analisis rasio keuangan, indikator makro, dan...

184
ANALISIS RASIO KEUANGAN, INDIKATOR MAKRO, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP LIKUIDITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2017 Tesis Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Master Ekonomi (M.E) Oleh: ALFIAN NIM 21140850100022 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M / 1439 H

Upload: duonghanh

Post on 07-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS RASIO KEUANGAN, INDIKATOR MAKRO, DAN SERTIFIKAT

BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP LIKUIDITAS

PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2017

Tesis

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Master Ekonomi (M.E)

Oleh:

ALFIAN

NIM 21140850100022

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1439 H

i

ANALISIS RASIO KEUANGAN, INDIKATOR MAKRO, DAN SERTIFIKAT

BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP LIKUIDITAS

PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2017

Tesis

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Master Ekonomi (M.E)

Oleh:

ALFIAN

NIM 21140850100022

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1439 H

ii

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

ANALISIS RASIO KEUANGAN, INDIKATOR MAKRO, DAN SERTIFIKAT

BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP LIKUIDITAS

PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2017

Diajukan Oleh:

ALFIAN

NIM 21140850100022

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM.

NIP. 19690203 200112 1 003 NIDN. 2025067001

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Dr. Herni Ali HT, SE., MM.

NIDN. 04221255902

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS

Hari ini, Selasa 27 Maret 2018 telah dilakukan Ujian Tesis atas mahasiswa:

1. Nama : Alfian

2. NIM : 21140850100022

3. Jurusan : Magister Perbankan Syariah

4. Judul Tesis :

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian tesis, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut dinyatakan LULUS dan tesis ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Maret 2018

1. Dr. Asyari Hasan, S.H.I., M. Ag. ( )

NIP. 19800819 200604 1 002 Ketua

2. Ade Suherlan, SE, MM., MBA. ( )

NIP. 19800525 200912 1 001 Sekretaris

3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. ( )

NIP. 19690203 200112 1 003 Pembimbing I

4. Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad, MM. ( )

NIDN. 2025067001 Pembimbing II

5. Dr. Herni Ali HT. S.E., MM. ( )

NIDN. 0422125902 Penguji Ahli

Analisis Rasio Keuangan, Indikator Makro, dan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Likuiditas

Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2017

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini adalah benar-benar

merupakan hasil karya pribadi saya dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan

oleh orang lain pada perguruan tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam tesis ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Jakarta, 27 Maret 2018

Yang menyatakan,

Alfian, S.E.Sy.

NIM. 21140850100022

v

ABSTRACT

This study analyze about the influence of Third Party Funds (DPK),

Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Operational

Costs and Operating Financing (BOPO), Inflation and Bank of Indonesia Sharia

Certificates (SBIS) on Sharia Banking Liquidity in Indonesia which is proxied

with Financing to Deposit Ratio (FDR). The data used in this study is monthly

data from January 2011 to October 2017. The method used by researchers is

multiple linear regression analysis. This study uses computer program SPSS

version 25.0 and Microsoft Excel 2013 for windows. The results of regression test

simultaneously showed that the Third Party Fund (DPK), Capital Adequacy Ratio

(CAR) and Non Performing Financing (NPF), Operational Costs and Operating

Balance (OOP), Inflation, and Bank of Indonesia Sharia Certificates (SBIS)

simultaneously significant effect on Financing to Deposit Ratio (FDR). The result

of partial regression test found that independent variable of Third Party Fund

(DPK), Non Performing Financing (NPF), and Inflation have a positive and

partially significant effect to dependent variable that is Financing to Deposit

Ratio (FDR). While the Capital Adequacy Ratio (CAR), Operational Cost and

Operating Income (BOPO), and Bank of Indonesia Sharia Certificates (SBIS)

have a negative and partially significant effect on the dependent variable, namely

Financing to Deposit Ratio (FDR) in Syaria Banking in Indonesia. The most

dominant variable regression test has an effect on Financing to deposit ratio

(FDR) in Syaria Banking that is Bank of Indonesia Sharia Certificate (SBIS).

Based on R square value, it shows the influence of independent variable

Financing to Deposit Ratio (FDR) is 78,8%, so residue 21,2% influenced by other

variable outside this research.

Keywords : Third Party Funds (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non

Performing Financing (NPF), Operational Costs and Operating Expenses

(BOPO), Inflation, Bank Indonesia Sharia Certificates (SBIS), Financing to

Deposit Ratio (FDR) , Multiple Linear Regression.

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga

(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya

Operasional dan Pembiyaan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia

yang diproksikan dengan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR). Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan Januari 2011 sampai dengan

Oktober 2017. Metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis

regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan program komputer SPSS versi

25.0 dan Microsoft Excel 2013 for windows. Hasil penelitian uji regresi secara

simultan menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio

(CAR) dan Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pembiyaan

Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara

simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio

(FDR). Hasil uji regresi secara parsial ditemukan bahwa variabel independen

Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan Inflasi

berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap variabel dependen yaitu

Financing to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR),

Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), dan Sertifikat Bank

Syariah Indonesia (SBIS) berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial

terhadap variabel dependen yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) pada

Perbankan Syariah di Indonesia. Hasil uji regresi variabel yang paling dominan

berpengaruh terhadap Financing to deposit Ratio (FDR) pada Perbankan Syariah

adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Berdasarkan nilai R square,

menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen terhadap Financing to Deposit

Ratio (FDR) adalah 78,8%, sehingga residu 21,2% dipengaruhi oleh variabel lain

diluar penelitian ini.

Kata Kunci : Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non

Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pembiyaan Operasional

(BOPO), Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Financing to Deposit

Ratio (FDR), Regresi Linier Berganda.

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin. Segala puji syukur penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Analisis Rasio Keuangan,

Indikator Makro, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap

Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2017”, sebagai salah

satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Pascasarjana (S2) Jurusan

Magister Perbankan Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar

Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya yang

membawa semua umat manusia dari zaman jahiliyah menjadi umat dengan

peradaban dan ilmu pengetahan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini banyak sekali

kekurangan yang dapat dikoreksi. Penulis juga menyadari bahwa dalam

penyusunan tesis ini bukan hanya karena jerih payah penulis, akan tetapi

melibatkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun

tidak langsung, berupa bimbingan, bantuan finansial, serta dorongan motivasi bagi

penulis.

viii

Terselesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan,

motivasi dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkanlah penulis

mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Yang

paling utama penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua

penulis, yaitu Bapak Muhammad Husein dan Ibu Nurjannah, yang teristimewa

dan sangat berjasa dalam hidup penulis, yang senantiasa selalu tulus dan ikhlas

mendoakan penulis, memberikan semangat cinta dan kasih sayang dan

dukungannya baik moril maupun materil dalam penyelesaian tesis ini serta dalam

menuntaskan studi demi meraih cita-cita penulis. Karena pengorbanan

keduanyalah penulis bisa sampai seperti sekarang ini, semoga Allah mengampuni

dosa-dosanya atas segala kekhilafannya serta menyayanginya mereka berdua

sebagaimana mereka menyayangi penulis. Keluarga yang dicintai dan disayangi

penulis, kakanda Murdani, Sri Wahyuni dan Alfazil yang telah memberikan

semangat, dukungan dan do‘a kepada penulis.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan

penyusunan tesis ini :

1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., BKP selaku Wakil Dekan I Bidang

Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., MH selaku Wakil Dekan

II Bidang Administrasi Umum, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, MA

ix

selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan yang telah memberikan

masukan kepada penulis dalam mengerjakan tesis ini.

3. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE., MM selaku Ketua Program Studi Magister

Perbankan Syariah dan Bapak Ade Suherlan, SE, MM., MBA selaku

Sekretaris Prodi Magister Perbankan Syariah.

4. Bpk. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM sebagai Dosen Pembimbing Tesis I yang

dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu dan tenaga dan

pikiran serta kesabarannya di tengah kesibukan beliau untuk memberikan

bimbingan, pengarahan, nasihat dan ilmu yang bermanfaat seta masukan yang

sangat berarti dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM. Hah. Slm selaku Dosen

Pembimbing II dan sebagai penemu H Theory serta Rumus Total Qur’an

1587 × 4 = 112 + 6236 yang dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan

waktu untuk memberikan pengarahan dan ilmu yang bermanfaat serta

masukan yang sangat berarti selama mengerjakan tesis ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan pelajaran ilmu

pengetahuan dan motivasi kepada penulis selama masa kuliah.

7. Seluruh Staf karyawan perpustakaan fakultas ekonomi dan bisnis dan

perpustakaan utama serta staf Tata Usaha (TU) Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berbaik hati memberikan reference

kepada penulis dan kemudahan dalam surat menyurat.

x

8. Teman-teman Magister perbankan syariah angkatan ke II tahun 2015 yang

selalu dalam keceriaan, kebersamaannya serta memberikan semangat, saran,

suport, dan membantu penulisan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Semoga kita semua sukses.

9. Seluruh Bank Umum Syariah di Indonesia yang telah membantu penelitian

dalam mendapatkan informasi dan data-data yang diperlukan dalam proses

penyelesaian penulisan tesis ini.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan, keluarga besar Dewan Kemakmuran Masjid

(DKM) Jabalurrahmah - Situ Gintung, teman-teman Ikatan Mahasiswa dan

Pemuda Aceh (IMAPA) Jakarta, teman-teman (Forum Alumni Ruhul Islam

Anak Bangsa (FARIS) Jakarta, dan Forum Silaturrahmi dan Komunikasi

Alumni Dayah Jeumala Amal (FOSKADJA) Jabodetabek yang telah

memberikan dukungan, motivasi dan do’anya serta bantuan kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

sebesar-besarnya atas bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati, berharap apa yang

merupakan kekurangan yang terdapat dalam penulisan ini, baik itu yang

menyangkut penataan kalimat, penelusuran data, serta terutama teoritis dan

praktis, itu merupakan gambaran kelemahan dan keterbatasan dari pihak penulis.

Semoga kebaikan yang diberikan oleh seluruh pihak atas selesainya

penulisan tesis ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Harapan

xi

penulis, semoga tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang perbankan syariah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis harapkan sarannya demi memperbaiki

penulisan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat baik untuk penulis maupun

pembaca umumnya. Semoga yang telah penulis lakukan mendapatkan Ridha

Allah SWT. Aamiin.

Jakarta, 27 Maret 2018 M

Penulis,

Alfian, S.E.Sy

NIM. 21140850100022

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS .................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ............................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi

DAFTAR GRAFIK .................................................................................. xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................... 9

C. Pembatasan Masalah ......................................................... 10

D. Rumusan Masalah ............................................................. 10

E. Tujuan Penelitian ............................................................. 11

F. Manfaat Penelitian ........................................................... 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Perbankan Syariah ............................................................ 14

xiii

B. Tingkat Kesehatan Bank dan Kinerja Keuangan Bank .... 17

C. Likuiditas ......................................................................... 19

D. Rasio Keuangan ............................................................... 21

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) ......................................... 22

2. Capital Adequacy Ratio (CAR) ................................ 26

3. Non Performing Financing (NPF) ............................ 27

4. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) 29

E. Indikator Makro Ekonomi ................................................ 30

1. Inflasi ........................................................................ 31

a. Definisi Inflasi ..................................................... 31

b. Tingkat Inflasi ..................................................... 32

c. Metode Pengukuran Inflasi ................................. 34

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi ......... 35

e. Inflasi Dalam Perspektif Islam ............................ 35

F. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ........................ 38

a. Definisi Sertifikat Bank Indonesia Syariah .......... 38

b. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah ... 42

c. Ketentuan Hukum SBIS ........................................ 43

d. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS ..... 44

e. Sanksi Dalam SBIS ............................................... 44

G. Penelitian Terdahulu ........................................................ 45

H. Kerangka Pemikiran .......................................................... 63

I. Hipotesis ........................................................................... 66

xiv

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 67

B. Metode Penentuan Sampel ............................................... 68

C. Metode Pengumpulan Data ............................................... 71

D. Operasional Variabel Penelitian ....................................... 72

E. Metode Analisis Data ........................................................ 79

1. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 79

a. Uji Normalitas .................................................... 79

b. Uji Multikolinearitas .......................................... 80

c. Uji Heteroskedastisitas ....................................... 81

d. Uji Autokorelasi ................................................. 82

2. Analisis Regresi Linear Berganda ............................. 83

3. Pengujian Hipotesis ................................................... 84

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F test) ................. 84

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t test) ..................... 85

c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................... 86

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................... 88

1. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah di Dunia . 88

a. Praktik Perbankan di Masa Rasulullah .............. 88

b. Perbankan Syariah Modern ................................ 90

c. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ........ 91

B. Perkembangan Data Variabel ........................................... 94

xv

1. Financing to Deposito Ratio (FDR) .......................... 94

2. Dana Pihak Ketiga (DPK) ......................................... 96

3. Capital Asset Ratio (CAR) ........................................ 99

4. Non Performing Financing (NPF) ............................ 101

5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional 104

6. Inflasi ........................................................................ 106

7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ................ 109

C. Hasil Analisis Data ........................................................... 111

1. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 112

a. Uji Normalitas .................................................... 112

b. Uji Multikolinearitas .......................................... 116

c. Uji Heteroskedastisitas ....................................... 118

d. Uji Autokorelasi ................................................. 119

2. Analisis Regresi Linear Berganda ............................. 121

3. Uji Hipotesis ............................................................. 124

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F test) ................. 124

b. Uji signifikansi Individual / Parsial (Uji t test) .. 126

c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................... 130

D. Interprestasi Data ............................................................. 132

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................... 140

B. Saran .................................................................................. 141

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 142

xvi

LAMPIRAN .............................................................................................. 147

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah Periode 2011-2017 .......... 3

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Financing to Deposito Ratio (FDR) .......... 21

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Capital Adequacy Ratio(CAR) .................. 27

Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Non Performing Financing (NPF) ............. 29

Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO) ............................................................... 30

Tabel 2.5 PenelitianTerdahulu ................................................................ 46

Tabel 3.1 Daftar Unit Usaha Syariah (UUS) ........................................... 70

Tabel 3.2 Daftar Bank Umum Syariah (BUS) ......................................... 71

Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel ................................................. 78

Tabel 4.1 FDR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ......... 94

Tabel 4.2 DPK perbankan syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ........ 97

Tabel 4.3 CAR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ....... 99

Tabel 4.4 NPF Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ........ 102

Tabel 4.5 BOPO Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ..... 104

Tabel 4.6 Inflasi Indonesi Tahun 2011-2017 .......................................... 107

Tabel 4.7 SBIS Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ....... 109

Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ................................ 115

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ...................................................... 116

xvii

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................... 120

Tabel 4.11 Analisis Regresi Linier Berganda .......................................... 121

Tabel 4.12 Uji Simultan ........................................................................... 125

Tabel 4.13 Uji Koefisien Diterminasi (R2) .............................................. 131

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan FDR Perbankan Syariah Periode 2011-2017 5

Grafik 2.1 Skema Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ................. 43

Grafik 2.2 Kerangka Konseptual ............................................................. 65

Grafik 4.1 FDR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ...... 96

Grafik 4.2 DPK perbankan syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ...... 98

Grafik 4.3 CAR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ..... 101

Grafik 4.4 NPF Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ...... 103

Grafik 4.5 BOPO Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 .. 106

Grafik 4.6 Inflasi Indonesi Tahun 2011-2017 ........................................ 108

Grafik 4.7 SBIS Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ..... 111

Grafik 4.8 Grafik Histogram .................................................................. 113

Grafik 4.9 Grafik P-Plot ......................................................................... 114

Grafik 4.10 Grafik Scatterplot ................................................................. 119

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Data Variabel Penelitian ...................................................... 147

Lampiran II Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................... 151

Lampiran III Hasil Uji Hipotesis .............................................................. 154

Lampiran IV Tabel Persentase Distribusi F Probabilita (α) = 0,05 ......... 155

Lampiran V Tabel Titik Persentase Distribusi t ..................................... 160

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Sistem ekonomi yang Islami senantiasa mengacu pada konsep Islam

yang menyeluruh atau kaffah. Pendekatan Islam yang kaffah ini mengandung

makna Iman, Islam, dan Ihsan. Tiga hal diskursus ini diperkuat oleh rukun

Islam, yaitu : syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Serta pokok ajaran agama

yang senantiasa menjadi pegangan bagi ulama terdahulu sebagai penerus

risalah Islam berupa : Akidah, Akhlak, Syariah. Resultan dari pilar agama

dalam Islam ini terejawantahkan pada teori dasar ekonomi Islam yang terdiri

dari teori Tauhid, teori Ibadah, dan teori Maslahah. Implementasi dari pondasi

dasar ekonomi ini sejalan dengan perkembangan pembangunan ekonomi yang

ada di Indonesia (Aziz, 2017).

Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut ekonomi Islam, semakin

populer bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

barat. Banyak kalangan melihat, Islam dengan sistem nilai dan tatanan

normatifnya sebagai faktor hambatan dalam pembangunan. Penganut paham

liberalisme menilai bahwa kegiatan ekonomi dan keuangan akan semakin

meningkat dan berkembang bila dibebaskan dari nilai-nilai normatif dan

rambu-rambu ilahi (Antonio, 2001:5).

Dalam Islam sangat menekankan bahwa kegiatan ekonomi manusia

merupakan salah satu perwujudan dari pertanggungjawaban manusia sebagai

khalifah di bumi. Maka seiring perkembangan ekonomi saat ini ditandai

2

dengan adanya berbagai lembaga keuangan. Salah satu di antara lembaga-

lembaga keuangan tersebut yang dampaknya paling besar peranannya dalam

perekonomian adalah lembaga keuangan bank.

Kebangkitan ekonomi Islam bagian dari fenomena kebangkitan Islam

secara umum. Domain perbankan adalah salah satu aspek yang dihadapi oleh

pejuang ekonomi Islam untuk membebaskan umat dari bahaya besar yang

bersembunyi di balik semua aktifitas perbankan konvensional yang sudah

mendominasi ekonomi umat Islam dan sarat berbau riba. Terjadinya krisis

moneter pada tahun 1998 mengakibatkan bank konvensional mengalami krisis

yang cukup parah termasuk Indonesia, namun tidak sama halnya dengan

perbankan Syariah yang berhasil melewati krisis tersebut dengan tidak

tergantung pada tingkat suku bunga yang melonjak tinggi, melainkan sistem

bagi hasil yang mampu membuat bertahan dan tumbuh berkembang sampai

saat ini.

Beberapa tahun terakhir, industri Perbankan Syariah menunjukkan

trend yang positif. Hal tersebut dapat dilihat dari pesatnya pertumbuhan

Perbankan Syariah yang melebihi perkembangan Perbankan Konvensional.

Dari data yang dipublikasi oleh Bank Indonesia pada tahun 2011 di Indonesia

telah bediri 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), dan

155 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki

sebesar 145.467 Miliar.

Pada tahun 2012 terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit

Usaha Syariah (UUS), dan 158 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

3

dengan total asset yang dimiliki sebesar 195.018 Miliar. Pada tahun 2013

terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan

163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki

sebesar 242.276 Miliar. Pada tahun 2014 terdapat 12 Bank Umum Syariah

(BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki sebesar 272.343 Miliar. Pada

tahun 2015 terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah

(UUS), dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset

yang dimiliki sebesar 296.262 Miliar. Pada tahun 2016 terdapat 13 Bank

Umum Syariah (BUS), 21 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 166 Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki sebesar

393.343 Miliar. Seperti yang ditunjukan pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2017

Indikator Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

BUS 11 11 11 12 12 13

UUS 24 24 23 22 22 21

BPRS 155 158 163 163 163 166

Total Aset

(Miliar Rupiah) 145.467 195.018 242.276 272.343 296.262 393.343

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2017

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan yang cukup

signifikan pada Unit Usaha Syariah (UUS) dimana mengalami penurunan yang

disebabkan oleh regulasi konversi Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Bank

Umum Syariah (BUS) dalam jangka waktu tertentu (www.ojk.go.id). Bank

4

Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

mengalami pertumbuhan yang baik, sedangkan dalam asset perbankan syariah

sendiri juga diikuti dengan perkembangannya yang cukup pesat.

Likuiditas pada Bank Syariah sama pentingnya seperti pada bank

konvensional. Namun, dibandingkan dengan bank konvensional, pengelolaan

likuiditas pada Bank Syariah sangat unik dan lebih menantang dikarenakan

fakta bahwa kebanyakan instrumen yang digunakan untuk mengelola likuiditas

adalah berbasis bunga atau riba, dimana hal tersebut tidak sesuai dengan

hukum syariah. Sebagai tambahan, rasionalisasi nasabah bank dalam arti

konvensional dalam masalah profit berlaku dalam setiap transaksi dapat

menyebabkan penarikan dana pada bank konvensional ketika tingkat bunga di

bank konvensional lebih tinggi (Arifin, 2009:68).

Pada tiga tahun terakhir tantangan terbesar yang dihadapi perbankan

syariah adalah likuiditas. Ketatnya likuiditas sudah terlihat dari pertumbuhan

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mengalami perlambatan. Resiko kekeringan

likuiditas semakin meningkat sejak Bank Indonesia (BI) menggerakan bunga

acuan (BI Rate) Juni 2013 lalu. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

memperkirakan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tiga tahun

terakhir hanya naik 14,1%. Hal tersebut karena perbankan syariah masih dalam

skala yang relatif kecil jaringannya serta menghadapi tingkat persaingan yang

tidak berimbang dengan bank-bank konvensional yang jauh lebih besar.

Dengan semakin bertambahnya bank berbasis syariah, maka persaingan antara

bank pun semakin ketat, tekanan likuiditas terlihat longgar hingga akhir tahun

5

0

20

40

60

80

100

120

Financing to Deposito Ratio (FDR)

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

2016 (www.ojk.go.id), hal ini dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan

kredit dan masuknya dana repatriasi untuk penambahan Dana Pihak Ketiga

(DPK) yang meningkat setiap tahunnya yang mengakibatkan likuiditas turut

melonggar.

Fenomena diatas menunjukan bahwa masalah likuiditas merupakan

masalah penting dalam sebuah lembaga keuangan sebagai lembaga

intermediasi. Namun, bank harus mempunyai dana likuid yang digunakan

untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pengembalian masyarakat setiap

saat. Terutama bagi Bank Syariah, karena dengan adanya kenaikan BI rate

mengindikasikan bahwa nasabah akan beralih ke bank konvensional dengan

tingkat bunga yang lebih tinggi.

Grafik 1.1

Perkembangan FDR Perbankan Syariah Periode 2011-2017

Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa Financing to Deposit Ratio

(FDR) pada tahun 2011 dari 88,94% menjadi 100,00% pada tahun 2012,

6

kemudian pada tahun 2013 mengalami kenaikan 100,32%, namun pada tahun

2014 mengalami penurunan 91,50%, dan mengalami kenaikan kembali pada

tahun 2015 sebesar 98,44% dan pada tahun 2016 mengalami penurunan

kembali sebesar 85,99%, dan hingga bulan Oktober tahun 2017 mengalami

penurunan sebesar 80,94%. Fenomena seperti ini tentu beresiko terhadap

likuiditas perbankan syariah karena hal tersebut akan mempengaruhi

kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, karena

tingkat likuiditas akan dapat menjadi tolak ukur apakah bank dapat memenuhi

semua penarikan dana oleh nasabah, kewajiban yang telah jatuh tempo dan

memenuhi kredit tanpa penundaan.

Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas Financing to

Deposit Ratio (FDR) berada pada tingkat 85%-100% dalam Surat Edaran Bank

Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Namun, per tanggal 1 Maret

2011, BI memberlakukan peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 yang

berisi ketentuan standar Financing to Deposit Ratio (FDR) pada tingkat 78%-

100% (Laporan Pengawasan Perbankan (LPP) BI, 2011:59).

