analisis resiko pre eklampsi ibu hamil pada masa …

48
i LAPORAN PENELITIAN STIMULUS ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA PANDEMI COVID 19 DI PUSKESMAS RATU JAYA CIPAYUNG DEPOK TAHUN 2020 TIM PENELITI Ketua : Vivi Silawati, SST., SKM., MKM Anggota : Jenny Anna Siauta, SST., M.Keb PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NASIONAL TAHUN 2020

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

i

LAPORAN PENELITIAN STIMULUS

ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA

MASA PANDEMI COVID 19 DI PUSKESMAS

RATU JAYA CIPAYUNG DEPOK

TAHUN 2020

TIM PENELITI

Ketua : Vivi Silawati, SST., SKM., MKM

Anggota : Jenny Anna Siauta, SST., M.Keb

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

TAHUN 2020

Page 2: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian :

2. Ketua Tim a. Nama lengkap : Vivi Silawati, SST., SKM., MKM

b. Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 01 Oktober 1979

c. NIDN : 0301107901 d. Jabatan Fungsional : Lektor

e. Fakultas/Prodi : Ilmu Kesehatan/Sarjana Kebidanan

f. Alamat : Permata Depok Regency Cluster Jade E10/32, Depok g. No Telp : 082112005595

h. Email : [email protected]

3. Anggota 1 a. Nama : Jenny Anna Siauta, SST., M.Keb

b. NIDN : 0806017401

c. Kepangkatan : Asisten Ahli

4. Anggota 2 a. Nama : Hita Sri Oktaviani

b. NPM : 205491517010

c. Status : Mahasiswa 5. JangkaWaktu Penelitian : 6 (enam) Bulan

6. Biaya : Rp. 9.000.000 (Sembilan Juta Rupiah)

Mengetahui Jakarta, 2 Februari 2021

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua

Dr. Retno Widowati, M.Si Dr. Vivi Silawati, SST., SKM., MKM

NIDN: 0327096502 NIDN: 0301107901

Menyetujui,

Wakil Rektor Bidang Penelitian,

Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama

Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MS., Apt

NIP: 195507311981032001

Analisis Resiko Pre Eklampsi Ibu Hamil Pada Masa Pandemi

Covid 19 Di Puskesmas Ratu Jaya Cipayung Depok Tahun 2020

Page 3: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

iii

RINGKASAN

Di Indonesia, preeklamsia berat dan eklamsia merupakan penyebab dari

30%- 40% kematian maternal, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia

telah menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian maternal. Oleh

karena itu diperlukan perhatian, serta penanganan yang serius terhadap ibu

bersalin dengan penyakit komplikasi ini (Yuliati dan Fikawati, 2012).

Berdasarkan Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa PEB masih

menjadi penyebab tertinggi kedua mortalitas dan morbiditas maternal dan

perinatal. Penyebab Pre-eklamsia adalah status reproduksi (usia,paritas,kehamilan

ganda dan faktor genetika), status kesehatan (riwayat Pre-eklamisa,

hipertensi,diabetes melitus, status gizi, stress/cemas), perilaku sehat (Antenatal

Care, penggunaan alat kontrasepsi), tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan

pekerjaan. Semua faktor tersebut dapat mempengaruhi kenaikan tekanan darah

sehingga dapat menimbulkan pre-eklamsia.

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan

disertai dengan proteinuria. Gejala klinik preeklampsia dibagi menjadi

preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Preeklampsia berat adalah

Preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah

diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria > 5 g/24 jam. Preeklampsia dan

eklampsia dapat timbul pada sebelum, selama, serta setelah persalinan

Jumlah kematian Ibu tahun 2018 berdasarkan pelaporan profil kesehatan

kabupaten/kota sebanyak 700 kasus atau 79,68 per 100.000 KH, meningkat 5

kasus dibandingkan tahun 2017 yaitu 695 kasus. Penyebab kematian ibu masih

didominasi oleh 26 % pendarahan, 30 % HDK, 17 % gangguan sistem peredaran

darah (jantung) dan 20 % penyebab lainnya. Kota depok menempati urutan ke 17

dari 27 kota yang ada di Jawa Barat dengan jumlah kematian ibu sebanyak 18

(Dinkes Jawa Barat, 2018).

Di Indonesia, preeklamsia berat dan eklamsia merupakan penyebab dari

30%- 40% kematian maternal, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia

telah menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian maternal. Oleh

karena itu diperlukan perhatian, serta penanganan yang serius terhadap ibu

bersalin dengan penyakit komplikasi ini (Yuliati dan Fikawati, 2012).

Page 4: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... …..i

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………. …….........ii

RINGKASAN ...................................................................................................iii

DAFTAR ISI …………………………………………………….....................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………..1

1.2 Kerangka Teori……………………………………………………………...3

1.3 Urgensi Penelitian…………………………………………………………..4

1.4 Rumusan Masalah ………………………………………………………….4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori………………………………………………………………….5

2.2 Kerangka Konsep……………………………………………………………11

2.3 Hipotesis……………………………………………………………………..11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 12

3.2 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 13

3.3 Waktu Penelitian ....................................................................................... 13

3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................... 13

3.5 Definisi Operasional Variabel .................................................................... 13

3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................... 14

3.7 Analisa Data .............................................................................................. 14

Page 5: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

v

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………..…………………. 16

4.1 Hasil………………………………………………………………………….16

4.2 Pembahasan…………………………………………………………………..21

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………34

5.1Simpulan…………………………………………………………………….. 34

5.2 Saran…………………………………………………………………………36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 6: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan puji sukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT.yang telah memberi

rahmat dan karunianya sehingga proposal penelitian stimulus dengan judul “Pengaruh

Pijat Bayi Terhadap Kenaikan Berat Badan Di Bidan Praktik Mandiri Robiah

Depok Tahun 2018” selesai dikerjakan.

Kami menyadari bahwa penulisan proposal ini tidak akan terselesaikan

tanpa adanya Ridho Illahi, dukungan, bantuan dan masukan dari berbagai pihak,

untuk itu pada kesempatan kami mengucapkan “Alhamdulillahirobbil`alamin”

beserta terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Universitas Nasional atas bantuan dana yang diberikan

2. Prof. Ernawati Sinaga, M.Si., Apt, Warek III bidang penelitian, pengabdian

kepada masyarakat, dan kerjasama yang telah memotivasi, mendorong dan

memberikan semangat kepada dosen Universitas Nasional untuk melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan juga mengusahakan dana

dari Universitas nasional.

3. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Dr. Retno Widowati,

M.Si.

4. Ka. Puskesmas yang telah memberikan kesempatan untuk peneliti melakukan

penelitian.

Akhirnya, kami sebagai penulis memohon maaf apabila ada kesalahan

baik secara teknik, format ataupun isi dari proposal ini. Harapan kami semoga

penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan

kesehatan reproduksi.

Jakarta, Februari 2021

Penulis

Page 7: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) masih menjadi salah satu masalah kesehatan

ibu dan anak di Indonesia. Tingginya AKI di Indonesia yakni mencapai 359 per

100.000 kelahiran hidup (KH), masih jauh dari target Milenium Development

Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sampai pada 102 per 100.000 KH atau

1.02 per 1000 KH (SDKI, 2012).

Data world Health Organization (WHO), menyatakan bahwa 342.900

kematian setiap tahunnya dan diiringi sepertiga kematian neonatal. Laporan

kesehatan dunia menyatakan bahwa ada sekitar 287.000 kematain ibu pada tahun

2010 yang terdiri atas Afrika Sub-Sahara (56%) dan Asia Selatan (29%) atau

sekitar 85 % (245.000 kematian ibu) terjadi di negara berkembang. Sedangkan di

negara-negara Asia Tenggara yaitu 150 ibu per 100.000 kelahiran hidup

(Christina, 2013). Indonesia berada pada tingkat ke 14 dari 18 negara di

Association of southest Asian Nations (ASEAN) dan peringkat ke 5 tertingi di

South East Asia Region (SEARO) (Hukmiah dkk,2014).

