analisis penilaian kinerja keuangan dan non …repository.ub.ac.id/380/1/rabindrana...

111
ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2011 - 2015 Disusun oleh: RABINDRANA WIDYADZARI NIM. 135020301111006 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON KEUANGAN

PEMERINTAH KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2011 - 2015

Disusun oleh:

RABINDRANA WIDYADZARI

NIM. 135020301111006

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih

Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,
Page 3: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,
Page 4: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,
Page 5: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,
Page 6: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

PENDIDIKAN FORMAL :

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya – Akuntansi (2013-2017)

SMA N 1 Talun, Blitar (2010-2013)

SMP 1 Sutojayan, Blitar (2007-2010)

SDN Kalipang 1, Blitar (2001-2007)

Himpunan Mahasiswa Jurusan

Akuntansi (Staf Sumber Daya

Manusia) 2014/2015

Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga

dan Pengairan Kabupaten Blitar

Charity Event Himpunan Mahasiswa

Jurusan Akuntansi 2013 ( Ketua

Pelaksana)

Psikotest Himpunan Mahasiswa

Jurusan Akuntansi ( Staf Divisi

Acara) 2014

INTERAKSI (Introduksi Jurusan

Akuntansi) (Staf Divisi Acara) 2014

Accounting Gathering ( Staf Divisi

Perlengkapan) 2014

Rabindrana Widyadzari

Jember, 7 Juli 1995

Email : [email protected]

Alamat : Kecamatan Panggungrejo

Kabupaten Blitar Jawa Timur

PENGALAMAN KEPANITIAAN :

PENGALAMAN ORGANISASI & MAGANG:

Page 7: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya

dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis

Penilaian Kinerja Keuangan dan Non Keuangan Pemerintah Kota Batu Tahun

Anggaran 2011 - 2015”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Ekonomi Strata-1 di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan. Atas dukungan berbagai pihak secara moral maupun materil, penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh sebab itu, penulis merasa

berkewajiban menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Orang tua penulis yaitu ayah tercinta almarhum Erko Suhartono, S.E., ibu

tersayang Retno Widjajanti, S.Pd., dan ayah Surani, S.Sos., juga adik - adik

penulis Hakiki Shinta Puspita dan Ibrahim Wirasyah Ramadhan serta Bayu

Radiantoro, S.AB. yang selalu memberikan semangat dan doa.

2. Bapak Nurkholis, PhD. Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

3. Ibu Mirna Amirya, MSA., Ak., CA., AAP- A., AAP- B, selaku Dosen

Pembimbing yang senantiasa menyempatkan waktu untuk memberikan

dukungan, saran, bimbingan dan arahan kepada peneliti selama berproses

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Rosidi, S.E., MM., Dr., Ak. selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran yang sangat membangun untuk kebaikan skripsi ini

kedepannya.

5. Ibu Nurul Fachriyah, S.E., MSA., Ak. selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran yang sangat membangun untuk kebaikan skripsi ini

kedepannya.

6. Segenap pegawai Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah

Kota Batu yang telah bersedia menerima dan membantu pengumpulan data

dalam penelitian ini.

7. Teman-teman dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas

segala doa dan dukungan yang diberikan pada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat dan dapat dimanfaatkan

dengan baik bagi banyak pihak.

Malang, 20 April 2017

Penulis

Page 8: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................. ii

Daftar Tabel ....................................................................................................... v

Daftar Gambar .................................................................................................... vi

Abstrak ............................................................................................................... vii

BAB I: PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 9

1.4 Kontribusi Penelitian .................................................................... 10

1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 10

BAB II: TELAAH PUSATAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS . 12

2.1. Pemerintah Daerah ........................................................................ 12

2.2. Kinerja Keuangan Daerah ............................................................. 12

2.1.1. Pengertian Kinerja Keuangan Daerah ................................. 12

2.2.2. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan Daerah .................. 13

2.2.3. Indikator Kinerja Keuangan Daerah ................................... 14

2.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ................................... 15

2.3.1. Pengertian APBD ............................................................... 15

2.3.2. Proses Penyusunan APBD .................................................. 16

2.3.3. Prinsip dan Kebijakan Penyusunan APBD ......................... 18

2.4. Laporan Keuangan Pemerintah ..................................................... 24

2.5. Analisis Keuangan ....................................................................... 28

2.6. Tingkat Pendidikan ……………………………………………… 34

2.6.1. Pengertian Pendidikan ....................................................... 34

2.6.2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan .......................................... 36

2.6.3. Indikator Tingkat Pendidikan ............................................ 37

2.7. Tingkat Kesehatan ......................................................................... 37

2.7.1. Pengertian Kesehatan …………………………………… . 37

2.7.2. Tujuan dan Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan ………. 38

Page 9: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

iii

2.7.3. Indikator Tingkat Kesehatan ……………………………… 39

2.8. Kemisikinan ……………………………………………………… 40

2.8.1. Pengertian Kemiskinan …………………………………… 40

2.8.2. Kriteria Kemiskinan ………………………………………. 41

2.9. Penelitian Terdahulu …………………………………………….. 42

BAB III: METODE PENELITIAN ................................................................ 45

3.1. Metode Penelitian ........................................................................ 45

3.2. Lingkup Penelitian ....................................................................... 45

3.3. Sumber Data dan Teknuk Pengumpulan Data ............................. 45

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 50

4.1. Gambaran Umum Kota Batu ....................................................... 50

4.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah ................................... 50

4.1.2. Pemerintahan ..................................................................... 51

4.1.3. Kependudukan ……………………………………………. 52

4.1.4. Pendidikan ………………………………………………... 52

4.1.5. Perekonomian …………………………………………….. 53

4.1.6. Perbankan dan Investasi ………………………………….. 54

4.1.7 Hotel dan Pariwisata ………………………………………. 54

4.2. Visi dan Misi Kota Batu …………………………………………. 55

4.2.1. Visi Kota Batu …………………………………………….. 55

4.2.2 Misi Kota Batu …………………………………………….. 56

4.3. Analisis Rasio Keuangan .............................................................. 57

4.3.1. Analisis Tingkat Kemandirian ……………………………. 57

4.3.2. Analisis Tingkat Efektivitas PAD ………………………… 61

4.3.3. Analisis Tingkat Efesiensi Keuangan Daerah ……………. 62

4.3.4. Analisis Tingkat Keserasian Belanja Modal ……………... 64

4.3.5. Analisis Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah ………….. 66

4.4 Pendidikan Kota Batu ................................................................... 68

4.4.1. Taraf Pendidikan ………………………………………….. 71

4.5. Kesehatan Kota Batu …………………………………………….. 77

4.5.1. Taraf Kesehatan Kota Batu ……………………………….. 79

Page 10: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

iv

BAB V: PENUTUP .......................................................................................... 93

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 93

5.2. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 94

5.3. Saran ............................................................................................. 94

Daftar Pustaka .................................................................................................. 96

Lampiran .......................................................................................................... 98

Page 11: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

v

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pola Hubungan dan Tingkat Kemandirian Daerah ..................................... 32

Tabel 2.2 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan ........................................................ 33

Tabel 2.3 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan ........................................................... 34

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Batu ............................................................................. 54

Tabel 4.2 Jumlah dan Klasifikasi Hotel di Kota Batu Tahun 2011-2014 ................... 59

Tabel 4.3 Perkembangan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pemerintah Kota

Batu Tahun Anggaran 2011-2015 .............................................................. 63

Tabel 4.4 Perhitungan Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah

Kota Batu Tahun Anggaran 2011-2015...................................................... 67

Tabel 4.5 Perhitunggan Tingkat Efisiensi Belanja Daerah Terhadap Pendapatan

Daerah Pemerintah Kota Batu Tahun Anggaran 2011-2015 ...................... 68

Tabel 4.6 Perhitungan Tingkat Keserasian Belanja Daerah Terhadap Belanja Daerah

Pemerintah Kota Batu Tahun Anggaran 2011-2015 .................................. 70

Tabel 4.7 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pemerintah Kota Batu Tahun Anggaran 2011-2015 .................................. 73

Tabel 4.8 Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Dinas Pendidikan Pemerintah Kota

Batu Tahun Anggaran 2011-2015 .............................................................. 76

Tabel 4.9 Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Tahun 2011-2015 ............................. 78

Tabel 4.10 Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Dinas Kesehatan Pemerintah Kota

Batu Tahun Anggaran 2011-2015 .............................................................. 85

Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Miskin di Kota Batu………………………………...100

Page 12: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Kota Batu ......................................................................................... 58

Page 13: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

ABSTRAK

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON KEUANGAN

PEMERINTAH KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2011 - 2015

Oleh :

Rabindrana Widyadzari

Dosen Pembimbing :

Mirna Amirya, MSA., Ak., CA., AAP- A., AAP- B

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan, tingkat pendidikan,

tingkat kesehatan dan tingkat kemiskinan di Kota Batu pada tahun anggaran 2011

- 2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan objek

penelitian yaitu Pemerintah Kota Batu. Alat analisis yang digunakan untuk

menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan

daerahnya dengan menggunakan analisis rasio keuangan terhadap APBD. Data

yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan yaitu Laporan Realisasi APBD

tahun anggaran 2011-2015 sedangkan data yang digunakan untuk menilai tingkat

pendidikan, tingkat kesehatan dan tingkat kemiskinan Pemerintah Kota Batu

dengan menggunakan data hasil perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS)

Pemerintah Kota Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio kemandirian

menunjukkan pola hubungan instruktif atau masuk dalam kategori rendah sekali,

rasio efektivitas PAD termasuk dalam kategori sangat efektif, rasio efisiensi

menunujukkan termasuk ke dalam kategori kurang efisien, rasio keserasian

belanja modal masih bersifat fluktuatif, tingkat pertumbuhan telah menunjukkan

pertumbuhan positif. Kemudian tingkat pendidikan Pemerintah Kota Batu

menunjukkan peningkatan dari indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan

Angka Melek Huruf (AMH), tingkat kesehatan Kota Batu menunjukkan

peningkatan karena Pemerintah Kota Batu berhasil menekan angka kematian bayi,

dan tingkat kemiskinan selama tahun anggaran 2011 - 2015 terus mengalami

penurunan.

Kata kunci : kinerja keuangan pemerintah, rasio kemandirian, rasio

efektivitas, rasio efisiensi, rasio keserasian, rasio pertumbuhan,

pendidikan, kesehatan, kemiskinan

Page 14: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

THE FINANCIAL AND NON-FINANCIAL PERFORMANCES OF

THE LOCAL GOVERNMENT OF BATU CITY IN 2011-2015

By:

Rabindrana Widyadzari

Supervisor:

Mirna Amirya, MSA., Ak., CA., AAP- A., AAP- B

Abstract

The research aims to examine the local government’s financial

performance, education, health, and poverty in Batu City during 2011-2015 by

applying qualitative descriptive approach. The financial performance of the local

government in managing its finance is analyzed through financial ratio of the

budget as informed in the Budget Realization Reports in 2011 - 2015. Meanwhile,

the education level, health, and poverty are based on the data issued by the Central

Bureau of Statistics of Batu City. The result of the study shows that the financial

independence ratio follows instructive pattern (in the category of “low”), the

effectiveness ratio of the local own-source revenue is “very effective”, the

efficiency ratio is categorized as “less efficient”, the matching ratio of capital

expenditure is fluctuating, and the growth rates has already demonstrated positive

trend. In addition, the education level in Batu city increases with regard to the

indicators of the School Participation Rate and the Literacy Rate, the health level

rises due to the decrease of the infant mortality rate, and the poverty rate continues

declining during the fiscal year 2011-2015.

Keywords: Financial performance; Financial independence ratio; Effectiveness

ratio; Efficiency ratio; Matching ratio; Growth ratio; Education;

Health; Poverty

Page 15: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintah dibentuk untuk menjalankan aktivitas publik sehingga lembaga

pemerintah bergerak tidak untuk mencari profit. Aktivitas publik yang dijalankan

adalah pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan,

keamanan, transportasi, infrastruktur dan barang publik. Dengan diberlakukannya

otonomi daerah maka terjadi perkembangan yang cukup signifikan dalam

pemerintahan Indonesia. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai peraturan undang undang.

Perkembangan signifikan yang terjadi antara lain dari sistem sentralisasi menjadi

desentralisasi, dari sistem penganggaran tradisional menjadi sistem penganggaran

berbasis kinerja dan sistem akuntansi cash basis menjadi accrual basis.

Otonomi daerah terbentuk agar tercipta kemandirian dalam pemerintahan

daerah yang berdasarkan pada UU No 32 Tahun 2004 yang disahkan tanggal 5

Oktober 2004 dan UU No 33 Tahun 2004 yang disahkan tanggal 15 Oktober 2004

tentang perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah maka

pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengelola potensi pada daerahnya.

Dalam sistem tata kelola keuangan daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) memegang peran penting dan menjadi instrumen kebijakan utama

pembangunan daerah. Menurut PP No. 71 Tahun 2010 anggaran merupakan

pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana

Page 16: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

2

pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah,

yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.

Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menurut

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang pengelolaan

keuangan daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintah yang dibahas dan

disetujui oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan

daerah. Jika dihubungkan antara otonomi daerah maka APBD adalah instrumen

yang mampu meningkatkan daya saing potensi dan kemandirian daerah dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah. Dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah maka

otonomi ini difokuskan pada daerah kabupaten/kota karena daerah kabupaten/kota

berhubungan langsung dengan masyarakat.

Menurut Mahmudi (2010:2) terkait dengan tugas untuk menegakkan

akuntabilitas kinerja keuangan, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk

mempublikasikan laporan keuangan kepada pemangku kepentingan. Terdapat dua

alasan utama pemerintah perlu mempublikasikan laporan keuangan, yaitu:

1. Dilihat dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendalian

dan evaluasi kinerja bagi pemerintah daerah secara keseluruhan maupun

unit-unit kinerja di dalamnya (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Laporan

keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban internal (internal

accountability), yaitu pertanggungjawaban Kepala Satuan Kerja kepada

Kepala Daerah, Kepala Daerah kepada pegawai pemda-pemda dan DPRD.

Page 17: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

3

2. Dilihat dari sisi pemakaian eksternal, laporan keuangan pemerintah daerah

merupakan bentuk pertanggungjawaban eksternal (external accountability

), yaitu pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada masyarakat, investor,

kreditor, lembaga donor, pers, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan

dengan laporan tersebut sebagai dasar untuk pengambilan keputusan

ekonomi, sosial, dan politik.

Laporan keuangan pemerintah memberikan informasi keuangan dari

pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang akan digunakan

sebagai dasar pengambilan kebijakan. Laporan keuangan pemerintah daerah

adalah suatu alat pengendalian dan evaluasi kinerja bagi pemerintah daerah secara

keseluruhan maupun unit-unit kerja di dalamnya (Mahmudi, 2010). Dalam

penerapannya pihak yang berkepentingan tersebut banyak yang belum bisa

membaca dan memahami laporan keuangan pemerintah daerah tersebut,

dikarenakan berasal dari latar belakang yang cukup beragam bukan dari akuntansi.

Pada kenyataannya informasi dari laporan keuangan tersebut sangat

diperlukan untuk pembuatan kebijakan, untuk membantu dalam menganalisis

laporan keuangan maka dapat dengan cara menganalisis menggunakan metode

metode yang sering digunakan dengan analisis rasio keuangan.

Analisis rasio keuangan adalah suatu ukuran untuk mengidentifikasi ciri-ciri

keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Analisis rasio keuangan

terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dilakukan dengan

cara mengitung kinerja keuangan daerah dan kemampuan keuangan daerah.

Ada beberapa cara untuk menghitung kinerja keuangan daerah, diantaranya adalah

Page 18: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

4

dengan mengitung rasio kemandirian, rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio

efektifitas, rasio efisiensi, dan rasio keserasian belanja Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah. Sedangkan untuk menghitung kemampuan keuangan daerah,

yaitu dengan cara menghitung share dan growth, peta kemampuan keuangan

daerah, dan indeks kemampuan keuangan, Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah. Kemudian dari masing-masing perhitungan dilakukan analisis dengan

cara membandingkan hasil yang dicapai oleh suatu daerah dari satu periode

terhadap periode-periode sebelumnya, sehingga dapat diketahui bagaimana

kecenderungan yang terjadi. Analisis rasio keuangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) diharapkan dapat menjadi suatu alat ukur untuk menilai

kinerja keuangan pemerintah daerah sebagai pengambil andil terbanyak dalam

upaya perkembangan suatu daerah.

Dari hasil analisis rasio keuangan dapat dipergunakan sebagai tolak ukur

dalam :

1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah.

2. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam

membelanjakan pendapatan daerah.

3. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan

daerah.

4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam

pembentukan pendapatan daerah.

5. Melihat pertumbuhan dan perkembangan perolehan pendapatan dan

pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Page 19: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

5

Penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat analisis kinerja

keuangan secara luas telah diterapkan pada lembaga perusahaan yang bersifat

komersial, sedangkan pada lembaga publik khususnya pemerintah daerah

masih sangat terbatas sehingga secara teoritis belum ada kesepakatan yang

bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Dalam rangka pengelolaan

keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan

akuntabel, maka analisis rasio keuangan terhadap pendapatan belanja daerah

perlu dilaksanakan (Mardiasmo, 2002: 169).

Hasil dari kinerja keuangan pemerintah dapat dicerminkan dari

bagaimana perubahan-perubahan hasil dari program-program penting yang

telah dijalankan di daerah tersebut, contoh diantaranya adalah perubahan di

jumlah kemiskinan suatu daerah. Kemiskinan sendiri merupakan

ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi standar minimum

kebutuhan dasar yang baik. Kemiskinan merupakan program penting bagi

pemerintah daerah karena dengan adanya kemiskinan, masyarakat yang

miskin akan kehilangan akses terhadap banyak sektor contohnya, pendidikan,

kesehatan, harapan hidup dsb. Sehingga dengan kondisi demikinan

sebenarnya pemerintah daerah juga dituntut untuk memberikan kebijakan

dalam menanggulanginya.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pengelolaan

keuangan di Kota Batu dengan memfokuskan penelitian pada Dinas

Kesehatan dan Dinas Pendidikan karena menurut Maksum dalam Nugroho

(2007), Pendidikan merupakan cara strategis mutlak untuk meningkatkan

Page 20: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

6

kualitas sumber daya manusia. Kualitas suatu bangsa dalam mengurangi

kemiskinan tersebut ditandai dan diukur dari kemajuan pendidikan dan

kesehatannya. Jika seseorang yang sakit dan tidak mampu membiayai

pengobatan penyakitnya maka seseorang tidak bisa bekerja dan tidak dapat

memenuhi kebutuhan dasar sehingga mereka tergolong masyarakat miskin.

Dengan ini, diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang mepengaruhi

kinerja keuangan dan dapat memberikan upaya yang dapat dilakukan

pemerintah Kota Batu dalam memperbaiki kinerja keuangan guna

meningkatkan pengentasan kemiskinan masyarakat.

Kota Batu memiliki keunggulan di bidang pariwisata dimana visi Kota

Batu adalah “Meningkatkan Posisi Peran dari Kota Sentra Pariwisata menjadi

Kota Kepariwisataan Internasional” dari segi pariwisata sendiri telah

mengkontribusikan jumlah cukup besar pada PAD Kota Batu, selain pendapatan

yang cukup besar dilihat dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA) jumlah belanja

dan beban Pemerintah Kota Batu juga cukup besar untuk kota yang tidak terlalu

luas dan termasuk ke dalam daerah otonomi termuda di Jawa Timur

Page 21: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

7

Berikut adalah data pendapatan dan belanja Pemerintah Kota Batu tahun 2011-

2015:

Tabel 1.1 Realisasi Belanja dan Realisasi Pendapatan Kota Batu

Tahun Anggaran Total Realisasi Belanja Total Realisasi Pendapatan

2011 435.856.317.399

446.028.334.466,14

2012 435.188.559.661

495.994.989.183,38

2013 568.468.908.109

585.302.322.932,31

2014 797.294.924.728

703.680.192.404,53

2015 612.365.237.584

725.754.996.854,34

Sumber : APBD Pemerintah Kota Batu, data diolah (2017)

Maka peneliti ingin mengevaluasi kinerja keuangan pemerintah Kota Batu

dengan beberapa rasio keuangan di tahun anggaran 2011 - 2015 karena mengingat

data yang digunakan peneliti adalah Laporan Realisasi Anggaran maka untuk

tahun sebelumnya dan tahun berjalan harus terlebih dahulu diaudit oleh Badan

Pemeriksa Keuangan, maka data yang diaudit dan sudah tersedia adalah tahun

anggaran 2011 - 2015.

Kota Batu pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Malang, yaitu

Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji, Kecamatan Junrejo lalu kemudian ketiga

kecamatan tersebut digabung dan Kota Batu ditetapkan menjadi kota administratif

pada 6 Maret 1993. Perkembangan selanjutnya dengan dasar hukum UU No

12/2001 Kota Batu ditetapkan sebagai kota otonom yang terpisah dari Kabupaten

Malang tepatnya tanggal 17 Oktober 2001 yang diperingati sebagai hari jadi Kota

Batu. Maka Kota Batu memang tergolong masih muda dalam pemerintahan,

peneliti tertarik ingin menganalisa tingkat pendidikan masyarakat, tingkat

Page 22: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

8

kesehatan dan tingkat kemiskinan di usia pemerintahan Kota Batu yang tergolong

masih muda ini. Diharapkan analisis rasio keuangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah dapat menjadi alat ukur untuk menilai kinerja keuangan

pemerintah daerah sebagai instrument dalam pengambil keputusan untuk

kemajuan suatu daerah dilihat dari tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan dan

tingkat kesehatan. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian untuk

menilai kemampuan Pemerintah Kota Batu dalam mengelola keuangan daerah dan

mengambil penelitian dengan judul “Analisis Penilaian Kinerja Keuangan dan

Non Keuangan Pemerintah Kota Batu Tahun Anggaran 2011 - 2015”

1.2 Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang yang dijabarkan maka rumusan masalah dari

penelitian antara lain yaitu :

1. Bagaimana kinerja keuangan pemerintah Kota Batu pada tahun anggaran

2011 - 2015 ?

2. Bagaimana tingkat pendidikan Kota Batu tahun anggaran 2011 - 2015 ?

3. Bagaimana tingkat kesehatan Kota Batu tahun anggaran 2011 - 2015 ?

4. Bagaimana tingkat kemiskinan Kota Batu tahun anggaran 2011 - 2015 ?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan maka agar penelitian

lebih tajam dan fokus maka batasan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini difokuskan pada analisis rasio keuangan Pemerintah Kota

Batu dengan metode diantaranya adalah dengan menghitung Rasio

Page 23: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

9

Kemandirian, Rasio Pertumbuhan, Rasio Efektifitas, Rasio Efisiensi, dan

Rasio Keserasian Belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

2. Dalam penelitian ini menggunakan periode Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Pemerintah Kota Batu tahun 2011 - 2015.

3. Penelitian ini menggunakan Standar Pengukuran Kinerja Peraturan

Pemerintah (PP) No 6 Tahun 2008 dan Kepmendagri No 54 Tahun 2010

untuk mengukur Kinerja Belanja Daerah Kota Batu.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan diatas, maka tujuan dari

penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah Kota Batu berdasarkan

tahun anggaran 2011 - 2015

2. Untuk mengetahui tingkat pendidikan Kota Batu tahun anggaran 2011 -

2015

3. Untuk mengetahui tingkat kesehatan Kota Batu tahun anggaran 2011 -

2015

4. Untuk mengetahui tingkat kemiskinan Kota Batu tahun anggaran 2011 –

2015

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan mengadakan penelitian ini, maka ada beberapa manfaat yang diharapkan

dapat diperoleh yaitu :

Page 24: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

10

1. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan gambaran tentang

kinerja keuangan daerah serta dapat dipergunakan sebagai bahan masukan

bagi Pemerintah Kota Batu untuk memahami kondisi keuangan daerah,

agar nantinya dapat merumuskan strategi kebijakan yang tepat untuk

meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan daerah, meningkatakan

kesejahteraan masyarakat dan menekan kemiskinan masyarakat Kota Batu.

2. Bagi Penulis

Hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis dan

memberikan gambaran pemahaman dan wawasan yang lebih luas

mengenai teori akuntansi sektor publik serta dapat mengaplikasikan teori

akuntansi publik yang diperoleh di bangku kuliah dalam kondisi yang

sebenarnya di lapangan untuk memecahkan permasalahan yang ada.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I

Merupakan bagian pendahuluan. Bab ini menjelaskan latar belakang yang

mendasari munculnya permasalahan dalam penelitian, perumusan masalah, tujuan

dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II

Merupakan bagian tinjauan pustaka, berisi teori-teori yang melandasi penelitian

ini dan menjadi dasar acuan teori dan penelitian terdahulu.

Page 25: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

11

Bab III

Membahas mengenai metode penelitian yang menjelaskan tentang metode

penelitian, lingkup penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan, dan analisis

yang digunakan untuk menganalisis.

Bab IV

Merupakan bagian pembahasan, yang berisi tentang penyajian hasil dari penelitian

dan pembahasan tentang hasil analisis yang dikaitkan dengan teori yang berlaku.

Bab V

Merupakan bagian penutup, yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil

analisis penelitian pada bab sebelumya, keterbatasan penelitian serta saran yang

ditujukan untuk penelitian berikutnya.

Page 26: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemerintah Daerah

Menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 1

ayat (2) pengertian pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan

oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip negara kesatuan

Republik Indonesia.

Menurut UU No. 32 tahun 2004, fungsi pemerintah daerah adalah:

a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,

b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan

menjadi urusan pemerintah: dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, pelayanan, pelayanan umum dan daya saing daerah,

c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan

memiliki hubungan dengan pemerintah dan dengan pemerintahan daerah

lainnya meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum,

pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.

2.2 Kinerja Keuangan Daerah

2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan Daerah

Menurut Mohamad Mahsun (2012:25), kinerja adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program/ kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam

Page 27: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

13

strategic planning suatu organisasi. Dalam hubungannya dengan Kinerja

Keuangan di daerah, menurut penelitian yang dilakukan oleh Oesi Agustina

(2013:3) dalam jurnalnya, Kinerja Keuangan Daerah adalah tingkat pencapaian

dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan

belanja daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui

suatu kebijakan atau ketentuan perundang undangan selama satu periode

anggaran.

Bentuk kinerja tersebut berupa rasio keuangan yang terbentuk dari unsur

Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah berupa perhitungan APBD. Dari

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja Keuangan Daerah adalah

tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah dengan

menggunakan indikator keuangan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan

tujuan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam mengelola

keuangannya.

2.2.2 Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan Daerah

Tujuan pengukuran Kinerja Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah

menurut Mardiasmo (2002:121) adalah untuk memenuhi tiga maksud, yaitu :

1. Untuk memperbaiki kinerja pemerintah, ukuran kinerja dimaksudkan

untuk membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program

unit kerja, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas dalam

memberi pelayanan publik.

2. Untuk mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan.

Page 28: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

14

3. Untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki

komunikasi kelembagaan.

2.2.3 Indikator Kinerja Keuangan Daerah

Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah harus mencakup pengukuran Kinerja

Keuangan. Hal ini terkait dengan tujuan organisasi Pemda. Menurut Mohamad

Mahsun (2012:196) indikator Kinerja Keuangan Daerah meliputi :

1. Indikator Masukan (Inputs), misalnya :

a. Jumlah dana yang dibutuhkan

b. Jumlah pegawai yang dibutuhkan

c. Jumlah infrastruktur yang ada

d. Jumlah waktu yang digunakan

2. Indikator Proses (Process), misalnya :

a. Ketaatan pada peraturan perundangan

3. Indikator Keluaran (Output), misalnya :

a. Jumlah produk atau jasa yang dihasilkan

b. Ketepatan dalam memproduksi barang atau jasa

4. Indikator Hasil (Outcome), misalnya :

a. Tingkat kualitas produk dan jasa yang dihasilkan

b. Produktivitas para karyawan atau pegawai

5. Indikator Manfaat (Benefit), misalnya :

a. Tingkat kepuasaan masyarakat

b. Tingkat partisipasi masyarakat

6. Indikator Impact, misalnya :

Page 29: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

15

a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

b. Peningkatan pendapatan masyarakat

2.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

2.3.1 Pengertian APBD

Menurut Moh. Mahsun, dkk, (2011: 81), Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah adalah daftar yang memuat rincian penerimaan daerah dan pengeluaran/

belanja daerah selama satu tahun. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

ditetapkan dengan peraturan daerah untuk masa satu tahun, mulai dari 1 Januari

sampai dengan tanggal 31 Desember. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 Pasal 1 Ayat 1,

pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan

tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh

Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Menurut Halim (2012), pada era orde lama terdapat pula definisi APBD

yang dikemukakan oleh Wajong, (1962: 81), yaitu rencana pekerjaan keuangan

(financial workplan) yang dibuat untuk suatu jangka waktu tertentu, ketika

badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala

daerah) untuk melakukan pembiayaan kebutuhan rumah tangga daerah sesuai

dengan rancangan yang menjadi dasar penetapan anggaran, dan yang

menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.

Page 30: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

16

APBD adalah suatu anggaran daerah yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.

2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk

menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang

merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan.

3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.

4. Periode anggaran, biasanya satu tahun.

2.3.2 Proses Penyusunan APBD

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor

37 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015, proses penyusunan APBD adalah sebagai

berikut:

1. Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun

anggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah,

sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD.

2. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD,

Pemerintah Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membahas

prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap

Satuan Kerja Perangkat Daerah.

3. Dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala Satuan Kerja Perangkat

Daerah selaku pengguna anggaran menyusun Rencana Kerja dan

Anggaran (RKA) Satuan Kerja Perangkat Daerah tahun berikutnya.

Page 31: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

17

4. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Satuan Kerja Perangkat Daerah

disusun dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai

dan prakiraan belanja.

5. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) disampaikan kepada DPRD untuk

dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.

6. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai bahan penyusunan

Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya.

7. Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang

APBD, disertai dengan penjelasan dan dokumen-dokumen pendukung

kepada DPRD.

8. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai

dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.

9. DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah

penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang

APBD, sepanjang tidak mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.

10. APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi,

fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPRD tidak

menyetujui Rancangan Peraturan Daerah tersebut, untuk membiayai

keperluan setiap bulan, Pemerintah Daerah dapat melaksanakan

pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran

sebelumnya.

Page 32: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

18

2.3.3 Prinsip dan Kebijakan Penyusunan APBD

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37

Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Tahun Anggaran 2015, prinsip dan kebijakan penyusunan APBD antara

lain:

1. Prinsip Penyusunan APBD

Penyusunan APBD didasarkan prinsip sebagai berikut:

a. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah

berdasarkan urusan dan kewenangannya.

b. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan

dalam peraturan perundang-undangan.

c. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan

akses informasi seluas-luasnya tentang APBD.

d. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat.

e. Memperhatikan asas keadilan dan kepatutan.

f. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih

tinggi dan peraturan daerah lainnya.

2. Kebijakan Penyusunan APBD

Kebijakan penyusunan APBD terkait dengan Pendapatan Daerah, Belanja

Daerah dan Pembiayaan Daerah adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penganggaran Pendapatan Daerah yang bersumber dari PAD

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Page 33: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

19

1. Penganggaran Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

2. Penganggaran Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

3. Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah

b. Dana Perimbangan

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH)

2. Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU)

3. Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK)

c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain

Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penganggaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

b. Penganggaran Tunjangan Profesi Guru (TPG)

c. Penganggaran Dana Otonomi Khusus

d. Penganggaran Dana Insentif Daerah (DID)

e. Pendapatan yang diperuntukan bagi desa dan desa adat yang bersumber

dari APBN dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.

f. Penganggaran Dana Transfer lainnya

g. Penganggaran pendapatan kabupaten/ kota yang bersumber dari Bagi Hasil

Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada

alokasi belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari pemerintah provinsi.

Page 34: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

20

h. Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik yang

bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari pemerintah

provinsi atau pemerintah kabupaten/ kota lainnya dianggarkan dalam

APBD penerima bantuan, sepanjang sudah dianggarkan dalam APBD

pemberi bantuan.

i. Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah,

Pemerintah Daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan, lembaga,

organisasi swasta dalam negeri/ luar negeri, kelompok masyarakat

maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai

konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak ketiga atau

pemberi hibah, dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian

pendapatan dimaksud.

j. Penganggaran pendapatan yang bersumber dari sumbangan pihak ketiga,

baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri, kelompok

masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak

mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak

ketiga atau pemberi sumbangan, dianggarkan dalam APBD setelah adanya

kepastian pendapatan dimaksud. Dalam hal Pemerintah Daerah

memperoleh dana darurat dari pemerintah dianggarkan pada akun

pendapatan, kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan

diuraikan ke dalam jenis, Objek dan rincian Objek pendapatan Dana

Darurat.

