analisis perbandingan kelayakan finansiil usaha …repository.ub.ac.id/12510/1/rangga...

121
ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) YANG ADA DI KAWASAN MINAPOLITAN DAN NON- MINAPOLITAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR (Study Kasus pada Kawasan Minapolitan Desa Gondosuli dan Kawasan Non-Minapolitan Desa Karangrejo) SKRIPSI Oleh: RANGGA ADITIYA NIM. 135080407113013 PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

Upload: lykien

Post on 02-May-2019

319 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) YANG ADA DI KAWASAN MINAPOLITAN DAN NON-

MINAPOLITAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR (Study Kasus pada Kawasan Minapolitan Desa Gondosuli dan Kawasan

Non-Minapolitan Desa Karangrejo)

SKRIPSI

Oleh:

RANGGA ADITIYA NIM. 135080407113013

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2018

Page 2: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

ii

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) YANG ADA DI KAWASAN MINAPOLITAN DAN NON-

MINAPOLITAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR (Study Kasus pada Kawasan Minapolitan Desa Gondosuli dan Kawasan

Non-Minapolitan Desa Karangrejo)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh :

RANGGA ADITIYA NIM. 135080407113013

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2018

Page 3: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

iii

Page 4: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

iv

IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul : ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) YANG ADA DI KAWASAN MINAPOLITAN DAN NON-MINAPOLITAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR (Study Kasus pada Kawasan Minapolitan Desa Gondosuli dan Kawasan Non-Minapolitan Desa Karangrejo)

Nama Mahasiswa : Rangga Aditiya

NIM :135080407113013

Program Studi : Agrobisnis Perikanan PENGUJI PEMBIMBING Pembimbing 1 : Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP Pembimbing 2 : Zainal Abidin, S.Pi, M.BA, MP PENGUJI BUKAN PEMBIMBING Dosen Penguji 1 :Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS Dosen Penguji 2 :Dr. Ir. Anthon Efani, MP Tanggal Ujian :18 Mei 2018

Page 5: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

v

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Skripsi yang saya

tulis ini merupakan benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

Skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

peraturan yang berlaku.

Malang, Juni 2018

Mahasiswa

RanggaAditiya

(135080407113013)

Page 6: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rangga Aditiya

NIM : 135080407113013

Tempat / Tgl Lahir : Tulungagung, 17 September 1994

No. Tes Masuk P.T. : 6131104065

Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan / Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan dan Kelautan / Sosial

Ekonomi Perikanan dan Kelautan *)

Program Studi : Agrobisnis Perikanan

Status Mahasiswa : Biasa / Pindahan / Tugas Belajar / Ijin Belajar

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *)

Agama : Islam

Status Perkawinan : ( Sudah Kawin / Belum Kawin *)

Alamat : Ds. Sobontoro RT 3 RW 2, Kec. Boyolangu, Kab.

Tulungagung, Jawa Timur

RIWAYAT PENDIDIKAN

No Jenis Pendidikan Tahun

Keterangan Masuk Lulus

1 S.D 2001 2007

2 S.L.T.P 2007 2010

3 S.L.T.A 2010 2013

4 Perguruan Tinggi ..........

5 Perguruan Tinggi

(Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan)

2013 2018

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila

dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan saya sanggup menanggung

segala akibatnya.

Malang, 19 April 2018

Hormat kami

( Rangga Aditiya )

*) Coret yang tidak perlu NIM. 135080407113013

Page 7: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP., selaku Dosen Pembimbing 1.

2. Bapak Zainal Abidin, S.Pi., M.BA, MP., selaku Dosen Pembimbing 2.

3. Bapak Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS., selaku Dosen Penguji 1 dan Bapak

Dr. Ir. Anton Efani, MP., selaku Dosen Penguji 2.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Happy Nursyam, MS., selaku Dekan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan beserta jajarannya.

5. Bapak Dr. Ir. Edi Susilo, MS., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Perikanan dan Kelautan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya.

7. Bapak Dr. Ir. Agus Suryanto, MS., selaku Wakil Koordinator UB

Kampus III Kediri beserta jajaran staf dan karyawannya.

8. Keluargaku Bapak, Ibu, dan saudara-saudaraku atas doa restu,

pikiran, tenaga, dan finansiil dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Parsam selaku Ketua Kelompok Budidaya Ikan Mekarsari

Desa Gondosuli dan Bapak Purwanto selaku Pelaku usaha

pembesaran ikan lele di Desa Karangrejo yang telah dengan suka

rela menjadi narasumber dalam penelitian ini.

10. Teman-teman seperjuangan dari FPIK AP 2013 UB Kampus III dan

keluarga FPIK AP 2013 UB yang selalu mendukung dan memotivasi,

Page 8: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

viii

serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

laporan skripsi ini sehingga dapat selesai dengan baik.

Malang, Januari 2018

Rangga Aditiya

Page 9: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

ix

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) YANG ADA DI KAWASAN

MINAPOLITAN DAN NON-MINAPOLITAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR

(Study Kasus pada Kawasan Minapolitan Desa Gondosuli dan Kawasan Non-Minapolitan Desa Karangrejo)

Oleh:

Rangga Aditiya1, Harsuko Riniwati2, Zainal Abidin3 Abstrak

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.506 pulau dan keliling panjang garis pantai mencapai 81.000 km dengan potensi perikanan yang sangat melimpah. Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang perkembangan usaha budidaya ikan lele cukup pesat. Selain itu, Kabupaten Tulungagung memiliki kawasan minapolitan dengan produk unggulannya yaitu ikan lele, yang terletak di Desa Gondosuli Kecamatan Gondang berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: 35/KepMen.KP/2013. Selain usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan, masih banyak juga usaha pembesaran ikan lele lainnya yang terdapat dikawasan non-minapolitan yang tersebar hampir merata diseluruh wilayah di Kabupaten Tulungagung. Tujuan dari penelitian ini antara lain; menjelaskan pelaksanaan usaha pembesaran ikan lele, menganalisis profitabilitas serta membandingkan usaha pembesaran ikan lele dalam jangka pendek dan jangka panjang usaha, dan menganalisis faktor penghambat dan faktor pendukung usaha pembesaran ikan lele yang ada dimasing-masing kawasan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan teknik studi kasus. Analisis data kuantitatif, yaitu dengan cara menghitung menggunakan rumus analisis kelayakan finansiil, sedangkan pada analisis data kualitatif dengan cara mengetahui dan menganalisis pelaksanaan teknis pembesaran pada usaha yang ada dikawasan minapolitan dan non-minapolitan. Berdasarkan penelitian pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan dan non-minapolitan diperoleh hasil perhitungan finansiil jangka pendek dan jangka panjang usaha yang ada dikedua kawasan dinyatakan layak untuk dikembangkan. Dan berdasarkan perbandingan kedua usaha yang ada dikedua kawasan dinyatakan bahwa usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan lebih menguntungkan daripada usaha yang ada dikawasan non-minapolitan. Kata Kunci: Kelayakan Finansiil, Ikan Lele, Minapolitan dan Non-minapolitan 1 Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang

2 Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang

3 Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang

Page 10: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

x

Financial Feasibility Comparison Analysis of Catfish (Clarias sp) Enlargement Bussiness at the Minapolitan and Non-minpolitan Area in

Tulungagung Regency of East Java (Case Study of Minapolitan Area in Gondosuli Village and Non-

minapolitan Area in Karangrejo Village)

By: Rangga Aditiya1, Harsuko Riniwati2, Zainal Abidin3

Abstract

Indonesia is the world largest archipelagic state to the total number of the island of as many as 17.506 islands and circumference of the length of a line the coast of reached 81.000 km. It should be implemented in the abundant potential of the fisheries managed as well as possible. Tulungagung regency is the one regencys in east java business development cultivation catfishes rapidly, especially in on catfish enlargement bussiness. In addition, Tulungagung regency has the minapolitan area with their top products is catfishes, located at Gondosuli village in that based on the Minister of Maritime and Fishery Republic of Indonesia no: 35/KEPMEN.KP/2013. In addition to of the lengths to which enlargement of freshwater catfish of of which there are minapolitan area, there are still many also businesses enlargement of freshwater catfish of other sources depending on which there have been instances of non-minapolitan area which are spread almost evenly widespread across in Tulungagung regency. The purpose of this research included are explain the catfishes enlargement business, analyzing business profitability of catfishes enlargement in the short term and long term business, analyzing comparison business feasibility of catfishes enlargement based on the calculation of profitability analysis, and analyze the barrier and supporting factors for catfishes enlargement at minapolitan and non-minapolitan area. The kind of research used is research descriptive qualitative and quantitative with a technique used is a case study. Analysis of data was undertaken in a quantitative manner, namely in the way that counts using formulas finansiil feasibility analysis, while in the case of data analysis qualitatively in a knowing manner and analyze the implementation of effort or technical enlargement business environment in each existing businesses in the area of minapolitan and non-minapolitan. Based on research at a venture catfishes enlargement are minapolitan and non-minapolitan areas the results finansiil based on the calculation short and long term existing business at there area announced eligible to be developed. And based on these two existing business at there the states that catfishes enlargement business in minapolitan area is better than effort catfishes enlargement in non-minapolitan area. Keywords: Financial Feasibility, Catfish Enlargement Bussines, Minapolitan and Non-minapolitan Area 1 Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Malang

2 Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Malang

3 Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Malang

Page 11: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL

USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) YANG ADA DI

KAWASAN MINAPOLITAN DAN NON-MINAPOLITAN DI KABUPATEN

TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR (Study Kasus pada Kawasan

Minapolitan Desa Gondosuli dan Kawasan Non-Minapolitan Desa

Karangrejo)”. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada

Program Studi S1 Agrobisnis Perikanan, Jurusan Sosial Ekonomi

Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univesitas Brawijaya.

Di bawah bimbingan:

1. Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP

2. Zainal Abidin, S.Pi., M.BA, MP

Skripsi membahas tentang kelayakan usaha pembesaran ikan lele

yang ada didua lokasi kawasan minapolitan dan kawasan non-

minapolitan berdasarkan aspek teknis, aspek finansiil dalam jangka

pendek maupun jangka panjang, kemudian dilakukan perbandingan

terhadap hasil analisis pada kedua lokasi tersebut sehingga kemudian

diketahui perbandingan dan layak atau tidaknya usaha tersebut

dijalankan kedepannya.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang

dimiliki. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran

yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga tulisan ini

Page 12: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

xii

bermanfaat bagi para pembaca dan dapat diterapkan serta dapat menjadi

bahan pertimbangan dalam perencanaan usaha, khususnya usaha

pembesaran ikan lele. Aamiin

Malang, Januari 2018

Penulis

Page 13: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL. ................................................................................................... i HALAMAN JUDUL. .................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN. ...................................................................... iii IDENTITAS TIM PENGUJI. ........................................................................ iv PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................................. v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................. xi KATA PENGANTAR. ................................................................................. xi DAFTAR ISI. .............................................................................................. xiii DAFTAR TABEL. ....................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR. ................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................................ xvii 1. PENDAHULUAN. ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang. .............................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah. ..................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian. .......................................................................... 5 1.4 Kegunaan Penelitian. ..................................................................... 5

2. TINJAUAN PUSTAKA. ....................................................................... 7

2.1 Penelitian Terdahulu. ..................................................................... 7 2.2 Karakteristik Ikan Lele. ................................................................... 9 2.3 Usaha Pembesaran Ikan Lele ........................................................ 10

2.3.1 Pemilihan Lokasi ................................................................... 11 2.3.2 Sarana Prasarana Pembesaran ............................................ 12 2.3.3 Proses Pembesaran .............................................................. 13

2.4 Kawasan Minapolitan. .................................................................... 14 2.5 Analisis Kelayakan Usaha .............................................................. 16 2.6 Kerangka Berpikir .......................................................................... 17

3. METODE PENELITIAN. ...................................................................... 18

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. ....................................................... 18 3.2 Jenis Penelitian .............................................................................. 18 3.3 Batasan Masalah. .......................................................................... 18 3.4 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 19 3.5 Populasi dan Sampel. .................................................................... 20 3.6 Metode Pengambilan Sampel ........................................................ 21 3.7 Metode Pengambilan Data. ............................................................ 22 3.8 Analisis Data. ................................................................................. 25

3.8.1 Analisis Deskriptif Kualitatif. .................................................. 25 3.8.2 Analisis Deskripsi Kuantitatif. ................................................ 27

3.8.2.1 Analisis Finansiil Jangka Pendek .............................. 28 3.8.2.2 Analisis Finansiil Jangka Panjang ............................. 33 3.8.2.3 Analisis Perbandingan Kelayakan Usaha .................. 36

Page 14: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

xiv

4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................................... 38 4.1 Sejarah Berdirinya Usaha .............................................................. 38 4.2 Letak Geografis .............................................................................. 39 4.3 Potensi Wilayah ............................................................................. 41 4.4 Keadaan Penduduk ........................................................................ 42

5. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 50

5.1 Teknis Pembesaran Ikan Lele ....................................................... 50 5.1.1 Sarana .................................................................................. 50 5.1.2 Prasarana ............................................................................. 56 5.1.3 Persiapan Kolam dan Air ...................................................... 59 5.1.4 Pembesaran Ikan Lele di Kawasan Minapolitan Desa

Gondosuli dan Kawasan Non-minapolitan Desa Karangrejo . 61 5.1.4.1 Kawasan Minapolitan ................................................ 61 5.1.4.2 Kawasan Non-minapolitan ......................................... 63

5.2 Analisis Finansiil pada Usaha Pembesaran Ikan Lele di Kawasan Minapolitan dan Non-minapolitan ................................................. 64

5.2.1 Analisis Finansiil Jangka Pendek Usaha Pembesaran Ikan Lele ............................................................................................... 65

5.2.1.1 Permodalan ............................................................... 65 5.2.1.2 Biaya Produksi .......................................................... 66 5.2.1.3 Penerimaan ............................................................... 67 5.2.1.4 RC Ratio ................................................................... 67 5.2.1.5 Keuntungan ............................................................... 68 5.2.1.6 Rentabilitas ............................................................... 68 5.2.1.7 Break Even Point ...................................................... 69

5.2.2 Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele ....................................................................................... 69 5.2.2.1 Penambahan Investasi .............................................. 69 5.2.2.2 Net Present Value ..................................................... 70 5.2.2.3 Net B/C ..................................................................... 71 5.2.2.4 Internal Rate Return .................................................. 71 5.2.2.5 Payback Period ......................................................... 72 5.2.2.6 Analisis Sensitivitas ................................................... 73

5.3 Analisis Perbandingan Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada pada Kawasan Minapolitan dan Kawasan Non-minapolitan ........... 77

5.3.1 Teknis Pembesaran .............................................................. 77 5.3.2 Aspek Finansiil ...................................................................... 80 5.4 Faktor Penghambat dan Pendukung Usaha Pembesaran Ikan

Lele ............................................................................................... 88 5.4.1 Faktor Penghambat .............................................................. 89 5.4.2 Faktor Pendukung ................................................................ 90

5.5 Implikasi Penelitian ........................................................................ 91

6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 96 6.1 Kesimpulan .................................................................................... 96 6.2 Saran ............................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 100 LAMPIRAN................................................................................................. 103

Page 15: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai RC ratio, BC ratio, BEP, dan Payback Period pada usaha pembesaran ikan lele di Bojong Farm ............................. 8

2. Nilai RC ratio, rentabilitas, NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period pada usaha budidaya ikan lele Kelompok Gondosuli Jaya ........................................................................................... 8

3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 21 4. Keadaan Penduduk Desa Gondosuli berdasarkan Tingkat

Usia ........................................................................................... 43 5. Keadaan Penduduk Desa Gondosuli berdasarkan Tingkat

Pendidikan ................................................................................. 44 6. Keadaan Penduduk Desa Gondosuli berdasarkan Agama

yang dianut ................................................................................ 45 7. Keadaan Penduduk Desa Gondosuli berdasarkan Mata

Pencaharian ............................................................................... 46 8. Keadaan Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Jenis

Kelamin ...................................................................................... 46 9. Keadaan Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Tingkat

Usia ........................................................................................... 47 10. Keadaan Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Tingkat

Pendidikan ................................................................................. 48 11. Keadaan Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Mata

Pencaharian ............................................................................... 49 12. Peralatan usaha pembesaran ikan lele ...................................... 52 13. Prasarana usaha pembesaran ikan lele ..................................... 57 14. Perbandingan Teknis Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan ............................. 77 15. Perbandingan Analisis Finansiil Jangka Pendek Usaha

Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan ......................................................................... 81

16. Perbandingan Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan ......................................................................... 84

17. Analisis Sensitivitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan Asumsi Kenaikan Biaya sebesar 15% .................................................... 86

18. Analisis Sensitivitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan Asumsi Penurunan Benefit sebesar 13% ................................................ 87

19. Analisis Sensitivitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan Asumsi Biaya Naik sebesar 7% dan Benefit Turun sebesar 10% ..................... 88

Page 16: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar Ikan Lele .................................................................... 10 2. Kerangka Berpikir .................................................................... 17 3. Kolam pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan dan non-minapolitan ............................................. 51 4. Sepeda motor pengangkut benih dan mobil bak pengangkut

hasil panen ikan lele konsumsi ................................................ 56 5. Persiapan kolam ...................................................................... 61

Page 17: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Desa Gondosuli ................................................... 103 2. Peta Lokasi Desa Karangrejo .................................................. 104 3. Modal Tetap Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Minapolitan ............................................................ 105 4. Modal Lancar Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Minapolitan ............................................................ 105 5. Modal Tetap Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 106 6. Modal Lancar Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 106 7. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Minapolitan ............................................................ 107 8. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Minapolitan ............................................................ 107 9. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 108 10. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Non-minapolitan .................................................... 108 11. Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Minapolitan ............................................................ 109 12. Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 109 13. RC Ratio Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Minapolitan ............................................................ 110 14. RC Ratio Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 110 15. Keuntungan Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Minapolitan ............................................................ 111 16. Keuntungan Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 112 17. Rentabilitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Minapolitan ............................................................ 113 18. Rentabilitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 113 19. Break Event Point Usaha Pembesaran Ikan Lele yang

ada dikawasan Minapolitan ..................................................... 114 20. Break Event Point Usaha Pembesaran Ikan Lele yang

ada dikawasan Non-minapolitan .............................................. 114 21. Performa Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Minapolitan ............................................................ 115 22. Performa Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada

dikawasan Non-minapolitan ..................................................... 115 23. Penambahan Investasi Usaha Pembesaran Ikan Lele

yang ada dikawasan Minapolitan ............................................. 116

Page 18: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

xviii

24. Penambahan Investasi Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Non-minapolitan ..................................... 117

25. Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan .............................. 118

26. Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Non-minapolitan ...................... 119

27. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan pada Asumsi Kenaikan Biaya 15% .......................................... 120

28. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan pada Asumsi Penurunan Benefit 13% ..................................... 121

39. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan pada Asumsi Biaya Naik 7% dan Benefit Turun 10% ............... 122

30. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Non-minapolitan pada Asumsi Kenaikan Biaya 15% ....................... 123

31. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Non-minapolitan pada Asumsi Penurunan Benefit 13% .................. 124

32. Rincian Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Non-minapolitan pada Asumsi Biaya Naik 7% dan Benefit Turun 10% ............................................................................... 125

33. Rincian Analisis Sensitivitas Usaha Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan ............................................................................. 126

Page 19: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

127

Page 20: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan

jumlah pulau sebanyak 17.506 pulau dan keliling panjang garis pantai

mencapai 81.000 km. Total luas perairan Indonesia sekitar 5,8 juta km2

atau sekitar 75% dari total luas wilayah Indonesia. Sehingga sektor

perikanan menjadi salah satu sektor riil yang potensial di Indonesia

(Dahuri, 2003).

Besarnya potensi perikanan tersebut perlu dikelola sebaik

mungkin agar sektor perikanan baik perikanan air laut maupun perikanan

air tawar dapat menjadi andalan pemerintah sehingga mampu

meningkatkan pertumbuhan dibidang pembangunan dan perkembangan

ekonomi Indonesia serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

khususnya nelayan, pembudidaya ikan serta pelaku usaha perikanan

lainnya.

Perikanan budidaya merupakan salah satu subsektor perikanan

yang sangat menunjang dalam memenuhi kebutuhan pangan,

menciptakan lapangan kerja, serta dalam pembangunan perekonomian

daerah maupun nasional dan dapat memberikan potensi besar jika

dimanfaatkan di Negara Indonesia yang merupakan negara tropis

dimana tidak terjadi perubahan iklim secara drastis sehingga tidak

memberikan pengaruh besar pada kegiatan budidaya ikan, baik

budidaya air tawar, payau, maupun laut.

Page 21: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

2

Di Indonesia, sektor budidaya ikan air tawar berperan penting

sebagai salah satu sumber protein bagi masyarakat. Budidaya ikan air

tawar merupakan salah satu yang penting untuk pendapatan luar negeri.

Budidaya ikan air tawar terutama ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele

(Clarias sp), ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan patin (Pegassius

sp) mengalami peningkatan produksi disemua negara, karena ikan-ikan

ini memiliki nilai jual bagi petani untuk mendapatkan keuntungan dengan

teknik sederhana dan investasi kecil (Masri, 2013).