Berbagai penelitian terdahulu yang mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi likuiditas telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang hasilnya

juga menimbulkan inkonsistensi hasil penelitian yaitu Nur Hazimah Amran

dan Wahida Ahmad (2017) dengan judul Liquidity Risk : An Islamic Banking

Perspective. Hasil penelitian mennunjukkan regresi Return on Asset (ROA)

dan kapitalisasi bank memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap

Financing to Deposito Ratio (FDR). Sementara Capital Adequacy Ratio (CAR)

7

memiliki hubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap Financing to

Deposito Ratio (FDR) Bank Syariah di Asean.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Aulia Nazala Ramadhani dan

Astiwi Indriani (2016) dengan judul Analisis Pengaruh Size, Capital Adequacy

Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Non Performing Loan (NPL), dan Inflasi

Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). Hasil penelitian menyatakan bahwa

variabel size dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan

variabel Return on Asset (ROA) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). Variabel Inflasi

memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR).

Pada penelitian Herry Achmad Buchory (2014) dengan judul Analisis

of the Effect of Capital, Net Interest Margin, Credit Risk and Probability in

The Implementation of Banking Intermediation. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel Net Interest Margin (NIM) dan Return on Asset

(ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio

(LDR). Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap

Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR)

berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio

(LDR).

Pada penelitian Nur Suhartatik, dan Rohmawati Kusumaningtias (2013)

dengan judul Determinan Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan

Syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Dana

Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Sertifikat Bank

8

Indonesia Syariah (SBIS), tidak memiliki pengaruh terhadap Financing to

Deposit Ratio (FDR). Sedangkan Non Performing Financing (NPF)

berpengaruh signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Prihatiningsih (2012) dengan judul

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Imbal

Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Imbal Hasil Sertifikat

Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA), dan Non Performing

Financing (NPF) Terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian

menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Imbal Hasil Sertifikat

Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA) berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy

Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Financing to Deposit

Ratio (FDR), Imbal Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), sedangkan Non

Performing Financing (NPF) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR).

Berdasarkan fenomena gap dan beragam argumentasi (reserch gap) di

atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan pengujian lebih lanjut mengenai

pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non

Performing Financing (NPF), Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO), Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),

terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah di Indonesia.

Melihat pentingnya analisis kondisi keuangan, maka perlu diuji kembali

9

konsistensi dari variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi kinerja bank.

Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai permasalahan

yang telah diuraian di atas dengan judul “Analisis Rasio Keuangan, Indikator

Makro dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap

Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2017”

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas,

maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Rendahnya tingkat pemahaman tentang penilaian terhadap kinerja

keuangan pada bank sangat penting untuk mengetahui kondisi

keuangannya seperti pemegang saham, kreditor dan pihak eksternal lain

yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan perbankan.

2. Perbankan mengalami kesulitan untuk menjaga pertumbuhan laba agar

tetap stabil bahkan meningkat untuk memenuhi kewajiban kepada

pemegang saham.

3. Manajemen sering mengalami kesulitan dalam meningkatkan daya tarik

investor dalam menanamkan modal dan meningkatkan kepercayaan

masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimiliki pada bank.

4. Terjadinya research gap dari penelitian sebelumnya.

10

C Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, agar dalam

penelitian ini terfokuskan pada permasalahan yang akan dibahas, maka penulis

membatasi masalah yang akan dikaji sebagai berikut :

1. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah analisis rasio keuangan,

indikator makro dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap

Likuiditas Perbankan Syariah periode 2011-2017.

2. Objek Penelitian ini dilakukan pada seluruh perbankan syariah di

Indonesia yaitu Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS)

3. Data yang digunakan dalam peneitian ini adalah data statistik bulanan

perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017.

4. DPK (X1), CAR (X2), NPF (X3), BOPO (X4), Inflasi (X5), dan SBIS (X6)

sebagai variabel independen, FDR (Y1) Sebagai variabel dependen.

D Perumusan Masalah

Proses perumusan masalah merupakan tahapan yang paling penting

dalam sebuah proses penelitian sehingga permasalahan yang menjadi pokok

bahasan menjadi lebih jelas dan terfokus. Adapun secara spesifik perumusan

masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio

(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) secara parsial terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR)

perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017?

11

2. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio

(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) secara simultan terhadap Financing to Deposito Ratio

(FDR) perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017?

3. Variabel manakah dari Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio

(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO, Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) yang berpengaruh dominan terhadap Financing to

Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan Pengaruh rasio keuangan,

indikator makro dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap

likuiditas perbankan syariah. Maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio

(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) secara parsial terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR)

perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017.

2. Menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio

(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap

12

Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) secara simultan terhadap Financing to Deposito Ratio

(FDR) perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017.

3. Untuk mengetahui variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio

(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) yang paling besar berpengaruh terhadap Financing to

Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017.

E Manfaat Penelitian

Berdasarkan konsep latar belakang serta tujuan penelitian, maka

penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi beberapa pihak di antaranya :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman atau referensi

keilmuan di bidang perbankan dan juga sebagai aset pustaka yang

diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh kalangan akademisi, baik

dosen maupun mahasiswa khususnya pakar perbankan syariah dalam

upaya memberikan pengetahuan, informasi dan menjadi bahan rujukan

bagi penelitian selanjutnya sebagai proses pembelajaran mengenai

pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non

Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah.

13

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

berarti dan menambah khasanah intelektual bagi lembaga-lembaga

keuangan syariah mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital

Asset Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR)

perbankan syariah di Indonesia serta menjadi sumber masukan yang

bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah supaya lebih

mendukung pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia dalam

merumuskan kebijakan dan pengambilan keputusan guna pengembangan

lembaga-lembaga keuangan syariah terutama dalam meningkatkan kinerja

lembaga perbankan syariah agar masyarakat tertarik untuk memilih dan

menggunakan jasa perbankan syariah dalam bertransaksi khususnya

masyarakat Indonesia yang dikenal dengan mayoritas penduduknya

beragama Islam.

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A Perbankan Syariah

Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran

dua gerakan renaissance Islam modern (Antonio, 2001:8). Perbankan syariah

menurut undang-undang No 21 Tahun 2008 adalah segala sesuatu yang

menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan

kegiatannya. Sedangkan Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan

usahanya berdasarkan prinsip syariah.

Istilah Bank Syariah sendiri merupakan khas Indonesia, tidak dijumpai

di negara-negara lain. Di tempat lain, istilah tersebut dikenal dengan Bank

Islam (Karim, 2014:90). Al Jarhi dan Iqbal mendefinisikan bank Islam sebagai

lembaga perbankan yang melakukan semua kegiatan perbankan termasuk

pinjaman dan pembiayaan tanpa bunga (Hassine dan Limani, 2014:238).

Perbankan Islam berpedoman pada sistem perbankan yang secara konsisten

memegang prinsip-prinsip Syariah (hukum atau ketentuan yang berlaku dalam

Islam). Prinsip - prinsip syariah salah satunya adalah pelarangan adanya unsur

riba, seperti dijelaskan pada beberapa ayat Al-Qur’an sebagai berikut :

15

1. Surah An-Nisa Ayat 29

�� ���� � � � ٱ � ����� �����

�ا أ�

ن "��ن ",+ة )�'&% ءا���ا # "!

أ إ#�

012�� إن� "+اض ���� و# 345��ا أ: ABCن ��� ر?<=� ٱ;�

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu”.

2. Surah An-Nisa Ayat 161

�DEF وأ �اG+H��ل ٱ

��� أ

J�K وأ ��اL MNس و��Pٱ � Q%&'�( �2M3K

وأ

�=R ���� :Eا�� أS+1T�HUVU

Artinya : “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal

sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka

memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan

untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”.

3. Surah Ar Rum ayat 39

��ل و���ا W أG X� �Gر �ا :�M ٱP��س ءا"�3� �G+� YZ ٱ;� ءا"�3� و��

J\ون وMS+" ]� ز� D� ٱ;� a� و�

!Z ن�1bc=Hٱ dC

Artinya : Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia

bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.

16

Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk

mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang

yang melipat gandakan (pahalanya).

Salah satu fitur yang paling membedakan bank Islam adalah produk

keuangan yang didasarkan pada larangan bunga, dengan demikian desain

produk yang dimiliki bank Islam adalah dengan kemitraan dan berbagi risiko

(risk sharing). Selain dari itu, sifat dari kontrak suatu modal dalam bentuk

mudharabah, dimana salah satu pihak menyediakan modal dan pihak lain

memberikan enterpreunership, dengan demikian risiko informasi yang

asimetris dapat diminimalisir, karena sifat kontrak yang membagi imbalan dan

risiko secara sama (Onour dan Abdalla, 2011:81).

Tujuan bank-bank Islam menurut Umar Chapra adalah mencapai

tujuan-tujuan sosial ekonomi sesuai dengan ajaran Islam, yakni tidak adanya

pengangguran, suatu tingkat pertumbuhan yang tinggi dari perekonomian,

meratanya distribusi pendapatan dan kesejahteran, keadilan ekonomi sosial,

lancarnya mobilisasi investasi dan tabungan masyarakat, dan memastikan hasil

yang wajar untuk semua pihak, dan pada akhirnya penekanan pada stabilitas

nilai uang (Hassan dan Mervyn, 2007:155). Bank-bank Islam juga bertujuan

menyediakan jasa-jasa perbankan, yang sesuai dengan prinsip Syariah Islam di

dalam sistem keuangan Islam secara menyeluruh, yang bertujuan untuk

membawa sebagian besar manfaat kepada masyarakat dalam kepemilikan dan

kesejahteraan, sehingga tidak semata-mata menciptakan keuntungan

maksimum dari penggunaan modalnya (Zaher dan Hassan, 2001:158).

17

B Tingkat Kesehatan Bank dan Kinerja Keuangan Bank

Tingkat kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk

melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu

memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai

dengan peraturan perbankan yang berlaku (Rianto, 2017:221). Pengertian

kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena

kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan

seluruh kesehatan usaha perbankannya, kegiatan tersebut meliputi :

1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain dan

modal sendiri.

2. Kemampuan mengelola dana.

3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik

modal dan pihak lain.

Tingkat kesehatan bank digunakan sebagai salah satu alat dalam

melakukan evaluasi terhadap kinerja perbankan. Dimana kinerja suatu badan

usaha merupakan satu hal yang sangat penting karena kinerja merupakan

cermin kemampuan badan usaha mengelola sumber daya yang ada. Sebagai

suatu badan usaha, bank sangat berkepentingan untuk mencapai kinerja yang

baik agar kepercayaan masyarakat (nasabah) semakin meningkat (Syamsuddin

dan Mukhyi, 2004:120).

Kinerja bank dapat diukur dengan menganalisis laporan keuangan.

Dalam analisa laporan keuangan tersebut, kinerja keuangan periode terdahulu

18

dijadikan dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa

mendatang. Beberapa kinerja bank yang diukur berdasarkan rasio laporan

keuangan adalah Return On Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Loan To

Asset Rasio (LAR).

Kinerja keuangan bank mencerminkan kemampuan operasional bank

baik dalam bidang penghimpunan dana, penyaluran dana, teknologi serta

sumber daya manusia. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi

keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek

penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan

indikator kecukupan modal likuiditas dan profitabilitas bank (Abdullah,

2014:120).

Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan dan

kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat

dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan

langkah-langkah perbaikan. Dengan mengadakan perbandingan kinerja

perusahaan terhadap standar yang ditetapkan atau dengan periode-periode

sebelumnya, maka akan dapat diketahui apakah perusahaan mengalami

kemajuan atau sebaliknya yaitu kemunduran (Lestari dan Sugiharto,

2007:196).

Analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan, yaitu:

a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama

kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang mencapai

dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.

19

b. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua jenis

aset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien (Abdullah,

120).

c. Untuk meningkatkan peran bank sebagai lebaga intermediasi antara pihak-

pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang

memerlukan dana (Romli, 2008:27).

C Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi (Riyanto, 2008:25).

Sedangkan rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi,

atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi pada saat ditagi (Munawir,

2004:37). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada

waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid.

Dalam terminologi keuangan dan perbankan, likuiditas dapat diartikan

sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito

atau simpanan oleh deposito atau penitip. Dengan kata lain, suatu bank

dikatakan likuid apabila memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah

kebutuhan likuiditasnya, memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan

likuiditasnya, memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank

mempunyai surat-surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas, serta

20

memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan

uang (Siamat, 2008:340).

Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat likuiditas, penulis

memproksikan Loan To Deposito Ratio (LDR) sebagai variabel dependen

dalam penelitian ini. Karena Loan to deposito Ratio (LDR) menggambarkan

kemampuan suatu bank untuk menangani kewajiban-kewajibannya terutama

kewjiban jangka pendek yang akan segera jatuh tempo. Namun dalam

perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan) namun pembiayaan atau

financing. Sehingga proksi dari likuiditas dalam penelitian ini menggunakan

rasio Financing to Deposito Ratio (FDR). Financing to Deposito Ratio (FDR)

adalah istilah dalam perbankan syariah atau yang dikenal dengan istilah Loan

to Deposito Ratio (LDR) dalam perbankan konvensional merupakan rasio yang

menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali

penarikan dan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi

rasio ini, memberikan indikasi semakin rendahnya likuiditas bank yang

bersangkutan. (Dendawijaya, 2009:116)

Semakin tinggi rasio Loan to Deposito Ratio (LDR) semakin rendah

pula kemampuan likuiditas bank, sehingga risiko dalam berinvestasi menjadi

tinggi karena perusahaan perbankan tidak memiliki kemampuan untuk

membayar kembali kewajiban atas Dana Pihak Ketiga (DPK) atau nasabah

(Siamat, 2008:269). maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya

kepercayaan masyarakat pada bank tersebut.

21

Rasio Financing to Deposito Ratio (FDR) ini dirumuskan sebagai

berikut:

FDR = Total Pembiayaan

Tota Dana Pihak Ketiga x 100%

Adapun penilaian rasio Loan to Deposito Ratio (LDR)/ Financing to

Deposito Ratio (FDR) berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia

No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Financing to Deposito Ratio (FDR)

Level Kriteria Informasi

Level 1 LDR ≤ 75% Sangat Tinggi

Level 2 75% <LDR ≤ 85% Tinggi

Level 3 85% <LDR ≤ 100% Cukup Tinggi

Level 4 100%<LDR ≤120% Rendah

Level 5 LDR> 120% Sangat Rendah Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004.

D Rasio Keuangan

Rasio keuangan digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan suatu

bank yang dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank

secara periodik. Laporan ini juga sekaligus menggambarkan kinerja bank

selama periode tersebut (Kasmir, 2012).

Rasio keuangan yang lazim digunakan dalam menilai tingkat kesehatan

bank untuk menentukan suatu bank bermasalah atau tidak adalah rasio

keuangan CAMEL. Beberapa rasio CAMEL yang paling sering digunakan

adalah rasio CAR, NPL,ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR.

22

1. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga (DPK) berdasarkan UU Perbankan No. 10

tahun 1998 adalah daa yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank

berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,

sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya (Veithzal, 2007:413).

Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat luas merupakan

sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan

merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai

operasionalnya dari sumber dana ini.

Menurut Ismail, Dana Pihak Ketiga (DPK) biasanya lebih dikenal

dengan dana masyarakat, merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang

berasal dari masyarakat dalam arti luas, meliputi masyarakat individu,

maupun badan usaha (Ismail, 2011:43). Pentingnya sumber dana dari

masyarakat luas, disebabkan sumber dana dari masyarakat luas merupakan

sumber dana yang paling utama bagi bank. Sumber dana yang disebut juga

sumber Dana Pihak Ketiga (DPK) ini di samping mudah untuk mencarinya

juga tersedia banyak di masyarakat. Kemudian persyaratan untuk

mencarinya juga tidak sulit (Kasmir, 2012:71). Pentingnya sumber dana

dari masyarakat luas disebabkan sumber dana yang paling utama bagi

bank. Sumber dana pihak ketiga ini di samping mudah untuk dicari,

persyaratan untuk mencarinya pun sulit. Secara umum, kegiatan

penghimpunan dana ini dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu simpanan giro,

tabungan dan deposito.

23

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sangat berpengaruh

terhadap tingkat likuiditas bank. Apabila terjadi penurunan, maka

penurunan atau pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) ini akan

mengurangi kemampuan Bank Syariah dalam mengelola likuiditasnya

untuk meningkatkan bank dalam memberikan pembiayaan, namun bila

pembiayaan yang diberikan terlalu berlebihan maka lebih memungkinkan

tingkat Non Performing Financing (NPF) menjadi tinggi.

Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 sumber dana yang

berasal dari pihak ketiga adalah sebagai berikut :

a. Simpana Giro

Simpanan giro merupakan simpanan yang diperoleh dari

masyarakat atau pihak ketiga yang sifat penarikannya adalah dapat

ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet giro atau

sarana perintah bayar lainnya atau pemindahbukuan (Ismail,

2011:48). Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998

tanggal 10 November 1998 adalah simpanan yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana

perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan

(Kasmir, 2012:76).

b. Tabungan

Jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang

penarikannya dilakukan menurut syarat tertentu sesuai perjanjian

antara bank dan pihak nasabah. Menurut Undang-Undang Perbankan

24

Nomor 10 tahun 1998, tabungan adalah simpanan yang penarikannya

hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati,

tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya

yang dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2012:93).

c. Deposito

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, deposito

adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan

bank (Kasmir, 2012:102). Jenis simpanan yang penarikannya hanya

dapat dilakukan dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan antara

bank dan nasabah.

Menurut Mudrajat Kuncoro dan Suharjono, deposito adalah

simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya

hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan

jangka waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya (Ismail, 2011:45).

Dana tersebut dapat berupa mata uang rupiah ataupun valuta asing.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa deposito

adalah simpanan berjangka yang penarikannya dapat diambil sesuai

dengan perjanjian berdasarkan jangka waktu tertentu. Kegiatan

penghimpunan dan penyaluran dana merupakan fokus utama kegiatan

Bank Syariah. Oleh karena itu, untuk dapat menyalurkan dana secara

optimal, bank harus memiliki kemampuan dalam menghimpun Dana

25

Pihak Ketiga (DPK) karena merupakan sumber utama pembiayaan

Bank Syariah.

Dalam sistem perbankan syariah produk penghimpunan Dana

Pihak Ketiga (DPK) terbagi dalam dua kategori, yaitu :

a. Produk titipan (wadi‘ah), dalam bentuk giro, yaitu titipan murni dari

satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang

harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.

Prinsip yang diterapkan pada rekening giro adalah wadi‘ah yad

dhamanah yang diperbolehkan untuk dimanfaatkan. Implikasi hukum

wadi‘ah yad dhamanah ini sama dengan qardh, dimana nasabah

sebagai yang meminjamkan uang, dan bank bertindak sebagai yang

dipinjami uang (Karim, 2014:94). Berikut ayat Al Qur’an yang

berhubungan dengan wadi‘ah :

1) (Q.S An Nisa [4] : 58)

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk

menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya...”

(Q.S An Nisa [4] : 58).

2) (Q.S Al Baqarah [2] : 283)

Artinya : ”...Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang

lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya

(utangnya) dan hendaknya ia bertakwa kepada Allah...” (Q.S Al

Baqarah [2] : 283).

26

b. Roduk Mudharabah yaitu partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi

risiko (non guaranted deposit).

Bank Syariah mempunyai kewajiban yang berbeda-beda sesuai

dengan karakteristik dana. Dalam sistem Bank Syariah, tidak mengenal

adanya cost of fund. Bagi Bank Syariah, bagian yang menjadi hak nasabah

penabung ataupun deposan merupakan bagi hasil dari keuntungan ataupun

kerugian dari hasil pengelolaan dana untuk jenis dana tabungan dan

deposito mudharabah.

Sedangkan untuk dana wadi‘ah, nasabah mendapatkan bonus.

Faktor yang mempengaruhi kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) antara lain

adalah jumlah jaringan kantor Bank Syariah, fatwa Majelis Ulama

Indonesia (MUI) tentang haramnya bunga, suku bunga Bank Indonesia

(BI), pemanfaatan jaringan ATM bersama, penyediaan kartu debit syariah,

suku bunga bank konvensional, tingkat bagi hasil Bank Syariah, Gross

Domestic Product (GDP), dan kebijakan office channeling.

Untuk rumus Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat dirumuskan sebagai

berikut :

DPK = Giro + Tabungan + Deposito

2. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah kecukupan modal yang

menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang

mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,

27

mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang

dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. (Suharjhono, 2002:40)

Rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang

dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau

menghasilkan risiko. (Dendawijaya, 2009:34) Capital Adequacy Ratio

(CAR) dapat diukur dengan membagi modal dengan Aktiva Tertimbang

Menurut Risiko (ATMR).

CAR = �� !" #!$%

&�'!" (&�) x 100%

Adapun penilaian rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)

berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei

2004 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Capital Adequacy Ratio(CAR)

Level Kriteria Informasi

Level 1 KPMM ≥ 12% Jauh lebih tinggi dari ketentuan

Level 2 9% ≤ KPMM < 12% Lebih tinggi dari ketentuan

Level 3 8% ≤ KPMM < 9% Sedikit lebih tinggi dari ketentuan

Level 4 6% < KPMM 812% Lebih rendah dari ketentuan

Level 5 KPMM ≤ 6% Jauh lebih rendah dari ketentuan Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004

3. Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan

(NPL) menurut kamus bank Indonesia adalah kredit bermasalah yang

terdiri dari kredit yang berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet.

Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan Non Performing

Financing (NPF) untuk Bank Syariah (www.bi.go.id).

28

Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan

(NPL) adalah kredit bermasalah dan kemungkinan tidak dapat ditagih yang

terdiri dari kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain

NPF merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. NPF diketahui

dengan cara menghitung pebiayaan non lancar terhadap total pembiayaan.

Apabila semakin rendah Non Performing Financing (NPF) maka bank

tersebut akan semakin naik keuntungannya, sebaliknya bila tingkat Non

Performing Financing (NPF) tinggi maka semakin buruk kinerja bank

tersebut dengan kata lain akan mengalami kerugian yang diakibatkan

tingkat pengembalian kredit macet (Stiawan, 2009:7).Non Performing

Financing (NPF) mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi rasio

ini, menunjukkan kualitas pembiayaan Bank Syariah semakin buruk.

Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat

fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi Bank

Syariah. Tingkat kesehatan pembiayaan Non Performing Financing (NPF)

ikut mempengaruhi pencapaian laba bank. Bertambahnya Non Performing

Financing (NPF) akan mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk

memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga

mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh buruk pada kinerja

perusahaan (Wibowo, 2013:4). Non Performing Financing (NPF) dapat

diukur dengan rumus sebagai berikut :

NPF = +,-"!. /0-12!3!!$ #04-!5!"!.

&�'!" /0-12!3!!$ x 100%

29

Adapun penilaian rasio Non Performing Financing (NPF)

berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei

2004 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Non Performing Financing (NPF)

Level Kriteria Informasi

Level 1 NPF < 2% Sangat Baik

Level 2 2% ≤ NPF < 5% Baik

Level 3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Baik

Level 4 8% ≤ NPF < 12% Kurang Baik

Level 5 NPF ≥ 12% Buruk Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004

4. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

Pengertian Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan

operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

melakukan kegiatan operasinya (Rivai, 2007:722). Biaya Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO) dapat diukur dengan rumus sebagai

berikut :

BOPO = #2!3! 8904!52�$!"

