analisis perlindungan data pribadi nasabah pada...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERLINDUNGAN DATA PRIBADI NASABAH PADA BANK
SYARIAH MANDIRI TERHADAP REGULASI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
(S.E.Sy)
oleh:
SELVINA NUR AMALIA
NIM : 1112046100168
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 / 1437 H
ii
iii
iii
iii
iv
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Strata (S1) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 17 Juni 2016
Selvina Nur Amalia
iii
v
iii
ABSTRAK
Selvina Nur Amalia. 1112046100168. Analisis Perlindungan Data Pribadi
Nasabah pada Bank Syariah Mandiri terhadap Regulasi. Muamalat, Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. ix + 58 halaman + 5 halaman
daftar pustaka + 29 halaman lampiran.
Penelitian ini dilakukan karena adanya permasalahan dalam praktik perlindungan
kerahasiaan dan keamanan data dan/atau informasi pribadi nasabah. Masalah yang
sering terjadi adalah banyaknya kasus data pribadi nasabah digunakan atau
disebarluaskan untuk pemasaran produk bank tanpa persetujuan dari nasabah.
Data pribadi nasabah merupakan bagian yang harus dijaga kerahasiaan dan
keamanannya oleh bank. Untuk mencegah pelanggaran ini terus terjadi maka
perlu adanya kesesuaian peraturan internal bank dengan regulasi mengenai
perlindungan data pribadi nasabah.
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
penelitian deskriptif analisis. Untuk menggambarkan secara jelas penelitian
digunakan teknik pengumpulan data studi pustaka dan survei. Jenis data yang
digunakan sebagai data primer adalah hasil survei pada Bank Syariah Mandiri,
sedangkan data sekunder berpedoman pada regulasi yang berkaitan dengan tema
penelitian.
Simpulan dari hasil penelitian ini bahwa aturan internal Bank Syariah Mandiri
dalam perlindungan data pribadi nasabah telah sesuai dengan regulasi yang
berlaku. Namun dalam praktiknya terdapat indikasi ketidaksesuaian terhadap
aturan internal Bank Syariah Mandiri.
Kata Kunci : data pribadi, perlindungan hukum, regulasi.
Dosen Pembimbing : AM Hasan Ali, M.A
Daftar Pustaka : Tahun 2000-2015
iv
vi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
program studi strata 1 (S1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah
(S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan juga atas bimbingan, saran,
motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku ketua program studi Muamalat dan
Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA, selaku sekretaris program studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dosen pembimbing penulis, Bapak AM. Hasan Ali, M.A yang senantiasa
memberikan waktu, bimbingan, dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap dosen pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum yang merupakan bagian yang membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
5. Keluarga tercinta yang sangat berarti terutama Ayah, Mimih (Almh)
tersayang dan Aa yang selalu ada dalam keadaan apapun dan memberikan
dukungan dalam segala hal.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan di Perbankan Syariah dari awal masuk sampai
sekarang, terimakasih Ifat, Maulia, Rafida yang selalu bersama dalam suka
maupun duka dalam masa perkuliahan.
v
vii
iii
7. Sahabat tercintaku Dwi Sari, Mustika, Nimas Rani yang tidak pernah lelah
mendengarkan keluh kesah, memberikan motivasi, dan hiburan dalam pasang
surutnya semangat penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas waktu, canda,
tawa, kegilaan kalian selama ini.
8. Sahabat celeng tersayang Allaily, Melani, Astri, Rania, Sarah, Ria yang selalu
mendoakan supaya cepat foto bersama dengan toga masing-masing.
9. Enggar Tiasto, yang selalu mendoakan, mendukung dan menemani sampai
selesainya skripsi ini. Terimakasih sudah sabar dan menjadi pundak tempat
berkeluh kesah.
10. Yang telah membantu memberi masukan dan saran skripsi ini Bapak Arif
Fauzan S.E, M.M dan Ryandika Bestari Prabowo. Terimakasih atas
bimbingannya selama ini.
11. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syraiah angkatan 2012, terutama PS
D, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini.
Jakarta, 17 Juni 2016
Penulis
vi
vi
viii
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERESETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................. Error! Bookmark not defined.ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ ivii
ABSTRAK .........................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ........................................................................................... 5
C. Perumusan Masalah............................................................................................. 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
E. Kajian Pustaka (Review Terdahulu) .................................................................. 7
F. Metode Penelitian ................................................................................................. 9
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 12
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................... 14
A. Pengertian Perlindungan Hukum ..................................................................... 14
B. Bentuk Perlindungan Hukum pada Data Pribadi Nasabah ........................... 16
C. Regulasi yang Mengatur Tentang Perlindungan Data Pribadi Nasabah ..... 19
D. Batasan dalam Penggunaan Data Pribadi Nasabah ....................................... 26
E. Bank Syariah dan Data Pribadi Nasabah ........................................................ 29
BAB III PRAKTIK PERLINDUNGAN DATA PRIBADI NASABAH PADA BANK
SYARIAH MANDIRI ..................................................................................................... 36
A. Profil Bank Syariah Mandiri ............................................................................ 36
B. Praktik Perlindungan Data Pribadi Nasabah di Bank Syariah Mandiri ...... 39
vii
ix
iii
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM DATA PRIBADI NASABAH PADA BANK
SYARIAH MANDIRI ..................................................................................................... 43
A. Kesesuaian Kebijakan Operasional Bank Syariah Mandiri terhadap
Regulasi ............................................................................................................... 43
B. Kesesuaian Praktik Perlindungan Hukum Data Pribadi Nasabah terhadap
Kebijakan Operasional Bank Syariah Mandiri .............................................. 47
C. Kesesuaian Praktik Perlindungan Hukum Data Pribadi Nasabah Bank
Syariah Mandiri terhadap Regulasi ................................................................. 49
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 57
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 57
B. Saran ................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 64
viii
0
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan
2. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 14/SEOJK.07/2014 tentang
Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen
3. Surat Persetujuan Pemberian Informasi Data Nasabah dan Pemasaran
Program/Produk oleh Bank (Perorangan)
4. Formulir Aplikasi Pembukaan Rekening Produk Dana Perorangan Bank
Syariah Mandiri
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan
berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Untuk menghadapi perkembangan
perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif,
dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta
sistem keuangan yang semakin maju, diperlukan perubahan
kebijakan demi penyesuaian di bidang ekonomi, termasuk
perbankan.
Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 4 tentang
Perbankan dijelaskan bahwa “Perbankan Indonesia bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan ekonomi dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.
Peranan penting dan strategi dari lembaga perbankan merupakan
pembuktian bahwa lembaga perbankan adalah salah satu pilar
utama bagi pembangunan ekonomi dan sebagai agent of
development dalam menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional.1
1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 40.
1
2
Sebagai penopang pembangunan, peran bank sebagai lembaga
intermediasi sangat diperlukan. Ragam layanan yang diberikan
bukan hanya mengarah pada fungsi bank sebagai lembaga
intermediasi antara surplus unit dengan defisit unit, namun juga
mengarah pada layanan yang memberikan nilai keamanan serta
kenyamanan nasabahnya. Dorongan agar pemberian layanan
tersebut dapat berjalan optimal juga dilakukan Pemerintah melalui
ragam kebijakan atau aturan yang dibuat oleh Bank Indonesia
maupun Otoritas Jasa Keuangan. Salah satu kebijakan yang
mengarah pada upaya pemberian rasa aman bagi nasabah adalah
aturan tentang perlindungan konsumen.
Perlindungan konsumen menurut Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen. Az. Nasution
berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen adalah
keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain
berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen, di dalam
pergaulan hidup.2 Berdasar pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa perlindungan konsumen adalah suatu ketentuan atau hukum
2 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2000) hal.9.
3
yang mengatur mengenai perlindungan konsumen demi
terpenuhinya hak-hak konsumen.
Perlindungan hukum bagi nasabah selaku konsumen di bidang
perbankan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena pada
faktanya kedudukan para pihak antara pelaku usaha dengan
konsumen yang dalam ini adalah bank dan nasabah seringkali tidak
seimbang. Perjanjian-perjanjian ketika nasabah akan
menggunakaan jasa bank yang seharusnya dibuat berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak menjadi kesepakatan yang hanya
dibuat oleh pihak yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
yaitu pihak bank. Sedangkan nasabah tidak mempunyai pilihan lain
kecuali menerima atau menolak perjanjian yang disodorkan oleh
pihak bank.
Lemahnya posisi nasabah membuat nasabah memerlukan
perangkat hukum yang akan memberikan posisi yang seimbang
antara pelaku usaha dengan konsumen sekaligus memberikan rasa
aman bagi konsumen (nasabah). Dalam kenyataannya banyak
pelaku usaha (perbankan) yang memiliki kecenderungan untuk
mengesampingkan hak-hak konsumen (nasabah) tanpa harus
mendapatkan sanksi hukum. Dengan memanfaatkan minimnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat (nasabah) oleh pelaku
usaha (perbankan) yang tidak mempunyai itikad baik dalam
transaksi yaitu berprinsip mencari keuntungan sebesar-besarnya
4
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan seefisien
mungkin.3
Salah satu hak nasabah yang dalam hal ini merupakan
konsumen perbankan adalah mendapatkan kerahasiaan atau
keamanan atas data pribadi yang telah mereka berikan. Namun
pada kenyataannya terdapat fenomena jual beli data nasabah bank
yang dijual secara bebas diberbagai media sosial atau sebuah
forum komunitas. Bank Indonesia (BI) secara tegas menyatakan
praktik jual beli data nasabah itu dilarang. Tapi sayangnya aturan
itu hanya untuk larangan jual beli data nasabah oleh bank. Ketika
bukan dari pihak industri perbankan yang mengeluarkan data
tersebut, maka bank sentral juga tidak bisa berbuat banyak.
