analisis rasio keuangan, indikator makro, dan...
TRANSCRIPT
ANALISIS RASIO KEUANGAN, INDIKATOR MAKRO, DAN SERTIFIKAT
BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP LIKUIDITAS
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2017
Tesis
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Master Ekonomi (M.E)
Oleh:
ALFIAN
NIM 21140850100022
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M / 1439 H
i
ANALISIS RASIO KEUANGAN, INDIKATOR MAKRO, DAN SERTIFIKAT
BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP LIKUIDITAS
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2017
Tesis
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Master Ekonomi (M.E)
Oleh:
ALFIAN
NIM 21140850100022
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M / 1439 H
ii
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
ANALISIS RASIO KEUANGAN, INDIKATOR MAKRO, DAN SERTIFIKAT
BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP LIKUIDITAS
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2017
Diajukan Oleh:
ALFIAN
NIM 21140850100022
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM.
NIP. 19690203 200112 1 003 NIDN. 2025067001
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Dr. Herni Ali HT, SE., MM.
NIDN. 04221255902
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS
Hari ini, Selasa 27 Maret 2018 telah dilakukan Ujian Tesis atas mahasiswa:
1. Nama : Alfian
2. NIM : 21140850100022
3. Jurusan : Magister Perbankan Syariah
4. Judul Tesis :
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian tesis, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan tesis ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Maret 2018
1. Dr. Asyari Hasan, S.H.I., M. Ag. ( )
NIP. 19800819 200604 1 002 Ketua
2. Ade Suherlan, SE, MM., MBA. ( )
NIP. 19800525 200912 1 001 Sekretaris
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. ( )
NIP. 19690203 200112 1 003 Pembimbing I
4. Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad, MM. ( )
NIDN. 2025067001 Pembimbing II
5. Dr. Herni Ali HT. S.E., MM. ( )
NIDN. 0422125902 Penguji Ahli
Analisis Rasio Keuangan, Indikator Makro, dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Likuiditas
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2017
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya pribadi saya dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan
oleh orang lain pada perguruan tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam tesis ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Jakarta, 27 Maret 2018
Yang menyatakan,
Alfian, S.E.Sy.
NIM. 21140850100022
v
ABSTRACT
This study analyze about the influence of Third Party Funds (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Operational
Costs and Operating Financing (BOPO), Inflation and Bank of Indonesia Sharia
Certificates (SBIS) on Sharia Banking Liquidity in Indonesia which is proxied
with Financing to Deposit Ratio (FDR). The data used in this study is monthly
data from January 2011 to October 2017. The method used by researchers is
multiple linear regression analysis. This study uses computer program SPSS
version 25.0 and Microsoft Excel 2013 for windows. The results of regression test
simultaneously showed that the Third Party Fund (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR) and Non Performing Financing (NPF), Operational Costs and Operating
Balance (OOP), Inflation, and Bank of Indonesia Sharia Certificates (SBIS)
simultaneously significant effect on Financing to Deposit Ratio (FDR). The result
of partial regression test found that independent variable of Third Party Fund
(DPK), Non Performing Financing (NPF), and Inflation have a positive and
partially significant effect to dependent variable that is Financing to Deposit
Ratio (FDR). While the Capital Adequacy Ratio (CAR), Operational Cost and
Operating Income (BOPO), and Bank of Indonesia Sharia Certificates (SBIS)
have a negative and partially significant effect on the dependent variable, namely
Financing to Deposit Ratio (FDR) in Syaria Banking in Indonesia. The most
dominant variable regression test has an effect on Financing to deposit ratio
(FDR) in Syaria Banking that is Bank of Indonesia Sharia Certificate (SBIS).
Based on R square value, it shows the influence of independent variable
Financing to Deposit Ratio (FDR) is 78,8%, so residue 21,2% influenced by other
variable outside this research.
Keywords : Third Party Funds (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Operational Costs and Operating Expenses
(BOPO), Inflation, Bank Indonesia Sharia Certificates (SBIS), Financing to
Deposit Ratio (FDR) , Multiple Linear Regression.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional dan Pembiyaan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia
yang diproksikan dengan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR). Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan Januari 2011 sampai dengan
Oktober 2017. Metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis
regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan program komputer SPSS versi
25.0 dan Microsoft Excel 2013 for windows. Hasil penelitian uji regresi secara
simultan menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR) dan Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pembiyaan
Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara
simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio
(FDR). Hasil uji regresi secara parsial ditemukan bahwa variabel independen
Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan Inflasi
berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap variabel dependen yaitu
Financing to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR),
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), dan Sertifikat Bank
Syariah Indonesia (SBIS) berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial
terhadap variabel dependen yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) pada
Perbankan Syariah di Indonesia. Hasil uji regresi variabel yang paling dominan
berpengaruh terhadap Financing to deposit Ratio (FDR) pada Perbankan Syariah
adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Berdasarkan nilai R square,
menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR) adalah 78,8%, sehingga residu 21,2% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar penelitian ini.
Kata Kunci : Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pembiyaan Operasional
(BOPO), Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Regresi Linier Berganda.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin. Segala puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Analisis Rasio Keuangan,
Indikator Makro, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap
Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2017”, sebagai salah
satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Pascasarjana (S2) Jurusan
Magister Perbankan Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya yang
membawa semua umat manusia dari zaman jahiliyah menjadi umat dengan
peradaban dan ilmu pengetahan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini banyak sekali
kekurangan yang dapat dikoreksi. Penulis juga menyadari bahwa dalam
penyusunan tesis ini bukan hanya karena jerih payah penulis, akan tetapi
melibatkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun
tidak langsung, berupa bimbingan, bantuan finansial, serta dorongan motivasi bagi
penulis.
viii
Terselesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan,
motivasi dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkanlah penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Yang
paling utama penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua
penulis, yaitu Bapak Muhammad Husein dan Ibu Nurjannah, yang teristimewa
dan sangat berjasa dalam hidup penulis, yang senantiasa selalu tulus dan ikhlas
mendoakan penulis, memberikan semangat cinta dan kasih sayang dan
dukungannya baik moril maupun materil dalam penyelesaian tesis ini serta dalam
menuntaskan studi demi meraih cita-cita penulis. Karena pengorbanan
keduanyalah penulis bisa sampai seperti sekarang ini, semoga Allah mengampuni
dosa-dosanya atas segala kekhilafannya serta menyayanginya mereka berdua
sebagaimana mereka menyayangi penulis. Keluarga yang dicintai dan disayangi
penulis, kakanda Murdani, Sri Wahyuni dan Alfazil yang telah memberikan
semangat, dukungan dan do‘a kepada penulis.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
penyusunan tesis ini :
1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., BKP selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., MH selaku Wakil Dekan
II Bidang Administrasi Umum, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, MA
ix
selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan yang telah memberikan
masukan kepada penulis dalam mengerjakan tesis ini.
3. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE., MM selaku Ketua Program Studi Magister
Perbankan Syariah dan Bapak Ade Suherlan, SE, MM., MBA selaku
Sekretaris Prodi Magister Perbankan Syariah.
4. Bpk. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM sebagai Dosen Pembimbing Tesis I yang
dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu dan tenaga dan
pikiran serta kesabarannya di tengah kesibukan beliau untuk memberikan
bimbingan, pengarahan, nasihat dan ilmu yang bermanfaat seta masukan yang
sangat berarti dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM. Hah. Slm selaku Dosen
Pembimbing II dan sebagai penemu H Theory serta Rumus Total Qur’an
1587 × 4 = 112 + 6236 yang dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan pengarahan dan ilmu yang bermanfaat serta
masukan yang sangat berarti selama mengerjakan tesis ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan pelajaran ilmu
pengetahuan dan motivasi kepada penulis selama masa kuliah.
7. Seluruh Staf karyawan perpustakaan fakultas ekonomi dan bisnis dan
perpustakaan utama serta staf Tata Usaha (TU) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berbaik hati memberikan reference
kepada penulis dan kemudahan dalam surat menyurat.
x
8. Teman-teman Magister perbankan syariah angkatan ke II tahun 2015 yang
selalu dalam keceriaan, kebersamaannya serta memberikan semangat, saran,
suport, dan membantu penulisan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
Semoga kita semua sukses.
9. Seluruh Bank Umum Syariah di Indonesia yang telah membantu penelitian
dalam mendapatkan informasi dan data-data yang diperlukan dalam proses
penyelesaian penulisan tesis ini.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan, keluarga besar Dewan Kemakmuran Masjid
(DKM) Jabalurrahmah - Situ Gintung, teman-teman Ikatan Mahasiswa dan
Pemuda Aceh (IMAPA) Jakarta, teman-teman (Forum Alumni Ruhul Islam
Anak Bangsa (FARIS) Jakarta, dan Forum Silaturrahmi dan Komunikasi
Alumni Dayah Jeumala Amal (FOSKADJA) Jabodetabek yang telah
memberikan dukungan, motivasi dan do’anya serta bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
sebesar-besarnya atas bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati, berharap apa yang
merupakan kekurangan yang terdapat dalam penulisan ini, baik itu yang
menyangkut penataan kalimat, penelusuran data, serta terutama teoritis dan
praktis, itu merupakan gambaran kelemahan dan keterbatasan dari pihak penulis.
Semoga kebaikan yang diberikan oleh seluruh pihak atas selesainya
penulisan tesis ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Harapan
xi
penulis, semoga tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang perbankan syariah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis harapkan sarannya demi memperbaiki
penulisan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat baik untuk penulis maupun
pembaca umumnya. Semoga yang telah penulis lakukan mendapatkan Ridha
Allah SWT. Aamiin.
Jakarta, 27 Maret 2018 M
Penulis,
Alfian, S.E.Sy
NIM. 21140850100022
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN TESIS .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ............................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK .................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 9
C. Pembatasan Masalah ......................................................... 10
D. Rumusan Masalah ............................................................. 10
E. Tujuan Penelitian ............................................................. 11
F. Manfaat Penelitian ........................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Perbankan Syariah ............................................................ 14
xiii
B. Tingkat Kesehatan Bank dan Kinerja Keuangan Bank .... 17
C. Likuiditas ......................................................................... 19
D. Rasio Keuangan ............................................................... 21
1. Dana Pihak Ketiga (DPK) ......................................... 22
2. Capital Adequacy Ratio (CAR) ................................ 26
3. Non Performing Financing (NPF) ............................ 27
4. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) 29
E. Indikator Makro Ekonomi ................................................ 30
1. Inflasi ........................................................................ 31
a. Definisi Inflasi ..................................................... 31
b. Tingkat Inflasi ..................................................... 32
c. Metode Pengukuran Inflasi ................................. 34
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi ......... 35
e. Inflasi Dalam Perspektif Islam ............................ 35
F. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ........................ 38
a. Definisi Sertifikat Bank Indonesia Syariah .......... 38
b. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah ... 42
c. Ketentuan Hukum SBIS ........................................ 43
d. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS ..... 44
e. Sanksi Dalam SBIS ............................................... 44
G. Penelitian Terdahulu ........................................................ 45
H. Kerangka Pemikiran .......................................................... 63
I. Hipotesis ........................................................................... 66
xiv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 67
B. Metode Penentuan Sampel ............................................... 68
C. Metode Pengumpulan Data ............................................... 71
D. Operasional Variabel Penelitian ....................................... 72
E. Metode Analisis Data ........................................................ 79
1. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 79
a. Uji Normalitas .................................................... 79
b. Uji Multikolinearitas .......................................... 80
c. Uji Heteroskedastisitas ....................................... 81
d. Uji Autokorelasi ................................................. 82
2. Analisis Regresi Linear Berganda ............................. 83
3. Pengujian Hipotesis ................................................... 84
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F test) ................. 84
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t test) ..................... 85
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................... 86
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................... 88
1. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah di Dunia . 88
a. Praktik Perbankan di Masa Rasulullah .............. 88
b. Perbankan Syariah Modern ................................ 90
c. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ........ 91
B. Perkembangan Data Variabel ........................................... 94
xv
1. Financing to Deposito Ratio (FDR) .......................... 94
2. Dana Pihak Ketiga (DPK) ......................................... 96
3. Capital Asset Ratio (CAR) ........................................ 99
4. Non Performing Financing (NPF) ............................ 101
5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional 104
6. Inflasi ........................................................................ 106
7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ................ 109
C. Hasil Analisis Data ........................................................... 111
1. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 112
a. Uji Normalitas .................................................... 112
b. Uji Multikolinearitas .......................................... 116
c. Uji Heteroskedastisitas ....................................... 118
d. Uji Autokorelasi ................................................. 119
2. Analisis Regresi Linear Berganda ............................. 121
3. Uji Hipotesis ............................................................. 124
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F test) ................. 124
b. Uji signifikansi Individual / Parsial (Uji t test) .. 126
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................... 130
D. Interprestasi Data ............................................................. 132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 140
B. Saran .................................................................................. 141
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 142
xvi
LAMPIRAN .............................................................................................. 147
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah Periode 2011-2017 .......... 3
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Financing to Deposito Ratio (FDR) .......... 21
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Capital Adequacy Ratio(CAR) .................. 27
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Non Performing Financing (NPF) ............. 29
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) ............................................................... 30
Tabel 2.5 PenelitianTerdahulu ................................................................ 46
Tabel 3.1 Daftar Unit Usaha Syariah (UUS) ........................................... 70
Tabel 3.2 Daftar Bank Umum Syariah (BUS) ......................................... 71
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel ................................................. 78
Tabel 4.1 FDR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ......... 94
Tabel 4.2 DPK perbankan syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ........ 97
Tabel 4.3 CAR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ....... 99
Tabel 4.4 NPF Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ........ 102
Tabel 4.5 BOPO Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ..... 104
Tabel 4.6 Inflasi Indonesi Tahun 2011-2017 .......................................... 107
Tabel 4.7 SBIS Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ....... 109
Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ................................ 115
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ...................................................... 116
xvii
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................... 120
Tabel 4.11 Analisis Regresi Linier Berganda .......................................... 121
Tabel 4.12 Uji Simultan ........................................................................... 125
Tabel 4.13 Uji Koefisien Diterminasi (R2) .............................................. 131
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan FDR Perbankan Syariah Periode 2011-2017 5
Grafik 2.1 Skema Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ................. 43
Grafik 2.2 Kerangka Konseptual ............................................................. 65
Grafik 4.1 FDR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ...... 96
Grafik 4.2 DPK perbankan syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ...... 98
Grafik 4.3 CAR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ..... 101
Grafik 4.4 NPF Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ...... 103
Grafik 4.5 BOPO Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 .. 106
Grafik 4.6 Inflasi Indonesi Tahun 2011-2017 ........................................ 108
Grafik 4.7 SBIS Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017 ..... 111
Grafik 4.8 Grafik Histogram .................................................................. 113
Grafik 4.9 Grafik P-Plot ......................................................................... 114
Grafik 4.10 Grafik Scatterplot ................................................................. 119
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Data Variabel Penelitian ...................................................... 147
Lampiran II Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................... 151
Lampiran III Hasil Uji Hipotesis .............................................................. 154
Lampiran IV Tabel Persentase Distribusi F Probabilita (α) = 0,05 ......... 155
Lampiran V Tabel Titik Persentase Distribusi t ..................................... 160
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Sistem ekonomi yang Islami senantiasa mengacu pada konsep Islam
yang menyeluruh atau kaffah. Pendekatan Islam yang kaffah ini mengandung
makna Iman, Islam, dan Ihsan. Tiga hal diskursus ini diperkuat oleh rukun
Islam, yaitu : syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Serta pokok ajaran agama
yang senantiasa menjadi pegangan bagi ulama terdahulu sebagai penerus
risalah Islam berupa : Akidah, Akhlak, Syariah. Resultan dari pilar agama
dalam Islam ini terejawantahkan pada teori dasar ekonomi Islam yang terdiri
dari teori Tauhid, teori Ibadah, dan teori Maslahah. Implementasi dari pondasi
dasar ekonomi ini sejalan dengan perkembangan pembangunan ekonomi yang
ada di Indonesia (Aziz, 2017).
Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut ekonomi Islam, semakin
populer bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara
barat. Banyak kalangan melihat, Islam dengan sistem nilai dan tatanan
normatifnya sebagai faktor hambatan dalam pembangunan. Penganut paham
liberalisme menilai bahwa kegiatan ekonomi dan keuangan akan semakin
meningkat dan berkembang bila dibebaskan dari nilai-nilai normatif dan
rambu-rambu ilahi (Antonio, 2001:5).
Dalam Islam sangat menekankan bahwa kegiatan ekonomi manusia
merupakan salah satu perwujudan dari pertanggungjawaban manusia sebagai
khalifah di bumi. Maka seiring perkembangan ekonomi saat ini ditandai
2
dengan adanya berbagai lembaga keuangan. Salah satu di antara lembaga-
lembaga keuangan tersebut yang dampaknya paling besar peranannya dalam
perekonomian adalah lembaga keuangan bank.
Kebangkitan ekonomi Islam bagian dari fenomena kebangkitan Islam
secara umum. Domain perbankan adalah salah satu aspek yang dihadapi oleh
pejuang ekonomi Islam untuk membebaskan umat dari bahaya besar yang
bersembunyi di balik semua aktifitas perbankan konvensional yang sudah
mendominasi ekonomi umat Islam dan sarat berbau riba. Terjadinya krisis
moneter pada tahun 1998 mengakibatkan bank konvensional mengalami krisis
yang cukup parah termasuk Indonesia, namun tidak sama halnya dengan
perbankan Syariah yang berhasil melewati krisis tersebut dengan tidak
tergantung pada tingkat suku bunga yang melonjak tinggi, melainkan sistem
bagi hasil yang mampu membuat bertahan dan tumbuh berkembang sampai
saat ini.
Beberapa tahun terakhir, industri Perbankan Syariah menunjukkan
trend yang positif. Hal tersebut dapat dilihat dari pesatnya pertumbuhan
Perbankan Syariah yang melebihi perkembangan Perbankan Konvensional.
Dari data yang dipublikasi oleh Bank Indonesia pada tahun 2011 di Indonesia
telah bediri 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), dan
155 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki
sebesar 145.467 Miliar.
Pada tahun 2012 terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit
Usaha Syariah (UUS), dan 158 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
3
dengan total asset yang dimiliki sebesar 195.018 Miliar. Pada tahun 2013
terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan
163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki
sebesar 242.276 Miliar. Pada tahun 2014 terdapat 12 Bank Umum Syariah
(BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki sebesar 272.343 Miliar. Pada
tahun 2015 terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah
(UUS), dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset
yang dimiliki sebesar 296.262 Miliar. Pada tahun 2016 terdapat 13 Bank
Umum Syariah (BUS), 21 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 166 Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total asset yang dimiliki sebesar
393.343 Miliar. Seperti yang ditunjukan pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.1
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2017
Indikator Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
BUS 11 11 11 12 12 13
UUS 24 24 23 22 22 21
BPRS 155 158 163 163 163 166
Total Aset
(Miliar Rupiah) 145.467 195.018 242.276 272.343 296.262 393.343
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2017
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan yang cukup
signifikan pada Unit Usaha Syariah (UUS) dimana mengalami penurunan yang
disebabkan oleh regulasi konversi Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Bank
Umum Syariah (BUS) dalam jangka waktu tertentu (www.ojk.go.id). Bank
4
Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
mengalami pertumbuhan yang baik, sedangkan dalam asset perbankan syariah
sendiri juga diikuti dengan perkembangannya yang cukup pesat.
Likuiditas pada Bank Syariah sama pentingnya seperti pada bank
konvensional. Namun, dibandingkan dengan bank konvensional, pengelolaan
likuiditas pada Bank Syariah sangat unik dan lebih menantang dikarenakan
fakta bahwa kebanyakan instrumen yang digunakan untuk mengelola likuiditas
adalah berbasis bunga atau riba, dimana hal tersebut tidak sesuai dengan
hukum syariah. Sebagai tambahan, rasionalisasi nasabah bank dalam arti
konvensional dalam masalah profit berlaku dalam setiap transaksi dapat
menyebabkan penarikan dana pada bank konvensional ketika tingkat bunga di
bank konvensional lebih tinggi (Arifin, 2009:68).
Pada tiga tahun terakhir tantangan terbesar yang dihadapi perbankan
syariah adalah likuiditas. Ketatnya likuiditas sudah terlihat dari pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mengalami perlambatan. Resiko kekeringan
likuiditas semakin meningkat sejak Bank Indonesia (BI) menggerakan bunga
acuan (BI Rate) Juni 2013 lalu. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
memperkirakan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tiga tahun
terakhir hanya naik 14,1%. Hal tersebut karena perbankan syariah masih dalam
skala yang relatif kecil jaringannya serta menghadapi tingkat persaingan yang
tidak berimbang dengan bank-bank konvensional yang jauh lebih besar.
Dengan semakin bertambahnya bank berbasis syariah, maka persaingan antara
bank pun semakin ketat, tekanan likuiditas terlihat longgar hingga akhir tahun
5
0
20
40
60
80
100
120
Financing to Deposito Ratio (FDR)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
2016 (www.ojk.go.id), hal ini dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan
kredit dan masuknya dana repatriasi untuk penambahan Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang meningkat setiap tahunnya yang mengakibatkan likuiditas turut
melonggar.
Fenomena diatas menunjukan bahwa masalah likuiditas merupakan
masalah penting dalam sebuah lembaga keuangan sebagai lembaga
intermediasi. Namun, bank harus mempunyai dana likuid yang digunakan
untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pengembalian masyarakat setiap
saat. Terutama bagi Bank Syariah, karena dengan adanya kenaikan BI rate
mengindikasikan bahwa nasabah akan beralih ke bank konvensional dengan
tingkat bunga yang lebih tinggi.
Grafik 1.1
Perkembangan FDR Perbankan Syariah Periode 2011-2017
Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa Financing to Deposit Ratio
(FDR) pada tahun 2011 dari 88,94% menjadi 100,00% pada tahun 2012,
6
kemudian pada tahun 2013 mengalami kenaikan 100,32%, namun pada tahun
2014 mengalami penurunan 91,50%, dan mengalami kenaikan kembali pada
tahun 2015 sebesar 98,44% dan pada tahun 2016 mengalami penurunan
kembali sebesar 85,99%, dan hingga bulan Oktober tahun 2017 mengalami
penurunan sebesar 80,94%. Fenomena seperti ini tentu beresiko terhadap
likuiditas perbankan syariah karena hal tersebut akan mempengaruhi
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, karena
tingkat likuiditas akan dapat menjadi tolak ukur apakah bank dapat memenuhi
semua penarikan dana oleh nasabah, kewajiban yang telah jatuh tempo dan
memenuhi kredit tanpa penundaan.
Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas Financing to
Deposit Ratio (FDR) berada pada tingkat 85%-100% dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Namun, per tanggal 1 Maret
2011, BI memberlakukan peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 yang
berisi ketentuan standar Financing to Deposit Ratio (FDR) pada tingkat 78%-
100% (Laporan Pengawasan Perbankan (LPP) BI, 2011:59).
Berbagai penelitian terdahulu yang mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi likuiditas telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang hasilnya
juga menimbulkan inkonsistensi hasil penelitian yaitu Nur Hazimah Amran
dan Wahida Ahmad (2017) dengan judul Liquidity Risk : An Islamic Banking
Perspective. Hasil penelitian mennunjukkan regresi Return on Asset (ROA)
dan kapitalisasi bank memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap
Financing to Deposito Ratio (FDR). Sementara Capital Adequacy Ratio (CAR)
7
memiliki hubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap Financing to
Deposito Ratio (FDR) Bank Syariah di Asean.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Aulia Nazala Ramadhani dan
Astiwi Indriani (2016) dengan judul Analisis Pengaruh Size, Capital Adequacy
Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Non Performing Loan (NPL), dan Inflasi
Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). Hasil penelitian menyatakan bahwa
variabel size dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan
variabel Return on Asset (ROA) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). Variabel Inflasi
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR).
Pada penelitian Herry Achmad Buchory (2014) dengan judul Analisis
of the Effect of Capital, Net Interest Margin, Credit Risk and Probability in
The Implementation of Banking Intermediation. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel Net Interest Margin (NIM) dan Return on Asset
(ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio
(LDR). Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap
Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio
(LDR).
Pada penelitian Nur Suhartatik, dan Rohmawati Kusumaningtias (2013)
dengan judul Determinan Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan
Syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Dana
Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Sertifikat Bank
8
Indonesia Syariah (SBIS), tidak memiliki pengaruh terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR). Sedangkan Non Performing Financing (NPF)
berpengaruh signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Prihatiningsih (2012) dengan judul
Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Imbal
Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Imbal Hasil Sertifikat
Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA), dan Non Performing
Financing (NPF) Terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian
menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Imbal Hasil Sertifikat
Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA) berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy
Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR), Imbal Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), sedangkan Non
Performing Financing (NPF) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR).
Berdasarkan fenomena gap dan beragam argumentasi (reserch gap) di
atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan pengujian lebih lanjut mengenai
pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah di Indonesia.
Melihat pentingnya analisis kondisi keuangan, maka perlu diuji kembali
9
konsistensi dari variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi kinerja bank.
Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai permasalahan
yang telah diuraian di atas dengan judul “Analisis Rasio Keuangan, Indikator
Makro dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap
Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2017”
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas,
maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Rendahnya tingkat pemahaman tentang penilaian terhadap kinerja
keuangan pada bank sangat penting untuk mengetahui kondisi
keuangannya seperti pemegang saham, kreditor dan pihak eksternal lain
yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan perbankan.
2. Perbankan mengalami kesulitan untuk menjaga pertumbuhan laba agar
tetap stabil bahkan meningkat untuk memenuhi kewajiban kepada
pemegang saham.
3. Manajemen sering mengalami kesulitan dalam meningkatkan daya tarik
investor dalam menanamkan modal dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimiliki pada bank.
4. Terjadinya research gap dari penelitian sebelumnya.
10
C Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, agar dalam
penelitian ini terfokuskan pada permasalahan yang akan dibahas, maka penulis
membatasi masalah yang akan dikaji sebagai berikut :
1. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah analisis rasio keuangan,
indikator makro dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
Likuiditas Perbankan Syariah periode 2011-2017.
2. Objek Penelitian ini dilakukan pada seluruh perbankan syariah di
Indonesia yaitu Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS)
3. Data yang digunakan dalam peneitian ini adalah data statistik bulanan
perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017.
4. DPK (X1), CAR (X2), NPF (X3), BOPO (X4), Inflasi (X5), dan SBIS (X6)
sebagai variabel independen, FDR (Y1) Sebagai variabel dependen.
D Perumusan Masalah
Proses perumusan masalah merupakan tahapan yang paling penting
dalam sebuah proses penelitian sehingga permasalahan yang menjadi pokok
bahasan menjadi lebih jelas dan terfokus. Adapun secara spesifik perumusan
masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) secara parsial terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR)
perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017?
11
2. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) secara simultan terhadap Financing to Deposito Ratio
(FDR) perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017?
3. Variabel manakah dari Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO, Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) yang berpengaruh dominan terhadap Financing to
Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan Pengaruh rasio keuangan,
indikator makro dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
likuiditas perbankan syariah. Maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) secara parsial terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR)
perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017.
2. Menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap
12
Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) secara simultan terhadap Financing to Deposito Ratio
(FDR) perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017.
3. Untuk mengetahui variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) yang paling besar berpengaruh terhadap Financing to
Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah di Indonesia periode 2011-2017.
E Manfaat Penelitian
Berdasarkan konsep latar belakang serta tujuan penelitian, maka
penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi beberapa pihak di antaranya :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman atau referensi
keilmuan di bidang perbankan dan juga sebagai aset pustaka yang
diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh kalangan akademisi, baik
dosen maupun mahasiswa khususnya pakar perbankan syariah dalam
upaya memberikan pengetahuan, informasi dan menjadi bahan rujukan
bagi penelitian selanjutnya sebagai proses pembelajaran mengenai
pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah.
13
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti dan menambah khasanah intelektual bagi lembaga-lembaga
keuangan syariah mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital
Asset Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR)
perbankan syariah di Indonesia serta menjadi sumber masukan yang
bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah supaya lebih
mendukung pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia dalam
merumuskan kebijakan dan pengambilan keputusan guna pengembangan
lembaga-lembaga keuangan syariah terutama dalam meningkatkan kinerja
lembaga perbankan syariah agar masyarakat tertarik untuk memilih dan
menggunakan jasa perbankan syariah dalam bertransaksi khususnya
masyarakat Indonesia yang dikenal dengan mayoritas penduduknya
beragama Islam.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A Perbankan Syariah
Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran
dua gerakan renaissance Islam modern (Antonio, 2001:8). Perbankan syariah
menurut undang-undang No 21 Tahun 2008 adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatannya. Sedangkan Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Istilah Bank Syariah sendiri merupakan khas Indonesia, tidak dijumpai
di negara-negara lain. Di tempat lain, istilah tersebut dikenal dengan Bank
Islam (Karim, 2014:90). Al Jarhi dan Iqbal mendefinisikan bank Islam sebagai
lembaga perbankan yang melakukan semua kegiatan perbankan termasuk
pinjaman dan pembiayaan tanpa bunga (Hassine dan Limani, 2014:238).
Perbankan Islam berpedoman pada sistem perbankan yang secara konsisten
memegang prinsip-prinsip Syariah (hukum atau ketentuan yang berlaku dalam
Islam). Prinsip - prinsip syariah salah satunya adalah pelarangan adanya unsur
riba, seperti dijelaskan pada beberapa ayat Al-Qur’an sebagai berikut :
15
1. Surah An-Nisa Ayat 29
�� ���� � � � ٱ � ����� �����
�ا أ�
ن "��ن ",+ة )�'&% ءا���ا # "!
أ إ#�
012�� إن� "+اض ���� و# 345��ا أ: ABCن ��� ر?<=� ٱ;�
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”.
2. Surah An-Nisa Ayat 161
�DEF وأ �اG+H��ل ٱ
��� أ
J�K وأ ��اL MNس و��Pٱ � Q%&'�( �2M3K
وأ
�=R ���� :Eا�� أS+1T�HUVU
Artinya : “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka
memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan
untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”.
3. Surah Ar Rum ayat 39
��ل و���ا W أG X� �Gر �ا :�M ٱP��س ءا"�3� �G+� YZ ٱ;� ءا"�3� و��
J\ون وMS+" ]� ز� D� ٱ;� a� و�
!Z ن�1bc=Hٱ dC
Artinya : Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
16
Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang
yang melipat gandakan (pahalanya).
Salah satu fitur yang paling membedakan bank Islam adalah produk
keuangan yang didasarkan pada larangan bunga, dengan demikian desain
produk yang dimiliki bank Islam adalah dengan kemitraan dan berbagi risiko
(risk sharing). Selain dari itu, sifat dari kontrak suatu modal dalam bentuk
mudharabah, dimana salah satu pihak menyediakan modal dan pihak lain
memberikan enterpreunership, dengan demikian risiko informasi yang
asimetris dapat diminimalisir, karena sifat kontrak yang membagi imbalan dan
risiko secara sama (Onour dan Abdalla, 2011:81).
Tujuan bank-bank Islam menurut Umar Chapra adalah mencapai
tujuan-tujuan sosial ekonomi sesuai dengan ajaran Islam, yakni tidak adanya
pengangguran, suatu tingkat pertumbuhan yang tinggi dari perekonomian,
meratanya distribusi pendapatan dan kesejahteran, keadilan ekonomi sosial,
lancarnya mobilisasi investasi dan tabungan masyarakat, dan memastikan hasil
yang wajar untuk semua pihak, dan pada akhirnya penekanan pada stabilitas
nilai uang (Hassan dan Mervyn, 2007:155). Bank-bank Islam juga bertujuan
menyediakan jasa-jasa perbankan, yang sesuai dengan prinsip Syariah Islam di
dalam sistem keuangan Islam secara menyeluruh, yang bertujuan untuk
membawa sebagian besar manfaat kepada masyarakat dalam kepemilikan dan
kesejahteraan, sehingga tidak semata-mata menciptakan keuntungan
maksimum dari penggunaan modalnya (Zaher dan Hassan, 2001:158).
17
B Tingkat Kesehatan Bank dan Kinerja Keuangan Bank
Tingkat kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku (Rianto, 2017:221). Pengertian
kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena
kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan
seluruh kesehatan usaha perbankannya, kegiatan tersebut meliputi :
1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain dan
modal sendiri.
2. Kemampuan mengelola dana.
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.
4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik
modal dan pihak lain.
Tingkat kesehatan bank digunakan sebagai salah satu alat dalam
melakukan evaluasi terhadap kinerja perbankan. Dimana kinerja suatu badan
usaha merupakan satu hal yang sangat penting karena kinerja merupakan
cermin kemampuan badan usaha mengelola sumber daya yang ada. Sebagai
suatu badan usaha, bank sangat berkepentingan untuk mencapai kinerja yang
baik agar kepercayaan masyarakat (nasabah) semakin meningkat (Syamsuddin
dan Mukhyi, 2004:120).
Kinerja bank dapat diukur dengan menganalisis laporan keuangan.
Dalam analisa laporan keuangan tersebut, kinerja keuangan periode terdahulu
18
dijadikan dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa
mendatang. Beberapa kinerja bank yang diukur berdasarkan rasio laporan
keuangan adalah Return On Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Loan To
Asset Rasio (LAR).
Kinerja keuangan bank mencerminkan kemampuan operasional bank
baik dalam bidang penghimpunan dana, penyaluran dana, teknologi serta
sumber daya manusia. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi
keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan
indikator kecukupan modal likuiditas dan profitabilitas bank (Abdullah,
2014:120).
Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan dan
kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat
dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan
langkah-langkah perbaikan. Dengan mengadakan perbandingan kinerja
perusahaan terhadap standar yang ditetapkan atau dengan periode-periode
sebelumnya, maka akan dapat diketahui apakah perusahaan mengalami
kemajuan atau sebaliknya yaitu kemunduran (Lestari dan Sugiharto,
2007:196).
Analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan, yaitu:
a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama
kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang mencapai
dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
19
b. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua jenis
aset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien (Abdullah,
120).
c. Untuk meningkatkan peran bank sebagai lebaga intermediasi antara pihak-
pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang
memerlukan dana (Romli, 2008:27).
C Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi (Riyanto, 2008:25).
Sedangkan rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi pada saat ditagi (Munawir,
2004:37). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada
waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid.
Dalam terminologi keuangan dan perbankan, likuiditas dapat diartikan
sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito
atau simpanan oleh deposito atau penitip. Dengan kata lain, suatu bank
dikatakan likuid apabila memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah
kebutuhan likuiditasnya, memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan
likuiditasnya, memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank
mempunyai surat-surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas, serta
20
memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan
uang (Siamat, 2008:340).
Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat likuiditas, penulis
memproksikan Loan To Deposito Ratio (LDR) sebagai variabel dependen
dalam penelitian ini. Karena Loan to deposito Ratio (LDR) menggambarkan
kemampuan suatu bank untuk menangani kewajiban-kewajibannya terutama
kewjiban jangka pendek yang akan segera jatuh tempo. Namun dalam
perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan) namun pembiayaan atau
financing. Sehingga proksi dari likuiditas dalam penelitian ini menggunakan
rasio Financing to Deposito Ratio (FDR). Financing to Deposito Ratio (FDR)
adalah istilah dalam perbankan syariah atau yang dikenal dengan istilah Loan
to Deposito Ratio (LDR) dalam perbankan konvensional merupakan rasio yang
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi
rasio ini, memberikan indikasi semakin rendahnya likuiditas bank yang
bersangkutan. (Dendawijaya, 2009:116)
Semakin tinggi rasio Loan to Deposito Ratio (LDR) semakin rendah
pula kemampuan likuiditas bank, sehingga risiko dalam berinvestasi menjadi
tinggi karena perusahaan perbankan tidak memiliki kemampuan untuk
membayar kembali kewajiban atas Dana Pihak Ketiga (DPK) atau nasabah
(Siamat, 2008:269). maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya
kepercayaan masyarakat pada bank tersebut.
21
Rasio Financing to Deposito Ratio (FDR) ini dirumuskan sebagai
berikut:
FDR = Total Pembiayaan
Tota Dana Pihak Ketiga x 100%
Adapun penilaian rasio Loan to Deposito Ratio (LDR)/ Financing to
Deposito Ratio (FDR) berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Financing to Deposito Ratio (FDR)
Level Kriteria Informasi
Level 1 LDR ≤ 75% Sangat Tinggi
Level 2 75% <LDR ≤ 85% Tinggi
Level 3 85% <LDR ≤ 100% Cukup Tinggi
Level 4 100%<LDR ≤120% Rendah
Level 5 LDR> 120% Sangat Rendah Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004.
D Rasio Keuangan
Rasio keuangan digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
bank yang dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank
secara periodik. Laporan ini juga sekaligus menggambarkan kinerja bank
selama periode tersebut (Kasmir, 2012).
Rasio keuangan yang lazim digunakan dalam menilai tingkat kesehatan
bank untuk menentukan suatu bank bermasalah atau tidak adalah rasio
keuangan CAMEL. Beberapa rasio CAMEL yang paling sering digunakan
adalah rasio CAR, NPL,ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR.
22
1. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) berdasarkan UU Perbankan No. 10
tahun 1998 adalah daa yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya (Veithzal, 2007:413).
Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat luas merupakan
sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai
operasionalnya dari sumber dana ini.
Menurut Ismail, Dana Pihak Ketiga (DPK) biasanya lebih dikenal
dengan dana masyarakat, merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang
berasal dari masyarakat dalam arti luas, meliputi masyarakat individu,
maupun badan usaha (Ismail, 2011:43). Pentingnya sumber dana dari
masyarakat luas, disebabkan sumber dana dari masyarakat luas merupakan
sumber dana yang paling utama bagi bank. Sumber dana yang disebut juga
sumber Dana Pihak Ketiga (DPK) ini di samping mudah untuk mencarinya
juga tersedia banyak di masyarakat. Kemudian persyaratan untuk
mencarinya juga tidak sulit (Kasmir, 2012:71). Pentingnya sumber dana
dari masyarakat luas disebabkan sumber dana yang paling utama bagi
bank. Sumber dana pihak ketiga ini di samping mudah untuk dicari,
persyaratan untuk mencarinya pun sulit. Secara umum, kegiatan
penghimpunan dana ini dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu simpanan giro,
tabungan dan deposito.
23
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sangat berpengaruh
terhadap tingkat likuiditas bank. Apabila terjadi penurunan, maka
penurunan atau pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) ini akan
mengurangi kemampuan Bank Syariah dalam mengelola likuiditasnya
untuk meningkatkan bank dalam memberikan pembiayaan, namun bila
pembiayaan yang diberikan terlalu berlebihan maka lebih memungkinkan
tingkat Non Performing Financing (NPF) menjadi tinggi.
Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 sumber dana yang
berasal dari pihak ketiga adalah sebagai berikut :
a. Simpana Giro
Simpanan giro merupakan simpanan yang diperoleh dari
masyarakat atau pihak ketiga yang sifat penarikannya adalah dapat
ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet giro atau
sarana perintah bayar lainnya atau pemindahbukuan (Ismail,
2011:48). Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998
tanggal 10 November 1998 adalah simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan
(Kasmir, 2012:76).
b. Tabungan
Jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang
penarikannya dilakukan menurut syarat tertentu sesuai perjanjian
antara bank dan pihak nasabah. Menurut Undang-Undang Perbankan
24
Nomor 10 tahun 1998, tabungan adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2012:93).
c. Deposito
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, deposito
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan
bank (Kasmir, 2012:102). Jenis simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan antara
bank dan nasabah.
Menurut Mudrajat Kuncoro dan Suharjono, deposito adalah
simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
jangka waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya (Ismail, 2011:45).
Dana tersebut dapat berupa mata uang rupiah ataupun valuta asing.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa deposito
adalah simpanan berjangka yang penarikannya dapat diambil sesuai
dengan perjanjian berdasarkan jangka waktu tertentu. Kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana merupakan fokus utama kegiatan
Bank Syariah. Oleh karena itu, untuk dapat menyalurkan dana secara
optimal, bank harus memiliki kemampuan dalam menghimpun Dana
25
Pihak Ketiga (DPK) karena merupakan sumber utama pembiayaan
Bank Syariah.
Dalam sistem perbankan syariah produk penghimpunan Dana
Pihak Ketiga (DPK) terbagi dalam dua kategori, yaitu :
a. Produk titipan (wadi‘ah), dalam bentuk giro, yaitu titipan murni dari
satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang
harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.
Prinsip yang diterapkan pada rekening giro adalah wadi‘ah yad
dhamanah yang diperbolehkan untuk dimanfaatkan. Implikasi hukum
wadi‘ah yad dhamanah ini sama dengan qardh, dimana nasabah
sebagai yang meminjamkan uang, dan bank bertindak sebagai yang
dipinjami uang (Karim, 2014:94). Berikut ayat Al Qur’an yang
berhubungan dengan wadi‘ah :
1) (Q.S An Nisa [4] : 58)
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk
menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya...”
(Q.S An Nisa [4] : 58).
2) (Q.S Al Baqarah [2] : 283)
Artinya : ”...Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang
lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya
(utangnya) dan hendaknya ia bertakwa kepada Allah...” (Q.S Al
Baqarah [2] : 283).
26
b. Roduk Mudharabah yaitu partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi
risiko (non guaranted deposit).
Bank Syariah mempunyai kewajiban yang berbeda-beda sesuai
dengan karakteristik dana. Dalam sistem Bank Syariah, tidak mengenal
adanya cost of fund. Bagi Bank Syariah, bagian yang menjadi hak nasabah
penabung ataupun deposan merupakan bagi hasil dari keuntungan ataupun
kerugian dari hasil pengelolaan dana untuk jenis dana tabungan dan
deposito mudharabah.
Sedangkan untuk dana wadi‘ah, nasabah mendapatkan bonus.
Faktor yang mempengaruhi kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) antara lain
adalah jumlah jaringan kantor Bank Syariah, fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) tentang haramnya bunga, suku bunga Bank Indonesia
(BI), pemanfaatan jaringan ATM bersama, penyediaan kartu debit syariah,
suku bunga bank konvensional, tingkat bagi hasil Bank Syariah, Gross
Domestic Product (GDP), dan kebijakan office channeling.
Untuk rumus Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat dirumuskan sebagai
berikut :
DPK = Giro + Tabungan + Deposito
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang
mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,
27
mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang
dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. (Suharjhono, 2002:40)
Rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko. (Dendawijaya, 2009:34) Capital Adequacy Ratio
(CAR) dapat diukur dengan membagi modal dengan Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR).
CAR = �� !" #!$%
&�'!" (&�) x 100%
Adapun penilaian rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Capital Adequacy Ratio(CAR)
Level Kriteria Informasi
Level 1 KPMM ≥ 12% Jauh lebih tinggi dari ketentuan
Level 2 9% ≤ KPMM < 12% Lebih tinggi dari ketentuan
Level 3 8% ≤ KPMM < 9% Sedikit lebih tinggi dari ketentuan
Level 4 6% < KPMM 812% Lebih rendah dari ketentuan
Level 5 KPMM ≤ 6% Jauh lebih rendah dari ketentuan Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004
3. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan
(NPL) menurut kamus bank Indonesia adalah kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet.
Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan Non Performing
Financing (NPF) untuk Bank Syariah (www.bi.go.id).
28
Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan
(NPL) adalah kredit bermasalah dan kemungkinan tidak dapat ditagih yang
terdiri dari kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain
NPF merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. NPF diketahui
dengan cara menghitung pebiayaan non lancar terhadap total pembiayaan.
Apabila semakin rendah Non Performing Financing (NPF) maka bank
tersebut akan semakin naik keuntungannya, sebaliknya bila tingkat Non
Performing Financing (NPF) tinggi maka semakin buruk kinerja bank
tersebut dengan kata lain akan mengalami kerugian yang diakibatkan
tingkat pengembalian kredit macet (Stiawan, 2009:7).Non Performing
Financing (NPF) mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi rasio
ini, menunjukkan kualitas pembiayaan Bank Syariah semakin buruk.
Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat
fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi Bank
Syariah. Tingkat kesehatan pembiayaan Non Performing Financing (NPF)
ikut mempengaruhi pencapaian laba bank. Bertambahnya Non Performing
Financing (NPF) akan mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk
memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga
mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh buruk pada kinerja
perusahaan (Wibowo, 2013:4). Non Performing Financing (NPF) dapat
diukur dengan rumus sebagai berikut :
NPF = +,-"!. /0-12!3!!$ #04-!5!"!.
&�'!" /0-12!3!!$ x 100%
29
Adapun penilaian rasio Non Performing Financing (NPF)
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Non Performing Financing (NPF)
Level Kriteria Informasi
Level 1 NPF < 2% Sangat Baik
Level 2 2% ≤ NPF < 5% Baik
Level 3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Baik
Level 4 8% ≤ NPF < 12% Kurang Baik
Level 5 NPF ≥ 12% Buruk Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004
4. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Pengertian Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya (Rivai, 2007:722). Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) dapat diukur dengan rumus sebagai
berikut :
BOPO = #2!3! 8904!52�$!"
