analisis potensi penerimaan retribusi parkir di...
TRANSCRIPT
ANALISIS POTENSI PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR
DI WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN
Oleh:
Subhan Irfansyah
NIM. 1113084000033
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
ANALISIS POTENSI PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR
DI WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Subhan Irfansyah
1113084000033
Di bawah Bimbingan:
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Hari Rabu, 23 Mei 2018 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Subhan Irfansyah
NIM : 1113084000033
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis Potensi Penerimaan Retribusi Parkir Di Wilayah
Kota Tangerang Sekatan.
Setelah mengamati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, 23 Mei 2018
1. Drs. Rusdianto, M.Sc ( )
Ketua
2. Arief Fitrijanto, M.Si ( )
Sekertaris
3. Fahmi Wibawa, M.Si ( )
Penguji Ahli
4. Arief Fitrijanto, M.Si ( )
Pembimbing I
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPRE
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Subhan Irfansyah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 02 Januari 1994
3. Alamat : Jalan Gelatik Atas No. 28 RT 08/009
Kelurahan Rengas, Kecamatan Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan
4. Telepon : 08978836741/085888255192
5. Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SDN Bintaro 012 Pagi Tahun 2000-2006
2. SMPN 177 Jakarta Tahun 2006-2009
3. SMKN 18 Jakarta Tahun 2009-2012
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2018
III. Pendidikan Non Formal
1. Student Leadership Developmet Program (SLDP) - YLC 2011
IV. Pengalaman Organisasi
1. Ketua Divisi Kegiatan Ikhwan Rohis SMKN 18 Jakarta Periode 2010.
2. Ketua Rohis SMKN 18 Jakarta Periode 2011.
3. Kordinator Divisi Lapangan Paskibra SMKN 18 Jakarta Periode 2011-
2012.
vii
4. Koordinator Divisi Olahraga dan Seni Himpunan Mahasiswa Jurusan
Ekonomi Pembangunan (HMJ EP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Jakarta Periode 2014-2015.
5. Kepala Bidang II yang membawahi Bidang Olahraga Seni dan Bidang
Ekonomi Kreatif Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan
(HMJ EP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta Periode 2015-
2016.
V. Seminar dan Workshop
1. Dialog Jurusan & Seminar Konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat dengan
Jurusan Sendiri” HMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
2. Rembuk Kebangsaan “Sosialisasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai
Sistem Keuangan Baru Melalui Kebudayaan” OJK dan Visi Indonesia,
2013.
3. Company Visit “Road to Bank Indonesia” HMJ IESP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
4. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah “Mewujudkan Regenerasi Mahasiswa
Ekonomi yang Berprestasi dalam Bidang Akademik” HMJ IESP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
5. Kuliah Umum “Fungsi Pengawasan Keuangan Negara sebagai
Katalisator Tercapainya Tujuan Memajukan Kesejahteraan Umum” BPK
RI dan HMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
6. Rembuk Nasional 2017 “Membangun untuk Kesejahteraan Rakyat”,
anggota Rembuk Nasional, 2017.
viii
ANALYZE THE POTENTIAL REVENUE OF PARKING RETRIBUTION
IN SOUTH TANGERANG CITY AREA
ABSTRACT
This study aims to analyze the potential revenue of parking retribution in South
Tangerang City area. This research used mixed method with quantitative and
qualitative approach. Quantitative approach is used to calculate the the potential
revenue of parking retribution and the effectiveness of revenue of parking
retribution in South Tangerang City, while the qualitative approach is descriptive
analysis with interview to obtain information which is related to the topic of this
research. The results showed that the retribution potential in South Tangerang
City reached Rp.3.303.408.500,in a year. The effectiveness of revenue retribution
by comparing the potential with realization is still less effective with the value of
79.43%. The constraints and problems which faced are low regulation of
retribution tariff, less profitable cooperation systems, lack of supervision
supervision, parking facilities and infrastructure still not satisfy, many illegal
parking areas.
Keywords: potential, effectiveness, parking retribution.
ix
ANALISIS POTENSI PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR
DI WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi penerimaan retribusi
parkir di wilayah Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan metode
kombinasi dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, Pendekatan kuantitatif
digunakan untuk menghitung potensi penerimaan retribusi parkir dan efektifitas
penerimaan retribusi parkir di wilayah Kota Tangerang Selatan, sedangkan
pendekatan kualitatif bersifat deskriptif analisis dengan wawancara yang
digunakan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan tema penelitian ini.
Hasil Penelitian menunjukkan potensi retribusi di wilayah Kota Tangerang
Selatan mencapai Rp.3.303.408.500,- dalam setahun. Efektifitas penerimaan
retribusi dengan membandingkan potensi dengan realisisasi masih kurang efektif
dengan nilai 79,43%. Kendala dan permasalahan yang dihadapi adalah peraturan
tarif retribusi yang rendah, sistem kerjasama yang kurang menguntungkan,
kurangnya pengawasan, sarana dan prasarana pakir yang belum memadai,
banyaknya parkir tidak resmi.
Kata Kunci: potensi, efektifitas, retribusi parkir.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, Puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala
atas berkat rahmat dan karunia-Nya dengan segala pengetahuan dan kekuasaan-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS
POTENSI PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR DI WILAYAH KOTA
TANGERANG SELATAN” dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Nabi Besar Muhammad Shallallah’Alayhi wa Sallam beserta keluarga dan
para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan,
saran, bimbingan, dukungan, semangat dan doa baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Sugiadi dan Ibu Sarinah, yang selalu
mendoakan dan memotivasi penulis serta memfasilitasi segala kebutuhan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Adik tercinta, Isnalia Adrin, yang selalu memberikan semangat dan
mendoakan penulis selama proses menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga.
xi
4. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Ibu Najwa Khairina selaku Ketua Jurusan
dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan
arahan serta bimbingan yang berarti dalam penyelesaian perkuliahan ini.
5. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, memberikan motivasi dan arahan kepada penulis dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini hingga skripsi ini selesai. Semoga bapak
selalu diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya dosen
Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu yang sangat
berguna dan bermanfaat bagi penulis selama perkuliahan, serta jajaran
karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani
dan membantu penulis selama perkuliahan.
7. Dinas Perubungan Kota Tangerang Selatan, SAMSAT Kota Tangerang
Selatan dan Badan Penerimaan Daerah Kota Tangerang Selatan yang telah
memberikan bantuan terkait data yang dibutuhkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman Wacana-ers (Luthfan, Gufron, Hery, Mahatir, Alvi, Rival,
Yoga, Ibas, Irfan, Jihad, Zekha) yang saling menolong, memotivasi,
mengingatkan dan memberi solusi satu sama lain selama masa perkuliahan
dan proses penulisan skripsi.
9. Desi Trisnawati yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dan
mendengarkan keluh kesah penulis ketika proses penulisan skirpsi.
xii
10. Teman-teman alumni SMKN 18 Jakarta Angkatan 2012 (Katam, Dimas,
Rheza, Marsha, Arifin, Aris) yang senantiasa memberikan dukungan
semangat dan hiburan kepada penulis.
11. Teman-teman dikepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusah Ekonomi
Pembangunan yang senantiasa berbagi suka duka serta memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis.
12. Teman-teman KKN 184 Dandelion yang memberikan wadah bagi penulis
untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
13. Seluruh teman-teman jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2013 yang
telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan
dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tangerang Selatan, Mei 2018
Subhan Irfansyah
xiii
DAFTAR ISI
COVER DALAM .................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPRE ..................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR lAMPIRAN ........................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 12
A. Landasan Teori .......................................................................................... 12
1. Peran dan Fungsi Pemerintah ............................................................... 12
2. Otonomi Daerah dan Desentralisasi ..................................................... 15
3. Pendapatan Asli Daerah........................................................................ 20
4. Retribusi Daerah ................................................................................... 24
xiv
5. Retribusi Parkir ..................................................................................... 31
6. Potensi Pendapatan ............................................................................... 33
7. Efektifitas ............................................................................................. 33
B. Penelitian Sebelumnya .............................................................................. 35
C. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 41
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 41
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................ 41
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 45
D. Metode Analisis Data ................................................................................ 47
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................ 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 51
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 51
1. Kondisi Geografis dan Administratif Kota Tangerang Selatan ............ 51
2. Perparkiran Di Kota Tangerang Selatan ............................................... 54
B. Hasil dan Pembahasan ............................................................................... 57
1. Potensi Penerimaan Retribusi Parkir .................................................... 57
2. Efektifitas Penerimaan Retribusi Parkir ............................................... 70
3. Kendala Pemungutan Retribusi Parkir ................................................. 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 74
A. Kesimpulan ................................................................................................ 74
B. Saran .......................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 81
xv
DAFTAR TABEL
Table 1.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan ................... 3
Tabel 1.2 Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah .................................................. 4
Tabel 1.3 Target dan Realisasi Retribusi Parkir Kota Tangerang Selatan Tahun
2010-2016 ............................................................................................................... 7
Tabel 1.4 Kontribusi Penerimaan Retribusi Parkir terhadap Retribusi Daerah Kota
Tangerang Selatan Tahun 2013-2016 ..................................................................... 8
Tabel 2.1 Lokasi Tempat Parki Di Wilayah Kota Tangerang Selatan Dikelola dan
Bekerjasama dengan Dinas Perhubungan ............................................................. 42
Tabel 2.2 Penentuan Sampel Lokasi Parkir .......................................................... 43
Tabel 2.3 Lokasi Parkir Yang Dijadikan Sampel Penelitian ................................. 44
Tabel 4.1 Kecamatan dan Kelurahan di Kota Tangerang selatan ......................... 52
Tabel 4.2 Hasil Observasi Lingkungan Pasar ....................................................... 59
Tabel 4.3 Hasil Observasi Lingkungan Pusat Bisnis ............................................ 60
Tabel 4.4 Hasil Obeservasi Lingkungan Tempat Makan ...................................... 61
Tabel 4.5 Hasli Observasi Lingkungan Tempat Futsal ......................................... 61
Tabel 4.6 Hasil Observasi Lingkungan Stasiun .................................................... 62
Tabel 4.7Hasil Observasi Lingkungan RUKO/Kantor ......................................... 63
Tabel 4.8 Intensitas Penggunaan SRP ................................................................... 64
Tabel 4.9 Potensi Penerimaan Retribusi Parkir ..................................................... 69
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar1.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan ................ 3
Gambar 1.2 Grafik Jumlah kendaraan bermotor di Kota Tangerang Selatan Tahun
2010-2015 ............................................................................................................... 5
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Tangerang Selatan .............................................. 51
Gambar 4.2 Persentase Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan per Kecamatan .. 54
xvii
DAFTAR lAMPIRAN
Lampiran 1 Foto Tempat Parkir di Kota Tangerang Selatan ................................ 82
Lampiran 2 Surat-Surat Perizinan ......................................................................... 83
Lampiran 3 Alur Perizinan Parkir ......................................................................... 87
Lampiran 4 Penarikan Retribusi Parkir ................................................................. 88
Lampiran 5 Parkir yang memungut Retribusi Parkir ............................................ 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia telah melaksanakan sistem desentralisasi dengan memberikan
sebagian kewenangan kepada daerah otonom, dalam hal ini adalah
pemerintah daerah. Otonomi daerah pada dasarnya bertujuan untuk
menyamaratakan pertumbuhan ekonomi disetiap daerah, dengan kata lain
pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengelola sumber-sumber
pendapatan dan keuangan daerahnya sendiri, serta meminimalisir campur
tangan pemerintah pusat di daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang direvisi menjadi
Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemberian
otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi
daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta
potensi dan keanekaragaman.
Otonomi Daerah merupakan pemindahan sebagian besar kewenangan
yang semula berada di pemerintah pusat diserahkan kepada daerah otonom,
sehingga pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam merespon
tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Misi
utama otonomi daerah sendiri adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas
2
pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, menciptakan efisiensi dan
efektifitas pengelolaan sumber daya daerah, dan memberdayakan serta
menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi dalam
pembangunan (Mardismo, 2002 : 59).
Salah satu bentuk pelimpahan kewenangan yang diberikan Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah daerah adalah pelimpahan kewenangan dalam
mengatur kebijakan keuangan daerah, dalam Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 yang juga membahas tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjelaskan sumber penerimaan
daerah terdiri dari pendapatan daerah dan pembiayaan daerah. Pendapatan
daerah yang dimaksud adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan
dan Lain-lain Pendapatan. Sedangakan pembiayaan bersumber dari Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana
Cadangan Daerah dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.
Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam
daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumber Pendapatan Asli
Daerah yang tertulis dalam Undang-Undang di atas adalah Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan
Lain-lain PAD yang sah. Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung
pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi
diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah
3
terhadap APBD, semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh
pendapatan asli daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan
pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat.
