analisis peran perawat dalam perawatan …akperkesdam2sriwijaya.ac.id/?dl_name=2014.pdf · gangren...

26
ABSTRAK Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus Gangren pada penyandang Diabetes Melitus antara 17 - 32 %, sedangkan angka laju amputasi berkisar antara 15 - 30 % (Soegondo et al, 2007). Setelah pengidap Diabetes Melitus menjalani amputasi, tiga tahun berikutnya sekitar 30 % diantaranya akan menjalani amputasi lagi pada bagian tubuh lainnya. Bahkan 2/3 dari penderita yang menjalani amputasi akan meninggal lima tahun kemudian. Para ahli diabetes memperkirakan ½ sampai ¾ kejadian amputasi dapat dihindarkan dengan perawatan kaki yang baik (Kompas, 2006). Melalui penanganan profesional terhadap Luka Diabetikum, baik pencegahan dan perawatannya, diharapkan tindakan amputasi dapat dicegah. Penting bagi perawat untuk memahami dan mempelajari perawatan luka karena perawat bertanggung jawab terhadap evaluasi keadaan pembalutan selama 24 jam (Gitarja & Asmi, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran perawat dalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren) di Ru Dahlia RS TK II DR AK Gani Palembang. Menggunakan desain penelitian kualitatif melalui pendekatan wawancara mendalam dan observasi partisipatif. Informan pada penelitian ini berjumlah 6 orang. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari yang dilaksanakan pada tanggal 30 Juni 2014 sampai dengan 5 Juli 2014. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa secara keseluruhan perawat memiliki pengetahuan yang cukup baik, persepsi yang baik tentang peran perawat dalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren), dan sudah memiliki motivasi dalam melakukan perawatan Luka Diabetikum (Gangren). Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk perawatan Luka Diabetikum (Gangren) belum tersedia. Supervisi sudah dilakukan secara berkesinambungan, fasilitas yang mendukung dalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren) belum tersedia dengan maksimal. Diharapkan bagi pihak Rumah Sakit untuk lebih memfasilitasi peningkatan pengetahuan, segera menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO) dan menambah fasilitas guna mendukung perawatan Luka Diabetikum (Gangren). Kata Kunci : Perawatan Luka Diabetikum (Gangren) Daftar Pustaka : 38 (1998 – 2008) ABSTRACT Some research in Indonesian report that the members of death Gangren Ulcus to Diabetes Militus between 17 – 32 %, while the member of amputation between 15 – 30 % , (Soegondo et al, 2007). After contract Diabetes Militus to pass amputation, three years later about 30% between will pass amputation again to another body. Even 2/3 from the people who pass amputation will be die five year later all specialist Diabetes Mellitus about ½ until ¾ incident amputation can avoid with care the foot well (Kompas, 2006) though streaming professional to injury Diabetikum, the prevent and care, it hoped amputation can prevent. Important for nurse to understand and to learn care injury because nurse responsibility to evolution the bandaging for 24 hours (Gitarja & Asmi, 2007). This research use to analysis role nurse in care the Injury Diabetikum (Gangren) in Ru Dahlia RS TK II DR AK Gani Palembang. Use the kualitatif research through interview and observation partisipatif. Informan to this research number six people. This research is done fore seven days that do at June 30’ 2014 until July 5 ‘ 2014. From result research can that nurse have knowledge well, perception well about role nurser in care injury Diabetikum (Gangren), and have innovation to do care injury Diabetikum (Gangren), and have PERAN PERAWAT DALAM PERAWATAN LUKA DIABETIKUM (GANGREN) DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT TK II DR AK GANI PALEMBANG TAHUN 2014 OLEH : Arly Febrianti, SKep, M.Kes Dosen Akper Kesdam II / SWJ [email protected]

Upload: habao

Post on 08-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ABSTRAK

Beberapa penelitian di Indonesiamelaporkan bahwa angka kematian ulkusGangren pada penyandang Diabetes Melitusantara 17 - 32 %, sedangkan angka lajuamputasi berkisar antara 15 - 30 % (Soegondoet al, 2007). Setelah pengidap DiabetesMelitus menjalani amputasi, tiga tahunberikutnya sekitar 30 % diantaranya akanmenjalani amputasi lagi pada bagian tubuhlainnya. Bahkan 2/3 dari penderita yangmenjalani amputasi akan meninggal lima tahunkemudian. Para ahli diabetes memperkirakan½ sampai ¾ kejadian amputasi dapatdihindarkan dengan perawatan kaki yang baik(Kompas, 2006). Melalui penangananprofesional terhadap Luka Diabetikum, baikpencegahan dan perawatannya, diharapkantindakan amputasi dapat dicegah. Penting bagiperawat untuk memahami dan mempelajariperawatan luka karena perawat bertanggungjawab terhadap evaluasi keadaan pembalutanselama 24 jam (Gitarja & Asmi, 2007).

Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis peran perawat dalam perawatanLuka Diabetikum (Gangren) di Ru Dahlia RSTK II DR AK Gani Palembang. Menggunakandesain penelitian kualitatif melalui pendekatanwawancara mendalam dan observasipartisipatif. Informan pada penelitian iniberjumlah 6 orang. Penelitian ini dilakukanselama 7 hari yang dilaksanakan pada tanggal30 Juni 2014 sampai dengan 5 Juli 2014.

Dari hasil penelitian didapatkanbahwa secara keseluruhan perawat memilikipengetahuan yang cukup baik, persepsi yangbaik tentang peran perawat dalam perawatanLuka Diabetikum (Gangren), dan sudahmemiliki motivasi dalam melakukan perawatanLuka Diabetikum (Gangren). Standar ProsedurOperasional (SPO) untuk perawatan LukaDiabetikum (Gangren) belum tersedia.Supervisi sudah dilakukan secaraberkesinambungan, fasilitas yang mendukung

dalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren)belum tersedia dengan maksimal.

Diharapkan bagi pihak Rumah Sakituntuk lebih memfasilitasi peningkatanpengetahuan, segera menyusun StandarProsedur Operasional (SPO) dan menambahfasilitas guna mendukung perawatan LukaDiabetikum (Gangren).

Kata Kunci : Perawatan LukaDiabetikum (Gangren)

Daftar Pustaka : 38 (1998 – 2008)

ABSTRACT

Some research in Indonesian reportthat the members of death Gangren Ulcus toDiabetes Militus between 17 – 32 %, while themember of amputation between 15 – 30 % ,(Soegondo et al, 2007). After contract DiabetesMilitus to pass amputation, three years laterabout 30% between will pass amputationagain to another body. Even 2/3 from thepeople who pass amputation will be die fiveyear later all specialist Diabetes Mellitus about½ until ¾ incident amputation can avoid withcare the foot well (Kompas, 2006) thoughstreaming professional to injury Diabetikum,the prevent and care, it hoped amputation canprevent. Important for nurse to understand andto learn care injury because nurseresponsibility to evolution the bandaging for 24hours (Gitarja & Asmi, 2007).

This research use to analysis rolenurse in care the Injury Diabetikum (Gangren)in Ru Dahlia RS TK II DR AK Gani Palembang.Use the kualitatif research through interviewand observation partisipatif. Informan to thisresearch number six people. This research isdone fore seven days that do at June 30’ 2014until July 5 ‘ 2014.

From result research can that nursehave knowledge well, perception well aboutrole nurser in care injury Diabetikum(Gangren), and have innovation to do careinjury Diabetikum (Gangren), and have

PERAN PERAWAT DALAM PERAWATAN LUKA DIABETIKUM (GANGREN) DI RUANGDAHLIA RUMAH SAKIT TK II DR AK GANI PALEMBANG

TAHUN 2014

OLEH :

Arly Febrianti, SKep, M.KesDosen Akper Kesdam II / SWJ

[email protected]

2

innovation to do care Injury Diabetikum(Gangren). Standar Procedur operational(SPO) to care Injury Diabetikum (Gangren) isnot available. Supervision al ready donecontinous, facilities in care Injury Diabetikkum(Gangren) is not available with maximal.

It hoped for side Hospital to morefacilities to crease knowledge, soon arrangestandar procedur operational (SPO) and addfacilities use to support care Injury Diabetikum(Gangren).

Key words : Care Injury Diabetikum(Gangren)Bibliography : 38 (1998-2008)

PENDAHULUANLatar Belakang

Meningkatnya prevalensi DiabetesMelitus dibeberapa negara berkembang, akibatpeningkatan kemakmuran dinegarabersangkutan sehingga terjadi pergeseran polapenyakit dari penyakit menular ke penyakitdegeneratif. Peningkatan pendapatanperkapita dan perubahan gaya hidup terutamadi kota – kota besar, menyebabkanpeningkatan prevalensi penyakit degeneratif,seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK),Hipertensi, Hiperlipidemia, Diabetes dan lain –lain (Soegondo et al, 2007).

Menurut catatan OrganisasiKesehatan Dunia WHO (World HealthOrganization), pada tahun 1996 di duniaterdapat 120 juta penderita Diabetes Melitusyang diperkirakan naik dua kali pada tahun2025. Kenaikan ini disebabkan olehpertambahan umur, kelebihan berat badan(obesitas), dan gaya hidup modern (Kompas,2006).

Dalam Diabetes Atlas 2000(International Diabetes Federation) tercantumperkiraan penduduk Indonesia diatas 20 tahunsebesar 125 juta dan dengan asumsiprevalensi Diabetes Melitus sebesar 4,6 %,diperkirakan pada tahun 2000 berjumlah 5,6juta. Berdasarkan pola pertambahan pendudukseperti ini, diperkirakan pada tahun 2020 nantiakan ada sejumlah 178 juta penduduk berusiadiatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensiDiabetes Melitus sebesar 4,6 % akandidapatkan 8,2 juta pasien Diabetes Melitus(Soegondo et al, 2007).

Diabetes Melitus (DM) merupakansuatu penyakit kronik, ditandai oleh adanyahiperglikemia. Jika tidak dikendalikan denganbaik Diabetes Melitus akan mengakibatkankomplikasi pada berbagai organ tubuh, satu

diantaranya adalah kaki diabetes. KakiDiabetes (KD) merupakan salah satukomplikasi kronik DM yang paling ditakuti olehpasien maupun dokter yang merawatnya,karena hasil pengelolaan yang sampai kinimasih mengecewakan (Waspadji, 2004).

Di Indonesia tidak banyak tenagamedis dan paramedis yang menyenangiperawatan Kaki Diabetes. Minat mengelolaKaki Diabetes dengan baik masih sedikit.Pendidikan khusus untuk mengelola KakiDiabetes belum ada. Semua itu menyebabkanhasil pengelolaan Kaki Diabetes masih buruk.Ditambah lagi ketidaktahuan penyandangDiabetes Melitus mengenai akibat DiabetesMelitus pada kakinya sehingga mereka datangterlambat minta pertolongan. Apalagi jika biayatidak ada, seperti yang sering terjadi padamasyarakat kelas bawah, semuanya semakinmemperburuk hasil akhir pengelolaan KakiDiabetes (Waspadji, 2004).

Di ruang rawat, dokter dan perawattidak semuanya senang merawat KakiDiabetes, apalagi merawat dan membersihkanlukanya, malahan ada yang menyingkir,bahkan melihat lukanya pun tidak. Luka tetapdibiarkan dalam balutan dan dilaporkan sangatseadanya. Padahal melihat danmemperhatikan kaki adalah kunci pokok untukmendapatkan hasil pengelolaan Kaki Diabetesyang baik. Prinsip dasar pengelolaan kasusyang harus selalu dimulai dari inspeksi sangatrelevan untuk pendekatan pada pengelolaankaki diabetes (Waspadji, 2004).

Beberapa penelitian di Indonesiamelaporkan bahwa angka kematian ulkusGangren pada penyandang Diabetes Mellitusberkisar antara 17 % - 32 %, sedangkan angkalaju amputasi berkisar antara 15 – 30 %(Soegondo et al, 2007).

Setelah pengidap Diabetes Melitusmenjalani amputasi, tiga tahun berikutnya,sekitar 30 % diantaranya akan menjalaniamputasi lagi pada bagian tubuh lainnya.Bahkan 2/3 dari penderita yang menjalaniamputasi akan meninggal lima tahunkemudian. Para ahli diabetes memperkirakan½ sampai ¾ kejadian amputasi dapatdihindarkan dengan perawatan kaki yang baik(Kompas, 2006).

Melalui penanganan yangprofessional terhadap Luka Diabetikum, baikpencegahan dan perawatannya, diharapkantindakan amputasi dapat dicegah.Penatalaksanaan perawatan pada kasus inidilakukan secara integrasi dan komprehensif

3

antara tim kesehatan, klien dan keluarga(Gitarja & Asmi, 2007).

Penting bagi perawat untukmemahami dan mempelajari perawatan lukakarena perawat bertanggung jawab terhadapevaluasi keadaan pembalutan selama 24 jam.Perawat mengkaji dan mengevaluasiperkembangan manajemen perawatanterhadap luka kronis dimana intervensiperawatan merupakan titik tolak terhadapproses penyembuhan luka apakah menujukearah perbaikan, statis atau perburukan.Selain itu perawat bertanggung jawab terhadapoptimalisasi kualitas hidup penderita denganadanya luka (Gitarja & Asmi, 2007).