Faktor predisposisi preeklampsia/eklampsia antara lain adalah paritas,

umur ibu hamil kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, diabetes melitus,

hipertensi kronik, riwayat keluarga dengan preeklampsia, dan penyakit vaskuler

ginjal (Offord, 2012). Catatan statistik seluruh dunia menunjukkan dari insidensi

5%-8% preeklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih diantaranya

dikarenakan oleh primigravida. Menurut data The New England Journal of

Medicine pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia sebanyak 3,9%,

Page 8: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

2

kehamilan kedua 1,7%, dan kehamilan ketiga 1,8% (Rozikhan, 2006). Angka

kejadian preeklampsia/eklampsia akan menurun pada ibu dengan paritas 1-3 kali,

namun pada paritas tinggi akan terjadi lagi peningkatan angka kejadian

preeklampsia/eklampsia (Offord, 2012).

Jumlah kematian Ibu tahun 2018 berdasarkan pelaporan profil kesehatan

kabupaten/kota sebanyak 700 kasus atau 79,68 per 100.000 KH, meningkat 5

kasus dibandingkan tahun 2017 yaitu 695 kasus. Penyebab kematian ibu masih

didominasi oleh 26 % pendarahan, 30 % HDK, 17 % gangguan sistem peredaran

darah (jantung) dan 20 % penyebab lainnya. Kota depok menempati urutan ke 17

dari 27 kota yang ada di Jawa Barat dengan jumlah kematian ibu sebanyak 18

(Dinkes Jawa Barat, 2018).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Analisis Faktor Resiko Pre Eklampsi Ibu Hamil Pada Masa Pandemi

Covid 19 Di Puskesmas Ratu Jaya Cipayung Depok Tahun 2020”

Page 9: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

3

1.2 Kerangka Teori

1.3 Permasalahan

Sumber : Prawirohardjo, (2009), Wibowo, (2006), Wiknjosastro, (2005), Mc.Charty

dan Maine (2011).

Status kesehatan :

1. Riwayat Pre-eklamsia

2. Hipertensi

3. Diabetes mellitus

4. Status gizi

5. Stres

Faktor lingkungan :

1. Pekerjaan

2. Pendidikan

3. Statussosial ekonomi

Pre-eklamsia dan

Eklampsia

Faktor stasus reproduksi :

1. Usia

2. Usia kehamilan

3. Kehamilan ganda

4. Genetika

5. Status

6. Paritas

Perilaku sehat :

1. Penggunaan alat

kontrasepsi

2. Pemeriksaan Antenatal

Care

Page 10: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

4

1.3 Permasalahan

Kejadian pre eklampsi di Puskesmas Ratu Jaya Depok terus mengalami

peningkatan dalam beberapa tahun terakhir dengan persetase kenaikan dari tahun

2019 sebesar 15%

1.4 Urgensi Penelitian

Jumlah kematian Ibu tahun 2018 berdasarkan pelaporan profil kesehatan

kabupaten/kota sebanyak 700 kasus atau 79,68 per 100.000 KH, meningkat 5

kasus dibandingkan tahun 2017 yaitu 695 kasus. Penyebab kematian ibu masih

didominasi oleh 26 % pendarahan, 30 % HDK, 17 % gangguan sistem peredaran

darah (jantung) dan 20 % penyebab lainnya. Kota depok menempati urutan ke 17

dari 27 kota yang ada di Jawa Barat dengan jumlah kematian ibu sebanyak 18

(Dinkes Jawa Barat, 2018).

1.5 Tujuan Penelitian

1. Diketahui jumlah resiko ibu hamil dengan pre eklampsi di masa pandemi covid

19

2. Diketahui faktor yang mempengaruhi risiko terjadinya pre eklampasi pada ibu

hamil selama masa pandemi covid 19 (paritas, usia ibu, usia KH, jarak

kehamilan, kunjungan ANC).

K

Page 11: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Definisi kehamilan dalam agama Islam adalah Allah menjadikan

gumpalan darah menjadi manusia di rahim seorang ibu. Dari sudut ilmu biologi,

defenisi kehamilan adalah ketika sperma dan ovum menyatu dan membentuk sel

yang terus bertumbuh. Maka dari kedua hal itu disimpulkan defenisi kehamilan

adalah ketika sebuah embrio di dalam perut wanita terbentuk hingga lahirnya bayi

yang dikandung. Defenisi kehamilan lainnya adalah terbentuknya bayi mulai dari

preembriotik, embriotik hingga kelahiran. Fase ini mengacu pada perkembangan

seorang bayi dalam perut sang ibu (Erika Jayantika, 2012).

2.1.2 Pengertian Pre-eklampsia

Pre-eklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi,

proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam

postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Pre-eklampsia dikenal

juga dengan sebutan Pregnancy Incduced Hipertension (PIH) gestosis atau

toksemia kehamilan (Maryunani, dkk, 2012). Sedangkan menurut Chapman

(2006) pre-eklampsia adalah merupakan kondisi khusus dalam kehamilan ditandai

dengan peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria. Bisa berhubungan

dengan kejang (eklampsia) dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi

pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrapsio plasenta.

Page 12: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

6

Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada

triwulan Ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola

hidatidosa. Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat (Abdul, dkk,

2006). Menurut Mansjoer, dkk (2007) pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi

disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20

minggu atau segera setelah persalinan. Kemudian Pre-eklampsia menurut Achdiat

(2004) adalah suatu sindrom klinis dalam kehamilan (usia kehamilan > 20 minggu

dan /atau berat janin 500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan

edema. Gejala ini dapat timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu bila terjadi

penyakit trofoblastik.

Menurut Skenna dan Kappel (2001) dalam Asuhan Kebidanan Persalinan

dan Kelahiran (2006), pre-eklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan,

ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubung atau

berlanjut menjadi kejang (eklampsia), sementara komplikasi pada janin meliputi

restriksi pertumbuhan dan abrapsio plasenta / solusio plasenta (Maryunani, dkk,

2012). Pre-eklampsia didefenisikan sebagai gangguan yang terjadi pada trimester

kedua kehamilan dan mengalami regresi setelah kelahiran, ditandai dengan

kemunculan sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi, edema, dan

proteinuria (Mary dan Mandy, 2010)

2.2 Etiologi Pre-eklampsia

Penyebab timbulnya pre-eklampsia pada ibu hamil belum diketahui

secara pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh (vasospasme arteriola).

Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya pre-

Page 13: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

7

eklampsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,

molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau

lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, dkk, 2012).

Dalam penelitian Rozikhan (2007), sebab pre-eklampsia dan

eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba

menerangkan sebabmusabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang

memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus dapat

menerangkan hal-hal berikut: (1) primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion

dan mola hidatidosa; (2) semakin tuanya kehamilan; (3) terjadinya perbaikan

keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus; dan (4) timbulnya

hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. Salah satu teori yang

dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia rahim dan plasenta

(ischemaemia uteroplacentae).

Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada

molahidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, pada akhir kehamilan, pada

persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes , peredaran darah

dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau desidua

yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi. Tetapi dengan teori ini tidak

dapat diterangakan semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Ternyata

tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia. Dalam

teori dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklampsia adalah iskemia

plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang

berkaitan dengan penyakit itu. Ada banyak faktor yang menyebabkan pre-

eklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sudah

Page 14: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

8

ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat. Dan sampai saat ini, apa yang

menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia belum diketahui, telah banyak

teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi

tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan (Chapman, 2006).

Penyebab pre-eklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti,

bukan hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya kemungkinan

pre-eklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan

kematian. Akan tetapi untuk mendeteksi pre-eklampsia sedini mungkin dengan

melalui antenatal secara teratur mulai trimester I sampai dengan trimester III

dalam upaya mencegah pre-eklampsia menjadi lebih berat (Manuaba, 2008).

