analisis rasio tahunan hmsp

13
Analisis Rasio HMSP 1. Rasio Profitabilitas - Return on Sales a. Gross Profit Margin Ratio gross profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila ratio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih. Dari hasil analisis terlihat bahwa gross profit ratio Sampoerna tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013, yang sebelumnya sebesar 26,75% menjadi 25,41%, hal ini dikarenakan terjadi peningkatan beban pokok penjualan sebesar 10% dari tahun sebelumnya tetapi peningkatan penjualannya hanya 8%. Angka rasio tersebut yaitu 25,41% pada tahun 2014 berarti untuk setiap 1 rupiah yang Sampoerna dapatkan, hanya bernilai 0,2541 rupiah. Gross profit ratio bukan merupakan estimasi yang tepat dari strategi harga Sampoerna tetapi mampu memberikan poin indikasi yang baik dari kesehatan laporan keuangan. Tanpa gross profit ratio yang memadai, Sampoerna tidak akan mampu membayar operasi dan biaya lainnya dimasa depan. Secara umum, gross profit ratio Sampoerna harus stabil, tidak berfluktuasi banyak dari satu periode ke periode lain, kecuali industri itu di telah mengalami perubahan drastis yang akan mempengaruhi beban pokok penjualan atau kebijakan harga. b. EBITDA Margin

Upload: ivanjuliosiahaan

Post on 01-Feb-2016

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

analisis rasio

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Rasio Tahunan HMSP

Analisis Rasio HMSP

1. Rasio Profitabilitas - Return on Sales

a. Gross Profit Margin

Ratio gross profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat

dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila ratio ini dikurangkan terhadap angka 100%

maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih.

Dari hasil analisis terlihat bahwa gross profit ratio Sampoerna tahun 2014 mengalami

penurunan dari tahun 2013, yang sebelumnya sebesar 26,75% menjadi 25,41%, hal ini

dikarenakan terjadi peningkatan beban pokok penjualan sebesar 10% dari tahun

sebelumnya tetapi peningkatan penjualannya hanya 8%. Angka rasio tersebut yaitu

25,41% pada tahun 2014 berarti untuk setiap 1 rupiah yang Sampoerna dapatkan, hanya

bernilai 0,2541 rupiah. Gross profit ratio bukan merupakan estimasi yang tepat dari

strategi harga Sampoerna tetapi mampu memberikan poin indikasi yang baik dari

kesehatan laporan keuangan. Tanpa gross profit ratio yang memadai, Sampoerna tidak

akan mampu membayar operasi dan biaya lainnya dimasa depan. Secara umum, gross

profit ratio Sampoerna harus stabil, tidak berfluktuasi banyak dari satu periode ke periode

lain, kecuali industri itu di telah mengalami perubahan drastis yang akan mempengaruhi

beban pokok penjualan atau kebijakan harga.

b. EBITDA Margin

EBITDA margin merupakan sebuah pengukuran profitabilitas dari operasi perusahaan.

EBITDA sendiri adalah laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi dibagi

dengan total pendapatan. Karena EBITDA tidak termasuk depresiasi dan amortisasi,

marjin EBITDA dapat memberikan investor penilaian bersih mengenai profitabilitas

perusahaan. Dari hasil analisis terlihat bahwa EBITDA margin Sampoerna tahun 2014

mengalami penurunan dari tahun 2013, yang sebelumnya sebesar 20,02% menjadi

17,72% Semakin tinggi EBITDA margin, maka biaya operasional akan menurun, yang

mengarah ke operasi yang lebih menguntungkan. Umumnya, jika nilai EBITDA menurun

untuk rasio ini akan menunjukkan bahwa Sampoerna tidak mampu menjaga

pendapatannya pada tingkat yang baik melalui proses efisien. Sampoerna tidak dapat

menekan biaya-biaya tertentu dengan rendah.