Page 35: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

21

3. Belanja Daerah

Pemerintah Daerah menetapkan target pencapaian kinerja setiap belanja,

baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun

program dan kegiatan. Tujuannya untuk meningkatkan akuntabilitas

perencanaan anggaran dan memperjelas efektivitas dan efisiensi

penggunaan anggaran.

a. Belanja Langsung

Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan program dan

kegiatan Pemerintah Daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Belanja Pegawai

Belanja Pegawai merupakan belanja untuk honorarium/ upah dalam

melaksanakan program dan kegiatan Pemerintah Daerah.

b. Belanja Barang dan Jasa

Belanja Barang dan Jasa merupakan belanja untuk pembelian/

pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan dan/

atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan

Pemerintah Daerah, mencakup belanja barang habis pakai, bahan/

material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor,

cetak/ penggandaan, sewa rumah/ gedung/ gudang/ parkir, sewa

sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan atributnya,

pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan

dinas, perjalanan dinas pindah tugas, dan pemulangan pegawai.

Page 36: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

22

4. Belanja Modal

Belanja Modal merupakan belanja untuk pembelian/ pengadaan atau

pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih

dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti

dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,

irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.

5. Belanja Tidak Langsung

Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a. Belanja Pegawai

Belanja Pegawai merupakan belanja kompensasi dalam bentuk gaji

dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada

pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan

perundang undangan.

6. Belanja Bunga

Belanja Bunga merupakan belanja untuk pembayaran bunga utang yang

dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman

jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

7. Belanja Subsidi

Belanja Subsidi merupakan belanja untuk bantuan biaya produksi kepada

perusahaan/ lembaga tertentu agar harga jual produksi/ jasa yang

dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

Page 37: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

23

8. Belanja Hibah dan Bantuan Sosial

Belanja Hibah merupakan belanja untuk pemberian hibah dalam bentuk

uang, barang dan/ atau jasa kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah

lainnya, dan kelompok masyarakat/ perorangan yang secara spesifik telah

ditetapkan peruntukannya. Belanja Bantuan Sosial merupakan belanja

untuk pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/ atau barang kepada

masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

9. Belanja Bagi Hasil Pajak

Belanja Bagi Hasil Pajak merupakan belanja untuk dana bagi hasil yang

bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/ kota atau

pendapatan kabupaten/ kota kepada Pemerintah Desa atau pendapatan

Pemerintah Daerah tertentu kepada Pemerintah Daerah lainnya sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan.

10. Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Bantuan Keuangan merupakan belanja untuk bantuan keuangan

yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/ kota,

Pemerintah Desa, dan kepada Pemerintah Daerah lainnya dalam rangka

pemerataan dan/ atau peningkatan kemampuan keuangan.

11. Belanja Tidak Terduga

Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya

tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan

bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,

Page 38: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

24

termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun

sebelumnya yang telah ditutup.

12. Surplus/ Defisit APBD

a. Penerimaan Pembiayaan, semua penerimaan yang ditujukan untuk

menutup defisit APBD:

1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya

(SiLPA);

2. Pencairan dana cadangan;

3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

4. Penerimaan pinjaman daerah;

5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan

6. Penerimaan piutang daerah.

b. Pengeluaran Pembiayaan, semua pengeluaran yang ditujukan untuk

memanfaatkan surplus APBD:

1. Pembentukan dana cadangan;

2. Penerimaan modal (investasi) Pemerintah Daerah;

3. Pembayaran pokok utang; dan

4. Pemberian pinjaman daerah.

2.4 Laporan Keuangan Pemerintah

PSAK No. 1 menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan suatu penyajian

terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja suatu entitas. Laporan keuangan juga

merupakan laporan yang terstruktur mengenai transaksi-transaksi yang dilakukan

entitas. Standar dalam laporan keuangan pemerintah dituangkan dalam Peraturan

Page 39: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

25

Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP). Menurut PSAP, laporan keuangan disusun

untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan yang

dilakukan oleh suatu entitas selama satu periode.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan, Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan

pelaksanaan anggaran (budgetary reports), laporan finansial, dan Catatan atas

Laporan Keuangan (CaLK). Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL).

Laporan finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan

Perubahan Ekuitas (LPE), dan Laporan Arus Kas. CaLK merupakan laporan yang

merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran

maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari

laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.

Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang

bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat

keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

a. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi, dan penggunaan sumber

daya keuangan.

b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan

untuk membiayai seluruh pengeluaran.

c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang

digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah

dicapai.

Page 40: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

26

d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai

seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.

e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas

pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan

pajak dan pinjaman.

f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas

pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat

kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, pemerintah menyusun laporan keuangan

pemerintah yang terdiri atas:

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, laporan realisasi anggaran

menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya

keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang

menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam

satu periode pelaporan. Laporan realisasi anggaran terdiri dari beberapa

unsur yaitu pendapatan LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan.

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, laporan perubahan saldo anggaran

lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih

tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Page 41: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

27

c. Neraca

Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, neraca menggambarkan posisi

keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas

pada tanggal tertentu.

d. Laporan Operasional (LO)

Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, laporan operasional menyajikan

ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan

penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk

kegiatan penyelenggaraan pemerintah dalam satu periode pelaporan.

Unsur-unsur dalam laporan operasional adalah pendapatan LO, beban,

transfer, dan pos luar biasa.

e. Laporan Arus Kas

Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, laporan arus kas menyajikan

informasi kasi sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan,

dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,

pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode

tertentu. Unsur-unsur yang terdapat dalam laporan arus kas adalah

penerimaan kas dan pengeluaran kas.

f. Laporan Perubahan Ekuitas

Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, laporan perubahan ekuitas

menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Page 42: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

28

g. Catatan Atas Laporan Keuangan

Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, catatan atas laporan keuangan

meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam

Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan

Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas.

Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan

akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain

yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar

Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk

menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

2.5 Analisis Keuangan

Pengertian analisis keuangan menurut Halim (2007:231) adalah usaha

mengindentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan yang tersedia.

Penggunaan analisis rasio pada sektor publik khususnya terhadap APBD

perlu dilaksanakan dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang

transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien dan akuntabel.

Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan

hasil yang dicapai dari suatu periode dibandingkan dengan periode

sebelumnya sehingga dapat diketahui kecenderungan yang terjadi. Selain itu

dapat dilakukan dengan cara membandingkan dengan rasio keuangan yang

dimiliki suatu pemerintah daerah tertentu dengan rasio keuangan daerah lain

yang terdekat ataupun potensi daerah relatif sama untuk dilihat bagaimana

posisi keuangan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah daerah

Page 43: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

29

lainnya.

Menurut Halim (2007:232) beberapa rasio yang dapat digunakan untuk

mengukur akuntabilitas pemerintah daerah diuraikan berikut ini :

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio kemandirian menunjukkan kemampuan pemerintah daerah

dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, pelayanan

kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber

pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan darah ditunjukkan

oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan total

pendapatan daerah.

Pendapatan Asli Daerah

Rasio Kemandirian = x 100 %

Total Pendapatan Daerah

Semakin tinggi rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap

bantuan pihak pemerintah pusat dan provinsi semakin rendah, demikian pula

sebaliknya. Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat

dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi

partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang

merupakan komponen dari PAD.

Paul Harrey dalam Halim (2001:188) mengemukakan mengenai pola

hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan

otonomi daerah terutama pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah antara lain

Page 44: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

30

1. Pola hubungan instruktif, dimana peranan pemerintah pusat lebih

dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah (daerah yang tidak

mampu melaksanakan otonomi daerah).

2. Pola hubungan konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat

sudah mulai berkurang karena daerah dianggap sedikit lebih mampu

melaksanakan otonomi daerah.

3. Pola hubungan partisipatif, peranan pemerintah pusat sudah mulai

berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat

kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi

daerah.

4. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah

tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam

melaksanakan urusan otonomi daerah.

Sebagai pedoman dalam melihat pola hubungan dengan kemampuan

keuangan daerah dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1

Pola Hubungan dan Tingkat Kemandirian Daerah

Kemampuan Daerah Kemandirian

(%)

Pola Hubungan Rendah sekali 0 - 25 Instruktif Rendah 25 - 50 Konsultatif Sedang 50 - 75 Partisipatif Tinggi 75 - 100 Delegatif

Sumber : Abdul Halim (2007:169)

2. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah

dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan

Page 45: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

31

dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah (Halim,

2007:234) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Realisasi Penerimaan PAD

Rasio Efektifitas = x 100%

Anggaran Penerimaan PAD

Semakin tinggi rasio efektivitas menggambarkan kemampuan daerah

yang semakin baik. Sesuai dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Tahun

1996 dalam Melisa Anastasia (2012:82) tentang Pedoman Penilaian dan

Kinerja Keuangan, maka kriteria efektivitas kinerja keuangan dapat dilihat

pada Tabel 2.2 sebagai berikut :

Tabel 2.2.

Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan

Efektivitas (%) Kriteria

Diatas 100 Sangat efektif

90 – 100 Efektif

80 – 90 Cukup Efektif

60 – 80 Kurang Efekif

Dibawah 60 Tidak Efektif

Sumber : Anastasia (2012:82)

3. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara

total realisasi pengeluaran (belanja daerah) dengan realisasi pendapatan yang

diterima (Halim, 2007:234). Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja

pemerintah daerah semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu

menghitung secara cermat berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

merealisasikan seluruh pendapatannya yang diterimanya sehingga dapat

Page 46: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

32

diketahui apakah kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau

tidak.

Hal itu perlu dilakukan karena meskipun pemerintah daerah berhasil

merealisasikan penerimaan pendapatannya sesuai dengan target yang

ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata biaya

yang dikeluarkan untuk merealisasikan target penerimaan pendapatannya itu

lebih besar dari pada realisasi pendapatan yang diterimanya. Menurut Halim

(2007:234) rumusan untuk menghitung tingkat efisiensi penerimaan

pendapatan asli daerah adalah sebagai berikut :

Total Realisasi Belanja Daerah

Rasio Efisiensi = x 100%

Total Realisasi Pendapatan Daerah

Tabel 2.3.

Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan

Efisiensi (%) Kriteria

Diatas 100 Tidak Efisien

90 – 100 Kurang Efisien

80 – 90 Cukup Efisien

60 – 80 Efisien

Dibawah 60 Sangat Efisien

Sumber : Abdul Halim (2007:234)

4. Rasio Keserasian

Rasio keserasian menggambarkan bagaimana pemerintah daerah

memprioritaskan alokasi dananya pada belanja tidak langsung daerah dan

belanja langsung secara optimal (Halim, 2007:235). Semakin tinggi persentase

Page 47: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

33

dana yang dialokasikan untuk belanja tidak langsung daerah berarti persentase

belanja langsung yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana

ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Belum ada patokan yang pasti

berapa besarnya rasio belanja tidak langsung daerah maupun belanja langsung

terhadap belanja daerah yang ideal, karena sangat dipengaruhi oleh dinamisasi

kegiatan pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang diperlukan

untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan.

Rasio keserasian diformulasikan sebagai berikut :

5. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan digunakan untuk mengukur seberapa besar

kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan

keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya, yang

dapat dihitung dengan formula sebagai berikut (Halim, 2001:272).

Realisasi tahun ke n - Realisasi tahun ke n-1 Rasio Pertumbuhan = x 100%

Realisasi tahun ke n-1

Dalam menganalisis rasio pertumbuhan pendapatan perlu

mempertimbangkan kontribusi komponen pendapatan, sehingga dapat

diketahui kontribusi utama pendapatan. Komponen dari pendapatan adalah

pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan

yang sah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah yang memiliki peranan penting

Rasio Keserasian = Total Belanja Modal x 100%

Total Belanja Daerah

Page 48: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

34

dalam mempengaruhi pertumbuhan pendapatan daerah adalah besarnya

pertumbuhan PAD. Semakin besar kontribusi PAD menunjukkan

pertumbuhan pendapatan yang baik dan sebaliknya.

Hal lain yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menganalisa

rasio pertumbuhan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya

adalah rasio pertumbuhan belanja daerah. Dengan analisis rasio pertumbuhan

belanja dapat mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah dalam

membelanjakan pendapatan daerahnya yang dilakukan selama periode waktu

tertentu. Dalam pertumbuhannya diharapkan belanja langsung mempunyai

proporsi lebih tinggi dibandingkan dengan belanja tidak langsung, karena

belanja langsung lebih mengarahkan pada program kegiatan yang telah dipilih

dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja pemerintah dan kesejahteraan

masyarakat.

2.6 Tingkat Pendidikan

2.6.1 Pengertian Pendidikan

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menjelaskan pengertian pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Page 49: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

35

Menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut : “Pendidikan adalah usaha sadar

untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan

atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang”.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan formal

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Adapun tiga tingkat pendidikan itu adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar

(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau

bentuk lain yang sederajat.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah

Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), dan Madrasah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Page 50: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

36

2.6.2 Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan Undang-undang

RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdasaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Wuradji, seperti dikutip oleh Andreas (2012) menyatakan bahwa

fungsi pendidikan itu meliputi: a) Memindahkan nilai-nilai budaya, b) Nilai-

nilai pengajaran, c) peningkatan mobilitas sosial, d) Fungsi sertifikat, e) Job

training, f) Memantapkan dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial.

Adapun tujuan pendidikan terbagi atas empat yaitu :

a. Tujuan umum pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia

pancasila.

b. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga

pendidikan tertentu untuk mencapainya

c. Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran

d. Tujuan instruksional yaitu tujuan materi kurikulum yang berupa bidang

studi terdiri dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan, terdiri atas

tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.

Page 51: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

37

2.6.3 Indikator Tingkat Pendidikan

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan

program pendidikan adalah penduduk yang melek huruf, partisipasi sekolah

dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Penduduk yang melek huruf

adalah presentase penduduk umur 15 tahun ke atas yang tidak bisa baca/tulis

huruf. Indikator lain yang mencerminkan keberhasilan pembangunan di

bidang pendidikan selain angka melek huruf ialah angka partisipasi sekolah.

Angka partisipasi sekolah mencerminkan prosentase banyaknya penduduk

yang masih bersekolah pada kelompok umur disetiap jenjang pendidikan,

kelompok umur tertentu yang masih bersekolah, sehingga dapat digunakan

sebagai monitoring keberhasilan program 9 tahun. Tinggi rendahnya angka

partisipasi sekolah sangat tergantung pada banyaknya penduduk yang melanjutkan

pendidikan/bersekolah

2.7 Tingkat Kesehatan

2.7.1 Pengertian Kesehatan

Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu

keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan

penyakit atau kelemahan” (Hariyanto;2012). Kesehatan penduduk merupakan

salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan bangsa, karena dengan

penduduk yang sehat pembangunan diharapkan dapat berjalan lancar.

Keadaan kesehatan masyarakat juga merupakan indikator tingkat

kesejahteraan masyarakat. Semakin baik keadaan kesehatan masyarakat,

Page 52: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

38

kesejahteraan tersebut semakin baik. Komponen pembentuk indikator

kesehatan, biasanya sangat dipengaruhi oleh perkembangan status sosial bagi

setiap penduduk. Misalnya kemajuan pendapatan rumah tangga, tingkat

pendidikan serta keberadaan maupun kemudahan untuk mengakses fasilitas

kesehatan, kontribusinya sangat kuat. Setelah seluruh fasilitas dan tenaga

kesehatan, perlu kiranya dikaji seberapa jauh warga masyarakat dapat

mengakses, sebagai kebutuhan dirinya yang bersifat harus mendapatkan

pertolongan paramedis maupun non medis, seperti layanan persalinan. (Badan

Pusat Statistik;2010)

2.7.2 Tujuan dan Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan, tujuan dan dasar-dasar pembangunan kesehatan sebagai berikut :

a. Tujuan Pembangunan Kesehatan

Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk

tercapainya tujuan utama sebagai berikut :

1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya

sendiri dalam bidang kesehatan.

2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.

3. Peningkatan status gizi masyarakat.

4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).

5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin

diterimanya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Page 53: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

39

b. Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan

Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah sebagai

berikut:

1. Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang

optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat

manusia.

2. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam

memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat

3. Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan

dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan

masyarakat.

2.7.3 Indikator Tingkat Kesehatan

Menurut Badan Pusat Statistik indikator kesehatan suatu daerah adalah

angka kematian bayi, angka ibu melahirkan dan jumlah paramedis. Dapat

dijadikan sebuah contoh yaitu layanan persalinan karena merupakan sub bab

program yang dapat dijadikan sebagai salah satu indikator untuk menekan

angka kematian bayi. Apabila angka kematian bayi dapat ditekan, maka

harapan hidup panjang dan sehat akan segera terwujud. Sementara naluri

seorang ibu untuk melahirkan tentunya masih belum cukup untuk melahirkan

secara alamiah. Agar ibu dan anak pada saat proses kelahirannya terjamin

secara aman, maka perlu adanya pertolongan dari paramedis.