Sampai sekarang etiologi pre-eklampsia belum diketahui. Membicarkan

patofisiologinya tidak lebih dari “mengumpulkan” temuan-temuan fenomena yang

beragam. Namun pengetahuan tentang temuan yang beragam inilah kunci utama

suksesnya penanganan pre-eklampsia sehingga pre-eklampsia/eklampsia disebut

sebagai the disease of many theories in obstetrics (Vivian dan Tri Sunarsih, 2010).

Adapun teori-teori tersebut antara lain:

2.2.1 Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pengeluaran hormone ini memunculkan efek “perlawanan” pada tubuh.

Pembuluh-pembuluh darah menciut, terutama pembuluh darah kecil, akibatnya

tekanan darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan zat asam. Pada

keadaan yang lebih parah, bisa terjadi penimbunan zat pembeku darah yang ikut

menyambut pembuluh darah pada jaringan jaringan vital.

Page 15: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

9

2.2.2 Peran Faktor Imunologis

Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada

kehamilan berikutnya. Hal ini dapat di bahwa pada kehamilan pertama pembentuk

blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin

sempurna pada kehamilan berikutnya.

2.3 Tanda dan Gejala Pre-eklampsia

2.3.1.1 Hipertensi

Hipertensi merupakan kriteria paling penting dalam diagnosa penyakit pre-

eklampsia. Hipertensi ini sering terjadi sangat tiba-tiba. Banyak primigravida

dengan usia muda memiliki tekanan darah sekitar 100-110/60-70 mmHg selama

trimester kedua. Peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau peningkatan sistolik

sebesar 30 mmHg harus dipertimbangkan (William obstetri, 2010).

2.3.1.2 Hasil Pemeriksaan laboratorium

Protein urin merupakan gejala terakhir timbul. Protein urine berarti

konsentrasi protein dalam urine yang melebihi 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau

pemeriksaan kualititatif menunjukan +1 sampai 2+ dengan metode dipstik) atau

>1 gr/liter melalusi proses urinalis dengan menggunakan kateter atau midstream

yang diambil urine sewaktu minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam

(Wiknjasastro,2016).

Hemoglobin dan hemotokrit meningkat akibat hemokonsentrasi.

Trombositopenia biasanya terjadi peningkatan FDP, fibronektin dan penurunan

antirombin III. Asam urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinininserum

biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklamsia berat. Alkalin fosfatase

meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit meningkat

Page 16: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

10

dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dal elektrolit pada pasien preeklamsia

biasanya dalam batas normal. Urinalisis ditemukan proteinurin beberapa kasus

ditemukan hyaline cast.

2.3.1.3 Edema

Edema pada kehamilan normal dapat ditemukan edema dependen, tetapi

jika terdapat edema independen yang djumpai di tangan dan wajah yang

meningkat saat bangun pagi merupakan edema yang patologis. Kriteria edema lain

dari pemeriksaan fisik yaitu: penambahan berat badan > 2 pon/minggu dan

penumpukan cairan didalam jaringan secara generalisata yang disebut pitting

edema > +1 setelah tirah baring 1 jam.

Kemudian tanda dan gejala pre-eklampsia menurut (Maryunani, dkk, 2012)

adalah:

1) Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur minimal 2

kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.

2) Proteinuria 5 gram/ 24 jam atau lebih, +++ atau ++++ pada pemeriksaan

3) kualitatif.

4) Oliguria, urine 400 ml / 24 jam atau kurang

5) Edema paru-paru, sianosis

6) Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah pengelihatan,

7) pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri

8) epigastrium, mual atau muntah serta emosi mudah marah

9) Pertumbuhan janin intrauterine terlambat

10) Adanya HELLP syndrome (H= Hemolysis, ELL= Elevated Liver Enzym, P=

Low Plat

Page 17: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

11

11) Pertumbuhan janin intrauterine terlambat

12) Kriteria menentukan adanya edema adalah: nilai positif jika edema di daerah

tibia, lumbosakral, wajah (kelopak mata), dan tangan, terutama setelah

bangun tidur dipagi hari.

2.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

2.3 Hipotesis Penelitian

HO: Tidak Ada hubungan antara paritas, kunjungan ANC, usia Kehamilan,

Usia Ibu dan Jarak Kehamilan terhadap risiko pre eklampsi

Ha: Ada hubungan antara paritas, kunjungan ANC, usia Kehamilan, Usia Ibu

dan Jarak Kehamilan terhadap risiko pre eklampsi

Kd

Risiko Pre-eklamsia

Paritas

kunjungan ANC

Usia Ibu

Jarak Kehamilan

Usia Kehamilan

Page 18: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik

yang artinya survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan

mengapa fenomena kesehatan itu terjadi atau mempelajari dinamika hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen kemudian dilakukan analisa

dinamika korelasi antar fenomena, yaitu antara faktor risiko dengan faktor efek.

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cross

sectional, yaitu melakukan pengamatan atau penelitian pada populasi pada waktu

yang sama atau hanya dilakukan dengan satu periode waktu tertentu, dan

pemberian kuisioner hanya satu kali saja dan tidak dilakukan ulangan dimana

variabel independen maupun variabel dependen diukur dalam waktu bersamaan

atau sekali waktu (Hidayat, 2012).

Populasi

Populasi adalah seluruh objek penelitian yang akan di teliti (Notoatmodjo,2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil datang berkunjung ke KIA

Puskesmas Ratu Jaya pada bulan Desember 2020-Januari 2021.

Sampel

Sampel dalam penelitian ini seluruh ibu hamil yang periksa kehamilan dan telah

dilakukan skrining pre eklampsi pada bulan Desember 2020 – Januari 2021 .

Teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling dan jumlah seluruh

Page 19: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

13

responden dalam penelitian ini sebanyak 35 ibu hamil yang beresiko pre eklampsi

sejak bulan September 2020 – Januari 2021

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini di ambil di Puskesmas Ratu Jaya Depok Jawa Barat.

3.3 Waktu penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada bulan September sampai bulan Februari 2021.

melakukan pengumpulan data sekunder.

3.4 Variabel penelitian

Risiko Pre eklampsi, paritas, usia ibu, usia KH, jarak kehamilan, jumlah

kunjungan ANC

3.5 Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel

Penelitian Definisi

Opersional Cara

Ukur Alat

Ukur Hasil

Ukur Skala

Ukur Variabel Dependen

1. Pre-eklamsia

Responden yang

secara skrening

dinyatakan berisiko

prek eklampsi

sedang dan berat sesuai skrening

pada buku KIA

Kuesioner Lembar

Ceklist

0. Risiko Sedang

1. Risiko Tinggi

Ordinal

1. Variabel Independen 2. 2. Paritas Status Paritas

adalah status seorang ibu yang

sedang hamil

a. Primigravida

Ibu yang sedang

hamil untuk

pertama kali

b.Multigravida

Wanita yang

hamil lebihi dari 1

kali

Kuesioner Lembar

Ceklist

0. Primigravida

1. Multigravida

Ordinal

3. Antenatal Care Kunjungan ibu

hamil secara rutin

Kuesioner Lembar

Ceklist 0. Rutin (sesuai jadwal

kunjungan Ordinal

Page 20: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

14

di pelayanan

kesehatan secara

rutin

1. Tidak Rutin (sesuai

jadwal kunjungan

4. Usia ibu Umur yang

terhitung sejak ibu

dilahirkan sampai

saat ini yang dilihat

dari faktor resiko

Kuesioner Lembar

Ceklist

0. Usia tidak berisiko

(20-34 tahun)

1. Usia Berisiko

(< 20 th dan ≥35 th)

Ordinal

5. Usia Kehamilan Umur kehamilan dari mulai

dinyatakan

konsepsi sampai

saat ini

Kuesioner Lembar Ceklist

0. ≤20 minggu

1. > 20 minggu

Ordinal

6. Jarak kehamilan Rentang waktu dari

kehamilan

sebelumnya dengan

kehamilan saat ini

Kuesioner Lembar

Ceklist

0. ≤ 3 tahun

1. > 3 tahun

Ordinal

3.6 Instrumen Penelitian

Lembar ceklist, data rekam medik

3.7 Prosedur Pengumpulan Data

Data diambil dengan menggunakan data sekunder dan primer

menggunakan buku KIA

3.8 Pengolahan Data

Analisis dan pengolahan data merupakan bagian penting dari suatu

penelitian, adapun langkah-langkah pengolahan data meliputi :

a. Editing

b. Coding

c. Tabulating

d. Entry data

3.9 Analisa Data

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan rumus atau aturan yang sesuai dengan pendekatan atau desain

Page 21: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

15

yang dipergunakan sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang disebut

dengan analisis data (Arikunto, 2010).