/0$ !9!'!$ 8904!52�$!" x 100%

Adapun penilaian rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional

(BOPO) berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP

tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut :

30

Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO)

Level Kriteria Informasi

Level 1 BOPO ≤ 83% Sangat Baik

Level 2 83% < BOPO ≤ 85% Baik

Level 3 85% < BOPO ≤ 87% Cukup Baik

Level 4 87% < BOPO ≤89% Kurang Baik

Level 5 BOPO > 89% Buruk Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004

E Indikator Makro Ekonomi

Makro ekonomi adalah ilmu ekonomi yang mempelajari aspek

menyeluruh dari kegiatan ekonomi. Ilmu ekonomi pada dasarnya merupakan

studi yang mempelajari tentang pemenuhan kebutuhan manusia. Selain makro

ekonomi dalam ilmu ekonomi terdapat pula pembahasan mengenai mikro

ekonomi. Jika mikro ekonomi adalah studi yang mempelajari bagaimana setiap

rumah tangga dan perusahaan mengambil keputusan terkait pemenuhan

kebutuhan dan berinteraksi di pasar, maka makro ekonomi menangani kepada

isu-isu yang bersifat makro atau lebih luas lagi (Case dan Fair, 2002:8).

Berbagai literatur mengemukakan indikator dari makro ekonomi seperti

diungkap sadono sukirno dimana ia membagi persoalan makro ekonomi pokok

menjadi antara lain pendapatan nasional, pengangguran, inflasi, pertumbuhan

ekonomi, serta neraca pembayaran, kurs valuta asing, dan kestabilan ekonomi

(Sukirno, 2007:16).

Dalam ekonomi makro apabila yang dibicarakan adalah mengenai

produsen, maka yang diperhatikan adalah kegiatan produsen-produsen dalam

keseluruhan ekonomi. Begitu pula, apabila yang diperhatikan ialah mengenai

31

tingkah laku konsumen, yang di analisis adalah tingkah laku keseluruhan

konsumen dalam menggunakan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa

yang dihasilkan dalam perekonomian.

1. Inflasi

a. Definisi Inflasi

Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat

harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Definisi

singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk

menaikkan harga barang secara umum dan terus menerus dalam

jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang

saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas

kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga

barang-barang lain (Boediono, 2000:161).

Proses kenaikan harga barang secara umum terus menerus

selama periode tertentu. Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga

secara umum (Nopirin, 2000:77).

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses

meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus

(continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan

oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang

meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi

atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak

lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan

32

proses menurunnya nilai mata uang secara continue. Inflasi adalah

proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.

Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan

inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan dan

dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-

menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga

digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang

kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

b. Tingkat Inflasi

Menurut Paul A. Samuelson inflasi diibaratkan seperti sebuah

penyakit, dimana kondisi inflasi berdasarkan sifatnya dapat

digolongkan menurut tingkat keparahannya inflasi dapat dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu (Karim, 2014:137) :

1) Merayap (Creeping Inflation / Moderate Inflation)

Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang

lambat. Umunya disebut sebagai “inflasi satu digit”. Pada tingkat

inflasi seperti ini, orang orang masih mau untuk memegang uang

dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang dari pada dalam

bentuk aset riil.

Pada tingkat ini laju inflasi yang rendah (kurang dari 10%

pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase

yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama. (Nopirin,

2000:79).

33

2) Inflasi Menengah (Galloping Inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan

kadang- kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta

mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga-harga minggu atau

bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai

dengan 200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang

hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan

disimpan dalam bentuk aset-aset riil.

3) Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)

Pada tingkat ini, Inflasi yang paling parah dengan ditandai

dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang

merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila

pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.

Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi

yaitu jutaan sampai trilyunan persen per tahun. Walaupun

sepertinya banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat

bertahan menghadapi galloping inflation, akan tetapi tidak pernah

ada pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis

ketiga yang amat “mematikan” ini. Contohnya adalah Weimar

Republic di Jerman pada tahun 1920-an.

34

c. Metode Pengukuran Inflasi

Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan

menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang

dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin, 2000:79)

antara lain :

1) Consumer Price Index (CPI)

Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau

pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi

keperluan kebuthan hidup :

CPI =;<=> <? @ABCD> EA=CD> FG HFIDG JDAB

;<=> <? @ABCD> EA=CD> FG EA=D JDAB x 100%

2) Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index

Indeks yang lebih menitikberatkan pada perdagangan

besar seperti harga bahan mentah (raw material), barang

setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.

3) GNP Deflator

GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda

dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencakup jumlah

barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga

jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks di atas:

CPI =KLM L<@FGAN

KLM OFFN x 100%

35

d. Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi

Menurut Nopirin (2000:82), ada beberapa faktor yang

menyebabkan timbulnya inflasi:

1) Demand Pull Inflation

Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat

dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik

harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pemintaan

agregat.

2) Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation

Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama

periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang

kurang efektif.

e. Inflasi Dalam Perspektif Islam

Para ekonom Islam berpendapat, inflasi berakibat sangat buruk

bagi perekonomian karena empat hal sebagai berikut:

1) Inflasi mengganggu fungsi dari: uang, tabungan (nilai simpan),

pembayaran di muka, dan unit penghitungan. Akibat inflasi,

orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan. Inflasi

bisa menyebabkan inflasi lagi (self feeding inflation).

2) Inflasi melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap

menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to

Save).

36

3) Inflasi meningkatkan kecenderungan berbelanja terutama untuk

non-primer dan barang mewah (naiknya Marginal Propensity to

Consume).

4) Inflasi mengarahkan investasi non-produktif yaitu penumpukan

kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata

uang asing. Inflasi mengorbankan investasi ke arah produktif

seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan

lainnya. (Karim, 2014:139).

Selain itu, inflasi menimbulkan sejumlah masalah yang

berhubungan dengan akuntansi, misalnya:

1) Inflasi menyebabkan dilema penilaian terhadap aset tetap dan

aset lancar dilakukan dengan metode biaya historis atau

metode biaya aktual.

2) Inflasi menyebabkan permasalahan akuntansi dalam hal

pemeliharaan modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan

inflasioner.

3) Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi

operasi (index) untuk mendapatkan kebutuhan perbandingan

waktu dan tempat. (Karim, 2014:139).

Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena mata uangnya

stabil dengan digunakannya mata uang dinar dan dirham (Nurul Huda,

2009:189). Penurunan nilai masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai

37

emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan,

diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi

keadaan ini kecil sekali kemungkinannya. (Nurul Huda, 2009:190).

Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M - 1441M), yang

merupakan ekonom muslim dan juga salah satu murid Ibnu Khaldun,

menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu inflasi akibat

berkurangnya persediaan barang (Natural inflation) dan inflasi akibat

kesalahan manusia (Human Error Inflation).

Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah

dan khulafaur Rasyidin, yaitu karena kekeringan atau peperangan.

Sementara itu, Inflasi jenis kedua menurut Al-Maqrizi disebabkan

oleh tiga hal. Pertama, korupsi dan administrasi yang buruk. Kedua,

pajak berlebihan yang memberatkan petani. Ketiga, jumlah uang yang

berlebihan. (Karim, 2001:67)

Salah satu murid Ibnu Khaldun, menggolongkan inflasi

menjadi dua golongan yaitu:

1) Natural Inflation

Menurut Ibn Al Maqrizi, natural inflation adalah inflasi

yang diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah yang tidak mampu

dikendalikan manusia. Inflasi ini diakibatkan oleh turunnya

penawaran agregatif (AS) atau naiknya permintaan agregatif (AD).

2) Human Error Inflation

38

Di luar penyebab yang tergolong natural inflation, inflasi

yang terjadi tergolong human error inflation atau false inflation.

Human error inflation disebabkan tiga hal berikut:

a) Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and

bad administration).

b) Pajak yang berlebihan (excessive tax).

c) Percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan

secara berlebihan (excessive seignorage). (Karim, 2010:425).

F Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

1. Definisi Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Di indonesia, salah satu instrument operasi moneter syariah

dilakukan antara lain melalui penjualan Sertifikat Bank Inonesia Syariah

(SBIS). Sebelumnya Sertifikat Bank Inonesia Syariah (SBIS) dikenal

sebagai Sertifikat Wadi‘ah Bank Indonesia Syariah (SWBI). Berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/PBI/2000, yang dimaksud dengan

Sertifikat Wadi‘ah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang

diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek

dengan prinsip wadi‘ah (Pasal 1 Ayat 4). Sedangkan yang dimaksud

dengan wadi‘ah disini adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik

dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana

tersebut (Pasal 1 Ayat 3).

Selanjutnya perubahan perundang-undangan tentang pencabutan

SWBI menjadi SBIS, berdasarkan PBI No. 10/11/PBI/2008, SBIS adalah

39

surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam

mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan

sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka

pengendalian moneter yang dilkukan berdasarkn prinsip syariah dengan

menggunakan akad ju‘alah (Peraturan Bank Indonesia, 2008).

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang

diterbitkan Bank Indonesia yang dibuat dalam rangka pengendalian

moneter berdasarkan prinsip syariah dan merupakan salah satu upaya

untuk mengatasi bila terjadi kelebihan likuiditas pada Bank Syariah

dengan menggunakan akad ju‘alah (Arifin, 2009:198).

Akad ju‘alah adalah janji atau komitmen (iltizan) untuk

memberikan imbalan tertentu (‘iwdah / ju’l) atas pencapaian hasil (natijan)

yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Dengan kata lain ju‘alah adalah

suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada

pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau pelayanan yang dilakukan

oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama (Arifin, 2009:198).

Perbedaan antara Sertifikat Wadi‘ah Bank Indonesia Syariah

(SWBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah Sertifikat

Bank Inonesia Syariah (SBIS) yang dalam prakteknya menggunakan akad

ju‘alah yaitu mekanismenya dalam bentuk lelang, dan lelang tersebut akan

dimenangkan oleh salah satu Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha

Syariah (UUS) yang mengikuti lelang dan tidak sedang kena sanksi.

Sedangkan Sertifikat Wadi‘ah Bank Indonesia Syariah (SWBI) memakai

40

akad wadi‘ah yang berarti titipan yang bonusnya ditetapkan oleh Bank

Indonesia (Bank Indonesia, 2008).

Instrumen ini menjadi masukan yang positif bagi perbankan

syariah. asalnya, sebelum diterbitkannya Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) ini sebelumnya menggunakan Sertifikat Wadi‘ah Bank

Indonesia (SWBI) dimana jika dibandingkan dengan Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) konvensional memiliki perbedaan return yang sangat

berbeda. Untuk itu bank Indonesia menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) sebagai ganti Sertifikat Wadi‘ah Bank Indonesia (SWBI)

setelah mendapatkan izin dari Dewan Syariah Nasional (DSN).

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan pada Bank

Syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter.

Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip

syariah dan dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah dengan tujuan untuk

mengatasi apabila terjadi kesalahan pada tingkat likuiditas, sebagaimana

bank konvensioal yang menetapkan cadangannya pada Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) dengan harapan dapat memperoleh penghasilan

tambahan.

Seperti halnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) juga merupakan instrument Bank Indonesia

untuk operasi pasar terbuka, terutama melalui mekanisme perbankan

syariah. Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

41

adalah dengan cara lelang dimana pihak yang diikutsertaan adalah sebagai

berikut :

a. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau

pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS

b. Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) baik

sebagai peserta lagsung maupun peserta tidak langsung, wajib

memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Dalam keaadaan mendesak instrument tersebut bermanfaat untuk

mengatasi kesulitan likuiditas Bank Syariah jangka pendek karena arus

dana yang masuk kepada bank tersebut lebih kecil dibandingkan arus dana

yang keluar pada saat kliring. Bank Indonesia telah mengeluarkan

ketentuan tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah

(FPJPS). FPJPS yang dimaksudkan adalah untuk menjalankan fungsi BI

sebagai “leader of last resort” jika alternatif pembiayaan lain tidak dapat

diperoleh Bank Syariah untuk mempertahankan likuiditasnya. SBIS

mempunyai fungsi untuk membantu Bank Syariah di Indonesia yang

kelebihan likuiditas, untuk menyimpan dana “menggugurnya” ditempat

yang aman dan menguntungkan. Untuk mendukung kegiatan usaha

perbankan terkait dengan SBIS Dewan Syariah Nasional (DSN) telah

menerbitkan fatwa No.36/DSNMUI/X/2002 tentang Sertifikat Wadi‘ah

Bank Indonesia sebelum tahun 2008 SBIS dikenal dengan nama Sertifikat

Wadi‘ah Bank Indonesia (SWBI) (Hermawan, 2013:36).

42

Bank Indonesia dalam operasi moneter melalui penerbitan

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mengumumkan target

penyerapan likuiditas kepada bank-bank Syariah sebagai upaya

pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan (reward/ ‘iwadhu’i) tentu

bagi yang turut berantisipasi dalam pelaksanaannya. Ketentuan mengenai

imbalan SBIS adalah dengan cara Bank Indonesia menetapkan dan

memberikan imbalan atau Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang

diterbitkan kemudian Bank Indonesia membayar imbalan pada saat jatuh

waktu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (www.bi.go.id).

2. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Dalam kegiatannya Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),

memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Menggunakan akad ju‘alah (berdasarkan fatwa Dewan Syariah

Nasional (DSN) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) juga dapat diterbitkan dengan menggunakan

akad mudharabah, musyarakah, wadi‘ah, qard, dan wakalah.

b. Diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI)

c. Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek

d. Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12 bulan.

e. Satuan unit sebesar RP. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)

f. Diterbitkan tanpa wakat (Scripless)

43

g. Sepatutnya Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Merupakan

hanya instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana

sementara ketika bank mengalami over likuiditas (www.bi.go.id)

h. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

3. Ketentuan Hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Ketentuan hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),

adalah sebagai berikut:

a. SBIS sebagai instrumen pengendalian moneter boleh diterbitkan

untuk memenuhi kebutuhan Operasi Pasar Terbuka (OPT).

b. Bank Indonesia memberikan imbalan kepada pemegang SBIS sesuai

dengan akad yang dipergunakan.

c. Bank indonesia wajib mengembalikan dana SBIS kepada

pemegangnya pada saat jatuh tempo.

d. Bank Syariah boleh memiliki SBIS untuk memanfaatkan dananya

yang belum dapat disalurkan ke sektor riil. (Zulkifli, 2008:76)

Grafik 2.1 Skema SBIS

1. Akad

3. Pemgembalian uang plus Bonus

2. Penerbitan SBIS

Muwaddi’

(Bank)

Mustawda’

(Bank Indonesia)

44

Keterangan:

a) Antara bank Indonesia (mustawda’) dengan Bank Syariah (Muwaddi’)

melakukan akad terebih dahulu.

b) Lalu Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) kepada Bank Syariah

c) Bank Syariah mendapatkan uang yang dititipkan serta bonus dari

Bank Indonesia (Zulkifli, 2008:78)

4. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS

a. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh bank indonesia

b. Transaksi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (Settlement lelang

SBIS, Settlement First Leg Repo SBIS dan Settlement Second Leg

Repo SBIS) dinyatakan batal apabila saldo rekening giro dan saldo

rekening surat berharga BUS atau UUS di Bank Indonesia tidak

tercukupi.

5. Sanksi dalam Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Peraturan Bank Indonesia No. 12/18/PBI/2010. Bank Indonesia

mengenakan sanksi kepada BUS atau UUS atau transaksi SBIS

(www.bi.go.id), yang dinyatakan berupa:

a. Terdapat pembatalan hasil lelang SBIS karena saldo rekening giro

yang tidak mencukupi, BUS dan UUS dikenakan sanksi berupa

teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar 1/100 (satu per

45

seribu) dari nominal SBIS yang dbatalkan atau paling banyak sebesar

Rp. 1000.000.000,00 (satu milyar rupiah) untuk setiap pembatalan.

b. Apabila dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, BUS dan UUS telah

mendapatkan teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali, maka selain

mendapatkan sanksi teguran tertulis dan kewajiban membayar, BUS

dan UUS juga dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk

mengikuti lelang SBIS sampai dengan lelang minggu berikutnya dan

larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 (lima) hari kerja berturut-

turut (Peraturan Bank Indonesia, 2008).

G PenelitianTerdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena

penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang

lingkup hampir sama tetapi karena variabel, objek, periode, waktu dan alat

analisis yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama

sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut

beberapa ringkasan penelitian terdahulu :

46

Tabel 2.5 PenelitianTerdahulu

NO Peneliti Judul Metode

Variabel

Tujuan & Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

Dependen Independen

1

Nur Hazimah

Amran dan

Wahida Ahmad,

(2017)

Liquidity

Risk: An

Islamic

Banking

Perspective

Analisis

regresi

linier

berganda

Likuiditas

Return on

Asset (ROA),

Capital

Adequacy

Ratio

(CAR), dan

kapitalisasi

bank.

Tujuan penelitian ini untuk

diselidiki hubungan antara

profitabilitas bank, kecukupan

modal, dan kapitalisasi bank,

terhadap likuiditas bank.

Hasil regresi menunjukkan bahwa

Return on Asset (ROA) dan

kapitalisasi bank memiliki

hubungan negatif dan signifikan

terhadap Financing to Deposito

Ratio (FDR). sementara Capital

Adequacy Ratio (CAR) memiliki

hubungan positif tetapi tidak

signifikan terhadap Financing to

Deposito Ratio (FDR) bank

syariah di Asean.

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable likuiditas

sebagai variable

dependen dan

menggunakan

variable Capital

Adequacy Ratio

(CAR) sebagai

variable

Independen.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis adalah,

tempat

penelitian,

periode

penelitian, dan

ada beberapa

variable

independen yang

digunakan

berbeda.

47

2

Osama Omar

Jaara, Bassam

Omar Jaara, dan

Jamal Shamieh,

Usama Adnan

Fendi, (2017)

Liquidity Risk

Exposure in

Islamic and

Conventional

Banks

Analisis

regresi

data panel

Likuiditas

The recent

financial

Crisis (FC),

Bank gearing

(GR), Gross

Domestic

Product

(GDP), Off-

balance sheet

items

(OFFBS),

Total

Securitisation

(TS), Non-

Earning

Assets to

Total Assets

(NONERA),

Bank Liquid

Assets

(LIQAS)

Tujuan Penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor - faktor yang

mempengaruhi kemampuan bank

syariah dan bank konvensional

untuk mengelola risiko likuiditas

dan menentukan dampak krisis

keuangan global terhadap bank-

bank Islam dan bank

konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa bank syariah mencatat

memiliki rata-rata risiko likuiditas

yang tinggi dibandingkan dengan

bank konvensional. Ada perbedaan

yang signifikan antara bank

syariah dan Bank Konvensional

dalam hal faktor Likuiditas

perbankan. Ditemukan bahwa 92%

exposur atau paparan rasio

likuiditas dihasut oleh krisis

keuangan, gejolak bank, Produk

Domestik Bruto (PDB), item di

luar neraca, total sekuritas yang

dimiliki oleh bank, non-produktif

aset dibagi dengan total aset untuk

bank dan aset likuid di bank

konvensional.

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable

Likuiditas sebagai

variable

dependen.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

terletak pada

periode dan

tempat

penelitian yang

berbeda,

variable

independen dan

alat analisis yang

digunakan.

48

3 Lina Nugraha

Rani (2017)

Analisis

Pengaruh

Faktor

Eksternal dan

Internal

Perbankan

Terhadap

Likuiditas

Perbankan

Syariah di

Indonesia

Periode

Januari 2003

– Oktober

2015

Analisis

regresi

linier

berganda

Likuiditas

Kinerja

Ekonomi,

Inflasi , Krisis

Keuangan

Global (D07),

Non

Performing

Financing

(NPF) dan

Tingkat

Pengembalia

n Deposito

(RRD)

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh faktor

eksternal Kinerja Ekonomi (EK),

Inflasi (INF), Krisis Keuangan

Global (D07) dan internal Non

Performing Financing (NPF) dan

Tingkat Pengembalian Deposito

(RRD) perbankan terhadap

likuiditas Perbankan Syariah di

Indonesia.

Hasil penelitian menyatakan

bahwa variabel Kinerja Ekonomi

(EK), dan Non Performing

Financing (NPF), memiliki

pengaruh secara signifikan dan

negatif terhadap FDR dan variabel

Tingkat Pengembalian Deposito

(RRD) memiliki pengaruh secara

signifikan dan positif terhadap

Financing to Deposito Ratio

(FDR). Sedangkan variabel Inflasi,

Krisis Keuangan Global (D07)

tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Financing to

Deposito Ratio (FDR).

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable likuiditas

sebagai variable

dependen.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

terletak pada

periode

penelitian,

tempat

penelitian dan

variable

independen

berbeda.

49

4

Muhammad

Irfan Priambodo

(2017)

Analisis

Pengaruh

CAR, NIM,

NPL, dan

BOPO

terhadap

LDR Bank

Umum

Konvensional

di Indonesia

Analisis

regresi

linier

berganda

Likuiditas

CAR, NIM,

NPL, dan

BOPO

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk melihat pengaruh factor

CAR, NIM, NPL, dan BOPO

terhadap LDR Bank Umum

Konvensional.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa hasil uji simultan variable

CAR, NIM, NPL, dan BOPO

berpengaruh terhadap variable

dependen yaitu LDR. Sedangkan

hasil uji parsial CAR, NPL

berpengaruh negative. Sedangkan

variable NIM, BOPO berpengaruh

positif terhadap FDR.

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable likuiditas

sebagai variable

dependen dan

variable CAR,

NPL, dan BOPO

sebagai variable

independen, dan

sama-sama

menggunakan

metode analisis

regresi linier

berganda.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

tempat

penelitian,

periode

penelitian yang

digunakan

berbeda

50

5

Aulia Nazala

Ramadhani dan

Astiwi Indriani

(2016)

Analisis

Pengaruh

Size, Capital

Adequacy

Ratio (CAR),

Return on

Asset (ROA),

Non

Performing

Loan (NPL),

dan Inflasi

Terhadap

Loan to

Deposit Ratio

(LDR)

Analisis

regresi

linier

berganda

Likuiditas

Size, CAR,

ROA, NPL,

dan Inflasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh ukuran,

Capital Adequacy Ratio

(CAR), Return on Assets (ROA),

Non Performing Loan (NPL), dan

inflasi terhadap Loan to

Deposito Rasio (LDR)

Hasil penelitian menyatakan

bahwa variabel size dan Capital

Adequacy Ratio (CAR)

berpengaruh negatif dan variabel

Return on Asset (ROA) dan Non

Performing Loan (NPL)

berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap Loan to

Deposit Ratio (LDR). Variabel

Inflasi memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap Loan to

Deposit Ratio (LDR).

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable

Likuiditas sebagai

variable dependen

dan CAR dan

NPL sama-sama

menggunakan

sebagai variable

independen, dan

sama-sama

menggunakan alat

analisis regresi

linier berganda.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

terletak pada

periode

penelitian dan

tempat

penelitian yang

berbeda.

51

6

Waeibrorheem

Waemustafa,

Suriani Sukri

(2016)

Systematic

and

Unsystematic

Risk

Determinants

of Liquidity

Risk Between

Islamic and

Conventional

Banks

Ordinary

Least

Square

(OLS)

Likuiditas

CR, LEV,

RSEC,

REGCAP,

FLP,

FINANCE,

RWA,

ISCON,

DER, EM,

LIQUID,

DTAR,

MGT, ROA,

LnSIZE,

Inflation,

Money

Supply (M3),

Output gap,

Yield curve,

Islamic

interbank

rate.