Salah satu jenis komoditas perikanan air tawar yang banyak

dilakukan dan perkembanganya cukup pesat di Kabupaten Tulungagung

adalah ikan lele (Clarias sp). Permintaan pasar ikan lele sendiri sampai

sekarang terus mengalami permintaan. Kebanyakan dari ikan lele

dimanfaatkan sebagai bahan masakan, seperti pecel lele, lele goreng,

maupun pepes lele. Konsumen ikan lele pada dasarnya berasal dari

permintaan rumah tangga, warung makan, restoran, sampai usaha

tempat pemancingan. Salah satu keunggulan ikan lele adalah mudahnya

beradaptasi dengan berbagai lingkungan perairan, sehingga dalam

proses usaha pembesaran ikan lele lebih mudah dipelajari dan

dijalankan.

Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu kabupaten di

Jawa Timur yang perkembangan usaha budidaya ikan lele cukup pesat,

khususnya usaha pada pembesaran. Selain itu, Kabupaten Tulungagung

memiliki kawasan minapolitan dengan produk unggulannya yaitu ikan

lele, yang terletak di Desa Gondosuli Kecamatan Gondang berdasarkan

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor :

Page 22: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

3

35/KepMen.KP/2013. Selain kawasan minapolitan sebagai inti, terdapat

juga kawasan penyangga (hinterland) yang terdiri dari 3 kecamatan

potensi perikanan yang memiliki kaitan erat, antara lain :

1. Kecamatan Boyolangu dengan komoditas utama ikan hias

2. Kecamatan Pakel dengan komoditas utama ikan lele

3. Kecamatan Campurdarat dengan komoditas utama ikan

gurame (Handayani. S, 2016).

Selain usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan, terdapat banyak usaha pembesaran ikan lele yang tidak

termasuk kawasan minapolitan (non-minapolitan) yang tersebar hampir

merata diseluruh wilayah di Kabupaten Tulungagung, seperti di

Desa/Kecamatan Karangrejo. Kecamatan Karangrejo merupakan salah

satu wilayah di Kabupaten Tulungagung yang juga terdapat beberapa

pembudidaya ikan lele dan letaknya cukup jauh dari kawasan minapolitan

Gondosuli dan bukan merupakan kawasan penyangga (hinterland) dari

kawasan minapolitan sebagaimana dijelaskan dalam penelitian

Handayani. S, (2016).

Pemilihan Desa Gondosuli sebagai lokasi penelitian dikarenakan

Desa Gondosuli merupakan desa di Kabupaten Tulungagung yang telah

ditetapkan sebagai kawasan minapolitan dengan produk unggulan ikan

lele berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor : 35/KepMen.KP/2013. Sedangkan pemilihan Desa

Karangrejo sebagai kawasan non-minapolitan dikarenakan Desa

Karangrejo merupakan lokasi yang cukup berpotensi sebagai lokasi

usaha budidaya, dimana mayoritas penduduknya bermatapencaharian

Page 23: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

4

sebagai petani serta usaha budidaya ikan lele masih belum banyak

dijalankan di kawasan ini. Hal ini menjadikan Kabupaten Tulungagung

sebagai kawasan yang sangat potensial dalam kegiatan usaha budidaya

ikan lele khususnya pada kedua kawasan tersebut, sehingga menarik

untuk dilakukan penelitian serta perbandingan terhadap profitabilitas yang

diperoleh dan kelayakan finansiil dari usaha pembesaran ikan lele yang

ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan kawasan non-

minapolitan Desa/Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung, Jawa

Timur.

1.2 Perumusan Masalah

Pentingnya dilakukan penelitian terkait kelayakan finansiil usaha

pembesaran ikan lele baik yang ada dikawasan minapolitan maupun

non-minapolitan guna mengetahui apakah usaha pembesaran ikan lele

tersebut menguntungkan atau tidak, serta dapat mengetahui profitabilitas

yang dihasilkan dari kegiatan pembesaran tersebut baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini dapat mengetahui tingkat

kelayakan usaha pembesaran ikan lele, serta dapat membandingkan nilai

profitabilitas dan kelayakan finansiil usaha-usaha pembesaran ikan lele

yang da dikawasan minapolitan dan non-minapolitan di Kabupaten

Tulungagung. Adapun permasalahan yang akan dibahas, antara lain:

1) Bagaimana pelaksanaan teknis pembesaran ikan lele di kawasan

minapolitan dan non-minapolitan di Kabupaten Tulungagung?

2) Berapa besar profitabilitas yang dihasilkan usaha pembesaran ikan

lele di kawasan minapolitan dan non-minapolitan baik dalam jangka

pendek dan jangka panjang usaha?

Page 24: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

5

3) Bagaimana perbandingan analisis kelayakan usaha pembesaran ikan

lele berdasarkan perhitungan analisis pada masing-masing kawasan

tersebut?

4) Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung usaha

pembesaran ikan lele di masing-masing kawasan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan dikawasan

Minapolitan Gondosuli dan Non-minapolitan Desa Karangrejo Kabupaten

Tulungagung ini sesuai dengan dengan masalah yang telah dirumuskan

yakni:

1) Mengetahui pelaksanaan usaha pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan minapolitan dan non-minapolitan di Kabupaten

Tulungagung.

2) Menganalisis profitabilitas usaha pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan minapolitan dan non-minapolitan baik dalam jangka

pendek dan jangka panjang usaha.

3) Menganalisis perbandingan kelayakan usaha pembesaran ikan lele

berdasarkan perhitungan analisis profitabilitas usaha yang ada pada

masing-masing kawasan.

4) Menganalisis faktor penghambat dan faktor pendukung usaha

pembesaran ikan lele yang ada pada masing-masing kawasan.

1.4 Kegunaan

Adapun dengan dilaksanakannya penelitian ini, sehingga

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

Page 25: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

6

1. Pengusaha

Sebagai salah satu bahan perencanaan dalam pengembangan

usaha pembesaran lele, khususnya di Kabupaten Tulungagung.

2. Akademisi (Perguruan Tinggi dan Mahasiswa)

Sebagai sumber pengetahuan atau referensi sehingga dapat

menunjang dalam menyusun penelitian-penelitian selanjutnya diwaktu

yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan analisis

perbandingan kelayakan finansiil pada usaha pembesaran ikan lele

maupun usaha lainnya.

3. Instansi Pemerintahan

Sebagai sumber pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam

rangka meningkatkan ekonomi daerah dan kebijakan dalam

pembangunan atau pengembangan kawasan minapolitan maupun

yang bukan minapolitan melalui pemanfaatan sumberdaya yang

tersedia.

4. Masyarakat Umum

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan untuk membuka usaha

budidaya, khususnya pembesaran ikan lele didalam maupun diluar

wilayah Kabupaten Tulungagung.

Page 26: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Mahyudin. dkk, (2014), dengan Analisis

Kelayakan dan Sensitivitas Harga Input Pada Usaha Budidaya Ikan Lele

dalam Kolam Terpal di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan,

menunjukkan bahwa hasil penelitian usaha budidaya ikan lele dalam

kolam terpal layak untuk diusahakan lebih lanjut. Hasil analisis

sensitivitas terhadap kenaikan harga input dalam hal ini pakan ikan

meningkat 20%, diperoleh nilai NPV 12% sebesar Rp 87.611,919 > 0,

nilai B/C 12% = 1,86 > 1 dan nilai IRR = ~ (tidak terhingga) > dari tingkat

bunga berlaku. Dari hasil analisis sensitivitas menunjukkan walaupun

ada kenaikan pakan sebesar 20% usaha budidaya ikan dalam kolam

terpal tetap layak untuk diusahakan. Permasalahan yang ada pada

petani ikan lele dalam kolam terpal adalah: mahalnya harga pakan ikan,

rendahnya harga jual ikan, terbatasnya modal usaha, sifat kanibal dari

ikan lele dan biaya pergantian terpal yang dilakukan setiap tahun.

Penelitian Jamaludin (2015), dengan Analisis Pendapatan Usaha

Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm Kabupaten Bogor.

Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan aplikasi Microsoft Excel

2010. Penilaian kelayakan usaha dilakukan melalui perhitungan RC ratio,

BC ratio, Break Event Point dan Payback Period.Selain itu, dilakukan

analisis sensitivitas terhadap perubahan kenaikan biaya variabel dalam

usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Bojong Farm. Adapun hasil

Page 27: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

8

dari penelitian yang diperoleh dari Analisis Pendapatan Usaha

Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong Farm, antara lain:

Tabel 1. Nilai RC ratio, BC ratio, BEP, dan Payback Period pada usaha pembesaran ikan lele di Bojong Farm

No. Keterangan Nilai

1 RC Ratio 1,27 2 BC Ratio 0,27 3 Break Event Point

1) Produk 2) Harga

1.177 Kg

Rp 15.687 4 Payback Period 8 siklus

Sumber: Jamaludin (2015) Berdasarkan analisis sensitivitas, kenaikan biaya variabel 7%

masih menguntungkan, tetapi pada kenaikan biaya variabel sebesar 31%

maka usaha pembesaran ikan lele di Bojong Farm akan mengalami

kerugian.

Sedangkan pada penelitian Handayani.S, (2016), dengan judul

Evaluasi Pengelolaan Budidaya Ikan Lele dalam Program

Pengembangan Kawasan Minapolitan di Desa Gondosuli Kecamatan

Gondang Kabupaten Tulungagung, hasil analisis kelayakan usaha pada

kelompok “Gondosuli Jaya” menguntungkan dan layak untuk dijalankan

dengan perhitungan antara lain :

Tabel 2. Nilai RC ratio, rentabilitas, NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period pada usaha budidaya ikan lele kelompok “Gondosuli Jaya”

No. Keterangan Nilai

1 RC Ratio 1,26 2 Rentabilitas 26% 3 NPV Rp 68.163.877.662,879 4 Net B/C 9,82% 5 IRR 17% 6 Payback Period 2 tahun, 9 bulan, 5 hari

Sumber: Handayani (2016)

Page 28: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

9

Adapun asumsi dalam analisis sensitivitas yang digunakan, yaitu;

biaya naik 15,60% dan benefit turun 8,50%, lalu biaya naik 26,35% dan

benefit turun 20,85% dengan hasil usaha budidaya ikan lele kelompok

“Gondosuli Jaya” layak dijalankan dalam 10 tahun kedepan.

2.2 Karakteristik Ikan Lele

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu

spesies ikan yang berasal dari Afrika dan telah dikembangbiakan dengan

perkawinan silang sehingga saat ini terdapat berbagai macam nama ikan

lele dari persilangan lele dumbo seperti lele sangkuriang, lele phyton, lele

masamo dan lainnya (Notohatmojo, 2013).

Menurut Lukito (2012) dalam Jamaludin (2015), morfologi ikan lele

memiliki tubuh memanjang, bekulit licin, berlendir dan tidak bersisik.

Bentuk kepala lonjong menggepeng dengan mulut melebar dan

mempunyai empat pasang sungut. Ikan lele memiliki sepasang sirip

dada yang terdapat duri keras yang digunakan sebagai pertahanan diri

dan kadang-kadang juga digunakan untuk berjalan dipermukaan tanah.

Bagian rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan yang

berbentuk seperti batang pohon yang dipenuhi dengan kapiler darah.

Menurut Lukito (2012), ikan lele dapat hidup di lingkungan yang

kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang baik bagi pertumbuhan

ikan lele yaitu dengan kandungan oksigen terlarut sekitar 6 ppm,

karbondioksida sekitar 12 ppm dengan kisaran suhu antara 24oC-26oC

dan kecerahan air maksimum 30 cm. Ikan lele dikenal aktif pada malam

hari. Di siang hari ikan ini lebih banyak berdiam didalam lubang atau

Page 29: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

10

tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu keras. Adapun klasifikasi

dari ikan lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Famili : Claridae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus Burchell (Djatmika et al, 1986 dalam

Aji, 2009).

Gambar 1. Ikan lele (Clarias sp.) Sumber: Data Primer, 2017

2.3 Usaha Pembesaran Ikan Lele

Menurut Murtidjo (1992) dalam Primyastanto (2011), usaha

budidaya perikanan merupakan kegiatan manusia dalam mengusahakan

peningkatkan produksi ikan dengan memanfaatkan keahlian serta

kemampuan dengan cara memindahkan ikan dari habitat aslinya kedalam

tempat tertentu yang dikondisikan dan disesuaikan dengan kondisi alam

atau habitat aslinya sehingga cocok bagi ikan tersebut.

Berbeda dengan penangkapan, produksi dari budidaya perikanan

diperoleh melalui kegiatan pemeliharaan biota akuatik dalam wadah dan

Page 30: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

11

lingkungan terkontrol. Kegiatan pemeliharaan tersebut (sesuai dengan

tujuannya) mencakup pembenihan dan pembesaran. Dalam perikanan

tangkap produksi diperoleh dengan cara memanen (berburu) biota

akuatik dari alam tanpa pernah memelihara. Budidaya perikanan,

bersama-sama dengan perikanan tangkap dan pengolahan perikanan

merupakan tulang punggung sektor perikanan dalam menyediakan

pangan dan sumber protein bagi manusia (Effendi, 2012).

Menurut Gunawan (2016), kegiatan budidaya ikan lele meliputi

pemilihan lokasi, persiapan sarana produksi, dan proses budidaya

tersebut. Supaya proses budidaya lele berjalan lancar, dibutuhkan

sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dibidang budidaya lele

atau setidaknya pernah mengikuti pelatihan tentang budidaya ikan lele,

sehingga kompeten dan tidak menghambat kegiatan usaha budidaya.

2.3.1 Pemilihan Lokasi

Menurut Asauri (1980) dalam Primyastanto (2011), penentuan

lokasi bertujuan untuk memperlancar, efektivitas dan efisiensi kegiatan

produksi. Sehingga dalam penentuan lokasi perlu diperhatikan faktor-

faktor yang mempengaruhi besarnya biaya produksi dan biaya distribusi

dari barang-barang atau jasa yang dihasilkan sehingga dapat menekan

biaya-biaya tersebut seminimal mungkin. Lokasi merupakan faktor

penting dalam budidaya ikan lele karena menjadi tempat dari segala

aktivitas terkait usaha budidaya ikan lele, mulai dari persiapan budidaya

ikan lele sampai kegiatan pemanenan. Lokasi usaha yang strategis

mampu mengoptimalkan proses budidaya, sehingga hasil produksi yang

dihasilkan juga optimal. Pemilihan lokasi yang tidak tepat dapat menjadi

Page 31: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

12

masalah serius dan menyebabkan kegagalan pada usaha budidaya.

Adapun pemilihan lokasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Ketersediaan sumber air yang memadai,

2. Suhu dan ketinggian lokasi sesuai,

3. Jenis tanah cocok,

4. Sinar matahari terpenuhi,

5. Lingkungan yang menunjang,

6. Aspek teknis dan SDM yang mendukung (Gunawan, 2016).

2.3.2 Sarana Prasarana Pembesaran

Sarana dan prasarana merupakan fasilitas-fasilitas yang sangat

perlu diperhatikan oleh para pelaku budidaya ikan lele dan berpengaruh

terhadap keberhasilan usaha budidaya ikan lele. Salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya ikan lele adalah tersedianya

fasilitas yang sesuai dan memadai (Gunawan, 2016).

Menurut Dzulfikri (2016), sarana yang digunakan dalam usaha

pembesaran ikan lele antara lain: Kolam berbahan beton atau terpal,

peralatan penunjang atau perlengkapan usaha pembesaran ikan lele,

serta sarana transportasi pengangkut. Sedangkan prasarana dalam

melakukan kegiatan usaha pembesaran ikan lele antara lain: akses jalan,

sistem pengairan, listrik dan alat komunikasi.

Peralatan penunjang atau perlengkapan harus tersedia dalam

jumlah yang cukup sehingga tidak menghambat aktivitas pembesaran.

Adapun perlengkapan yang diperlukan diantaranya pompa air, selang,

serokan, baskom/bak penampungan dan bak sortir, tabung oksigen,

wadah jerigen atau plastik, serta senter untuk alat penerangan. Selain

Page 32: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

13

itu, pada usaha pembesaran ikan lele yang dilakukan jauh atau terpisah

dari tempat tinggal perlu adanya saung jaga, dimana saung jaga dapat

menjadi tempat serba guna yang dapat digunakan sebagai tempat

istirahat, tempat penyimpanan pakan, maupun tempat pertemuan atau

diskusi dengan pengunjung (Gunawan, 2016).

2.3.3 Proses Pembesaran Ikan Lele

Berdasarkan manajemen rantai agribisnis, usaha budidaya dapat

digolongkan menjadi tiga tahap, yaitu usaha pembenihan, usaha

pendederan, dan usaha pembesaran. Pada masing-masing tahapan

tersebut memiliki kegiatan atau penanganan yang berbeda-beda dan bila

dijumlahkan keseluruhan pada tahapan pembenihan sampai dengan

panen konsumsi memiliki waktu yang panjang, sehingga banyak pelaku

usaha yang hanya menjalankan salah satu tahapan budidaya tersebut

dengan intensitas tinggi dengan tujuan usaha yang dijalankan lebih

cepat, efisien, dan efektif (Primyastanto, 2011).

Menurut Gunawan (2016), tahap pembesaran merupakan

pemeliharaan benih ikan untuk kemudian dihasilkan ikan siap konsumsi.

Ukuran ikan lele siap konsumsi dipasaran yaitu 6-10 ekor tiap satu

kilogramnya dengan waktu panen relatif antara 45-90 hari tergantung

ukuran benih pada saat ditebar pada kolam pembesaran. Tahap

pembesaran merupakan segmen budidaya yang paling besar total biaya

operasionalnya, khususnya pakan serta paling lama siklus atau masa

panennya dibandingkan segmen budidaya pembenihan maupun

pendederan. Adapun proses produksi pada tahap pembesaran antara

lain:

Page 33: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

14

a. Pemilihan lokasi

b. Pembuatan dan persiapan media budidaya

c. Penyediaan dan pemilihan benih

d. Perawatan benih

e. Panen dan penanganan hasil panen (Primyastanto, 2011).

2.4 Kawasan Minapolitan

Menurut Wiadnya (2011), minapolitan merupakan sebuah proses

yang dinamis dan siklis dengan karakteristik dasar pendekatan multi-

sektor yang saling terintegrasi satu dengan yang lain. Implementasi dari

minapolitan harus selalu dievaluasi (melalui alat monitoring) untuk

mengukur setiap keberhasilan atau kegagalan dari program yang

dijalankan. Hasil dari monitoring harus bisa digunakan sebagai dasar

bagi pengelola untuk memperbaiki setiap rencana aksi (implementasi)

berikutnya.

Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang

mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi,

pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau

kegiatan pendukung lainnya. Adapun penggerak utama minapolitan di

bidang perikanan budidaya adalah sentra produksi dan perdagangan

perikanan di lahan-lahan budidaya produktif (KEPMEN KP, 2011).

Kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan yang pada umumnya

berada dipedesaan mengalami perkembangan yang lambat, dikarenakan

kurangnya sarana prasarana dan fasilitas pelayanan umum. Kawasan

pedesaan lebih banyak berperan sebagai penyedia bahan baku,

sedangkan nilai tambah produksinya lebih banyak dinikmati diperkotaan.

Page 34: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

15

Dengan konsepsi minapolitan, pembangunan perikanan diharapkan

dapat dipercepat. Kemudahan-kemudahan atau peluang yang biasanya

ada diperkotaan perlu dikembangkan di pedesaan, seperti prasarana,

sistem pelayanan umum, jaringan distribusi bahan baku dan hasil

produksi di sentra produksi. Pedesaan sebagai sentra produksi

diharapkan dapat berkembang sebagaimana perkotaan dengan

dukungan prasarana, energi, jaringan distribusi bahan baku dan hasil

produksi, transportasi, pelayanan publik, akses permodalan, dan sumber

daya manusia yang memadai (KEPMEN KP, 2011).

Berdasarkan KEPMEN Kelautan dan Perikanan No. 18 Tahun

2011 Tentang Pedoman Umum Kawasan Minapolitan, yang merupakan

basis kawasan minapolitan, yaitu :

1. Ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah di Indonesia dibagi

menjadi sub-sub wilayah pengembangan ekonomi berdasarkan

potensi sumber daya alam, prasarana dan geografi;

2. Kawasan ekonomi unggulan pada setiap provinsi dan kabupaten/kota

dibagi menjadi beberapa kawasan ekonomi unggulan bernama

minapolitan;

3. Sentra produksi pada setiap kawasan minapolitan terdiri dari sentra

produksi dan perdagangan komoditas kelautan, perikanan dan

kegiatan lain yang saling terkait;

4. Unit produksi/usaha pada setiap sentra produksi terdiri dari unit-unit

produksi atau pelaku usaha perikanan produktif.

Page 35: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

16

2.5 Analisis Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha adalah suatu studi yang digunakan oleh

suatu instansi tertentu maupun perorangan untuk menilai dan mengetahui

layak atau tidaknya suatu proyek tertentu yang sedang atau akan

dilaksanakan. Pada prinsipnya, penilaian pada studi kelayakan lebih

ditekankan pada analisa atau rasio finansiil, maka diperlukan analisa

finansiil jangka pendek dan jangka panjang terhadap suatu usaha yang

sedang atau akan dikerjakan (Primyastanto, 2011).