Page 2: Analisis Rasio Tahunan HMSP

c. Operating Margin

Operating margin ratio merupakan indikator utama bagi investor dan kreditor untuk

melihat bagaimana bisnis yang mendukung operasi mereka. Jika perusahaan dapat

membuat cukup uang dari operasi mereka untuk mendukung bisnis, perusahaan biasanya

dianggap lebih stabil. Di sisi lain, jika sebuah perusahaan membutuhkan baik pendapatan

operasional dan non-operasional untuk menutupi biaya operasi, itu menunjukkan bahwa

kegiatan bisnis operasi tidak mampu berlanjut. Margin operasi yang lebih tinggi lebih

menguntungkan dibandingkan dengan rasio yang lebih rendah karena ini menunjukkan

bahwa perusahaan membuat cukup uang dari operasi yang sedang berlangsung untuk

membayar biaya variabel serta biaya tetapnya. Dari hasil analisis terlihat bahwa

Operating Margin ratio Sampoerna tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013,

yang sebelumnya sebesar 19,04% menjadi 16,78% hal ini bisa disebabkan karena ada

penurunan laba sebelum pajak penghasilan dari tahun 2013-2014 sebesar 6%. Berarti jika

rasio operating margin Sampoerna sebesar 16,78 % pada tahun 2014 berarti untuk setiap

1 rupiah, hanya 0,1678 rupiah tersisa setelah biaya operasional yang telah dibayar. Ini

juga berarti bahwa hanya 0,1678 rupiah tersisa untuk menutupi biaya non-operasional.

d. Pretax Margin

Pretax margin ratio merupakan persentase dari total laba sebelum pajak dibagi

pendapatan. Semakin tinggi margin laba sebelum pajak, semakin tinggi kenuntungan

perusahaan. Tren margin laba sebelum pajak adalah sama pentingnya dengan angka itu

sendiri, karena memberikan indikasi profitabilitas dari perusahaan. Pada hasil analisis

terlihat bahwa Pretax Margin ratio Sampoerna tahun 2014 mengalami penurunan dari

tahun 2013, yang sebelumnya sebesar 10,7% menjadi 11,1%, hal ini disebabkan

penurunan laba sebelum pajak pada tahun 2014 sebesar 6% dibandingkan tahun 2013.

Hal yang mempengaruhi dan mengurangi laba sebelum pajak adalah beban, pada tahun

2014 terdapat peningkatan sebesar 22% dari beban-beban dibandingkan 2013. Hal ini

disebabkan karena terjadi penurunan pendapatan pada kegiatan operasional Sampoerna.

e. Net Profit Margin

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih dari

penjualan. Dari hasil analisis terlihat bahwa Net Profit Margin Ratio Sampoerna tahun

2014 mengalami penurunan dari tahun 2013, yang sebelumnya sebesar 14,42% menjadi

Page 3: Analisis Rasio Tahunan HMSP

12,62% hal ini bisa disebabkan karena adanya penurunan pendapatan komprehensif

Sampoerna sebesar 1%, peningkatan beban pokok penjualan sebesar 10%, peningkatan

beban-beban sebesar 6% dan penurunan beban pajak penghasilan sebesar 4%

dibandingkan poin-poin tersebut di tahun 2013. Menurut kami, Sampoerna sudah berhasil

untuk menyisakan margin yang wajar sebagai kompensasi bagi pemilik yang telah

menyediakan modalnya karena nilai rasio masih diatas 5%, yang dianggap sebagai batas

minimum net profit margin dikatakan baik.

2. Rasio Profitabilitas - Return on Investment

a. Pretax ROA

Indikator keuntungan perusahaan sebelum pajak secara relatif terhadap total aset

perusahaan. Pretax ROA memberikan menentuka seberapa efisien manajemen dalam

menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba sebelum pajak, terkadang disebut

sebagai "laba atas investasi". Pretax ROA Dihitung dengan membagi Laba sebelum pajak

tahunan perusahaan dengan Jumlah Aset nya. Dari hasil analisis terlihat bahwa Pretax

ROA ratio Sampoerna tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013, yang

sebelumnya sebesar 54,09% menjadi 49,18% hal ini disebabkan penurunan laba sebelum

pajak pada tahun 2014 sebesar 6% dibandingkan tahun 2013 dan peningkatan total aset

pada Sampoerna sebesar 3,56% dibandingkan tahun 2013. Nilai Pretax ROA sendiri

memberikan gambaran kepada investor seberapa efektif Sampoerna mengkonversi

uang/aset tersebut untuk berinvestasi dan laba. Semakin tinggi jumlah ROA, semakin

baik, karena Sampoerna akan mendapatkan lebih banyak pendapatan investasi.