Berdasarkan data yang didapat dariMedical Record Rumah Sakit TK II DR AKGani Palembang, pada tahun 2013 jumlahklien yang dirawat dengan Diabetes Melitussebanyak 197 pasien, pada tahun 2014berjumlah 243 pasien dan pada tahun 2014periode Januari – April sebanyak 95 pasien.Sedangkan untuk data pasien Diabetes Melitusyang dirawat dengan Luka Diabetikum(Gangren) pada tahun 2006 sebanyak 89kasus (45 laki – laki, 44 wanita), rata – ratalama perawatan 12 hari, dengan angkakesembuhan 70 kasus dalam kondisiperbaikan, 2 kasus sembuh, 7 kasusmeninggal dan 10 kasus lain – lain. Sedangkanpada tahun 2014 jumlah klien Diabetes Melitusyang dirawat dengan Luka Diabetikum(Gangren) sebanyak 75 kasus (29 laki – laki,42 wanita), rata – rata lama perawatan 11 hari,dengan angka kesembuhan 61 kasus dalamkondisi perbaikan, 2 kasus sembuh, 9 kasusmeninggal dan 3 kasus lain – lain. Pada tahun2008 periode Januari – Mei jumlah klien yangdirawat sebanyak 33 kasus (15 laki – laki, 18wanita), rata – rata lama perawatan 18 hari,dengan angka kesembuhan 29 kasus dalamkondisi perbaikan, 2 kasus tidak sembuh dan 2kasus meninggal.

Berdasarkan fenomena diatas,peneliti tertarik untuk mengkaji dan menggaliinformasi secara lebih mendalam mengenaiperan perawat dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) di Ru Dahlia RS TK IIDR AK Gani Palembang.

Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas

rumusan masalah penelitian ini adalah belumdiketahuinya peran perawat dalam perawatanLuka Diabetikum (Gangren) di Ru DahliaRS TK II DR AK Gani Palembang tahun 2014.

Pertanyaan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah

diatas, pertanyaan penelitian ini adalahbagaimana peran perawat dalam perawatanLuka Diabetikum (Gangren) di Ru Dahlia RSTK II DR AK Gani Palembang tahun 2014 ?

Tujuan PenelitianTujuan Umum

Berdasarkan pertanyaan penelitiandiatas, tujuan umum penelitian ini adalahdiperolehnya informasi yang mendalamtentang peran perawat dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) di Ru Dahlia RS TK IIDR AK Gani Palembang tahun 2014.

Tujuan KhususBerdasarkan tujuan umum penelitian

diatas, tujuan khusus penelitian ini adalah :1. Diperolehnya informasi yang mendalam

mengenai faktor individu yaitupengetahuan perawat tentang peranperawat dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) di Ru Dahlia RS TKII DR AK Gani Palembang tahun 2014.

2. Diperolehnya informasi yang mendalammengenai faktor psikologis yaitu persepsiperawat tentang peran perawat dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren) diRu Dahlia RS TK II DR AK GaniPalembang tahun 2014.

3. Diperolehnya informasi yang mendalammengenai faktor psikologis yaitu motivasiperawat dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) di Ru Dahlia RS TKII DR AK Gani Palembang tahun 2014.

4. Diperolehnya informasi yang mendalammengenai faktor organisasi yaituketersediaan Standar ProsedurOperasional (SPO) dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) di Ru Dahlia RS TKII DR AK Gani Palembang tahun 2014.

5. Diperolehnya informasi yang mendalammengenai faktor organisasi yaitusupervisi dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) di Ru Dahlia RS TKII DR AK Gani Palembang tahun 2014.

6. Diperolehnya informasi yang mendalammengenai faktor organisasi yaitu fasilitasyang mendukung peran perawat dalammelakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren) di Ru Dahlia RS TK II DR AKGani Palembang tahun 2014.

4

METODE PENELITIAN

Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis

penelitian kualitatif. Digunakan pendekatankualitatif agar dapat mengeksplorasi informasisecara mendalam mengenai peran perawatdalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren).

Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini telah selesai dilakukan di

Ru Dahlia RS TK II DR AK Gani Palembangtahun 2014 pada tanggal 25 Juni – 5 Juli 2014.

Sumber InformasiSumber informasi atau informan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Ka Rumkit TK II DR AK Gani Palembang2. Kepala Ruangan Ru Dahlia RS TK II DR

AK Gani Palembang tahun 20143. Perawat Pelaksana Ru Dahlia RS TK II

DR AK Gani Palembang tahun 2014

TabelInformasi yang ingin diperoleh dari

Informan

No

Informan Informasi Yang Diinginkan

1.

KaRumkitTK II DRAK GaniPalembang

- Pandangan mengenaiperan perawat dalamperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Pandangan mengenaiperawat yang tidakmelakukan perannyadalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Kebijaksanaan yangditerapkan di ruangperawatan untukpeningkatan motivasiperawat pelaksanadalam melakukanperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Ketersediaanperaturan atau StandarProsedur Operasional(SPO) yang mengaturperawat dalammelakukan perawatanLuka Diabetikum(Gangren)

- Kebijakan tentangsupervisi pada perawatpelaksana dalam

melakukan perawatanLuka Diabetikum(Gangren)

- Fasilitas yangmendukung perawatdalam melakukanperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

2.

KepalaRuanganRu DahliaRS TK IIDR AKGaniPalembang

- Hal – hal yangberhubungan denganpengetahuan tentangperawatan LukaDiabetikum (Gangren)meliputi pengkajianLuka Diabetikum(Gangren), pemilihancairan dan teknikpencucian luka,tindakan debridement,pemilihan jenis balutandan topical untuk LukaDiabetikum (Gangren),serta perawatan kulitdisekitar LukaDiabetikum (Gangren)

- Pandangan mengenaiperan perawat dalamperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Pandangan mengenaiperawat yang tidakmelakukan perannyadalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Ketersediaanperaturan atau StandarProsedur Operasional(SPO) yang mengaturperawat dalammelakukan perawatanLuka Diabetikum(Gangren)

- Kebijaksanaan yangditerapkan di ruanganuntuk peningkatanmotivasi perawatpelaksana dalamperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Kebijakan supervisipada perawatpelaksana dalammelakukan perawatanLuka Diabetikum(Gangren)

- Fasilitas yangmendukung perawat

5

dalam melakukanperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Kendala – kendaladalam melakukanperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

3.

PerawatPelaksana RuDahliaRS TK IIDR AKGaniPalembang

- Hal – hal yangberhubungan denganpengetahuan tentangperawatan LukaDiabetikum (Gangren)meliputi pengkajianLuka Diabetikum(Gangren), pemilihancairan dan teknikpencucian luka, sertapemilihan jenis balutandan topical untuk LukaDiabetikum (Gangren)

- Pandangan mengenaiperan perawat dalamperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Pandangan mengenaiperawat yang tidakmelakukan perannyadalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Keinginan dankesadaran yang kuatbagi perawat dalammelakukan perawatanLuka Diabetikum(Gangren)

- Reward dan sanksibagi perawat dalamperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Ketersediaanperaturan atau StandarProsedur Operasional(SPO) yang mengaturperawat dalammelakukan perawatanLuka Diabetikum(Gangren)

- Supervisi danbimbingan dari atasandalam melakukanperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Fasilitas yangmenunjang perawatdalam melakukanperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

- Kendala – kendaladalam melakukanperawatan LukaDiabetikum (Gangren)

Jenis dan Keabsahan Informasi

Informasi yang didapatkan adalahinformasi primer. Untuk menjamin keabsahaninformasi dalam penelitian ini dilakukantriangulasi sumber dengan pengecekan ulangantara informan yang satu dengan yanglainnya.

Selain itu dilakukan triangulasi metode,yaitu dengan membandingkan informasi yangdiperoleh dari hasil observasi partisipatif danwawancara mendalam (indepth interview).

Metode Pengumpulan Informasi

Informasi yang dikumpulkan denganmenggunakan teknik observasi danwawancara mendalam (indepth interview),dengan teknik pemilihan sampel menggunakanpurposive sampling (sampel yang diinginkan).

Pengumpulan informasi penelitiandilakukan secara bertahap, yaitu pertama,melakukan observasi terhadap perawatpelaksana. Kedua, melakukan wawancaramendalam dengan informan interview untukmengetahui pemasalahan mengenai peranperawat dalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren).

6

Dalam pengumpulan informasiberpedoman pada tabel, sebagai berikut :

TabelInformasi Yang Dikumpulkan MenurutSumber, Metode, Jumlah Kegiatan dan

Jumlah Informandi Ruang DahliaRumah Sakit TK II DR AK Gani

Palembang

No

SumberInformasi

MetodeJumla

hInform

anObservasi

Wawancara

Mendalam

1. KaRumkitTK II DRAK GaniPalembang

- 1 1

2. KepalaRuanganRuDahliaRS TK IIDR AKGaniPalembang

- 1 1

3. PerawatPelaksana RuDahliaRS TK IIDR AKGaniPalembang

4 4 4

Total Informan 6

Analisis Informasi

Informasi yang diperoleh segera diolahdan diproses. Pada studi analisis secarakualitatif, analisa yang digunakan adalahcontent analysis (analisis isi).

Informasi yang diperoleh dari informanmelalui observasi dan wawancara mendalam(indepth interview) dengan mencatat danmerekam dalam sebuah tape recorder,kemudian dibuat matriks dan transkrip,dikelompokkan sesuai dengan pertanyaan dantujuan peneliti. Langkah selanjutnya, informasidianalisis dengan melihat secara keseluruhanmakna yang sama atau kesatuan pemahamandari pembicaraan masing – masing informan

(analisis isi), lalu data tersebut disusun dandiinterprestasikan secara diskriptif dalambentuk narasi untuk menentukan alternatifpemecahan masalah.

7

HASIL PENELITIANKarakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini terdiridari 6 orang yang dianggap dapat memberikaninformasi yang cukup akurat mengenai peranperawat dalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren) di Ruang Dahlia Rumkit TK II DRAK Gani Palembang. Informasi yang diperolehmelalui wawancara mendalam denganinforman dapat dilihat pada tabel berikut ini :

TabelKarakteristik Informan Di Ruang Dahlia

Rumkit TK II DR AK Gani Palembang Tahun2014

Hasil wawancara mendalam tentangkarakteristik informan diperoleh gambaranumur, pendidikan dan masa kerja.Berdasarkan gambaran umur informan,diketahui bahwa semua informan berusiadiatas 25 tahun. Artinya informan - informandalam penelitian ini sudah matang karenausianya sudah dewasa. Berdasarkangambaran pendidikan informan, diketahuibahwa seluruh informan berpendidikan tinggi(≥ D III Kep.) sehingga dapat dikatakan pulabahwa mereka telah mampu berfikir kritis danilmiah. Berdasarkan gambaran masa kerjapetugas kesehatan, diketahui bahwa merekasetidaknya cukup mempunyai pengalamankarena sudah bekerja lebih dari 1 tahun.

Hasil Wawancara Mendalam dan ObservasiPartisipatif

Faktor IndividuPengetahuana. Pengkajian pada pasien dengan LukaDiabetikum (Gangren)

Hasil wawancara mendalam denganperawat pelaksana mengenai pengkajian pada

pasien dengan Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan informasi bahwa secarakeseluruhan perawat pelaksana menyatakanyang perlu dikaji pada pasien dengan LukaDiabetikum (Gangren) yaitu kondisi luka, guladarah, tingkat infeksi, jaringan yang nekrotik,dan perawatan luka sebelumnya. Adapunpetikan wawancara mendalam tersebutsebagai berikut :

” Yang perlu dikaji pada luka Gangrenyaitu kondisi lukanya sendiri, sudah sejauhmana kerusakannya, kemudian ee... guladarah menyangkut nanti perkembangan luka,saya kira itu ” (Tn. AA)

” Ee... mungkin kalau untuk lukanyaitu kita lihat seberapa besar lukanya,kedalaman luka sama ini tingkat infeksi,maksudnya berapa banyak pusnya, terus iniapa namanya jaringan yang nekrotik,maksudnya cak itu ” (Nn. FA)

” Ee... pertama - tama yang kita kaji,berapa lama pasien itu sudah menderita DM,apa dikeluarganya ada riwayat keturunantentang DM, ee... selama menderita DM ituapakah ada pengobatan,............. ” (Nn. AV)

” Yang perlu dikaji,... keadaan luka,apakah lukanya itu sudah berapa lama, terustentang perawatan luka sebelumnya........ terussetelah sampai di Rumah Sakit kita perawatan...... sesuai instruksi dokter ” (Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan tentang pendapatnyamengenai pengkajian pada pasien denganLuka Diabetikum (Gangren), didapatkaninformasi bahwa Kepala Ruangan menyatakanyang perlu dikaji pada pasien dengan LukaDiabetikum (Gangren) adalah jenis luka,baunya dan letak luka. Adapun petikanwawancara mendalam tersebut sebagai berikut:

” Yang pertama adalah jenis luka,jenis luka itu ee... Apakah luka kotor dalam artibanyak jaringan yang nekrose atau hanyasekedar luka biasa, yang baru. dalam arti barumerah saja, baru proses untuk nekrose.Kemudian juga baunya bagaimana, karenabaunya juga bisa ee... tercium yang berartijuga sudah mulai meluas, kemudian juga letakdimana Gangren itu.....” (Ny.VS)

TopikInforman

Dir.Kep.

Karu Prwt Prwt Prwt Prwt

Inisial Nn.SA

Ny.VS

Tn.AA

Nn.FA

Nn.AV

Nn.AD

Umur 43thn

35thn

29thn

28thn

28thn

27thn

Pendidikan

DIIIKep.

SkepNs

D IIIKep.

D IIIKep.

D IIIKep.

D IIIKep.