3.9.1 Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskriptipkan

karakteristik setiap variabel penelitian. Hasil dari analisa univariat tersebut

disajikan dalam bentuk tabel yang bertujuan untuk melihat distribusi

frekuensi dari semua variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).

3.9.2 Analisa Bivariat

Analisa Bivariat adalah analisa korelasi antara variabel bebas dan terikat.

Uji statistik yang digunakan dalam analisa ini menggunakan SPSS

(Sugioyono, 2014). Analisis data dengan menggunakan uji chi square

Page 22: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Univariat

1. Preeklampsia

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Preeklampsia Ibu Hamil

Resiko Preeklampsia Frekuensi (f) Persentase (%)

Sedang 11 31,4

Tinggi 24 68,6

Jumlah 35 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 35 responden diketahui

preeklampsia resiko sedang sebanyak 11 responden (31,4%) dan preeklampsia

resiko tinggi sebanyak 24 responden (68,6%)

2. Usia Ibu

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Ibu

Usia Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak Berisiko 12 34,3

Berisiko 23 65,7

Jumlah 35 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 35 responden diketahui

umur tidak berisiko sebanyak 812responden (34,3%) dan umur berisiko sebanyak

23 responden (65,7%).

Page 23: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

17

3. Paritas

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 35 responden diketahui

paritas Primipara sebanyak 14 responden (40,0%) dan paritas multipara sebanyak

21 responden (60,0%).

4. Usia Kehamilan

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 35 responden diketahui

ada usia kehamilan ≤ 20 Minggu sebanyak 16 responden (45,7%) dan usia

kehamilan > 20 Minggu sebanyak 19 responden (54,3%).

5. Jarak Kehamilan

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kehamilan

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 35 responden diketahui

jarak kehamilan ≤ 3 Tahun sebanyak 9 responden (25,7%) dan jarak kehamilan

>3 Tahun sebanyak 26 responden (74,3%).

Paritas Frekuensi (f) Persentase (%)

Primipara 14 40,0

Multipara 21 60,0

Jumlah 35 100

Usia Kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%)

≤ 20 Minggu 16 45,7

> 20 Minggu 19 54,3

Jumlah 35 100

Jarak Kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%)

≤ 3 Tahun 9 25,7

> 3 Tahun 26 74,3

Jumlah 35 100

Page 24: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

18

6. Kunjungan ANC

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kunjungan ANC

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 35 responden melakukan

kunjungan ANC rutin sebanyak 9 responden (25,7%) dan tidak melakukan

kunjungan ANC rutin sebanyak 26 responden (74,3%).

4.1.2 Analisis Bivariat

1. Usia Ibu

Tabel 7 Hubungan Usia Ibu Terhadap Resiko Pre Eklampsi

Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan

nilai p-value 0,006 ≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa Ada hubungan antara usia

dengan resiko preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR sebesar 13

artinya responden yang memiliki usia berisiko memiliki peluang sebanyak 13 kali

mengalami resiko preeklampsia tinggi dalam kehamilannya.

Kunjungan ANC Frekuensi (f) Persentase (%)

Rutin 9 25,7

Tidak Rutin 26 74,3

Jumlah 35 100

Usia Ibu

Resiko Preeklampsia Total P Value

OR (CI 95%)

Lower-Upper Sedang Tinggi

f % f % f %

0,006 13

2,03-85,805

Tidak Berisiko 6 75 2 25 8 100

Berisiko 5 18,5 22 81,5 27 100

Jumlah 11 31,4 24 68,5 35 100

Page 25: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

19

2. Paritas

Tabel 8 Hubungan Paritas Terhadap Resiko Pre Eklampsi

Berdasarkan tabel 8 diatas diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan

nilai p-value 0,011 ≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa Ada hubungan antara

paritas dengan resiko preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR

sebesar 8 artinya responden yang memiliki paritas multipara memiliki peluang

sebanyak 8 kali mengalami resiko preeklampsia tinggi dalam kehamilannya.

3. Usia Kehamilan

Tabel 9 Hubungan Usia Kehamilan Terhadap Resiko Pre Eklampsi

Berdasarkan tabel 9 diatas diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan

nilai p-value 0,282 ≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara

usia kehamilan dengan resiko preeklampsia.

.

Paritas

Resiko Preeklampsia Total P Value

OR (CI 95%)

Lower-Upper Sedang Tinggi

f % f % f %

0,011 8

1,5-40,6

Primipara 8 37,1 6 42,9 14 100

Multipara 3 14,3 18 85,7 21 100

Jumlah 11 31,4 24 68,5 35 100

Usia Kehamilan

Resiko Preeklampsia Total P Value OR (CI 95%)

Lower-Upper Sedang Tinggi

f % f % f %

0,282

≤ 20 Minggu 7 43,8 9 56,2 16 100

> 20 Minggu 4 21,1 15 78,9 9 100

Jumlah 11 31,4 24 68,5 35 100

Page 26: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

20

4. Jarak Kehamilan

Tabel 10 Hubungan Jarak Kehamilan Terhadap Resiko Pre Eklampsi

Berdasarkan tabel 10 diatas diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan

nilai p-value 0,015 ≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa ada hubungan antara jarak

kehamilan dengan resiko preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR

sebesar 8,4 artinya responden yang memiliki jarak kehamilan > 3 Tahun memiliki

peluang sebanyak 8,4 kali mengalami resiko preeklampsia tinggi dalam

kehamilannya.

5. Kunjungan ANC

Tabel 11 Hubungan Kunjungan ANC Terhadap Resiko Pre Eklampsi

Berdasarkan tabel 11 diatas diketahui bahwa hasil uji statistik didapatkan

nilai p-value 0,001 ≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa ada hubungan antara

kunjungan ANC dengan resiko preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh

nilai OR sebesar 19,25 artinya responden yang melakukan kunjungan ANC tidak

Jarak Kehamilan

Resiko Preeklampsia Total P Value

OR (CI 95%)

Lower-Upper Sedang Tinggi

f % f % f %

0,015

8,4

1,54-45,73

≤ 3 Tahun 6 66,7 9 56,2 16 100

> 3 Tahun 4 21,1 15 78,9 9 100

Jumlah 11 31,4 24 68,5 35 100

Kunjungan

ANC

Resiko Preeklampsia Total P Value

OR (CI 95%)

Lower-Upper Sedang Tinggi

f % f % f %

0,001 19,25

2,88-128,15

Rutin 7 77,8 2 22,2 9 100

Tidak Rutin 4 15,4 22 84,6 26 100

Jumlah 11 31,4 24 68,5 35 100

Page 27: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

21

rutin memiliki peluang sebanyak 19,25 kali mengalami resiko preeklampsia tinggi

dalam kehamilannya.

