analisis pengendalian kualitas produk...

13
eJournal Administrasi Bisnis, 2017, 5 (3): 662-674 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2017 ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA RAJA ROTI DI SAMARINDA Saprullah 1 Abstrak Persaingan usaha yang semakin ketat mendorong setiap usaha untuk memperoleh cara yang tepat dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Raja Roti di Samarinda merupakan salah satu produsen roti yang terus berusaha menjaga kualitas produk dengan menekan angka produk cacat dalam proses produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengendalian kualitas produk yang ada dan penerapan metode Six Sigma dengan pendekatan DMAIC. Visi peningkatan kualitas menuju 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan untuk setiap produksi penting dilakukan, pada Raja Roti kualitas produk yang dihasilkan yaitu 3,79 Sigma pada tingkat kerusakan 11.024 atau 1,1% untuk sejuta produksi (DPMO). Implementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi yang terjadi yaitu, ukuran tidak sesuai (29%), rasa tidak sesuai (25%), dan hangus/gosong (22%) disebabkan dua faktor utama, diantaranya faktor metode dan faktor manusia. Penyebab kerusakan yang sering terjadi secara rinci perlu diketahui untuk dilaksanakan perbaikan pada intruksi kerja dan pengawasanya, langkah yang dapat diambil adalah mengadakan peralatan- peralatan yang dapat membantu proses produksi, menentukan kualifikasi bahan baku yang sesuai kebutuhan, serta memberikan pemahaman pada karyawan yang bertugas agar setiap aspek pada proses produksi dapat berjalan dengan baik. Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Six Sigma. Pendahuluan Perusahaan yang memiliki daya saing tinggi tentunya dapat bertahan dengan mengutamakan peningkatan mutu. Kualitas menjadi salah satu kekuatan penting bagi keberhasilan dan pertumbuhan perusahaan, baik di pasaran nasional maupun internasional. Menurut Fahmi (2014:45), salah satu penyebab suatu produk diterima di pasar karena kualitas tersebut sesuai dengan keinginan konsumen. 1 Mahasiswa Program S1 Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: [email protected]

Upload: ledieu

Post on 30-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

eJournal Administrasi Bisnis, 2017, 5 (3): 662-674 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2017

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK

DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA

RAJA ROTI DI SAMARINDA

Saprullah 1

Abstrak

Persaingan usaha yang semakin ketat mendorong setiap usaha untuk

memperoleh cara yang tepat dalam mencapai sasaran dan tujuan yang

ditetapkan. Raja Roti di Samarinda merupakan salah satu produsen roti yang

terus berusaha menjaga kualitas produk dengan menekan angka produk cacat

dalam proses produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran

tentang pengendalian kualitas produk yang ada dan penerapan metode Six

Sigma dengan pendekatan DMAIC. Visi peningkatan kualitas menuju 3,4

kegagalan per sejuta kesempatan untuk setiap produksi penting dilakukan,

pada Raja Roti kualitas produk yang dihasilkan yaitu 3,79 Sigma pada tingkat

kerusakan 11.024 atau 1,1% untuk sejuta produksi (DPMO). Implementasi

metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi yang

terjadi yaitu, ukuran tidak sesuai (29%), rasa tidak sesuai (25%), dan

hangus/gosong (22%) disebabkan dua faktor utama, diantaranya faktor metode

dan faktor manusia. Penyebab kerusakan yang sering terjadi secara rinci perlu

diketahui untuk dilaksanakan perbaikan pada intruksi kerja dan

pengawasanya, langkah yang dapat diambil adalah mengadakan peralatan-

peralatan yang dapat membantu proses produksi, menentukan kualifikasi

bahan baku yang sesuai kebutuhan, serta memberikan pemahaman pada

karyawan yang bertugas agar setiap aspek pada proses produksi dapat

berjalan dengan baik.

Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Six Sigma.

Pendahuluan

Perusahaan yang memiliki daya saing tinggi tentunya dapat bertahan

dengan mengutamakan peningkatan mutu. Kualitas menjadi salah satu

kekuatan penting bagi keberhasilan dan pertumbuhan perusahaan, baik di

pasaran nasional maupun internasional.

Menurut Fahmi (2014:45), salah satu penyebab suatu produk diterima

di pasar karena kualitas tersebut sesuai dengan keinginan konsumen.