/0$ !9!'!$ 8904!52�$!" x 100%
Adapun penilaian rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut :
30
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
Level Kriteria Informasi
Level 1 BOPO ≤ 83% Sangat Baik
Level 2 83% < BOPO ≤ 85% Baik
Level 3 85% < BOPO ≤ 87% Cukup Baik
Level 4 87% < BOPO ≤89% Kurang Baik
Level 5 BOPO > 89% Buruk Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004
E Indikator Makro Ekonomi
Makro ekonomi adalah ilmu ekonomi yang mempelajari aspek
menyeluruh dari kegiatan ekonomi. Ilmu ekonomi pada dasarnya merupakan
studi yang mempelajari tentang pemenuhan kebutuhan manusia. Selain makro
ekonomi dalam ilmu ekonomi terdapat pula pembahasan mengenai mikro
ekonomi. Jika mikro ekonomi adalah studi yang mempelajari bagaimana setiap
rumah tangga dan perusahaan mengambil keputusan terkait pemenuhan
kebutuhan dan berinteraksi di pasar, maka makro ekonomi menangani kepada
isu-isu yang bersifat makro atau lebih luas lagi (Case dan Fair, 2002:8).
Berbagai literatur mengemukakan indikator dari makro ekonomi seperti
diungkap sadono sukirno dimana ia membagi persoalan makro ekonomi pokok
menjadi antara lain pendapatan nasional, pengangguran, inflasi, pertumbuhan
ekonomi, serta neraca pembayaran, kurs valuta asing, dan kestabilan ekonomi
(Sukirno, 2007:16).
Dalam ekonomi makro apabila yang dibicarakan adalah mengenai
produsen, maka yang diperhatikan adalah kegiatan produsen-produsen dalam
keseluruhan ekonomi. Begitu pula, apabila yang diperhatikan ialah mengenai
31
tingkah laku konsumen, yang di analisis adalah tingkah laku keseluruhan
konsumen dalam menggunakan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa
yang dihasilkan dalam perekonomian.
1. Inflasi
a. Definisi Inflasi
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat
harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Definisi
singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk
menaikkan harga barang secara umum dan terus menerus dalam
jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga
barang-barang lain (Boediono, 2000:161).
Proses kenaikan harga barang secara umum terus menerus
selama periode tertentu. Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga
secara umum (Nopirin, 2000:77).
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi
atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak
lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan
32
proses menurunnya nilai mata uang secara continue. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan
inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan dan
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-
menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
b. Tingkat Inflasi
Menurut Paul A. Samuelson inflasi diibaratkan seperti sebuah
penyakit, dimana kondisi inflasi berdasarkan sifatnya dapat
digolongkan menurut tingkat keparahannya inflasi dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu (Karim, 2014:137) :
1) Merayap (Creeping Inflation / Moderate Inflation)
Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang
lambat. Umunya disebut sebagai “inflasi satu digit”. Pada tingkat
inflasi seperti ini, orang orang masih mau untuk memegang uang
dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang dari pada dalam
bentuk aset riil.
Pada tingkat ini laju inflasi yang rendah (kurang dari 10%
pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase
yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama. (Nopirin,
2000:79).
33
2) Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan
kadang- kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta
mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga-harga minggu atau
bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai
dengan 200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang
hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan
disimpan dalam bentuk aset-aset riil.
3) Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Pada tingkat ini, Inflasi yang paling parah dengan ditandai
dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang
merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila
pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi
yaitu jutaan sampai trilyunan persen per tahun. Walaupun
sepertinya banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat
bertahan menghadapi galloping inflation, akan tetapi tidak pernah
ada pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis
ketiga yang amat “mematikan” ini. Contohnya adalah Weimar
Republic di Jerman pada tahun 1920-an.
34
c. Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan
menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang
dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin, 2000:79)
antara lain :
1) Consumer Price Index (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau
pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi
keperluan kebuthan hidup :
CPI =;<=> <? @ABCD> EA=CD> FG HFIDG JDAB
;<=> <? @ABCD> EA=CD> FG EA=D JDAB x 100%
2) Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index
Indeks yang lebih menitikberatkan pada perdagangan
besar seperti harga bahan mentah (raw material), barang
setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
3) GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda
dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencakup jumlah
barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga
jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks di atas:
CPI =KLM L<@FGAN
KLM OFFN x 100%
35
d. Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi
Menurut Nopirin (2000:82), ada beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya inflasi:
1) Demand Pull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik
harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pemintaan
agregat.
2) Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama
periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang
kurang efektif.
e. Inflasi Dalam Perspektif Islam
Para ekonom Islam berpendapat, inflasi berakibat sangat buruk
bagi perekonomian karena empat hal sebagai berikut:
1) Inflasi mengganggu fungsi dari: uang, tabungan (nilai simpan),
pembayaran di muka, dan unit penghitungan. Akibat inflasi,
orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan. Inflasi
bisa menyebabkan inflasi lagi (self feeding inflation).
2) Inflasi melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap
menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to
Save).
36
3) Inflasi meningkatkan kecenderungan berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang mewah (naiknya Marginal Propensity to
Consume).
4) Inflasi mengarahkan investasi non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata
uang asing. Inflasi mengorbankan investasi ke arah produktif
seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan
lainnya. (Karim, 2014:139).
Selain itu, inflasi menimbulkan sejumlah masalah yang
berhubungan dengan akuntansi, misalnya:
1) Inflasi menyebabkan dilema penilaian terhadap aset tetap dan
aset lancar dilakukan dengan metode biaya historis atau
metode biaya aktual.
2) Inflasi menyebabkan permasalahan akuntansi dalam hal
pemeliharaan modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan
inflasioner.
3) Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi
operasi (index) untuk mendapatkan kebutuhan perbandingan
waktu dan tempat. (Karim, 2014:139).
Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena mata uangnya
stabil dengan digunakannya mata uang dinar dan dirham (Nurul Huda,
2009:189). Penurunan nilai masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai
37
emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan,
diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi
keadaan ini kecil sekali kemungkinannya. (Nurul Huda, 2009:190).
Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M - 1441M), yang
merupakan ekonom muslim dan juga salah satu murid Ibnu Khaldun,
menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu inflasi akibat
berkurangnya persediaan barang (Natural inflation) dan inflasi akibat
kesalahan manusia (Human Error Inflation).
Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah
dan khulafaur Rasyidin, yaitu karena kekeringan atau peperangan.
Sementara itu, Inflasi jenis kedua menurut Al-Maqrizi disebabkan
oleh tiga hal. Pertama, korupsi dan administrasi yang buruk. Kedua,
pajak berlebihan yang memberatkan petani. Ketiga, jumlah uang yang
berlebihan. (Karim, 2001:67)
Salah satu murid Ibnu Khaldun, menggolongkan inflasi
menjadi dua golongan yaitu:
1) Natural Inflation
Menurut Ibn Al Maqrizi, natural inflation adalah inflasi
yang diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah yang tidak mampu
dikendalikan manusia. Inflasi ini diakibatkan oleh turunnya
penawaran agregatif (AS) atau naiknya permintaan agregatif (AD).
2) Human Error Inflation
38
Di luar penyebab yang tergolong natural inflation, inflasi
yang terjadi tergolong human error inflation atau false inflation.
Human error inflation disebabkan tiga hal berikut:
a) Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and
bad administration).
b) Pajak yang berlebihan (excessive tax).
c) Percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan
secara berlebihan (excessive seignorage). (Karim, 2010:425).
F Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
1. Definisi Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Di indonesia, salah satu instrument operasi moneter syariah
dilakukan antara lain melalui penjualan Sertifikat Bank Inonesia Syariah
(SBIS). Sebelumnya Sertifikat Bank Inonesia Syariah (SBIS) dikenal
sebagai Sertifikat Wadi‘ah Bank Indonesia Syariah (SWBI). Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/PBI/2000, yang dimaksud dengan
Sertifikat Wadi‘ah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek
dengan prinsip wadi‘ah (Pasal 1 Ayat 4). Sedangkan yang dimaksud
dengan wadi‘ah disini adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik
dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana
tersebut (Pasal 1 Ayat 3).
Selanjutnya perubahan perundang-undangan tentang pencabutan
SWBI menjadi SBIS, berdasarkan PBI No. 10/11/PBI/2008, SBIS adalah
39
surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam
mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan
sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka
pengendalian moneter yang dilkukan berdasarkn prinsip syariah dengan
menggunakan akad ju‘alah (Peraturan Bank Indonesia, 2008).
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia yang dibuat dalam rangka pengendalian
moneter berdasarkan prinsip syariah dan merupakan salah satu upaya
untuk mengatasi bila terjadi kelebihan likuiditas pada Bank Syariah
dengan menggunakan akad ju‘alah (Arifin, 2009:198).
Akad ju‘alah adalah janji atau komitmen (iltizan) untuk
memberikan imbalan tertentu (‘iwdah / ju’l) atas pencapaian hasil (natijan)
yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Dengan kata lain ju‘alah adalah
suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada
pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau pelayanan yang dilakukan
oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama (Arifin, 2009:198).
Perbedaan antara Sertifikat Wadi‘ah Bank Indonesia Syariah
(SWBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah Sertifikat
Bank Inonesia Syariah (SBIS) yang dalam prakteknya menggunakan akad
ju‘alah yaitu mekanismenya dalam bentuk lelang, dan lelang tersebut akan
dimenangkan oleh salah satu Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
Syariah (UUS) yang mengikuti lelang dan tidak sedang kena sanksi.
Sedangkan Sertifikat Wadi‘ah Bank Indonesia Syariah (SWBI) memakai
40
akad wadi‘ah yang berarti titipan yang bonusnya ditetapkan oleh Bank
Indonesia (Bank Indonesia, 2008).
Instrumen ini menjadi masukan yang positif bagi perbankan
syariah. asalnya, sebelum diterbitkannya Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) ini sebelumnya menggunakan Sertifikat Wadi‘ah Bank
Indonesia (SWBI) dimana jika dibandingkan dengan Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) konvensional memiliki perbedaan return yang sangat
berbeda. Untuk itu bank Indonesia menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) sebagai ganti Sertifikat Wadi‘ah Bank Indonesia (SWBI)
setelah mendapatkan izin dari Dewan Syariah Nasional (DSN).
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan pada Bank
Syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter.
Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip
syariah dan dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah dengan tujuan untuk
mengatasi apabila terjadi kesalahan pada tingkat likuiditas, sebagaimana
bank konvensioal yang menetapkan cadangannya pada Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dengan harapan dapat memperoleh penghasilan
tambahan.
Seperti halnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) juga merupakan instrument Bank Indonesia
untuk operasi pasar terbuka, terutama melalui mekanisme perbankan
syariah. Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
41
adalah dengan cara lelang dimana pihak yang diikutsertaan adalah sebagai
berikut :
a. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau
pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS
b. Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) baik
sebagai peserta lagsung maupun peserta tidak langsung, wajib
memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Dalam keaadaan mendesak instrument tersebut bermanfaat untuk
mengatasi kesulitan likuiditas Bank Syariah jangka pendek karena arus
dana yang masuk kepada bank tersebut lebih kecil dibandingkan arus dana
yang keluar pada saat kliring. Bank Indonesia telah mengeluarkan
ketentuan tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah
(FPJPS). FPJPS yang dimaksudkan adalah untuk menjalankan fungsi BI
sebagai “leader of last resort” jika alternatif pembiayaan lain tidak dapat
diperoleh Bank Syariah untuk mempertahankan likuiditasnya. SBIS
mempunyai fungsi untuk membantu Bank Syariah di Indonesia yang
kelebihan likuiditas, untuk menyimpan dana “menggugurnya” ditempat
yang aman dan menguntungkan. Untuk mendukung kegiatan usaha
perbankan terkait dengan SBIS Dewan Syariah Nasional (DSN) telah
menerbitkan fatwa No.36/DSNMUI/X/2002 tentang Sertifikat Wadi‘ah
Bank Indonesia sebelum tahun 2008 SBIS dikenal dengan nama Sertifikat
Wadi‘ah Bank Indonesia (SWBI) (Hermawan, 2013:36).
42
Bank Indonesia dalam operasi moneter melalui penerbitan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mengumumkan target
penyerapan likuiditas kepada bank-bank Syariah sebagai upaya
pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan (reward/ ‘iwadhu’i) tentu
bagi yang turut berantisipasi dalam pelaksanaannya. Ketentuan mengenai
imbalan SBIS adalah dengan cara Bank Indonesia menetapkan dan
memberikan imbalan atau Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang
diterbitkan kemudian Bank Indonesia membayar imbalan pada saat jatuh
waktu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (www.bi.go.id).
2. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Dalam kegiatannya Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Menggunakan akad ju‘alah (berdasarkan fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) juga dapat diterbitkan dengan menggunakan
akad mudharabah, musyarakah, wadi‘ah, qard, dan wakalah.
b. Diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI)
c. Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek
d. Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12 bulan.
e. Satuan unit sebesar RP. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
f. Diterbitkan tanpa wakat (Scripless)
43
g. Sepatutnya Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Merupakan
hanya instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana
sementara ketika bank mengalami over likuiditas (www.bi.go.id)
h. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
3. Ketentuan Hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Ketentuan hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
adalah sebagai berikut:
a. SBIS sebagai instrumen pengendalian moneter boleh diterbitkan
untuk memenuhi kebutuhan Operasi Pasar Terbuka (OPT).
b. Bank Indonesia memberikan imbalan kepada pemegang SBIS sesuai
dengan akad yang dipergunakan.
c. Bank indonesia wajib mengembalikan dana SBIS kepada
pemegangnya pada saat jatuh tempo.
d. Bank Syariah boleh memiliki SBIS untuk memanfaatkan dananya
yang belum dapat disalurkan ke sektor riil. (Zulkifli, 2008:76)
Grafik 2.1 Skema SBIS
1. Akad
3. Pemgembalian uang plus Bonus
2. Penerbitan SBIS
Muwaddi’
(Bank)
Mustawda’
(Bank Indonesia)
44
Keterangan:
a) Antara bank Indonesia (mustawda’) dengan Bank Syariah (Muwaddi’)
melakukan akad terebih dahulu.
b) Lalu Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) kepada Bank Syariah
c) Bank Syariah mendapatkan uang yang dititipkan serta bonus dari
Bank Indonesia (Zulkifli, 2008:78)
4. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS
a. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh bank indonesia
b. Transaksi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (Settlement lelang
SBIS, Settlement First Leg Repo SBIS dan Settlement Second Leg
Repo SBIS) dinyatakan batal apabila saldo rekening giro dan saldo
rekening surat berharga BUS atau UUS di Bank Indonesia tidak
tercukupi.
5. Sanksi dalam Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Peraturan Bank Indonesia No. 12/18/PBI/2010. Bank Indonesia
mengenakan sanksi kepada BUS atau UUS atau transaksi SBIS
(www.bi.go.id), yang dinyatakan berupa:
a. Terdapat pembatalan hasil lelang SBIS karena saldo rekening giro
yang tidak mencukupi, BUS dan UUS dikenakan sanksi berupa
teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar 1/100 (satu per
45
seribu) dari nominal SBIS yang dbatalkan atau paling banyak sebesar
Rp. 1000.000.000,00 (satu milyar rupiah) untuk setiap pembatalan.
b. Apabila dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, BUS dan UUS telah
mendapatkan teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali, maka selain
mendapatkan sanksi teguran tertulis dan kewajiban membayar, BUS
dan UUS juga dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk
mengikuti lelang SBIS sampai dengan lelang minggu berikutnya dan
larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 (lima) hari kerja berturut-
turut (Peraturan Bank Indonesia, 2008).
G PenelitianTerdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang
lingkup hampir sama tetapi karena variabel, objek, periode, waktu dan alat
analisis yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama
sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut
beberapa ringkasan penelitian terdahulu :
46
Tabel 2.5 PenelitianTerdahulu
NO Peneliti Judul Metode
Variabel
Tujuan & Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Dependen Independen
1
Nur Hazimah
Amran dan
Wahida Ahmad,
(2017)
Liquidity
Risk: An
Islamic
Banking
Perspective
Analisis
regresi
linier
berganda
Likuiditas
Return on
Asset (ROA),
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR), dan
kapitalisasi
bank.
Tujuan penelitian ini untuk
diselidiki hubungan antara
profitabilitas bank, kecukupan
modal, dan kapitalisasi bank,
terhadap likuiditas bank.
Hasil regresi menunjukkan bahwa
Return on Asset (ROA) dan
kapitalisasi bank memiliki
hubungan negatif dan signifikan
terhadap Financing to Deposito
Ratio (FDR). sementara Capital
Adequacy Ratio (CAR) memiliki
hubungan positif tetapi tidak
signifikan terhadap Financing to
Deposito Ratio (FDR) bank
syariah di Asean.
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable likuiditas
sebagai variable
dependen dan
menggunakan
variable Capital
Adequacy Ratio
(CAR) sebagai
variable
Independen.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis adalah,
tempat
penelitian,
periode
penelitian, dan
ada beberapa
variable
independen yang
digunakan
berbeda.
47
2
Osama Omar
Jaara, Bassam
Omar Jaara, dan
Jamal Shamieh,
Usama Adnan
Fendi, (2017)
Liquidity Risk
Exposure in
Islamic and
Conventional
Banks
Analisis
regresi
data panel
Likuiditas
The recent
financial
Crisis (FC),
Bank gearing
(GR), Gross
Domestic
Product
(GDP), Off-
balance sheet
items
(OFFBS),
Total
Securitisation
(TS), Non-
Earning
Assets to
Total Assets
(NONERA),
Bank Liquid
Assets
(LIQAS)
Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor - faktor yang
mempengaruhi kemampuan bank
syariah dan bank konvensional
untuk mengelola risiko likuiditas
dan menentukan dampak krisis
keuangan global terhadap bank-
bank Islam dan bank
konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bank syariah mencatat
memiliki rata-rata risiko likuiditas
yang tinggi dibandingkan dengan
bank konvensional. Ada perbedaan
yang signifikan antara bank
syariah dan Bank Konvensional
dalam hal faktor Likuiditas
perbankan. Ditemukan bahwa 92%
exposur atau paparan rasio
likuiditas dihasut oleh krisis
keuangan, gejolak bank, Produk
Domestik Bruto (PDB), item di
luar neraca, total sekuritas yang
dimiliki oleh bank, non-produktif
aset dibagi dengan total aset untuk
bank dan aset likuid di bank
konvensional.
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable
Likuiditas sebagai
variable
dependen.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
terletak pada
periode dan
tempat
penelitian yang
berbeda,
variable
independen dan
alat analisis yang
digunakan.
48
3 Lina Nugraha
Rani (2017)
Analisis
Pengaruh
Faktor
Eksternal dan
Internal
Perbankan
Terhadap
Likuiditas
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Periode
Januari 2003
– Oktober
2015
Analisis
regresi
linier
berganda
Likuiditas
Kinerja
Ekonomi,
Inflasi , Krisis
Keuangan
Global (D07),
Non
Performing
Financing
(NPF) dan
Tingkat
Pengembalia
n Deposito
(RRD)
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh faktor
eksternal Kinerja Ekonomi (EK),
Inflasi (INF), Krisis Keuangan
Global (D07) dan internal Non
Performing Financing (NPF) dan
Tingkat Pengembalian Deposito
(RRD) perbankan terhadap
likuiditas Perbankan Syariah di
Indonesia.
Hasil penelitian menyatakan
bahwa variabel Kinerja Ekonomi
(EK), dan Non Performing
Financing (NPF), memiliki
pengaruh secara signifikan dan
negatif terhadap FDR dan variabel
Tingkat Pengembalian Deposito
(RRD) memiliki pengaruh secara
signifikan dan positif terhadap
Financing to Deposito Ratio
(FDR). Sedangkan variabel Inflasi,
Krisis Keuangan Global (D07)
tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Financing to
Deposito Ratio (FDR).
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable likuiditas
sebagai variable
dependen.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
terletak pada
periode
penelitian,
tempat
penelitian dan
variable
independen
berbeda.
49
4
Muhammad
Irfan Priambodo
(2017)
Analisis
Pengaruh
CAR, NIM,
NPL, dan
BOPO
terhadap
LDR Bank
Umum
Konvensional
di Indonesia
Analisis
regresi
linier
berganda
Likuiditas
CAR, NIM,
NPL, dan
BOPO
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melihat pengaruh factor
CAR, NIM, NPL, dan BOPO
terhadap LDR Bank Umum
Konvensional.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hasil uji simultan variable
CAR, NIM, NPL, dan BOPO
berpengaruh terhadap variable
dependen yaitu LDR. Sedangkan
hasil uji parsial CAR, NPL
berpengaruh negative. Sedangkan
variable NIM, BOPO berpengaruh
positif terhadap FDR.
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable likuiditas
sebagai variable
dependen dan
variable CAR,
NPL, dan BOPO
sebagai variable
independen, dan
sama-sama
menggunakan
metode analisis
regresi linier
berganda.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
tempat
penelitian,
periode
penelitian yang
digunakan
berbeda
50
5
Aulia Nazala
Ramadhani dan
Astiwi Indriani
(2016)
Analisis
Pengaruh
Size, Capital
Adequacy
Ratio (CAR),
Return on
Asset (ROA),
Non
Performing
Loan (NPL),
dan Inflasi
Terhadap
Loan to
Deposit Ratio
(LDR)
Analisis
regresi
linier
berganda
Likuiditas
Size, CAR,
ROA, NPL,
dan Inflasi
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh ukuran,
Capital Adequacy Ratio
(CAR), Return on Assets (ROA),
Non Performing Loan (NPL), dan
inflasi terhadap Loan to
Deposito Rasio (LDR)
Hasil penelitian menyatakan
bahwa variabel size dan Capital
Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh negatif dan variabel
Return on Asset (ROA) dan Non
Performing Loan (NPL)
berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap Loan to
Deposit Ratio (LDR). Variabel
Inflasi memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap Loan to
Deposit Ratio (LDR).
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable
Likuiditas sebagai
variable dependen
dan CAR dan
NPL sama-sama
menggunakan
sebagai variable
independen, dan
sama-sama
menggunakan alat
analisis regresi
linier berganda.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
terletak pada
periode
penelitian dan
tempat
penelitian yang
berbeda.
51
6
Waeibrorheem
Waemustafa,
Suriani Sukri
(2016)
Systematic
and
Unsystematic
Risk
Determinants
of Liquidity
Risk Between
Islamic and
Conventional
Banks
Ordinary
Least
Square
(OLS)
Likuiditas
CR, LEV,
RSEC,
REGCAP,
FLP,
FINANCE,
RWA,
ISCON,
DER, EM,
LIQUID,
DTAR,
MGT, ROA,
LnSIZE,
Inflation,
Money
Supply (M3),
Output gap,
Yield curve,
Islamic
interbank
rate.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh faktor
eksternal dan internal yang
mempengaruhi risiko likuiditas
bank syariah dan konvensional
dengan menganalisis laporan
tahunan yang diterbitkan oleh bank
di Indonesia Malaysia.