Kota Tangerang Selatan dimekarkan pada tahun 2008 merupakan salah
satu kota dengan penerimaan Pedapatan Asli Daerah (PAD) yang selalu
mengalami peningkatan tiap tahun. Tingkat penerimaan PAD suatu daerah
menunjukkan kemampuan daerah tersebut dalam memaksimalkan potensi
yang ada di daerahanya.
Table 1.1
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan
Tahun PAD
2013 Rp.728.965.301.483,-
2014 Rp.1.012.665.441.837,-
2015 Rp.1.225.791.487.473,-
2016 Rp.1.346.240.155.744,-
Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan
Gambar 1.1
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan
Sumber: Data diolah
Rp0
Rp200.000.000.000
Rp400.000.000.000
Rp600.000.000.000
Rp800.000.000.000
Rp1.000.000.000.000
Rp1.200.000.000.000
Rp1.400.000.000.000
Rp1.600.000.000.000
2013 2014 2015 2016
pe
ne
rim
aan
tahun
PAD
4
Jika dilihat dari Tabel 1.1 di atas, menunjukkan Pendapatan Asli Daerah
di Kota Tangerang Selatan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya,
dimulai dari tahun 2013 sampai tahun 2016. Peningkatan terbesar terjadi pada
tahun 2014, di mana realisasi penerimaan PAD dari tahun sebelumnya
mengalami peningkatan sebesar lebih dari 280 miliar rupiah. Peningkatan
PAD tersebut menujukan masih banyak potensi-potensi pendapatan yang
dapat dikembangkan di Kota Tangerang Selatan.
Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah adalah Retribusi Daerah,
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 9 Tahun 2014
Tentang Retribusi Daerah, Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau
orang.
Tabel 1.2
Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah
Tahun Retribusi Daerah
2013 Rp.92.366.248.545,-
2014 Rp.91.545.037.341,-
2015 Rp.103.395.104.070,-
2016 Rp.86.763.986.592,-
Sumber: BAPENDA Kota Tangerang Selatan
Dari Tabel 1.2 di atas, diketahui pendapatan Retribusi Daerah di Kota
Tangerang Selatan pada tahun 2013 sampai tahun 2016. Dapat dilihat pada
tahun 2015 terjadi peningkatan cukup tinggi untuk penerimaan retribusi
daerah sebesar Rp.11.850.066.729,- dan pada tahun 2016 terjadi penurunan
5
penerimaan dari tahun sebelumnya sebesar Rp.16.631.117.478,-. Hal ini
menunjukkan pendapatan retribusi daerah di Kota Tangerang Selatan masih
dinamis, sedangkan potensi dari obyek retribusi daerah di Kota Tangerang
Selatan cukup banyak dan beragam, salah satunya potensi berasal dari
kendaraan bermotor.
Sehubungan dengan jumlah kendaraan bermotor, grafik berikut akan
menggambarkan jumlah kendaraan bermotor yang ada di wilayah Kota
Tangerang Selatan.
Gambar 1.2
Grafik Jumlah kendaraan bermotor di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010-2015
Sumber: Kantor SAMSAT Kota Tangerang Selatan
Dari gambar 1.2 di atas, menunjukkan jumlah kendaraan bermotor yang
ada di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010 sampai tahun 2015
mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Sebagaimana yang tergambar dari
grafik di atas pada tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor di Kota Tangerang
Selatan berjumlah 149.802 unit dan pada tahun 2015 berjumlah 301.735 yang
111.226 133.675
149.894 169.630
191.397 208.798
38.576 48.008 58.909 72.065 84.124 92.937
149.802 181.683
208.803 241.686
275.521 301.735
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Roda 2 Roda 4 Jumlah Kendaraan Bermotor
6
berarti dalam kurun waktu lima tahun pertumbuhan kendaraan bermotor di
Kota Tangerang Selatan mencapai dua kali lipat, dimana rata-rata
pertumbuhan kendaraan bermotor mencapai 1,15%.
Laju pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai angka 301.735
unit di tahun 2015 di sisi lain juga akan meningkatkan kebutuhan fasilitas
tempat parkir yang memadai. Pemerintah daerah sebagai pemilik lahan atas
wilayah kekuasaanya, tentu dapat memanfaatkan momentum ini guna
menggenjot penerimaan kas daerahnya. Dengan membangun fasilitas tempat
parkir di lingkungan yang memiliki potensi parkir yang baik, pemerintah
daerah dapat memungut retribusi atas jasa yang telah mereka keluarkan dalam
pengadaan fasilitas tempat parkir.
Pendapatan Asli Daerah pada pemerintahan daerah tingkat II yaitu
Kabupaten/Kota yang berkaitan dengan perparkiran salah satunya adalah
retribusi perparkiran, Retribusi Parkir dianggap cukup berpotensi
memberikan kontribusi dalam menunjang penerimaan keuangan daerah.
Pemanfaatan retribusi parkir di daerah diharapkan mampu dimanfaatkan
sebaik-baiknya sehingga dapat dipergunakan secara efisien untuk
memperbaiki sarana dan prasarana kota, khususnya perbaikan fasilitas parkir,
sehingga akan meningkatkan kualitas dari penyelenggaraan fasilitas parkir
(Septianawati, 2012:4).
Pembinaan dan pengelolaan perparkiran merupakan kegiatan yang perlu
dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi di daerah. Hal ini dilakukan
untuk menjamin terselenggaranya pembinaan yang berhasil mewujudkan
7
penataan lingkungan perkotaan, kelancaran lalu lintas jalan, ketertiban
administrasi pendapatan daerah, serta mampu mengurangi beban sosial
melalui penyerapan tenaga kerja (SK Mendagri No. 34 Tahun 1980).
Pemerintah daerah mempunyai tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam
membina pengelolaan perparkiran di wilayahnya, yang pada hakekatnya
merupakan bagian dari kegiatan pelayanan umum. Sebagai imbalan
penyelenggaraan pelayanan umum dimaksud, pemerintah daerah memiliki
hak menerima dana dari masyarakat berupa retribusi/sewa dan pajak sebagai
salah satu sumber pendapatan asli daerah (Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat, 1998;8).
Retribusi Parkir Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang dalam hal ini
dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan penerimaannya
mengalami peningkatan pada tiap tahunnya, sebagaimana yang terlihat pada
Tabel 1.3 di bawah ini;
Tabel 1.3
Target dan Realisasi Retribusi Parkir
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010-2016
Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota
Tangerang Selatan
Tahun Retribusi Parkir
Target Realisasi %
2010 Rp.45.000.000,- Rp.27.714.000,- 61,59%
2011 Rp.45.000.000,- Rp.35.152.000,- 78,12%
2012 Rp.400.000.000,- Rp.94.900.000,- 23,73%
2013 Rp.450.000.000,- Rp.100.150.000,- 22,26%
2014 Rp.450.000.000,- Rp.127.650.000,- 28,37%
2015 Rp.450.000.000,- Rp.606.563.500,- 134,79%
2016 Rp.2.000.000.000,- Rp .2.623.959.607,- 131,20%
8
Dari Tabel 1.3 di atas, menunjukkan penerimaan retribusi parkir di Kota
Tangerang Selatan mengalami peningkatan di setiap tahun. Kenaikan
penerimaan retribusi parkir terjadi dari tahun 2010 sampai tahun 2016. Pada
tahun 2010 sampai 2014 penerimaan retribusi parkir masih sangat rendah, hal
ini diduga sistem pengelolaan parkir di Kota Tangerang Selatan masih belum
baik. Dilihat dari persentase realisasi dan target yang masih sangat rendah
pada tahun 2012 sampai 2014 yang pencapaian realisasinya dibawah 30%.
Baru terjadi kenaikan cukup signifikan terjadi pada tahun 2015 dimana
penerimaan mencapai Rp.606.563.000,- padahal pada tahun sebelumnya
hanya menerima Rp.127.650.000,-. Sedangkan kenaikan penerimaan paling
signifikan terjadi pada tahun 2016 yang mencapai Rp.2.623.959.607,-.
Penerimaan retribusi parkir di Kota Tangerang Selatan mengalami
peningkatan disetiap tahunnya. Berikut ini adalah kontribusi retribusi parkir
terhadap retribusi daerah di Kota Tangerang Selatan tahun 2013-2016 pada
Tabel 1.4:
Tabel 1.4
Kontribusi Penerimaan Retribusi Parkir terhadap Retribusi Daerah
Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2016
Sumber: Data diolah
Tahun Retribusi Daerah Realisasi Retribusi Parkir %
2013 Rp.92.366.248.545,- Rp.100.150.000,- 0,11%
2014 Rp.91.545.037.341,- Rp.127.650.000,- 0,14%
2015 Rp.103.395.104.070,- Rp.606.563.500,- 0,58%
2016 Rp.86.763.986.592,- Rp.2.623.959.607,- 3,02%
9
Dari tabel 1.4 di atas, menunjukkan kontribusi retribusi parkir terhadap
retribusi daerah di Kota Tangerang Selatan masih sangat minim. Hal ini dapat
dilihat dari tahun 2013 sampai 2015 kontribusinya masih dibawah 1%,
sedangkan pada tahun 2016 kontribusinya mencapai 3,02%, namun ini
cenderung dikarenakan retribusi daerah yang mengalami penurunan pada
tahun tersebut.
Kebutuhan tempat parkir di Kota Tangerang Selatan sangat besar,
karena pertumbuhan kendaraan bermotor juga terus mengalami peningkatan.
Kondisi parkir pinggir jalan di Kota Tangerang Selatan saat ini juga masih
memprihatinkan, antara lain belum dilengkapi dengan sarana pendukung
seperti rambu parkir, garis marka parkir, papan tarif retribusi, dan lain-lain.
Permasalahan ini yang menyebabkan penerimaan retribusi parkir masih
minim kontribusi terhadap retribusi daerah ataupun PAD.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kontribusi Retrbusi Parkir
masih sangat kecil terhadap Pendapat Asli Daerah, meskipun potensinya
cukup besar. Maka penulis tertarik untuk membuat penelitian yang
membahas masalah tersebut dengan judul “Analisis Potensi Penerimaan
Retribusi Parkir di Wilayah Kota Tangerang Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Realisasi Retribusi di Wilayah Kota Tangerang Selatan masih cukup
relevan untuk ditingkatkan, mengingat besarnya potensi retribusi yang belum
dimanfaatkan secara maksimal. Penggalian potensi retribusi parkir sebagai
salah satu bentuk retribusi daerah didasarkan atas adanya perubahan-
10
perubahan yang terjadi dalam masyarakat, baik dalam perubahan demografi
seperti pertumbuhan jumlah penduduk, perubahan ekonomi maupun sosial
dimana kendaran bermotor menjadi kebutuhan yang bersentuhan langsung
dengan kegiatan sehari hari, mempunyai implikasi tertentu kepada sektor
parkir.
Berdasarkan uraian latar belakang tesebut, permasalahan yang akan
diteliti sebagai berikut:
1. Berapa besar potensi penerimaan retribusi parkir di wilayah Kota
Tangerang Selatan?
2. Berapa efektifitas pemungutan retribusi parkir di wilayah Kota
Tangerang Selatan?
3. Apa yang menjadi kendala dan permasalahan dalam proses pemungutan
retribusi parkir?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang
akan dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menghitung besaran potensi retribusi parkir di wilayah Kota Tangerang
Selatan.
2. Menganalisa efektifitas pemungutan retribusi parkir yang dilaksanakan
Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan selama ini.
3. Menganalisa permasalahan dan kendala dalam pemungutan retribusi
parkir di wilayah Kota Tangerang Selatan.
11
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkaitan dengan permasalahan yang diungkap, sehingga dapat
digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan
atau kebijakan sehingga mendapat hasil yang lebih baik. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dapat memberikan wawasan keilmuan bagi akademisi
tentang potensi rertibusi parkir dan untuk mendukung penelitian
selanjutnya.
2. Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi baru untuk
dipertimbangkan kebijakan Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam
meningkatkan penerimaan retribusi parkir di wilayahnya.
3. Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat tentang
tarif dan tempat parkir yang dikelola Pemerintah Kota Tangerang
Selatan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Peran dan Fungsi Pemerintah
Pemerintahan pada awalnya bertujuan untuk menjaga sebuah sistem
ketertiban yang ada di masyarkat. Hal ini memungkinkan masyarakat
dapat hidup dengan baik, sehingga kondisi kehidupan masyarakat berjalan
dengan wajar. Seiring dengan perkembangan pada masyarakat saat ini
ditandai dengan meningkatnya kebutuhan dasar masyarakat, peran
pemerintah juga berubah untuk melayani masyarakat. Secara hakekat
permerintah modern adalah pelayan untuk masyarakat, pemerintah
melayani masyarakat guna mencapai kondisi yang memungkinkan setiap
individu mengembangkan segala potensi dan kreatifitasnya agar
kesejahteraan bersama. (Rasyid, 2000:13)
Hal ini menjelaskan bahwa suatu pemeritahan hadir karena adanya
suatu komitmen bersama yang terjadi antara pemerintah dengan rakyatnya
sebagai pihak yang diperintah yang mana komitmen tersebut hanya dapat
dipegang apabila rakyat dapat merasa bahwa pemerintah itu memang
diperlukan untuk melindungi, memberdayakan dan mensejahterakan
rakyat. Selanjutnya Rasyid (2000 :13) menyebutkan secara umum tugas-
tugas pokok pemerintahan mencakup :
13
Pertama, menjamin keamanan Negara dari segala kemungkinan
serangan dari luar, dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan
dari dalam yang dapat menggulingkan pemerintahan yang sah
melalui cara-cara kekerasan.