4.2. Pembahasan Penelitian

4.2.1 Resiko Preeklampsia

Pre-eklamsia dapat menimbulkan dampak yang sangat serius pada ibu dan

janin. Oleh kare-na itu, mempertahankan tingkat kecurigaan yang tinggi dan

menghindari asumsi berlebihan bahwa temuan yang diperoleh menunjukkan

kondisi nor-mal akan membantu menegakkan diagnosis yang benar dan

penanganan yang tepat. Faktor risiko riwayat pre-eklamsia biasanya dapat

diketahui melalui pengkajian awal riwayat penyakit ibu hamil dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti. Berbagai faktor risiko tersebut

memiliki perannya masing-masing, teta-pi terdapat kecenderungan bahwa seorang

ibu hamil yang lebih banyak memiliki faktor risiko umum-nya akan menunjukkan

keadaan yang lebih buruk.

Hasil analisis univariat ibu hamil dengan preeklampsia resiko sedang

sebanyak 11 responden (31,4%) dan preeklampsia resiko tinggi sebanyak 24

responden (68,6%). Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Meriza (2010) dengan judul hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan

kejadian preeklampsia, di RSUP Dr. M. Djamil Padang, dimana angka kejadian

pre-eklampsia kategori sedang yaitu 30 orang (62,5%). Penelitian ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Desi (2013) dengan judul, hubungan antara usia

dengan pre-eklampsia pada ibu hamil dipoli KIA RSUD Kefamenanu Kabupaten

Timor Tengah Utara, dimana kejadian pre-eklampsia kategori sedang yaitu 29

orang (83,0%).

Page 28: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

22

Menurut Cuningham (2009) preeklampsiaa dalah sindroma menurunya

perfungsi organsebagai efek vasospasme dan aktivitas endotel khusus terjadi

pada kehamilan setelah minggu ke-20 dimana hipertensi disertai dengan protein

uria, oedema tidak lagi dianggap sebagai kriteria diagnosa karena dapat terjadi

pada wanita hamil. Untuk menegakkan dignosis pre-eklampsia, kenaikan

tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih diatas tekanan yang biasanya

ditemukan, atau mencapai 140mmHg atau lebih. Kenaikan tekanandiastolik

sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik dengan

15mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHgatau lebih, maka diagnosis

hipertensi dapat dibuat. Pre-eklampsia digolongkan pada pre-eklampsia ringan

dan pre-eklampsia berat

4.2.2 Usia Ibu

Hasil analisis univariat ibu hamil dengan umur tidak berisiko sebanyak

12 responden (34,3%) dan umur berisiko sebanyak 23 responden (65,7%).

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunirman (2013)

dengan judul gambaran umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian pre-

eklampsia terdapat (39,6%) memiliki usia aman di RSUP Dr. M. Djamil

padang 2013. Penelitian lain yang dilakukan oleh Harmonis (2015) dengan

judul hubungan umur dan paritas dengan kejadian pre-eklampsia terdapat lebih

dari separuh (63,1%) memiliki usia berisiko di RSUD Dr. Rasyidin Padang

Tahun 2015.

Usia sangat mempengaruhi kehamilan maupun persalinan. Usia yang

baik untuk hamil atau melahirkan 20 sampai 35 tahun. Pada usia tersebut alat

reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara maksimal.

Page 29: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

23

Sebaliknya pada wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun

kurang baik untuk hamil maupun melahirkan, karena kehamilan pada usia ini

memiliki resiko tinggi seperti terjadinya keguguran, atau kegagalan persalinan,

bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya lebih tua memiliki

tingkat resiko komplikasi melahirkan lebih tinggi dibandingkan dengan yang

lebih muda. Bagi wanita yang berusia 35 tahun keatas, selain fisik melemah,

juga kemungkinan munculnya berbagai resiko gangguan kesehatan, seperti

darah tinggi, diabetes dan berbagai penyakit lain (Gunawan S, 2010).

Usia sangat mempengaruhi kehamilan maupun persalinan. Usia yang

baik untuk hamil atau melahirkan 20 sampai 35 tahun. Pada usia tersebut alat

reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara maksimal.

Sebaliknya pada wanita dengan usia di bawah 20 tahun atau diatas 35 tahun

kurang baik untuk hamil maupun melahirkan, karenakehamilan pada usia ini

memiliki resiko tinggi seperti terjadinya keguguran, atau kegagalan persalinan,

bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya lebih tua memiliki

tingkat resiko komplikasi melahirkan lebih tinggi dibandingkan dengan yang

lebih muda. Bagi wanita yang berusia 35 tahun keatas, selain fisik melemah,

jugakemungkinan munculnya berbagai resiko gangguan kesehatan, seperti

darah tinggi, diabetes dan berbagai penyakit lain (Gunawan S, 2010).

Usia merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur

berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga

mempengaruhi status kesehatan seseorang. Usia yang baik untuk hamil adalah

20 sampai 35 tahun (Depkes RI, 2000). Royston dan Armstrong (1994) juga

menyatakan bahwa wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan

Page 30: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

24

wanita yang hamil pada usia >35 tahu akan mempunyai resiko yang sangat

tinggi untuk mengalami preeklampsia (Indriani, 2012).

Pada kehamilan <20 tahun, keadaan reproduksi yang belum siap untuk

menerima kehamilan akan meningkatkan keracunan kehamilan dalam bentuk

preeklampsia atau toksemia gravidarum. Sedangkan pada usia 35 tahun atau

lebih akan terjadi perubahan pada jaringan dan alat reproduksi serta jalan lahir

tidak lentur lagi. Pada usia tersebut cenderung didapatkan penyakit lain dalam

tubuh ibu, salah satunya hipertensi dan preeklampsia (Manuaba, 2007).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yaitu umur berisiko (<20 tahun

dan >35 tahun) lebih besar mengalami preeklampsia. Hal ini karena ibu hamil

<20 tahun mudah mengalami kenaikan tekanan darah dan lebih cepat

menimbulkan kejang. Sedangkan usia ibu >35 tahun seiring bertambahnya usia

rentan untuk terjadinya peningkatan tekanan darah. Selain itu usia <20 tahun

keadaan alat reproduksi belum siap untuk kehamilan. Rahim belum siap

mampu untuk memberikan perlindungan kehamilan dan secara psikologis

mental juga belum siap dan matang (Kurniasari D, et.al., 2015).

Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian (Saraswati 2016),

didapatkan ada hubungan umur ibu dengan kejadian preeklampsia pada ibu

hamil di RSUD Kabupaten Brebes tahun 2014 dengan p value0,0001.

Penelitian yang dilakukan oleh (Situmorang 2016) juga menemukan ada

hubungan umur ibu dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil di Poli KIA

RSU Anutapura Palu tahun 2016 dengan p value 0,000.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nursal dkk (2015) yaitu

terdapat hubungan yang kuat antara usia ibu dengan kejadian preeklampsia (p-

Page 31: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

25

value 0,006 OR 8,3 95% CI 2,4-2,8). Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian Ananth et al yang menunjukkan bahwa usia ibu berisiko berpeluang

untuk preeklampsia. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Nuning dan Mardiana (2016) yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara umur dengan kejadian preeklampsia (p-value 0,0001 dan OR

15,731). Hasil analisis regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

usia ibu merupakan faktor nomor tiga yang paling dominan yang

mempengaruhi kejadian preeklampsia pada ibu bersalin.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Bej et al yang menunjukkan

bahwa usia berisiko berhubungan dan usia berisiko berpeluang 2,28 kali untuk

preeklampsia. Ibu hamil yang berusia <20 tahun dan >35 tahun berisiko 4,886

kali berisiko untuk terkena preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil yang

berusia 20-35 tahun. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Tessema et al (2015) yang menunjukkan bahwa wanita hamil berusia 35 tahun

ke atas memiliki risiko 4 kali meningkatkan preeklampsia dibanding wanita

hamil berusia 25-29 tahun.