Hal ini sependapat dengan Riyanto (1995) yang menyatakan,

aspek finansiil dari suatu usaha merupakan inti dari pembahasan seluruh

aspek lainnya, karena studi kelayakan bertujuan untuk mengetahui

potensi keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha yang sedang

dijalankan maupun masih direncanakan. Aspek ini berkaitan dengan

penentuan kebutuhan jumlah dana yang diperlukan dalam kegiatan

usaha dan sekaligus pengalokasian dana tersebut seefisien mungkin,

sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi

investor.

Menurut Riyanto (2002), profitabilitas adalah kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan laba dibandingkan dengan aktiva atau

modal perusahaan yang digunakan selama periode tertentu dan

dinyatakan dengan persentase. Analisis profitabilitas diperlukan untuk

menilai besar kecilnya produktifitas usaha sebuah perusahaan. Penilaian

profitabilitas ini menggunakan beberapa kriteria antara lain : Gross Profit

Margin, Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Return on Investment

dan Return on Equity (Fanani, 2014).

Page 36: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

17

2.6 Kerangka Berpikir

Adapun gambaran untuk kerangka berfikir dapat dilihat pada

Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Sumber: Data Primer, 2017

Usaha Budidaya Ikan Lele

Kawasan Minapolitan

Kawasan Non-

Minapolitan

Analisis Finansiil:

Jangka Pendek o Permodalan o Biaya total o Penerimaan o RC Ratio o Keuntungan o Rentabilitas o BEP

Jangka Panjang o NPV o BC Ratio o IRR o PP

Sensitivitas

Analisis Perbandingan Kelayakan Finansiil Usaha Budidaya Ikan Lele yang ada

dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan

Layak Tidak Layak

Evaluasi disertai

Perbaikan

Analisis Kelayakan

Pengembangan Layak

Kesejahteraan Pelaku Usaha Budidaya

Page 37: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

18

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan

Oktober 2017 di Kawasan Minapolitan Desa Gondosuli, Kecamatan

Gondang dan Kawasan Non-minapolitan Desa/Kecamatan Karangrejo,

Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data kemudian

diolah. Hasil yang keluar akan menentukan layak atau tidaknya, serta

mengetahui usaha mana yang lebih menguntungkan antara usaha

pembesaran ikan lele yang ada di kawasan minapolitan atau non-

minapolitan. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan melakukan pengamatan

serta pengambilan data primer. Sedangkan analisis data secara

kuantitatif, yaitu dengan cara menghitung menggunakan rumus.

Menurut (Hamdi, 2014), penelitian kuantitaif menekankan pada

fenomena yang ada dengan memaksimalkan objektivitas dengan

menggunakan angka-angka, statistik, dan terkontrol. Sementara

deskriptif menunjukan gambaran fenomena-fenomena yang ada, baik

saat ini maupun masa lampau.

3.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian dilakukan guna

menyederhanakan ruang lingkup masalah dalam penelitian antara lain :

Page 38: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

19

1) Objek dalam penelitian ini adalah usaha pembesaran ikan lele yang

ada dikawasan Minapolitan Desa Gondosuli, Kecamatan Gondang

dan Kawasan Non-minapolitan Desa/Kecamatan Karangrejo,

Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.

2) Data yang dibutuhkan berupa jumlah permodalan dan total

penerimaan pada usaha pembesaran ikan lele di kawasan tersebut.

3) Selain data tentang permodalan dan penerimaan juga dibutuhkan

data tentang keadaan umum lokasi penelitian, teknik pembesaran,

serta faktor penghambat dan pendukung dalam usaha pembesaran

ikan lele di kawasan tersebut.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh dan digunakan

antara lain:

a) Data Primer

Menurut Kohar dan Wibowo (2014), data primer merupakan data

yang diperoleh berdasarkan hasil ground thruth dan observasi di

lapangan pada lokasi kajian. Data primer ini berhubungan dengan

kondisi lingkungan pada lokasi kajian. Pengambilan data dilakukan

dengan pengamatan lapangan dan wawancara pada masing-masing

lokasi kajian.

Sedangkan menurut Santoso dan Tjiptono (2002), dalam

penggunaanya data primer memiliki kelebihan serta kekurangan.

Kelebihan data primer yakni meliputi hampir semua tahap proses dari

riset sedangkan kekurangannya memiliki biaya yang tinggi karena harus

meghabiskan banyak waktu.

Page 39: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

20

Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi

wawancara dan dokumentasi, pihak yang terlibat langsung yakni

pembudidaya ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Gondosuli dan

non-minapolitan Karangrejo. Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat

data sekunder yang didapat.

b) Data Sekunder

Survei atau data sekunder dilakukan untuk melengkapi data yang

diperoleh dari survei primer berupa kajian literatur yang berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan. Kemudian dilakukan pula pengumpulan data

sekunder berupa data dari instansi-intsansi yang terkait dengan penelitian

(Ratnaningtyas, 2009).

Menurut Santoso dan Tjiptono (2002), data sekunder memiliki

beberapa kekurangan serta kelebihan. Kelebihan dari data sekunder

adalah hemat biaya karena waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan

data tidak selama data primer. Sementara kekurangannya yakni data

yang diperoleh terkadang kurang relevan dengan kebutuhan riset, akurasi

terkadang masih dipertanyakan.

Pada penelitian ini data sekunder berupa data keadaan umum

lokasi yang diperoleh dari Balai Desa/Kantor Kecamatan pada lokasi

penelitian serta data yang diperoleh dari jurnal atau literatur dan buku-

buku sebagai tinjauan pustaka.

3.5 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2014), populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas suatu obyek atau subyek yang memiliki

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Page 40: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

21

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan sampel

merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu

populasi tertentu. Jika populasi dari sampel yang hendak diteliti

berjumlah besar, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil

dari suatu populasi tersebut dikarenakan tidak memungkinkan untuk

dilakukan penelitian terhadap semua anggota populasi dan jika dilakukan

akan menambah jumlah tenaga, biaya, dan waktu yang amat besar.

Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu, semua usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli

dan kawasan Non-minapolitan Desa Karangrejo. Sedangkan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, usaha pembesaran ikan lele

milik Bapak Parsam pada kelompok budidaya ikan “Mekar Sari” kawasan

Minapolitan dan usaha pembesaran ikan lele milik Bapak Purwanto pada

kawasan Non-minapolitan.

Tabel 3. Populasi dan Sampel Penelitian

No. Populasi penelitian Sampel yang diteliti Jumlah (orang)

1. Usaha pembesaran ikan lele pada kawasan Minapolitan

Usaha milik bapak Parsam, kelompok budidaya Mekar Sari

1

2. Usaha pembesaran ikan lele pada kawasan Non-minapolitan

Usaha milik bapak Purwanto

1

Sumber: Data Primer, 2017 3.6 Metode Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2014), dalam menentukan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian, dapat dikelompokkan menjadi dua teknik,

yaitu probability sampling dan kedua nonprobability sampling. Pada

prinsipnya, teknik probability sampling memberikan kesempatan pada

Page 41: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

22

pada populasi terpilih menjadi sampel atau tidak terpilih menjadi sampel.

Sedangkan teknik nonprobability sampling, pengambilan sampel tidak

memberi kesempatan sama bagi setiap anggota populasi terpilih untuk

dijadikan sampel.

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik nonprobability sampling, dengan menentukan sampel dengan

pertimbangan tertentu (sampling purposive). Adapun pertimbangan

dalam memilih pembudidaya ikan lele sebagai sampel yaitu usaha

budidaya yang dijalankan cukup besar dalam kawasan yang dijadikan

obyek penelitian serta menjadi bahan rujukan dari pembudidaya-

pembudidaya lain dalam satu kawasan maupun instansi/stakeholder

berwenang pada kawasan tersebut.

3.7 Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini ada

empat macam, yaitu:

1) Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2014), dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu yang berupa tulusan, gambar, atau kara

nomental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya

catatan harian, laporan harian, biografi. Dokumen yang berbentuk

gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Sedangkan

dokumen yang berbentuk karya nomental yaitu karya seni berupa

gambar, patung, film dan lain-lain.

Studi dokumen merupakan pelengkap penggunaan dari metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Secara detail

Page 42: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

23

bahan-bahan yang diperlukan dalam melakukan dokumentasi antara lain

otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,

klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk,

data tersimpan di website, dan sebagainya (Rahmat, 2009).

Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto atau video

maupun rekaman terkait usaha pembesaran ikan lele di lokasi penelitian,

yaitu kawasan minapolitan Gondosuli dan kawasan non-minapolitan

Karangrejo.

2) Wawancara

Metode wawancara, apabila peneliti ingin melakukan studi untuk

menemukan permasalahan yang akan diteliti, dan bila peneliti ingin

mengetahui tenteng responden secara mendalam maka teknik yang

digunkan dalam pengumpulan data adalah wawancara dengan syarat

respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2014).

Penelitian ini, data diperoleh melalui wawancara terhadap pihak

yang terlibat langsung yakni pembudidaya ikan lele di kawasan

Minapolitan Gondosuli dan kawasan Non-Minapolitan Karangrejo sebagai

obyek penelitian. Wawancara ini digunakan untuk memperkuat data

yang didapat melalui dokumentasi.

3) Observasi

Menurut Suryana (2010), observasi adalah upaya mengamati dan

mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung.

Pada saat dilakukan tindakan, secara bersamaan juga dilakukan

pengamatan tentang segala sesuatu yang terjadi selama proses

Page 43: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

24

pembelajaran berlangsung. Data dari hasil observasi dijadikan sebagai

bahan masukan dalam refleksi.

Sedangkan menurut Sugiyono (2014), observasi sebagai teknik

pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan

dengan teknik yang lain, seperti wawancara atau kuisioner. Jika pada

wawancara dengan cara berkomunikasi dengan manusia selaku obyek,

maka observasi tidak hanya pada manusia saja melainkan obyek alam

atau lingkungan serta yang lainnya.

Berdasarkan penelitian ini, observasi yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat berbagai sarana-prasarana dan berbagai

kegiatan yang dilakukan dalam pembesaran ikan lele terkait proses

produksi serta mendokumentasikannya.

4) Studi Pustaka

Menurut Hartanto (2003), studi pustaka merupakan kegiatan

pengumpulan data yang ditujukan untuk pemecahan terhadap berbagai

permasalahan dalam menyusun suatu penelitian maupun karya tulis

ilmiah. Sedangkan menurut Sugiyono (2005), studi pustaka merupakan

langkah awal dalam metode pengumpulan data yang mengarah pada

pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik seperti hasil

rekaman yang dapat mendukung dalam proses penulisan.

Studi pustaka dalam penelitian yang digunakan untuk

membandingkan berbagai teori yang digunakan di lapang dengan teori

yang telah disampaikan dan diperoleh pada saat perkuliahan serta

diperoleh dari jurnal atau literatur ilmiah maupun buku-buku terkait

Page 44: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

25

analisis kelayakan finansiil usaha pembesaran ikan lele dan diharapkan

dapat menjadi suatu jalan keluar masalah yang terjadi di lapang maupun

dalam penyusunan laporan penelitian ini.

3.8 Analisis Data

Analisis data merupakan tahap suatu proyek penelitian yang

mencoba menjawab pertanyaan, “apa yang telah kita temukan?” dan

“apa yang diungkap oleh data?”(Syaban, 2005). Sedangkan menurut

Sugiyono (2004), analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan

data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada

penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang ada dilakukan

penelitian secara deskriptif. Adapun analisis deskriptif yang dimaksud,

yaitu analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

3.8.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

Menurut Hasan (2002), analisis kualitatif merupakan analisis yang

berupa uraian dan penafsiran dari suatu pengolahan data tanpa

menggunakan model matematik, statistik, maupun ekonometrik.

Sedangkan menurut Usman dan Akbar (2006) menyatakan, metode

kualitatif dilakukan untuk memahami dan menafsirkan makna suatu

peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu.

Untuk mengetahui pelaksanaan teknis pembesaran ikan lele yang

ada di kawasan Minapolitan dan Non-minapolitan, dilakukan analisis data

deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis berkaitan dengan aspek teknis,

Page 45: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

26

antara lain teknis pembesaran dan faktor penghambat maupun

pendukung usaha pembesaran ikan lele.

a. Teknis Pembesaran

Menurut Husnan dan Suwarsono (1994) dalam Primyastanto

(2011), aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan

teknis dan pengoperasianya setelah proek tersebut dibangun. Beberapa

variabel yang perlu diperhatikan dalam penentuan aspek teknis adalah :

1. Ketersediaan benih

2. Letak pasar yang dituju

3. Tenaga listrik

4. Ketersediaan air

5. Tenaga kerja

6. Fasilitas-fasilitas yang terkait

Data yang berkaitan dengan aspek teknis ini akan dianalisis

secara deskriptif kualitatif untuk memberikan gambaran secara umum,

sistematis, jelas dan faktual yang berkaitan dengan proses pembesaran

ikan lele. Mulai dari ketersediaan benih ikan lele, proses produksi

(persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan, pemberian obat-

obatan, pemanenan) sampai proses pemasaran ikan lele, serta sarana

dan prasarana atau fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam kegiatan

usaha pembesaran ikan lele dan tersedia di sekitar lokasi penelitian.

Komponen yang dianalisis dari faktor teknis antara lain, yaitu sarana

prasarana, faktor produksi (input), proses produksi, serta output.

Page 46: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

27

b. Faktor Penghambat dan Pendukung

Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2003), setiap usaha pasti

mempunyai faktor–faktor yang mempengaruhi jalannya usaha, baik itu

yang menghambat maupun yang memperlancar usaha tersebut. Data

yang berhubungan dengan faktor pendukung dan faktor penghambat

dalam usaha pembesaran ikan lele akan dianalisis dengan deskriktif

kualitatif. Tujuannya untuk memberikan solusi dan mengetahui prospek

kedepan mengenai usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan dan non-minapolitan.

3.8.2 Analisis Deskriptif Kuantitatif

Menurut Nazir (2011), deskriptif kuantitatif adalah analisis data

yang sifatnya kuantitatif yakni berdasarkan perhitungan-perhitungan dan

statistik. Penelitian kuantitatif merupakan model penelitian yang

bertujuan mengungkap fenomena lepas dari konteksnya. Penelitian

kuantitatif seringkali memunculkan dirinya dalam model-model penelitian

eksperimen dan non eksperimen (Ghufron, 2008).

Dalam penelitian ini, analisis deskriptif kuantitatif digunakan

metode analisis profitabilitasuntuk menganalisis kelayakan finansiil pada

pembesaran ikan lele yang terdiri dari analisis profitabilitas jangka pendek

dan jangka panjang. Adapun analisis profitabilitas jangka pendek antara

lain permodalan, biaya produksi, penerimaan, Revenue Cost Ratio (RC

Ratio), keuntungan, Break Even Point (BEP), dan rentabilitas.

Sedangkan analisis profitabilitas jangka panjang menggunakan Net

Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate dan Return (IRR), dan

Payback Period (PP) serta Analisis Sensitivitas. Pada analisis deskriptif

Page 47: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

28

kuantitatif ini dilakukan perbandingan terhadap hasil-hasil yang diperoleh

pada analisis finansiil jangka pendek dan jangka panjang pada usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan dan kawasan

non-minapolitan untuk mengetahui perbandingan kelayakan pada kedua

lokasi usaha tersebut.

3.8.2.1 Analisis Profitabilitas Jangka Pendek

a. Permodalan

Menurut Riyanto (1995) dalam Primyastanto (2011), modal usaha

merupakan barang atau uang dengan faktor produksi tanah dan tenaga

kerja yang dapat menghasilkan suatu barang baru. Modal usaha tersebut

biasanya berupa modal tetap/aktiva dan modal kerja.

Pengertian modal berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

dalam Nugraha (2011), yaitu adalah uang yang dipakai sebagai pokok

(induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda

(uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk

menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. Analisis permodalan

dalam penelitian ini adalah: modal tetap, modal kerja, dan sumber

modal.

b. Biaya produksi

Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2003), setiap kegiatan

usaha yang dilaksanakan memerlukan biaya-biaya atau pengeluaran

usaha. Menurut prinsip ekonomi, dengan biaya tertentu diharapkan hasil

yang optimal, atau dengan kata lain untuk mendapatkan hasil tertentu

dengan biaya yang serendah mungkin.

Page 48: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

29

Menurut Sinta (2011), total cost (TC) merupakan biaya

keseluruhan yang digunakan dalam memulai suatu usaha. Adapun total

cost atau biaya total didapat dari penjumlahan biaya tetap dengan biaya

variabel dirumuskan sebagai berikut:

Di mana: TC = Total Cost/biaya total (Rp)

FC= Fixed Cost/biaya tetap (Rp)

VC = Variable Cost/biaya variabel (Rp)

c. Penerimaan

Menurut Primyastanto dan Intikharoh (2006), penerimaan atau

Total Revenue (TR) adalah pendapatan kotor usaha yang didefinisikan

sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Dimana : TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp)

P = Total Biaya (Rp)

Q = Unit Produksi (Ekor)

d. Revenue Cost Ratio (RC Ratio)

Menurut Effendi dan Oktariza (2006) dalam Primyastanto (2011),

analisis RC Ratio merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan

relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam

kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila RC lebih besar dari

1 (RC> 1). Hal ini menggambarkan semakin tinggi nilai RC, maka tingkat

TC = FC + VC

TR = P x Q

Page 49: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

30

keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi. RC Ratio dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Dimana : TR = Total Revenue/penerimaan total (Rp)

TC= Total Cost/biaya total (Rp)

Dengan kriteria :

a) RC > 1, maka usaha tersebut dikatakan menguntungkan

b) RC = 1, maka usaha tersebut dikatakan tidak untung dan tidak

rugi

c) RC < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian

e. Keuntungan (π)

Pendapatan adalah besarnya penerimaan setelah dikurangi

dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik tetap maupun

tidak tetap (Primyastanto, 2006). Analisis pendapatan ini digunakan

untuk mengetahui besaran yang diperoleh dari usaha yang dilakukan,

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

dimana: NKK = Nilai Kerja Keluarga (Rp)

TR = Penerimaan total (Rp)

TC = Total biaya (Rp)

FC = Biaya tetap/Fixed Cost(Rp)

VC = Biaya tidak tetap/Variabel cost(Rp)

RC Ratio = TR

TC

π = (TR – TC) – NKK

= (TR – (FC + VC)) – NKK

Page 50: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

31

Sedangkan keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan

total biaya dan nilai kerja keluarga (NKK). Nilai kerja keluarga dibagi menjadi

dua, yaitu:

a) Atas dasar tenaga kerja (opportunity cost of labour), NKK dari anggota

keluarga dihitung berdasarkan upah yang berlaku.

NKK pemilik usaha = jumlah tenaga kerja keluarga x hari kerja x jam kerja x

upah

b) NKK atas dasar manajemen (opportunity cost of management), NKK dari

pemilik usaha yang dihitung berdasarkan perkalian Total Modal Kerja

dengan tingkat suku bunga pinjaman.

NKK atas dasar manajemen = Total modal kerja x suku bunga pinjaman

Setelah diperoleh nilai dari NKK atas dasat tenaga kerja dan atas dasar

manajemen, kemudian dapat dihitung nilai dari NKK keseluruhan, yaitu :

NKK = Op. Cost of Labour + Op. Cost of Management

f. Rentabilitas Usaha

Menurut Riyanto (1995) dalam Primyastanto (2011), rentabilitas

merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dengan menggunakan modal kerja dalam perusahaan

tersebut dengan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva

atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas secara umum

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana = L : jumlah laba (Rp)

M : modal/aktiva (Rp)

R : rentabilitas (%)

R = M

L X 100

%

Page 51: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

32

g. BEP (Break Event Point)

Menurut Primyastanto (2011), Break Even Point (BEP)

merupakan titik impas atau suatu kondisi dimana suatu perusahaan tidak

memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Analisa BEP

adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya

tetap, biaya variable, keuntungan, dan volume kegiatan. Cara

perhitungan BEP ada 2 macam:

1. BEP atas dasar sales, dirumuskan :

dimana : FC = Biaya tetap (Rp)

VC = Variabelcost (Rp)

S = Nilai penjualan/jumlah penerimaan (Rp)

2. BEP atas dasar unit, dirumuskan :

dimana : FC = biaya tetap(Rp)

p = harga per unit(Rp)

v = biaya variabel per unit (Rp)

Atau:

s

vc

FCBEP

1

vp

FCBEP

BEP unit = asatuanh

BEPsales

arg

Page 52: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

33

Sehingga:

Apabila penerimaan lebih besar dari BEP maka usaha tersebut

dapat dikatakan memberikan keuntungan.