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh faktor

eksternal dan internal yang

mempengaruhi risiko likuiditas

bank syariah dan konvensional

dengan menganalisis laporan

tahunan yang diterbitkan oleh bank

di Indonesia Malaysia.

Hasil penelitian menyatakan

bahwa faktor eksternal Tingkat

Pengembalian Bank Syariah

(Islamic Rate) dan Gross Domestic

Product (GDP) berpengaruh tidak

signifikan terhadap FDR bank

syariah dan variabel Output Gap

dan Inflasi berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap FDR bank

syariah. Sedangkan Variabel

spesifik bank Syariah yaitu NPF,

LEV, RSEC, REGCAP (capital),

FLP, Finance, RWA, ISCON,

DER, EM, Liquid (securities),

MGT (earning assets), ROA, Ln

Size (Ln total assets) memberikan

pengaruh signifikan negatif

terhadap Financing to Deposit

Ratio (FDR).

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable

Likuiditas sebagai

variable dependen

dan Inflasi

sebagai variable

independen.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

terletak pada

periode

penelitian,

tempat

penelitian dan

alat analisis yang

digunakan.

52

7

Raditya

Sukmana, Sari

Suryaningtyas

(2016)

Determinants

of Liquidity

Risk in

Indonesian

Islamic and

Conventional

Banks

Analisis

data panel Likuiditas

Non

Performing

Loan (NPF),

Capital

Adequancy

Ratio (CAR),

dan Return

on Assets

(ROA)

Tujuan dari penelitian adalah

untuk memeriksa penyebab risiko

likuiditas di Bank Islam dan

konvensional di Indonesia.

Hasil penelitian menyatakan

bahwa variabel Return on Asset

(ROA) dan Non Performing Loan

(NPL), memiliki hubungan positif

dan signifikan terhadap Loan to

Deposit Ratio (LDR), sedangkan

Capital Adequacy Ratio (CAR)

memiliki hubungan negatif dan

signifikan terhadap Loan to

Deposit Ratio (LDR) bank

konvensional Indonesia.

Sementara itu di Bank Islam,

Capital Adequacy Ratio (CAR)

ditemukan memiliki hubungan

positif dan signifikan dengan

Financing to Deposito Ratio

(FDR), sementara Return on Asset

(ROA) menunjukkan hasil

negative dan signifikan dengan

Financing to Deposito Ratio

(FDR).perbankan syariah di

Indonesia.

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable likuiditas

sebagai variable

dependen dan

variable Non

Performing Loan

(NPF), Capital

Adequancy Ratio

(CAR), sebagai

variable

independen.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

tempat

penelitian,

periode

penelitian, dan

metode analisi

data yang

digunakan

berbeda.

53

8

Martha Novalina

Ambaroita

(2015)

Faktor-faktor

Yang

Mempengaru

hi Loan to

Deposit Ratio

(LDR) Bank

Umum di

Indonesia

Error

Corection

Model

(ECM)

Likuiditas

Dana Pihak

Ketiga

(DPK),

Capital

Adequacy

Ratio (CAR),

Non

Performing

Loan (NPL)

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendiskripsikan dan menganalisis

pengaruh Dana Pihak Ketiga

(DPK), Capital Adequacy Ratio

(CAR), Non Performing Loan

(NPL), terhadap Loan to Deposit

Ratio (LDR), dalam jangka pendek

dan jangka panjang bank Umum di

Indonesia.

Hasil dalam jangka panjang

Capital Adequacy Ratio (CAR)

tidak berpengaruh terhadap LDR,

dalam jangka pendek Capital

Adequacy Ratio (CAR)

berpengaruh positif terhadap LDR

bank umum di Indonesia, dalam

jangka panjang Dana Pihak Ketiga

(DPK) berpengaruh positif

terhadap LDR dan dalam jangka

pendek Dana Pihak Ketiga (DPK)

tidak berpengaruh terhadap LDR

bank umum di Indonesia, dalam

jangka panjang Non Performing

Loan (NPL) berpengaruh negatif

LDR dan dalam jangka pendek

Non Performing Loan (NPL)

berpengaruh positif terhadap Loan

to Deposit Ratio (LDR).

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable

Likuiditas sebagai

variable dependen

dan penggunaan

data dalam

penelitian sama-

sama

menggunakan

data time series

dan data dalam

bulanan.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

terletak pada

periode

penelitian,

tempat

penelitian dan

metode analisis

yang digunakan

berbeda.

54

9

Raad Mozib

Lalon (2015)

Impact of

Government

Borrowing on

Bank

Liquidity

Crisis:

An

Econometric

Analysis

Econometr

ic Analysis Liquidity

Gross

Domestic

Product

(GDP), Net

Government

Borrowing

(GB),

classified

loans (CL),

outstanding

amount of

L/C (OULC),

DSE general

share price

index

(DSI), overall

investment of

commercial

banks (INV)

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pinjaman pemerintah

untuk menjadi penentu besar

menyesuaikan posisi likuiditas

bank komersial di Bangladesh.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa beberapa faktor penentu

seperti Indeks Harga Saham, posisi

investasi keseluruhan bank umum,

M2 Mata uang, keseluruhan

pinjaman diklasifikasikan dari

bank umum dan outstanding L / C

berpengaruh signifikan terhadap

likuiditas bank komersial di

Bangladesh. Hasil uji secara

parsial menunjukkan bahwa

pinjaman bersih pemerintah tidak

berpengaruh signifikan dalam

menjelaskan posisi likuiditas bank

umum di Bangladesh. Sedangkan

hasil uji secara simultan pinjaman

pemerintah bersih dan beberapa

variabel lainnya secara bersama-

sama berpengaruh signifikan

dalam menjelaskan posisi

likuiditas bank di B angladesh.

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

Memproksikan

Likuiditas sebagai

variable dependen

dan sama-sama

menggunakan

data sekunder.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

tempat

penelitian,

periode

penelitian,

variable, dan

metode analisis

yang digunakan

berbeda.

55

10

Mohamed

Aymen Ben

Moussa (2015)

The

Determinants

of Bank

Liquidity:

Case of

Tunisia

Analisis

data panel Likuiditas

Kinerja

Keuangan,

Modal, Biaya

Operasi,

Tingkat

Pertumbuhan

Produk

Domestic

Bruto (PDB),

Tingkat

Inflasi,

Ukuran Bank,

Total Kredit

atau Total

Aset, Biaya

Keuangan,

Total

Simpanan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk

melihat penentu likuiditas bank di

Tunisia untuk memenuhi

kewajibannya kepada kreditur,

deposan dan investasi dana dalam

menjalankan operasional bank.

Hasil dalam penelitian ini

ditemukan bahwa variabel kinerja

keuangan, modal, biaya

operasional, tingkat pertumbuhan

Produk Domestic Bruto (PDB),

tingkat inflasi berpengaruh

signifikan terhadap Loan to

Deposit Ratio (LDR) bank

sedangkan ukuran bank, total

kredit atau total aset, biaya

keuangan, total simpanan tidak

berpengaruh signifikan terhadap

Loan to Deposit Ratio (LDR)

bank.

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

likuiditas sebagai

variable dependen

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

tempat

penelitian,

Periode

penelitian, dan

metode analisis

data yang

digunakan

berbeda.

56

11 Herry Achmad

Buchory (2014)

Analisis of

the Effect of

Capital, Net

Interest

Margin,

Credit Risk

and

Probability in

The

Implementati

on of Banking

Intermediatio

n.

Analisis

regresi

linier

berganda

Likuiditas

Capital, Net

Interest

Margin,

Credit Risk

and

Profitability.

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan

intermediasi perbankan yaitu

Modal, Net Interest Margin, Risiko

Kredit dan Profitabilitas terhadap

Likuiditas.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel Net Interest

Margin (NIM) dan Return on Asset

(ROA) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Loan to

Deposit Ratio (LDR). Non

Performing Loan (NPL) tidak

berpengaruh signifikan terhadap

Loan to Deposit Ratio (LDR).

Sedangkan Capital Adequacy

Ratio (CAR) berpengaruh negatif

namun tidak signifikan terhadap

Loan to Deposit Ratio (LDR).

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

likuiditas sebagai

variable dependen

dan sama-sama

menggunakan

metode analisis

regresi linier

berganda.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

tempat

penelitian, dan

Periode yang

digunakan

berbeda.

57

12

Agustina dan

Anthony Wijaya

(2013)

Analisis

faktor-faktor

yang

mempengaru

hi Loan to

Deposito

Ratio (LDR)

Bank Swasta

Nasional di

Bank

Indonesia.

Analisis

regresi

linier

berganda

Likuiditas

Capital

Adecuacy

Ratio (CAR),

Net Interest

Margin

(NIM), biaya

operasional

terhadap

pendapatan

operasional

(BOPO) dan

suku bunga

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menganalisa

pengaruh Capital Adecuacy Ratio

(CAR), Net Interest Margin

(NIM), BOPO dan suku bunga

terhadap Loan Deposit Ratio

(LDR).

Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa secara simultan,

Capital Adequacy Ratio (CAR),

Net Interest Margin (NIM), BOPO

dan Suku bunga berpengaruh

signifikan terhadap Loan Deposit

Ratio (LDR), namun secara parsial

Net Interest Margin (NIM), Biaya

Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO) dan Suku

bunga berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Loan Deposit

Ratio (LDR) sedangkan Capital

Adequacy Ratio (CAR) tidak

berpengaruh terhadap Loan

Deposit Ratio (LDR).

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

likuiditas sebagai

variable dependen

dan variable

Capital Adecuacy

Ratio (CAR),

Biaya Operasional

dan Pendapatan

Operasional

(BOPO) sebagai

variable

independen, dan

sama-sama

menggunakan

metode analisis

regresi linier

berganda.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

tempat

penelitian,

periode

penelitian, dan

beberapa

variable

independennya

perbeda.

58

13

Rafikha

Rustianah

Mustafidan

(2013)

Faktor-Faktor

yang

mempengaru

hi Likuiditas

pada Bank

Umum

Syariah di

Indonesia

Analisis

regresi

linier

berganda

Likuiditas

DPK, NPF,

CAR, ROA,

ROE, NIM,

SBIS dan

PUAS

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk melihat factor-faktor yang

mempengaruhi likuiditas pada

Bank Umum Syariah (BUS) di

Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variable DPK, NPF, AR,

ROA, ROE, dan SBIS

berpengaruh signifikan terhadap

FDR. Sedangkan Variabel NIM

dan PUAS tidak berpengaruh

terhadap FDR.

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable likuiditas

sebagai variable

dependen dan

variable

DPK,CAR, NPF,

dan SBIS sebagai

variable

independen, dan

sama-sama

menggunakan

metode analisis

regresi linier

berganda.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

tempat

penelitian,

periode

penelitian, dan

beberapa

variabel

independen yang

digunakan

berbeda

59

14 Anjum Iqbal

(2012)

Liquidity Risk

Management:

A

Comparative

Study

Between

Convensional

and Islamic

Bank of

Pakistan.

Analisis

regresi

linier

berganda

Likuiditas

Bank Size,

NPL, ROE,

ROA, dan

CAR.

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui perbandingan

manajemen risiko likuiditas pada

bank konvensional dan bank islam

di Pakistan.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel Non Performing

Loan (NPL), Return on Equity

(ROE), Return on Asset (ROA),

dan Capital Adequacy Ratio

(CAR) berpengaruh signifikan

terhadap Loan to Deposit Ratio

(LDR). Variabel Bank Size

berpengaruh tidak signifikan

terhadap Loan to Deposit Ratio

(LDR).

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

likuiditas sebagai

variable dependen

dan variable

CAR,sebagai

variable

independen, dan

sama-sama

menggunakan

metode analisis

regresi linier

berganda.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

tempat

penelitian,

periode yang

digunakan, dan

beberapa

variabel

independennya

terdapat

perbedaan.

60

15 Prihatiningsih

(2012)

Pengaruh

DPK, Capital

Adequacy

Ratio (CAR),

Imbal Hasil

Sertifikat

Bank

Indonesia

(SBIS), Imbal

Hasil

Sertifikat

Investasi

Mudharabah

Antar Bank

Syariah

(SIMA), dan

Non

Performing

Financing

(NPF)

tehadap

Fiancing to

Deposito

Ratio (FDR).

Analisis

regresi

linier

berganda

Likuiditas

Dana Pihak

Ketiga

(DPK),

Capital

Adequacy

Ratio (CAR),

Imbal Hasil

Sertifikat

Bank

Indonesia

Syariah

(SBIS), Imbal

Hasil

Sertifikat

Investasi

Mudharabah

Antarbank

Syariah

(SIMA), dan

Non

Performing

Financing

(NPF)

Tujuan dari penelitian ini untuk

menganalisis pengaruh Dana

Pihak Ketiga (DPK), Capital

Adequacy Ratio (CAR), Imbal

Hasil Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS), Imbal Hasil

Sertifikat

Investasi Mudharabah Antarbank

Syariah (SIMA), dan Non

Performing Financing (NPF)

terhadap FDR pada Bank Umum

Syariah (BUS).

Hasil penelitian menyatakan

bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK)

dan Imbal Hasil Sertifikat

Investasi Mudharabah Antar Bank

Syariah (SIMA) berpengaruh

negatif dan tidak signifikan

terhadap FDR, Capital Adequacy

Ratio (CAR) berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap FDR,

Imbal Hasil Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS)

berpengaruh terhadap FDR,

sedangkan Non Performing

Financing (NPF) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR).

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable likuiditas

sebagai variable

dependen dan

variable DPK,

CAR, NPF, SBIS,

sebagai variable

independen, dan

sama-sama

menggunakan

metode analisis

regresi linier

berganda.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

tempat

penelitian,

periode yang

digunakan, dan

beberapa

variable

independennya

terdapat

perbedaan.

61

16

Nur Suhartatik,

dan Rohmawati

Kusumaningtias

(2012)

Determinan

Financing to

Deposit Ratio

(FDR)

perbankan

Syariah di

Indonesia.

Analisis

regresi

linier

berganda

Likuiditas

Capital

Adequacy

Ratio (CAR),

Dana Pihak

Ketiga

(DPK),

Sertifikat

Bank

Indonesia

Syariah

(SBIS), Non

Performing

Financing

(NPF)

Tujuan dari penelitian ini untuk

menganalisis pengaruh Capital

Adequacy Ratio (CAR), Dana

Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS),

Non Performing Financing (NPF)

terhadap Financing to Deposit

Ratio (FDR).

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel Dana Pihak Ketiga

(DPK), Capital Adequacy Ratio

(CAR), Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS), tidak memiliki

pengaruh terhadap Financing to

Deposit Ratio (FDR). Sedangkan

Non Performing Financing (NPF)

berpengaruh signifikan terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR).

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable likuiditas

sebagai variable

dependen dan

variable CAR,

DPK, NPF, SBIS,

sebagai variable

independen, dan

sama-sama

menggunakan

metode analisis

regresi linier

berganda.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

tempat

penelitian,

periode

penelitian yang

digunakan

berbeda.

62

17

Muhammad

Farhan Akhtar,

Khizer Ali, dan

Shama Sadaqat

(2011)

Liquidity

Risk

Management:

A

comparative

study

between

conventional

an islamic

bank of

Pakistan

Analisis

data panel Likuiditas

Capital

Adequacy

Ratio (CAR),

Size of the

firm,

Networking

Capital,

Return on

Equity

(ROE),

Return on

Assets (ROA)

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk melihat risiko likuiditas

yang terkait dengan solvabilitas

lembaga keuangan, dengan tujuan

untuk mengevaluasi pengelolaan

risiko likuiditas (LRM) melalui

analisis komparatif antara bank

konvensional dan syariah Pakistan

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel Size of The Firm,

Networking Capital, Capital

Adequacy Ratio (CAR), Return on

Assets (ROA) berpengaruh positif

terhadap likuiditas bank

konvensional dan bank syariah

Pakistan. Sedangkan Return on

Equity (ROE) berpengaruh negatif

terhadap likuiditas bank

konvensional dan bank syariah

Pakistan.

Persamaan

penelitian ini

dengan penelitian

penulis adalah

sama-sama

menggunakan

variable likuiditas

sebagai variable

dependen dan

variable Capital

Adequacy Ratio

(CAR), sebagai

variable

independen, dan

sama-sama

menggunakan

metode analisis

regresi linier

berganda.

Perbedaan

penelitian ini

dengan

penelitian

penulis yaitu

tempat

penelitian,

periode

penelitian yang

digunakan

berbeda.

63

I Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari kerangkaian yang tertuang

dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis

dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari

serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni, 2010:15).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Dana Pihak Ketiga

(DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya

Operasional Terhadap Pendapatan Operasional(BOPO), Inflasi, dan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Likuiditas yang diproksikan dengan

rasio Financing to Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah periode 2011-

2017. Data dari masing-masing variabel diperoleh dari situs resmi Bank

Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah dipubliksikan.

Setelah memperoleh data disetiap variabel peneliti mulai melakukan

analisis dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Untuk

mempermudah penulis dalam mengolah dan menganalisis data, maka penulis

menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 25.0 for

windows. Statistical Product and Service Solutions (SPSS) merupakan peranti

lunak atau software yang berbasis windows yang digunakan untuk

menganalisis data statistik agar dapat diolah, ditampilkan, dan dimanipulasi

sehingga dapat menyajikan suatu informasi sesuai kehendak peneliti atau

penggunanya.

Kemudian dilakukan uji asumsi klasik (uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi), uji statistik dan uji

64

koefisien determinasi agar penelitian dapat diuji dengan baik dan benar sesuai

metodologi penelitian. Selanjutnya melakukan analisis data untuk mengambil

hasil interprestasi data yang akan menghasilkan kesimpulan penelitian ini.

Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, berikut ini adalah

kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk mewujudkan

kerangka pemikiran dalam penelitian ini jika divisualisasikan dalam bentuk

skema atau model sederhana adalah sebagai berikut :

65

Grafik 2.2 Kerangka Konseptual

Pengaruh Rasio Keuangan, Indikator Makro, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2017

DPK, CAR, NPF, BOPO Inflasi SBIS

Likuiditas (FDR)

Uji Asumsi Klasik

Normalitas - Multikolonieritas - Heterokedastisitas - Autokorelasi

Metode Regresi Linear Berganda

Data Statistik Perbankan Syariah

Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Periode 2011-2017

Uji Signifikansi

Uji F - Uji t - Adjuated R2

Hasil dan Interprestasi

Kesimpulan dan Saran

66

J Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu konsep yang perlu diuji

kebenarannya (Siregar, 2011:112). Sesuai dengan teori dan kerangka

pemikiran, maka hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban

sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya,

adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. H1 : Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non

Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO), Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif terhadap Likuiditas

Perbankan Syariah di Indonesia.

b. H1 : Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap Likuiditas

Perbankan Syariah di Indonesia.

c. H1 : Capital Asset Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Likuiditas

Perbankan Syariah di Indonesia.

d. H1 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif terhadap

Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia.

e. H1 : Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh positif terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia.

f. H1 : Inflasi berpengaruh positif terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di

Indonesia.

g. H1 : Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh positif

terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia.

67

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh Dana Pihak Ketiga

(DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya

Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR)

perbankan syariah. Adapun periode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan rentang tahun 2011 sampai 2017.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yakni data yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara atau

diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder yang diambil umumnya

berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data

dokumenter yang dipublikasikan (Indrianto, 2002:174). Adapun data yang

akan digunakan adalah data runtun waktu (time series). Data yang digunakan

dalam penelitian adalah data dalam bulanan yaitu mulai Januari 2011 hingga

Oktober 2017 yang berasal dari laporan keuangan bank yang telah

dipublikasian dan dilaporkan ke Bank Indonesia (BI) maupun Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) yang diperoleh dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id),

dan website Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pendekatan ini dipilih karena analisis yang digunakan

68

menggunakan alat statistik ekonomi yang akan menguji teori, dan mencari

generalisasi yang mempunyai nilai prediktif (Abdi, 2012:19). Digunakannya

pendekatan kuantitatif juga karena penelitian ini menggunakan data laporan

keuangan pada perbankan syariah yang berupa angka-angka kemudian di

analisis menggunakan rasio keuangan, indikator makro dan Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) untuk dapat mengetahui kinerja keuangan

perusahaan.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Likuiditas yang

diproksikan dengan Financing to Deposito Ratio (FDR), dan variabel

independen adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non

Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

B Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2000:55). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perbankan

Syariah di Indonesia yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) ada 13 Bank,

Unit Usaha Syariah (UUS) ada 21 Bank, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) ada 167 Bank. Maka populasi yang akan diambil sejumlah tertentu

sebagai sampel.

69

Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi yang

diharapkan dapat mewakili populasi penelitian. Sampel yang baik umumnya

memiliki karakteristik sebagai berikut (Kuncoro, 2009:105) :

a. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan

yang berhubungan dengan besarnya sampel untuk memperoleh

jawaban yang dikehendaki.

b. Sampel yang baik mengidentifikasikan probabilitas dari setiap unit

analisis untuk menjadi sampel.

c. Sampel yang baik dengan menghitung akurasi dan pengaruh (misalnya

kesalahan) dalam pemilihan sampel.

d. Sampel yang baik dengan menghitung derajat kepercayaan yang

diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika.

Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive

sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria

dan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Adapun kriteria penentuan

sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang diteiti

terdaftar di Bank Indonesia periode Januari 2011 sampai dengan

Oktober 2017.

b. Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang

mempublikasikan laporan keuangan secara konsisten yang sudah

teraudit Bank Indonesia (BI).

70

c. Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang

menyajikan secara lengkap laporan keuangan dan rasio-rasio yang

dibutuhkan dalam penelitian ini sejak periode Januari 2011 sampai

dengan Oktober 2017.

Sampel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seluruh Bank

Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang sudah terdaftar di

Bank Indonesia (BI) dan telah ada pada pencatatan Otoritas Jasa Keuangan

(OJK). Berikut merupakan sampel penelitian yang disajikan berupa tabel

perbankan syariah di Indonesia :

Tabel 3.1 Daftar Unit Usaha Syariah (UUS)

No Unit Usaha Syariah (UUS)

1 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk

2 PT Bank Permata, Tbk

3 PT Bank Internasional Indonesia, Tbk

4 PT Bank CIMB Niaga, Tbk

5 PT Bank OCBC NISP, Tbk

6 PT Bank Sinarmas

7 PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.

8 PT BPD DKI

9 PT BPD Daerah Istimewa Yogyakarta

10 PT BPD Jawa Tengah

11 PT BPD Jawa Timur, Tbk

12 PT BPD Sumatera Utara

13 PT BPD Jambi

14 PT BPD Sumatera Barat

16 PT BPD Riau dan Kepulauan Riau

17 PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung

18 PT BPD Kalimantan Selatan

19 PT BPD Kalimantan Barat

20 PD BPD Kalimantan Timur

21 PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Sumber : SPS diterbitkan Oleh OJK, Desember 2017.

71

Tabel 3.2 Daftar Bank Umum Syariah (BUS)

No Bank Umum Syariah (BUS)

1 PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

2 PT. Bank Syariah Mandiri

3 PT. Bank Mega Syariah

4 PT. Bank BRI Syariah

5 PT. Bank Syariah Bukopin

6 PT. Bank Panin Dubai Syariah, Tbk

7 PT. Bank Victoria Syariah

8 PT. BCA Syariah

9 PT. Bank Jabar Banten Syariah

10 PT. Bank BNI Syariah

11 PT. Maybank Syariah Indonesia

12 PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah

13 PT. Bank Aceh Syariah Sumber : SPS diterbitkan Oleh OJK, Desember 2017.

C Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian dibutuhkan data yang relevan dengan tujuan

penelitian, untuk mendapatkan data tersebut perlu menggunakan metode yang

tepat dan dapat mengangkat data yang dibutuhkan. Adapun metode

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Field Research

Peneliti menggunakan data sekunder, yaitu merupakan sumber data yang

diperoleh penulis secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) yang sudah diolah secara berkala

(time series) dengan skala bulanan (monthly). Data tersebut diperoleh dari

laporan keuangan resmi yang sudah diublikasikan oleh instansi pemerintah

terkait. Seperti laporan bulanan statistik perbankan syariah dari Bank

Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan rentang waktu

dari bulan Januari 2011 sampai dengan Oktober 2017.

