analisis semiotik foto ibadah haji pada rubrik...

103
ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK RANA HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh ZAKI AHMAD THOHIR NIM: 109051100016 KONSENTRASI JURNALISTIK KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2013 M  

Upload: vankiet

Post on 02-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK RANA HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

ZAKI AHMAD THOHIR NIM: 109051100016

KONSENTRASI JURNALISTIK KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 H/ 2013 M

 

Page 2: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

 

Page 3: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

 

Page 4: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

 

Page 5: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

i

ABSTRAK

Zaki Ahmad Thohir

Analisis Semiotik Foto Ibadah Haji pada Rubrik Rana Harian Republika Oktober 2012

Komunikasi merupakan aktifitas setiap makhluk sosial yang tidak dapat dielakkan keberadaannya. Setiap makhluk hidup terlebih manusia membutuhkan komunikasi sebagai sarana berbagi informasi serta berita dari satu manusia ke manusia lain. Informasi ataupun berita yang disebarlusakan melalui beragam media sebagai alat bantunya, mulai dari mulut ke mulut perseorangan, media elektronik, media cetak hingga media berbasis satelit. Kesemua media yang digunakan tentunya berdasarkan kebutuhan dari manusia sebagai penerima maupun pemberi informasi.

Salah satu media sebagai penyebar informasi yaitu koran. Pada koran ataupun harian umum terdapat beragam informasi maupun berita yang disajikan, mulai dari berita berbasis politik, hukum dan kriminal, hingga berita sederhana mengenai kehidupan keseharian dari para pembaca. Selain itu, terdapat pula foto berita sebagai pelengkap terhadap suatu informasi yang sedang dikuak pada hari itu. Keberadaan foto berita dalam suatu media cetak merupakan suatu hal yang sangat membantu para pembaca dalam memahami suatu kasus.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat foto berita sebagai kajian untuk diteliti. Penulis menggunakan kajian semiotik Roland Barthes dalam membedah tiga foto mengenai ibadah haji yang terdapat pada rubrik rana di harian Republika tanggal 27 Oktober 2012. Penulis merumuskan pertanyaan yang berkaitan dengan objek yang diteliti yaitu: apakah makna Denotasi, Konotasi serta Mitos dalam tiga foto mengenai ibadah haji?

Untuk mendapatkan data dan hasil yang sempurna dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif yakni berupa pengamatan yang mendalam terhadap isi pesan yang disampaikan dengan menjabarkan isi pesan tersebut secara mendalam dan apa adanya. Berdasarkan kajian analisis yang digunakan yakni semiotik Roland Barthes serta metode kualitatif deskriptif sebagai landasan pijak, penulis berharap dapat membedah objek kajian dengan maksimal.

Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa tiga foto yang dijadikan objek penelitian berada di lokasi Padang Arafah. Arafah merupakan lokasi dimana dilaksanakan inti dari ibadah haji, yakni wukuf pada tanggal 9 Zulhijjah. Segala macam ibadah yang baik dapat dilakukan ketika berwukuf, mulai dari ibadah yang berlandaskan hubungan manusia dengan Allah (hablumminalloh) seperti shalat, hingga ibadah yang berlandaskan hubungan manusia satu dengan manusia lainnya (hablumminannas) seperti sikap saling tolong menolong, kasih sayang hingga menanamkan rasa persatuan di antara sesama jamaah haji.

 

Page 6: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji serta syukur kehadirat Allah

SWT, sang pemberi kehidupan, kekuatan dan kemampuan dalam diri ini.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,

semoga kita semua termasuk dalam golongannya hingga akhir zaman nanti, amin.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu

baik dalam hal materi maupun doa. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Wakil Dekan (Wadek) I Drs. Wahidin Saputra, MA, Wadek

II Drs. H. Mahmud Jalal, MA, Wadek III Drs. Study Rizal LK, MA.

2. Rubiyanah, MA dan Ade Rina, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan

Konsentrasi Jurnalistik.

3. Dr. Suhaimi, M.Si sebagai dosen pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan

mengenai penyusunan skripsi ini hingga akhir.

4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah mendidik dan

memberi ilmu sarat manfaat kepada penulis selama menempuh

pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga penulis dapat

mengamalkan ilmu yang telah Bapak/Ibu berikan dengan baik.

 

Page 7: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

iii

5. Perpustakaan Utama (PU) UIN Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas buku-buku yang dijadikan referensi

dalam penelitian skripsi ini.

6. Almarhum Ayah terkasih dan Mama tercinta, semoga Allah membalas

segala hal yang telah engkau berikan selama ini baik dalam hal materi

maupun dukungan doa untuk penulis. Robbigh firli waliwa lidayya

warhamhuma kama robbayani shoghira, amiiiin...

7. Kakak-kakak, abang-abang, adek-adek semua yang ada di rumah,

terimakasih tak terhingga untuk segalanya yang sudah penulis terima dari

kalian semua. Selain itu, untuk sanak saudara semua terimakasih banyak

untuk dukungan dan sentilan-sentilan yang diberikan agar cepat

terselesainya skripsi ini.

8. Teman-teman seangkatan yaitu prodi Jurnalistik tahun angkatan 2009,

khususnya dari kelas A. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis tidak

menyebutkan satu persatu, namun penulis harap tidak mengurangi rasa

cinta dan kasih sayang kepada teman-teman semua.

9. Para sedulur penulis dibidang fotografi dan juga dibidang burung kicau,

terimakasih karena telah membuat penulis terlena dengan dua hal tersebut,

terlebih dengan burung kicau sehingga skripsi ini sedikit terganggu

penyelesainnya, hehehe.

10. Para teman-teman semua yang telah meminjamkan bukunya serta telah

berbagi pengalaman dalam hal penulisan skripsi ini.

Terakhir dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf

atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Dan untuk semua

saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan untuk

 

Page 8: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

iv

perbaikan di masa mendatang, selain itu besar harapan penulis agar

skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.

Jakarta, September 2013

Zaki Ahmad Thohir

 

Page 9: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6

1. Tujuan Penelitian .........................................................................6 2. Manfaat Penelitian .......................................................................6

D. Kajian Pustaka .............................................................................. 7 E. Metode Penelitian ......................................................................... 8 1. Pendekatan Penelitian ............................................................... 8 2. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................. 9 3. Teknik Sampling Data ....................................................................... 9 4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 10 5. Teknik Analisis Data ....................................................................... 11 6. Pedoman Penulisan .......................................................................... 12 F. Sistematika Penulisan .................................................................. 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Semiotika.. .................................................................................. 14 1. Pengertian Semiotika .................................................................14 2. Semiologi Roland Barthes..........................................................20 B. Fotografi .........................................................................................27 1. Pengertian Fotografi ...................................................................27 2. Sejarah Perkembangan Fotografi ..............................................32 3. Foto Berita. . ...............................................................................39 C. Ibadah Haji ................................................................................. 47 1. Pengertian Ibadah Haji............................................................ 47 2. Latar Belakang Ibadah Haji .................................................... 50 3. Waktu Ibadah Haji .................................................................. 51 4. Syarat, Rukun, dan Wajib Haji ............................................... 52 5. Ihram........ .................................................................................54

BAB III PROFIL HARIAN REPUBLIKA A. Sejarah dan Perkembangan Harian Republika ........... .............................56 B. Motto serta Visi dan Misi Harian Republika ......................................... 59 1. Motto Harian Umum Republika. ............. ...........................................59 2. Visi Harian Umum Republika ............. ...............................................60 3. Misi Harian Umum Republika.... ............ ...........................................61

 

Page 10: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

vi

C. Target Audiens ..................................................................................... 62 D. Struktur Redaksi Harian Republika ....................................................... 63

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Foto Pertama dengan Judul “Shalat Berjamaah” .................................. 64 1. Makna Denotasi ................................................................................ 65 2. Makna Konotasi ............................................................................... 65 3. Makna Mitos......... ................. ..............................................................68 B. Foto Kedua dengan Judul “Menuju Puncak”.. ............ ............................69 1. Makna Denotasi... ............... ................................................................70 2. Makna Konotasi .............. ...................................................................71 3. Makna Mitos.. ............... .....................................................................72 C. Foto Ketiga dengan Judul “Menuju Arafah”.. ............ .............................74 1. Makna Denotasi... ............... ................................................................75 2. Makna Konotasi......... .........................................................................75 3. Makna Mitos... .............. .....................................................................78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 80 1. Makna Denotasi...... ............... .............................................................80 2. Makna Konotasi... .............. ................................................................80 3. Makna Mitos .............. ........................................................................81 B. Saran ................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

 

Page 11: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta tanda Roland Barthes ...........................................................21 Gambar 2 Foto dengan judul “Shalat Berjamaah” ........................................64 Gambar 3 Foto dengan judul “Menuju Puncak” ...........................................69 Gambar 4 Foto dengan judul “Menuju Arafah” ............................................74

 

Page 12: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktifitas keseharian setiap makhuk sosial di muka

bumi ini. Kegiatan komunikasi tersebut berguna untuk menyebarluaskan

informasi dari satu pihak kepada pihak lain. Komunikasi pun erat kaitannya

dengan media komunikasi yang berperan menyebarluaskan informasi dari

komunikator kepada komunikan. Keterlibatan media komunikasi sangat

mempengaruhi mutu dari informasi yang diterima oleh khalayak umum.

Keberadaan jurnalistik sebagai disiplin ilmu tidak dapat dipisahkan dari

aktivitas komunikasi. Pada masa global seperti sekarang ini, jurnalistik dipandang

menjadi salah satu elemen yang memiliki kekuatan komunikasi. Sejatinya,

jurnalistik seperti dua sisi mata uang. Keduanya dapat menjadikan masyarakat

lebih mudah dalam memperoleh informasi. Jurnalistik dan komunikasi pun

memiliki peran yang sama penting. Sekalipun sebagian kalangan menempatkan

jurnalistik menjadi bagian dari komunikasi, namun secara substansial, jurnalistik

dan komunikasi memiliki kesetaraan. Jurnalistik dan komunikasi memiliki unsur-

unsur pokok yang sama, yaitu (a) harus ada sumber, (b) harus ada pesan, dan (c)

harus ada tujuan.1

Suatu pemberitaan yang disajikan pada surat kabar terdiri dari berita

tertulis maupun foto berita. Keberadaan foto berita memberi suasana lain terhadap

suatu berita yang disajikan. Tidak ubahnya berita tertulis, foto berita memiliki

1 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Pustaka, 2010), h. 1.

 

Page 13: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

2 daya pikat tersendiri bagi khalayak pembaca surat kabar. Kehadiran foto berita

senantiasa melengkapi suatu artikel berita tertulis yang disajikan dan dibungkus

berdasarkan peristiwa yang sedang hangat dibicarakan di khalayak umum.

Terkadang khalayak lebih menikmati tampilan foto yang disajikan dalam berita

tersebut, ketimbang artikel berita yang menyertainya. Atas dasar hal tersebut,

keberadaan foto berita merupakan suatu hal yang penting dalam suatu berita

tertulis.

Istilah fotografi pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan Inggris,

Sir John Herscell pada tahun 1839. Kata fotografi (Inggris: Photography;

Belanda: Fotografic) berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata phos yang artinya

cahaya dan graph yang berarti menulis atau menggambar. Jadi secara harfiah,

fotografi berarti menggambar dengan bantuan cahaya.2

Secara harfiah fotografi memiliki makna mencatat atau melukis dengan

sinar atau cahaya. Pada awalnya fotografi dikenal dengan lukisan matahari, karena

pada saat itu sinar matahari yang digunakan untuk menghasilkan gambar. Saat

ini, fotografi telah melekat erat dengan fungsi komunikasinya dan model ekspresi

visual yang menyentuh kethidupan manusia diberbagai bidang.3

Selain itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fotografi

merupakan seni dan proses penghasilan gambar melalui cahaya pada film atau

permukaan yang dipekakan.4 Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan

fotografi merupakan kegiatan menghentikan waktu untuk merekam, menangkap

2 M. Mudaris, Jurnalistik Foto, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro,

1996), h. 7. 3 Agus Rusmana, Tanya Jawab Dasar-Dasar Fotografi, (Bandung: Penerbit Armico,

1981), h. 1. 4 Griand Giwanda, Panduan Praktis Belajar Fotografi, (Jakarta: Puspa Swara, 2001), h.

2.

 

Page 14: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

3

atau mengabadikan situasi tertentu melalui bantuan cahaya sebagai media untuk

menjadi wujud dimensi atau biasa disebut foto.

Jurnalistik identik dengan pers atau bidang kewartawanan, yaitu kegiatan

mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita melalui media

massa. Dari pengertian tersebut bisa diartikan jurnalistik foto adalah pengetahuan

jurnalistik yang obyeknya foto atau kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah

dan menyebarkan foto yang mengandung nilai berita melalui media massa.

Jurnalistik foto merupakan bagian dari ilmu jurnalistik (komunikasi). Jurnalistik

foto adalah "ilmunya", sedangkan foto jurnalistik adalah "hasilnya".

Foto jurnalistik adalah karya foto "biasa" tetapi memilki nilai berita atau pesan

yang "layak" untuk diketahui orang banyak dan disebarluaskan lewat media

massa.

Dalam dunia jurnalistik, foto merupakan kebutuhan yang vital, sebab foto

merupakan salah satu daya pikat bagi para pembacanya. Jurnalistik foto memiliki

syarat seperti jurnalistik tulis, yang membedakan hanyalah foto yang

menyertainya. Pada foto, peristiwa yang tidak dapat diuraikan dengan kata-kata

akan lebih mudah dicerna dengan keberadaan foto yang mendukung peristiwa

tersebut. Selain itu, foto pun dapat ditampilkan secara lebih dramatis, sehingga

tidak heran jikalau terbentuk persepsi yang berbeda di antara penikmat foto

tersebut.

Sementara Audy Mirza Alwi dalam bukunya Foto Jurnalistik

mengemukakan foto jurnalistik adalah kombinasi dari kata dan gambar yang

menghasilkan satu kesatuan komunikasi. Foto jurnalistik merupakan salah satu

 

Page 15: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

4 media penyampai berita melalui bentuk visual yang juga sebagai kombinasi dari

kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi.5

Selanjutnya menurut Wilson Hicks foto jurnalistik ialah kombinasi dari

kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan

antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya. Dilihat dari sisi

fungsinya, kata Emery, seperti halnya kata-kata, foto jurnalistik berfungsi untuk

menginformasikan (to inform), meyakinkan (to persuade), dan menghibur (to

entertain), para pemakai media tersebut. Jadi, foto itu sendiri merupakan pesan

yang dapat meyakinkan dan menghibur.6

Selain itu, Oscar Matuloh, direktur Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA)

dalam makalahnya, Suatu Pendekatan Visual Dengan Suara Hati menyebutkan,

foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti

visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas-luasnya, bahkan hingga kerak

di balik peristiwa tersebut, tentu dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Perkembangan teknologi pada fotografi dari masa ke masa sedikit banyak

membantu tersebarnya dakwah di khalayak umum. Foto jurnalistik dapat pula

dijadikan media berdakwah baik secara tersirat maupun tersurat dari hasil foto

tersebut. Melalui sebuah foto, kita dapat mensyiarkan simbol-simbol agama Islam

berdasarkan bentuk visual.

Republika sebagai koran harian yang bernafaskan Islam dalam musim

ibadah Haji 1433 H/ 2012 M ini seperti biasa memuat jurnal khusus yang diberi

nama Jurnal Haji. Jurnal ini berisikan segala hal pemberitaan mengenai ibadah

Haji jamaah Indonesia, baik saat masih di Indonesia maupun setelah berada di

5 Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 1. 6 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik, (Ciputat: PT. Logos

Wacana Ilmu, 1999), h. 120.

 

Page 16: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

5

Arab Saudi. Pada jurnal ini pun terdapat pemberitaan dalam bentuk foto beserta

caption-nya. Pembaca sangat dibantu atas keberadaan foto-foto tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian

terhadap foto berita dalam Jurnal Haji Harian Republika tanggal 27 Oktober 2012

dengan judul: “Analisis Semiotik Foto Ibadah Haji Pada Rubrik Rana Harian

Republika Oktober 2012”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penulisan dalam skripsi ini, maka perlu bagi penulis

untuk membatasi ruang lingkup dari permasalahan yang akan dibahas pada kajian

ini. Agar pembahasan dalam skripsi ini jelas dan terarah, penulis hanya akan

memfokuskan permasalahan mengenai analisis semiotik makna jurnalistik foto

sebanyak tiga foto ibadah haji pada rubrik rana harian Republika pada tanggal 27

Oktober 2012.

Berdasarkan pembatasan masalah yang tertulis di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah:

1. Apa makna denotasi foto-foto berita ibadah haji pada rubrik rana harian

Republika pada tanggal 27 Oktober 2012?

2. Apa makna konotasi foto-foto berita ibadah haji pada rubrik rana harian

Republika pada tanggal 27 Oktober 2012?

3. Apa makna mitos foto-foto berita ibadah haji pada rubrik rana harian

Republika pada tanggal 27 Oktober 2012?

 

Page 17: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

6 C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini untuk memberi pengetahuan mengenai makna

dalam foto berita pada rubrik rana harian Republika.

Tujuan khusus dari penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisa

beberapa permasalahan, antara lain sebagai berikut:

a. Mengetahui makna denotasi yang terdapat pada foto-foto berita ibadah

haji rubrik rana harian Republika pada tanggal 27 Oktober 2012.

b. Mengetahui makna konotasi yang terdapat pada foto-foto berita ibadah

haji rubrik rana harian Republika pada 27 Oktober 2012.

c. Mengetahui makna mitos yang terdapat pada foto-foto berita ibadah haji

rubrik rana harian Republika pada 27 Oktober 2012.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini untuk memperkaya kajian ilmu

komunikasi, khususnya pada bidang fotografi jurnalistik mengenai foto berita.

Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan untuk memperluas dan

memperkaya wacana pemikiran, serta dapat menjadi tambahan referensi pustaka

khususnya di Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Manfaat Praktis

i. Menambah keilmuan dan memperdalam pemahaman khususnya mengenai

semiotika beserta kaitannya dengan cabang ilmu komunikasi.

 

Page 18: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

7

ii. Memahami secara mendalam mengenai makna simbolis yang terdapat

pada foto jurnalistik.

iii. Mengembangkan kajian mengenai fotografi khususnya pada foto

jurnalistik bagi mahasiswa maupun mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

D. Kajian Pustaka

Setelah mencari informasi yang terkait dengan judul penelitian ini, yaitu

dari perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, perpustakaan

utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, serta

perpustakaan pada perguruan tinggi lainnya, penulis tidak menemukan judul yang

sama dengan penelitian ini.

Penelitian dengan subjek foto berita pernah dilakukan oleh Fatimah,

mahasiswi Jurnalistik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah,

Jakarta pada tahun 2008, dengan judul Makna Foto Berita Perjalanan Haji

(Analisis Semiotika Karya Zarqoni Maksum Pada Galeri Foto Antara.co.id).

Selain itu, terdapat pula dalam skripsi lain dengan judul Analisis Semiotik

Foto Karya Ismar Patrizki pada Pameran Foto Gaza Perkasa tahun 2010 hasil

karya Muhammad Lutfi Rahman, Analisis Semiotik Foto Daily Life Stories pada

World Press Photo 2010 hasil karya Aida Islamie, dan Makna Foto Berita tentang

Tragedi Pembagian Zakat di Pasuruan pada Kompas.com (Analisis Semiotika)

hasil karya Sandro Gatra dari Universitas IISIP tahun 2009.