1 Mahasiswa Program S1 Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Mulawarman. Email: [email protected]

Page 2: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

663

Konsumen selalu menginginkan kepuasaan, dan produsen juga menginginkan

agar konsumen selalu kembali untuk membeli produk yang dibuatnya. Perlu

diadakan analisis untuk mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan cacat

dalam tiap proses produksi, dengan mengetahui penyebab kecacatan dan dapat

dilaksanakan penanggulangan sehingga akan mengurangi tingkat cacat produk

yang bisa merugikan dari pihak perusahaan.

Six sigma adalah suatu proses sangat tertib yang membantu organisasi

memusatkan perhatian pada pengembangan dan peningkatan mutu produk dan

jasa ke tingkat yang nyaris sempurna (Haming dan Nurnajamuddin, 2007:196).

Six sigma dapat dijadikan ukuran kinerja sistem produksi yang memungkinkan

perusahaan melakukan peningkatan kualitas produk. Pada survei awal

penelitian diketahui jumlah produksi dan produk cacat pada Raja roti di

Samarinda sebagai berikut pada table di bawah ini:

Tabel Jumlah Produksi dan Produk Cacat

Periode September s.d Desember 2016

(Dalam satuan bungkusan per minggu)

Periode

Hasil Produksi Jumlah

Produksi

Persentase

(%)

Jumlah

Produk

Ditolak

Persentase

(%) Roti

Manis

Roti

Bantal

Roti

Tawar

September 4707 193 153 5053 95.5 228 4.5

Oktober 7608 211 211 8030 95.6 353 4.4

November 8082 254 230 8566 95.8 358 4.2

Desember 7720 225 202 8147 95.7 352 4.3

Berdasarkan table di atas tingkat kecacatan rata-rata tertinggi pada

bulan September yaitu 4,5% dan tingkat produk rata-rata terendah pada bulan

November yaitu sebesar 4,2%. Tingginya produk cacat sebesar 4,5% dalam

bulan September seharusnya dapat ditekan dibuktikan dengan adanya tingkat

produk cacat terendah sebesar 4,2%. Perusahaan seharusnya mampu melakukan

proses produksi dengan tingkat cacat sebesar 4,2%. Menurut kepala bagian

produksi setiap minggu proses produksi pada Raja Roti Samarinda melakukan

pengendalian kualitas dengan harapan tingkat kerusakan berada di bawah 4%.

Dengan adanya produk cacat yang tidak sesuai harapan pada Raja Roti di

Samarinda maka biaya produksi yang dikeluarkan akan lebih banyak

menyebabkan harga produk meningkat.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan

Menggunakan Metode Six Sigma Pada Raja Roti di Samarinda”.

Kerangka Dasar Teori

Produksi

Menurut Fahmi (2014), Produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan baik bentuk barang (goods) maupun jasa (service) dalam

Sumber : Data Olahan Raja Roti Samarinda

Page 3: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

664

suatu periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah bagi

perusahaan. Bentuk hasil produksi dengan kategori barang (goods) dan jasa

(service) sangat tergantung pada kategori aktivitas bisnis yang dimiliki

perusahaan yang bersangkutan. Jika ditelaah lebih lanjut, pengertian produksi

dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu:

1. Pengertian produksi dalam arti sempit, yaitu mengubah bentuk barang

menjadi barang baru, ini menimbulkan form utility.

2. Pengertian produksi dalam arti luas, yaitu usaha yang menimbulkan

kegunaan karena place, time, dan possession.

Kualitas Produk

Adapun pengertian kualitas menurut American Society For Quality

yang dikutip oleh Heizer dan Render dalam Muhaemin (2012): “Quality is the

totality of features and characteristic of a product or sevice that bears on it’s

ability to satisfy stated or implied need”. Artinya kualitas (mutu) adalah

keseluruhan corak dan karakteristik dari produk atau jasa yang berkemampuan

untuk memenuhi kebutuhan yang tampak jelas maupun tersembunyi.

Para ahli yang lainnya juga mempunyai pendapat yang berbeda tentang

pengertian kualitas, diantaranya adalah:

1. Menurut Sunardi dan Primastiwi (2015:116), dalam bukunya yang

dikemukakan oleh Ebert dan Grifin, The American Society of Quality

mendefinisikan kualitas sebagai kombinasi dari karakteristik-karakteristik

barang atau jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan.