3.8.2.2 Analisis Profitabilitas Jangka Panjang

a. Net Present Value (NPV)

Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang

diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan

biaya disebut dengan manfaat bersih. Suatu bisnis dikatakan layak jika

NPV lebih besar dari 0 yang artinya bisnis menguntungkan atau

memberikan manfaat. NPV adalah selisih antara total present value

manfaat dengan total present value biaya dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

t = Tahun kegiatan bisnis, tahun awal bisa tahun 0 atau

tahun 1

i = Tingkat DR (Dicount Rate)

∑𝐵𝑡

(1 + 𝑖)𝑡

𝑛

𝑡=0/1

− ∑𝐶𝑡

(1 + 𝑖)𝑡

𝑛

𝑡=0/1

= ∑𝐵𝑡 − 𝐶𝑡

(1 + 𝑖)𝑡

𝑛

𝑡=0/1

NPV =

BEP unit (mix) = asatuanh

BEPsalesalantotalpenju

rodukpenjualanp

arg

Page 53: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

34

b. Net B/C

Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif

dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Manfaat bersih yang

menguntungkan bisnis dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian

dari bisnis tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai:

Dimana:

Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

t = Tahun kegiatan bisnis, tahun awal bisa tahun 0 atau

tahun 1

i = Tingkat DR (Dicount Rate)

c. Internal Rate and Return (IRR)

Kelayakan bisnis juga dinilai seberapa besar pengembalian bisnis

terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate

(DR) yangmenghasilkan NPV sama dengan 0. Perhitungan IRR

umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara

tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif)

dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV

negatif). Berikut rumus IRR:

∑ 𝐵𝑡−𝐶𝑡𝑛

𝑡=1

(1+𝑖) 𝑡

∑ 𝐶𝑡−𝐵𝑡𝑛𝑡=𝑖

(1=𝑖) 𝑡

⇒[𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0]

[𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0] Net B/C =

IRR = 𝑖1 + 𝑁𝑃𝑉1

𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2 𝑥 (𝑖2 − 𝑖2)

Page 54: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

35

Dimana:

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif

i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negative

d. Payback Period (PP)

Payback Period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan

terjadinya arus penerimaan (cash in flow) secara kumulatif sama dengan

jumlah investasi dalam bentuk present value. Sehingga disimpulkan

bahwa payback period merupakan suatu nilai dimana dari nilai tersebut

dapat diketahui berapa lama usaha yang dijalankan bisa mengembalikan

modal yang ditanam baik modal tetap maupun tidak tetap. Menurut

Primyastanto (2011), payback period digunakan intuk mengukur

seberapa cepat suatu investasi bisa kembali, sehingga dasar yang

digunakan adalah aliran kas, untuk itu perlu dihitung aliran kas suatu

proyek terlebih dahulu. Adapun rumus yang digunakan untuk

menghitung payback period, yaitu :

e. Analisis Sensitivitas

Menurut Ambarawati, dkk (2015), kemampuan proyek bertahan

dan menghasilkan keuntungan dipengaruhi oleh faktor internal maupun

faktor eksternal. Akibat perubahan tersebut, usaha yang tadinya layak

dapat menjadi tidak layak pada kondisi dan waktu tertentu. Oleh karena

PP = Jumlah Investasi

Keuntungan

Page 55: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

36

itu, perkiraan usaha dimasa depan dihadapi dengan ketidakpastian,

sehingga perlu adanya kajian tingkat kepekaan (sensitivity analysis).

Berdasarkan penelitian ini, analisis sensitivitas usaha dilakukan

untuk mengetahui pengaruh pada usaha jika terjadi semacam kenaikan

biaya operasional maupun penurunan produktivitas usaha pada nilai

tertentu apakah hal tersebut berpengaruh besar terhadap kelayakan

usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan maupun

non-minapolitan. Adapun perubahan atau skenario yang ditentukan

dalam penelitian ini adalah terjadi kenaikan biaya sebesar 15%,

penurunan penerimaan sebesar 13%, dan biaya naik 7% dengan

penurunan penerimaan 10%.

3.8.2.3 Analisis Perbandingan Kelayakan Finansiil Usaha

Pembesaran Ikan Lele yang ada dikawasan Minapolitan

dan Non-minapolitan

Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan aspek-aspek

kelayakan usaha baik secara teknis maupun finansiil pada usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli

dan kawasan non-minapolitan Desa Karangrejo. Pada aspek teknis

dilakukan perbandingan terhadap pelaksanaan teknis pembesaran yang

meliputi: persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan, survival

rate, dan pemanenan pada usaha yang ada dikawasan minapolitan dan

kawasan non-minapolitan.

Pada aspek finansiil dilakukan perbandingan pada hasil analisis

finansiil jangka pendek dan jangka panjang. Adapun perbandingan

analisis finansiil jangka pendek meliputi; permodalan, biaya total,

Page 56: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

37

penerimaan, RC ratio, keuntungan, rentabilitas, dan break event point

pada kedua lokasi usaha. Sedangkan pada analisis finansiil jangka

panjang dilakukan perbandingan dari hasil analisis, meliputi : nilai

penambahan investasi, net present value, net B/C, internal rate of return,

dan payback period, serta analisis sensitivitas pada kedua lokasi usaha

untuk mengetahui perbandingan kelayakan pada masing-masing lokasi.

Page 57: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

38

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Berdirinya Usaha

Berdasarkan sejarah berdirinya usaha, kawasan minapolitan Desa

Gondosuli dan kawasan non-minapolitan Desa Karangrejo adalah

sebagai berikut:

a. Kawasan Minapolitan Desa Gondosuli

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Tulungagung (2016),

Desa Gondosuli ditetapkan menjadi kawasan minapolitan pada tahun

2013 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan melalui Surat Keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 35/KEPMEN-KP/2013 Tentang

Penetapan Kawasan Minapolitan Kecamatan Gondang. Pada awalnya

Desa Gondosuli dikenal sebagai salah satu kawasan penghasil tembakau

dan mayoritas penduduk desa bermata pencarian sebagai petani.

Bermula dari keberhasilan seorang warga bernama Parsam, yang

merupakan pembudidaya ikan lele pertama di Desa Gondosuli. Pak

Parsam memulai usaha budidaya ikan lele sejak tahun 1993 dan berhasil.

Pada awalnya Pak Parsam memulai usaha tersebut menggunakan dua

petak kolam kecil, dan tanpa diduga usaha budidaya ikan lele tersebut

berkembang dengan pesat dan menarik minat warga Desa Gondosuli

lainnya. Pada tahun 2007, Pak Parsam mulai membentuk kelompok

budidaya ikan (POKDAKAN) bernama Mekarsari. Usahanya yang terus

berkembang disusul oleh berdirinya kelompok budidaya ikan

(POKDAKAN) lainnya di Desa Gondosuli, sampai tahun 2013 Desa

Page 58: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

39

Gondosuli ditetapkan menjadi kawasan minapolitan Kabupaten

Tulungagung hingga saat ini (DKP Kab.Tulungagung, 2016).

b. Kawasan Non-minapolitan Desa Karangrejo

Awal mula berdirinya usaha budidaya ikan lele milik Pak Purwanto

di Desa Karangrejo, Kecamatan Karangrejo sejak tahun 1998. Awalnya

usaha budidaya ikan lele tersebut hanyalah usaha sampingan dengan

jumlah kolam sekitar 3-4 kolam pada saat itu. Alasan Pak Purwanto

memilih lokasi tersebut sebagai tempat budidaya yaitu dekat dengan

keberadaan sungai dan sawah, serta jauh dari permukiman penduduk.

Sehingga pemilik usaha tidak mengkhawatirkan adanya komplain dari

tetangga sekitar tentang bau dari air limbah budidaya ikan lele.

Pada awal usaha Pak Purwanto hanya fokus pada pembesaran

ikan lele saja. Namun seiring berjalannya waktu dan tingginya

permintaan benih ikan lele oleh para pembudidaya ikan lele di wilayah

Tulungagung, Pak Purwanto mulai menjalankan usaha suplai benih ikan

lele dari petani ikan atau pembenih ikan lele di Pare dan dijual kembali

kepada pembudidaya pembesaran ikan lele hingga melakukan

pembibitan sendiri ditempat usahanya menggunakan indukan ikan lele

yang diperoleh dari sisa panen usaha pembesarannya. Hal ini

menjadikan usaha budidaya ikan lele menjadi mata pencarian utamanya

karena penghasilan yang diperoleh lebih besar daripada pekerjaan

sebelumnya yaitu sebagai karyawan swasta.

4.2 Letak Geografis

Letak geografis merupakan letak atau posisi suatu daerah yang

diuraikan berdasarkan keadaan alam dari daerah tersebut. Menurut

Page 59: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

40

Bappeda Kab. Tulungagung (2016), secara goegrafis Kabupaten

Tulungagung terletak pada posisi 7051’-8018’ LS dan 111043’-112007’ BT

serta berbatasan dengan Kabupaten Kediri disebelah utara, Kabupaten

Blitar pada sebelah timur, Samudera Hindia disebelah selatan, dan

Kabupaten Trenggalek pada sebelah barat. Luas Kabupaten

Tulungagung adalah 1.055,7 km2 yang terdiri dari pegunungan, dataran

tinggi, dataran rendah dan kawasan pantai atau 2,58% dari total wilayah

Provinsi Jawa Timur dengan letak kurang lebih 154 km arah barat daya

dari Kota Surabaya. Berdasarkan letak geografisnya, maka kawasan

minapolitan Desa Gondosuli dan kawasan non-minapolitan Desa

Karangrejo adalah sebagai berikut:

a. Kawasan minapolitan Desa Gondosuli

Desa Gondosuli merupakan salah satu desa yang termasuk dalam

Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung yang letaknya berada

disebelah tenggara dari pusat pemerintahan Kecamatan Gondang kurang

lebih sekitar 4 kilometer dari pusat pemerintahan dengan akses jalan

yang cukup mudah untuk dilalui. Adapun batas-batas wilayah Desa

Gondosuli antara lain:

Sebelah Utara : Desa Rejosari dan Desa Kedungsoko

Sebelah Timur : Desa Bono

Sebelah Selatan : Desa Tawing

Sebelah Barat : Desa Dukuh dan Desa Macanbang

Luas Desa Gondosuli : 171 Ha

Jarak rata-rata ke Ibukota Kecamatan Gondang : 4 Km

(Profil Desa Gondosuli, 2016).

Page 60: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

41

b. Kawasan Non-minapolitan Desa Karangrejo

Menurut Profil Desa Karangrejo (2016), Desa Karangrejo adalah

merupakan Ibukota Kecamatan Karangrejo yang memiliki batas-batas

wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Jeli

Sebelah Timur : Sungai Ngrowo dan Sungai Brantas

Sebelah Selatan : Desa Sembon

Sebelah Barat : Desa Sukorejo, Desa Sukodono, Desa

Gedangan

Luas Desa Karangrejo : 146,745 Ha

Jarak rata-rata ke Ibukota Kecamatan Karangrejo : 0 Km

4.3 Potensi Wilayah

Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu kabupaten yang

sebagian besar wilayahnya didominasi dengan dataran rendah dengan

rata-rata ketinggian kurang dari 500 m diatas permukaan air laut.

Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut, wilayah Kabupaten

Tulungagung dikelompokkan sebagai berikut :

1) Wilayah dengan ketinggian 0-100 m dpl, meliputi wilayah seluas

36,76%.

2) Wilayah dengan ketinggian 100-500 m dpl, meliputi wilayah seluas

51,70%.

3) Wilayah dengan ketinggian 500-1000 m dpl, meliputi wilayah seluas

8,39%.

4) Wilayah dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl, meliputi wilayah

seluas 3,14%.

Page 61: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

42

Kabupaten Tulungagung memiliki tingkat kelerengan tanah dari

yang landai hingga curam, kondisi ini menimbulkan beragam potensi

sumberdaya yang dimiliki seperti tanaman pangan, perkebunan,

peternakan maupun perikanan. Desa Gondosuli di Kecamatan Gondang

dan Desa Karangrejo di Kecamatan Karangrejo merupakan dua kawasan

yang memiliki lereng landai serta memiliki sumber air yang melimpah.

Terlebih lagi Desa Gondosuli merupakan kawasan yang dipilih dalam

pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Tulungagung.

Sehingga dua kawasan tersebut sangat tepat dan mendukung sebagai

tempat usaha budidaya ikan (BAPPEDA Kab.Tulungagung, 2017).

4.4 Keadaan Penduduk

Berdasarkan keadaan penduduk di kawasan minapolitan Desa

Gondosuli dan kawasan non-minapolitan Desa Karangrejo, maka dapat

dijelaskan sebagai berikut:

A. Kawasan minapolitan Desa Gondosuli

Keadaan penduduk di kawasan minapolitan Desa Gondosuli dapat

dibedakan berdasarkan tingkat usia, tingkat pendidikan,

kepercayaan/agama yang dianut dan tingkat mata pencaharian.

1) Keadaan Penduduk berdasarkan Tingkat Usia

Berdasarkan tingkat usia jumlah penduduk di kawasan minapolitan

Desa Gondosuli dapat digolongkan menjadi delapan golongan. Rentang

usia 41-50 tahun merupakan usia yang mendominasi dari keseluruhan

penduduk sebanyak 442 jiwa atau dengan persentase 17,21%, yang

terdiri dari laki-laki sebanyak 228 jiwa dan perempuan sebanyak 214 jiwa.

Kemudian disusul jumlah penduduk dengan usia <10 tahun dengan

Page 62: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

43

jumlah 417 penduduk atau sebesar 16,24% dari jumlah penduduk

keseluruhan dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 216 orang dan

jumlah penduduk perempuan sebanyak 201 orang. Dan penduduk

dengan tingkat usia 21-30 tahun dengan jumlah penduduk sebanyak 407

atau sebesar 15,85%. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit yaitu

pada usia lansia atau >70 tahun dengan jumlah sebesar 89 jiwa atau

3,4% dari total penduduk Desa Gondosuli. Pembagian jumlah penduduk

Desa Gondosuli berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keadaan Penduduk Desa Gondosuli berdasarkan Tingkat Usia

No. Usia (tahun) Laki-laki (orang)

Perempuan (orang)

Jumlah (orang)

Prosentase (%)

1 < 10 216 201 417 16,24

2 11-20 192 171 363 14,14

3 21-30 211 196 407 15,85

4 31-40 199 190 389 15,15

5 41-50 228 214 442 17,21

6 51-60 155 134 289 11,25

7 61-70 81 91 172 6,70

8 > 70 36 53 89 3,47

Total 1.318 1.250 2.568 100

Sumber : Profil Desa Gondosuli, 2016

2) Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sebagian besar tingkat pendidikan penduduk di Desa Gondosuli

masih berpendidikan rendah, hal ini karena sebagian besar penduduknya

masih berpendidikan pada tingkatan tamat SMP, sebesar 897 orang atau

35% dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 451 orang dan

penduduk perempuan sebanyak 446 orang. Adapun tingkat pendidikan

penduduk pada kawasan minapolitan Desa Gondosuli dapat dilihat pada

tabel 5 berikut.

Page 63: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

44

Tabel 5. Keadaan penduduk Desa Gondosuli berdasarkan tingkat pendidikan

No. Tingkat

Pendidikan

Laki-laki (orang)

Perempuan (orang)

Jumlah (orang)

Presentase (%)

1

Jumlah penduduk belum tamat SD/sederajat 79 78 157 6,11

2

Jumlah penduduk tidak tamat SD/sederajat 20 15 35 1,36

3

Jumlah penduduk belum tamat SMP/SMA/sederajat 225 220 445 17,33

4

Jumlah penduduk tidak tamat SMP/sederajat 451 446 897 34,93

5

Jumlah penduduk tidak tamat SMA/sederajat 290 306 596 23,21

6

Jumlah penduduk tamat SMA/sederajat 253 185 438 17,06

Jumlah 1.318 1.250 2.568 100

Sumber :Profil Desa Gondosuli, 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tingkat pendidikan

penduduk mayoritas masih tidak lulus SMA. Sementara jumlah

penduduk yang sudah lulus SMA masih berjumlah 438 orang yang terdiri

dari 253 orang laki-laki dan 185 orang perempuan atau sekatar 17% dari

jumlah penduduk, sedangkan jumlah penduduk yang sedang menempuh

pendidikan dibangku SMP maupun SMA/sederajat sebanyak 445 orang

yang terdiri dari 225 orang laki-laki dan 220 orang perempuan atau

sekitar 17,3% dari jumlah penduduk.

3) Keadaan Penduduk berdasarkan Agama/Kepercayaan

Berdasarkan agama yang dianut, penduduk kawasan minapolitan

Desa Gondosuli mayoritas menganut Agama Islam sebanyak 2.562

penduduk yang terbagi dari 1.317 orang laki-laki dan 1.245 orang

Page 64: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

45

perempuan atau 99,7% dari jumlah penduduk. Sedangkan sisanya

menganut Agama Kristen sebanyak 6 orang yang terbagi dari satu orang

laki-laki dan lima orang perempuan. Adapun rinciannya dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Keadaan Penduduk Desa Gondosuli berdasarkan Agama yang dianut.

No. Agama Laki-laki (orang)

Perempuan (orang)

Jumlah (orang)

Presentase (%)

1 Islam 1.317 1.245 2.562 99,77

2 Kristen 1 5 6 0,23

3 Katholik - - - -

4 Hindu - - - -

5 Budha - - - -

6 Khonghucu Total 1.318 1.250 2.568 100

Sumber : Profil Desa Gondosuli, 2016

4) Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Struktur

mata pencaharian penduduk

Berdasarkan mata pencaharian penduduk Desa Gondosuli

mayoritas berprofesi sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 421 orang atau

sebesar 37,7%, sedangkan mata pencaharian pembudidaya ikan

sebanyak 321 orang atau sebesar 28,7%, dan paling sedikit yaitu montir

dan bidan swasta masing-masing sebanyak 2 orang.Berikut rincian

jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.

Page 65: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

46

Tabel 7. Keadaan Penduduk Desa Gondosuli berdasarkan Mata Pencaharian Penduduk

No. Mata Pencaharian

Laki-laki (orang)

Perempuan (orang)

Jumlah (orang)

Presentase (%)

1 Petani 126 87 213 19,09

2 Buruh tani 172 249 421 37,72

3 Buruh migrant 74 29 103 9,23

4 PNS 21 15 36 3,23

5 Pedagang keliling 5 6 11 0,99

6 Montir 2 0 2 0,18

7 Pembudidaya ikan 321 0 321 28,76

8 Bidan swasta 0 2 2 0,18

9 Guru swasta 1 6 7 0,63

Total 722 394 1.116 100

Sumber :Profil Desa Gondosuli, 2014

B. Kawasan non-minapolitan Desa Karangrejo

Keadaan penduduk dikawasan non-minapolitan Desa

Karangrejodapat dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, tingkat usia,

mata pencaharian, dan tingkat pendidikan.

1) Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk yang menempati Desa Karangrejo sebanyak

3.052 jiwa, didominasi oleh penduduk laki-laki sebanyak 1.542 jiwa dan

perempuan sebanyak 1.510 jiwa. Adapun rincian data keadaan

penduduk Desa Karangrejo disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 8. Data Penduduk Desa Karangrejoberdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 1.542 50,52 2 Perempuan 1.510 49,48

Total 3.052 100,0

Sumber: Profil Desa Karangrejo, 2016

2) Keadaan Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Tingkat Usia

Berdasarkan tingkat usia jumlah penduduk di Desa Karangrejo

dapat digolongkan menjadi enam golongan. Rentang usia 18-56 tahun

Page 66: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

47

adalah usia produktif yang merupakan jumlah penduduk paling

mendominasi dari keseluruhan penduduk sebanyak 2.202 jiwa atau

dengan persentase 53,8%, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.124 jiwa

dan perempuan sebanyak 1.078 jiwa. Kemudian jumlah penduduk pada

tingkat usia 10-17 tahun dengan jumlah 349 jiwa atau sebesar 11,43%

dengan jumlah laki-laki sebanyak 167 jiwa dan jumlah perempuan

sebanyak 182 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit yaitu

pada usia 0-12 bulan dengan jumlah sebesar 104 atau 3,4% dari total

penduduk Desa Karangrejo. Pembagian jumlah penduduk Desa

Karangrejo berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Data Jumlah Penduduk Desa Karangrejoberdasarkan Tingkat Usia

No. Usia (Tahun) Laki-Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 < 2 29 25 54 1,77 2 2-5 72 102 174 5,70 3 6-9 100 62 162 5,31 4 10-17 167 182 349 11,43 5 18-56 1.124 1.078 2.202 72,15 6 >56 50 61 111 3,64

Total 1.542 1.510 3.052 100,00

Sumber :Profil Desa Karangrejo, 2016

3) Keadaan Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, keadaan penduduk Desa

Karangrejo mayoritas adalah tamat SMA/sederajat dengan jumlah 1.023

orang atau sebesar 33,5%, kemudian jenjang pendidikan SMP/sederajat

yang berjumlah 714 jiwa atau 23,4%, tamat jenjang SD/sederajat

sebanyak 451 atau sebesar 14,7%. Ada juga jenjang pendidikan tingkat

TK, diploma, strata 1 hingga strata 3, sampai tidak pernah mengenyam

Page 67: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

48

pendidikan. Adapun keadaan penduduk Desa Karangrejo berdasarkan

tingkat pendidikan dijelaskan secara rinci pada tabel 10.