 

Page 19: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

8

Keempat skripsi tersebut membahas makna dan simbol pada foto

jurnalistik dengan menggunakan analisis semiotika. Namun foto yang dianalisis

tentunya berbeda dan juga berasal dari sumber yang berbeda pula.

Karena pentingnya foto berita untuk dibahas, maka penelitian ini

digunakan untuk membahas makna yang terdapat di dalam foto berita. Terlebih

foto berita yang terkait pemberitaan masalah keislaman, di Universitas Islam

Negeri (UIN) Jakarta, khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

masih minim keberadaannya.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode yang digunakan

oleh penulis adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif

adalah penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa, dimana pada

hakikatnya metode deskriptif ini adalah mengumpulkan data-data.7

Dengan menggunakan metode deskriptif ini, maka data yang diperoleh

dari hasil penelitian dipaparkan atau digambarkan dalam sebuah tulisan ilmiah.

Analisis yang dipakai adalah analisis semiotika. Analisis semiotika bertujuan

melihat teks media sebagai sebuah struktur keseluruhan, mencari makna yang

laten atau konotasi terhadap sebuah tanda.

7 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h.

25.

 

Page 20: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

9

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sumber utama (primary source) yang

memperkaya data-data penelitian, atau semua hal yang berhubungan langsung

dengan foto-foto tersebut. Sedangkan objek penelitian ini adalah suatu hal yang

diteliti. Singkatnya yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah harian

Republika pada tanggal 27 Oktober 2012.

Selanjutnya yang menjadi objek adalah foto-foto yang terdapat dalam

rubrik jurnal haji tanggal 27 Oktober 2012. Foto-foto yang terdapat dalam rubrik

tersebut sebanyak 8 populasi. Dari 8 populasi, peneliti mengangkat tiga foto yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini.

3. Teknik Sampling Data

Dalam penarikan sample data, peneliti menggunakan teknik pengambilan

sampel yaitu purposive sampling. Teknik ini menggunakan metode penetapan

sampel dengan berdasarkan pada pertimbangan tertentu.8 Teknik ini dapat pula

diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih

dahulu jumlah sampel yang akan digunakan, kemudian pemilihan sampel

dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, tentunya tidak menyimpang

dari ciri-ciri sampel yang telah ditetapkan.

Pada penelitian ini digunakan purposive sampling, karena peneliti secara

sengaja mengambil sampel dengan maksud dan tujuan tertentu. Pemilihan sampel

foto dilakukan berdasarkan penglihatan terhadap objek penelitian yang memiliki

nilai tinggi terhadap tanda-tanda dalam fotografi. Selain itu, didasarkan pula pada

aspek momentum ketika rangkaian ibadah haji tersebut dilakukan. Sampel foto

8 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2008), hal. 85.

 

Page 21: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

10 yang menjadi objek kajian merupakan foto-foto yang menggambarkan ibadah-

ibadah yang kerap dilakukan jamaah haji ketika di Tanah Suci.

Sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam penelitian

ini, sedangkan data sekunder digunakan untuk diaplikasikan guna mempertajam

analisis data primer, yaitu sebagai pendukung dan penguat data dalam penelitian.

Data primer (primary source) dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil

foto yang telah dipilih. Terdapat 8 buah foto dalam rubrik tersebut, namun hanya

tiga foto yang dijadikan objek penelitian. Pengkerucutan dari 8 menjadi tiga foto

dengan tujuan agar tercapai maksud yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

Sedangkan data sekunder (secondary source) dalam penelitian ini

diperoleh dengan membaca referensi beberapa buku-buku, artikel, jurnal, tulisan

dari internet maupun sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Teknik pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang bertujuan unntuk mendapat data tentang

suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian

terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Observasi

berguna untuk menjelaskan dan memeriksa realitas atau gejala yang terjadi.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan cara menelaah foto-foto

mengenai ibadah haji harian Republika pada tanggal 27 Oktober 2012.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan

dalam berbagai metode pengumpulan data. Dokumentasi bertujuan untuk

 

Page 22: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

11

menggali data-data secara sistematis dan objektif untuk mendapatkan informasi

yang mendukung analisis dan interpretasi data.

c. Wawancara

Wawancara (interview) merupakan alat pengumpulan data yang sangat

penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai

subjek (pelaku atau aktor).9 Wawancara adalah salah satu faktor penting dalam

menggali informasi dari narasumber. Wawancara merupakan suatu seni

berkomunikasi dimana pewawancara dan orang yang diwawancarai mengerti apa

yang dimaksud dari masing-masing pihak.10 Dalam penelitian ini, dilakukan

wawancara mendalam (in-depth interview), yaitu wawancara yang bersifat

terstruktur dan mendetail.11

5. Teknis Analisis Data

Roland Barthes menggunakan istilah orders of signification. First order of

signification yang selanjutnya dinamakan denotasi, sedangkan second order of

signification merupakan konotasi. Tahap pertama mencakup penanda dan petanda

yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang selanjutnya dimaknai sebagai denotasi.

Kemudian dari tanda tersebut muncul pemaknaan baru, sebuah konsep mental lain

yang melekat pada tanda (penanda) tersebut. Pemaknaan baru inilah yang

kemudian berkembang menjadi konotasi.

Beranjak dari dua tahap sebelumnya, mitos merupakan produk semiologi

yang juga menelaah sistem tanda-tanda yang dimaknai manusia. Pemaknaannya

9 Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta:Lkis pelangi Aksara. 2007), h.

132. 10 wordpress.com 11 Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, h. 134.

 

Page 23: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

12 bersifat arbitrer sehingga terbuka untuk berbagai kemungkinan. Namun, dalam

kebudayaan massa (la culture de masse) konotasi terbentuk oleh kekuatan

mayoritas atau kekuasaan yang memberikan konotasi tertentu pada suatu hal,

sehingga lama kelamaan menjadi mitos.

6. Pedoman Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi karya Hamid Nasuhi yang diterbitkan

CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu penulis menyusun dengan

membagi menjadi lima bab, tiap bab terdiri dari:

Bab I pendahuluan

Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang masalah penelitian,

perumusan dan pembatasan masalah dalam penelitian, tujuan dan manfaat dari

penelitian, metodologi yang digunakan dalam penelitian, tinjauan pustaka dan

sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritis

Bab ini menjelaskan tentang pengertian analisis semiotik, ibadah haji, foto

berita dan juga foto jurnalistik.

Bab III Gambaran Umum Republika

Dalam bab ini membahas sekelumit mengenai harian Republika.

Bab IV Analisis hasil penelitian

 

Page 24: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

13

Bab ini membahas tiga foto ibadah haji mengenai makna yang terkandung

dalam rubrik jurnal haji harian Republika pada tanggal 27 Oktober 2012 dengan

menggunakan metode semiotik Roland Barthes.

Bab V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, sebagai

kesimpulan jawaban masalah yang telah dirumuskan secara singkat, kemudian

ditambah dengan saran-saran yang berkaitan dengan hasil temuan dalam

penelitian.

 

Page 25: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Semiotika

1. Pengertian Semiotika

Semiotika merupakan suatu model dari ilmu pengetahuan sosial dalam

memahami dunia yang memiliki bagian dasar yang disebut dengan tanda. Sejak

awal keberadaan semiotika ini, penelitian sastra atau sebuah pendekatan keilmuan

yang mempelajari hubungan antar tanda-tanda merupakan kajian yang utama

untuk dibahas. Tanda dapat berbentuk tulisan, gambar, maupun lambang.

Dalam semiotika terdapat dua nama tokoh besar sebagai pengembang ilmu

semiotika itu sendiri. Kedua tokoh tersebut yaitu Ferdinand de Saussure (1857-

1913) dan Charles Sander Peirce (1834-1914). Keduanya mengembangkan ilmu

semiotika dengan berlatar belakang yang berbeda dan wilayah jangkauan yang

berbeda pula. Saussure berlatar belakang ilmu linguistik dan berada di Eropa

sedangkan Peirce berlatar belakang filsafat dan berada di Amerika Serikat.

Istilah semiotika kerap digunakan bersama dengan istilah semiologi.

Istilah pertama merujuk pada sebuah disiplin ilmu sedangkan istilah kedua

merujuk pada ilmu yang terdapat di dalam disiplin tersebut. Istilah semiotika lebih

mengarah pada tradisi Saussure yang diikuti oleh Charles Sanders Pierce dan

Umberto Eco, sedangkan istilah semiologi lebih banyak dipakai oleh Barthes.

Baik semiotika maupun semiologi merupakan cabang penelitian sastra atau

sebuah pendekatan keilmuan yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda.

 

Page 26: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

15

Istilah semiotika (semiotics) merujuk pada sebuah nama yaitu Charles

Sander Peirce. Menurut Peirce yang ahli filsafah dan logika ini, penalaran

manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Selanjutnya istilah semiologi merujuk

pada nama seorang tokoh yakni Ferdinand de Saussure. Menurut Hidayat,

semiologi menurut Saussure didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan

dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda,

di belakangnya harus ada sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan

makna itu ada.1

Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani yaitu semeion yang

memiliki arti ‘tanda’. Dalam bahasa Inggris bermakna ‘sign’ yang memiliki arti

ilmu yang mempelajari sistem tanda, seperti bahasa, kode, sinyal dan lain

sebagainya. Semiotik merupakan teori dan analisis dari berbagai tanda dan

pemaknaan. Menurut Umberto Eco, tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu

yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap

mewakili sesuatu yang lain.2

Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang

mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, serta seluruh

kebudayaan sebagai tanda. Pada dasarnya, analisis semiotika merupakan sebuah

ikhtisar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu ditanyakan lebih

lanjut ketika membaca teks atau narasi wacana tertentu. Analisisnya bersifat

1 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 11. 2Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 95.

 

Page 27: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

16

paradigmatic dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang

tersembunyi di balik sebuah teks.3

Menurut Scholes, semiotika biasa didefinisikan sebagai pengkajian tanda-

tanda (the study of signs) yang pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-

kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan memandang entitas-entitas

tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna. Selanjutnya

menurut Peirce, semiotika tidak lain dari sebuah nama lain bagi logika, yaitu

“doktrin formal tentang tanda-tanda” (the formal doctrine of signs).4

Pateda mengemukakan terdapat 9 macam semiotik, yaitu:5

a. Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan mengnalisanya menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu.

b. Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat dialami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan akan turun hujan, dari dahulu hingga sekarang akan tetap saja akan seperti itu. Namun, dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

c. Semiotik faunal, yakni semiotik yang khusus memperlihatkan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia.

d. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Budaya yang terdapat dalam masyarakat yang juga merupakan sistem itu, menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang lain.

e. Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).

f. Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Alam yang tidak bersahabat dengan manusia,

3 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media,

2011), h. 5. 4 Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 3. 5 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 100-101.

 

Page 28: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

17

misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.

g. Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu-lintas.

h. Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang yang berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam dalam bahasa.

i. Semiotik strukturalis, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

Keberagaman ruang lingkup semiotika membuat sangat luas jangkauannya

sehingga akan menimbulkan kesan sebagai suatu ilmu. Dengan mendasar pada

pandangan yang dikemukakan oleh charles Morris (Morris, 1938:6 dan Levinson,

1983:1), yaitu seorang filsuf yang menaruh perhatian atas ilmu tentang tanda-

tanda, semiotika pada dasarnya terbagi dalam tiga cabang penyelidikan (branches

of inquiry), yakni sintaktik, semantik, dan pragmatik.6

1. Sintaktik atau sintaksis, yaitu suatu cabang penyelidikan semiotika yang

mengkaji “hubungan formal di antara suatu tanda dengan tanda-tanda

lain”, dengan maksud lain karena hubungan-hubungan formal ini

merupakan kaidah-kaidah yang mengendalikan tuturan dan interpretasi.

2. Semantik, yaitu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari

“hubungan di antara tanda-tanda dengan design data atau objek-objek yang

diacunya”. Bagi Morris, yang dimaksud dengan design adalah makna

tanda-tanda sebelum digunakan di dalam urutan tertentu.

3. Pragmatik, yaitu suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari

“hubungan di antara tanda-tanda dengan interpreter atau para pemakainya”

6 Anton Freddy Susanto, Semiotika Hukum dari Dekonstruksi Teks Menuju Progresivitas

Makna, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 26.

 

Page 29: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

18

– pemakaian tanda-tanda. Pragmatik secara khusus berurusan dengan

aspek-aspek komunikasi khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari

tuturan.

Selain itu, terdapat pula aliran semiotika konotasi yang dipelopori oleh

Roland Barthes. Barthes mengemukakan bahwa terdapat dua sistem pemaknaan

tanda, yakni denotasi (makna primer) dan konotasi (makna sekunder). Semiotika

jenis ini menelaah tanda tidak berdasarkan pada makna denotasi (primer),

melainkan pada makna konotasinya. Semiotika Barthes dinamakan semiotik

konotasi atas dasar untuk memberi perbedaan terhadap semiotika linguistik yang

diusung seniornya, yaitu Saussure.7

Pemikiran Saussure yang paling penting adalah pandangannya tentang

tanda. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan

pemilahan antara signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Signifiant adalah

bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa

yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signifie adalah gambaran mental,

yakni pikiran atau konsep (aspek mental) dari bahasa. Kedua unsur ini seperti dua

sisi dari sekeping mata uang atau selembar kertas.8

Atas dasar hal tersebut, tanda menurut Saussure terbagi menjadi tiga, yaitu:

a) Signifier (penanda), yaitu aspek material yang memiliki wujud dari tanda

itu sendiri.

b) Signified (petanda), yaitu pikiran atau konsep yang direpresentasikan atau

konsep mental dari penanda.

7 ST. Sunardi, Semiotika Negativa, (Yogyakarta: Kanal, 2002), h. 155. 8 Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, (Magelang: IndonesiaTera, 2001), h. 13-14.

 

Page 30: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

19

c) Hubungan antara keberadaan fisik suatu tanda dengan konsep mental

tersebut yang kemudian dinamakan sign, yaitu upaya dalam memberi

makna terhadap suatu hal.

Keberadaan Saussure tidak dapat dilepaskan begitu saja dengan kata

“strukturalisme”. Paham mengenai semiotik ini telah menjadi salah satu konsep

yang paling bermanfaat di dalam kerja dari kaum strukturalis. Dasarnya adalah

pengertian tanda, yakni segala sesuatu yang secara konvensional dapat

menggantikan atau mewakili sesuatu yang lain. Strukturalisme merupakan suatu

cara berpikir tentang dunia yang memberikan perhatian penuhnya pada persepsi

dan deskripsi suatu struktur. Struktur ini mendasarkan diri pada tiga ide, yaitu ide

tentang keseluruhan, ide tentang transformasi, dan ide tentang regulasi diri.

Secara umum, strukturalisme merupakan sebuah paham filsafat yang

memandang dunia sebagai realitas berstruktur. Peran linguistik Saussurean dalam

hal ini sangat besar (dalam membangun filsafat para strukturalis), karena

linguistik Saussurean memperkenalkan apa yang dinamakan sistem. Selanjutnya,

kaidah-kaidah linguistik ini dicoba untuk diterapkan di lapangan untuk penelitian,

yakni dengan menjadikannya semacam model yang paralel dengan realitas yang

menjadi objek-objek kajiannya.9

Strukturalisme berkembang pesat dan mempengaruhi perkembangan

semiologi juga. Tokoh-tokoh strukturalisme yang terkenal di antaranya adalah

Levi-Strauss yang mengembangkannya di bidang antropologi struktural, Jacques

Lacan di bidang psikoanalisis, Michel Foucault di bidang sejarah pengetahuan,

9 Ibid., h. 40.

 

Page 31: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

20

dan Roland Barthes di bidang kritik sastra, bahasa, dan semiologi. Selanjutnya

Roland Barthes lah yang mengembangkan semiologi yang menerbitkan karyanya

yaitu Elements of Semiology pada tahun 1968.

2. Semiologi Roland Barthes

a. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos

Roland Barthes lahir pada tahun 1915 dan berasal dari keluarga kelas

menengah Protestan di Cherbourg dan kemudian dibesarkan di Bayonne, kota

kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Perancis. Ayahnya seorang

perwira Angkatan Laut yang terbunuh dalam tugas saat usianya baru satu tahun.

Masa kecilnya dilatari oleh budaya borjuis dan ketika berusia 9 tahun dia pindah

ke Paris bersama ibunya.

Sampai pada akhirnya yaitu pada Februari 1980, saat Barthes sedang

keluar dari pertemuan makan siang dengan para politisi dan intelektual sosialis,

kemudian Barthes ditabrak oleh sebuah truk binatu saat menyeberangi jalan di

depan College de France. Setelah beberapa waktu, walaupun keadaan Barthes

telah cukup sembuh untuk menerima penjenguk, namun akhirnya Barthes wafat

empat minggu kemudian. Kematiannya makin membuat rumit karirnya karena

terjadi di pertengahan berbagai proyek yang sedang dijalaninya.10

Roland Barthes mengembangkan teori konotasi yang dimiliki masyarakat

budaya tertentu dengan mengatakan bahwa semua yang dianggap sudah wajar di

dalam suatu kebudayaan sebenarnya adalah hasil dari proses konotasi. Bila

konotasi menjadi tetap, itu akan menjadi mitos, sedangkan kalau mitos menjadi

10 Ibid., h. 48.

 

Page 32: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

21

pasti, akan menjadi ideologi. Tekanan teori tanda Barthes pada konotasi dan

mitos.11

Barthes menggunakan istilah orders of signification. First order of

signification yang selanjutnya dinamakan denotasi, sedangkan second order of

signification merupakan konotasi. Tahap pertama mencakup penanda dan petanda

yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang selanjutnya dimaknai sebagai denotasi.

Kemudian dari tanda tersebut muncul pemaknaan baru, sebuah konsep mental lain

yang melekat pada tanda (penanda) tersebut. Pemaknaan baru inilah yang

kemudian berkembang menjadi konotasi.

Gambar 1. Peta Tanda Roland Barthes

Istilah yang kerap digunakan Barthes yaitu semiologi, hal itu sejalan

dengan pemikiran gurunya, yakni Saussure. Barthes dalam karyanya

menggunakan pengembangan teori tanda de Saussure (penanda dan petanda)

sebagai upaya menjelaskan bagaimana dalam kehidupan bermasyarakat

didominasi oleh konotasi.

11 Benny H. Hoed, Semiotika & Dinamika Sosial Budaya, (Depok: Komunitas Bambu,

2011), h. 18.

Penanda Petanda

TANDA DENOTATIF

PENANDA KONOTATIF

PETANDA KONOTATIF

TANDA KONOTATIF

 

Page 33: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

22

Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna

tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi

keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi

penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penendaan dalam tataran

denotatif.12

Konotasi adalah pengembangan segi petanda (makna atau isi suatu tanda)

oleh pemakai tanda sesuai dengan sudut pandangnya. Jika konotasi sudah

menguasai masyarakat akan menjadi mitos. Barthes mencoba menjelaskan

kejadian keseharian dalam kebudayaan menjadi seperti “wajar”, padahal itu hanya

sebuah mitos, akibat konotasi yang menjadi mantap di masyarakat.