Peneliti berpendapat bahwa, usia reproduksi sehat dikenal bahwa usia

yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-35 tahun. Menurut

teori yang ada preeklampsia lebih sering didapatkan pada masa awal dan akhir

usia reproduktif yaitu usia remaja atau di atas 35 tahun. Saat wanita bertambah

tua, cenderung memiliki masalah kardiovaskuler dimana terjadi penurunan

fungsi pembuluh kardiovaskuler yang berhubungan dengan penuaan pembuluh

darah uterus dan arteri kaku. Selain itu, ketika hamil wanita yang semakin tua,

maka adaptasi hemodinamik selama kehamilan menjadi lebih sulit. Oleh karena

Page 32: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

26

itu, apabila usia ibu saat hamil termasuk usia yang berisiko maka ibu harus

melakukan pemeriksaan antenatal dan konseling kesehatan ke pelayanan

kesehatan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah dan melakukan penanganan

yang tepat apabila terjadi preeklampsia kehamilan.

4.2.3 Paritas

Hasil analisis univariat ibu hamil dengan paritas Primipara sebanyak 14

responden (40,0%) dan paritas multipara sebanyak 21 responden (60,0%).

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriani (2013)

dengan judul hubungan umur dan paritas pada ibu hamil dengan kejadian pre-

eklampsia dimana di dapatkan hasil lebih dari separuh (51,2%) ibu memiliki

paritas baik di RSUP Dr. M. Djamil padang tahun 2013. Penelitian ini sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh wahyuni (2014) dengan judul hubungan

umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian pre-eklampsia dimana didapatkan

hasil lebih dari separuh (69,2%)ibu memiliki paritas baik dirumah sakit tingkat

III Dr. Reksodiwiryo.

Keadaan seorang wanita sehubungan dengan kelahiran anak yang dapat

hidup (Dorlan, W, A, 2002). Paritas yang amana dalah 1-3 jumlah anak.

Apabila lebih dari 3 mempunyai angka kematian lebih tinggi. Lebih tinggi

paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas tinggi dapat

dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana (Prawirohardjo, 2002 )

Paritas merupakan salah satu factor predisposisi terjadinya preeklamsia

pada primigravida frekuensi pre-eklampsia lebih tinggi dibandingkan dengan

multigravida terutama primigravida muda (Winkjosatro,2006). Paritas

dikatakan tinggi bila seorang wanita melahirkan anak ke empat atau lebih.

Page 33: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

27

Paritas tinggi mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi

paritas, lebih tinggi pula kematian maternal.

Paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

lahir hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan (bobak, I ,2004). Paritas yang

aman adalah 1-3 jumlah anak. Apabila lebih dari 3 mempunyai angka kematian

lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.

Resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga

berencana (Prawirohardjo, 2002). Paritas adalah seorang wanita yang sudah

pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (Syaifuddin A, B, 2011). Pada

primipara frekuensi preeklampsi lebih tinggi bila dibandingkan dengan

multipara terutama pada primipara muda. Wanita yang telah banyak

melahirkan≥ 3 orang rentan terhadap komplikasi yang serius, bahaya padamasa

kehamilan salah satunya adalah preeklampsi dimana pada paritas yang

tinggialiran darah akan menurun keplasenta yang menyebabkan ganguan

plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin karena kekurangan

oksigenasi (Prawirohardjo, 2008).

Paritas merupakan salah satu penyebab paling banyak ibu hamil

mengalami preeklampsi. Semakin muda kehamilan seseorang (primipara) atau

semaki banyak seseorang melahirkan (Grandemultipara) akan semakin

besarpeluang ibu hamil tersebut mengalami preeklampsi. Hal ini diakibatkan

oleh karena wanita hamil pertama dan dalam keadaan hamil dan berusia muda

lebih cenderung rentan terhadap timbulnya preeklampsi yang diakibatkan oleh

belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sedangkan pada pada wanita

yang telah berulang kali mengalami persalinan lebih diakibatkan karena kondisi

Page 34: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

28

tubuh dan kesehatannya yang menjadi lemah sehingga kemungkinan terkena

preeklampsi lebih besar (Prawirohardjo, 2010)

Penelitian ini didukung oleh penelitian Resmi (2013), yang menyatakan

bahwa ibu yang memiliki jumlah paritas berisiko sebesar 56,8% pada kelompok

kasus dan pada kelompok kontrol yaitu sebagian besar terjadi pada ibu yang

jumlah paritas tidak berisko (2-3 kali) yaitu sebesar 55,3% dengan hasil uji

statistik dengan uji chi-square menunjukan tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara paritas dengan kejadian preeklampsia (P value= 0,076,

OR=1,628). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Trisnawati (2010) yang menyatakan paritas tidak mempunyai hubungan yang

bermakna terhadap kejadian preeklampsia dengan hasil uji statistik (p= 0.194

>0.05) dengan nilai Odds Ratio1.34. Selain itu menurut penelitian Indriani

(2012), menunjukan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara

faktor paritas terhadap kejadiaan preeklampsia yaitu 0,325.

Analisa peneliti bahwa dari hasil penelitian yang telah didapatkan

dengan kejadian preeklampsi ringan lebih banyak pada ibu hamil dengan

paritas tidak beresiko dibandingkan dengan ibu hamil yang beresiko. Paritas

merupakan faktor predisposisi kejadian preeklampsi yang memiliki pengaruh.

Hal ini sesuai teori yang diungkapkan bahwa paritas >3 merupakan salah satu

faktor predisposisi dari preeklampsi (Prawirohardjo,2008).

4.2.4 Usia Kehamilan

Hasil analisis univariat ibu hamil usia kehamilan ≤ 20 Minggu sebanyak

16 responden (45,7%) dan usia kehamilan > 20 Minggu sebanyak 19 responden

(54,3%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,282 ≤ α (0,05), yang

Page 35: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

29

menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara usia kehamilan dengan resiko

preeklampsia. Afridasari (2012) menyatakan bahwa umur kehamilan merupakan

faktor risiko kejadian preeklampsia. Dalam penelitian Afridasari, persentase umur

kehamilan >37 minggu pada kelompok kasus (32,3%) lebih tinggi dari pada

kelompok kontrol (19,0%).

Preeklampsi-eklamsi sering muncul pada usiakehamilan lebih dari 20

minggu, hal ini disebabkan kerja plasenta yang semakin aktif bekerja mengalirkan

nutrisi bagi janin sehingga menyebabkan kenaikan tekanan darah sebagai reaksi

peningkatan metabolisme organ tubuh ibu. Pemeriksaan kehamilan (antenatal

care)yang teratur dan secara rutin untuk mendeteksi adanya tanda-tanda

preeklampsi-eklamsi sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsi

eklampsi, karena semakin tua umur kehamilan,risiko untuk mengalami

peeklampsi- eklampsi semakin tinggi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan ada

hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian preeklampsi

pada ibu bersalin di Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009 dengan p.value = 0,000.

Makin tua umur kehamilan, makin tinggi frekuensi terjadinya preeklampsi-

eklamsi. Secara fisiologi kehamilan normal, arteria spiralis yang terdapat pada

desidua mengalami pergantian sel dengan trofoblas endovaskuler yang akan

menjamin tetap terbukanya lumen untuk memberikan aliran darah tetap, nutrisi

cukup dan O2 seimbang. Proses pergantian sel ini seharusnya pada trimester

pertama, yaitu minggu ke-16 dengan perkiraan pembentukan plasenta telah

Page 36: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

30

berakhir. Invasi endovaskuler trofoblas terus berlangsung pada trimester kedua

dan masuk ke dalam arteria miometrium.