Biasanya data nasabah tersebut digunakan untuk keperluan
komersil seperti penawaran kartu kredit.4
Bank syariah sebagai bagian dari perbankan di Indonesia,
tidak luput dari ancaman fenomena tersebut. Sebagai bank yang
beroperasai berlandaskan dengan nilai-nilai dan prinsip syariah,
bank syariah harus menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh
masyarakat yaitu dalam hal menjaga kerahasiaan atau keamanan
atas data pribadi yang mereka berikan. Salah satu cara untuk
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat atau dalam hal ini yaitu
3 Husni Syazali dan Heni Sri Ismiyati, Hukum Pelrindungan Konsumen, (Bandung: Mandar
Maju, 2000), hal. 8. 4 Herdaru Purnomo. http://m.detik.com/finance/kanal/3/detikfinance. Di akses pada
tanggal 22 Januari pukul 18:50.
5
nasabah adalah dengan adanya kepastian hukum yang melindungi
hak-hak dan kepentingan mereka sebagai nasabah yang akan
menggunakan jasa perbankan syariah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait
perlindungan data pribadi nasabah dalam bentuk skripsi yang
berjudul “ANALISIS PERLINDUNGAN DATA PRIBADI
NASABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI TERHADAP
REGULASI”
B. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan mengenai hukum
perlindungan nasabah dalam dunia perbankan di Indonesia, maka
dalam penelitian ini hanya difokuskan pada masalah perlindungan
data pribadi nasabah sebagai konsumen bank syariah.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi dasar hukum mengenai perlindungan data
pribadi nasabah ?
2. Bagaimana kesesuaian praktik perlindungan data pribadi
nasabah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri terhadap
regulasi ?
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini, tujuan utama yang ingin dicapai
oleh penulis adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kesesuaian aturan internal Bank Syariah
Mandiri mengenai perlindungan data pribadi nasabah
terhadap regulasi pemerintah.
b. Untuk mengetahui kesesuaian praktik perlindungan data
pribadi nasabah pada Bank Syariah Mandiri terhadap aturan
internal Bank Syariah Mandiri.
c. Untuk mengetahui kesesuaian praktik perlindungan data
pribadi nasabah pada Bank Syariah Mandiri terhadap
regulasi pemerintah.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai perlindungan data pribadi
nasabah dan semoga bisa dijadikan sebagai sumber
acuan keilmuan dan pemikiran untuk perkembangan
ilmu pengetahuan baik penulis sendiri dan masyarakat
luas.
- Sebagai langkah sosialisasi akan pentingnya
perlindungan kepada masyarakat sebagai konsumen yang
7
selama ini posisi mereka sering diabaikan agar
menyadari akan hak-hak mereka dan mendapat
perlindungan.
b. Manfaat Praktis
Dapat menjadi bahan masukan mengenai pentingnya
perlindungan data-data pribadi nasabah sebagai pengguna
jasa layanan perbankan. Dimana nasabah telah
mempercayakan pihak bank untuk menjaga dan menyimpan
data-data pribadi tersebut dengan baik dan tidak digunakan
untuk kepentingan komersial sepihak.
c. Manfaat Akademis
Sebagai bahan referensi dan pembanding pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah
ini.
E. Kajian Pustaka (Review Terdahulu)
Sebelumnya sudah ada penelitian terdahulu dalam bentuk tesis
mengenai permasalahan perlindungan hukum data pribadi nasabah
yang berjudul ”Perlindungan Data Pribadi Nasabah Pemegang
Kartu Kredit Ditinjau Dari Aspek Hukum Perlindungan
Konsumen” yang disusun oleh Ruly Ferdian Fakultas Hukum
Universitas Indonesia Tahun 2009, tesis ini membahas mengenai
perlindungan data pribadi nasabah pemegang kartu kredit dari sudut
hukum perlindungan konsumen yang memuat mengenai pengaturan,
8
tanggung jawab pelaku usaha, Bank Indonesia, dan pemerintah serta
upaya penyelesaian sengketa antara konsumen dengan produsen.
Tesis ini bertujuan untuk mengkritisi penggunaan data pribadi
nasabah pemegang kartu kredit. Yang membedakan tesis ini dengan
penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah apabila pada tesis
ini data-data nasabah hanya dikhususkan dari nasabah pengguna
kartu kredit sedangkan yang penulis akan teliti adalah bagaimana
kesesuaian mengenai praktik perlindungan data-data pribadi
nasabah Bank Syariah Mandiri sebagai pengguna jasa perbankan
secara umum yang seharusnya tidak dapat diberikan ke pihak lain
yang tidak berhak untuk mencari keuntungan komersial.
Skripsi Wardatul, Prodi Muamalat, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012 yang berjudul
“Ruang Lingkup Rahasia Bank Syariah dan Hubungannya
dengan Perlindungan Hukum bagi Nasabah.” Skripsi ini
membahas tentang ketentuan hukum mengenai kewajiban bank
dalam merahasiakan keadaan keuangan nasabahnya untuk
melindungi kepentingan nasabah secara individual. Tujuan dari
penelitian skripsi ini adalah untuk menjaga kepercayaan masyarakat
yang telah maupun yang akan menyimpan dananya, maupun yang
telah atau akan menggunakan jasa-jasa bank dengan mematuhi
kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank. Sedangkan yang
akan penulis teliti adalah tentang ketentuan hukum perlindungan
9
data pribadi nasabah bank. Dimana data-data pribadi mengenai
nasabah bank ini sering disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak
berhak untuk mencari keuntungan.
Penelitian selanjutnya adalah skripsi Dwi Ayu Astrini, Fakultas
Hukum, Unsrat, 2015 yang berjudul “Perlindungan Hukum
Terhadap Nasabah Bank Pengguna Internet Banking Dari
Ancaman Cybercrime.” Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana peraturan perundang-undangan yang melindungi
nasabah bank pengguna internet banking dari ancaman cybercrime,
dan bagaimana mekanisme perlindungan dan tanggungjawab yang
diberikan pihak bank terhadap nasabah yang mengalami masalah
dalam penggunaan internet banking. Yang membedakan penelitian
ini dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah apabila
pada skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum terhadap
nasabah yang menggunakan internet banking dari ancaman
cybercrime sedangkan yang penulis akan teliti adalah bagaimana
kesesuaian praktik perlindungan data pribadi nasabah yang
dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri terhadap regulasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
deskriptif analisis yaitu untuk menggambarkan secara jelas
10
bagaimana perlindungan data pribadi nasabah sebagai konsumen
pengguna jasa perbankan dalam regulasi yang berlaku.
2. Jenis Penelitan
Untuk mendapatkan data dan informasi-informasi yang akurat
kebenarannya, dalam penelitian pada skripsi ini penulis
menggunakan penelitian kepustakaan (Library research) dan
penelitian lapangan (Field research).
Penelitain Kepustakaan (Library research)
Dalam penelitian kepustakaan (Library research) ini hal
yang dilakukan adalah dengan cara pengumpulan data
yang berhubungan masalah yang akan dibahas yang
diperoleh dari buku, jurnal, artikel, dan referensi yang
berubungan dengan judul skripsi penulis.
Penelitian Lapangan (Field research)
Penelitian lapangan (Field research) ini dimasukkan
untuk memperoleh data primer.
3. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer: yaitu data yang diperoleh langsung dari
masyarakat.5 Misalnya hasil survei ke lapangan dengan
pihak yang terkait langsung dengan masalah penelitian dan
5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, (Jakarta: UI Press, 2008),
hal.31.
11
peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan, dan Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 14/SEOJK.07/2014 tentang Kerahasiaan
dan Keamanan Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen.
b. Data Sekunder: yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari
sumbernya, misalnya dari buku, karya ilmiah, dokumentasi,
arsip dan artikerl-artikel hukum yang berkaitan erat dengan
masalah yang akan dikaji.
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian
adalah:
a. Survei: yaitu suatu bentuk penyelidikan yang dilakukan
untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada
dan mencari keterangan-keterangan secara faktual.6
b. Dokumentasi: yaitu teknik yang digunakan untuk
melengkapi data yang diperlukan oleh penulis, antara lain
6 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), hal.56.
12
dengan cara melihat dokumen dan arsip-arsip yang ada
kaintannya dengan objek penelitian.
4. Teknik Analisis
Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode
analisa contentanalysis, dimana nanti akan diteliti masalah
perlindungan hukum yang dipraktekkan oleh pihak Bank
Syariah Mandiri untuk melindungi para nasabah terkait dengan
data pribadi nasabah. Kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan
analisis dari hukum perundang-undangan, fatwa-fatwa dan
literatur yang berkaitan dengan tema skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi disusun dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab
yang terdiri atas beberapa subbab agar mendapatkan gambaran yang
lebih jelas dan terarah mengenai pembahasan masalah yang diteliti.
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini
adalah sebagai berikut:
BAB I : Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kajian pustaka (review studi terdahulu), metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Bab ini berisi tentang landasan teori yang berkaitan
mengenai konsepsi umum perlindungan hukum data pribadi nasabah
dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mencakup
13
hukum data pribadi nasabah pada perbankan, ruang lingkup dan
bentuk-bentuk perlindungan data pribadi nasabah pada perbankan
serta perlindungan hukum data pribadi nasabah pada perbankan
dalam peraturan perundang-undangan.
BAB III : Bab ini menjelaskan mengenai praktik perlindungan data
pribadi nasabah pada Bank Syariah Mandiri. Bab ini membahas
sekilas tentang Bank Syariah Mandiri, serta model atau praktik
penerapan perlindungan data pribadi nasabah di Bank Syariah
Mandiri.
BAB IV : Bab ini berisi tentang deskripsi secara analisis tentang
kesesuaian Kebijakan Operasional Bank Syariah Mandiri terhadap
regulasi, kesesuaian praktik perlindungan hukum data pribadi
nasabah terhadap Kebijakan Operasional Bank Syariah Mandiri, dan
kesesuaian praktik perlindungan hukum data pribadi nasabah Bank
Syariah Mandiri terhadap regulasi.