Kedua, memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya
kericuhan di antara warga masyarakat, menjamin agar perubahan
apapun yang terjadi di dalam masyarakt dapat berlangsung secara
damai.
Ketiga, menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap
warga masyarakat tanpa membedakan status apapun yang
melatarbelakangi keberadaan mereka.
Keempat, melakukan pekerjaan umum dan memberikan pelayanan
dalam bidang-bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga
non pemerintahan, atau yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh
pemerintah.
Kelima, melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial: membantu orang miskin dan memelihara orang cacat, jompo
dan anak
Menurut teori ekonomi publik, fungsi pemerintah terdiri dari 3
fungsi yaitu (Musgrave, 1984) :
a. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi sangat terkait erat dengan kewenangan utama bagi
pemerintah daerah karena menyangkut alokasi sumber-sumber ekonomi
14
kepada masyarakat. Alokasi kepada masyarakat tersebut terutama
terhadap barang publik yang nilainya relatif sangat besar tetapi swasta
tidak dapat menyediakan.
b. Fungsi Distribusi
Adalah perang pemerintah dalam perekonomian dalam
mendistribusikan sumber-sumber ekonomi (pendapatan) kepada seluruh
masyarakat. Jadi dalam hal ini pemerintah menjamin bahwa seluruh
golongan masyarakat dapat mengakses sumber-sumber ekonomi
(pendapatan) kepada seluruh masyarakat. dalam hal ini pemerintah
menjamin bahwa seluruh golongan masyrakat dapat mengakses sumber
ekonomi dan mendapatkan penghasilan yang layak.
Fungsi distribusi ini memiliki keterkaitan erat dengan pemerataan
kesejahteraan secara proporsional dalam rangka mendorong tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang optimal.
c. Fungsi Stabilisasi
Adalah peran pemerintah dalam menjamin dan menjaga stabilitasi
perekonomian secara makro (agregat) misalnya mengendalikan laju
inflasi, keseimbangan neraca pembayaran, pertumbuhan dan lain-lain.
Oleh karena itu fungsi ini berkaitan erat dengan fungsi variable
ekonomi makro dengan berbagai instrument kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal. Dengan demikian fungsi ini lebih banyak dimiliki
pemerintah pusat disbanding pemerintah daerah.
15
2. Otonomi Daerah dan Desentralisasi
Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
yang telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
menyatakan pemberian otonomi daerah kepada daerah didasarkan atas
asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas dan bertanggung
jawab.
Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu
melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan, dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan
hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintah daerah,
potensi dan keanekaragaman daerah. aspek hubungan wewenang
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
dilaksanakan secara adil dan selaras. Disamping itu, perlu diperhatikan
16
pula peluang dan tantangan dalam persaingan global memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Nurlan Darise, 2007).
a. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan
pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah. Daerah memiliki kewenangan
membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan
peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan
pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip
otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata
adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan
dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang nyata
senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan
berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan
demikian isi dan jenis otonomi bagi tiap daerah tidak selalu sama
dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi bagi
setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun yang
disebut dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang
dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan
dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk
17
memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.
Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus
selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan
selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam
masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus
menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya,
artinya dapat membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatakan
kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. hal
yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu
membangun hubungan yang serasi antar daerah dan pemerintah, artinya
harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan
tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka
mewujudkan tujuan negara.
Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan
yang hendak dicapai, pemerintah harus melakukan pembinaan yang
berupa pemberian pedoman seperti penelitian, pengembangan,
perencanaan, dan pengawasan. Disamping itu diberikan juga standar,
arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi,
pemantauan dan evaluasi. Bersamaan dengan itu pemerintah wajib
memberikan fasilitasi yang memberikan peluang kemudahan, bantuan,
dan dorongan kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat
18
dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Konsep Desentralisasi
Sejalan dengan pertumbuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, desentralisasi secara terus menerus mengalami
perkembangan. Sebagai tonggak awal peraturan perundangan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang mengatur mengenai keberadaan
Komite Nasional Daerah adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945.
Namun peraturan ini belum menjadi peraturan yang sempurna
mengenai keberadaan Pemerintahan Daerah di Negara Kesatuan
Republik Indonesia karena sifatnya masih sementara.
Seiring dengan tumbangnya orde baru dan munculnya tuntutan
reformasi pemerintahan dalam segala aspeknya, maka mulai tahun 1999
diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan terakhir diganti dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk
memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsan dan
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini merupakan penjabaran dari prinsip otonomi seluas-
luasnya dimana daerah diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus
semua urusan pemerintahan selain yang menjadi urusan pemerintah
pusat. Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi
19
kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan
kepentingan dan aspirasi yang muncul dalam masyarakat. Batasan
mengenai konsep desentralisasi dikemukakan oleh banyak ahli
pemerintahan. Perbedaan sudut pandang para ahli mengakibatkan
batasan yang pasti mengenai konsep desentralisasi sulit diperoleh.
Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagaimana dikutip oleh Koswara (2001)
memberikan batasan bahwa desentralisasi adalah :
Decentralization refers to the transfer of authority away from
the national capital wheter by deconcentration (i.e. delegation)
to field office or by devolution to local authorities or local
bodies.
Dari definisi di atas menjelaskan bahwa terdapat proses
penyerahan (transfer) kekuasaan dari Pemerintah Pusat (National
Capital) dengan dua variasi yaitu (1) melalui dekonsentrasi (delegasi)
kepada pejabat intansi vertikal di daerah atau (2) melalui devolusi
(pengalihan tanggungjawab) kekuasaan pada peemerintah yang
memiliki otoritas pada daerah tertentu atau lembaga-lembaga otonomi
daerah.
Hakekat otonomi daerah adalah adanya kewenangan yang lebih
besar dalam pengurusan maupun pengelolaan daerah termasuk di
dalamnya pengelolaan keuangan. Mardiasmo (2002) memberikan
pendapat bahwa dalam era otonomi daerah tidak lagi sekedar
menjalankan instruksi dari pusat, tetapi benar-benar mempunyai
20
keleluasaan untuk meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan
potensi yang selama era otonomi bisa dikatakan terpasung. Pemerintah
Daerah diharapkan semakin mandiri, mengurangi ketergantungan
terhadap Pemerintah Pusat, bukan hanya terkait dengan pembiayaan,
tetapi juga terkait dengan (kemampuan) pengelola daerah. terkait
dengan hal itu, Pemerintah Daerah diharapkan semakin mendekatkan
diri dalam berbagai kegiatan pelayanan publik guna meningkatkan
tingkat kepercayaan publik. Seiring dengan semakin tingginya tingkat
kepercayaan, diharapkan tingkat partisipasi (dukungan) publik terhadap
Pemerintah Daerah juga semakin tinggi.
Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014 memberikan definisi
desentralisasi sebagai penyerahan wewenang pemerintah kepada daerah
otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
pelaksanaannya, desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan di daerah
dilaksanakan dengan menyerahkan urusan pemerintahan kepada daerah
dengan memperhatikan kemampuan, keadaan dan kebutuhan masing-
masing daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyatanya,
dinamis dan bertanggungjawab.
3. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-perundangan (Nurlan Darise,
2007). Pendapatan Asli Daerah yang merupakan sumber penerimaan
21
daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian
belanja daerah yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan
kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian
otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab dapat
dilaksanakan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pendapatan
Asli Daerah adalah sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah
daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Dalam hal Pendapatan Asli Daerah (PAD), pemerintah daerah,
provinsi, kabupaten dan kota memiliki wewenang penuh potensi daerah
yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah, termasuk didalamnya
membuat peraturan-peraturan daerah yang bertujuan mengoptimalkan
pendapatan bagi daerah. Dalam pengelolaan Pendapatan Asli Daerah harus
ada pemisahan asset daerah secara jelas antara provinsi, kabupaten dan
kota, agar terhindar dari konflik dalam pemungutan pajak dan retribusi
daerah antara provinsi dan kabupaten/kota. (Chalid, 2005 : 26)
Sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, dan khusus untuk Pajak
daerah dan retribusi daerah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 terdiri
dari :
a. Pajak daerah
22
Sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah, yang
dimaksud pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daaerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dilaksanakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah
b. Retribusi daerah
Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang retribusi daerah, yang
dimaksud dengan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
c. Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan adalah hasil Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD). Jenis penerimaan yang termasuk hasil
pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan antara lain
bagian laba, laba, deviden dan penjualan saham milik daerah.
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Adalah pendapatan daerah yang bukan berasal dari pokok 3 (tiga) hal
sebelumnya, missal penjualan asset daerah dan jasa giro.
Khusus pajak dan retribusi daerah dasar hukum pemungutannya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan
23
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah. Dalam rangka meningkatkan pendapatan asli dareah, pemerintah
daerah dilarang:
a. Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang dapat
menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
b. Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat
mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa daerah, dan kegiatan
ekspor/impor.
Dari penjelasan pajak dan retribusi di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang perbedaan antara pajak dengan retribusi. Perbedaan tersebut
sebagaimana berikut: (Munawir dalam M.P. Siahaan, 2010 : 10)
a. Kontra Prestasi (Balas Jasa). Pada retribusi individu atau golongan
yang membayar retribusi dapat menerima balas jasa secara langsung,
sedangkan pada pajak individu atau golongan yang membayar pajak
tidak dapat merasakan balas jasa secara langsung
b. Balas jasa pemerintah. Hal ini berkaitan dengan tujuan pembayaran,
yaitu balas jasa pemerintah dalam pajak bersifat umum. Seluruh rakyat
dapat menikmati balas jasa, baik yang membayar pajak maupun yang
dibebaskan dari pajak. Sebaliknya, balas jasa pemerintah dalam
retribusi bersifat khusus, hanya dinikmati oleh pihak yang telah
melakukan pembayaran retribusi.
c. Sifat pemungutannya. Pajak Bersifat Umum, artinya berlaku untuk
setiap orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Sementara
24
retribusi berlaku untuk orang tertentu, yaitu yang menikmati jasa
pemerintah.
d. Sifat pelaksanaan. Pemungutan retribusi didasarkan atas peraturan yang
berlaku umum dan dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan, setiap
orang yang ingin mendapatkan suatu jasa tertentu dari pemerintah harus
membayar retribusi. Jadi sifat paksaan pada retribusi bersifat ekonomis
sehingga pada hakikatnya diserahkan kembali kepada yang
bersangkutan untuk membayar atau tidak. Hal ini berbeda dengan
pajak, sifat paksaan pad pajak bersifat yuridis, artinya bahwa setiap
orang yang melanggarnya akan mendapat sanksi hukuman, baik berupa
sanksi pidana ataupun denda.
e. Lembaga atau badan pemungutan. Pajak dapat dipungut oleh
pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah, sedangkan retribusi
hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah.
4. Retribusi Daerah
a. Pengertian Retribusi Daerah
Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada
negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara kepada
penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat
langsung, yaitu hanya pembayar retribusi yang dapat menikmati balas
jasa dari negara. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia, saat ini penarikan retribusi hanya dapat dipungut
oleh pemerintah daerah. (Siahaan, 2010:7)
25
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 retribusi daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jasa adalah
kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya, dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Dengan begitu bila seseorang
ingin menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, maka
ia harus membayar retribusi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini
dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan
undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan.
2) Hasil penerimaan retribusi masuk ke dalam kas daerah.
3) Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi
(balas jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas
pembayaran yang dilakukan.