Page 54: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

2. 8 Kemiskinan

2.8.1 Pengertian Kemiskinan

Bank Dunia (dalam BPS:2015) mendefinisikan kemiskinan sebagai :

“Poverty is lack of shelter. Poverty is being sick and not being able to

see doctor. Poverty is being able to go to school and not knowing how to read.

Poverty is not having a job, is fear of the future, living one day at a time.

Poverty is losing a child to illeness brought about by unclean water. Poverty is

powerlessness, lack of representation and freedom”.

Kemiskinan berkenaan dengan ketiadaan tempat tinggal, sakit dan

tidak mampu berobat ke dokter, tidak mampu untuk sekolah dan tidak mampu

untuk baca tulis. Kemiskinan adalah bila tidak memiliki pekerjaan sehingga

takut menatap masa depan, tidak memiliki akses akan sumber air bersih.

Kemiskinan adalah ketidakberdayaan, kekurangan representasi dan

kebebasan.

Menurut Sen kemiskinan adalah kegagalan untuk berfungsinya

beberapa kapabilitas dasar atau dengan perkataan lain seseorang dikatakan

miskin jika kekurangan kesempatan untuk mencapai/mendapatkan kapabilitas

dasar ini (Sen, 1985 dalam Dewanto, 2014). Sen menyatakan bahwa

kemiskinan jangan dianggap hanya sebagai pendapatan rendah (low income),

tetapi harus dianggap sebagai ketidakmampuan kapabilitas (capability

handicap) (Sen, 1995 dalam Dewanto, 2014). Asian Development.

Sharp (1996) dalam Kuncoro (2006) mencoba mengidentifikasi

penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi: 1. Secara mikro,

kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan

sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.

Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan

Page 55: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

kualitas yang rendah. 2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas

sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah

mengindikasikan produktivitas yang rendah, pada akhirnya berimplikasi pada

upah yang rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dikarenakan oleh

rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, dan

keturunan. 3. Kemiskinan muncul diakibatkan perbedaan akses dalam modal.

1.8.2 Kriteria Kemiskinan

Pemerintah menggunakan acuan dari BPS tentang 14 (empat belas)

kriteria keluarga miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu

murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah

tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal darisumur/mata air tidak terlindung/sungai/air

hujan.

7. Bahan bakar untuk memasaksehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak

tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

Page 56: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas

lahan 0, 5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan,

atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan.

12. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak

tamat SD/hanya SD.

13. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp

500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal

motor, atau barang modal lainnya.

1.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang kinerja keuangan dan pengaruhnya terhadap

kemiskinan dilakukan oleh Fajar Abudzar 2011 dengan judul “Analisa

KinerjaKeuangan Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran,

Kemiskinan dan Pendidikan (Studi Kasus Pada 30 Kabupaten dan Kota di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2003-2008)” di mana penelitian ini menggunakan

analisis regresi linear berganda. Kinerja keuangan pada penelitian ini

menggunakan rasio kemandirian daerah, rasio ketergantungan dan

surplus/defisit. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa kinerja keuangan

berpengaruh terhadap kemiskinan di Kabupaten dan Kota Jawa Tengah. Di mana

kinerja keuangan berupa kemandirian dan ketergantungan daerah berpengaruh

signifikan terhadap kemiskinan, sedangkan kinerja keuangan berupa surplus dan

defisit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan.

Page 57: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

Dengan hasil temuan tersebut dapat dilihat bahwa kemandirian keuangan daerah

berhubungan negatif terhadap kemiskinan yang berarti bahwa adanya kemampuan

daerah dalam mengelola PAD berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah perbedaan

dalam pengukuran kinerja keuangan dan cara analisis pada penelitian ini juga

berbeda, di mana penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Putriani 2014, dengan judul

“Analisis Kinerja Keuangan Daerah pada Pertumbuhan Ekonomi, Penganngguran

dan Kemiskinan di Kabupaten dan Kota di Jawa Bali tahun 2007-2011. Alat

analisis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Kinerja

keuangan pada penelitian ini menggunakan rasio kemandirian daerah, rasio

efektivitas PAD, rasio efisiensi dan pertumbuhan pendapatan daerah.

Hasil dari penelitian ini menyatakan kinerja keuangan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan daerah. Di mana kemandirian berpengaruh

negatif terhadap kemiskinan di Kabupaten dan Kota Bali yang berarti bahwa

adanya desentralisasi fiskal dengan pengelolaan keuangan pemerintah yang baik

akan dapat mengurangi kemandirian di Bali, di mana ketika kemandirian naik

sebesar 1 persen maka kemiskinan akan turun sebesar 22%. Untuk efektivitas

PAD menyatakan bahwa rasio efektivitas tidak berpengaruh terhadap kemiskinan

dikarenakan penerimaan pemerintah daerah dibandingkan dengan target lebih

kecil sehingga pendapatan daerah kurang. Untuk variabel efisiensi juga tidak

berpengaruh terhadap kemiskinan dikarenakan pengeluaran pemerintah

untuk memperoleh pendapatan lebih besar sehingga dana yang dapat dialokasikan

Page 58: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

untuk menanggulangi masalah kemiskinan jadi berkurang. Sedangkan variabel

pertumbuhan pendapatan juga tidak berpengaruh secara sifnifikan terhadap

kemiskinan.dikarenakan adanya penerimaan daerah yang tidak terlalu tinggi dari

tahun ke tahun tidak terlalu tinggi, sehingga kurang mampu mengalokasikan

belanja modal yang akan digunakan dalam mengalokasikan belanja modal.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah pada alat analisis di mana penelitian ini menggunakan deksriptif

kualitatif. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan beberapa kinerja

yang dengan penelitian putriani yaitu rasio kemandirian daerah, rasio efektifitas

PAD dan rasio efisiensi keuangan daerah, di mana penelitian yang akan dilakukan

menambahkan rasio keserasian dan pertumbuhan dalam menganalisis kinerja

keuangan daerah.

Penelitian selanjutnya oleh Mega Pratidina (2013) penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Blitar,

tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat kemiskinan di Kabupaten

Blitar. Alat untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah dalam

mengelola keuangan daerahnya dengan menggunakan analisis rasio keuangan

terhadap APBD.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kinerja keuangan

pemerintah Kabupaten Blitar masih belum optimal, dimana tingkat

ketergantungan kepada pemerintah pusat masih tinggi dari hasil rasio perhitungan

kemandirian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti

yaitu tahun anggaran 2011 -2015 dan lokasi penelitian yaitu di Kota Batu.

Page 59: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

45

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif,

menurut Sekaran (2009:158) metode deskriptif adalah suatu metode yang

digunakan untuk menggambarkan suatu pernasalahan yang diteliti. Pada dasarnya

penelitian yang bersifat deskriptif ini bertujuan memberikan gambaran mengenai

fenomena tertentu secara rinci, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang jelas.

3.2 Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan data time series yaitu berupa data rentetan

waktu periode tahun anggaran 2011 - 2015 dari Target dan Realisasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Batu. Penelitian ini fokus pada

pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan

menganalisis tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan presentase kemiskinan

penduduk pada Kota Batu.

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data adalah keterangan yang bisa memberikan gambaran dan penjelasan

atas suatu keadaan dan fenomena. Data terbagi atas dua jenis yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dan tanpa adanya

perantara. Data primer bisa berupa pendapat individual ataupun kelompok,

dalam penelitian ini sumber datanya antara lain :

Page 60: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

46

a. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (PPKD) Pemerintah

Kota Batu yang memiliki tugas untuk melakukan penyelenggaraan

pemerintah daerah dibidang pengelolaan keuangan, merumuskan

kebijakan, dan pemantauan, pelaporan serta evaluasi pelaksanaan

tugas dan kinerja Badan.

b. SKPD terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan

Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah yang memiliki data

pendukung untuk analisis permasalahan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perantara, data sekunder

dalam penelitian ini antara lain :

a. Data Target dan Realisasi Pendapatan Belanja Kota Batu Tahun

Anggaran 2011 - 2015.

b. Data Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Dinas Pendidikan,

Dinas Kesehatan, BPKAD Kota Batu.

c. Data pendidikan, data kesehatan, data tingkat kemiskinan, dan

ketenagakerjaan pada tahun 2011- 2015 Kota Batu.

a. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis mengunakan beberapa

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan

pertanyaan kepada pemimpin organisasi, kepala bagian ataupun staf secara

Page 61: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

47

langsung. Metode ini dilakukan dengan tanya jawab secara langsung yang

berhubungan dengan pengelolaan keuangan dan pengentasan kemiskinan

Pemerintah Kota Batu dan juga pihak yang mampu memberikan data yang

berkaitan dengan penelitian ini.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berupa data sekunder

yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Biro Pusat Statistik

Daerah Kota Batu.

b. Metode Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh dari peneliti baik penelitian kepustakaan

maupun penelitian yang dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu

mengumpulkan dan menyeleksi data yang sesuai dengan permasalahan yang

diteliti kemudian didiskripsikan sehingga menghasilkan gambaran yang sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari

deskripsi yang rinci tentang kinerja keuangan pemerintah, tingkat pendidikan,

tingkat kesehatan dan tingkat kemiskinan di Kota Batu. Dengan analisis ini juga

dapat digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana pelaksanaan kinerja

keuangan sebagai wujud pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara untuk

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Pemerintah

Kota Batu. Adapun tahapan metode analisis dalam penelitian ini, yaitu dengan

menetapkan konsep perhitungan Rasio Keuangan dalam pengukuran kinerja

keuangan, dengan menghitung Rasio Keuangan dari realisasi anggaran yang

Page 62: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

48

tertuang dalam APBD dan Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun Anggaran

2011 - 2015 yang dilakukan dengan cara :

a. Menghitung Rasio Keuangan Pemerintah Daerah Kota Batu.

Data yang telah terkumpul dan sudah dinilai serta diukur, maka

kemudian data dianalisis agar hasil penelitian mudah dipahami dan dapat

diinformasikan kepada orang lain. Secara sistematis dapat diuraikan sebagai

berikut ;

a. Menilai kondisi keuangan Kota Batu berdasarkan rasio-rasio yang

telah ditentukan sebagai indikator penilaian atas pengukuran kinerja

keuangan.

b. Melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan tersebut dengan

cara membandingkan dari tahun ke tahun dengan tujuan untuk

memperoeh suatu gambaran tentang perkembangan kinerja

keuangan Kota Batu.

b. Analisis Tingkat Pendidikan

Menganalisis data anggaran dan realisasi belanja Dinas Pendidikan

Kota Batu menggunakan rasio efisiensi. Kemudian menganalisis taraf

pendidikan dengan indikator yang ada.

c. Analisis Tingkat Kesehatan

Menganalisis data anggaran dan realisasi belanja Dinas Kesehatan

Kota Batu menggunakan rasio efisiensi. Kemudian menganalisis taraf

pendidikan dengan indikator yang ada.

Page 63: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

49

d. Analisis Tingkat Kemiskinan

Menganalisis indikator kemiskinan di Kota Batu dari data Badan Pusat

Statistik di Kota Batu dan dibandingkan dari tahun ke tahun.

Page 64: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Batu

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kota Batu merupakan daerah otonom yang termuda di Provinsi Jawa

Timur. Meskipun relatif masih muda, dalam perkembangannya Kota Batu

mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan pada saat mulai

terbentuk tahun 2001. Kota Batu terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu : Kecamatan

Batu, Kecamatan Junrejo, dan Kecamatan Bumiaji. Berikut merupakan data

mengenai luas wilayah Kota Batu menurut Badan Pusat Statistik Kota Batu :

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Batu

No Kecamatan Luas (km2)

1. Batu 130.189

2. Junrejo 46.777

3. Bumiaji 26.234

Total 202.800

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Batu (2015)

Secara geografis Kota Batu terletak pada posisi antara 7"44, 55,11' sampai

dengan 8"26',35,45' Lintang Selatan dan 122"17',10,90' sampai dengan

122"57',00,00' Bujur Timur, serta secara administratif dibatasi oleh :

a. Sebelah Utara : Kec. Pacet Kab. Mojokerto dan Kec. Prigen Kabupaten

Pasuruan, Gunung Arjuno

b. Sebelah Timur : Kec. Karangploso, dan Kec. Dau Kabupaten Malang

c. Sebelah Selatan : Kec. Dau dan Kec. Wagir Kabupaten Malang

Page 65: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

51

'1

d. Sebelah Barat : Kec. Pujon Kabupaten Malang

Gambar 1.1 Peta Kota Batu

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Batu (2015)

4.1.2 Pemerintahan

Kota Batu dipimpin oleh seorang Walikota yang dipilih secara langsung

oleh rakyat pada tahun 2012. Pada pemilihan tersebut terpilih Bapak Eddy

Rumpoko sebagai Walikota Batu untuk yang kedua kalinya dengan masa bakti

2013-2018. Secara administratif, Kota Batu terbagi menjadi 3 kecamatan dan

24 kelurahan/desa. Selama periode 2010-2013, baik jumlah kecamatan, desa dan

kelurahan tidak ada perubahan. Kecamatan Bumiaji mempunyai jumlah desa yang

paling banyak yaitu 9 desa sedangkan Kecamatan Batu terdiri dari 8

desa/kelurahan, dan Kecamatan Junrejo hanya terdiri dari 7 desa/kelurahan.

Page 66: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

52

Semua desa/kelurahan di Kota Batu termasuk klasifikasi Desa Swasembada.

Apabila dilihat dari jumlah RT/RW nya, Kecamatan Batu mempunyai jumlah

RT/RW yang paling banyak dibandingkan dua kecamatan lainnya.

4.1.3 Kependudukan

Pertumbuhan penduduk Kota Batu pada tahun 2014 adalah sebesar

1,17%. Tingkat pertumbuhan penduduk ini tercatat mengalami sedikit

kenaikan disbanding dengan tahun sebelumnya yang sebesar 1,14%. Selama

periode 2012 hingga 2014, pertumbuhan penduduk di Kota Batu relatif

stabil. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk

antara lain jumlah kelahiran, kematian, dan mutasi penduduk yang terdiri dari

penduduk datang dan penduduk pindah.

Diantara ketiga kecamatan yang ada di Kota Batu, Kecamatan Batu yang

paling padat penduduknya. Pada tahun 2014 kepadatan penduduk di Kecamatan

Batu mencapai 2.012 jiwa per km2, hal ini tidak mengherankan jika Kecamatan

Batu merupakan kecamatan terpadat di Kota Batu karena di Kecamatan Batu

merupakan pusat kegiatan yang pemerintahan maupun ekonomi. Kecamatan

Bumiaji merupakan kecamatan yang terkecil kepadatan penduduknya karena

sebagian wilayah Kecamatan Bumiaji merupakan hutan dan lereng gunung.

4.1.4 Pendidikan

Kota Batu sebagai wilayah administrasi termuda Jawa Timur mempunyai

sarana pendidikan yang cukup bagi penduduknya mulai dari SD sampai SLTA.

Pada tahun 2014, jumlah SD/MI baik negeri maupun swasta tercatar sejumlah 88

sekolah. Tingkat SLTP/Mts terdapat 30 sekolah baik negeri maupun swasta,

Page 67: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

53

sedangkan tingkat SLTA/MAN termasuk SMK sejumlah 26 sekolah. Sedangkan

jumlah murid untuk SD/MI, SLTP/Mts dan SLTA masing-masing 16.752, 7.192

dan 7.044 orang.

Pencapaian pembangunan di bidang pendidikan terkait erat dengan

ketersediaan fasilitas pendidikan. Rasio murid terhadap sekolah untuk tingkat SD

pada tahun 2014 sebesar 190,36 ini mengandung arti bahwa setiap sekolah SD di

Kota Batu menampung murid sebanyak 190 orang. Untuk tingkat SLTP dan

SLTA rasio murid terhadap sekolah masing-masing sebesar 239,73 dan 270,92.

4.1.5 Perekonomian

Ditinjau dari pendekatan produksi, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB) Kota Batu pada tahun 2013 mencapai 4.833,74 milyar. Apabila

dibandingkan tahun 2012 maka ada kenaikan sebesar 15,47%. Pendukung utama

PDRB ADHB Kota Batu adalah sektor perdagangan, hotel dan restaurant, sektor

pertanian dan sektor jasa yang masing-masing mencapai 2.419,58 milyar, 836,19

milyar, dan 744,74 milyar.