2. Ginting (2007:3), mengemukakan bahwa kualitas adalah suatu ciri, derajat,

jenis, pangkat, standar atau penilaian yang membedakan dari suatu hal ke

hal yang lainnya.

3. Menurut Kotler dan Keller (2009:143), kualitas Produk adalah totalitas

fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau

tersirat.

Dimensi Kualitas

Menurut Yamit (2013), berdasarkan perspektif kualitas dalam bukunya,

Garvin mengembangkan dimensi kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat

digunakan sebagai dasar perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau

manufaktur yang menghasilkan suatu produk/barang. Kedelapan dimensi

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik pokok dari produk inti.

2. Fitur (features), yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.

3. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan tingkat kegagalan pemakaian

4. Kesesuaian (conformance), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan

operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Durabilitas (durability), yaitu berapa lama produk terus dapat digunakan.

Page 4: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

665

6. Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability), yaitu meliputi

kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan dalam pemeliharaan dan

penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika (aesthetics), yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk.

8. Kualitas yang dirasakan (perceived quality), yaitu menyangkut citra dan

reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

Faktor-faktor Menjadi Penyebab Permasalahan Kualitas

Permasalahan kualitas dapat disebabkan oleh berbagai penyebab.

Menurut Herjanto (2007), faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah

kualitas antara lain:

1. Bahan baku tidak sesuai/sempurna.

2. Mesin dan alat produksi lain tidak digunakan secara tepat.

3. Desain tidak sesuai harapan pelanggan.

4. Inspeksi dan pengujian tidak tepat.

5. Tempat penyimpanan barang dan pengemasan tidak memadai.

6. Waktu pengiriman tidak tepat.

7. Tenaga ahli/terlatih yang dapat menganalisa penyimpanan kurang.

8. Komunikasi tidak lancar.

9. Bimbingan dan aturan kerja tidak jelas.

Pengendalian Kualitas Produk

Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk

berupa barang atau jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan dan

direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin mempertahankan kualitas

yang telah sesuai.

Ada beberapa pengertian tentang pengendalian kualitas antara lain :

1. Pengertian pengendalian mutu (kualitas) menurut Sunardi dan Primastiwi

(2015:122), Pengendalian mutu/kualitas (Quality Control) adalah proses

untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang diproduksi sesuai dengan

spesifikasi desain produk.

2. Menurut Ginting (2007:301), pengendalian kualitas merupakan suatu

sistem verifikasi dan penjagaan/perawatan dari suatu tingkat/derajat

kualitas produk atau proses yang dikehendaki dengan perencanaan yang

seksama, pemakaian peralatan yang sesuai, inspeksi yang terus menerus

serta tindakan korektif bilamana diperlukan, jadi pengendalian kualitas

tidak hanya inspeksi ataupun menentukan apakah produk itu baik (accept)

atau jelek (reject).

Tujuan Pengendalian Kualitas Produk

Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan

bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas

yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau

serendah mungkin. Pengendalian kualitas tidak dapat dilepaskan dari

pengendalian produksi. Pengendalian produksi baik secara kualitas maupun

Page 5: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

666

kuantitas merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu perusahaan, hal

ini disebabkan karena semua kegiatan produksi yang dilaksanakan akan

dikendalikan agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan, dimana penyimpangan-penyimpangan yang terjadi diusahakan

serendah-rendahnya.

Metode dalam Pengendalian Kualitas Produk

Miranda dan Tunggal dalam Haming dan Nurnajamuddin (2007),

dikemukakan bahwa sekalipun telah memberikan sumbangan yang sangat besar

terhadap perbaikan mutu (kualitas) keluaran dan melembaganya perbaikan

mutu (kualitas) yang berkelanjutan di dunia usaha, namun TQM mempunyai

beberapa kelemahan sehingga perusahaan kelas dunia beralih ke Six Sigma,

kelemahan TQM yang dimaksud meliputi:

1. Kurang integratif, meskipun secara konsepsional TQM mempersyaratkan

integrasi lalu lintas fungsi, namun dalam aplikasinya tanggung jawab mutu

(kualitas) diserahkan kepada tim kecil yang tidak memiliki kendali

langsung terhadap departemen yang berkompeten.

2. Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen manajemen puncak,

selama manajemen puncak memiliki kepedulian yang tinggi, usaha

menciptakan produk atau jasa yang bermutu (berkualitas) tinggi tidak

menghadapi masalah, akan tetapi apabila manajemen puncak mulai

melemah komitmennya, maka mutu (kualitas) keluaran akan merosot.