4) Retribusi terutang apabila ada jaasa yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
5) Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi ekonomis,
yaitu jika tidak membayar retribusi tidak akan memperoleh jasa
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
26
b. Jenis Retribusi Daerah
Retribusi daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 adalah sebagaimana di bawah ini:
1) Retribusi Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan. Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang
disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum. Jenis Retribusi Jasa Umun
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal
120-124 meliputi:
a) Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b) Retribusi Pelayanan Persampahan;
c) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk
dan Akta Catatan sipil;
d) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
e) Retribusi Pelayanan Pasar;
f) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
g) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
h) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
i) Retribusi Penyediaan dan atau Penyedotan Kakus;
j) Retribusi Pengelolahan Limba Cair
k) Retribusi Pelayan Tera/Tera Ulang;
27
l) Retribusi Pelayan Pendidikan; dan
m) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
2) Retribusi Jasa Usaha, adalah retribusi atas jasa yang disediakan
oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial
karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial. Kriteria
pelayanan yang yang disediakan pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komerisal adalah pelayan dengan
menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal dan pelayanan oleh pemerintah
daerah sepanjang belum memadainya pelayan yang disediakan
oleh pihak swasta. Retribusi Jasa Usaha yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 127-138 meliputi:
a) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b) Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan;
c) Retribusi Tempat Pelelangan;
d) Retribusi Termina;
e) Retribusi Tempat Parkir Khusus;
f) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
g) Retribusi Rumah Pemotongan Hewan;
h) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
i) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
28
j) Retribusi Penyebrangan di Air; dan
k) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
3) Retribusi Perizinan Tertentu, adalah retribusi atas kegiatan
tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada
orang pribadi atau badan, yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana atas fasilitas tertentu guna melindungin
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Retribusi
Perizinan tertentu yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 Pasal 141-146 meliputi:
a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
b) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
c) Retribusi Izin Gangguan;
d) Retribusi Izin Trayek; dan
e) Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Jasa yang menjadi objek retribusi hanyalah jasa yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah secara langsung. Jika jasa
yang diselenggarakan oleh perangkat pemerintahan daerah, tetapi
tidak secara langsung, maka tidak dapat dikenakan retribusi misalnya
seperti BUMD. Jasa yang diselenggaarakan oleh BUMD bukan
merupakan objek retribusi. Jasa yang dikelola secara khusus oleh
BUMD tidak merupakan objek retribusi, melainkan sebagai
29
penerimaan BUMD sesuai dengan perundang-undangan yang belaku.
Pada dasarnya BUMD merupakan badan usaha yang dimiliki oleh
dareah, tetapi dalam melaksanakan kegiatannya berdiri secara mandiri
dan terlepas dari kegiatan pemerintah daerah. Apabila BUMD
memanfaatkan jasa atau perizinan tertentu yang diberikan oleh
pemerintah daerah, maka BUMD wajib membayar retribusi (Siahaan,
2010).
c. Perhitungan Retribusi
Retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan pengguna
jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan tingkat
penggunaan jasa dengan tarif retribusi.
Tingkat penggunaan jasa adalah jumlah pengguna jasa yang
dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul pemerintah daerah
untuk menyelenggarakan jasa yang bersangkutan.
Tarif retribusi adalah rupiah atau persentase tertentu yang
ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi daerah yang terutang.
Tarif retribusi dapat ditentukan seragam atau bervariasi menurut
golongan sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi.
Tarif retribusi ditinjau kembali secara berkala memerhatikan prinsip
dan sasaran penetapan tarif retribusi. Peninjauan kembali adalah
wewenang daerah yang bertujuan untuk mengantisipasi perkembangan
30
perekonomian daerah berkaitan dengan objek retribusi yang
bersangkutan.
Dalam Undang-Undang 28 Tahun 2009 Pasal 155 ditetapkan
jika tarif retribusi ditinjau kembali paling lama tiga tahun sekali.
Peninjauan kembali dilakukan dengan memerhatikan indeks harga dan
perkembangan perekonomian. Penetapan tarif retribusi ditetapkan
dengan peraturan kepala daerah.
d. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
Tarif retribusi daerah ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan
memerhatikan prinsip dan sasaran penetapan tarif yang berbeda antar
golongan retribusi daerah. Sesuai dengan Pasal 21 Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000 dan Pasal 8-10 dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2001 (dalam Siahaan, 2010), prinsip dan sasaran
dalam penetapan tarif retribusi daerah ditentukan sebagai berikut.
1) Tarif retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan
daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.
Dengan ketentuan ini makan daerah mempunyai kewenangan
untuk menetapkan prinsip dan sasaran yang ingin dicapai dalam
menetapkan tarif retribusi jasa umum, seperti menutup sebagian
taun sama dengan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan dan
membantu golongan masyarakat kurang mampu sesuai dengan
jenis pelayanan yang diberikan.
31
2) Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 153,
prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa usaha
didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
layak. Keuntungan yang layak adalah keuntungan yang diperoleh
apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan
berorientasi pada harga pasar.
3) Tarif retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasarkan pada
tujuan hasil retribusinya dapat menutup sebgaian atau seluruh
biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Biaya
penyelenggaraan izin yang bersangkutan meliputi penerbitan
dokumen izin, pengawasan dilapangan, penegakan hukum,
penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin
tersebut.
5. Retribusi Parkir
Pada pembahasan sebelumnya mengenai retribusi daerah, sudah di
jelaskan jenis-jenis retribusi daerah. Dalam retribusi daerah terdapat dua
jenis retribusi yang dipungut dari perparkiran, yaitu Retribusi Pelayanan
Parkir di Tepi Jalan Umum pada Retribusi Jasa Umum dan Retribusi
Tempat Parkir Khusus pada Retribusi Jasa Usaha.
a. Retribusi Parkir di Tepi jalan Umum
Retribusi parkir di tepi jalan umum (on the street) adalah
pungutan sebagai pembayaran atas pelayanan parkir di tepi jalan
umum, dalam hal ini badan jalan yang digunakan sebagai tempat
32
parkir kendaraan. Atas pemanfaatan tempat parkir di badan jalan
tersebut, para pengguna harus membayar dengan jumlah tertentu
sebagai retribusi parkir. Besaran tarif yang dipungut ditetapkan
memalui Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah dengan
memperhatikan ketentuan dan prinsip pengenaan tarif yang berlaku.
Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah
penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Subjek retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah
orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati
pelayanan parkir di tepi jalan umum.
b. Retribusi Tempat Parkir Khusus
Tempat Khusus Parkir adalah kegiatan parkir dengan
mmanfaatkan mendia lahan terbuka ataupun gedung yang secara
khusus dibangun sebagai penunjang atau pokok usaha perparkiran.
Tempat khusus parkir meliputi pelataran lingkungan tempat khusus
parkir, taman tempat khusus parkir dan gedung atau tembok tempat
khusus parkir. Retribusi tempat parkir khusus adalah pungutan sebagai
pembayaranatas pelayanan parkir di tempat khusus parkir. Besaran
tarif yang dipungut ditetapkan memalui Peraturan Daerah atau
Keputusan Kepala Daerah dengan memperhatikan ketentuan dan
prinsip pengenaan tarif yang berlaku.
33
Objek Retribusi tempat parkir khusus adalah pelayanan tempat
khusus parkir yang disediakan, dimiliki, dan atau dikelola oleh
pemerintah daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi Tempat Khusus
Parkir adalah pelayanan tempat parkir yang disediakan, dimiliki, dan
atau dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Subjek retribusi tempat parkir khusus adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan atau menikmati pelayanan parkir tempat parkir
khusus.
6. Potensi Pendapatan
Potensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan;
kekuatan; kesanggupan; daya.
Potensi Pendapatan Retribusi Parkir adalah taksiran pendapatan
retribusi parkir yang diperoleh per hari dapat dihitung dengan mengalikan
volume parkir yang terjadi dengan tarif yang berlaku. Sedangkan untuk
lokasi yang menggunakan tarif progresif, perhitungan taksiran pendapatan
retribusi parkir per hari di lakukan dengan cara mengalikan tarif parkir
yang berlaku tiap jamnya dengan jumlah kendaraan parkir dengan durasi
tertentu (Septianawati, 2012:38).
7. Efektifitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai
arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Menurut
Bayangkara (2014:14), pengertian efektivitas dapat dipahami sebagai
34
tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Sehingga dapat dikatakan, efektivitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah
dicapai oleh organisasi, yang mana target tersebut sudah ditentukan
terlebih dahulu, atau merupakan perbandingan antara realisasi penerimaan
retribusi parkir dengan target penerimaan retribusi parkir, yang dapat
ditulis dengan rumus:
Rumus tersebut menggambarkan kemampuan pemerintah dalam
merealisasikan retribusi parkir yang telah direncanakan dengan target yang
telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Mahmudi (2015:11), tingkat
efektivitas dapat dikategorikan dengan kriteria berikut:
Persentase Kriteria
Diatas 100%
90% - 100%
80% - 90%
60% - 80%
Kurang dari 60%
Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif
Sumber: Mahmudi (2015:11)
Jika persentase yang dicapai semakin besar, maka dapat diartikan
bahwa semakin efektif suatu organisasi atau kegiatan tersebut berjalan,
dan sebaliknya jika persentase yang dicapai semakin kecil, maka semakin
tidak efektif suatu organisasi atau kegiatan tersebut berjalan. Efektivitas
tidak menyatakan tentang berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk
35
mencapai tujuan, tetapi efektivitas hanya melihat apakah suatu program
atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Penelitian Sebelumnya
1. (Jufrizen, 2013) Ansalisis Potensi Penerimaan Retribusi Parkir Pada
Pusat-Pusat Perbelanjaan Kota Medan. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui apakah penetapan target penerimaan retribusi parkir sudah
seusai dengan kapasitas retribusi parkir, mengetahui apakah realisasi
penerimaan retribusi parkir sudah sesuai dengan target penerimaan
retribusi parkir dan mengetahui upaya yang harus dilakukan untuk
meningkatkanpenerimaan retribusi parkir di Kecamatan Medan Kota.
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
deskriptif kualitatif. Adapun dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan
bahwa target yang ditetapkan 52,50% dari kapasitas yang sebenarnya, jadi
terdapat 48,50% kapasitas yang hilang.
2. (Reni Septianawati, 2012) Analisis Potensi Dan Efektifitas Pendapatan
Retribusi Parkir Di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui potensi penerimaan retribusi parkir di
wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2010. Tujuan
penelitian adalah : 1) menghitung besarnya potensi Retribusi Parkir di
wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010; 2) menganalisis kendala dan
permasalahan dalam praktek pemungutan retribusi parkir di Jakarta
Selatan; 3) menganalisis efektifitas pemungutan retribusi parkir yang
dilakukan UPT Perparkiran Dishub Provinsi DKI Jakarta. Metode yang
36
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, pengambilan sampel
menggunakan tehnik Cluster menurut karakteristik lingkungan setempat,
untuk unit pengamatan terkecil sampel satuan ruang parkir menggunakan
tehnik accidental sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 189 SRP
terdiri dari 133 SRP parkir on street dan 56 SRP off street. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa potensi penerimaan retribusi parkir di wilayah Kota
Administrasi Jakarta Selatan adalah sebesar Rp 8.997.669.020,- sedangkan
perhitungan potensi berdasarkan Pergub 110 Tahun 2010 sebesar Rp
5.130.951.000,-. Efetktifitas pemungutan retribusi parkir masih “kurang
efektif”. Permasalahan yang dihadapi ; tidak tersedianya sarana
pendukung, pengelolaan SDM yang masih rendah, lemahnya pengawasan
dan terbatasnya lahan parkir.
3. (Sutri Handayani, 2017) Potensi Retribusi Pasar Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lamongan. Penelitian ini
bertujuan mengetahui potensi retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Lamongan. Penelitian ini bersifat deskriptif. Jenis data
yang digunakan yaitu data primer dan data skunder. Pengumpulan data
menggunakan teknik pengamatan, wawancara, dan kepustakaan. Data
dianalisis secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Potensi
retribusi pasar terhadap peningkatan PAD, yang dilihat dari potensi
penerimaan retribusi pasar dari setiap unit pasar, telah menunjukkan hasil
bahwa dibandingkan dengan realisasi Retribusi Pasar tiap tahun yang di
dapat sangat berdeda jauh yaitu selalu dibawah potensi. Sehingga
37
penerimaan yang seharusnya bisa lebih tinggi menjadi berkurang
dikarenakan pelaksanaan pemunggutan retribusi pasar dirasa masih kurang
maksimal. Jadi kriteria potensi penerimaan retribusi pasar kurang
berpotensi. Dan efektivitas pemungutan retribusi pasar di Kabupaten
Lamongan dengan rata-rata sebesar 105,30%, hal ini menunjukkan bahwa
secara rata-rata pemungutan retribusi pasar sudah berjalan secara efektif.
Kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten
Lamongan rata-rata sebesar 1,85% dengan kriteria kurang berkontribusi.
Dari hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah
Kabupaten Lamongan dalam meningkatkan penerimaan retribusi pasar
sehingga mampu menunjang peningkatan pendapatan asli daerah (PAD),
dengan menentukan,menghitung, dan menetapkan target realisasi rertibusi
sesuai potensi yang ada.
4. (Lina Aliany, 2012) Menghitung Potensi Retribusi Parkir Di Kota
Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
potensi retribusi parkir di Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan di
Kantor PD.Parkir Makassar Raya. Metode analisis yang digunakan adalah
metode penelitian kualitatif deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran
melalui tabel data tentang apakah anggaran yang dikeluarkan sudah sesuai
dengan jumlah yang direalisasikan serta membandingkan jumlah yang
ditargetkan dengan jumlah yang direalisasikan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa target dan realisasi parkir setiap tahunnya mengalami
38
peningkatan, Potensi Retribusi Parkir yang dihitung lebih besar jika
dibandingkan dengan realisasi pada Tahun 2011.