Barthes menyebutkan yang dimaksud denotasi yakni makna paling nyata

dari tanda tersebut. Selanjutnya, konotasi merupakan istilah yang digunakan

Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini mengambarkan

interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari si

pembaca maupun penikmat suatu tanda tersebut, selain itu berkaitan pula dengan

nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi memiliki makna yang subjektif atau

paling tidak intersubjektif. Singkatnya, denotasi adalah apa yang digambarkan

tanda terhadap sebuah objek, dan konotasi adalah bagaimana

menggambarkannya.13

Menyoal mitos, Levi-Strauss mengemukakan bahwa mitos adalah bahasa,

bagian dari bahasa, yang substansinya tidak terletak pada gaya, irama, ataupun

sintaksis, melainkan pada cerita yang diungkapkannya. Fungsi mitos terletak pada

12 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 69. 13 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 128.

 

Page 34: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

23

suatu tataran khusus yang di dalamnya makna-makna melepaskan diri dari

landasan yang semata-mata kebahasaan.14

Pengertian mitos menurut Barthes:

Mitos merupakan sistem semiologis, yakni sistem tanda-tanda yang dimaknai manusia. Pemaknaannya bersifat arbitrer sehingga terbuka untuk berbagai kemungkinan. Namun, dalam kebudayaan massa (la culture de masse) konotasi terbentuk oleh kekuatan mayoritas atau kekuasaan yang memberikan konotasi tertentu pada suatu hal, sehingga lama kelamaan menjadi mitos.15

Feranand Comte membagi mitos menjadi dua macam, yaitu mitos

tradisonal dan mitos modern. Mitos modern ini dibentuk oleh dan mengenal

gejala-gejala politik, olahraga, sinema, televisi dan pers. Selain itu, mitos

menurutnya adalah sistem komunikasi, sebab ia menyampaikan pesan. Maka dari

itu mitos bukanlah objek, bukan pula sebuah konsep atau gagasan, melainkan

suatu cara signifikasi terhadap suatu bentuk.16

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa denotasi

adalah tingkat penandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan

petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas yang eksplisit. Sementara

konotasi adalah tingkat penandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda

dan petanda yang didalamnya beroperasi makna yang tidak ekspisit, tidak

langsung, dan tidak pasti artinya dapat memunculkan berbagai tafsiran. Dari ini

terlihat bahwa dari tahapan denotatif yang maknanya “pasti” jika melihat

tandanya langsung, sedangkan konotatif membentuk makna yang secara khusus

dimana tergantung siapa yang melihat tanda tersebut. Terlihat pula disini bahwa

14 Kris Budiman, Semiotika Visual, h. 172. 15 Benny H. Hoed, Semiotik & Dinamika Sosial Budaya, h. 67. 16 Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Depok: UI, 2004), cet. Ke-1, h. 224.

 

Page 35: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

24

tanda apapun jika dilihat dengan orang yang berbeda maka maknanya akan

berbeda juga. Namun apabila makna tersebut bisa saja berubah dari makna khusus

menjadi makna umun lagi, sehingga dari makna-makna tersebut terciptalah mitos.

b. Semiologi Roland Barthes dalam Fotografi

Semiologi Barthes merupakan sebuah pluralitas makna dan interpretasi

dalam membedah suatu tanda. Hasil dari pembedahan tersebut acap kali terjadi

perbedaan analisis antara individu yang meneliti. Pada kenyataannya, perbedaan

itu diciptakan berdasarkan atas manusia itu sendiri dalam hal sejarah maupun

kebudayaan yang menyertainya.

Sejalan dengan pemikiran-pemikiran Barthes dalam memaknai suatu

tanda, fotografi sebagai kajian penelitian Barthes pun dimaknai secara subjektif

atau paling tidak intersubjektif. Setiap penikmat suatu foto bebas dalam memaknai

foto yang dilihat tersebut. Kesubjektifitasan itu berkaitan langsung dengan

keadaan perasaan atau emosi dari penikmat foto serta nilai-nilainya

kebudayaannya.

Menurut Seno Gumira Ajidarma dalam “Kisah Mata”, foto adalah suatu

pesan yang dibentuk oleh sumber emisi, saluran transmisi dan titik resepsi.

Struktur sebuah foto bukanlah sebuah struktur yang terisolasi, karena selalu

berada dalam komunikasi dengan struktur lain, yakni teks tertulis, judul,

keterangan, artikel, yang selalu mengiringi foto. Dengan demikian pesan

keseluruhannya dibentuk oleh ko-operasi dua struktur yang berbeda.17

Foto berita (press) adalah pesan. Pesan ini dibangun oleh beberapa

elemen, antara lain sumber pemancar pesan, saluran transmisi, dan juga pihak

17 Seno Gumira Ajidarma, Kisah Mata Fotografi, (Yogyakarta: Galang Press, 2002), h. 27.

 

Page 36: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

25

penerima. Sumber pemancar pesan dalam hal ini adalah para insan pers yang

berkarya di surat kabar atau sekelompok teknisi yang selain bertugas memfoto,

memilah, menyusun, dan mengotak-atiknya, juga bertugas memberi judul,

keterangan singkat, dan komentar. Selanjutnya saluran transmisi adalah surat

kabar itu sendiri atau wadah sebagai pengumpul foto. Sementara pihak penerima

adalah publik yang membaca surat kabar tersebut.18

Bangunan struktural foto sulit untuk berdiri sendiri. Dalam foto

sekurang-kurangnya bersetubuh dengan satu bangunan struktural lain, yakni teks

(judul, penjelasan, atau komentar). Dengan demikian, totalitas informasi

diperantai dan dihadirkan oleh dua bangunan struktural berbeda (yang salah

satunya berdimensi linguistik). Dua bangunan ini saling bahu membahu dalam

keberadaannya. Pada teks, substansi pesan dibangun oleh kata-kata, sementara

pada foto, substansi pesan dibangun oleh garis, tekstur, dan warna.

Imaji fotografis adalah analogon (turunan, salinan, kopian) yang sempurna

dari realitas dan justru kesempurnaan analogis inilah yang diterima umum sebagai

kekhasan atau kekuatan foto. Selanjutnya, imaji fotografis menyandang status

istimewa, yakni “pesan tanpa kode”. Selain itu, pesan fotografis bersifat kontinyu

yang di dalamnya terdapat kepolosan maupun ketelanjangan.19

Semua seni imitatif dalam hal ini berkaitan dengan fotografi mengandung

dua pesan, pesan pertama yaitu denotatif dan pesan kedua yaitu konotatif.

Denotatif merupakan analogon itu sendiri, yakni apa yang dihasilkan dalam

menulis dengan bahasa foto. Sementara konotatifnya adalah pandangan atau

pendirian masyarakat tentang apa yang disodorkan kepadanya. Kandungan

18 Roland Barthes, Imaji Musik Teks, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 1. 19 Ibid., h. 3

 

Page 37: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

26

konotasi ini tidak harus langsung terlihat pada foto tersebut, adakalanya bersifat

implisit, yakni sesuatu yang tidak tampak secara langsung dalam foto tersebut,

namun memiliki cukup makna tersirat yang dapat mendukung dari setiap konten

pada foto itu.

Pada tahap denotasi atau pesan lapis pertama, penggeledahan dilakukan

tidak secara mendetil. Hanya secara garis besar yang tampak secara kasat mata

dalam foto tersebut. Sedangkan tahap konotasi atau pesan lapis kedua,

penggeledahan dilakukan secara mendetil ke dalam unit-unit terkecil pada foto

tersebut. Tentunya konotasi pada tahap ini bukanlah penggeledahan secara

fotografis yang dikemukakan oleh Barthes melalui 6 prosedur penganalisaan foto,

yakni trick effect, pose, objects, photogenia, estetisme, dan sintaksis, namun lebih

pada gambaran interaksi yang terjadi ketika foto bertemu dengan perasaan atau

emosi dari penikmat foto tersebut. Selain itu, kebudayaan dalam suatu kelompok

masyarakat juga ikut memengaruhi penggeledahan pada tahap konotasi ini.

Dalam “The Photographic Message”, Barthes mengajukan tiga tahap

dalam membaca foto yang bersifat konseptual/diskursif, yaitu perseptif, konotasi

kognitif, dan etis-ideologis.20

1. Tahap Perseptif adalah tahap transformasi gambar ke kategori verbal atau

verbalisasi gambar yang bersifat imajinatif.

2. Tahap Konotasi Kognitif adalah tahap pengumpulan dan upaya

menghubungkan unsur-unsur historis dari analogon (denotasi) ke dalam

20 ST. Sunardi, Semiotika Negativa, h. 187.

 

Page 38: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

27

imajinasi paradigmatik. Dengan demikian pengetahuan kulturak sangat

menentukan.

3. Tahap Etis-Ideologis adalah tahap pengumpulan berbagai penanda yang

siap dijadikan satu dalam kalimat.

Ketiga tahap tersebut merupakan langkah-langkah konseptual atau

diskursif untuk menentukan wacana suatu foto dan ideologi atau moralitas yang

berkaitan. Dengan demikian, objektifitas pesan foto dapat diamati dan diukur.

B. Fotografi

1. Pengertian Fotografi

Sebagaimana berita maupun karya tulis, sebuah foto hadir untuk

menyampaikan suatu maksud atau kepentingan atas pesan yang ingin

disampaikan. Fotografi sebagai bagian dari media komunikasi erat kaitannya

dalam menjalankan berbagai peran untuk menciptakan suatu berita maupun

informasi yang berguna bagi khalayak umum. Sebuah foto dapat merekam suatu

kejadian maupun peristiwa yang terjadi begitu cepat dan terkadang tidak dapat

terulang kembali.

Fotografi telah menjadi sarana komunikasi yang sangat kuat nilainya serta

sebagai mode ekspresi visual yang menyentuh kehidupan manusia dalam banyak

hal. Pada dasarnya tujuan dan hakikat fotografi adalah komunikasi. Komunikasi

yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer dengan penikmatnya, yaitu

fotografer sebagai pengantar atau perekam peristiwa untuk disajikan kehadapan

khalayak ramai melalui media foto.

 

Page 39: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

28

Lahirnya fotografi tidak dapat dilepaskan dari peran fisikawan muslim

yaitu Ibnu Al-Haitham yang juga sebagai penemu dari lensa. Lensa tersebut

merupakan benda yang terbuat dari kaca yang mampu membiaskan ataupun juga

memfokuskan cahaya pada jarak tertentu.

Howard R Turner dalam bukunya “Science in Medieval Islam”

menyebutkan bahwa ilmu optik merupakan penemuan ilmiah para sarjana muslim

yang paling orisinil dan penting dalam sejarah Islam. Selain itu, Abu Ali Al-

Hasan Ibnu Al-Haitham yang lahir di Basra, Persia (965-1039M), tercatat dalam

sejarah dunia sebagai Bapak Ilmu Optik.21

Berawal dari Ibnu Haitham pada abad ke-10 Masehi yang sedang dalam

perjalanan mengembara, kemudian dia melihat bayangan yang terproyeksi dari

lubang kecil ke dalam tendanya. Kejadian tersebut merupakan cikal bakal lahirnya

kamera obscura (kamar gelap) yang merupakan prototipe dari kamera yang kita

kenal sekarang ini.

Dalam buku “The History of Photography” karya Alma Davenport (1991),

disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang lelaki

kebangsaan Cina bernama Mo Ti telah mengamati sebuah gejala fotografi serupa

dengan apa yang dialami oleh Ibnu Al-Haitham tersebut.22

Istilah fotografi pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan Inggris,

Sir John Herscell pada tahun 1839. Kata fotografi (Inggris: Photography;

Belanda: Fotografic) berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata phos yang artinya

21 Ferry Irawan, Dunia dalam Bingkai, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 3. 22 Ibid., h. 5.

 

Page 40: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

29

cahaya dan graph yang berarti menulis atau menggambar. Jadi secara harfiah,

fotografi berarti menggambar dengan bantuan cahaya.23

Secara harfiah fotografi memiliki makna mencatat atau melukis dengan

sinar atau cahaya. Pada awalnya fotografi dikenal dengan lukisan matahari, karena

pada saat itu sinar matahari yang digunakan untuk menghasilkan gambar. Saat

ini, fotografi telah melekat erat dengan fungsi komunikasinya dan model ekspresi

visual yang menyentuh kethidupan manusia diberbagai bidang.24

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, fotografi merupakan seni dan

proses penghasilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang

dipekakan.25

Foto adalah suatu pesan yang dibentuk oleh sumber emisi, saluran

transmisi dan titik resepsi. Struktur sebuah foto bukanlah sebuah struktur yang

terisolasi, karena selalu berada dalam komunikasi dengan struktur lain, yakni teks

tertulis, judul, keterangan, maupun artikel yang selalu mengiringi foto tersebut.

Dengan demikian, pesan keseluruhan dibentuk oleh kooperasi dua struktur yang

berbeda.26

Menurut Suleiman:

Fotografi (photography) adalah pekerjaan membuat gambar dengan cahaya ke atas bidang yang peka terhadap cahaya dan seterusnya

23 M. Mudaris, Jurnalistik Foto, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro,

1996), h. 7. 24 Agus Rusmana, Tanya Jawab Dasar-Dasar Fotografi, (Bandung: Penerbit Armico,

1981), h. 1. 25 Griand Giwanda, Panduan Praktis Belajar Fotografi, (Jakarta: Puspa Swara, 2001), h.

2. 26 Ajidarma Gumira Seno, Kisah Mata Fotografi, (Yogyakarta: Galang Press, 2002), h.

27.

 

Page 41: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

30

menetapkan gambar itu dengan bahan kimia. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan hal yang tersebut di atas seperti mencetak foto, membesarkan gambarnya dan lain-lain.27

Selain itu, peranan foto menurut Soelarko adalah:

Untuk dapat menangkap sebuah makna sesuatu foto, kita perlu meresapkan isi ceritanya (picture content) apakah mendukung suatu ‘message’, yang ingin disampaikan oleh pemotretnya kepada pengamat foto. Memahami isi berita suatu foto umumnya tidak begitu sulit, dengan adanya caption atau keterangan singkat dari peristiwanya, dan dimana serta kejadian itu terjadi. Tetapi peristiwa itu sendiri dapat mengandung lambang, yang memancarkan di luar konteks tempat dan waktu, hingga berlaku bagi zamannya.28

Foto menurut The World Book Dictionary, gambar yang dibuat dengan

kamera foto adalah hasil dari kekuatan cahaya sinar yang dipantulkan oleh benda

yang masuk melalui lensa kamera ke dalam film dan menyebar di atas permukaan

cermin, kertas, seluloida atau metal.29

Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk

menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya

yang mengenai objek foto tersebut pada media yang peka terhadap cahaya. Alat

paling populer dan biasa digunakan untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.

Jadi dapat dikatakan bahwa bila tidak terdapat cahaya, maka tidak ada foto yang

bisa dihasilkan.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan fotografi merupakan

kegiatan menghentikan waktu untuk merekam, menangkap atau mengabadikan

situasi tertentu melalui bantuan cahaya sebagai media untuk menjadi wujud

27 Amir Hamzah Suleiman, Petunjuk Untuk Memotret, (Jakarta: PT. Gramedia, 1977), h. 1.

28 R.M Soelarko, Pengantar Foto Jurnalistik, (Bandung: PT. Karya Nusantara, 1985),h. 204.

29 Clarence L. Barnhart, The Wolrd Book Dictionary, (Chicago: Field Enterprises Education Corporation, 1972), h. 1553.

 

Page 42: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

31

dimensi atau biasa disebut foto. Melalui bantuan bahan yang peka terhadap

cahaya (kertas dan film) mengubahnya menjadi monochrome (hitam putih)

ataupun berwarna foto tersebut dapat terproses dengan baik. Jadi, sebuah foto

merupakan gambaran terhadap suatu peristiwa yang didapatkan dari satu atau

serangkaian gerak.

Fotografi pun erat kaitannya dengan bidang seni rupa, selain dikarenakan

arti harfiahnya yaitu melukis atau menulis dengan cahaya, juga dalam proses

perekaman momentum dalam satu bingkai (frame) terdapat suatu cita rasa estetis

dari si fotografer yang khas dan erat kaitannya dengan nilai seni. Nilai seni

tersebut tidak lepas dari hasrat yang terkandung ketika si pemotret mengeksekusi

sebuah karya fotografi.

Henry Cartier-Bresson, seorang pelukis dan fotografer kebangsaan

Perancis yang juga mendirikan sebuah agen foto Internasional yang bernama

Magnum Photo, mengemukakan teori dalam fotografi yang terkenal yaitu

dessesive moment. Teori tersebut mengatakan bahwa saat mata, hati dan pikiran

melebur ketika menekan shutter kamera (tombol untuk menangkap objek) untuk

merekam sebuah objek. Dalam hal ini, selain penguasaan teknis operasional

kamera secara tepat, juga dibutuhkan sentuhan nilai estetis ketika menyusun

komposisi yang baik untuk menghasilkan sebuah karya foto yang bernilai seni

tinggi.

 

Page 43: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

32

2. Sejarah Perkembangan Fotografi

a. Sejarah Fotografi di Dunia

Berawal dari peristiwa masuknya cahaya ke sebuah lobang yang terdapat

pada tenda fisikawan Irak yang bernama Ibnu Al-Haitham ketika dia berkelana ke

suatu tempat. Berkas cahaya tersebut memproyeksikan bayangan yang terdapat di

dalam tenda tersebut. Proses yang terjadi tanpa di konstruksi sebelumnya ini

menjadi awal lahirnya kamera obskura.

Keberadaan kamera pada awalnya memiliki bobot yang besar yaitu

berupa kamar yang cukup besar serta kedap terhadap cahaya. Pada salah satu

sisinya di bagian tengah terdapat lubang kecil seukuran jarum atau dikenal dengan

pin hole yang berfungsi sebagai tempat untuk masuknya cahaya sehingga

terproyeksi pada bidang lain di sisi lainnya. Selain ukuran kamera yang cukup

besar, kamera ini pun memiliki hasil akhir yang kurang jelas dan terkesan samar,

sehingga keberadaan kamera ini kurang diminati pada zamannya. Di sisi lain,

keberadaan kamera ini untuk mempermudah proses menggambar yang masih

dilakukan secara manual.

Selanjutnya seorang pelukis maestro dan juga ilmuwan yaitu Leonardo Da

Vinci yang namanya terkenal hingga kini karena menciptakan lukisan yang

fenomenal dan bernilai seni tinggi, sekitar pada akhir abad ke-15 Da Vinci

menggambar rincian sistem kerja alat yang menjadi asal muasal kata “kamera”

dan mulai menyempurnaknnya. Terdapat pengembangan secara signifikan

terhadap sistem kamera yang telah ada sebelumnya. Pada saat itu pengembangan

 

Page 44: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

33

teknologi yang dilakukan yaitu penerapan sistem refleksi dan penggunaan lensa

sederhana yang berguna untuk memproyeksikan cahaya sebagai objek foto.

Cahaya yang masuk ke dalam kotak kemudian dipantulkan oleh cermin ke kain

tipis sebagai wadah penyimpan gambar yang terletak di atas permukaan kotak.