3. Konsepsinya dapat membingungkan. Definisi mutu (kualitas) sering tidak

tegas, sehingga sulit diimplementasikan dan diukur kinerjanya.

4. Tujuan untuk memuaskan pelanggan biasanya tidak diikuti suatu cetak

biru bagaimana mencapainya.

5. Cendrung mempertahankan sikap dan metode kerja yang lama.

6. Umumnya gagal menghilangkan kendala interval untuk mewujudkan kerja

sama lintas fungsi yang integratif. Semua divisi sibuk mengurusi proyek

dan tugas pokok divisinya masing-masing.

7. Perbaikan mutu (kualitas) dicapai secara gradual (berangsur-angsur),

tahap demi tahap secara incremental (teratur), tidak ada terobosan dramatis

yang memberikan perubahan yang radikal.

8. Pelatihan kepada karyawan umumnya tidak efektif.

Menyadari kelemahan TQM tersebut akhirnya banyak perusahaan kelas

dunia beralih ke pendekatan Six Sigma. Metode Six Sigma dipandang dapat

mengatasi kedelapan kelemahan TQM.

Six Sigma Menurut pandangan Haming dan Nurnajamuddin (2007:196), six sigma

adalah suatu proses sangat tertib yang membantu organisasi memusatkan

perhatian pada pengembangan dan peningkatan mutu (kualitas) produk dan jasa

ke tingkat yang nyaris sempurna. Menurut Gaspersz dalam Anjayani (2011), six

sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per

juta kesempatan untuk setiap transaksi produk barang dan jasa, jadi six sigma

Page 6: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

667

merupakan suatu metode atau teknik dari suatu proses yang sangat tertib dalam

hal pengendalian dan peningkatan produk dimana sistem ini sangat

komprehensif dan fleksibel.

Konsep Six Sigma

Menurut Gaspersz (2007), pada dasarnya pelanggan akan merasa puas

apabila mereka menerima nilai yang diharapkan, apabila produk diproses pada

tingkat kualitas six sigma, maka perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan

per sejuta kesempatan atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa

yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu.

Six sigma-DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang

telah ada, sedangkan six sigma-DMAIV digunakan untuk menciptakan desain

proses baru atau desain produk baru dalam cara sedemikian rupa agar

menghasilkan kinerja bebas kesalahan (zero defects/errors).

Strategi adalah implementasi dari pilihan fungsi yang menjadi faktor

aktivitas proses bisnis terbaik yang merupakan penerjemahan dari kebutuhan

dan ekspektasi konsumen eksternal, para pemegang saham, dan seluruh

anggota organisasi seluruh bagian dari konsumen internal.

Tahap-tahap Implementasi Pengendalian Kualitas dengan Six Sigma

(Gaspersz dalam Anjayani,2011)

1. Define adalah mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses

yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi

perusahaan, termasuk dalam langkah definisi ini adalah menetapkan

sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six Sigma itu.

2. Measure merupakan pengukuran kinerja proses pada saat sekarang

(baseline measurement) agar dapat dibandingkan dengan target yang

ditetapkan. Measure adalah langkah operasional yang kedua dalam

program peningkatan kualitas six sigma.

3. Analyze merupakan langkah menganalisis hubungan sebab-akibat berbagai

faktor yang dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu

dikendalikan.

4. Improve merupakan langkah mengoptimisasikan proses menggunakan

analisis-analisis untuk mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum

proses. Pada langkah ini diterapkan suatu rencana tindakan untuk

melaksanakan peningkatan kualitas six sigma, rencana tersebut

mendeskripsikan tentang alokasi sumber daya serta prioritas atau alternatif

yang dilakukan.

5. Control merupakan pengendalian terhadap proses secara terus-menerus

untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju target six sigma, pada

tahap ini hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan,

praktik-praktik terbaik yang sukses dalam peningkatan proses

distandarisasikan dan disajikan sebagai pedoman standar, serta

kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari tim kepada pemilik atau

penanggung jawab proses.

Page 7: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

668

Metode Penelitian

Penelitian ini digunakan untuk mengkaji secara mendalam tentang

pengendalian kualitas produk dengan menggunakan metode Six Sigma pada

Raja Roti Samarinda yang diterapkan dengan jenis metode penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014).