BAB V : Bab ini menguraikan tentang kesimpulan atas pembahasan
dan penelitian, dan saran-saran yang bermanfaat untuk pihak-pihak
yang berkepentingan.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Perlindungan Hukum
Perlindungan dapat diartikan sebagai tempat berlindung, hal (perbuatan
dan sebagainya) memperlindungi.7 Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2002 adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh
aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman
baik fisik maupun mental, kepada korban atau saksi, dari ancaman, gangguan,
teror, dan kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada tahap
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang
pengadilan.
Keberadaan hukum bertujuan untuk mewujudkan keadilan, kemanfaatan,
dan kepastian hukum. G. W. Paton mengatakan bahwa hak yang diberikan
oleh hukum bukan hanya mengandung unsur perlindungan dan kepentingan
saja tetapi juga unsur kehendak. Pada hakikatnya hukum adalah sesuatu yang
abstrak, namun dalam manifestasinya dapat berupa wujud konkret. Suatu
ketentuan hukum dapat dinilai baik jika dari penerapannya menghasilkan
akibat-akibat berupa kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya, dan
berkurangnya penderitaan.8
7 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), hal. 750.
8 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2013), hal.4.
14
15
Pengertian hukum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah undang-
undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup
masyarakat. Sedangkan dalam kamus Oxford disebutkan ”All the rules
established by authority or custom for regulating the behavior of members of
a community or country” (Semua peraturan yang ditetapkan oleh otoritas atau
kustom (adat atau kebiasaan) untuk mengatur perilaku anggota komunitas atau
negara).
Hukum menurut Vant Kant adalah sekumpulan peraturan yang bersifat
memaksa yang dibentuk untuk mengatur dan melindungi kepentingan orang.
Menurut S.M. Amin, hukum adalah peraturan-peraturan yang terdiri dari
norma-norma dan sanksi-sanksi.9
Pada umumnya setiap sarjana hukum mengatakan hukum sebagai
sejumlah peraturan, sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mempunyai isi
yang bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang dan
normatif karena menentukan apa yang seyogianya dilakukan, apa yang tidak
boleh dilakukan atau yang harus dilakukan serta menentukan bagaimana cara
melaksanakan kepatuhan pada kaedah tersebut.10
Dapat disimpulkan bahwa hukum merupakan sekumpulan peraturan yang
telah ditetapkan untuk mengatur dan melindungi tata kehidupan bermasyarkat
yang bersifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman kepada mereka
yang melanggarnya.
9 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 27.
10 Yunasril Ali, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hal. 3.
16
Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang
diberikan kepada subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang
bersifat preventif maupun represif, baik yang secara lisan maupun yang
tertulis.
B. Bentuk Perlindungan Hukum pada Data Pribadi Nasabah
Hubungan antara bank dengan nasabahnya tidak hanya seperti hubungan
kontraktual biasa, melainkan suatu hubungan yang terdapat kewajiban bagi
bank untuk tidak membuka rahasia nasabahnya kepada pihak manapun
kecuali jika ada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.11
Menurut Bambang Setioprodjo, secara filosofi kewajiban bank dalam
memegang rahasia keuangan nasabah atau perlindungan atas kerahasiaan
keuangan nasabah didasarkan pada:
1. Hak setiap orang atau badan untuk tidak dicampuri atas masalah yang
bersifat pribadi (personal privacy);
2. Hak yang timbul dari perikatan antara bank dan nasabahnya, dalam kaitan
ini bank berfungsi sebagai kuasa dari nasabahnya dan dengan itikad baik
wajib melindungi kepentingan nasabah;
3. Atas dasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang
menegaskan bahwa berdasarkan fungsi utama bank dalam menghimpun
dana dari masyarakat, maka pengetahuan bank tentang keadaan keuangan
11 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi,
dan Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal. 5.
17
nasabah tidak disalahgunakan dan wajib dijaga kerahasiaannya oleh
setiap bank;
4. Kebiasaan dan kelaziman dalam dunia perbankan;
5. Karakteristik kegiatan usaha bank.12
Di samping itu, Yunus Husein juga memberikan beberapa alasan utama
mengenai perlunya ketentuan rahasia bank dalam praktek perbankan, yaitu:
Pertama, untuk meyakinkan nasabah ketika mereka menyerahkan
keterangan pribadinya yang bersifat rahasia kepada bank yang mempunyai
hubungan kontraktual dengannya. Penyerahan keterangan dan dokumen yang
bersifat rahasia ini sudah tentu untuk keuntungan kedua belah pihak. Bank
tidak dapat menjalankan tugas dan usahanya (juga untuk kepentingan
nabasah) apabila nasabah tidak menyediakannya dengan keterangan yang
diperlukan. Hubungan antara bank dan nasabah tersebut dapat dibandingkan
dengan hubungan antara pengacara dan kliennya, serta hubungan antara
dokter dan pasiennya. Pengacara dan dokter memerlukan segala macam
keterangan yang bersifat rahasia dari klien dan pasiennya dalam rangka
pelaksanaan tugas dengan lebih baik dan sempurna. Karena keterangan yang
diberikan klien dan pasien itu harus dirahasiakan untuk mendorong mereka
agar memberikan keterangan selengkapnya.
Kedua, untuk kepentingan bank yang dalam usahanya memerlukan
kepercayaan dari nasabah yang menyimpan uangnya di bank, maka rahasia
pribadi tentang penyimpan dan simpanannya harus dirahasiakan.
12 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), hal. 330.
18
Ketiga, pengaturan rahasia bank dalam Undang-Undang Dasar atau
Undang-Undang suatu negara biasanya didasarkan pada pola berpikir
dikotomis, yaitu adanya negara/pemerintah yang berkuasa di satu pihak dan
adanya rakyat yang tunduk pada pemerintah atau negara. Pengaturan tersebut
terutama dimaksudkan untuk membatasi campur tangan negara/pemerintah
pada kehidupan pribadi setiap anggota masyarakat.
Keempat, ketentuan rahasia bank ini diperlukan untuk mencegah
terjadinya penyitaan yang sewenang-wenang, misalnya, seorang investor
asing pada suatu negara yang kebijakannya sering berubah-ubah.13
Marulak Pardede mengemukakan mengenai perlindungan terhadap
nasabah penyimpan dana dalam sistem perbankan Indonesia dapat dilakukan
melalui 2 (dua) cara, yaitu:14
a. Perlindungan secara implisit, yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh
pengawasan pembinaan bank yang efektif, yang dapat menghindarkan
terjadinya kebangkrutan bank. Perlindungan ini yang diperoleh melalui:
(1) peraturan perundang-undangan di bidang perbankan, (2) perlindungan
yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang efektif, yang
dilakukan oleh Bank Indonesia, (3) upaya menjaga kelangsungan usaha
bank sebagai sebuah lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap
sistem perbankan pada umumnya, (4) memelihara tingkat kesehatan bank,
13
Yunus Husein, Rahasia Bank dan Penegakan Hukum, (Jakarta: Pustaka Juanda
Tigalima, 2010), hal. 38-49.
14 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007),
hal.133.
19
(5) melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian, (6) cara
pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah,
dan (7) menyediakan informasi risiko pada nasabah.
b. Perlindungan secara eksplisit, yaitu perlindungan melalui pembentukan
suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sehingga apabila
bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan mengganti dana
masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. Perlindungan
ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan
masyarakat, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 26
Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum.
C. Regulasi yang Mengatur Tentang Perlindungan Data Pribadi Nasabah
Berdasarkan pengertian prinsip kerahasiaan bank yang diatur dalam UU
Perbankan, data pribadi nasabah dapat dikategorikan dalam lingkup
pengertiaan rahasia bank terkait “segala sesuatu mengenai nasabah
penyimpan”. Dengan adanya ketentuan tersebut, setiap bank memiliki
kewajiban untuk merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya.
Meskipun data pribadi nasabah tidak diatur secara spesifik dalam UU
Perbankan, namun tetap dikategorikan sebagai sesuatu yang harus
dirahasiakan dalam menjalankan bisnis perbankan. Karena dengan adanya
hubungan kontraktual antara bank dengan nasabah, bank memiliki kewajiban
untuk melindungi kepentingan nasabah penyimpan. Jika bank tidak mampu
dalam menjaga kepentingan nasabah, maka akan berdampak pada
20
perkembangan usaha bank itu sendiri, masyarakat tidak akan lagi memberi
kepercayaan kepada bank sebagai tempat yang aman untuk investasi mereka.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi
Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah merupakan
salah satu regulasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan menimbang
bahwa transparansi terhadap penggunaan data pribadi yang disampaikan
nasabah kepada bank diperlukan untuk meningkatkan perlindungan terhadap
hak-hak pribadi nasabah dalam berhubungan dengan bank, serta dalam rangka
memberikan perlindungan terhadap penggunaan data pribadi nasabah. Data
pribadi nasabah adalah identitas yang lazim disediakan oleh nasabah kepada
bank dalam rangka melakukan transaksi keuangan dengan bank. Bank wajib
meminta persetujuan tertulis dari nasabah dalam hal bank akan memberikan
dan/atau menyebarluaskan data pribadi nasabah kepada pihak lain untuk
tujuan komersial, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan perundang-undangan
lain yang berlaku. Dalam permintaan persetujuan sebagaimana dimaksud,
bank wajib terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan konsekuensi dari
pemberian dan/atau penyebarluasan data pribadi nasabah kepada pihak lain.