72

2. Studi Pustaka (Library Research)

Studi Pustaka dilakukan untuk mencapai pemahaman yang

komprehensif mengenai konsep yang akan dikaji. Bahan yang digunakan

untuk kajian pustaka ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan

pembahasan, jurnal ilmiah yang relevan dan referensi lainnya yang

mendukung teori penelitian.

3. Internet Research

Internet Research merupakan pengumpulan data dengan

menggunakan media internet dijadikan alternatif akhir bagi penulis apabila

informasi dari buku referensi atau literatur yang didapatkan dari

perpustakaan sudah tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa

karena perkembangan ilmu yang harus meningkat seiring berjalannya

waktu. Sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan

perkembangan zaman. Dalam media internet penulis menggunakan

www.google.com dan www.scholar.co.id untuk mengakses jurnal-jurnal

ilmiah maupun prosiding terbaru.

D Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu berbentuk apapun yang ditetakan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi dari hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:60). Sedangkan operasional variabel

penelitian adalah spesifikasi kegitan penelitian dalam mengukur suatu variabel.

Spesifikasi tersebut menunjukkan pada dimensi-dimensi dan indikator-

73

indikator dan variabel penelitian yang diperoleh melalui pengamatan dan

penelitian terdahulu.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah likuiditas perbankan

syariah yang diproksikan dengan rasio Financing to Debt Ratio (FDR),

sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO), Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Definisi dari

setiap variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya

variabel bebas (Alhamda, 2016:93) variabel dependen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Likuiditas

Financing To Deposit Ratio (FDR) merupakan variabel

independen yang menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi

permintaan pembiayaan dengan menggunakan total aset yang dimiliki

Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih.

Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana

deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan

74

kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini semakin likuid.

(Kasmir, 2014:315)

Likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio

Financing to Debt Ratio (FDR) yang merupakan rasio yang mengukur

perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana

yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank

dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan

mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin

rendahnya kemampuan likuditas bank yang bersangkutan. Hal ini

disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai

pembiayaan menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2005:119). Rasio

Financing To Deposito Ratio (FDR) ini dirumuskan sebagai berikut :

FDR = Total Pembiayaan

Tota Dana Pihak Ketiga x 100%

2. Variabel Independen

Variabel independen sering disebut juga sebagai variabel bebas.

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (Alhamda, 2016:93).

a. Dana pihak ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana yang dipercayakan

oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan

dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan

75

bentuk lainnya (Veithzal, 2007:413). Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

dihimpun dari masyarakat luas merupakan sumber dana terpenting

bagi kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran

keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari

sumber dana ini.

b. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan kecukupan modal

yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal

yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam

mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-

risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal

bank (Suharjhono, 2002:40). Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat

diukur dengan membagi modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR).

CAR = ����� ����

�!�� " �# x 100%

c. Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan

yang menunjukkan total pembiayaan bermasalah atau tingkat kredit

macet dalam perbankan syariah. Tingginya tingkat Non Performing

Financing (NPF) pada suatu Bank Syariah menunjukkan kualitas

Bank Syariah yang tidak sehat. Pembiayaan yang tidak lancar ini

disebabkan karena adanya kendala pada masing-masing pembiayaan

76

yang diberikan oleh Bank Syariah tersebut. Kendala tersebut

disebabkan pada setiap pembiayaan yang diberikan oleh bank, tidak

semua pembiayaan tersebut dapat dikembalikan secara penuh oleh

nasabah. Performing Financing (NPF) dapat diukur dengan rumus

sebagai berikut:

NPF = %&'��( )*'+,�-��� �*.'�/���(

�!�� )*'+,�-��� x 100%

d. Biaya Operasional Terhdap Pendapatan Operasional (BOPO)

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan

pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Rivai,

2007:722). Semakin rendah rasio ini, maka semakin efisien biaya

operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan,

sebaliknya semakin tinggi rasio ini maka kinerja bank akan semakin

menurun. BOPO dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

BOPO = �,�-� 23*.�/,����

)*���3�!�� 23*.�/,���� x 100%

e. Inflasi

Faktor eksternal yang terdiri atas indikator makro ekonomi

ternyata memberikan efek yang serius terhadap kinerja suatu

perbankan, tak terkecuali perbankan syariah. Secara teoritis Bank

Syariah tidak mengenal sistem bunga, sehingga profit yang didapat

77

bersumber dari bagi hasil dengan pelaku usaha yang menggunakan

dana dari Bank Syariah serta investasi dari Bank Syariah sendiri.

Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara umum

secara terus menerus dari suatu perekonomian. Inflasi menurut

Rahardja dan Manurung adalah gejala kenaikan harga barang-barang

yang bersifat umum dan berlangsung secara terus-menerus (Raharja

dan Manurung, 2004:155).

Indikator inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia. Indeks Harga Konsumen

(IHK) merupakan pengukur perkembangan daya beli rupiah yang

dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari bulan ke bulan. Laju

inflasi dengan IHK cenderung lebih rendah dan kurang bergejolak

karena IHK hanya mencakup perubahan harga beberapa jenis barang

dan jasa ditingkat konsumen. Inflasi dapat diukur dengan rumus

sebagai berikut :

IHK = Harga Sekarang

Harga Tahun Dasar x 100%

f. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan sertifikat

yang diterbitkan Bank Indonesia yang dibuat dalam rangka

pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah dan merupakan

salah satu upaya untuk mengatasi bila terjadi kelebihan likuiditas pada

Bank Syariah dengan menggunakan akad ju’alah (Arifin, 2009:198).

78

Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel

No Rasio Proyeksi Definisi Variabel Pengukuran

1

Tingkat

Penyaluran

Pembiayaan

Likuiditas,

Financing to

Debt Ratio

(FDR)

Financing To Deposit Ratio (FDR)

merupakan variabel dependen yang

menunjukkan kemampuan bank

dalam memenuhi permintaan

pembiayaan dengan menggunakan

total aset yang dimiliki.

FDR = �!�� )*'+,�-��� ����

�!�� ���� :);<100%

2 Dana Pihak

Ketiga (DPK)

Dana Pihak

Ketiga (DPK)

DPK adalah dana yang dipercayakan

oleh masyarakat kepada bank

berdasarkan perjanjian penyimpanan

dana dalam bentuk giro, deposito,

sertifikat deposito, tabungan dan

bentuk lainnya (Veithzal, 2007:413)

3 Permodalan

Capital

Adequacy

Ratio (CAR)

CAR adalah perbandingan modal dan

aktiva tertimbang menurut Risiko

(ATMR).

CAR = �����

" �#<100%

4 Pembiayaan

Bermasalah

Pembiayaan

bermasalah

Non

Performing

Financing

(NPF)

NPF adalah kredit bermasalah/ macet

dan kemungkinan tidak dapat ditagih

yang terdiri dari kredit yang diberikan

deposan kepada bank.

NPF = 3*'+,�-��� +*.'�/���(

�!�� 3*'+,�-���<100%

5 Efisiensi

Biaya

Operasional

Pendapatan

Operasional

(BOPO)

BOPO adalah Perbandingan antara

biaya operasional dengan endapatan

operasional dalam mengukur tingkat

efisiensi dan kemampuan bank dalam

melakukan dalam melakukan kegiatan

operasinya.

BOPO = �,�-� 23*.�/,����

)*���3�!�� 23*.�/,����<100%

6 Inflasi Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga-harga

barang bersifat umum secara terus

menerus.

IHK = @�.A� B*��.��A

@�.A� �(&� :�/�.<100%

7 Pengendalian

moneter

Sertifikat

Bank

Indonesia

Syariah

(SBIS)

SBIS adalah Sertifikat yang

diterbitkan Bank Indonesia yang

dibuat dalam rangka pengendalian

moneter berdasarkan prinsip syariah

dan merupakan salah satu upaya untuk

mengatasi bila terjadi kelebihan

likuiditas pada Bank Syariah dengan

menggunakan akad ju’alah (Arifin,

2009:198).

Sumber : Data hasil olahan penulis, 2018

79

E Metode Analisis Data

Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik

deskriptif. Analisis statistik deskriptif merupakan suatu teknik yang

memberikan informasi mengenai data yang dimiliki. Statistik deskriptif

memiliki manfaat untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)

(Ghozali, 2011). Selain itu penelitian ini juga dilakukan uji asumsi klasik

(normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas).

1. Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear berganda yang baik apabila model dapat

memenuhi kriteri Blue Linear Unbiases Estimator (BLUE) dapat dicapai

apabila asumsi-asumsi klasik berupa normalitas, autokorelasi,

multikolinearitas dan heteroskedastisitas terpenuhi. Model regresi linear

berganda akan dikatakan sebagai suatu model yang Blue Linear Unbiases

Estimator (BLUE) apabila data berdistribusi secara normal, tidak terjadi

autokorelasi, tidak terjadi multikolinearitas dan tidak terjadi

heteroskedastisitas. Berikut ini penjelasan mengenai uji asumsi klasik :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel

dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati

normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi

80

normal atau mendekati normal (Umar, 181). Terdapat beberapa cara

untuk menguji normalitas, di antaranya dengan analisis grafik (normal

P-P plot) regresi dan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan analisis grafik (normal P-P plot)

regresi untuk menguji normalitas.

Cara mendeteksi grafik Normal P-P plot adalah dengan melihat

penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of

Regression Standardized Residual sebagai dasar pengambilan

keputusannya. Jika menyebar sekitar garis dan mengikuti garis

diagonal, maka residual pada model regresi tersebut berdistribusi

normal. Sedangkan data yang menyebar jauh dari garis diagonal dan

tidak mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Santoso, 2000). Apabila

nilai probabilitas < nilai signifikansi (0,05) maka Ho ditolak atau data

berdistribusi tidak normal. Sedangkan jika nilai probabilitas > nilai

signifikansi (0,05) maka H0 diterima atau data berdistribusi normal

(Priyatno, 2013:51).

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinearitas. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen (Santoso, 2000:203).

81

Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala

multikolinearitas antara lain dengan melihat nilai Variance Inflation

Factor (VIF) dan Tolerance pada output Statistical Product and Service

Solutions (SPSS) di tabel Coefficients, dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika angka tolerance dibawah 0,10 dan VIF > 10 dikatakan

terdapat gejala multikolinearitas.

2) Jika angka tolerance diatas 0,10 dan VIF < 10 dikatakan tidak

terdapat gejala multikolinearitas (Duwi Priyatno, 2013:56).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu

pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka hal tersebut

dinamakan homoskedastisitas. Namun jika varians berbeda disebut

sebagai heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak

terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000:214). Ada beberapa cara

yang digunakan untuk uji heteroskedastisitas, antara lain Spearman’s

Rho Testing, Gletser Testing, dan grafik regresi melalui Scatterplot.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode grafik regresi

melalui Scatterplot. Ada atau tidaknya heteroskesdastisitas dapat

dideteksi dengan cara melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi

variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dimana

sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual

82

(Y prediksi - Y sesungguhnya). Dasar analisis terhadap grafik

scatterplot tersebut adalah:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi

heterokedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan tidak

adanya heteroskedastisitas. (Ghozali, 2013).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.Untuk

melihat apakah ada masalah tidaknya pada autokorelasi, maka dapat

dilihat nilai Durbin-Watson pada output Statistical Product and

Service Solutions (SPSS) di tabel Model Summary. Dengan ketentuan

sebagai berikut:

1) Angka D-W (Durbin-Watson) di antara -2 sampai +2, maka tidak

ada autokorelasi.

2) Angka D-W (Durbin-Watson) di bawah -2, maka terjadi

autokorelasi positif.

3) Angka D-W (Durbin-Watson) di atas +2, maka terjadi autokorelasi

negatif (Nugroho, 2005:63).

83

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

analisis regresi linear berganda (multiple linear regression). Untuk menguji

pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non

Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan

Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah. Analisis

regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Y = αE + ßHXH + ßJ XJ + ßK XK + ßL XL + ßM XM + ßN XN + ɛ

Keterangan :

Y = Financing to Deposito Ratio (FDR)

ß = Konstanta

XH = Dana Pihak Ketiga (DPK)

XJ = Capital Asset Ratio (CAR)

XK = Non Performing Financing (NPF)

XL = Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

XM = Inflasi

XN = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

ßH … ßN = Koefisien regresi

Q = Tingkat kesalahan (standar error)

FDR = αE + ßH DPK + ßJ CAR + ßK NPF + ßL BOPO + ßM Inflasi + ßN SBIS + ɛ

84

3. Pengujian Hipotesis

Uji Hipotesis ini digunakan untuk memeriksa atau menguji apakah

koefisien regresi yang di dapat signifikan (berbeda nyata). Maksudnya dari

signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara statistik tidak

sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat

dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas

mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Ada dua jenis uji hipotesis

terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan antara lain:

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua

variabel independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2013:61).

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi Dana Pihak Ketiga

(DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF),

Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional(BOPO), Inflasi,

dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Likuiditas yang

diproksikan dengan rasio Financing to Deposito Ratio (FDR)

perbankan syariah periode 2011-2017.

Langkah–langkah yang dilakukan adalah :

1) Merumuskan Hipotesis (Ha)

2) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen terhadap variabel dependen .

85

3) Menentukan tingkat taraf signifikansi yaitu sebesar 0. 05 (α=0, 05).

4) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Nilai Fhitung dapat dicari

dengan rumus :

Fhitung= melihat n1 (k – 1) dan n2 (N – k).

Dimana :

k = Banyaknya koefisien regresi

N = Banyaknya Observasi

Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima

Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak

Sedangkan berdasarkan probabilitas, Ha akan diterima

jika probabilitas kurang dari 0, 05. Untuk mengetahui F hitung

dapat dilihat dari output Statistical Product and Service

Solutions (SPSS) pada tabel Anova.

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t test)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen (secara parsial) terhadap variabel

dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan

(Ghozali, 2013:62).

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-

masing variabel independen secara individual terhadap variabel

dependen. Langkah–langkah yang dilakukan adalah :

1) Merumuskan Hipotesis (Ha)

86

2) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen terhadap variabel dependen .

3) Menentukan tingkat taraf signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05)

4) Membandingkan Thitung dengan Ttabel. Nilai Thitung dapat dicari

dengan melihat tabel distribusi t, yakni dengan cara memilih

tingkat signifikansi berbanding dengan N-K.

Dimana :

K = Banyaknya koefisien regresi

N = Banyaknya Observasi

Jika Thitung > Ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima

Jika Thitung < Ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak

Sedangkan berdasarkan probabilitas, Ha akan diterima jika

probabilitas kurang dari 0, 05. Untuk mengetahui t hitung dapat

dilihat dari output Statistical Product and Service Solutions

(SPSS) pada tabel Coefficients.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan besarnya konstribusi

variabel bebas terhadap variabel terikatya. Semakin tinggi koefisien

determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas (independen)

dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya

(dependen) dalam sebuah penelitian (Suliyanto, 2011:55). Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan

87

variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya jika Nilai R2 yang

mendekati satu berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen kuat. Dalam penelitian ini, diuji

seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel

Financing to Deposito Ratio (FDR). Untuk mengetahui koefisien

determinasi adalah dengan melihat pada output model summary dari

hasil analisis regresi linier berganda dalam Statistical Product and

Service Solutions (SPSS).

88

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di Dunia

a. Praktik Perbankan di Masa Rasulullah

Bank Syariah atau yang bisa juga disebut bank Islam adalah

bank yang beroperasi dengan menggunakan tata cara Islam yaitu

mengacu pada ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Oleh karena itu,

bank syariah tidak beroperasi berbasis bunga tetapi menggunakan

sistem bagi hasil, hal ini disebabkan Islam melarang adanya riba dan

dalam Islam bunga bank termasuk riba. Sebagaimana disebutkan

dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah [2]: 278-279 :

�� ���� � � � ٱ ءا���ا ��ا ٱ�� ٱ��� �� �� وذروا ا ��� إن $�#" ٱ!

'��) 2 ب � /.ن -,+*� ذ3�ا4/ �" 567��ا ! ن > ۦ ور8�9 ٱ��

AC�@" ? �<5=�ن و? �<5=�ن FG+,H#" /5@" رءوس أ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah

kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika

kamu orang-orang yang beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan

(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-

Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan

89

riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak

(pula) dianianya.”

Perkembangan Bank Syariah sebenarnya telah dimulai sejak

zaman Nabi Muhammad SAW dimana pada masa itu kegiatan

operasional perbankan masih bersifat sederhana yaitu menerima

titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk

keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang. Pada masa

Rasulullah tersebut satu orang melakukan satu fungsi saja. Kemudian

pada masa Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan tersebut dilakukan

oleh satu individu. Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan

perbankan yang dilakukan perorangan ini dilakukan oleh institusi

yang pada masa ini dikenal sebagai institusi bank (Karim,2004:35).

Kegiatan perbankan selain dilakukan oleh bangsa Arab

ternyata juga dilakukan di seluruh dunia, termasuk di Eropa. Pada

mulanya dalam menjalankan praktik perbankan bangsa Eropa

menggunakan sistem bunga. Seiring dengan semakin majunya

peradaban mereka, bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan.

Sebagai akibatnya, perekonomian mulai didominasi oleh bangsa

Eropa. Adanya ketidakadilan dalam perekonomian ini membuat

beberapa Negara muslim di dunia membuat alternatif lembaga

keuangan yang bebas bunga.

90

b. Perbankan Syariah Modern

Di dunia Arab, pengalaman modern pertama dengan

perbankan syariah adalah melalui Mit Gharm Local Saving Bank di

Mesir. Beroperasinya Mit Gharm Local Saving Bank di Mesir pada

tahun 1963 merupakan tonggak sejarah perkembangan sistem

perbankan Islam. Pada tahun 1967 pengoperasian Mit Ghamr diambil

alih oleh National Bank of Egipt dan Bank Sentral Mesir disebabkan

adanya kekacauan politik. di Yordania, berdiri Bank Islam Yordania

dan kemudian disusul berdirinya Bank Sosial Nasser di Mesir. Pada

tahun 1975 berdiri juga IDB (Islamic Bank Development) dan Bank

Islam Dubai di Arab Suadi berdiri atas prakarsa dari sidang menteri

luar negeri dalam sidang tersebut diusulkan penghapusan sistem

keuangan berdasarkan bunga dan menggantinya dengan sistem bagi

hasil.

Pada periode perkembangan di tahun 1976 sampai awal

1980an, ditandai dengan menyebarnya perbankan dari wilayah Teluk

Arab ke Asia (Timur), dan selanjutnya ke Eropa (Barat). Kemudian

sekitar tahun 1983 hingga kini, perbankan telah mengalami kemajuan.

Pada tahun 1983 di Malaysia berdiri Bank Islam Malaysia Berhad lalu

disusul dengan berdirinya Lembaga keuangan perseroan perbaikan

investasi (al rajhi) di Arab Saudi dan Al-barakah Turkish Finance

House di Turki pada tahun 1985.

91

Berkembangnya bank-bank Syariah di Negara-negara Islam

berpengaruh ke Indonesia awal periode 1980-an telah banyak diskusi

mengenai Bank Syariah sebagai pilar ekonomi Islam. Akan tetapi

prakarsa untuk mendirikan bank Islam baru dimulai pada tahun 1990.

c. Perkembangan Bank Syariah di Indoensia

Upaya intensif pendirian bank Islam atau Bank Syariah di

Indonesia dapat ditelusuri sejak 1998, yaitu pada saat pemerintah

mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur

deregulasi industri perbankan di Indonesia. Para ulama waktu itu telah

berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satu pun

perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali adanya penafsiran dari

peraturan perundang-undangan yang ada bahwa perbankan dapat saja

menetapkan bunga sebesar 0% (Arifin, 2009:7).

Setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama tentang

Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua (Bogor) pada 19-22 Agustus

1990, yang kemudian diikuti dengan diundangkannya UU No. 7/1992

tentang perbankan dimana perbankan bagi-hasil mulai diakomodasi,

maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan

bank umum Islam pertama yang beroperasi di Indonesia.

Pembentukan BMI ini diikuti oleh pendirian Bank-Bank Perkreditan

Rakyat Syariah (BPRS). Namun karena lembaga ini masih dirasakan

kurang mencukupi dan belum sanggup menjangkau masyarakat Islam

lapisan bawah, maka dibangunlah lembaga-lembaga simpan pinjam

92

yang disebut Bait al Maal wat Tamwil (BMT) atau Bait al Qiradh

menurut masyarakat Aceh.

Pada tahun 1998, keluar UU No.10 Tahun 1998 tentang

perubahan UU No. 7 Tahun 1992 yang mengakui keberadaan Bank

Syariah dan konvensional seta memperkenankan bank konvensional

membuka kantor cabang syariah (Soemitra, 2009:62). Beberapa

lembaga hukum baru secara sukarela maupun wajib dan Komite

Perbankan Sayariah. Terdapat berapa Peraturan Bank Indonesia (PBI)

yang secara khusus merupakan peraturan pelaksana dari Undang-

Undang 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan telah

diundangkan hingga saat ini antara lain :

1) PBI No.10/16PBI 2008 tentang Perubahan Atas PBI

No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam

Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta

Pelayanan Jasa Bank Syariah.

2) PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah.

3) PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan

Bagi Bank Syariah.

4) PBI No. 10/23/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No.

6/21/PBI/2004 tantang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan

Valuta Asing bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan

Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

93

5) PBI No.10/24/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No.

8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip

Syariah.

6) PBI No. 10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah.

7) PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah

Dengan diundangkannya UU No. 10/1998 tentang Perubahan

UU No. 7/1992 tentang Perbankan, maka secara tegas Sistem

Perbankan Syariah ditempatkan sebagai bagian dari Sistem

Perbankan Nasional. UU tersebut telah diikuti dengan ketentuan

pelaksanaan dalam beberapa Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia tanggal 12 Mei 1999, yaitu tentang Bank Umum, Bank

Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Perkreditan Rakyat

(BPR), dan BPR Berdasarkan Prinsip Syariah. Hal yang sangat

penting dari peraturan baru itu adalah bahwa bank-bank umum dan

bank-bank perkreditan rakyat konvensional dapat menjalankan

transaksi perbankan syariah melalui pembukaan kantor-kantor

cabang syariah, atau mengkonversikan kantor cabang konvensional

menjadi kantor cabang syariah. Perangkat hukum itu diharapkan

telah memberi dasar hukum yang lebih kokoh dan peluang yang

lebih besar dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia

(Arifin, 2009:10).

94

B Perkembangan Data Variabel

1. Financing To Deposito Ratio (FDR)

Likuiditas pada Bank Syariah yang diproksikan dengan Financing

to Deposito Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk

membandingkan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh Bank Syariah.

Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut.

Berikut ini adalah perkembangan Financing to Deposito Ratio (FDR)

perbankan syariah periode Januari 2011 – Oktober 2017 diperoleh dari

data statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank

Indonesia (BI) yang diakses melalui situs resmi masing-masing instansi.

Data rasio yang diperoleh tersajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.1

FDR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Financing to Deposito Ratio (FDR) (Dalam Persen (%))

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 91,97 87,27 100,63 100,07 93,60 98,85 84,74

Februari 95,16 90,49 102,17 102,03 93,94 97,10 83,78

Maret 93,22 91,20 102,62 102,22 94,24 98,04 83,53

April 95,17 95,39 103,08 95,50 94,18 96,71 81,36

Mei 94,88 97,95 102,08 99,43 94,69 94,10 81,96

Juni 94,93 98,59 104,43 100,80 96,52 95,67 82,69

Juli 94,18 99,91 104,83 99,89 102,42 94,44 80,51

Agustus 98,39 101,03 102,53 98,99 102,17 93,28 81,78

September 94,97 102,10 103,27 99,71 101,25 93,36 80,12

Oktober 95,24 100,84 103,03 98,99 100,76 93,57 80,94

November 94,40 100,19 102,58 94,62 100,79 92,65

Desember 88,94 100,00 100,32 91,50 98,44 85,99

95

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

Tabel 4.1 terlihat nilai Financing To Deposito Ratio (FDR) pada

perbankan syariah di Indonesia cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 nilai

tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 98,39% dan nilai terendah

terdapat pada bulan Desember sebesar 88,94%. Pada tahun 2012 nilai

tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 102,10% dan nilai

terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 87,27%. Pada tahun 2013

nilai tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 103,27% dan nilai

terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 100,32%. Pada tahun 2014

nilai tertinggi terdapat pada bulan Maret sebesar 102,22% dan nilai

terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 91,50%. Pada tahun 2015

nilai tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 102,42% dan nilai terendah

terdapat pada bulan Januari 93,60%. Pada tahun 2016 nilai tertinggi

terdapat pada bulan Januari sebesar 98,85% dan terendah terdapat pada

bulan Desember sebesar 85,99%. Pada tahun 2017 nilai tertinggi terdapat

pada bulan Januari sebesar 84,74% dan nilai terendah terdapat pada bulan

September sebesar 80,12 %. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif,

maka data pada tabel tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai

berikut :

96

Grafik 4.1

FDR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam

penelitian ini, nilai tertinggi terdapat pada tahun 2014 terdapat di bulan

Maret sebesar 102,22% dan nilai terendah terdapat pada tahun 2017 di

bulan September sebesar 80,12 %.

2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga (DPK) disini yaitu kumpulan dana yang

diperoleh dari nasabah, dalam arti nasabah sebagai masyarakat individual,

perusahaan, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam bentuk mata uang

rupiah ataupun dalam valuta asing dan dialokasikan oleh perbankan

syariah, apabila terdapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagi

antara kedua belah pihak sebagai bank dan nasabah. Berikut ini adalah

perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah periode

Januari 2011 - Oktober 2017 diperoleh dari data statistik perbankan

0

20

40

60

80

100

120

Financing to deposito Ratio (FDR)

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

97

syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) yang

diakses melalui situs resmi masing-masing instansi. Data rasio yang

diperoleh tersajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.2

DPK Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Dana Pihak Ketiga (DPK) (Miliar Rupiah)

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 75,814 116,518 148,731 177,930 210,761 229,094 277,714

Februari 75,085 114,616 150,795 178,154 210,297 231,820 281,084

Maret 79,651 119,639 156,964 180,945 212,988 232,657 286,178

April 79,567 114,018 158,519 185,508 213,973 233,808 291,888

Mei 82,861 115,206 163,858 190,783 215,339 238,366 295,606

Juni 87,025 119,279 163,966 190,470 213,477 241,336 302,013

Juli 89,786 121,018 166,453 194,299 216,083 243,184 307,638

Agustus 92,021 123,673 170,222 195,959 216,356 244,843 309,006

September 97,756 127,678 171,701 197,141 219,313 263,522 318,574

Oktober 101,804 134,453 174,018 207,121 219,478 264,678 319,124

November 105,330 138,671 176,292 209,644 220,635 270,480

Desember 115,415 147,512 183,534 217,858 231,175 279,335

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Dana Pihak Ketiga (DPK) pada

perbankan syariah di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Pada

masa penelitian Dana Pihak Ketiga (DPK) tahun 2011 nilai tertinggi pada

bulan Desember sebesar 115.415 miliar dan nilai terendah pada bulan

Februari sebesar 75.085 miliar. Pada 2012 nilai tertinggi pada bulan

Desember sebesar 147.512 miliar dan nilai terendah pada bulan April

sebesar 114.018. Pada tahun 2013 nilai tertinggi pada bulan 183.534 dan

terendah pada bulan Januari sebesar 148.731 miliar. Pada tahun 2014 nilai

tertinggi pada bulan Desember sebesar 217.858 dan nilai terendah pada

98

bulan Januari sebesar 177.930 miliar. Pada tahun 2015 nilai tertinggi pada

bulan Desember sebesar 231.175 miliar dan nilai terendah pada bulan

Februari sebesar 210.297 miliar. Pada tahun 2016 nilai tertinggi pada

bulan Desember 279.335 miliar dan nilai terendah pada bulan Januari

sebesar 229.094 miliar. Pada tahun 2017 nilai tertinggi pada bulan Oktober

sebesar 319.094 miliar dan nilai terendah pada bulan Januari sebesar

277,714 miliar. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, maka data

pada tabel tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Grafik 4.2

DPK Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam

penelitian ini, nilai tertinggi terdapat pada tahun 2017 di bulan Oktober

sebesar Rp 319.094 Miliar dan terendah pada tahun 2011 di bulan Febuari

sebesar Rp 75.085 Miliar.

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

Dana Pihak ketiga (DPK)

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

99

3. Capital Asset Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah ukuran dari suatu modal

bank. Rasio ini digunakan untuk melindungi deposan dan mempromosikan

stabilitas dan efisiensi sistem keuangan diseluruh dunia. Apabila Capital

Adequacy Ratio (CAR) dalam Bank Syariah sangat tinggi itu berarti bahwa

mereka memiliki modal yang berlimpah untuk mengelola setiap neraca.

Capital Adequacy Ratio (CAR) yang tinggi pada Bank Syariah

menunjukkan kesehatan keuangan bank tersebut (Iqbal, 2012:59).

Berikut ini adalah perkembangan CAR perbankan syariah periode

Januari 2011 - Oktober 2017 diperoleh dari data statistik perbankan

syariah OJK dan BI yang diakses melalui situs resmi masing-masing

instansi. Data rasio yang diperoleh tersajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.3

CAR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Capital Adequacy Ratio (CAR) (Dalam Persen (%))

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 20,23 16,27 15,29 16,76 14,16 15,11 16,99

Februari 15,17 15,91 15,20 16,71 14,38 15,44 17,04

Maret 16,57 15,33 14,30 16,20 14,43 14,90 16,98

April 19,86 14,97 14,72 16,68 14,06 15,43 16,91

Mei 19,58 13,40 14,28 16,85 14,29 14,78 16,88

Juni 15,92 16,12 14,30 16,21 14,09 14,72 16,42

Juli 15,92 16,12 15,28 15,62 14,47 14,86 17,01

Agustus 15,83 15,63 14,71 14,73 15,05 14,87 16,42

September 16,18 14,98 14,19 14,54 15,15 15,43 16,16

Oktober 15,30 14,54 14,19 15,25 14,96 15,27 16,14

November 14,88 14,82 12,23 15,66 15,31 15,78

Desember 16,63 14,13 14,42 16,10 15,02 15,63

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

100

Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa nilai Capital Adequacy Ratio

(CAR) pada perbankan syariah di Indonesia cenderung fluktuatif. Pada

tahun 2011 memiliki nilai tertinggi yaitu pada bulan Januari sebesar

20,23% dan nilai terendah terdapat pada bulan November sebesar 14,88%.

Pada tahun 2012 nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 16,27%

dan nilai terendah terdapat pada bulan Mei sebesar 13,40%. Pada tahun

2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 15,29% dan nilai

terendah terdapat pada bulan November sebesar 12,23%. Pada tahun 2014

nilai tertinggi terdapat pada bulan Mei sebesar 16,85% dan nilai terendah

terdapat pada bulan Oktober sebesar 15,25%. Pada tahun 2015 nilai

tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 15,31% dan nilai terendah

terdapat pada bulan April sebesar 14,06. Pada tahun 2016 nilai tertinggi

terdapat pada bulan November sebesar 15,78% dan nilai terendah terdapat

pada bulan Juni sebesar 14,72%. Sedangkan Pada tahun 2017 nilai

tertinggi terdapat pada bulan Februari sebesar 17,04% dan nilai terendah

terdapat pada bulan Oktober sebesar 16,14%. Agar lebih mudah dipahami

dan komunikatif, maka data pada tabel tersebut dapat dilihat dalam bentuk

grafik sebagai berikut :

101

Grafik 4.3

CAR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam

penelitian ini, nilai tertinggi terdapat pada tahun 2011 di bulan Januari

sebesar 20,23% dan nilai terendah terjadi pada tahun 2013 di bulan

November sebesar 12,23%.

4. Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing (NPF) ini menunjukkan seberapa besar

kinerja bank dalam mengumpulkan kembali pembiayaan yang telah

disalurkannya. Menurut Bank Indonesia (BI) salah satu yang menjadi

acuan dikatakan bank yang sehat adalah bank yang memiliki rasio NPF

kurang dari 5%. Jika tinggi rasio Non Performing Financing diatas 5%

bank tersebut berarti mempunyai risiko pembiayaan yang tinggi.

Berikut adalah perkembangan Non Performing Financing

perbankan syariah periode Januari 2011 – Oktober 2017 diperoleh dari

0

5

10

15

20

25

Capital Adequacy Ratio (CAR)

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

102

data statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank

Indonesia (BI) yang diakses melalui situs resmi masing-masing instansi.

Data rasio disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4

NPF Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Non Performing Financing (NPF) (Dalam Persen (%))

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 3,28 2,68 2,49 3,01 4,87 4,14 2,48

Februari 3,66 2,82 2,72 3,53 5,10 4,19 2,77

Maret 3,60 2,76 2,75 3,22 4,81 4,35 2,57

April 3,79 2,85 2,85 3,48 4,62 4,31 2,80

Mei 3,76 2,93 2,92 4,02 4,76 4,81 2,90

Juni 3,55 2,88 2,64 3,90 4,73 4,33 2,83

Juli 3,75 2,92 2,75 4,31 4,36 4,22 2,79

Agustus 3,53 2,78 3,01 4,58 4,31 4,26 2,72

September 3,50 2,74 2,80 4,67 4,24 3,85 2,74

Oktober 3,11 2,58 2,96 4,58 4,23 3,88 2,78

November 2,74 2,50 3,08 4,86 4,10 3,80

Desember 2,52 2,22 2,62 4,33 3,72 2,17

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai Non Performing Financing (NPF)

pada perbankan syariah di Indonesia cenderung fluktuatif. Pada tahun

2011 nilai tertinggi terdapat pada bulan April sebesar 3,79% dan nilai

terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 2,52%. Pada tahun 2012

nilai tertinggi terdapat pada bulan Mei sebesar 2,93% dan nilai terendah

terdapat pada bulan Desember sebesar 2,22%. Pada tahun 2013 nilai

tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 3,08 dan nilai terendah

terdapat pada bulan Januari sebesar 2,49%. Pada tahun 2014 nilai tertinggi

terdapat pada bulan November sebesar 4,86% dan nilai terendah terdapat

103

pada bulan Januari sebesar 3,01%. Pada tahun 2015 nilai tertinggi terdapat

pada bulan Februari sebesar 5,10% dan nilai terendah terdapat pada bulan

Desember sebesar 3,72%. Pada tahun 2016 nilai tertinggi terdapat pada

bulan Mei sebesar 4,81% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember

sebesar 2,17%. Sedangkan pada tahun 2017 nilai tertinggi terdapat pada

bulan Mei sebesar 2,90% dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari

sebesar 2,48%. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, maka data

pada tabel tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Grafik 4.4

NPF Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam

penelitian ini nilai tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 4,86%

tahun 2014 dan terendah terjadi pada bulan Desember 2012 sebesar 2,22%.

0

1

2

3

4

5

6

Non Performing Financing (NPF)

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

104

5. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Hariyani (2010:55) menyatakan bahwa Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan nasional, semakin

kecil rasio ini maka akan semakin efisien biaya operasional yang

dikeluarkan bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank

dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Berikut ini adalah perkembangan BOPO perbankan syariah

periode 2011 - 2017 diperoleh dari data statistik perbankan syariah OJK

dan BI yang diakses melalui situs resmi masing-masing instansi. Data rasio

yang diperoleh tersajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.5

BOPO Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) (Dalam Persen (%))

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 75,75 86,22 70,43 80,05 92,54 86,94 95,09

Februari 79,56 78,39 72,06 83,77 91,65 83,72 93,35

Maret 77,63 77,77 72,95 91,90 92,78 84,47 92,34

April 78,78 77,77 73,95 84,50 93,79 86,82 92,31

Mei 79,05 76,24 76,87 76,49 93,53 87,37 92,26

Juni 77,35 75,74 76,18 71,76 94,22 85,68 90,98

Juli 76,59 75,87 76,13 79,80 87,41 85,74 91,56

Agustus 77,65 75,89 77,87 81,20 86,84 85,87 92,03

September 77,54 75,44 77,98 82,39 86,51 85,29 91,68

Oktober 78,03 75,04 79,06 75,61 86,36 84,89 94,16

November 77,92 75,29 78,59 93,50 86,40 84,34

Desember 78,41 74,97 78,21 79,28 88,61 96,22

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

105

Tabel 4.5 terlihat bahwa nilai Biaya Operasional dan Pendapatan

Operasional (BOPO) pada perbankan di Indonesia cenderung fluktuatif.

Pada tahun 2011 nilai tertinggi terdapat pada bulan Februari sebesar

79,56% dan nilai terendah terjadi pada bulan Januari sebesar 75,75%. Pada

tahun 2012 nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 86,22% dan

nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 74,97%. Pada tahun

2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 79,06% dan nilai

terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 70,43%. Pada tahun 2014

nilai tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 93,50% dan nilai

terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 71,76%. Pada tahun 2015 nilai

tertinggi terdapat pada bulan Juni sebesar 94,22% dan nilai terendah

terdapat pada bulan Oktober sebesar 86,36%. Pada tahun 2016 nilai

tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 96,22% dan nilai terendah

terdapat pada bulan Februari sebesar 83,72%, sedangkan Pada tahun 2017

nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 95,09% dan nilai

terendah terdapat pada bulan Juli sebesar 91,56%. Agar lebih mudah

dipahami dan komunikatif, maka data pada tabel tersebut dapat dilihat

dalam bentuk grafik sebagai berikut :

106

Grafik 4.5

BOPO Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam

penelitian ini, nilai tertinggi terdapat pada tahun 2016 di bulan Desember

sebesar 96,22 % dan nilai terendah terjadi pada tahun 2013 di bulan Januari

sebesar 70,43 %.

6. Inflasi

Menurut Bank Indonesia (BI) kestabilan inflasi merupakan faktor

penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara

memberikan kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat dalam suatu negara

tersebut. Tingginya tingkat inflasi akan mengurangi minat masyarakat

untuk menabung.

Berikut ini adalah perkembangan data Inflasi periode Januari 2011

sampai Oktober 2017 diperoleh dari data statistik perbankan syariah

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) yang diakses

0

20

40

60

80

100

120

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

107

melalui situs resmi masing-masing instansi. Data rasio yang diperoleh

tersajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.6

Inflasi Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Inflasi (Dalam Persen (%))

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 7,02 3,65 4,57 8,22 6,69 4,14 3,49

Februari 6,84 3,56 5,31 7,75 6,29 4,42 3,83

Maret 6,65 3,97 5,90 7,32 6,38 4,45 3,61

April 6,16 4,50 5,57 7,25 6,79 3,60 4,17

Mei 5,98 4,45 5,47 7,32 7,15 3,33 4,33

Juni 5,54 4,53 5,90 6,70 7,26 3,45 4,37

Juli 4,61 4,56 8,61 4,53 7,26 3,21 3,88

Agustus 4,79 4,58 8,79 3,99 7,18 2,79 3,82

September 4,61 4,31 8,40 4,53 6,83 3,07 3,72

Oktober 4,42 4,61 8,32 4,83 6,25 3,31 3,58

November 4,15 4,32 8,37 6,23 4,89 3,58

Desember 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35 3,02

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai Inflasi pada perbankan syariah

cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 nilai tertinggi terdapat pada bulan

Januari sebesar 7,02% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember

sebesar 3,79%. Pada tahun 2012 nilai tertinggi terdapat pada bulan

Oktober sebesar 4,61% dan nilai terendah terdapat pada bulan Februari

sebesar 3,56%. Pada tahun 2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan

Agustus sebesar 8,79% dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari

4,57%. Pada tahun 2014 nilai tertinggi terdapat pada bulan Desember

sebesar 8,36% dan nilai terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar

3,99%. Pada tahun 2015 nilai tertinggi terdapat pada bulan Juni dan Juli

108

sebesar 7,26% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar

3,35%. Pada tahun 2016 nilai tertinggi terdapat pada bulan Maret sebesar

4,45% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 3,02%.

Sedangkan pada tahun 2017 nilai tertinggi terdapat pada bulan Juni sbesar

4,37% dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 3,49%. Agar

lebih mudah dipahami dan komunikatif, maka data pada tabel tersebut

dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Grafik 4.6

Inflasi Indonesia Tahun 2011-2017

Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam

penelitian ini nilai tertinggi terjadi terdapat pada tahun 2013 bulan Agustus

sebesar 8,79% dan nilai terendah terdapat pada tahun 2016 bulan Agustus

sebesar 2,79%.

0

2

4

6

8

10

INFLASI

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

109

7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Menurut Wirdyaningsih dkk, (2005:149), Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) merupakan instrumen kebijakan moneter yang

betujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang

beroperasi dengan prinsip syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia (BI) untuk dapat

mengurangi kelebihan uang primer beredar.

Berikut ini adalah perkembangan data suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) periode Januari 2011 - Oktober 2017 diperoleh

dari data statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan

Bank Indonesia (BI) yang diakses melalui situs resmi masing-masing

instansi. Data rasio yang diperoleh tersajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.7

SBIS Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Sertifikan Bank Indonesia (SBIS) (Miliar Rupiah)

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 3.968 10.663 4.709 5.253 8.050 6.275 11.878

Februari 3.659 4.243 5.103 5.331 9.040 7.188 12.683

Maret 5.870 6.668 5.611 5.843 8.810 6.994 12.273

April 4.150 3.825 5.343 6.234 9.130 7.683 11.533

Mei 3.879 3.644 5.423 6.234 8.858 7.225 10.446

Juni 5.011 3.936 5.443 6.782 8.458 7.470 9.421

Juli 5.214 3.036 4.640 5.880 8.163 8.130 10.966

Agustus 3.647 2.918 4.299 6.514 8.585 8.947 11.716

September 5.885 3.412 4.523 6.450 7.720 9.442 12.626

Oktober 5.656 3.321 5.213 6.680 7.192 10.335 11.555

November 6.447 3.242 5.107 6.530 6.495 11.042

Desember 9.244 4.993 6.699 8.130 6.280 10.788

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

110

Tabel 4.7 terlihat bahwa nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) pada perbankan syariah cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 nilai

tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 9.244 miliar dan nilai

terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 3.647 miliar. pada tahun

2012 nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 10.663 miliar dan

nilai terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 2.918 miliar. Pada

tahun 2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 6.699

miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 4.299 miliar.

Pada tahun 2014 nilai tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar

8.130 miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 5.253

miliar. Pada tahun 2015 nilai tertinggi terdapat pada bulan April sebesar

9.130 miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar

6.280 miliar. Pada tahun 2016 nilai tertinggi terdapat pada bulan

November sebesar 11.042 miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan

Januari sebesar 6.275 miliar. Sedangkan pada tahun 2017 nilai tertinggi

terdapat pada bulan Februari sebesar 12.683 miliar dan nilai terendah

terdapat pada bulan Januari sebesar 9.421 miliar. Agar lebih mudah

dipahami dan komunikatif, data pada tabel tersebut dapat dilihat dalam

bentuk grafik sebagai berikut :

111

Grafik 4.7

SBIS Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam

penelitian ini nilai tertinggi terjadi pada tahun 2017 bulan Februari sebesar

12.683 miliar dan nilai terendah terjadi pada tahun 2012 bulan Juli sebesar

3.036 miliar.

C Hasil Analisis Data

Dalam penelitian ini dipaparkan bahwa semua data yang digunakan

dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) mulai

pada bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Oktober tahun 2017. Penelitian

ini mengenai Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah pada

pembuatan model ini menggunakan data pada perbankan syariah di Indonesia

sebagai variabel Dependent (variabel terikat).

Sedangkan variabel Independent (variabel bebas) yaitu Dana Pihak

Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

Sertifikan Bank Indonesia (SBIS)

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

112

(NPF), Biaya operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan

Surat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Keseluruhan dari data yang digunakan

sebagai bahan penelitian diperoleh dari laporan bulanan dari Bank Indonesia

(BI) dan Statistik Perbankan Syariah (SPS) Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya model yang digunakan

sebagai alat analisis regresi linier berganda. Pengolahan data dilakukan secara

elektronik (komputer) dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS

versi 25.0 untuk mempercepat hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel

yang akan diteliti. Pembahasan dilakukan sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah data setiap variabel tersebut layak untuk

digunakan atau tidak pada penelitian ini, maka dilakukan uji asumsi klasik

yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji

multikolinearitas, dan uji autokorelasi. Jika keempat uji tersebut tidak ada

masalah, maka data setiap variabel layak digunakan dalam penelitian ini.

Dengan demikian, model regresi yang ditampilkan pada output SPSS

layak pula digunakan.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi

normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat dilakukan

melalui analisis grafik atau dengan analisis statistik untuk mengetahui

113

tingkat signifikansi data, apakah data tersebut terdistribusi normal

atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan analisis grafik, yakni

dengan melihat normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dari distribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada grafik histogram berikut ini :

Grafik 4.8

Grafik Histogram

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018

Hasil output grafik histogram pada gambar 4.8 diatas, terlihat

bahwa pola distribusi mendekati normal karena data mengikuti arah

garis grafik histogramnya, dengan kata lain sebaran data pada grafik

histogram Regression Residual membentuk kurva seperti lonceng

yang seimbang pada kedua sisinya maka nilai residual tersebut

dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.

114

Menurut Ghozali, (2013:147), namun demikian hanya dengan

melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah

yang sampelnya kecil. Metode yang paling handal adalah dengan

melihat Normal Propability Plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk

suatu garis lurus diagonal dan plotting data residual akan

dibandingkan dengan garis diagonal. Adapun hasil uji normalitas

dengan melihat dari segi grafik yang ditunjukkan pada grafik P-plot

berikut ini :

Grafik 4.9

Grafik P-Plot

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018

Dasar pengambilan keputusan ialah jika data menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asusmi normalitas,

sedangkan data yang menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak

115

mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dari grafik Normal

Probability Plot di atas menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, dan menunjukkan

pola distribusi normal. Sehingga dapat disimpulkan melalui analisis

grafik P-plot bahwa nilai residual yang terstandarisasi memiliki

distribusi normal, dengan kata lain memnuhi asumsi normalitas.