Hasil penelitian menyatakan
bahwa faktor eksternal Tingkat
Pengembalian Bank Syariah
(Islamic Rate) dan Gross Domestic
Product (GDP) berpengaruh tidak
signifikan terhadap FDR bank
syariah dan variabel Output Gap
dan Inflasi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap FDR bank
syariah. Sedangkan Variabel
spesifik bank Syariah yaitu NPF,
LEV, RSEC, REGCAP (capital),
FLP, Finance, RWA, ISCON,
DER, EM, Liquid (securities),
MGT (earning assets), ROA, Ln
Size (Ln total assets) memberikan
pengaruh signifikan negatif
terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR).
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable
Likuiditas sebagai
variable dependen
dan Inflasi
sebagai variable
independen.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
terletak pada
periode
penelitian,
tempat
penelitian dan
alat analisis yang
digunakan.
52
7
Raditya
Sukmana, Sari
Suryaningtyas
(2016)
Determinants
of Liquidity
Risk in
Indonesian
Islamic and
Conventional
Banks
Analisis
data panel Likuiditas
Non
Performing
Loan (NPF),
Capital
Adequancy
Ratio (CAR),
dan Return
on Assets
(ROA)
Tujuan dari penelitian adalah
untuk memeriksa penyebab risiko
likuiditas di Bank Islam dan
konvensional di Indonesia.
Hasil penelitian menyatakan
bahwa variabel Return on Asset
(ROA) dan Non Performing Loan
(NPL), memiliki hubungan positif
dan signifikan terhadap Loan to
Deposit Ratio (LDR), sedangkan
Capital Adequacy Ratio (CAR)
memiliki hubungan negatif dan
signifikan terhadap Loan to
Deposit Ratio (LDR) bank
konvensional Indonesia.
Sementara itu di Bank Islam,
Capital Adequacy Ratio (CAR)
ditemukan memiliki hubungan
positif dan signifikan dengan
Financing to Deposito Ratio
(FDR), sementara Return on Asset
(ROA) menunjukkan hasil
negative dan signifikan dengan
Financing to Deposito Ratio
(FDR).perbankan syariah di
Indonesia.
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable likuiditas
sebagai variable
dependen dan
variable Non
Performing Loan
(NPF), Capital
Adequancy Ratio
(CAR), sebagai
variable
independen.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
tempat
penelitian,
periode
penelitian, dan
metode analisi
data yang
digunakan
berbeda.
53
8
Martha Novalina
Ambaroita
(2015)
Faktor-faktor
Yang
Mempengaru
hi Loan to
Deposit Ratio
(LDR) Bank
Umum di
Indonesia
Error
Corection
Model
(ECM)
Likuiditas
Dana Pihak
Ketiga
(DPK),
Capital
Adequacy
Ratio (CAR),
Non
Performing
Loan (NPL)
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendiskripsikan dan menganalisis
pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Loan
(NPL), terhadap Loan to Deposit
Ratio (LDR), dalam jangka pendek
dan jangka panjang bank Umum di
Indonesia.
Hasil dalam jangka panjang
Capital Adequacy Ratio (CAR)
tidak berpengaruh terhadap LDR,
dalam jangka pendek Capital
Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh positif terhadap LDR
bank umum di Indonesia, dalam
jangka panjang Dana Pihak Ketiga
(DPK) berpengaruh positif
terhadap LDR dan dalam jangka
pendek Dana Pihak Ketiga (DPK)
tidak berpengaruh terhadap LDR
bank umum di Indonesia, dalam
jangka panjang Non Performing
Loan (NPL) berpengaruh negatif
LDR dan dalam jangka pendek
Non Performing Loan (NPL)
berpengaruh positif terhadap Loan
to Deposit Ratio (LDR).
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable
Likuiditas sebagai
variable dependen
dan penggunaan
data dalam
penelitian sama-
sama
menggunakan
data time series
dan data dalam
bulanan.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
terletak pada
periode
penelitian,
tempat
penelitian dan
metode analisis
yang digunakan
berbeda.
54
9
Raad Mozib
Lalon (2015)
Impact of
Government
Borrowing on
Bank
Liquidity
Crisis:
An
Econometric
Analysis
Econometr
ic Analysis Liquidity
Gross
Domestic
Product
(GDP), Net
Government
Borrowing
(GB),
classified
loans (CL),
outstanding
amount of
L/C (OULC),
DSE general
share price
index
(DSI), overall
investment of
commercial
banks (INV)
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pinjaman pemerintah
untuk menjadi penentu besar
menyesuaikan posisi likuiditas
bank komersial di Bangladesh.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa beberapa faktor penentu
seperti Indeks Harga Saham, posisi
investasi keseluruhan bank umum,
M2 Mata uang, keseluruhan
pinjaman diklasifikasikan dari
bank umum dan outstanding L / C
berpengaruh signifikan terhadap
likuiditas bank komersial di
Bangladesh. Hasil uji secara
parsial menunjukkan bahwa
pinjaman bersih pemerintah tidak
berpengaruh signifikan dalam
menjelaskan posisi likuiditas bank
umum di Bangladesh. Sedangkan
hasil uji secara simultan pinjaman
pemerintah bersih dan beberapa
variabel lainnya secara bersama-
sama berpengaruh signifikan
dalam menjelaskan posisi
likuiditas bank di B angladesh.
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
Memproksikan
Likuiditas sebagai
variable dependen
dan sama-sama
menggunakan
data sekunder.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
tempat
penelitian,
periode
penelitian,
variable, dan
metode analisis
yang digunakan
berbeda.
55
10
Mohamed
Aymen Ben
Moussa (2015)
The
Determinants
of Bank
Liquidity:
Case of
Tunisia
Analisis
data panel Likuiditas
Kinerja
Keuangan,
Modal, Biaya
Operasi,
Tingkat
Pertumbuhan
Produk
Domestic
Bruto (PDB),
Tingkat
Inflasi,
Ukuran Bank,
Total Kredit
atau Total
Aset, Biaya
Keuangan,
Total
Simpanan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat penentu likuiditas bank di
Tunisia untuk memenuhi
kewajibannya kepada kreditur,
deposan dan investasi dana dalam
menjalankan operasional bank.
Hasil dalam penelitian ini
ditemukan bahwa variabel kinerja
keuangan, modal, biaya
operasional, tingkat pertumbuhan
Produk Domestic Bruto (PDB),
tingkat inflasi berpengaruh
signifikan terhadap Loan to
Deposit Ratio (LDR) bank
sedangkan ukuran bank, total
kredit atau total aset, biaya
keuangan, total simpanan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Loan to Deposit Ratio (LDR)
bank.
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
likuiditas sebagai
variable dependen
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
tempat
penelitian,
Periode
penelitian, dan
metode analisis
data yang
digunakan
berbeda.
56
11 Herry Achmad
Buchory (2014)
Analisis of
the Effect of
Capital, Net
Interest
Margin,
Credit Risk
and
Probability in
The
Implementati
on of Banking
Intermediatio
n.
Analisis
regresi
linier
berganda
Likuiditas
Capital, Net
Interest
Margin,
Credit Risk
and
Profitability.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan
intermediasi perbankan yaitu
Modal, Net Interest Margin, Risiko
Kredit dan Profitabilitas terhadap
Likuiditas.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel Net Interest
Margin (NIM) dan Return on Asset
(ROA) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Loan to
Deposit Ratio (LDR). Non
Performing Loan (NPL) tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Loan to Deposit Ratio (LDR).
Sedangkan Capital Adequacy
Ratio (CAR) berpengaruh negatif
namun tidak signifikan terhadap
Loan to Deposit Ratio (LDR).
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
likuiditas sebagai
variable dependen
dan sama-sama
menggunakan
metode analisis
regresi linier
berganda.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
tempat
penelitian, dan
Periode yang
digunakan
berbeda.
57
12
Agustina dan
Anthony Wijaya
(2013)
Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaru
hi Loan to
Deposito
Ratio (LDR)
Bank Swasta
Nasional di
Bank
Indonesia.
Analisis
regresi
linier
berganda
Likuiditas
Capital
Adecuacy
Ratio (CAR),
Net Interest
Margin
(NIM), biaya
operasional
terhadap
pendapatan
operasional
(BOPO) dan
suku bunga
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisa
pengaruh Capital Adecuacy Ratio
(CAR), Net Interest Margin
(NIM), BOPO dan suku bunga
terhadap Loan Deposit Ratio
(LDR).
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa secara simultan,
Capital Adequacy Ratio (CAR),
Net Interest Margin (NIM), BOPO
dan Suku bunga berpengaruh
signifikan terhadap Loan Deposit
Ratio (LDR), namun secara parsial
Net Interest Margin (NIM), Biaya
Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) dan Suku
bunga berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Loan Deposit
Ratio (LDR) sedangkan Capital
Adequacy Ratio (CAR) tidak
berpengaruh terhadap Loan
Deposit Ratio (LDR).
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
likuiditas sebagai
variable dependen
dan variable
Capital Adecuacy
Ratio (CAR),
Biaya Operasional
dan Pendapatan
Operasional
(BOPO) sebagai
variable
independen, dan
sama-sama
menggunakan
metode analisis
regresi linier
berganda.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
tempat
penelitian,
periode
penelitian, dan
beberapa
variable
independennya
perbeda.
58
13
Rafikha
Rustianah
Mustafidan
(2013)
Faktor-Faktor
yang
mempengaru
hi Likuiditas
pada Bank
Umum
Syariah di
Indonesia
Analisis
regresi
linier
berganda
Likuiditas
DPK, NPF,
CAR, ROA,
ROE, NIM,
SBIS dan
PUAS
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melihat factor-faktor yang
mempengaruhi likuiditas pada
Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variable DPK, NPF, AR,
ROA, ROE, dan SBIS
berpengaruh signifikan terhadap
FDR. Sedangkan Variabel NIM
dan PUAS tidak berpengaruh
terhadap FDR.
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable likuiditas
sebagai variable
dependen dan
variable
DPK,CAR, NPF,
dan SBIS sebagai
variable
independen, dan
sama-sama
menggunakan
metode analisis
regresi linier
berganda.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
tempat
penelitian,
periode
penelitian, dan
beberapa
variabel
independen yang
digunakan
berbeda
59
14 Anjum Iqbal
(2012)
Liquidity Risk
Management:
A
Comparative
Study
Between
Convensional
and Islamic
Bank of
Pakistan.
Analisis
regresi
linier
berganda
Likuiditas
Bank Size,
NPL, ROE,
ROA, dan
CAR.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbandingan
manajemen risiko likuiditas pada
bank konvensional dan bank islam
di Pakistan.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel Non Performing
Loan (NPL), Return on Equity
(ROE), Return on Asset (ROA),
dan Capital Adequacy Ratio
(CAR) berpengaruh signifikan
terhadap Loan to Deposit Ratio
(LDR). Variabel Bank Size
berpengaruh tidak signifikan
terhadap Loan to Deposit Ratio
(LDR).
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
likuiditas sebagai
variable dependen
dan variable
CAR,sebagai
variable
independen, dan
sama-sama
menggunakan
metode analisis
regresi linier
berganda.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
tempat
penelitian,
periode yang
digunakan, dan
beberapa
variabel
independennya
terdapat
perbedaan.
60
15 Prihatiningsih
(2012)
Pengaruh
DPK, Capital
Adequacy
Ratio (CAR),
Imbal Hasil
Sertifikat
Bank
Indonesia
(SBIS), Imbal
Hasil
Sertifikat
Investasi
Mudharabah
Antar Bank
Syariah
(SIMA), dan
Non
Performing
Financing
(NPF)
tehadap
Fiancing to
Deposito
Ratio (FDR).
Analisis
regresi
linier
berganda
Likuiditas
Dana Pihak
Ketiga
(DPK),
Capital
Adequacy
Ratio (CAR),
Imbal Hasil
Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS), Imbal
Hasil
Sertifikat
Investasi
Mudharabah
Antarbank
Syariah
(SIMA), dan
Non
Performing
Financing
(NPF)
Tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisis pengaruh Dana
Pihak Ketiga (DPK), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Imbal
Hasil Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Imbal Hasil
Sertifikat
Investasi Mudharabah Antarbank
Syariah (SIMA), dan Non
Performing Financing (NPF)
terhadap FDR pada Bank Umum
Syariah (BUS).
Hasil penelitian menyatakan
bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK)
dan Imbal Hasil Sertifikat
Investasi Mudharabah Antar Bank
Syariah (SIMA) berpengaruh
negatif dan tidak signifikan
terhadap FDR, Capital Adequacy
Ratio (CAR) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap FDR,
Imbal Hasil Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS)
berpengaruh terhadap FDR,
sedangkan Non Performing
Financing (NPF) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR).
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable likuiditas
sebagai variable
dependen dan
variable DPK,
CAR, NPF, SBIS,
sebagai variable
independen, dan
sama-sama
menggunakan
metode analisis
regresi linier
berganda.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
tempat
penelitian,
periode yang
digunakan, dan
beberapa
variable
independennya
terdapat
perbedaan.
61
16
Nur Suhartatik,
dan Rohmawati
Kusumaningtias
(2012)
Determinan
Financing to
Deposit Ratio
(FDR)
perbankan
Syariah di
Indonesia.
Analisis
regresi
linier
berganda
Likuiditas
Capital
Adequacy
Ratio (CAR),
Dana Pihak
Ketiga
(DPK),
Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS), Non
Performing
Financing
(NPF)
Tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisis pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR), Dana
Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS),
Non Performing Financing (NPF)
terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR).
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), tidak memiliki
pengaruh terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR). Sedangkan
Non Performing Financing (NPF)
berpengaruh signifikan terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR).
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable likuiditas
sebagai variable
dependen dan
variable CAR,
DPK, NPF, SBIS,
sebagai variable
independen, dan
sama-sama
menggunakan
metode analisis
regresi linier
berganda.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
tempat
penelitian,
periode
penelitian yang
digunakan
berbeda.
62
17
Muhammad
Farhan Akhtar,
Khizer Ali, dan
Shama Sadaqat
(2011)
Liquidity
Risk
Management:
A
comparative
study
between
conventional
an islamic
bank of
Pakistan
Analisis
data panel Likuiditas
Capital
Adequacy
Ratio (CAR),
Size of the
firm,
Networking
Capital,
Return on
Equity
(ROE),
Return on
Assets (ROA)
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melihat risiko likuiditas
yang terkait dengan solvabilitas
lembaga keuangan, dengan tujuan
untuk mengevaluasi pengelolaan
risiko likuiditas (LRM) melalui
analisis komparatif antara bank
konvensional dan syariah Pakistan
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel Size of The Firm,
Networking Capital, Capital
Adequacy Ratio (CAR), Return on
Assets (ROA) berpengaruh positif
terhadap likuiditas bank
konvensional dan bank syariah
Pakistan. Sedangkan Return on
Equity (ROE) berpengaruh negatif
terhadap likuiditas bank
konvensional dan bank syariah
Pakistan.
Persamaan
penelitian ini
dengan penelitian
penulis adalah
sama-sama
menggunakan
variable likuiditas
sebagai variable
dependen dan
variable Capital
Adequacy Ratio
(CAR), sebagai
variable
independen, dan
sama-sama
menggunakan
metode analisis
regresi linier
berganda.
Perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis yaitu
tempat
penelitian,
periode
penelitian yang
digunakan
berbeda.
63
I Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari kerangkaian yang tertuang
dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis
dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni, 2010:15).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional(BOPO), Inflasi, dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Likuiditas yang diproksikan dengan
rasio Financing to Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah periode 2011-
2017. Data dari masing-masing variabel diperoleh dari situs resmi Bank
Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah dipubliksikan.
Setelah memperoleh data disetiap variabel peneliti mulai melakukan
analisis dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Untuk
mempermudah penulis dalam mengolah dan menganalisis data, maka penulis
menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 25.0 for
windows. Statistical Product and Service Solutions (SPSS) merupakan peranti
lunak atau software yang berbasis windows yang digunakan untuk
menganalisis data statistik agar dapat diolah, ditampilkan, dan dimanipulasi
sehingga dapat menyajikan suatu informasi sesuai kehendak peneliti atau
penggunanya.
Kemudian dilakukan uji asumsi klasik (uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi), uji statistik dan uji
64
koefisien determinasi agar penelitian dapat diuji dengan baik dan benar sesuai
metodologi penelitian. Selanjutnya melakukan analisis data untuk mengambil
hasil interprestasi data yang akan menghasilkan kesimpulan penelitian ini.
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, berikut ini adalah
kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk mewujudkan
kerangka pemikiran dalam penelitian ini jika divisualisasikan dalam bentuk
skema atau model sederhana adalah sebagai berikut :
65
Grafik 2.2 Kerangka Konseptual
Pengaruh Rasio Keuangan, Indikator Makro, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2017
DPK, CAR, NPF, BOPO Inflasi SBIS
Likuiditas (FDR)
Uji Asumsi Klasik
Normalitas - Multikolonieritas - Heterokedastisitas - Autokorelasi
Metode Regresi Linear Berganda
Data Statistik Perbankan Syariah
Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Periode 2011-2017
Uji Signifikansi
Uji F - Uji t - Adjuated R2
Hasil dan Interprestasi
Kesimpulan dan Saran
66
J Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu konsep yang perlu diuji
kebenarannya (Siregar, 2011:112). Sesuai dengan teori dan kerangka
pemikiran, maka hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban
sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya,
adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. H1 : Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif terhadap Likuiditas
Perbankan Syariah di Indonesia.
b. H1 : Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap Likuiditas
Perbankan Syariah di Indonesia.
c. H1 : Capital Asset Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Likuiditas
Perbankan Syariah di Indonesia.
d. H1 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif terhadap
Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia.
e. H1 : Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh positif terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia.
f. H1 : Inflasi berpengaruh positif terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di
Indonesia.
g. H1 : Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh positif
terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia.
67
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR)
perbankan syariah. Adapun periode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan rentang tahun 2011 sampai 2017.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yakni data yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara atau
diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder yang diambil umumnya
berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data
dokumenter yang dipublikasikan (Indrianto, 2002:174). Adapun data yang
akan digunakan adalah data runtun waktu (time series). Data yang digunakan
dalam penelitian adalah data dalam bulanan yaitu mulai Januari 2011 hingga
Oktober 2017 yang berasal dari laporan keuangan bank yang telah
dipublikasian dan dilaporkan ke Bank Indonesia (BI) maupun Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yang diperoleh dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id),
dan website Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan ini dipilih karena analisis yang digunakan
68
menggunakan alat statistik ekonomi yang akan menguji teori, dan mencari
generalisasi yang mempunyai nilai prediktif (Abdi, 2012:19). Digunakannya
pendekatan kuantitatif juga karena penelitian ini menggunakan data laporan
keuangan pada perbankan syariah yang berupa angka-angka kemudian di
analisis menggunakan rasio keuangan, indikator makro dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) untuk dapat mengetahui kinerja keuangan
perusahaan.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Likuiditas yang
diproksikan dengan Financing to Deposito Ratio (FDR), dan variabel
independen adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
B Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2000:55). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perbankan
Syariah di Indonesia yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) ada 13 Bank,
Unit Usaha Syariah (UUS) ada 21 Bank, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) ada 167 Bank. Maka populasi yang akan diambil sejumlah tertentu
sebagai sampel.
69
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi yang
diharapkan dapat mewakili populasi penelitian. Sampel yang baik umumnya
memiliki karakteristik sebagai berikut (Kuncoro, 2009:105) :
a. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan
yang berhubungan dengan besarnya sampel untuk memperoleh
jawaban yang dikehendaki.
b. Sampel yang baik mengidentifikasikan probabilitas dari setiap unit
analisis untuk menjadi sampel.
c. Sampel yang baik dengan menghitung akurasi dan pengaruh (misalnya
kesalahan) dalam pemilihan sampel.
d. Sampel yang baik dengan menghitung derajat kepercayaan yang
diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika.
Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive
sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria
dan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Adapun kriteria penentuan
sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang diteiti
terdaftar di Bank Indonesia periode Januari 2011 sampai dengan
Oktober 2017.
b. Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang
mempublikasikan laporan keuangan secara konsisten yang sudah
teraudit Bank Indonesia (BI).
70
c. Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang
menyajikan secara lengkap laporan keuangan dan rasio-rasio yang
dibutuhkan dalam penelitian ini sejak periode Januari 2011 sampai
dengan Oktober 2017.
Sampel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seluruh Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang sudah terdaftar di
Bank Indonesia (BI) dan telah ada pada pencatatan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Berikut merupakan sampel penelitian yang disajikan berupa tabel
perbankan syariah di Indonesia :
Tabel 3.1 Daftar Unit Usaha Syariah (UUS)
No Unit Usaha Syariah (UUS)
1 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk
2 PT Bank Permata, Tbk
3 PT Bank Internasional Indonesia, Tbk
4 PT Bank CIMB Niaga, Tbk
5 PT Bank OCBC NISP, Tbk
6 PT Bank Sinarmas
7 PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.
8 PT BPD DKI
9 PT BPD Daerah Istimewa Yogyakarta
10 PT BPD Jawa Tengah
11 PT BPD Jawa Timur, Tbk
12 PT BPD Sumatera Utara
13 PT BPD Jambi
14 PT BPD Sumatera Barat
16 PT BPD Riau dan Kepulauan Riau
17 PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
18 PT BPD Kalimantan Selatan
19 PT BPD Kalimantan Barat
20 PD BPD Kalimantan Timur
21 PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Sumber : SPS diterbitkan Oleh OJK, Desember 2017.
71
Tabel 3.2 Daftar Bank Umum Syariah (BUS)
No Bank Umum Syariah (BUS)
1 PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
2 PT. Bank Syariah Mandiri
3 PT. Bank Mega Syariah
4 PT. Bank BRI Syariah
5 PT. Bank Syariah Bukopin
6 PT. Bank Panin Dubai Syariah, Tbk
7 PT. Bank Victoria Syariah
8 PT. BCA Syariah
9 PT. Bank Jabar Banten Syariah
10 PT. Bank BNI Syariah
11 PT. Maybank Syariah Indonesia
12 PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah
13 PT. Bank Aceh Syariah Sumber : SPS diterbitkan Oleh OJK, Desember 2017.
C Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian dibutuhkan data yang relevan dengan tujuan
penelitian, untuk mendapatkan data tersebut perlu menggunakan metode yang
tepat dan dapat mengangkat data yang dibutuhkan. Adapun metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder, yaitu merupakan sumber data yang
diperoleh penulis secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) yang sudah diolah secara berkala
(time series) dengan skala bulanan (monthly). Data tersebut diperoleh dari
laporan keuangan resmi yang sudah diublikasikan oleh instansi pemerintah
terkait. Seperti laporan bulanan statistik perbankan syariah dari Bank
Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan rentang waktu
dari bulan Januari 2011 sampai dengan Oktober 2017.