Tabel 10. Data Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Karangrejo

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

Presentase (%)

1 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta huruf

-- -

2 Penduduk belum/tidak tamat SD / Sederajat 502 16,45

3 Penduduk tamat SD / Sederajat 451 14,78

4 Penduduk tamat SMP / Sederajat 714 23,39

5 Penduduk tamat SMA / Sederajat 1.023 33,52

6 Penduduk tamat D-3 117 3,83

7 Penduduk tamat S-1 228 7,47

8 Penduduk tamat S-2 14 0,46

9 Penduduk tamat S-3 3 0,10

Total 3.052 100

Sumber : Profil Desa Karangrejo, 2016

Jika dilihat dari tingginya jumlah tingkat pendidikan penduduk tamat

SMA, SMP dan SD yang lebih besar daripada jumlah tingkat pendidikan

penduduk yang tamat diploma ataupun strata 1 menandakan kualitas

SDM pada wilayah tersebut masih kurang, hal ini dikarenakan semakin

tingginya tingkat pendidikan maka semakin tinggi kualitas Sumberdaya

Manusia.

4) Keadaan Penduduk Desa Karangrejoberdasarkan Mata

Pencaharian

Terdapat banyak jenis mata pencaharian yang ada di Desa

Karangrejo yang dikelompokkan dalam jenis mata pencaharian lainnya,

seperti mekanik, pembantu rumah tangga, sopir, pengacara, pensiunan,

dan sebagainya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kelompok

jenis pekerjaan sebagai buruh tani mendominasi sebanyak 640 jiwa atau

21% adalah buruh tani dan mata pencaharian petani sebanyak 458 jiwa

Page 68: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

49

atau sebesar 15%, dimana mata pencaharian tersebut lebih banyak

dibandingkan dengan kelompok mata pencaharian lainnya.

Tabel 11. Data Penduduk Desa Karangrejo berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Belum/tidak bekerja 418 13,70

2 Petani 458 15,01

3 Buruh Tani 640 20,97

4 Pegawai Negeri Sipil 102 3,34

5 Industri Rumah Tangga 7 0,23

6 Pedagang 35 1,15

7 Peternak 41 1,34

8 Tukang 29 0,95

9 TNI 14 0,46

10 POLRI 28 0,92

11 Wiraswasta 132 4,33

12 Karyawan 173 5,67

13 Pelajar/mahasiswa 762 24,97

14 Lain-lain 213 6,98

Total 3.052 100,0

Sumber : Profil Desa Karangrejo, 2016

Sedangkan pada kelompok mata pencaharian sebagai industri

rumah tangga merupakan kelompok mata pencaharian yang paling

sedikit ditekuni, yaitu sebanyak 7 orang atau sebesar 0,23% dari seluruh

penduduk Desa Karangrejo. Kemudian terdapat kelompok mata

pencaharian lain-lain, yaitu sebanyak 213 orang atau sebesar 7% dari

jumlah keseluruhan penduduk karangrejo. Selain kelompok mata

pencaharian tenaga kerja juga terdapat kelompok mata pencaharian non-

tenaga kerja, antara lain pelajar atau mahasiswa sebanyak 762 orang

atau sebesar 25% dari jumlah penduduk keseluruhan dan kelompok

belum/atau tidak bekerja sebanyak 418 orang atau sebesar 13,7%

dikarenakan masih belum usia kerja, belum memperoleh pekerjaan, atau

sudah lansia.

Page 69: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

50

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Teknis Pembesaran Ikan Lele

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), aspek teknis merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan perusahaan atau seorang pelaku usaha untuk

mempersiapkan apa saja yang perlu dilakukan dalam menjalankan

usahanya meliputi penentuan lokasi, kapasitas produksi, penentuan

layout, serta kesiapan alat-alat atau sarana dan prasarana yang

digunakan. Adapun aspek teknis pada usaha pembesaran ikan lele

antara lain sarana dan prasarana pembesaran, persiapan kolam,

pemberian pakan, pengendalian hama, dan pemanenan.

5.1.1 Sarana

Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat

utama maupun alat bantu untuk mencapai suatu tujuan. Adapun sarana

yang diperlukan dalam usaha pembesaran ikan lele yaitu lokasi, kolam,

peralatan yang digunakan, dan transportasi.

1) Lokasi

Lokasi yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan lele antara

lain kawasan minapolitan Desa Gondosuli Kecamatan Gondang

Kabupaten Tulungagung dan kawasan non-minapolitan Desa/Kecamatan

Karangrejo Kabupaten Tulungagung. Letak kedua lokasi tersebut juga

tidak jauh dari pusat kota Tulungagung, sekitar 6 km dari pusat kota. Hal

ini menjadikan kegiatan pemasaran dan distribusi pakan maupun

peralatan menjadi mudah dan terjangkau. Sehingga mendukung

kegiatan usaha pembesaran ikan lele pada masing-masing lokasi

Page 70: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

51

tersebut. Hal ini sependapat dengan Assauri (1980) dalam Primyastanto

(2011), dimana penentuan lokasi bertujuan untuk memperlancar,

efektivitas, dan efisiensi kegiatan produksi.

2) Kolam

Kolam yang digunakan pada kedua lokasi usaha pembesaran ikan

lele masing-masing ukurannya relatif sama, yaitu berukuran 4m x 10m x

1m dengan jenis kolam terpal dan beton. Pada lokasi usaha pembesaran

ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Gondosuli, kolam yang

digunakan untuk usaha pembesaran ikan lele sebanyak 20 kolam yang

terbuat dari terpal. Sedangkan pada lokasi kawasan non-minapolitan

Karangrejo kolam yang digunakan sebanyak 20 kolam, yaitu 12 kolam

terpal dan 8 kolam beton, 14 kolam untuk usaha pembesaran dan 6

kolam untuk usaha pendederan (suplier benih). Pada sisi setiap kolam

yang ada dimasing-masing kawasan terdapat saluran masuk air (inlet)

dan saluran keluar air (outlet) untuk sirkulasi air kolam.

Gambar 3. a) kolam pembesaran yang ada dikawasan minapolitan, b) kolam pembesaran yang ada dikawasan non-minapolitan

a) b) sumber : Data Primer, 2016

3) Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam usaha pembesaran pada masing-

masing kawasan cenderung sama dan sudah bisa dikatakan layak

karena cukup memadai dalam kegiatan pembesaran ikan lele pada tiap-

Page 71: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

52

tiap kawasan walaupun tergolong masih sederhana. Adapun peralatan-

peralatan tersebut adalah pompa, seser, pipa paralon, ember, bak

sortasi, keranjang, jerigen, timbangan, jaring paranet, dan sebagainya.

Tabel 12. Peralatan kegiatan pembesaran ikan lele

No. Alat Fungsi Gambar

1 Pompa air Untuk memompa air dari sumur ke kolam

2 Seser besar Untuk menjaring induk ikan atau ukuran konsumsi

3 Seser kecil Untuk menjaring benih ikan

4 Ember besar Sebagai wadah induk/benih sebelum dipindahkan ke kolam yang lain

Page 72: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

53

No. Alat Fungsi Gambar

5 Ember kecil Sebagai wadah pakan ikan lele

6 Bak sortasi Untuk menyeleksi benih ikan ukuran tertentu

7 Keranjang Sebagai wadah ikan lele saat dipanen

8 Jerigen Sebagai wadah ikan lele untuk diangkut ke suatu tempat

9 Pengangkut

jerigen/keran

jang

Untuk mengangkut jerigen atau keranjang wadah ikan lele

Tabel 12. Peralatan kegiatan pembesaran ikan lele (lanjutan)

Page 73: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

54

No. Alat Fungsi Gambar

10 Pipa paralon Sebagai sarana sirkulasi air kolam

11 Kakaban Sebagai tempat menempelnya telur ikan lele

12 Timbangan Untuk mengukur berat ikan pada jumlah tertentu

13 Jaring

penutup

Untuk menutupi kolam dari predator/hama dan sinar matahari langsung

14 Gerobak

dorong

Untuk mengangkut sak pakan ikan lele

Tabel 12. Peralatan kegiatan pembesaran ikan lele (lanjutan)

Page 74: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

55

No. Alat Fungsi Gambar

15 Corong air Untuk memudahkan memasukkan/memindahkan benih ikan dari bak ke jerigen

16 Kabel Sebagai sarana kelistrikan

17 Lampu Sebagai sarana penerangan kolam saat malam hari

Sumber : Data Primer, 2017

4) Transportasi

Transportasi merupakan salah satu proses dari penanganan pada

bahan baku maupun hasil panen. Transportasi diperlukan untuk

mengangkut benih ataupun hasil panen untuk didistribusikan kepada

tengkulak maupun konsumen langsung. Pada usaha pembesaran ikan

lele dikedua kawasan, proses transportasi dilakukan pada saat

pengadaan benih dan pemanenan ikan lele dengan sarana transportasi

Tabel 12. Peralatan kegiatan pembesaran ikan lele (lanjutan)

Page 75: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

56

berupa truk atau mobil bak terbuka (pick-up) milik pemborong tergantung

sesuai jumlah muatan benih atau hasil panen yang diangkut.

Gambar 4. a) sepeda motor sebagai sarana pengangkut benih ikan lele, b) mobil bak terbuka sebagai sarana pengangkut ikan lele

konsumsi

a) b) Sumber : Data Primer, 2017

5.1.2 Prasarana

Prasarana merupakan sesuatu yang penting dalam berbagai usaha,

khususnya pembesaran ikan lele, dimana prasarana tersebut sebagai

penunjang jalannya sarana-sarana yang ada dalam kegiatan pembesaran

ikan lele tersebut, sehingga kegiatan usaha dapat berlangsung dengan

lancar. Adapun prasarana yang diperlukan dalam usaha pembesaran

ikan lele yang ada pada masing-masing kawasan meliputi sumber air,

akses jalan, instalasi listrik, jaringan informasi dan komunikasi. Hal

tersebut juga sesuai dengan penelitian Dzulfikri (2016), yang

menjelaskan prasarana dalam kegiatan pembesaran ikan lele dumbo di

Desa Gelang antara lain jalan, sistim pengairan, listrik, dan alat kounikasi.

Page 76: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

57

Tabel 13. Prasarana kegiatan pembesaran ikan lele

No. Prasarana Fungsi Gambar

1 Sumber air Menyediakan

pasokan air sebagai prasarana untuk menunjang kehidupan ikan lele mulai dari benih hingga induk lele.

2 Akses

jalan

Memprasaranai aksesibilitas lokasi usaha pembesaran sehingga memudahkan pengunjung/pembeli untuk menuju lokasi usaha pembesaran ikan lele

3 Instalasi

listrik

Sebagai prasarana yang menunjang kelistrikan untuk kegiatan pengisian air, penerangan saat malam, dan peralatan penunjang yang menggunakan energi listrik (elektronik)

4 Jaringan

informasi

dan

komunikasi

Sebagai penunjang jaringan informasi mengenai informasi pasar dan teknis serta komunikasi antar pembudidaya, pembeli, maupun pemerintah terkait

Sumber : Data Primer, 2017.

Page 77: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

58

1) Sumber air

Sumber air merupakan komponen terpenting dalam kegiatan

budidaya ikan karena berkaitan dengan kelangsungan hidup ikan mulai

telur, benih hingga induk ikan. Pada usaha pembesaran ikan lele yang

ada dimasing-masing kawasan, sumber air yang digunakan berasal dari

sumur atau air tanah. Penggunaan air sumur sebagai sumber air

dikarenakan air sumur lebih stabil dan terjamin daripada menggunakan

air sungai atau sawah.

2) Akses jalan

Akses jalan merupakan keadaan jalan menuju lokasi tertentu

(aksesibilitas) yang menunjukkan sulit atau mudahnya suatu lokasi

tertentu dapat ditempuh, serta terjangkau atau tidaknya suatu sarana

transportasi tertentu menuju lokasi tersebut. Pada usaha pembesaran

ikan lele yang ada dikedua kawasan tersebut memiliki akses jalan yang

hampir sama, kedua lokasi memiliki jarak dan waktu tempuh yang hampir

sama menuju pusat kota. Pada lokasi usaha pembesaran ikan lele yang

ada dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo memiliki akses jalan

yang lebih baik daripada kawasan minapolitan Gondosuli, dikarenakan

akses jalan berada ditepi jalan desa dan hanya berjarak 200 m dari jalan

raya alternatif Tulungagung-Kediri, serta kondisi aspal jalan juga lebih

baik daripada kawasan minapolitan Gondosuli. Kawasan minapolitan

Desa Gondosuli terletak agak pelosok sekitar 3-4 km dari jalan raya

Tulungagung-Trenggalek. Selain itu, akomodasi benih dari Pare dan

hasil panen ke wilayah Kediri, Nganjuk, Surabaya maupun kota lainnya

lebih mudah dari Desa Karangrejo

Page 78: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

59

3) Instalasi listrik

Instalasi listrik merupakan prasarana yang sangat menunjang dalam

usaha pembesaran ikan lele yang ada pada masing-masing kawasan.

Selain sebagai sumber energi untuk alat-alat elektronik dan penerangan,

listrik juga digunakan untuk menghidupi pompa air sehingga sangat

penting dalam menunjang kehidupan ikan pada usaha pembesaran.

Adapun usaha pembesaran ikan lele yang ada pada masing-masing

kawasan menggunakan daya listrik sebesar 900 kWh.

4) Jaringan informasi dan komunikasi

Jaringan informasi dan komunikasi merupakan prasarana yang

menunjang bagi pemilik usaha untuk memperoleh informasi dan

melakukan komunikasi dengan rekan bisnis dalam usaha yang dijalankan

untuk dapat membantu dalam memperoleh keuntungan. Pemilik usaha

yang ada pada kedua kawasan menggunakan handphone sebagai

sarana komunikasi untuk dapat berkomunikasi dengan pembeli maupun

pengepul atau tengkulak serta saling bertukar informasi untuk

mendapatkan informasi seputar budidaya ikan lele dan informasi harga

dan pasar.

5.1.3 Persiapan Kolam dan Air

Persiapan kolam merupakan hal yang sangat penting dilakukan

sebelum melakukan kegiatan budidaya ikan lele, baik pembenihan

maupun pembesaran. Perlu diperhatikan kolam yang akan digunakan

sebagai tempat dan keadaan air yang akan digunakan sebagai media

budidaya agar proses budidaya dapat berlangsung optimal.

Page 79: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

60

Persiapan kolam yang pertama kali dilakukan yaitu membersihkan

dan mengeringkan kolam yang akan digunakan sebagai tempat

penebaran benih ikan lele pada usaha pembesaran ikan lele. Kolam

yang dipersiapkan jumlahnya bervariasi, tergantung pada kebutuhan,

jumlah benih yang ditebar dengan kapasitas padat tebarnya.

Pengeringan dilakukan dengan cara membuka pipa pintu pengeluaran air

bagian bawah atau bagian dalam kolam sampai air dalam kolam terkuras

habis, kemudian dinding dan dasar kolam dibersihkan dari endapan

kotoran, hama air serta lumut dengan menggunakan sikat atau gosokan

dan kemudian dibilas dengan air bersih sampai endapan hanyut keluar.

Pengeringan bertujuan untuk memperbaiki kualitas kolam serta

menormalkan keadaan kolam dari hama maupun sisa-sisa kotoran yang

terdapat dalam kolam. Setelah kolam dikeringkan lalu dibiarkan selama

1-2 hari dan kemudian dipasang pipa pintu pengeluaran air.

Luas kolam sangat berpengaruh terhadap tingginya kapasitas

padat tebar. Sebelum penebaran benih pada kolam, dilakukan

pemupukan dan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2. Pengapuran

dilakukan dengan tujuan meningkatkan pH air agar pertumbuhan benih

ikan dapat optimal serta membunuh bibit penyakit yang ada pada kolam

tersebut. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk meningkatkan

ketersediaan sumber nutrisi anorganik yang dapat merangsang

pertumbuhan plankton. Setelah dilakukan pengisian air kolam, kolam

didiamkan sekitar kurang lebih 3-4 hari dan setelah itu baru benih ikan

lele ditebar pada kolam tersebut.

Page 80: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

61

Gambar 5. Persiapan kolam

Sumber : Data Primer, 2017.

5.1.4 Proses Pembesaran Ikan Lele di Kawasan Minapolitan Desa

Gondosuli dan Non-minapolitan Desa/Kec. Karangrejo

5.1.4.1 Kawasan Minapolitan

1) Pemilihan benih

Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Adapun

ciri-ciri benih yang sehat yaitu gerakannya lincah, tidak terdapat cacat

fisik, bebas dari penyakit, dan gerak renangnya normal. Benih yng sehat

cenderung pola makannya juga normal. Pada usaha pembesaran ikan

lele yang ada dikawasan minapolitan Gondosuli,benih ikan lele diperoleh

dari Pare, Kabupaten Kediri dengan ukuran benih yang ditebar yaitu 4-5

cm. Setelah dilakukan pemilihan benih, benih yang sudah dipilih

kemudian ditebar pada kolam pembesaran.

2) Pemeliharaan dan pembesaran benih

Dalam pemeliharaan benih diperlukan waktu kurang lebih 2-3

bulan sampai benih ikan lele dipanen pada ukuran konsumsi. Pada

usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Gondosuli,

kolam yang digunakan yaitu kolam terpal dengan ukuran 4 x 10 m

dengan tinggi air 1 meter sebanyak 20 petak kolam khusus usaha

Page 81: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

62

pembesaran ikan lele dengan padat tebar 200 ekor/m2. Penebaran benih

dilakukan sebanyak sekitar 16.000 ekor tiap 2 minggu sekali. Pemberian

pakan dilakukan setiap pagi dan sore hari. Sedangkan sirkulasi air pada

siang hingga sore. Pengendaliaan hama dan penyakit dilakukan dengan

melakukan pengecekan setiap hari. Adapun penyakit yang timbul pada

usaha ikan lele biasanya adalah penyakit luka-luka pada permukaan kulit

yang disebabkan oleh bakteri aeromonas sp. Tindakan pencegahan

dampak terhadap penyakit tersebut dengan cara pemberian garam

sebanyak 2 ons/m2 serta memisahkan ikan lele yang sudah mengalami

luka-luka tersebut dengan ikan lele yang belum terkena penyakit tersebut.

3) Pemanenan dan pasca panen

Kegiatan pemanenan dilakukan saat ikan lele sedah mencapai

ukuran konsumsi atau sudah 2-3 bulan dari benih ikan lele tersebut

ditebar dengan ukuran size relatif sesuai permintaan pasar. Sebelum

pemanenan ikan dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari, supaya saat

dipanen ikan tidak muntah. Air kolam dikurangi hingga sekitar setengah

kolam agar memudahkan proses pengangkatan ikan. Pada usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Gondosuli,

pemanenan biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari setiap 2-3

minggu sekali dengan hasil panen mencapai 9-12 kuintal. Size ikan lele

yang dipanen adalah 8-12 ekor/kg. Adapun per 1 kilogramnya ikan lele

dihargai sebesar Rp 13.500,-. Pemanenan dilakukan dengan cara

mendatangkan pemborong ketempat usaha sehingga buruh angkat dan

perlengkapan panen sedah ditanggung oleh pemborong. Setelah ikan

dipanen semua, kolam dikeringkan dan dibersihkan agar bersih dari

Page 82: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

63

kuman-kuman dan kotoran untuk kemudian dilakukan kegiatan siklus

pembesaran ikan lele selanjutnya.

5.1.4.2 Kawasan Non-minapolitan

1) Pemilihan benih

Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Adapun

ciri-ciri benih yang sehat yaitu gerakannya lincah, tidak terdapat cacat

fisik, bebas dari penyakit, dan gerak renangnya normal. Benih yng sehat

cenderung pola makannya juga normal. Pada usaha pembesaran ikan

lele yang ada dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo, benih ikan

lele diperoleh dari Pare, kabupaten Kediri dan juga dari hasil usaha

pembenihan ikan lele yang dilakukan ditempat tersebut.

2) Pemeliharaan dan pembesaran benih

Pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-

minapolitan, kolam yang digunakan yaitu kolam terpal dengan ukuran

4x10 m dengan ketinggian air 1,5 meter sebanyak 14 petak dengan padat

tebar 275 ekor/m2ukuran 6-7 cm. Penebaran benih dilakukan sebanyak

sekitar 22.000 ekor tiap 2 minggu sekali. Pemberian pakan dilakukan

setiap pagi dan sore hari. Sedangkan sirkulasi air dilakukan pada pagi

hingga sore hari.

Pengendaliaan hama dan penyakit dilakukan dengan melakukan

pemasangan jaring-jaring pada tiap pinggiran lokasi usaha pembesaran

serta pengecekan setiap hari. Adapun penyakit yang timbul pada usaha

ikan lele biasanya adalah penyakit luka-luka pada permukaan kulit yang

disebabkan oleh bakteri aeromonas sp. Tindakan pencegahan dampak

terhadap penyakit tersebut dengan cara pemberian obat methyl biru dan

Page 83: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

64

supertetra yang dilarutkan pada air kemudian dimasukkan ke kolam

dengan takaran 1 ember kecil serta memisahkan ikan lele yang sudah

mengalami luka-luka tersebut dengan ikan lele yang belum terkena

penyakit tersebut.

3) Pemanenan dan pasca panen

Pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-

minapolitan, pemanenan biasanya dilakukan pada pagi hari setiap 2

minggu sekali saat ikan lele mencapai umur 2-3 bulan dari benih ukuran

6-7 sampai ukuran konsumsi dengan hasil panen mencapai 10-12 kuintal.

Size ikan lele yang dipanen adalah 10-12 ekor/kg. Adapun per 1

kilogramnya ikan lele dihargai sebesar Rp 13.500,-.

