan program
acara yang disajikan. Lalu pada bagian
statistics test menunjukkan hasil uji
wilcoxon dan sign test, menunjukkan
nilai significancy 0,000 (p < 0,05).
1,8
0,7
1,3
1,6
0,6
0
0,5
1
1,5
2
Kabar Petang (TvOne)
Metro Pagi (Metro TV)
Headline News
(Metro TV)
Metro This Week
(Metro TV)
Metro Malam
(Metro TV)
Rating
Rating
Dengan demikian disimpulkan bahwa
nilai Ho ditolak. Sehingga strategi inovasi
yang diterapkan melalui perubahan merk
dari Lativi menjadi TvOne memberi
pengaruh yang signifikan bagi pemirsa
untuk menyaksikan program acara dari
TvOne.
Ho ditolak
-5 0 5
Karena nilai z adalah sebesar -5,
950 pada uji wilcoxon yang artinya nilai
output z < nilai statistik tabel ( sebesar
1623,50) maka Ho ditolak. Artinya,
strategi inovasi yang diterapkan oleh
Lativi dengan melakukan perubahan merk
menjadi TvOne memberikan perubahan
yang signifikan.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis, maka dapat
menjawab beberapa pertanyaan yang telah
dibuat sebagai tujuan dari penelitian ini,
yaitu :
1. Strategi inovasi yang dilakukan oleh
TvOne untuk meraih rating share
adalah dengan :
a. Melakukan perubahan logo
b. Orientasi program yang semula
lebih dititikberatkan pada hiburan
(Lativi) berubah menjadi berita
(TvOne), namun disisipi dengan
olahraga dan hiburan sehingga
mengesankan program berita yang
disajikan cukup ringan. Selain itu,
adanya program Kabar Petang
yang menampilkan bentuk
pemberitaan yang belum pernah
ditampilkan oleh stasiun televisi
lainnya, yaitu menghadirkan secara
langsung berita-berita dari Biro
Pusat –Jakarta-- dan beberapa Biro
Daerah (Medan, Surabaya,
Makassar) dengan bobot
pemberitaan yang berimbang antar
semua Biro.
c. Dimunculkannya maskot Bang
One yang pengisi suaranya adalah
salah satu wartawan senior, Karni
Ilyas. Hal ini semakin menjadikan
berita yang disampaikan, serta
wawancara dengan narasumber
terkesan ringan namn berisi.
2. Strategi inovasi yang dilakukan oleh
tvOne memberikan perubahan yang
signifikan, seperti yang telah
ditunjukkan oleh hasil dari uji
wilcoxon yang telah dilakukan dari
kuisioner yang dibagikan kepada 60
orang responden. Selain itu, dari hasil
presentase setiap item yang diberikan
kepada responden menunjukkan
bahwa responden lebih tertarik
menyaksikan program acara yang
ditayangkan oleh TvOne, juga
program acara yang disajikan pun
lebih bermanfaat untuk ditonton..
Dengan demikian, perubahan merk
yang dilakukan oleh TvOne memberi
pengaruh cukup besar kepada pemirsa
untuk menyaksikan program acara
TvOne.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Sri. 1999. Ekonomi Mikro, Edisi Ke-2. Yogyakarta : BDFE Yogyakarta.
Afuah, A. 2003. Innovation
Management: Strategies Implementation, and Profits Edisi ke-2. New Yor Oxford : University Press Inc
Budiarto, Teguh. 1993. Dasar Pemasaran. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Ciptono. W. S. 2006. A Sequential Model Of Innovation Strategy-Company Non-Financial Performance Links. Gajah Mada International journal of Bussiness, Vol. 8 No. 2 Hal 137-178
Cravens, David. W. 1996. Pemasarasan
Strategi, Edisi ke-4, Jilid 1 Yogyakarta : Penerbit Erlangga
Fuad, M ; dkk. 2005. Pengantar Bisnis,
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Ghozali, Imam. 2008. Model Persamaan
Strucktural Konsep dan Aplikasi dengan Peogram Amos 16. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadjimonalis, Anthanasios., Keith
Dickson. 2000. Innovation Strategies of SMEs in Cyprus, A Small Developing Country. International Small Business Journal Vol. 18 No. 4 Page : 62-79
Hasan, Ali. 2008. Marketing. Jakarta : MedPress (Anggota IKAPI) Julianto, Heppy. 2000. Mengukur
Kepuasan Pelanggan. Manajemen No. 138 (Februari) Hal : 34-35
Kaplan, R. and D. Norton. 1996. The
Balanced Scorecard : Translating Vision into Action. Boston : Harvard Business School Press.
Saleh, Muhammad. 2008. Analisis Strategi Inovasi dan Dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus : KM Manufaktur di Kota Semarang). Tesis, Universitas Diponegoro. Semarang
Singgih, Moses L. dkk. 2001. Pengukuran
Analisa Kinerja dengan Metode Balanced Scorecarddi PT X. Jurnal Teknik Industri Vol 1 No. 2, Desember 2001.Hal : 48-56
Sunarto, Agus & Zina A. Hasibuan. 2010.
Model Perencanaan Strategi Sistem Informasi pada Industri Penyiaran Televisi dengan Pendekatan Blue Ocean Strategi dan Balanced Scorecard. Jurnal Teknik Industri UI. Vol. 3 No. 2. Hal : 30-68
Soetjipto, Budi W. 1997. “EVA : Fakta
dan Permasalahan”. Jakarta : Usahawan No. 4 Tahun XXVI Hal : 14-15
Tidd, J., J. Besant and k. Pavitt. 2005.
Managing Innovations Integrating Technological, Market and Organiztional Change Edisi ke-3. Southern Gate, Chichester, England : Jhon Wiley and Sons.
Wahyudi, Agustinus Sri.1996.
Manajemen Strategik. Jakarta : Binaputra Aksara
Zahra, S.A., dan S. R. Das. 1993. Innovation Strategy and Financial Performance in manufacturing companies: An empirical Study. Production and Operations Management 2 Vol. I (Winter) Page : 15-37