Dalam melaksanakan pengendalian kualitas disuatu perusahaan, maka

manajemen perusahaan perlu menerapkan melalui apa pengendalian kualitas

tersebut akan dilakukan, maka ditentukan pengendalian kualitas yang tepat bagi

perusahaan. pengendalian kualitas produk yang dilakukan meliputi 3 tahapan.

(Ahyari dalam Muhaemin, 2012) :

1. Pengendalian terhadap bahan baku/material produksi (Input)

2. Pengendalian terhadap proses produksi yang sedang berjalan (Process)

3. Pengendalian terhadap produk jadi (Output)

Penelitian ini menggunakan narasumber yang dipilih melalui teknik

Purposive Sampling, yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu

yang memberikan data secara maksimal (Sugiyono, 2014). Sebagai langkah

pertama, peneliti memilih key informan, yaitu asisten pemilik yang sekaligus

sebagai manajer pada Raja Roti di Samarinda.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Library Research (penelitian kepustakaan) yaitu pengumpulan data dengan

menggunakan fasilitas perpustakaan untuk mendapatkan teori-teori yang

mendukung dalam penulisan ini dengan mempelajari literatur atau buku-

buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Filed Research (penelitian lapangan) yaitu pengumpulan data dengan

mengadakan penelitian secara langsung dilapangan yang merupakan

obyektif penelitian.

Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus

atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain

yang diambil. Metode yang digunakan mengacu pada prinsip-prinsip yang

terdapat dalam metode six sigma. Metode ini digunakan untuk mengantisipasi

terjadinya kesalahan atau defect dengan menggunakan langkah-langkah terukur

dan terstruktur. Dengan berdasarkan data yang ada, maka studi deskriptif yaitu

mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang

merupakan pendukung terhadap metode six sigma, kemudian menganalisis

faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya terhadap pengendalian kualitas

produk, dilakukan berdasar metodologi six sigma yang meliputi DMAIC

(Gaspersz, 2007).

Page 8: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

669

Hasil Penelitian Bahan baku dalam proses produksi pada Raja Roti di Samarinda

biasanya diperoleh berdasarkan pembelian ke toko penjualan bahan baku secara

tidak tetap, sehingga jenis bahan baku yang didapatkan akan berbeda, hal yang

sering dialami oleh Raja Roti tersebut mengakibatkan pada saat bahan baku

yang didapat memiliki kualitas buruk, maka akan berpengaruh pada roti yang

dihasilkan.

Beberapa hal yang dilaksanakan oleh Raja Roti di Samarinda untuk

melaksanakan pengendalian terhadap proses produksi diantaranya:

1. Persiapan, sebelum menjalankan kegiatan produksi, Raja Roti biasanya

memeriksa bahan baku dan mesin/peralatan yang akan digunakan,

memastikan semua bahan telah ada dan mesin/peralatan siap beroperasi.

2. Jalannya proses produksi pada Raja Roti yang digambarkan dalam peta

alur proses menjelaskan mengenai pembuatan ketiga jenis roti yang

dihasilkan oleh Raja Roti di Samarinda.

Dari kegiatan produksi tiga jenis roti yang dilakukan oleh Raja Roti di

Samarinda pada masing-masing proses produksinya, didapati adanya jenis-jenis

penyebab kerusakan yang mengakibatkan kecacatan atau penolakan terhadap

roti yang dibuat. Jenis cacat yang sering terjadi adalah ukuran tidak sesuai

dengan jumlah cacat sebanyak 379 bungkus. Jumlah jenis cacat hangus/gosong

sebanyak 286 buah roti, dan yang mengalami penolakan karena rasa tidak

sesuai sebanyak 323 buah roti, selanjutnya adanya penolakan dikarenakan

plastik pembungkus kotor sebanyak 157 bungkus, dan yang terakhir mengalami

penolakan paling sedikit yaitu kertas pembungkus rusak/sobek sebanyak 146

buah roti. Perbandingan persentase penolakan produk terhadap hasil produksi

Raja Roti di Samarinda pada September 2016 – Desember 2016 adalah sebesar

72%.