b. Pretax ROE

Pretax ROE ratio merupakan rasio Jumlah laba bersih sebelum pajak dibagi ekuitas

pemegang saham. Pretax ROE mengukur profitabilitas perusahaan dengan

mengungkapkan berapa banyak keuntungan yang dihasilkan perusahaan dengan dana

investasi yang terlah diinvestasikan pemegang saham. Dari hasil analisis terlihat bahwa

Pretax ROE ratio perusahaan tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013, yang

sebelumnya sebesar 105,67% menjadi 99,22% hal ini disebabkan peningkatan laba

sebelum pajak pada tahun 2014 sebesar 6% dan dibandingkan dengan penurunan ekuitas

Sampoerna sebesar 4,87% dibandingkan tahun 2013. Secara historis, rata-rata Pretax

Page 4: Analisis Rasio Tahunan HMSP

ROE sekitar 10% - 12% sudah baik, tetapi untuk keuangan yang stabil, pretax ROE

diharapkan agar dapat lebih dari 12-15%. Pada Sampoerna dapat dikatakan bahwa pretax

ROE Sampoerna sangat baik karena lebih dari 15%. Tetapi rasio sangat tergantung pada

banyak faktor seperti industri, lingkungan ekonomi (inflasi, risiko ekonomi makro, dll).

Semakin tinggi pretax ROE, semakin baik. Tapi pretax ROE yang lebih tinggi tidak selalu

berarti kinerja keuangan yang lebih baik dari Sampoerna lain. Semakin tinggi ROE dapat

menjadi hasil dari leverage keuangan yang tinggi, tapi financial leverage yang terlalu

tinggi akan berbahaya bagi solvabilitas Sampoerna. Dibandingkan dengan ROE biasa

Pretax ROE akan menggambarkan ratio yang lebih menggambarkan tingkat keuntungan

yang dapat dihasilkan oleh perusahaan.

c. Return on Equity (ROE)

ROE ratio merupakan rasio Jumlah laba bersih dibagi ekuitas pemegang saham. ROE

mengukur profitabilitas perusahaan dengan mengungkapkan berapa banyak keuntungan

yang dihasilkan perusahaan dengan dana investasi yang terlah diinvestasikan pemegang

saham. ROE merupakan salah satu rasio keuangan yang paling penting dan merupakan

metrik profitabilitas. ROE merupakan sebagai rasio utama atau 'ibu dari semua rasio' yang

dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Dari hasil analisis terlihat bahwa ROE

ratio Sampoerna tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013, yang sebelumnya

sebesar 76% menjadi 74% hal ini disebabkan penurunan laba pada tahun 2014 sebesar

1% dan dibandingkan dengan peningkatan ekuitas Sampoerna sebesar 4,87%

dibandingkan tahun 2013. Secara historis, rata-rata ROE sekitar 10% - 12% sudah baik,

tetapi untuk keuangan yang stabil, ROE diharapkan agar dapat lebih dari 12-15%. Pada

Sampoerna dapat dikatakan bahwa ROE Sampoerna sangat baik. Tetapi rasio sangat

tergantung pada banyak faktor seperti industri, lingkungan ekonomi (inflasi, risiko

ekonomi makro, dll). Semakin tinggi ROE, semakin baik. Tapi ROE yang lebih tinggi

tidak selalu berarti kinerja keuangan yang lebih baik dari perusahaan lain. Semakin tinggi

ROE dapat menjadi hasil dari leverage keuangan yang tinggi, tapi financial leverage yang

terlalu tinggi akan berbahaya bagi solvabilitas perusahaan.

d. Return on Total Capital

Return on Total Capital ratio adalah rasio profitabilitas. Rasio ini merupakan ukuran dari

hasil pengembalian investasi bagi mereka yang berkontribusi modal, yaitu para pemegang

saham & obligasi. Return on Total Capital ratio menandakan seberapa efektif sebuah

Page 5: Analisis Rasio Tahunan HMSP

perusahaan menggunakan modal menjadi keuntungan. Total modal didefinisikan sebagai

jumlah kewajiban pemegang saham dan ekuitas. Beban bunga didefinisikan sebagai

jumlah beban bunga tidak termasuk pendapatan bunga. Rasio ini mengukur total return

perusahaan menghasilkan dari semua sumber pembiayaan. Dari hasil analisis terlihat

bahwa Return on Total Capital ratio Sampoerna tahun 2014 mengalami penurunan dari

tahun 2013, yang sebelumnya sebesar 53% menjadi 48,35%. Keuntungan Sampoerna dari

modal investor dapat menjadi indikator yang luar biasa dari ukuran dan kekuatan

Sampoerna tersebut. Jika sebuah Sampoerna dapat menghasilkan keuntungan sebesar 15-