Masakerja

15thn

17thn

5thn

3Thn

2thn

2thn

8

Dari hasil wawancara mendalamdiatas dapat diinterpretasikan bahwa secarakeseluruhan perawat memiliki pengetahuanyang cukup baik mengenai pengkajian padapasien dengan Luka Diabetikum (Gangren).

b. Pemilihan Cairan untuk Luka Diabetikum(Gangren)

Hasil wawancara mendalam denganperawat pelaksana mengenai pemilihan cairanuntuk pencucian Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan informasi bahwa secarakeseluruhan perawat pelaksana menyatakanpemilihan cairan untuk pencucian LukaDiabetikum (Gangren) biasanya kitamenggunakan cairan NaCl atau NaCl ditambahGaramycin atau H2O2 tergantung dari orderdokter. Adapun petikan wawancara mendalamtersebut sebagai berikut :

” Untuk pemilihan cairan kita gunakankalau tanpa instruksi dan order dokter, kitamenggunakan cairan NaCl fisiologis 0,9 %,tetapi ada beberapa dokter menyarankanuntuk NaCl ditambahkan Garamycin danmungkin juga perlu kadang adanya, apanamanya ganti balut menggunakan H2O2 itutergantung order dokter, tetapi kalau tidak,menggunakan cairan NaCl ” (Tn.AA)

” Sejauh ini kami biasanyatergantung dari order dokternya, kalaumisalnya kata dokter, pakek cairan tertentuya... kami ikut, kalau misalnya nggak ada,misalnya cuma ada obat untuk setelah...setelah di ... dibersihin, biasanya sich kalaubanyak pusnya itu pakai H2O2 untukmengurangi pusnya, sudah itu dibilas pakekNaCl terus ya... dikasih obatnya itu ” (Nn. FA)

” Ee... kalau biasanya yang sayaalami, saya lihat dan saya lakukan. Pencucianluka itu pakek NaCl, kalau dokter - dokter jugakadang dicampur dengan ini, obat-obatanGaramycin, anti biotik kayak itu ” (Nn. AV)

” Biasanya kalau disini memang kitauntuk cairan luka Gangren pakek NaCl ya,pakek NaCl biasanya itu kita bersihkan...,bersihkannya bisa pakek NaCl atau memangdengan kompres NaCl ditambah Garamycin,biasa memang... dari instruksi dokter memangkayak gitu ya ” (Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan tentang pendapatnya

mengenai pemilihan cairan untuk pencucianLuka Diabetikum (Gangren), didapatkaninformasi bahwa Kepala Ruangan menyatakanpemilihan cairan untuk pencucian LukaDiabetikum (Gangren) adalah otoritas daridokter apabila dokter tidak memberikaninstruksi biasanya menggunakan cairanisotonis atau NaCl. Adapun petikan wawancaramendalam tersebut terungkap dibawah ini :

” Untuk ee... apa namanya pencucianluka kalau disini mengenai terapi itu adalahotoritas oleh dokter. Ee... apabila dokter tidakmemberikan instruksi secara khusus untukpembersihannya menggunakan cairan apa,biasanya kita gunakan cairan isotonis atauNaCl, kemudian ee... dikeringkan ” (Nn. VS)

Dari hasil wawancara mendalamdiatas dapat diinterpretasikan bahwa secarakeseluruhan perawat memiliki pengetahuanyang cukup baik tentang pemilihan cairanuntuk pencucian Luka Diabetikum (Gangren).

c. Teknik Pencucian Luka Diabetikum(Gangren)

Hasil wawancara mendalam denganperawat pelaksana mengenai teknik pencucianLuka Diabetikum (Gangren), didapatkaninformasi bahwa secara keseluruhan perawatpelaksana menyatakan setelah balutan dibukaluka dicuci dengan cairan NaCl atau H2O2sambil luka dipencet – pencet untukmengeluarkan pusnya. Adapun petikanwawancara mendalam tersebut sebagai berikut:

” Teknik pencucian luka... sepertibiasa, luka kita cuci dengan NaCl bila perluditambahkan dengan cairan H2O2 kemudianluka dikeringkan, gitu saja” (Tn. AA)

” Teknik pencucian lukanya kalaupakek H2O2 itu disemprotin, ya disemprotinkalau masih banyak pusnya yang belum keluaragak dipencet - pencet ” (Nn.FA)

” Teknik pencucian lukanya, ya...setelah balutan dibuka, kita cuci dengan NaClsambil kita ini..., sambil kita membersihkanluka seperti kalau ada jaringan - jaringan matibisa kita bersihkan, kita angkat ya..., seperti dinekrotomi tapi bukan seperti nekrotomi yang diOK ya ” (Nn. AD)

” Teknik pencucian luka ee...biasanya pertama - tama pasien dicuci lukanya

9

pakek NaCl biasa dulu, terus dibersihin pakekH2O2 biar itu, apa itu kuman - kumannya itubisa tidak berkembang biak. Terus setelah itudibersihkan, dicuci lagi, terus baru dikasihcairan NaCl ditambah Garamycin yangbiasanya sudah dikompres, terus dibalut kayakitu, tapi dibersihkan dulu luka Gangrennya ”(Nn. AV)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan tentang pendapatnyamengenai teknik pencucian Luka Diabetikum(Gangren), didapatkan informasi bahwa KepalaRuangan menyatakan teknik pencucian LukaDiabetikum (Gangren) tekniknya menggunakanirigasi, dibersihkan dari atas dulu kemudian kebawah apabila lukanya banyak nekrosedigunakan H2O2. Adapun petikan wawancaramendalam tersebut terungkap dibawah ini :

” Tekniknya seperti biasa, dari atasdulu kemudian ee... baru ke bawah, ataukemudian kalau memang lukanya itu sudahbanyak nekrose selain tadi menggunakan NaClkita gunakan ee... H2O2, kemudian ee...setelah itu baru dibilas dengan NaCl, ee...untuk tekniknya menggunakan irigasi, irigasiee... yang kita bersihkan dari atas dulu barukemudian ke bawah, dimana atasnya itutergantung posisi ketika dibersihkan disebelahmana ” (Ny. VS)

Dari hasil wawancara mendalamdiatas dapat diinterpretasikan bahwa secarakeseluruhan perawat memiliki pengetahuanyang cukup baik tentang teknik pencucianLuka Diabetikum (Gangren).

d. Pemilihan Jenis Balutan / Topical untukLuka Diabetikum (Gangren)

Hasil wawancara mendalam denganperawat pelaksana mengenai pemilihan jenisbalutan / topical untuk Luka Diabetikum(Gangren) didapatkan informasi bahwa secarakeseluruhan perawat pelaksana menyatakanpemilihan balutan atau topical untuk LukaDiabetikum (Gangren) tergantung dari instruksidokter, biasanya menggunakan kasa steril laludibalut dengan swatel. Adapun petikanwawancara mendalam tersebut sebagai berikut:

” Untuk balutan tergantung darikondisi luka. Untuk luka yang basah biasanyakita lakukan kompres, tetapi untuk luka yang

kering ya... kita sesuaikan juga denganmenggunakan balutan kering..... ” (Tn. AA)

” Untuk pemilihan balutan kitatergantung instruksi dokter tapi biasanya pakekkasa steril terus dibalut lagi dengan swatelatau perban gulung no 8 ” (Nn. FA)

” Hmm... yang biasanya dilakukan,kita kan ikut instruksi dokter. Jadi dokter yangmemberikan instruksi, biasanya dia kayaksekarang aja dokter... dikasih NaCl samaGaramycin aja dioplos, udah gitu aja nggakada yang lain, salep - salep nggak ” (AV)

” Pemilihan balutan ya... kita pakekkasa steril yach, kasa steril, terus kita balut lagidengan ... dengan swatel ya... cuman janganterlalu kencang dan terlalu pengap, nanti ini...ee... tidak bisa ini... kena udara ya ” (AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan tentang pendapatnyamengenai pemilihan jenis balutan / topicaluntuk Luka Diabetikum (Gangren), didapatkaninformasi bahwa Kepala Ruangan menyatakanbalutan yang biasa digunakan menggunakankasa steril kalau pasien mempunyai uang bisadisarankan menggunakan balutan khususseperti Melolin. Adapun petikan wawancaramendalam tersebut terungkap dibawah ini :

” Kalau pasien yang memang ee...ekonominya lemah, kita biasa hanyamenggunakan kasa steril, tetapi kalau memangpasien mempunyai uang kita bisamenyarankan ada alat ee... balutan khususseperti Melolin itu bisa juga digunakan,sekarang tergantung dari ekonomi pasien ”(VS)

Dari hasil wawancara mendalamdiatas dapat diinterpretasikan bahwa secarakeseluruhan perawat memiliki pengetahuanyang cukup baik tentang pemilihan jenisbalutan / topical untuk Luka Diabetikum(Gangren).

e. Tindakan Debridement

Hasil wawancara mendalam denganperawat pelaksana mengenai pengertiantentang tindakan debridement, didapatkaninformasi bahwa secara keseluruhan perawatpelaksana menyatakan tindakan debridementitu arahnya untuk membuka luka,membersihkan luka kalau banyak jaringanyang sudah mati bisa dipotong dan dibuang.

10

Adapun petikan wawancara mendalamtersebut sebagai berikut :

” Ok... tindakan debridement adalahmemotong jaringan yang sudah mati,.......Ee... o yach ya. Debridement arahnya hanyauntuk membuka luka tetapi kalau nekrotomiuntuk memotong jaringan yang… yang sudahmati ” (Tn. AA)

” Debridement itu kan untuk kayak pembukaanlukanya itu, maksudnya itu ” (Nn. FA)

” Tindakan debridement itu luka apa...luka yang sudah busuk dibuang, dibuangitunya, apa tuh... jaringan yang mati, kayak ituaja ” (Nn. AV)

” Debridement itu biasa dilakukan diOK, di kamar operasi, dia itu sama denganmembersihkan luka, cuman kalau memang diaitu sudah banyak jaringan mati itu bisadiangkat, dibuang dan dilakukan pembiusanseperti kalau di OK...........” (Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan tentang pendapatnyamengenai pengertian tentang tindakandebridement, didapatkan informasi bahwaKepala Ruangan menyatakan tindakandebridement adalah mengangkat ataumembuang jaringan yang kotor atau nekrose.Adapun petikan wawancara mendalamtersebut terungkap dibawah ini :

” Debridement adalah ee...pembersihan luka atau mengangkat, hampirsama dengan nekrotomi. Jadi mengangkatatau membuang jaringan yang kotor ataunekrose itu bisa... bisa keluar ” (VS)

Dari hasil wawancara mendalamdiatas dapat diinterpretasikan bahwa secarakeseluruhan perawat memiliki pengetahuanyang cukup baik mengenai pengertian tentangtindakan debridement.

f. Perawatan Kulit di Sekitar LukaDiabetikum (Gangren)

Hasil wawancara mendalam denganperawat pelaksana mengenai perawatan kulitdi sekitar Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan informasi bahwa secarakeseluruhan perawat pelaksana menyatakanperawatan kulit di sekitar Luka Diabetikum(Gangren) dibersihkan terkadang diberikan

salep tergantung order dari dokter. Adapunpetikan wawancara mendalam tersebutsebagai berikut :

” Mengenai perawatan kulit disekitarluka, kita hanya bersihkan kulit disekitar luka,kemudian ee... terkadang kita jugamemberikan salep, tetapi juga tergantunginstruksi atau order dari dokter ” (Tn. AA)

” Kalau sejauh ini sih, kayaknyanggak ada kalau untuk yang spesifiknya, iyopaling sekalian dengan perawatan lukanya ”(Nn. FA)

” Perawatan kulit disekitar luka,biasanya kita cuma bersihin aja pakekcampuran itu, udah ” (Nn. AV)

” Perawatan kulit yang tidak terkenaluka nggak kita balut, cuman lukanya aja, yangkita balut, kita bersihkan, untuk mencegah lukaini bertambah luas paling kita perawatan lukasama.... memperhatikan kadar gula ” (Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan tentang pendapatnyamengenai perawatan kulit di sekitar LukaDiabetikum (Gangren), didapatkan informasibahwa Kepala Ruangan menyatakanperawatan kulit di sekitar Luka dibersihkandengan cairan NaCl. Adapun petikanwawancara mendalam tersebut terungkapdibawah ini :

” Perawatan kulitnya kembali lagidibersihkan, sama ketika tadi membersihkanluka, setelah itu kulit di sekitar luka jugadibersihkan dengan cairan NaCl itu sendiri ”(Ny. VS)

Dari hasil wawancara mendalamdiatas dapat diinterpretasikan bahwa secarakeseluruhan perawat pelaksana memilikipengetahuan yang cukup baik mengenaiperawatan kulit di sekitar Luka Diabetikum(Gangren).