Salah satu tujuan dibentuknya Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
adalah untuk melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat yang
menggunakan jasa lembaga keuangan. Dalam Pasal 9 huruf c UU OJK
mengatur mengenai kewenangan OJK dalam melaksanakan tugas pengawasan
untuk melindungi kepentingan konsumen, OJK mempunyai wewenang
melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen,
21
dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau
penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Lembaga Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) Nomor 1/POJK.07/2013 Tahun 2013 tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan sebagai pelaksanaan dari ketentuan rahasia
bank yang diatur dalam UU Perbankan untuk melindungi nasabah dari
banyaknya penyalahgunaan data pribadi khususnya nomor telepon seluler
nasabah. Dalam Pasal 19 POJK tersebut ditentukan bahwa Pelaku Usaha Jasa
Keuangan (PUJK) dilarang melakukan penawaran produk dan/atau layanan
kepada konsumen dan/atau masyarakat melalui sarana komunikasi pribadi
tanpa persetujuan konsumen.
POJK Nomor 1/POJK.07/2013 Tahun 2013 tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan dikeluarkan oleh OJK terkait dengan
maraknya telemarketing yang biasa melakukan penawaran produk keuangan
menggunakan data nasabah perbankan. Penggunaan data pribadi nasabah oleh
para telemarketing dapat berakibat fatal terhadap keberlangsungan usaha
pelaku jasa keuangan yang dalam hal ini adalah perbankan. Para pelaku usaha
jasa keuangan dapat dikenakan sanski administratif sesuai dalam Pasal 53
POJK Nomor 1/POJK.07/2013, antara lain berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
22
d. Pembekuan kegiatan usaha;
e. Pencabutan izin kegiatan usaha.
Realisasi terhadap Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) mengenai
Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan tersebut, OJK sudah mengeluarkan
surat edaran untuk para pelaku usaha di sektor jasa keuangan sebagai
ketentuan petunjuk pelaksanaan penerapan prinsip kerahasiaan dan keamanan
data dan/atau informasi pribadi konsumen. Data dan/atau informasi pribadi
konsumen yang harus dirahasiakan menurut Surat Edaran Nomor
14/SEOJK.07/2014 tentang Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau
Informasi Pribadi Konsumen adalah sebagai berikut:
a. perseroan, terdiri atas:
1) nama;
2) alamat;
3) tanggal lahir dan/atau umur;
4) nomor telepon; dan/atau
5) nama ibu kandung
b. korporasi:
1) nama;
2) alamat;
3) nomor telepon;
4) susunan direksi dan komisaris termasuk dokumen idenitas berupa
Kartu Tanda Penduduk/paspor/ijin tinggal;dan/atau
5) susunan pemegang saham.
23
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, sudah jelas bahwa setiap pelaku
usaha jasa keuangan dimana dalam hal ini bank dilarang dengan cara apapun
memberikan data dan/atau informasi pribadi mengenai nasabahnya kepada
pihak ketiga. Namun, ketentuan pelarangan ini dapat dikecualikan apabila:
a. Nasabah memberikan persetujuan tertulis, dan/atau
b. Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Dalam hal konsumen memberikan persetujuan tertulis, pelaku usaha jasa
keuangan yang dalam hal ini bank dapat memberikan data dan/atau informasi
pribadi konsumen dengan kewajiban memastikan pihak ketiga dimaksud tidak
memberikan dan/atau menggunakan data dan/atau informasi pribadi
konsumen untuk tujuan selain yang telah disepakati antara pelaku usaha jasa
keuangan atau dalam hal ini adalah bank dengan pihak ketiga. Tata cara
persetujuan tetrulis dari konsumen dapat dinyatakan dalam bentuk pilihan
setuju atau tidak setuju atau memberikan tanda persetujuan dalam dokumen
dan/atau perjanjian produk dan/atau layanan.
Dalam hal pelaku usaha jasa keuangan yang dalam hal ini bank
memperoleh data dan/atau informasi pribadi seseorang dan/atau sekelompok
orang dari pihak lain dan akan menggunakan data dan/atau informasi tersebut
untuk melaksanakan kegiatannya, bank wajib memiliki pernyataan tertulis
bahwa pihak lain dimaksud telah memperoleh persetujuan tertulis dari
seseorang dan/atau sekelompok orang tersebut untuk memberikan data
dan/atau informasi pribadi dimaksud kepada pihak manapun termasuk bank.
Selain itu, bank wajib menetapkan kebijakan dan prosedur tertulis
24
mengenai penggunaan data dan/atau informasi pribadi nasabah,
yangsekurang-kurangnya memuat:
a. menjelaskan secara tertulis dan/atau lisan kepada nasabah mengenai
tujuan dan konsekuensi dari pemberian persetujuan tertulis serta
pemberian dan/atau penyebarluasan data dan/atau informasi pribadi
nasabah; dan
b. meminta persetujuan tertulis dari nasabah dalam hal bank akan
memberikan dan/atau menyerbaluaskan data dan/atau informasi
pribadi konsumen kepada pihak ketiga untuk tujuan apapun, kecuali
ditetapkan lain dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kebijakan dan prosedur tertulis wajib dituangkan dalam standar prosedur
operasional mengenai penggunaan data dan/atau informasi pribadi nasabah
sebagai berikut:
a. pejabat dan/atau petugas bank menjelaskan secara tertulis dan/atau
lisan mengenai tujuan dan konsekuensi dari persetujuan tertulis dari
nasabah terkait dengan pemberian dan/atau penyebarluasan data
dan/atau informasi pribadi nasabah bahwa:
1) hanya akan digunakan untuk kepentingan inetrnal bank dan/atau
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
2) akan diberikan dan/atau disebarluaskan kepada pihak lain atas
persetujuan tertulis nasabah.
b. dalam hal akan memberikan dan menyebarluaskan kepada pihak lain,
maka pejabat dan/atau petugas bank:
25
1) memberikan penjelasan kepada nasabah mengenai tujuan dan
konsekuensi dari pemberian dan/atau penyebarluasan data
dan/atau informasi pribadi konsumen; dan
2) menyampaikan pernyataan tertulis bahwa bank telah
mendapatkan persetujuan tertulis dari naasabah.
Ketentuan lain mengenai perlindungan terhadap konsumen di sektor jasa
keuangan yaitu nasabah menurut Pasal 25 dan Pasal 31 ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan yaitu Pasal 25 menyebutkan
bahwa pelaku usaha jasa keuangan (perbankan) wajib menjaga keamanan
simpanan, dana, atau asset konsumen yang berada dalam tanggung jawab
pelaku usaha jasa keuangan. Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa pelaku
usaha jasa keuangan dilarang dengan cara apapun, memberikan data dan/atau
informasi konsumennya kepada pihak ketiga. Pasal 31 ayat (2) menyebutkan
bahwa larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dalam hal
konsumen memberikan persetujuan tertulis; dan/atau diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan. Pasal 31 ayat (3) menyebutkan bahwa dalam
hal pelaku usaha jasa keuangan memperoleh data dan/atau informasi pribadi
seseorang dan/atau sekelompok orang dari pihak lain dan pelaku usaha jasa
keuangan akan menggunakan data dan/atau informasi tersebut untuk
melaksanakan kegiatannya, pelaku usaha jasa keuangan wajib memiliki
persyaratan tertulis bahwa pihak lain dimaksud telah memperoleh persetujuan
tertulis dari seseorang dan/atau sekelompok orang tersebut untuk memberikan
26
data dan/atau informasi pribadi dimaksud kepada pihak manapun, termasuk
pelaku usaha jasa keuangan.
Dengan dikeluarkannya peraturan oleh OJK ini merupakan suatu langkah
upaya untuk melindungi nasabah bank dari penyalahgunaan pihak ketiga
dan/atau pihak lain, dimana pengaturan mengenai kerahasiaan bank yang ada
di dalam Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Perbankan Syariah
belum mengatur secara khusus mengenai perlindungan terhadap kerahasiaan
data pribadi nasabah.
D. Batasan dalam Penggunaan Data Pribadi Nasabah
Hubungan kontraktual antara bank dan nasabah sebagai konsumen
pengguna jasa perbankan dalam hal penyimpan dana, mengakibatkan adanya
hukum bahwa bank harus melindungi kepentingan nasabah. Dalam
menjalankan kegiatan usaha bank harus menerapkan prinsip kerahasiaan.
Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
menentukan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, hal ini berarti prinsip kerahasiaan
yang diterapkan perbankan dalam kegiatan usahanya tidak hanya mengenai
keadaan keuangan nasabah saja (simpanannya), melainkan segala ketentuan
mengenai nasabah penyimpan. Pada saat menandatangani kesepakatan
kontrak atau perjanjian penyimpanan dana di bank, calon nasabah diminta
untuk menyerahkan beberapa persyaratan data pribadi ke bank. Data pribadi
27
tersebut juga menjadi bagian yang harus dijaga kerahasiaannya oleh bank,
demi menjaga kepercayaan nasabah kepada bank penyimpan dana.
Hubungan antara bank dengan nasabahnya terdapat kewajiban bagi bank
untuk tidak membuka atau memberikan rahasia nasabahnya kepada pihak lain
manapun kecuali ada ketentuan yang telah ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.15
Berdasarkan pengertian rahasia bank sebagaimana tercantum dalam Pasal
1 angka 14 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, kemudian dihubungkan
dengan ketentuan dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
bahwa pengertian dan cakupan rahasia bank dalam kegiatan usaha perbankan
syariah dibatasi sebagai berikut:16
a. Menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan
mengenai “nasabah penyimpan dan simpanannya” serta “nasabah investor
dan investasinya”;
b. Pada dasarnya bank dan pihak terafiliasi berkewajiban memegang teguh
kerahasian keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya
dan nasabah investor dan investasinya, kecuali hal itu tidak dilarang oleh
undang-undang;
c. Karena kepentingan tertentu, informasi mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan beserta
15
Adrian Sutedi, Hukum Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hal.5.
16 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), hal. 335.