Sebelum dipanen biasanya ikan lele sengaja tidak diberi makan

atau dipuasakan agar ikan tidak muntah saat dilakukan pengangkatan,

serta mengurangi penggunaan pakan yang harganya lumayan mahal

bagi para pembudidaya ikan. Pemanenan dilakukan dengan cara

mendatangkan pemborong ketempat usaha sehingga buruh angkat dan

perlengkapan panen sedah ditanggung oleh pemborong. Setelah ikan

dipanen semua, kolam dikeringkan dan dibersihkan agar bersih dari

kuman-kuman dan kotoran untuk kemudian dilakukan kegiatan siklus

budidaya pembesaran ikan lele selanjutnya.

5.2 Analisis Profitabilitas pada Usaha Pembesaran Ikan Lele

yang ada dikawasan Minapolitan dan Non-minapolitan

Analisis profitabilitas atau analisis finansiil memegang peran yang

sangat penting sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan

keputusan dalam suatu studi kelayakan bisnis atau usaha yang

Page 84: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

65

dijalankan. Sependapat dengan Riyanto (1995), yang menyatakan

bahwa aspek finansiil dari suatu usaha merupakan inti pembahasan yang

bertujuan mengetahui keuntungan usaha yang akan/sedang berjalan.

Analisis profitabilitas dibagi menjadi analisis jangka pendek dan analisis

jangka panjang (invertment criteria).

5.2.1 Analisis Jangka Pendek Usaha

Aspek finansiil jangka pendek pada usaha pembesaran ikan lele

yang ada dikawasan minapolitan dan non-minapolitan terdiri dari:

permodalan, biaya produksi, penerimaan, RC ratio, keuntungan,

rentabilitas, dan Break Event Point (BEP).

5.2.1.1 Permodalan

Menurut Riyanto (1995) dalam Primyastanto (2011), modal dapat

diartikan sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memprodusir lebih

lanjut. Modal yang dilihat dari bentuknya disebut modal aktif, sedangkan

modal yang dilihat dari asal modal tersebut disebut modal pasif. Modal

aktif dibedakan menjadi dua, yaitu modal tetap (fixed capital assets) dan

modal kerja (working capital assets).

Pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan Desa Gondosuli, modal tetap yang digunakan yaitu sebesar

Rp 279.273.500,00 kemudian modal lancar selama 1 tahun produksi

sebesar Rp 181.440.000,00 dan modal kerja sebesar Rp 193.725.000,00

selama 1 tahun produksi.

Sedangkan pada usaha pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo, modal tetap yang

digunakan yaitu sebesar Rp 209.855.000,00 kemudian modal lancar

Page 85: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

66

selama 1 tahun produksi sebesar Rp 259.560.000,00 dan modal kerja

sebesar Rp 271.582.000,00 selama 1 tahun produksi.

5.2.1.2 Biaya Produksi

Menurut Riyanto (2010) dalam Primyastanto (2011), biaya

produksi dalam suatu usaha dibedakan menjadi 2, yaitu biaya tetap (fixed

cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang

digunakan dalam proses produksi yang bersifat tetap dalam setiap tahun

atau setiap siklus produksi dan tidak dipengaruhi oleh proses produksi.

Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi proses

produksi dan habis dalam 1 kali proses proses produksi.

1) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap pada usaha yang ada di kawasan minapolitan dan

non-minapolitan antara lain terdiri dari biaya penyusutan, perawatan

kolam, tagihan listrik dan Pajak Bumi dan Bangunan. Biaya tetap yang

digunakan dalam 1 tahun pada usaha pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan minapolitan Desa Gondosuli yaitu, sebesar Rp 12.285.000,00.

Sedangkan pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-

minapolitan Desa Karangrejo sebesar Rp 10.822.000,00 yang digunakan

selama 1 tahun siklus produksi.

2) Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel atau biaya tidak tetap pada usaha pembesaran

ikan lele yang ada dikawasan minapolitan dan non-minapolitan terdiri dari

biaya pembelian benih, biaya pakan, upah karyawan dan biaya

pembelian pupuk serta obat-obatan. Biaya tidak tetap atau biaya variabel

yang digunakan pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

Page 86: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

67

minapolitan desa Gondosuli selama 1 tahun yaitu, sebesar Rp

181.440.000,00. Sedangkan pada usaha pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo diperoleh sebesar Rp

260.760.000,00 dalam 1 tahun produksi.

3) Biaya Total (Total Cost)

Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang diperlukan selama

siklus produksi yang diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya total yang diperlukan dalam usaha pembesaran ikan lele

yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dalam 1 tahun

diperoleh sebesar Rp 193.725.000,00. Sedangkan pada usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-minapolitan Kesa

Karangrejo selama 1 tahun produksi diperoleh Rp 271.582.000,-

5.2.1.3 Penerimaan

Penerimaan merupakan hasil produksi yang diperoleh dari

perkalian antara jumlah hasil produksi dengan harga jual produk.

Berdasarkan penelitian pada analisis finansiil, nilai penerimaan pada

usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa

Gondosuli selama 1 tahun diperoleh sebesar Rp 291.600.000,00.

Sedangkan pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-

minapolitan diperoleh sebesar Rp 356.400.000,00 selama 1 tahun.

5.2.1.4 RC Ratio

RC ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya

total. Nilai R/C pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan diperoleh senilai 1,51 sedangkan pada usaha pembesaran

ikan lele yang ada dikawasan non minapolitan Desa Karangrejo sebesar

Page 87: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

68

1,31. Berdasarkan perhitungan R/C di kedua tempat tersebut diperoleh

nilai > 1, yang berarti kedua usaha di 2 tempat tersebut menguntungkan

untuk dijalankan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ambarawati

(2015), yang menyatakan bahwa RC ratio dikatakan untung bila nilai

yang diperoleh lebih besar dari 1 (>1).

5.2.1.5 Keuntungan

Menurut Primyastanto (2006), keuntungan atau pendapatan

bersih merupakan nilai selisih antara penerimaan dan biaya operasional

atau biaya total yang diperoleh dari hasil penerimaan dikurangi biaya total

dengan kriteria nilai TR>TC maka usaha dapat dikatakan

menguntungkan. Berdasarkan analisis profitabilitas pada usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli

dalam 1 tahun diperoleh nilai pendapatan sebesar Rp 97.875.000,-

kemudian dikurangi oleh nilai kerja keluarga (NKK) yaitu sebesar Rp

34.167.000,- sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 63.678.000,-.

Sedangkan pada pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-

minapolitan Desa Karangrejo, diperoleh nilai pendapatan sebesar Rp

84.818.000,- lalu dikurangi oleh nilai kerja keluarga (NKK) yaitu sebesar

Rp 43.539.840,- sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 41.278.160,-

5.2.1.6 Rentabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan rentabilitas, diperoleh hasil nilai

rentabilitas pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan Desa Gondosuli sebesar 32,87%. Sedangkan pada usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-minapolitan diperoleh

nilai rentabilitas sebesar 15,19%. Berdasarkan hasil perhitungan

Page 88: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

69

rentabilitas pada kedua lokasi tersebut, nilai rentabilitas pada masing-

masing usaha dapat dikatakan layak, karena nilai rentabilitas pada kedua

usaha tersebut diatas 12% atau diatas tingkat suku bunga bank. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Ambarawati (2015), dimana nilai

rentabilitas dikatakan layak jika nilainya lebih dari tingkat suku bunga

yang ditentukan bank.

5.2.1.7 Break Event Point

Menurut Primyastanto (2011), Break Event Point merupakan titik

impas atau suatu kondisi dimana suatu usaha tidak meperoleh untung

dan juga tidak mengalami rugi. Berdasarkan hasil penelitian analisis

finansiil usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan

dan non-minapolitan, diperoleh nilai Break Event Point (BEP) pada

kawasan minapolitan Desa Gondosuli sebesar Rp 32.519.200,00 pada

BEP penjualan dan 2.408,8 kg pada BEP unit. Kemudian pada analisis

finansiil pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-minapolitan Desa

Karangrejo, diperoleh nilai BEP penjualan sebesar Rp 38.263.500,00,

sedangkan nilai BEP unit sebesar 2.834,3 kg.

5.2.2 Analisis Jangka Panjang Usaha

Analisis finansiil jangka panjang atau investment criteria pada

usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan dan non-

minapolitan terdiri dari: Net Present Value (NPV), Net BC ratio, Internal

Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), dan Sensitivity Analysic.

5.2.2.1 Penambahan Investasi (Re-Investasi)

Menurut Dzulfikri (2016), penambahan investasi merupakan

pengeluaran biaya yang digunakan untuk membeli peralatan baru yang

Page 89: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

70

dipakai saat proses produksi untuk mengganti peralatan yang sudah

mengalami penyusutan. Hal ini dilakukan nuntuk menunjang kelancaran

jalannya proses produksi usaha. Biaya yang dikeluarkan untuk

penambahan investasi berbeda-beda tiap tahunnya tergantung pada

umur teknis suatu peralatan yang digunakan dalam proses produksi.

Perencanaan penambahan investasi untuk usaha pembesaran

ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli yang dipeloleh

sebesar Rp 27.038.500,00 sedangkan pada usaha pembesaran ikan lele

yang ada dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo yaitu sebesar Rp

39.863.000,00. Dimana pada masing-masing kawasan menggunakan

perencanaan dengan jangka waktu selama 10 tahun, mulai dari tahun

2017 sampai tahun 2026 dengan nilai kenaikan pada masing-masing

lokasi sebesar 1%.

5.2.2.2 Net Present Value (NPV)

Menurut Primyastanto (2011), Net Present Value merupakan

metode yang digunakan dalam menghitung antara nilai sekarang

investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih

dimasa mendatang. Perhitungan analisis menggunakan Net Present

Value dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha dalam jangka

panjang, apakah suatu usaha tersebut layak untuk dijalankan pada masa

mendatang atau tidak layak dijalankan sehingga diperlukan evaluasi dan

peninjauan kembali.

Berdasarkan analisis perhitungan Net Present Value pada usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli

diperoleh nilai NPV pada keadaan normal sebesar Rp 268.737.731,00

Page 90: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

71

sedangkan pada kawasan non-minapolitan Desa Karangrejo diperoleh

nilai NPV pada keadaan normal sebesar Rp 259.658.051,00. Hal ini

menunjukkan bahwa usaha pada masing-masing lokasi tersebut layak

untuk dijalankan. Sesuai dengan pendapat Mahyuddin (2014), dimana

kriteria nilai NPV jika bernilai positif sangat besar atau lebih dari 0 (> 0)

maka suatu usaha layak untuk dijalankan.

5.2.2.3 Net B/C

Net B/C atau Net BC Ratio merupakan perbandingan sedemikian

rupa sehingga pembilangnya terdiri atas Present Value total dari

keuntungan dalam setiap tahun dimana keuntungan tersebut bernilai

positif, sedangkan penyebutnya terdiri dari Present Value total dari biaya

bersih dalam setiap tahun dimana nilai dari biaya kotor lebih besar

daripada penerimaan (Ibrahim, 1998 dalam Dzulfikri, 2016).

Dalam perhitungan Net B/C pada usaha pembesaran ikan lele

yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli diperoleh nilai Net B/C

pada keadaan normal sebesar 5,95 sedangkan pada kawasan non-

minapolitan Desa Karangrejo diperoleh nilai Net B/C pada keadaan

normal sebesar 6,61. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha pada

masing-masing lokasi layak untuk dijalankan, dimana kriteria kelayakan

usaha jika nilai yang diperoleh lebih dari 1 (>1) maka usaha dapat

dikatakan layak (Mahyuddin, 2014).

5.2.2.4 Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return atau IRR merupakan nilai ukur untuk

menyetarakan arus kas bersih dimasa mendatang dengan pengeluaran

investasi awal. IRR dinyatakan dalam bentuk persentase dimana proyek

Page 91: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

72

dengan nilai IRR besar adalah proyek yang akan diterima (Ibrahim, 1998

dalam Dzulfikri, 2016).

Pada analisis perhitungan Internal Rate of Return, diperoleh hasil

pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa

Gondosuli diperoleh nilai IRR sebesar 32,23% pada keadaan normal,

sedangkan pada kawasan non-minapolitan Desa Karangrejo diperoleh

nilai IRR sebesar 38,06% pada keadaan normal. Hal tersebut

menunjukkan bahwa usaha pada masing-masing lokasi layak untuk

dijalankan, dimana kriteria kelayakan usaha pada perhitungan IRR

adalah nilai IRR lebih dari sangat besar daripada nilai tingkat diskon

faktor yang telah ditentukan, yaitu sebesar 12%.

5.2.2.5 Payback Period (PP)

Payback Period atau PP merupakan jangka waktu yang

dibutuhkan suatu usaha untuk dapat menutup kembali investasi yang

dikeluarkan menggunakan kas netto dengan mengabaikan nilai waktu

uang. Layak tidaknya suatu investasi usaha dilakukan dengan cara

membandingkan periode waktu maksimum yang ditentukan dengan hasil

hitungan (Cholila, 2014).

Dalam perhitungan PP pada usaha pembesaran ikan lele yang

ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli diperoleh nilai PP pada

keadaan normal sebesar 2,85 yang berarti jangka waktu yang diperlukan

agar modal yang diinvestasikan dapat kembali dalam waktu mendekati 3

tahun. Sedangkan pada usaha yang ada dikawasan non-minapolitan

Desa Karangrejo diperoleh nilai PP pada keadaan normal sebesar 2,47

Page 92: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

73

yang berarti jangka waktu yang diperlukan agar modal yang

diinvestasikan dapat kembali dalam waktu 2 tahun 6 bulan.

5.2.2.6 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk menilai dampak dari berbagai

kemungkinan perubahan dalam masing-masing variabel-variabel penting

terhadap hasil yang mungkin terjadi. Teknik analisis ini merupakan

simulasi dimana nilai-nilai variabel penyebab diubah-ubah guna

mengetahui dampak yang timbul terhadap hasil yang diharapkan pada

aliran kas, seberapa besar perubahan tersebut mempengaruhi layak atau

tidaknya investasi tersebut (Riyanto, 2010 dalam Primyastanto, 2011).

Analisis sensitivitas ini digunakan dengan mengasumsikan biaya

yang dikeluarkan mengalami kenaikan dan benefit atau keuntungan

mengalami penurunan, biaya mengalami kenaikan benefit yang

dihasilkan tetap, dan benefit yang dihasilkan turun namun biaya tetap.

Sehingga pemilik usaha dapat mengetahui bagian mana yang sensitif

dan perlu pengawasan ketat sehingga arus aliran kas stabil.

1) Asumsi biaya naik sebesar 22%

Asumsi biaya naik dilakukan dengan tujuan untuk mengantisipasi

hal-hal yang terjadi karena perubahan yang berkaitan dengan kelayakan

usaha pembesaran ikan lele, seperti kenaikan biaya-biaya produksi,

seperti kenaikan biaya pakan atau benih, upah tenaga kerja, dan

sebagainya. Untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha pembesaran

ikan lele dengan asumsi biaya naik sebesar 22% sehingga untuk

kemudian dapat menjadi bahan pertimbangan oleh pelaku usaha dalam

Page 93: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

74

menjalankan usaha pembesaran ikan lele serta sebagai bahan

rekomendasi untuk memulai usaha pembesaran ikan lele.

Hasil analisis sensitivitas dengan asumsi biaya naik sebesar 22%

dengan usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan

Desa Gondosuli diperoleh nilai NPV sebesar Rp 27.928.051,00, Net B/C

sebesar 3,42, kemudian nilai IRR sebesar 14,29%, dan PP sebesar 5,05

tahun. Hal tersebut menandakan bila terjadi kenaikan biaya sebesar

22%, usaha tersebut dinilai masih menguntungkan, dapat dilihat dari nilai

NPV menunjukkan angka positif (<0), nilai IRR mendekati nilai tingkat

suku bunga deposito yaitu 12%, sehingga usaha tersebut kurang layak

untuk dijalankan.

Sedangkan pada usaha pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo diperoleh nilai NPV sebesar

Rp -77.931.701,00, Net B/C sebesar 1,88 nilai IRR sebesar 2,12%, dan

PP sebesar 8,37 tahun. Hal tersebut menandakan bila terjadi kenaikan

biaya sebesar 22%, usaha tersebut sudah tidak layak untuk dijalankan,

karena nilai NPV menunjukkan angka minus (-) atau kurang dari nol (<0)

dan nilai IRR dibawah nilai tingkat suku bunga deposito yang ditentukan,

yaitu 12%.

2) Asumsi benefit turun sebesar 15%

Asumsi benefit turun dilakukan dengan tujuan untuk

mengantisipasi hal-hal yang terjadi karena perubahan yang berkaitan

dengan kelayakan usaha pembesaran ikan lele, seperti harga jual

pasaran turun, produksi mengalami penurunan, dan sebagainya. Untuk

mengetahui layak atau tidaknya usaha pembesaran ikan lele dengan

Page 94: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

75

asumsi benefit turun sebesar 15% sehingga untuk kemudian dapat

menjadi bahan pertimbangan oleh pelaku usaha dalam menjalankan

usaha pembesaran ikan lele serta sebagai bahan rekomendasi untuk

memulai usaha pembesaran ikan lele.

Hasil analisis sensitivitas dengan asumsi benefit turun sebesar

15% pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan

Desa Gondosuli diperoleh nilai NPV sebesar Rp 21.596.976,00, Net B/C

sebesar 3,35, nilai IRR sebesar 13,78%, dan PP sebesar 5,16 tahun. Hal

tersebut menandakan bila terjadi penurunan benefit sebesar 15%, usaha

tersebut dinilai masih menguntungkan, dapat dilihat dari nilai NPV

menunjukkan angka positif (<0), nilai IRR mendekati nilai tingkat suku

bunga deposito yaitu 12%, sehingga usaha tersebut kurang layak untuk

dijalankan.

Sedangkan pada usaha pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo diperoleh nilai NPV sebesar

Rp -42.063.859, Net B/C diperoleh sebesar 2,38, nilai IRR sebesar

6,92%, dan PP sebesar 6,68 tahun. Hal tersebut menandakan bila terjadi

penurunan benefit sebesar 15%, usaha tersebut sudah tidak lagi

menguntungkan, karena nilai NPV menunjukkan angka minus (-) atau

kurang dari nol (<0) dan nilai IRR dibawah nilai tingkat suku bunga

deposito yaitu 12%, sehingga usaha tersebut tidak layak lagi untuk

dijalankan.

3) Asumsi biaya naik 7% benefit turun 10%

Asumsi biaya naik dan benefit turun dilakukan sebagai tindakan

antisipasi hal-hal yang terjadi karena perubahan yang berkaitan dengan

Page 95: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

76

kelayakan usaha pembesaran ikan lele, seperti kenaikan biaya-biaya

produksi dan turunnya produksivitas. Asumsi biaya naik sebesar 7% dan

benefit turun sebesar 10% dilakukan untuk mengetahui apakah usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan dan non-

minapolitan tergolong masih layak atau tidak jika suatu saat terjadi

kenaikan biaya dan penurunan benefit pada usaha-usaha tersebut.

Hasil analisis sensitivitas dengan asumsi biaya naik sebesar 7%

dan benefit turun sebesar 10% pada usaha pembesaran ikan lele yang

ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli diperoleh nilai NPV yaitu

sebesar Rp 27.355.965,00, Net B/C sebesar 3,41, nilai IRR sebesar

14,24%, dan PP sebesar 5,06 tahun. Hal tersebut menandakan bila

terjadi kenaikan biaya sebesar 7% dan penurunan benefit sebesar 10%,

usaha tersebut dinilai masih menguntungkan, dapat dilihat dari nilai NPV

menunjukkan angka positif (<0), nilai IRR mendekati nilai tingkat suku

bunga deposito yaitu 12%, sehingga usaha tersebut kurang layak untuk

dijalankan.

Sedangkan pada usaha pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo diperoleh nilai NPV sebesar

Rp -13.205.281,00, Net B/C sebesar 2,79, nilai IRR sebesar 10,46%, dan

PP sebesar 6,94 tahun. Hal tersebut menandakan bila terjadi kenaikan

biaya sebesar 7% dan penurunan benefit 10% usaha tersebut dinilai tidak

lagi menguntungkan, karena nilai NPV menunjukkan angka minus (-) atau

kurang dari nol (<0) dan nilai IRR dibawah nilai tingkat suku bunga

deposito yaitu 12%, sehingga usaha tersebut tidak layak lagi untuk

dijalankan.

Page 96: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

77

5.3 Analisis Perbandingan Usaha Pembesaran Ikan Lele yang

ada dikawasan Minapolitan Desa Gondosuli dan Non-

minapolitan Desa Karangrejo

Pada hasil penelitian yang diperoleh dari kedua lokasi penelitian,

antara lain usaha yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan

kawasan non-minapolitan Desa Karangrejo dapat dibandingkan

berdasarkan aspek teknis pembesaran, aspek finansiil panjang dan

jangka pendek, serta analisis sensitivitas yang ada pada masing-masing

kawasan pembesaran ikan lele.