Faktor PsikologisPersepsi

a. Peran Perawat dalam Perawatan LukaDiabetikum (Gangren)

Hasil wawancara mendalam denganperawat pelaksana mengenai persepsi ataupandangan mengenai peran perawat dalam

11

perawatan Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan informasi bahwa secarakeseluruhan perawat pelaksana menyatakanperan perawat dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) sangat penting. Adapunpetikan wawancara mendalam tersebutsebagai berikut :

” Peran perawat dalam perawatanluka Gangren, saya kira sangat penting. Ee...disini kan yang mengerjakan di ruangan kanbiasanya perawat, dokter hanya memberikanorder sehingga kita mempunyai peranan yangpenting disini ” (Tn. AA)

” Peran perawat untuk perawatan lukaGangren sich kalau untuk di Rumah Sakit inisangat penting ya, karena kan disitulahletaknya kita melihat keberhasilan kita dalamperawatan luka, kalau kita bener melakukanperawatan luka itu kan bisa sembuh,setidaknya tidak menyebarlah lukanya itu kan,tapi kalau kita asal saja bisa - bisa lukanyabukan sembuh, tambah meluas dan parah ”(Nn. FA)

” Peran perawat itu sangat pentingdalam perawatan luka Gangren, sebab kan...perawat yang melakukan tindakanperawatannya sehingga luka itu ya... nggakminimal borok lagi jadi agak - agak sembuhdikit kayak itu ” (Nn. AV)

” Peran perawatnya, ya... sangatpenting, soalnya itu kalau luka tidak dirawat yananti bertambah infeksi, apalagi kalau dia DMGangren kan bisa... bisa menjalar ke tubuhyang lain kalau perawatannya nggak bener ”(Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan dan Direktur Keperawatantentang pandangan mengenai peran perawatdalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan informasi bahwa merekamenyatakan peran perawat dalam perawatanLuka Diabetikum (Gangren) sangat pentingdan besar perannya. Adapun petikanwawancara mendalam tersebut sebagai berikut:

” Perannya sangat besar dan penting,peran perawat untuk perawatan luka ini karenaapa.... kita ketahui bahwa dokter itu kan datangitu cuman 5 menit paling banyak itu kepadapasien, yang 24 jam melihat perkembanganpasien itu perawat sehingga ketika ee... apanamanya lukanya itu mungkin kotor atau

mungkin ada sesuatu, terus kemudian ee...harus dirawat itu justru perawat yang harusmelakukan perawatan ” (Ny. VS)

” Ya... memang sangat penting peranperawat itu, karena apa, dia yang selama 24jam dia tahu perkembangan luka itu denganreaksi - reaksinya bahwa dia menjadi lebihmakin besar atau makin kecil atauperkembangan menuju ke arah yang ke tingkatkesembuhan cepat atau lambat, kan... yangpaling tahu perawat, itu dia tahu semua itusehingga perannya sangat penting...... karenapenanganan pasien Gangren ini.. butuh peranpenting dari perawat, bagaimana dia akanmelaporkan seluruh perkembangan apakah itumaju atau mundur itu perawat justru yangharus tahu ” (Nn. SA)

Dari seluruh hasil wawancaramendalam diatas dapat diinterpretasikanbahwa secara keseluruhan perawatmempunyai persepsi bahwa peran perawat itusangat penting dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren).

b. Perawat yang tidak melakukan perannyadalam perawatan Luka Diabetikum

Hasil wawancara mendalam denganperawat pelaksana mengenai pandangan ataupersepsi perawat yang tidak melakukanperannya dalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren), didapatkan informasi bahwa secarakeseluruhan perawat pelaksana menyatakanpersepsi atau pandangan perawat mengenaiperawat yang tidak melakukan perannya dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren) jelek,sebaiknya tidak usah jadi perawat, berarti diatidak jadi perawat. Adapun petikan wawancaramendalam tersebut sebagai berikut :

” ......... Persepsi saya yach,........Saya kira kalau namanya itu sudah merupakantugas ya... harus dilakukan berarti kalaumereka tidak mau melaksanakannya saya kiraya... tidak usah jadi perawat ” (Tn. AA)

” Oo... mungkin kita nggak tahu ye,mengapa dia tidak melakukan secara benar,secara baik, mungkin.............. Sejauh ini sichbelum ada kalau yang mengabaikan nian.Misalnya kalau memang ada perawatan lukapasti dilakuin, biarpun itu kadang 2 kali sehari,biarpun kadang lukanya itu sangat parah pastidilakuin ” (Nn. FA)

12

” Berarti perawat itu tidak mengetahuitujuan ininya, tujuan apa... tujuan profesinyakayak itu, berarti dia tidak mau melaksanakantugasnya dengan benar kayak itu aja. Oo...kalau menurut saya ya jelek sich, itu kantergantung dari pribadi masing -masing ” (Nn.AV)

” Saya rasa disini menjalankanperannya semua yach, kalau memang gantibalutannya 2x sehari, kita pagi sore pasti kitaganti balutan, kalau sehari sekali pasti kitaganti, semuanya pasti menjalankan perannyakok disini.Ya... berarti dia tidak jadi perawatsepenuhnya ” (Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan mengenai pandangan ataupersepsi mengenai perawat yang tidakmelakukan perannya dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren), didapatkan informasibahwa Kepala Ruangan menyatakansebaiknya jangan menjadi perawat. Adapunpetikan wawancara mendalam tersebutsebagai berikut :

” Kalau perawat tidak melaksanakanperan perawat sebagai... untuk merawat luka,ya... sebaiknya jangan menjadi perawat. Ee...dia tidak menjalankan fungsi dia sebagaiperawat, kalau namanya perawat ya... diamemang harus membantu pasien, harusmenjalankan salah satunya tadi melakukanperawatan luka, baik luka itu Gangren atauyang mana ” (Ny. VS)

Hasil ini sejalan juga denganpernyataan Direktur Keperawatan mengenaipandangan atau persepsi mengenai perawatyang tidak melakukan perannya dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan informasi bahwa DirekturKeperawatan menyatakan itu merupakan suatukeprihatinan. Adapun petikan wawancaramendalam tersebut sebagai berikut :

” Ya... itu merupakan suatukeprihatinan ya..., keprihatinan kalau perawatitu tidak... tidak menjalankan sesuai denganee... prosedur yang ditetapkan, karena apa itukan sebetulnya secara tidak langsung kitaakan merugikan pasien, merugikan keluargapasien, jadi banyak... faktor yang akanberdampak pada lebih pada pasien maupunkeluarga artinya kalau kita tidak menjalankanperan dengan baik, tidak merawat dengan baik

kan otomotis perawatan akan menjadi lama,perawatan lama ini kan menyangkut biayapasti akan bertambah begitu...... ” (Nn. SA)

Dari hasil seluruh wawancaramendalam diatas dapat diinterpretasikanbahwa secara keseluruhan perawatmempunyai persepsi yang tidak baik terhadapperawat yang tidak melakukan perannya dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren).

MotivasiHasil wawancara mendalam dengan

perawat pelaksana mengenai motivasi dariKepala Ruangan dalam melakukan perawatanLuka Diabetikum (Gangren), didapatkaninformasi bahwa secara keseluruhan perawatpelaksana menyatakan motivasi yangdiberikan oleh Kepala Ruangan dalammelakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren) berupa adanya pelatihan, dorongandan akan mendapatkan sangsi minimal berupateguran apabila tidak melaksanakannya.Adapun petikan wawancara mendalamtersebut sebagai berikut :

”........... Untuk dalam bentuk reward,ee... di Rumah Sakit Charitas kayaknya belumada ya, kalau melaksanakan ini kemudiandapat reward belum ada. Kalau kita tidakmelaksanakan tugas, saya kira nanti tegoran,sangsi awal tegoran dari Kepala Bagianataupun mungkin PJnya kalau saya kira tidakmelaksanakan tugas itu ” (Tn. AA)

” Mungkin inilah ya..., apa namanya...yang pelatihan tadi ya, perlu kayak untukperawat pelaksana itu. Jadi kan setidaknya itutahu kan, bagaimana standar yang baik danbenar terus jadi kita juga bisa ngelakuin itudengan benar, bukan sekedar dari orderdokternya gimana ataupun kebiasaan kita yangdisini kan belum tentu benar ” (Nn. FA)

”Motivasinya biasanya ee... KepalaBagian itu bilang kalau melakukan perawatanitu dengan yang sabar, walaupun luka itu bauapapun, kita tetap lebih mengutamakanpelayanan perawatan...Oo... dorongannya ya...dikasih, perawat itu dikasih motivasi untukbener - bener, dikasih tahu yang ini gimana -gimana, dikasihlah dikasih motivasi. Sangsi,biasanya kita ditegor ” (Nn. AV)

13

” Memberikan kesembuhan padapasien, memberikan kenyamanan padapasien. Motivasinya, ya... ada pasti. Ya...motivasinya supaya kita melakukan perawatanluka, bagaimana caranya supaya berhasil,kalau luka itu dari besar jadi kecil, kalaulukanya tadi memburuk bisa membaik, kayakgitu aja sich ” (Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan mengenai motivasi yangdiberikan kepada perawat pelaksana dalammelakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren), didapatkan informasi KepelaRuangan menyatakan berupa reward (pujian)dan sangsi yang didapat seandainya adaperawat yang tidak melakukan perannya dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren) minimalteguran. Adapun petikan wawancaramendalam tersebut sebagai berikut :

” Motivasi, untuk mendorong motivasikepada perawat pelaksana. Yang jelas yangpertama kita mendukung dalam arti, ketikaperawat melakukan perawatan luka, kita jugasebagai Kepala Ruangan terlibat, kemudianmembantu ee... apa namanya..., memecahkanmasalah dalam arti..., bila terjadi sesuatu, kitajuga ee... membantu untuk kolaborasi,kemudian kita memberikan reward dengancara ee... apa namanya..., memuji itu palingtidak rewardnya seperti itu. Sangsi ada... pasti,minimal teguran ” (Ny. VS)

Hasil ini sejalan juga denganpernyataan Direktur Keperawatan mengenaimotivasi yang diberikan kepada perawatpelaksana dalam melakukan perawatan LukaDiabetikum (Gangren), didapatkan informasibahwa Direktur Keperawatan menyatakanmotivasi yang diberikan dari pihak RS adalahpeningkatan ilmu pengetahuan berupapelatihan – pelatihan untuk perawat dan bagiperawat yang tidak melakukan perawatan LukaDiabetikum (Gangren) akan mendapatkansangsi dari pihak RS tapi sekarang lebih padapembinaan mencari akar permasalahan.Adapun petikan wawancara mendalamtersebut sebagai berikut :

”.... Jadi salah satu motivasi yang kitaberikan dengan pelatihan, memang secarafinansial dalam arti bahwa kalau dirawat terusdiberi uang, itu memang nggak.... Jadi kitalebih pada bagaimana peningkatan ilmupengetahuan untuk mereka, yang berdampakpositif untuk mereka, misalnya dia bisa rawat

dengan baik pasien sembuh, kan... itupengalaman yang tidak bisa dibeli oleh oranglain....... Jadi itu motivasi yang kita lakukansekarang seperti itu. Ya... jadi kita adasangsi.... tapi kita tidak lebih pada funishmentjadi tidak pada sangsi tapi lebih padapembinaan sekarang, kita lebih mencari akarmasalah. Jadi kalau... kalau kenapa dia salah,nah mungkin nanti bisa jadi karena kesalahankita, oo.. dia belum pernah tahu, belum pernahdisosialisasikan.......supaya... suatu saat diatahu oo... saya pernah salah, kalau kesalahanitu misalnya karena kita, pihak RS yang tidakmenyiapkan mungkin sarana prasarana ataubelum ada prosedur,..... ya... seperti mungkinya... ini kan... kalau suatu saat dia salahmemang kita belum ada prosedur..... sehinggaitu bukan kesalahan dia tetapi kita lebih padamembenahi diri kita, instansi yang akanmembenahi ” (Nn. SA)

Sedangkan dari hasil observasiterhadap perawat pelaksana dalam melakukanperawatan Luka Diabetikum (Gangren)didapatkan informasi bahwa secarakeseluruhan perawat pelaksana melakukanperawatan Luka Diabetikum (Gangren)berdasarkan instruksi dokter jika ganti balutan2 kali sehari maka perawat melakukannya 2kali sehari.

Dengan demikian dari hasilwawancara mendalam dan observasipartisipatif diatas dapat diinterpretasikanbahwa secara keseluruhan perawatmempunyai motivasi yang kuat dari dalam dirimereka sendiri dalam melakukan perawatanLuka Diabetikum (Gangren).