28
dengan simpanannya dan nasabah investor beserta dengan investasinya
dapat dibuka.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 memberikan pengecualian dapat
dibukanya informasi rahasia bank terhadap 6 (enam) hal, dimana diluar 6
(enam) hal yang dikecualikan tersebut tidak termasuk sebagai dikecualikan
dari kewajiban rahasia bank dalam kegiatan usaha perbankan syariah.
Pengecualian berlakunya atas rahasia bank yang dimaksud meliputi:
a. Untuk kepentingan penyidikan pidana perpajakan diberikan pengecualian
kepada pejabat pajak berdasarkan perintah tertulis Pimpinan Bank
Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan (Pasal 42);
b. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana diberikan
pengecualian kepada polisi, jaksa, hakim atau penyidik lain yang
diberikan wewenang berdasarkan undang-undang berdasarkan izin
tertulis Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Kepala Kepolisian,
Jaksa Agung dan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia atau
pimpinan instansi yang diberi wewenang untuk melakukan penyidikan
(Pasal 43);
c. Untuk kepentingan perkara perdata antara bank dengan nasabahnya
diberikan pengecualian kepada direksi bank yang bersangkutan tanpa
harus memperoleh izin Pimpinan Bank Indonesia (Pasal 45);
d. Dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank diberikan
pengecualian kepada direksi bank tanpa harus memperoleh izin Pimpinan
Bank Indonesia (Pasal 46);
29
e. Atas persetujuan, permintaan atau kuasa dari nasabah penyimpan dan
nasabah investor dapat diberikan pengecualian secara tertulis kepada
pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan atau nasabah investor
(Pasal 47);
f. Adanya ahli waris yang sah untuk memperoleh keterangan mengenai
simpanan nasabah (Pasal 48).17
E. Bank Syariah dan Data Pribadi Nasabah
1. Pengertian Bank Syariah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah yang melarang untuk meminjamkan atau
memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman. Dengan kata lain,
bank syraiah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang dijalankan berdasarkan prinsip syariat Islam.18
2. Pengertian Nasabah
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang
Transparansi Informasi Produk dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah yang
17
Ibid, hal. 345.
18 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), hal.1.
30
dimaksud dengan nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank,
termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun memanfaatkan jasa bank
untuk melakukan transaksi keuangan (walk-in customer).
Dalam Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah menjelaskan tentang pengertian dan jenis nasabah.
Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank syariah dan/atau UUS.
Sedangkan jenis nasabah terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Nasabah Penyimpan, adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank
syariah dan/atau UUS dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antara
bank syariah atau UUS dan nasabah yang bersangkutan;
2. Nasabah Investor, adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank
syariah dan/atau UUS dalam bentuk investasi berdasarkan akad antara
bank syariah atau UUS dan nasabah yang bersangkutan.
3. Nasabah Penerima Fasilitas, adalah nasabah yang memperoleh fasilitas
dana atau yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan prinsip syariah.
3. Pengertian Data Pribadi
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 menjelaskan pengertian
Data Pribadi Nasabah yaitu identitas yang lazim disediakan oleh nasabah
kepada bank dalam rangka melakukan transaksi keuangan dengan bank.
Yang mencakup Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen yang harus
dirahasiakan menurut Surat Edaran Nomor 14/SEOJK.07/2014 Tentang
Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen
adalah sebagai berikut:
31
a. perseorangan, terdiri dari:
1) nama;
2) alamat;
3) tanggal lahir dan/atau umur;
4) nomor telepon; dan/atau
5) nama ibu kandung.
b. korporasi:
1) nama;
2) alamat;
3) nomor telepon;
4) susunan direksi dan komisaris termasuk dokumen identitas berupa
Kartu Tanda Penduduk/paspor/ijin tinggal; dan/atau
5) susunan pemegang saham.
4. Hukum Perlindungan Konsumen
Setiap orang pada suatu waktu baik dalam posisi tunggal atau sendiri
maupun berkelompok dengan orang lain dalam keadaan apapun pasti
menjadi konsumen untuk suatu produk barang dan atau jasa tertentu.
Keadaan yang universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya
berbagai kelemahan pada konsumen sehingga konsumen tidak
mempunyai kedudukan yang “aman”. Oleh karena itu secara mendasar
konsumen memerlukan perlindungan hukum yang bersifat universal.
Mengingat lemahnya kedudukan konsumen dibandingkan dengan
32
kedudukan pelaku usaha yang relatif lebih kuat dalam banyak hal.19
Perlindungan konsumen merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen
dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang
merugikan konsumen itu sendiri. Undang-Undang Perlindungan
Konsumen menyatakan bahwa, perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.
Adanya perlindungan konsumen merupakan sebagai usaha bersama
berdasarkan lima asas yang relevan terhadap pembangunan nasional.
Pertama, asas manfaat. Perlindungan konsumen harus memberikan
manfaat bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan. Kedua, asas keadilan. Bertujuan agar konsumen dan pelaku
usaha mendapatkan haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
Ketiga, asas keseimbangan. Memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam bentuk
materiil maupun spiritual. Keempat, asas keamanan. Untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam
penggunaan dan/atau pemanfaatan barang dan/atau jasa yang digunakan.
Kelima, asas kepastian hukum. Dalam menyelenggarakan perlindungan
baik kepada konsumen maupun pelaku usaha agar mematuhi hukum dan
19
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika,
2011), hal. 5.
33
mendapatkan keadilan serta negara menjamin kepastian hukum.20
Tujuan perlindungan konsumen meliputi: (1) meningkatkan
kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri; (2) mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkan dari dampak negatif atas pemakaian barang dan/atau jasa;
(3) meningkatkan upaya konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen; (4) menetapkan sistem
perlindungan hukum dan keterbukaan atas informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi; (5) menciptakan kesadaran para pelaku usaha
akan pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang
jujur dan bertanggung jawab dalam usaha; dan (6) meningkatkan kualitas
barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang
dan/atau jasa, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.21
Pada hakikatnya, tanggung jawab perusahaan terhadap konsumen
merupakan suatu kepentingan perusahaan itu sendiri yang berguna untuk
merebut kepercayaan publik yang kemudian bergerak ke arah pencapaian
hasil dari kepercayaan publik tersebut.22
20
Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum
Positif dan Hukum Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), hal.6. 21
Ibid, hal.10. 22
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2013), hal.4.
34
5. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
a. Asas Perlindungan Konsumen
Beberapa asas perlindungan kosnumen yang terdapat dalam Pasal 2
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
adalah sebagai berikut:
a. Asas Manfaat;
b. Asas Keadilan;
c. Asas Keseimbangan;
d. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen; dan
e. Asas Kepastian Hukum.
b. Tujuan Perlindungan Konsumen
Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menjelaskan tentang tujuan perlindungan
konsumen sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri;
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan,
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi;
35
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha;
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
36
BAB III
PRAKTIK PERLINDUNGAN DATA PRIBADI NASABAH PADA BANK
SYARIAH MANDIRI
A. Profil Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, merupakan hikmah sekaligus berkah
pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Krisis ekonomi dan moneter
sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di
panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang
sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali
dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitulasi sebagian bank-bank di Indonesia.23
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari
situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain
serta mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
(merger)empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim,
23
Profil BSM, http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-
perusahaan/sejarah/, diakses pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 14.05.
36
37
dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero)
pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga
menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) TBK. sebagai
pemiliki mayoritas baru BSB.24
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi
bank syariah. Oleh karena itu, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera
mempersiapkan sistem dan infrastrukturya sehingga kegiatan usaha BSB
berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana
tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September
1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
24
Profil BSM, http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-
perusahaan/sejarah/, diakses pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 14.05.
38
1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul
pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara
resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. Bank Syariah Mandiri
hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih
baik. 25
a. Visi Bank Syariah Mandiri
“Bank Syariah Terdepan dan Modern”
b. Misi Bank Syariah Mandiri
1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri
yang berkesinambungan.
2) Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang
melampaui harapan nasabah.
25
Profil BSM, http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-
perusahaan/sejarah/, diakses pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 14.05.
39
3) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran
pembiayaan pada segmen ritel.
4) Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.
5) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat.
6) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.26
B. Praktik Perlindungan Data Pribadi Nasabah di Bank Syariah Mandiri
Sejak ditetapkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan,
Bank Syariah Mandiri yang merupakan salah satu lembaga di bidang jasa
keuangan melakukan pengkajian ulang terkait kebijakan operasional internal
PT Bank Syariah Mandiri untuk menyesuaikan dengan peraturan baru yang
dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Di dalam Surat Edaran Operasi No. 16/030/OPS Bank Syariah Mandiri
perihal Revisi Standar Prosedur Operasional (SPO) Penghimpunan Dana
Terikat Formulir Aplikasi Pembukaan Rekening Produk Dana Perorangan
yang diberlakukan mulai tanggal 25 Juli 2014 merupakan salah satu bentuk
respon Bank Syariah Mandiri untuk menyesuaikan dengan regulasi terbaru.
Adapun rincian perubahan atau revisi ketentuan dimaksud yaitu:
Bab No. Dokumen Keterangan
I SPOB/PPD/I/C Menambahkan Dasar Penyusunan atas beberapa
peraturan yang mendukung pembuatan Formulir
26
Visi dan Misi BSM, http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/visi-
dan-misi/, diakses pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 14.05.
40
Aplikasi Pembukaan Rekening Produk Dana
Perorangan.
II SPOB/PPD/II/H/1 Menambahkan dan merevisi Ketentuan Umum
pada Formulir Aplikasi Pembukaan Rekening
Produk Dana Perorangan.
V SPOB/PPD/V/A Menambahkan dan merevisi Lampiran Tabungan
(Beneficial Owner Perorangan, Aplikasi
Pembukaan Rekening Produk Dana Perorangan,
Surat Pernyataan Kepemilikan NPWP, Surat
Persetujuan Pemberian Informasi Data Nasabah
dan Pemasaran Program/Produk oleh Bank).