5. (Cholid Sabana, Catur Ragil Sutrisno, 2011) Potensi Retribusi Parkir Di
Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini mencoba menganalisis kontribusi
dari retribusi parkir terhadap pendapatan daerah, potensi dari retribusi
parkir dan mengidentifikasi factor-faktor yang mendorong dan
menghambat penerimaan retribusi parkir di tempat umum dan tempat
khusus. Penelitian ini menggunakan Mixed Method, dimana metide yang
digunakan adalah metode kuantitafit dan kualitatif. Terdapat 135 titik
parkir umum dan 50 titik parkir khusus. Hasil analisis menunjukkan rata-
rata kontribusi PAD terhadap pendapatan Kabupaten Pekalongan sebesar
7,90%, lebih kecil daripada rata-rata kontribusi PAD terhadap kota lainnya
di Indonesia yang mecapai 12%. Retribusi parkir dapat menjadi sumber
pendapatan yang potensial untuk pembangunan demografi, social ekonomi
dan pertumbuhan kepemilikan jumlah kendaraan bermotor. Kesempatan
untuk meningkatkan pendapatan masih terbuka mengingat subjek retribusi
parkir memiliki pendapatan yang lebuh besar dari UMK Provinsi Jawa
Tengah dan pertumbuhan tempat parkir baru.
39
C. Kerangka Berfikir
Retribusi parkir adalah pungutan atas pelayanan yang diberikan
pemerintah daerah dalam bentuk penyediaan layanan perparkiran. Objek dari
retribusi parkir adalah tempat parkir yang dimiliki oleh Pemerintah daerah,
baik tempat parkir di tepi jalan umum (on street) maupun tempat khusus
parkir (off street). Subjek retribusi parkir adalah orang pribadi atau badan,
yang dimaksud orang pribadi atau badan dalam hal ini adalah pengguna
kendaraan bermotor baik motor dan atau mobil yang menggunakan layanan
perparkiran milik pemerintah daerah.
Selain dari objek dan subjek retribusi parkir, diperlukan peraturan
daerah yang mengatur tentang besaran tarif retribusi parkir sebagai pungutan
atas pelayanan parkir. Tarif retribusi sebaiknya memperhatikan kondisi sosial
ekonomi suatu daerah dan pembebanan biaya penyelengaraan perparkiran,
agar tarif retribusi parkir tidak membebani pengguna parkir.
Ketiga variabel tersebut (tempat parkir, kendaraan bermotor, dan tarif
retribusi parkir) dapat menjadi acuan pemerintah dalam memperkirakan
potensi penerimaan retribusi parkir, dan dapat menilai efektifitas pemungutan
retribusi parkir. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ujuan penelitian ini
dapat dilihat dari kerangka berifikir dibawah ini;
40
Tempat Parkir
Jalan Umum
Jumlah
Tempat
Parkir
Tempat
Khusus Parkir
Motor
Potensi Retribusi
Parkir
Tarif
Parkir
Kendaraan
Bermotor
yang parkir
Mobil
Efektifitas
Penerimaan
Retribusi Parkir
Peraturan
Daerah
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kombinasi (Mixed Method) dengan
pendekatan kuantitaif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk
menghitung potensi penerimaan retribusi parkir dan efektifitas penerimaan
retribusi parkir di wilayah Kota Tangerang Selatan. Sedangkan pendekatan
kualitatif bersifat deskriptif analisis dengan wawancara yang digunakan untuk
memperoleh informasi berkaitan dengan tema penelitian ini.
Objek dari penelitian ini adalah seluruh tempat parkir baik parkir di tepi
jalan umum (on street) dan tempat parkir khusus (off street) yang dikelola dan
atau bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Kota Tangerang Selatan sebagai sumber langsung untuk penerimaan retribusi
parkir.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 1996:115). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tempat parkir yang dikelola dan
atau bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan. Data
populasi penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini;
42
Tabel 2.1
Lokasi Tempat Parki Di Wilayah Kota Tangerang Selatan
Dikelola dan Bekerjasama dengan Dinas Perhubungan
No Tempat Parkir On Street No Tempat Parkir Off Street
1 Pusat Jajan Plaza Bintaro 1 Sekitar Stasiun Juarng Mangu
2 Pasar ceger 2 Stadiums Futsal
3 Bakmi Japos 3 Sekitar Stasiun Rawa Buntu
4 Pengujian Kendaraan
Bermotor
4 Jl. Kampung Masjid RT
001/RW 003 Kel. Jombang
5 RM. Lubana sengkol 5 Samsat BSD
6 Pasar Ciputat 6 Super Shoot Futsal
7 Ruko Bintaro Baru & Sevel
Zodiak
7 Graha Marcella I dan Rukan
Sektor 3A
8 Ruko Versailes 8 Samping Stasiun Rawa Buntu
9 Sekitar Teras Kota 9 Parkiran Sekitar Rawa Buntu
10 Pergudangan Multiguna 10 Samping Stasiun Sudimara
11 Soto H. Mamat
12 Jln. CBD BSD
13 Depan Hotel Santika, Teras
Kota
14 Pasar Pamulang Permai 2
15 Jalan Bancet Pasar Ciputat
Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Tangerang
Selatan
Berdasarkan tabel 2.1 di atas, data yang diperoleh dari Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informasi jumlah tempat parkir yang dikelola
dan bekerja sama dengan PEMDA Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017
berjumlah 25 lokasi, dimana 15 lokasi adalah tempat parkir tepi jalan umum
(on street) dan 10 lokasi adalah tempat parkir khusus (off street).
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi, penelitian ini
menggunakan Stratified Random Sampling. Stratified Random Sampling
adalah metode pengambilan sampel dengan cara memisahkan elemen-elemen
populasi dalam kelompok-kelompok yang disebut Strata, dan kemudian
memilih sampel sebuah sampel dengan acak/random dari setiap strata.
43
Pengelompokan lokasi parkir berdasarkan karakteristik lingkungan tempat
parkir seperti lingkungan pasar, lingkungan bisnis, lingkungan tempat futsal,
lingkungan stasiun, lingkungan pertokoan atau perkantoran. Tahapan
penentuan sampel sebagai berikut:
1. Melakukan pengelompokan lokasi parkir berdasarkan karakteristik
lingkungan tempat parkir, yaitu:
a. Pasar;
b. Tempat Bisnis;
c. Tempat Makan
d. Tempat Futsal;
e. Stasiun;
f. Rumah toko/perkantoran.
2. Menentukkan lokasi parkir yang akan dipilih sebagai sampel pada
masing masing lingkungan tempat parkir dilakukan secara random.
Tabel 2.2
Penentuan Sampel Lokasi Parkir
No. Pengelompokan Lokasi
Populasi SRP Sampel
1 Pasar 4 410 1
2 Tempat Bisnis 5 820 2
3 Tempat Makan 3 232 1
4 Tempat Futsal 2 73 1
5 Stasiun 5 3011 2
6 Rumah Toko dan Prekantoran 6 740 2
Jumlah Tempat Parkir 25 5380 9
Sumber: data diolah
44
Dari tabel 2.2 di atas, dapat digambarkan total populasi tempat parkir
yang berjumlah 25, sedangkan sampel yang digunakan untuk penelitian
adalah 9 lokasi tempat parkir.
Tabel 2.3
Lokasi Parkir Yang Dijadikan Sampel Penelitian
Lingkungan Parkir Kode Sampel
Pasar A1 Pasar Pamulang Permai 2
Pusat Bisnis B1 Teras Kota
B2 Pusat Jajan Plaza Bintaro
Tempat Makan C1 RM Lubana Sengkol
Tempat Futsal D1 Super Shoot Futsal
Stasiun E1 Stasiun Rawa Buntu
E2 Stasiun Sudimara
RUKO/Perkantoran F1 Ruko Graha Marcella 1
F2 Ruko Versailes
Karakteristik sampel penelitian:
1. Pasar, lokasi yang dijadikan sampel penelitian adalah pasar yang
memiliki tempat parkir untuk pengunjung atau pembeli pasar.
Umumnya durasi parkir berkisar antara 30-60 menit.
2. Pusat Bisnis, lokasi yang dijadikan sampel adalah lokasi parkir yang
berada di kawasan pusat bisnis. Dengan berada di kawasan bisnis,
maka parkiran akan cukup padat pada jam sibuk.
3. Tempat Makan, Lokasi yang dijadikan Sampel adalah lokasi tempat
makan yang memiliki fasilitas tempat parkir, biasanya diggunakan
untuk pengunjung tempat makan, dengan durasi parkir 20-40 menit.
4. Tempat futsal, lokasi yang dijadikan sampel adalah tempat futsal
memiliki tempat parkir untuk pemilik kendaraan yang akan
menggunakan jasa tempat futsal tersebut.
45
5. Stasiun, lokasi yang dijadikan sampel adalah tempat parkir yang
berada di sekitar stasiun. Pada umumnya pengguna parkiran adalah
orang yang akan menggunakan jasa kereta api untuk bekerja atau
berpergian.
6. RUKO/ Perkantoran, lokasi yang dijadikan sampel adalah RUKO/
Perkantoran yang memiliki tempat parkir, pada umumnya tempat
parkir digunakan untuk pengunjung atau pembeli yang memiliki
kepentingan serta pegawai di RUKO/ Perkantoran tersebut.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan hal yang penting dan tidak
diperbolehkan adanya manipulasi dalam pengumpulannya, karena data yang
dikumpulkan merupakan data yang akan dianalisis dan akan menjadi hasil
yang diperoleh dari penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber
data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, melainkan lewat orang lain atau lewat dokumen
(Sugiyono, 2011).
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan pengamatan/
observasi langsung di lapangan, dan wawancara kepada pihak-pihak yang
terkait penyelenggaraan perparkiran.
1. Observasi Langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan
mata untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan penelitian tanpa
46
ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir,
2014:154). Dalam penelitian ini observasi/pengamatan langsung
digunakan untuk melihat kondisi tempat parkir dan menghitung intensitas
kendaraan yang pakir.
2. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan tanya jawab. Dalam penelitian ini wawancara
digunakan untuk memperoleh informasi yang valid, guna memperkuat
analisis hasil observasi. wawancara dilakukan kepada pihak terkait
perparkiran di Kota Tangerang selatan diantaranya: Kepala Seksi Tata
Teknis Perparkiran dan Terminal dan Juru Parkir.
Pengumpulan data sekunder dalam metode pendekatan kuantitatif
penelitian ini berupa dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
1996:148). Data sekunder penelitian ini bersumber dari Badan Pendapatan
Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan, Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informasi (DISKOMINFO) Kota Tangerang Selatan, buku
dan perundang-perundangan, yang berupa:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang Selatan;
2. Target dan Realisasi Retribusi Parkir Kota Tangerang Selatan;
3. Lokasi Parkir yang dikelola dan bekerja sama dengan Pemerintah
Daerah;
4. Jumlah Penduduk dan Kendaraan Bermotor di JABODETABEK;
47
5. Undang-Undang terkait Perparkiran di Kota Tangerang Selatan.
D. Metode Analisis Data
1. Menghitung Potensi Retribusi Parkir
Perhitungan potensi penerimaan retribusi parkir dalam satu hari
dapat dilihat dari jumlah kendaraan yang parkir dikalikan dengan tarif
parkir yang berlaku. Potensi penerimaan retribusi parkir dapat dihitung
dengan rumus:
{( ( }
Dimana:
PRP = Potensi Retribusi Parkir
SRP = Satuan Ruang Parkir
Imotor = Rata-rata intensitas motor yang Parkir
Imobil = Rata-rata intensitas mobil yang parkir
t = Tarif parkir yang berlaku
2. Menghitung Efektifitas Penerimaan Retribusi Parkir
Analisis efektivitas menggambarkan kemampuan daerah dalam
merealisasikan retribusi pendapatan parkir sesuai dengan potensi yang ada.
Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikatagorikan efektif apabila
rasio yang dicapai sebesar 90 - 100 %. Namun demikian semakin besar rasio
48
efektivitas menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik,
Efektivitas pemungutan retribusi parkir dimasudkan untuk mengukur rasio
antara realisasi retribusi dengan potensi retribusi itu sendiri atau dengan
rumus sebagai berikut:
Rumus tersebut menggambarkan kemampuan pemerintah dalam
merealisasikan retribusi parkir yang telah direncanakan dengan target yang
telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Mahmudi (2015:11), tingkat
efektivitas dapat dikategorikan dengan kriteria berikut:
Persentase Kriteria
Diatas 100%
90% - 100%
80% - 90%
60% - 80%
Kurang dari 60%
Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif
Sumber: Mahmudi (2015:11)
Jika persentase yang dicapai semakin besar, maka dapat diartikan
bahwa semakin efektif suatu organisasi atau kegiatan tersebut berjalan,
dan sebaliknya jika persentase yang dicapai semakin kecil, maka semakin
tidak efektif suatu organisasi atau kegiatan tersebut berjalan. Efektivitas
tidak menyatakan tentang berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk
mencapai tujuan, tetapi efektivitas hanya melihat apakah suatu program
atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
49
E. Operasional Variabel Penelitian
Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada metode analisi data, terdapat
beberapa variabel dalam penelitian ini. Adapun variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tempat Parkir
Tempat Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan di tepi jalan
umum yang ditentukan atau di luar badan Jalan yang meliputi tempat
khusus Parkir, tempat penitipan kendaraan bermotor milik pemerintah
daerah dan atau bekerjasama dengan pemerintah daerah yang memungut
bayaran untuk menutupi sebagian atau seluruh biaya dalam
menyelenggarkan perparkiran.
2. Kendaraan Bermotor
Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas
rel. Dalam penelitian ini kendaraan bermotor yang dimaksud adalah
mobil dan motor yang parkir di tempat parkir milik pemerintah daerah.
3. Tarif Retribusi Parkir
Tarif Retribusi Parkir adalah besaran nilai atas pelayanan yang diberikan
dalam menyelenggarakan perparkiran. Besaran tarif yang dipungut
ditetapkan memalui Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah
dengan memperhatikan ketentuan dan prinsip pengenaan tarif yang
berlaku. Peraturan daerah tentang tarif parkir di Kota Tangerang Selatan
tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 6
50
Tahun 2012 Tentang Retribusi Daerah Pada Bidang Perhubungan,
Komunikasi dan Informasi.
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Kondisi Geografis dan Administratif Kota Tangerang Selatan
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kota Tangerang Selatan
Sumber: BAPEDA Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan merupakan kota termuda yang
memishakan diri dari Kabupaten Tangerang, terletak di bagian timur
Provinsi Banten. Secara geografis Kota Tangerang Selatan berada
52
diantara 6o
39’ – 6o
47’ Lintang Selatan dan 106o 14’ – 106
o 22’ bujur
timur, dengan luas wilayah 147,19 kilometer persegi (km2) atau sebesar
1,63 persen luas wilayah Provinsi Banten. Wilayah Kota Tangerang
Selatan berbatasan langsung dengan beberapa wilayah provinsi lainnya di
Banten, DKI Jakarta, dan juga Jawa Barat. Batas wilayah Kota
Tangerang selatan antara lain;
Sebelah Utara : Kota Tangerang, Banten dan DKI Jakarta
Sebelah Timur : Kota Adm. Jakarta Sekatan, DKI Jakarta
dan Kota Depok, Jawa Barat
Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok, Jawa
Barat
Sebelah Barat : Kabupaten Tangerang, Banten
Kondisi topologi Kota Tangerang Selatan secara keseluruhan
berstruktur dataran rendah, dengan beberapa danau atau situ dan juga
sungai.
Secara administratif Kota Tangerang Selatan yang baru
dimekarkan pada Rabu, 29 Oktober 2008 berdasarkan sidang paripurna
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), memiliki 7
kecamatan dan 54 kelurahan, dapat dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1
Kecamatan dan Kelurahan di Kota Tangerang selatan
Kecamatan Kelurahan
1. Setu 1. Kranggan
2. Muncul
3. Kademangan
4. Bakti Jaya
5. Setu
6. Babakan
2. Serpong 1. Lengkong
Wetan 4. Cilenggang 7. Lengkong
Gudang
53
2. Ciater
3. Rawa Mekar
Jaya
5. Rawa Buntu
6. Serpong
8. L. Gudang
Timur
9. Buaran
3. Pamulang
1. Pondok Benda
2. Pamulang
Barat
3. Pamulang
Timur
4. Pondok Cabe
Udik
5. Pondok Cabe
Ilir
6. Kedaung
7. Bambu Apus
8. Benda Baru
4. Ciputat 1. Sarua
2. Jombang
3. Ciputat
4. Sawah Baru
5. Sarua Indah
6. Sawah Baru
7. Cipayung
5. Ciputat
Timur
1. Pisangan
2. Cirendeu
3. Cempaka
Putih
4. Rempoa
5. Rengas
6. Pondok Ranji
6. Pondok
Aren
1. Perigi Baru
2. Pdk Kcg
Timur
3. Pdk Kcg Barat
4. Perigi
5. Pondok
Pucung
6. Pondok Jaya
7. Pondok Aren
8. Jurang Mangu
Brt
9. Jurang Mangu
Tmr
10. Pondok Karya
11. Pondok
Betung
7. Serpong
Utara
1. Lengkong
Karya
2. Jelupang
3. Pondok
Jagung
4. Pondok
Jagung Tmr
5. Pakulonan
6. Paku Alam
7. Paku Jaya
Sumber: Kota Tangerang Selatan dalam Angka 2016
Dari tabel di atas, menunjukkan tujuh kecamatan yang ada di
Kota Tangerang Selatan, Kecamatan Pondok Aren yang memiliki jumlah
kelurahan terbanyak yang berjumlah 12 kelurahan, sementara kecamatan
yang memiliki jumlah kelurahan paling sedikit, berjumlah 6 kelurahan
yaitu Kecamatan Setu dan Kecamatan Ciputat Timur.
Luas wilayah Kota Tangerang Selatan 147,19 Km2 dengan
persentase luas wilayah per kecamatan yang ada di wilayah Kota
Tangerang Selatan akan digambarkan dengan diagram di bawah ini.
54
10,06%
16,33%
18,22%
12,49%
10,48%
12,12%
20,30% Setu
Serpong
Pamulang
Ciputat
Ciputat Timur
Serpong Utara
Pondok Aren
Gambar 4.2
Persentase Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan per Kecamatan
Dari diagram di atas, menunjukkan kecamatan terluas di Kota
Tangerang Selatan adalah Kecamatan Pondok Areng dengan Luas
wilayah mencapai 20,30% dari luas wilayah Kota Tangerang Selatan.
Kecamatan Terluas Kedua adalah Kecamatan Pamulang dengan Luas
Wilayah 18,22%. Sementara kecamatan dengan luas terkecil yaitu
Kecamatan Setu yang luasnya 10,06% dari luas Wilayah Kota Tangerang
Selatan.
2. Perparkiran Di Kota Tangerang Selatan
Pertumbuhan kendaraan bermotor di Kota Tangerang Selatan
cukup tinggi, seperti yang sudah di jabarkan pada BAB I mengenai
pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai rata-rata 1,15% per
tahun, akan berdampak meningkatnya kebutuhan lahan parkir di tempat
tempat umum.
55
Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah guna
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor parkir. terdapat
dua sumber pendapatan daerah melalui parkir yaitu pajak parkir dan
retribusi parkir. Pajak Parkir diperoleh dari pihak ketiga atau swasta yang
mengelola parkir di wilayah Kota Tangerang Selatan sesuai dengan
Peraturan yang berlaku. Sedangkan Retribusi parkir merupakan pungutan
yang diperoleh dari lingkungan parkir yang dikelola oleh pemerintah
daerah. Pemerintah Kota Tangerang Selatan dapat mendorong
peningkatan pendapatan melalui retribusi parkir dengan menentukan
tempat-tempat strategis untuk membangun lingkugan parkir, hal ini
bertujuan memaksimalkan penerimaan kas daerah dari retribusi parkir.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 6
Tahun 2012 Tentang Retribusi Daerah Pada Bidang Perhubungan,
Komunikasi dan Informasi, terdapat dua jenis retribusi parkir yang dapat
dipungut di Wilayah Kota Tangerang Selatan.
Pertama adalah Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
yang dipungut atas pelayanan parkir di tepi jalan umum yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah, retribusi ini digolongkan dalam retribusi jasa
usaha umum. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi
Pelayanan Parkir di Tepi Jalam Umum ditetapkan berdasarkan
kemampuan masyarakat, aspek keadilan, efektifitas pengendalian atas
pelayanan tersebut dan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan
meliputi biaya operasi dan pemeriharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
56
Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan
jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya. Besarnya tarif
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2012, ditetapkan sebagai berikut:
a. Sedan, Jeep, Minibus, Pick up, dan sejenisnya sebesar Rp.2.000,-/
satu kali parkir;
b. Bus, Truck, dan sejenisnya Rp.3.500,- / satu kali parkir; dan
c. Sepeda Motor sebesar Rp.1.000,- / satu kali parkir.
Retribusi parkir kedua adalah Retribusi Tempat Khusus Parkir
yang dipungut atas pelayanan penyediaan tempat khusu parkir oleh
Pemerintah Daerah, retribusi ini digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Usaha. Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi
Tempat Khusus Parkir didasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak, maksud dari keuntungan yang layak adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut
dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar. Besarnya tarif
Retribusi Tempat Khusus Parkir di lingkungan/ pelataran parkir
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012, ditetapkan sebagai
berikut:
a. Sedan, Jeep, Minibus, Pick up, dan sejenisnya sebesar Rp.2.000,-
untuk 1 (satu) jam pertama dan Rp.1.000 untuk setiap jam
berikutnya, dan untuk per hari sebesar Rp.15.000,-; dan
57
b. Sepeda Motor sebesar Rp.1.000,- untuk 1 (satu) jam pertama dan
Rp.500,- untuk setiap jam berikutnya, dan untuk per hariRp.5.000,-.
Berdasarkan observasi dan pengamatan yang penulis lakukan
pada tempat parkir yang dikelola dan bekerja sama dengan Pemerintah
Kota Tangeran Selatan, belum ada tempat parkir yang menggunakan
parkirng meters/ parkiran yang menggunakan mesin untuk menghitung
biaya parkir, sehingga seluruh parkiran menggunakan tarif tetap/flat.
Dalam penelitian ini penulis menentukan menggunakan tarif dasar untuk
parkiran off street tanpa menghitung kelipatan biaya parkir pada jam
berikutnya. Oleh karena itu jenis parkiran on street dan off street,
memiliki tarif yang sama dengan tarif tetap.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Potensi Penerimaan Retribusi Parkir
Penelitian ini memerlukan waktu pengumpulan data selama dua
bulan. Waktu observasi untuk survei lokasi, melakukan pengamatan, dan
mengumpulkan data pada setiap lingkungan parkir memiliki waktu yang
bervariatif, hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi frekuensi
jumlah kendaraan dan intensitas penggunaan setiap ruang parkir.
pemilihan waktu tersebut diharapkan dapat mewakili waktu efektif yang
dapat mewakili satu tahun yaitu 265 hari weekday dan 104 hari weekend.
Adapun perhitungan untuk menghitung potensi penerimaan retribusi
parkir sebagai berikut:
58
{( ( } (1)
{( ( } (2)
(3)
Dimana:
PRP = Potensi Retribusi Parkir
SRP = Satuan Ruang Parkir
Imotor = Intensitas motor yang Parkir
Imobil = Intensitas mobil yang parkir
t = Tarif parkir yang berlaku
JK = Jumlah Kendaraan Parkir
Setiap lokasi penelitian dihitung terlebih dahulu jumlah
kendaraan yang parkir dalam sehari pada masing-masing lokasi yang
dijadikan sampel. Dari perhitungan jumlah kendaran yang parkir tersebut
dibagi dengan banyaknya jumlah satuan ruang parkir (SRP) pada sampel,
untuk mendapatkan rata-rata pemakaian efektif atau intensitas
penggunaan setiap SRP. Adapun hasil yang didapat sebagai berikut:
a. Intensitas Penggunaan Satuan Ruang Parkir
Pertama tentukan terlebih dahulu intensitas penggunaan satuan
ruang parkir (SRP), dihitung dari jumlah kendaraan yang parkir per
59
SRP dalam satu hari dengan pengamatan weekday dan weekend.