Faktor OrganisasiStandar Prosedur Operasional (SPO)

Hasil wawancara mendalam denganperawat pelaksana mengenai ketersediaanStandar Prosedur Operasional (SPO) dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan informasi bahwa secarakeseluruhan perawat menyatakan StandarProsedur Operasional (SPO) untuk perawatanLuka Diabetikum (Gangren) belum ada tapiuntuk luka secara umum SPOnya sudah ada.Adapun petikan wawancara mendalamtersebut sebagai berikut :

” Kita sudah punya, kalau kita disinimengatakan SOP atau SPO yach. Kita sudahpunya untuk standar perawatan luka secaraumum. Tapi untuk luka Gangren sepertinyabelum. Untuk setiap ruangan kita SPO - SPO

14

itu memang, sudah dipersiapkan untuk mudahdiakses. Jadi setiap pos kita sudah punya SPO- SPO yang setiap saat bisa dilihat ” (Tn. AA)

” Kalau untuk sejauh ini kayaknyasaya belum tahu ya, kayaknya belum ada kali,tapi nggak tahu juga sich, selama ini belumada........... ” (Nn. FA)

” Belum ada itu... SOPnya untuk lukaGangren Belum ada, belum dibuat kali olehatasan – atasan.Untuk SPO luka secara umumada mbak. SOP itu memang udah dibuat danditetapkan, itu biasanya diletakkan didalam rak- rak tapi bisa kita baca setiap saat ” (Nn. AV)

” SPO perawatan luka Gangren belumada tapi kalo SPO luka secara umum ada.Letaknya di kamar 15, yo...e... ” (Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanRuangan tentang ketersediaan StandarProsedur Opersional (SPO) dalam perawatanLuka Diabetikum (Gangren), didapatkaninformasi bahwa Kepala Ruangan menyatakanStandar Prosedur Operasional (SPO) dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren) belumada. Adapun petikan wawancara mendalamtersebut sebagai berikut :

” Ee... standar khususnya itu ee...kalau SAKnya, perawatannya ada, perawatanAskepnya ada. Cuman kalau SPOnya belumada khusus ” (Ny. VS)

Hasil ini sejalan juga denganpernyataan Direktur Keperawatan tentangketersediaan Standar Prosedur Opersional(SPO) dalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren), didapatkan informasi bahwaDirektur Keperawatan menyatakan StandarProsedur Operasional (SPO) untuk perawatanLuka Diabetikum (Gangren) belum ada tapiuntuk luka secara umum sudah ada. Adapunpetikan wawancara mendalam tersebutsebagai berikut :

” Jadi kalau standar bakunya itu sichmemang belum ada standar baku untukperawatan luka Gangren karena kita initergantung pada ee... kebiasaan dari dokter itusendiri, Jadi kalau dokter A pakai ini maka kitaikuti itu tergantung dokter yang merawat. Nah,ini kadang - kadang perawat maunya ada satustandar ya... tapi kita... kita kesulitan sekarangpada dokter - dokter, ya... penyakit dalam,penyakit bedah..... Jadi belum ... belummemulainya gitu loh...., pada suatu saat nanti

mungkin bisa ada itu tetapi ini kan ada 2, jadimisalnya kalau luka Gangren itu kan, pasti daripenyakit dalamnya, dokter penyakit bedahnyabagaimana, misalnya dokter bedah, kalaubedah untuk Gangrennya tetapi dia DM untukpenyakit dalamnya. Nah ini perlu suatukesepakatan antara dokter tapi untuk saat iniSOP untuk perawatan luka Gangren, kitabelum ada ya... Jadi hanya prosedurperawatan luka yang umum ” (Nn. SA)

Sedangkan dari hasil observasitentang ketersediaan Standar ProsedurOperasional (SPO) dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren), didapatkan informasibahwa ketersediaan Standar ProsedurOperasional (SPO) dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) belum tersedia tapiuntuk SPO Luka Dekubitus, Luka Bakar danganti balutan luka secara umum sudah adaSPOnya.

Dengan demikian dari hasilwawancara mendalam dan observasi diatasdapat diinterpretasikan bahwa perawat belummemiliki Standar Prosedur Operasional (SPO)dalam melakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren).

Supervisia. Supervisi dari Kepala Ruangan

Hasil wawancara mendalam denganperawat pelaksana mengenai adanya supervisidari Kepala Ruangan dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren), didapatkan informasibahwa perawat pelaksana menyatakan KepalaRuangan melakukan supervisi ataupengawasan kepada perawat pelaksanabiasanya rutin dilakukannya pagi hari. Adapunpetikan wawancara mendalam tersebutsebagai berikut :

” Ya... setiap pagi keliling, kemudiansebelum...... kegiatan biasanya merekamengevaluasi, menerima laporan -laporan dariPJ baik malam untuk apakah kondisi yangterjadi di ruangannya. Jadi memang dilakukansupervisi dan nanti dilanjutkan setelah brefingpagi, ee... PJ bersama Kepala Bagian itukeliling melihat satu persatu dari pasiennya ”(Tn. AA)

” Kadang - kadang juga sich kamingelakuinnya dilihat, terus ditanyaperkembangannya gimana, itu kan mungkinsalah satu juga apa tuh, ee... perhatian dariKepala Ruangan ” (Nn. FA)

15

” Ee... biasanya dia cumanmengawasi aja tapi untuk mengawasi sich...mengawasin. Ee... rutin, setiap kita melakukantindakan kan bisa ee... Kepala Bagian... selalukontrol ke kamar kayak itu aja. Waktunyabiasanya pagi hari” (Nn. AV)

” Kalau... misalnya mengawasilangsung nggak, kalau lagi keliling ye..., ya...pas kita lagi ganti balutan Kepala Ruangan danPJ - PJ masih keliling sekalian, mengawasi.Waktunya biasanya pagi hari, kalau pagi harikeliling ya rutin, cuman kalau pas keliling, paskita lagi belum ya... nggak ” (Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan mengenai supervisi dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan informasi bahwa Kepala Ruanganmengatakan harus melakukan supervisikepada perawat pelaksana, supervisi biasanyapagi hari kalau supervisi khusus itu sewaktu -waktu. Adapun petikan wawancara mendalamtersebut sebagai berikut :

” Harus... harus melakukan supervisikepada perawat pelaksana. Supervisi ee...memang biasanya pada pagi hari tetapimemang kalau supervisi khusus itu tidak setiaphari, dalam arti sewaktu - waktu kita melihat ”(Ny. VS)

Hasil ini sejalan juga denganpernyataan Direktur Keperawatan tentangsupervisi dalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren), didapatkan informasi bahwaDirektur Keperawatan menyatakan Supervisidari atasan untuk perawat pelaksana dalammelakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren) dilegislasikan ke Kepala Ruangan.Adapun petikan wawancara mendalamtersebut sebagai berikut :

” Kalau untuk Kepala Bagiannya ya...Artinya atasan langsung yang membawahi, ituada. Tetapi kalau dari saya itu yang tidak kitalakukan, karena sudah kita legislasikan. Jadiseluruh kegiatan operasional itu tanggungjawab penuh Kepala Bagian melakukanrevisi............ ” (Nn. SA)

Sedangkan dari hasil observasitentang supervisi dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren), didapatkan informasibahwa supervisi terhadap perawat pelaksanadalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren)sudah dilakukan oleh Kepala Ruangan

biasanya waktunya dilakukan pagi hari sehabisdoa pagi.

Dengan demikian dari hasilwawancara mendalam dan observasi diatasdapat diinterpretasikan bahwa KepalaRuangan sudah melakukan supervisi dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren) kepadaperawat pelaksana.

b. Perasaan Perawat yang dilakukanSupervisi oleh atasan

Hasil wawancara mendalam denganperawat mengenai perasaan perawat yangdilakukan supervisi oleh atasan, didapatkanbahwa secara keseluruhan perawatmenyatakan bahwa dengan adanya supervisidari atasan bukan merupakan suatu bebanbagi mereka . Adapun petikan wawancaramendalam tersebut sebagai berikut :

” Oo... khususnya saya sendirimerasa tidak sich, tidak terbebani karenamemang kalau kita bekerja sesuai prosedur,saya kira kan tidak ada yang perlu ditakutkandan saya kira kalau kita misalnyamendapatkan masukan untuk perkembangankita saya kira kita wajib menerima denganlapang dada” (Tn. AA)

” Tidak juga, biasa aja ” (Nn. FA)

” Biasa - biasa aja, kadang - kadangterbebani, kadang - kadang ya... kita butuh inijuga sich masukan gimana - gimana untukmelakukan perawatan luka” (Nn. AV)

” Seneng sich sebenarnya, kalau kitadiawasi seneng misalnya kita kan namanyamanusia kan ada yang lupa atau kurang kanbisa diingatkan, kalau kita sendiri kan nggak...nggak tahu...... ” (Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan tentang supervisi dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan informasi bahwa Kepala Ruanganmenyatakan Supervisi dari atasan untukperawat pelaksana dalam melakukanperawatan Luka Diabetikum (Gangren)dilegislasikan ke Kepala Bagian. Adapunpetikan wawancara mendalam tersebutsebagai berikut :

” Ee... saya kira mungkin ya...mungkin tidak, dalam arti ee... karena perawatdisini saya menilai bahwa mereka sudahmenjalankan apa yang seharusnya mereka

16

jalankan sehingga mereka walaupun tidakharusnya diawasi oleh Kepala Ruangan,perawatan luka tetap mereka lakukan ” (Ny.VS)

Sedangkan dari hasil observasitentang supervisi terhadap perasaan perawatyang dilakukan supervisi dari atasan dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan bahwa perawat tetap melakukanperawatan Luka Diabetikum (Gangren)walaupun tidak diawasi oleh Kepala Ruangan.

Dengan demikian dari hasilwawancara mendalam dan observasi diatasdapat diinterpretasikan bahwa perawat tetapmelakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren) walaupun tidak diawasi oleh KepalaRuangan.

Fasilitasa. Ketersediaan Fasilitas

Hasil wawancara mendalam denganperawat pelaksana mengenai ketersediaanfasilitas dan apakah itu sudah menunjangdalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan informasi bahwa secarakeseluruhan perawat menyatakan fasilitasdalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren)dirasakan sudah cukup menunjang. Adapunpetikan wawancara mendalam tersebutsebagai berikut :

” Ee... saya kira untuk ketersediaanjumlah peralatan GB standar sudah mencukupimungkin yang perlu dilihat lagi cuman mungkinketajaman gunting yang sekarang sudah mulaiberkurang, mungkin perlu diusulkan alat - alatbaru ” (Tn. AA)

” Untuk sejauh ini cukup ya..., cumanitulah kata saya tadi, mungkin karena kamiatau saya belum pernah ikut pelatihan. Jadisaya nggak tahu standar yang bener itu,fasilitasnya gimana, kita tidak bisa bandinginkan dengan standar yang benar dengan yangada di RS. Misalnya kalau kita udah pernahikut, kan setidaknya kita bisa bandingin di RSini sudah cukup atau belum ” (Nn. FA)

” Sudah ” (Nn. AV)

” Ya... mendukung sich ” (Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan tentang ketersediaan fasilitasdan apakah itu sudah menunjang dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren),

didapatkan informasi bahwa Kepala Ruanganmenyatakan ketersediaan fasilitas sudahmenunjang. Adapun petikan wawancaramendalam tersebut sebagai berikut :

” Sudah... sudah mendukung ” (VS)

Hasil ini berbeda dengan pernyataanDirektur Keperawatan tentang ketersediaanfasilitas dan apakah itu sudah menunjangdalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren).Adapun petikan wawancara mendalamtersebut sebagai berikut :

” Ee... mungkin kalau... kalau karenakita belum punya standar sehingga ee...artinya kalau khusus untuk ee... diabet sayarasa belum ya... Cuma nanti ada standar yangbaku ya... pasti akan dipenuhi, selagi belumada standar yang baku karena memangsemuanya meraba - raba, berdasarkaninstruksi tadi, ya... udah dia bisa pakek ini, alatyang ini, gitu... ” (Nn. SA)

Dari hasil observasi tentangketersediaan fasilitas dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren), didapatkan informasibahwa fasilitas yang menunjang dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren) secaraspesifik belum menunjang tapi untukperawatan luka secara umum sudahmenunjang.

Dengan demikian dari hasilwawancara mendalam dan observasi diatasdapat diinterpretasikan bahwa fasilitas dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren)dirasakan belum menunjang untukperawatannya karena Rumah Sakit belumpunya standar.

b. Kendala - kendala yang dihadapiHasil wawancara mendalam dengan

perawat mengenai kendala - kendala yangdihadapi dalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren), didapatkan informasi bahwa secarakeseluruhan perawat menyatakan kendala -kendala yang dihadapi selama ini dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren) antaralain bau dari lukanya, dan kurangnyainstrument untuk mengganti balutan. Adapunpetikan wawancara mendalam tersebutsebagai berikut :

”........... Kendalanya mungkin kalaumisalnya kita akan melakukan nekrotomisedikit kita takut ee... itu tadi yach, akan terjadiluka apa namanya perdarahan ataupun eememotong saraf, karena... khususnya untuk

17

saya, pelatihan tentang perawatan lukabelum... belum pernah mengikuti, itukendalanya mungkin dari saya ya, ....... ” (Tn.AA)

”Kendalanya kalau untuk dari fasilitassich nggak ada ya sejauh ini, paling ya... kalaumisalnya ininya dari lukanya itu karena kan,kebanyakan disini pasiennya kelas III, teruslukanya itu setidaknya kan menyebar, bauya...terus kadang kita nggak enak sendiridengan pasien sebelahnya, kayak itu..nahmungkin itu sich kendalanya ” (Nn. FA)

”Kendala - kendalanya ee... sedikit, itutuh dari pihak keluarga biasanya. Keluarga ituada yang sabar, agak sabar itu aja kendalanyadari pihak keluarga, dari yang lain - lain nggakada kayaknya. Ya.. kita kan manusia kadang -kadang emosi juga kalau keluarganya bilangSuster ini - ini kayak gitu ” (Nn. AV)

” Kendalanya yach, kalau kita disinikan, memang ada instrument untuk menggantibalutan, cuman berhubung kita ini penyakitdalam bukan bedah jadi instrumentnya itu satupaket, jadi kalau pagi kita sudah memakai onsteril, untuk sore itu kita harus menunggu yangsteril yang itu, baru ada lagi, nggak kayak diLukas kan berapa paket, ini cuma sepaket ”(Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan mengenai Kendala -kendalayang dihadapi selama ini dalam perawatanLuka Diabetikum (Gangren), didapatkaninformasi bahwa Kepala Ruangan menyatakankendala yang dihadapi selama ini adalah soaldokter dalam arti instruksi dokter dan dokteryang susah diajak bicara. Adapun petikanwawancara mendalam tersebut sebagai berikut:

” Kendala-kendalanya apa yach...Mungkin ee... soal dokter, dalam arti instruksidokter yang terkadang ee... menurut kitakurang... atau mungkin juga dokter - dokteryang susah diajak bicara ” (Ny. VS)

Sedangkan dari hasil observasitentang kendala - kendala yang dihadapidalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan bahwa perawat merasakan bauyang tidak sedap yang berasal dari lukaGangrennya pada saat melakukan perawatanLuka Diabetikum (Gangren) dan kurangnyainstrument untuk mengganti balutan.