72
2. Studi Pustaka (Library Research)
Studi Pustaka dilakukan untuk mencapai pemahaman yang
komprehensif mengenai konsep yang akan dikaji. Bahan yang digunakan
untuk kajian pustaka ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan
pembahasan, jurnal ilmiah yang relevan dan referensi lainnya yang
mendukung teori penelitian.
3. Internet Research
Internet Research merupakan pengumpulan data dengan
menggunakan media internet dijadikan alternatif akhir bagi penulis apabila
informasi dari buku referensi atau literatur yang didapatkan dari
perpustakaan sudah tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa
karena perkembangan ilmu yang harus meningkat seiring berjalannya
waktu. Sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Dalam media internet penulis menggunakan
www.google.com dan www.scholar.co.id untuk mengakses jurnal-jurnal
ilmiah maupun prosiding terbaru.
D Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu berbentuk apapun yang ditetakan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi dari hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:60). Sedangkan operasional variabel
penelitian adalah spesifikasi kegitan penelitian dalam mengukur suatu variabel.
Spesifikasi tersebut menunjukkan pada dimensi-dimensi dan indikator-
73
indikator dan variabel penelitian yang diperoleh melalui pengamatan dan
penelitian terdahulu.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah likuiditas perbankan
syariah yang diproksikan dengan rasio Financing to Debt Ratio (FDR),
sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO), Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Definisi dari
setiap variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya
variabel bebas (Alhamda, 2016:93) variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
a. Likuiditas
Financing To Deposit Ratio (FDR) merupakan variabel
independen yang menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi
permintaan pembiayaan dengan menggunakan total aset yang dimiliki
Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih.
Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana
deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan
74
kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini semakin likuid.
(Kasmir, 2014:315)
Likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio
Financing to Debt Ratio (FDR) yang merupakan rasio yang mengukur
perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan
mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuditas bank yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai
pembiayaan menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2005:119). Rasio
Financing To Deposito Ratio (FDR) ini dirumuskan sebagai berikut :
FDR = Total Pembiayaan
Tota Dana Pihak Ketiga x 100%
2. Variabel Independen
Variabel independen sering disebut juga sebagai variabel bebas.
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (Alhamda, 2016:93).
a. Dana pihak ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana yang dipercayakan
oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan
dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan
75
bentuk lainnya (Veithzal, 2007:413). Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dihimpun dari masyarakat luas merupakan sumber dana terpenting
bagi kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari
sumber dana ini.
b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan kecukupan modal
yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal
yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-
risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal
bank (Suharjhono, 2002:40). Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat
diukur dengan membagi modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR).
CAR = ����� ����
�!�� " �# x 100%
c. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan
yang menunjukkan total pembiayaan bermasalah atau tingkat kredit
macet dalam perbankan syariah. Tingginya tingkat Non Performing
Financing (NPF) pada suatu Bank Syariah menunjukkan kualitas
Bank Syariah yang tidak sehat. Pembiayaan yang tidak lancar ini
disebabkan karena adanya kendala pada masing-masing pembiayaan
76
yang diberikan oleh Bank Syariah tersebut. Kendala tersebut
disebabkan pada setiap pembiayaan yang diberikan oleh bank, tidak
semua pembiayaan tersebut dapat dikembalikan secara penuh oleh
nasabah. Performing Financing (NPF) dapat diukur dengan rumus
sebagai berikut:
NPF = %&'��( )*'+,�-��� �*.'�/���(
�!�� )*'+,�-��� x 100%
d. Biaya Operasional Terhdap Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Rivai,
2007:722). Semakin rendah rasio ini, maka semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan,
sebaliknya semakin tinggi rasio ini maka kinerja bank akan semakin
menurun. BOPO dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
BOPO = �,�-� 23*.�/,����
)*���3�!�� 23*.�/,���� x 100%
e. Inflasi
Faktor eksternal yang terdiri atas indikator makro ekonomi
ternyata memberikan efek yang serius terhadap kinerja suatu
perbankan, tak terkecuali perbankan syariah. Secara teoritis Bank
Syariah tidak mengenal sistem bunga, sehingga profit yang didapat
77
bersumber dari bagi hasil dengan pelaku usaha yang menggunakan
dana dari Bank Syariah serta investasi dari Bank Syariah sendiri.
Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara umum
secara terus menerus dari suatu perekonomian. Inflasi menurut
Rahardja dan Manurung adalah gejala kenaikan harga barang-barang
yang bersifat umum dan berlangsung secara terus-menerus (Raharja
dan Manurung, 2004:155).
Indikator inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia. Indeks Harga Konsumen
(IHK) merupakan pengukur perkembangan daya beli rupiah yang
dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari bulan ke bulan. Laju
inflasi dengan IHK cenderung lebih rendah dan kurang bergejolak
karena IHK hanya mencakup perubahan harga beberapa jenis barang
dan jasa ditingkat konsumen. Inflasi dapat diukur dengan rumus
sebagai berikut :
IHK = Harga Sekarang
Harga Tahun Dasar x 100%
f. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan sertifikat
yang diterbitkan Bank Indonesia yang dibuat dalam rangka
pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah dan merupakan
salah satu upaya untuk mengatasi bila terjadi kelebihan likuiditas pada
Bank Syariah dengan menggunakan akad ju’alah (Arifin, 2009:198).
78
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel
No Rasio Proyeksi Definisi Variabel Pengukuran
1
Tingkat
Penyaluran
Pembiayaan
Likuiditas,
Financing to
Debt Ratio
(FDR)
Financing To Deposit Ratio (FDR)
merupakan variabel dependen yang
menunjukkan kemampuan bank
dalam memenuhi permintaan
pembiayaan dengan menggunakan
total aset yang dimiliki.
FDR = �!�� )*'+,�-��� ����
�!�� ���� :);<100%
2 Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
DPK adalah dana yang dipercayakan
oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan
dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan dan
bentuk lainnya (Veithzal, 2007:413)
3 Permodalan
Capital
Adequacy
Ratio (CAR)
CAR adalah perbandingan modal dan
aktiva tertimbang menurut Risiko
(ATMR).
CAR = �����
" �#<100%
4 Pembiayaan
Bermasalah
Pembiayaan
bermasalah
Non
Performing
Financing
(NPF)
NPF adalah kredit bermasalah/ macet
dan kemungkinan tidak dapat ditagih
yang terdiri dari kredit yang diberikan
deposan kepada bank.
NPF = 3*'+,�-��� +*.'�/���(
�!�� 3*'+,�-���<100%
5 Efisiensi
Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
BOPO adalah Perbandingan antara
biaya operasional dengan endapatan
operasional dalam mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan dalam melakukan kegiatan
operasinya.
BOPO = �,�-� 23*.�/,����
)*���3�!�� 23*.�/,����<100%
6 Inflasi Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga-harga
barang bersifat umum secara terus
menerus.
IHK = @�.A� B*��.��A
@�.A� �(&� :�/�.<100%
7 Pengendalian
moneter
Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS)
SBIS adalah Sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia yang
dibuat dalam rangka pengendalian
moneter berdasarkan prinsip syariah
dan merupakan salah satu upaya untuk
mengatasi bila terjadi kelebihan
likuiditas pada Bank Syariah dengan
menggunakan akad ju’alah (Arifin,
2009:198).
Sumber : Data hasil olahan penulis, 2018
79
E Metode Analisis Data
Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik
deskriptif. Analisis statistik deskriptif merupakan suatu teknik yang
memberikan informasi mengenai data yang dimiliki. Statistik deskriptif
memiliki manfaat untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2011). Selain itu penelitian ini juga dilakukan uji asumsi klasik
(normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas).
1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linear berganda yang baik apabila model dapat
memenuhi kriteri Blue Linear Unbiases Estimator (BLUE) dapat dicapai
apabila asumsi-asumsi klasik berupa normalitas, autokorelasi,
multikolinearitas dan heteroskedastisitas terpenuhi. Model regresi linear
berganda akan dikatakan sebagai suatu model yang Blue Linear Unbiases
Estimator (BLUE) apabila data berdistribusi secara normal, tidak terjadi
autokorelasi, tidak terjadi multikolinearitas dan tidak terjadi
heteroskedastisitas. Berikut ini penjelasan mengenai uji asumsi klasik :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel
dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati
normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi
80
normal atau mendekati normal (Umar, 181). Terdapat beberapa cara
untuk menguji normalitas, di antaranya dengan analisis grafik (normal
P-P plot) regresi dan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan analisis grafik (normal P-P plot)
regresi untuk menguji normalitas.
Cara mendeteksi grafik Normal P-P plot adalah dengan melihat
penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of
Regression Standardized Residual sebagai dasar pengambilan
keputusannya. Jika menyebar sekitar garis dan mengikuti garis
diagonal, maka residual pada model regresi tersebut berdistribusi
normal. Sedangkan data yang menyebar jauh dari garis diagonal dan
tidak mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Santoso, 2000). Apabila
nilai probabilitas < nilai signifikansi (0,05) maka Ho ditolak atau data
berdistribusi tidak normal. Sedangkan jika nilai probabilitas > nilai
signifikansi (0,05) maka H0 diterima atau data berdistribusi normal
(Priyatno, 2013:51).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinearitas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen (Santoso, 2000:203).
81
Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala
multikolinearitas antara lain dengan melihat nilai Variance Inflation
Factor (VIF) dan Tolerance pada output Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) di tabel Coefficients, dengan kriteria sebagai berikut :
1) Jika angka tolerance dibawah 0,10 dan VIF > 10 dikatakan
terdapat gejala multikolinearitas.
2) Jika angka tolerance diatas 0,10 dan VIF < 10 dikatakan tidak
terdapat gejala multikolinearitas (Duwi Priyatno, 2013:56).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka hal tersebut
dinamakan homoskedastisitas. Namun jika varians berbeda disebut
sebagai heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000:214). Ada beberapa cara
yang digunakan untuk uji heteroskedastisitas, antara lain Spearman’s
Rho Testing, Gletser Testing, dan grafik regresi melalui Scatterplot.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode grafik regresi
melalui Scatterplot. Ada atau tidaknya heteroskesdastisitas dapat
dideteksi dengan cara melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi
variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual
82
(Y prediksi - Y sesungguhnya). Dasar analisis terhadap grafik
scatterplot tersebut adalah:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan tidak
adanya heteroskedastisitas. (Ghozali, 2013).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.Untuk
melihat apakah ada masalah tidaknya pada autokorelasi, maka dapat
dilihat nilai Durbin-Watson pada output Statistical Product and
Service Solutions (SPSS) di tabel Model Summary. Dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Angka D-W (Durbin-Watson) di antara -2 sampai +2, maka tidak
ada autokorelasi.
2) Angka D-W (Durbin-Watson) di bawah -2, maka terjadi
autokorelasi positif.
3) Angka D-W (Durbin-Watson) di atas +2, maka terjadi autokorelasi
negatif (Nugroho, 2005:63).
83
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis regresi linear berganda (multiple linear regression). Untuk menguji
pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Financing to Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah. Analisis
regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Y = αE + ßHXH + ßJ XJ + ßK XK + ßL XL + ßM XM + ßN XN + ɛ
Keterangan :
Y = Financing to Deposito Ratio (FDR)
ß = Konstanta
XH = Dana Pihak Ketiga (DPK)
XJ = Capital Asset Ratio (CAR)
XK = Non Performing Financing (NPF)
XL = Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
XM = Inflasi
XN = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
ßH … ßN = Koefisien regresi
Q = Tingkat kesalahan (standar error)
FDR = αE + ßH DPK + ßJ CAR + ßK NPF + ßL BOPO + ßM Inflasi + ßN SBIS + ɛ
84
3. Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis ini digunakan untuk memeriksa atau menguji apakah
koefisien regresi yang di dapat signifikan (berbeda nyata). Maksudnya dari
signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara statistik tidak
sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat
dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Ada dua jenis uji hipotesis
terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2013:61).
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF),
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional(BOPO), Inflasi,
dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Likuiditas yang
diproksikan dengan rasio Financing to Deposito Ratio (FDR)
perbankan syariah periode 2011-2017.
Langkah–langkah yang dilakukan adalah :
1) Merumuskan Hipotesis (Ha)
2) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen .
85
3) Menentukan tingkat taraf signifikansi yaitu sebesar 0. 05 (α=0, 05).
4) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Nilai Fhitung dapat dicari
dengan rumus :
Fhitung= melihat n1 (k – 1) dan n2 (N – k).
Dimana :
k = Banyaknya koefisien regresi
N = Banyaknya Observasi
Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Sedangkan berdasarkan probabilitas, Ha akan diterima
jika probabilitas kurang dari 0, 05. Untuk mengetahui F hitung
dapat dilihat dari output Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) pada tabel Anova.
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t test)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen (secara parsial) terhadap variabel
dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan
(Ghozali, 2013:62).
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen. Langkah–langkah yang dilakukan adalah :
1) Merumuskan Hipotesis (Ha)
86
2) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen .
3) Menentukan tingkat taraf signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05)
4) Membandingkan Thitung dengan Ttabel. Nilai Thitung dapat dicari
dengan melihat tabel distribusi t, yakni dengan cara memilih
tingkat signifikansi berbanding dengan N-K.
Dimana :
K = Banyaknya koefisien regresi
N = Banyaknya Observasi
Jika Thitung > Ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika Thitung < Ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Sedangkan berdasarkan probabilitas, Ha akan diterima jika
probabilitas kurang dari 0, 05. Untuk mengetahui t hitung dapat
dilihat dari output Statistical Product and Service Solutions
(SPSS) pada tabel Coefficients.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) merupakan besarnya konstribusi
variabel bebas terhadap variabel terikatya. Semakin tinggi koefisien
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas (independen)
dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya
(dependen) dalam sebuah penelitian (Suliyanto, 2011:55). Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan
87
variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya jika Nilai R2 yang
mendekati satu berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen kuat. Dalam penelitian ini, diuji
seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
Financing to Deposito Ratio (FDR). Untuk mengetahui koefisien
determinasi adalah dengan melihat pada output model summary dari
hasil analisis regresi linier berganda dalam Statistical Product and
Service Solutions (SPSS).
88
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di Dunia
a. Praktik Perbankan di Masa Rasulullah
Bank Syariah atau yang bisa juga disebut bank Islam adalah
bank yang beroperasi dengan menggunakan tata cara Islam yaitu
mengacu pada ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Oleh karena itu,
bank syariah tidak beroperasi berbasis bunga tetapi menggunakan
sistem bagi hasil, hal ini disebabkan Islam melarang adanya riba dan
dalam Islam bunga bank termasuk riba. Sebagaimana disebutkan
dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah [2]: 278-279 :
�� ���� � � � ٱ ءا���ا ��ا ٱ�� ٱ��� �� �� وذروا ا ��� إن $�#" ٱ!
'��) 2 ب � /.ن -,+*� ذ3�ا4/ �" 567��ا ! ن > ۦ ور8�9 ٱ��
AC�@" ? �<5=�ن و? �<5=�ن FG+,H#" /5@" رءوس أ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang-orang yang beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan
89
riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianianya.”
Perkembangan Bank Syariah sebenarnya telah dimulai sejak
zaman Nabi Muhammad SAW dimana pada masa itu kegiatan
operasional perbankan masih bersifat sederhana yaitu menerima
titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk
keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang. Pada masa
Rasulullah tersebut satu orang melakukan satu fungsi saja. Kemudian
pada masa Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan tersebut dilakukan
oleh satu individu. Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan
perbankan yang dilakukan perorangan ini dilakukan oleh institusi
yang pada masa ini dikenal sebagai institusi bank (Karim,2004:35).
Kegiatan perbankan selain dilakukan oleh bangsa Arab
ternyata juga dilakukan di seluruh dunia, termasuk di Eropa. Pada
mulanya dalam menjalankan praktik perbankan bangsa Eropa
menggunakan sistem bunga. Seiring dengan semakin majunya
peradaban mereka, bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan.
Sebagai akibatnya, perekonomian mulai didominasi oleh bangsa
Eropa. Adanya ketidakadilan dalam perekonomian ini membuat
beberapa Negara muslim di dunia membuat alternatif lembaga
keuangan yang bebas bunga.
90
b. Perbankan Syariah Modern
Di dunia Arab, pengalaman modern pertama dengan
perbankan syariah adalah melalui Mit Gharm Local Saving Bank di
Mesir. Beroperasinya Mit Gharm Local Saving Bank di Mesir pada
tahun 1963 merupakan tonggak sejarah perkembangan sistem
perbankan Islam. Pada tahun 1967 pengoperasian Mit Ghamr diambil
alih oleh National Bank of Egipt dan Bank Sentral Mesir disebabkan
adanya kekacauan politik. di Yordania, berdiri Bank Islam Yordania
dan kemudian disusul berdirinya Bank Sosial Nasser di Mesir. Pada
tahun 1975 berdiri juga IDB (Islamic Bank Development) dan Bank
Islam Dubai di Arab Suadi berdiri atas prakarsa dari sidang menteri
luar negeri dalam sidang tersebut diusulkan penghapusan sistem
keuangan berdasarkan bunga dan menggantinya dengan sistem bagi
hasil.
Pada periode perkembangan di tahun 1976 sampai awal
1980an, ditandai dengan menyebarnya perbankan dari wilayah Teluk
Arab ke Asia (Timur), dan selanjutnya ke Eropa (Barat). Kemudian
sekitar tahun 1983 hingga kini, perbankan telah mengalami kemajuan.
Pada tahun 1983 di Malaysia berdiri Bank Islam Malaysia Berhad lalu
disusul dengan berdirinya Lembaga keuangan perseroan perbaikan
investasi (al rajhi) di Arab Saudi dan Al-barakah Turkish Finance
House di Turki pada tahun 1985.
91
Berkembangnya bank-bank Syariah di Negara-negara Islam
berpengaruh ke Indonesia awal periode 1980-an telah banyak diskusi
mengenai Bank Syariah sebagai pilar ekonomi Islam. Akan tetapi
prakarsa untuk mendirikan bank Islam baru dimulai pada tahun 1990.
c. Perkembangan Bank Syariah di Indoensia
Upaya intensif pendirian bank Islam atau Bank Syariah di
Indonesia dapat ditelusuri sejak 1998, yaitu pada saat pemerintah
mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur
deregulasi industri perbankan di Indonesia. Para ulama waktu itu telah
berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satu pun
perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali adanya penafsiran dari
peraturan perundang-undangan yang ada bahwa perbankan dapat saja
menetapkan bunga sebesar 0% (Arifin, 2009:7).
Setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama tentang
Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua (Bogor) pada 19-22 Agustus
1990, yang kemudian diikuti dengan diundangkannya UU No. 7/1992
tentang perbankan dimana perbankan bagi-hasil mulai diakomodasi,
maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan
bank umum Islam pertama yang beroperasi di Indonesia.
Pembentukan BMI ini diikuti oleh pendirian Bank-Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS). Namun karena lembaga ini masih dirasakan
kurang mencukupi dan belum sanggup menjangkau masyarakat Islam
lapisan bawah, maka dibangunlah lembaga-lembaga simpan pinjam
92
yang disebut Bait al Maal wat Tamwil (BMT) atau Bait al Qiradh
menurut masyarakat Aceh.
Pada tahun 1998, keluar UU No.10 Tahun 1998 tentang
perubahan UU No. 7 Tahun 1992 yang mengakui keberadaan Bank
Syariah dan konvensional seta memperkenankan bank konvensional
membuka kantor cabang syariah (Soemitra, 2009:62). Beberapa
lembaga hukum baru secara sukarela maupun wajib dan Komite
Perbankan Sayariah. Terdapat berapa Peraturan Bank Indonesia (PBI)
yang secara khusus merupakan peraturan pelaksana dari Undang-
Undang 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan telah
diundangkan hingga saat ini antara lain :
1) PBI No.10/16PBI 2008 tentang Perubahan Atas PBI
No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta
Pelayanan Jasa Bank Syariah.
2) PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah.
3) PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan
Bagi Bank Syariah.
4) PBI No. 10/23/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No.
6/21/PBI/2004 tantang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan
Valuta Asing bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
93
5) PBI No.10/24/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No.
8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah.
6) PBI No. 10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah.
7) PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah
Dengan diundangkannya UU No. 10/1998 tentang Perubahan
UU No. 7/1992 tentang Perbankan, maka secara tegas Sistem
Perbankan Syariah ditempatkan sebagai bagian dari Sistem
Perbankan Nasional. UU tersebut telah diikuti dengan ketentuan
pelaksanaan dalam beberapa Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia tanggal 12 Mei 1999, yaitu tentang Bank Umum, Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Perkreditan Rakyat
(BPR), dan BPR Berdasarkan Prinsip Syariah. Hal yang sangat
penting dari peraturan baru itu adalah bahwa bank-bank umum dan
bank-bank perkreditan rakyat konvensional dapat menjalankan
transaksi perbankan syariah melalui pembukaan kantor-kantor
cabang syariah, atau mengkonversikan kantor cabang konvensional
menjadi kantor cabang syariah. Perangkat hukum itu diharapkan
telah memberi dasar hukum yang lebih kokoh dan peluang yang
lebih besar dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia
(Arifin, 2009:10).
94
B Perkembangan Data Variabel
1. Financing To Deposito Ratio (FDR)
Likuiditas pada Bank Syariah yang diproksikan dengan Financing
to Deposito Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk
membandingkan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh Bank Syariah.
Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut.
Berikut ini adalah perkembangan Financing to Deposito Ratio (FDR)
perbankan syariah periode Januari 2011 – Oktober 2017 diperoleh dari
data statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank
Indonesia (BI) yang diakses melalui situs resmi masing-masing instansi.