V SPOB/PPD/V/D Menambah Lampiran Petunjuk Teknis Operasional
(PTO) Formulir Aplikasi Pembukaan Rekening
Produk Dana Perorangan.
VI SPOB/PPD/VI/A Menambahkan Riwayat Revisi.
SPO tersebut merupakan ketentuan yang wajib digunakan sebagai acuan
kerja bagi seluruh jajaran bank terkait konsep perlindungan data pribadi
nasabah oleh Bank Syariah Mandiri.
Pada surat persetujuan pemberian informasi data nasabah dan pemasaran
program/produk oleh bank yang baru ditambahkan oleh Bank Syariah
Mandiri dalam aplikasi pembukaan rekening berisikan tentang permohonan
PT Bank Syariah Mandiri untuk memberikan dan/atau menyebarluaskan data
41
pribadi nasabah oleh bank/kuasa bank/grup perusahaan untuk memasarkan
program/produk oleh bank. Isi persetujuan nasabah ini menyatakan bahwa:
1. Nasabah setuju/tidak setuju untuk memberikan dan/atau
menyebarluaskan data pribadi nasabah kepada pihak lain di luar bank
yang telah bekerjasama dengan bank untuk tujuan komersial;
2. Nasabah setuju/tidak setuju untuk diinformasikan mengenai
program/produk oleh bank melalui SMS, Telepon dan media lainnya;
3. Nasabah telah memahami penjelasan bank mengenai tujuan dan
konsekuensi dari pemberian dan/atau penyebarluasan data pribadi
nasabah kepada pihak lain di luar badan hukum bank serta tujuan dan
konsekuensi dari informasi program/produk oleh bank melalui SMS,
Telepon dan media lainnya;
4. Data pribadi nasabah yang dapat diberikan dan/atau disebarluaskan
kepada pihak lain diluar bank untuk tujuan komersial adalah
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Nama Nasabah;
b. Alamat:
c. Tanggal lahir dan/atau umur;
d. Nomor Telepon;
e. Keterangan lain yang merupakan identitas pribadi dan lazim
dalam pemanfaatan produk bank.
5. Atas persetujuan yang nasabah berikan, dengan ini nasabah akan
membebaskan bank terhadap tuntutan hukum dan/atau gugutan dari
pihak manapun dikemudian hari.
6. Para pihak mengakui dan menyetujui bahwa Surat Persetujuan
Pemberian Informasi Data Nasabah dan Pemasaran Program/Produk
oleh Bank ini, merupakan permohonan bank kepada nasabah atas
penyebarluasan data pribadi yang nasabah berikan kepada bank dan
kesediaan nasabah untuk diinformasikan mengenai program/produk
oleh bank melalui SMS, Telepon dan media lainnya.
Adapun petunjuk teknis operasional dalam formulir aplikasi pembukaan
rekening produk dana perorangan yang dijelaskan dalam Surat Edaran ini
adalah bank atau frontliners harus menjelaskan kepada nasabah mengenai
maksud dan tujuan surat persetujuan tersebut serta konsekuensi yang akan
terjadi di kemudian hari sebelum nasabah memberikan persetujuan.
Dalam kebijakan operasional PT Bank Syariah Mandiri terdapat
pedoman untuk seluruh jajaran bank dalam melakukan kegiatan usaha bank,
42
yang salah satunya adalah menjaga kerahasiaan bank dan kerahasiaan
dokumen. Kerahasiaan Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya sesuai dengan
Undang-Undang tentang Perbankan dan peraturan yang terkait. Sedangkan
Dokumen Bank adalah seluruh dokumen yang terkait dengan kegiatan Bank.
Dokumen dapat berbentuk hardcopy atau softcopy yang wajib dijaga
kerahasiaannya oleh seluruh jajaran Bank dan pihak-pihak yang terafiliasi
dengan Bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan seluruh jajaran Bank terkait
kerahasiaan bank dan dokumen bank adalah sebagai berikut:
1. Menjaga rahasia Bank sesuai peraturan Perundang-undangan yang
berlaku khusunya dibidang perbankan.
2. Merahasiakan keterangan tentang nasabah dan simpanannya.
3. Menjaga kerahasiaan dan keamaan dokumen Bank yang bersifat rahasia
termasuk informasi pribadi konsumen.
4. Mengatur hak akses, proses penyimpanan, dan mekanisme penyebaran
dokumen dan/atau informasi pribadi konsumen kepada pihak ketiga
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Melaksanakan evaluasi kerahasiaan dan keamanan dokumen/informasi
pribadi konsumen.
43
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM DATA PRIBADI NASABAH PADA BANK
SYARIAH MANDIRI
A. Kesesuaian Kebijakan Operasional Bank Syariah Mandiri terhadap
Regulasi
Salah satu tujuan dibentuknya Lembaga Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) adalah untuk melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat
yang menggunakan jasa lembaga keuangan. Dalam Pasal 9 huruf c UU
OJK mengatur mengenai kewenangan OJK dalam melaksanakan tugas
pengawasan untuk melindungi kepentingan konsumen, OJK mempunyai
wewenang melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa
keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan.
Dibuatnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013
tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan adalah untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan mengenai perlindungan konsumen dan
masyarakat. Dalam Pasal 31 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
43
44
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan
menjelaskan:
(1) Pelaku usaha jasa keuangan dilarang dengan cara apapun,
memberikan data dan/atau informasi mengenai konsumennya
kepada pihak ketiga.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dalam
hal:
a. Konsumen memberikan persetujuan tertulis; dan/atau
b. Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal pelaku usaha jasa keuangan memperoleh data dan/atau
informasi pribadi seseorang dan/atau sekelompok orang dari pihak
lain dan pelaku usaha jasa keuangan akan menggunakan data/atau
informasi tersebut untuk melaksanakan kegiatannya, pelaku usaha
jasa keuangan wajib memiliki pernyataan tertulis bahwa pihak lain
dimaksud telah memperoleh persetujuan tertulis dari seseorang
dan/atau sekelompok orang tersebut untuk memberikan data/atau
informasi pribadi dimaksud kepada pihak manapun, termasuk
pelaku usaha jasa keuangan.
(4) Pembatalan atau perubahan sebagian persetujuan atas
pengungkapan data dan atau informasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dilakukan secara tertulis oleh konsumen dalam
bentuk surat pernyataan.
Perlindungan konsumen dalam kaitannya dengan data pribadi nasabah
bank, menjadi suatu yang penting mengingat banyaknya penyalahgunaan
data pribadi nasabah bank yang diduga dilakukan Pihak Ketiga yang
mengaku memiliki hubungan kerja sama dengan bank tempat nasabah
menyimpan dana untuk menawarkan produk jasa keuangan. Jenis jasa
keuangan yang banyak ditawarkan adalah dibidang asuransi. Umumnya
penawaran dilakukan melalui telepon.
Meskipun data pribadi nasabah tidak diatur secara spesifik dalam UU
Perbankan, namun tetap dikategorikan sebagai sesuatu yang harus
dirahasiakan dalam menjalankan bisnis perbankan. Karena dengan adanya
hubungan kontraktual antara bank dengan nasabah, bank memiliki
45
kewajiban untuk melindungi kepentingan nasabah penyimpan. Jika bank
tidak mampu dalam menjaga kepentingan nasabah, maka akan berdampak
pada perkembangan usaha bank itu sendiri, masyarakat tidak akan lagi
memberi kepercayaan kepada bank sebagai tempat yang aman untuk
investasi mereka.
Dalam ketentuan peralihan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 14/SEOJK.07/2014 tentang Kerahasiaan dan Keamanan Data
dan/atau Informasi Pribadi Konsumen menyebutkan bahwa setiap klausula
dalam dokumen dan/atau perjanjian produk dan/atau layanan yang
mengatur mengenai penggunaan data dan/atau informasi pribadi
konsumen yang telah ada sebelum berlakunya Surat Edaran otoritas Jasa
Keuangan ini, wajib disesuaikan dengan ketentuan dalam Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan ini. Maka dalam hal ini PT Bank Syariah Mandiri
yang merupakan Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyesuaikan
perjanjian baku yang sudah dibuat dan memiliki kelengkapan internal
untuk melaksanakan SEOJK ini pada saat SEOJK ini diberlakukan.
Berdasarkan pemaparan penulis di bab sebelumnya, Bank Syariah
Mandiri telah melakukan penyesuaian di dalam Kebijakan Operasional PT
Bank Syariah Mandiri. Pada kebijakan operasional terbaru yang
diberlakukan sejak tanggal 31 Maret 2016 telah merinci mengenai
kerahasiaan bank dan kerahasiaan dokumen. Kerahasiaan bank adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya sesuai dengan Undang-Undang tentang
46
Perbankan dan peraturan yang terkait. Dokumen bank adalah seluruh
dokumen terkait dengan kegiatan bank yang dapat berbentuk hardcopyatau
softcopy yang wajib dijaga kerahasiaannya oleh seluruh jajaran bank dan
pihak-pihak yang terafiliasi dengan bank.
Hal yang perlu diperhatikan oleh seluruh jajaran Bank Syariah
Mandiri terkait kerahasiaan bank dan kerahasiaan dokumen adalah
merahasiakan keterangan tentang nasabah penyimpan dan simpanannya
serta menjaga kerahasiaan dan keamanan dokumen bank yang bersifat
rahasia termasuk informasi pribadi konsumen. Bank juga mengatur hak
akses, proses penyimpanan dan mekanisme penyebaran dokumen dan/atau
informasi pribadi konsumen kepada pihak ketiga sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Bank Syariah Mandiri juga mengeluarkan Surat Edaran Operasi No.