Hal ini menyebabkan pelebaran dan tetap terbukanya arteri sehingga

kelangsungan aliran darah, nutrisi dan O2 tetap terjamin. Hal tersebut dibutuhkan

janin dalam rahim. Invasi trimester kedua pada preeklampsi-eklampsi tidak terjadi

sehingga terjadi hambatan pada saat memerlukan tambahan aliran darah untuk

memberikan nutrisi dan O2 dan menimbulkan situasi”iskemia region

uteroplasenter” pada sekitar minggu ke-20. keadaan ini dapat menerangkan

bahwa preeklampsi–eklampsi baru akan terjadi mulai minggu ke-20 kehamilan

4.2.5 Jarak Kehamilan

Faktor interval kehamilan < 2 tahun mempunyai risiko terjadi

preeklampsia dibandingkan ibu dengan jarak kehamilan 2 tahun atau lebih. Hasil

analisis univariat ibu hamil dengan jarak kehamilan ≤ 3 Tahun sebanyak 9

responden (25,7%) dan jarak kehamilan >3 Tahun sebanyak 26 responden

(74,3%). hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,015 ≤ α (0,05), yang

menunjukan bahwa ada hubungan antara jarak kehamilan dengan resiko

preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR sebesar 8,4 artinya

responden yang memiliki jarak kehamilan > 3 Tahun memiliki peluang sebanyak

8,4 kali mengalami resiko preeklampsia tinggi dalam kehamilannya.

Interval kelahiran berhubungan dengan kejadian preeklamsia dimana jarak

terdiagnosa preeklamsia (Rozanna, 2009). Interval kelahiran merupakan salah satu

faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya preeklamsia. Skjaerven, dkk.

(2002) menyatakan risiko terjadinya preeklamsia pada pasangan yang sama

maupun pada pasangan yang berbeda. yaitu jarak kelahiran yang panjang antara

Page 37: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

31

anak sekarang dengan sebelumnya. Robillard dan Hulsey menyatakan bahwa

meningkatnya risiko preeklamsia pada ibu dengan jarak yang lebih pendek dalam

melakukan hubungan seksual sebelum hamil (Cathrine, et.al 2013).

Stephansson dkk., (2003) dalam penelitiannya menyimpulkan jarak

kehamilan <72 bulan akan meningkatkan resiko lahir mati dan kematian neonatal

dini. Menurut Conde-Agudelo dan Belizan (2000), penelitian yang dilakukan di

Amerika Latin dan Caribia ada hubungan yang bermakna antara jarak kelahiran

sekarang dengan sebelumnya dengan kejadian preeklamsi bila jarak kelahiran

tersebut > 59 bulan. Hal ini sesuai dengan penelitian Skajaerven dkk (2002)

menyebutkan bahwa resiko pre eklampsia selama kehamilan kedua ditemukan

meningkat seiring dengan peningkatan jarak kelahiran pertama apalagi bila jarak

waktu setelah melahirkan anak pertama 10 tahun dengan kehamilan kedua, resiko

itu akan meningkat lebih dari tiga kali lipat hampir sama resikonya dengan wanita

nullipara. Trongstad dkk. ( 2001) menyebutkan bahwa wanita dengan jarak

kelahiran lebih lama akan meningkatkan resiko pre-eklampsia dibandingkan pada

wanita dengan kehamilan kedua yang jarak kelahiran 1-5 tahun setelah kelahiran

anak pertama. Studi ini juga mengungkapkan bahwa pasangan yang berbeda pada

kehamilan kedua menurunkan resiko preeklampsia bila jarak kelahiran pertama

dengan kedua tidak terlalu panjang pada wanita tanpa riwayat pre-eklampsia.

Resiko itu akan meningkat bila jarak kelahiran terlalu panjang.

4.2.6 Kunjungan ANC

Pemeriksaan kehamilan atau asuhan Ante natal Care (ANC) merupakan

suatu proses peme- riksaan yang dilakukan sejak mulai masa kehami-lan sampai

saat proses persalinan dan pemeriksaan masa kehamilan ini dilakukan untuk

Page 38: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

32

mengawasi dan memonitor kesehatan ibu dan bayi sehingga proses kehamilan

hingga persalinanya dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Hasil analisis univariat ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC rutin

sebanyak 9 responden (25,7%) dan tidak melakukan kunjungan ANC rutin

sebanyak 26 responden (74,3%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,001

≤ α (0,05), yang menunjukan bahwa ada hubungan antara kunjungan ANC dengan

resiko preeklampsia. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR sebesar 19,25

artinya responden yang melakukan kunjungan ANC tidak rutin memiliki peluang

sebanyak 19,25 kali mengalami resiko preeklampsia tinggi dalam kehamilannya.

Hal tersebut dikarenakan tidak terdeteksinya faktor risiko preeklampsia dan

apabila tidak dapat diberi penanganan secara tepat oleh tenaga kesehatan dapat

menyebabkan eklampsia atau kematian ibu (Djannah, 2010).

Kunjungan ANC (Ante Natal Care) merupakan salah satu upaya yang dapat

dilakukan sebagai pencegahan awal dari pre-eklampsia berat. Data atau informasi

awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas

kesehatan untuk membedakan antara hipertensi kronis dengan pre-eklampsia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Saraswati (2014) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemeriksaan ANC

dengan kejadian preeklampsia. Pada penelitian tersebut pemeriksaan ANC

berisiko (<4 kali) pada kelompok kasus sebanyak (87,50%) lebih banyak

dibandingkan dengan pada kelompok kontrol yaitu (29,03%). Penelitian ini juga

diperkuat oleh penelitian Isnanda (2012), menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara pelayanan ANC dengan kejadian preeklampsia (p value 0,004) dengan

OR= 9,6 yaitu bagi ibu hamil yang tidak rutin memeriksakan kehamilannya

Page 39: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

33

mempunyai risiko 9,6 kali untuk mengalami preeklampsia dibanding dengan ibu

hamil yang rutin ANC.

Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC lengkap dapat meningkatkan

kewaspadaan dan menjaga kondisi kesehatan kehamilan dengan cara mengatur

aktivitas fisik dan memperhatikan kebutuhan energi san zat gizi selama masa

kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan pada ibu dan

janin sangat kecil (Kemenkes, 2010).

Page 40: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

34

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis preeklampsia ibu hamil

pada masa pandemi covid-19 di Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang

Tahun 2021, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Sebagian besar ibu hamil memiliki resiko pre eklampsi tingg sebanyak 24

orang (68,6%), umur berisiko sebanyak 23 orang (65,7%), paritas berisiko

(multipara) sebanyak 21 orang (60.0%), usia kehamilan > 20 tahun

sebanyak 19 orang (54,3%), jarak kehamilan > 3 tahun sebanyak 26 orang

(74,3%) dan kunjungan ANC tidak rutin sebanyak 26 orang (74,3%) pada

masa covid-19 di Puskesmas Ratu Jaya Tahun 2021.

2. Ada hubungan yang bermakna antara usia ibu, paritas, jarak kehamilan dan

kunjungan ANC terhadap resiko preeklampsia ibu hamil pada masa covid-

19 di Puskesmas Ratu Jaya Tahun 2021.

3. Kunjungan ANC yang tidak rutin memiliki peluang terbesar sebanyak 19

kali dalam menimbulkan resiko preeklampsia ibu hamil.

1.2 Saran

5.2.1 Bagi Bidan di Puskesmas Ratu Jaya Cipayung

Berdasar hasil penelitian, disarankan agar bidan lebih jeli dalam

melakukan antisipasi preeklampsia terutama bagi ibu hamil yang tidak rutin

melakukan kunjungan ANC. Bidan disarankan agar memotivasi ibu hamil

untuk pemeriksaan antenatal care secara rutin, pemeriksaan tekanan darah

Page 41: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

35

secara rutin, lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan antenatal care

pada ibu hamil, dan menggiatkan penyuluhan dan konseling informasi dan

edukasi (KIE) tentang risiko tinggi kehamilan.

5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan agar peneliti selanjutnya meneliti lebih lanjut tentang faktor

risiko kejadian preeklampsia pada ibu hamil dengan menggunakan desain

penelitian yang lebih baik.

Page 42: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

36

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana A, et.al.,(2011) Report on the Achievement of Millenium

Development Goals in Indonesia 2011. 2011;124.

Bobak, I, (2004), Keperwatan Maternitas.Jakarta : EGC.

Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencanan Nasional,

Departemen Kesehatan, Macro International (2013). Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia 2012. SDKI. 2013;16.

Cunningham, F Gary, Dkk. (2009), ObstetriWilliams Edisi 1 Dan 2. Jakarta :

EGC.

____(2013)Obstetri William Ed.23 Vol 2. Jakarta: EGC; 2013.

de Souza Rugolo LMS, Bentlin MR, Trindade CEP. Preeclampsia: Effect on the

Fetus and Newborn. Neoreviews [Internet]. 2011;12(4):e198–206.

Availablefrom:http://neoreviews.aappublications.org/lookup/doi/10.1542/n

eo.12-4-e198

Grum T, et.al. (2017), Determinants of pre- eclampsia / Eclampsia among women

attending delivery Services in Selected Public Hospitals of Addis Ababa ,

Ethiopia : a case control study. 2017;1–7.

Junia (2020), FAKTOR RESIKO IBU HAMIL PADA KEJADIAN

PREEKLAMPSIA, Skripsi, Unair, 2020

Kemenkes RI (2015), Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals

(SDGs). Rakorpop Kementeri Kesehat RI. 2015;(97):24. Available from:

http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/pusat2_v1/wpcontent/uploads/201

5/12/SDGs-Ditjen-BGKIA.pdf

Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Kementrian Kesehatan,

Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.2010; 1 of

40.Availablefrom:http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp

content/uploads/downloads/2013/12/Pedoman-ANC-Terpadu.pdf

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Vol.70, Kesehatan. 2016. 1780-1790 p.

Kurniasari D (2015), Arifandini F. Hubungan Usia , Paritas Dan Diabetes Mellitus

Pada Kehamilan Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di

Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun

2014. J Kesehatan Holistik. 2015;9(3):142–50.

Page 43: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

37

Meriza, (2010), Hubungan Umur Dan ParitasIbu Bersalin Dengan Kejadian Pre-

Eklampsia Di Rsup Dr. M. Djamil Padang: Akademi Kebinana

AlifahPadang.

Noatmojdo Soekidjo, 2012.MetedologiPenelitian Kesehatan Edisi Revisi.Jakarta :

Rineka Cipta.

Nursal, et.al., (2015), Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di

RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014.

Osungbade KO, Ige OK. Public Health Perspectives of Preeclampsia in

Developing Countries: Implication for Health System Strengthening. J

Pregnancy.2011;2011:1–6.

Availablefrom:http://www.hindawi.com/journals/jp/2011/481095/

Prawirohardjo, (2010).Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

______(2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Saifuddin A. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

Sibagariang, E. E. (2010). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CV. Trans

Info Media.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Administrasi. edisi 2015. Bandung :

Alfabeta

Surinati, I. D. A. K. (2011). Perbedaan Berat Badan Lahir Dan Berat Plasenta

Lahir Pada Ibu Hamil Aterm Dengan Anemia Dan Tidak Anemia Di

RSUD Wagaya Kota Denpasar Tahun 2011. Tesis. Denpasar

Sukriani, (2013). Hubungan Usia Dan ParitasIbu Bersalin Dengan Kejadian Pre-

Eklampsia Di Rsup Dr. M. DjamilPadang: Akademi Kebidanan Alifah

Padang

Uzan J,et.al., (2011). Pre-eclampsia: Pathophysiology, diagnosis, and

management. Vasc Health Risk Manag. ;7(1):467–74.

Wahyuni, (2014). Hubungan Umur Dan ParitasIbu Bersalin Dengan Kejadian Pre-

Eklampsia Dirumah Sakit Tk. III Dr.Reksodiwiryo: Akademi

KebidananAlifah Padang

Waryana. (2010), Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Winkjosastro, H, (2006). Ilmu Kebidanan.Jakarta YBPSP.

Page 44: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

38

WHO (2007), World Health Statistics 2007. World Health Statistics. 2007. 1-97 p.

Yunirman, (2013), Gambaran Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan

KejadianPre-Eklampsia Rsup Dr. M. Djamil Padang: Akademi Kebidanan

Amanah Padang.

Page 45: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

39

LAMPIRAN

usiaibu * preeklampsi

Crosstab

preeklampsi Total

0 1

usiaibu

0 Count 6 2 8

% within usiaibu 75.0% 25.0% 100.0%

1 Count 5 22 27

% within usiaibu 18.5% 81.5% 100.0%

Total Count 11 24 35

% within usiaibu 31.4% 68.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.135a 1 .003 Continuity Correctionb 6.703 1 .010 Likelihood Ratio 8.702 1 .003 Fisher's Exact Test .006 .006

Linear-by-Linear Association 8.874 1 .003 N of Valid Cases 35 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.51. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for usiaibu (0 / 1)

13.200 2.031 85.805

For cohort preeklampsi = 0 4.050 1.669 9.829 For cohort preeklampsi = 1 .307 .091 1.033

N of Valid Cases 35

paritas * preeklampsi

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.159a 1 .007 Continuity Correctionb 5.309 1 .021 Likelihood Ratio 7.228 1 .007 Fisher's Exact Test .011 .011

Linear-by-Linear Association 6.955 1 .008 N of Valid Cases 35 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.40. b. Computed only for a 2x2 table

Page 46: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

40

Crosstab

preeklampsi Total

0 1

paritas

0 Count 8 6 14

% within paritas 57.1% 42.9% 100.0%

1 Count 3 18 21

% within paritas 14.3% 85.7% 100.0%

Total Count 11 24 35

% within paritas 31.4% 68.6% 100.0%

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for paritas (0 / 1) 8.000 1.588 40.299 For cohort preeklampsi = 0 4.000 1.277 12.528 For cohort preeklampsi = 1 .500 .266 .938

N of Valid Cases 35

usiakh * preeklampsi Crosstab

preeklampsi Total

0 1

usiakh

0 Count 7 9 16

% within usiakh 43.8% 56.2% 100.0%

1 Count 4 15 19

% within usiakh 21.1% 78.9% 100.0%

Total Count 11 24 35

% within usiakh 31.4% 68.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.076a 1 .150 Continuity Correctionb 1.157 1 .282 Likelihood Ratio 2.087 1 .149 Fisher's Exact Test .273 .141

Linear-by-Linear Association 2.017 1 .156 N of Valid Cases 35 a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.03. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for usiakh (0 / 1) 2.917 .664 12.820 For cohort preeklampsi = 0 2.078 .740 5.838 For cohort preeklampsi = 1 .713 .436 1.164

N of Valid Cases 35

Page 47: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

41

jarakkh * preeklampsi

Crosstab

preeklampsi Total

0 1

jarakkh

0 Count 6 3 9

% within jarakkh 66.7% 33.3% 100.0%

1 Count 5 21 26

% within jarakkh 19.2% 80.8% 100.0%

Total Count 11 24 35

% within jarakkh 31.4% 68.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.981a 1 .008 Continuity Correctionb 4.953 1 .026 Likelihood Ratio 6.660 1 .010 Fisher's Exact Test .015 .015

Linear-by-Linear Association 6.781 1 .009 N of Valid Cases 35 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.83. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jarakkh (0 / 1)

8.400 1.543 45.737

For cohort preeklampsi = 0 3.467 1.391 8.640 For cohort preeklampsi = 1 .413 .161 1.059

N of Valid Cases 35

ANC * preeklampsi

Crosstab

preeklampsi Total

0 1

ANC

0 Count 7 2 9

% within ANC 77.8% 22.2% 100.0%

1 Count 4 22 26

% within ANC 15.4% 84.6% 100.0%

Total Count 11 24 35

% within ANC 31.4% 68.6% 100.0%

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for ANC (0 / 1) 19.250 2.883 128.517 For cohort preeklampsi = 0 5.056 1.923 13.293 For cohort preeklampsi = 1 .263 .077 .901

N of Valid Cases 35

Page 48: ANALISIS RESIKO PRE EKLAMPSI IBU HAMIL PADA MASA …

42