Kamera hasil temuan Da Vinci ini belum menggunakan proses kimiawi sebagai

media penghasil gambar, karena kamera ini hanyalah alat bantu bagi pelukis

naturalis dan realis untuk membuat sketsa lukisan.30

Beranjak dari tangan seorang maestro lukis, kemudian perlahan namun

pasti teknologi kamera mulai berkembang dibeberapa alat penunjang fotografi.

Penemuan lensa pada tahun 1550 dan sistem cetak dengan proses kimiawi pada

era 1826-1835 pun membawa teknologi fotografi sampai pada tahapan moderen.

Penyempurnaan kamera hingga sampai pada teknologi yang kita kenal saat

ini melalui proses yang panjang. Fotografi moderen kian diminati dibanding

fotografi pada saat awal kamera ditemukan dahulu. Tercatat dua nama tokoh besar

sebagai Bapak fotografi moderen, yaitu William Henry Fox Talbot (1800-1877)

dari Inggris yang memperkenalkan proses negatif-positif yang diberi nama proses

“Calotype” atau “Talbotype” – yang kita kenal sekarang ini dengan film.31

Kemudian Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) seorang perancang

panggung yang juga pelukis asal Perancis yang mengembangkan emulsi basahnya

yang diberi nama proses “Daguerreotype”.32

30 Darmawan, Dunia dalam Bingkai, h. 5. 31 Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2007), h. 61. 32 Ibid., h. 63.

 

Page 45: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

34

Sejarah mencatat foto pertama di dunia yaitu hasil eksperimen karya

seorang seorang veteran Perancis yang bernama Joseph Nicephore Niepce pada

tahun 1826. Dia menggunakan kamera obskura dan plat logam yang dilapisi aspal

Bitumen Judea untuk memotret pemandangan dari jendela rumahnya yang

memakan waktu dalam menangkap gambar hingga 8 jam. Kemudian proses

temuannya ini diberi nama “Heliogravure” dan karya fotonya diberi judul “View

from the Window at Le Gras” yang dinobatkan sebagai foto pertama di dunia ini.

Kini karya tersebut tersimpan di University of Texas, Austin, Amerika Serikat.33

b. Sejarah Fotografi di Indonesia

Pada awalnya fotografi di Indonesia hanya digunakan oleh para ilmuwan

dari negara-negara kolonial sebagai pelengkap data yang berfungsi untuk memberi

gambaran visual secara jelas kehidupan masyarakat dari bangsa yang akan mereka

jajah. Melalui gambaran visual, data tentang potensi dan kondisi geografis tanah

jajahan terlihat lebih rinci.

Tercatat pada tahun 1841, Juarian Munich seorang pegawai kesehatan

Belanda mendapat perintah dari kementerian kolonial untuk berlayar ke Batavia

(Jakarta) dengan membawa daguerreotype. Tujuam dari berlayar tersebut guna

untuk mengabadikan tanaman-tanaman serta mengumpulkan informasi mengenai

kondisi alam di daerah tersebut.

Melalui peran dari kaum kolonialisme yang menjajah Indonesia pada saat

itu, fotografi mulai masuk seiring dengan pesatnya kedatangan bangsa asing untuk

33 Darmawan, Dunia dalam Bingkai, h. 6.

 

Page 46: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

35

menguasai Indonesia. Walaupun keberadaan fotografi di Indonesia sudah cukup

lama, namun pada masa penjajahan sedikit fotografer lokal yang lahir. Hal

tersebut dikarenakan kolonial Belanda tidak mempercayai proses pemotretan pada

penduduk Indonesia. Selain itu, pada saat tersebut harga kamera terbilang mahal,

sehingga penduduk asli Indonesia sulit untuk memilikinya.

Fotografer pribumi pertama yang tercatat dalam sejarah yaitu Kasian

Cephas. Pria kelahiran Yogyakarta, 15 Februari 1844 ini adalah penduduk asli

Indonesia yang diangkat sebagai anak oleh pasangan berkewarganegaraan

Belanda yaitu Adrianus Schalk dan Eta Philipina Kreeft. Setelah diangkat sebagai

anaknya, kemudian Cephas disekolahkan di Belanda. Setelah beberapa lama,

Cephas hadir di dunia fotografi dan direkrut sebagai fotografer Keraton

Yogyakarta pada era Sri Sultan Hamengkubuwono ke-VII. Foto tertua Cephas

yang ditemukan adalah karyanya yang dibuat pada tahun 1875.

Masuknya Jepang pada tahun 1942 merupakan periode baru dalam sejarah

perkembangan fotografi di Indonesia. Jepang yang menduduki Kantor Berita

Antara pada masa penjajahannya kemudian mengganti nama Kantor Berita Antara

menjadi Domei. Penguasaan Kantor Berita Antara membawa dampak banyak

warga Indonesia yang dilatih dalam hal pemberitaan, dalam hal ini terkait masalah

fotografi. Pelatihan tersebut tidak lain dan tidak bukan bertujuan untuk kebutuhan

propaganda dari Jepang itu sendiri.

Begitu banyak tipe kamera yang diproduksi dari negara Jepang membawa

angin segar dalam kepemilikan kamera. Kamera mulai dimiliki oleh penduduk

 

Page 47: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

36

pribumi, walaupun harganya masih terbilang mahal namun sudah membumi di

Indonesia pada saat itu.

Kemunculan kakak beradik yang bernama Alex Mendur dan Frans Mendur

membawa perkembangan fotografi Indonesia ke arah yang lebih pesat. Mereka

berdua mulai merintis serta memposisikan fotografer pribumi sejajar dengan

fotografer dari bangsa lain. Mendur bersaudara ini memilih untuk berindependen

dalam menciptakan karya fotografinya. Banyak karya foto dari kakak beradik ini

yang bertemakan Indonesia pada saat merdeka.

c. Aliran dalam Fotografi

Foto merupakan sinonim potret. Arti harfiahnya ialah gambar yang dibuat

dengan kamera dan peralatan fotografi lainnya. Fotografi dapat menjadi media

komunikasi. Foto harus dibedakan menjadi banyak kategori dengan tujuan untuk

mempermudah pembuatan dan pemanfaatannya, sesuai dengan standar kualitas

bagi masing-masing keperluan.34

Aliran fotografi dalam hal ini bukanlah penganut paham tertentu,

melainkan menilik fotografi dari ragam dan karakternya, serta penggunaan dari

foto tersebut diperuntukan. Dilihat dari jenis-jenis foto yang berkembang, terdapat

karakter menonjol dan khas yang dapat terpantau secara kasat mata serta

membedakan jenis foto tertentu dengan jenis lainnya, hal ini dikarenakan oleh

kayanya ragam dalam kajian seni visual yang telah diawali oleh kaka kandung

fotografi, yaitu seni lukis.

34 F. Rahardi, Panduan Lengkap Menulis Artikel, Features, (Depok: Kawan Pustaka,

2006), h. 83.

 

Page 48: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

37

Terdapat beberapa aliran dalam fotografi, antara lain:

1. Fine Art Photography

Fine Art dikenal juga dengan aliran fotografi seni murni. Karena

merupakan sebuah karya seni, maka tidak terdapat aturan baku dalam

aliran ini. Perkembangannya mengikuti arus perubahan budaya seni yang

sedang berkembang. Jika dilihat dari subjek fotonya pun beragam dan tak

terbatas, nilainya sangat erat dengan subjektivitas sang fotografer.

2. Landscape Photography

Landscape photography merupakan salah satu aliran foto yang

paling populer. Ragam foto yang menampilkan keindahan alam ini banyak

diminati, karena foto pemandangan alam (landscape) mudah dicerna dan

dinikmati oleh berbagai kalangan.

3. Portraiture Photography

Foto portraiture menampilkan manusia sebagai subjek utamanya.

Poin utama dari aliran foto ini adalah kemampuannya untuk

menggambarkan karakter seseorang dalam sebuah gambar. Terkadang foto

portraiture tampil dengan natural, namun karakter tokoh utamanya tetap

nampak secara jelas.

 

Page 49: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

38

4. Documentary Photography

Foto dokumenter merupakan cikal bakal dari keberadaan fotografi

pada saat ini. Fungsinya sebagai pencatat berbagai hal yang penting serta

saksi visual kehidupan dan budaya suatu masyarakat merupakan tujuan

awal foto dokumenter. Kini keberadaan foto dokumenter sangat erat

kaitannya pada kehidupan masyarakat. Setiap peristiwa yang terjadi

disekeliling kita dapat segera diabadikan dengan tujuan dokumentasi.

5. Street Photography

Street photography atau fotografi jalanan merupakan aliran foto

yang berkembang seiring dengan pertumbuhan budaya akibat arus

urbanisasi. Aliran foto ini kerap menampilkan tingkah laku para pekerja di

dunia perkotaan dengan mengambil sudut pemotretan di suatu jalan.

6. Comercial Photography

Foto komersial merupakan aliran dalam fotografi yang

mengkhususkan pekerjaannya untuk bidang komersial, seperti foto iklan

maupun foto untuk suatu produk. Foto yang ditampilkan sesuai dengan

produk yang akan diikalankan dikemudian hari.

7. Still-Live Photography

Aliran fotografi ini secara khas memotret benda-benda yang mati.

Walaupun subjek fotonya merupakan benda mati, namun foto-foto yang

dihasilkan terkesan hidup. Hal tersebut berkaitan dengan keahlian

 

Page 50: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

39

fotografer dalam membuat sifat maupun karakter dari benda tersebut yang

akan ditonjolkan.

8. Wild-Life Photography

Aliran foto ini mendokumentasikan berbagai hal yang berkaitan

dengan alam bebas. Foto-foto tersebut kerap menampilkan objek yaitu

binatang-binatang liar yang ada di alam semesta ini.

9. Journalism Photography

Foto jurnalistik merupakan foto yang ditampilkan dalam surat

kabar ataupun koran. Keberadaan foto jurnalistik harus sesuai dengan

kaidah jurnalistik yang berlaku, yaitu dalam foto tersebut memuat

informasi dalam bentuk 5W+1H (what, who, when, where, why + how).

Sekalipun suatu foto tersebut tidak memuat informasi yang padat, namun

kerap ditambahkan caption maupun artikel berita untuk mendukung

informasi foto tersebut.

3. Foto Berita

Tidak ubahnya berita tertulis, foto berita memiliki daya pikat tersendiri

bagi khalayak pembaca surat kabar. Kehadiran foto berita senantiasa melengkapi

suatu artikel berita tertulis yang disajikan dan dibungkus berdasarkan peristiwa

yang sedang hangat dibicarakan di khalayak umum. Terkadang khalayak lebih

menikmati tampilan foto yang disajikan dalam berita tersebut, ketimbang artikel

 

Page 51: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

40

berita yang menyertainya. Atas dasar hal tersebut, keberadaan foto berita

merupakan suatu hal yang penting dalam suatu berita tertulis.

Foto berita menurut Arthur Rothstein ialah berita dalam bentuk gambar

secara cepat dan efisien mengenai kejadian-kejadian yang penting dan dramatis.

Tujuan foto berita dibuat untuk dipublikasikan secara single picture, langsung,

terus terang, faktual dan realistis, tentang peristiwa yang menarik perhatian

umum, tentang tokoh-tokoh terkemuka, peristiwa-peristiwa olahraga dan

sebagainya.35

Sementara Ed Zoelverdi mengemukakan bahwa foto berita ialah tidak lain

dari sebuah berita yang disajikan dalam bentuk foto. Bisa sebagai pendamping

tulisan, bisa pula secara tunggal dengan tulisan minim pendampingnya.36

Dalam suatu berita tertulis, keberadaan foto yang terkait berita tersebut

berguna sebagai pelengkap informasi bagi khalayak pembaca. Selain itu, foto

berita dapat membuat mata pembaca lebih segar karena tidak melulu disajikan

berita tertulis. Sifat foto yang dapat dicerna secara langsung tanpa harus melihat

secara detail membuat banyak pembaca koran maupun surat kabar yang tidak

harus berfikir secara mendalam utnuk memahami suatu peristiwa yang disajikan

pada suatu koran.

Foto berita yang baik memiliki keterkaitan isi dengan berita yang

ditampilkan. Elemen-elemen yang ditampilkan dalam foto berita hendaknya

mudah dipahami oleh pembaca media, sehingga tidak tercipta sikap ambigu dari

35 M. Mudaris, Jurnalistik Foto, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, 1996), h. 54-55.

36 Ed Zoelverdi, Mat Kodak, (Jakarta: PT. Temprint, 1985), h. 11.

 

Page 52: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

41

pembaca media tersebut. Sejatinya foto berita menggambarkan suatu peristiwa

dengan membungkusnya berdasarkan teori 5W 1H (what, who, when, where, why

dan how). Namun apabila foto berita tersebut kurang lengkap identitasnya, dapat

pula dibantu dengan caption ataupun naskah berita yang tersaji.

Foto berita ialah dibuat oleh seorang wartawan foto, dengan menggunakan

kamera foto, berupa gambar. Disusun berdasarkan kaidah-kaidah fotografi serta

kaidah-kaidah jurnalistik. Foto berita adalah fakta objektif karena kamera foto

tidak dapat berbohong dalam memuat gambar.37 Foto berita adalah dokumen kuat

karena pembaca akan percaya bila sudah benar-benar melihat gambarnya.

Syarat sebuah foto berita yang berhasil adalah foto berita harus mampu

menyajikan beritanya dengan kekayaan detail gambar yang dengan mudah dapat

dikenali (prinsip originalitas harus dipertahankan). Selain itu, foto berita harus

benar-benar terjadi karena bila terjadi pemalsuan dalam jangka waktu tertentu

dapat terjadi penolakan (prinsip dapat dipercaya harus diperhatikan).

Tidak dapat dipungkiri, hadirnya foto berita merupakan anak cabang dari

foto jurnalistik itu sendiri. Foto berita diatur atas dasar pakem-pakem yang diserap

dari kaidah jurnalistik yang berlaku. Singkatnya, foto berita merupakan hasil kerja

dari para pewarta foto jurnalistik dalam melaporkan mengenai peristiwa terjadi di

wilayah peliputannya.

Penemuan istilah jurnalistik foto (photojournalism) didedikasikan untuk

Cliff Edom (1907-1991), dosen Universitas Missouri Sekolah Ilmu Jurnalistik

selama 29 tahun. Edom mendirikan workshop jurnalistik foto pertamanya di

37 Ibid., h. 55-56.

 

Page 53: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

42

universitas tersebut pada tahun 1946. Adapula yang mengatakan bahwa istilah

tersebut ditemukan oleh Frank Mott, dekan di universitas yang sama, di mana dia

juga membantu mendirikan program pendidikan jurnalistik foto pada tahun

1942.38

Usia foto jurnalistik lebih muda dibanding jurnalistik tulis. Hal tersebut

dikarenakan peralatan fotografi ditemukan jauh sesudah peralatan tulis ditemukan.

Selain itu setelah fotografi ditemukan pun teknologi percetakan belum bisa

membawa foto ke surat kabar. Atas dasar hal itu, foto sebuah kejadian diberitakan

dengan cara digambar ulang dengan sketsa.

Foto jurnalistik menurut M. Mudaris ialah pengetahuan jurnalistik yang

objeknya foto. Kemudian jurnalistik foto dapat dikatakan sebagai kegiatan

mengumpulkan, menyiapkan dan menyebarkan foto melalui media massa. Foto

yang disebarkan atau dimuat di dalam media massa itulah yang disebut dengan

foto jurnalistik. Foto jurnalistik pada dasarnya merupakan foto biasa namun

bernilai jurnalistik, yaitu mengandung pesan berupa berita biasa tentang kejadian

sehari-hari (news), berita olahraga (sport) ataupun berita ringan tentang

kemanusiaan (human interest).

Selain itu, menurut Wilson Hicks foto jurnalistik ialah kombinasi dari kata

dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan

antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya. Dilihat dari sisi

fungsinya, kata Emery, seperti halnya kata-kata, foto jurnalistik berfungsi untuk

menginformasikan (to inform), meyakinkan (to persuade), dan menghibur (to

38 Darmawan, Dunia dalam Bingkai, h. 163.

 

Page 54: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

43

entertain), para pemakai media tersebut. Jadi, foto itu sendiri merupakan pesan

yang dapat meyakinkan dan menghibur.39

Dalam dunia jurnalistik, foto merupakan kebutuhan yang vital, sebab foto

merupakan salah satu daya pikat bagi para pembacanya. Jurnalistik foto memiliki

syarat seperti jurnalistik tulis, yang membedakan hanyalah foto yang

menyertainya. Pada foto, peristiwa yang tidak dapat diuraikan dengan kata-kata

akan lebih mudah dicerna dengan keberadaan foto yang mendukung peristiwa

tersebut. Selain itu, foto pun dapat ditampilkan secara lebih dramatis, sehingga

tidak heran jikalau terbentuk persepsi yang berbeda di antara penikmat foto

tersebut.

Menurut Oscar Matuloh mengenai foto jurnalistik:

Seorang jurnalis foto tidak sekedar menampilkan kekerasan dan darah tetapi juga merekam peristiwa-peristiwa di sekitar kita yang menarik untuk diabadikan. Foto jurnalistik dan foto dokumentasi mempunyai dasar yang sama, keduanya berdasarkan realitas kehidupan. Keduanya hanya dibatasi oleh suatu garis yang tipis yaitu dipublikasikan atau tidak.40

Foto jurnalistik merupakan bagian dari komunikasi massa, adapun yang

membedakan sebuah foto sehingga dapat dikategorikan sebagai hasil karya foto

jurnalistik yaitu, foto jurnalistik di dalamnya mengandung unsur-unsur berita dan

juga mencantumkan keterangan foto yang mengandung informasi 5W+1H. Frank

P. Hoy “Photojournalism The Visual Approach” menyebutkan terdapat 8 karakter

dalam foto jurnalistik, yaitu:41

39 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik, (Ciputat: PT. Logos

Wacana Ilmu, 1999), h. 120. 40 Darmawan, Dunia dalam Bingkai, h. 162. 41 Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik, (Jakarta: PT.Bumu Aksara, 2004), h.5

 

Page 55: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

44

a. Foto jurnalistik adalah kombinasi melalui foto. Komunikasi yang

dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu

subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.

b. Medium foto jurnalistik adalah media koran atau majalah, dan media kabel

atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire services).

c. Kegiatan foto jurnalistik adalah melaporkan berita.

d. Foto jurnalistik adalah panduan dari foto dan teks.

e. Foto jurnalistik merupakan hasil kerja editor foto.

f. Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian

informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan

kebebasan pers (freedom of speech ang freedom of press).

g. Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek sekaligus

pembaca foto jurnalistik.

h. Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass

audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus

segera diterima orang yang beraneka ragam.

Foto jurnalistik harus memenuhi nilai berita, nilai berita yang dimaksud

antara lain:

1. aktual,

2. kejadian luar biasa,

3. peristiwa penting,

4. mengandung unsur ketokohan,

5. bersifat universal,

6. berkaitan dengan kemanusiaan, dan

 

Page 56: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

45

7. memiliki kedekatan dengan pembaca.