20% pertahun, maka Sampoerna tersebut memiliki sistem yang bagus untuk

mengkonversi modal investor menjadi keuntungan. Pengembalian modal sangat berguna

untuk perusahaan yang berinvestasi banyak modal, seperti perusahaan minyak dan gas,

perusahaan perangkat keras komputer dan lain-lain. Sebagai seorang investor, hal tersebut

sangat penting untuk mengetahui bahwa jika sebuah perusahaan menggunakan uang

investor, maka investor akan mendapatkan hasil yang baik atas investasi.

3. Activity Ratio

a. Receivables Turnover

Rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan membagi nilai penjualan kredit

terhadap piutang rata-rata. Untuk rasio ini pada tahun 2014, Sampoerna menunjukkan

nilai 79,92 ini berarti tingkat perputaran piutang sebesar 79,92 kali dalam setahun dari

penjualan kredit. Semakin tinggi perputaran piutang suatu Sampoerna semakin baik,

perputaran piutang dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan

kredit misalnya dengan jalan memperpendek waktu pembayaran. Dalam hal kemampuan

mengubah piutang menjadi kas ini, Sampoerna mengalami peningkatan, karena rasio pada

tahun 2013 adalah sebesar 53,85, Ini sejalan dengan berkurangnya rata-rata piutang usaha

Sampoerna di 2014 sebesar kurang lebih 300 juta.

b. Inventory Turnover

Rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan perputaran persediaan yang dimiliki

terhadap penjualan. Dari hasil analisis terlihat bahwa Inventory Turnover Sampoerna

tahun 2014 tidak mengalami peningkatan dari tahun 2013, yaitu sebesar 3,45 kali. Untuk

rasio ini, Sampoerna menunjukkan nilai perputaran persediaan sebesar 3,45 kali, ini

Page 6: Analisis Rasio Tahunan HMSP

menunjukkan bahwa dana yang tertanam dalam persediaan berputar sebanyak 3,45 kali

dalam setahun. Semakin tinggi turnover yang diperoleh, semakin efektif manejemen

dalam mengelola persediaan. Namun dalam hal ini, Sampoerna menunjukkan kefektifan,

karena mengalami peningkatan nilai turnover jika dibandingkan dengan tahun 2013, yaitu

3,17 kali..

c. Fixed Asset Turnover

Merupakan rasio untuk mengukur tingkat perbandingan antara perputaran aktiva tetap

dengan penjualan. Untuk rasio ini pada tahun 2014, Sampoerna menunjukkan nilai 10,61

ini berarti tingkat perputaran aktiva tetap sebesar 10,61 kali dalam setahun dari penjualan.

Semakin tinggi perputaran aset tetap maka akan semakin baik. Kalau perputarannya

lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aset tetap

namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan ha-lhal lain seperti investasi pada

aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi

semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Jadi

Sampoerna menunjukkan ketidakefektifan, karena mengalami penurunan nilai turnover

jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 12,19 kali.

d. Asset Turnover

Merupakan rasio untuk mengukur tingkat perbandingan antara perputaran aset dengan

penjualan. Assets turnover merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi

penggunaan keseluruhan aktiva Sampoerna dalam menghasilkan volume penjualan

tertentu. Untuk rasio ini pada tahun 2014, Sampoerna menunjukkan nilai 2,84 ini berarti

tingkat perputaran saet sebesar 2,84 kali dalam setahun dari penjualan. Assets turnover

merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.

Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat

berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan

aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat

memperbesar volume penjualan apabila assets turnovernya ditingkatkan atau diperbesar.

Jadi Sampoerna menunjukkan kefektifan, karena terdapat peningkatan nilai turnover jika

dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu tetap 2,74 kali.