16/030/OPS perihal Revisi Standar Prosedur Operasional (SPO)
Penghimpunan Dana Terikat Formulir Aplikasi Pembukaan Rekening
Produk Dana Perorangan yang salah satunya merubah atau merivisi
dengan menambahkan surat persetujuan pemberian informasi data nasabah
dan pemasaran program/produk oleh bank. Revisi tersebut dilakukan Bank
Syariah Mandiri guna menyesuaikan dengan ketentuan yang terdapat pada
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No 14/SEOJK.07/2014 tentang
Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen.
Dimana Bank Syariah Mandiri sebagai salah satu pelaku usaha jasa
keuangan wajib menetapkan kebijakan dan prosedur tertulis mengenai
47
penggunaan data dan/atau informasi pribadi konsumen untuk meminta
persetujuan tertulis dari konsumen dalam hal pelaku usaha jasa keuangan
(bank) akan memberikan dan/atau menyebarluaskan data dan/atau
informasi pribadi konsumen kepada pihak ketiga untuk tujuan apapun,
kecuali ditetapkan lain dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
B. Kesesuaian Praktik Perlindungan Hukum Data Pribadi Nasabah
terhadap Kebijakan Operasional Bank Syariah Mandiri
Sejak dikeluarkannya Surat Edaran Operasi No. 16/030/OPS oleh
Bank Syariah Mandiri, dalam aplikasi pembukaan rekening Bank Syariah
Mandiri sudah menambahkan surat persetujuan pemberian informasi data
nasabah dan pemasaran program/produk oleh bank. Hal ini merupakan
salah satu bentuk usaha Bank Syariah Mandiri dalam melindungi data
pribadi nasabah. Isi dari surat persetujuan tersebut berupa pilihan setuju
atau tidak setuju nasabah terkait pemberian dan/atau penyebarluasan data
pribadi mereka oleh bank dalam pemasaran program/produk bank.
Didalam surat edaran operasi tersebut dijelaskan bahwa nasabah wajib
membaca dan memahami maksud dan tujuan dari isi surat permohonan
persetujuan tersebut sebelum nasabah memutuskan untuk memberikan
persetujuan kepada bank terkait penggunaan data pribadi mereka.
Didalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) formulir aplikasi
pembukaan rekening produk dana perorangan menjelaskan bahwa dalam
nasabah memberikan persetujuan atas penggunaan data pribadi mereka
48
kepada bank, nasabah menyatakan persetujuan mereka diatas materai guna
memperkuat pernyataan nasabah. Namun dari hasil survei penulis pada
praktik pembukaan rekening di tiga Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri,
penulis menemukan kelalaian di salah satu Kantor Cabang Bank Syariah
Mandiri. Dalam praktik pembukaan rekening di salah satu Kantor Cabang
tersebut, ketika bank atau frontliners memberikan surat persetujuan
nasabah pihak bank hanya meminta nasabah untuk melengkapi data
mereka dan memberikan pernyataan persetujuan pada surat tersebut tanpa
menjelaskan maksud dan tujuan dari surat tersebut serta konsekuensi di
kemudian hari apabila nasabah memberikan persetujuan mereka. Namun
di dua Kantor Cabang lainnya sudah menjalankan prosedur yang telah
ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri. Dimana pada saat sebelum nasabah
memberikan persetujuan mereka mengenai penggunaan data pribadi
mereka oleh bank, frontliners Bank Syariah Mandiri menjelaskan secara
rinci mengenai isi dan tujuan dari surat persetujuan tersebut. Frontliners
Bank Syariah Mandiri di duaKantor Cabang tersebut juga menjelaskan
mengenai konsekuensi apabila nasabah memberikan persetujuan terkait
penggunaan data pribadi mereka oleh pihak bank.
Penulis menemukan ketidaksesuaian di ketiga Kantor Cabang Bank
Syariah Mandiri akibat kelalaian frontliners Bank Syariah Mandiri
mengenai penggunaan materai pada surat persetujuan nasabah. Semua
frontlinersdi tiga Kantor Cabang yang disurvei penulis, tidak menyertakan
materai pada surat persetujuan yang disodorkan kepada nasabah. Nasabah
49
hanya diminta menandatangani yang menyatakan bahwa nasabah setuju
akan isi dari pernyataan surat tersebut. Adanya ketidaksesuaian yang di
akibatkan kelalaian frontliners Bank Syariah Mandiri yang penulis
temukan dalam ketiga Kantor Cabang dalam menjalankan ketentuan
operasional Bank Syariah Mandiri yang menjadi acuan kerja bagi seluruh
jajaran bank.
C. Kesesuaian Praktik Perlindungan Hukum Data Pribadi Nasabah
Bank Syariah Mandiri terhadap Regulasi
Lembaga Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) Nomor 1/POJK.07/2013 Tahun 2013 tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan sebagai pelaksanaan dari
ketentuan rahasia bank yang diatur dalam UU Perbankan untuk
melindungi nasabah dari banyaknya penyalahgunaan data pribadi
khususnya nomor telepon seluler nasabah. Dalam Pasal 19 POJK tersebut
ditentukan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) dilarang
melakukan penawaran produk dan/atau layanan kepada konsumen
dan/atau masyarakat melalui sarana komunikasi pribadi tanpa persetujuan
konsumen.
POJK Nomor 1/POJK.07/2013 Tahun 2013 tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan dikeluarkan oleh OJK terkait dengan
maraknya telemarketing yang biasa melakukan penawaran produk
keuangan menggunakan data nasabah perbankan. Penggunaan data pribadi
nasabah oleh para telemarketing dapat berakibat fatal terhadap
50
keberlangsungan usaha pelaku jasa keuangan yang dalam hal ini adalah
perbankan. Para pelaku usaha jasa keuangan dapat dikenakan sanksi
administratif sesuai dalam Pasal 53 POJK Nomor 1/POJK.07/2013, antara
lain berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha;
e. Pencabutan izin kegiatan usaha.
Realisasi terhadap Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
mengenai Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan tersebut, OJK sudah
mengeluarkan surat edaran untuk para pelaku usaha di sektor jasa
keuangan sebagai ketentuan petunjuk pelaksanaan penerapan prinsip
kerahasiaan dan keamanan data dan/atau informasi pribadi konsumen.Data
dan/atau informasi pribadi konsumen yang harus dirahasiakan menurut
Surat Edaran Nomor 14/SEOJK.07/2014 tentang Kerahasiaan dan
Keamanan Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen adalah sebagai
berikut:
a. perseroan, terdiri atas:
1) nama;
2) alamat;
3) tanggal lahir dan/atau umur;
4) nomor telepon; dan/atau
51
5) nama ibu kandung
b. korporasi:
1) nama;
2) alamat;
3) nomor telepon;
4) susunan direksi dan komisaris termasuk dokumen idenitas berupa
Kartu Tanda Penduduk/paspor/ijin tinggal;dan/atau
5) susunan pemegang saham.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, sudah jelas bahwa setiap
pelaku usaha jasa keuangan dimana dalam hal ini bank dilarang dengan
cara apapun memberikan data dan/atau informasi pribadi mengenai
nasabahnya kepada pihak ketiga. Namun, ketentuan pelarangan ini dapat
dikecualikan apabila:
a. Nasabah memberikan persetujuan tertulis, dan/atau
b. Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Dalam hal konsumen memberikan persetujuan tertulis, pelaku usaha
jasa keuangan yang dalam hal ini bank dapat memberikan data dan/atau
informasi pribadi konsumen dengan kewajiban memastikan pihak ketiga
dimaksud tidak memberikan dan/atau menggunakan data dan/atau
informasi pribadi konsumen untuk tujuan selain yang telah disepakati
antara pelaku usaha jasa keuangan atau dalam hal ini adalah bank dengan
pihak ketiga. Tata cara persetujuan tertulis dari konsumen dapat
dinyatakan dalam bentuk pilihan setuju atau tidak setuju atau memberikan
52
tanda persetujuan dalam dokumen dan/atau perjanjian produk dan/atau
layanan.
Hasil survei penulis pada tiga Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri
terkait permohonan atau permintaan bank dalam memberikan data
dan/atau informasi konsumen (nasabah) kepada Pihak Ketiga sudah sesuai
dengan peraturan. Dalam praktik aplikasi pembukaan rekening, di ketiga
Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri sudah menambahkan satu formulir
khusus yang berisikan tentang surat persetujuan pemberian informasi data
nasabah dan pemasaran program/produk oleh bank. Dalam hal nasabah
memberikan persetujuan mereka pada formulir tersebut yang diajukan oleh
bank, maka bank dapat memberikan data dan/atau informasi pribadi
nasabah kepada Pihak Ketiga. Namun dengan kewajiban bank harus
memastikan bahwa Pihak Ketiga dimaksud tidak memberikan dan/atau
menggunakan data dan/atau informasi pribadi konsumen untuk tujuan
selain yang telah disepakati antara bank dengan Pihak Ketiga.
Tata cara persetujuan yang dibuat Bank Syariah Mandiri pun sudah
sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 14/SEOJK.07/2014 tentang Kerahasiaan dan Keamanan
Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen. Seperti yang sudah penulis
jelaskan pada bab sebelumnya mengenai isi persetujuan nasabah yang
dibuat Bank Syariah Mandiri dinyatakan dalam bentuk pilihan setuju atau
tidak setuju dalam dokumen dan/atau perjanjian produk dan/atau layanan
53
dimana dalam hal ini yaitu surat persetujuan pemberian informasi data
nasabah dan pemasaran program/produk oleh bank.