5.3.1 Teknis Pembesaran

Pada aspek teknis pembesaran dijelaskan perbandingan meliputi

konstruksi kolam, persiapan kolam, padat tebar benih perkolam, periode

penebaran benih, lama siklus panen, jenis pakan, sirkulasi air, survival

rate, hingga pemanenan pada usaha pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan kawasan non-minapolitan

Desa Karangrejo. Adapun perbandingan pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan kawasan non-minapolitan

Desa Karangrejo dijelaskan secara rinci sebagai berikut pada tabel 14.

Tabel 14. Perbandingan teknis pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan dan non-minapolitan

No Variabel Pembanding

Kawasan Minapolitan

Kawasan Non-minapolitan

1 Konstruksi kolam

Kolam terpal, ukuran 4 x 10 m2

Kolam terpal dan kolam beton, ukuran 4 x 10 m2

2 Persiapan kolam

Pengisian air kolam, pengapuran, dan pemberian probiotik

Pengisian air kolam, pengapuran, dan pemberian probiotik

3 Jumlah kolam 20 kolam pembesaran

14 kolam pembesaran dan 5 kolam pendederan

4 Benih ikan lele Benih ukur 5-7, Benih ukur 5-7

Page 97: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

78

No Variabel Pembanding

Kawasan Minapolitan

Kawasan Non-minapolitan

diperoleh dari Pare, Kab. Kediri

diperoleh dari Pare, Kab. Kediri

5 Padat tebar benih

200 ekor/m2 275 ekor/m2

6 Penebaran benih

16.000 benih setiap 2 minggu

22.000 benih setiap 2 minggu

7 Sumber air Air sumur Air sumur 8 Periode

penebaran benih

2 minggu 2 minggu

9 Lama siklus panen

2-3 bulan 2-3 bulan

10 Pemberian pakan

Pagi dan sore Pagi dan sore

11 Jenis pakan Pellet apung (wonokoyo, cargill, matahari sakti)

Pellet apung (SL 2-2)

12 Sirkulasi air Siang hari Siang dan sore 13 Periode panen 2 minggu 2 minggu 14 Hasil panen 900 kg 1 ton 15 Survival Rate 92% 80% 16 Penjualan hasil

panen Hasil panen diborong oleh pengepul

Hasil panen diborong oleh pengepul

17 Pasca panen Pembersihan dan pengeringan kolam

Pembersihan dan pengeringan kolam

Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui perbandingan pada

aspek teknis pembesaran ikan lele, khususnya pada usaha pembesaran

yang ada dikawasan minapolitan dan non-minapolitan terdapat beberapa

perbedaan. Antara lain perbedaan pada jumlah kolam yang digunakan

dalam usaha pembesaran pada masing-masing kawasan. jumlah kolam

pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan yaitu

sebanyak 20 kolam pembesaran dengan konstruksi terpal, sedangkan

pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-minapolitan

jumlah kolam yang digunakan sebanyak 19 kolam yang terdiri dari 14

Tabel 14. Perbandingan teknis budidaya ikan lele pada kawasan berbasis minapolitan dan non-minapolitan (lanjutan)

Page 98: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

79

kolam pembesaran dengan konstruksi terpal dan 5 kolam pendederan

dengan konstruksi beton.

Kemudian perbedaan padat tebar masing-masing kawasan, yaitu

usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-minapolitan padat

tebar benihnya lebih banyak dibanding usaha pembesaran pada kawasan

minapolitan, yaitu sebanyak 275 ekor/m2 pada usaha pembesaran ikan

lele yang ada dikawasan non-minapolitan sedangkan pada kawasan

minapolitan sebanyak 200ekor/m2. Untuk mengatasi memburuknya

kualitas air dikarenakan terlalu tingginya padat tebar benih dilakukan

penambahan sirkulasi air pada siang dan sore hari pada usaha yang ada

dikawasan non-minapolitan, sedangkan pada minapolitan pemberian

sirkulasi air hanya dilakukan pada siang hari.

Lalu pada jenis pakan yang digunakan pada usaha pembesaran

yang ada dikawasan minapolitan yaitu terdiri dari 3 jenis pakan, yaitu

wonokoyo, Cargill, dan matahari sakti. Penggunaan 3 jenis pakan

dilakukan berdasarkan umur benih pada waktu pertama ditebar hingga

saat tertentu. Penggunaan pakan merk Cargill digunakan pada saat awal

siklus, kurang lebih sampai 3 minggu kedepan dan seterusnya sampai

panen menggunakan merk pakan matahari sakti atau wonokoyo.

Sedangkan pada pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-

minapolitan hanya menggunakan 1 jenis pakan, yaitu SL 2-2.

Kemudian pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

non-minapolitan diperoleh hasil panen mencapai 1,1 ton sedangkan pada

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan diperoleh hasil

panen sebesar 900 kg. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah benih yang

Page 99: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

80

ditebar setiap siklus pada usaha yang ada dikawasan non-minapolitan

sebanyak 22.000 ekor, sedangkan pada kawasan minapolitan jumlah

tebar tiap siklus sebanyak 16.000 ekor, serta padat tebar yang lebih tinggi

pada kawasan non-minapolitan.

Selain itu terdapat perbedaan pada Survival Rate (SR) pada

masing-masing usaha pembesaran, yaitu pada usaha yang ada

dikawasan minapolitan tingkat survival rate lebih besar dibanding

kawasan non-minapolitan, antara lain sebesar 92% pada kawasan

minapolitan dan 80% pada kawasan non-minapolitan. Rendahnya nilai

SR dipengaruhi oleh tidak meratanya pemberian pakan yang

menyebabkan pertumbuhan tidak merata sehingga terjadi kanibalisme,

kualitas pakan kurang baik dan tidak cocok yang mempengaruhi laju

pertumbuhan ikan lele maupun jenis pakan tertentu yang tidak cocok

pada kualitas air di suatu daerah yang dapat menimbulkan tumbuhnya

penyakit, dan banyaknya predator seperti burung dan serangga air di

kolam saat fase benih.

1.3.2 Aspek Finansiil

Pada perbandingan aspek finansiil pembesaran yang ada

dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan non-minapolitan Desa

Karangrejo dibagi menjadi analisis jangka pendek, jangka panjang usaha,

dan analisis sensitivitas usaha.

1) Analisis Finansiil Jangka Pendek

Pada perbandingan analisis finansiil jangka pendek dilakukan

pembandingan nilai dari modal tetap, modal kerja, biaya total,

penerimaan, RC rasio, keuntungan, rentabilitas, dan break event point

Page 100: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

81

pada kawasan minapolitan Desa Gondosuli dan kawasan non-

minapolitan Desa Karangrejo. Adapun rincian perbandingan analisis

finansiil jangka pendek dijelaskan secara rinci pada tabel 15.

Tabel 15. Analisis Finansiil Jangka Pendek Usaha Pembesaran Ikan Lele

Kawasan Minapolitan Kawasan Non-minapolitan

No Usaha pembesaran Hasil analisis

Usaha pembesaran Hasil analisis

1 Modal tetap Rp 279.273.500 Modal tetap Rp 209.855.000

2 Modal kerja Rp 193.725.000 Modal kerja Rp 271.582.000

3 Biaya total (TC) Rp 193.725.000

Biaya total (TC) Rp 271.582.000

4 Penerimaan (TR) Rp 291.600.000

Penerimaan (TR) Rp 356.400.000

5 RC Ratio 1,5 RC Ratio 1,31

6 Pendapatan Rp 97.875.000 Pendapatan Rp 84.818.000

7 Keuntungan Rp 63.678.000 Keuntungan Rp 41.278.160

8 Rentabilitas 32,87% Rentabilitas 15,19%

9 BEP Sales Rp 32.519.200 BEP Sales Rp 38.263.500

10 BEP Unit 2.408,8 kg BEP Unit 2.834,3 kg

Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan analisis finansiil jangka pendek usaha pembesaran

yang ada dikawasan minapolitan dan non-minapolitan dalam 1 tahun

siklus produksi pada 24 kali panen dapat diketahui bahwa usaha

pembesaran yang ada dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo

memiliki nilai keuntungan lebih besar daripada kawasan minapolitan

Desa Gondosuli, adapun nilai penerimaan pada kawasan non-

minapolitan yaitu sebesar Rp 356.400.000 sedangkan pada kawasan

minapolitan yaitu sebesar Rp 291.600.000. Tingginya nilai penerimaan

dipengaruhi oleh besarnya biaya total padat tebar ikan dan survival rate

(SR). Adapun biaya total pada usaha pembesaran yang ada dikawasan

minapolitan Gondosuli yaitu sebesar Rp 193.725.000 dan pada kawasan

non-minapolitan Karangrejo sebesar Rp 271.582.000, sedangkan nilai

Page 101: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

82

penerimaan yaitu sebesar Rp 63.678.000 pada kawasan minapolitan

Gondosuli dan Rp 41.278.160 pada kawasan non-minapolitan Karangrejo

yang diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya total dan nilai kerja

keluarga (NKK).

Perbedaan jumlah penerimaan pada masing-masing kawasan

dipengaruhi perbedaan padat tebar yang tinggi pada pembesaran yang

ada dikawasan non-minapolitan Karangrejo, yaitu sebesar 11.000

ekor/kolam atau 275 ekor/m2, sedangkan pada usaha yang ada

dikawasan minapolitan Gondosuli yaitu sebesar 8000 ekor/kolam atau

200 ekor/m2. Akan tetapi pada perbandingan RC rasio pada kawasan

minapolitan Gondosuli diperoleh nilai R/C lebih besar daripada kawasan

non-minapolitan Karangrejo, yaitu pada pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan minapolitan Gondosuli sebesar 1,5 sedangkan pada kawasan

non-minapolitan Karangrejo sebesar 1,3 yang menunjukkan bahwa

walaupun usaha yang ada pada kawasan minapolitan Gondosuli memiliki

nilai keuntungan yang lebih kecil, sebenarnya usaha kawasan tersebut

lebih menguntungkan dibanding usaha pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan non-minapolitan Karangrejo.

Selain itu juga ditunjukkan dari perolehan nilai rentabilitas pada

kawasan minapolitan Gondosuli lebih besar daripada kawasan non-

minapolitan Karangrejo, yaitu kawasan minapolitan Gondosuli sebesar

32,9% dan kawasan non-minapolitan Karangrejo sebesar 15,2%. Hal ini

dipengaruhi oleh tingkat Survival Rate pada kawasan minapolitan lebih

tinggi daripada kawasan non-minapolitan sehingga mempengaruhi

banyaknya hasil penerimaan saat panen.

Page 102: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

83

Berdasarkan analisis finansiil jangka pendek usaha pembesaran

ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan non-

minapolitan Desa Karangrejo dalam 1 tahun siklus produksi pada 24 kali

panen dapat diketahui usaha pada masing-masing lokasi termasuk

menguntungkan. Hal itu dapat diketahui dari nilai rentabilitas yang

melebihi nilai tingkat suku bunga, yaitu 12% serta nilai RC ratio lebih dari

1 dan keuntungan lebih dari 0.

Walaupun kedua usaha di tiap lokasi tersebut tergolong

menguntungkan, usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan Desa Gondosuli dinilai lebih menguntungkan daripada usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-minapolitan Desa

Karangrejo, hal ini dapat diketahui dari nilai RC ratio dan rentabilitas dari

usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan lebih tinggi

nilainya daripada nilai RC ratio dan rentabilitas dari pembesaran ikan lele

yang ada dikawasan non-minapolitan. Perbedaan nilai RC ratio dan

rentabilitas pada masing-masing kawasan dipengaruhi oleh tingginya

tingkat Survival Rate, besarnya biaya total, serta besarnya modal yang

digunakan pada masing-masing kawasan, sedangkan nilai kuntungan

hanya dipengaruhi oleh selisih antara total penerimaan dengan biaya

operasional.

2) Analisis Finansiil Jangka Panjang

Berdasarkan hasil perbandingan antara analisis finansiil jangka

panjang pada usaha pembesaran pada masing-masing lokasi, dapat

diketahui bahwa dalam jangka waktu 10 tahun usaha pembesaran ikan

lele yang ada dikawasan non-minapolitan lebih prospektif daripada usaha

Page 103: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

84

pembesaran yang ada pada kawasan minapolitan. Hal itu dibuktikan

dengan nilai-nilai kriteria investasi yang terdiri; investasi awal,

penambahan investasi, NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period pada

kawasan non-minapolitan lebih besar daripada nilai kriteria investasi pada

usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan, walaupun

kedua usaha tersebut sama-sama tergolong layak untuk dijalankan.

Adapun rincian perbandingan analisis finansiil jangka panjang dijelaskan

pada tabel 16.

Tabel 16. Analisis Finansiil Jangka Panjang Usaha Pembesaran Ikan Lele

Kawasan Minapolitan Kawasan Non-minapolitan

No Kriteria Investasi

Hasil Analisis Keterangan

Kriteria Investasi

Hasil Analisis Keterangan

1 Investasi awasl

Rp 279.273.500

Investasi awal

Rp 209.855.000

2

Re-investasi

Rp 27.038.500

Re-investasi

Rp 39.863.000

3 NPV

Rp 268.737.731 > 0 (layak) NPV

Rp 259.658,051 > 0 (layak)

4 Net B/C 5,95 > 1 (layak) Net B/C 6,61 > 1 (layak)

5 IRR 32,23%

> 12% suku bunga deposito (layak) IRR 38,06%

> 12% suku bunga deposito (layak)

6 PP 2,85

lama waktu pengembalian Investasi PP 2,47

lama waktu pengembalian Investasi

Sumber : Data Primer, 2017

Pada perbandingan analisis finansiil jangka panjang usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli

dan non-minapolitan Desa Karangrejo, diketahui usaha kawasan non-

minapolitan Desa Karangrejo lebih menjanjikan dibanding usaha pada

kawasan minapolitan. Hal ini dapat diketahui dari nilai IRR pada masing-

masing usaha yaitu, pada kawasan minapolitan sebesar 30,32%,

sedangkan pada kawasan non-minapolitan sebesar 38,09% serta lebih

cepat pengembalian modal pada usaha yang ada dikawasan non-

Page 104: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

85

minapolitan yaitu selama 2 tahun 6 bulan sedangkan pada usaha yang

ada dikawasan minapolitan hampir mencapai 3 tahun, hal ini dipengaruhi

oleh investasi awal dan nilai pengembalian investasi pada usaha

kawasan non-minapolitan lebih rendah daripada investasi awal usaha

pada kawasan minapolitan, yaitu pada kawasan non-minapolitan sebesar

Rp 209.855.000,00 dengan pengembalian investasi sebesar Rp

39.683.000,00, sedangkan pada usaha dikawasan minapolitan yaitu Rp

279.273.000,00 dengan pengembalian investasi sebesar Rp

27.038.500,00. Dimana semakin kecil investasi awal suatu usaha maka

semakin cepat suatu usaha untuk balik modal sehingga dalam jangka

panjang usaha tersebut dikatakan menjanjikan untuk dijalankan.

Tingginya nilai NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period pada kawasan

non-minapolitan dipengaruhi oleh nilai investasi awal pada kawasan non-

minapolitan lebih rendah daripada nilai investasi awal pada kawasan

minapolitan sehingga dinilai lebih menguntungkan.

3) Analisis Sensitivitas

Pada perbandingan analisis sensitivitas dilakukan perbandingan

nilai dari hasil perhitungan analisis finansiil jangka panjang pada setiap

kawasan dengan asumsi kenaikan biaya atau penurunan keuntungan

pada nilai yang sudah ditentukan untuk mengetahui layak atau tidaknya

masing-masing usaha jika terjadi kenaikan biaya ataupun penurunan

keuntungan sekian persen.

Pada asumsi terjadi kenaikan biaya sebesar 22%, diperoleh hasil

bahwa usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan

Desa Gondosuli kurang layak untuk dijalankan dengan pertimbangan nilai

Page 105: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

86

IRR lebih dari akan tetapi mendekati 12% nilai suku bunga deposito,

sedangkan kawasan non-minapolitan Desa Karangrejo sudah tidak layak

karena dibawah nilai 12%. Adapun rincian analisis sensitivitas usaha

ikan lele pada asumsi kenaikan biaya sebesar 22% dijelaskan pada tabel

19.

Tabel 17. Analisis sensitivitas pada asumsi kenaikan biaya sebesar 22%

Kawasan Minapolitan Kawasan Non-minapolitan

No Kriteria Investasi

Hasil Analisis Keterangan

Kriteria Investasi

Hasil Analisis Keterangan

1 NPV Rp

27.928.051 > 0 (layak) NPV -77.931.701 > 0 (layak)

2 Net B/C 3,42 > 1 (layak) Net B/C 1,88 > 1 (layak)

3 IRR 14,29%

> 12% suku bunga deposito (layak) IRR 2,12%

> 12% suku bunga deposito (layak)

4 PP 5,05

lama waktu pengembalian Investasi PP 8,37

lama waktu pengembalian Investasi

Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 17, dapat diketahui bahwa dalam asumsi

terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 22% usaha yang ada

dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo sensitif terhadap terjadinya

kenaikan biaya produksi dibanding usaha pada kawasan minapolitan

Desa Gondosul. Hal ini dapat kita ketahui berdasarkan besarnya nilai

NPV, Net B/C, IRR dan payback period atau waktu pengembalian modal

yang lebih cepat pada pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan Desa Gondosuli.

Pada asumsi terjadi penurunan benefit sebesar 15%, diperoleh

hasil bahwa usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-

minapolitan Desa Karangrejo sudah tidak lagi menguntungkan atau tidak

layak. Adapun rincian analisis sensitivitas usaha ikan lele pada asumsi

penurunan benefit sebesar 15% dijelaskan pada tabel 18.

Page 106: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

87

Tabel 18. Analisis sensitivitas pada asumsi penurunan benefit sebesar 15%

Kawasan Minapolitan Kawasan Non-minapolitan

No Kriteria Investasi

Hasil Analisis Keterangan

Kriteria Investasi

Hasil Analisis Keterangan

1 NPV Rp

21.596.976 <0 (tidak layak) NPV

Rp -42.063.859

< 0 (tidak layak)

2 Net B/C 3,35 > 1 (layak) Net B/C 2,38 > 1 (layak)

3 IRR 13,78%

< 12% suku bunga deposito (tidak layak) IRR 6,92%

< 12% suku bunga deposito (tidak layak)

4 PP 5,16

lama waktu pengembalian Investasi PP 6,68 tahun

lama waktu pengembalian Investasi

Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 18, dapat diketahui bahwa dalam asumsi terjadi

penurunan benefit sebesar 15% usaha yang ada dikawasan non-

minapolitan Desa Karangrejo sensitif terhadap terjadinya turunnya

penerimaan produksi dibanding usaha pada kawasan minapolitan Desa

Gondosuli. Hal ini dapat kita ketahui berdasarkan besarnya nilai NPV,

Net B/C, IRR dan payback period atau waktu pengembalian modal yang

lebih cepat pada pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan

Desa Gondosuli.

Pada asumsi terjadi kenaikan biaya sebesar 7% dan penurunan

benefit sebesar 10%, diperoleh hasil bahwa usaha pembesaran ikan lele

yang ada dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo sudah tidak lagi

menguntungkan atau tidak layak dijalankan. Adapun rincian mengenai

analisis sensitivitas usaha pembesaran ikan lele pada asumsi kenaikan

biaya sebesar 7% dan penurunan keuntungan sebesar 10% dijelaskan

pada tabel 19.

Page 107: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

88

Tabel 19. Analisis sensitivitas pada asumsi biaya naik 7% benefit turun

sebesar 10%

Kawasan Minapolitan Kawasan Non-minapolitan

No Kriteria Investasi

Hasil Analisis Keterangan

Kriteria Investasi

Hasil Analisis Keterangan

1 NPV Rp

27.355.965 < 0 (tidak layak) NPV

Rp -13.205.281

< 0 (tidak layak)

2 Net B/C 3,41 > 1 (layak) Net B/C 2,79 > 1 (layak)

3 IRR 14,24%

< 12% suku bunga deposito (tidak layak) IRR 10,46%

<12% suku bunga deposito (tidak layak)

4 PP 5,06

lama waktu pengembalian Investasi PP 6,94 tahun

lama waktu pengembalian Investasi

Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 19, dapat diketahui bahwa dalam asumsi terjadi

kenaikan biaya 7% dan penurunan benefit sebesar 10% usaha yang ada

dikawasan non-minapolitan Desa Karangrejo sensitif terhadap terjadinya

turunnya penerimaan produksi dibanding usaha pada kawasan

minapolitan Desa Gondosuli. Hal ini dapat kita ketahui berdasarkan

besarnya nilai NPV, Net B/C, IRR dan payback period atau waktu

pengembalian modal yang lebih cepat pada pembesaran ikan lele yang

ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli.

5.4 Faktor Penghambat dan Pendukung pada Usaha Pembesaran

Ikan Lele di Kawasan Minapolitan dan Non-minapolitan

Dalam menjalankan suatu usaha, khususnya pembesaran ikan lele,

pasti akan kita jumpai berbagai faktor yang mendukung maupun faktor

yang menghambat jalannya usaha pembesaran ikan lele tersebut

dimanapun usaha itu berada, baik dari segi teknis maupun dari segi

finansiil. Faktor pendukung dan faktor penghambat juga terdapat pada

Page 108: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

89

usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa

Gondosuli dan non-minapolitan Desa Karangrejo.