Analisis dan Pembahasan

Define

Berdasarkan permasalahan adanya produk cacat yang disebabkan oleh

ukuran roti tidak sesuai, roti gosong/hangus, rasa tidak sesuai, plastik

pembungkus kotor, dan plastik pembungkus rusak/sobek yang dapat

menyebabkan kerugian bagi Raja Roti di Samarinda jika terus berlanjut dan

tidak segera diatasi. Pemilihan bahan baku berpengaruh besar pada kelancaran

proses produksi dan kualitas produk yang dihasilkan, semakin baik bahan baku

yang digunakan maka akan semakin baik pula kualitas roti yang dihasilkan,

demikian pula sebaliknya apabila bahan baku yang digunakan kurang baik

maka roti yang dihasilkan juga kurang baik. Permasalahan adanya produk cacat

yang terjadi, diduga karena disebabkan tidak adanya standar opersional

prosedur pada proses produksi Raja Roti di Samarinda, sehingga timbulnya

penyabab kecacatan yang saling terkait tidak dapat dihindari dalam setiap

proses produksi untuk menekan produk cacat menjadi 0% dengan tindakan

yang tepat.

Page 9: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

670

kinerja Raja Roti di Samarinda pada September 2016 – Desember 2016

di bagian proses produksi yang tidak kompetitif disebabkan pada faktor utama

yang menjadi penyabab paling potensial kecacatan produk yang terjadi,

seharusnya dapat ditekan menuju 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan dengan

mengidentifikasi secara rinci penyebab masing-masing jenis kecacatan pada

Raja Roti di Samarinda yakni dengan membuat standar operasioanl prosedur

(SOP) pada penentuan kualifikasi bahan baku, tahapan proses produksi yang

terarah, dan karakteristik produk yang siap dipasarkan.

Measure

1. Analisis Diagram Kontrol (P-Chart)

Data diambil dari Raja Roti di Samarinda yaitu pengawasan kualitas yang

diukur dari jumlah produk akhir. Pengukuran dilakukan dengan statistical

quality control jenis P-Chart terhadap produk akhir pada bulan September

2016 – Desember 2016.

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

Persentase Kecacatan

UCL

CL

LCL

Sumber : data olahan peneliti

Gambar Diagram Kontrol

Pada gambar di atas, diketahui bahwa data yang diperoleh seluruhnya berada

dalam batas kendali yang telah diterapkan, hal ini menunjukkan pengendalian

dari kerusakan yang stabil tetapi masih tinggi yaitu sekitar 3,6% pada minggu

ketujuh, oleh karenanya pengendalian kualitas pada Raja Roti di Samarinda

memerlukan adanya perbaikan untuk menurunkan tingkat kecacatan sehingga

mencapai nilai yang diharapkan sebesar 0%.

2. Tahap Pengukuran tingkat Six Sigma dan Defect Per Million Opportunities

Untuk mengukur tingkat Six Sigma dari hasil produksi Raja Roti di Samarinda

dapat dilakukan dengan cara yang dilakukan oleh Gaspersz (2007:42), dengan

langkah sebagai berikut:

Menghitung DPU (Defect Per Unit) :

Page 10: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

671

Menghitung DPMO (Defect Per Million Opportunities) :

Selanjutnya mengkonveksi hasil perhitungan DPMO untuk mendapatkan hasil

Sigma.

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa proses produksi pada Raja Roti

di Samarinda memiliki nilai DPMO dari bulan September hingga bulan

Desember adalah 220.470,683290 dapat diinterprestasikan bahwa dari sejuta

kesempatan yang ada akan terdapat 220.471 atau jika di persentasekan adalah

sebesar 22,04% dari sejuta kesempatan dalam produksi, pada tingkat rata-rata

sigma 3.79 dengan kemungkinan kerusakan rata-rata sebesar 11.024 atau 1,1%

untuk sejuta produksi.

Analyze

1. Diagram Pareto

Data yang diolah untuk mengetahui persentase jenis produk yang ditolak,

dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

379323 286

157 146

29%

51%

77%

89%

100%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

1100

1200

Ukuran TidakSesuai

Rasa Tidak Sesuai Hangus/Gosong PembungkusKotor

PlastikPembungkusRusak/Sobek

Jum

lah

Cac

atP

erse

ntase

Jumlah Produksi

Jumlah Cacat Persentase

Sumber : data olahan peneliti

Gambar Diagram Pareto

Dari gambar sebelumnya pada diagram pareto diklasifikasikan kerusakan roti

yang terjadi berdasarkan penyebab masing-masing jenis kecacatan pada periode

September 2016 - Desember 2016 pada Raja Roti di Samarinda.