World Press Photo, organisasi foto jurnalis berskala Internasional yang

kerap menjadi acuan para fotografer dunia mengkategorikan beberapa jenis foto

berita, antara lain:

a) Spot Photo

Jenis foto ini dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal. Semisal foto

bencana alam, kebakaran, kecelakaan dan lain sebagainya. Foto jenis

seperti ini harus segera disiarkan karena merupakan sesuatu yang up to

date.

b) General News Photo

Foto yang diabadikan dalam jenis foto ini yaitu peristiwa yang terjadwal,

rutin dan terkesan biasa. Temanya bisa bermacam-macam, seperti politik,

ekonomi, hukum dan humor.

c) People in The News Photo

Jenis foto ini adalah foto yang berisi mengenai orang atau masyarakat

dalam suatu berita. Pribadi atau sosok seseorang yang dianggap penting

akan hadir dalam jenis foto ini.

d) Daily Life Photo

Foto yang berisi mengenai kehidupan sehari-hari manusia yang dipandang

dari segi kemanusiaannya (human interest).

 

Page 57: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

46

e) Portrait

Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan

terkesan “narsis”. Foto tersebut ditampilkan atas dasar adanya kekhasan

pada wajah serta perawakan yang dimiliki si objek foto tersebut.

f) Sport Photo

Foto yang berisikan segalah hal mengenai peristiwa olahraga.

g) Science and Technology Photo

Foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa mengenai ilmu pengetahuan

dan juga teknologi.

h) Art and Culture Photo

Foto yang berisikan segala hal mengenai peristiwa seni dan juga budaya.

i) Social and Environment

Foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.

Untuk memenuhi kebutuhan terhadap pemberitaannya serta penyajiannya,

foto berita terbagi menjadi dua, yaitu foto tunggal (single photo) dan foto seri

(storie photo).

1) Foto Tunggal

Foto tunggal adalah foto yang memiliki informasi yang cukup lengkap dan

lugas secara visual sehingga berdiri sendiri tanpa perlu diperkuat oleh

kehadiran foto lainnya.

 

Page 58: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

47

2) Foto Seri

Foto seri merupakan rangkaian beberapa foto yang membangun sebuah

cerita. Foto seri biasanya digunakan untuk memberikan gambaran

menyeluruh dan lengkap tentang suatu peristiwa. Dalam foto seri terdapat

tiga bagian foto, yaitu:

i. Foto pembuka, berfungsi sebagai pengantar untuk memasuki suatu

cerita. Biasanya menampilkan foto yang unik dan menarik.

ii. Foto isi, adalah foto yang mengandung konten utama dari peristiwa

yang hendak diceritakan.

iii. Foto penutup, merupakan foto yang menutupi cerita tersebut. Bisa

berbentuk foto konklusi, klimaks ataupun anti klimaks peristiwa

tersebut.

C. Ibadah Haji

1. Pengertian Ibadah Haji

Ibadah haji diwajibkan Allah SWT atas setiap umat Islam yang mampu,

berdasarkan firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 97, yaitu:

و هللا على ا لنا س حج البیت من ا ستطا ع ا لیھ سبیال

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.”

Ibadah haji merupakan perintah dari Allah SWT bagi para umatnya yang

mampu untuk melakukannya. Adapun pengertian haji ialah berkunjung ke

Baitullah (Ka’bah) untuk beribadah kepada Allah SWT dengan syarat-syarat dan

 

Page 59: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

48

rukun-rukun serta beberapa kewajiban tertentu dan dilaksanakan dalam waktu

tertentu. Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima setelah mengucap dua kalimat

syahadat, sholat, puasa serta zakat.42

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian haji adalah

orang yang berziarah ke Mekah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.43

Setiap ibadah yang dilakukan umat Islam mengandung keistimewaan.

Demikian pula dengan ibadah haji ini, Allah menyebutkan keistimewaan ibadah-

ibadah tersebut secara khusus. Termasuk ibadah haji, bagi kaum muslim yang

ingin berhaji dibutuhkan usaha yang tidak ringan. Dimulai dari biaya sampai pada

faktor fisik yang harus dipersiapkan untuk melaksamakam serangkaian ibadah

haji.

Ibadah haji menjadi istimewa karena merupakan salah satu perintah Allah

yang harus dikerjakan kaum muslimin pada waktu dan tempat yang ditentukan.

Haji termasuk dari rukun Islam yang menjadi sendi agama. Bahkan ibadah haji

merupakan klimaks atau puncak dari ibadah kepada Allah. Tanpa adanya salah

satu ibadah tersebut maka akan hancurlah bangunan Islam seseorang.44

Tujuan setiap makhluk Allah dalam melakukan ibadah haji tidak lain dan

tidak bukan untuk menyembah Allah SWT, memperhambakan diri kepada-Nya,

mematuhi perintah-Nya serta semata-mata mengharap ridho Allah SWT. Namun

sering pula kita jumpai bahwa jamaah melakukan serangkaian ibadah haji hanya

42 Nasaruddin Umar, Haji dan Umrah: ibadah, ziarah, wisata, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2009), h. 2.

43 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2011), h. 160.

44 Miftah Faridl, Antar Aku ke Tanah Suci, (Jakarta: Gema Insani, 2007), h. 33.

 

Page 60: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

49

untuk mengejar gelah Haji dan kemudian menyombongkan gelar tersebut ke karib

kerabatnya. Sungguh yang demikian bukanlah hal yang diajarkan dalam agama

Islam.

Bagi umat muslim, perjalanan ibadah haji bukanlah sekedar perjalanan

ibadah fisik semata, melainkan serangkaian perjalanan spiritual yang dapat

memberi pencerahan keagamaan bagi umat muslim yang melakukannya. Tidak

heran bahwa banyak pula jamaah haji yang mendapatkan pengalaman pribadi

berbentuk nilai positif maupun negatif atas cerminan perbuatan si jamaah tersebut

di dunia ini. Selain itu, ibadah haji pun merupakan perjalanan sosial budaya

karena dalam perjalanan ini setiap jamaah dari suatu negara bertemu dengan

jamaah dari negara lain yang notebennya memiliki karakter serta budaya yang

berbeda.

Melaksanakan ibadah haji hanya wajib dilakukan sekali seumur hidup.

Ibadah haji yang kedua atau seterusnya hukumnya sunah. Akan tetapi bagi mereka

yang bernazar untuk berhaji, maka wajib baginya untuk melaksanakan haji

tersebut.

Bagi mereka yang menunaikan ibadah haji secara benar dan ikhlas karena

Allah ta’ala, ganjaran yang luar biasa pun akan didapatkannya. Seperti halnya

puasa Ramadhan, meraka yang menyandang haji mabrur akan diampuni dan

dihapuskan segala dosanya yang telah lalu serta diberi hadiah surga oleh Allah di

akhirat kelak.45

45 Ibid., h. 6.

 

Page 61: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

50

2. Latar Belakang Ibadah Haji

Penduduk Arab pada zaman jahiliah (zaman kebodohan) telah mengenal

ibadah haji ini atas warisan dari nenek moyangnya terdahulu. Akan tetapi banyak

ritual ibadah haji yang dilakukan perubahan dengan semena-mena. Perubahan

tersebut tentunya tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. Namun

bentuk umum pelaksanaan ibadah haji masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf,

dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi

dengan syariat yang sebenarnya.

Kesemua hal tersebut memang cukup di luar nalar, maklum saja karena

pada zaman tersebut manusia berlaku sesuai kemauannya sendiri, tidak heran

jikalau dinakaman zaman tersebut dengan jahiliyah atau zaman kebodohan.

Selanjutnya Islam datang untuk memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap

menjalankan segala hal yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat),

tentunya yang telah diatur dalam Alquran dan sunnah Rasul.

Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang

dilakukan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim (nabinya

agama Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilakukan oleh

umat-umat sebelum nabi Ibarahim. Kemudian ritual sa'i, yakni berlari antara bukit

Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu

kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual

istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail.

Sementara wukuf di Arafah merupakan ritual untuk mengenang tempat

 

Page 62: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

51

bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari

kelahiran seluruh umat manusia.

Ibadah haji diwajibkan sejak tahun 9 Hijriyah atau 631 Masehi, ketika

umat muslim pertama kali beribadah haji dengan Abu Bakar Assidiq sebagai

amirul hajj (ketua rombongan). Rasulullah SAW sendiri baru melakukan

serangkaian ibadah haji pada tahun berikutnya, yaitu 10 Hijriyah atau 632

Masehi.46

3. Waktu Ibadah Haji

Berbeda dengan ibadah umrah yang dapat dilakukan kapan saja, ibadah

haji memiliki waktu khusus untuk melakukannya. Waktu melaksanakan ibadah

haji telah ditetapkan oleh firman Allah SWT yaitu dalam surah Al-Baqarah ayat

189 yang berbunyi:

یسئلو نك عن االھلة قل ھي موا قیت للنا س و الحج

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji.”

Pada ayat lain yaitu surah Al-Baqarah ayat 197 disebutkan:

ا لحج اشھر معلو مت فمن فر ض فیھن الحج فال رفث و ال فسوق و ال جد ا ل في الحج

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan melaksanakan ibadah haji maka tidak boleh rafats (berkata-kata kotor), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa melaksanakan ibadah haji.”

46 Umar, Haji dan Umrah: ibadah, ziarah, wisata, h. 4.

 

Page 63: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

52

Ulama telah sependapat bahwa yang dimaksud bulan-bulan haji itu terdiri

dari bulan Syawal, bulan Zulkaidah, dan 10 hari di bulan Zulhijjah. Namun

demikian, pelaksanaan inti dari ibadah haji terletak pada bulan Zulhijjah. Pada

bulan Syawal serta bulan Zulkaidah dinamakan bulan haji dikarenakan pada bulan

tersebut prosesi keberangkatan jamaah haji telah dilakukan dari negara masing-

masing jamaah haji. Selain itu, banyak ibadah sunnah haji yang telah dapat

dilakukan semenjak jamaah haji tiba di Tanah Suci.

4. Syarat, Rukun, dan Wajib Haji

Syarat haji adalah sejumlah ketentuan yang terdapat pada diri seseorang

sehingga ia terkena kewajiban untuk beribadah haji. Syarat-syarat haji adalah:47

a. Islam

b. Baligh (dewasa)

c. Akil (berakal sehat)

d. Merdeka (bukan hamba sahaya atau budak)

e. Istitha’ah (mampu), yaitu mampu melaksanakan ibadah haji yang ditinjau

dari segi:

1. Jasmani, yaitu sehat dan kuat sehingga tidak sulit melakukan

serangkaian ibadah haji.

2. Rohani, yaitu mengetahui dan memahami manasik haji, berakal sehat,

dan memiliki kesiapan mental untuk melakukan ibadah haji dengan

perjalanan yang jauh.

47 Ibid., h. 5.

 

Page 64: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

53

3. Ekonomi, yaitu mampu membayar Biaya Penyelenggaraan Ibadah

Haji (BPIH). BPIH bukan berasal dari penjualan satu-satunya harta

yang dimiliki dan apabila dijual menyebabkan kemudaratan bagi diri

maupun keluarga. Calon haji memiliki biaya hidup bagi keluarga yang

ditinggalkan.

4. Keamanan, yaitu aman dalam perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji,

aman pula bagi keluarga serta harta benda dan juga tugas serta

tanggung jawab yang ditinggalkan.

Rukun haji merupakan perbuatan-perbuatan yang wajib dilakukan selama

dalam masa melaksanakan ibadah haji. Kesemua rukun haji harus dilaksanakan,

satu saja terdapat rukun haji yang lalai dilaksanakan maka haji tersebut tidak sah

hukumnya.

Rukun haji tersebut antara lain:

a. Ihram

b. Wukuf di Arafah

c. Tawaf (tawaf ifadah)

d. Sai antara Safa dan Marwah

e. Mencukur rambut kepala (tahalul)

f. Tertib

Wajib haji merupakan serangkaian perbuatan yang harus dilakuakan dalam

melaksanakan ibadah haji. Perbedaan antara wajib haji dan rukun haji adalah jika

terdapat perbuatan dalam wajib haji yang tertinggal, maka ibadah haji tersebut

 

Page 65: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

54

masih tetap sah secara hukum, namun orang yang meninggalkan suatu perbuatan

dalam wajib haji tersebut dikenai kewajiban membayar dam (denda).

5. Ihram

Secara bahasa, ihram bermakna mengikat atau menahan diri dari larangan-

larangan yang sebelumnya diperbolehkan. Dalam ilmu fikih, ihram berarti niat

untuk memulai mengerjakan ibadah haji atau umrah. Selama dalam keadaan ihram

seeorang diharamkan melakukan perbuatan yang sebelumnya dihalalkan. Apabila

seseorang telah mengucapkan niat haji ataupun umrah, maka pada saat itu telah

dimulai untuk melaksanakan haji atau umrah.

Terdapat tiga macam ihram, yaitu:

a. Ihram untuk haji ifrad (al-ifrad), yakni melakukan ihram untuk

mengerjakan ibadah haji terlebih dahulu. Umrah dilakukan setelah selesai

mengerjakan ibadah haji.

b. Ihram untuk haji tamatuk (at-tamattu’), yaitu niat melakukan umrah saja.

Haji dilaksanakan setelah umrah.

c. Ihram untuk haji qiran (al-qiran), yakni melaksanakan ibadah haji dan

umrah secara bersamaan.

Sunah ihram adalah memotong kuku, kumis, rambut ketiak, dan rambut

kemaluan; mandi; melakukan salat sunah ihram dua rakaat (sebelum ihram); dan

membaca talbiah, shalawat, serta istighfar (setelah ihram). Waktu untuk memulai

berihram menurut para ulama sejak tanggal 1 Syawal sampai terbit fajar pada

 

Page 66: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

55

tanggal 10 Zulhijjah. Bagi siapa yang melaksanakan ihram tidak pada tanggal

tersebut, maka tidak mendapatkan haji.

Dalam praktiknya, banyak pula ibadah-ibadah sunnah yang dapat

dilakukan ketika melaksanakan ibadah haji. Setiap ibadah haji baik yang wajib

maupun yang sunah dilakukan harus dengan benar dan ikhlas karena Allah SWT.

Kesemua itu akan menjadi faktor ibadah haji seseorang dapat diterima atau tidak

oleh Allah SWT. Puncak tertinggi yakni haji yang mabrur akan mendapat

ganjaran surga di hari akhirat kelak.

 

Page 67: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

56

BAB III

PROFIL HARIAN REPUBLIKA

A. Sejarah dan Perkembangan Harian Republika

Harian Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media massa

yang mampu membawa bangsa menjadi lebih kritis dan berkualitas serta

memberikan informasi yang dapat membuka mata khalayak secara rasional.

Bangsa tersebut yakni yang mampu sederajat dengan bangsa yang maju lainnya di

dunia ini, memegang nilai-nilai spritual sebagai perwujudan Pancasila sebagai

filasafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti yang digariskan UUD1945.

Kehendak melahirkan masyarakat seperti itu searah dengan tujuan, cita-

cita dan program Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk

pada 5 Desember 1990. Salah satu dari program ICMI yang disebarkan ke seluruh

Indonesia antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program

peningkatan 5K, yaitu kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya

dan kualitas pikir.1

Untuk mewujudkan tujuan, cita-cita serta program ICMI di atas, beberapa

tokoh pemerintah dan masyarakat yang berdedikasi serta berkomitmen pada

pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia yang juga beragama Islam,

membentuk yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini kemudian

menyusun tiga program utamanya, yaitu pengembangan Islamic Center,

pengembangan CIDES (Center for Information and Development Studies) serta

penerbitan harian umum Republika.

1 Company Profile Harian Republika

 

Page 68: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

57

Harian umum Republika berdiri di bawah Yayasan Abdi Bangsa yang

terbentuk pada 17 Agustus 1992. Pendiri yayasan ini sebanyak 48 orang, terdiri

dari beberapa mantan menteri Negara cendikiawan, tokoh masyarakat serta

pengusaha. Mereka antara lain Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, Haji Harmoko,

Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal

Bakrie, dan banyak lagi lainnya. Sedangkan Haji Muhammad Soeharto, Presiden

RI pada saat itu, berperan sebagai pelindung yayasan. Sementara Prof. Dr. Ing.

BJ. Habibie yang menjabat ketua umim ICMI pada saat itu dipercaya sebagai

ketua badan pembina yayasan Abdi Bangsa.2

Untuk mewujudkan programnya dalam menerbitkan sebuah koran harian,

pada 28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa.

Melalui proses sedemikan rupa, kemudian yayasan tersebut memperoleh SIUPP

(Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) dari Departemen Penerangan Republik

Indonesia sebagai langkah awal penerbitan Harian Umum Republika. SIUPP itu

bernomor 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992.3

PT Abdi Bangsa, penerbit Harian Umum Republika, didirikan di Jakarta

pada 28 November 1992. Perusahaan yang berada di bawah Yayasan Abdi Bangsa

ini bergerak dalam bidang usaha penerbitan dan percetakan pers. Pengelolaan

perseroan dilakukan oleh Direksi di bawah Dewan Komisaris yang anggotanya

dipilih oleh rapat umum pemegang saham. Staf direksi dalam mengelola

perseroan dibantu oleh pembina manejemen.

2 Company Profile Harian Republika 3 Company Profile Harian Republika

 

Page 69: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

58

PT Abdi Bangsa dalam upaya penggalangan dana sebagai modal untuk

mengembangkan usahanya yaitu dengan melakukan penjualan saham kepada

masyarakat. Penjualan saham dilakukan dengan cara berbeda dari kebiasaan jual

beli saham pada umumnya. Satu lembar saham hanya boleh dimiliki oleh satu

keluarga. Maka dalam menawarkan 2,9 juta lembar saham pada masyarakat,

berarti PT Abdi Bangsa akan dimiliki oleh 2,9 juta pada keluarga atau pemegang

saham.

Pencetus nama Republika sebagai harian umum yaitu Presiden Soeharto

yang pada saat itu beliau menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Gagasan

tersebut disampaikan pada saat beberapa pengurus ICMI pusat menghadap

padanya guna menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelum

tergagas nama Republika, harian umum ini akan diberi nama “Republik”.

Harian umum Republika merupakan sebuah koran harian berskala nasional

yang terlahir dari kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia.

Penerbitan koran ini merupakan upaya bagi umat khususnya para wartawan muda

yang profesional untuk menembus ketatnya izin penerbitan pada masa itu.

Keberadaan harian umum Republika pada saat itu memberi warna lain pada surat

kabar berskala nasional yang pada umumnya membahas politik, ekonomi, sosial

dan budaya tanpa melandaskan ideologi Islam.

Harian umum Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993. Pada masa

penerbitan perdana ini sebetulnya sangat sulit untuk mendapatkan izin

menerbitkan harian umum atau koran, namun berkat hasil dari keputusan ICMI

se-Indonesia inilah yang dapat menembus ketatnya barisan pemerintahan untuk

 

Page 70: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

59

perizinan penerbitan. Penerbitan Republika menjadi suatu peningkatan bagi

masyarakat Indonesia khususnya umat Islam. Sebelum masa itu, aspirasi umat

tidak mendapatkan tempat dalam wacana nasional. Kehadiaran media ini tidak

hanya memberi saluran bagi inspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan sikap

pluralisme informasi di masyarakat.4

Harian umum Republika dinobatkan sebagai media pertama yang

melakukan Cetak Jarak Jauh (CJJ) pada 17 Mei 1997 di Solo. Selain itu, beberapa

tahun sebelumnya tepatnya pada 17 Agustus 1995, bidang teknologi Republika

terbukti menjadi media pertama di Indonesia yang mengembangkan media online

(www.republika.co.id).

Dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu harian umum Republika

menjadi lebih akrab serta cerdas terhadap pembacanya, maka Republika

mengeluarkan rubrik khusus seperti pendidikan, probes, medika, otomotif,

belanja, keluarga dan juga ada dialog jum’at. Kesemua rubrik tersebut sangat

membantu pembaca dalam mendapatkan informasi yang diperlukan sesuai rubrik

yang diinginkan.

B. Motto serta Visi dan Misi Harian Republika

1. Motto Harian Umum Republika

Motto harian Republika yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa”, hal itu

menunjukkan semangat mempersiapkan masyarakat dalam memasuki era baru.

Keterbukaan dan perubahan telah dimulai dan tak ada langkah untuk kembali, bila

kita memang bersepakat mencapai kemajuan. Meski demikian, mengupayakan

4 Ibid.

 

Page 71: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

60

perubahan yang juga berarti pembaharuan harus menggangu stabilitas yang telah

susah payah dibangun.

Keberpihakan Republika terarah sebesar-besarnya untuk penduduk negeri

ini, yang mempersiapkan diri bagi seluruh dunia yang lebih baik dan adil. Media

massa, dengan Republika sebagai salah satu darinya hanya akan menjadi

penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.

2. Visi Harian Umum Republika

Setiap media baik cetak maupun elektronik pastinya memilki visi dan misi

yang berbeda-beda sesuai ideologi dari masing-masing kantor berita tersebut. Dari

keberagaman visi serta misi yang dimiliki suatu harian umum maupun koran, akan

mambawa dampak beragammnya pula sudut pandang pada pemberitaan serta

fasilitas yang diberikan dari setiap harian umum maupun koran tersebut.

Visi dari harian Republika sendiri yaitu menjadi perusahaan media cetak

terpadu berskala nasional serta dikelola secara profesional berlandaskan Islami,

sehingga akan berpengaruh dalam proses pencerdasan bangsa, pengembangan

kebudayaan, serta peningkatan keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan

bermasyarakat di Indonesia ini.5 Kemudian menjadikan harian umum Republika

sebagai koran umat yang terpercaya serta mengedepankan nilai-nilai universal

yang sejuk, toleran, damai, cerdas dan profesional. Selain itu juga memiliki

prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan bangsa dan kepentingan umat

Islam yang berdasarkan Rahmatan lil ‘alamin.

5 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical

Discourse Analysis terhadap Berita-Berita Politik; Pengantar: Prof. Dr. Harsono Suwardi, MA. (Jakarta: Granit, 2004), h. 122.

 

Page 72: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

61

3. Misi Harian Umum Republika

I. Politik

a. Mengembangkan demokratisasi

b. Optimalisasi peran lembaga-lembaga Negara

c. Mendorong pertisipasi politik semua lapisan masyarakat

d. Mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik

e. Penghargaan terhadap hak-hak sipil

f. Mendorong terbentuknya pemerintahan yang bersih

II. Ekonomi

a. Mendukung keterbukaan dan demokrasi ekonomi

b. Profesionalisme mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam

manajemen

c. Menekankan perlunya pemerataan sumber-sumber daya ekonomi

d. Mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam

berbisnis

III. Budaya

a. Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap

bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusian dari manapun datangnya

b. Mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat

c. Mencerdaskan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan

nurani

 

Page 73: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

62

d. Bersikap kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang

cenderung mereduksi manusia dan mendangkalkan nilai-nilai

kemanusiaan.

IV. Agama

a. Republika mendororng sikap beragama yang terbuka sekaligur

kritis terhadap realita sosial ekonomi kontemporer

b. Mempromosikan semangat toleransi yang lurus

c. Mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam

rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam, serta

mendorong pencarian titik temu di antara agama-agama.

d. Mendorong pencarian titik temu di antara agama-agama

V. Hukum

a. Mendorong terwujudnya masyarakat sadar hukum

b. Menjunjung tinggi supremasi hukum

c. Mengembang mekanisme check and balance terhadap pemerintah

dan masyarakat

d. Menjunjung tinggi HAM

e. Mendorong pemberantasan KKN secara tuntas

C. Target Audiens

Harian Umum Republika memiliki target dalam memasarkan serta

menyebarluaskan hasil pemberitaan kepada para pembaca setia harian tersebut.

Target audiens antara lain adalah pemeluk agama Islam dan juga pemeluk agama

lain, memiliki golongan profesional, manejer, eksekutif, pelajar dan juga

pengusaha dengan mengambil pasar berskala nasional. Pembaca harian

 

Page 74: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

63

Republika untuk golongan pria muda umur 20-29 tahun berkisar 31% dan untuk

umur 30-39 tahun berkisar 39%. Adapula untuk golongan wanita muda umur 20-

29 tahun berkisar 21% dan untuk umur 30-39 tahun berkisar 22%.

D. Struktur Redaksi Harian Republika

KOMISARIS

Komisaris Utama: Malik Sjafei Saleh Komisaris: Drs. Chaerudin R. Harry Zulnardy DIREKSI

Direktur Utama: Erick Thohir Direktur Operasional: H. Daniel Wewengkang Direktur Pemasaran: Nuky Surachmad Direktur Keuangan dan SDM: Rachmad Yuliwinoto Kadiv Iklan dan Promosi: Joko Susanto Kadiv Sirkulasi: Dedik Supardiona Kadiv Produksi: Norrokhim Kadiv Riset dan Pengembangan: Arif Supriono Kadiv Sistem Informasi: Anif Punto Utomo Kadiv SDM: Y. Sofyan Kadiv Keuangan: Hery Setiawan REDAKSI

Pemimpin Redaksi: Ikhwanul Kiram Mashuri Wakil Pemimpin Redaksi: Nasihin Masha Redaktur Pelaksana: Agung Pragitya Vazza Wakil Redaktur Pelaksana: Elba Damhuri Selamat Ginting ASREDPEL hal 1 dan Opini: Irwan Ariefyanto ASREDPEL POL NAS KESRA: Subroto ASREDPEL Ahad: Nina Chairani Ibrahim ASRREDPEL Agama: Syahrudin El Fikri Sekretaris Redaksi: Fachrul Ratzi Staf Redaksi: Yeyen Rostiana, Zaki Alhamzah, Wahida Handasah, Nurul S. Hamami, Didi Purwadi, Darmawan Sepriyossa, Nur Hasan Murtiaji, Magfiroh Yenni, Bidramnanta, Irwan Kelana, Christine Purwatiningsih, Joka Sadewo, Teguh Setiawan, Budi Utomo, dkk.

 

Page 75: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

64

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Foto pertama dengan Judul “Shalat Berjamaah”

Gambar 2. Shalat Berjamaah

Shalat merupakan tiang agama dalam Islam. Selain itu, shalat juga merupakan

kewajiban yang harus dilakukan setiap umat Islam ketika telah memasuki usia akil

baligh. Bagi siapapun yang mendirikan dan menjalankan shalat karena Allah SWT,

maka orang tersebut mendirikan tiang agama serta memperkuat sendi agama.

Berdasarkan hal tersebut, shalat dapat dianalogikan sebagai pondasi dari suatu

bangunan. Ketika shalat dilaksanakan dengan baik dan teratur, maka pondasi bangunan

tersebut akan kuat dan kokoh. Namun ketika shalat dilakukan secara sembarang dan

tidak teratur, maka besar kemungkinan pondasi tersebut akan rapuh dan mengakibatkan

bangunan yang diibaratkan sebagai agama akan hancur.

 

Page 76: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

65

1. Makna Denotasi

Makna denotasi merupakan makna yang paling nyata dalam sebuah tanda.

Dalam hal ini, makna denotasi yang ditunjukkan dalam sebuah foto merupakan

visualisasi dari hasil foto tersebut. Pada foto pertama ini dengan judul “Shalat

Berjamaah” memilki makna denotasi yaitu gambaran secara umum mengenai jamaah

haji yang sedang melakukan ibadah shalat berjamaah. Jamaah yang melakukan shalat

berjamaah terdiri dari jamaah pria dan wanita. Seluruh jamaah haji dalam foto ini

mengenakan pakaian ihram. Jamaah pria tampak mengenakan pakaian ihram

berwarna putih, sedangkan jamaah haji wanita mengenakan pakaian ihram berwarna

hitam dan ada pula yang berwarna hijau serta biru tua. Di samping itu, pada bagian

kanan bawah foto terdapat pula jamaah haji yang sedang makan dan minum. Bila

dilihat secara lebih jelas, pada bagaian tengah foto terdapat pula jamaah haji yang

tidak melaksanakan ibadah shalat. Beberapa jamaah yang tidak ikut shalat tampak

sedang berjalan menuju keluar dari barisan jamaah yang sedang bershalat jamaah.

2. Makna Konotasi

Makna konotasi menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu

dengan perasaan atau emosi dari si pembaca maupun penikmat suatu tanda tersebut,

selain itu berkaitan pula dengan nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi memiliki

makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif.

Shalat adalah tiang agama dalam Islam. Bagi siapapun yang mendirikan shalat

karena Allah SWT, maka orang tersebut mendirikan tiang agama serta memperkuat

 

Page 77: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

66

sendi agama. Begitupun sebaliknya, apabila tidak menjalankan shalat atau bermain-

main terhadap shalatnya, maka hal tersebut akan meruntuhkan tiang agama.

Berdasarkan hal tersebut, shalat dapat dianalogikan sebagai pondasi dari suatu

bangunan. Shalat wajib yang terdiri lima waktu dalam sehari diibaratkan sebagai

tiang atau pondasi dari suatu bangunan tersebut. Ketika shalat dilaksanakan dengan

baik dan teratur, maka pondasi tersebut akan kuat dan kokoh. Namun ketika shalat

dilakukan secara sembarang dan tidak teratur, maka besar kemungkinan pondasi

tersebut akan rapuh dan mengakibatkan bangunan yang diibaratkan agama itu akan

hancur.

Pada foto yang berjudul “Shalat Berjamaah” ini memiliki makna utama bahwa

shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap manusia yang beragama

Islam, terlebih ketika telah memasuki usia akil baligh. Bermacam tipe cara jamaah

dalam melakukan serangkaian prosesi ataupun gerakan dalam shalat. Seperti pada

foto ini ditampilkan jamaah yang sedang berdiri shalat dan dalam posisi

menyedekapkan kedua tangannya. Sejatinya posisi tangan ketika berdiri setelah

takbiratul ihrom yaitu bersedekap dengan posisi tangan kanan di atas tangan kiri dan

diletakkan di atas antara dada sampai pada pusar. Namun tampak juga ada jamaah

yang meletakkan tangannya di bawah pusar, sehingga posisi berdirinya terkesan tidak

sempurna dan santai.

Pada lain hal, posisi pandangan mata ketika berdiri shalat dianjurkan untuk

menatap ke arah tempat kita sujud, akan tetapi pada foto ini ada jamaah yang

meletakkan pandangannya ke arah depannya atau ada juga yang sedikit mendangak

 

Page 78: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

67

ke atas. Anjuran meletakkan pandangan ke arah tempat sujud bertujuan untuk

meningkatkan kekhusukan ketika berdiri shalat. Kekhusyukan diperlukan untuk

meningkatkan daya konsentrasi ketika shalat dan juga agar dapat meresapi setiap

makna shalat itu sendiri dengan baik.

Pada foto ini, jamaah haji melakukan shalat dengan cara berjamaah. Shalat

berjamaah lebih utama dan lebih banyak ganjaran pahalanya dibanding shalat secara

sendiri. Apabila shalat wajib dilakukan secara sendiri, maka akan mendapatkan

ganjaran pahala satu kebaikan saja. Namun apabila shalat wajib dilakukan dengan

berjamaah, maka ganjaran pahala akan dilipat gandakan menjadi 27 kebaikan.

Foto yang menempatkan lokasi di Arafah ini sangat memiliki daya tarik bagi

jamaah untuk beribadah lebih kuat dan maksimal kepada Allah. Hal tersebut

dikarenakan pada proses ini para jamaah sedang melakukan kegiatan puncak dari

ibadah haji tersebut yaitu wukuf di Arafah. Seperti halnya ibadah yang lain, shalat

berjamaah di lokasi ini pun sangat ditunggu para jamaah haji untuk dilaksanakan,

karena shalat jamaah yang dilakukan merupakan rangkaian dari prosesi wukuf yaitu

shalat zuhur dan asar secara jamak qashar taqdim.

Hal lain yang dapat dikuak dari foto ini yaitu dalam hal teknis fotogarfi.

Penempatan komposisi foto dibuat secara rapi dan teratur sehingga memudahkan

pembaca maupun penikmat foto dalam menangkap secara langsung makna yang

dimunculkan. Angle atau sudut pengambilan foto dilakukan dari atas (high angle),

sehingga posisi objek foto nampak berada di bawah letak kamera. Hal tersebut

 

Page 79: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

68

membawa dampak objek kelihatan kecil dan memberi kesan pemerataan dalam

bidang fotonya.

3. Makna Mitos

Mitos merupakan signifikasi lanjutan dari tahap konotasi. Pada tahap ini

menjelaskan kejadian keseharian dalam kebudayaan menjadi seperti “wajar”, padahal

itu hanya sebuah mitos, hal tersebut diakibatkan konotasi yang menjadi mantap di

masyarakat.

Menyoal foto dengan judul “Shalat Berjamaah” yang berlokasi di padang

Arafah ini menggambarkan keberagaman namun tetap dalam semangat persatuan.

Hal tersebut dibuktikan dengan keberadaan jutaan jamaah haji dari berbagai negara di

dunia kemudian berkumpul dalam satu tempat dan dalam waktu tertentu hanya untuk

menjalankan perintah Allah dan pada akhirnya hanya mengharap ridho Allah SWT.

Pada intinya, semua makhluk diciptakan oleh Allah adalah untuk tunduk dan patuh

hanya kepada Allah.1

Berkumpulnya seluruh umat muslim dunia dalam satu waktu dan tempat

menjadikan haji sebagai sarana pembangunan silaturrahim dan berbagi untuk

menciptakan persaudaraan dan kekerabatan dengan tidak melihat suku, bangsa,

kultur, peradaban yang beragam, dan juga strata sosial. Sikap saling bersaudara dan

berkerabat tersebut tidak luput karena tujuan yang serempak dari seluruh jamaah haji,

yakni beribadah ikhlas kepada Allah dan hanya kepada Allah mengharap segalanya.

1 Wawancara Pribadi dengan Syahrudin El Fikri, Jakarta, 21 Juni 2013.

 

Page 80: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

69

Terlihat pula dalam foto ini bahwasanya terdapat jamaah wanita di tengah-

tengah jamaah pria dalam melaksanakan ibadah shalat berjamaah. Selain itu, terdapat

pula jamaah haji yang sedang makan dan minum sedang di sekelilingnya jamaah lain

tengah bershalat jamaah. Sikap tersebut membuktikan keragaman yang terjadi ketika

melaksanakan serangkaian prosesi ibadah haji menciptakan rasa toleransi yang tinggi

di antara jamaah. Perbedaan tata cara beribadah, budaya, logat bahasa hingga status

sosial seakan sirna dan menimbulkan sikap saling menghormati dan saling mengasihi

antar sesama jamaah. Kesemua itu membawa dampak dan cerminan bahwa umat

muslim di dunia ini bersatu dan juga keberadaan agama Islam di dunia ini sebagai

rahmat bagi semesta alam.

B. Foto kedua dengan Judul “Menuju Puncak”

Gambar 3. Menuju Puncak

Ketika memasuki musim haji, jutaan calon jamaah haji dari berbagai negara

berbondong-bondong berangkat menuju kota suci Mekah dan Madinah di Arab

Saudi. Beragam ibadah dapat dilakukan oleh jamaah haji ketika sesampainya di

kedua kota tersebut, mulai dari ibadah wajib haji hingga yang sunnah pun kerap

dilakukan. Seperti yang terdapat pada foto ini, jamaah haji melakukan kunjungan ke

Jabal Rahmah sebagai wujud napak tilas dari sejarah dimasa Nabi Adam as. Jabal

Rahmah atau bukit kasih sayang merupakan tempat dipertemukannya kembali Nabi

Adam as dan Siti Hawa setelah keduanya dikeluarkan dari surga oleh Allah SWT.

 

Page 81: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

70

1. Makna Denotasi

Pada foto kedua yang berjudul “Menuju Puncak” ini memiliki makna denotasi

yang utama yaitu dua orang jamaah haji wanita sedang saling membantu untuk

menaiki puncak bebatuan. Kedua jamaah haji tersebut saling mengulurkan tangan

kanannya guna saling membantu untuk mencapai puncak tersebut. Selain itu, pada

foto ini juga digambarkan terdapat banyak bebatuan yang besar serta memiliki

ketinggian yang cukup curam. Pada sisi lain dalam foto ini, digambarkan pula jamaah

lainnya baik pria maupun wanita tengah berusaha untuk menaiki puncak bebatuan

tersebut. Kesemua jamaah haji yang terdapat dalam foto ini mengenakan pakaian

ihram.

 

Page 82: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

71

2. Makna Konotasi

Tampak dengan jelas pada foto ini bahwa terdapat dua jamaah haji wanita

yang saling membantu satu sama lain untuk menaiki sebuah puncak bebatuan. Kedua

jamaah haji wanita tersebut saling mengulurkan tangan kanannya sehingga tercipta

genggaman telapak tangan di antara keduanya. Genggaman telapak tangan tersebut

sangat sarat makna apabila dikaitkan dengan kehidupan bersosial di masyarakat.

Kerap diidentikakkan sikap saling tolong-menolong dalam bentuk saling merangkul

ataupun bergenggaman tangan seperti pada foto ini.

Tempat yang dipenuhi bukit bebatuan ini bernama Jabal Rahmah.

Berdasarkan asal usul lokasi dari foto ini diyakini sebagai tempat dipertemukannya

kembali Nabi Adam dan Siti Hawa setelah dipisahkan selama 200 tahun. Maka

timbul asumsi yang berkembang di kalangan jamaah haji maupun umroh bahwa

tempat ini merupakan perlambang kasih sayang. Banyak dari jamaah yang menulis

namanya beserta pasangannya di batu-batu yang terdapat di lokasi itu dengan tujuan

agar mereka kelak menjadi sepasang suami dan istri. Bagi mereka yang telah menjadi

suami dan istri pun kerap menuliskan namanya di bebatuan dengan tujuan semoga

jodoh mereka langgeng hingga akhir hayat nanti. Kesemua hal tersebut hanyalah

asumsi yang berkembang di kalangan jamaah, tetap yang menjadi panutan sebagai

penentu takdir mengenai pasangan hidup hanyalah Allah SWT.

Hal lain yang kerap dilakukan jamaah ketika di Jabal Rahmah antara lain

berdoa serta berfoto-foto. Karena pada tempat ini, pemandangan kota Mekah cukup

 

Page 83: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

72

terlihat secara keseluruhan, sehingga minumbulkan decak kagum bagi jamaah yang

perdana mengunjungi tempat tersebut. Tidak heran para jamaah berbondong-bondong

ke lokasi ini dengan tujuan bernapak tilas atas sejarah yang telah diukir di tempat ini.2

Pada foto ini, sang fotografer memotret dengan cara menempatkan komposisi

fotonya ke arah bawah bukit bebatuan atau dalam istilah teknis fotografi yaitu high

angle. Hal tersebut bermaksud untuk memberi gambaran bahwa cukup terjalnya bukit

ini serta terdapatnya banyak gundukan batu besar yang terdapat di bukit ini. Namun

tekad jamaah yang begitu kuat, sehingga nampak pula pada bagian atas foto banyak

pula jamaah yang berusaha untuk menaiki puncak bebatuan ini. Selain itu, titik utama

foto (point of interst) dipusatkan pada dua jamaah wanita yang sedang saling

membantu untuk menaiki puncak bebatuan tersebut. Seluruh aspek yang terdapat

pada foto ini menggambarkan sikap saling tolong di antara sesama jamaah haji.