5.4.1 Faktor Penghambat

Adapun faktor-faktor penghambat yang sering dikeluhkan oleh

para pemilik usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan Desa Gondosuli antara lain :

a) Tingginya harga pakan,

b) Tidak tersedianya pasokan benih ikan lele berkualitas disekitar

lokasi usaha,

c) Harga pasaran ikan lele yang berubah-ubah,

d) Kondisi cuaca yang berubah-ubah,

e) Gangguan hama yang menyerang benih ikan, seperti burung,

larva capung, ular serta penyakit pada ikan lele

Sedangkan faktor- faktor penghambat yang terdapat pada usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-minapolitan Desa

Karangrejo, yaitu :

a) Tingginya harga pakan,

b) Kondisi cuaca yang berubah-ubah,

c) Harga pasaran ikan lele yang berubah-ubah,

d) Tidak adanya bantuan dari pemerintah

e) Keterbatasan modal dan biaya

f) Gangguan hama yang dan penyakit pada ikan lele

Page 109: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

90

5.4.2 Faktor Pendukung

Adapun faktor-faktor pendukung yang terdapat pada usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli

yaitu :

a) Lokasi usaha yang strategis dan cocok untuk kegiatan usaha

pembesaran ikan lele

b) Ketersediaan sumber air yang menunjang usaha pembesaran

c) Tingginya minat atau permintaan konsumen terhadap ikan lele

d) Adanya bantuan pemerintah berupa peralatan penunjang serta

pembenahan prasarana

e) Dekat dengan pusat kota

f) Akses jalan mudah dilalui

Sedangkan faktor-faktor pendukung yang terdapat pada usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-minapolitan Desa

Karangrejo, yaitu :

a) Lokasi usaha yang strategis dan cocok untuk kegiatan usaha

pembesaran ikan lele

b) Ketersediaan sumber air yang menunjang usaha pembesaran

c) Ketersediaan benih ikan lele banyak

d) Tingginya minat atau permintaan konsumen terhadap ikan lele

e) Dekat dengan pusat kota

f) Akses jalan mudah dilalui

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dalam penelitian Dzulfikri

(2016), dimana faktor-faktor yang mendukung kemajuan usaha

pembesaran lele yaitu lokasi yang strategis dan menunjang dalam usaha

Page 110: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

91

pembesaran ikan lele, permintaan pasar atau minat konsumen yang terus

meningkat, dan adanya konsumen atau pembeli tetap.

5.5 Implikasi Penelitian

Berdasarkan penelitian pada usaha pembesaran ikan lele yang

ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan kawasan non-

minapolitan Desa Karangrejo, diperoleh hasil atau bentuk implikasi

sebagai berikut:

1. Penetapan kawasan minapolitan di Desa Gondosuli membuat wilayah

tersebut dijadikan sebagai tempat penelitian dari berbagai bidang ilmu

dan tempat pembelajaran atau pelatihan usaha budidaya maupun

pengolahan ikan lele dari berbagai instansi pendidikan, kelompok

budidaya ikan, hingga masyarakat umum, serta adanya perbaikan

sarana dan prasarana di kawasan minapolitan seperti pembangunan

selokan untuk pengaliran limbah pembuangan air kolam dan

perbaikan akses jalan menuju lokasi usaha. Hal ini sependapat

dengan penelitian Handayani. S (2016), dalam penelitiannya yang

berjudul Evaluasi Pengelolaan Budidaya Ikan Lele dalam Program

Pengembangan Kawasan Minapolitan di Desa Gondosuli Kecamatan

Gondang Kabupaten Tulungagung yang menjelaskan dengan adanya

program minapolitan tersebut telah memberikan perubahan pada

masyarakat Desa Gondosuli yang semula bermata pencaharian

sebagai petani menjadi pembudidaya ikan lele maupun pengolah

olahan ikan lele berupa abon lele, kerupuk kulit lele, ikan lele asap,

dan sebagainya dengan diikuti pembangunan sarana maupun

Page 111: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

92

prasarana usaha budidaya dan pengolahan ikan lele serta mengarah

pada pembangunan masyarakat minapolitan.

2. Kajian mengenai perbandingan studi kelayakan finansiil antara

kawasan minapolitan Desa Gondosuli dan kawasan non-minapolitan

Desa Karangrejo untuk mengetahui tingkat profitabilitas yang

diperoleh dalam masing-masing usaha pembesaran dan mengetahui

berbagai permasalahan pada kedua lokasi usaha serta mengetahui

penyelesaian permasalahannya berdasarkan studi banding pada

kedua lokasi usaha, sehingga dapat menjadi acuan dalam

pengembangan usaha untuk mengoptimalkan masing-masing usaha

tersebut.

3. Dalam perbandingan aspek teknis pada kedua lokasi terdapat

beberapa perbedaan, diantaranya: a) padat tebar pada kolam milik

usaha pembesaran ikan lele kawasan non-minapolitan yaitu 275

ekor/m2 sedangkan pada kawasan minapolitan hanya 200 ekor/m2,

hal tersebut menunjukkan bahwa usaha pada kawasan non-

minapolitan lebih cocok untuk dijadikan bahan acuan usaha

pembesaran ikan lele berdasarkan perlakuan terhadap padat tebar,

karena lebih banyak padat tebar hasil panen semakin yang diperoleh

juga semakin besar, hal itu harus diimbangi dengan pemberian

aerasi/sirkulasi air yang lebih rutin, seperti yang diterapkan pada

usaha pembesaran kawasan non-minapolitan. b) survival rate pada

usaha pembesaran ikan lele kawasan minapolitan sebesar 92%

sedangkan pada usaha kawasan non-minapolitan sebesar 80%, tinggi

atau rendahnya nilai survival rate dipengaruhi oleh perlakuan dalam

Page 112: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

93

pemeliharaan benih selama masa pembesaran, salah satunya adalah

perlakuan berdasarkan penanggulangan terhadap penyakit dan

hama, seperti dengan cara memasang jaring penutup kolam untuk

menghindarkan benih dari pemangsa seperti burung dan ular serta

mencegah masuknya larva capung dan serangga air lainnya, hal ini

menunjukkan bahwa usaha pada kawasan minapolitan cocok untuk

dijadikan acuan usaha pembesaran ikan lele berdasarkan

penanggulangan terhadap penyakit dan hama.

4. Dalam perbandingan aspek finansiil pada kedua lokasi terdapat

beberapa perbedaan, diantaranya: a) Pada analisis finansiil jangka

pendek diperoleh nilai RC rasio sebesar 1,5 dan rentabilitas sebesar

32,8% pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan, sedangkan pada kawasan non-minapolitan diperoleh

hasil RC rasio sebesar 1,31 dan rentabilitas sebesar 15,2%. Hal ini

menunjukkan pada analisis finansiil jangka pendek usaha

pembesaran ikan lele kawasan minapolitan memberi keuntungan

lebih besar daripada usaha kawasan non-minapolitan, sehingga

usaha pembesaran kawasan minapolitan cocok untuk menjadi acuan

usaha pembesaran ikan lele dengan keuntungan tinggi. Besar ataun

kecilnya nilai RC rasio dipengaruhi oleh nilai total penerimaan dan

biaya produksi, semakin besar total penerimaan maka semakin besar

pula nilai RC rasio atau sebaliknya, sedangkan semakin besar biaya

produksi maka nilai RC rasio akan semakin kecil, kemudian pada nilai

rentabilitas dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai keuntungan dan

modal kerja atau biaya total produksi. Semakin besar nilai

Page 113: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

94

keuntungan yang diperoleh maka semakin besar pula nilai

rentabilitas, sedangkan semakin besar nilai modal kerja maka

semakin kecil nilai rentabilitas. Besar kecilnya nilai total penerimaan

dipengaruhi oleh harga jual, pertumbuhan ikan lele, dan tingkat

survival rate. Sehingga kendala yang berpengaruh terhadap

rendahnya total penerimaan suatu usaha yaitu harga jual pasar

menurun, pertumbuhan ikan lele tidak merata yang mengakibatkan

ukuran ikan terlalu kecil dan terlalu besar sehingga ditolak oleh

pengepul, dan survival rate rendah yang dipengaruhi adanya hama

dan parasit yang dikarenakan kurangnya kontrol terhadap kolam,

kanibalisme, kualitas benih yang kurang bagus, penyakit yang

diakibatkan kualitas airdan cuaca yang cenderung berubah-ubah. b)

Pada analisis finansiil jangka panjang pada usaha pembesaran ikan

lele kawasan minapolitan diperoleh nilai NPV sebesar Rp

268.737.731,00, Net B/C sebesar 5,95, IRR sebesar 32,23%, dan PP

mendekati 3 tahun. Sedangkan pada kawasan non-minapolitan

diperoleh nilai NPV sebesar Rp 259.658.051,00, Net B/C sebesar

6,61, IRR sebesar 38,06%, dan PP 2 tahun 6 bulan. Hal ini

menunjukkan pada analisis finansiil jangka panjang usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan non-minapolitan lebih

prospektif daripada usaha kawasan minapolitan, sehingga usaha

pembesaran kawasan non-minapolitan cocok untuk menjadi acuan

usaha pembesaran ikan lele dalam jangka panjang dengan

pengembalian modal yang cepat. Pada analisis finansiil jangka

panjang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya nilai penambahan

Page 114: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

95

investasi dalam jangka waktu tertentu dan investasi awal atau modal

investasi yang digunakan dalam mendirikan usaha tersebut. Semakin

kecil modal investasi dan penambahan investasi dalam jangka waktu

tertentu maka jangka waktu pengembalian modal (PP) semakin cepat.

Hal tersebut juga berlaku pada NPV, Net B/C, dan IRR. Dimana

semakin kecil nilai investasi awal maka semakin besar nilai dari NPV,

Net B/C, dan IRR. Sehingga semakin kecil nilai investasi awal maka

semakin layak suatu usaha dijalankan dalam jangka panjang, hal ini

sesuai dengan penelitian Jamaluddin (2015) yang berjudul Analisis

Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Bojong

Farm Kabupaten Bogor.

Page 115: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

96

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang perbandingan analisis finansiil

pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa

Gondosuli dan non-minapolitan Desa Karangrejo, Kabupaten

Tulungagung dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan aspek teknis dari usaha pembesaran ikan lele yang ada

dikawasan minapolitan dan non-minapolitan pada dasarnya hampir

sama, yaitu persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan benih,

dan pemanenan. Perbedaannya terletak pada jumlah padat tebar

benih, pada kawasan minapolitan benih yang ditebar sebanyak 8.000

ekor/kolam, sedangkan pada kawasan non-minapolitan benih yang

ditebar sebanyak 11.000 ekor/kolam, pemberian sirkulasi air, serta

jenis pakan yang diberikan yaitu Cargill, wonokoyo, dan matahari sakti

pada usaha yang ada dikawasan minapolitan sedangkan pada

kawasan non-minapolitan menggunakan jenis pakan SL 2-2.

2. Berdasarkan analisis finansiil jangka pendek, usaha pembesaran ikan

lele yang ada dikawasan minapolitan dan kawasan non-minapolitan

adalah menguntungkan, karena hasil dari parameter yang diteliti

didapatkan nilai R/C > 1 (untung), BEPs < TR (untung), BEPq < Q

(untung), Keuntungan TR > TC (untung), dan rentabilitas R > i (layak).

Sedangkan berdasarkan analisis finansiil jangka panjang, usaha

pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan dan kawasan

non-minapolitan adalah layak, karena usaha tetap dapat dijalankan

Page 116: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

97

berdasarkan penilaian NPV bernilai positif sangat besar, Net B/C lebih

dari 1, IRR sangat besar diatas nilai suku bunga deposito, PP, dan

analisis sensitivas.

3. Analisis perbandingan kelayakan usaha:

a. Aspek teknis usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan lebih memadahi daripada kawasan non-minapolitan,

karena ditunjang oleh jenis pakan yang berkualitas serta sesuai

dengan grade ikan lele, pemberian sirkulasi air yang teratur,

pengendalian hama dan penyakit yang terkontrol, dan pengaturan

pada tebar ikan per kolam yang diperhitungkan.

b. Aspek finansiil pada jangka pendek usaha pembesaran ikan lele

yang ada dikawasan minapolitan lebih menguntungkan dibanding

kawasan non-minapolitan, hal ini dipengaruhi olehn nilai R/C dan

rentabilitas yang diperoleh pada kawasan minapolitan lebih besar.

Sedangkan pada analisis jangka panjang dalam keadaan normal

usaha pada kawasan non-minapolitan lebih layak dijalankan

karena nilai IRR yang lebih besar dan PP lebih cepat.

c. Perbandingan analisis sensitivitas dengan asumsi kenaikan biaya

22%, asumsi penurunan benefit 15%, dan asumsi biaya naik 7%

diiringi benefit turun 10% diperoleh hasil usaha pada kawasan non-

minapolitan sangat sensitif terhadap terjadinya kenaikan biaya

maupun penurunan benefit, sehingga usaha pada kawasan

minapolitan lebih layak untuk dikembangkan.

4. Faktor pendukung pada usaha pembesaran ikan lele di kawasan

minapolitan dan kawasan non-minapolitan adalah dari segi aspek

Page 117: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

98

teknis, yaitu lokasi usaha yang strategis, ketersediaan sumber air,

mudah memperoleh benih ikan lele, akses transportasi mudah dilalui

dan dengan dengan pusat kota, serta dari aspek pemasaran

permintaan konsumen terhadap ikan lele masih tinggi. Sedangkan

faktor penghambat dari aspek teknis seperti cuaca, hama dan penyakit

yang menyerang ikan lele, dan mahalnya harga pakan serta

keterbatasan modal usaha. Sedangkan dari aspek pemasaran harga

jual ikan lele mudah berubah.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini didapatkan

beberapa hal yang dapat dijadikan saran, antara lain :

1) Pada aspek teknis usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

non-minapolitan Desa Karangrejo disarankan dapat lebih mengurangi

padat tebar ikan lele setiap kolam sehingga ruang gerak ikan tidak

terlalu terbatasi dan mengantisipasi tingginya kemungkinan terjadi

kanibalisme dan berkurangnya kualitas air kolam, serta menggunakan

jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan lele ukuran benih

hingga siap konsumsi untuk mengoptimalkan hasil panen. Sehingga

mengacu pada usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan Desa Gondosuli.

2) Melihat dari hasil analisis finansiil pada kedua usaha pembesaran

yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan non-

minapolitan Desa Karangrejo yang dinyatakan layak untuk dijalankan,

maka saran penulis untuk pelaku usaha pembesaran ikan lele pada

masing-masing kawasan untuk melakukan pengembangan usaha

Page 118: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

99

dengan melakukan penambahan input produksi, pembenahan sarana

penunjang, serta menambah jumlah tenaga kerja agar dapat

memperoleh profit yang optimal.

3) Berdasarkan analisis perbandingan kelayakan usaha pembesaran

ikan lele yang ada dikawasan minapolitan Desa Gondosuli dan non-

minapolitan Desa Karangrejo yang diperoleh kesimpulan bahwa

usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan lebih

menguntungkan maka disarankan untuk masyarakat yang ingin

melakukan usaha pembesaran ikan lele hendaknya mengacu pada

pelaksanaan usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan

minapolitan Desa Gondosuli sebagai bahan perencanaan dan

pertimbangan dalam menjalankan usaha pembesaran ikan lele.

4) Berdasarkan faktor penghambat dan pendukung yang terdapat pada

usaha pembesaran ikan lele yang ada dikawasan minapolitan dan

non-minapolitan, untuk pengusaha pembesaran ikan lele pada

masing-masing lokasi diharapkan dapat memanfaatkan berbagai

faktor pendukung dan mengantisipasi berbagai kemungkinan faktor

penghambat yang terjadi pada usaha yang ada ditiap-tiap kawasan

sehingga profit yang diperoleh dapat optimal. Serta tak ketinggalan

peran pemerintah untuk memberikan bantuan bagi pelaku usaha

pembesaran ikan lele baik dikawasan minapolitan maupun non-

minapolitan secara merata seperti; pelatihan budidaya, penyuluhan,

bantuan operasional dan prasarana, serta mempermudah pinjaman

dana modal usaha guna meningkatkan daya dukung berlangsungnya

usaha pembesaran ikan lele tersebut.

Page 119: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

100

DAFTAR PUSTAKA

Aji, 2009. Kombinasi Tepung Ikan Rucah Pada Pakan Buatan Untuk Meningkatkan Kandungan Omega 3 Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus Burchell).Skripsi.Universitas Atma Jaya Yogyakarta.http://e-journal.uajy.ac.id/2140/1/0BL00921.pdf. diakses pada 2 Maret 2017, pukul 20.14 WIB.

Ambarawati, dkk. 2015. Analisis Finansial Budidaya Pembibitan Lele: Studi Kasus pada Kelompok Tani Unit Pembibitan Rakyat Mina Dalem Sari di Kota Denpasar. Jurnal Manajemen Agribisnis. FP UNUD. Bali.

Cholila, I. 2014. Analisis Profitabilitas Terhadap Pengembalian Aset Usaha Ayam Petelur (Studi Kasus UD. Putra Tamago Kota Palu).e-J. Agrotekbis 2 (1): 91-95. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=173651&val=5153. Diakses pada 11 April 2017, pukul 18.45 WIB.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Pt. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Dzulfikri, 2016. Studi Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele di Desa Gelang Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.Skripsi.FPIK-UB. Malang

Fanani, Z. dkk.2014. Analisis Proffitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Potong (Studi Kasus Di Kelompok Tani Ternak “Gunungrejo Makmur Ii” Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan).http://fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Jurnal-Analisis-Profitabilitas-Usaha-Penggemukan-Sapi-Potong.pdf. Diakses pada 11 April 2017, pukul 19.00 WIB.

Fauzi A. 2001. Prinsip-Prinsip Penelitian : Panduan Singkat. Bogor : Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.IPB. Bogor.

Fauzi.A, dkk. 2014. Dinamika Interspatial Total Factor Produktivity Usaha Perikanan Budidaya Air Tawar dan Implikasinya Terhadap Perekonomian Wilayah Jawa Barat. Sosiohumaniora, Volume 16 No. 1.http://download.portalgaruda.org/article.php. Diakses pada 11 April 2017, pukul 17.12 WIB.

Gunawan.S, 2016. 99% Sukses Budidaya Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 120: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

101

Harahab. N. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove & Aplikasinya dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Hartanto. 2003. Modul Metodologi Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. https://core.ac.uk/download/pdf/11720379.pdf. Diakses pada tanggal 24 Maret 2017, pukul 09.15 WIB.

Jamaludin, 2015. Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) di Bojong Farm Kabupaten Bogor.Skripsi.Agribisnis.UIN Syarif Hidayatullah.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30196/1/JAMALUDIN-FST.pdf. Diakses pada 29 Maret 2017, pukul 19.43 WIB.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta.

KEPMEN KP No 18 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Minapolitan.

Kohar M, A. dan Wibowo. 2014. Dampak Pengembangan Perikanan Terhadap Penurunan Kemiskinan, Peningkatan Pendapatan Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Jawa Tengah. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/35266/. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017, pukul 20.40 WIB.

Mahyudin, dkk.2014. Analisis Kelayakan dan Sensitivitas Harga Input Pada Usaha Budidaya Ikan Lele dalam Kolam Terpal di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. EnviroScienteae 10 (2014) 9-17. http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/es/article/view/1959/1706. Diakses pada 23 Maret 2017, pukul 19.00 WIB.

Masri, M. 2013. Deteksi Koi Harpes Virus (KHV) pada Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio L) dengan menggunakan Metode Aplikasi Polymerase Chain Reaction (PCR).Jurnal Teknosains.http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/teknosains/article/view/221. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017, pukul 18.21 WIB.

Notohatmojo.2013. Perbandingan Analisis Usaha Pembesaran Ikan Lele dengan Metode Konvensional dan Metode Regulator Ekosistem pada Skala Rumah Tangga di Dusun Banjaran Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.Konverensi Akuakultur Indonesia 2013.http://epaper.aquaculture-mai.org/upload/1.%20Bonifasius.pdf. Diakses pada 28 Maret 2017, pukul 21.05 WIB.

Nazir, M. 2011. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Page 121: ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN FINANSIIL USAHA …repository.ub.ac.id/12510/1/Rangga Aditiya.pdf · PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN ... minapolitan diperoleh hasil perhitungan

102

Primyastanto, M, dan Istikharoh.2003. Aplikasi Evaluasi Proyek dalam Aspek Studi Kelayakan (Usaha Pembesaran Ikan Gurami). Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang

Primyastanto, M. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan. UB Press. Malang.

Rahmat, P. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium, Vol. 5, No 9.http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf. diakses pada 27 Maret 2017, pukul 22.00 WIB.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suryana. 2010. Metodologi Penelitian. Universitas Pendidikan Indonesia.http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/196006021986011-SURYANA/FILE__7.pdf. Diakses pada tanggal 24 Maret 2017, pukul 21.23 WIB

Syamsuddin.L, 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan [Konsep Aplikasi dalam : Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan]. Rajawali Pers. Jakarta.

Usman dan Akbar. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta.

Wiadnya.D, 2011. Konsep Perencanaan Kawasan Minapolitan dalam Pengembangan Wilayah. FPIK UB. http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/UNIBRAW-FPIK-Konsep Perencanaan Minapolitan_22November2011.pdf. Diakses pada 29 Maret 2017, pukul 19.30 WIB.