Data rasio yang diperoleh tersajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1
FDR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Financing to Deposito Ratio (FDR) (Dalam Persen (%))
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 91,97 87,27 100,63 100,07 93,60 98,85 84,74
Februari 95,16 90,49 102,17 102,03 93,94 97,10 83,78
Maret 93,22 91,20 102,62 102,22 94,24 98,04 83,53
April 95,17 95,39 103,08 95,50 94,18 96,71 81,36
Mei 94,88 97,95 102,08 99,43 94,69 94,10 81,96
Juni 94,93 98,59 104,43 100,80 96,52 95,67 82,69
Juli 94,18 99,91 104,83 99,89 102,42 94,44 80,51
Agustus 98,39 101,03 102,53 98,99 102,17 93,28 81,78
September 94,97 102,10 103,27 99,71 101,25 93,36 80,12
Oktober 95,24 100,84 103,03 98,99 100,76 93,57 80,94
November 94,40 100,19 102,58 94,62 100,79 92,65
Desember 88,94 100,00 100,32 91,50 98,44 85,99
95
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
Tabel 4.1 terlihat nilai Financing To Deposito Ratio (FDR) pada
perbankan syariah di Indonesia cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 nilai
tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 98,39% dan nilai terendah
terdapat pada bulan Desember sebesar 88,94%. Pada tahun 2012 nilai
tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 102,10% dan nilai
terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 87,27%. Pada tahun 2013
nilai tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 103,27% dan nilai
terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 100,32%. Pada tahun 2014
nilai tertinggi terdapat pada bulan Maret sebesar 102,22% dan nilai
terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 91,50%. Pada tahun 2015
nilai tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 102,42% dan nilai terendah
terdapat pada bulan Januari 93,60%. Pada tahun 2016 nilai tertinggi
terdapat pada bulan Januari sebesar 98,85% dan terendah terdapat pada
bulan Desember sebesar 85,99%. Pada tahun 2017 nilai tertinggi terdapat
pada bulan Januari sebesar 84,74% dan nilai terendah terdapat pada bulan
September sebesar 80,12 %. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif,
maka data pada tabel tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai
berikut :
96
Grafik 4.1
FDR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam
penelitian ini, nilai tertinggi terdapat pada tahun 2014 terdapat di bulan
Maret sebesar 102,22% dan nilai terendah terdapat pada tahun 2017 di
bulan September sebesar 80,12 %.
2. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) disini yaitu kumpulan dana yang
diperoleh dari nasabah, dalam arti nasabah sebagai masyarakat individual,
perusahaan, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam bentuk mata uang
rupiah ataupun dalam valuta asing dan dialokasikan oleh perbankan
syariah, apabila terdapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagi
antara kedua belah pihak sebagai bank dan nasabah. Berikut ini adalah
perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah periode
Januari 2011 - Oktober 2017 diperoleh dari data statistik perbankan
0
20
40
60
80
100
120
Financing to deposito Ratio (FDR)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
97
syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) yang
diakses melalui situs resmi masing-masing instansi. Data rasio yang
diperoleh tersajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2
DPK Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Dana Pihak Ketiga (DPK) (Miliar Rupiah)
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 75,814 116,518 148,731 177,930 210,761 229,094 277,714
Februari 75,085 114,616 150,795 178,154 210,297 231,820 281,084
Maret 79,651 119,639 156,964 180,945 212,988 232,657 286,178
April 79,567 114,018 158,519 185,508 213,973 233,808 291,888
Mei 82,861 115,206 163,858 190,783 215,339 238,366 295,606
Juni 87,025 119,279 163,966 190,470 213,477 241,336 302,013
Juli 89,786 121,018 166,453 194,299 216,083 243,184 307,638
Agustus 92,021 123,673 170,222 195,959 216,356 244,843 309,006
September 97,756 127,678 171,701 197,141 219,313 263,522 318,574
Oktober 101,804 134,453 174,018 207,121 219,478 264,678 319,124
November 105,330 138,671 176,292 209,644 220,635 270,480
Desember 115,415 147,512 183,534 217,858 231,175 279,335
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Dana Pihak Ketiga (DPK) pada
perbankan syariah di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Pada
masa penelitian Dana Pihak Ketiga (DPK) tahun 2011 nilai tertinggi pada
bulan Desember sebesar 115.415 miliar dan nilai terendah pada bulan
Februari sebesar 75.085 miliar. Pada 2012 nilai tertinggi pada bulan
Desember sebesar 147.512 miliar dan nilai terendah pada bulan April
sebesar 114.018. Pada tahun 2013 nilai tertinggi pada bulan 183.534 dan
terendah pada bulan Januari sebesar 148.731 miliar. Pada tahun 2014 nilai
tertinggi pada bulan Desember sebesar 217.858 dan nilai terendah pada
98
bulan Januari sebesar 177.930 miliar. Pada tahun 2015 nilai tertinggi pada
bulan Desember sebesar 231.175 miliar dan nilai terendah pada bulan
Februari sebesar 210.297 miliar. Pada tahun 2016 nilai tertinggi pada
bulan Desember 279.335 miliar dan nilai terendah pada bulan Januari
sebesar 229.094 miliar. Pada tahun 2017 nilai tertinggi pada bulan Oktober
sebesar 319.094 miliar dan nilai terendah pada bulan Januari sebesar
277,714 miliar. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, maka data
pada tabel tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Grafik 4.2
DPK Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam
penelitian ini, nilai tertinggi terdapat pada tahun 2017 di bulan Oktober
sebesar Rp 319.094 Miliar dan terendah pada tahun 2011 di bulan Febuari
sebesar Rp 75.085 Miliar.
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
Dana Pihak ketiga (DPK)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
99
3. Capital Asset Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah ukuran dari suatu modal
bank. Rasio ini digunakan untuk melindungi deposan dan mempromosikan
stabilitas dan efisiensi sistem keuangan diseluruh dunia. Apabila Capital
Adequacy Ratio (CAR) dalam Bank Syariah sangat tinggi itu berarti bahwa
mereka memiliki modal yang berlimpah untuk mengelola setiap neraca.
Capital Adequacy Ratio (CAR) yang tinggi pada Bank Syariah
menunjukkan kesehatan keuangan bank tersebut (Iqbal, 2012:59).
Berikut ini adalah perkembangan CAR perbankan syariah periode
Januari 2011 - Oktober 2017 diperoleh dari data statistik perbankan
syariah OJK dan BI yang diakses melalui situs resmi masing-masing
instansi. Data rasio yang diperoleh tersajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.3
CAR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Capital Adequacy Ratio (CAR) (Dalam Persen (%))
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 20,23 16,27 15,29 16,76 14,16 15,11 16,99
Februari 15,17 15,91 15,20 16,71 14,38 15,44 17,04
Maret 16,57 15,33 14,30 16,20 14,43 14,90 16,98
April 19,86 14,97 14,72 16,68 14,06 15,43 16,91
Mei 19,58 13,40 14,28 16,85 14,29 14,78 16,88
Juni 15,92 16,12 14,30 16,21 14,09 14,72 16,42
Juli 15,92 16,12 15,28 15,62 14,47 14,86 17,01
Agustus 15,83 15,63 14,71 14,73 15,05 14,87 16,42
September 16,18 14,98 14,19 14,54 15,15 15,43 16,16
Oktober 15,30 14,54 14,19 15,25 14,96 15,27 16,14
November 14,88 14,82 12,23 15,66 15,31 15,78
Desember 16,63 14,13 14,42 16,10 15,02 15,63
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
100
Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa nilai Capital Adequacy Ratio
(CAR) pada perbankan syariah di Indonesia cenderung fluktuatif. Pada
tahun 2011 memiliki nilai tertinggi yaitu pada bulan Januari sebesar
20,23% dan nilai terendah terdapat pada bulan November sebesar 14,88%.
Pada tahun 2012 nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 16,27%
dan nilai terendah terdapat pada bulan Mei sebesar 13,40%. Pada tahun
2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 15,29% dan nilai
terendah terdapat pada bulan November sebesar 12,23%. Pada tahun 2014
nilai tertinggi terdapat pada bulan Mei sebesar 16,85% dan nilai terendah
terdapat pada bulan Oktober sebesar 15,25%. Pada tahun 2015 nilai
tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 15,31% dan nilai terendah
terdapat pada bulan April sebesar 14,06. Pada tahun 2016 nilai tertinggi
terdapat pada bulan November sebesar 15,78% dan nilai terendah terdapat
pada bulan Juni sebesar 14,72%. Sedangkan Pada tahun 2017 nilai
tertinggi terdapat pada bulan Februari sebesar 17,04% dan nilai terendah
terdapat pada bulan Oktober sebesar 16,14%. Agar lebih mudah dipahami
dan komunikatif, maka data pada tabel tersebut dapat dilihat dalam bentuk
grafik sebagai berikut :
101
Grafik 4.3
CAR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam
penelitian ini, nilai tertinggi terdapat pada tahun 2011 di bulan Januari
sebesar 20,23% dan nilai terendah terjadi pada tahun 2013 di bulan
November sebesar 12,23%.
4. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) ini menunjukkan seberapa besar
kinerja bank dalam mengumpulkan kembali pembiayaan yang telah
disalurkannya. Menurut Bank Indonesia (BI) salah satu yang menjadi
acuan dikatakan bank yang sehat adalah bank yang memiliki rasio NPF
kurang dari 5%. Jika tinggi rasio Non Performing Financing diatas 5%
bank tersebut berarti mempunyai risiko pembiayaan yang tinggi.
Berikut adalah perkembangan Non Performing Financing
perbankan syariah periode Januari 2011 – Oktober 2017 diperoleh dari
0
5
10
15
20
25
Capital Adequacy Ratio (CAR)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
102
data statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank
Indonesia (BI) yang diakses melalui situs resmi masing-masing instansi.
Data rasio disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4
NPF Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Non Performing Financing (NPF) (Dalam Persen (%))
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 3,28 2,68 2,49 3,01 4,87 4,14 2,48
Februari 3,66 2,82 2,72 3,53 5,10 4,19 2,77
Maret 3,60 2,76 2,75 3,22 4,81 4,35 2,57
April 3,79 2,85 2,85 3,48 4,62 4,31 2,80
Mei 3,76 2,93 2,92 4,02 4,76 4,81 2,90
Juni 3,55 2,88 2,64 3,90 4,73 4,33 2,83
Juli 3,75 2,92 2,75 4,31 4,36 4,22 2,79
Agustus 3,53 2,78 3,01 4,58 4,31 4,26 2,72
September 3,50 2,74 2,80 4,67 4,24 3,85 2,74
Oktober 3,11 2,58 2,96 4,58 4,23 3,88 2,78
November 2,74 2,50 3,08 4,86 4,10 3,80
Desember 2,52 2,22 2,62 4,33 3,72 2,17
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai Non Performing Financing (NPF)
pada perbankan syariah di Indonesia cenderung fluktuatif. Pada tahun
2011 nilai tertinggi terdapat pada bulan April sebesar 3,79% dan nilai
terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 2,52%. Pada tahun 2012
nilai tertinggi terdapat pada bulan Mei sebesar 2,93% dan nilai terendah
terdapat pada bulan Desember sebesar 2,22%. Pada tahun 2013 nilai
tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 3,08 dan nilai terendah
terdapat pada bulan Januari sebesar 2,49%. Pada tahun 2014 nilai tertinggi
terdapat pada bulan November sebesar 4,86% dan nilai terendah terdapat
103
pada bulan Januari sebesar 3,01%. Pada tahun 2015 nilai tertinggi terdapat
pada bulan Februari sebesar 5,10% dan nilai terendah terdapat pada bulan
Desember sebesar 3,72%. Pada tahun 2016 nilai tertinggi terdapat pada
bulan Mei sebesar 4,81% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember
sebesar 2,17%. Sedangkan pada tahun 2017 nilai tertinggi terdapat pada
bulan Mei sebesar 2,90% dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari
sebesar 2,48%. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, maka data
pada tabel tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Grafik 4.4
NPF Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam
penelitian ini nilai tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 4,86%
tahun 2014 dan terendah terjadi pada bulan Desember 2012 sebesar 2,22%.
0
1
2
3
4
5
6
Non Performing Financing (NPF)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
104
5. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Hariyani (2010:55) menyatakan bahwa Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan nasional, semakin
kecil rasio ini maka akan semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Berikut ini adalah perkembangan BOPO perbankan syariah
periode 2011 - 2017 diperoleh dari data statistik perbankan syariah OJK
dan BI yang diakses melalui situs resmi masing-masing instansi. Data rasio
yang diperoleh tersajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.5
BOPO Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) (Dalam Persen (%))
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 75,75 86,22 70,43 80,05 92,54 86,94 95,09
Februari 79,56 78,39 72,06 83,77 91,65 83,72 93,35
Maret 77,63 77,77 72,95 91,90 92,78 84,47 92,34
April 78,78 77,77 73,95 84,50 93,79 86,82 92,31
Mei 79,05 76,24 76,87 76,49 93,53 87,37 92,26
Juni 77,35 75,74 76,18 71,76 94,22 85,68 90,98
Juli 76,59 75,87 76,13 79,80 87,41 85,74 91,56
Agustus 77,65 75,89 77,87 81,20 86,84 85,87 92,03
September 77,54 75,44 77,98 82,39 86,51 85,29 91,68
Oktober 78,03 75,04 79,06 75,61 86,36 84,89 94,16
November 77,92 75,29 78,59 93,50 86,40 84,34
Desember 78,41 74,97 78,21 79,28 88,61 96,22
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
105
Tabel 4.5 terlihat bahwa nilai Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO) pada perbankan di Indonesia cenderung fluktuatif.
Pada tahun 2011 nilai tertinggi terdapat pada bulan Februari sebesar
79,56% dan nilai terendah terjadi pada bulan Januari sebesar 75,75%. Pada
tahun 2012 nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 86,22% dan
nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 74,97%. Pada tahun
2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 79,06% dan nilai
terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 70,43%. Pada tahun 2014
nilai tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 93,50% dan nilai
terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 71,76%. Pada tahun 2015 nilai
tertinggi terdapat pada bulan Juni sebesar 94,22% dan nilai terendah
terdapat pada bulan Oktober sebesar 86,36%. Pada tahun 2016 nilai
tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 96,22% dan nilai terendah
terdapat pada bulan Februari sebesar 83,72%, sedangkan Pada tahun 2017
nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 95,09% dan nilai
terendah terdapat pada bulan Juli sebesar 91,56%. Agar lebih mudah
dipahami dan komunikatif, maka data pada tabel tersebut dapat dilihat
dalam bentuk grafik sebagai berikut :
106
Grafik 4.5
BOPO Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam
penelitian ini, nilai tertinggi terdapat pada tahun 2016 di bulan Desember
sebesar 96,22 % dan nilai terendah terjadi pada tahun 2013 di bulan Januari
sebesar 70,43 %.
6. Inflasi
Menurut Bank Indonesia (BI) kestabilan inflasi merupakan faktor
penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara
memberikan kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat dalam suatu negara
tersebut. Tingginya tingkat inflasi akan mengurangi minat masyarakat
untuk menabung.
Berikut ini adalah perkembangan data Inflasi periode Januari 2011
sampai Oktober 2017 diperoleh dari data statistik perbankan syariah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) yang diakses
0
20
40
60
80
100
120
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
107
melalui situs resmi masing-masing instansi. Data rasio yang diperoleh
tersajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.6
Inflasi Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Inflasi (Dalam Persen (%))
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 7,02 3,65 4,57 8,22 6,69 4,14 3,49
Februari 6,84 3,56 5,31 7,75 6,29 4,42 3,83
Maret 6,65 3,97 5,90 7,32 6,38 4,45 3,61
April 6,16 4,50 5,57 7,25 6,79 3,60 4,17
Mei 5,98 4,45 5,47 7,32 7,15 3,33 4,33
Juni 5,54 4,53 5,90 6,70 7,26 3,45 4,37
Juli 4,61 4,56 8,61 4,53 7,26 3,21 3,88
Agustus 4,79 4,58 8,79 3,99 7,18 2,79 3,82
September 4,61 4,31 8,40 4,53 6,83 3,07 3,72
Oktober 4,42 4,61 8,32 4,83 6,25 3,31 3,58
November 4,15 4,32 8,37 6,23 4,89 3,58
Desember 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35 3,02
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai Inflasi pada perbankan syariah
cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 nilai tertinggi terdapat pada bulan
Januari sebesar 7,02% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember
sebesar 3,79%. Pada tahun 2012 nilai tertinggi terdapat pada bulan
Oktober sebesar 4,61% dan nilai terendah terdapat pada bulan Februari
sebesar 3,56%. Pada tahun 2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan
Agustus sebesar 8,79% dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari
4,57%. Pada tahun 2014 nilai tertinggi terdapat pada bulan Desember
sebesar 8,36% dan nilai terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar
3,99%. Pada tahun 2015 nilai tertinggi terdapat pada bulan Juni dan Juli
108
sebesar 7,26% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar
3,35%. Pada tahun 2016 nilai tertinggi terdapat pada bulan Maret sebesar
4,45% dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 3,02%.
Sedangkan pada tahun 2017 nilai tertinggi terdapat pada bulan Juni sbesar
4,37% dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 3,49%. Agar
lebih mudah dipahami dan komunikatif, maka data pada tabel tersebut
dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Grafik 4.6
Inflasi Indonesia Tahun 2011-2017
Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam
penelitian ini nilai tertinggi terjadi terdapat pada tahun 2013 bulan Agustus
sebesar 8,79% dan nilai terendah terdapat pada tahun 2016 bulan Agustus
sebesar 2,79%.
0
2
4
6
8
10
INFLASI
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
109
7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Menurut Wirdyaningsih dkk, (2005:149), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) merupakan instrumen kebijakan moneter yang
betujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia (BI) untuk dapat
mengurangi kelebihan uang primer beredar.
Berikut ini adalah perkembangan data suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) periode Januari 2011 - Oktober 2017 diperoleh
dari data statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
Bank Indonesia (BI) yang diakses melalui situs resmi masing-masing
instansi. Data rasio yang diperoleh tersajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.7
SBIS Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Sertifikan Bank Indonesia (SBIS) (Miliar Rupiah)
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 3.968 10.663 4.709 5.253 8.050 6.275 11.878
Februari 3.659 4.243 5.103 5.331 9.040 7.188 12.683
Maret 5.870 6.668 5.611 5.843 8.810 6.994 12.273
April 4.150 3.825 5.343 6.234 9.130 7.683 11.533
Mei 3.879 3.644 5.423 6.234 8.858 7.225 10.446
Juni 5.011 3.936 5.443 6.782 8.458 7.470 9.421
Juli 5.214 3.036 4.640 5.880 8.163 8.130 10.966
Agustus 3.647 2.918 4.299 6.514 8.585 8.947 11.716
September 5.885 3.412 4.523 6.450 7.720 9.442 12.626
Oktober 5.656 3.321 5.213 6.680 7.192 10.335 11.555
November 6.447 3.242 5.107 6.530 6.495 11.042
Desember 9.244 4.993 6.699 8.130 6.280 10.788
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
110
Tabel 4.7 terlihat bahwa nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) pada perbankan syariah cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 nilai
tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 9.244 miliar dan nilai
terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 3.647 miliar. pada tahun
2012 nilai tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 10.663 miliar dan
nilai terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 2.918 miliar. Pada
tahun 2013 nilai tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 6.699
miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 4.299 miliar.
Pada tahun 2014 nilai tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar
8.130 miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 5.253
miliar. Pada tahun 2015 nilai tertinggi terdapat pada bulan April sebesar
9.130 miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan Desember sebesar
6.280 miliar. Pada tahun 2016 nilai tertinggi terdapat pada bulan
November sebesar 11.042 miliar dan nilai terendah terdapat pada bulan
Januari sebesar 6.275 miliar. Sedangkan pada tahun 2017 nilai tertinggi
terdapat pada bulan Februari sebesar 12.683 miliar dan nilai terendah
terdapat pada bulan Januari sebesar 9.421 miliar. Agar lebih mudah
dipahami dan komunikatif, data pada tabel tersebut dapat dilihat dalam
bentuk grafik sebagai berikut :
111
Grafik 4.7
SBIS Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Microsoft Excell, 2018
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa selama dalam
penelitian ini nilai tertinggi terjadi pada tahun 2017 bulan Februari sebesar
12.683 miliar dan nilai terendah terjadi pada tahun 2012 bulan Juli sebesar
3.036 miliar.
C Hasil Analisis Data
Dalam penelitian ini dipaparkan bahwa semua data yang digunakan
dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) mulai
pada bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Oktober tahun 2017. Penelitian
ini mengenai Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah pada
pembuatan model ini menggunakan data pada perbankan syariah di Indonesia
sebagai variabel Dependent (variabel terikat).
Sedangkan variabel Independent (variabel bebas) yaitu Dana Pihak
Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
Sertifikan Bank Indonesia (SBIS)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
112
(NPF), Biaya operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan
Surat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Keseluruhan dari data yang digunakan
sebagai bahan penelitian diperoleh dari laporan bulanan dari Bank Indonesia
(BI) dan Statistik Perbankan Syariah (SPS) Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya model yang digunakan
sebagai alat analisis regresi linier berganda. Pengolahan data dilakukan secara
elektronik (komputer) dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS
versi 25.0 untuk mempercepat hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel
yang akan diteliti. Pembahasan dilakukan sebagai berikut :
1. Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah data setiap variabel tersebut layak untuk
digunakan atau tidak pada penelitian ini, maka dilakukan uji asumsi klasik
yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji
multikolinearitas, dan uji autokorelasi. Jika keempat uji tersebut tidak ada
masalah, maka data setiap variabel layak digunakan dalam penelitian ini.
Dengan demikian, model regresi yang ditampilkan pada output SPSS
layak pula digunakan.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi
normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat dilakukan
melalui analisis grafik atau dengan analisis statistik untuk mengetahui
113
tingkat signifikansi data, apakah data tersebut terdistribusi normal
atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan analisis grafik, yakni
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik histogram berikut ini :
Grafik 4.8
Grafik Histogram
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018
Hasil output grafik histogram pada gambar 4.8 diatas, terlihat
bahwa pola distribusi mendekati normal karena data mengikuti arah
garis grafik histogramnya, dengan kata lain sebaran data pada grafik
histogram Regression Residual membentuk kurva seperti lonceng
yang seimbang pada kedua sisinya maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
114
Menurut Ghozali, (2013:147), namun demikian hanya dengan
melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah
yang sampelnya kecil. Metode yang paling handal adalah dengan
melihat Normal Propability Plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk
suatu garis lurus diagonal dan plotting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Adapun hasil uji normalitas
dengan melihat dari segi grafik yang ditunjukkan pada grafik P-plot
berikut ini :
Grafik 4.9
Grafik P-Plot
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018
Dasar pengambilan keputusan ialah jika data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asusmi normalitas,
sedangkan data yang menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak
115
mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dari grafik Normal
Probability Plot di atas menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, dan menunjukkan
pola distribusi normal. Sehingga dapat disimpulkan melalui analisis
grafik P-plot bahwa nilai residual yang terstandarisasi memiliki
distribusi normal, dengan kata lain memnuhi asumsi normalitas.