Page 7: Analisis Rasio Tahunan HMSP

4. Rasio Likuiditas

a. Current Ratio

Rasio lancar adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Untuk mengukur kemampuan

ini, rasio lancar menganggap total aset Sampoerna (baik cair dan tidak likuid) relatif

terhadap total kewajiban Sampoerna tersebut. Dari hasil analisis terlihat bahwa current

ratio Sampoerna tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013, yang sebelumnya

sebesar 1,75 menjadi 1,53 hal ini bisa disebabkan karena meningkatnya jumlah kewajiban

lancar Sampoerna atau menurunnya aset lancar Sampoerna itu sendiri. Pada laporan

keuangan Sampoerna sendiri terdapat penurunan pada aset lancar dan juga peningkatan

kewajiban lancar. Jika rasio dibawah 1 menunjukkan bahwa kewajiban Sampoerna lebih

besar dari aset dan menunjukkan bahwa Sampoerna yang bersangkutan tidak akan

mampu untuk melunasi kewajibannya jika mereka datang karena pada saat itu. Maka

current ratio Sampoerna untuk tahun 2014 dapat dikatakan baik.

b. Quick Ratio

Quick ratio sendiri mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan aset

lancar tetapi tidak termasuk jumlah persediaan untuk menutupi utang lancar. Dari hasil

analisis terlihat bahwa quick ratio Sampoerna tahun 2014 mengalami penurunan dari

tahun 2013, yang sebelumnya sebesar 0,25 menjadi hanya 0,18 sehingga kemampuan

untuk melunasi hutang lancar menggunakan quick asset tahun 2014 mekurang sebesar

0,7. Pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir 84% dari jumlah aset lancar

Sampoerna dalam bentuk persediaan dan akan mempengaruhi quick ratio karena sifat

persediaan itu sendiri sulit untuk diubah langsung menjadi kas.

5. Rasio Solvabilitas

a. Total Assets to Total Equity

Total Assets to Total Equity Ratio adalah pengukuran rasio Sampoerna dalam pembiayaan

pembelian aset baik melalui ekuitas atau utang, sehingga rasio total assets to total equity

yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar pembiayaan aset sedang dilakukan

melalui utang. Dari hasil analisis terlihat bahwa Total Assets to Total Equity Ratio pada

Page 8: Analisis Rasio Tahunan HMSP

tahun 2014 terdapat peningkatan menjadi 2,02 yang sebelumnya sebesar 1,95. Hal

tersebut menunjukan bahwa terdapat peningkatan pembiayaan Sampoerna menggunakan

utang pada suatu periode.

b. Total Debt to Total Equity

Total Debt to Equity Ratio untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai oleh

pihak kreditur. Rasio digunakan para analis dan para investor untuk melihat seberapa

besar hutang perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau

para pemegang saham. Dari hasil analisis terlihat bahwa Total Debt to Equity Ratio tahun

2013 sebesar 0,94 mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 1,10. Peningkatan

Total Debt to equity Ratio tersebut dikarenakan terdapat peningkatan total kewajiban

yaitu sebesar 12,32% dibandingkan tahun 2013 serta peningkatan total ekuitas pada tahun

2014 sebesar 4%. Hal ini berdampak pada peningkatan rasio ini karena peningkatan

hutang lebih dari peningkatan ekuitas Sampoerna dibandingkan dengan kenaikan ekuitas

peusahaan. Pada tahun 2014 rasio ini pada Sampoerna menunjukkan angka 1,10, jika

angka Total Debt to Equity Ratio menunjukkan angka diatas 1.00, mengindikasikan

bahwa Sampoerna memiliki hutang yang lebih besar dari ekuitas yang dimilikinya. Tetapi

sebagai investor kita juga harus jeli dalam melihat Total Debt to Equity Ratio ini, sebab

jika total hutangnya lebih besar dari pada ekuitas, maka kita harus lihat lebih lanjut

apakah hutang lancar atau hutang jangka panjang yang lebih besar :

a. Jika jumlah hutang lancar lebih besar dari pada hutang jangka panjang, hal ini

masih bisa kita terima, karena besarnya hutang lancar sering disebabkan oleh

hutang operasi yang bersifat jangka pendek.

b. Jika hutang jangka panjang yang lebih besar, maka dikuatirkan perusahaan akan

mengalami gangguan likuiditas dimasa yang akan datang. Selain itu laba

perusahaan juga semakin tertekan akibat harus membiayai bunga pinjaman

tersebut.

Dalam hal ini, nilai Total Debt to Equity Ratio Sampoerna masih bisa diterima karena

hutang lancar lebih besar daripada hutang jangka panjangnya.