Lokasi yang diamati berjumlah sembilan tempat, dengan masing
masing sebagai berikut:
1) Pasar
Tabel 4.2
Hasil Observasi Lingkungan Pasar
NO Tipe
Kendraan ∑SRP
Weekday Weekend
∑KEND ∑KEND
A1 Mobil 10 8 14
Motor 90 152 193
Dari pengamatan yang dilakukan pada satu lokasi jumlah SRP
mobil sebanyak 10 dan SRP motor 90. Kendaraan yang parkir
pada hari weekday berjumlah 8 mobil dan 152 motor, pada hari
weekend 14 mobil dan 193 motor, sehingga intensitas penggunaan
SRP pada lokasi Pasar dalam satu hari adalah:
Weekday
0,8
1,69
Weekend
1,4
2,14
60
2) Pusat Bisnis
Tabel 4.3
Hasil Observasi Lingkungan Pusat Bisnis
NO Tipe
Kendraan ∑SRP
Weekday Weekend
∑KEND ∑KEND
B1 Mobil 10 20 45
Motor 200 376 569
B2 Mobil 10 27 53
Motor 200 692 1087
Dari pengamatan yang dilakukan pada dua lokasi jumlah SRP
mobil sebanyak 20 dan motor sebanyak 400. Jumlah kendaraan
yang parkir pada hari weekday berjumlah 47 mobil dan 1068
motor, pada hari weekend 98 mobil dan 1.656 motor, sehingga
intensitas penggunaan SRP pada lokasi Pusat bisnis dalam satu
hari sebagai berikut:
Weekday
2,35
2,67
Weekend
4,9
4,14
61
3) Tempat makan
Tabel 4.4
Hasil Obeservasi Lingkungan Tempat Makan
NO Tipe
Kendraan ∑SRP
Weekday Weekend
∑KEND ∑KEND
C1 Mobil 100 13 120
Motor 40 10 30
Dari pengamatan yang dilakukan pada satu lokasi jumlah SPR
mobil sebanyak 100 dan motor sebanyak 40. Jumlah kendaraan
yang parkir pada hari weekday berjumlah 13 mobil dan 10 motor,
pada hari weekend berjumlah 120 mobil dan 30 motor, sehingga
intensitas penggunaan SRP pada lokasi tempat makan dalam satu
hari sebagai berikut:
Weekday
0,13
0,25
Weekend
1,2
0,75
4) Tempat Futsal
Tabel 4.5
Hasli Observasi Lingkungan Tempat Futsal
NO Tipe
Kendraan ∑SRP
Weekday Weekend
∑KEND ∑KEND
D1 Mobil 8 17 24
Motor 30 67 116
62
Dari pengamatan yang dilakukan pada satu lokasi jumlah SPR
mobil sebanyak 8 dan motor sebanyak 30. Jumlah kendaraan yang
parkir pada hari weekday berjumlah 17 mobil dan 67 motor, pada
hari weekend berjumlah 24 mobil dan 116 motor, sehingga
intensitas penggunaan SRP pada lokasi tempat futsal dalam satu
hari sebagai berikut:
Weekday
2,12
2,23
Weekend
3
3,87
5) Stasiun
Tabel 4.6
Hasil Observasi Lingkungan Stasiun
NO Tipe
Kendraan ∑SRP
Weekday Weekend
∑KEND ∑KEND
E1 Mobil 0 0 0
Motor 700 750 386
E2 Mobil 0 0 0
Motor 100 143 76
Dari pengamatan yang dilakukan pada dua lokasi stasiun hanya
memiliki jumlah SPR untuk motor sebanyak 760. Jumlah
kendaraan yang parkir pada hari weekday berjumlah 839 motor,
pada hari weekend berjumlah 429 motor, sehingga intensitas
63
penggunaan SRP pada lokasi tempat futsal dalam satu hari
sebagai berikut:
Weekday
1,2
Weekend
0,57
6) Rumah Toko/ Perkantoran
Tabel 4.7
Hasil Observasi Lingkungan RUKO/Kantor
NO Tipe
Kendraan ∑SRP
Weekday Weekend
∑KEND ∑KEND
E1 Mobil 50 89 57
Motor 80 141 92
E2 Mobil 20 53 37
Motor 40 74 46
Dari pengamatan yang dilakukan pada dua lokasi jumlah SPR
mobil sebanyak 70 dan motor sebanyak 120. Jumlah kendaraan
yang parkir pada hari weekday berjumlah 142 mobil dan 215
motor, pada hari weekend berjumlah 94 mobil dan 138 motor,
sehingga intensitas penggunaan SRP pada lokasi
ruko/perkantoran dalam satu hari sebagai berikut:
Weekday
2,03
1,8
Weekend
1,34
1,15
64
Untuk melihat rata-rata intensitas penggunaan ruang satuan
parkir (SRP) pada setiap klasifikasi penggolongan lingkungan parkir
berdasarkan sampel, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7
berikut ini
Tabel 4.8
Intensitas Penggunaan SRP
NO Penggolongan
Parkir
Weekday Weekend
Imobil Imotor Imobil Imotor
1 Pasar 0,8 1,69 1,4 2,14
2 Pusat Bisnis 2,35 2,67 4,9 4,14
3 Tempat Makan 0,13 0,25 1,2 0,75
4 Tempat Futsal 2,12 2,23 3 3,87
5 Stasiun - 1,2 - 0,57
6 Ruko/Kantor 2,03 1,8 1,34 1,15
Dari tabel di atas dapat dilihat jika intensitas penggunaan SRP
sangat bervariasi.pada hari weekday intensitas terendah ada pada
lingkungan parkir di tempat makan dimana intesitas mobil 0,13 dan
intensitas motor 0,25. Pada hari weekend intensitas terendah adalah
lingkungan parkir di stasiun dengan intensitas 0,56. Intensitas
tertinggi pada hari weekday adalah tenpat futsal dengan intensitas
mobil 2,12 dan motor 2,23, pada saat weekend intensitas tertinggi
adalah pusat bisnis dengan intensitas mobil 3,65 dan motor 3,11.
b. Potensi Penerimaan
Setelah sampel penelitian diketahui intensitas pemakaian ruang
satuan parkir dalam satu hari, maka dapat dihitung bersarnya potensi
penerimaan retribusi parkir berdasarkan hari weekday dan weekend
65
pada masing-masing penggolongan lingkungan parkir, sebagai
berikut
1) Pasar, lokasi ini diamati mulai pukul 06:00-14:00 dengan
mengambil sampel pada weekday dan weekend. Kapasitas SRP
secara keseluruhan berjumlah 60 mobil dan 350 motor, dengan
intensitas pengunaan mobil 0,8 dan motor 1,69 pada weekday, 1,4
mobil dan 2,14 motor pada weekend. Maka hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
weekday
{( ( }
= 265 × (60 × 0,8 × 2000) + (350 × 1,69 × 1000)
= Rp.182.187.500,-
weekend
{( ( }
= 104 × (60 × 1,4 × 2000) + (350 × 2,14 × 1000)
= Rp.95.368.000,-
Total penerimaan = Rp.277.555.500,-
2) Pusat Bisnis, lokasi ini diamati mulai pukul 10:00-20:00 dengan
mengambil sampel pada weekday dan weekend. Kapasitas SRP
secara keseluruhan berjumlah 115 mobil dan 710 motor, dengan
intensitas pengunaan mobil 2,35 dan motor 2,67 pada weekday,
4,9 mobil dan 4,14 motor pada weekend. Maka hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
66
weekday
{( ( }
= 265 × (115 × 2,35 × 2000) + (710 × 2,67 × 1000)
= Rp.645.593.000,-
weekend
{( ( }
= 104 × (115 × 4,9 × 2000) + (710 × 4,14 × 1000)
= Rp.422.905.600,-
Total penerimaan = Rp.1.068.498.600,-
3) Tempat Makan, lokasi ini diamati mulai pukul 10:00-20:00
dengan mengambil sampel pada weekday dan weekend. Kapasitas
SRP secara keseluruhan berjumlah 122 mobil dan 110 motor,
dengan intensitas pengunaan mobil 0,13 dan motor 0,25 pada
weekday, 1,2 mobil dan 0,75 motor pada weekend. Maka hasil
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
weekday
{( ( }
= 265 × (122 × 0,13 × 2000) + (110 × 0,25 × 1000)
= Rp.15.693,300,-
weekend
{( ( }
= 104 × (122 × 1,2 × 2000) + (110 × 0,75× 1000)
= Rp.39.031.200,-
67
Total penerimaan = Rp.54.724.500,-
4) Tempat Futsal, lokasi ini diamati mulai pukul 14:00-22:00 dengan
mengambil sampel pada weekday dan weekend. Kapasitas SRP
secara keseluruhan berjumlah 18 mobil dan 55 motor, dengan
intensitas pengunaan mobil 2,12 dan motor 2,23 pada weekday, 3
mobil dan 3,87 motor pada weekend. Maka hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
weekday
{( ( }
= 265 × (18 × 2,12 × 2000) + (55 × 2,23 × 1000)
= Rp.52.727.050,-
weekend
{( ( }
= 104 × (18 × 3 × 2000) + (55 × 3,87× 1000)
= Rp.11.444.850,-
Total penerimaan = Rp.64.171.900,-
5) Stasiun, lokasi ini diamati mulai pukul 08:00-18:00 dengan
mengambil sampel pada weekday dan weekend. Kapasitas SRP
secara keseluruhan berjumlah 3100 motor, dengan intensitas
pengunaan motor 1,2 pada weekday, 0,57 motor pada weekend.
Maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
weekday
68
{( ( }
= 265 × (0) + (3100 × 1,2 × 1000)
= Rp.985.800.000,-
weekend
{( ( }
= 104 × (0) + (3100 × 0,57× 1000)
= Rp.183.768.000,-
Total penerimaan = Rp.1.169.568.000,-
6) Rumah Toko/ Perkantoran, lokasi ini diamati mulai pukul 08:00-
18:00 dengan mengambil sampel pada weekday dan weekend.
Kapasitas SRP secara keseluruhan berjumlah 300 mobil dan 440
motor, dengan intensitas pengunaan mobil 2,03 dan motor 1,8
pada weekday, 1,34 mobil dan 1,15 motor pada weekend. Maka
hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
weekday
{( ( }
= 265 × (300 × 2,03 × 2000) + (440 × 1,8 × 1000)
= Rp.532.650.000,-
weekend
{( ( }
= 104 × (300 × 1,34 × 2000) + (440 × 1,15× 1000)
= Rp.136.240.000,-
Total penerimaan = Rp.668.890.000,-
69
Potensi penenerimaan retribusi parkir secara keseluruhan di Kota
Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Potensi Penerimaan Retribusi Parkir
NO Penggolongan Parkir Jumlah
1 Pasar Rp.277.555.500
2 Pusat Bisnis Rp.1.068.498.600
3 Tempat Makan Rp.54.724.500
4 Tempat Futsal Rp.65.171.900
5 Stasiun Rp.1.169.568.000
6 Rumah Toko/Perkantor Rp.668.890.000
Potensi Penerimaan Retribusi Parkir Rp.3.303.408.500
Dari tabel 4.8 di atas menunjukkan estrimasi potensi penerimaan
retribusi parkir di Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan tarif
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012, dalam satu tahun
mencapai Rp.3.303.408.500,-. Dari 6 penggolongan lingkungan parkir,
lingkungan Stasiun menyumbang penerimaan retribusi parkir terbesar
dengan jumlah Rp.1.169.568.000,-. Hal ini tentu saja berkaitan dengan
tingginya pengguna transportasi kereta api di wilayah Kota Tangerang
Selatan, yang pada umumnya menggunakan kereta api untuk bekerja di
wilayah Ibukota DKI Jakarta, mengingat sebagai wilayah penyangga
Ibukota, banyak warga Kota Tangerang Selatan yang bekerja di DKI
Jakarta.
Penerimaan retribusi parkir yang tidak mencapai seratus juta
rupiah adalah lingkungan tempat makan dan futsal, hal ini dikarenakan
lahan parkir yang kecil sehingga tidak mampu menampung banyak
70
kendaraan yang akan parkir. selain itu kedua tempat ini juga hanya ramai
pada jam jam tertentu seperti jam makan siang pada tempat makan dan
sore hingga malam hari pada tempat futsal. Hal ini yang menyebabkan
penerimaan retribusi parkir dari kedua lingkungan parkir tersebut sangat
rendah.
2. Efektifitas Penerimaan Retribusi Parkir
Efektifitas penerimaan retribusi parkir bertujuan untuk melihat
hubungan antara realisasi penerimaan dengan target yang sudah
ditetapkan. Untuk melihat apakah besarnya sudah seusai dan dapat
dicapai. Tingkat efektifitas dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
Hasli dari perhitungan rumus di atas dapat menggambarkan
tingkat efektifitas dari penerimaan retribusi. Apabila hasil perhitungan
menpatakan nilai mendekati 100%, makanpenerimaan retribusi semakin
efektif. Untuk lebih jelas efektifitas penerimaan retribusi dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tahun Retribusi Parkir
Target Realisasi %
2015 Rp 450.000.000 Rp 606.563.500 134,79%
2016 Rp 2.000.000.000 Rp 2.623.959.607 131,20%
Dari tabel di atas dapat dilihat jika pada tahun 2015 dan 2016
capaian realisasi penerimaan menunjukan lebih dari 130%, sangat efektif
71
jika realisasi dibandingan dengan target retribusi. Jika efektifitas
penerimaan dibandingkan antara potensi dengan realisasi retribusi parkir,
maka haslinya dapat dilihat di bawah ini.