Selain menggunakan analisis grafik, dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-
S) untuk uji normalitas data. Cara mendeteksinya adalah dengan
melihat nilai signifikansi residual. Jika signifikansi lebih dari 0,05,
maka residual terdistribusi secara normal (Priyatno, 2013:51). Hasil
Uji normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat
pada tabel hasil output SPSS berikut ini :
Tabel 4.8
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 82
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,85695274
Most Extreme Differences Absolute ,074
Positive ,038
Negative -,074
Test Statistic ,074
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018
116
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa hasil analisis
statistik dengan Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,074 dan nilai
signifikansi (Asymp. Sig. 2-tailed) adalah sebesar 0,200. Karena nilai
signifikan lebih besar dari 0,05, maka residual terdistribusi secara
normal. Hal ini berarti bahwa sig > α atau 0,200 > 0,05 yang
menyatakan H0 diterima, berarti bahwa data residual terdistribusi
normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolonieritas
Metode yang digunakan penulis untuk menguji
multikolinearitas adalah dengan melihat nilai Tolerance dan Vari-
ance Inflation Factor (VIF). Dengan kriteria jika angka tolerance
dibawah 0,10 dan VIF > 10 dikatakan terdapat gejala
multikolinearitas. Namun, jika angka tolerance diatas 0,10 dan VIF <
10 dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Hasil dari uji
SPSS dalam penelitian ini terkait dengan uji multikolineritas yakni :
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
DPK ,278 3,591
CAR ,882 1,134
NPF ,801 1,248
BOPO ,300 3,332
INFLASI ,842 1,188
SBIS ,230 4,342
a. Dependent Variable : FDR Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018
117
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui uji
multikolineritas untuk masing-masing variabel penelitian sebagai
berikut :
1) Nilai VIF untuk variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 3,134
< 10 dan tolerance 0,278 > 0,10 sehingga variabel Dana Pihak
Ketiga (DPK) dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.
2) Nilai VIF untuk variabel Capital Asset Ratio (CAR) sebesar
1,134 < 10 dan tolerance 0,882 > 0,10 sehingga variabel Non
Performing Financing (NPF) dinyatakan tidak terjadi gejala
multikolinieritas.
3) Nilai VIF untuk variabel Non Performing Financing (NPF)
sebesar 1,248 < 10 dan tolerance 0,801 > 0,10 sehingga variabel
Non Performing Financing (NPF) dinyatakan tidak terjadi gejala
multikolinieritas.
4) Nilai VIF untuk variabel Beban Operasional- Pendapatan
Nasional (BOPO) sebesar 3,332 < 10 dan tolerance 0,300 > 0,10
sehingga variabel Beban Operasional - Pendapatan Nasional
(BOPO) dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.
5) Nilai VIF untuk variabel Inflasi sebesar 1,188 < 10, dan tolerance
0,842 > 0.10 sehingga variabel Inflasi dinyatakan tidak terjadi
gejala multikolinieritas.
6) Nilai VIF untuk variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) sebesar 4,342 < 10 dan tolerance 0,230 > 0,10 sehingga
118
variabel Beban Operasional dan Pendapatan Nasional (BOPO)
dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi
layak untuk digunakan.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah
disebut dengan Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas (Ghozali,
2013:139).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode grafik
Scatterplot. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat pola titik-titik
pada Scatterplot regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang
tidak jelas di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi masalah heterooskedastisitas (Priyatno, 2013:69). Hasil Uji
heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik Scatterplot dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
119
Grafik 4.10
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018
Berdasarkan grafik 4.10 di atas dapat diketahui bahwa titik-
titik pada grafik scatterplot tersebut menyebar dengan pola yang tidak
beraturan dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada
model regresi tersebut.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan
menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Uji asumsi
klasik autokolerasi ini dengan menggunakan Uji Durbin-Watson
(Suliyanto, 2011:125).
Metode yang dipakai adalah dengan melihat nilai Durbin-
Watson (DW). Jika nilai Durbin-Watson berada pada kisaran -2 dan
120
+2, maka dapat dikatakan tidak terjadi masalah autokorelasi. Hasil uji
autokorelasi dengan nilai Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel hasil
output SPSS berikut ini:
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,896a ,804 ,788 2,96903 ,772
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK
b. Dependent Variable: FDR
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018
Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa nilai
Durbin-Watson sebesar 0,772. Karena nilai Durbin-Watson tersebut
berada pada kisaran -2 dan +2, maka tidak terjadi masalah
autokorelasi dan model regresi ini layak digunakan. (Nugroho,
2005:63).
Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan mulai dari
uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi
ternyata tidak terjadi masalah pada uji-uji tersebut. Dengan demikian,
model regresi dalam penelitian ini layak digunakan untuk meneliti
pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Financing to Deposito Ratio
(FDR) perbankan syariah periode 2011-2017.
121
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Dari hasil uji asumsi klasik di atas dapat disimpulkan bahwa data
yang digunakan dalam penelitian ini terdisitribusi secara normal serta tidak
memiliki masalah multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.
Sehingga memenuhi persyaratan untuk melakukan analisis regresi
berganda serta melakukan pengujian terhadap hipotesis. Dari data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan metode regresi dan dihitung dengan
menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS).
Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients berdasarkan
output SPSS versi 25.0 terhadap keenam variabel independen yaitu Dana
Pihak Ketiga (DPK), Capital Asset Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
Financing to Deposito Ratio (FDR) perbankan syariah di Indonesia. Hasil
pengolahan data dengan SPSS 25.0 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 138,490 6,869 20,162 ,000
DPK 2,471E-5 ,000 ,255 2,625 ,011
CAR -1,455 ,276 -,288 -5,283 ,000
NPF 1,659 ,466 ,204 3,563 ,001
BOPO -,305 ,087 -,329 -3,524 ,001
INFLASI ,932 ,217 ,239 4,290 ,000
SBIS -,001 ,000 -,600 -5,624 ,000
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018
122
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dengan memperhatikan angka yang
berada pada kolom Unstandardized Coefficient Beta, dimana Y, X1=DPK,
X2=CAR, X3=NPF, X4=BOPO, X5=Inflasi, X6=SBIS maka dapat disusun
persamaan regresi berganda sebagai berikut :
FDR = 138,490 + 2,471 DPK – 1,455 CAR + 1,659 NPF – 0,305 BOPO +
0,932 INFLASI – 0,001 SBIS + ɛ
Dari persamaan regresi di atas maka dapat kita interpretasikan
beberapa hal antara lain sebagai berikut:
a. Nilai konstanta sebesar 138,490 hasil ini menyatakan jika nilai DPK,
CAR, NPF, BOPO, Inflasi dan SBIS sama dengan 0, maka nilai FDR
adalah meningkat sebesar 138,490 satuan.
b. Variabel DPK memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu
sebesar 2,471. Nilai koefisien positif tersebut menunjukkan bahwa
DPK terhadap FDR berpengaruh positif. Hal ini digambarkan jika
terjadi kenaikan FDR sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami
peningkatan sebesar 2,471 satuan dengan asumsi variabel independen
lain dianggap konstan.
c. Variabel CAR memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu
sebesar -1,445. Nilai koefisien negatif tersebut menunjukkan bahwa
CAR terhadap FDR berpengaruh negatif. Hal ini digambarkan jika
terjadi kenaikan CAR sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami
FDR = α� + ß DPK − ß� CAR + ß� NPF − ß� BOPO + ß� Inflasi − ß� SBIS + ɛ
123
peningkatan sebesar -1,445 satuan dengan asumsi variabel
independen lain dianggap konstan.
d. Variabel NPF memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu
sebesar 1,659. Nilai koefisien positif tersebut menunjukkan bahwa
NPF terhadap FDR berpengaruh positif. Hal ini digambarkan jika
terjadi kenaikan NPF sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami
peningkatan sebesar 1,659 satuan dengan asumsi variabel independen
lain dianggap konstan.
e. Variabel BOPO memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu
sebesar -0,305. Nilai koefisien negatif tersebut menunjukkan bahwa
BOPO terhadap FDR berpengaruh negatif. Hal ini digambarkan jika
terjadi kenaikan BOPO sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami
penuruan sebesar -0,305 satuan dengan asumsi variabel independen
lain dianggap konstan.
f. Variabel Inflasi memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu
sebesar 0,932. Nilai koefisien positif tersebut menunjukkan bahwa
Inflasi terhadap FDR berpengaruh positif. Hal ini digambarkan jika
terjadi kenaikan Inflasi sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami
penuruan sebesar 0,932 satuan dengan asumsi variabel independen
lain dianggap konstan.
g. Variabel SBIS memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu
sebesar -0,001. Nilai koefisien negatif tersebut menunjukkan bahwa
SBIS terhadap FDR berpengaruh negatif. Hal ini digambarkan jika
124
terjadi kenaikan SBIS sebesar 1 satuan, maka FDR akan mengalami
penuruan sebesar -0,001satuan dengan asumsi variabel independen
lain dianggap konstan.
3. Uji Hipotesis
Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan,
perlu digunakan analisi regresi melalui uji t maupun uji f. Tujuan
digunakan analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen, baik secara parsial
maupun secara simultan, serta mengetahui besarnya dominasi variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen. Metode pengujian
terhadap hipotesa yang diajukan dilakukan dengan pengujian secara
simultan dan pengujian secara parsial.
a. Uji Secara Simultan (F)
Uji F digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98)
yaitu variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Syariah
Indonesia (SBIS) menunjukan pengaruh yang signifikan atau tidak
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Untuk mengetahui hasil
dari uji F yaitu dengan melihat signifikan level (sig) dan juga dengan
125
menbandingkan antara F hitung dengan F tabel, apakah berpengaruh
secara simultan atau tidak. Hasil uji F dapat diketahui dengan melihat
pada tabel 4.12 berikut ini :
Tabel 4.12
Uji Simultan (F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2704,334 6 450,722 51,130 ,000b
Residual 661,136 75 8,815
Total 3365,470 81
a. Dependent Variable: FDR
b. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018
Berdasarkan tabel 4.12 diatas, dapat dilihat nilai F-hitung
sebesar 51,130 dengan nilai tingkat signifikan 0,000. Karena nilai
signifikan lebih kecil dari 0,000 < 0,05, dan nilai F hitung > F tabel
(51,130 > 2,33) dengan nilai F tabel df : α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (6-
1), (82-6) = 2,33. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Pihak
Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS) secara
simultan atau bersama-sama terdapat pengaruh yang nyata atau
signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
126
b. Uji Secara Parsial (t)
Uji statistik t ini bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi secara individual (parsial) dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Financing to Deposit Ratio)
yang diuji pada tingkat signifikasi harus lebih kecil dari 0,05 (Ghozali,
2013:93). Untuk mengetahuinya dilakukan uji t dengan
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.
Adapun nilai t tabel diperoleh dengan derajat bebas (degree of
freedom) df=α:(n-k) dimana α adalah tingkat signifikansi yang
digunakan, n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel) dan k adalah
jumlah variable independen dan dependen dasar pengambilan
keputusannya adalah jika t hitung > t tabel, berarti H0 ditolak yang
mengartikan bahwa variabel X1 berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen, tetapi jika t hitung < t tabel, maka h0 diterima yang
mengartikan bahwa variabel X1 tidak berpengaruh signifikan terhadap
variable dependen.
Berikut adalah hasil penjelasan dari tabel 4.11 mengenai
pengaruh antar variabel independen terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR) :
127
1) Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel Dana
Pihak Ketiga (DPK) secara statistik menunjukkan hasil yang
signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,011 < 0,05). Sedangkan
nilai t hitung sebesar 2,625 dan pada t tabel sebesar 1,66515 (df
(n-k) 82-6 = 76, α = 0,05).
Sehingga t hitung > t tabel (2,625 > 1,66515) yang berarti
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial
berpengaruh secara siginifikan terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR).
2) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Financing
to Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) secara statistik menunjukan hasil yang
signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan
nilai t hitung sebesar -5,283 dan pada t tabel sebesar 1,66365 (
df(n-k) 82-6 = 76, α = 0,05). Sehingga t hitung > t tabel (-5,283>
1,66365) yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio
(CAR) secara parsial berpengaruh secara siginifikan terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR).
128
3) Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel Non
Performing Financing (NPF) secara statistik menunjukkan hasil
yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,001 < 0,05).
Sedangkan nilai t hitung sebesar 3,563 dan pada t tabel sebesar
1,66365 ( df(n-k) 82-6 = 76, α = 0,05). Sehingga t hitung > t tabel
(3,563 < 1,66365) yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Non Performing
Financing (NPF) secara parsial berpengaruh secara siginifikan
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
4) Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) secara statistik
menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α
(0,001 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung sebesar -3.524 dan pada
t tabel sebesar 1,66365 ( df(n-k) 82-6 = 76, α = 0,05). Sehingga t
hitung > t tabel (3.524 > 1,66365) H0 ditolak dan H1 diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Biaya Operasional
dan Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial berpengaruh
secara siginifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
5) Inflasi berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)
129
Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel Inflasi
secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai
lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung sebesar
4,290 dan pada t tabel sebesar 1,66365 ( df(n-k) 82-6 = 76, α =
0,05). Sehingga t hitung > t tabel (4,290 > 1,66365) yang berarti
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Inflasi secara parsial berpengaruh secara
siginifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
6) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.11 diatas, variabel
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara statistik
menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α
(0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung sebesar -5,624 dan pada
t tabel sebesar 1,66365 ( df(n-k) 82-6 = 76, α = 0,05). Sehingga t
hitung > t tabel (-5,624 > 1,66365) yang berarti bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial
berpengaruh secara siginifikan terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR).
130
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi intinya yaitu mengukur seberapa besar
konstribusi variabel bebas (Independent) terhadap variabel terikatnya
(Dependent). Semakin tinggi koefisien determinasi semakin tinggi
kemampuan variabel bebas (X) yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), dan Inflasi dalam menjelaskan variasi variabel
perubahan pada variabel terikatnya (Y) yaitu Financing to Deposit Ratio
(FDR).
Dimana koefisien determinasi (R2) nilainya berkisar antara 0 < R2
< 1 semakin besar R2 maka variabel bebas (Independen) semakin dekat
hubungannya dengan variabel terikat (Dependen), dengan kata lain model
tersebut dianggap baik. Nilai R2 berkisar hampir 1 yang artinya semakin
kuat kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat.
Sebaliknya, jika nilai R2 semakin mendekati nilai 0 berarti semakin lemah
kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan fluktuasi variabel terikat
(Ghozali, 2013:83). Bila R2 = 0 artinya variasi dari variabel terikat (Y)
tidak dapat diterangkan oleh variabel bebas (X) sama sekali. Sementara
bila R2 = 1 maka semua titik pengamatan berada pada garis regresi
(Nachrowi, 2008:21).
Koefisien determinasi (R2) memiliki kelemahan, yaitu bias
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukan dalam model regresi
131
dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan
dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang
dimasukan dalam model regresi dimana setiap penambahan satu variabel
bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2
meskipun variabel yang dimasukan tersebut tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kelemahan
tersebut koefisien determinasi R2 (R Square) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat
mengevaluasi model regresi terbaik. Hal tersebut dikarenakan variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu. Berikut
ini adalah hasil dari Uji Koefisien Determinasi (R2) :
Tabel 4.13
Uji Koefisien Diterminasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,896a ,804 ,788 2,96903
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK
b. Dependent Variable: FDR
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018
Berdasarkan tabel 4.13 diperoleh nilai koefisien korelasi R Square
sebesar 0,804 atau 80,4% dan Adjusted R Square 0,788 atau 78,8%. yang
menunjukan bahwa pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat
132
Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah 78,8% sedangkan sisanya 21,2%
(100% - 78,8%) dipengaruhi variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan
ke dalam penelitian ini. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan
nilai sebesar 0,896 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel
bebas (Independen) dan variabel terikat (Dependen) sangat kuat karena
memiliki nilai lebih dari 0,05 ( R > 0,05) atau 0,896 > 0,05.
5. Interprestasi Data
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diuraikan bahwa dari
keenam variabel independen yang diteliti yaitu Dana Pihak Ketiga, Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh terhadap variabel dependen
yaitu likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio
(FDR). Adapun pembahasannya sebagai berikut :
a. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap likuiditas yang
diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat
bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki nilai beta positif,
hal ini berarti menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio
(FDR) pada Bank Syariah, karena memiliki nilai signifikan sebesar
0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung 2,625 > t tabel
1,66365.
133
Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga menyatakan
bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Desly dan Ni Luh (2014), Aena
Mardiyah (2015), dan Martha Novalina Ambaroita (2015).
Hasil pembahasan dari analisis tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa semakin besar Dana Pihak Ketiga (DPK) semakin
tinggi rasio Financing to Deposit Ratio (FDR), yang mengindikasikan
bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat akan membuat
Bank Syariah meningkatkan likuiditasnya dengan menyalurkan
pembiayaannya, sehingga tidak adanya dana menganggur (idle fund).
b. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap likuiditas yang
diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat
bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai beta
negatif, hal ini berarti menunjukan bahwa Capital Adequacy Ratio
(CAR) mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR), karena memiliki nilai signifikan
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung -5,283 > t
tabel 1,66365. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
134
Muhammad Irfan Priambodo (2017), Aulia Nazala Ramadhani
(2016), Raditya Sukmana dan Sari Suryaningtyas (2016), Herry
Achmad Buchory (2014), Prihatiningsih (2012).
Hasil pembahasan dari analisis tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa apabila tingkat kecukupan modal Capital
Adequacy Ratio (CAR) tinggi maka semakin tinggi pula likuiditasnya
Financing to Deposit Ratio (FDR). Tetapi dilihat dari kenyataannya
Financing to Deposit Ratio (FDR) yang tinggi menandakan Bank
Syariah banyak meminjamkan, digambarkan sebagai bank yang
kurang liquid. Maka jika Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami
kenaikan maka Financing to Deposit Ratio (FDR), akan menurun, dan
penurunan Financing to Deposit Ratio (FDR) mengindikasikan bahwa
tingkat likuiditas Financing to Deposit Ratio (FDR) semakin baik.
Apabila saat Financing to Deposit Ratio (FDR) tinggi yang
disebabkan penyaluran pembiayaan meningkat sedangkan dana yang
dihimpun di Bank Syariah sedikit mengakibatkan Capital Adequacy
Ratio (CAR) menurun (dengan asumsi Capital Adequacy Ratio
(CAR) digunakan untuk menutupi kekurangan dana tersebut).
c. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap likuiditas
yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat
bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) memiliki nilai beta
positif, hal ini berarti menunjukan bahwa Non Performing Financing
135
(NPF) mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR), karena memiliki nilai signifikan
sebesar 0,001 yang lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung 3,563 < t
tabel 1,66365. Ini berarti H0 ditolak atau H1 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF)
berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Irfan Priambodo (2017), Leny Nur Fitria (2017), Nur
Suhartatik, dan Rohmawati Kusumaningtias (2013), Prihatiningsih
(2012).
Hasil pembahasan analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa secara teori jika terjadi peningkatan pada rasio Non Performing
Financing (NPF) maka akan menurunkan likuiditas pada Bank
Syariah yang dalam hal ini rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)
berarti tidak sehat, tidak dapat menyalurkan pembiayaannya dengan
lancar. Begitu juga sebaliknya, jika terjadi penurunan pada rasio Non
Performing Financing (NPF) maka akan meningkatkan likuiditas
pada Bank Syariah yang dalam hal ini rasio Financing to Deposit
Ratio (FDR) berarti sehat, dapat menyalurkan pembiayaannya dengan
lancar.
136
d. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap likuiditas yang diproksikan dengan Financing
to Deposit Ratio (FDR).
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat
bahwa variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO) memiliki nilai beta negatif, hal ini berarti bahwa Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) mempunyai
hubungan negatif dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio
(FDR), karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,001 yang lebih kecil
dari 0,05 dan nilai t hitung -3,524 > t tabel 1,66365. Ini berarti H0
ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Biaya Operasional dan Pendpatan Operasional (BOPO) berpengaruh
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widi Pramono
(2006), Mita Puji Lestari (2011), Anthony Wijaya (2013) yang
menyatakan bahwa Biaya Operasional dan Pendpatan Operasional
(BOPO) berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
Hasil pembahasan analisis tersebut berarti bahwa Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan
perbandingan antara total biaya operasi dengan total pendapatan
operasi. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti
biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan lain-lain).
137
Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu
pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk
kredit dan penempatan operasi lainnya (Dendawijaya, 2009:140).
Tanda koefisien yang bernilai negatif menunjukan semakin tinggi
rasio Biaya Operasional dan Pendpatan Operasional (BOPO),
semakin kurang efisien Bank Syariah, maka tingkat Financing to
Deposit Ratio (FDR) nya menurun. Rasio Biaya Operasional dan
Pendpatan Operasional (BOPO) yang tinggi menunjukan bahwa biaya
operasionalnya lebih besar dari pendapatan operasionalnya, sehingga
Bank Syariah menjadi tidak efisien dalam menjalankan aktivitas
operasionalnya terutama pada penyaluran pembiayaan.
e. Pengaruh Inflasi terhadap likuiditas yang diproksikan dengan
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat
bahwa variabel Inflasi memiliki nilai beta positif, hal ini bahwa Inflasi
mempunyai hubungan positif yang signifikan terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR), karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,000
yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung 4,290 > t tabel 1,66365.
Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Inflasi berpengaruh terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lina Nugraha Rani (2017), Aulia Nazala Ramadhani
138
(2016), Waeibrorheem Waemustafa, Suriani Sukri (2016), Mohamed
Aymen Ben Moussa (2015).
Hasil pembahasan analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa jika terjadi peningkatan pada inflasi maka Financing to
Deposit Ratio (FDR) pun juga ikut meningkat, begitu juga sebaliknya,
jika terjadi penurunan pada inflasi maka akan menurunkan tingkat
Financing to Deposit Ratio (FDR). Apabila inflasi naik maka konsep
perbankan syariah adalah bagi hasil. Dengan konsep ini,
sesungguhnya bank dan nasabah melakukan pengikatan dalam suatu
ikatan investasi bersama, dimana laba dan rugi ditanggung bersama.
Namun demikian, dalam menyalurkan pembiayaan Bank Syariah
harus tetap mempertimbangkan prediksi kondisi ekonomi makro
disamping tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam menjalankan
fungsi intermediasinya, sehingga tidak meningkatkan timbulnya
kredit bermasalah yang dapat berakibat pada penurunan permodalan
secara umum.
f. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio
(FDR).
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, dapat kita lihat
bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki
nilai beta negatif, hal ini berarti bahwa Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) mempunyai hubungan negatif yang signifikan
139
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), karena memiliki nilai
signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung -
5,624 > t tabel 1,66365. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Prihatiningsih (2012), Prihatiningsih (2012), Rafikha Rustianah
Mustafidan (2013) yang menyatakan bahwa Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio
(FDR).