Page 11: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

672

2. Diagram Sebab-akibat

Kecacatan produk yang paling utama disebabkan oleh metode, karyawan,

bahan baku, dan mesin, faktor-faktor tersebut menjadi penyebab utama yang

mempengaruhi kelemahan proses produksi sehingga menimbulkan adanya

kecacatan terhadap produk akhir pada Raja Roti di Samarinda, metode paling

mempengaruhi terjadinya produk akhir adalah terkait pemberian intruksi yang

kurang jelas.

Improve

Mengusulkan tindakan-tindakan yang dapat diambil berdasarkan

penyebab utama kegagalan pada faktor-faktor yang terkait, diantaranya :

1. Manusia/Karyawan

Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses produksi dengan ketat

penting untuk dilakukan, belum adanya SOP pada kegiatan produksi

menyebabkan seringnya terjadi kesalahan akibat dari kelalaian karyawan

hingga pengaturan mesin yang tidak tepat. Dengan adanya SOP pada Raja Roti

di Samarinda yang mencatat kualifikasi bahan baku yang baik, langkah-langkah

kerja yang tepat, dan segala bentuk pengaturan mesin/peralatan maka

memungkinkan bagi karyawan untuk mengikuti acuan yang berasal dari SOP,

sehingga kegiatan produksi dapat dijalankan sesuai dengan arahan.

2. Bahan baku

Penentuan kualifikasi bahan baku yang digunakan dalam produksi sangat

berpengaruh terhadap hasil produksi, adanya permasalahan yang muncul

berkaitan dengan permasalahan jenis bahan baku yang digunakan seharusnya

dapat menjadi koreksi bagi pihak Raja Roti di Samarinda untuk melaksanakan

seleksi dalam penentuan kualifikasi bahan baku sesuai kebutuhan untuk

menghasilkan produk berkualitas yang dapat dimuat dalam SOP bahan baku

sebagai acuan bahan-bahan yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan

produksi.

3. Mesin/alat

Penggunaan mesin yang kurang baik disertai perawatan yang tidak tepat dapat

menjadi pemicu permasalahan kecacatan yang terjadi, untuk itu pada teknik

penggunaan mesin dan perawatannya perlu dibuat secara tertulis dan jelas yang

dapat dicantumkan pada SOP Raja Roti di Samarinda sebagai acuan bagi

karyawan yang bertugas agar dilaksanakan dengan lebih terarah sesuai pada

ketetapan pada SOP.

4. Metode

Metode kerja adalah faktor yang sangat erat dengan SOP berkaitan dengan

intruksi kerja yang seharusnya dilaksanakan secara rinci berdasarkan tugas dan

tanggung jawab pada masing-masing bagian produksi. Permasalahan intruksi

kerja yang kurang jelas dapat dipertegas dengan pembuatan SOP yang

menjelaskan secara rinci mengenai langkah-langkah yang wajib untuk

dilaksanakan pada kegiatan produksi, dan jika tidak dijalankan akan

menyebabkan kesalahan yang berakibat pada munculnya kecacatan.

Page 12: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

673

5. Lingkungan

Berkaitan dengan faktor lingkungan yang menjadi penyebab permasalahan

kualitas pada Raja Roti di Samarinda yang disebabkan oleh masalah kebersihan

dan penyimpanan, permasalahan yang muncul akibat dari adanya perlatan yang

kotor hingga noda yang menempel pada kemasan dan peralatan seharusnya

dapat lebih diperhatikan, penjagaan tempat penyimpanan yang baik perlu untuk

diatasi dalam mencegah munculnya masalah serupa, untuk itu masalah

penyimpanan dapat diatasi dengan melakukan standarisasi lingkungan

produksi.

Control

Pada setiap tindakan akan diprioritaskan pada sumber kegagalan yang

mempunyai penyebab kegagalan terbanyak yaitu pada faktor manusia, metode

dan bahan baku yang kemudian dilanjutkan pada faktor-faktor lainnya secara

bertahap. Dengan adanya pengendalian kualitas maka diharapkan semua

penyebab kecacatan yang terjadi dapat segera diatasi, dan permasalahan tidak

terulang yang ada tidak terulang kembali. Konsep pengendalian yang diberikan

pada dasarnya berupa petunjuk kerja atau intruksi kerja untuk pada saat

melakukan proses produksi. Tahapan pengendalian kualitas produk perlu

dilakukan pengawasan yang ketat, sehingga dapat meminimalisasi

terjadinya produk cacat hingga zero defect atau nol kecacatan.