3. Makna Mitos

Ibadah haji merupakan ibadah yang cukup berat, baik dari segi materi

(keuangan) maupun fisik (kondisi tubuh). Dalam hal fisik, setiap jamaah harus

mampu mempersiapkan kondisi tubuh sehingga dapat melakukan setiap rangkaian

ibadah haji, baik yang bersifat rukun, wajib maupun sunnah haji. Tidak hanya itu,

sikap saling membantu dalam hal positif di antara sesama jamaah haji pun sangat

diperlukan untuk meningkatkan nilai dan mutu ibadah haji dari jamaah tersebut.

2 Wawancara Pribadi dengan Syahrudin El Fikri.

 

Page 84: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

73

Kodrat manusia sebagai makhluk sosial nampaknya sulit dipisahkan terlebih

ketika manusia tersebut berada dalam kesulitan. Setiap manusia tidak dapat hidup

tanpa bantuan manusia lainnya. Begitupun ketika prosesi haji dilakukan, tidak ada

jamaah haji yang dapat melakukan seluruh rangkaian haji secara sendiri atau tanpa

bantuan jamaah lainnya. Sikap saling tolong-menolong sangat dibutuhkan, guna

untuk mencapai predikat haji yang mabrur.

Menyoal lokasi foto ini yang berada di Jabal Rahmah, tempat ini merupakan

lokasi yang diyakini sebagai tempat pertemuan Nabi Adam as dengan Siti Hawa

setelah dipisahkan selama kurang lebih 200 tahun. Keduanya dipisahkan setelah

dikeluarkan dari surga karena memakan buah khuldi yang notabennya dilarang oleh

Allah untuk dimakan. Setelah kejadian itu, Nabi Adam berada di bumi bagian barat

dan Siti Hawa berada di bumi bagian Timur.

Di puncak Jabal Rahmah terdapat tugu sebagai penanda bahwa disanalah Nabi

Adam dan Siti Hawa dipertemukan kembali. Jarak untuk mencapai tugu tersebut

sekitar 150 m dan memerlukan waktu perjalanan selama 15-20 menit untuk

mendakinya. Sebutan lain dari Jabal rahmah yaitu Ilal atau Alal atau An-Nabit.

Berdasarkan asal usul lokasi ini sebagai tempat yang diyakini

dipertemukannya kembali Nabi Adam dan Siti Hawa, maka timbul asumsi yang

berkembang dikalangan jamaah haji maupun umrah bahwa tempat ini sebagai

perlambang kasih sayang. Banyak dari jamaah yang menulis namanya beserta

pasangannya dengan tujuan agar mereka kelak menjadi sepasang suami dan istri.

 

Page 85: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

74

Bagi mereka yang telah menjadi suami dan istri pun kerap menuliskan namanya di

bebatuan dengan tujuan semoga jodoh mereka langgeng hingga akhir hayat nanti.

Kesemua hal tersebut hanyalah asumsi ataupun mitos yang berkembang di

masyarakat khususnya para jamaah haji maupun umrah. Setiap hal yang terjadi di

muka bumi ini tidak lepas dari kehendak Allah SWT.

C. Foto ketiga dengan Judul “Menuju Arafah”

Gambar 4. Menuju Arafah

Puncak ibadah haji yaitu ketika para jamaah haji melakukan wukuf di Padang

Arafah. Wukuf dilakukan sejak tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah

hingga terbit matahari pada tanggal 10 Dzulhijjah. Pada proses wukuf, jamaah haji

dituntut untuk senantiasa melakukan ibadah seperti shalat, berzikir (beristighfar),

membaca Alquran, mengumandangkan kalimat talbiah serta ibadah lainnya yang

dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT. Esensi wukuf di

Arafah dari beberapa ulama yaitu sebagai perwujudan ketika seluruh umat manusia di

muka bumi ini dikumpulan di padang Mahsyar guna untuk

mempertanggungjawabkan segala amal ibadah serta dosa yang telah dilakukan di

dunia.

 

Page 86: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

75

1. Makna Denotasi

Makna denotasi pada foto ketiga dengan judul “Munuju Arafah” ini yaitu

terdapat sekelompok jamaah haji pria sedang menumpangi sebuah mobil dengan

duduk di atas atap mobil tersebut. Sementara pada bagian bawah foto ditampilkan

jamaah haji pria lainnya yang berjalan menuju Arafah. Kesemua jamaah haji tersebut

mengenakan pakaian ihram dan ada pula yang melindungi hidung serta mulutnya

dengan masker.

2. Makna Konotasi

Berbagai cara ditempuh para jamaah haji untuk mencapai Arafah guna dalam

rangka melaksanakan wukuf. Seperti yang terdapat pada foto ini, jamaah haji ada

yang menumpangi mobil baik yang berada di dalam mobil maupun di atap mobil.

 

Page 87: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

76

Selain itu ada pula jamaah haji yang berjalan kaki untuk sampai ke Arafah. Kesemua

itu dilakukan demi terlaksananya rukun haji yaitu wukuf di Arafah.

Arafah merupakan lokasi untuk dilaksanakannya proses wukuf. Wukuf sendiri

bermakna berhenti atau berdiam. Sehingga makna dasar dari proses wukuf di Arafah

ialah seluruh jamaah haji berhenti atau berdiam di kawasan padang Arafah. Seluruh

jamaah dari berbagai negara di dunia berbondong-bondong dalam waktu yang

bersamaan agar sampai di Arafah tepat pada waktunya.

Arafah terletak sekitar 21 km sebelah tenggara Mekah dan merupakan tanah

lapang atau padang yang sangat luas. Bagian belakangnya dikelilingi oleh bukit

berbentuk setengah lingkaran. Padang yang luasnya sekitar 3,5 km x 3,5 km ini

dilengkapi dengan jalan-jalan besar beraspal dan disertai pohon-pohon yang rindang.

Umumnya pohon tidak dapat tumbuh dan hidup di padang tandus seperti ini, namun

karena kuasa Allah SWT pepohonan dapat tumbuh dan berkembang di tempat ini.

Wukuf di Arafah merupakan bagian yang paling utama dari rukun haji. Rukun

haji haruslah dilaksanakan, apabila tidak dilaksanakan maka haji tersebut dikatakan

tidak sah. Oleh karena itu, seperti apapun kondisi dari jamaah haji, baik dalam

keadaan sakit parah pun diwajibkan harus melaksanakan wukuf. Sehingga apabila

dikaitkan dengan foto ini, maka keadaan jamaah yang menumpangi kendaraan

dengan berada di atap mobil merupakan gambaran pentingnya proses wukuf ini.

Seperti yang diriwayatkan Abu Dawud, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Haji itu

 

Page 88: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

77

hadir di Arafah. Barangsiapa yang datang pada malam hari jamak (10 Zulhijjah

sebelum terbit fajar) maka sesungguhnya ia masih mendapatkan haji.”

Kebiasaan seperti menumpangi mobil kemudian duduk di atapnya bukan

karena mereka berasal dari kalangan tidak mampu, hanya saja perilaku yang kerap

dilakukan ini merupakan buntut dari jamaah haji terdahulu sebelum mereka yang

telah melakukan hal ini. Berbagai keadaan yang menyebabkan jamaah haji berlaku

seperti ini, seperti keadaan di dalam mobil telah penuh dengan jamaah lain, dan

karena wukuf di Arafah sesuatu yang wajib dilakukan, maka dengan modal “nekat”

mereka menumpang di atap mobil. Perilaku seperti ini adalah sedikit gambaran

banyaknya keragaman yang terjadi ketika prosesi haji dilakukan. Keragaman tersebut

ikut memeriahkan perjalanan keagamaan dari setiap jamaah haji.

Pada foto ini juga terlihat jamaah haji ada yang menggunakan masker sebagai

pelindung hidung serta mulut dari udara kotor. Dalam kondisi seperti ini, jamaah haji

sangat menjaga kondisi tubuhnya agar tidak terserang penyakit maupun virus yang

menyebar melalui udara. Karena prosesi wukuf di Arafah ini adalah suatu hal yang

penting dan wajib untuk dilakukan, maka hal seperti melindungi hidung serta mulut

dengan menggunakan masker ini salah satu cara yang ditempuh para jamaah haji agar

tetap menjaga kondisi tubuh.

Dalam hal teknis fotografi, fokus utama (point of interest) dalam foto ini di

tempatkan di tengah bidang foto. Sang fotografer mengkomposisikan foto ini dengan

menempatkan latar depan (foreground) secara blur dan objek utama secara jelas.

 

Page 89: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

78

Tujuan dari hal itu agar penikmat foto dapat membandingkan antara jamaah yang

berjalan kaki dengan jamaah yang menumpang di atap sebuah mobil ketika hendak

menuju arafah. Hal lain mengenai teknis fotografi adalah pengambilan foto dengan

menggunakan sudut eye level. Sudut pengambilan foto seperti ini bermakna bahwa

letak kamera sejajar dengan letak objek foto, sehingga terkesan statis pada hasil akhir

fotonya.

3. Makna Mitos

Dalam foto di atas, dapat dilihat sikap kesungguhan yang harus dimiliki setiap

jamaah haji dalam melakukan segala aktifitas yang menyangkut ibadah kepada Allah

(hablumminalloh) maupun menjalin tali silaturrahim dengan jamaah lain

(hablumminannas). Kesungguhan sangat dibutuhkan ketika melaksanakan

serangkaian prosesi ibadah haji agar terlaksananya setiap rutinitas dari ibadah haji

secara maksimal dan benar.

Banyak ibadah yang dikejar dari jamaah haji untuk segara dilakukan. Hal itu

berkaitan dengan sikap dari jamaah haji dalam menilai seberapa pentingnya kualitas

ibadah haji tersebut. Seperti pada foto ini yang menampilkan keadaan jamaah haji

ketika menuju Arafah dengan menumpang di atap mobil. Kesungguhan untuk

mencapai Arafah yang tinggi yang membuat segelintir jamaah haji memutuskan

untuk menumpang di atap mobil.

Bukan hanya pada saat melaksanakan ibadah haji saja sikap sungguh-sungguh

harus diterapkan, bahkan pada kehidupan keseharian di luar ibadah haji pun harus

 

Page 90: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

79

disertakan dengan sikap sungguh-sungguh. Segala aktifitas yang dilakukan secara

sungguh-sungguh akan membuahkan keberhasilan pada akhirnya nanti. Begitupun

sebaliknya, suatu pekerjaan apabila dilaksanakan jauh dilandasi dari sikap sungguh-

sunggu, besar kemungkinan hasilnya tidak akan maksimal. Selain itu, dampak lain

karena seseorang tidak memiliki rasa sungguh-sungguh dalam dirinya akan

membuahkan kegagalan atas dasar ulahnya sendiri. Mengenai hal tersebut, ada

pepatah Arab yang mengungkapkan bahwa “man jadda wa jada”, siapa yang

bersungguh-sungguh maka akan berhasil.

Sikap sungguh-sungguh pun dapat mengubah garis hidup seseorang. Ketika

seseorang yang berkekurangan dalam hal materi, kemudian dia bersungguh-sungguh

bekerja dan juga disertai doa yang tulus kepada Allah, maka akan dibukakan jalan

terang bagi hidupnya oleh Allah SWT. Begitupun pada aspek lainnya di kehidupan

sehari-hari, karena garis hidup atau nasib seseorang tidak akan diiubah dengan begitu

mudah oleh Allah tanpa dilandasi dari orang tersebut yang sungguh-sungguh

mengubah garis hidup atau nasibnya itu.

 

Page 91: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari temuan dan hasil analisis data pada tiga

foto dari rubrik rana Harian Republika tanggal 27 Oktober 2012 adalah sebagai

berikut:

1. Makna Denotasi

Makna denotasi yang dapat ditemukan pada tiga foto yang menjadi objek

penelitian yaitu foto-foto tersebut diabadikan ketika jamaah haji melakukan

ibadah rukun haji yaitu wukuf di Padang Arafah. Ketiga foto memvisualisasikan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan para jamaah haji ketika hendak dan saat berada

di lokasi wukuf. Seperti pada foto ditampilkan jamaah haji yang sedang shalat

berjamaah, kemudian terdapat pula jamaah haji yang hendak menaiki bukit

bebatuan, serta ada pula jamaah haji yang menumpangi mobil dengan duduk di

atap mobil tersebut. Ketiga foto tersebut menunjukkan suatu rangkaian prosesi

yang terjadi dalam satu waktu dan satu tempat, yakni saat wukuf dan di Arafah.

2. Makna Konotasi

Makna konotasi yang terdapat pada tiga foto yang menjadi sasaran utama

penelitian yaitu tidak lepas dari kegiatan maupun ibadah yang dilakukan jamaah

haji ketika melaksanakan wukuf di Arafah. Pada tahap konotasi ini lebih

menitiberatkan pada aspek kebudayaan serta peninjauan melalui sudut pandang

syariat agama Islam mengenai ibadah Haji. Dari tiga foto yang ditampilkan, yaitu

 

Page 92: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

81

yang berjudul Shalat Berjamaah, Menuju Puncak dan Menuju Arafah merupakan

sedikit gambaran dari banyak aktifitas yang dilakukan jamaah haji ketika

melaksanakan wukuf di Arafah.

Wukuf di Arafah merupakan inti dari ibadah haji. Setiap jamaah haji

dalam kondisi apapun termasuk ketika sakit pun wajib melaksanakan wukuf.

Wukuf memiliki arti yakni berdiam atau berhenti. Ketika wukuf beragam ibadah

dapat dilaksanakan, mulai dari shalat berjamaah, berzikir, mengaji serta amalan

lainnya yang dapat meningkatkan nilai ibadah haji.

Pada ibadah haji dihiasi beragam corak kebudayaan serta mazhab yang

dianut para jamaah haji. Tidak heran bahwa kadang terdapat sedikit perbedaan

dalam melaksanakan suatu ibadah. Seperti pada foto jamaah haji yang sedang

shalat berjamaah, foto tersebut menggambarkan adanya perbedaan dalam

melaksanakan gerakan dalam shalat. Selain itu, ibadah sunnah seperti

mengunjungi puncak bebatuan atau Jabal Rahmah pun kerap dilakukan jamaah

haji setelah selesai melaksanakan ibadah wukuf di Arafah.

3. Makan Mitos

Makna mitos yang dapat dikuak dari tiga foto tersebut menunjukkan

bahwa dalam ibadah haji tidak hanya melulu melaksanakan ibadah yang bersifat

vertikal atau hubungan manusia dengan Allah SWT (hablumminalloh), akan tetapi

banyak juga kegiatan yang dituntut untuk terlaksananya hubungan yang bersifat

horizontal atau hubungan antar sesama manusia (hablumminannas). Dalam

praktiknya ketika melakukan serangkaian ibadah haji, hubungan yang baik antar

sesama manusia juga ikut menentukan kualitas haji dari jamaah tersebut. Apabila

 

Page 93: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

82 jamaah haji memupuk dirinya untuk selalu bersikap terpuji antar sesama jamaah,

maka besar kemungkinan hasil akhirnya pun akan baik. Begitupun sebaliknya

ketika jamaah haji enggan untuk berlaku baik terhadap sesama jamaah, maka hasil

akhir yang diharapkan dalam beribadah haji sulit diperoleh.

Sikap-sikap terpuji yang dapat dilakukan oleh jamaah haji seperti saling

tolong-menolong, saling kasih-mengasihi, memupuk sikap bersatu di antara

perbedaan yang ada, dan juga sikap saling toleransi terhadap sesama sepatutnya

tidak hanya dilakukan ketika beribadah haji saja, melainkan ketika selesai berhaji

dan sekembali ke tanah air sikap-sikap tersebut juga harus kerap dilakukan.

Predikat haji mabrur bukanlah didapat ketika jamaah haji berada di tanah suci,

akan tetapi diperoleh ketika jamaah haji kembali ke kehidupan sehari-hari selepas

melaksanakan serangkaian ibadah haji. Haji yang mabrur dapat dilihat dari

aplikasi di kehidupan sehari-hari atas apa yang telah dilakukan selama

menjalankan ibadah haji. Menyoal haji mabrur, surganya Allah SWT adalah

balasannya.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis utarakan terkait penulisan skripsi ini

baik untuk Harian Republika maupun untuk rubrik Rana adalah sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan Harian Republika, hendaknya meningkatkan kualitas

pemberitaan dengan cara menyajikan foto-foto yang mendukung atas

berita yang ditampilkan. Selain itu, ada baiknya foto-foto tersebut

berkompeten tinggi baik dalam hal pewarta fotonya maupun kualitas

akhir dalam hal cetakannya. Melalui peningkatan dalam hal foto berita

 

Page 94: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

83

serta kualitas akhir dari cetakannya, semoga Harian Republika dapat

mensejajarkan bahkan melebihi pamor dari Harian maupun Koran lain

yang ada di Indonesia ini.

2. Berkaitan dengan rubrik Rana, sebaiknya pada setiap foto yang

ditampilkan dilengkapi dengan caption yang mendukung keterangan

dari setiap foto tersebut. Sehingga keberadaan narasi yang telah ada

apabila disertai dengan caption tentu akan lebih memudahkan pembaca

dalam menangkap maksud dari setiap foto yang ditampilkan. Selain

itu, pemilihan tema dalam hal foto untuk tiap pekannya agar lebih

variatif, sehingga dapat membentuk alur cerita yang imajinatif dan

menimbulkan decak kagum dari para pembaca maupun penikmat foto-

foto tersebut.

 

Page 95: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

DAFTAR PUSTAKA

Ajidarma, Seno Gumira. Kisah Mata Fotografi. Yogyakarta: Galang Press, 2002.

Alwi, Audy Mirza. Foto Jurnalistik. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Barnhart, Clarence L. The Wolrd Book Dictionary. Chicago: Field Enterprises Education Corporation, 1972.

Barthes, Roland. Imaji Musik Teks. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Budiman, Kris. Semiotika Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2011.

Company Profile Harian Republika.

Christomy, Tommy. Semiotika Budaya. Depok: UI, 2004. cet. Ke-1.

Faridl, Miftah. Antar Aku ke Tanah Suci. Jakarta: Gema Insani, 2007.

Giwanda, Griand. Panduan Praktis Belajar Fotografi. Jakarta: Puspa Swara, 2001.

Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi

Critical Discourse Analysis terhadap Berita-Berita Politik; Pengantar: Prof. Dr. Harsono Suwardi, MA. Jakarta: Granit, 2004.

Hoed, Benny H. Semiotika & Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas

Bambu, 2011. Irawan, Ferry. Dunia dalam Bingkai. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Kurniawan. Semiologi Roland Barthes. Magelang: IndonesiaTera, 2001.

Mudaris, M. Jurnalistik Foto. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, 1996.

Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik. Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.

Parwito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lkis pelangi Aksara. 2007.

Rahardi, F. Panduan Lengkap Menulis Artikel, Features. Depok: Kawan Pustaka, 2006.

Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

 

Page 96: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

Rusmana, Agus. Tanya Jawab Dasar-Dasar Fotografi. Bandung: Penerbit Armico, 1981.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Soedjono, Soeprapto. Pot-Pourri Fotografi. Jakarta: Universitas Trisakti, 2007.

Soelarko, R.M. Pengantar Foto Jurnalistik. Bandung: PT. Karya Nusantara, 1985.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2008.

Suharso dan Retnoningsih, Ana. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:

Widya Karya, 2011.

Suleiman, Amir Hamzah. Petunjuk Untuk Memotret. Jakarta: PT. Gramedia, 1977.

Sunardi, ST. Semiotika Negativa. Yogyakarta: Kanal, 2002.

Susanto, Anton Freddy. Semiotika Hukum dari Dekonstruksi Teks Menuju Progresivitas Makna. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005.

Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.

Umar, Nasaruddin. Haji dan Umrah: ibadah, ziarah, wisata. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2009.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana

Media, 2011. Yunus, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Pustaka, 2010.

Zoelverdi, Ed. Mat Kodak. Jakarta: PT. Temprint, 1985.

 

Page 97: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

1

Analisis Semiotik Foto Berita Ibadah Haji pada Rubrik Rana Harian Republika Oktober 2012

Transkip Wawancara antara Zaki Ahmad Thohir sebagai Peneliti dengan Bpk. Syahrudin El Fikri sebagai Narasumber pada Hari Jumat, 21 Juni 2013, di Kantor Harian Umum

Republika.

1. Peneliti: Assalamu’alaikum pa.

Narasumber: Wa’alaikum salam mas.

2. Peneliti: Menyoal keberadaan foto-foto di rubrik rana harian Republika pada 27 Oktober 2012 yang berisi foto mengenai aktifitas ibadah haji pada 1434 H, bagaimana pendapat Bapak pada foto pertama yang berjudul Shalat Berjamaah?

Narasumber: Pada foto shalat berjamaah ini menggambarkan keberagaman namun tetap dalam semangat persatuan. Pada intinya, semua makhluk diciptakan oleh Allah adalah untuk tunduk dan patuh hanya kepada Allah. Nanti mohon di cek pada surat Adz-Dzariat pada ayat 56 yang memiliki arti “tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada Allah”. Dalam foto ini, kita menyaksikan keragaman cara beribadah termasuk mungkin sisi-sisi lain dari pada saat prosesi ibadahnya. Ada diantaranya penggambungan antara jamaah perempuan dengan laki-laki. Tapi penggambungan ini dapat kita maknai adalah karena ada pandangan dari imam mazhab yang mereka yakini bahwa hukumnya boleh-boleh saja dan mungkin bagi pemahaman mereka, tapi bagi sebagian yang lain seperti dari mazhab syafi’i biasanya yang mereka lakukan adalah harus dipisah pada tempat tersendiri antara jamaah pria dan wanita. Rata-rata setiap tahun total jamaah haji itu mencapai tiga juta orang. Dengan jumlah jamaah yang demikian besar maka sangat susah menempatkan pemisahan dalam shalat yang itu dikhawatirkan akan bisa membuat hilang saudara atau teman yang saling kenal. Maka demi keamanan mereka melakukan seperti ini, dan dalam pandangan imam yang lain hal ini juga diperbolehkan. Kemudian sisi lain dari foto ini adalah ada di antara jamaah yang ternyata mereka lewat (lalu-lalang) begitu saja disaat pelaksaan ibadah. Lagi-lagi terdapat perbedaan pemahaman di antara jamaah bahwa imam yang mereka ikuti berbeda dengan mungkin mayoritas jamaah. Artinya ketika mereka melintas selama tidak benar-benar dihadapan yang sudah bergaris sutroh, maka hal itu tidak ada masalah, tapi karena mereka melintas di sutrohnya (pembatas shaf dalam shalat) berdasarkan hadist nabi hal tersebut ada ketentuannya tapi pasti ada pendapat ulama lain yang mereka angkap gitu, sehingga mereka berani untuk melakukan hal ini. Kemudian dalam foto ini kita juga melihat ada sebagian jamaah yang makan dan minum sementara jamaah yang lain sedang melaksanakan ibadah shalat. Kewajiban untuk shalat itu sudah kita ketahui bahwa semuanya wajib, namun ketika dalam keadaan lapar maka nabi menganjurkan lebih baik kita makan terlebih dahulu atau kalau haus kita minum dahulu, baru setelah itu kita melaksanakan shalat. Karena ketika kita shalat memikirkan makan dan minum hukumnya tidak sah, hal tersebut dapat mengurangi pahala shalat. Nah daripada itu yang terjadi, maka mereka mungkin kita berhusnudzon (berbaik sangka) kalau mereka dalam keadaan lapar, sehingga mereka makan dan minum lalu setelah itu baru mereka mengikuti shalat berjamaah atau mungkin shalat bersama-sama teman yang tadi makan atau minum berbarengan.

 

Page 98: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

2

3. Peneliti: Selanjutnya pada foto kedua dengan judul “menuju puncak”, bagaimana menurut pandangan Bapak terhadap foto tersebut?

Narasumber: Jadi foto ini berada di Jabal Rahmah. Sebagaian jamaah itu mencoba untuk naik ke atas ingin mencapai yang namanya tugu Jabal Rahmah. Tuga Jabal Rahmah sebagai kita ketahui digambarkan sebagai lambang dari pertemuan antara Nabi Adam dan Siti Hawa. Sebagai wujud cinta kasih mereka kemudian oleh masyarakat disimbolisasikan dalam bentuk sebuah tugu. Mereka ingin sampai ke puncak itu, ingin menyaksikan mungkin bentuk rupa dari tugu itu seperti apa dan bagaimana ketika sudah di atas itu mereka bisa menangkap hampir seluruh wilayah kota Mekkah. Artinya dalam keadaan bagaimanapun sebagian jamaah kita mencoba memaksakan diri untuk mencapai puncak untuk melihat view atau pemandangan dari kota Mekkah yang mungkin bisa lebih luas lagi. Jadi dengan pengorbanan yang mereka miliki, keterbatasan yang mereka miliki, mereka mencoba naik ke puncaknya itu ke Jabal Rahmah.

4. Peneliti: Berarti ini masuk ke dalam rukun atau sunnah aja pak?

Narasumber: Kalau di Jabal Rahmah kan hanya ya tidak ada anjuran ataupun sunnah. Jadi ini hanya salah satu situs atau tempat bersejarah saja. Bagi jamaah ketika mereka sudah berada di sekitar Arafah, sayang waktu yang ada ketika mereka tidak ada aktifitas apapun untuk tidak mengunjungi yang namanya Jabal Rahmah. Ini di luar tidak ada sunnahnya dan tidak ada kewajibannya atau masuk ke dalam rukun haji. Hanya sebagai napak tilas saja dan memanfaatkan momentum saja.

5. Peneliti: Lanjut pada foto yang berjudul “berdoa”, bagaimana pendapat Bapak?

Narasumber: Soal keyakinan berdoa, jadi di Arafah itu adalah puncak dari ibadah haji, tidak sah bagi seorang muslim dalam melaksanakan ibadah haji, tapi mereka tidak tinggal atau melaksanakn wukuf di padang Arafah. Ketika mereka melaksanakn wukuf, maka mereka dianjurkan untuk memperbanyak berdoa, memperbanyak zikir, zikir tersebut bisa tahlil, tahmid, takbir atau segala macam untuk memaksimalkan waktu yang ada sambil menunggu pelaksanaan ibadah yang berikutnya. Selama prosesi itu, meraka ada yang berdoa, ada yang membaca Al Quran, ada yang berzikir dan lain sebagianya. Nah dalam foto ini ditampilkan mereka yang sedang berdoa. Tapi kalau dilihat dari sisi foto dengan ada pemandangan dari matahari ini ada di atas bukit Jabal Rahmah.

6. Peneliti: Kemudian kalau menelisik foto selanjutnya yang berjudul “menuju Arafah”, bagaimana pa?

Narasumber: Okeh ini menuju Arafah, mereka sebelumnya adalah berada di antara Mina dan Muzdalifah. Kemudian mereka karena wukuf adalah sebuah kewajiban, maka mereka harus melaksanakan ibadah wukuf. Karena itu mereka mencoba harus memaksakan diri untuk berangkat. Mereka ini kalau dilihat dari foto adalah orang-orang yang biasanya dari Eropa, bukan orang Asia. Yang sering melakukan seperti ini

 

Page 99: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

3

adalah orang-orang Afrika. Mereka biasanya naik di atas bis karena di bagian dalam biasanya sudah penuh. Akibat suasana yang sudah tidak kondusif di dalam mobil, jadinya sekalian mereka berada di atas yang udara pastinya juga bermacam-macam. Mungkin mereka merasa lebih nyaman di atas. Gaya-gaya yang duduk di atas kendaraan pada saat menuju Arafah itu biasanya dilakukan oleh jamaah-jamaah Afrika.

7. Peneliti: Jadi dalam foto ini digambarkan bahwa pengorbanannya luar biasa ya pak?

Narasumber: Karena ini merupakan kewajiban seluruh jamaah untuk ke Arafah. Dengan kondisi seperti apapun,mereka sakit sekalipun, tetap saja mereka harus ke Arafah.

8. Peneliti: Selanjutnya pada foto dengan judul “Arafah”, bagaimana pandangan bapak?

Narasumber: Ini pandangan secara umum tentang padang Arafah tempat yang ada kemah-kemah jamaah. Terdapat sekian ribu tenda yang di dalamnya biasanya hampir satu rombongan, bukan satu kloter. Kalau satu kloter jumlahnya dalam satu penerbangan biasanya sekitar 450 jamaah. Dalam satu tenda yang terdiri dari satu rombongan atau satu regu dan biasanya sekitar 45 orang. Aktifitas mereka di dalam tenda pun beragam, ada yang istirahat, bersenda gurau, berzikir dan banyak lagi yang lainnya.

9. Peneliti: Lalu penempatan tenda ini berdasarkan apa pak?

Narasumber: Biasanya telah ditentukan negara mana di tempatkan di mana, hanya memang untuk Indonesia karena jumlah propinsinya yang banyak maka penempatannya juga mungkin berbeda-beda. Rata-rata setiap tahun sebanyak 210 ribu jamaah yang diberangkatkan dari Indonesia, kecuali pada 2013 ini mendapat pemangkasan jumlah porsi keberangkatan. Karena banyaknya jumlah jamaah dari Indonesia, terkadang kemah dari jamaah haji Indonesia terpisah-pisah. Makanya hampir dari setiap tenda ini terdapat tanda untuk mengingatkan jamaah yang jalan-jalan kemudian lupa dengan tendanya.

10. Peneliti: Langsung saja pada foto selanjutnya yang berjudul “tetap semangat”, bagaimana menurut Bapak?

Narasumber: Kewajiban berhaji itu untuk seluruh umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan terutama yang sudah akil baligh. Tapi dalam foto ini kita lihat bahwa terdapat anak kecil yang sedang tertidur dan dibawa oleh ayahnya. Ini menunjukkan bahwa mereka juga sedang menuju Arafah. Seperti pada sebelumnya, karena Arafah itu merupakan rukun haji yang harus diikuti, maka kondisi seperti apapun dari jamaah selama mereka masih bisa untuk dibawa, kecuali yang namanya kondisi sakit kalau tidak memungkinkan lagi, tapi semaksimal mungkin biasanya mereka akan mengupayakan untuk dibawa ke Arafah. Demikian juga dengan apa yang ada di foto ini, anak kecil ini telah terdaftar sebagai jamaah. Karena wukuf di Arafah merupakan rukun dari haji, maka mau tidak mau sang ayah ini harus membawa si anaknya untuk

 

Page 100: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

4

menuju Arafah. Perkara anaknya lagi tidur pada saat di Arafah itu tidak masalah, yang penting selama prosesi pelaksanaan ibadah haji mereka tidak saling membantah, berdebat maupun berbuat fasik dan insya Allah hajinya pun akan diterima. Ada perbedaan pandangan ijma’ ulama soal kewajiban anak, pertama apakah anak ketika orangtuanya sudah mampu membiayai haji dengan mereka yang belum akil baligh, sebagian lain ada yang mengatakan kalau terhitung mampu maka mereka telah dikatakan wajib haji. Mampu di sini memiliki makna yang sangat luas. Mampu dapat dikategorikan masuk dalam akil baligh, juga mampu dalam hal fisik dan juga biaya. Yang jarang ditambah lagi yaitu istita’ah dalam memahami prosesi manasik haji. Ini yang sangat minim dimiliki jamaah haji. Para ulama pun berbeda pendapat bahwa yang dimaksud dengan istita’ah itu hanya tiga hal, pertama soal biaya, fisik kemudian keamanan. Selama keamanan mereka terjaga, maka mereka bisa masuk dalam kategori mampu. Tapi soal apakah jamaah tersebut memahami seluruh prosesi tata cara beribadah haji, hal itu pun para ulama berbeda pendapat. Ada yang menyatakan untuk makna istita’ah ini mampu atau tidak, karena semua bahasa dan semua ibadah yang dilaksanakan atau yang berkaitan dengan prosesi ibadah haji itu bisa saja dilakukan dengan cara yang mereka kerjakan. Tapi bagaimana memahami hal tersebut itu menurut saya pribadi sangat penting. Republika beberapa kali menerbitkan tulisan soal pentingnya memahami manasik haji, sampai kemudian kami pernah mengusulkan supaya calon jamaah haji yang mereka akan pergi haji, mereka harus mendapatkan sertifikat haji. Inti dari sertifikat jikalau seseorang belum mendapatkan sertifikat haji, maka mereka tidak wajib untuk berhaji dan mereka tidak masuk dalam kategori istita’ah. Saya secara pribadi setuju dengan sertifikat itu, hal tersebut dikarenakan terdapat perbandingan dengan jamaah haji dari Malaysia. Jamaah haji kita jumlahnya banyak, dari sisi kuantitas kita menang, namun dari sisi kualitas ibadah kita kalah. Kuantitasnya kita sangat banyak sekali jamaah ada 200 ribu, sementara Malaysia itu hanya 10% nya dari kita. Namun dari segi kualitas dalam pemaham ibadahnya, mereka jauh lebih baik dari kita. Hal tersebut dikarenakan di Malaysia terdapat ketentuan kalau mau berhaji, ketika mereka menabung dan berniat tahun depan akan berhaji, maka mulai saat itu juga sudah belajar untuk memahami tata cara beribadah haji. Nanti pada saat berangkat, mereka sudah sangat mumpuni dalam pengetahuan. Sementara kita, umpama tahun depan saya berangkat atau pada hari ini saya menabung, saya akan belajar tata cara manasik haji itu tiga bulan sebelum keberangkatan. Waktu tiga bulan itu sebenarnya tidak cukup, akan lebih baik lagi jauh sebelum menabung atau sejak 10 atau 20 tahun lagi mau berangkat, dan saat itu pula harus memahami selak beluk ibadah haji. Seperti thawaf itu seperti apa, apa makna filosofinya, apa makna yang terkandung di dalamnya. Kemudian sa’i itu seperti apa, apa bacaannya. Kecil kemungkinan dalam waktu 10 tahun atau 5 tahun atau mungkin 3 tahun si orang tersebut tidak hafal doa-doa haji, makna filosofi dari ibadah haji. selain itu juga ikut dipahami mengenai thawaf itu apa, sa’i itu apa, melempar jumrah itu apa, wukuf itu apa. Akan sangat sia-sia ketika jamaah haji tidak bisa memaksimalkan atau tidak bisa memahami makna terdalam dari prosesi ibadah haji. Kembali ke pokok mengenai anak, jadi dengan anak yang ada di foto ini para ulama tadi berbeda pendapat bahwa ada yang mengatakan apakah setelah anak yang

 

Page 101: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

5

sudah berhaji yang mereka belum akil baligh itu punya masih memiliki kewajiban berhaji setelah mereka akil baligh. Hampir mayoritas ulama menyatakan bahwa anak yang berhaji masih usia belum akil baligh, namun nanti saat dewasa atau setalah akil baligh masih memiliki kewajiban untuk berhaji. Bagi sebagian yang lainnya tidak, mereka memaknai secara umum bahwa kewajiban berhaji hanyalah satu kali, kedua kali dan seterusnya hanyalah sunnah. Namun timbul pertanyaan kembali kalau si anak yang melakukan ibadah haji belum memahami makna ibadah haji, maka nanti bisa dibadalkan atau digantikan dengan orang lain.

11. Peneliti: Kemudian apabila ada anak yang belum akil baligh namun telah berhaji, apakah dia telah mendapatkan gelar haji?

Narasumber: Gelar haji itu kayanya hanya ada di Indonesia dan wilayah Asia Tenggara lainnya. Contohnya saja seperti Mike Tyson, dia walaupun telah berhaji namun tidak memakai gelar haji tersebut. Haji itu hanya gelar saja, tidak perlu harus dipasang sebenarnya. Berbeda memang yang berkembang di masyarakat kita bahwa haji itu adalah perjuangan. Soal gelar ini juga terkait semisalnya soal ketika kita kuliah, kemudian mendapat gelar Doktor sampai pada gelar Profesor, ketika kita hanya menyebutkan nama orang tersebut tanpa embel-embel gelar yang dimiliki ada sebagian Profesor yang protes. Kemudian saat kita tanya apakah penyebutan gelar tersebut penting, lantas Profesor itu menjawab berapa banyak pengeorbanan dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan gelar tersebut. Artinya memang orientasi berbeda, jadi bagi masyarakat kita yang pribumi menganggap gelar haji itu penting dan bagi masyarakat lain gelar haji itu tidak penting, yang penting hanyalah bahwa mereka pernah melaksanakan ibadah haji dan memahami makna ibadah haji tersebut. Jadi kembali ke pribadi orang tersebut ingin menggunakan gelar haji atau tidak. Berbeda lagi kalau di Eropa atau Afrika apakah mereka menggunakan gelar bernama haji atau tidak.

12. Peneliti: Dalam foto ini si anak tidak menggunakan pakaian ihram sedangkan ayahnya menggunakan pakain ihram, apakah anak tersebut harus menggunakan pakaian ihram atau hanya pakaian biasa saja?

Narasumber: Ketika berhaji pada dasarnya harus menggunakan pakaian ihram yang telah ditentukan, bagi laki-laki pakaian ihram terdiri dari dua helai kain yang tidak berjahit dan di salah satu pundak harus terbuka. Berbeda lagi dengan pakaian ihram perempuan yang terdiri dari pakaian berjahit yang menutupi seluruh anggota tubuh terkecuali wajah dan telapak tangan. Dalam hal seperti ini, selama pakaian yang digunakan terpenuhi syarat-syarat yang ditentukan, maka mereka dikatakan bisa melakukan ibadah itu. Seperti itu gambaran dari beberapa foto haji ini.

13. Peneliti: Baik pak, terimakasih atas kesempatan wawancara singkat mengenai foto-foto ibadah haji, wassalamu’alaikum.

Narasumber: Iya sama-sama, wa’alaikum salam.

 

Page 102: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis

6

Narasumber

Syahrudin El Fikri  

Page 103: ANALISIS SEMIOTIK FOTO IBADAH HAJI PADA RUBRIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · HARIAN REPUBLIKA OKTOBER 2012 ... menyebutkan satu persatu, namun penulis