Selain menggunakan analisis grafik, dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-

S) untuk uji normalitas data. Cara mendeteksinya adalah dengan

melihat nilai signifikansi residual. Jika signifikansi lebih dari 0,05,

maka residual terdistribusi secara normal (Priyatno, 2013:51). Hasil

Uji normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat

pada tabel hasil output SPSS berikut ini :

Tabel 4.8

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 82

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 2,85695274

Most Extreme Differences Absolute ,074

Positive ,038

Negative -,074

Test Statistic ,074

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018

116

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa hasil analisis

statistik dengan Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,074 dan nilai

signifikansi (Asymp. Sig. 2-tailed) adalah sebesar 0,200. Karena nilai

signifikan lebih besar dari 0,05, maka residual terdistribusi secara

normal. Hal ini berarti bahwa sig > α atau 0,200 > 0,05 yang

menyatakan H0 diterima, berarti bahwa data residual terdistribusi

normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolonieritas

Metode yang digunakan penulis untuk menguji

multikolinearitas adalah dengan melihat nilai Tolerance dan Vari-

ance Inflation Factor (VIF). Dengan kriteria jika angka tolerance

dibawah 0,10 dan VIF > 10 dikatakan terdapat gejala

multikolinearitas. Namun, jika angka tolerance diatas 0,10 dan VIF <

10 dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Hasil dari uji

SPSS dalam penelitian ini terkait dengan uji multikolineritas yakni :

Tabel 4.9

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

DPK ,278 3,591

CAR ,882 1,134

NPF ,801 1,248

BOPO ,300 3,332

INFLASI ,842 1,188

SBIS ,230 4,342

a. Dependent Variable : FDR Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018

117

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui uji

multikolineritas untuk masing-masing variabel penelitian sebagai

berikut :

1) Nilai VIF untuk variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 3,134

< 10 dan tolerance 0,278 > 0,10 sehingga variabel Dana Pihak

Ketiga (DPK) dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.

2) Nilai VIF untuk variabel Capital Asset Ratio (CAR) sebesar

1,134 < 10 dan tolerance 0,882 > 0,10 sehingga variabel Non

Performing Financing (NPF) dinyatakan tidak terjadi gejala

multikolinieritas.

3) Nilai VIF untuk variabel Non Performing Financing (NPF)

sebesar 1,248 < 10 dan tolerance 0,801 > 0,10 sehingga variabel

Non Performing Financing (NPF) dinyatakan tidak terjadi gejala

multikolinieritas.

4) Nilai VIF untuk variabel Beban Operasional- Pendapatan

Nasional (BOPO) sebesar 3,332 < 10 dan tolerance 0,300 > 0,10

sehingga variabel Beban Operasional - Pendapatan Nasional

(BOPO) dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.

5) Nilai VIF untuk variabel Inflasi sebesar 1,188 < 10, dan tolerance

0,842 > 0.10 sehingga variabel Inflasi dinyatakan tidak terjadi

gejala multikolinieritas.

6) Nilai VIF untuk variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) sebesar 4,342 < 10 dan tolerance 0,230 > 0,10 sehingga

118

variabel Beban Operasional dan Pendapatan Nasional (BOPO)

dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi

layak untuk digunakan.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah

disebut dengan Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah

yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas (Ghozali,

2013:139).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode grafik

Scatterplot. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat pola titik-titik

pada Scatterplot regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang

tidak jelas di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi masalah heterooskedastisitas (Priyatno, 2013:69). Hasil Uji

heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik Scatterplot dapat

dilihat pada gambar berikut ini :

119

Grafik 4.10

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018

Berdasarkan grafik 4.10 di atas dapat diketahui bahwa titik-

titik pada grafik scatterplot tersebut menyebar dengan pola yang tidak

beraturan dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada

model regresi tersebut.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada

korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan

menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Uji asumsi

klasik autokolerasi ini dengan menggunakan Uji Durbin-Watson

(Suliyanto, 2011:125).

Metode yang dipakai adalah dengan melihat nilai Durbin-

Watson (DW). Jika nilai Durbin-Watson berada pada kisaran -2 dan

120

+2, maka dapat dikatakan tidak terjadi masalah autokorelasi. Hasil uji

autokorelasi dengan nilai Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel hasil

output SPSS berikut ini:

Tabel 4.10

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 ,896a ,804 ,788 2,96903 ,772

a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK

b. Dependent Variable: FDR

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa nilai

Durbin-Watson sebesar 0,772. Karena nilai Durbin-Watson tersebut

berada pada kisaran -2 dan +2, maka tidak terjadi masalah

autokorelasi dan model regresi ini layak digunakan. (Nugroho,

2005:63).

Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan mulai dari

uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi

ternyata tidak terjadi masalah pada uji-uji tersebut. Dengan demikian,

model regresi dalam penelitian ini layak digunakan untuk meneliti

pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non

Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Financing to Deposito Ratio

(FDR) perbankan syariah periode 2011-2017.

121

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Dari hasil uji asumsi klasik di atas dapat disimpulkan bahwa data

yang digunakan dalam penelitian ini terdisitribusi secara normal serta tidak

memiliki masalah multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

Sehingga memenuhi persyaratan untuk melakukan analisis regresi

berganda serta melakukan pengujian terhadap hipotesis. Dari data yang

diperoleh kemudian dianalisis dengan metode regresi dan dihitung dengan

menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS).

Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients berdasarkan

output SPSS versi 25.0 terhadap keenam variabel independen yaitu Dana

Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non Performing

Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap

Financing to Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah di Indonesia. Hasil

pengolahan data dengan SPSS 25.0 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11

Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 138,490 6,869 20,162 ,000

DPK 2,471E-5 ,000 ,255 2,625 ,011

CAR -1,455 ,276 -,288 -5,283 ,000

NPF 1,659 ,466 ,204 3,563 ,001

BOPO -,305 ,087 -,329 -3,524 ,001

INFLASI ,932 ,217 ,239 4,290 ,000

SBIS -,001 ,000 -,600 -5,624 ,000

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018

122

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dengan memperhatikan angka yang

berada pada kolom Unstandardized Coefficient Beta, dimana Y, X1=DPK,

X2=CAR, X3=NPF, X4=BOPO, X5=Inflasi, X6=SBIS maka dapat disusun

persamaan regresi berganda sebagai berikut :

FDR = 138,490 + 2,471 DPK – 1,455 CAR + 1,659 NPF – 0,305 BOPO +

0,932 INFLASI – 0,001 SBIS + ɛ

Dari persamaan regresi di atas maka dapat kita interpretasikan

beberapa hal antara lain sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 138,490 hasil ini menyatakan jika nilai DPK,

CAR, NPF, BOPO, Inflasi dan SBIS sama dengan 0, maka nilai FDR

adalah meningkat sebesar 138,490 satuan.

b. Variabel DPK memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu

sebesar 2,471. Nilai koefisien positif tersebut menunjukkan bahwa

DPK terhadap FDR berpengaruh positif. Hal ini digambarkan jika

terjadi kenaikan FDR sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami

peningkatan sebesar 2,471 satuan dengan asumsi variabel independen

lain dianggap konstan.

c. Variabel CAR memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu

sebesar -1,445. Nilai koefisien negatif tersebut menunjukkan bahwa

CAR terhadap FDR berpengaruh negatif. Hal ini digambarkan jika

terjadi kenaikan CAR sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami

FDR = α� + ß DPK − ß� CAR + ß� NPF − ß� BOPO + ß� Inflasi − ß� SBIS + ɛ

123

peningkatan sebesar -1,445 satuan dengan asumsi variabel

independen lain dianggap konstan.

d. Variabel NPF memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu

sebesar 1,659. Nilai koefisien positif tersebut menunjukkan bahwa

NPF terhadap FDR berpengaruh positif. Hal ini digambarkan jika

terjadi kenaikan NPF sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami

peningkatan sebesar 1,659 satuan dengan asumsi variabel independen

lain dianggap konstan.

e. Variabel BOPO memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu

sebesar -0,305. Nilai koefisien negatif tersebut menunjukkan bahwa

BOPO terhadap FDR berpengaruh negatif. Hal ini digambarkan jika

terjadi kenaikan BOPO sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami

penuruan sebesar -0,305 satuan dengan asumsi variabel independen

lain dianggap konstan.

f. Variabel Inflasi memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu

sebesar 0,932. Nilai koefisien positif tersebut menunjukkan bahwa

Inflasi terhadap FDR berpengaruh positif. Hal ini digambarkan jika

terjadi kenaikan Inflasi sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami

penuruan sebesar 0,932 satuan dengan asumsi variabel independen

lain dianggap konstan.

g. Variabel SBIS memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu

sebesar -0,001. Nilai koefisien negatif tersebut menunjukkan bahwa

SBIS terhadap FDR berpengaruh negatif. Hal ini digambarkan jika

124

terjadi kenaikan SBIS sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami

penuruan sebesar -0,001satuan dengan asumsi variabel independen

lain dianggap konstan.

3. Uji Hipotesis

Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan,

perlu digunakan analisi regresi melalui uji t maupun uji f. Tujuan

digunakan analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-

variabel independen terhadap variabel dependen, baik secara parsial

maupun secara simultan, serta mengetahui besarnya dominasi variabel-

variabel independen terhadap variabel dependen. Metode pengujian

terhadap hipotesa yang diajukan dilakukan dengan pengujian secara

simultan dan pengujian secara parsial.

a. Uji Secara Simultan (F)

Uji F digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98)

yaitu variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio

(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan

Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Syariah

Indonesia (SBIS) menunjukan pengaruh yang signifikan atau tidak

terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Untuk mengetahui hasil

dari uji F yaitu dengan melihat signifikan level (sig) dan juga dengan

125

menbandingkan antara F hitung dengan F tabel, apakah berpengaruh

secara simultan atau tidak. Hasil uji F dapat diketahui dengan melihat

pada tabel 4.12 berikut ini :

Tabel 4.12

Uji Simultan (F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2704,334 6 450,722 51,130 ,000b

Residual 661,136 75 8,815

Total 3365,470 81

a. Dependent Variable: FDR

b. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018

Berdasarkan tabel 4.12 diatas, dapat dilihat nilai F-hitung

sebesar 51,130 dengan nilai tingkat signifikan 0,000. Karena nilai

signifikan lebih kecil dari 0,000 < 0,05, dan nilai F hitung > F tabel

(51,130 > 2,33) dengan nilai F tabel df : α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (6-

1), (82-6) = 2,33. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Pihak

Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional

(BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS) secara

simultan atau bersama-sama terdapat pengaruh yang nyata atau

signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).

126

b. Uji Secara Parsial (t)

Uji statistik t ini bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital

Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi secara individual (parsial) dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Financing to Deposit Ratio)

yang diuji pada tingkat signifikasi harus lebih kecil dari 0,05 (Ghozali,

2013:93). Untuk mengetahuinya dilakukan uji t dengan

membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.

Adapun nilai t tabel diperoleh dengan derajat bebas (degree of

freedom) df=α:(n-k) dimana α adalah tingkat signifikansi yang

digunakan, n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel) dan k adalah

jumlah variable independen dan dependen dasar pengambilan

keputusannya adalah jika t hitung > t tabel, berarti H0 ditolak yang

mengartikan bahwa variabel X1 berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen, tetapi jika t hitung < t tabel, maka h0 diterima yang

mengartikan bahwa variabel X1 tidak berpengaruh signifikan terhadap

variable dependen.

Berikut adalah hasil penjelasan dari tabel 4.11 mengenai

pengaruh antar variabel independen terhadap Financing to Deposit

Ratio (FDR) :

127

1) Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap Financing to

Deposit Ratio (FDR)

Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel Dana

Pihak Ketiga (DPK) secara statistik menunjukkan hasil yang

signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,011 < 0,05). Sedangkan

nilai t hitung sebesar 2,625 dan pada t tabel sebesar 1,66515 (df

(n-k) 82-6 = 76, α = 0,05).

Sehingga t hitung > t tabel (2,625 > 1,66515) yang berarti

bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial

berpengaruh secara siginifikan terhadap Financing to Deposit

Ratio (FDR).

2) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Financing

to Deposit Ratio (FDR)

Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel Capital

Adequacy Ratio (CAR) secara statistik menunjukan hasil yang

signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan

nilai t hitung sebesar -5,283 dan pada t tabel sebesar 1,66365 (

df(n-k) 82-6 = 76, α = 0,05). Sehingga t hitung > t tabel (-5,283>

1,66365) yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio

(CAR) secara parsial berpengaruh secara siginifikan terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR).

128

3) Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel Non

Performing Financing (NPF) secara statistik menunjukkan hasil

yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,001 < 0,05).

Sedangkan nilai t hitung sebesar 3,563 dan pada t tabel sebesar

1,66365 ( df(n-k) 82-6 = 76, α = 0,05). Sehingga t hitung > t tabel

(3,563 < 1,66365) yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Non Performing

Financing (NPF) secara parsial berpengaruh secara siginifikan

terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).

4) Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)

Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) secara statistik

menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α

(0,001 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung sebesar -3.524 dan pada

t tabel sebesar 1,66365 ( df(n-k) 82-6 = 76, α = 0,05). Sehingga t

hitung > t tabel (3.524 > 1,66365) H0 ditolak dan H1 diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Biaya Operasional

dan Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial berpengaruh

secara siginifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).

5) Inflasi berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)

129

Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel Inflasi

secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai

lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung sebesar

4,290 dan pada t tabel sebesar 1,66365 ( df(n-k) 82-6 = 76, α =

0,05). Sehingga t hitung > t tabel (4,290 > 1,66365) yang berarti

bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel Inflasi secara parsial berpengaruh secara

siginifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).

6) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara statistik

menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α

(0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung sebesar -5,624 dan pada

t tabel sebesar 1,66365 ( df(n-k) 82-6 = 76, α = 0,05). Sehingga t

hitung > t tabel (-5,624 > 1,66365) yang berarti bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial

berpengaruh secara siginifikan terhadap Financing to Deposit

Ratio (FDR).

130

4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi intinya yaitu mengukur seberapa besar

konstribusi variabel bebas (Independent) terhadap variabel terikatnya

(Dependent). Semakin tinggi koefisien determinasi semakin tinggi

kemampuan variabel bebas (X) yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital

Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi dalam menjelaskan variasi variabel

perubahan pada variabel terikatnya (Y) yaitu Financing to Deposit Ratio

(FDR).

Dimana koefisien determinasi (R2) nilainya berkisar antara 0 < R2

< 1 semakin besar R2 maka variabel bebas (Independen) semakin dekat

hubungannya dengan variabel terikat (Dependen), dengan kata lain model

tersebut dianggap baik. Nilai R2 berkisar hampir 1 yang artinya semakin

kuat kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat.

Sebaliknya, jika nilai R2 semakin mendekati nilai 0 berarti semakin lemah

kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan fluktuasi variabel terikat

(Ghozali, 2013:83). Bila R2 = 0 artinya variasi dari variabel terikat (Y)

tidak dapat diterangkan oleh variabel bebas (X) sama sekali. Sementara

bila R2 = 1 maka semua titik pengamatan berada pada garis regresi

(Nachrowi, 2008:21).

Koefisien determinasi (R2) memiliki kelemahan, yaitu bias

terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukan dalam model regresi

131

dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan

dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang

dimasukan dalam model regresi dimana setiap penambahan satu variabel

bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2

meskipun variabel yang dimasukan tersebut tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kelemahan

tersebut koefisien determinasi R2 (R Square) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat

mengevaluasi model regresi terbaik. Hal tersebut dikarenakan variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu. Berikut

ini adalah hasil dari Uji Koefisien Determinasi (R2) :

Tabel 4.13

Uji Koefisien Diterminasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,896a ,804 ,788 2,96903

a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK

b. Dependent Variable: FDR

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018

Berdasarkan tabel 4.13 diperoleh nilai koefisien korelasi R Square

sebesar 0,804 atau 80,4% dan Adjusted R Square 0,788 atau 78,8%. yang

menunjukan bahwa pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital

Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat

132

Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah 78,8% sedangkan sisanya 21,2%

(100% - 78,8%) dipengaruhi variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan

ke dalam penelitian ini. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan

nilai sebesar 0,896 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel

bebas (Independen) dan variabel terikat (Dependen) sangat kuat karena

memiliki nilai lebih dari 0,05 ( R > 0,05) atau 0,896 > 0,05.

5. Interprestasi Data

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diuraikan bahwa dari

keenam variabel independen yang diteliti yaitu Dana Pihak Ketiga, Capital

Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh terhadap variabel dependen

yaitu likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio

(FDR). Adapun pembahasannya sebagai berikut :

a. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap likuiditas yang

diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat

bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki nilai beta positif,

hal ini berarti menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio

(FDR) pada Bank Syariah, karena memiliki nilai signifikan sebesar

0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung 2,625 > t tabel

1,66365.

133

Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga menyatakan

bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian ini sejalan dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Desly dan Ni Luh (2014), Aena

Mardiyah (2015), dan Martha Novalina Ambaroita (2015).

Hasil pembahasan dari analisis tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa semakin besar Dana Pihak Ketiga (DPK) semakin

tinggi rasio Financing to Deposit Ratio (FDR), yang mengindikasikan

bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat akan membuat

Bank Syariah meningkatkan likuiditasnya dengan menyalurkan

pembiayaannya, sehingga tidak adanya dana menganggur (idle fund).

b. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap likuiditas yang

diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat

bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai beta

negatif, hal ini berarti menunjukan bahwa Capital Adequacy Ratio

(CAR) mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR), karena memiliki nilai signifikan

sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung -5,283 > t

tabel 1,66365. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)

berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

134

Muhammad Irfan Priambodo (2017), Aulia Nazala Ramadhani

(2016), Raditya Sukmana dan Sari Suryaningtyas (2016), Herry

Achmad Buchory (2014), Prihatiningsih (2012).

Hasil pembahasan dari analisis tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa apabila tingkat kecukupan modal Capital

Adequacy Ratio (CAR) tinggi maka semakin tinggi pula likuiditasnya

Financing to Deposit Ratio (FDR). Tetapi dilihat dari kenyataannya

Financing to Deposit Ratio (FDR) yang tinggi menandakan Bank

Syariah banyak meminjamkan, digambarkan sebagai bank yang

kurang liquid. Maka jika Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami

kenaikan maka Financing to Deposit Ratio (FDR), akan menurun, dan

penurunan Financing to Deposit Ratio (FDR) mengindikasikan bahwa

tingkat likuiditas Financing to Deposit Ratio (FDR) semakin baik.

Apabila saat Financing to Deposit Ratio (FDR) tinggi yang

disebabkan penyaluran pembiayaan meningkat sedangkan dana yang

dihimpun di Bank Syariah sedikit mengakibatkan Capital Adequacy

Ratio (CAR) menurun (dengan asumsi Capital Adequacy Ratio

(CAR) digunakan untuk menutupi kekurangan dana tersebut).

c. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap likuiditas

yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat

bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) memiliki nilai beta

positif, hal ini berarti menunjukan bahwa Non Performing Financing

135

(NPF) mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap

Financing to Deposit Ratio (FDR), karena memiliki nilai signifikan

sebesar 0,001 yang lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung 3,563 < t

tabel 1,66365. Ini berarti H0 ditolak atau H1 diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF)

berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad Irfan Priambodo (2017), Leny Nur Fitria (2017), Nur

Suhartatik, dan Rohmawati Kusumaningtias (2013), Prihatiningsih

(2012).

Hasil pembahasan analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa secara teori jika terjadi peningkatan pada rasio Non Performing

Financing (NPF) maka akan menurunkan likuiditas pada Bank

Syariah yang dalam hal ini rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)

berarti tidak sehat, tidak dapat menyalurkan pembiayaannya dengan

lancar. Begitu juga sebaliknya, jika terjadi penurunan pada rasio Non

Performing Financing (NPF) maka akan meningkatkan likuiditas

pada Bank Syariah yang dalam hal ini rasio Financing to Deposit

Ratio (FDR) berarti sehat, dapat menyalurkan pembiayaannya dengan

lancar.

136

d. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional

(BOPO) terhadap likuiditas yang diproksikan dengan Financing

to Deposit Ratio (FDR).

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat

bahwa variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional

(BOPO) memiliki nilai beta negatif, hal ini berarti bahwa Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) mempunyai

hubungan negatif dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio

(FDR), karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,001 yang lebih kecil

dari 0,05 dan nilai t hitung -3,524 > t tabel 1,66365. Ini berarti H0

ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

Biaya Operasional dan Pendpatan Operasional (BOPO) berpengaruh

terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widi Pramono

(2006), Mita Puji Lestari (2011), Anthony Wijaya (2013) yang

menyatakan bahwa Biaya Operasional dan Pendpatan Operasional

(BOPO) berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).

Hasil pembahasan analisis tersebut berarti bahwa Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan

perbandingan antara total biaya operasi dengan total pendapatan

operasi. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh

bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti

biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan lain-lain).

137

Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu

pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk

kredit dan penempatan operasi lainnya (Dendawijaya, 2009:140).

Tanda koefisien yang bernilai negatif menunjukan semakin tinggi

rasio Biaya Operasional dan Pendpatan Operasional (BOPO),

semakin kurang efisien Bank Syariah, maka tingkat Financing to

Deposit Ratio (FDR) nya menurun. Rasio Biaya Operasional dan

Pendpatan Operasional (BOPO) yang tinggi menunjukan bahwa biaya

operasionalnya lebih besar dari pendapatan operasionalnya, sehingga

Bank Syariah menjadi tidak efisien dalam menjalankan aktivitas

operasionalnya terutama pada penyaluran pembiayaan.

e. Pengaruh Inflasi terhadap likuiditas yang diproksikan dengan

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat

bahwa variabel Inflasi memiliki nilai beta positif, hal ini bahwa Inflasi

mempunyai hubungan positif yang signifikan terhadap Financing to

Deposit Ratio (FDR), karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,000

yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung 4,290 > t tabel 1,66365.

Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel Inflasi berpengaruh terhadap Financing to Deposit

Ratio (FDR). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lina Nugraha Rani (2017), Aulia Nazala Ramadhani

138

(2016), Waeibrorheem Waemustafa, Suriani Sukri (2016), Mohamed

Aymen Ben Moussa (2015).

Hasil pembahasan analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa jika terjadi peningkatan pada inflasi maka Financing to

Deposit Ratio (FDR) pun juga ikut meningkat, begitu juga sebaliknya,

jika terjadi penurunan pada inflasi maka akan menurunkan tingkat

Financing to Deposit Ratio (FDR). Apabila inflasi naik maka konsep

perbankan syariah adalah bagi hasil. Dengan konsep ini,

sesungguhnya bank dan nasabah melakukan pengikatan dalam suatu

ikatan investasi bersama, dimana laba dan rugi ditanggung bersama.

Namun demikian, dalam menyalurkan pembiayaan Bank Syariah

harus tetap mempertimbangkan prediksi kondisi ekonomi makro

disamping tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam menjalankan

fungsi intermediasinya, sehingga tidak meningkatkan timbulnya

kredit bermasalah yang dapat berakibat pada penurunan permodalan

secara umum.

f. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap

likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio

(FDR).