Penutup

Sistem pengendalian kualitas yang ada pada Raja Roti di Samarinda

dengan tingkat produk cacat sebesar 1,1% untuk sejuta kesempatan produksi

dan melebihi batas 4% yang menjadi harapan Raja Roti di Samarinda,

seharusnya Raja Roti mampu mengoptimalkan kegiatan pengendalian kualitas

produk, dibuktikan dengan adanya peluang kecacatan terendah sebesar 9.572

DPMO atau 0,96% kegagalan per sejuta produksi(DPMO).

Bahwa dengan metode Six sigma diketahui dari data produksi pada

bulan September 2016 – Desember 2016 adalah sebanyak 29.796 bungkus

dengan jumlah produk cacat yang terjadi sebesar 4,3% atau sebanyak 1.291

bungkus, menghasilkan tingkat Sigma rata-rata 3,79 dengan kemungkinan

kerusakan sebesar 11.024 DPMO atau 1,1% kegagalan untuk sejuta produksi

(DPMO), produk yang gagal dalam proses produksi dapat mengakibatkan

peningkatan biaya produksi dan berpengaruh pada citra perusahaan berkaitan

dengan kualitas produk yang pasarkan.

Berdasarkan pada analisis diagram sebab akibat dapat dilihat penyebab

kecacatan secara rinci, hal ini membantu memfokuskan pada masalah

kerusakan yang sering terjadi, mengisyaratkan permasalahan utama untuk

ditangani dan memberikan manfaat yang besar, sehingga pengendalian kualitas

produk pada Raja Roti di Samarinda dapat berjalan lebih baik.

Untuk dapat mengetahui jenis kerusakan yang sering terjadi secara rinci

beserta faktor-faktor penyebabnya yang hingga saat ini dialami oleh Raja Roti

Page 13: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK …ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08... · keseluruhan corak dan ... Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

674

di Samarinda, maka perusahaan perlu membuat secara rinci langkah-langkah

atau prosedur kerja yang baik untuk meningkatkan atau menjaga kualitas yang

ada sampai dengan pengawasannya dengan SOP produksi.

Penjelasan pada SOP secara rinci untuk memberikan pemahaman

mengenai proses produksi termasuk pemberian intruksi kerja yang jelas dan

terarah sangat penting untuk diterapkan, sehingga perbaikan pada pembuatan

intruksi kerja yang lebih rinci perlu ditingkatkan beserta pengawasannya agar

metode kerja yang dijalankan dapat mengacu pada standar yang telah

ditetapkan, permasalahan lain sebagai penunjang bagi jalannya produksi agar

lebih optimal adalah menyangkut masalah kelengkapan peralatan penolong

seperti alat pengemasan yang dapat membantu kinerja agar berjalan efektif dan

efisien.

Kualifikasi bahan baku yang sering berubah-ubah menjadi salah satu

penyebab munculnya kecacatan yang terjadi, pembelian bahan-bahan ke toko

tanpa aturan yang jelas akan mempengaruhi karakteristik produk yang

dihasilkan, untuk itu perlu dipertimbangkan penentuan kualifikasi bahan yang

digunakan pada produksi roti dengan menetapkan SOP bahan baku untuk

menjelaskan rincian bahan baku yang sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan

dalam mencapai kualitas produksi.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Dengan Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Operasi dan Produksi. Jakarta: LP FE UI

Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Operasi dan Produksi. Bandung: CV Alfabeta

Gaspersz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma For Manufacturing And Service

Industries. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Haming, Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin. 2007. Manajemen Produksi

Modern (Operasi Manufaktur dan Jasa). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi (Edisi ketiga). Jakarta: Grasindo.

Hidayat, Anang. 2007. Strategi Six Sigma. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13.

Jakarta: Erlangga.

Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu

Terpadu Abad 21”Kiat Membangun Bisnis Kompetitif”. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta Sunardi dan Anita Primastiwi. 2015. Pengantar Bisnis (Konsep, Strategi &

Kasus). Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).

Yamit, Zulian. 2013. Manajemen Kualitas. Yogyakarta: EKONISIA.