Kemajuan ekonomi Kota Batu tidak terlepas dari kebijakan pemerintah

daerah yang selalu mendorong investor dan pelaku ekonomi yang bersifat UMKM

untuk tetap berpartisipasi dalam membangun Kota Batu sebagai kota wisata.

Pertanian di Kota Batu didominasi oleh pertanian hortikultura, sedangkan pertanian

tanaman pangan kurang dominan. Luas panen padi di Kota Batu mengalami

penurunan yang cukup berarti dibandingkan tahun 2013 yaitu hampir 14%. Hal ini

berakibat menurunnya produksi padi dari 5.523 ton pada tahun 2013 menjadi 4.607

ton pada tahun 2014.

Page 68: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

54

Peternakan sebagai bagian dari sektor pertanian juga mempunyai andil

dalam kegiatan perekonomian di Kota Batu. Sebagai daerah penghasil susu,

populasi ternak terutama sapi perah cukup besar. Populasi ternak besar baik itu

sapi potong, sapi perah atau kuda semua mengalami penurunan kecuali kerbau.

Sebaliknya ternak kecil seperti kambing, dan domba mengalami kenaikan

populasi, hanya kelinci yang sedikit mengalami penurunan.

4.1.7 Perbankan dan Investasi

Pada tahun 2014 tidak terjadi pengurangan jumlah perusahaan lembaga

keuangan bukan bank, jumlah koperasi di Kota Batu 177 yaitu terdiri dari 1 KUD

dan 176 non KUD, sedangkan pegadaian 1 perusahaan dan asuransi 2 perusahaan.

Dari 177 koperasi di Kota Batu hanya 1 unit yang merupakan Koperasi

Unit Desa (KUD). Koperasi Non KUD di Kota Batu sebagian besar usahanya

jenis serba usaha yaitu sebanyak 152 koperasi. Pada tahun 2014 anggota

koperasi di Kota Batu 37.362 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran

berkoperasi sebagai soko guru ekonomi rakyat mulai diminati masyarakat Kota

Batu.

4.1.8 Hotel dan Pariwisata

Sebagai kota tujuan wisata, kegiatan ekonomi di Kota Batu yang

menunjang kepariwisataan salah satunya adalah jasa akomodasi.

Tabel 4.2

Jumlah dan Klasifikasi Hotel di Kota Batu

Tahun 2011-2014

No Klaifikasi Hotel 2011 2012 2013 2014

1 Hotel Berbintang 8 10 11 11

2 Hotel Melati 438 463 466 489

Total 446 473 477 500

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Batu (2015)

Page 69: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

55

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, jumlah hotel dan jasa akomodasi lainnya di

Kota Batu pada tahun 2011 sebanyak 446 hotel, tahun 2012 adalah 473 hotel,

naik menjadi 477 pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 menjadi 500 hotel. Dari

500 jasa akomodasi yang ada di Kota Batu tahun 2014, 11 diantaranya

merupakan hotel berbintang. Kota Batu merupakan daerah tingkat II yang

jumlah hotel berbintangnya cukup banyak setelah Kota Surabaya.

Seiring meningkatnya jumlah hotel dan jasa akomodasi kamar dan tempat

tidur yang tersedia juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 tersedia 5.092

kamar dengan 9.817 tempat tidur meningkat menjadi 5.484 kamar dengan 10.188

tempat tidur pada tahun 2014.

Dari beberapa tempat wisata di Kota Batu Kusuma Agro dan Cangar

mengalami kenaikan jumlah pengunjung dibandingkan tahu 2013. Sebaliknya

objek wisata Selecta, Jatim Park dan BNS mengalami penurunan jumlah

pengunjung pada tahun 2014. Sebagai tempat wisata yang berbasis pertanian,

Kusuma Agro masih memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang

mengunjungi Kota Batu. Kenaikan jumlah pengunjung Kusuma Agro cukup

tinggi yaitu sepuluh kali lipat dibandingkan tahun 2013.

4.2 Visi dan Misi Kota Batu

4.2.1 Visi Kota Batu

Visi Kota Batu Tahun 2012-2017

KOTA BATU SENTRA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS

KEPARIWISATAAN INTERNASIONAL

Page 70: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

56

Ditunjang oleh pendidikan yang tepat guna dan berdaya saing. Ditopang oleh

sumberdaya (alam, manusia, dan budaya) yang tangguh. Diselenggarakan oleh

pemerintahan yang baik, kreatif, inovatif, dijiwai oleh keimanan dan ketakwaan

kepada Tuhan yang Maha Esa.

4.2.2 Misi Kota Batu

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah Kota

Batu, berikut ini adalah beberapa misi yang telah dirumuskan :

1. Peningkatan kualitas hidup antar umat beragama

2. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan

3. Mengembangkan pertanian organik dan perdagangan hasil pertanian

organik.

4. Meningkatkan posisi peran serta dari kota sentra pariwisata menjadi kota

kepariwisataan internasional

5. Optimalisasi investasi daerah

6. Peningkatan kualitas pendidikan dan lembaga pendidikan

7. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

8. Pengembangan infrastruktur (sektor fisik) khususnya perkantoran

pemerintah, fasilitas publik, prasarana dan sarana lalu lintas

9. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa, guna peningkatan

pelayanan kepada masyarakat

10. Menciptakan stabilitas dan kehidupan politik di Kota Batu yang harmonis

dan demokratis

11. Pemberdayaan masyarakat melalui koperasi dan UKM

Page 71: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

57

4.3 Analisis Rasio Keuangan

4.3.1 Analisis Tingkat Kemandirian

Rasio kemandirian atau juga bisa disebut rasio otonomi fiskal

menunjukkan kemampuan Pemerintah Kota Batu dalam membiayai sendiri

kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat yang telah

membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan

daerah. dapat diketahui melalui seberapa besar kemampuan sumber daya

keuangan daerah tersebut dalam membangun daerahnya, selain itu mampu

bersaing dengan kabupaten lainnya dalam menyejahterahkan masyarakat. Upaya

nyata dalam mengukur tingkat kemandirian Kota Batu yaitu dengan

membandingkan besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan bantuan

pemerintah baik yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun

Dana Alokasi Umum (DAU).

Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat

ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah

pusat dan provinsi) semakin rendah dan demikian pula sebaliknya menurut

Abdul Halim, (2007: 128). Rasio ini mengukur tingkat kemandirian daerah yaitu

kemampuan daerah dalam mendanai belanjanya (Kementerian Keuangan

Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2012).

Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat

dalam pembangunan daerah menurut Abdul Halim, (2007: 128). Semakin tinggi

rasio kemandirian berarti semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat

dalam membayar pajak dan retribusi daerah. Hal ini juga menggambarkan

Page 72: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

58

kesejahteraan masyarakat yang tinggi. Dalam penelitian ini rasio kemandirian

akan diukur dengan:

Untuk menganalisa rasio kemandirian keuangan daerah Kota Batu dapat

dilihat di tabel berikut :

Tabel 4.3

Perkembangan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Pemerintah

Kota Batu Tahun Anggaran 2011-2015

Tahun

Anggaran

PAD (Rp) Total Pendapatan

(Rp)

Kemandirian

(%)

Keterangan

(1) (2) (3) (4)=(2): (3)

2011 30.241.864.301,14

446.028.334.466,14

6,780%

Instruktif

2012 38.794.059.670,38

495.994.989.183,38

7,821%

Instruktif

2013 59.544.940.727,80

585.302.322.932,31

10,173%

Instruktif

2014 80.493.920.959,53

703.680.192.404,53

11,439%

Instruktif

2015 104,233,584,925.34

725.754.996.854,34

14,362%

Instruktif

Rata-Rata Rasio Kemandirian Tahun Anggaran

2011-2015

10,115%

Instruktif

Sumber : APBD Pemerintah Kota Batu, data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rasio kemandirian keuangan

daerah Kota Batu pada tahun 2011 sampai dengan 2015 adalah 6.780%, 7.821%,

10.173%, 11439%, 14.362% dan rata rata rasio kemandiriannya adalah sebesar

10.115%. Dapat diketahui bahwa pola hubungan antara pemerintah pusat

dengan pemerintah daerah serta kemampuan keuangan daerah Pemerintah

Kota Batu pada tahun anggaran 2011 sampai dengan 2015 berada pada tingkat

Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah x 100%

Total Pendapatan Daerah

Page 73: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

59

kemandirian dengan interval 0 - 25 persen. Hal ini berarti bahwa Pemerintah

Kota Batu mempunyai pola hubungan instruktif, di mana peranan pemerintah

pusat lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah. Ini berarti pula

bahwa kemampuan keuangan Pemerintah Kota Batu termasuk dalam katagori

rendah sekali.

Rata-rata rasio kemandirian keuangan daerah pada tahun anggaran 2011 –

2015 sebesar 10.115% yang termasuk dalam pola hubungan instruktif atau

termasuk dalam kategori rendah sekali, di mana peranan pemerintah pusat

lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah.

Ketidakmandirian Kota Batu juga terlihat dari proporsi PAD terhadap

total pendapatan daerah. Proporsi PAD tahun 2015 terhadap pendapatan

daerah masih sangat kecil yaitu hanya 14.362%, pendapatan terbesar dari dana

perimbangan. Ini berarti bahwa Kota Batu belum mampu mengembangkan

potensi daerah yang dimiliki untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah Kota Batu telah berupaya untuk terus meningkatkan

pendapatan asli daerah yang dimiliki dibandingkan pada periode sebelumnya,

terbukti dari laporan perhitungan APBD Kota Batu, total pendapatan asli

daerah terus mengalami peningkatan seperti pemungutan pajak daerah,

retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah maka akan

mengurangi tingkat ketergantungan terhadap sumber pendanaan yang berasal

dari pemerintah pusat dan provinsi dan mampu menjalankan fungsi otonomi

daerah dengan baik.

Page 74: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

60

Dengan begitu Pemerintah Kota Batu diharapkan lebih meningkatkan

lagi pendapatan asli daerah (PAD) agar pemerintah daerah benar- benar

mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah tanpa

campur tangan pemerintah pusat lagi. Sumber-sumber penerimaan daerah

yang potensial harus digali secara maksimal, namun tentu saja di dalam

koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk diantaranya

adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang memang telah sejak lama

menjadi unsur PAD yang utama. Kreativitas Pemerintah Daerah yang

berlebihan dan tak terkontrol dalam memungut pajak daerah dan retribusi

daerah, akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi masyarakat dan

dunia usaha, yang pada gilirannya menyebabkan ekonomi biaya tinggi.

(Sidik,2002)

Dari penelitian ini juga mengindikasikan bahwa PAD berperan penting

dalam meningkatkan kemandirian keuangan daerah. Hal ini sependapat

dengan Dwirandra (2008), dalam kaitannya dengan pemberian otonomi

kepada daerah dalam merencanakan, menggali, mengelola dan menggunakan

keuangan daerah sesuai dengan kondisi daerah. PAD dapat dipandang sebagai

salah satu indikator untuk mengurangi ketergantungan pemerintah kabupaten

kepada pusat yang pada prinsipnya semakin besar PAD dalam APBD akan

menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat

dan provinsi.

Page 75: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

61

4.3.2 Analisis Tingkat Efektivitas PAD

Tingkat efektivitas dari PAD dapat diketahui dengan menggunakan

rasio efektivitas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan pemerintah

daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan

target atau anggaran yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah (Halim,

2007:234). Rasio efektifitas Pemerintah Kota Batu dapat dihitung sebagai

berikut :

Realisasi Penerimaan PAD

Rasio Efektifitas = x 100%

Anggaran Penerimaan PAD

Untuk dapat melihat dan membandingkan antara rasio efektivitas

PAD daerah pemerintah Kota Batu dapat dilihat pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4

Perhitungan Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pemerintah Kota Batu Tahun Anggaran 2011-2015

Tahun

Anggaran

Anggaran

(Rp)

Realisasi Efektifitas

(%)

Keterangan

(1) (2) (3) (4)=(2): (3)

2011 30.000.000.000

30.241.864.301,14

100,806%

Sangat Efektif

2012 33.200.000.000

38.794.059.670,38

116,850%

Sangat Efektif

2013 50.793.502.612

59.544.940.727,80

117.229%

Sangat Efektif

2014 72.269.056.000

80.493.920.959,53

111.381%

Sangat Efektif

2015 97.926.818.089

104,233,584,925.34

106.440%

Sangat Efektif

Rata-Rata Rasio Efektivitas Tahun Anggaran

2011-2015

110.541%

Sangat Efektif

Sumber : APBD Pemerintah Kota Batu, data diolah (2017)

Page 76: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

62

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rasio efektivitas PAD

tahun anggaran 2011 sampai dengan tahun 2015 secara keseluruhan telah

berada di atas anggaran PAD yang telah ditetapkan. Realisasi PAD dari tahun

2011 sampai tahun 2015 juga terus mengalami peningkatan. Sesuai dengan

rasio interval pedoman penilaian dan kinerja keuangan, maka tingkat

efektivitas PAD Pemerintah Kota Batu untuk tahun anggaran 2011 sampai

dengan 2015 sangat efektif, karena berada pada interval di atas l00 persen.

Rata-rata rasio efektifitas keuangan daerah pada tahun anggaran 2011

sampai 2015 sebesar 110,541% yang termasuk dalam kategori sangat efektif.

Hal ini menggambarkan kinerja Pemerintah Kota Batu baik dalam

merealisasikan PAD yang telah direncanakan.

4.3.3 Analisis Tingkat Efisiensi Keuangan Daerah

Analisis tingkat efisiensi keuangan daerah dapat dihitung dengan

menggunakan rasio efisiensi, yaitu rasio yang menggambarkan perbandingan

antara total realisasi pengeluaran (Belanja Daerah) dengan realisasi

pendapatan yang diterima (Halim, 2007:234). Analisis efisiensi pengelolaan

keuangan daerah dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar efisiensi dari

suatu pelaksanaan kegiatan atau proyek dengan melakukan perbandingan

antara output/pengeluaran dengan input/masukan. Rasio efisiensi Pemerintah

Kota Batu dapat dihitung sebagai berikut :

Tabel 4.5

Rasio Efisiensi = Total Realisasi Belanja x 100%

Total Realisasi Pendapatan Daerah

Page 77: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

63

Perhitungan Tingkat Efisiensi Belanja Daerah Terhadap Pendapatan

Daerah Pemerintah Kota Batu Tahun Anggaran 2011-2015

Tahun

Anggaran

Total Realisasi

Belanja

Total Realisasi

Pendapatan

Efisiensi

(%)

Keterangan

(1) (2) (3) (4)=(2): (3)

2011 435.856.317.399

446.028.334.466,14

97,719%

Kurang Efisen

2012 435.188.559.661

495.994.989.183,38

87,741%

Cukup Efisien

2013 568.468.908.109

585.302.322.932,31

97,124%

Kurang Efisien

2014 797.294.924.728

703.680.192.404,53

113,304%

Tidak Efisen

2015 612.365.237.584

725.754.996.854,34

84,376%

Cukup Efisien

Rata-Rata Rasio Efisiensi Tahun Anggaran 2011-2015 96,053%

Kurang Efisien

Sumber : APBD Pemerintah Kota Batu, data diolah (2017)

Dari Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa rasio efisiensi belanja daerah

terhadap pendapatan daerah Pemerintah Kota Batu tahun 2011 adalah sebesar

97,719%, tahun 2012 adalah sebesar 87,741%, tahun 2013 sebesar 97,124%,

tahun 2014 adalah sebesar 113,304%, dan tahun 2015 sebesar 84,367% atau

sesuai dengan Tabel 4.5 tahun 2011 dan 2013 tergolong kriteria kurang

efisien, karena berada pada interval 90 - 100 persen. Hal ini disebabkan oleh

realisasi pendapatan daerah yang sedikit lebih besar daripada realisasi belanja

daerah. Tahun 2014 tergolong kriteria tidak efisien, karena berada pada interval

lebih dari 100 persen. Hal ini disebabkan oleh realisasi pendapatan daerah

yang lebih sedikit daripada realisasi belanja daerah.

Rata-rata rasio efisiensi keuangan daerah pada tahun anggaran 2011-

2015 sebesar 96,053% yang termasuk dalam kategori kurang efisien. Hal ini

menggambarkan kinerja Pemerintah Kota Batu terkesan adanya pemborosan

Page 78: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

64

dengan kurangnya penghematan dan efisiensi anggaran belanja daerah.