Efektifitas =
× 100%
= 79.43%
Dari perhitungan di atas, dapat dilihat jika efektifitas yang
dihitung berdasarkan target, nilai persentase mencapai 131,20%. Hai ini
dikarenakan penetapan target ditentukan berdasarkan pengalaman
perolehan pada tahun sebelumnya. Sedangkan jika dihitung berdasarkan
potensi penerimaan retribusi parkir, nilai persentse hanya 79,43% ini
menggambarkan bahwa pemungutan retribusi parkir di Kota Tangerang
Selatan kurang efektif. Terlebih lagi dalam penelitian ini, perhitungan
potensi penerimaan retribusi parkir, menggunakan tarif yang sangat
rendah bedasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012. Jika
perhitungan penelitian ini menggunakan tarif parkir yang lebih tinggi
seperti tarif parkir pada umumnya, maka penerimaan retribusi parkir
akan semakin tidak efektif.
3. Kendala Pemungutan Retribusi Parkir
Berdasarkan proses observasi dan juga pengamatan yang penulis
lakukan dalam dua bulan terakhir di beberapa lokasi parkir, potensi
penerimaan retribusi parkir di wilayah Kota Tangerang Selatan sangat
72
besar, namun realisasinya masih rendah. Terdapat beberapa
permasalahan dan kendala yang menyebabkan rendahnya penerimaan
retribusi parkir di Kota Tangerang Selatan, antara lain:
a. Perbedaan Tarif Parkir
Berdasarkan pengamatan di lapangan tarif parkir di Kota
Tangerang Selatan sangat bervariasi, untuk kendaraan roda dua
seperti motor, tarif parkirnya mulai dari Rp.2.000,- sampai Rp5.000,-
untuk sekali parkir. Sedangkan untuk kendaraan roda empat tarif
parkirnya mulai Rp.4.000,- sampai Rp.10.000 untuk sekali parkir,
beberapa pengelola parkir yang penulis wawancarai, tarif tersebut
didapat atas kesepakatan oleh pihak Dinas Perhubungan. Hal ini
menunjukkan peraturan yang dibuat mengenai tarif parkir tidak
diimplementasikan di lapangan, tentunya ini juga menunjukkan jika
tarif parkir pada peraturan tersebut sudah tidak relevan dengan
kondisi ekonomi di masyarakat.
b. Parkiran off street dan on street yang tidah sesuai
Dari observasi yang dilakukan ke beberapa tempat parkir,
banyak ditemukan lokasi parkir yang tidak mengguakan badan jalan
atau ruang milik jalan (RUMIJA) yang dinyatakan sebagai parkiran
on street, hal ini dikarenakan ada beberapa persyaratan untuk
mendapatkan izin parkiran off street namun pengelola belum
menyanggupi syarat tersebut, sehingga pengelola lebih memilih
mengurus izin untuk parkiran on street. Kondisi tempat parkir juga
73
banyak yang tidak memiliki sarana prasarana pendukung seperti
rambu rambu parkir, marka parkir, dan papan tarif retribusi.
c. Kerjasama yang kurang menguntungkan
Tidak semua parkiran yang memungut retribusi di wilayah
Kota Tangerang Selatan di selenggarakan oleh pemerintah daerah,
beberapa parkiran yang bekerjasama juga memungut retribusi dan di
kelola oleh pihak ketiga. Retribusi yang disetorkan ke Dinas
Perhubungan bukan berdasarkan persentase pendapatan perbulan
atau bagi hasil. Namun berdasarkan kesepakatan di awal setelah
pengelola mendapatkan izin mengelola tempat parkir
d. Rendahnya pengawasan
Dengan system kerjasama dimana jumlah setoran retribusi
ditentukan pada awal perizinan, hal ini membuat pengawasan
terhadap tempat parkir berkuran, karena pihak Dinas Perhubungan
hanya menunggu setoran dari pengelola parkir disetiap bulannya,
tanpa mengetahui kondisi tempat parkir, apakah terdapat
peningkatan atau penurunan pengguna.
e. Banyaknya Parkir Ilegal
Masih banyaknya tempat parkir ilegal atau tidak resmi yang
dikuasai oleh oknum preman atau penguasa wilayah parkir tertentu
menyebabkan masih banyak potensi retribusi parkir yang hilang di
wilayah Kota Tangerang Selatan.
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi penerimaan retribusi
parkir di wilayah Kota Tangerang Selatan. Setelah penulis melakukan
observasi dan pengamatan terhadap sampel tempat tempat parkir, serta
menganalisis data yang telah di dapat, maka dapat disimpulkan:
1. Potensi Penerimaan Retribusi Parkir
Berdasarkan hasil perhitungan potensi penerimaan retribusi parkir
dengan mengitung jumlah Satuan ruang parkir (SRP) dikalikan dengan
intensitas kendaraan yang parkir di satu SRP dalam sehari, dikalikan
dengan tarif dalam peraturan daerah, akan mendapatkan nilai estimasi
pendapatan dalam sehari. Dengan mengambil sampel pada weekday dan
weekend, maka dapat memperkirakan penerimaan retribusi parkir di Kota
Tangerang Selatan dalam setahun sebesar Rp.3.303.408.500,-.
Penyumbang terbesar adalah lingkungan parkir di sekitar stasiun dan
pusat bisnis yang ada di wilayah Kota Tangerang Selatan.
2. Efektifitas Penerimaan Retribusi Parkir
Efektifitas penerimaan retribusi parkir berdasarkan data Dinas
Perhubungan Kota Tangerang Selatan, perbandingan antara target
penerimaan dan realisasi sebesar (131,20%) atau “sangat efektif”. Hal ini
dikarenakan penentuan target didasari atas pengalaman tahun-tahun
75
sebelumnya, bukan berdasarkan potensi yang sebenarnya. Berdasarkan
perbandingan potensi penerimaan dalam penelitian ini dengan realisasi
sebesar 79,43% atau “kurang efektif”.
3. Permasalahan dan kendala dalam proses pemungutan retribusi parkir
Terdapat beberapa permasalahan dan kendala dalam proses
pemungutan retribusi parkir di wilayah Kota Tangerang Selatan yang
menyebabkan kurang efektifnya penerimaan retribusi parkir diantaranya:
a. Peraturan tarif retribusi yang rendah menyebabkan tarif parkir
sangat bervariasi dan lebih tinggi dari aturan yang ada.
b. Kerjasama yang kurang menguntungkan juga membuat penerimaan
retribusi kurang maksimal.
c. Rendahnya system pengawasan terhadap tempat parkir resmi
d. Tempat parkir yang tidak sesuai dengan peraturan dan kondisi di
lapangan.
e. Banyak parkir illegal atau tidak resmi yang belum ditertibkan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis ingin memberikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan
a. Revisi Peraturan Daerah tentang tarif parkir, hal ini dikarenakan
peraturan tentang tarif retribusi parkir yang ada saat ini sudah sangat
tidak relevan dengan kondisi tingkat inflasi dan kondisi ekonomi
76
masyarakat. Selain itu dengan adanya peraturan tarif retribusi parkir
yang baru, dapat mengatur dan menyamaratakan tarif parkir di
wilayah Kota Tangerang Selatan.
b. Memperbaiki perjanjian kerjasama, hal ini bertujuan agar penerimaan
retribusi parkir lebih tinggi jika menggunakan sistem persentase
penerimaan, dibandingkan dengan jumlah setoran seusai perjanjian
awal. Dengan begitu dapat melihat fluktuasi penerimaan setiap
bulannya.
c. Meningkatkan pengawasan dan evaluasi bertahap, pengawasan yang
tersistematis dapat memaksimalkan penerimaan retribusi, karena
dengan pengawasa pemerintah mengetahui kondisi riil yang terjadi di
lapangan. Selain itu evaluasi juga diperlukan untuk menilai system
yang dijalankan sudah baik atau perlu perbaikan.
d. Melengkapi sarana dan prasaran tempat parkir, baik rambu parkir,
marka parkir, dan papan tarif retribus. Dengan begitu masyarakat
dapat mengetahui lokasi parkir yang dikelola pemerintah, dan tarif
retribusinya.
e. Membangun lokasi lokasi baru yang potensial untuk meningkatkan
penerimaan retribusi parkir, dengan begitu juga akan membuka
lapangan kerja baru bagi masyarkat di sekitar lokasi parkir dan
menertibkan parkir illegal atau tidak resmi yang ada di wilayah Koata
Tangerang Selatan.
77
2. Bagi Masyarkat
Dengan adanya penelitian ini masyarakat mendapatkan informasi
mengenai perparkiran dan tarif retribusi parkir di Kota Tangerang
selatan, penulis berharap penelitian ini dapat mendorong masyarakat
untuk peduli dan ikut serta dalam meningkatkan retribusi parkir, dengan
parkir di tempat tempat yang dikelola oleh pemerintah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penulis sangat sadar penelitian ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, karena penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak
menghitung durasi parkir, tidak memiliki data parkir illegal sehingga
tidak dapat menghitung potensi yang hilang, tidak menghitung kendaraan
yang parkir tumpang tindih dalam satuan ruang parkir. Diharapkan
peneliti selanjutnya dapat melakukan:
a. Menghitung potensi yang hilang;
b. Menghitung durasi parkir;
c. Menghitung jumlah orang yang dikenakan tarif lebih tinggi;
d. Memberikan data lokasi baru yang potensial.
78
DAFTAR PUSTAKA
Aliany, Lina. 2012. Menghitung Potensi Retribusi Parkir Di Kota Makassar.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitin Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chalid, Pheni. 2005. Keuangan Daerah, Investasi, dan Desentralisasi: Tantangan
dan Hambatan. Jakarta: Kemitraan.
Darise, Nurlan. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Indeks.
Hamid, Abdul. 2012. “Paduan Penulisan Skripsi”. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
Handayani, Sutri. 2017 Potensi Retribusi Pasar Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lamongan.
Jufrizen. 2013. Ansalisis Potensi Penerimaan Retribusi Parkir Pada Pusat-Pusat
Perbelanjaan Kota Medan.
Koswara, E. 2001. Otonomi Daerah Untuk Demokrasi dan Kemandirian Rakyat.
Jakarta: Yayasan Pariba.
Mahmudi. 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Kedua. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:
ANDI.
79
Musgrave, Richard and Peggy B. Musgrage. 1984. Public Finance in theory and
Practis. London: Mc. Graw Hill Book Company.
Nazir, Moh. 2014. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rasyid, Muhammad Ryaas. 2000. Makna Pemerintahan – Tinjauan dari segi
Etika dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.
Sabana, Cholid. Sutrisno, Catur Ragil. 2011. Potensi Retribusi Parkir Di
Kabupaten Pekalongan.
Septianawati, Reni. 2012. Analisis Potensi dan Efektifitas Pendapatan Retribusi
Parkir di Wilayah Kota Administratif Jakarta Selatan. Jakarta: Tesis.
Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
______________. 1998. Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas
Parkir. Dirjen Perhubungan Darat : Jakarta.
______________. 2015. Kota Tangerang Selatan Dalam Angka 2015. Tangerang
Selatan: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan.
______________. 2016. Kota Tangerang Selatan Dalam Angka 2016. Tangerang
Selatan: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan.
80
PERATURAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat Dan Daerah.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 6 Tahun 2012 Tentang
Retribusi Daerah Bidang Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.
Peraturan Wali Kota Tangerang Selatan Nomor 3 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Perparkiran.
Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
Retribusi Daerah.
81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
82
Lampiran 1
Foto Tempat Parkir di Kota Tangerang Selatan
83
Lampiran 2
Surat-Surat Perizinan
84
85
86
87
Lampiran 3
Alur Perizinan Parkir
88
Lampiran 4
Penarikan Retribusi Parkir
89
Lampiran 5
Parkir yang memungut Retribusi Parkir
No Tempat Parkir On Street kapasitas
No Tempat Parkir Off Street kapasitas
mobil motor mobil motor
1 Pusat Jajan Plaza Bintaro 10 200 1 Sekitar Stasiun Juarng Mangu 150
2 Pasar ceger 30 100 2 Stadiums Futsal 10 25
3 Bakmi Japos 10 40 3 Sekitar Stasiun Rawa Buntu 700
4 Pengujian Kendaraan Bermotor 60 30 4 Jl. Kampung Masjid RT 001/RW 003
Kel. Jombang 10 50
5 RM. Lubana sengkol 100 40 5 Samsat BSD 80 170
6 Pasar Ciputat 20 100 6 Super Shoot Futsal 8 30
7 Ruko Bintaro Baru & Sevel Zodiak 10 20 7 Graha Marcella I dan Rukan Sektor
3A 50 80
8 Ruko Versailes 20 40 8 Samping Stasiun Rawa Buntu 350
9 Sekitar Teras Kota 10 200 9 Parkiran Sekitar Rawa Buntu 1800
10 Pergudangan Multiguna 80 100 10 Samping Stasiun Sudimara 100
11 Soto H. Mamat 12 30
12 Jln. CBD BSD 50 200
13 Depan Hotel Santika, Teras Kota 35 60
14 Pasar Pamulang Permai 2 10 90
15 Jalan Bancet Pasar Ciputat 60