Dengan demikian dari hasilwawancara mendalam dan observasi diatasdapat diinterpretasikan bahwa kendala –kendala yang dirasakan perawat, perawatmerasakan bau yang tidak sedap yang berasaldari luka Gangrennya pada saat melakukanperawatan Luka Diabetikum (Gangren),kurangnya instrument untuk mengganti balutandan komunikasi dengan dokter.

c. Harapan kedepannya mengenai fasilitasHasil wawancara mendalam dengan

perawat pelaksana mengenai harapankedepannya tentang fasilitas dalam perawatanLuka Diabetikum (Gangren), didapatkaninformasi bahwa secara keseluruhan perawatpelaksana menyatakan harapan mengenaifasilitas di Yosef 1 kalau fasilitasnya rusakdiperbaiki, instrument ganti balutannyaditambah dan kalau bisa setiap pasienGangren itu diisolasi. Adapun petikanwawancara mendalam tersebut sebagai berikut:

” Harapan mengenai fasilitas ya...apabila alat – alatnya sudah rusak cepatya....... diperbaiki atau diganti dengan yangbaru ” (Tn. AA)

” Harapannya ya... itu dari segikeperawatan ye..., saya harap semua perawatitu ngelakuin perawatan luka itu dengan baikdan benar, terus kalau dari lingkungannyakalau bisa setiap pasien yang luka Gangren ituya... diisolasi. Fasilitas untuk sekarang ini kansudah cukup ” (Nn. FA)

” Harapan kedepannya semoga diyang akan datang, perawat - perawat lebih lagimelayani pasien - pasiennya dengan hati yangsabar, terus apa tuh luka misalnya kitamerawat luka, lukanya itu sembuh, kayak ituaja harapan. Kalo untuk fasilitasnya, ya........semoga di... ditambah lagi lah, lebih bagus lagiee... peralatannya, itu aja ” (Nn. AV)

” Ya... harapannya yach. Instrumentuntuk mengganti balutan, ya... ya... lebihadalah jangan sampek sepaket, ya... kalaubisa ya, kalau misalnya ada yang pagi sore jadiee... kita untuk mengganti yang sore tidakharus menunggu habis yang pagi dipakek tadi” (Nn. AD)

Hasil ini sejalan dengan pernyataanKepala Ruangan mengenai fasilitas dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren),didapatkan informasi bahwa Kepala Ruangan

18

menyatakan harapan mengenai fasilitas diYosef 1 kalau fasilitasnya rusak diperbaiki,kalau sudah aus diganti. Adapun petikanwawancara mendalam tersebut sebagai berikut:

” Kalau sarana dan prasarana karenamemang sudah lengkap,... kalau memangrusak ya diperbaiki, kalau memang sudah ausdiganti begitu ya karena memang banyakbarang yang sudah tua karena juga RumahSakit TK II DR AK Gani sudah usianya kuranglebih 50 tahun, jadi ya... mungkin peralatannyatidak secanggih dengan Rumah Sakit yangbaru berdiri ” (Ny.VS)

Dari hasil seluruh wawancaramendalam diatas dapat diinterpretasikanbahwa secara keseluruhan perawatmengharapkan kalau fasilitasnya rusakdiperbaiki, alat ganti balutan ditambah, danpasien Gangren sebaiknya ditempatkan dikamar isolasi.

Hasil Observasi PartisipatifDari hasil observasi yang dilakukan

kepada perawat pelaksana di Ruang DahliaRumkit TK II DR AK Gani Palembang dalammelakukan tindakan ganti balutan pada LukaDiabetikum (Gangren) didapatkan bahwasecara keseluruhan perawat pelaksanamelakukan tindakan perawatan lukaberdasarkan instruksi dari dokter mengenaipemilihan cairan, teknik pencucian luka danbalutan yang digunakan, serta waktupenggantian balutan.

Selain itu didapati juga bahwamotivasi perawat pelaksana dalam melakukanperawatan Luka Diabetikum (Gangren) sudahada dari dalam dirinya, ketersediaan StandarProsedur Operasional (SPO) untuk LukaDiabetikum (Gangren) belum tersedia,supervisi dari Kepala Ruangan kepadaperawat pelaksana dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) sudah dilakukan secararutin pada pagi hari, dan fasilitas di ruangandalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren)seperti instrumen untuk ganti balutan masihkurang dan belum tersedia balutan khususuntuk Luka Diabetikum (Gangren).

PEMBAHASAN

Keterbatasan PenelitianPenelitian ini menggunakan metode

kualitatif, dengan maksud untuk menemukaninformasi yang mendalam mengenai

keterkaitan faktor individu, psikologis, danorganisasi yang mempengaruhi peran perawatdalam melakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren). Informasi yang diperoleh penelitiharus mengarah pada tujuan yang ingindicapai agar dapat menemukan akarpermasalahan. Untuk itu pemahaman daninterprestasi yang baik dari seorang penelititerhadap informasi yang diberikan merupakanhal penting yang harus dimiliki.

Pada saat penelitian dilaksanakan,peneliti mendapatkan kesulitan waktu yangkurang cukup untuk melakukan wawancaramendalam mengingat waktu yang digunakanadalah pada saat jam kerja, untuk mengatasiini peneliti melakukan wawancara mendalampada saat waktu istirahat, sebelum jam dinasdan setelah jam pulang. Selain itu pada saatdilakukan wawancara didapatkan gangguan –gangguan yang berdampak pada proseskomunikasi yang tidak optimal sehinggamemungkinkan informasi yang disampaikanjuga tidak terlalu mengesplorasikan apa yangmereka rasakan, informasi yang diberikan olehinforman dalam wawancara mendalam hanyamengandalkan daya ingat dan perasaansehingga bisa saja terjadi faktor lupa dan bias,untuk meminimalkan hal ini peneliti melakukanwawancara mendalam dalam kondisi yangtidak terlalau formal dan lebih kearahpercakapan biasa dan menggunakan taperecorder. Dilakukan lebih dari satu waktu tetapitetap fokus kesasaran dan informasi yang ingindidapat. Lalu peneliti juga mendapatkanpenolakan untuk dilakukan wawancaramendalam dari beberapa informan yangsebelumnya sudah ditetapkan sehinggapeneliti terpaksa menggantinya denganinforman lain yang masih dalam ruang lingkuppenelitian.

Pembahasan Variabel PenelitianFaktor Individu

PengetahuanPengetahuan yang diperoleh dari

informan mengenai perawatan LukaDiabetikum (Gangren), secara keseluruhanmemiliki pengetahuan yang cukup baikmengenai perawatan Luka Diabetikum(Gangren) meliputi pengkajian, pemilihancairan, teknik pencucian luka, pemilihan jenisbalutan, tindakan debridement, dan perawatankulit di sekitar Luka Diabetikum (Gangren).

Informasi yang diperoleh dariinforman mengenai pengkajian pada pasiendengan Luka Diabetikum (Gangren)

19

didapatkan bahwa keempat perawat pelaksanamenyatakan yang perlu dikaji pada pasienLuka Diabetikum (Gangren) yaitu kondisi luka,gula darah, tingkat infeksi, jaringan yangnekrotik, dan perawatan luka sebelumnya.Melalui triangulasi sumber dengan KepalaRuangan yang menegaskan bahwa yang perludikaji pada pasien dengan Luka Diabetikum(Gangren) adalah jenis luka, baunya dan letakluka.

Menurut Gitarja & Asmi, (2007)pengkajian luka merupakan prosespengumpulan data yang bertujuan untukmenilai keseriusan suatu luka, menyesuaikankondisi luka dengan proses penyembuhanluka, observasi kondisi luka setiap saat apakahterjadi perubahan setiap penggantian balutanyang meliputi lokasi dan letak luka, stadiumluka, warna dasar luka, bentuk dan ukuranluka, status vascular, status neurologik daninfeksi. Pengkajian harus merupakan dataklinis yang dapat dikomunikasikan secara jelassehingga terdapat kesinambungan antaraperencanaan dengan kenyataan. Evaluasiyang didapatkan dari hasil pengkajianmerupakan dasar pengobatan selanjutnya.

Berdasarkan hasil penelitian dan teoriterkait, peneliti berpendapat bahwa secarakeseluruhan informan mengetahui pengkajianpada pasien dengan Luka Diabetikum(Gangren) yaitu kondisi dari luka itu sendirimeliputi lokasi dan letak luka, bentuk danukuran luka, stadium luka, serta tingkat infeksi.

Informasi yang diperoleh dariinforman mengenai pemilihan cairan untukpencucian Luka Diabetikum (Gangren)didapatkan bahwa keempat perawat pelaksanamenyatakan pemilihan cairan untuk pencucianLuka Diabetikum (Gangren) biasanya kitamenggunakan cairan NaCl atau NaCl ditambahGaramycin atau H2O2 tergantung dari orderdokter. Melalui triangulasi sumber denganKepala Ruangan yang menegaskan bahwapemilihan cairan untuk pencucian LukaDiabetikum (Gangren) adalah otoritas daridokter apabila dokter tidak memberikaninstruksi biasanya menggunakan cairanisotonis atau NaCl.

Menurut Gitarja & Asmi, (2007)pencucian luka adalah mencuci denganmenggunakan cairan non toksik terhadapjaringan untuk membuang jaringan nekrosis,cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yangdigunakan dan sisa metabolik tubuh padacairan luka. Mencuci dapat meningkatkan,memperbaiki dan mempercepat proses

penyembuhan luka serta menghindarikemungkinan terjadinya infeksi. Pencucianluka merupakan aspek yang paling mendasardalam manajemen luka. Merupakan dasarproses penyembuhan luka yang baik, karenaluka akan sembuh dengan baik jika luka dalamkondisi bersih.

Menurut Gitarja & Asmi, (2007) belumada kesepakatan mengenai cairan yangdigunakan untuk pembersihan luka. Cairannormal salin / NaCL 0,9 % atau air yang sterilsangat direkomendasikan sebagai cairanpembersih luka pada semua jenis luka. Cairanini merupakan cairan isotonik, tidak toksikterhadap jaringan, tidak menghambat prosespenyembuhan luka dan tidak menyebabkanreaksi alergi atau merubah flora bakteri padakulit. Penggunaan hidrogen peroksida,hydroclorite solution dan cairan debridementlainnya sebaiknya hanya digunakan padajaringan nekrotik / slough pada luka dan tidakdigunakan pada jaringan granulasi. Cairanantiseptik seperti iodine, alkohol 70 %, chlorin,rivanol sebaiknya hanya digunakan saat lukaterinfeksi atau tubuh pada keadaan penurunanimunitas, yang kemudian setelah diberikandilakukan pembilasan kembali dengan larutannorma salin.

Berdasarkan hasil penelitian dan teoriterkait, peneliti berpendapat bahwa secarakeseluruhan informan sudah mengetahuipemilihan cairan yang baik untuk pencucianLuka Diabetikum (Gangren) yaitu denganmenggunakan cairan NaCl atau NaCl ditambahGaramycin atau cairan H2O2 pada luka yangbanyak pusnya, tapi dalam pemilihan cairan inimerupakan otoritas dan wewenang dari dokter.

Informasi yang diperoleh dariinforman mengenai teknik pencucian LukaDiabetikum (Gangren) didapatkan bahwakeempat perawat pelaksana menyatakanteknik pencucian untuk Luka Diabetikum(Gangren) setelah balutan dibuka, luka dicucibila banyak pusnya agak dipencet – pencet,kalau ada jaringan mati bisa dilakukannekrotomi. Melalui triangulasi sumber denganKepala Ruangan yang menegaskan bahwateknik pencucian Luka Diabetikum (Gangren)tekniknya menggunakan irigasi, dibersihkandari atas dulu kemudian ke bawah apabilalukanya banyak nekrose digunakan H2O2.

Menurut Gitarja & Asmi, (2007) teknikpencucian luka diantaranya dengan Swabbing,Scrubbing, Showering (irigasi), Hydrotherapi,Whirpool dan Bathing. Mencuci dengan teknikSwabbing, Scrubbing tidak terlalu dianjurkanpada pencucian luka, karena dapat

20

menyebabkan trauma pada jaringan granulasidan epithelium, juga membuat bakteriterdistribusi bukan mengangkat bakteri sertadapat meningkatkan inflamasi luka. TeknikShowering (irigasi), Whirpool dan Bathingadalah teknik yang paling sering digunakan.Keuntungan dari teknik ini adalah : denganteknik tekanan yang cukup dapat mengangkatbakteri yang terkolonisasi, mengurangiterjadinya trauma, dan mencegah terjadinyainfeksi silang.

Berdasarkan hasil penelitian dan teoriterkait, peneliti berpendapat bahwa secarakeseluruhan informan sudah menggunakanteknik pencucian yang baik untuk LukaDiabetikum (Gangren) yaitu dengan carairigasi, luka dicuci dengan cairan yang telahinstruksikan oleh dokter.