Mardiasmo (2002:159) menyatakan bahwa selama ini pemerintah

daerah menggunakan aturan bahwa jumlah belanja daerah yang tertera pada

APBD adalah jumlah maksimum yang dapat dibelanjakan untuk setiap pos

belanja daerah, sehingga ada kecenderungan untuk menghabiskan semua dana

belanja daerah pada tahun anggaran yang bersangkutan. Dengan analis

efisiensi keuangan, Kota Batu tidak berhasil untuk meningkatkan efisiensi

belanja daerah.

4.3.4 Analisis Tingkat Keserasian Belanja Modal

Rasio belanja modal terhadap total belanja daerah mencerminkan porsi

belanja daerah yang dibelanjakan untuk belanja modal. Belanja Modal sendiri

ditambah belanja barang dan jasa, merupakan belanja pemerintah yang memiliki

pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah selain dari

sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Oleh karena itu, semakin tinggi

angka rasionya, semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin buruk pengaruhnya terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Rasio Keserasian = Total Belanja Modal x 100%

Total Belanja Daerah

Page 79: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

65

Tabel 4.6

Perhitungan Tingkat Kesereasian Belanja Daerah Terhadap Belanja

Daerah Pemerintah Kota Batu Tahun Anggaran 2011-2015

Tahun

Anggaran

Total Belanja Daerah Total Belanja Modal Keserasian

(%)

(1) (3) (2) (4)=(2): (3)

2011 435.856.317.399

106.341.048.268

24,398%

2012 435.188.559.661

65.462.125.992 15,042%

2013 568.468.908.109

155.842.580.700

27,414%

2014 797.294.924.728

136.626.885.534

17,136%

2015 612.365.237.584

281.882.302.047

46,032%

Rata-Rata Tingkat Keserasian Belanja Tahun Anggaran 2011-2015 26,005%

Sumber : APBD Pemerintah Kota Batu, data diolah (2017)

Dari perhitungan rasio keserasian tersebut dapat dilihat bahwa belanja

modal yang belum stabil dari tahun ke tahun. Dimulai pada tahun 2011 rasio

belanja modal sebesar 24,398% mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi

15,042%, kemudian naik pada tahun 2013 menjadi 27,414%, dan pada tahun

2014 turun lagi menjadi 17,136%. Baru pada tahun 2015 mengalami kenaikan

menjadi 46,032%, sehingga rata-rata rasionya sebesar 26,005%.

Menurut uraian dan perhitungan di atas bahwa sebagian besar dana yang

dimiliki Pemerintah Kota Batu masih diprioritaskan untuk kebutuhan belanja

operasi sehingga rasio belanja modal relatif kecil. Ini dapat dibuktikan dari rata-

rata rasio belanja modal yang dibawah 50% dibandingkan dengan rata-rata rasio

belanja operasi. Besarnya alokasi dana untuk belanja operasi terutama

dikarenakan besarnya dinas-dinas otonomi dan belanja pegawai untuk gaji

PNS. Dengan ini dapat menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Batu yang lebih

Page 80: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

66

condong pada pengeluaran rutin untuk pemenuhan aktivitas pemerintahan dan

belum memperhatikan pembangunan daerah. Hal ini dikarenakan belum ada

patokan yang pasti untuk belanja modal, sehingga pemerintah daerah masih

berkonsentrasi pada pemenuhan belanja operasi yang mengakibatkan belanja

modal untuk Pemerintah Kota Batu kecil atau belum terpenuhi. Untuk itu

kedepannya diharapkan lebih memperhatikan pelayanan kepada masyarakat yang

nantinya dapat dinikmati langsung oleh publik. Karena pada dasarnya dana

pada anggaran daerah adalah dana publik sehinga dana tersebut dimanfaatkan

untuk kepentingan publik.

4.3.5 Analisis Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah

Titik berat analisis pertumbuhan terhadap pendapatan daerah dalam

penelitian ini adalah pada Pendapatan Asli Daerah (PAD), mengingat

pemerintah daerah mempunyai kewenangan penuh atas PAD yaitu, ketentuan

yang berupa peraturan daerah (dengan berpedoman pada UU dan PP),

penetapan tarif pajak daerah dan retribusi daerah serta sistem pemungutannya,

dan penilaian kinerja Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Batu

serta kinerja Badan Usaha Milik Daerah yang ada di Kota Batu.

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka hasil analisis ini

diharapkan mampu memberikan gambaran yang dapat digunakan sebagai

umpan balik (feedback) bagi Pemerintah Kota Batu, sehingga dapat

meningkatkan PAD. Rasio pertumbuhan PAD Pemerintah Kota Batu dapat

dihitung sebagai berikut :

Page 81: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

67

Rasio Pertumbuhan = Realisasi tahun ke n - Realisasi tahun ke n-1 x100% Realisasi tahun ke n-1

Untuk dapat melihat pertumbuhan PAD pemerintah Kota Batu

dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7

Perhitungan Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Pemerintah Kota Batu Tahun

Anggaran 2011-2015

Tahun

Anggaran

Realisasi PAD

tahun ke n-1

Realisasi PAD

tahun ke n

Pertumbuhan

(1) (2) (3) (4)=(2): (3)

2010 17.735.602.953,95

2011 30.241.864.301,14

30.241.864.301,14

70.515%

2012 38.794.059.670,38

38.794.059.670,38

28.279%

2013 59.544.940.727,80

59.544.940.727,80

53.490%

2014 80.493.920.959,53

80.493.920.959,53

35.182%

2015 104.233.584.925,34

104.233.584.925,34

29.492%

Rata-Rata Rasio Pertumbuhan PAD Tahun Anggaran 2011-

2015

43.392%

Sumber : APBD Pemerintah Kota Batu, data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.7 maka rata-rata pertumbuhan PAD Pemerintah

Kota Batu untuk tahun 2015 terhadap tahun sebelumnya menunjukkan

pertumbuhan sebesar 43,392%. Presentase pertumbuhan PAD terbesar terjadi

pada tahun 2011 sebesar 70,515%, sedangkan pertumbuhan PAD terkecil

terjadi pada tahun 2012 sebesar 28,279%.

Rata-rata pertumbuhan PAD Pemerintah Kota Batu selama tahun

2011-2015 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal ini memberikan

Page 82: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

68

gambaran keberhasilan Pemerintah Kota Batu dalam meningkatkan PAD.

Berdasarkan kinerja keuangan pemerintah Kota Batu masih belum optimal

dalam mengembangkan potensi yang dimiliki daerah. Pelaksanaan

pembangunan daerah Kota Batu masih sangat tergantung dana perimbangan

karena PAD Kota Batu sangat rendah.

4.4 Pendidikan Kota Batu

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai

subyek sekaligus obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik.

Mengingat pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangunan di bidang

pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara formal maupun non

formal. Pembangunan di bidang pendidikan memerlukan peran serta yang

aktif tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat.

Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan

perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Untuk mengetahui perkembangan pembangunan bidang pendidikan

diperlukan adanya indikator yang mampu memberikan gambaran mengenai

kemajuan yang telah dicapai. Ada beberapa indikator yang relevan dengan

masalah pendidikan, diantaranya adalah rata-rata lamanya sekolah, tingkat

pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat partisipasi sekolah. Untuk

melihat ketersediaan dan tingkat pelayanan, sarana, prasarana dan tenaga

pendidik yang ada digunakan indikator antara lain rasio kelas persekolah, guru

Page 83: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

69

per sekolah, guru per kelas, murid per kelas dan murid per guru. Dengan

demikian bisa terlihat kualitas pendidikan yang ada di sekolah-sekolah di Kota

Batu.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 10 menyebutkan bahwa : Pemerintah

pusat dan pemerintah daerah berhak mengerahkan, membimbing, membantu

dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, kemudian Pasal 11 mewajibkan Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan layanan dan kemudahan, serta

menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga

negara tanpa diskriminasi serta menjamin tersedianya dana guna

terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh

sampai dengan lima belas tahun.

Pengukuran tingkat efisiensi anggaran belanja Dinas Pendidikan Kota

Batu didasarkan pada data anggaran dan realisasi yang dituangkan dalam

Laporan Realisasi Anggaran Dinas Pendidikan Kota Batu 2011 - 2015, yang

kemudian diklasifikasikan kembali sesuai kebutuhan analisa data.

Page 84: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

70

Tabel 4.8

Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Dinas

Pendidikan Pemerintah Kota Batu Tahun

Anggaran 2011-2015

Tahun

Anggaran

Realisasi Belanja Realisasi

Pendapatan

Efisiensi

(1) (2) (3) (4)=(2): (3)

2011 116.459.786.686

40.680.000,00

28,62

2012 131.840.678.148

48.890.000,00 26,96

2013 138.459.246.569

59.450.000,00 23,29

2014 172.890.652.870

67.900.000,00

25,46

2015 203.596.588.202

75.000.000,00 27,14

Rata-Rata Rasio Efisiensi Belanja Tahun Anggaran

2011-2015

28,62

Sumber : APBD Pemerintah Kota Batu, data diolah (2017)

Secara keseluruhan total belanja Dinas Pendidikan Kota Batu dari

tahun ke tahun pada periode 2011 - 2015 dapat disimpulkan bahwa Dinas

Pendidikan Kota Batu belum efisien dalam menggunakan dan mengelola

realisasi belanja karena realisasi belanja yang lebih besar dari realisasi

pendapatan.

Tingkat efisiensi anggaran dan realisasi belanja untuk Dinas

Pendidikan Kota Batu tahun 2011 - 2015 tren-nya fluktuatif, yang ditunjukkan

oleh tingkat efisiensi realisasi belanja berturut-turut dari ttahun 2011 sampai

dengan 2015 rata-rata sebesar 28,62% sedangkan pada tahun 2011 sebesar

28,62%, tahun 2012 sebesar 26,96%, tahun 2013 sebesar 23,29%, tahun 2014

sebesar 25,46% dan tahun 2015 sebesar 27,14%. Tren ini menunjukkan

Page 85: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

71

tingkat efisiensi belanja jika dilihat secara keseluruhan menunjukkan bahwa

Dinas Pendidikan Kota Batu belum efisien dalam menggunakan anggaran

belanja atau dengan kata lain realisasi belanja yang melebihi dari realisasi

pendapatan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan salah satu azaz umum

pengelolaan keuangan daerah bahwa efisien merupakan pencapaian keluaran

yang maksimum dengan masukan tertentu untuk mencapai keluaran tertentu.

Rasio efisiensi pada tingkat program khususnya pada daya serap

anggaran belanja langsung program yang realisasinya di bawah 50%. Bahwa

secara konsep tingkat efisiensi di bawah 50% dapat dikategorikan sangat

efisien, tetapi dalam hal ini tidak dapat langsung disimpulkan bahwa dengan

tingkat efisiensi/optimal atau sangat bagus pengelolaan anggaran belanja

langsungnya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi lebih lanjut rencana dan

pelaksanaan anggaran belanja langsung dari program itu sendiri.

4.4.1 Taraf Pendidikan

Ukuran yang sangat mendasar dalam tingkat pendidikan adalah

kemampuan baca tulis penduduk dewasa. Hal ini dapat dilihat dari angka

melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas. Penduduk Kota Batu yang dapat

membaca dan menulis pada tahun 2013 sudah mencapai 98,37 persen, sisanya

1,63 persen tidak dapat baca tulis. Pada tahun 2013 persentase penduduk Kota

Batu yang melek huruf atau bisa baca tulis mengalami kenaikan yaitu dari

98,32 persen pada tahun 2012 menjadi 98,37 persen pada tahun 2013. Dengan

Page 86: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

72

meningkatnya angka melek huruf berarti penduduk yang buta huruf pada

tahun 2013 hanya sebesar 1,63 persen. Dibandingkan angka melek huruf

Propinsi Jawa Timur, Kota Batu masih lebih baik, di mana AMH Jawa Timur

tahun 2011 sekitar 88,52 persen, tahun 2012 menjadi 89,28 persen dan pada

tahun 2013 ini sebesar 90,49 persen.

Tabel 4.1 Angka Melek Huruf & Buta Huruf tahun 2011– 2015

Tahun Melek Huruf Buta Huruf

Kota

Batu

Jawa

Timur

Kota

Batu

Jawa

Timur

2011 98,27 88,52 1,73 11,48

2012 98,32 89,28 1,68 10,72

2013 98,37 90,49 1,63 9,51

2014 94,79 92,23 5,21 7,77

2015 97,54 91,47 2,46 8,53

Sumber : Hasil Susenas 2011-2015, BPS Prov. Jatim, data diolah (2017)

Penduduk Kota Batu yang dapat membaca dan menulis pada tahun

2015 sudah mencapai 97,54 persen, sisanya 2,46 persen tidak dapat baca tulis.

Pada tahun 2015 persentase penduduk Kota Batu yang melek huruf atau bisa

baca tulis mengalami kenaikan yaitu dari 94,79 persen pada tahun 2014

menjadi 97,54 persen pada tahun 2015. Dengan kenaikan angka melek huruf

berarti penduduk yang buta huruf pada tahun 2015 hanya mencapai 2,46

persen. Dibandingkan angka melek huruf Propinsi Jawa Timur, Kota Batu

masih lebih baik, di mana AMH Jawa Timur tahun 2013 sekitar 90,49 persen,

tahun 2014 menjadi 92,23 persen dan pada tahun 2015 ini sebesar 91,47

persen.

Page 87: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

73

Salah satu parameter keberhasilan pembangunan diukur melalui Indeks

Pembangunan Manusia ( Human Development Index = HDI), yang salah satu

komponennya diantaranya adalah angka buta huruf ini. Buta huruf selalu

identik dengan keterbelakangan serta ketidakberdayaan yang umumnya

menjadi ciri masyarakat marginal. Dengan demikian usaha pemerintah Kota

Batu untuk mengurangi angka buta huruf sudah menampakan hasil, meskipun

demikian upaya pemberantasan buta huruf tetap harus dilakukan supaya

masyarakat Kota Batu terbebas dari buta huruf.

Untuk mengetahui perkembangan pembangunan bidang pendidikan

diperlukan adanya indikator yang mampu memberikan gambaran mengenai

kemajuan yang telah dicapai. Selain Indikator ABH (Angka Buta Huruf) ada

indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan yaitu rata-rata lamanya

sekolah (tahun). Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang

dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun keatas untuk menempuh semua

jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Dari hasil pengolahan Indikator

Makro Sosial Ekonomi Jawa Timur rata-rata lamanya sekolah penduduk Kota

Batu selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 rata-rata lamanya sekolah

sebesar 8,76 tahun atau naik sebesar 0,22 point dibanding tahun 2012 sebesar

8,54 tahun. Rata-rata lamanya sekolah penduduk Kota Batu masih di atas

Propinsi Jawa Timur. Rata-rata lamanya sekolah Propinsi Jawa Timur tahun

2001 s/d 2008 masih berkisar angka 6, dan pada tahun 2009-2013 sudah

mencapai 7,53, sedangkan Kota Batu sudah berada pada kisaran angka 8.

Page 88: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

74

Rata-rata lamanya sekolah penduduk Kota Batu selalu mengalami

kenaikan pada tahun 2015 rata-rata lamanya sekolah sebesar 8,81 tahun atau

naik sebesar 0,05 point dibanding tahun 2013 sebesar 8,76 tahun. Rata-rata

lamanya sekolah penduduk Kota Batu masih di atas Propinsi Jawa Timur.

Rata-rata lamanya sekolah Propinsi Jawa Timur tahun 2001 s/d 2008 masih

berkisar angka 6, dan pada tahun 2009-2014 sudah mencapai 7,56, sedangkan

Kota Batu sudah berada pada kisaran angka 8. Dengan kata lain bahwa

semakin lama peluang serta kesempatan dalam bidang pendidikan semakin

besar. Merupakan hal yang wajar jika tingkatan pendidikan seorang anak

minimal sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan orang tuanya.

Grafik 4. Rata-rata Lamanya Sekolah Penduduk Kota Batu

dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 - 2015

Sumber: Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu, BPS Kota

Batu, data diolah (2017)

Gambaran mengenai peningkatan sumber daya manusia dapat dilihat

dari kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 15 tahun keatas. Semakin

besar persentase penduduk yang menamatkan jenjang pendidikan tinggi, bisa

dianggap semakin tinggi tingkat intelektualnya. Sebagian besar penduduk

Kota Batu telah menamatkan SMA sederajat, hal tersebut dapat dilihat bahwa

penduduk yang tamat SMA sederajat tahun 2013 sebesar 24,3 persen.

Penduduk Kota Batu yang menempuh pendidikan sampai jenjang perguruan

8,52 8,54 8,34 8,41 8,44 7,34 7,45 7,53 7,05 7,14

0

10

2011 2012 2013 2014 2015

Kota Batu Jawa Timur

Page 89: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

75

tinggi pada tahun 2013 mencapai 9,10 persen. Penduduk yang menamatkan

Perguruan Tinggi mengalami kenaikan sebesar 2,01 persen.