Hasil analisis pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa apabila terjadi peningkatan pada penempatan dana SBIS, maka
jumlah penyaluran dana pada pembiayaan akan mengalami
penurunan. SBIS dapat dijadikan penitipan dana jangka pendek
khususnya bagi yang mengalami kelebihan likuiditas (Muhammad,
2005:399). Semakin banyak uang yang dihimpun oleh Bank Syariah
dalam bentuk SBIS maka jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh
Bank Syariah juga akan berkurang, sedangkan jumlah pembiayaan
adalah bagian dari Financing to Deposit Ratio (FDR) yang
mencerminkan pembiayaan kepada masyarakat dan yang menjadi
ukuran likuiditas Perbankan Syariah dalam menjalankan fungsinya
sebagai lembaga intermediasi.
140
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang sudah diuraikan, maka
dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji regresi secara simultan ditemukan bahwa variabel independen Dana Pihak
Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF),
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat
Bank Syariah Indonesia (SBIS) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Indonesia.
2. Hasil uji regresi secara parsial ditemukan bahwa variabel independen Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan Inflasi berpengaruh positif
dan signifikan secara parsial terhadap variabel dependen yaitu Financing to Deposit
Ratio (FDR). Sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO), dan Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS)
berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap variabel dependen yaitu
Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
3. Hasil uji regresi variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Financing to
deposit Ratio (FDR) pada Perbankan Syariah adalah Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS).
141
B Saran
Berikut beberapa saran yang dapat peneliti berikan bagi peneliti selanjutnya
yang akan melakukan penelitian yang serupa :
1. Dalam penelitian ini variabel dependen yang dipakai adalah Financing to Deposit
Ratio (FDR), sedangkan variabel independen adalah Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS). Diharapkan penelitian selanjutnya untuk mengukur
likuiditas pada bank dapat menggunakan variabel yang lebih beragam agar hasil
penelitiannya lebih relevan dengan kondisi pasar perbankan saat ini sehingga dapat
menjadi bahan kajian bagi kalangan akademisi Perbankan Syariah di Indonesia.
2. Dalam penelitian ini periode yang digunakan adalah periode Januari 2011- Oktober
2017, disarankan pada penelitian berikutnya lebih memperbaharui dan
menambahkan periode penelitian agar hasil didapat lebih relevan.
3. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah uji regresi linier berganda dan
pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS 25.0 dan Microsoft Excel 2013.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan metode lain yang
berbeda dan software yang lebih baru.
4. Pada penelitian ini hanya menggunakan variabel internal bank dan eksternal bank.
Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan
variabel religiusitas agar bisa diimplikasikan nilai Islam dalam penelitian mengenai
Perbankan Syariah dengan menggunakan teori Hahslm dan menganalisis data
dengan menggunakan rumus Hahslm.
142
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, Usman Rianse. (2012). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung:
Alfabeta.
Abdullah, M.R. (2014). Determinan Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia
Pasca Krisis Keuangan Global. Jurnal Muamalah, IV(2).
Agustina., & Wijaya, Anthony. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Swasta Nasional di
Bank Indonesia. Jurnal Wira Mikroskill, 3(2).
Akhtar, Muhammad Farhan., Ali, Khizer., dan Sadaqat, Shama. (2011). Liquidity
Risk Management: A comparative study between conventional an islamic
bank of Pakistan. Interdisciplinary Journal of Research in Business. Hailey
College of Commerce, University of the Punjab, Lahore, Pakistan. 1(1).
Alhamda, Syukra. (2016). Buku Ajar Metlit dan Statistik. Yogyakarta: Deepublish,
CV. Budi Utama.
Ali, Mashud. (2006). Manajemen Risiko, Strategi Perbankan dan Dunia Usaha
Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Ambaroita, Martha Novalina. (2015) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Loan to
Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Indonesia. Economics Development
Analysis Journal, Universitas Negeri Semarang, 4(3).
Anjum Iqbal. (2012). Liquidity Risk Management: A Comparative Study Between
Convensional and Islamic Bank of Pakistan. Global Journal of Management
and Business Research, Comsats Institute of Information Technology
Abbottabad, Pakistan, 12(5).
Antonio, Muhammad Syafi’i. (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Arifin, Zainul. (2010). Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah. Jakarta: Alfabeta.
Aziz, Roikhan Mochamad. (2010). New Paradigm in On Sinlammim Kaffah In
Islamic Economics. Jurnal Signifikan, 9(2).
Aziz, Roikhan Mochamad. (2013). Determinan Tabungan Mudharabah di
Indonesia. Jurnal Signifikan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2(2).
Aziz, Roikhan Mochamad. (2015). Hahslm Islamic Economic Methodology.
Proceeding ICOSEC: Developing Countries Readiness Toward Global
Universitas Negri Solo, Surakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. (2015). Rumus Tuhan Hahslm Dalam Berpikir
Menyeluruh Sebagai Metedologi Ekonomi Islam. Procedding ICIEF15:
Strengthning Islamic Economics and Financial Institution for Financial
Institution for the Welfare of Ummah. Universitas Mataram, Lombok.
Aziz, Roikhan Mochamad. (2016). Teori H Sebagai Wahyu Dan Turats Dalam
Islam. Jurnal Ushuluddin Universitas Islam Negeri Riau, 24(1).
143
Aziz, Roikhan Mochamad. (2017). Determinant Of IER Factors (Internal,
External, And Religiosity) To Return On Asset (ROA) H Sharia Bank With
IER Methodology In Hahslm Approach As A Guidance (H) Path (A)
Straight (H) Human (S) To Allah (L) For Worship (M) As Quran Al-Hijr
15.87 And Pillars Of Islam. Journal ACEBFM, Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Bank Indonesia. (2016). Data Publikasi Inflasi.
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx diakses pada
tanggal 17 Maret 2017.
Bank Indonesia. Sejarah Bank Indonesia http://www.bi.go.id/id/tentang-
bi/museum/sejarahbi/bi/Documents/f2310af43715441bb8d57d865ea7987c
SejarahPerbankanPeriode19971999.pdf diakses tanggal 09 November
2017.
Boediono. (2000). Ekonomi Moneter, Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.
Buchory, Herry Achmad. (2014). Analisis of the Effect of Capital, Net Interest
Margin, Credit Risk and Probability in The Implementation of Banking
Intermediation (Study On Regional Development Bank All Over Indonesia
In 2012). European Journal of Business and Management, 6(24).
Case, Karl E. dan Fair, Ray C. 2002. Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro Jakarta:
Pearson Education Asia.
Dendawijaya, Lukman. (2009). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ghozali, Iman. (2013). Aplikasi Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Semarang: Penerbit Undip.
Hassan, M. Kabir., Mervyn, K. Lewis. 2007. Islamic finance: A system at the
crossroads?. Journal of Thunderbird International Business Review, 49(2)
Hassine, Mustapha Ben., Limani, Ratiba. (2014). The Impact of Bank
Characteristics on the Efficiency: Evidence from MENA Islamic Banks.
Journal of Applied Finance & Banking, 4(3)
Hendrayanti, Silvia dan Muharam, Harjum. (2013). Analisis Pengaruh Faktor
Internal Dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank
Umum di Indonesia Periode Januari 2003 - Februari 2012). Diponegoro
Journal of Management, 2(3).
Hermawan dan Ahmadi. (2013). E-Business & E-Commerce. Yogyakarta: Andi.
Huda, Nurul. (2009). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, Jakarta:
Kencana.
Indrianto, Nur., & Suporno, Bambang. (2002). Metode penelitian bisnis.
Yogyakarta: BPFE.
Ismail. (2011). Manajemen Perbankan. Jakarta: Kencana Prenada Meia Group.
Jaara, Osama Omar., Jaara, Bassam Omar., Shamieh, Jamal., dan Fendi, Usama
Adnan. (2017). Liquidity Risk Exposure in Islamic and Conventional
Banks. Internasional Journal of Economics and Financial Issues, American
University of Madaba, Jordan, 7(6).
Karim, Adiwarman Azwar. (2001). Ekonomi Islam: suatu Kajian Kontemporer.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Karim, Adiwarman Azwar. (2004). Bank Islam dan Analisis Fiqih dan Keuangan.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
144
Karim, Adiwarman Azwar. (2014). Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT. Rajawali
Pers.
Kasmir. (2012). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Kuncoro dan Suhardjono. (2002). Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Kuncoro, Mudrajat. (2009). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis? Jakarta: Erlangga.
Lalon, Raad Mozib. (2015). Impact of Government Borrowing on Bank Liquidity
Crisis: An Econometric Analysis. International Journal of Economics,
Finance and Management Sciences, University of Dhaka, Bangladesh, 3(5).
Laurentina, Paula., & Lindrawati. (2010). Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan
Financing to Deposit Ratio Terhadap Laba Bank Umum Syariah. Jurnal
Akuntansi Temporer, 2(1).
Lestari, Maharani Ika dan Toto, Sugiharto. (2007). Kinerja Bank Devisa dan Bank
Non Devisa dan Faktor-faltor Yang Mempengaruhinya. Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma Jakarta, 2(1).
Media Komputindo.
Moussa, Mohamed Aymen Ben. (2015). The Determinants of Bank Liquidity: Case
of Tunisia. International Journal of Economics and Financial Issues.
Mediterranean University of Tunis, 5(1).
Muhammad. (2005). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Muhammad. (2008). Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah.
Jakarta: Rajawali Pers.
Munawir. (2004). Analisa Laporan keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Nachrowi, Djalal dan Usman, Hardius. (2008). Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: FEUI.
Nachrowi, Djalal dan Usman, Hardius. 2008. Penggunaan Teknik Ekonometri.
Edisi revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nopirin. (2010). Ekonomi Moneter, Buku I dan II. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Nugroho, Bhuono Agung. (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Andi.
Onour, Ibrahim A., Abdalla, Abdelgadir M.A., (2011). Efficiency of Islamic Banks
in Sudan : A non-parametric Approach, Journal of Islamic Economics,
Banking and Finance, 7 (80).
Otoritas Jasa Keuangan (2017). Laporan Keuangan Perbankan .
http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/laporan-
keuangan-perbankan/Default.aspx diakses pada tanggal 09 November 2017.
Otoritas Jasa Keuangan (2017). Statistik perbankan syariah – Januari 2017.
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-
perbankan-syariah/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---Januari-2017.aspx
diakses pada tanggal 09 November 2017.
Pratama, Billy Arma. (2010) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum di Indonesia
Periode 2005-2009). Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen
UNDIP.
145
Prihatiningsih. (2012). Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Imbal Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Imbal
Hasil Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA), dan
Non Performing Financing (NPF) Terhadap Financing to Deposit Ratio
(FDR) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah Tahun 2006-1010). Jurnal
Orbith.
Priyatno, Duwi. (2013) Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Mediakom.
Raharja, Pratama., dan Mandala, Manurung. (2004). Pengantar Makroekonomi.
Jakarta: LPFE-UI.
Ramadhani, Aulia Nazala dan Indriani, Astiwi. (2016). Analisis Pengaruh Size,
Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Non Performing
Loan (NPL), dan Inflasi Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR).
Diponegoro Journal of Management, 5(2).
Rani, Lina Nugraha. (2017). Analisis Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal
Perbankan Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode
Januari 2003 – Oktober 2015. al-Uqud: Journal of Islamic Economics 1(1).
Rianto al Arif, M. Nur (2017). Manajemen Risiko Perbankan Syariah: Suatu
Pengantar. Jakarta: Penerbit Pustaka Setia.
Rivai, Veithzal., Veitzhal, Andria Permata., dan Indroes, Ferry N. (2007). Bank and
Financial Institution Management Conventional and Syaria System.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rodoni, Ahmad., dan Ali, Herni. (2014). Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Rodoni, Ahmad., dan Hamid, Abdul. (2008). Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
Zikrul Hakim.
Romli, Muhammad. (2008). Analisis Kinerja Bank Syariah Devisa dan Non Devisa.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam. 3(1).
Santoso, Singgih. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT.
Elex
Setiawan, Aziz Budi. (2006). Perbankan Syariah: Chalenges dan Oppertunity
Untuk Pengembangan di Indonesia. Jurnal Kordinat, VIII(1).
Siamat, Dahlan. (2008). Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Fakutas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta.
PT. Bumi Aksara.
Soemitra, Andri. (2009). Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Stiawan, Adi. (2009). Analisis Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi, Pangsa Pasa, dan
Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Thesis:
Semarang: Universitas Diponegoro.
Sugiyono. (2000). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Afabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta.
146
Suhartatik, Nur. dan Kusumaningtias, Rohmawati. (2012). Determinan Financing
to Deposit Ratio (FDR) perbankan Syariah di Indonesia periode 2008-2012.
Jurnal Ilmu Manajemen Fakutas Ekonomi Universitas Negeri Suarabaya,
1(4).
Sukirno, Sadono. (2003). Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. (2007). Makro Ekonomi Moderen Perkembangan Pemikiran dari
Klasik Hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Sukmana, Raditya., & Suryaningtyas, Sari. (2016). Determinants of Liquidity Risk
in Indonesian Islamic and Conventional Banks. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu
Ekonomi Syariah (Journal of Islamic Economics), 8(2).
Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Syamsuddin dan Mukhyi, M, Abdul. (2008). Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan
Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia. Jurnal Kinerja Keuangan.
Waemustafa, Waeibrorheem dan Sukri, Suriani. (2016). Systematic and
Unsystematic Risk Determinants of Liquidity Risk Between Islamic and
Conventional Banks. Internasional Journal of Economics and Financial
Issues, School of Economic Finance and Banking, University Utara
Malaysia (UMM), 6(4).
Wibowo, E. S., & Syaichu, M. (2013). Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi,
CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Diponegoro
Journal Of Management, 2(2).
Wirdyaningsih, Perwataatmadja, Grmala dan Yeni. (2005). Bank dan Asuransi
Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Meia Group.
Zaher, Tarek S., dan Hassan, M. Kabir. (2001). A Comparative Literature Survey
of Islamic Finance and Banking. Journal of Financial Markets, Institutions
& Instruments, 10(4).
147
LAMPIRAN
Lampiran I : Data Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
FDR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Financing to Deposito Ratio (FDR) (Dalam Persen (%))
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 91,97 87,27 100,63 100,07 93,60 98,85 84,74
Februari 95,16 90,49 102,17 102,03 93,94 97,10 83,78
Maret 93,22 91,20 102,62 102,22 94,24 98,04 83,53
April 95,17 95,39 103,08 95,50 94,18 96,71 81,36
Mei 94,88 97,95 102,08 99,43 94,69 94,10 81,96
Juni 94,93 98,59 104,43 100,80 96,52 95,67 82,69
Juli 94,18 99,91 104,83 99,89 102,42 94,44 80,51
Agustus 98,39 101,03 102,53 98,99 102,17 93,28 81,78
September 94,97 102,10 103,27 99,71 101,25 93,36 80,12
Oktober 95,24 100,84 103,03 98,99 100,76 93,57 80,94
November 94,40 100,19 102,58 94,62 100,79 92,65
Desember 88,94 100,00 100,32 91,50 98,44 85,99
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
148
2. Variabel Independen
DPK perbankan syariah di Indonesia tahun 2011-2017
Bulan Dana Pihak Ketiga (DPK) (Miliar Rupiah)
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 75,814 116,518 148,731 177,930 210,761 229,094 277,714
Februari 75,085 114,616 150,795 178,154 210,297 231,820 281,084
Maret 79,651 119,639 156,964 180,945 212,988 232,657 286,178
April 79,567 114,018 158,519 185,508 213,973 233,808 291,888
Mei 82,861 115,206 163,858 190,783 215,339 238,366 295,606
Juni 87,025 119,279 163,966 190,470 213,477 241,336 302,013
Juli 89,786 121,018 166,453 194,299 216,083 243,184 307,638
Agustus 92,021 123,673 170,222 195,959 216,356 244,843 309,006
September 97,756 127,678 171,701 197,141 219,313 263,522 318,574
Oktober 101,804 134,453 174,018 207,121 219,478 264,678 319,124
November 105,330 138,671 176,292 209,644 220,635 270,480
Desember 115,415 147,512 183,534 217,858 231,175 279,335
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
CAR Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Capital Adequacy Ratio (CAR) (Dalam Persen (%))
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 20,23 16,27 15,29 16,76 14,16 15,11 16,99
Februari 15,17 15,91 15,20 16,71 14,38 15,44 17,04
Maret 16,57 15,33 14,30 16,20 14,43 14,90 16,98
April 19,86 14,97 14,72 16,68 14,06 15,43 16,91
Mei 19,58 13,40 14,28 16,85 14,29 14,78 16,88
Juni 15,92 16,12 14,30 16,21 14,09 14,72 16,42
Juli 15,92 16,12 15,28 15,62 14,47 14,86 17,01
Agustus 15,83 15,63 14,71 14,73 15,05 14,87 16,42
September 16,18 14,98 14,19 14,54 15,15 15,43 16,16
Oktober 15,30 14,54 14,19 15,25 14,96 15,27 16,14
November 14,88 14,82 12,23 15,66 15,31 15,78
Desember 16,63 14,13 14,42 16,10 15,02 15,63
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
149
NPF Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Non Performing Financing (NPF) (Dalam Persen (%))
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 3,28 2,68 2,49 3,01 4,87 4,14 2,48
Februari 3,66 2,82 2,72 3,53 5,10 4,19 2,77
Maret 3,60 2,76 2,75 3,22 4,81 4,35 2,57
April 3,79 2,85 2,85 3,48 4,62 4,31 2,80
Mei 3,76 2,93 2,92 4,02 4,76 4,81 2,90
Juni 3,55 2,88 2,64 3,90 4,73 4,33 2,83
Juli 3,75 2,92 2,75 4,31 4,36 4,22 2,79
Agustus 3,53 2,78 3,01 4,58 4,31 4,26 2,72
September 3,50 2,74 2,80 4,67 4,24 3,85 2,74
Oktober 3,11 2,58 2,96 4,58 4,23 3,88 2,78
November 2,74 2,50 3,08 4,86 4,10 3,80
Desember 2,52 2,22 2,62 4,33 3,72 2,17
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
BOPO Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) (Dalam Persen (%))
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 75,75 86,22 70,43 80,05 92,54 86,94 95,09
Februari 79,56 78,39 72,06 83,77 91,65 83,72 93,35
Maret 77,63 77,77 72,95 91,90 92,78 84,47 92,34
April 78,78 77,77 73,95 84,50 93,79 86,82 92,31
Mei 79,05 76,24 76,87 76,49 93,53 87,37 92,26
Juni 77,35 75,74 76,18 71,76 94,22 85,68 90,98
Juli 76,59 75,87 76,13 79,80 87,41 85,74 91,56
Agustus 77,65 75,89 77,87 81,20 86,84 85,87 92,03
September 77,54 75,44 77,98 82,39 86,51 85,29 91,68
Oktober 78,03 75,04 79,06 75,61 86,36 84,89 94,16
November 77,92 75,29 78,59 93,50 86,40 84,34
Desember 78,41 74,97 78,21 79,28 88,61 96,22
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
150
Inflasi Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Inflasi (Dalam Persen (%))
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 7,02 3,65 4,57 8,22 6,69 4,14 3,49
Februari 6,84 3,56 5,31 7,75 6,29 4,42 3,83
Maret 6,65 3,97 5,90 7,32 6,38 4,45 3,61
April 6,16 4,50 5,57 7,25 6,79 3,60 4,17
Mei 5,98 4,45 5,47 7,32 7,15 3,33 4,33
Juni 5,54 4,53 5,90 6,70 7,26 3,45 4,37
Juli 4,61 4,56 8,61 4,53 7,26 3,21 3,88
Agustus 4,79 4,58 8,79 3,99 7,18 2,79 3,82
September 4,61 4,31 8,40 4,53 6,83 3,07 3,72
Oktober 4,42 4,61 8,32 4,83 6,25 3,31 3,58
November 4,15 4,32 8,37 6,23 4,89 3,58
Desember 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35 3,02
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
SBIS Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2017
Bulan Sertifikan Bank Indonesia (SBIS) (Miliar Rupiah)
Tahun 2011-2017
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 3.968 10.663 4.709 5.253 8.050 6.275 11.878
Februari 3.659 4.243 5.103 5.331 9.040 7.188 12.683
Maret 5.870 6.668 5.611 5.843 8.810 6.994 12.273
April 4.150 3.825 5.343 6.234 9.130 7.683 11.533
Mei 3.879 3.644 5.423 6.234 8.858 7.225 10.446
Juni 5.011 3.936 5.443 6.782 8.458 7.470 9.421
Juli 5.214 3.036 4.640 5.880 8.163 8.130 10.966
Agustus 3.647 2.918 4.299 6.514 8.585 8.947 11.716
September 5.885 3.412 4.523 6.450 7.720 9.442 12.626
Oktober 5.656 3.321 5.213 6.680 7.192 10.335 11.555
November 6.447 3.242 5.107 6.530 6.495 11.042
Desember 9.244 4.993 6.699 8.130 6.280 10.788
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2018
151
Lampiran II : Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Grafik Histogram
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018
Grafik P-Plot
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018
152
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 82
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,85695274
Most Extreme Differences Absolute ,074
Positive ,038
Negative -,074
Test Statistic ,074
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018
2. Uji Multikolonieritas
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
DPK ,278 3,591
CAR ,882 1,134
NPF ,801 1,248
BOPO ,300 3,332
INFLASI ,842 1,188
SBIS ,230 4,342
a. Dependent Variable: FDR
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018
3. Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018
153
4. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R
Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,896a ,804 ,788 2,96903 ,772
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK
b. Dependent Variable: FDR
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018
154
Lampiran III : Hasil Uji Hipotesis (Uji F, Uji T dan Uji R2 )
1. Uji Simultan (F)
Uji Simultan (F)
ANOVAa
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression 2704,334 6 450,722 51,130 ,000b
Residual 661,136 75 8,815
Total 3365,470 81
a. Dependent Variable: FDR
b. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2018
2. Uji Parsial (t)
Uji Parsial (t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 138.490 6.869 20.162 .000
DPK 2.471E-5 .000 .255 2.625 .011
CAR -1.455 .276 -.288 -5.283 .000
NPF 1.659 .466 .204 3.563 .001
BOPO -.305 .087 -.329 -3.524 .001
INFLASI .932 .217 .239 4.290 .000
SBIS -.001 .000 -.600 -5.624 .000
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018
3. Uji Koefisien Diterminasi (R2)
Uji Koefisien Diterminasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,896a ,804 ,788 2,96903
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, CAR, INFLASI, BOPO, DPK
b. Dependent Variable: FDR
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2018
155
Lampiran IV : Tabel Persentase Distribusi F Probabilita (α) = 0,05
Titik Persentase Distribusi F
Probabilita = 0.05