Informasi yang diperoleh dariinforman mengenai pemilihan balutan untukLuka Diabetikum (Gangren) didapatkan bahwakeempat perawat pelaksana menyatakanpemilihan balutan atau topical untuk LukaDiabetikum (Gangren) tergantung dari instruksidokter, biasanya menggunakan kasa steril laludibalut dengan swatel. Melalui triangulasisumber dengan Kepala Ruangan yangmenegaskan bahwa balutan yang biasadigunakan menggunakan kasa steril kalaupasien mempunyai uang bisa disarankanmenggunakan balutan khusus seperti Melolin

Menurut Gitarja & Asmi, (2007)memilih balutan merupakan suatu keputusanyang harus dilakukan untuk memperbaikikerusakan jaringan integumen. Berhasiltidaknya luka membaik, tergantung kepadakemampuan perawat dalam memilih balutanyang tepat, efektif dan efisien. Tujuan daripemilihan jenis balutan adalah memilih jenisbalutan yang dapat mempertahankansuasanan lingkungan luka dalam keadaanlembab, mempercepat proses penyembuhanhingga 50 %, absorbsi eksudat / cairan lukayang keluar secara berlebihan, membuangjaringan nekrotik / slough dengan mendukungterjadinya autolysis, kontrol terhadap resikoinfeksi / terhindar dari kontaminasi, nyamandigunakan dan menurunkan rasa sakit saatmengganti balutan dan cost efective(menurunkan jumlah biaya dan waktuperawatan). Contoh jenis balutan / topicalterapy adalah Calcium alginate, Hydroactivegel, Hydrokoloid, Hydrocellulosa, Metcovazin,Foam dressing, Hydrofobik Dressing, danSilver dressing.

Berdasarkan hasil penelitian dan teoriterkait, peneliti berpendapat bahwa secara

keseluruhan informan belum menggunakanbalutan khusus untuk Luka Diabetikum(Gangren) tapi menggunakan kasa steril laludibalut dengan swatel. Informasi yangdiperoleh dari informan mengenai pengertiantindakan debridement didapatkan bahwakeempat perawat pelaksana menyatakantindakan debridement itu arahnya untukmembuka luka, membersihkan luka kalaubanyak jaringan yang sudah mati bisa dipotongdan dibuang. Melalui triangulasi sumberdengan Kepala Ruangan yang menegaskanbahwa tindakan debridement adalahmengangkat atau membuang jaringan yangkotor atau nekrose.

Menurut Gitarja & Asmi, (2007)debridement adalah membuang jaringannekrotik / slough pada luka. Debridementdilakukan untuk menghindari terjadinya infeksiatau selulitis, karena jaringan nekrotik selaluberhubungan dengan adanya peningkatanjumlah bakteri. Setelah debridement, jumlahbakteri akan menurun dengan sendirinya yangdiikuti dengan kemampuan tubuh secara efektifmelawan infeksi. Secara alami, dalam keadaanlembab, tubuh akan membuang sendirijaringan nekrotik / slough yang menempelpada luka (peristiwa autulisis).

Berdasarkan hasil penelitian dan teoriterkait, peneliti berpendapat bahwa secarakeseluruhan informan sudah mengetahuipengertian tindakan debridement yaitumembuang jaringan yang sudah nekrotik ataumati.

Informasi yang diperoleh dariinforman mengenai perawatan kulit disekitarLuka Diabetikum (Gangren) didapatkan bahwakeempat perawat pelaksana menyatakantindakan perawatan kulit di sekitar LukaDiabetikum (Gangren) dibersihkan terkadangdiberikan salep tergantung order dari dokter.Melalui triangulasi sumber dengan KepalaRuangan yang menegaskan bahwa perawatankulit di sekitar Luka dibersihkan dengan cairanNaCl.

Menurut Gitarja & Asmi, (2007)melindungi kulit disekitar luka adalah pentinguntuk menghindari terjadinya luka baru. Padaperawatan Luka Diabetikum ini, pembalutanakan membutuhkan waktu yang cukup lamasehingga penting melindungi kulit di sekitarluka. Penggunaan zink – oxide salep cukupefektif dipakai untuk melindungi kulit di sekitarluka dari cairan dan eksudat yang berlebihan.

Berdasarkan hasil penelitian dan teoriterkait, peneliti berpendapat bahwa secarakeseluruhan informan melakukan perawatan

21

kulit disekitar Luka Diabetikum (Gangren)dengan cara dibersihkan dan menggunakansalep apabila ada instruksi dari dokter.

Pengetahuan merupakan faktorpemicu terlaksananya suatu perilaku. MenurutGreen (1980) dalam Notoatmodjo (2003)menyatakan bahwa faktor pengetahuanmempunyai faktor yang sangat besar karenapengetahuan dapat sebagai motivasi awal bagiseseorang untuk berperilaku, namunperubahan pengetahuan tidak selalumenyebabkan perubahan perilaku.

Hasil penelitian ini didukung denganteori Notoatmodjo, (2003) bahwa tingkatanpengetahuan yang paling rendah dari suatupengetahuan dengan mengidentifikasi sesuatusecara spesifik disebut dengan tahu yangartinya mengingat suatu materi yang telahdipelajari sebelumnya, termasuk kedalampengetahuan tingkat ini adalah mengingatkembali terhadap suatu spesifik dari seluruhbahan yang dipelajari atau rangsangan yangtelah diterima, sehingga seseorangmempunyai kemampuan untuk menggunakanmateri yang telah dipelajari pada kondisisebesarnya dan mampu memanfaatkanpengetahuan dan pemecahan masalah.

Sejalan dengan hasil penelitian diatasMuhajir, (2007) dalam penelitiannya tentanganalisis penerapan teknik aseptik padaperawatan luka pasca bedah yangmengatakan bahwa perawat yang bekerja diIrna Bedah RSUD Palembang BARImempunyai pengetahuan yang cukup baiktentang teknik aseptik. Hal ini dapatdiasumsikan bahwa pengetahuan / kognitipmerupakan domain yang sangat penting dalammembentuk tindakan seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian diatas,teori dan hasil penelitian terkait, menurutanalisis peneliti untuk melakukan suatutindakan dengan baik seorang perawat harusdidukung dengan pengetahuan yang baik.Pengetahuan yang baik tentang perawatanLuka Diabetikum (Gangren) yang dimiliki olehperawat merupakan faktor pendukung perawatdalam melakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren) di Ruang Dahlia Rumkit TK II DRAK Gani Palembang. Peneliti berpendapatbahwa pengetahuan informan dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren) sudahcukup baik dimana informan mampumemberikan informasi yang benar walaupunbelum secara tepat. Secara keseluruhanperawat pelaksana belum menggunakanbalutan khusus untuk Luka Diabetikum(Gangren) dikarenakan dalam melakukan

perawatan lukanya belum secara mandirihampir 90 % tergantung atau menjalankaninstruksi dan order dari dokter.

Faktor PsikologisPersepsi

Persepsi yang diperoleh dari informanmengenai peran perawat dalam perawatanLuka Diabetikum (Gangren), didapatkaninformasi bahwa secara keseluruhan informansudah memiliki persepsi yang baik mengenaiperan perawat dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) dan persepsi yang tidakbaik terhadap perawat yang tidak melakukanperannya dalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren).

Informasi yang diperoleh dariinforman terkait dengan pandangan mengenaiperan perawat dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) didapatkan bahwakeempat perawat pelaksana menyatakanperan perawat dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) sangat penting.Informasi ini sejalan dengan informasi yangdiperoleh dari Kepala Ruangan dan DirekturKeperawatan yang menyatakan bahwa peranperawat dalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren) sangat besar dan penting.

Sedangkan persepsi yang diperolehmengenai perawat yang tidak menjalankanperannya dalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren) didapatkan bahwa keempat perawatpelaksana menyatakan pandangan mengenaiperawat yang tidak melakukan perannya dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren) jelek,sebaiknya tidak usah jadi perawat, berarti diatidak jadi perawat sepenuhnya. Informasi inisejalan dengan informasi yang didapat dariKepala Ruangan yang menyatakan bahwapandangan terhadap perawat yang tidakmelakukan perannya dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) sebaiknya janganmenjadi perawat. Hal ini ditegaskan olehDirektur Keperawatan bahwa pandanganmengenai perawat yang tidak melakukanperannya dalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren) itu merupakan suatu keprihatinan.

Dari hasil penelitian didapatkaninterpretasi yang menunjukkan bahwa persepsiperawat mengenai perawatan Luka Diabetikum(gangren) sudah cukup baik. Hal ini secaraimplisit dinyatakan dalam setiap jawabaninforman WM. Ini merupakan salah satu faktorpendukung perawat dalam melakukanperawatan Luka Diabetikum (Gangren) diRuang Dahlia Rumkit TK II DR AK GaniPalembang. Terkait dengan hasil penelitian ini

22

Walgito (2002) dalam Muhajir (2007)mengemukakan persepsi merupakan suatuproses yang didahului oleh prosespenginderaan yaitu dimana stimulus diterimaoleh individu melalui alat indera kemudianditeruskan ke otak. Lalu dipersepsikan olehmanusia itu sendiri. Proses tersebut diawalidari adanya stimulus yang ditangkap olehpanca indera sehingga individu mengerti danmemahami tentang sesuatu hal, jadi persepsimerupakan proses yang terintegrasi dalam diriindividu terhadap stimulus yang diterimanya.

Berdasarkan hasil penelitian dan teoriterkait, peneliti berpendapat bahwa secarakeseluruhan informan sudah mempunyaipersepsi yang baik bahwa peran perawatdalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren)sangat penting dan mengenai perawat yangtidak menjalankan perannya dalam perawatanLuka Diabetikum (Gangren) sebaiknya tidakusah jadi perawat.

MotivasiInformasi yang diperoleh dari

informan mengenai motivasi dalam melakukanperawatan Luka Diabetikum (Gangren)didapatkan bahwa keempat perawat pelaksanamenyatakan motivasi dari Kepala Ruangandalam melakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren) berupa adanya pelatihan, dorongandan akan mendapatkan sangsi minimal berupateguran apabila tidak melaksanakannya.

Hal ini ditegaskan oleh KepalaRuangan bahwa motivasi yang diberikanberupa reward (pujian) dan akan mendapatkansangsi minimal teguran apabila tidakmelakukan perawatan luka. Disampaikan jugaoleh Direktur Keperawatan, beliaumenyampaikan bahwa motivasi yang diberikandari pihak RS adalah peningkatan ilmupengetahuan berupa pelatihan – pelatihanuntuk perawat. Bagi perawat yang tidakmelakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren) akan mendapatkan sangsi daripihak RS tapi sekarang lebih pada pembinaan.

Dari hasil observasi didapatkanbahwa secara keseluruhan perawat pelaksanamempunyai motivasi yang kuat dalammelakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren). Hal ini dibuktikan dengan secarakeseluruhan perawat sudah melakukanperawatan Luka Diabetikum (Gangren) sesuaiorder dokter, jika itu dua kali sehari makaperawat melaksanakannya.

Motivasi adalah karakteristik psikologimanusia yang memberikan kontribusi padatingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk

faktor – faktor yang menyebabkan,menyalurkan, dan mempertahankan tingkahlaku manusia dalam arah tekad tertentu(Stoner & Freeman, 1995 dalam Nursalam,2007). Sedang menurut Stoner & Freeman(1995) dalam Nursalam (2007) memotivasiadalah proses manajemen untukmempengaruhi tingkah laku manusiaberdasarkan pengetahuan mengenai ” apayang membuat orang tergerak ”. Menurutbentuknya motivasi terdiri atas : motivasiintrinsik, yaitu motivasi yang datangnya daridalam diri individu dan motivasi ekstrinsik,yaitu motivasi yang datangnya dari luarindividu serta motivasi terdesak, yaitu motivasiyang muncul dalam kondisi terjepit danmunculnya serentak serta menghentak dancepat sekali.

Berdasarkan hasil penelitian dan teoriterkait, peneliti berpendapat bahwa secarakeseluruhan perawat pelaksana sudahmempunyai motivasi yang kuat dari dalamdirinya sendiri dalam melakukan perawatanLuka Diabetikum (Gangren).

Faktor OrganisasiStandar Prosedur Operasional (SPO)

Informasi yang diperoleh dariinforman mengenai ketersediaan StandarProsedur Operasional (SPO) tentangperawatan Luka Diabetikum (Gangren)didapatkan bahwa keempat perawat pelaksanamenyatakan Standar Prosedur Operasional(SPO) untuk perawatan Luka Diabetikum(Gangren) belum ada tapi untuk luka secaraumum SPOnya sudah ada, letaknya di kamar15. Dari hasil triangulasi sumber denganKepala Ruangan dan Direktur Keperawatandidapatkan informasi yang sejalan denganketerangan sebelumnya bahwa memangbelum ada standar (SPO) untuk perawatanLuka Diabetikum (Gangren).

Sejalan dengan penelitian diatas,Nursalam, (2007) menuliskan bahwa StandarProsedur Operasional (SPO) adalah suatustandar atau pedoman tertulis yangdipergunakan untuk mendorong danmenggerakkan suatu kelompok untukmencapai tujuan organisasi.

Terkait dengan hasil penelitian danteori terkait diatas, menurut analisis penelitiperlu suatu pemahaman, motivasi dankerjasama dari pihak manajemen Rumah Sakituntuk menyusun sebuah standar yang khususdalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren),karena dalam pelayanan kesehatan, hasilmungkin tidak selalu seperti apa yang

23

diharapkan atau diinginkan, namun standardan proses yang baik akan menunjukkansejauh mana kemungkinan pencapaianoutcome atau hasil yang diharapkan. Jadi,belum optimalnya peran perawat dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren) diPaviliun Yosef I Rumah Sakit RK CharitasPalembang bisa dipengaruhi oleh faktorketersediaan Standar Operasional (SPO).