Untuk melihat seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat

memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada dapat dilihat dari penduduk yang

masih sekolah pada umur tertentu yang dikenal dengan angka partisipasi

sekolah. Angka partisipasi sekolah (APS) adalah perbandingan antara jumlah

penduduk usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah dengan jumlah

penduduk usia tersebut dikalikan seratus. Dalam penghitungan APS tidak

memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang dijalani, karena perhatian

utamanya adalah penduduk usia sekolah yang pada dasarnya harus sekolah.

Angka APS dikatakan baik apabila mendekati atau bahkan mencapai angka

seratus, yang berarti setiap anak usia sekolah sedang duduk dibangku sekolah.

Meningkatnya angka partisipasi sekolah berarti menunjukkan adanya

keberhasilan di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya

memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. Pengelompokan usia sekolah

adalah berikut :

a. SD untuk kelompok umur 7 – 12 tahun

b. SLTP untuk kelompok umur 13 – 15 tahun

c. SLTA untuk kelompok umur 16 – 18 tahun

d. Perguruan Tinggi untuk kelompok umur 19 – 24 tahun.

APS Kota Batu untuk kelompok umur sekolah dasar (7 – 12 tahun)

pada tahun 2013 sebesar 99,74 persen yang berarti untuk setiap 100 anak usia

sekolah dasar, hampir semuanya sekolah di usia ini. Selanjutnya APS untuk

Page 90: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

76

usia SMP (13-15 tahun) sebesar 97,68 persen pada tahun 2013, APS untuk

usia SMA (16 – 18 tahun) sebesar 66,95 persen. Semua tingkatan usia sekolah

APS-nya mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2012 kecuali APS untuk

usia SMA (16-18). Apabila diperhatikan semua usia sekolah, tampak bahwa

semakin tinggi usia sekolah Angka Partisipasi Sekolahnya semakin kecil. Dari

tabel dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, persentase APS Kota Batu mengalami penurunan pada kelompok

umur SMA (16 – 18 tahun), sedangkan kelompok umur SD (7-12) dan SMP

(13-15) mengalami kenaikan.

APS Kota Batu untuk kelompok umur sekolah dasar (7 – 12 tahun)

pada tahun 2015 sebesar 100 persen yang berarti untuk setiap 100 anak usia

sekolah dasar, semuanya sekolah di usia ini. Selanjutnya APS untuk usia SMP

(13-15 tahun) sebesar 98,11 persen pada tahun 2015 , APS untuk usia SMA

(16 – 18 tahun) sebesar 76,67 persen. Semua APS yaitu usia SMP (13-14

tahun) dan SMA (16-18 tahun) mengalami kenaikan dibandingkan tahun

2014. Apabila diperhatikan semua usia ekolah, tampak bahwa semakin tinggi

usia sekolah Angka Partisipasi Sekolahnya semakin kecil.

Dengan adanya program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang

sasarannya sampai pada jenjang pendidikan tingkat SMP. Keberadaan

program BOS tentunya tidak mampu secara drastis mendongkrak presentase

APS pada kelompok Usia SMP (13 – 15 tahun ), mengingat program tersebut

bukan bersifat menghapuskan biaya pendidikan, namun hanya mengurangi.

Jika pada jenjang pendidikan SD di beberapa sumber menyebutkan bahwa

Page 91: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

77

sebagian besar murid tidak lagi terbebani biaya SPP/BP3, namun pada jenjang

pendidikan SMP/sederajat, sebagian murid masih membayar selisih SPP/BP3

setelah dikurangi BOS terutama untuk sekolah swasta.

4.5 Kesehatan di Kota Batu

Pembangunan di bidang kesehatan antara lain bertujuan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui meningkatnya derajat

kesehatan penduduk. Peningkatan derajat kesehatan penduduk harus

diupayakan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena masalah

kesehatan yang terjadi sekarang dapat berpengaruh terhadap keturunan

berikutnya. Derajat kesehatan masyarakat harus terus menerus ditingkatkan

dengan memberikan fasilitas kesehatan yang memadai dan meningkatkan

kesadaran pola hidup sehat bagi masyarakat. Kedua faktor tersebut harus

sinergis, karena fasilitas kesehatan yang bagus tidak akan menjamin

terciptanya masyarakat yang sehat. Untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat, pemerintah berupaya melakukan berbagai program baik yang

sifatnya promotif, preventif maupun kuratif melalui pendidikan kesehatan,

imunisasi, pemberantasan penyakit menular, penyediaan air bersih dan

sanitasi dan pelayanan kesehatan.

Upaya kesehatan dapat dilakukan sedini mungkin, sejak bayi masih

dalam kandungan, saat kelahiran dan masa balita. Perkembangan otak sudah

dimulai sejak bayi berada dalam kandungan, dan gizi yang cukup serta

perilaku hidup sehat dalam lingkungan yang sehat sangatlah penting bagi

kesehatan dan pertumbuhan seorang.

Page 92: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

78

Pemerintah harus bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di

bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk

memperoleh derajat kesehatan melalui akses terhadap informasi, edukasi, dan

fasilitas pelayanan sehingga terbentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman,

efisien, dan terjangkau. APBD merupakan salah satu bentuk upaya dalam

menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pengukuran tingkat efisiensi anggaran belanja Dinas Kesehatan Kota

Batu didasarkan pada data anggaran dan realisasi yang dituangkan dalam

Laporan Realisasi Anggaran Dinas Kesehatan Kota Batu 2011 - 2015, yang

kemudian diklasifikasikan kembali sesuai kebutuhan evaluasi.

Tabel 4.9

Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Dinas Kesehatan Pemerintah Kota

Batu Tahun Anggaran 2011-2015

Tahun

Anggaran

Realisasi Belanja Realisasi Pendapatan Efisiensi

(1) (2) (3) (4)=(2): (3)

2011 17.148.675.840

2.789.560.300 0,061

2012 19.459.167.605

3.491.340.550 0,055

2013 22.034.976.584

3.892.670.600 0,056

2014 26.005.689.556

4.541.790.750 0,057

2015 30.640.904.994

5.006.189.900 0,061

Rata-Rata Rasio Efisiensi Belanja Tahun Anggaran 2011-

2015

0,058

Sumber : APBD Pemerintah Kota Batu, data diolah (2017)

Secara keseluruhan total belanja Dinas Kesehatan Kota Batu dari tahun ke

tahun pada periode 2011 – 2015 dapat disimpulkan bahwa Dinas Kesehatan

Kota Batu belum efisien dalam menggunakan dan mengelola anggaran belanja

Page 93: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

79

atau dengan kata lain realisasi belanja melebihi dari realisasi pendapatan yang

ditetapkan.

Rata-rata dari rasio efisiensi belanja Dinas Kesehatan Kota Batu

sebesar 0,058%. Pada laporan program kegiatan Dinas Kesehatan Kota Batu

diketahui bahwa pada program pengadaaan obat dan perbekalan kesehatan

presentase realisasi nya hanya 69,48%. Hal tersebut berdampak pada serapan

anggaran Dinas Kesehatan Kota Batu pada tahun 2015.

4.5.1 Taraf Kesehatan

Diantara beberapa ukuran kesehatan yang ada, indikator yang gunakan

untuk melihat taraf kesehatan penduduk adalah Angka Harapan Hidup (AHH),

dan penolong persalinan. Ketiga indikator tersebut sangat peka terhadap setiap

perubahan sosial ekonomi masyarakat. Sehingga selain seba ai ukuran

kesehatan, ketiganya bisa juga memberikan indikasi kondisi kesejahteraan

masyarakat. Seperti halnya pada bidang pendidikan, pada sub bab kesehatan

juga akan disajikan data alokasi dana yang disediakan untuk bidang

kesehatan.

Angka Harapan Hidup sangat dipengaruhi oleh kualitas kesehatan,

diantaranya pola hidup sehat, pola konsumsi makanan, dan kualitas

lingkungan perumahan. Angka Harapan Hidup juga digunakan sebagai

indikator untuk menilai taraf kesehatan masyarakat. Mencermati AHH juga

selalu tidak akan lepas dari pembicaraan mengenai kesehatan, sebab angka-

angka inilah yang mempunyai kaitan langsung dengan taraf kesehatan.

Page 94: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

80

Disamping fungsinya sebagai indikator pembangunan ekonomi, sering kali

juga digunakan sebagi indikator keberhasilan program kesehatan.

Pada dasarnya AHH untuk jangka pendek relatif stabil karena program

pembangunan apapun termasuk bidang kesehatan yang diterapkan kepada

masyarakat bukanlah merupakan program yang bersifat instan, sehingga

memerlukan waktu yang relatif lama untuk dapat melihat hasil dari kebijakan

penerapan program tersebut.

Hubungan antara pembangunan sosial ekonomi dengan AHH berkaitan

erat dan positif. Bila pembangunan sosial ekonomi semakin baik, maka AHH

juga semakin tinggi, atau sebaliknya bila AHH lebih tinggi, maka

mengindikasikan pembangunan sosial ekonomi suatu wilayah semakin maju.

Angka Harapan Hidup Kota Batu pada tahun 2013 menunjukkan nilai 70,32

atau mengalami kenaikan sebesar 0,32 bila dibandingkan data tahun 2012.

Namun demikian Angka Harapan Hidup yang dicapai Kota Batu masih berada

di bawah rata - rata Angka Harapan Hidup Jawa Timur. Angka Harapan

Hidup Kota Batu pada tahun 2015 menunjukkan nilai 72,16 atau mengalami

kenaikan sebesar 0,10 bila dibandingkan data tahun 2014. Namun demikian

Angka Harapan Hidup yang dicapai Kota Batu masih berada di bawah rata-

rata Angka Harapan Hidup Jawa Timur.

Masalah kesehatan harus sudah mendapat perhatian sedini mungkin,

yaitu sejak bayi dalam kandungan, saat kelahiran dan masa balita. Karena

pada masa balita, anak sangat rentan dalam hal kesehatan dan kekurangan

gizi. Sementara itu pada masa tersebut merupakan masa pertumbuhan anak,

Page 95: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

81

sehingga jika terjadi gangguan kesehatan akan berpengaruh terhadap masa

tumbuh kembangnya. Kualitas kesehatan di masa balita sangat berpengaruh

pada semua fungsi jaringan tubuh, oleh karena itu menjaga kesehatan harus

dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan.

Salah satu indikator keberhasilan di bidang kesehatan adalah

meningkatnya angka persalinan oleh tenaga kesehatan/medis. Penolong

persalinan sangatlah berpengaruh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada saat

proses persalinan. Penanganan yang tepat pada waktu dan pasca persalinan

akan mengurangi resiko kematian ibu dan bayi pada proses persalinan.

Penolong persalinan oleh tenaga medis atau tenaga berpengalaman

yang sudah dibekali dengan pengetahuan serta kemampuan akan membantu

berlangsungnya proses persalinan dengan baik. Persalinan yang ditolong oleh

tenaga medis seperti dokter dan bidan dianggap lebih baik dibandingkan yang

ditolong oleh dukun, famili atau lainnya. Pada tahun 2015 persalinan di Kota

Batu 100 persen sudah ditolong tenaga medis yaitu Dokter Kandungan,

Dokter Umum dan Bidan. Prosentase tertinggi proses persalinan di tolong

Bidan yaitu sebesar 62,61 persen, urutan kedua Dokter Kandungan sebesar

35,42 persen dan yang ditolong dokter umum hanya sebesar 1,97 persen.

Selain balas jasa bidan lebih murah dibanding dokter, bidan merupakan tenaga

medis yang terlatih di bidang kelahiran dan jumlahnya sangat banyak dan

masing-masing menawarkan fasilitas yang menarik, sehingga banyak

masyarakat yang memilih bidan sebagai penolong pertama kelahiran bayi.

Selain itu mungkin praktek bidan lebih dekat dengan tempat tinggal sehingga

Page 96: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

82

lebih mudah untuk menghubunginya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat

Kota Batu sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi tentang pentingnya

kesehatan, sehingga semua proses kelahiran yang terjadi di Kota Batu

ditangani oleh tenaga medis.

Sedangkan menurut tempat melahirkan kelahiran yang terjadi di Kota

Batu hampir 100 persen, proses kelahiran dilakukan di RS/RS Bersalin (48,63

persen), Klinik Bidan/Praktek Dokter (41,79) dan Pusekesmas/Pustu (7,34)

hanya 2,25 persen yang dilakukan ditempat selain fasilitas kesehatan dan

rumah.

Setelah proses persalinan, upaya selanjutnya untuk menjaga kesehatan

bayi dipengaruhi oleh pasokan makanan, yang dalam hal ini utamanya berupa

pemberian Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah makanan pokok terbaik bayi yang

tidak dapat tergantikan oleh susu formula apapun. Pemberian Air Susu Ibu

(ASI) pada bayi mutlak diperlukan, karena ASI merupakan makanan terbaik

bagi bayi yang memenuhi kebutuhan akan gizi, kekebalan terhadap penyakit,

serta memberi rasa aman dan nyaman. Selain ASI pemberian imunisasi juga

merupakan kebutuhan balita supaya tumbuh sehat.

Page 97: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

83

4.6 Kemiskinan di Kota Batu

Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan secara

ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah,

di mana kondisi atas ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya

pendapatan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari baik kebutuhan

pokok sandang pangan maupun papan (World Bank, 2007).

Kemiskinan diartikan oleh Mubyanto (2002) dalam Hasugian (2006)

merupakan bentuk dari ketidakmampuan terhadap pihak penguasa

sehingga mereka dikategorikan sebagai pihak yang lemah yang tidak dapat

berbuat apa-apa, terancam dan tereksploitasi.

Kemiskinan ini juga menyangkut sikap, budaya hidup dan lingkungan

dalam suatu masyarakat. Kemiskinan di bagi atas tiga jenis menurut Harniati

(2010), yaitu: 1) kemiskinan alamiah di mana kemiskinan ini terjadi karena

adanya akibat dari SDA (Sumber Daya Alam) maupun SDM (Sumber Daya

Manusia) yang rendah; 2) kemiskinan kultural di mana kemiskinan ini terjadi

akibat dari tidak adanya kemauan dari masyarakat untuk memperbaiki kualitas

hidup mereka; dan 3) kemiskinan struktural di mana kemiskinan ini dapat

terjadi karena adanya kebijakan-kebijakan yang di tetapkan pemerintah

sehingga menyebabkan kemiskinan di suatu kelompok. Menurut sharp et al

(2000) mengatakan bahwa kemiskinan bersumber dari beberapa hal

diantaranya yaitu:

a. Rendahnya Kualitas Angkatan Kerja

Salah satu penyebab kemiskinan adalah rendahnya kualitas

Page 98: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

84

angkatan kerja (SDM) yang dimiliki oleh Negara, biasanya yang

sering menjadi acuan tolak ukur adalah dari pendidikan, semakin tinggi

angkatan kerja yang buta huruf semakin pula kemiskinan yang terjadi.

b. Akses yang Sulit Terhadap Kepemilikan Modal.

Terbatasnya modal dan tenaga kerja menyebabkan terbatasnya

tingkat produksi yang dihasilkan, sehingga jika hal ini terjadi maka

akan menyebabkan kemiskinan.

c. Rendahnya Kemampuan Masyarakat terhadap Penguasaan Teknologi.

Semakin banyak orang yang tidak bisa meguasai dan

beradaptasi dengan tekonologi maka akan menyebabkan

pengangguran, dengan semakin banyaknya pengangguran maka

kemiskinan semakin tinggi.

d. Penggunaan Sumber Daya yang Tidak Efisien

Penduduk yang tinggal di Negara yang sedang berkembang,

umumnya masih jarang memanfaatkan secara maksimal sumber daya

yang ada. Sehingga hal ini akan dapat menyebabkan kemiskinan.

e. Tingginya Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan teori Malthus bahwa pertumbuhan penduduk

perkembangannya sesuai dengan deret ukur, sedangkan untuk bahan

pangan sesuai dengan deret hitung, berdasarkan hal di atas maka terjadi

ketimpangan antara jumlah penduduk dan minimnya bahan pangan

yang tersedia, sehingga hal ini merupakan penyebab terjadinya

kemiskinan.

Page 99: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

85

Secara umum, angka kemiskinan Indonesia sejak 1998 – 2014 terus

menurun. Penurunan tersebut tidak lepas dari upaya keras pemerintah untuk

menanggulangi kemiskinan melalui berbagai program pro-rakyat. Kendati

belum bisa dikatakan maksimal, akan tetapi tren penurunan menunjukan

bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan

pemerintah telah memberikan efek positif bagi peningkatan kemampuan

masyarakat dalam mengembangkan hak-hak dasar mereka.