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat

bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki

nilai beta negatif, hal ini berarti bahwa Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) mempunyai hubungan negatif yang signifikan

139

terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), karena memiliki nilai

signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung -

5,624 > t tabel 1,66365. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Prihatiningsih (2012), Prihatiningsih (2012), Rafikha Rustianah

Mustafidan (2013) yang menyatakan bahwa Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio

(FDR).

Hasil analisis pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa apabila terjadi peningkatan pada penempatan dana SBIS, maka

jumlah penyaluran dana pada pembiayaan akan mengalami

penurunan. SBIS dapat dijadikan penitipan dana jangka pendek

khususnya bagi yang mengalami kelebihan likuiditas (Muhammad,

2005:399). Semakin banyak uang yang dihimpun oleh Bank Syariah

dalam bentuk SBIS maka jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh

Bank Syariah juga akan berkurang, sedangkan jumlah pembiayaan

adalah bagian dari Financing to Deposit Ratio (FDR) yang

mencerminkan pembiayaan kepada masyarakat dan yang menjadi

ukuran likuiditas Perbankan Syariah dalam menjalankan fungsinya

sebagai lembaga intermediasi.

140

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang sudah diuraikan, maka

dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil uji regresi secara simultan ditemukan bahwa variabel independen Dana Pihak

Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF),

Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat

Bank Syariah Indonesia (SBIS) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Indonesia.

2. Hasil uji regresi secara parsial ditemukan bahwa variabel independen Dana Pihak

Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan Inflasi berpengaruh positif

dan signifikan secara parsial terhadap variabel dependen yaitu Financing to Deposit

Ratio (FDR). Sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dan

Pendapatan Operasional (BOPO), dan Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS)

berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap variabel dependen yaitu

Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia.

3. Hasil uji regresi variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Financing to

deposit Ratio (FDR) pada Perbankan Syariah adalah Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS).

141

B Saran

Berikut beberapa saran yang dapat peneliti berikan bagi peneliti selanjutnya

yang akan melakukan penelitian yang serupa :

1. Dalam penelitian ini variabel dependen yang dipakai adalah Financing to Deposit

Ratio (FDR), sedangkan variabel independen adalah Dana Pihak Ketiga (DPK),

Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS). Diharapkan penelitian selanjutnya untuk mengukur

likuiditas pada bank dapat menggunakan variabel yang lebih beragam agar hasil

penelitiannya lebih relevan dengan kondisi pasar perbankan saat ini sehingga dapat

menjadi bahan kajian bagi kalangan akademisi Perbankan Syariah di Indonesia.

2. Dalam penelitian ini periode yang digunakan adalah periode Januari 2011- Oktober

2017, disarankan pada penelitian berikutnya lebih memperbaharui dan

menambahkan periode penelitian agar hasil didapat lebih relevan.

3. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah uji regresi linier berganda dan

pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS 25.0 dan Microsoft Excel 2013.

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan metode lain yang

berbeda dan software yang lebih baru.

4. Pada penelitian ini hanya menggunakan variabel internal bank dan eksternal bank.

Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan

variabel religiusitas agar bisa diimplikasikan nilai Islam dalam penelitian mengenai

Perbankan Syariah dengan menggunakan teori Hahslm dan menganalisis data

dengan menggunakan rumus Hahslm.

142

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Usman Rianse. (2012). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung:

Alfabeta.

Abdullah, M.R. (2014). Determinan Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia

Pasca Krisis Keuangan Global. Jurnal Muamalah, IV(2).

Agustina., & Wijaya, Anthony. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Swasta Nasional di

Bank Indonesia. Jurnal Wira Mikroskill, 3(2).

Akhtar, Muhammad Farhan., Ali, Khizer., dan Sadaqat, Shama. (2011). Liquidity

Risk Management: A comparative study between conventional an islamic

bank of Pakistan. Interdisciplinary Journal of Research in Business. Hailey

College of Commerce, University of the Punjab, Lahore, Pakistan. 1(1).

Alhamda, Syukra. (2016). Buku Ajar Metlit dan Statistik. Yogyakarta: Deepublish,

CV. Budi Utama.

Ali, Mashud. (2006). Manajemen Risiko, Strategi Perbankan dan Dunia Usaha

Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Ambaroita, Martha Novalina. (2015) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Loan to

Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Indonesia. Economics Development

Analysis Journal, Universitas Negeri Semarang, 4(3).

Anjum Iqbal. (2012). Liquidity Risk Management: A Comparative Study Between

Convensional and Islamic Bank of Pakistan. Global Journal of Management

and Business Research, Comsats Institute of Information Technology

Abbottabad, Pakistan, 12(5).

Antonio, Muhammad Syafi’i. (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:

Gema Insani.

Arifin, Zainul. (2010). Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah. Jakarta: Alfabeta.

Aziz, Roikhan Mochamad. (2010). New Paradigm in On Sinlammim Kaffah In

Islamic Economics. Jurnal Signifikan, 9(2).

Aziz, Roikhan Mochamad. (2013). Determinan Tabungan Mudharabah di

Indonesia. Jurnal Signifikan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2(2).

Aziz, Roikhan Mochamad. (2015). Hahslm Islamic Economic Methodology.

Proceeding ICOSEC: Developing Countries Readiness Toward Global

Universitas Negri Solo, Surakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. (2015). Rumus Tuhan Hahslm Dalam Berpikir

Menyeluruh Sebagai Metedologi Ekonomi Islam. Procedding ICIEF15:

Strengthning Islamic Economics and Financial Institution for Financial

Institution for the Welfare of Ummah. Universitas Mataram, Lombok.

Aziz, Roikhan Mochamad. (2016). Teori H Sebagai Wahyu Dan Turats Dalam

Islam. Jurnal Ushuluddin Universitas Islam Negeri Riau, 24(1).

143

Aziz, Roikhan Mochamad. (2017). Determinant Of IER Factors (Internal,

External, And Religiosity) To Return On Asset (ROA) H Sharia Bank With

IER Methodology In Hahslm Approach As A Guidance (H) Path (A)

Straight (H) Human (S) To Allah (L) For Worship (M) As Quran Al-Hijr

15.87 And Pillars Of Islam. Journal ACEBFM, Universitas Muhammadiyah

Surabaya.

Bank Indonesia. (2016). Data Publikasi Inflasi.

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx diakses pada

tanggal 17 Maret 2017.

Bank Indonesia. Sejarah Bank Indonesia http://www.bi.go.id/id/tentang-

bi/museum/sejarahbi/bi/Documents/f2310af43715441bb8d57d865ea7987c

SejarahPerbankanPeriode19971999.pdf diakses tanggal 09 November

2017.

Boediono. (2000). Ekonomi Moneter, Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.

Buchory, Herry Achmad. (2014). Analisis of the Effect of Capital, Net Interest

Margin, Credit Risk and Probability in The Implementation of Banking

Intermediation (Study On Regional Development Bank All Over Indonesia

In 2012). European Journal of Business and Management, 6(24).

Case, Karl E. dan Fair, Ray C. 2002. Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro Jakarta:

Pearson Education Asia.

Dendawijaya, Lukman. (2009). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ghozali, Iman. (2013). Aplikasi Multivariate dengan Program IBM SPSS.

Semarang: Penerbit Undip.

Hassan, M. Kabir., Mervyn, K. Lewis. 2007. Islamic finance: A system at the

crossroads?. Journal of Thunderbird International Business Review, 49(2)

Hassine, Mustapha Ben., Limani, Ratiba. (2014). The Impact of Bank

Characteristics on the Efficiency: Evidence from MENA Islamic Banks.

Journal of Applied Finance & Banking, 4(3)

Hendrayanti, Silvia dan Muharam, Harjum. (2013). Analisis Pengaruh Faktor

Internal Dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank

Umum di Indonesia Periode Januari 2003 - Februari 2012). Diponegoro

Journal of Management, 2(3).

Hermawan dan Ahmadi. (2013). E-Business & E-Commerce. Yogyakarta: Andi.

Huda, Nurul. (2009). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, Jakarta:

Kencana.

Indrianto, Nur., & Suporno, Bambang. (2002). Metode penelitian bisnis.

Yogyakarta: BPFE.

Ismail. (2011). Manajemen Perbankan. Jakarta: Kencana Prenada Meia Group.

Jaara, Osama Omar., Jaara, Bassam Omar., Shamieh, Jamal., dan Fendi, Usama

Adnan. (2017). Liquidity Risk Exposure in Islamic and Conventional

Banks. Internasional Journal of Economics and Financial Issues, American

University of Madaba, Jordan, 7(6).

Karim, Adiwarman Azwar. (2001). Ekonomi Islam: suatu Kajian Kontemporer.

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Karim, Adiwarman Azwar. (2004). Bank Islam dan Analisis Fiqih dan Keuangan.

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

144

Karim, Adiwarman Azwar. (2014). Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT. Rajawali

Pers.

Kasmir. (2012). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Kuncoro dan Suhardjono. (2002). Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi).

Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Kuncoro, Mudrajat. (2009). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Bagaimana

Meneliti dan Menulis Tesis? Jakarta: Erlangga.

Lalon, Raad Mozib. (2015). Impact of Government Borrowing on Bank Liquidity

Crisis: An Econometric Analysis. International Journal of Economics,

Finance and Management Sciences, University of Dhaka, Bangladesh, 3(5).

Laurentina, Paula., & Lindrawati. (2010). Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan

Financing to Deposit Ratio Terhadap Laba Bank Umum Syariah. Jurnal

Akuntansi Temporer, 2(1).

Lestari, Maharani Ika dan Toto, Sugiharto. (2007). Kinerja Bank Devisa dan Bank

Non Devisa dan Faktor-faltor Yang Mempengaruhinya. Fakultas Ekonomi

Universitas Gunadarma Jakarta, 2(1).

Media Komputindo.

Moussa, Mohamed Aymen Ben. (2015). The Determinants of Bank Liquidity: Case

of Tunisia. International Journal of Economics and Financial Issues.

Mediterranean University of Tunis, 5(1).

Muhammad. (2005). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Muhammad. (2008). Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah.

Jakarta: Rajawali Pers.

Munawir. (2004). Analisa Laporan keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Nachrowi, Djalal dan Usman, Hardius. (2008). Pendekatan Populer dan Praktis

Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: FEUI.

Nachrowi, Djalal dan Usman, Hardius. 2008. Penggunaan Teknik Ekonometri.

Edisi revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nopirin. (2010). Ekonomi Moneter, Buku I dan II. Yogyakarta: BPFE-UGM.

Nugroho, Bhuono Agung. (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian

dengan Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Andi.

Onour, Ibrahim A., Abdalla, Abdelgadir M.A., (2011). Efficiency of Islamic Banks

in Sudan : A non-parametric Approach, Journal of Islamic Economics,

Banking and Finance, 7 (80).

Otoritas Jasa Keuangan (2017). Laporan Keuangan Perbankan .

http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/laporan-

keuangan-perbankan/Default.aspx diakses pada tanggal 09 November 2017.

Otoritas Jasa Keuangan (2017). Statistik perbankan syariah – Januari 2017.

http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-

perbankan-syariah/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---Januari-2017.aspx

diakses pada tanggal 09 November 2017.

Pratama, Billy Arma. (2010) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum di Indonesia

Periode 2005-2009). Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen

UNDIP.

145

Prihatiningsih. (2012). Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy

Ratio (CAR), Imbal Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Imbal

Hasil Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA), dan

Non Performing Financing (NPF) Terhadap Financing to Deposit Ratio

(FDR) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah Tahun 2006-1010). Jurnal

Orbith.

Priyatno, Duwi. (2013) Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:

Mediakom.

Raharja, Pratama., dan Mandala, Manurung. (2004). Pengantar Makroekonomi.

Jakarta: LPFE-UI.

Ramadhani, Aulia Nazala dan Indriani, Astiwi. (2016). Analisis Pengaruh Size,

Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Non Performing

Loan (NPL), dan Inflasi Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR).

Diponegoro Journal of Management, 5(2).

Rani, Lina Nugraha. (2017). Analisis Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal

Perbankan Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode

Januari 2003 – Oktober 2015. al-Uqud: Journal of Islamic Economics 1(1).

Rianto al Arif, M. Nur (2017). Manajemen Risiko Perbankan Syariah: Suatu

Pengantar. Jakarta: Penerbit Pustaka Setia.

Rivai, Veithzal., Veitzhal, Andria Permata., dan Indroes, Ferry N. (2007). Bank and

Financial Institution Management Conventional and Syaria System.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rodoni, Ahmad., dan Ali, Herni. (2014). Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Rodoni, Ahmad., dan Hamid, Abdul. (2008). Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:

Zikrul Hakim.

Romli, Muhammad. (2008). Analisis Kinerja Bank Syariah Devisa dan Non Devisa.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam. 3(1).

Santoso, Singgih. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT.

Elex

Setiawan, Aziz Budi. (2006). Perbankan Syariah: Chalenges dan Oppertunity

Untuk Pengembangan di Indonesia. Jurnal Kordinat, VIII(1).

Siamat, Dahlan. (2008). Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Fakutas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta.

PT. Bumi Aksara.

Soemitra, Andri. (2009). Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Stiawan, Adi. (2009). Analisis Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi, Pangsa Pasa, dan

Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Thesis:

Semarang: Universitas Diponegoro.

Sugiyono. (2000). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Afabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

146

Suhartatik, Nur. dan Kusumaningtias, Rohmawati. (2012). Determinan Financing

to Deposit Ratio (FDR) perbankan Syariah di Indonesia periode 2008-2012.

Jurnal Ilmu Manajemen Fakutas Ekonomi Universitas Negeri Suarabaya,

1(4).

Sukirno, Sadono. (2003). Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono. (2007). Makro Ekonomi Moderen Perkembangan Pemikiran dari

Klasik Hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Sukmana, Raditya., & Suryaningtyas, Sari. (2016). Determinants of Liquidity Risk

in Indonesian Islamic and Conventional Banks. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu

Ekonomi Syariah (Journal of Islamic Economics), 8(2).

Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Syamsuddin dan Mukhyi, M, Abdul. (2008). Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan

Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia. Jurnal Kinerja Keuangan.

Waemustafa, Waeibrorheem dan Sukri, Suriani. (2016). Systematic and

Unsystematic Risk Determinants of Liquidity Risk Between Islamic and

Conventional Banks. Internasional Journal of Economics and Financial

Issues, School of Economic Finance and Banking, University Utara

Malaysia (UMM), 6(4).

Wibowo, E. S., & Syaichu, M. (2013). Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi,

CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Diponegoro

Journal Of Management, 2(2).

Wirdyaningsih, Perwataatmadja, Grmala dan Yeni. (2005). Bank dan Asuransi

Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Meia Group.

Zaher, Tarek S., dan Hassan, M. Kabir. (2001). A Comparative Literature Survey

of Islamic Finance and Banking. Journal of Financial Markets, Institutions

& Instruments, 10(4).

147

LAMPIRAN

Lampiran I : Data Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

FDR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Financing to Deposito Ratio (FDR) (Dalam Persen (%))

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 91,97 87,27 100,63 100,07 93,60 98,85 84,74

Februari 95,16 90,49 102,17 102,03 93,94 97,10 83,78

Maret 93,22 91,20 102,62 102,22 94,24 98,04 83,53

April 95,17 95,39 103,08 95,50 94,18 96,71 81,36

Mei 94,88 97,95 102,08 99,43 94,69 94,10 81,96

Juni 94,93 98,59 104,43 100,80 96,52 95,67 82,69

Juli 94,18 99,91 104,83 99,89 102,42 94,44 80,51

Agustus 98,39 101,03 102,53 98,99 102,17 93,28 81,78

September 94,97 102,10 103,27 99,71 101,25 93,36 80,12

Oktober 95,24 100,84 103,03 98,99 100,76 93,57 80,94

November 94,40 100,19 102,58 94,62 100,79 92,65

Desember 88,94 100,00 100,32 91,50 98,44 85,99

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

148

2. Variabel Independen

DPK perbankan syariah di Indonesia tahun 2011-2017

Bulan Dana Pihak Ketiga (DPK) (Miliar Rupiah)

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 75,814 116,518 148,731 177,930 210,761 229,094 277,714

Februari 75,085 114,616 150,795 178,154 210,297 231,820 281,084

Maret 79,651 119,639 156,964 180,945 212,988 232,657 286,178

April 79,567 114,018 158,519 185,508 213,973 233,808 291,888

Mei 82,861 115,206 163,858 190,783 215,339 238,366 295,606

Juni 87,025 119,279 163,966 190,470 213,477 241,336 302,013

Juli 89,786 121,018 166,453 194,299 216,083 243,184 307,638

Agustus 92,021 123,673 170,222 195,959 216,356 244,843 309,006

September 97,756 127,678 171,701 197,141 219,313 263,522 318,574

Oktober 101,804 134,453 174,018 207,121 219,478 264,678 319,124

November 105,330 138,671 176,292 209,644 220,635 270,480

Desember 115,415 147,512 183,534 217,858 231,175 279,335

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

CAR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Capital Adequacy Ratio (CAR) (Dalam Persen (%))

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 20,23 16,27 15,29 16,76 14,16 15,11 16,99

Februari 15,17 15,91 15,20 16,71 14,38 15,44 17,04

Maret 16,57 15,33 14,30 16,20 14,43 14,90 16,98

April 19,86 14,97 14,72 16,68 14,06 15,43 16,91

Mei 19,58 13,40 14,28 16,85 14,29 14,78 16,88

Juni 15,92 16,12 14,30 16,21 14,09 14,72 16,42

Juli 15,92 16,12 15,28 15,62 14,47 14,86 17,01

Agustus 15,83 15,63 14,71 14,73 15,05 14,87 16,42

September 16,18 14,98 14,19 14,54 15,15 15,43 16,16

Oktober 15,30 14,54 14,19 15,25 14,96 15,27 16,14

November 14,88 14,82 12,23 15,66 15,31 15,78

Desember 16,63 14,13 14,42 16,10 15,02 15,63

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

149

NPF Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Non Performing Financing (NPF) (Dalam Persen (%))

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 3,28 2,68 2,49 3,01 4,87 4,14 2,48

Februari 3,66 2,82 2,72 3,53 5,10 4,19 2,77

Maret 3,60 2,76 2,75 3,22 4,81 4,35 2,57

April 3,79 2,85 2,85 3,48 4,62 4,31 2,80

Mei 3,76 2,93 2,92 4,02 4,76 4,81 2,90

Juni 3,55 2,88 2,64 3,90 4,73 4,33 2,83

Juli 3,75 2,92 2,75 4,31 4,36 4,22 2,79

Agustus 3,53 2,78 3,01 4,58 4,31 4,26 2,72

September 3,50 2,74 2,80 4,67 4,24 3,85 2,74

Oktober 3,11 2,58 2,96 4,58 4,23 3,88 2,78

November 2,74 2,50 3,08 4,86 4,10 3,80

Desember 2,52 2,22 2,62 4,33 3,72 2,17

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

BOPO Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) (Dalam Persen (%))

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 75,75 86,22 70,43 80,05 92,54 86,94 95,09

Februari 79,56 78,39 72,06 83,77 91,65 83,72 93,35

Maret 77,63 77,77 72,95 91,90 92,78 84,47 92,34

April 78,78 77,77 73,95 84,50 93,79 86,82 92,31

Mei 79,05 76,24 76,87 76,49 93,53 87,37 92,26

Juni 77,35 75,74 76,18 71,76 94,22 85,68 90,98

Juli 76,59 75,87 76,13 79,80 87,41 85,74 91,56

Agustus 77,65 75,89 77,87 81,20 86,84 85,87 92,03

September 77,54 75,44 77,98 82,39 86,51 85,29 91,68

Oktober 78,03 75,04 79,06 75,61 86,36 84,89 94,16

November 77,92 75,29 78,59 93,50 86,40 84,34

Desember 78,41 74,97 78,21 79,28 88,61 96,22

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

150

Inflasi Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Inflasi (Dalam Persen (%))

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 7,02 3,65 4,57 8,22 6,69 4,14 3,49

Februari 6,84 3,56 5,31 7,75 6,29 4,42 3,83

Maret 6,65 3,97 5,90 7,32 6,38 4,45 3,61

April 6,16 4,50 5,57 7,25 6,79 3,60 4,17

Mei 5,98 4,45 5,47 7,32 7,15 3,33 4,33

Juni 5,54 4,53 5,90 6,70 7,26 3,45 4,37

Juli 4,61 4,56 8,61 4,53 7,26 3,21 3,88

Agustus 4,79 4,58 8,79 3,99 7,18 2,79 3,82

September 4,61 4,31 8,40 4,53 6,83 3,07 3,72

Oktober 4,42 4,61 8,32 4,83 6,25 3,31 3,58

November 4,15 4,32 8,37 6,23 4,89 3,58

Desember 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35 3,02

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

SBIS Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017

Bulan Sertifikan Bank Indonesia (SBIS) (Miliar Rupiah)

Tahun 2011-2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 3.968 10.663 4.709 5.253 8.050 6.275 11.878

Februari 3.659 4.243 5.103 5.331 9.040 7.188 12.683

Maret 5.870 6.668 5.611 5.843 8.810 6.994 12.273

April 4.150 3.825 5.343 6.234 9.130 7.683 11.533

Mei 3.879 3.644 5.423 6.234 8.858 7.225 10.446

Juni 5.011 3.936 5.443 6.782 8.458 7.470 9.421

Juli 5.214 3.036 4.640 5.880 8.163 8.130 10.966

Agustus 3.647 2.918 4.299 6.514 8.585 8.947 11.716

September 5.885 3.412 4.523 6.450 7.720 9.442 12.626

Oktober 5.656 3.321 5.213 6.680 7.192 10.335 11.555

November 6.447 3.242 5.107 6.530 6.495 11.042

Desember 9.244 4.993 6.699 8.130 6.280 10.788

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018

151

Lampiran II : Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Grafik Histogram

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018

Grafik P-Plot

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018

152

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 82

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 2,85695274

Most Extreme Differences Absolute ,074

Positive ,038

Negative -,074

Test Statistic ,074

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018

2. Uji Multikolonieritas

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

DPK ,278 3,591

CAR ,882 1,134

NPF ,801 1,248

BOPO ,300 3,332

INFLASI ,842 1,188

SBIS ,230 4,342

a. Dependent Variable: FDR

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018

3. Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018

153

4. Uji Autokorelasi

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R

Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,896a ,804 ,788 2,96903 ,772

a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK

b. Dependent Variable: FDR

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018

154

Lampiran III : Hasil Uji Hipotesis (Uji F, Uji T dan Uji R2 )

1. Uji Simultan (F)

Uji Simultan (F)

ANOVAa

Model Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

1 Regression 2704,334 6 450,722 51,130 ,000b

Residual 661,136 75 8,815

Total 3365,470 81

a. Dependent Variable: FDR

b. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018

2. Uji Parsial (t)

Uji Parsial (t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 138.490 6.869 20.162 .000

DPK 2.471E-5 .000 .255 2.625 .011

CAR -1.455 .276 -.288 -5.283 .000

NPF 1.659 .466 .204 3.563 .001

BOPO -.305 .087 -.329 -3.524 .001

INFLASI .932 .217 .239 4.290 .000

SBIS -.001 .000 -.600 -5.624 .000

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018

3. Uji Koefisien Diterminasi (R2)

Uji Koefisien Diterminasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,896a ,804 ,788 2,96903

a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK

b. Dependent Variable: FDR

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018

155

Lampiran IV : Tabel Persentase Distribusi F Probabilita (α) = 0,05

Titik Persentase Distribusi F

Probabilita = 0.05

156

157

158

159

160

Lampiran V : Tabel Titik Persentase Distribusi t

Titik Persentase Distribusi t

d.f. = 1-200

161

162

163

164