Selain itu dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
14/SEOJK.07/2014 tentang Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau
Informasi Pribadi Konsumen bank wajib menetapkan kebijakan dan
prosedur tertulis mengenai penggunaan data dan/atau informasi pribadi
nasabah, yang sekurang-kurangnya memuat:
a. menjelaskan secara tertulis dan/atau lisan kepada nasabah mengenai
tujuan dan konsekuensi dari pemberian persetujuan tertulis serta
pemberian dan/atau penyebarluasan data dan/atau informasi pribadi
nasabah; dan
b. meminta persetujuan tertulis dari nasabah dalam hal bank akan
memberikan dan/atau menyerbaluaskan data dan/atau informasi
pribadi konsumen kepada pihak ketiga untuk tujuan apapun, kecuali
ditetapkan lain dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kebijakan dan prosedur tertulis wajib dituangkan dalam standar
prosedur operasional mengenai penggunaan data dan/atau informasi
pribadi nasabah sebagai berikut:
a. pejabat dan/atau petugas bank menjelaskan secara tertulis dan/atau
lisan mengenai tujuan dan konsekuensi dari persetujuan tertulis dari
nasabah terkait dengan pemberian dan/atau penyebarluasan data
dan/atau informasi pribadi nasabah bahwa:
54
1) hanya akan digunakan untuk kepentingan inetrnal bank dan/atau
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
2) akan diberikan dan/atau disebarluaskan kepada pihak lain atas
persetujuan tertulis nasabah.
b. dalam hal akan memberikan dan menyebarluaskan kepada pihak lain,
maka pejabat dan/atau petugas bank:
1) memberikan penjelasan kepada nasabah mengenai tujuan dan
konsekuensi dari pemberian dan/atau penyebarluasan data
dan/atau informasi pribadi konsumen; dan
2) menyampaikan pernyataan tertulis bahwa bank telah
mendapatkan persetujuan tertulis dari nasabah.
Dari hasil survei yang dilakukan penulis, penulis menemukan adanya
kelalaian pada salah satu Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri dalam
menjelaskan mengenai perlindungan hukum atas data pribadi nasabah.
Dalam mekanisme pembukaan rekening pada ketiga Kantor Cabang Bank
Syariah Mandiri yang peneliti survei sudah mengikuti ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan mengenai perlindungan hukum data pribadi nasabah,
namun terdapat kelalaian di salah satu Kantor Cabang dimana pihak bank
tidak menjelaskan secara rinci kepada nasabah. Sehingga nasabah dimana
dalam hal ini adalah penulis sendiri tidak mengetahui mengenai kejelasan
adanya perjanjian mengenai penggunaan data pribadi mereka oleh pihak
bank. Sedangkan pada saat bank meminta persetujuan tertulis dari nasabah
dalam hal bank akan memberikan dan atau menyebarluaskan data pribadi
55
nasabah kepada pihak lain, bank wajib terlebih dahulu menjelaskan tujuan
dan konsekuensi dari pemberian dan atau penyebarluasan data pribadi
nasabah kepada pihak lain. Namun di kedua Kantor Cabang lainnya
frontliners Bank Syariah Mandiri menjelaskan secara rinci mengenai isi
dari surat persetujuan nasabah terkait penggunaan data pribadi mereka
oleh bank. Artinya terdapat penyimpangan atas kelalaianoleh salah satu
frontliners di Kantor Cabang tempat peneliti melakukan survei dalam
praktik yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
khususnya dalam hal perlindungan data pribadi nasabah.
Dalam Pasal 11 angka 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan
menjelaskan secara rinci bahwa sebelum nasabah menandatangani
dokumen dan/atau perjanjian produk dan/atau layanan, pelaku usaha jasa
keuangan wajib menyampaikan dokumen yang berisi syarat dan ketentuan
produk dan/atau layanan kepada konsumen. Tetapi pada praktiknya tidak
semua pihak bank menjalankan aturan yang telah ditetapkan. Satu dari tiga
Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri yang peneliti lakukan survei masih
lalai akan kewajiban tersebut. Seharusnya tidak ada perbedaan mengenai
praktik yang dilakukan diseluruh Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri.
Hal yang menjadi suatu kebiasaan dalam praktik pembukaan rekening
adalah formulir ketentuan-ketentuan baku tersebut tidak pernah dibaca
oleh nasabah bahkan dengan tidak adanya keraguan nasabah langsung
menyetujui isi formulir tersebut tanpa mengetahui isi dari formulir
56
tersebut. Sehingga seperti menjadi suatu kebiasaan frontliners bank
syariah yang langsung menyodorkannya kepada nasabah tanpa adanya
penjelasan mengenai isi dan tujuan dari formulir tersebut.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan penulis
mengambil simpulan bahwa:
1. Konsep perlindungan data pribadi nasabah berlandaskan pada
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tahun
2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan yang
direalisaikan dengan dikeluarkannya Surat Edaran Nomor
14/SEOJK.07/2014 tentang Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau
Informasi Pribadi Konsumen yang menjelaskan tentang upaya
perlindungan kerahasiaan dan keamanan atas data dan/atau informasi
pribadi nasabah.
2. Terdapat kesesuaian antara peraturan internal Bank Syariah Mandiri
dalam hal perlindungan data pribadi nasabah terhadap regulasi
pemerintah. Yaitu dengan dikeluarkannya Surat Edaran Operasi No.
16/030/OPS Bank Syariah Mandiri perihal Revisi Standar Prosedur
Operasional (SPO) Penghimpunan Dana Terikat Formulir Aplikasi
Pembukaan Rekening Produk Dana Perorangan yang diberlakukan
mulai tanggal 25 Juli 2014 yang salah satunya merubah atau merevisi
dengan menambahkan surat persetujuan pemberian informasi data
nasabah dan pemasaran program/produk oleh bank.
57
58
3. Pada praktik di lapangan terdapat indikasi ketidaksesuaian pada salah
satu Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri. Yaitu frontliners pada
Kantor Cabang tersebut tidak menjelaskan kepada nasabah mengenai
surat persetujuan penggunaan data pribadi nasabah yang diberikan
oleh bank. Sedangkan pada dua Kantor Cabang lainnya telah sesuai
antara praktik dengan aturan internal Bank Syariah Mandiri. Namun di
ketiga Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri yang peneliti survei,
semua frontliners Kantor Cabang tidak menyertakan materai pada
surat permohonan persetujuan nasabah.
B. Saran
1. Hendaknya Bank Syariah Mandiri meningkatkan pengawasan internal
terhadap seluruh Kantor Cabang pada praktik di lapangan sehingga
tercipta kesesuaian antara praktik dengan aturan internal.
2. Bagi regulator sektor perbankan untuk meningkatkan pengawasan
terhadap praktik di lapangan bukan hanya pada aturan internal bank.
3. Bagi nasabah selaku konsumen bank syariah lebih kritis dalam
menyikapi hal-hal yang dibutuhkan demi perlindungan haknya dalam
hubungan dengan bank.
59
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ahmad, Dr. Ala’Eddin Mohd Khalaf. “E-banking Functionality and Outcomes of
Customer Satisfaction: An Empirical Investigation”. Assistant Professor,
Department of Marketing, Applied Science University, 2011.
Ais, Chatamarrasjid. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana,
2005.
Astrini, Dwi Ayu. “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Pengguna
Internet Banking Dari Ancaman Cybercrime.” Skripsi S1 Fakultas Hukum,
Universitas Sam Ratulangi Manado, 2015.
Ali, Yunasril. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Djumhana, Muhammad. Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia. Bandung: Citra
Aditya, 2008.
Ferdian, Ruly. “Perlindungan Data Pribadi Nasabah Pemegang Kartu Kredit
Ditinjau Dari Aspek Hukum Perlindungan Konsumen.” Tesis S2 Fakultas
Hukum, Universitas Indonesia, 2009.
Gandapradja, Permadi. Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Hariyanto. “Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Perbankan Sebagai Konsumen
Kartu Kredit Dalam Perspektif Ekonomi Islam.” Skripsi S1 Fakultas Agama
Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009.
59
60
Hejazziey, Djawahir. Perbankan Syariah Ditinjau dari Aspek Hukum dan Politik.
Bandung: Fajar media, 2013.
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007.
Husein, Yunus. Rahasia Bank dan Penegakan Hukum. Jakarta: Pustaka Juanda
Tigalima, 2010.
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-IV, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Kristiyanti, Celina Tri Siwi. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar
Grafika, 2011.
Lathif, Ah Azharuddin & Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum
Positif dan Hukum Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013.
Miru, Ahmad. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2004.
Miru, Ahmadi & Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta:
Rajawali Pers, 2010.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2005.
Muhammad. Mengenal Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali pers, 2014.
61
Muhammad, & Alimin. Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam.
Yogyakarta: BPFE, 2004.
Nasution, AZ. Hukum Perlindungan Konsumen, Suatu Pengantar. Jakarta: Diadit
Media, 2002.
Nazir, Moh,Metode Penelitian, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011.
Novianto, Galih. “Analisis Aturan Perlindungan Data Pribadi Nasabah
Berdasarkan PBI No. 7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi Produk
dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014.
Purwoko, Sunu Widi. Aspek Hukum Bisnis Bank Umum. Jakarta: Nine Seasons
Communication, 2015.
Sembiring, Sentosa. Hukum Perbankan. Bandung: CV. Mandar Maju, 2000.
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: PT Grasindo, 2000.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2008.
Soeroso, R, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Sutedi, Adrian, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger,
Likuidasi, dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2009.
Syawali, Husni, and Neni Sri Imaniyati. Hukum Pelrindungan Konsumen.
Bandung: Mandar Maju, 2000.
62
Usman, Rachmadi, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta: Sinar
Grafika, 2012.
Wardatul. “Ruang Lingkup Rahasia Bank Syariah dan Hubungannya dengan
Perlindungan Hukum bagi Nasabah.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencana, 2013.
Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
Peraturan Bank Indonesia No. 7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi
Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.07/2014 tentang
Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen.
Internet:
Herdaru Purnomo. http://m.detik.com/finance/kanal/3/detikfinance. Di akses pada
tanggal 22 Januari pukul 18:50.
63
Profil BSM, http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-
perusahaan/sejarah/, diakses pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 14.05.
Visi dan Misi BSM, http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-
perusahaan/visi-dan-misi/, diakses pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 14.05.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
64
65
66
67
68
69
70