Jumlah orang miskin di Kota Batu untuk tahun 2015 sudah dirilis oleh

BPS sebesar 6.227 jiwa. Dalam laporan ini jumlah dan persentase orang

miskin didasarkan dari data yang dikeluarkan oleh BPS, dibandingkan dengan

tahun 2014 yang sebesar 7.292 jiwa, angka ini merupakan data BPS yang

bersifat makro.

Pemerintah Kota Batu saat ini telah menjalankan berbagai program

penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi mulai dari program

penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial, dalam bentuk bedah

rumah. Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan

masyarakat serta program penanggulangan kemiskinan yang berbasis

pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai SKPD terkait yang

bertanggung jawab dalam penanggulangan kemiskinan.

Page 100: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

86

Salah satu kebijakan yang menjadi prioritas dalam agenda peningkatan

kesejahteraan masyarakat, yaitu penanggulangan kemiskinan. Hal ini sesuai

dengan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan, Inpres No. 1 Tahun 2010 tetang Percepatan Pelaksanaan

Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 dan Inpres No. 3 Tahun 2010

tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan.

Berdasarkan Perpres No. 15 Tahun 2010, Strategi percepatan

penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan mengurangi beban

pengeluaran, meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin,

mengembangkan usaha mikro dan kecil dan mensinergikan kebijakan dan

program penanggulangan kemiskinan. Dilaksanakan dengan program-program

yaitu program bantuan sosial berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat,

pemberdayaan usaha mikro dan kecil, dan program-program lainnya yang

baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.

Strategi kebijakan penanggulangan kemiskinan : Pertama,

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mengikutsertakan dan dapat

dinikmati sebanyak banyaknya masyarakat terutama masyarakat miskin.

Komoditi unggulan (potensial) di sektor pertanian yang dikembangkan di

Kota Batu yaitu :

1. Budidaya buah : apel, jeruk, alpukat dan strawberry.

2. Budidaya sayur mayor : wortel, kubis, kentang, bawang merah,

bawang putih, brokoli, tomat, sawi, cabe merah.

Page 101: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

87

3. Budidaya tanaman hias : Leli, Anggrek, Mawar, Anthurium,

Krisan, Gladiol dan Anyelir.

4. Pengembangan peternakan : Sapi Potong, Sapi Perah, Kambing,

Itik, Ayam, dan Kelinci.

Rencana pengaturan kawasan pertanian Kota Batu yaitu :

1. Kawasan Sentra Produksi Sayur Mayur, Lokasi di Desa Sumber

Brantas, Desa Tulungrejo dan Sekitarnya.

2. Kawasan Sentra Produksi Apel, Lokasi di Wilayah Kecamatan

Bumiaji.

3. Kawasan Sentra Produksi Bunga, Lokasi di Desa Sidomulyo,

Gunungsari, Punten dan Sekitarnya.

4. Kawasan Sentra Produksi Tanaman Pangan, Lokasi di Wilayah Batu

Bagian Selatan (Kecamatan Junrejo).

Perikanan di Kota Batu meliputi hasil komoditi ikan di karamba, ikan

di kolam dan ikan hias. Adapun berdasarkan jenis komoditinya ikan di

karamba dan ikan di kolam meliputi jenis ikan emas, ikan nila, ikan lele

dan ikan patin dan untuk jenis ikan hias meliputi ikan koi, komet, grass

carp dan ikan koki. Daerah penghasil produksi ikan yang terbesar berada

di Desa Sidomulyo Kecamatan Batu. Dalam sektor pariwisata, beberapa

potensi wisata yang ada di Kota Batu yaitu :

1. Wisata Alam Cangar, Lokasi: Desa Sumber Brantas, Kecamatan

Bumiaji.

2. Wisata Alam Cuban Talun, Lokasi: Desa Tulungrejo, Kecamatan

Page 102: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

88

Bumiaji.

3. Wisata Alam Cuban Rais, Lokasi: Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo.

4. Wisata Alam Gunung Panderman, Lokasi: Desa Oro-Oro Ombo,

Kecamatan Junrejo.

5. Wisata Songgoriti, Lokasi: Keluarahan Songgokerto, Kecamatan Batu.

6. Wisata Selecta, Lokasi: Desa Punten, Kecamatan Bumiaji.

7. Wisata Alam Gunung Banyak, Lokasi: Desa Gunungsari, Kecamatan

Bumiaji.

8. Downhill. Lokasi : berada di Gunung Klemuk, Dusun Songgoriti, Desa

Songgokerto, Kecamatan Batu.

9. Wisata Agrokusuma, Lokasi: Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Batu.

10. Wisata Bunga Sidomulyo, Lokasi: Desa Sidomulyo, Kecamatan

Bumiaji.

11. Pusat Akomodasi Wisata & Wisata Kuliner, Lokasi: Pusat Kota Batu.

Kawasan sentra PKL alun-alun Kota Batu, PKL Kawasan Payung.

12. Wisata Jatim Park, Lokasi: Kelurahan Temas, Kecamatan Batu.

13. Batu Night Spectacular (BNS), Lokasi: Desa Oro-Oro Ombo,

Kecamatan Batu.

14. Museum Satwa, lokasi di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan

Batu.Wisata Kerajinan, Jenis Kerajinan : Kerajinan Batik di Desa Sisir

dan Desa Bumiaji; Kerajinan Cobek di Desa Junrejo; Kerajinan Batu

Onix dan Keramik di Desa Dadaprejo; Kerajinan Gong di Desa

Junrejo; Kerajinan Gerabah di Desa Dadaprejo dan Desa Junrejo; dan

Page 103: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

89

Kerajinan Anyam-anyaman di Desa Junrejo.

15. Arung Jeram (Raffting). Lokasi : berada di Desa Torongrejo,

Kecamatan : Junrejo.

16. Agro Pertanian. Lokasi : di Desa Punten, Desa Sidomulyo dan Desa

Bumiaji.

17. Wisata Budaya (atraksi budaya dan kesenian). Daya tarik : Grebeg

Suro; Selamatan Desa; Kesenian : Bantengan, Kesenian Ludruk, Reog,

Campursari, Karawitan, Pencak Silat, Tayub, Kuda Lumping.

Potensi wisata buatan seperti Jatim Park, BNS, Museum Satwa, dan

perhotelan yang ada di Kota Batu diupayakan dapat merekrut tenaga kerja

lokal di Desa/ Kelurahan sekitarnya, sehingga dapat mengurangi

pengangguran. Kedua, Meningkatkan kualitas kebijakan dan program

penanggulangan kemiskinan melalui kebijakan afirmatif/ keberpihakan, yaitu:

1. Meningkatkan dan menyempurnakan kualitas kebijakan perlindungan

social berbasis keluarga dalam rangka membantu pemenuhan

kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin, untuk memutus rantai

kemiskinan dan mendukung peningkatan kualitas SDM. Kebijakan ini

salah satunya diarahkan untuk : meningkatkan pelayanan dasar

khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan.

2. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan bantuan sosial untuk

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

3. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri dan program-

program pemberdayaan masyarakat yang ada.

Page 104: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

90

4. Meningkatkan sinkronisasi dan sinergi kebijakan dan program

penanggulangan kemiskinan, serta harmonisasi antarpelaku. Dalam

dimensi kelembagaan meningkatkan peran Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) sebagai wadah

sinkronisasi dan sinergi antar pelaku penanggulangan kemiskinan dan

sinergi kebijakan serta sinerdi dalam implementasi program

penanggulangan kemiskinan.

Ketiga, Peningkatan efektivitas penurunan kemiskinan di wilayah desa

dan dusun tertinggal dan terluar (terpencil). Melalui : 1) Pemberdayaan sektor

pertanian, informal dan UMKM serta koperasi. 2) Pengembangan diversifikasi

usaha di perdesaan melalui agroindustri berbasis sumberdaya lokal yang

didukung oleh pembangunan infrastruktur perdesaan.

Untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di Kota Batu

dilakukan dengan : Pertama, Mengurangi beban pengeluaran masyarakat

miskin melalui pemberian bantuan sosial dan peningkatan pelayanan dasar.

Kedua, Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin

melalui pembangunan sektor pertanian, industry pertanian (agro industry),

pariwisata berbasis pertanian, perdagangan, jasa; program pemberdayaan

masyarakat. Ketiga, Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha

Mikro dan Kecil melalui pemberian bantuan modal, kredit tanpa bunga,

pelatihan ketrampilan, perluasan akses pasar dan sebagainya.

Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, bertujuan

untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, dan

Page 105: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

91

perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Contoh program : Beras untuk

Masyarakat Miskin (Raskin), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Jaminan

Kesehatan (Jamkesmas dan Jamkesda), Bantuan Pendidikan (Beasiswa,

Sekolah Gratis), KB Gratis untuk Pra KS. Kelompok program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, bertujuan

untuk mengembangkan potensi dan kapasitas kelompok masyarakat miskin

untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan prinsip-prinsip

pemberdayaan masyarakat. Melalui : Peningkatan efektivitas pelaksanaan

Paket P2KP, PNPM Mandiri, Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan

(GERDU TASKIN), PKPS – BBM atau PAM-DKB, Desa Binaan, Desa

Siaga.

Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis

pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan

akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.

Melalui : Kredit Usaha Rakyat, Program Pemberdayaan Perempuan

Pengembangan Ekonomi Lokal (P3EL), Usaha Peningkatan Pendapatan

keluarga Sejahtera (UPPKS), Peningkatan Lembaga Ekonomi Desa melalui

pelatihan jamur dan obat toga, Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga

Sehat dan sejahtera (P2WKSS), Pelatihan Pengolahan Daging Kelinci.

Page 106: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

92

Tabel 4.10

Jumlah Penduduk Miskin di Kota Batu

Tahun Jumlah

Penduduk

Miskin (dalam

ribuan)

2011 9,1

2012 8,7

2013 9,3

2014 7,2

2015 6,2

Sumber: Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu,

BPS Kota Batu, data diolah (2017)

9100 8700 9300

7292 6227

0

2000

4000

6000

8000

10000

2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah…

Page 107: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

93

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil evaluasi yang telah dikemukakan pada

bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan kinerja keuangan pemerintah Kota Batu masih belum optimal.

Pelaksanaan pembangunan di Kota Batu masih sangat tergantung dana

perimbangan karena PAD Kota Batu masih rendah. Realisasi belanja Dinas

Pendidikan dan Dinas Kesehatan juga masih belum efisien dimana jumlah

realisasi pendapatan lebih kecil dari realisasi belanja.

2. Pendidikan Kota Batu menunjukkan peningkatan. Keberhasilan di bidang

pendidikan dapat diukur dari pemerataan dan meningkatnya Angka

Partisipasi Sekolah (APS) dan buta huruf. Kesehatan Kota Batu

menunjukkan peningkatan. Berdasarkan indikator tingkat kesehatan, Kota

Batu berhasil menekan angka kematian bayi.

3. Tingkat kemiskinan selama tahun anggaran 2011 - 2015 terus mengalami

penurunan. Berdasarkan data BPS kemiskinan Kota Batu dari tahun 2011 -

2015 mengalami penurunan, Di pedesaan wilayah Kota Batu, sebab utama

kemiskinan terutama di wilayah yang tergolong sangat miskin, yakni

persoalan kepemilikan, penguasaan, pemafaatan dan pengelolaan tanah.

Page 108: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

94

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dari penelitian yang dilakukan yaitu penelitian ini

menggunakan data jumlah miskin di Kota Batu dimana ternyata data jumlah

penduduk miskin yang ada di Dinas Sosial dan yang ada pada Badan Pusat

Statistik Kota Batu berbeda, maka peneliti menggunakan data yang ada pada

Badan Pusat Statistik.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya, terdapat

beberapa saran dan pertimbangan bagi pemerintah di Kota Batu maupun bagi

peneliti selanjutnya. Saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

a. Penggalian potensi PAD perlu ditingkatkan guna mengetahui dampak yang

terjadi dapat menurunkan kemiskinan.

b. Dalam meningkatkan PAD perlu adanya kehati-hatian bagi

pemerintah daerah dalam menentukan tarif yang berhubungan langsung

dengan masyarakat atau yang bersifat memaksa. Disarankan untuk dapat

menggali potensi yang lain seperti BUMD, investasi daerah.

c. Pengeluaran pemerintah yang tidak dialokasikan untuk pengurangan

kemiskinan perlu dikurangi dan dapat dialokasikan untuk

penanggulangan kemiskinan.

d. Meningkatkan efisiensi dengan cara memberikan alokasi lebih besar

pada sektor pendidikan dan kesehatan karena kedua sektor ini memiliki

Page 109: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

95

pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pengentasan

kemiskinan. Hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan mutu pendidikan

guru, perbaikan sarana dan prasarana sekolah, penambahan jumlah kelas

di tiap-tiap sekolah, penambahan fasilitas yang menunjang kegiatan

belajar mengajar di sekolah, dan lain sebagainya. Pada sektor kesehatan

dengan tetap fokus kepada efisiensi dan peningkatan kualitas layanan

kesehatan. Pemerintah hendaknya lebih memprioritaskan menambah

jumlah peskesmas di tiap-tiap kecamatan yang ada karena jumlah

puskesmas masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk

Kota Batu.

2. Bagi peneliti selanjutnya

a. Variabel-variabel rasio yang di gunakan untuk mengetahui kinerja keuangan

sangat beragam, sehingga peneliti selanjutnya dapat mencari variabel

pengukuran kinerja yang lain.

b. Penelitian ini hanya terbatas pada daerah Kota Batu, sehingga untuk peneliti

selanjutnya diharapkan dapat memperluas bahkan membandingkan kinerja

keuangan satu daerah dibandingkan dengan daerah lain.

Page 110: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

DAFTAR PUSTAKA

Abudzar, Fajar. 2011. Analisa Kinerja Keuangan Daerah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi, Pengangguran, Kemiskinan dan Pendidikan Jawa Barat tahun

2003-2008. Skripsi Akuntansi Universitas Islam Indonesia.

Aji, Ginanjar. 2011. Analisis Pengaruh Pengeluaran Sektor Publik Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Jawa

Timur. Skripsi. Malang: Program Sarjana Universitas Brawijaya.

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik :Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Badan Pusat Statistik. (2011). Kota Batu Dalam Angka. Batu : Badan Pusat

Statistik Kota Batu.

Badan Pusat Statistik. (2012). Kota Batu Dalam Angka. Batu : Badan Pusat

Statistik Kota Batu.

Badan Pusat Statistik. (2013). Kota Batu Dalam Angka. Batu : Badan Pusat

Statistik Kota Batu.

Badan Pusat Statistik. (2014). Kota Batu Dalam Angka. Batu : Badan Pusat

Statistik Kota Batu.

Badan Pusat Statistik. (2015). Kota Batu Dalam Angka. Batu : Badan Pusat

Statistik Kota Batu.

Badan Pusat Statistik. (2011). Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu.

Batu : Badan Pusat Statistik Kota Batu.

Badan Pusat Statistik. (2012). Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu.

Batu : Badan Pusat Statistik Kota Batu.

Badan Pusat Statistik. (2013). Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu.

Batu : Badan Pusat Statistik Kota Batu.

Badan Pusat Statistik. (2014). Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu.

Batu : Badan Pusat Statistik Kota Batu.

Badan Pusat Statistik. (2015). Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu.

Batu : Badan Pusat Statistik Kota Batu.

Page 111: ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DAN NON …repository.ub.ac.id/380/1/RABINDRANA WIDYADZARI.pdf · Accounting Gathering ( Staf Divisi Perlengkapan) 2014 Rabindrana Widyadzari Jember,

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.

Jakarta: Salemba Empat.

Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:

Penerbit Andi

Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: PT Erlangga.

Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nugroho, Setyo. 2009. Analisis Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Daerah

Kabupaten Wonogiri Dan Kabupaten Karanganyar Dalam Pelaksanaan

Otonomi Daerah.Skripsi. Surakarta: Program Sarjana Universitas

Muhamadiyah Surakarta.

Putriani, Nana Ni luh. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah Pada

Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran dan Kemiskinan Kabupaten dan

Kota Bali. E-jurnal Universitas Udayana. Vol. 6.3 hal 481-497.

Pratidina, Mega. 2013. Kinerja Keuangan Pemerintah serta Tingkat Pendidikan,

Tingkat Kesehatan, dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Blitar Tahun

Anggaran 2008–2010. Skripsi.Malang: Program Sarjana Universitas

Brawijaya

Sekaran, U. 2000. Research Method for Bussiners: A Skill-Building

Approach, Thrid Edition. New York: John Wiley.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pelaporan

Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan negara.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.