SupervisiInformasi yang diperoleh dari

informan mengenai supervisi yang dilakukandalam perawatan Luka Diabetikum (Gangren)didapatkan bahwa keempat perawat pelaksanamenyatakan supervisi atau pengawasan sudahdilakukan rutin pada pagi pagi hari. Setelahmelakukan triangulasi sumber dengan KepalaRuangan, peneliti mendapatkan informasi yangsama, dikatakan bahwa supervisi kepadaperawat pelaksana sudah dilakukan secararutin pada pagi hari. Disampaikan oleh DirekturKeperawatan bahwa supervisi dari atasanuntuk perawat pelaksana dalam melakukanperawatan Luka Diabetikum (Gangren)dilegislasikan ke Kepala Bagian. Dari hasilobservasi peneliti melihat Kepala Ruangansudah melakukan supervisi kepada perawatpelaksana secara rutin pada pagi hari sehabisdoa pagi.

Menurut Ilyas, (2003) supervisi adalahproses memacu anggota unit kerja untukberkontribusi secara positif agar tujuanorganisasi tercapai. Supervisi keperawatanadalah proses pemberian sumber – sumberyang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikantugasnya dalam rangka pencapaian tujuan.

Supervisi merupakan suatu bentukpengawasan yang dilakukan secara berkalaoleh pihak Rumah Sakit yang mengawasi kerjaperawat, keadaan pasien dan juga membantumenyelesaikan masalah perawat. Denganadanya supervisi ini dapat memberikanmotivasi kepada perawat untuk bekerja denganlebih baik. Dalam hal ini pihak Rumah Sakitsudah mendelegasikan ke Kepala Ruanganuntuk melakukan supervisi ke perawatpelaksana.

Berdasarkan hasil penelitian dan teoriterkait, peneliti berpendapat bahwa KepalaRuangan sudah melakukan supervisi kepadaperawat pelaksana dan dengan adanyasupervisi tersebut perawat pelaksana tidakmerasa terbebani.

Fasilitas

Informasi yang diperoleh dariinforman terkait dengan fasilitas dalam halsarana dan prasarana dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) didapatkan bahwakeempat perawat pelaksana menyatakanfasilitas di Paviliun Yosef 1 sejauh ini cukupmendukung dalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren).

Melalui triangulasi sumber denganKepala Ruangan Ruang Dahlia, penelitimendapat informasi yang menguatkaninformasi sebelumnya bahwa ketersediaanfasilitas di Paviliun Yosef 1 sudah cukupmenunjang untuk perawatan Luka Diabetikum(Gangren). Hal ini tidak sejalan denganpernyataan Direktur Keperawatan yangmenyatakan bahwa ketersediaan fasilitas diruang perawatan khusus untuk LukaDiabetikum (Gangren) saya rasa belummenunjang karena belum punya standar tapiuntuk perawatan luka secara umum sudahmendukung.

Dari hasil observasi didapatkanbahwa ketersediaan fasilitas untuk perawatanluka secara umum sudah menunjang karenaStandar Prosedurnya sudah ada tapi untukperawatan Luka Diabetikum (Gangren) belum,karena belum punya standar, fasilitas manayang akan dilengkapi.

Menurut Notoatmodjo, (2003) untukmewujudkan sikap menjadi suatu perbuatannyata diperlukan faktor pendukung atau kondisiyang memungkinkan antara lain fasilitas.Fasilitas merupakan suatu faktor pendukungdari tingkat kesehatan yang terwujud dalamlingkungan fisik. Sarana kesehatan berfungsiuntuk melakukan upaya kesehatan dasar atauupaya kesehatan dan kesehatan penunjang(Undang - Undang Kesehatan Nomor 23Tahun 1992 Pasal 57).

Dari hasil penelitian dan teori terkaitdiatas, menurut analisis peneliti fasilitasmerupakan suatu faktor pendukung dari tingkatkesehatan yang terwujud dalam lingkunganfisik. Tersedia atau tidak tersedianya fasilitasatau sarana kesehatan termasuk jugakelengkapan dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren). Berdasarkan hasilpenelitian yang terungkap diatas, menunjukkanfasilitas juga dapat dimasukkan dalam salahsatu faktor yang mempengaruhi peran perawatdalam melakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren) di Ruang Dahlia Rumkit TK II DRAK Gani Palembang belum optimal.

24

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang

telah peneliti lakukan di Ruang Dahlia RumkitTK II DR AK Gani Palembang tahun 2014 danpembahasan diatas, dapat disimpulkansebagai berikut :1. Dari faktor individu dapat disimpulkan

bahwa secara keseluruhan perawatpelaksana memiliki pengetahuan yangcukup baik mengenai perawatan LukaDiabetikum (Gangren) yang meliputipengkajian pada pasien dengan LukaDiabetikum (Gangren), pemilihan cairandan teknik pencucian untuk LukaDiabetikum (Gangren), pemilihan jenisbalutan atau topical terapy untuk LukaDiabetikum (Gangren), tindakandebridement, serta perawatan kulitdisekitar Luka Diabetikum (Gangren).

2. Dari faktor psikologis mengenai persepsidapat disimpulkan bahwa secarakeseluruhan perawat mempunyai persepsiyang baik mengenai peran perawat dalamperawatan Luka Diabetikum (Gangren)dan persepsi yang tidak baik mengenaiperawat yang tidak melakukan perannyadalam perawatan Luka Diabetikum(Gangren).

3. Dari faktor psikologis mengenai motivasidapat disimpulkan bahwa secarakeseluruhan perawat sudah memilikimotivasi untuk melakukan perawatan LukaDiabetikum (Gangren). Motivasi yangdimiliki oleh perawat adalah motivasiintrinsik atau motivasi yang berasal daridalam dirinya sendiri sehingga peranperawat dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren) menjadi optimal.

4. Dari faktor organisasi mengenaiketersediaan Standar ProsedurOperasional (SPO) dapat disimpulkanbahwa ketidaktersediaan SPOmenyebabkan belum optimalnya peranperawat dalam melakukan perawatanLuka Diabetikum (Gangren) karenaperawat dalam melakukan perawatanmasih menunggu / berdasarkan instruksidokter.

5. Dari faktor organisasi mengenai supervisidapat disimpulkan bahwa supervisi dariKepala Ruangan mengenai perawatanLuka Diabetikum (Gangren) sudahdilakukan secara rutin pada pagi hari.

6. Dari faktor organisasi mengenai fasilitasdapat disimpulkan bahwa fasilitas yang

berada di RuangDahlia sudah cukupmenunjang untuk perawatan LukaDiabetikum (Gangren).

SaranBagi Direktur Keperawatan RS RK CharitasPalembang1. Bagi saya mengingat hasil penelitian ini

bahwa perawat memiliki pengetahuanyang cukup baik mengenai perawatanLuka Diabetikum (Gangren), maka saranyang dapat diberikan oleh peneliti adalah :a. Melakukan program pendidikan dan

pembinaan perawat melalui pelatihanatau seminar secaraberkesinambungan terkait denganmanajemen perawatan lukakhususnya Luka Diabetikum(Gangren)

b. Menempatkan buku – buku panduanyang terkait dengan perawatan LukaDiabetikum (Gangren) yang dapatsegera dibaca oleh setiap perawatpelaksana

2. Diharapkan segera menyusun StandarProsedur Operasional untuk perawatanLuka Diabetikum (Gangren)

3. Melengkapi fasilitas yang menunjangdalam melakukan perawatan LukaDiabetikum (Gangren) meliputi instrumenuntuk ganti balutan dan menyediakanbalutan khusus untuk Luka Diabetikum(Gangren)

Bagi Perawat Ruang Dahlia Rumkit TK II DRAK Gani Palembang1. Berlomba – lomba mengikuti pelatihan

atau seminar khususnya mengenaimanajemen perawatan khususnya LukaDiabetikum (Gangren) guna menambahwawasan mendapatkan perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi dalammelakukan perawatan Luka Diabetikum(Gangren)

2. Bertanggung jawab akan teori dan ilmukeperawatan yang sudah diperolehselama mengikuti pelatihan atau seminardengan bersungguh – sungguhmengaplikasikannya pada tatanan praktiksecara profesional

Bagi Peneliti BerikutnyaDiharapkan dapat meneliti faktor lain

seperti pelatihan atau seminar, perilaku,sumber daya, kepemimpinan, struktur,imbalan, sikap dan sebagainya mengenai

25

peran perawat dalam perawatan LukaDiabetikum (Gangren).

DAFTAR PUSTAKA

Adam, John M F. .Kaki Diabetes. (online).(http : //www.kalbe.co.id/files/09-kakidiabetes.pdf/09.kaki diabetes.html,diakses 28 April 2008).

Ali, Zaidin. (2001). Dasar – DasarKeperawatan Profesional. Jakarta :Widya Medika.

Ashari, Irwan. (2008). Kaki Diabetik. (online).(http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/kaki-diabetik.html, diakses 28 Mei 2008)

Blais, Kathleen Koenig, et all. (2006). PraktikKeperawatan Profesional : Konsepdan Perspektif, Edisi 4, Alih BahasaYuyun Yuningsih & Nike BudhiSubekti, Editor Edisi BahasaIndonesia : Fruriolina Ariani & PamilihEko Karyuni. Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. (2000). Buku SakuKeperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Cahyono, J.B. Suharjo. (2006). ParadigmaHidup Sehat : Gaya Hidup danPenyakit Modern. Palembang : RSRK Charitas.

Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku SakuPatofisiologi, Alih Bahasa : Brahm U.Pendit, Editor Edisi BahasaIndonesia : Endah Pakarya Ningsih,Jakarta : EGC.

Doengoes, Marylinn E. (2000). RencanaAsuhan Keperawatan, PedomanUntuk Perencanaan danPendokumentasian PerawatanPasien, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Esty Wahyuningsih & Nike Budhi Subekti(editor) . (2005). Pedoman PerawatanPasien, Alih Bahasa : Monica Ester.Jakarta : EGC.

Farah, Puan. . Penawar DiabetesYang Mujarab. (online). (http ://www.kacipemas.com/gangren.html,diakses 28 April 2008).

Gitarja & Asmi. (2007). Materi PelatihanPerawatan Luka Basic danApplication. Bogor : Wocare Clinic.

Hidayat, A. Azis Alimul. (2007). PengantarKonsep Dasar Keperawatan, Edisi 2.Jakarta : Salemba Medika.

Ilyas, Yaslis. (2001). Kinerja : Teori, PenilaianDan Penelitian. Jakarta : PusatKajian Ekonomi Kesehatan FKM UI

Long, Barbara C. (2001). Perawatan MedikalBedah, Edisi 3. Bandung : YayasanIkatan Alumni PendidikanKeperawatan Padjajaran.

Morison, Moya J. (2003). Manajemen Luka,Editor Edisi Bahasa Indonesia :Florinda & Monica Ester. Alih Bahasa: Tyasmono A. F. Jakarta : EGC.

Mubin, A. Halim. (2001). Panduan Praktis IlmuPenyakit Dalam : Diagnosis danterapi. Jakarta : EGC.

Muhajir, Hardian. (2007). Skripsi : AnalisisPenerapan Teknik Aseptik PadaPerawatan Luka Pasca Bedah Di IrnaBedah RSUD Palembang.

Nettina, Sandra M. (2002). Pedoman PraktikKeperawatan. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). PromosiKesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta :Rineka Cipta.

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan :Aplikasi Dalam Praktik KeperawatanProfesional, Edisi 2. Jakarta :Salemba Medika.

Nursalam (2003). Konsep dan PenerapanMetodologi Penelitian IlmuKeperawatan : Pedoman Skripsi,Tesis dan Instrumen PenelitianKeperawatan. Jakarta : SalembaMedika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar FundamentalKeperawatan : Konsep, Proses danPraktek, Edisi 4, Volume 2, AlihBahasa : Renata Komalasari, Editor

26

Edisi Bahasa Indonesia : MonicaEster. Jakarta : EGC.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar FundamentalKeperawatan : Konsep, Proses danPraktek, Edisi 4, Volume 1, AlihBahasa : Yasmin Asih, et all, EditorEdisi Bahasa Indonesia : MonicaEster & Devi Yulianti. Jakarta : EGC.

Rahariyani, Loetfia Dwi. (2007). Buku AjarAsuhan Keperawatan KlienGangguan Sistem Integumen, Editor :Eka Anisa Mardella & Monica Ester.Jakarta : EGC.

Republika. (2003).Gangren.(online). (http ://www.republika.co.id/suplemen/cetak-detail.asp?mid=28id=1399628 kat-id=1058kat-idi=1508kat, diakses 28April 2008).

Sjamsuhidajat, R. (2004). Buku Ajar IlmuBedah, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah Brunner& Suddarth, Edisi 8, Volume 1, AlihBahasa : Agung Waluyo, Editor EdisiBahasa Indonesia : Monica Ester &Ellen Panggabean. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah Brunner& Suddarth,Edisi 8, Volume 2, AlihBahasa : Agung Waluyo, Editor EdisiBahasa Indonesia : Monica Ester.Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah Brunner& Suddarth,Edisi 8, Volume 3, AlihBahasa : Agung Waluyo, Editor EdisiBahasa Indonesia : Monica Ester.Jakarta : EGC.

Soegondo, Sidartawan, et all. (2007).Penatalaksanaan Diabetes MelitusTerpadu : Sebagai PanduanPenatalaksanaan Diabetes MelitusBagi Dokter Maupun Edukator.Jakarta : FKUI.

Suriadi. (2004). Perawatan Luka, Edisi 1.Jakarta : Sagung Seto.

Swearingen. Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 2. Jakarta : EGC. 2001.

Tucker, Susan Martin. (1998). StandarPerawatan Pasien, Edisi 5, Volume 2.Jakarta : EGC.

.

.